• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN PLASMOLISIS KELOMPOK: 2. Disusun Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN PLASMOLISIS KELOMPOK: 2. Disusun Oleh:"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

PLASMOLISIS

KELOMPOK: 2

Disusun Oleh:

1. Gahar Ajeng Prawesti (13304241064) 2. Aditya Rizka Puspita (13304241066) 3. Uhti Intan Rahma K. (13304241068) 4. Nurhayatun Nikmah (13304244007)

5. Arif M Al Farouq (13304244033)

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya plasmalemma atau membran plasma dari dinding sel karena dehidrasi (sel kehilangan air). Peristiwa ini terjadi bila jaringan ditempatkan pada larutan yang hipertonis atau memiliki potensial osmotik lebih tinggi.

Dalam keadaan tersebut, air sel akan terdorong keluar sel menembus membran.

Rhoeo discolor atau perahu Adam Hawa adalah tanaman hias dengan daun berwarna hijau di bagian atas dan ungu di bagian bawahnya. Rhoeo discolor biasa ditanam orang sebagai tanaman hias, tumbuh subur di tanah yang lembab. Tumbuhan Rhoeo discolor termasuk dalam klasifikasi : Spermatophyta, Divisi: Angiospermae, Sub

divisi : Monocotyledoneae, Kelas : Bromeliales, Suku : Bromeliaceae dan Marga : Rhoeo. (Padmaningrum, 2011)

Pada praktikum ini menggunakan sel tumbuhan Rhoeo discolor dengan memanfaatkan zat warna yang dikandung dalam sel tumbuhan tersebut. Daun Rhoeo discolor disayat pada bagian bawah daun setipis mungkin sehingga saat pengamatan di

bawah microscop terlihat sel berwarna ungu. Peristiwa plasmolisis diketahui jika sayatan tersebut bila diberi larutan sukrosa perlahan – lahan warnanya akan memudar.

Pada praktikum ini akan diketahui tentang fakta gejala plasmolisis, faktor penyebab plasmolisis dan hubungan antara plasmolisis dengan status potensial osmotik cairan selnya dengan larutan di lingkungannya.

B. TUJUAN

1. Menemukan fakta tentang gejala plasmolisis 2. Menunjukkan faktor penyebab plasmolisis 3. Mendeskripsikan peristiwa plasmolisis

4. Menunjukkan hubungan antara plasmolisis dengan status potensial osmotik antara cairan selnya dengan larutan di lingkungan.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Plasmolisis merupakan peristiwa lepasnya plasmalemma atau membran plasma dari dinding sel karena sel kehilangan air atau dehidrasi ketika sel ditempatkan di larutan dengan konsentrasi tinggi atau hipertonis terhadap sel atau memiliki potensial osmotik yang lebih tinggi. Pada saat sel ditempatkan di larutan yang hipertonis, maka air akan keluar dari vakuola, sehingga membran sitoplasma akan mengkerut dan terlepas dari dinding sel (Tjitrosomo, .

Plasmolisis adalah pemisahan sitoplasma sel tumbuhan dari dinding sel yang terjadi karena hilangnya air. Hal ini tidak biasa terjadi di alam, kecuali dalam beberapa keadaan.

Plasmolisis diinduksi di laboratorium dengan cara merendam sel tanaman pada larutan garam pekat atau larutan gula, hal itu yang menyebabkan hilangnya air oleh osomosis (5e.plantphys.net).

Plasmolisis merupakan proses yang secara nyata menunjukkan bahwa pada sel, sebagai unit terkecil kehidupan, terjadi sirkulasi keluar masuk suatu zat. Adanya sirkulasi ini menjelaskan bahwa sel dinamis denga lingkungannya. Jika memerlukan materi dari luar maka sel harus mengambil materi itu dengan segala cara, misalnya dengnan mengatur tekanan agar terjadi perbedan tekanan sehinggga materi dari luar bias masuk. (Buana dkk, 2011:5)

Plasmolisis merupakan dampak dari peritiwa osmosis. Jika sel tumbuhan dileteakkan pada larutan hipertonik. Sel tumbuhan akan kehilangan air dan tekanan turgor, yang menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan kondisi sel seperti ini disebut layu.

Kehilangan air lebih banyak lagi menyebabkan terjadinya plasmolisis, dimana tekanan harus berkurang sampai di suatu titik dimana sitoplasma mengerut dan menjauhi dinding sel, sehingga dapat terjadi cytorhysis – contohnya dinding sel. (Buana dkk, 2011:5)

(4)

banyak). Pada metode ini, sampel jaringan dimasukkan ke dalam suatu seri larutan bertingkat yang potensial osmotiknya diketahui (Salisbury, 1995 : 62).

Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volume sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel. Sel epidermis daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.

Para ahli fisiologi tumbuhan menganggap bahwa plasmolisis insipien terjadi pada jaringan yang separuh jumlah selnya baru saja mulai mengalami plasmolisis (protoplas baru mulai terlepas dari dinding sel), berarti tekanan-dalamnya sama dengan nol. Jika anggapan itu benar, maka potensial osmotic lautan penyebab plasmolisis insipien setara dengan potensial osmotic di dalam seel, sesudah kesetimbangan dengan larutan tercapai (Salisbury, 1995 : 62- 63).

(5)

BAB III METODE

A. ALAT DAN BAHAN 1 Daun Rhoeo discolor 2 Mikroskop

3 Larutan sukrosa dengan konsentrasi : 0,14 M; 0,16M; 0,18M; 0,20M; 0,22M;

0,24M; 0,26M 4 Larutan NaCl 5 Aquades 6 Gilet (Silet) 7 Gelas Objek 8 Gelas penutup 9 Pipet

10 Kamera 11 Jarum

B. CARA KERJA

1 Pengamatan daun Rhoeo discolor dengan menggunakan air

a Menyiapkan daun Rhoeo discolor, kemudian menyayatnya secara membujur b Menetesi air ± 3 tetes dari pipet pada glas objek

c Meletakan sayatan daun yang telah disayat tadi ke dalam gelas objek yang telah ditetesi air.

d Menutup gelas objek tersebut dengan cover gelas e Mengemati di mikroskop

f Photo hasil pengamatan tersebut sebagai perbandingan 2 Pengamatan daun Rhoeo discolor dengan menggunakan sukrosa

a Setelah preparat yang telah diamati pada pengamatan daun Rhoeo discolor dengan menggunakan air tadi, kemudian metetesi preparat dengan larutan sukrosa

b Mengamati perubahan yang terjadi.

c Mencatat waktu serta jumlah sel terplasmolisis

d Memfoto hasil pengamatan tersebut sebagai perbandingan.

3 Pengamatan daun Rhoeo discolor dengan menggunakan sukrosa

a Setelah preparat yang telah diamati pada pengamatan daun Rhoeo discolor dengan

(6)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN

No/

Kel

Perlakuan sukrosa

Waktu Keadaan sel dalam satu bidang pandang Ket.

Terplasmolisis (%) Tak Terplasmolisis (%)

1. 0,14 M 5’ pertama 7,6 92,4 Jumlah

sel awal 39

5’ ke dua 10,3 89,7

5’ ke tiga 15,4 84,6

5’ ke empat 17,9 82,1

2. 0,16 M 5’ pertama 19,7 80,2 Jumlah

sel awal 162

5’ ke dua 37,6 62,3

5’ ke tiga 55,55 44,5

5’ke empat 55,55 44,5

3. 0,18 M 5’ pertama 41,4 58,6 Jumlah

sel awal 29

5’ ke dua 58,6 41,4

5’ ke tiga 72,4 27,6

5’ ke empat 79,3 20,7

4. 0,20 M 5’ pertama 30,3 66,7 Jumlah

sel awal 33

5’ ke dua 51 49

5’ ke tiga 63,6 36,4

5’ ke empat 75,7 24,3

5 0,22 M 5’ pertama 2,8 97,2 Jumlah

sel awal 35

5’ ke dua 14,3 85,7

5’ ke tiga 25,7 74,3

5’ ke empat 25,7 74,3

6. 0,24 M 5’ pertama 0 100 Jumlah

sel awal 140

5’ ke dua 2,86 97,14

5’ ke tiga 5 95

5’ ke empat 5 95

7. 0,26 M 5’ pertama 14,4 85,6 Jumlah

sel awal 83

5’ ke dua 20,5 79,5

5’ ke tiga 21,7 78,3

5’ keempat 22,9 77,1

B. PEMBAHASAN

Percobaan dengan topik Potensial Osmotik dan Plasmolisis ini bertujuan untuk menemukan fakta tentang gejala plasmolisis, menunjukkan faktor penyebab plasmolisis, mendeskripsikan peristiwa plasmolisis, dan menunjukkan hubungan antara plasmolisis

(7)

dengan status potensial osmotik antara cairan selnya dengan larutan di lingkungannya.

Percobaan plasmolisis ini menggunakan preparat dari epidermis permukaan bawah daun Rhoeo discolor atau Jadam, Md. Daun ini digunakan karena bagian bawah daunnya

mengandung sel yang penuh dengan warna ungu (anthosianin), sehingga dapat dengan mudah diamati perubahan warna selnya di bawah mikroskop. Larutan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,14 M, 0,16 M, 0,18 M, 0,20 M, 0,22 M, 0,24 M dan 0,26 M. Perbedaan konsentrasi yang digunakan ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan dengan jumlah sel yang terplasmolisis.

Pada percobaan ini dilakukan pertama-tama dengan menyiapkan larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi yang telah disebutkan di atas. Setelah itu membuat sayatan epidermis bawah daun Rhoeo discolor (Jadam, Md), kemudian meletakkan sayatan pada gelas benda lalu ditetesi air dan menutup dengan gelas penutupnya. Selanjutnya, mengamati preparat tersebut di bawah mikroskop. Setelah itu menghitung jumlah sel yang penuh dengan warna ungu (anthosianin) yang terdapat dalam bidang pengamatan.

Kemudian menetesi preparat tersebut dengan larutan sukrosa ke tepi gelas penutupnya dan mengamati serta mencatat terjadinya perubahan sel-sel beranthosian tadi terus menerus selama 5 menit, 10 menit, 15 menit, dan 20 menit. Langkah terakhir menghitung sel-sel yang mengalami pemudaran warna anthosianin ungu menjadi transparan.

Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada pengamatan sayatan epidermis permukaan bawah daun Rhoeo discolor.

Perlakuan sukrosa 0,14 M

Sebelum diberi perlakuan sukrosa 0,14 M sayatan epidermis permukaan bawah

(8)

Sebelum diberi perlakuan sukrosa 0,16 M sayatan epidermis permukaan bawah daun Rhoeo discolor diamati di bawah mikroskop dan teramati sel yang berwarna ungu

(antosianin) sebanyak 162. Kemudian setelah itu diberi perlakuan sukrosa 0,16 M. Pada 5 menit pertama didapatkan hasil yaitu sel yang terplasmolisis sebesar 19,7%. Pada 5 menit kedua sel yang terplasmolisis sebesar 37,6%. Pada 5 menit ketiga sel yang terplasmolisis sebesar 55,55%. Terakhir pada 5 menit keempat sel yang terplasmolisis sebesar 55,55%.

Perlakuan sukrosa 0,18 M

Sebelum diberi perlakuan sukrosa 0,18 M sayatan epidermis permukaan bawah daun Rhoeo discolor diamati di bawah mikroskop dan teramati sel yang berwarna ungu(antosianin) sebanyak 29. Kemudian setelah itu diberi perlakuan sukrosa 0,18 M.

Pada 5 menit pertama didapatkan hasil yaitu sel yang terplasmolisis sebesar 41,4%. Pada 5 menit kedua sel yang terplasmolisis sebesar 58,6%. Pada 5 menit ketiga sel yang terplasmolisis sebesar 72,4%. Terakhir pada 5 menit keempat sel yang terplasmolisis sebesar 79,3%.

Perlakuan sukrosa 0,20 M

Sebelum diberi perlakuan sukrosa 0,20 M sayatan epidermis permukaan bawah daun Rhoeo discolor diamati di bawah mikroskop dan teramati sel yang berwarna ungu(antosianin) sebanyak 33. Kemudian setelah itu diberi perlakuan sukrosa 0,20 M.

Pada 5 menit pertama didapatkan hasil yaitu sel yang terplasmolisis sebesar 30,3%. Pada 5 menit kedua sel yang terplasmolisis sebesar 51%. Pada 5 menit ketiga sel yang terplasmolisis sebesar 63,6%. Terakhir pada 5 menit keempat sel yang terplasmolisis sebesar 75,7%.

Perlakuan sukrosa 0,22 M

Sebelum diberi perlakuan sukrosa 0,22 M sayatan epidermis permukaan bawah daun Rhoeo discolor diamati di bawah mikroskop dan teramati sel yang berwarna ungu(antosianin) sebanyak 35. Kemudian setelah itu diberi perlakuan sukrosa 0,22 M.

Pada 5 menit pertama didapatkan hasil yaitu sel yang terplasmolisis sebesar 2,8%. Pada 5 menit kedua sel yang terplasmolisis sebesar 14,3%. Pada 5 menit ketiga sel yang

(9)

terplasmolisis sebesar 25,7%. Terakhir pada 5 menit keempat sel yang terplasmolisis sebesar 25,7%.

Perlakuan sukrosa 0,24 M

Sebelum diberi perlakuan sukrosa 0,24 M sayatan epidermis permukaan bawah daun Rhoeo discolor diamati di bawah mikroskop dan teramati sel yang berwarna ungu(antosianin) sebanyak 140. Kemudian setelah itu diberi perlakuan sukrosa 0,24 M.

Pada 5 menit pertama didapatkan hasil yaitu sel yang terplasmolisis sebesar 0%. Pada 5 menit kedua sel yang terplasmolisis sebesar 2,8%. Pada 5 menit ketiga sel yang terplasmolisis sebesar 5%. Terakhir pada 5 menit keempat sel yang terplasmolisis sebesar 5%.

Perlakuan sukrosa 0,26 M

Sebelum diberi perlakuan sukrosa 0,26 M sayatan epidermis permukaan bawah daun Rhoeo discolor diamati di bawah mikroskop dan teramati sel yang berwarna ungu(antosianin) sebanyak 71. Kemudian setelah itu diberi perlakuan sukrosa 0,26 M.

Pada 5 menit pertama didapatkan hasil yaitu sel yang terplasmolisis sebesar 14,4%. Pada 5 menit kedua sel yang terplasmolisis sebesar 20,5%. Pada 5 menit ketiga sel yang terplasmolisis sebesar 21,7%. Terakhir pada 5 menit keempat sel yang terplasmolisis sebesar 22,9%.

Setelah melakukan percobaan dapat diketahui gejala yang terjadi pada peristiwa plasmolisis. Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya plasmalemma atau membran plasma dari dinding sel karena dehidrasi (sel kehilangan air). Setelah preparat dari sel epidermis bawah daun Rhoeo discolor yang memiliki warna ungu (antosianin) ditetesi dengan larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi terjadi perubahan pada sel tersebut yang

(10)

0,22 M, 0,24 M, 0,26 M). Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volume sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel. Sel epidermis daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.

Apabila dibandingkan menurut literatur ternyata hasil percobaan yang dilakukan justru berbeda dengan literatur. Karena pada tabulasi data pada konsentrasi tertinggi yaitu 0,26M sel yang terplasmolisis hanya 22,9% pada 5 menit keempat padahal pada konsentrasi yang dibawahnya misalnya pada konsentrasi 0,18M sel yang terplasmolisis sebesar 79,3% pada 5 menit keempat. Hal ini disebabkan karena perbedaan jumlah tetesan larutan sukrosa yang diteteskan pada sel epidermis Rhoeo discolor dan ada sebagian larutan sukrosa yang diteteskan tidak mengenai sel epidermis tersebut. Sel epidermis yang diamati sangat kecil dan dan celah antara gelas penutup dan sel epidermis sangatlah sempit, sehingga larutan sukrosa sulit mengenai sel epidermis.

Selain itu, kemungkinan terjadi kesalahan penghitungan jumlah sel yang terplasmolisis karena sel-sel epidermis dari Rhoeo discolor sangat banyak dan letaknya saling berdekatan satu sama lain.

Plasmolisis merupakan peristiwa lepasnya plasmalemma atau membrane plasma dari dinding sel karena sel kehilangan air atau dehidrasi ketika sel ditempatkan di larutan dengan konsentrasi tinggi atau hipertonis terhadap sel atau memiliki potensial osmotik yang lebih tinggi. Pada saat sel ditempatkan di larutan yang hipertonis, maka air akan keluar dari vakuola, sehingga membran sitoplasma akan mengkerut dan terlepas dari dinding sel. Pada percobaan kali ini digunakan epidermis bawah daun Rhoeo discolor yang memiliki pigmen warna ungu (antosianin), hal ini dimaksudkan untuk mempermudah proses pengamatan. Selain itu, juga digunakan larutan sukrosa berbagai konsentrasi yang berperan sebagai larutan hipertonis terhadap sel.

Referensi

Dokumen terkait

Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi (titrasi asam-basa) yaitu suatu penambahan indikator warna pada larutan yang diuji, kemudian

Tempatkan kertas saring pada alat kromatografi yang telah diisi larutan kromatografi, usahakan agar bagian yang mengandung pigmen warna dari daun tidak tenggelam dalam

Plasmolisis menyebabkan jaringan yang ditempatkan pada larutan yang hipertonis (konsentrasi air di dalam sel lebih tinggi daripada konsentrasi air di larutan sebelah luar

- Transpiransi, yaitu bagian yang paling utama dari kehilangan air ini. Dalam daun air akan diuapkan dari dinding sel ke ruang antar sel. Dari sini didifusikan ke luar ke udara

Kemudian penambahan KI-I2 satu tetes sebagai uji iodine untuk menunjukkan ada/tidaknya amilum pada suatu larutan dan untuk menunjukkan perubahan warna menjadi kuning

Dari praktikum yang dilakukan dapat diketahui bahwa daun yang berwarna hijau setelah ditetesi lugol menghasilkan warna ungu kehitam-hitaman, hal ini membuktikan bahwa pada

Sel darah pada objek glass yang diberi larutan NaCl 0,65% akan menghasilkan sel darah yang mengembang sama seperti pada pemberian NaCl 0,1% tetapi ada sedikit perbedaan

3.3.5 Menghitung Jumlah Sel Darah Putih Leukosit Darah dihisap dengan menggunakan pipet eritrosit sampai tanda 0,5 atau 1,0 lalu ujung pipet dibersihkan dengan tisu, dihisap larutan