Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom.I)
Oleh : DIDIN MUHIDIN NIM : 1112053100023
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
i
Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang Tahun 2016, Dibawah bimbingan Dra. Hj. Jundah Sulaiman, MA
Haji merupakan bahasan yang sangat menarik untuk dikaji dalam hal pelaksanaannya, karena haji mengundang berbagai banyak polemik permasalahan disetiap kali penyelenggaraanya pada musim haji. Hal yang paling di soroti dalam pelaksanaan ibadah haji adalah dalam bimbingannya, baik ketika di tanah air maupun ketika berada di tanah suci. Tidak sedikit dari jemaah yang masih kebingungan dalam melaksanakan ibadahnya ketika berada di tanah suci. Kementrian Agama Kota Tangerang adalah sebuah lembaga Kementrian Agama tingkat daerah kota, yang melakukan penyelenggaraan ibadah haji, salah satunya adalah melakukan penyelenggaraan bimbingan manasik haji kepada calon jemaah haji, hal tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian di Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah tentang pelaksanaan bimbingan manasik haji yang dilaksanakan di Kemenag Kota Tangerang, hal ini bertujuan untuk mengetahui ke efektifan bimbingan manasik haji yang dilaksanakan Kemenag Kota Tangerang.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, yang mana metode ini menghasilkan data deskriptif berupa wawancara dan pengambilan dokumentasi.
Dari hasil penelitian penulis temukan bahwa bimbingan manasik yang diselenggarakan oleh kementrian Agama Kota Tangerang di nilai efektif. Hal tersebut di ukur dari segi kuantitas, kualitas, dan waktu. Kemudian suksesnya pelaksanaan bimbingan manasik ditingkat kecamatan dan tingkat kota sesuai Standar Operasional Prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah dan sesuai dengan rencana yang dibuat. ditambah lagi dengan hadirnya KBIH yang berada di kota Tangerang. Semua calon jemaah haji disarankan mengikuti dan bergabung dengan KBIH demi menambah pengetahuan ilmu manasiknya.
ii
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin, segala puji dan syukur senantiasa penulis
panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan cinta dan kasih sayang-Nya
kepada setiap makhluknya serta menurunkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua, sehingga tangan ini mampu menorehkan kata demi kata untuk menjadi
sebuah karya yang bermakna. Shalawat serta salam semoga senantiasa
dilimpahkan kepada Rasulullah SAW penerima Al-qur’an dan pembawa
As-sunnah yang berisi petunjuk, rahmat, serta kabar gembira bagi seluruh kaumnya.
Shalawat beserta salam mudah-mudahan Allah limpahkan pula pada keluarganya,
sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih
yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan
skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil, karena penulis yakin
tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dr.Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
iii
3. Dra. Hj. Jundah Sulaiman, MA selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan banyak masukan kepada penulis dan telah ikhas meluangkan
waktunya untuk membimbing serta memberikan arahan, petunjuk, dan
saran yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama
ini telah memberikan ilmu pengetahuannya, semoga ilmu yang telah
dibeikan bermanfaat bagi penulis dan penulis pun dapat mengamalkan
kembali ilmu yang telah diberikan.
5. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, dan Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
banyak membantu penulis dalam memberikan referensi buku-buku dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu sabar mendidik penulis dari kecil
sampai sekarang dan tidak bosan-bosannya mengingatkan penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. Bapak dan Ibuku tercinta terimakasih untuk
semua yang telah kalian berikan kepadaku dukungan materil, do’a dan
semangat, semoga Allah SWT membalas dengan limpahan kasih sayang,
keridhoan, kebarokahan dan kebaikan hidup didunia maupun akhirat.
7. Kakak tercinta yang selalu memotivasi disaat penulis merasa malas agar
iv
9. Bapak Drs A. H. Nahrowi A, M. Pd selaku Kepala Seksi Penyelenggaraan
Haji dan Umrah Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang.
10.Bapak H. Basuni, S. Pdi selaku Pembinaan Haji dan Umrah Kantor
Kementrian Agama Kota Tangerang yang selalu memberikan saran dan
membantu penulis dalam memperoleh data.
11.Teman-teman UKHUYY : Faiq, Shandy, Deden, Abas, dan seluruh teman
MHU angkatan 2012, yang telah memberi warna dalam kehidupan penulis.
Tanpa dukungan mereka semua, skripsi ini tidak akan terwujud. Semoga
doa serta dukungan selama ini dibalas oleh Allah SWT.
Akhir kata penulis sampaikan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua
pembaca dalam menambah pengetahuannya dibidang Manajemen Haji dan
Umrah. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi
ini.
Jakarta, 11 Juni 2016
v
KATA PENGANTAR………...………….……. ii
DAFTAR ISI…………...………...……. v
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR TABEL... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………...…… 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah………...… 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………...…..……… 9
D. Metodologi Penelitian………...… 10
E. Tinjauan Pustaka………...………..… 13
F. Sistematika Penulisan………...……….. 14
BAB II LANDASAN TEORI A. Efektivitas 1. Pengertian Efektivitas…………...…………...……….. 16
2. Pengukuran Efektivitas………...……. 18
B. Bimbingan Manasik Haji 1. Pengertian Bimbingan Manasik Haji………...…….. 21
2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Manasik Haji……….. 26
vi
A. Sejarah dan Perkembangannya………...……… 32
B. Visi, Misi, dan Motto………...……….. 34
C. Struktur Organisasi………...……. 35
D. Tugas Pokok dan Fungsi Kemenag Kota Tangerang………...…….. 37
E. Tujuan dan Sasaran... 38
F. Sarana dan Prasarana Manasik Haji………...……… 40
G. Pembimbing Manasik Haji………...……. 40
H. Peserta Bimbingan Manasik Haji………...……… 41
BAB IV ANALISIS BIMBINGAN MANASIK HAJI PADA KANTOR KEMENTRIAN AGAMA KOTA TANGERANG A. Standar Operasional Prosedur (SOP) Bimbingan Manasik Haji Kemenag Kota Tangerang………...………. 42
B. Mekanisme dan Prosedur Bimbingan Manasik Haji Kemenag Kota Tangerang………...……… 46
C. Unsur-unsur Bimbingan Manasik Haji... 49
1. Pembimbing Manasik Haji………...……… 49
2. Peserta Bimbingan Manasik Haji………...….. 49
3. Materi………...………. 49
4. Metode………...……….. 50
5. Media………...….. 50
6. Tujuan dan Pengaruh………...……….. 50
vii
DAFTAR PUSTAKA………..66
viii
Tangerang………...……... 36
2. Gambar 3. 2 : Struktuk Organisasi Seksi Penyelenggaraan Haji dan
ix
2. Tabel 4. 2 : Jumlah Jemaah Haji Kota Tangerang dari Segi Pendidikan.. 59
3. Tabel 4. 3 : Materi Bimbingan Manasik Haji Massal... 63
1 A. Latar Belakang Masalah
Memeriahkan ka’bah setiap tahun dengan haji dan umrah
merupakan fardhu kifayah bagi orang yang mampu, baik yang sudah
pernah menjalankan kewajiban haji maupun yang belum menunaikannya.
Jika ada sebagian orang yang melaksankannya, maka gugurlah kewajiban
tersebut dari yang lain. Namun, jika tidak ada seorang pun yang
melaksanakannya, maka mereka semua berdosa dan bisa diperangi
sebagaimana halnya orang yang meninggalkan kewajiban shalat, zakat,
dan kewajiban-kewajiban sejenisnya.
Diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur dan lainnya dari jalur Al
-Hasan, ia berkata: Umar bin Khaththab r.a pernah berkata, “jikalau orang
-orang meninggalkan haji satu tahun, niscaya aku perangi mereka
karenanya sebagaimana kami perangi mereka lantaran meninggalkan
shalat dan zakat.
Umar bin khaththab juga pernah berkeinginan menugaskan dan
mewajibkan sejumlah orang dari kalangan kaum muslimin untuk
menunaikan haji setiap tahun agar kaum muslimin tidak ketinggalan
mengerjakan ritual ini dan menyegerakan diri menjalankannya. Hal ini
maka hal itu akan membuahkan penindakan keras dengan senjata
sebagaimana halnya orang yang meninggalkan shalat, zakat, atau adzan,
sebab adzan adalah fardhu kifayah yang jika diabaikan oleh penduduk
suatu wilayah (ahl al-balad), mereka akan ditindak tegas karenanya.
Dari sini, terpapar jelas bahwa ibadah haji hukumnya fardhu „ain
atas orang yang berhaji dengan syarat-syaratnya, fardhu kifayah bagi
orang-orang hidup, dan sunnah (tathawwu’) bagi yang pernah
menjalankannya. Disebut dalam Al-Mubdi’ bahwa haji hukumnya fardhu
kifayah tiap tahun.1 Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 196 Allah
dengan materi karena kandungan hikmahnya sangat luar biasa, maka inilah
balasan yang pantas diberikan kepada haji mabrur. Dan tidak berlebihan
1
Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Prof. Dr. Abdul Wahhab Sayyed Hawwas,
Fiqih Ibadah: Thaharah, Shalat, zakat, Puasa, dan Haji (Jakarta: Amzah, t.t.), h. 495-496.
2
jika dengan menunaikan ibadah Haji, seorang muslim merasa telah
menyempurnakan agamanya.3
Menurut al-Qurtuby pakar Tafsir dan Hukum (wafat tahun 671 H),
pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para pakar tentang Haji
mabrur maknanya berdekatan. Simpulannya adalah bahwa haji mabrur
adalah haji yang sempurna hukum-hukumnya sehingga terlaksana secara
sempurna sebagaimana yang dituntut.4 Hadits riwayat Bukhori Rasulullah
saw bersabda:
Artinya: “Pahala dari ibadah umrah ke umrah dapat menghapus
dosa di antara keduanya, dan haji yang mabrur tidak ada balasan lain
baginya kecuali balasan surga.” (H. R. Bukhari).
Untuk dapat melaksanakan ibadah Haji dengan baik dan benar,
yaitu khusyu’, sesuai syariah, aman dan selamat, selain diperlukan
penguasaan dan pemahaman mansik secara benar, juga dibutuhkan
kekuatan dan kesehatan fisik yang baik. Karena itu agar jemaah memiliki
pemahaman yang benar dan utuh mengenai ibadah Haji, diperlukan
bimbingan kepada jemaah secara kompherensif dan berkesinambungan,
baik berupa penambahan waktu bimbingan manasik, ditambah dengan
3
Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta: FDK Press, 2008), h. 1.
4
pengetahuan dasar tentang latar belakang sosio-historis ibadah Haji serta
pemahaman sejarah hidup Rasul.5 Hadits riwayat Muslim Rasulullah saw
bersabda:
Artinya: “Ambillah (ikutilah) kalian dari aku mengenai tatacara
haji kalian, barang kali aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian setelah
tahun ini”. (H. R. Muslim).
Manasik haji yang dikenalkan oleh Rasulullah SAW adalah
penyempurna dari manasik Haji para nabi sebelumnya, termasuk manasik
haji Nabi Ibrahim as.6Manasik merupakan bimbingan dan latihan untuk
pelaksanaan haji tersebut. Umumnya akan berlangsung 8-12 minggu
sebelum keberangkatan. Semua informasi yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan ibadah haji akan diberikan pada saat manasik ini, dan dipandu
oleh ustadz, ustadzah, dan muthaif (pemandu/guide) yang akan
membimbing jemaah selama melaksanakan ibadahnya. Hal ini
dimaksudkan untuk menjadi pedoman Jemaah haji dalam melaksanakan
manasik sesuai dengan alur gerak dan tempat kegiatan haji.7
Untuk dapat memahami ibadah haji dengan benar dan baik, maka
jamaah harus dapat memahami cara-cara pelaksanaannya, tujuan, dan
5
A. Chunaini Saleh, Penyelenggara Haji Era Reaformasi, (Jakarta: Pustaka Alvabet, November 2008), h. 92.
6
Aguk Irawan MN, Panduan Superlengkap Haji dan Umrah, (Jakarta: Qultum Media, 2011), cet. 1, h. 29-30.
7
kandungan makna yang terdapat dalam ibadah haji tersebut. Itulah yang
disebut ilmu manasik serta syarat-syarat wajib haji, maka ia harus
mengetahui ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan ibadah haji, agar hajinya diterima oleh Allah SWT. mengingat
betapa pentingnya ilmu manasik haji dan umrah ini bagi calon Jemaah haji
maka mempelajari ilmu manasik haji dan umrah hukumnya wajib.8
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Junto Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 2009 mengamanatkan bahwa Pemerintah berkewajiban
melakukan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dengan menyediakan
layanan administrasi, bimbingan ibadah hajij, akomodasi, transportasi,
pelayanan kesehatan, keamanan, dan hal-hal lain yang diperlukan oleh
Jemaah Haji. Kewajiban Pemerintah ini adalah dalam rangka memenuhi
hak Jemaah Haji, yaitu memperoleh pembinaan, pelayanan, dan
perlindungan dalam menjalankan ibadah Haji.9
Bimbingan jemaah haji bertujuan memberikan bekal pengetahuan
tentang manasik haji, proses perjalanan haji, akhlakul karimah dan adat
istiadat/budaya Arab Saudi agar jemaah haji dapat melaksanakan ibadah
haji dengan tertib, dalam melaksanakan ibadahnya.
Kementrian Agama Kota Tangerang adalah sebuah lembaga
Kementrian Agama tingkat daerah kota, yang melakukan penyelenggaraan
8
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah Haji dan Umrah Lengkap, (Jakarta: Era Intermedia, 2006), h. 19.
9
ibadah Haji, salah satunya adalah melakukan penyelenggaraan bimbingan
manasik haji kepada calon jemaah Haji.
Dari pantauan di lapangan, masih banyak jamaah yang
kebingungan dalam melaksanakan prosesi ibadah haji. Mulai dari
memakai kain ihram, niat umrah, salat sunah, tawaf hingga sa'i. Dengan
penambahan manasik, diharapkan jamaah mampu melaksanakan prosesi
haji secara mandiri. Kasi Bimbingan Ibadah Haji dan Pengawasan
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Daerah Kerja (Daker) Makkah,
Tawwabuddin menuturkan, saat melaksanakan tawaf ada jamaah yang
sudah berhenti sebelum putaran ke tujuh. "Kondisi ini menjadi masalah
karena dari sisi ibadahnya seperti itu belum sah," katanya. Temuan lainnya
diutarakan anggota tim bimbingan ibadah Daker Makkah, Janter
Simanjutak. "Petugas bimbingan ibadah sempat bertemu dua jamaah yang
memulai sa’i dari Bukit Marwah. Padahal seharusnya dari Bukit Safa,"
ujarnya. Sebenarnya, tim bimbingan ibadah haji sudah mengerahkan
petugas selama 24 jam untuk membimbing jamaah saat tawaf dan sa'i.
Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) sudah
membuat kurikulum manasik dalam bentuk buku dan versi digital agar
jamaah bisa beribadah haji secara mandiri. Namun, banyak yang belum
dibaca dan dipraktikkan langsung.Salah seorang jamaah asal Ngawi, Jawa
Timur, Dwi Kuntoro mengaku penyelenggaran manasik terlaku mepet
dengan waktu keberangkatan. "Kalau dilaksanakan mepet dengan waktu
saat tiba di Mekkah," ujarnya. Tahun ini jamaah hanya mendapatkan 6 kali
manasik. Rinciannya 4 kali di Kantor Urusam Agama (KUA) Kecamatan,
dan 2 kali di tingkat Kabupaten. Sedangkan pada 2014, jamaah
mendapatkan 10 kali manasik. Pengurangan jumlah manasik diputuskan
dalam rapat pembahasan dengan DPR pada April 2015. Kepala Daker
Makkah Arsyad Hidayat berharap pembiayaan manasik ditingkatkan agar
tahun depan jemaah bisa memahami tata cara melaksanakan haji. "Banyak
jemaah kita yang masih memerlukan penyuluhan," pungkasnya.10
Menurut Mentri Agama Lukman Hakim menyadari pentingnya
manasik dilakukan lebih intensif, minimal sama dengan tahun 2014 dan
tahun sebelumnya yang dilakukan sebanyak 10 kali. Menag mengaku
bahwa pada 2015 karena alasan efisiensi, jumlah manasik dikurangi.
“Hasil evaluasi kami, ternyata banyak yang mengeluhkan ini
sehingga harus ditambah. Tahun 2016, kami menyampaikan usulan ke
DPR agar jumlah manasik kembali menjadi 10 kali lagi. Mudah-mudahan
DPR menyetujuinya,” jelas Menag. Selain masalah ibadah, Menag
berharap manasik nantinya juga diisi dengan pengenalan terhadap kultur,
budaya, dan tradisi masyarakat Saudi Arabia. Termasuk juga mengenai
perbedaan antara cuaca di Tanah Air dengan di Tanah Suci. “Jadi ilmu
10
Dikutip dari
hidup di negara orang perlu juga dipahami oleh jemaah haji kita yang 34
persen masih lulusan SD,” tutur Menag.11
Melihat permasalahan tersebut, maka dari pada itu penulis akan
menuangkan dalam sebuah karya ilmiah “skripsi” Efektivitas Bimbingan
Manasik Haji Pada Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang Tahun 2016
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Dalam hal ini penulis memberikan batasan dan perumusan masalah
sebagai berikut:
1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah pada penelitian ini diambil agar
penelitian yang dilakukan lebih terarah dan terperinci, penulis
membatasi permasalahan yang akan dibahas yakni Efektivitas
Bimbingan Manasik Haji Pada Kantor Kementrian Agama Kota
Tangerang Tahun 2016
2. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah yang akan dibahas diatas penulis
merumuskan masalah sebagaiberikut:
11
a. Bagaimana pelaksanaan bimbingan manasik haji yang dilakukan
di Kemenag Kota Tangerang.
b. Bagaimana efektivitas bimbingan manasik yang dilaksanakan di
Kemenag Kota Tangerang.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dari penulisan skripsi ini adalah:
a. Mengetahui tujuan bimbingan yang telah diberikan petugas di
Kemenag Kota Tangerang.
b. Mengetahui ke efektifan bimbingan yang telah diberikan oleh
petugas di Kemenag Kota Tangerang.
2. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
Sebagai salah satu literatur dalam rangka mengembangkan
wawasan terutama mengenai bimbingan manasik haji.
b. Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan
pemikiran dan bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan
Disamping itu juga penulis ingin menyumbangkan hasil
dari penelitian skripsi ini kepada perpustakan sebagai koleksi
tulisan ilmiah yang bermanfaat.
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu
field research (penelitian lapangan), yang dimana penelitian langsung
terjun ke lapangan (objek) penelitian untuk mengamati sesuatu. Dalam hal
ini mengenai efektivitas bimbingan manasik haji di Kementrian Agama
Kota Tangerang.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif
kualitatif, yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia,
suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang.12
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Kantor Kementrian Agama Kota
Tangerang. Sedangkan objek dari dari penelitian ini adalah Efektivitas
Bimbingan Manasik Haji.
12
3. Sumber Data
Sumber data ini sangat penting untk digunakan dalam penelitian
guna menjelaskan benar atau tidaknya suatu penelitian. Dalam hal ini
penulis menggunakan:
a. Data Primer
Marupakan data utama yang diperoleh langsung dari
responden berupa catatan tertulis dari hasil wawancara, serta
dokumentasi dari pihak Kantor Kementrian Agama Kota
Tangerang.
b. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber yang
tertulis yang terdapat dalam buku dan literature terkait.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini,
maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai
berikut:
a. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan
langsung kelapangan dengan mendatangi narasumber yakni pada
Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang. Hal ini guna
mengetahui keadaan yang sebenarnya yang terjadi pada lokasi
penelitian berkaitan dengan penyelenggaraan bimbingan manasik
b. Wawancara
Pada wawancara penulis mengadakan komunikasi langsung
dan mengajukan beberpa pertanyaan ke beberapa pihak yang
bersangkutan baik secara lisan maupun mendengarkan langsung
keterangan atau informasi dari pihak Kantor kementrian Agama
Kota Tangerang.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan dan menggali
data tentang suatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan
manasik haji khususnya dalam hal efektivitas bimbingan manasik
haji yang ada di Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh
melalui dokumen-dokumen.13Penulis menggunakan data dan
sumber yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas.
5. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang penulis gunakan dalam mengolah
data penelitian ini adalah dari hasil wawancara, observasi,
dokumentasi dan bahan pustaka dengan menggunakan pola deskriptif
analisis, yakni peneliti mencoba memaparkan semua data dan
13
informasi yang diperoleh kemudian menganalisa data dengan
berpedoman dengan sumber-sumber tertulis.
6. Teknis Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan ini adalah menggunakan
“Pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)”,
karangan Hamid Nasuhi dkk,CeQDA UIN Syarif Hidayatullah, 2012.
7. Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kantor Kementrian Agama Kota
Tangerang, yang beralamatkan di Jl. Jend. A. Yani. No. 08 Kota
Tangerang 15116 Tel./Fax. (021) 5523118.Adapun waktu penelitian
ini dimulai pada bulan April-Juni 2016.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, langkah awal yang penulis tempuh
adalah mengkaji terhadap pustakata-pustaka yang ada sebelum penulis
mengadakan penelitian lebih lanjut dan menyusunnya menjadi suatu karya
ilmiah.
Adapun kajian pustaka yang memiliki judul hampir sama dengan
yang ditulis oleh penulis adalah yang pertama milik Ayu Mayuroh, dalam
penelitiannya yang berjudul “Optimalisasi Bimbingan dan pelayanan
ibadah Jemaah Haji Khusus Pada PT. Alia Indah Wisata 2014” dalam
penelitian ini tujuannya memberikan pelayanan secara maksimal tanpa
dalam penelitiannya yang berjudul “Pengawasan Kegiatan Bimbingan
Manasik Haji pada KBIH Nurul Hikmah” dalam penelitian ini adapun
tujuannya adalah mengetahui pengawasan dalam kegiatan bimbingan
manasik haji di KBIH Nurul Hikmah.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini penulis membahas dengan membagi
beberapa bab dan kemudian penulis bagi lagi kepada beberapa sub bab.
Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,
pembatasan rumusan masalah, metode penelitian dan teknik
analisa perumusan data, tujuan dan manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORI
Bab ini merupakan rangkaian teori yang menguraikan
tentang pengertian, efektivitas, pengukuran efektivitas,
pengertian bimbingan manasik ibadah haji, fungsi dan
tujuan bimbingan manasik ibadah haji, bentuk dan metode
bimbingan manasik ibadah haji.
BAB III :GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTRIAN
Bab ini membahas tentang sejarah singkat, visi dan misi,
struktur organisasi, fungsi dan tugas pokok, sarana,
pembimbing manasik haji, kompetensi pembimbing
manasik haji, dan jadwal pelaksanaan manasik haji.
BAB IV : TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA
Bab ini merupakan inti pembahasan yang berisi tentang
analisis data berupa deskripsi dari hasil penelitian tentang
efektivitas bimbingan manasik haji pada kantor kemenag
kota tangerang
.
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari
kesimpulan, dan saran. Kemudian penulis sertakan daftar
pustaka dan lampiran lampiran yang berkaitan dengan
16 BAB II
KAJIAN TEORI
A. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang
berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik.
Kamus ilmiah popular mendefinisikan efektivitas sebagai ketetapan
penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Efektivitas adalah
suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,
kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentasi
target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.13
Efektivitas juga menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan,
suatu usaha dapat dikatakan efektif jika itu mencapai tujuanya.14
Pengertian efektivitas menurut Kartika Hadi yang dikutip oleh
Sukirno Agoes adalah sebagai berikut:
“Efektivitas adalah produk akhir kegiatan operasi telah
mencapai tujuannya baik ditinjau dari segi kualitas hasil, kualitas
kerja, maupun batas waktu yang ditargetkan”.
13
Hidayat,EfektivitasDalamKinerjaKaryawan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1986), h. 30.
14
Sedangkan menurut Syahrul dan Muhammad Afdinizar
pengertian efektivitas adalah “Tingkat dimana kinerja sesungguhnya
(aktual) sebanding dengan kinerja yang di targetkan”.
Istilah efektif (effektive) dan efisien (efficient) merupakan dua
istilah yang saling berkaitan dan patut dihayati dalam upaya untuk
mencapai tujuan organisasi.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa efektivitas berarti
penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Artinya pada pelaksanaannya diniai baik atau tidak sangat tergantung
pada bagaimana tugas tersebut dapat diselesaikan dan terutama dapat
menjawab pertanyaan bagaimana cara melaksanakan dan berapa biaya
yang diperlukan atau dikeluarkan.15
H. Emerson yang dikutip langsung oleh Soewarno
Handayaningrat menjelaskan pengertian efektifitas adalah pengukuran
dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya, jelasnya apabila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai
dengan yang direncanakan sebelumnya adalah efektif. Jadi, apabila
tujuan atau sasaran itu tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan, maka pekerjaan itu tidak efektif.16
Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli di atas,
penulis menyimpulkan bahwa efektivitas adalah tercapainya suatu
15
Sondang Siagin, Organisasi Kepemimpinan dan Organisasi (Jakarta: CV Masagung, 1986), Cet-5, h. 149
16
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen
tujuan akhir yang optimal dari harapan yang dibuat sebelumnya dalam
waktu yang telah ditentukan, dalam kata lain adalah adanya suatu
perubahan dari suatu kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Pengukuran Efektivitas
Dengan melihat pengertian efektivitas diatas, maka
dalammencapai efektivitas haruslah dipenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Berhasil guna, yakni untuk menyatakan bahwa kegiatan telah
dilaksanakan dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan
waktu yang ditetapkan.
b. Ekonomis, ialah untuk menyebutkan bahwa didalam usaha
penyampaian efektif itu maka biaya, tenaga kerja, material,
peralatan, waktu, ruangan dan lain-lain telah dipergunakan dengan
setepat-tepatnya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
perencanaan dan tidak adanya pemborosan serta penyelewengan.
c. Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab, yakni untuk
membuktikan bahwa dalam pelaksanaan kerja sumber-sumber
telah dimanfaatkan dengan setepat-tepatnya haruslah dilaksanakan
dengan bertanggung jawab sesuai dengan perencanaan yang telah
d. Pembagian kerja yang nyata, yakni pelaksanaan kerja dibagi
berdasarkan beban kerja, ukuran kemampuan kerja dan waktu yang
tersedia.
e. Rasionalitas wewenang dan tanggung jawab, artinya wewenang
harus seimbang dengan tanggung jawab. Harus dihindari adanya
dominasi oleh salah satu pihak atas pihak lainnya.
f. Prosedur kerja yang praktis, maka target efektif dan ekonomis,
pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggung jawabkan serta
pelayanan kerja yang memuaskan tersebut haruslah kegiatan
operasional yang dapat dilaksanakan dengan lancar.17
Menurut T. Hani Handoko ukuran efektivitas sebagai berikut:
a. Kegunaan, yakni agar berguna bagi manajemen dalam pelaksanaan
fungsi-fungsinya yang lain, suatu rencana harus fleksibel, stabil,
berkesinambungan dan sederhana.
b. Ketepatan dan obyektivitas, maksudnya semua rencana harus di
evaluasi untuk mengetahui apakah jelas, ringkas, nyata, dan akurat.
c. Ruang lingkup, yakni perlu memperhatikan prinsip-prinsip
kelengkapan, komprehensif (comprehensivenees), kepaduan
(unity), dan konsisten.
d. Efektivitas biaya, dalam hal ini biasanya efektivitas menyangkut
dalam usaha, waktu dan aliran emosional.
17
Sujadi F,X, Organisasi dan Manajemen, Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen
e. Akuntabilitas, terdapat dua aspek akuntabilitas: pertama tangung
jawab atas pelaksanaan, kedua tanggung jawab atas implementasi.
f. Ketepatan waktu, yakni suatu peerencanaan, perubahan-perubahan
yang terjadi sangat cepat akan dapat menyebabkan rencana tidak
tepat atau sesuai untuk berbagi perbedaan waktu.18
Sedangkan menurut FX.Suwarto dalam buku Perilaku
Organisasi, ada beberapa pendekatan untuk mengukur efektivitas,
yaitu pendekatan tujuan, pendekatan teori sistem dan pendekatan teori
multiple kontituensi.Namum dalam hal ini penulis hanya menjelaskan
pendekatan teori tujuan, karena dalam penelitian ini penulis
menggunakan pendekatan tujuan.Yang mana menekankan pada
pentingnya pencapaian tujuan sebagai kriteria penilaian keefektifan.
Menurut FX. Suwarto, pendekatan tujuan itu yang menekankan pada
pentingnya pencapaian tujuan sebagai kriteria penilaian
keefektifan.Pendekatan ini digunakan secara luas dalam usaha
mengevaluasi dan mengukur tingkat keefektifan, dalam praktek
pendekatan menurut tujuan yang banyak digunakan adalah manajemen
berdasarkan sasaran (manajemen by objektif) adalah suatu program
yang mencakup tujuan-tujuan yang khas ditentukan secara partisipatif
untuk suatu kurun waktu tertentu dengan umpan balik mengenai
kemajuan-kemajuan tujuan organisasi tersebut.19
18
T. Hani Handoko, Manajemen(Yogyakarta: BPPE, 2003), h. 103-105
19
Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli diatas, penulis
menyimpulkan bahwatolak ukur efektivitas setidaknya ada empat
komponen yang harus terpenuhi yaitu tepat guna, ekonomis,
akuntabilitas dan ketepatan waktu.
B. Bimbingan Manasik Haji
1. Pengertian Bimbingan Manasik Haji
Bimbingan manasik haji terdiri dari tiga kata yaitu: Bimbingan,
Manasik dan Haji. Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari
bahasa inggris yaitu “guidance”.Kata guidance dalam masalah
pendidikan disebut bantuan, selain itu bimbingan dapat diartikan
arahan, pedoman, dan petunjuk. Kata guidance berasal dari kata dasar
(to) guide, yang artinya menuntun, mempedomani, menjadi petunjuk
jalan, mengemudikan, menuntun orang kejalan yang benar.20
Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Years’s
Book of Education 1995 yang menyatakan bahwa bimbingan adalah
suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk
menentukan dan mengembangkan kemampuan agar memperoleh
kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.21
Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian
bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan
20
H. M. Umar, Sartono, BimbingandanPenyuluhan, (Bandung: CV Pustakasetia 1998), Cet, ke-1, h.9
21
supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia
sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai
dengan tuntunan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga,
masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan
menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan
yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan
membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal
sebagai makhluk sosial.(Rochman Natawidjaja, 1987:31).22
Menurut W.S Winkel Bimbingan berarti pemberian bantuan
kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara
bijaksana dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap
tuntunan-tuntunan hidup.Bantuan itu bersifat psikis (kejiwaan) bukan
“pertolongan” finansial, media, dan lain sebagainya. Dengan adanya
bantuan ini, seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang
dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mapan untuk menghadapi
masalah yang akan dihadapinya kelak ini menjadi tujuan bimbingan.
Jadi, yang memberikan bimbingan menganggap orang lain mampu
menuntun dirinya sendiri, meskipun kemampuan itu mungkin harus
digali dan dikembangkan melalui bimbingan.23
Menurut Crow & Crow (1960:7) bimbingan adalah bantuan
yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita yang memilki
pribadi yang baik dan berpendidikan yang memadai kepada seseorang
22
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta,2008), h. 36
23
dari setiap usia dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya
sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan
sendiri dan memikul bebannya sendiri.24
Definisi bimbingan yang dirumuskan oleh Bimo Walgito:
Bimbingan adalah pertolongan yang diberikan kepada individu atau
sekumpulan individu dalam menghindari dan mengatasi
kesulitan-kesulitan didalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan itu
dapat mencapai kesejahteraan hidupnya”.25
Menurut Aunur Rahim
Faqih yaitu bimbingan lebih mengarah kepada ketentuan dan petunjuk
Allah, karena menurutnya bimbingan islam adalah proses pemberian
bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan
dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan diakhirat.26
Menurut Athur J.Jones, seperti yang dikutip oleh DR. Tohari
Musanmar (1985:4) bimbingan sebagai pertolongan yang diberikan
oleh seseorang kepada orang lain dalam hal membantu pilihan-pilihan,
penyesuaian diri dan pemecahan problem-problem. Tujuan bimbingan
ialah membantu orang tersebut untuk tumbuh dalam hal kemandirian
dan kemampuan bertanggung jawab bagi dirinya sendiri.27
24
Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Jakarta: Ciputat pers, 2002), h. 4
25
Bimo Wagito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Bandung: CV. Ilmu, 1975), cet ke-1, h. 4
26
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), cet ke-2, h. 1-4.
27
Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli diatas,
penulis menyimpulkan bahwa bimbingan adalah proses dimana
pemberian arahan dan petunjuk terus-menerus yang diberikan oleh
seseorang yang memiliki pengetahuan yang lebih atau kompeten
dibidangnya kepada seseorang atau kelompok yang sedang mengalami
permasalahan atau kesulitan sehingga menjadikannya kemandirian
dalam melaksanakan pekerjaannya.
Sedangkan untuk pengertian manasik adalah tata cara
pelaksanaan ibadah haji. Kata manasik merupakan bentuk jamak dari
kata mansak yang memiliki makna perbuatan dan syiar dalam ibadah
haji.28 Lalu menurut Kamus Istilah Haji dan Umrah, manasik adalah
hal-hal peribadatan yang berkaitan dengan ibadah haji: melaksanakan
ihram dari miqat yang telah ditentukan, thawaf, sa’I, wuquf di Arafah,
mabit di Muzdalifah, melempar jumrah, dan lain sebagainya.29
Jadi manasik merupakan tatacara pelaksanaan ibadah baik haji atau
umrah sesuai dengan rukun dan syaratnya, dan merupakan hak yang
tidak bisa diabaikan bagi seorang muslim yang hendak melaksanakan
ibadah haji ke tanah suci, dilakukan sebelum perjalanan haji baik itu
manasik yang diberikan oleh pemerintah (Kecamatan/kota) maupun
lembaga swasta (KBIH). Dengan mengikuti manasik, setiap calon
jemaah haji akan mendapatkan pengetahuan tatacara beribadah haji
yang sesuai dengan anjuran Rasulullah.
28
DedeImadudin, Mengenal Haji ,(Jakarta: PT MitraAksaraPanaitan, 2011), h. 18
29
Kemudian untuk pengertian haji itu sendiri adalah menurut
bahasa berarti menyengaja. Dalam bahasa Arab, haji dibaca dengan
hajj atau hijj, meskipun pada dasarnya kata haji sering dibaca hajj. Jika
dibaca hajj, berarti keterikatan kemampuan dengan gerakan-gerakan
khusus. Jika di baca hijj, haji berarti gerakan-gerakan khusus. Jadi,
najul mahjul berarti laki-laki yang menyengaja. Hanya saja kata hajj
dan hijj kemudian biasa diartikan sebagai sengaja pergi ke Makkah
untuk melangsungkan manasik haji.30
Adapun menurut istilah, haji artinya sengaja mengunjungi
Baitullah (Kabah) untuk melaksanakan ibadah haji dengan syarat dan
ketentuan yang telah ditentukan Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu,
seseorang yang pergi ke Makkah untuk bekerja belum tentu ia dapat
berhaji.31
Dari berbagai definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa
bimbingan manasik haji itu adalah upaya pembekalan, arahan,
petunjuk, pedoman serta pelatihan kepada para calon jemaah haji
sesuai dengan syarat, rukun dan wajib haji. Sehingga diharapkan
dalam pelaksanaannya tidak salah.
Dengan mengikuti kegiatan bimbingan manasik haji, jemaah
akan mendapatkan pengetahuan tentang seputar ibadah haji, baik itu
menyangkut soal ibadah, budaya orang arab, serta cuaca di tanah suci.
30
Al-jawhari, shahhah, Jilid 1, (jawhari, Ismail ibnHammad, shahhahTaj al-LughahwaShahhah al-Arabiyyah, Kairo, 1376 H-1957 M), h. 303
31
2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Manasik Haji
Bimbingan manasik haji itu mempunyai fungsi dan tujuan,
menurut Latif Hasan fungsi dari bimbingan manasik haji adalah:
a. Agar semua calon jemaah mampu memahami semua informasi
tentang pelaksanaan ibadah haji, tuntunan perjalanan, petunjuk
kesehatan dan mampu mengamalkannya pada saat pelaksanaan
ibadah haji di tanah suci.
b. Agar jemaah haji dapat mandiri dalam melaksanakan ibadah
haji, baik secara mandiri, regu atau rombongan.
c. Agar para jemaah haji mempunyai kesiapan menunaikan
ibadah haji baik mental, fisik, kesehatan maupun petunjuk
ibadah haji lain.32
Adapun Tujuan Bimbingan Manasik Haji yaitu;
Tujuan dalam bimbingan manasik adalah supaya jemaah yang
niat berangkat menunaikan ibadah haji merasa aman, tertib dan
sah.Aman dalam arti jemaah tidak merasa khawatir terhadap dirinya
dan harta bendanya. Tertib dalam arti melaksanakan dan memenuhi
syarat, rukun dan wajib sesuai dengan tuntunan agama. Sah dalam arti
tidak ada kekurangan dalam menjalankan ibadah dan manasik.33
32
Latif Hasan dan Nidjam Ahmad, Manajemen Haji, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003), cet ke-2 h. 17
33
Tujuan lainnya agar masyarakat umumnya dapat memahami
manasik haji, disamping itu diharapkan calon jemaah haji dapat
memahami tentang proses pelaksanaan haji dan dapat mempraktekkan
manasik haji secara benar sesuai dengan syariat Islam.
3. Metode dan Bentuk Bimbingan Manasik Haji
Bentuk dan metode merupakan cara kerja yang digunakan
untuk memudahkan kita dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau
kegiatan agar tercapai tujuan seperti yang telah ditentukan dan
diharapkan. Dalam hal bimbingan manasik haji pun terdapat bentuk
dan metode yang digunakan.
Bimbingan jemaah haji dikelompokan menurut bentuknya,
seperti dikemukakan Direktur Pembinaan Haji, bahwa bimbingan
manasik haji oleh pemerintah menurut jenjang organisasi pelaksana
yaitu: (a) Bimbingan kelompok yang dilaksanakan oleh KUA
Kecamatan, (b) Bimbingan massal yang dilaksanakan
Kabupaten/Kota.34
a. Bentuk Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika
kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling
berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi
saran, dan lain-lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya
34
Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Jakarta,
bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk
peserta lainnya.35
Dalam bentuk bimbingan kelompok dilaksanakan di setiap
KUA Kecamatan yang dilakukan dalam 7 (tujuh) kali pertemuan.
Adapun jenis metode yang dipakai dalam bimbingan kelompok ini
diantaranya metode ceramah, diskusi, tanya jawab, simulasi.36
1) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan
pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relative
besar.Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong
timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.37Dalam hal manasik
haji metode ceramah selalu menjadi unggulan para
pembimbing dalam menjelaskan atau menerangkan materi
tentang haji.
2) Metode Diskusi
Metode diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta
atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dana tau
saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah
35
H. Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 178
36
Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Jakarta,
Tuntunan Manasik Haji dan umrah, (Jakarta: Kemenag, 2013), h. 7
37
sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka.
Pembelajaran yang bersifat interaktif.38
Dalam bimbingan manasik haji metode ini dapat dikatakan
baik karena dapat menggali pengetahuan lebih dalam lagi dari
para jemaah tentang materi manasik haji yang telah
disampaikan .
3) Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyampaian pelajaran
melalui interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau dari
siswa kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi.
Dalam metode tanya jawab, guru dan siswa sama-sama aktif
agar mereka tidak tergantung pada keaktifan guru.39
Dalam bimbingan manasik haji, metode ini merupakan
strategi untuk mengukur sejauh mana pemahaman calon
jemaah terhadap materi yang telah disampaikan oleh
pembimbing, serta dapat membangkitkan respon para calon
jemaah.
4) Metode Simulasi
Dalam metode simulasi Udin Syaefudin menyatakan bahwa
simulasi merupakan replikasi atau visualisasi dari perilaku
38
Muhammad Anas, Mengenal Metodologi Pembelajaran, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2012), h. 21
39
sebuah sistem, misalnya sebuah perencanaan pendidikan, yang
berjalan pada kurun waktu yang tertentu.Jadi dapat dikatakan
bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang berisi
seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem
kehidupan yang sebenarnya.Simulasi memungkinkan
keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana ciri-ciri
utam itu bisa dimodifikasi secara nyata.40
Dalam bimbingan manasik haji, metode simulasi
merupakan metode yang tepat untuk mengkondisikan keadaan
pada saat berhaji seperti melaksanakan rukun dan wajib haji.
Metode ini sangat membantu para jemaah dalam menambah
pengetahuannya serta dapat mempunyai gambaran apa saja
yang akan dilakukan selama ditanah suci.
b. Bentuk Bimbingan Massal
Bentuk bimbingan massal dilaksanakan di Kabupaten/kota
oleh Kementrian Agama Kabupaten/Kota. Bimbingan massal ini
dilakukan selama 3 (tiga) kali pertemuan.41 Adapun metode yang
digunakan dalam bimbingan massal ini hampir sama dengan
metode yang dipakai oleh bentuk bimbingan kelompok yang telah
disebutkan sebelumnya. Metode bimbingan massal hanya
40
Syaefudin, Perencanaan Pendidikan Pendekatan Komprehensif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 129
41
Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Jakarta,
menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi.
Dikarenakan bentuk bimbingan massal ini merupakan bentuk
bimbingan umum yang dilaksanakan oleh pihak pemerintah tingkat
32 BAB III
GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTRIAN AGAMA KOTA TANGERANG
A. Sejarah dan Perkembangannya
Kementrian Agama Kantor Kota Tangerang dibentuk berdasarkan
KMA No. 250/IX/1994 dan keberadaannya diresmikan oleh
Walikotamadya Tangerang Drs. H. Zakaria Machmud pada bulan
September 1994. Selanjutnya, atas nama Kepala Kantor Wilayah
Departemen Agama Provinsi Jawa Barat, Walikota Tangerang melantik
Kepala Kantor Departemen Agama Kotamadya Tangerang yang pertama,
yaitu Drs. H. Suroh, M. Si.42
Berikut nama-nama kepala kantor departemen agama/kementrian
agama Kota Tangerang dari masa-kemasa;43
1. Drs. H. M. Suroh, M. Si Masa Bhakti 1994-1998
2. Drs. H. M. Atoullah Ahmad, MA Masa Bhakti 1998-1999
3. Drs. H. Babun Abdullah Masa Bhakti 1999-2002
4. Drs. KH. Saeful Millah, MM, M.BA Masa Bhakti 2002-2003
5. Drs. H. Iskandar Bunyamin, MM Masa Bhakti 2003-2006
6. Drs. H. Zaenal, MM Masa Bhakti 2006-2013
42
Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang
43
7. Drs. H. A. Nawawi, M. Si Masa Bhakti 2013-2015
8. Drs. H. Dedi Mahfudin, M. Si Masa Bhakti 2015- sekarang.
Pada awal berikutnya, Kementrian Agama Kantor Kota Tangerang
berkantor (sementara) dirumah dinas Kepala Kantor Departemen Agama
Kabupaten Tangerang, yang beralamat dijalan Ahmad Yani No. 8 Kota
Tangerang selama kurang lebih satu tahun. Karena mengalami renovasi,
maka Departemen Agama Kota Tangerang pada tahun 1995 menempati
kantor (sementara) dijalan Sukasari. Setelah selesai renovasi, maka pindah
kembali kejalan A. Yani No.8. pada tahun 2005 kantor di jalan A. Yani
mengalami rehab total sehingga aktivitas kantor pindah kerumah dinas
Sekda Kota Tangerang Jl. Nyimas Melati, Kota Tangerang.
Selanjutnya pada tahun 2013 Kementrian Agama Kantor Kota
Tangerang berpindah ke Jl. Perintis Kemerdekaan II Cikokol menempati
kantor lama Kementrian Agama Kantor Kabupaten Tangerang yang telah
berpindah ke Tigaraksa.44
Kementrian Agama Kantor Kota Tangerang yang beralamat di Jl.
A. Yani No.8 masih tetap ditempati oleh seksi Penyelenggara Haji dan
Umrah, BAZDA Kota Tangerang, Sekretariat Dharma wanita, kelompok
kerja pengawas, kelompok kerja penyuluh dan sekretariat IGRA Kota
Tangerang, hal ini mengingat terbatasnya luas tanah dan pasilitas ruang
44
kerja pada kantor yang beralamat di Jl. Perintis Kemerdekaan II
Cokokol.45
B. Visi, Misi, dan Motto
1. Visi
“Terwujudnya Masyarakat Kota Tangerang yang taat beragama,
Berakhlakul Karimah, Rukun, Cerdas, Mandiri, dan Sejahtera Lahir
Batin”.46
2. Misi
a. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan berwibawa
b. Meningkatkan kualitas pendidikan agama dan keagamaan pada
madrasah sekolah umum dan pondok pesantren, TPQ/TKQ, MDT
dan majelis taklim.
c. Mewujudkan keluarga sakinah.
d. Meningkatkan pelayanan ibadah haji.
e. Memberdayakan lembaga keagamaan.
f. Memperkokoh kehidupan beragama dengan mengedepankan asas
kerukunan antar umat beragama, intern umat beragama.47
45
Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang
46
Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang
47
3. Motto
Melayani dengan pesona dan senyum dalam kerang kalima (5)
nilai budaya kerja, yaitu: Integritas, Profesionalitas, Inovasi, Tanggung
Jawab, dan Keteladanan.48
C. Stuktur Organisasi
Stuktur organisasi sangat penting dan sangat berperan. Hal ini agar
suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya lebih terarah dan tidak saling
berbenturan. Selain itu, stuktur organisasi juga diperlukan agar terja
dipembagian tugas yang seimbang dan objektif yaitu memberikan tugas
sesuai dengan kedudukan dan kemampuan masing-masing anggotanya.
Struktur organisasi yang baik yaitu menempatkan petugas yang tepat dan
memiliki kompetensi. Hal ini dilakukan agar semua kegiatan lebih terarah,
teratur dan terkontrol sehingga apabila terjadi persoalan dapat diselesaikan
sendiri mungkin. Adapun struktur organisasi Kantor Kementrian Agama
Kota Tangerang dan seksi penyelenggaraan haji dan umrah Kantor
Kementrian Agama Kota Tangerang sebagai berikut:
48
Gambar 3. 1
Gambar 3. 2
Struktuk Organisasi Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementrian Agama Kota Tangerang.49
D. Tugas dan Fungsi
Seksi penyelenggara Haji dan Umrah sebagai pelaksana sebagian
tugas dan fungsi Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang mempunyai
tugas dan fungsi sebagai berikut:50
1. Tugas
Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah mempunyai tugas sebagai
berikut. “Merencanakan dan melaksanakan pemberian pembinaan,
49
Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang
50
pelayanan dan perlindungan kepada masyarakat di bidang
penyelenggara haji serta mengawasi, mengevaluasi, dan melaporkan
pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan teknis kepala Kantor
Kementrian Agama dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Fungsi
a. Menetapkan dan merumuskan visi, misi, tujuan, sasaran, program,
dan rencana Kerja Seksi Penyelenggara Haji danUmrah.
b. Melakukan pembagian tugas, mengerahkan, membimbing dan
mengkoordinasi pelaksanaan tugas Seksi Penyelenggara Haji dan
Umrah.
c. Melakukan koordinasi dengan unit kerja terkait.
d. Melakukan penyelesaian masalah yang timbul di lingkungan Seksi
Penyelenggara Haji danUmrah.
e. Melakukan usaha pengembangan dan peningkatan sistem teknis
pelaksanaan tugas sesuai dengan aturan dan perundang-undangan
yang berlaku.
E. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
a. Mewujudkan penyelenggaraan ibadah haji dan umrah yang
optimal.
b. Mendata calon jemaah yang telah melakukan setoran haji.
d. Membimbing, melayani, dan melindungi calon jemaah haji dalam
melaksanakan haji dan umrah.
2. Sasaran
a. Melakukan verifikasi data KBIH dalam proses akreditasi KBIH.
b. Mengadakan pembinaan calon jemaah haji ditingkat Kecamatan
Kota Tangerang.
c. Memverifikasi jumlah calon jemaah haji yang akan mendapat
bimbingan manasik.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, Seksi
Penyelenggaraan Haji danUmrah membuat kebijakan dan program.
Kebijakan yang diambil meliputi:51
1. Menyiapkan tenaga kerja yang tepat dan terampil.
2. Menyiapkan bimbingan yang berkualitas.
3. Menyiapkan tenaga pembimbing manasik haji.
Program dan kegiatan yang dibuat yaitu:
1. Peningkatan kualitas penyelenggaraan haji danumrah.
2. Mendata calon jemaah haji.
3. Peningkatan kualitas SDM.
4. Peningkatan bimbingan manasik pada KUA dan KBIH.
51
F. Sarana dan Prasarana Manasik Haji
1. Sarana
Dalam menjalankan tugas sebagai penyelenggra ibadah haji yakni
melaksanakan bimbingan manasik Kementrian Agama Kota
Tangerang dilakukan sebanyak tiga kali sesuai dengan peraturan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah. Pelaksanaan tersebut bertujuan untuk
memberikan bekal pengetahuan kepada para calon jemaah haji yang
akan berangkat untuk dilakasanakan dan dipatuhi.
Pelaksanaan bimbingan manasik massal dilaksanakan di Masjid
Agung Al-Ittihad Kota Tangerang. Pemilihan lokasi tersebut
dikarenakan memilki aula Masjid yang cukup luas sehingga bisa
menampung para calon jemaah dan lokasi yang trategis.52
2. Prasarana
Dalam menunjang kegiatan, alat dan media yang digunakan saat
bimbingan manasik haji yaitu Pengeras suara, Laptop, Infocus, buku
bimbingan manasik haji dan miniatur Ka’bah.
G. Pembimbing Manasik Haji
Berikut pembimbing yang menjadi narasumber ketika proses
bimbingan manasik haji berlangsung di masjid Agung Al-Ittihad Kota
Tangerang53
1. Walikota Kota Tangerang
52
Wawancara dengan H. Basuni, Tangerang, 01 Juni 2016
53
2. Kepala Kanwil Kemenag Prov. Banten
3. Kepala Kantor kemenag Kota Tangerang
4. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang
5. GM Hajj Plannig Dinas pelayanan Haji Garuda Indonesia
6. Kabid Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Prov.
Banten
7. Ust. H. Ade Sutardi
H. Peserta Bimbingan Manasik Haji
Dalam hal ini peserta bimbingan manasik yang dimaksud adalah
para calon jemaah haji, pada Kementrian Agama Kota Tangerang peserta
bimbingan manasik haji massal terdapat 1.442 jemaah (yang sudah
melunasi BPIH) yang terdiri dari berbagai latar belakang, pekerjaan dan
pendidikan.
42
Dalam bab IV menjelaskan tentang analisis efektivitas bimbingan
mananasik haji, dari tahapan-tahapan tersebut berisi tentang : Standar
Operasional Prosedur, Mekanisme dan Prosedur, Unsur-Unsur Bimbingan dan
Analisis Efektifitas bimbingan manasik. Tahapan-tahapan ini dibahas untuk
mengetahui keefektifan bimbingan manasik haji pada Kantor Kementrian
Agama Kota Tangerang.
A. Standar Operasional Prosedur (SOP) Bimbingan Manasik Haji Kemenag Kota Tangerang
Standar operasional prosedur adalah pedoman yang berisi
prosedur-prosedur operasional standar yang ada dalam suatu organisasi
yang digunakan untuk memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan,
serta penggunaan fasilitas-fasilitas proses yang dilakukan oleh orang-orang
di dalam organisasi yang adalah anggota-anggota organisasi berjalan
secara efektif (dan efisien), konsisten, standar dan sistematis.54
Menurut IR. M. Budiharjo standar operasional prosedur adalah
suatu perangkat lunak pengatur, yang mengatur tahapan suatu proses kerja
atau prosedur kerja tertentu. Oleh karena prosedur kerja yang dimaksud
bersifat tetap, rutin, dan tidak berubah-ubah, prosedur kerja tersebut
54
dilakukan menjadi dokumen tertulis yang disebut sebagai Standar
Operating Procedure atau disingkat SOP.55
Diadakanya SOP memiliki fungsi dan tujuan
1. Fungsi :
a. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.
b. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
c. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan
mudah dilacalak.
d. Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin
dalam bekerja.
e. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
2. Tujuan :
a. Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat
kinerja petugas/pegawai atau tim dalam organisasi atau unit
kerja.
b. Atau mengetahui dengan jelas peran dan funsi tiap-tiap
posisi dalam organisasi.
c. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab
dari petugas/pegawai terkait.
d. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari
malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.
55
e. Untuk menghindari kegagalan dan kesalahan, keraguan,
duplikasi dan inefisiensi.56
Dalam menjalankan suatu organisasi atau perusahaan tentunya
memiliki standar operasional prosedur agar suatu kegiatan tersebut
berjalan dengan baik dan terarah. Dalam hal ini kementrian agama Kota
Tangerang juga menerapkan standar operasional prosedur sesuai dengan
yang telah ditetapkan oleh Kementrian Agama Pusat.
Sesuai dengan keputusan Kementrian Agama Penyelenggaraan
Ibadah Haji dan Umrah, pemerintah memfasilitasi jemaah haji dengan
menerbitkan buku panduan manasik haji adalah sebagai bentuk
tanggungjawab pemerintah kepada para calon jemaah haji. Selain itu
jemaah haji diharapkan meningkatkan pengetahuan, wawasan, serta
pemahamannya secara mandiri tentang ibadah haji.
Dalam buku panduan manasik haji tersebut, didalamnya
menjelaskan tentang keseluruhan petuntuk manasik haji dan umrah, tata
cara pelaksanaan ibadah haji meliputi ketentuan hokum dan hikmah haji
dan umrah serta dilengkapi dengan Tanyajawab seputar manasik manasik
haji dan umrah dan penjelasan beberapa tempat bersejarah serta syiar-syiar
perhajian yang dianggap perlu.
Seperti yang di kemukakan oleh H. Basuni “ Bimbingan yang
diberikan oleh Kementrian Agama Kota Tangerang mempunyai
56
standarisasi yang telah ditetapkan oleh dirjen penyelenggaraan haji dan
umrah, yaitu pembimbing, banyaknya bimbingan dan meteri bimbingan.
Kami hanya tinggal menjalankannya saja”. 57
Standar Operasional Prosedur Bimbingan Manasik Haji anatara
lain:
1. Pendataan Jumlah Jemaah Haji Kecamatan
2. Pembentukan panitia pelaksana
3. Pembuatan dan Distribusi Undangan Manasik Haji
4. Pendaftaran Peserta Manasik Haji
5. Pelaksanaan Manasik Haji
6. Pembuatan Mahram
7. Penyerahan Surat Mahrom
8. Pelaporan kegiatan Bimbingan Manasik Haji
9. Penyimpanan dan Pengarsipan Data Calon Jemaah Haji Yang
Mengikuti Bimbingan Manasik Haji
Sejauh ini peneliti melihat Kementrian Agama Kota Tangerang
telah melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai yang telah diamanatkan
oleh Kementrian Agama Republik Indonesia dalam memberikan
pelayanan kepada calon jemaah haji.
57
B. Mekanisme dan Prosedur Bimbingan Manasik Haji Kementrian Agama Kota Tangerang
Mekanisme bimbingan manasik haji pada kementrian Agama Kota
Tangerang dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang pertama pelaksanaan
bimbingan manasik haji ditingkat Kantor Urusan Agama (KUA)
kecamatan sebanyak tujuh kali pertemuan, dan yang kedua pelaksanaan
bimbingan manasik ditingkat kabupaten/kota sebanyak tiga kali
pertemuan.
Langkah-langkah Kementrian Agama Kota Tangerang dalam
pelatihan manasik haji terdiri dari:58
1. Pelaksana Kebijakan Pelatihan Kantor Kementrian Agama Kota
Tangerang
2. Perencanaan dalam Pelatihan Manasik Haji
3. Standar Minimum atas Penguasaan Materi dalam Pelatihan
Manasik Haji
4. Pertemuan Tatap Muka dalam Pelatihan Manasik Haji
KUA yang berada di Kota Tangerang secara administratif
berjumlah sebanyak 13 KUA. Anatara lain: KUA Tangerang, KUA
Jatiuwung, KUA Batuceper, KUA Benda, KUA Cipondoh, KUA Ciledug,
KUA Karawaci, KUA Periuk, KUA Cibodas, KUA Neglasari, KUA
Pinang, KUA Karang Tengah, dan KUA Larangan. Semuanya KUA yang
58
ada di Kota Tangerang telah melaksanakan bimbingan manasik sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Dalam meningkatkan bimbingan manasik haji, pemerintah Kota
Tangerang merangkul dan bekerja sama dengan bebepara KBIH untuk
memberikan pemahaman tambahan mengenai ilmu manasik haji selain
bimbingan manasik haji yang diberikan oleh pemerintah yakni tingkat
KUA Kecamatan dan tingkat Kabupaten/Kota.
Tercatat sebanyak 26 KBIH yang ada di Kota Tangerang yang
telah memiliki izin dan terdaftar di Kementrian Agama Kota Tangerang
melaksanakan bimbingan manasik haji sesuai dengan arahan Kementrian
Agama Kota Tangerang.
Calon jemaah haji yang akan berangkat tahun ini disarankan oleh
Kementrian Agama Kota Tangerang sebagaimana yang dikemukakan oleh
H. Basuni “ Calon jemaah diarahkan agar ikut dan bergabung dengan
KBIH terdekat yang ada di Kota Tangerang”59 diharapkan bagi calon
jemaah haji mendapatkan pemahaman tentang ilmu manasiknya. Selain itu
juga bergabungnya dengan KBIH mempererat persaudaraan antar jemaah
kota Tangerang sekaligus memudahkan pelaksanaan haji di Arab Saudi.
Bimbingan manasik haji merupakan bagian dari pembinaan yang
dianggap perlu diberikan oleh pemerintah agar para calon jemaah haji
yang akan berangkat mengetahui dan faham akan proses ibadah haji.
59
Selain itu juga para calon jemaah haji diharapkan mandiri ketika
berlangsungnya prosesi haji dilaksanakan.
Dalam pelaksanaannya, Kantor kementrian Agama melaksanakan
bimbingan manasik haji telah sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan oleh Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Republik
Indonesia. Yaitu dengan melaksanakan bimbingan manasik secara massal
sebanyak tiga kali.
Menurut H. Basuni “ Bimbingan Manasik dilaksanakan di Masjid
Agung Al-Ittihad Kota Tangerang.”60 Ketika pelaksanaannya peneliti
menyaksikan langsung kegiatan manasik haji di lokasi Masjid Agung
Al-Ittihad Kota Tangerang yang beralamat di Jl. Ki Samaun No. 1, Sukasari
Tangerang. Pemilihan ditempat masjid Al-Ittihad selain bisa menampung
jumlah jemaah yang banyak, lokasi tersebut juga sangat strategis bisa
diakses oleh jemaah dari berbagai kecamatan di Kota Tangerang.
Dalam upaya memberikan pelayanan bimbingan manasik peneliti
melihat Kementrian Agama Kota Tangerang telah melaksanakannya sesuai
prosedur. Selain itu juga upaya pemerintah dalam meningkatkan
bimbingan manasik haji, pemerintah bekerjasama dengan 26 KBIH yang
ada di Kota Tangerang demi memantapkan pengetahuan dan membekali
calon jemaah haji agar dalam melaksanakan ibadah haji, diperoleh
keselamatan, kelancaran, ketertiban, dan kesejahteraan calon jemaah haji
guna mencapai kesempurnaan ibadah haji untuk memperoleh haji mabrur.
60