• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Ergonomi fisiologi tumbuhan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Ergonomi fisiologi tumbuhan"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Allhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Tidak lupa shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada jungjungan kita Nabi Muhammad SAW, sahabat, keluarga dan ahli warisnya. Kita bersyukur atas selesainnya laporan praktikum ini, yang dimana dalam kesempatan ini kami beri judul “Analisis Pengaruh Lingkungan Pekerjaan Terhadap Produktivitas”.

Penulisan laporan ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan dalam menyelesaikan praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi di Universitas Langlangbuana Bandung.

Dalam penulisan laporan ini kami rasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun pada materi pembahasan, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporn ini.

Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya khususnya kepada :

1. Bapak Dr. Hj. Nana Rukmana Asmita, M.H. selaku Rektor Universitas Langlangbuana Bandung.

2. Ibu Siti Rosimah selaku Ka Lab Praktek Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi.

3. Bapak Danny Somantri selaku asisten laboratorium Praktek Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi yang telah sangat membantu dan membimbing kami.

4. Keluarga serta rekan-rekan yang ikut andil dalam penyelesaian laporan praktikum ini.

Bandung, Agustus 2014

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

DAFTAR GAMBAR...iv

DAFTAR TABEL...v

BAB I PENDAHULUAN...I-1

1.1 Latar Belakang...I-1

1.2 Perumusan Masalah...I-2

1.3 Tujuan dan Manfaat...I-2

1.4 Pembatasan Masalah...I-2

1.5 Sistematika Pembahasan...I-3

BAB II LANDASAN TEORI...II-1

2.1 Lingkungan Kerja...II-1

2.1.1 Jenis Lingkungan Kerja...II-2

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja...II-3

2.2 Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Performa Kerja...II-9

2.3 Pengujian Data...II-10

2.3.1 Uji keseragaman data...II-10

2.3.2 Uji kecukupan data...II-11

2.3.3 Uji kenormalan data...II-12

2.4 ANOVA (Analisis Of Varian)...II-15

2.5 Percobaan Faktorial...II-16

2.6 Uji Rentang Darab Duncan...II-17

BAB III USULAN PEMECAHAN MASALAH...III-1

(3)

3.2 Pengumpulan Data...III-1

3.3 Pengolahan Data...III-1

3.4 Hipotesis Awal...III-2

3.5 Flowchart...III-3

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA...IV-1

4.1 Pengumpulan Data...IV-1

4.2 Pengolahan Data...IV-2

4.1.1 Uji Statistik...IV-2

4.1.2 ANOVA (Analisi of Variance)...IV-8

4.1.3 Uji Faktorial...IV-13

BAB V ANALISIS...V-1

5.1 Analisis Data...V-1

5.2 Analisis ANOVA...V-2

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...VI-1

6.1 Kesimpulan...VI-1

6.2 Saran...VI-1

(4)

DAFTAR GAMBAR

(5)

DAFTAR TABEL

(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan kerja merupakan suatu lingkungan sosial, yang di dalamnya terdapat orang-orang yang saling berinteraksi setiap jam bahkan setiap hari. Kebanyakan dari kita akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk bekerja daripada melakukan hal lainnya. Dalam bekerja kita akan berdampingan dengan banyak orang.

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu organisasi adalah dengan memperhatikan lingkungan kerja. Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam mejalankan tugas–tugas yang dibebankan, misalnya kebersihan, musik dan sebagainya. Lingkungan kerja fisik dalam suatu perusahaan merupakan suatu kondisi pekerjaan untuk memberikan suasana dan situasi kerja karyawan yang nyaman dalam pencapaian tujuan yang diinginkan oleh suatu perusahaan. Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan mudah jatuh sakit, mudah stres, sulit berkonsentrasi dan menurunnya sirkulasi udara kurang memadai, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja karyawan.

Dalam mencapai kenyamanan tempat kerja antara lain dapat dilakukan dengan jalan memelihara prasarana fisik seperti kebersihan yang selalu terjaga, penerangan cahaya yang cukup, ventilasi udara, suara musik dan tata ruang kantor yang nyaman. Selain lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja nonfisik juga mempengaruhi kinerja karyawan. Jika karyawan tidak mampu menciptakan lingkungan kerja yang baik antara karyawan lain maka akan mengganggu kinerja karyawan.

(7)

1.2 Perumusan Masalah

Masalah yang dihadapi saat ini adalah hampir seluruh perusahaan mengabaikan lingkungan pekerjaannya karena dianggap tidak penting dalam pencapaian produktifitas. Namun sebenarnya faktor lingkungan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang kelancaran produktivitas suatu perusahaan. Maka dari itu, melalui praktikum ini penulis mencoba meneliti kesalahan perhitungan akibat pengaruh lingkungan berdasarkan hasil dari praktikum yang telah dilakukan.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat dari praktikum ini adalah :

1. Memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang keadaan lingkungan fisik dam fisiologi yang mempengaruhi keberhasilan kerja seseorang secara langsung atau tidak langsung.

2. Membekali prktiktikan tentang pemanfaatan tentang penggunan metoda-metoda statistik dalam menganalisa pengaruh lingkungan kerja.

3. Memahami adanya suatu kondisi optimum dalam melakukan suatu aktifitas kerja.

4. Dapat menentukan faktor-faktor lingkungan perantar yang berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan kerja.

5. Dapat menggunakan ilmu statistik sesuai bentuk mencari faktor-faktor lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap keberhasilan kerja.

6. Memahami dan melakukan perhitungan untuk meneliti jenis-jenis perlakuan mana dalam eksperimen yang paling berpengaruh dengan menggunakan Uji Rentang Darab Duncan.

7. Memahami dan melakukan perhitungan yang berkaitan dengan eksperimen faktor berganda/percobaan faktorial.

1.4 Pembatasan Masalah

Supaya dalam perancangan ini tidak menyimpang dari ketentuan yang telah ada, maka terdapat batasan-batasan masalah yang akan dibahas, meliputi :

(8)

3. Intensitas kebisingan pada saat praktikum yaitu 60 dB dan 75 dB

4. Intensitas cahaya pada saat praktikum yaitu 110 cd, 150 cd, 250 cd, dan 300 cd.

1.5 Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah penulisan dan pembahasan maka penyusunan membuat suatu kerangka agar dapat disajikan secara sistematis yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini berisikan tentang teori – teori yang digunakan dalam praktikum sebagai perbandingan hasil dari praktikum yang dilakukan.

BAB III USULAN PEMECAHAN MASALAH

Pada bab ini berisikan tentang kerangka berfikir, metode cara kerja dam kerangka pemecahan masalah dari praktikum yang dilakukan.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pada bab ini berisikan data permasalahan yang meliputi data – data yang diperlukan dalam pemecahan masalah, dan hasil dari pemecahan masalah.

BAB V ANALISIS

Pada bab ini data yang telah diolah, dianalisa sesuai dengan hasil pengolahan datanya. Lalu hasil dari pengolahan dianalisis dari segi ergonomi, teknik, harga, nilai dan juga secara umum.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

(9)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan manajemen. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksnakan proses produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan yang melaksanakan proses produksi tersebut. Lingkungan kerja yang memusatkan bagi karyawannya dapat meningkatkan kinerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan kinerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan kinerja dan akhirnya menurunkan motivasi kerja karyawan.

Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksnakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman. Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama. Lebih jauh lagi lingkungan-lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rencangan sistem kerja yang efisien. Beberapa ahli mendifinisikan lingkungan kerja antara lain sebagai berikut :

Menurut Alex S Nitisemito (2000:183) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai berikut :

“Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan”.

Menurut Sedarmayati (2001:1) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai berikut :

(10)

Dari beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan pada saat bekerja, baik yang berbentuk fisik ataupun non fisik, langsung atau tidak langsung, yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaanya saat bekerja.

2.1.1 Jenis Lingkungan Kerja

Sedarmayanti (2001:21) menyatakan bahwa secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yakni : (a) lingkungan kerja fisik, dan (b) lingkungan kerja non fisik.

A. Lingkungan kerja Fisik

Menurut Sedarmayanti (2001:21),

“Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun scara tidak langsung”.

Lingkungan kerja fisik dapat dibagi dalam dua kategori, yakni :

1. Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan (Seperti: pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya)

2. Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya :temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain.

Untuk dapat memperkecil pengaruh lingkungan fisik terhadap karyawan, maka langkah pertama adalah harus mempelajari manusia, baik mengenai fisik dan tingkah lakunya maupun mengenai fisiknya, kemudian digunakan sebagai dasar memikirkan lingkungan fisik yang sesuai.

B. Lingkungan Kerja Non Fisik Menurut Sadarmayanti (2001:31),

“Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan”.

(11)

Menurut Alex Nitisemito (2000:171-173) Perusahaan hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antara tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik, dan pengendalian diri.

Suryadi Perwiro Sentoso (2001:19-21) yang mengutip pernyataan Prof. Myon Woo Lee sang pencetus teori W dalam Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia, bahwa pihak manajemen perusahaan hendaknya membangun suatu iklim dan suasana kerja yang bisa membangkitkan rasa kekeluargaan untuk mencapai tujuan bersama. Pihak manajemen perusahaan juga hendaknya mampu mendorong inisiatif dan kreativitas. Kondisi seperti inilah yang selanjutnya menciptakan antusiasme untuk bersatu dalam organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja

Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik, sehingga dicapai suatu hasil yang optimal, apabila diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan yang sesuai. Suatu kondisi lingkungan dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama. Lebih jauh lagi, Keadaan lingkungan yang kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien. Banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja.

Berikut ini beberapa faktor yang diuraikan Sedarmayanti (2001:21) yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah :

A. Penerangan/Cahaya di Tempat Kerja

(12)

Cahaya yang kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada skhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit dicapai.

Untuk mengukur kesatuan cahaya disebut “Foot Candle”, yaitu banyaknya cahaya yang dipancarkan dari sumber cahaya sebuah lilin berukuran biasa yang jatuh di suatu benda yang berjarak satu kaki dari sebuah lilin yang berukuran biasa.

Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Cahaya alam yang berasal dari matahari

2. Cahaya buatan yang berupa lampu. Cahaya buatan terdiri dari empat macam, yaitu :

a. Cahaya langsung

b. Cahaya setengah langsung c. Cahaya tidak langsung

d. Cahaya setengah tidak langsung

Kualitas Pencahayaan dalam lingkungan kerja dapat dipengaruhi oleh : a. Brightness Distribution

Menunjukkan jangkauan dari luminasi dalam daerah penglihatan. Suatu rasio kontras yang tinggi diinginkan untuk penerimaan detil, tapi variasi yang berlebihan dari luminansi dapat menyebabkan timbulnya masalah. Mata menerima cahaya utama yang sangat terang, sehingga mata menjadi sulit untuk memeriksa dengan cermat objek-objek yang lebih gelap dalam suatu daerah yang terang.

Perbandingan terang cahaya dalam daerah kerja utama, difokuskan sebaiknya tidak lebih dari 3 sampai 1. untuk membantu memelihara pada daerah pusat ini, cahaya terang rata-rata tersebut seharusnya sekitar 10 kali lebih besar dari latar belakang.

b. Glare atau Silau

(13)

1. Cahaya menyilaukan yang tidak menyenangkan (Discamfort Glare) Cahaya ini mengganggu, tetapi tidak menyebabkan gangguan yang terlalu fatal terhadap penglihatan, akan tetapi cahaya ini akan meyebabkan meningkatnya tingkat kelelahan dan dapat menyebabkan rasa sakit pada bagian kepala.

2. Cahaya menyilaukan yang mengganggu (Disability Glare)

Cahaya ini secara berkala mengganggu penglihatan dengan adanya penghamburan cahaya dalam lensa mata. Orang-orang lanjut usia kurang bisa untuk menerima cahaya seperti ini.

Sumber-sumber glare adalah sebagai berikut :

1. Lampu-lampu tanpa pelindung yang dipasang terlalu rendah. 2. Jendela-jendela besar yang terdapat tepat di depan mata.

3. Lampu atau cahaya dengan tingkat keterangan yang terlalu berlebihan. 4. Pantulan yang berasal dari permukaan yang terang.

c. Shadows (Bayang-bayang)

Bayang-bayang yang tajam (sharp shadows) adalah akibat dari sumber cahaya buatan (artificial) yang kecil atau dari cahaya yang langsung berasal dari cahaya matahari. Kedua sumber tersebut dapat menyebabkan rasio terang yang berlebihan dalam jangkauan penglihatan, detil-detil penting yang tidak terlalu jelas.

d. Background (Latar Belakang)

Latar belakang sampai pada daerah kerja utama, seharusnya dibuat sesederhana mungkin. Latar belakang yang kacau atau latar belakang yang mempunyai banyak perpindahan sedapat mungkin dihindari, dengan menggunakan sekat-sekat.

Kemampuan mata untuk melihat objek dengan jelas ditentukan oleh : a. Ukuran objek

b. Derajat kontras

c. Perbedaan derajat terang relatif antar objek dengan sekelilingnya d. Luminensi (brightness)

(14)

B. Temperatur di Tempat Kerja

Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur luar jika perubahannya tidak melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin terhadap temperatur normal ± 24 °C.

Temperatur udara lebih rendah dari 37 C berati temparatur dara ini dibawah kemampuan tubuh unutk menyesuaikasn didi (35% dibawah normal), maka tubuh manuasia akan mengalami kedinginan, karena hilangnya panas tubuh yang sebagian besar diakibatkan oleh konveksi dan radiasi, juga sebagian kecil akibat penguapan. Sebaliknya jika temperatur udara terlalu panas dibanding temperatur tubuh, maka tubuh akan menerima panas akibat konveksi dan radiasi yang jauh lebih besar dari kemampuan tubuh untuk mendinginkan tubuhnya malalui sistem penguapan. Hal ini menyebabkan temperatur tubuh menjadi ikut naik dengan tingginya temperatur udara. Temparatur yang terlalu dingin akan mengakibatkan gairah kerja menurun. Sedangkan temperatur udara yang terlampau panas, akan mengakibatkan cepat timbulnya kelelahan tubuh dan cenderung melakukan kesalahan dalam bekerja.

Secara fundamental, ergonomi merupakan studi tentang penyerasian antara pekerja dan pekerjaannya untuk meningkatkan performansi dan melindungi kehidupan. Untuk dapat melakukan penyerasian tersebut kita harus dapat memprediksi adanya stressor yang menyebabkan terjadinya strain dan mengevaluasinya. Mikroklimat dalam lingkungan kerja menjadi sangat penting karena dapat bertindak sebagai stressor yang menyebabkan strain kepada pekerja apabila tidak dikendalikan dengan baik. Mikroklimat dalam lingkungan kerja terdiri dan unsur suhu udara (kering dan basah), kelembaban nisbi, panas radiasi dan kecepatan gerakan udara.

(15)

dilampaui dengan akumulasi panas dan konveksi, konduksi, radiasi dan panas metabolisme. Apabila rerata suhu inti tubuh pekerja >38° C, diduga terdapat pemaparan suhu lingkungan panas yang dapat meningkatkan suhu tubuh tersebut. Selanjutnya harus dilakukan pengukuran suhu lingkungan kerja.

Menurut Sutalaksana, dkk (1979) berbagai tingkat temperatur akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda sebagai berikut:

a. 49 °C : Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas tingkat kemampuan fisik dan mental. Lebih kurang 30° derajat Celcius: aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan. Timbul kelelahan fisik.

b. ± 30 °C : Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik.

c. ± 24 °C: Kondisi optimum.

d. ± 10 °C: Kelakuan fisik yang extrem mulai muncul.

Harga-harga diatas tidak mutlak berlaku untuk setiap orang karena sebenarnya kemampuan beradaptasi tiap orang berbeda-beda, tergantung di daerah bagaimana dia biasa hidup. Orang yang biasa hidup di daerah panas berbeda kemampuan beradaptasinya dibandingkan dengan mereka yang hidup di daerah dingin atau sedang. Tichauer telah menyelidiki pengaruh terhadap produktifitas para pekerja penenunan kapas, yang menyimpulkan bahwa tingkat produksi paling tinggi dicapai pada kondisi temperatur 750F - 800F (240C - 270C).

(16)

C. Kebisingan di Tempat Kerja

Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi, maka suara bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien sehingga produktivitas kerja meningkat.

Semakin lama telinga mendengar kebisingan, akan semakin buruk akibatnya, diantaranya pendengaran dapat makin berkurang.

Ada tiga aspek yang menentukan kualitas bunyi yang bisa menentukan kualitas bunyi yang bisa menentukan tingkat gangguan pada manusia yaitu:

1. Lama waktu bunyi tersebut terdengar.

2. Intentitas biasanya diukur dalam satuan desibel (dB) yang menunjukan besarnya arus energi per satuan luas.

3. Frekuensi suara yang menunjukan jumlah dari gelombang-gelombang suara yang sampai ke telinga kita setiap detik dinyatakan dalam jumlah getaran per detik (Hz).

Intensitas kebisingan biasanya diukur dengan satuan desibel (dB), yang menunjukan besarnya arus energi persatua luas. Frekuensi yang menunjukan jumlah gelombang suara yang sampai di telinga setiap detik, dinyatakan dalam jumlah getaran atau Hertz (Hz).

D. Tata Warna di Tempat Kerja

(17)

Jenis

Warna Sifat Pengaruh Untuk Ruang

Merah

Dinamis, merangsang,

dan panas

Menimbulkan semangat kerja Pekerja sepintas/singkat

Kuning

E. Musik di Tempat Kerja

Menurut para pakar, musik yang nadanya lembut sesuai dengan suasana, waktu dan tempat dapat membangkitkan dan merangsang karyawan untuk bekerja. Oleh karena itu lagu-lagu perlu dipilih dengan selektif untuk dikumandangkan di tempat kerja. Tidak sesuainya musik yang diperdengarkan di tempat kerja akan mengganggu konsentrasi kerja.

2.2 Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Performa Kerja

Suatu kondisi lingkungan kerja yang baik tidak bisa ditentukan begitu saja tetapi harus melalui tahap-tahap dimana setiap kemungkinan dari kondisi tersebut diuji pengaruhnya terhadap kemampuan manusia dengan melihat sifat dan tingkah laku manusia di ruangan yang terisolasi untuk observasi.

(18)

INTENSITAS KEBISINGAN TINGKAT CAHAYA

Gambar 2. 1 Tingkatan Intensitas Kebisingan

dan Intensitas Cahaya

2.3 Pengujian Data

2.3.1 Uji keseragaman data

Uji keseragaman data dapat dilakukan dengan peta control-x (x-chart) untuk membuat peta control, prosedur yang harus diikuti adalah sebagai berikut:

1. Mengelompokan data-data yang terkumpul kedalam beberapa sub grup.

2. Meghitung rata-rata (x) dari rata-rata sub grup

´

x=

kxi ...(2.1) dimana :

´

x adalah harga rata-rata dari sub grup I

kadalah harga banyaknya sub grup yang terbentuk Bisikan

(19)

3. Menghitung standar deviasi

Ada dua cara menghitung standar deviasi

a. Standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian σ=σx

n ...(2.2)

b. Standar deviasi dari rata-rata sub grup

σ=

n−(x1− ´x) ...(2.3)

c. Menentukan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah

BKA = ´x + 3σ ...(2.4) BKB = ´x – 3σ ...(2.5) 2.3.2 Uji kecukupan data

Apabila semua nilai rat-rata sub grup berada dalam batas control, maka semua data-data dapat digunakan. Untuk menghitung banyaknya pengukuran yang diperlukan untuk menghitung banyaknya pengukuran digunakn rumus :

N'=

[

k/s

N ΣxiΣ xi²−(Σxi)²

]

² ...(2.6)

Keterangan :

N’ = jumlah data yang diperlukan N = jumlah data yang telah di lakukan k = tingkat kepercayaan

s = tingkat ketelitian 2.3.3 Uji kenormalan data

(20)

Berdasarkan pengalaman empiris beberapa pakar statistik, data yang banyaknya lebih dari 30 angka (n > 30), maka sudah dapat diasumsikan berdistribusi normal. Biasa dikatakan sebagai sampel besar.

Adapun langkah – langkah penyelesaiannya adalah sebagai berikut :

1. Cari rata-rata dan simpangan baku dari data yang dikumpulkan : ´

x =

xi

n ... (2.7)

S²=

n−(xi− ´1 x) ...(2.8) Simpangan baku (s) = ...(2.9) 2. Buat data dalam bentuk daftar frekuensi dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Tentukan Rentang Kelas (R)

R = Data terbesar – data terkecil ...(2.10) b. Tentukan Banyaknya Kelas Interval (k)

Kelas paling sedikit 5 kelas dan paling banyak 15 kelas

k = 1 + 3,3 log n ... (2.11)

c. Tentukan Panjang Kelas Interval (P)

P = Rk ... (2.12)

d. Pilih ujung bawah kelas interval pertama. Bisa diambil dengan data-data terkecil atau nilai data yang lebih kecil dari data terkecil, tetapi selisihnya harus kurang dari panjang kelas yang ditentukan

3. Buat tabel frekuensi yang diharapkan dalam pengamatan 4. Luas tiap kelas interval

5. Menghitung X hitung

Xhitung = xi−´s x ...

(21)

6. Frekuensi yang diharapkan (Ei)

Ei = luas kelas tiap interval x jumlah data ...(2.14) 7. Frekuensi pengamatan

Oi = frekuensi asli dari data...(2.15) 8. Kriteria uji kenormalan digunakan distribusi chi-kuadrat dengan

derajat x² =

i=1

k

(Oi−Ei)2

Ei

...(2.16)

Kebebasan = (k-3) dan taraf ɑ (taraf keberartian) Jika x² hitung < x² tabel, maka data normal.

Untuk menentukan faktor mana yang berpengaruh, maka digunakan statistik parametik ANOVA, dan Darab Duncan untuk mencari yang paling berpengaruh.

...(2.17)

JKT =

... ...(2.18)

JKA =

... ...(2.19)

JKB =

... ...(2.20)

(22)

... (2.21)

JK(AB) =

... ...(2.22)

JK(AC) =

... ...(2.23)

JK(BC) =

JK(ABC) =

(23)

Tabel 2. 1 Analisis Variansi Untuk Percobaan Tri Faktor Dengan n Refikasi Sumber

Variansi KuadratJumlah KebebasanDerajat KuadratRataan f Hitungan

Pengaruh Utama

2.4 ANOVA (Analisis Of Varian)

ANOVA adalah suatu teknik untuk menganalisis atau menguraikan seluruh (total) variasi atas bagian-bagian yang mempunyai makna, seperti halnya suatu masalahnya regresi yang modelnya mengandung perubahan kuantitatif. dengan syarat :

Ho

:

μ

=

μ

=

μ

=...=

μk

H₁ : Paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku

(24)

a. Populasi harus berdistribusi normal

b. Populasi harus bersifat homogen (σ12

=

σ22

=

σ32

=...=

σk2

)

c. sampel di ambil secara random

d. Data Y₁ - N dengan variabel yang dianalisisYij

Yij=μ+α1+εij

Keterangan :Yij

=

variabel yang dianalisis

μ

=

rata-rata

α1

=

efek perlakuakn ke –i

εij

=

error akibat perlakuan ke – i pada pengamatan ke - j

Langkah-langkah pengujian hipotesis ANOVA : 1. Menentukan Ho dan HI

2. Menentukan tingkat keselahan 3. Daerah kritis Fhitung> Fa(V1,V2) 4. Statistik uji dengan ANOVA

5. Kesimpulan : Menolak H₀ jika Fhitung ≥ F(1−α)(V1,V2)

2.5 Percobaan Faktorial

Percobaan faktorial merupakan semua eksperimen yang semua taraf sebuah faktor tertentu dikombinasikan atau disilangkan dengan semua taraf tiap faktor lainnya yang ada dalam eksperimen tersebut.

Model yang untuk sistem faktorial {a X b}-nya adalah Yijk=μ+Ai+Bj+ABij+εk(ij)

Dengan : i = 1,2,...a j = 1,2,...b k = 1,2,...n

Keterangan :

Yijk = varians respon hasil ke – k yang terjadi karena faktor ke – i dari

(25)

Ai = taraf ke – i faktor A

Bj = taraf ke – j faktor B

ABij= efek interaksi

εk(ij)= efek unit eksponen

Langkah-langkah menguji hipotesis faktorial : 1. Ho₁ :Ai = 0 ; (i = 1,2,...a) 2. Tingkat kesalahan α

3. Derajat kebebasan Fhitung> Fa(V1,V2) Fhitung

:

FA : FB : FC

4. ANOVA

5. Kesimpulan, tolak Ho jika Fhitung> Fa(V1,V2)

2.6 Uji Rentang Darab Duncan

Apabila hipotesis dalam ANOVA ditolak (adanya perbedaan pengaruh jenis faktorial terhadap hasil eksperimen) namun kita ingin mengetahui faktor (perlakuan) yang paling berpengaruh, maka untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh dan yang kurang berpengaruh terhadap hasil eksperimen dilakukan Test On Mean Affter Experamentation, dalam hal ini dengan Darab Duncan. Dengan uji ini kita dapat mengetahui perlakuan mana saja yang sama atau berbeda secara signifikan.

Rp=rp

S

2

n ...(2.25)

Dimana :

(26)

S2 = variansi sampel, merupakan taksiran variansi bersama σ2, diperoleh dari rataan kuadrat galat

n = jumlah sampel

(27)

BAB III

USULAN PEMECAHAN MASALAH

3.1 Kerangka Berfikir

Seperti kita ketahui, di dalam pekerjaan, faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap kinerja pekerja baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan kerja terbagi menjadi dua kelompok utama yaitu lingkungan kerja non fisik dan lingkungan kerja fisik. Yang dimana lingkungan kerja fisik terdiri dari lingkungan pekerjaan yang berhubungan langsung dengan pekerjaan dan lingkungan perantara seperti rumah, kantor pabrik kota dan lain-lain begitu juga sebaliknya. Selain itu terdapat faktor lain yang mempengaruhi lingkungan kerja diantaranya cahaya, suhu, kebisingan, warna dinding dan kondisi disekitar lingkungan kerja tersebut. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut maka dapat dilakukan dengan pengujian ANOVA, percobaan faktorial dan Uji Darab Duncan.

3.2 Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan melakukan praktikum langsung, dengan cara mendata kesalahan dalam mencocokan 15 pasang Resistor yang dilakukan oleh tiga orang praktikan di dalam ruang Climate Chamber dengan dipengaruhi oleh tingkat kebisingan dan pencahayaan.

3.3 Pengolahan Data

Dalam pengolahan data, data yang telah terkumpul dan tersusun diolah dengan beberapa metode pengolahan data seperti :

1. Dengan mengggunakan uji kenormalan, uji kesragaman, uji kecukupan data.

2. Dengan menggunakan perhitungan Analisis of Varians (ANOVA) faktorial trifaktor.

(28)

3.4 Hipotesis Awal

Sebelum melakukan pengolahan data dan melakukan penganalisaan, di perlukan hipotesa awal :

1. Ho₁ : tidak ada pengaruh waktu terhadap hasil tes

2. Hi₁ : ada pengaruh waktu terhadap hasil tes

3. Ho₂ : tidak ada pengaruh Lux meter terhadap hasil tes

4. Hi₂ : ada pengaruh Lux meter terhadap tes

5. Ho₃ : tidak ada pengaruh tingkat kebisingan tes terhadap hasil tes

6. Hi₃ : ada pengaruh tingkat kebisingan terhadap hasil tes

7. Ho₄ : tidak pengaruh waktu, tingkat cahaya dan tingkat kebisingan terhadap hasil tes

(29)

3.5 Flowchart

Gambar 3. 1 Kerangka Pemecahan Masalah

Y kerja yang bisa membuat nyaman.

Menganalisa pengaruh lingkungan kerja terhadap performa dan produktivitas pekerja Data kesalahan tiga orang

(30)

Gambar 3. 2 Lanjutan

Kesimpulan dan Saran Uji Faktorial (ANOVA)

A

B

Uji Kenormalan Data

Data Normal

?

Uji Rentang Darab Duncan

Ho diterima

? Ya

Tidak

Tidak

(31)

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data

Data diperoleh dari hasil pengamatan tiga orang praktikan di Laboratorium Perancangan Sisten Kerja dan Ergonomi, dan faktor yang diamati meliputi faktor waktu, tingkat kebisingan, dan tingkat pencahayaan.

Tabel 4. 1 Hasil Praktikum

Nama

(32)

Tabel 4. 2 Hasil Praktikum

a. Membuat Sub Group dan hitung rata-rata sub group Tabel 4. 3 Sub Group Data

SUB

Group Pengukuran (Xi) ´x

1 8 10 8 0 9 7 7

atau nilai rata-rata dari sub group. Contoh Perhitungan Pada Sub Group 1 Tabel 4.3 :

´

x = 8+10+86+0+9+7

´ x = 7

b. Dan langkah ini dilanjutkan pada sub group berikutnya sampai didapat nilai ´x masing-masing sub group untuk mendapatkan nilai ´x dengan rumus:

´

x = xgroup´ 1+ ´xgroup82+...+ ´xgroup5

(33)

= 6,021

c. Rumus mencari σx yang dipakai untuk menentukan BKA dan BKB :

σ =

(X1− ´x)2+(X2−´x)2+…+(X31−´x)2 n−1

σ =

(8−6,021)2+(10−6,021)2+…+(4−6,021)2 48−1

σ = 3,29 3,3 maka :

σ´x = √nσ

= 3,3/√8 = 1,166 1,17 Keterangan :

Tingkat ketelitian yang dipakai : 10% Tingkat keyakinan : 97% = 2 σ

d. Mencari BKA dan BKB : BKA = ´x

+

2 σx BKA = 6,021 + 2(1,17)

= 8,361 8,36

BKB = ´x

-

2 σx BKB = 6,021 – 2(1,17)

= 3,681 3,68

(34)

Gambar 4. 1 Plot Data Uji Keseragaman

Kesimpulan :

Dari hasil plot data dapat dilihat ada beberapa data yang melebihi BKA maupun BKB maka data dinyatakan tidak seragam.

4.2.1.2 Uji Kecukupan Data

a. Menenukan tingkat keyakinan dan Ketelitian Tingkat keyakinan yang digunakan : 97% Tingkat ketelitian yang digunakan : 10%

b. Mencari N’ berdasarkan persamaan 2.17 :

N'

=

[

k/s

N ΣxiΣ xi²−(Σxi)²

]

²

c. Mencari nilai k/s dari persamaan di atas, untuk mencari N’ : Ketelitin : 10% = 0,1

Keyakinan : 90 = σx

Maka,

´ x

BKA

(35)

0,1x = σx x = 0,11 σx

x = 10  k/s = 10

Masukan data kedalam persamaan 2.17 :

N'

=

[

k/s

N ΣxiΣ xi²−(Σxi)²

]

²

Maka,

N’ =

[

10

48(2249)−(289)²

289

]

²

N’ = 29,2

Kesimpulan :

Karena nilai N'= 29,2 itu tidak lebh dari jumlah data yang ada sebanyak 48 data maka data dinyatakan cukup.

4.2.1.3 Uji Kenormalan Data

a. Data diurutkan dari yang terkecil sampai terbesar

Tabel 4. 4 Data yang diurutkan

0 0 0 0 1 2 3 3

3 3 3 4 4 4 4 4

4 4 4 5 5 5 5 6

7 7 7 8 8 8 8 8

8 8 8 8 9 9 9 9

10 10 10 10 10 10 12 12

b. Mencari data distribusi frekuensi Rentang Kelas (R)

R = Xmax-Xmin = 12-0

= 12

(36)

= 1+3,3 log 48

Tabel 4. 5 Hasil Perhitungan

No Kelas

- Untuk mencari Z hitung : Z = Xi−´s x

Keterangan : ´x didapat dari rumus :

´

x=n data∑ x

(37)

s=

(xi−´x)2 n−1

Contoh perhitungan untuk no Z hitung : Z = −0,13,3−6,021

Z = -1,86

- Untuk mencari Z tabel cari dari Table Distribusi

- Untuk mencari Luas tiap kelas : = Ztabel kedua – Ztabel kesatu

= 0,106 - 0,031= 0,074 (dilanjutkan sampai kelas ke-7)

- Untuk mencari Ei :

Ei = luas tiap kelas interval x n data = 0,074 x 48

= 3,636 (dilanjutkan sampai kelas ke-7)

- Untuk mencari Oi :

Oi = frekuensi tiap kelas data

c. Mencari Xtabel dan Xhitung Rumus Xhitung :

X² hitung = (Oi₁EiEi ₁)²

+

(Oi₂Ei−Ei ₂)²

+ ...+

(Oi₆EiEi ₆)²

= (5−3,6363,636)²

+

(6−7,6207,620)²

+...+

(12−10,92210,922)²

(38)

Rumus Xtabel :

Ketelitian 10% = 0,1

X² tabel = (1 – α)(k – 3) = (1 – 0,1)(7 – 3) = (0,9)(4)

Diketahui n = 4 dengan desimal = 4,9 setelah dicari dari tabel hasilnya adalah 5,369.

Kesimpulan :

Setelah dihitung ternyata X² hitung < X² tabel , maka data dinyatakan tidak normal.

4.2.2 ANOVA (Analisi of Variance)

Dalam pengolahan data ini kita menggunakan teknik percobaan faktorial, dimana hasil dari pengamatan tersebut terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi satu sama lainnya, makanya kita menggunakan sistem tri faktorial. Berikut adalah variabel keputusan yang telah dibuat :

A = menyatakan waktu (detik) B = menyatakan kebisingan (dB) C = menyatakan cahaya (Cd) α = 0,05

Tabel 4. 6 Data Hasil Praktikum

Waktu (detik) Kebisingan (dB)

Intensitas Cahaya (cd)

110 cd 150 cd 250 cd 300 cd

(39)

9 7 12 4

110 150 250 300 110 150 250 300

30

(40)

Ho₂ : tidak ada pengaruh intensitas waktu terhadap hasil tes Ho₃ : tidak ada pengaruh tingkat kebisingan terhadap hasil tes Ho₄ : tidak ada interaksi antara faktor cahaya dengan faktor waktu

Ho₅ : tidak ada interaksi antara faktor cahaya dengan faktor kebisingan Ho₆ : tidak ada interaksi antara faktor waktu dengan faktor kebisingan Ho₇ : tidak ada interaksi antara faktor waktu, faktor kebisingan, dan

cahaya

2. H1₁ : paling sedikit salah satu ada pengaruh dengan faktor cahaya H1₂ : paling sedikit salah satu ada pengaruh dengan faktor waktu H1₃ : paling sedikit salah satu ada pengaruh dengan faktor kebisingan H1₄ : paling sedikit salah satu ada interaksi antara faktor cahaya dengan

waktu

H1₅ : paling sedikit salah satu ada interaksi antara faktor cahaya dengan kebisingan

H1₆ : paling sedikit salah satu ada interaksi antara faktor kebisingan dengan waktu

H1₇ : paling sedikit salah satu ada interaksi antara faktor waktu, kebisingan dan cahaya

3. α = 0,05

4. nilai kritis dicari dengan :

a. untuk baris (faktor cahaya) : v₁ = A- 1 dan v= A.B.C (n-1) v₁ = 4-1 , v = 4.2.2 (3-1) v₁ = 3 , v = 32

maka Ftabel = 2,90

b. untuk kolom (faktor waktu) : v₁ = B-1 dan v = A.B.C (n-1), v₁ = 2-1 dan v = 4.2.2 (3-1), v₁ = 1 , v = 32

(41)

c. untuk kolom (faktor kebisingan) : v₁ = C-1 dan v = A.B.C (n-1), v₁ = 2-1 dan v = 4.2.2 (3-1), v₁ = 1 , v = 32

maka Ftabel = 4,15

d. untuk interaksi antara faktor cahaya dengan faktor waktu v = (A-1)(B-1) dan v = A.B.C (n-1).

v₁ = (4-1)(2-1) , v = 4.2.2 (3-1). v₁ = 3 , v = 32

maka Ftabel = 2,90

e. untuk interaksi antara faktor cahaya dengan faktor kebisingan v = (A-1 )(C-1) dan v = A.B.C (n-1).

v₁ = (4-1)(2-1) , v = 4.2.2 (3-1). v₁ = 3 , v = 32

maka Ftabel = 2,90

f. untuk interaksi antara faktor waktu dengan faktor kebisingan v = (B-1 )(C-1) dan v = A.B.C (n-1).

v₁ = (2-1)(2-1) , v = 4.2.2 (3-1). v₁ = 1 , v = 32

maka Ftabel = 4,15

(42)

c. Ho₃ : diterima apabila Fhitung ≤ 4,15 1. Buat tabel dua arah

Tabel 4. 8 Interaksi antara faktor cahaya, waktu dan kebisingan,

B C

Jumlah

(43)

A

Tabel 4. 9 Interaksi antara faktor cahaya, waktu dan kebisingan

B C

Tabel 4. 10 Interaksi antara faktor cahaya dengan kebisingan

A C Jumlah

Tabel 4. 11 Interaksi antara faktor cahaya dengan waktu

A B Jumlah

30 detik 60 detik

110 cd 53 23 76

(44)

250 cd 56 21 77

300 cd 36 18 54

Jumlah 195 94 289

Tabel 4. 12 Interaksi antara faktor waktu dengan kebisingan

C B Jumlah

30 detik 60 detik

60 dB 91 43 134

75 dB 104 51 155

Jumlah 195 94 289

2. Menghitung jumlah kuadrat

= 8² + 10² + .... + 4² −289²48 = 508,97

= 76²+82²12+77²+54²−289²48 = 38,73

= 195²24+94²−289²48 = 212,52

JKT =

JKA =

(45)

= 134²24+155²−289²48 = 9,19

= 53²+50²6+...+18²

-

76²+82²12+77²+54²

-

195²24+94²

+

289²48 = 120596

-

2134512

-

4686124

+

8352148

= 18,6

= 39²+40²6+...+37²

-

76²+82²12+77²+54²

-

134²24+155²

+

289²48 = 108776

-

2134512

-

4198124

+

8352148

= 24,9

= 91²+43²+12104²+51²

-

195²24+94²

-

134²24+155²

- +

289²48

= 2354712

-

4686124

-

4198124

+

8352148

JKC =

JK(AB) =

JK(AC) =

(46)

= 0,52

= 27²+25²3+...+10²

-

53²+50²6+...+18²

-

39²+40²6+...+37²

91²+43²+104²+51²

12 + 76²+82²12+77²+54²

+

195²24+94² + 134²+155²

24

-

8352148 = 27,9

JKG = JKT – JKA – JKB – JKC – JK(AB) – JK(AC) – JK(BC) – JK(ABC) = 508,97 – 38,73 – 212,52 – 9,19 – 18,6 – 24,9 – 0,52 – 27,9

= 170,61

3. Menghitung rataan kuadrat a. Rataan kuadrat perlakuan

S₁² = 38,733 = 12,91

S₂² = 212,521 = 212,52

S₃² = 9,191 = 9,19

S₄² = 18,63 = 6,2

S₅² = 24,93 = 8,3

S₆² = 0,521 = 0,52

S₇² = 27,93 = 9,3

(47)

b. Rataan kuadrat galat

S² = 170,6132 = 5,33

4. Menghitung F hitung

F₁= 12,915,33 = 2,43

F₂= 212,525,33 = 39,8

F₃= 9,195,33 = 1,73

F₄= 5,336,2 = 1,16

F₅= 24,95,33 = 4,67

F₆= 0,525,33 = 0,09

F₇= 27,95,33 = 5,23

Tabel 4. 10 Hasil Perhitungan

Sumber Variansi Jumlah Kuadrat

Derajat Kebebasan

Rataan

Kuadrat Fhitung Ftabel Pengaruh Utama

A (Cahaya) 38,73 3 12,91 2,43 2,90

B (Waktu) 212,52 1 212,52 39,8 4,15

C (Bising) 9,19 1 9,19 1,73 4,15

Interaksi Dwifaktor

(48)

AC 24,9 3 8,30 4,67 2,90

BC 0,52 1 0,52 0,09 4,15

Interaksi Trifaktor

ABC 27,9 3 9,30 5,23 2,90

Galat 170,61 32 5,33

Jumlah 508,97 47

Kesimpulan :

 Untuk Ho yaitu :

a. Ho₁ : diterima karena Fhitung ≤ 2,90

Tidak ada pengaruh dari faktor cahaya terhadap hasil tes, dikarenakan F hitung kurang dari F tabel.

b. Ho₂ : ditolak karena Fhitung > 4,15

Ada pengaruh dari faktor waktu terhadap hasil tes, dikarenakan F hitung lebih dari F tabel.

c. Ho₃ : diterima karena Fhitung ≤ 4,15

Tidak ada pengaruh dari faktor kebisingan terhadap hasil tes, dikarenakan F hitung kurang dari F tabel.

d. Ho₄ : diterima karena Fhitung ≤ 2,90

Tidak ada pengaruh dari interaksi antara faktor cahaya dengan faktor waktu terhadap hasil tes, dikarenakan F hitung kurang dari F tabel. e. Ho : ₅ ditolak karena Fhitung > 2,90

Ada pengaruh dari interaksi antara faktor cahaya dengan faktor kebisingan terhadap hasil tes, dikarenakan F hitung lebih dari F tabel. f. Ho₆ : diterima karena Fhitung ≤ 4,15

Tidak ada pengaruh dari interaksi antara faktor waktu dengan faktor kebisingan terhadap hasil tes, dikarenakan F hitung kurang dari F tabel.

(49)

Ada pengaruh dari interaksi antara faktor cahaya, faktor waktu dan faktor kebisingan terhadap hasil tes, dikarenakan F hitung lebih dari F tabel.

4.2.4 Uji Rentang Darab Duncan a. Faktor Waktu

F(B) hitung > F(B) tabel F (39,8) > F (4,15)

- Tolak H0₂ (Waktu)

“Berarti ada pengaruh perbedaan waktu terhadap kesalahan hitung” - Karena H0₂ (Waktu) ditolak maka dilakuka uji rentang darab duncan

untuk melihat bagaimana hubungan antara pengaruh waktu 30 detik dan 60 detik.

Tabel 4. 11 Rata-rata Jumlah (Faktor Waktu)

Waktu 30 detik 60 detik

x₁ x₂

Mean 195/24 = 8,13 94/24 = 3,92

Rumus Uji Rentang :

Rp=rp

Sn²

ɑ = 0,5 v = 32 p = 1

Didapat rp (0,05, 5 : 32) setelah dilihat dari tabel 12 (rentangan di studentkan rp dengan rentangan terkecil) hasilnya adalah 3,199.

Maka :

Rp=rp

Sn²

(50)

Rp=3,199

5,3324

Rp=3,199x0,47 Rp=1,504

p 1

rp 3,199

Rp 1,504

x₁ - x₂ = 8,13 – 3,92 = 4,21

Sehingga : x₁ - x > Rp

“Berarti x dan x berbeda secara berarti.”

x₁ = 3,92 x₂ = 8,13

b. Faktor Cahaya dan Kebisingan F(AC) hitung > F(AC) tabel F (4,67) > F (2,90)

- Tolak H0₅ (Cahaya dan Kebisingan)

“Berarti ada pengaruh interaksi faktor cahaya dan faktor kebisingan terhadap kesalahan hitung”

- Karena H0₅ (Cahaya dan Kebisingan) ditolak maka dilakuka uji rentang darab duncan untuk melihat bagaimana hubungan antara interaksi faktor cahaya dan kebisingan 60 dB dan 75 dB.

Tabel 4. 12 Rata-rata Jumlah (Faktor Cahaya dan Kebisingan)

Kebisingan 60 dB 75 dB

(51)

Mean 134/6 = 22,3 155/6 = 25,8

Rumus Uji Rentang :

Rp=rp

Sn²

ɑ = 0,5 v = 32 p = 3

Didapat rp (0,05, 3 : 32) setelah dilihat dari tabel 12 (rentangan di studentkan rp dengan rentangan terkecil) hasilnya adalah 3,035.

Maka :

Rp=rp

Sn²

Rp=3,035

S²(rataan kuadrat galatn )

Rp=3,035

5,336

Rp=3,035x0,89 Rp=2,70 1

p 1

rp 3,035

Rp 2,701

x₂ - x₁ = 25,8 – 22,3 = 3,5

Sehingga : x₂ - x> Rp

“Berarti x dan x berbeda secara berarti.”

(52)

c. Faktor Cahaya, Waktu dan Kebisingan F(ABC) hitung > F(ABC) tabel

F (5,23) > F (2,90)

- Tolak H0₇ (Cahaya, Waktu dan Kebisingan)

“Berarti ada pengaruh antara interaksi faktor cahaya, waktu dan kebisingan terhadap kesalahan hitung”

- Karena H0₇ (Cahaya, waktu dan Kebisingan) ditolak maka dilakuka uji rentang darab duncan untuk melihat bagaimana hubungan antara interaksi faktor cahaya, waktu 30 detik dan 60 detik dan kebisingan 60 dB dan 75 dB.

Tabel 4. 13 Rata-rata Jumlah (Faktor Cahaya, Waktu dan Kebisingan)

Waktu 30 detik 60 detik

Kebisingan 60 dB 75 dB 60 dB 75 dB

x₁ x₂ x₃ x₄

Mean 91/3 = 30,3 104/3 = 34,6 43/3 =14,3 51/3 = 17

Rumus Uji Rentang :

Rp=rp

Sn²

(53)

Didapat rp (0,05, 3 : 32) setelah dilihat dari tabel 12 (rentangan di studentkan rp dengan rentangan terkecil) hasilnya adalah 3,035.

Maka :

Rp=rp

Sn²

Rp=3,035

S²(rataan kuadrat galatn )

Rp=3,035

5,333

Rp=3,035x1,78 Rp=5,402

p 3

Rp 3,035

Rp 5,402

x₂ - x₁ = 34,6 – 30,3 = 4

Sehingga : x₂ - x< Rp

“Berarti x dan x berbeda secara tidak berarti.”

x₁ = 30,3 x₂ = 34,6

x₁ - x₃ = 30,3 – 14,3 = 16

Sehingga : x₁ - x₃ > Rp

“Berarti x dan x berbeda secara berarti.”

x₁ = 30,3 x₃ = 14,3

(54)

“Berarti x dan x berbeda secara berarti.”

x₁ = 30,3 x₃ = 17

x₂ - x₃ = 34,6 – 14,3 = 20,3 Sehingga : x₂ - x₃ > Rp

“Berarti x dan x berbeda secara berarti.”

x₂ = 34,6 x₃ = 14,3

x₂ - x₄ = 34,6 – 17 = 17,6 Sehingga : x₂ - x₄ > Rp

“Berarti x dan x berbeda secara berarti.”

x₂ = 34,6 x₄ = 17

x₄ - x₃ = 17 – 14,3 = 2,7 Sehingga : x₄ - x₃ < Rp

“Berarti x dan x berbeda secara tidak berarti.”

(55)

BAB V ANALISIS

5.1 Analisis Data

Dari hasil pengujian terhadap 9 orang praktikan diperoleh data sebanyak 243 data. Data tersebut dilakukan beberapa pengujian diantaranya:

a. Uji keseragaman data

Data tidak seragam karena ada sebagian data melebihi batas kontrol. b. Uji kenormalan data

X² hitung

=

9,65

X² tabel = (1 – α)(k – 3) = (1 – 0,1)(7 – 3) = (0,9)(4)

Diketahui n = 4 dengan desimal = 4,9 setelah dicari dari tabel hasilnya adalah 5,369.

Kesimpulan :

Setelah dihitung ternyata X² hitung > X² tabel , maka data dinyatakan tidak normal.

c. Uji kecukupan data

Data yang dipelukan untuk melakukan pengujian telah cukup karena N,<N, dimana :

Tingkat keyakinan = 90 % Tingkat ketelitian = 10 % Maka,

N’ =

[

10

48(2249)−(289)²

289

]

²

N’ = 29,2

(56)

5.2 Analisis ANOVA a. Satu Faktor

Hasil dari pengujian ANOVA terhadap interaksi antara waktu, intensitas cahaya, dan tingkat kebisingan, setelah dianalisis adalah : ada pengaruh waktu terhadap hasil pengujian, H0₂ ditolak dan H1₂

diterima. b. Dwi Faktor

Hasil dari pengujian ANOVA terhadap interaksi antara intensitas cahaya, tingkat kebisingan, dan waktu setelah dianalisis adalah : ada interaksi antara faktor cahaya dengan faktor kebisingan yang berpengaruh terhadap hasil tes, H0₅ ditolak dan H1₅diterima.

c. Tri Faktor

(57)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan kebisingan dan insentitas cahaya di ruang climatic chamber yang terdiri dari peralatan –peralatan seperti music, suhu ruangan, lampu dan dingding sangat berpengaruh secara signifikan terhadap konsentrasi pikiran dan kelelahan mata saat memilih sepuluh jenis resistor. Nilai kebisingannya antara 50dB -70dB dan kebisingan dengan 70dBA.

peralatan sound 50% kebisingannya melebihi 50dBA. Peralatan-peralatan sound dan sebagainya untuk kegiatan produksi pemilihan spare part resistor menimbulkan kebisingan. Frakis komulatif bising area ruangan chamber, maka bekerja di area tersebut dengan waktu tertentu secara administrative dapat di atasi dengan rotasi karyawan secara berkala, sedangkan fraksi komulatif bising area di ruangan chamber dapat di atasi dengan menggunakan alat pelindung diri ear plug. Belum adanya alat pelindung diri (APD) bagi karyawan yang bekerja di ruang chamber.

6.2 Saran a. Materi Praktikum

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diajukan adalah sebaiknya intensitas penerangan dalam ruang kerja harus sesuai dengan standar intensitas penerangan menurut Kepmenkes No. 1405 tahun 2002, khususnya di ruang bagian perakitan.

Materi yang di berikan berupa teori sudah bagus, tetapi cara memproses data yang cepat dan akurat yaitu menggunakan annova mahasiswa kurang memahaminya sehingga dalam memproses data membutuhkan waktu yang cukup lama.

1. Sistem pola kerja di atur sedemikian rupa sehingga fraksi kumulatifnya diusahakan dengan cara melakukan pengisian log sheet bagi operator. 2. Mengadakan alat pelindung diri (APD)

(58)

4. Hasil pengukuran tingkat kebisingan ruang chamber perlu di evaluasi untuk melihat perkembangan dan perubahan yang terjadi

5. Secara priodik peril di lakukan evaluasi dan sosialisasi alat pelindung diri seperti ear maff dan ear plug.

6. Pemetaan tingkat kebisingan yang ditandai dengan pewarnaan

(hijau,kuning,merah) agar di jadikan sebagai standar perbaikan rambu kebisingan di area chamber.

7. Penelitian jangaka panjang mengenai treatment akustik atau

pengembangan seperti noise barrier, enclosure atau membuat mesin agar tidak bising sebaiknya mulai di persiapkan.

b. Manfaat yang Diperoleh

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Angga, M., & Acep. (2011). Laporan Analisis Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi. UNLA: Bandung.

Hendarin Indar. (2000). Perancangan dan Evaluasi Aspek Ergonomi dan Desain Kamar Bicara Umum Penyelengggaraan Jasa Wartel KOPMA UNISBA.

Teknik Industri, UNISBA, Bandung

Modul I Praktikum Perancangan Sistem Kerja. (2014). Perancangan Produk Yang Ergonomis. Teknik Industri, UNLA : Bandung.

Sutalaksana, Anggawisastra, Tjakraatmaja. (2006). Teknik Perancangan Sistem Kerja. ITB : Bandung.

Wignisoeboto, Sritomo. (2000). Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Institut Teknologi Sepuluh November : Surabaya.

http://antropometriindonesia.com/

http://bayusaputra91.wordpress.com/2011/01/12/laporan-akhir-praktikum-apk-2/ http://statistikian.blogspot.com/

http://id.wikipedia.org/wiki/Ergonomi

http://www.4shared.com/office/gQiRgoNzce/DAFTAR_PUSTAKA_LAPORAN. https://www.google.co.id/

Gambar

Gambar 2. 10
Tabel 2. 1 Analisis Variansi Untuk Percobaan Tri Faktor Dengan n Refikasi
Gambar 3. 1 Kerangka Pemecahan Masalah
Gambar 3. 2 Lanjutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai indeks maturity domain PO9LA adalah 2.25 yang berarti repeatable / proses dapat diulang, mempunyai nilai yang ekivalen dengan risk-level matrix sebesar 22.5

)i samping endapan :ura berkembang sebagai endapan daratan, endapan laut, terdapat pula perkembangan endapan :ura dalam geosinklin! elama &amp;aman :ura dalam eosinklin

JURUSAN SAN KEPE KEPERAW RAWA AT TAN AN PURWOKERTO.

Jenis banjir ini biasanya berlangsung dalam waktu lama dan sama sekali tidak ada tanda-tanda gangguan cuaca pada waktu banjir melanda dataran – sebab peristiwa alam yang

Hasil didapatkan tidak ada hubungan antara variabel tingkat pengetahuan dan sikap terhadap perilaku partisipatif dalam deteksi dini kanker serviks pada paramedis wanita

Interaksi terbaik untuk pertambahan jumlah daun tanaman stroberi pada umur 75 HST dijumpai pada varietas Earlibrite dengan perlakuan tanpa naungan dan dua lapis

Tesis ini secara umum menguraikan dimensi ontologis, epistemologis, dan aksiologis dari paradigma integrasi-interkoneksi sebagai epistemologi keilmuan yang turut pula menjadi ciri

Untuk menganalisis etika kerja rendah atau etika kerja tinggi yang lebih besar pengaruhnya dalam memoderasi keadilan distributif dan keadilan prosedural terhadap