• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Bimbingan Manasik Haji Pada Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Bimbingan Manasik Haji Pada Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang Tahun 2016"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam

(S.Kom.I)

Oleh : DIDIN MUHIDIN NIM : 1112053100023

KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang Tahun 2016, Dibawah bimbingan Dra. Hj. Jundah Sulaiman, MA

Haji merupakan bahasan yang sangat menarik untuk dikaji dalam hal pelaksanaannya, karena haji mengundang berbagai banyak polemik permasalahan disetiap kali penyelenggaraanya pada musim haji. Hal yang paling di soroti dalam pelaksanaan ibadah haji adalah dalam bimbingannya, baik ketika di tanah air maupun ketika berada di tanah suci. Tidak sedikit dari jemaah yang masih kebingungan dalam melaksanakan ibadahnya ketika berada di tanah suci. Kementrian Agama Kota Tangerang adalah sebuah lembaga Kementrian Agama tingkat daerah kota, yang melakukan penyelenggaraan ibadah haji, salah satunya adalah melakukan penyelenggaraan bimbingan manasik haji kepada calon jemaah haji, hal tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian di Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah tentang pelaksanaan bimbingan manasik haji yang dilaksanakan di Kemenag Kota Tangerang, hal ini bertujuan untuk mengetahui ke efektifan bimbingan manasik haji yang dilaksanakan Kemenag Kota Tangerang.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, yang mana metode ini menghasilkan data deskriptif berupa wawancara dan pengambilan dokumentasi.

Dari hasil penelitian penulis temukan bahwa bimbingan manasik yang diselenggarakan oleh kementrian Agama Kota Tangerang di nilai efektif. Hal tersebut di ukur dari segi kuantitas, kualitas, dan waktu. Kemudian suksesnya pelaksanaan bimbingan manasik ditingkat kecamatan dan tingkat kota sesuai Standar Operasional Prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah dan sesuai dengan rencana yang dibuat. ditambah lagi dengan hadirnya KBIH yang berada di kota Tangerang. Semua calon jemaah haji disarankan mengikuti dan bergabung dengan KBIH demi menambah pengetahuan ilmu manasiknya.

(6)

ii

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin, segala puji dan syukur senantiasa penulis

panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan cinta dan kasih sayang-Nya

kepada setiap makhluknya serta menurunkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita

semua, sehingga tangan ini mampu menorehkan kata demi kata untuk menjadi

sebuah karya yang bermakna. Shalawat serta salam semoga senantiasa

dilimpahkan kepada Rasulullah SAW penerima Al-qur’an dan pembawa

As-sunnah yang berisi petunjuk, rahmat, serta kabar gembira bagi seluruh kaumnya.

Shalawat beserta salam mudah-mudahan Allah limpahkan pula pada keluarganya,

sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih

yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan

skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil, karena penulis yakin

tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Dr.Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

(7)

iii

3. Dra. Hj. Jundah Sulaiman, MA selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan banyak masukan kepada penulis dan telah ikhas meluangkan

waktunya untuk membimbing serta memberikan arahan, petunjuk, dan

saran yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama

ini telah memberikan ilmu pengetahuannya, semoga ilmu yang telah

dibeikan bermanfaat bagi penulis dan penulis pun dapat mengamalkan

kembali ilmu yang telah diberikan.

5. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, dan Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang

banyak membantu penulis dalam memberikan referensi buku-buku dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu sabar mendidik penulis dari kecil

sampai sekarang dan tidak bosan-bosannya mengingatkan penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini. Bapak dan Ibuku tercinta terimakasih untuk

semua yang telah kalian berikan kepadaku dukungan materil, do’a dan

semangat, semoga Allah SWT membalas dengan limpahan kasih sayang,

keridhoan, kebarokahan dan kebaikan hidup didunia maupun akhirat.

7. Kakak tercinta yang selalu memotivasi disaat penulis merasa malas agar

(8)

iv

9. Bapak Drs A. H. Nahrowi A, M. Pd selaku Kepala Seksi Penyelenggaraan

Haji dan Umrah Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang.

10.Bapak H. Basuni, S. Pdi selaku Pembinaan Haji dan Umrah Kantor

Kementrian Agama Kota Tangerang yang selalu memberikan saran dan

membantu penulis dalam memperoleh data.

11.Teman-teman UKHUYY : Faiq, Shandy, Deden, Abas, dan seluruh teman

MHU angkatan 2012, yang telah memberi warna dalam kehidupan penulis.

Tanpa dukungan mereka semua, skripsi ini tidak akan terwujud. Semoga

doa serta dukungan selama ini dibalas oleh Allah SWT.

Akhir kata penulis sampaikan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua

pembaca dalam menambah pengetahuannya dibidang Manajemen Haji dan

Umrah. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi

ini.

Jakarta, 11 Juni 2016

(9)

v

KATA PENGANTAR………...………….……. ii

DAFTAR ISI…………...………...……. v

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR TABEL... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………...…… 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah………...… 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………...…..……… 9

D. Metodologi Penelitian………...… 10

E. Tinjauan Pustaka………...………..… 13

F. Sistematika Penulisan………...……….. 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Efektivitas 1. Pengertian Efektivitas…………...…………...……….. 16

2. Pengukuran Efektivitas………...……. 18

B. Bimbingan Manasik Haji 1. Pengertian Bimbingan Manasik Haji………...…….. 21

2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Manasik Haji……….. 26

(10)

vi

A. Sejarah dan Perkembangannya………...……… 32

B. Visi, Misi, dan Motto………...……….. 34

C. Struktur Organisasi………...……. 35

D. Tugas Pokok dan Fungsi Kemenag Kota Tangerang………...…….. 37

E. Tujuan dan Sasaran... 38

F. Sarana dan Prasarana Manasik Haji………...……… 40

G. Pembimbing Manasik Haji………...……. 40

H. Peserta Bimbingan Manasik Haji………...……… 41

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN MANASIK HAJI PADA KANTOR KEMENTRIAN AGAMA KOTA TANGERANG A. Standar Operasional Prosedur (SOP) Bimbingan Manasik Haji Kemenag Kota Tangerang………...………. 42

B. Mekanisme dan Prosedur Bimbingan Manasik Haji Kemenag Kota Tangerang………...……… 46

C. Unsur-unsur Bimbingan Manasik Haji... 49

1. Pembimbing Manasik Haji………...……… 49

2. Peserta Bimbingan Manasik Haji………...….. 49

3. Materi………...………. 49

4. Metode………...……….. 50

5. Media………...….. 50

6. Tujuan dan Pengaruh………...……….. 50

(11)

vii

DAFTAR PUSTAKA………..66

(12)

viii

Tangerang………...……... 36

2. Gambar 3. 2 : Struktuk Organisasi Seksi Penyelenggaraan Haji dan

(13)

ix

2. Tabel 4. 2 : Jumlah Jemaah Haji Kota Tangerang dari Segi Pendidikan.. 59

3. Tabel 4. 3 : Materi Bimbingan Manasik Haji Massal... 63

(14)

1 A. Latar Belakang Masalah

Memeriahkan ka’bah setiap tahun dengan haji dan umrah

merupakan fardhu kifayah bagi orang yang mampu, baik yang sudah

pernah menjalankan kewajiban haji maupun yang belum menunaikannya.

Jika ada sebagian orang yang melaksankannya, maka gugurlah kewajiban

tersebut dari yang lain. Namun, jika tidak ada seorang pun yang

melaksanakannya, maka mereka semua berdosa dan bisa diperangi

sebagaimana halnya orang yang meninggalkan kewajiban shalat, zakat,

dan kewajiban-kewajiban sejenisnya.

Diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur dan lainnya dari jalur Al

-Hasan, ia berkata: Umar bin Khaththab r.a pernah berkata, “jikalau orang

-orang meninggalkan haji satu tahun, niscaya aku perangi mereka

karenanya sebagaimana kami perangi mereka lantaran meninggalkan

shalat dan zakat.

Umar bin khaththab juga pernah berkeinginan menugaskan dan

mewajibkan sejumlah orang dari kalangan kaum muslimin untuk

menunaikan haji setiap tahun agar kaum muslimin tidak ketinggalan

mengerjakan ritual ini dan menyegerakan diri menjalankannya. Hal ini

(15)

maka hal itu akan membuahkan penindakan keras dengan senjata

sebagaimana halnya orang yang meninggalkan shalat, zakat, atau adzan,

sebab adzan adalah fardhu kifayah yang jika diabaikan oleh penduduk

suatu wilayah (ahl al-balad), mereka akan ditindak tegas karenanya.

Dari sini, terpapar jelas bahwa ibadah haji hukumnya fardhu „ain

atas orang yang berhaji dengan syarat-syaratnya, fardhu kifayah bagi

orang-orang hidup, dan sunnah (tathawwu’) bagi yang pernah

menjalankannya. Disebut dalam Al-Mubdi’ bahwa haji hukumnya fardhu

kifayah tiap tahun.1 Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 196 Allah

dengan materi karena kandungan hikmahnya sangat luar biasa, maka inilah

balasan yang pantas diberikan kepada haji mabrur. Dan tidak berlebihan

1

Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Prof. Dr. Abdul Wahhab Sayyed Hawwas,

Fiqih Ibadah: Thaharah, Shalat, zakat, Puasa, dan Haji (Jakarta: Amzah, t.t.), h. 495-496.

2

(16)

jika dengan menunaikan ibadah Haji, seorang muslim merasa telah

menyempurnakan agamanya.3

Menurut al-Qurtuby pakar Tafsir dan Hukum (wafat tahun 671 H),

pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para pakar tentang Haji

mabrur maknanya berdekatan. Simpulannya adalah bahwa haji mabrur

adalah haji yang sempurna hukum-hukumnya sehingga terlaksana secara

sempurna sebagaimana yang dituntut.4 Hadits riwayat Bukhori Rasulullah

saw bersabda:

Artinya: “Pahala dari ibadah umrah ke umrah dapat menghapus

dosa di antara keduanya, dan haji yang mabrur tidak ada balasan lain

baginya kecuali balasan surga.” (H. R. Bukhari).

Untuk dapat melaksanakan ibadah Haji dengan baik dan benar,

yaitu khusyu’, sesuai syariah, aman dan selamat, selain diperlukan

penguasaan dan pemahaman mansik secara benar, juga dibutuhkan

kekuatan dan kesehatan fisik yang baik. Karena itu agar jemaah memiliki

pemahaman yang benar dan utuh mengenai ibadah Haji, diperlukan

bimbingan kepada jemaah secara kompherensif dan berkesinambungan,

baik berupa penambahan waktu bimbingan manasik, ditambah dengan

3

Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta: FDK Press, 2008), h. 1.

4

(17)

pengetahuan dasar tentang latar belakang sosio-historis ibadah Haji serta

pemahaman sejarah hidup Rasul.5 Hadits riwayat Muslim Rasulullah saw

bersabda:

Artinya: “Ambillah (ikutilah) kalian dari aku mengenai tatacara

haji kalian, barang kali aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian setelah

tahun ini”. (H. R. Muslim).

Manasik haji yang dikenalkan oleh Rasulullah SAW adalah

penyempurna dari manasik Haji para nabi sebelumnya, termasuk manasik

haji Nabi Ibrahim as.6Manasik merupakan bimbingan dan latihan untuk

pelaksanaan haji tersebut. Umumnya akan berlangsung 8-12 minggu

sebelum keberangkatan. Semua informasi yang dibutuhkan untuk

pelaksanaan ibadah haji akan diberikan pada saat manasik ini, dan dipandu

oleh ustadz, ustadzah, dan muthaif (pemandu/guide) yang akan

membimbing jemaah selama melaksanakan ibadahnya. Hal ini

dimaksudkan untuk menjadi pedoman Jemaah haji dalam melaksanakan

manasik sesuai dengan alur gerak dan tempat kegiatan haji.7

Untuk dapat memahami ibadah haji dengan benar dan baik, maka

jamaah harus dapat memahami cara-cara pelaksanaannya, tujuan, dan

5

A. Chunaini Saleh, Penyelenggara Haji Era Reaformasi, (Jakarta: Pustaka Alvabet, November 2008), h. 92.

6

Aguk Irawan MN, Panduan Superlengkap Haji dan Umrah, (Jakarta: Qultum Media, 2011), cet. 1, h. 29-30.

7

(18)

kandungan makna yang terdapat dalam ibadah haji tersebut. Itulah yang

disebut ilmu manasik serta syarat-syarat wajib haji, maka ia harus

mengetahui ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan

pelaksanaan ibadah haji, agar hajinya diterima oleh Allah SWT. mengingat

betapa pentingnya ilmu manasik haji dan umrah ini bagi calon Jemaah haji

maka mempelajari ilmu manasik haji dan umrah hukumnya wajib.8

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Junto Undang-Undang

Nomor 34 Tahun 2009 mengamanatkan bahwa Pemerintah berkewajiban

melakukan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dengan menyediakan

layanan administrasi, bimbingan ibadah hajij, akomodasi, transportasi,

pelayanan kesehatan, keamanan, dan hal-hal lain yang diperlukan oleh

Jemaah Haji. Kewajiban Pemerintah ini adalah dalam rangka memenuhi

hak Jemaah Haji, yaitu memperoleh pembinaan, pelayanan, dan

perlindungan dalam menjalankan ibadah Haji.9

Bimbingan jemaah haji bertujuan memberikan bekal pengetahuan

tentang manasik haji, proses perjalanan haji, akhlakul karimah dan adat

istiadat/budaya Arab Saudi agar jemaah haji dapat melaksanakan ibadah

haji dengan tertib, dalam melaksanakan ibadahnya.

Kementrian Agama Kota Tangerang adalah sebuah lembaga

Kementrian Agama tingkat daerah kota, yang melakukan penyelenggaraan

8

Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah Haji dan Umrah Lengkap, (Jakarta: Era Intermedia, 2006), h. 19.

9

(19)

ibadah Haji, salah satunya adalah melakukan penyelenggaraan bimbingan

manasik haji kepada calon jemaah Haji.

Dari pantauan di lapangan, masih banyak jamaah yang

kebingungan dalam melaksanakan prosesi ibadah haji. Mulai dari

memakai kain ihram, niat umrah, salat sunah, tawaf hingga sa'i. Dengan

penambahan manasik, diharapkan jamaah mampu melaksanakan prosesi

haji secara mandiri. Kasi Bimbingan Ibadah Haji dan Pengawasan

Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Daerah Kerja (Daker) Makkah,

Tawwabuddin menuturkan, saat melaksanakan tawaf ada jamaah yang

sudah berhenti sebelum putaran ke tujuh. "Kondisi ini menjadi masalah

karena dari sisi ibadahnya seperti itu belum sah," katanya. Temuan lainnya

diutarakan anggota tim bimbingan ibadah Daker Makkah, Janter

Simanjutak. "Petugas bimbingan ibadah sempat bertemu dua jamaah yang

memulai sa’i dari Bukit Marwah. Padahal seharusnya dari Bukit Safa,"

ujarnya. Sebenarnya, tim bimbingan ibadah haji sudah mengerahkan

petugas selama 24 jam untuk membimbing jamaah saat tawaf dan sa'i.

Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) sudah

membuat kurikulum manasik dalam bentuk buku dan versi digital agar

jamaah bisa beribadah haji secara mandiri. Namun, banyak yang belum

dibaca dan dipraktikkan langsung.Salah seorang jamaah asal Ngawi, Jawa

Timur, Dwi Kuntoro mengaku penyelenggaran manasik terlaku mepet

dengan waktu keberangkatan. "Kalau dilaksanakan mepet dengan waktu

(20)

saat tiba di Mekkah," ujarnya. Tahun ini jamaah hanya mendapatkan 6 kali

manasik. Rinciannya 4 kali di Kantor Urusam Agama (KUA) Kecamatan,

dan 2 kali di tingkat Kabupaten. Sedangkan pada 2014, jamaah

mendapatkan 10 kali manasik. Pengurangan jumlah manasik diputuskan

dalam rapat pembahasan dengan DPR pada April 2015. Kepala Daker

Makkah Arsyad Hidayat berharap pembiayaan manasik ditingkatkan agar

tahun depan jemaah bisa memahami tata cara melaksanakan haji. "Banyak

jemaah kita yang masih memerlukan penyuluhan," pungkasnya.10

Menurut Mentri Agama Lukman Hakim menyadari pentingnya

manasik dilakukan lebih intensif, minimal sama dengan tahun 2014 dan

tahun sebelumnya yang dilakukan sebanyak 10 kali. Menag mengaku

bahwa pada 2015 karena alasan efisiensi, jumlah manasik dikurangi.

“Hasil evaluasi kami, ternyata banyak yang mengeluhkan ini

sehingga harus ditambah. Tahun 2016, kami menyampaikan usulan ke

DPR agar jumlah manasik kembali menjadi 10 kali lagi. Mudah-mudahan

DPR menyetujuinya,” jelas Menag. Selain masalah ibadah, Menag

berharap manasik nantinya juga diisi dengan pengenalan terhadap kultur,

budaya, dan tradisi masyarakat Saudi Arabia. Termasuk juga mengenai

perbedaan antara cuaca di Tanah Air dengan di Tanah Suci. “Jadi ilmu

10

Dikutip dari

(21)

hidup di negara orang perlu juga dipahami oleh jemaah haji kita yang 34

persen masih lulusan SD,” tutur Menag.11

Melihat permasalahan tersebut, maka dari pada itu penulis akan

menuangkan dalam sebuah karya ilmiah “skripsi” Efektivitas Bimbingan

Manasik Haji Pada Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang Tahun 2016

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Dalam hal ini penulis memberikan batasan dan perumusan masalah

sebagai berikut:

1. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pada penelitian ini diambil agar

penelitian yang dilakukan lebih terarah dan terperinci, penulis

membatasi permasalahan yang akan dibahas yakni Efektivitas

Bimbingan Manasik Haji Pada Kantor Kementrian Agama Kota

Tangerang Tahun 2016

2. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah yang akan dibahas diatas penulis

merumuskan masalah sebagaiberikut:

11

(22)

a. Bagaimana pelaksanaan bimbingan manasik haji yang dilakukan

di Kemenag Kota Tangerang.

b. Bagaimana efektivitas bimbingan manasik yang dilaksanakan di

Kemenag Kota Tangerang.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari penulisan skripsi ini adalah:

a. Mengetahui tujuan bimbingan yang telah diberikan petugas di

Kemenag Kota Tangerang.

b. Mengetahui ke efektifan bimbingan yang telah diberikan oleh

petugas di Kemenag Kota Tangerang.

2. Manfaat Penelitian

a. Teoritis

Sebagai salah satu literatur dalam rangka mengembangkan

wawasan terutama mengenai bimbingan manasik haji.

b. Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan

pemikiran dan bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan

(23)

Disamping itu juga penulis ingin menyumbangkan hasil

dari penelitian skripsi ini kepada perpustakan sebagai koleksi

tulisan ilmiah yang bermanfaat.

D. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu

field research (penelitian lapangan), yang dimana penelitian langsung

terjun ke lapangan (objek) penelitian untuk mengamati sesuatu. Dalam hal

ini mengenai efektivitas bimbingan manasik haji di Kementrian Agama

Kota Tangerang.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif

kualitatif, yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia,

suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas

peristiwa pada masa sekarang.12

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah Kantor Kementrian Agama Kota

Tangerang. Sedangkan objek dari dari penelitian ini adalah Efektivitas

Bimbingan Manasik Haji.

12

(24)

3. Sumber Data

Sumber data ini sangat penting untk digunakan dalam penelitian

guna menjelaskan benar atau tidaknya suatu penelitian. Dalam hal ini

penulis menggunakan:

a. Data Primer

Marupakan data utama yang diperoleh langsung dari

responden berupa catatan tertulis dari hasil wawancara, serta

dokumentasi dari pihak Kantor Kementrian Agama Kota

Tangerang.

b. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber yang

tertulis yang terdapat dalam buku dan literature terkait.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini,

maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai

berikut:

a. Observasi

Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan

langsung kelapangan dengan mendatangi narasumber yakni pada

Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang. Hal ini guna

mengetahui keadaan yang sebenarnya yang terjadi pada lokasi

penelitian berkaitan dengan penyelenggaraan bimbingan manasik

(25)

b. Wawancara

Pada wawancara penulis mengadakan komunikasi langsung

dan mengajukan beberpa pertanyaan ke beberapa pihak yang

bersangkutan baik secara lisan maupun mendengarkan langsung

keterangan atau informasi dari pihak Kantor kementrian Agama

Kota Tangerang.

Metode ini digunakan untuk mendapatkan dan menggali

data tentang suatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan

manasik haji khususnya dalam hal efektivitas bimbingan manasik

haji yang ada di Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh

melalui dokumen-dokumen.13Penulis menggunakan data dan

sumber yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas.

5. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang penulis gunakan dalam mengolah

data penelitian ini adalah dari hasil wawancara, observasi,

dokumentasi dan bahan pustaka dengan menggunakan pola deskriptif

analisis, yakni peneliti mencoba memaparkan semua data dan

13

(26)

informasi yang diperoleh kemudian menganalisa data dengan

berpedoman dengan sumber-sumber tertulis.

6. Teknis Penulisan

Adapun teknik penulisan dalam penulisan ini adalah menggunakan

“Pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)”,

karangan Hamid Nasuhi dkk,CeQDA UIN Syarif Hidayatullah, 2012.

7. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kantor Kementrian Agama Kota

Tangerang, yang beralamatkan di Jl. Jend. A. Yani. No. 08 Kota

Tangerang 15116 Tel./Fax. (021) 5523118.Adapun waktu penelitian

ini dimulai pada bulan April-Juni 2016.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini, langkah awal yang penulis tempuh

adalah mengkaji terhadap pustakata-pustaka yang ada sebelum penulis

mengadakan penelitian lebih lanjut dan menyusunnya menjadi suatu karya

ilmiah.

Adapun kajian pustaka yang memiliki judul hampir sama dengan

yang ditulis oleh penulis adalah yang pertama milik Ayu Mayuroh, dalam

penelitiannya yang berjudul “Optimalisasi Bimbingan dan pelayanan

ibadah Jemaah Haji Khusus Pada PT. Alia Indah Wisata 2014” dalam

penelitian ini tujuannya memberikan pelayanan secara maksimal tanpa

(27)

dalam penelitiannya yang berjudul “Pengawasan Kegiatan Bimbingan

Manasik Haji pada KBIH Nurul Hikmah” dalam penelitian ini adapun

tujuannya adalah mengetahui pengawasan dalam kegiatan bimbingan

manasik haji di KBIH Nurul Hikmah.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini penulis membahas dengan membagi

beberapa bab dan kemudian penulis bagi lagi kepada beberapa sub bab.

Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,

pembatasan rumusan masalah, metode penelitian dan teknik

analisa perumusan data, tujuan dan manfaat penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN TEORI

Bab ini merupakan rangkaian teori yang menguraikan

tentang pengertian, efektivitas, pengukuran efektivitas,

pengertian bimbingan manasik ibadah haji, fungsi dan

tujuan bimbingan manasik ibadah haji, bentuk dan metode

bimbingan manasik ibadah haji.

BAB III :GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTRIAN

(28)

Bab ini membahas tentang sejarah singkat, visi dan misi,

struktur organisasi, fungsi dan tugas pokok, sarana,

pembimbing manasik haji, kompetensi pembimbing

manasik haji, dan jadwal pelaksanaan manasik haji.

BAB IV : TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini merupakan inti pembahasan yang berisi tentang

analisis data berupa deskripsi dari hasil penelitian tentang

efektivitas bimbingan manasik haji pada kantor kemenag

kota tangerang

.

BAB V : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari

kesimpulan, dan saran. Kemudian penulis sertakan daftar

pustaka dan lampiran lampiran yang berkaitan dengan

(29)

16 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang

berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik.

Kamus ilmiah popular mendefinisikan efektivitas sebagai ketetapan

penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Efektivitas adalah

suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,

kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentasi

target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.13

Efektivitas juga menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan,

suatu usaha dapat dikatakan efektif jika itu mencapai tujuanya.14

Pengertian efektivitas menurut Kartika Hadi yang dikutip oleh

Sukirno Agoes adalah sebagai berikut:

“Efektivitas adalah produk akhir kegiatan operasi telah

mencapai tujuannya baik ditinjau dari segi kualitas hasil, kualitas

kerja, maupun batas waktu yang ditargetkan”.

13

Hidayat,EfektivitasDalamKinerjaKaryawan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1986), h. 30.

14

(30)

Sedangkan menurut Syahrul dan Muhammad Afdinizar

pengertian efektivitas adalah “Tingkat dimana kinerja sesungguhnya

(aktual) sebanding dengan kinerja yang di targetkan”.

Istilah efektif (effektive) dan efisien (efficient) merupakan dua

istilah yang saling berkaitan dan patut dihayati dalam upaya untuk

mencapai tujuan organisasi.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa efektivitas berarti

penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Artinya pada pelaksanaannya diniai baik atau tidak sangat tergantung

pada bagaimana tugas tersebut dapat diselesaikan dan terutama dapat

menjawab pertanyaan bagaimana cara melaksanakan dan berapa biaya

yang diperlukan atau dikeluarkan.15

H. Emerson yang dikutip langsung oleh Soewarno

Handayaningrat menjelaskan pengertian efektifitas adalah pengukuran

dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya, jelasnya apabila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai

dengan yang direncanakan sebelumnya adalah efektif. Jadi, apabila

tujuan atau sasaran itu tidak sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan, maka pekerjaan itu tidak efektif.16

Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli di atas,

penulis menyimpulkan bahwa efektivitas adalah tercapainya suatu

15

Sondang Siagin, Organisasi Kepemimpinan dan Organisasi (Jakarta: CV Masagung, 1986), Cet-5, h. 149

16

Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen

(31)

tujuan akhir yang optimal dari harapan yang dibuat sebelumnya dalam

waktu yang telah ditentukan, dalam kata lain adalah adanya suatu

perubahan dari suatu kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan.

2. Pengukuran Efektivitas

Dengan melihat pengertian efektivitas diatas, maka

dalammencapai efektivitas haruslah dipenuhi syarat-syarat sebagai

berikut:

a. Berhasil guna, yakni untuk menyatakan bahwa kegiatan telah

dilaksanakan dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan

waktu yang ditetapkan.

b. Ekonomis, ialah untuk menyebutkan bahwa didalam usaha

penyampaian efektif itu maka biaya, tenaga kerja, material,

peralatan, waktu, ruangan dan lain-lain telah dipergunakan dengan

setepat-tepatnya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam

perencanaan dan tidak adanya pemborosan serta penyelewengan.

c. Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab, yakni untuk

membuktikan bahwa dalam pelaksanaan kerja sumber-sumber

telah dimanfaatkan dengan setepat-tepatnya haruslah dilaksanakan

dengan bertanggung jawab sesuai dengan perencanaan yang telah

(32)

d. Pembagian kerja yang nyata, yakni pelaksanaan kerja dibagi

berdasarkan beban kerja, ukuran kemampuan kerja dan waktu yang

tersedia.

e. Rasionalitas wewenang dan tanggung jawab, artinya wewenang

harus seimbang dengan tanggung jawab. Harus dihindari adanya

dominasi oleh salah satu pihak atas pihak lainnya.

f. Prosedur kerja yang praktis, maka target efektif dan ekonomis,

pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggung jawabkan serta

pelayanan kerja yang memuaskan tersebut haruslah kegiatan

operasional yang dapat dilaksanakan dengan lancar.17

Menurut T. Hani Handoko ukuran efektivitas sebagai berikut:

a. Kegunaan, yakni agar berguna bagi manajemen dalam pelaksanaan

fungsi-fungsinya yang lain, suatu rencana harus fleksibel, stabil,

berkesinambungan dan sederhana.

b. Ketepatan dan obyektivitas, maksudnya semua rencana harus di

evaluasi untuk mengetahui apakah jelas, ringkas, nyata, dan akurat.

c. Ruang lingkup, yakni perlu memperhatikan prinsip-prinsip

kelengkapan, komprehensif (comprehensivenees), kepaduan

(unity), dan konsisten.

d. Efektivitas biaya, dalam hal ini biasanya efektivitas menyangkut

dalam usaha, waktu dan aliran emosional.

17

Sujadi F,X, Organisasi dan Manajemen, Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen

(33)

e. Akuntabilitas, terdapat dua aspek akuntabilitas: pertama tangung

jawab atas pelaksanaan, kedua tanggung jawab atas implementasi.

f. Ketepatan waktu, yakni suatu peerencanaan, perubahan-perubahan

yang terjadi sangat cepat akan dapat menyebabkan rencana tidak

tepat atau sesuai untuk berbagi perbedaan waktu.18

Sedangkan menurut FX.Suwarto dalam buku Perilaku

Organisasi, ada beberapa pendekatan untuk mengukur efektivitas,

yaitu pendekatan tujuan, pendekatan teori sistem dan pendekatan teori

multiple kontituensi.Namum dalam hal ini penulis hanya menjelaskan

pendekatan teori tujuan, karena dalam penelitian ini penulis

menggunakan pendekatan tujuan.Yang mana menekankan pada

pentingnya pencapaian tujuan sebagai kriteria penilaian keefektifan.

Menurut FX. Suwarto, pendekatan tujuan itu yang menekankan pada

pentingnya pencapaian tujuan sebagai kriteria penilaian

keefektifan.Pendekatan ini digunakan secara luas dalam usaha

mengevaluasi dan mengukur tingkat keefektifan, dalam praktek

pendekatan menurut tujuan yang banyak digunakan adalah manajemen

berdasarkan sasaran (manajemen by objektif) adalah suatu program

yang mencakup tujuan-tujuan yang khas ditentukan secara partisipatif

untuk suatu kurun waktu tertentu dengan umpan balik mengenai

kemajuan-kemajuan tujuan organisasi tersebut.19

18

T. Hani Handoko, Manajemen(Yogyakarta: BPPE, 2003), h. 103-105

19

(34)

Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli diatas, penulis

menyimpulkan bahwatolak ukur efektivitas setidaknya ada empat

komponen yang harus terpenuhi yaitu tepat guna, ekonomis,

akuntabilitas dan ketepatan waktu.

B. Bimbingan Manasik Haji

1. Pengertian Bimbingan Manasik Haji

Bimbingan manasik haji terdiri dari tiga kata yaitu: Bimbingan,

Manasik dan Haji. Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari

bahasa inggris yaitu “guidance”.Kata guidance dalam masalah

pendidikan disebut bantuan, selain itu bimbingan dapat diartikan

arahan, pedoman, dan petunjuk. Kata guidance berasal dari kata dasar

(to) guide, yang artinya menuntun, mempedomani, menjadi petunjuk

jalan, mengemudikan, menuntun orang kejalan yang benar.20

Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Years’s

Book of Education 1995 yang menyatakan bahwa bimbingan adalah

suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk

menentukan dan mengembangkan kemampuan agar memperoleh

kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.21

Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian

bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan

20

H. M. Umar, Sartono, BimbingandanPenyuluhan, (Bandung: CV Pustakasetia 1998), Cet, ke-1, h.9

21

(35)

supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia

sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai

dengan tuntunan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga,

masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan

menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan

yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan

membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal

sebagai makhluk sosial.(Rochman Natawidjaja, 1987:31).22

Menurut W.S Winkel Bimbingan berarti pemberian bantuan

kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara

bijaksana dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap

tuntunan-tuntunan hidup.Bantuan itu bersifat psikis (kejiwaan) bukan

“pertolongan” finansial, media, dan lain sebagainya. Dengan adanya

bantuan ini, seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang

dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mapan untuk menghadapi

masalah yang akan dihadapinya kelak ini menjadi tujuan bimbingan.

Jadi, yang memberikan bimbingan menganggap orang lain mampu

menuntun dirinya sendiri, meskipun kemampuan itu mungkin harus

digali dan dikembangkan melalui bimbingan.23

Menurut Crow & Crow (1960:7) bimbingan adalah bantuan

yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita yang memilki

pribadi yang baik dan berpendidikan yang memadai kepada seseorang

22

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta,2008), h. 36

23

(36)

dari setiap usia dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya

sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan

sendiri dan memikul bebannya sendiri.24

Definisi bimbingan yang dirumuskan oleh Bimo Walgito:

Bimbingan adalah pertolongan yang diberikan kepada individu atau

sekumpulan individu dalam menghindari dan mengatasi

kesulitan-kesulitan didalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan itu

dapat mencapai kesejahteraan hidupnya”.25

Menurut Aunur Rahim

Faqih yaitu bimbingan lebih mengarah kepada ketentuan dan petunjuk

Allah, karena menurutnya bimbingan islam adalah proses pemberian

bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan

dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di

dunia dan diakhirat.26

Menurut Athur J.Jones, seperti yang dikutip oleh DR. Tohari

Musanmar (1985:4) bimbingan sebagai pertolongan yang diberikan

oleh seseorang kepada orang lain dalam hal membantu pilihan-pilihan,

penyesuaian diri dan pemecahan problem-problem. Tujuan bimbingan

ialah membantu orang tersebut untuk tumbuh dalam hal kemandirian

dan kemampuan bertanggung jawab bagi dirinya sendiri.27

24

Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Jakarta: Ciputat pers, 2002), h. 4

25

Bimo Wagito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Bandung: CV. Ilmu, 1975), cet ke-1, h. 4

26

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), cet ke-2, h. 1-4.

27

(37)

Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli diatas,

penulis menyimpulkan bahwa bimbingan adalah proses dimana

pemberian arahan dan petunjuk terus-menerus yang diberikan oleh

seseorang yang memiliki pengetahuan yang lebih atau kompeten

dibidangnya kepada seseorang atau kelompok yang sedang mengalami

permasalahan atau kesulitan sehingga menjadikannya kemandirian

dalam melaksanakan pekerjaannya.

Sedangkan untuk pengertian manasik adalah tata cara

pelaksanaan ibadah haji. Kata manasik merupakan bentuk jamak dari

kata mansak yang memiliki makna perbuatan dan syiar dalam ibadah

haji.28 Lalu menurut Kamus Istilah Haji dan Umrah, manasik adalah

hal-hal peribadatan yang berkaitan dengan ibadah haji: melaksanakan

ihram dari miqat yang telah ditentukan, thawaf, sa’I, wuquf di Arafah,

mabit di Muzdalifah, melempar jumrah, dan lain sebagainya.29

Jadi manasik merupakan tatacara pelaksanaan ibadah baik haji atau

umrah sesuai dengan rukun dan syaratnya, dan merupakan hak yang

tidak bisa diabaikan bagi seorang muslim yang hendak melaksanakan

ibadah haji ke tanah suci, dilakukan sebelum perjalanan haji baik itu

manasik yang diberikan oleh pemerintah (Kecamatan/kota) maupun

lembaga swasta (KBIH). Dengan mengikuti manasik, setiap calon

jemaah haji akan mendapatkan pengetahuan tatacara beribadah haji

yang sesuai dengan anjuran Rasulullah.

28

DedeImadudin, Mengenal Haji ,(Jakarta: PT MitraAksaraPanaitan, 2011), h. 18

29

(38)

Kemudian untuk pengertian haji itu sendiri adalah menurut

bahasa berarti menyengaja. Dalam bahasa Arab, haji dibaca dengan

hajj atau hijj, meskipun pada dasarnya kata haji sering dibaca hajj. Jika

dibaca hajj, berarti keterikatan kemampuan dengan gerakan-gerakan

khusus. Jika di baca hijj, haji berarti gerakan-gerakan khusus. Jadi,

najul mahjul berarti laki-laki yang menyengaja. Hanya saja kata hajj

dan hijj kemudian biasa diartikan sebagai sengaja pergi ke Makkah

untuk melangsungkan manasik haji.30

Adapun menurut istilah, haji artinya sengaja mengunjungi

Baitullah (Kabah) untuk melaksanakan ibadah haji dengan syarat dan

ketentuan yang telah ditentukan Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu,

seseorang yang pergi ke Makkah untuk bekerja belum tentu ia dapat

berhaji.31

Dari berbagai definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa

bimbingan manasik haji itu adalah upaya pembekalan, arahan,

petunjuk, pedoman serta pelatihan kepada para calon jemaah haji

sesuai dengan syarat, rukun dan wajib haji. Sehingga diharapkan

dalam pelaksanaannya tidak salah.

Dengan mengikuti kegiatan bimbingan manasik haji, jemaah

akan mendapatkan pengetahuan tentang seputar ibadah haji, baik itu

menyangkut soal ibadah, budaya orang arab, serta cuaca di tanah suci.

30

Al-jawhari, shahhah, Jilid 1, (jawhari, Ismail ibnHammad, shahhahTaj al-LughahwaShahhah al-Arabiyyah, Kairo, 1376 H-1957 M), h. 303

31

(39)

2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Manasik Haji

Bimbingan manasik haji itu mempunyai fungsi dan tujuan,

menurut Latif Hasan fungsi dari bimbingan manasik haji adalah:

a. Agar semua calon jemaah mampu memahami semua informasi

tentang pelaksanaan ibadah haji, tuntunan perjalanan, petunjuk

kesehatan dan mampu mengamalkannya pada saat pelaksanaan

ibadah haji di tanah suci.

b. Agar jemaah haji dapat mandiri dalam melaksanakan ibadah

haji, baik secara mandiri, regu atau rombongan.

c. Agar para jemaah haji mempunyai kesiapan menunaikan

ibadah haji baik mental, fisik, kesehatan maupun petunjuk

ibadah haji lain.32

Adapun Tujuan Bimbingan Manasik Haji yaitu;

Tujuan dalam bimbingan manasik adalah supaya jemaah yang

niat berangkat menunaikan ibadah haji merasa aman, tertib dan

sah.Aman dalam arti jemaah tidak merasa khawatir terhadap dirinya

dan harta bendanya. Tertib dalam arti melaksanakan dan memenuhi

syarat, rukun dan wajib sesuai dengan tuntunan agama. Sah dalam arti

tidak ada kekurangan dalam menjalankan ibadah dan manasik.33

32

Latif Hasan dan Nidjam Ahmad, Manajemen Haji, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003), cet ke-2 h. 17

33

(40)

Tujuan lainnya agar masyarakat umumnya dapat memahami

manasik haji, disamping itu diharapkan calon jemaah haji dapat

memahami tentang proses pelaksanaan haji dan dapat mempraktekkan

manasik haji secara benar sesuai dengan syariat Islam.

3. Metode dan Bentuk Bimbingan Manasik Haji

Bentuk dan metode merupakan cara kerja yang digunakan

untuk memudahkan kita dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau

kegiatan agar tercapai tujuan seperti yang telah ditentukan dan

diharapkan. Dalam hal bimbingan manasik haji pun terdapat bentuk

dan metode yang digunakan.

Bimbingan jemaah haji dikelompokan menurut bentuknya,

seperti dikemukakan Direktur Pembinaan Haji, bahwa bimbingan

manasik haji oleh pemerintah menurut jenjang organisasi pelaksana

yaitu: (a) Bimbingan kelompok yang dilaksanakan oleh KUA

Kecamatan, (b) Bimbingan massal yang dilaksanakan

Kabupaten/Kota.34

a. Bentuk Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan

oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika

kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling

berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi

saran, dan lain-lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya

34

Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Jakarta,

(41)

bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk

peserta lainnya.35

Dalam bentuk bimbingan kelompok dilaksanakan di setiap

KUA Kecamatan yang dilakukan dalam 7 (tujuh) kali pertemuan.

Adapun jenis metode yang dipakai dalam bimbingan kelompok ini

diantaranya metode ceramah, diskusi, tanya jawab, simulasi.36

1) Metode Ceramah

Metode ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan

pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai

tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relative

besar.Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong

timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.37Dalam hal manasik

haji metode ceramah selalu menjadi unggulan para

pembimbing dalam menjelaskan atau menerangkan materi

tentang haji.

2) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta

atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dana tau

saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah

35

H. Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 178

36

Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Jakarta,

Tuntunan Manasik Haji dan umrah, (Jakarta: Kemenag, 2013), h. 7

37

(42)

sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka.

Pembelajaran yang bersifat interaktif.38

Dalam bimbingan manasik haji metode ini dapat dikatakan

baik karena dapat menggali pengetahuan lebih dalam lagi dari

para jemaah tentang materi manasik haji yang telah

disampaikan .

3) Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyampaian pelajaran

melalui interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau dari

siswa kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi.

Dalam metode tanya jawab, guru dan siswa sama-sama aktif

agar mereka tidak tergantung pada keaktifan guru.39

Dalam bimbingan manasik haji, metode ini merupakan

strategi untuk mengukur sejauh mana pemahaman calon

jemaah terhadap materi yang telah disampaikan oleh

pembimbing, serta dapat membangkitkan respon para calon

jemaah.

4) Metode Simulasi

Dalam metode simulasi Udin Syaefudin menyatakan bahwa

simulasi merupakan replikasi atau visualisasi dari perilaku

38

Muhammad Anas, Mengenal Metodologi Pembelajaran, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2012), h. 21

39

(43)

sebuah sistem, misalnya sebuah perencanaan pendidikan, yang

berjalan pada kurun waktu yang tertentu.Jadi dapat dikatakan

bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang berisi

seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem

kehidupan yang sebenarnya.Simulasi memungkinkan

keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana ciri-ciri

utam itu bisa dimodifikasi secara nyata.40

Dalam bimbingan manasik haji, metode simulasi

merupakan metode yang tepat untuk mengkondisikan keadaan

pada saat berhaji seperti melaksanakan rukun dan wajib haji.

Metode ini sangat membantu para jemaah dalam menambah

pengetahuannya serta dapat mempunyai gambaran apa saja

yang akan dilakukan selama ditanah suci.

b. Bentuk Bimbingan Massal

Bentuk bimbingan massal dilaksanakan di Kabupaten/kota

oleh Kementrian Agama Kabupaten/Kota. Bimbingan massal ini

dilakukan selama 3 (tiga) kali pertemuan.41 Adapun metode yang

digunakan dalam bimbingan massal ini hampir sama dengan

metode yang dipakai oleh bentuk bimbingan kelompok yang telah

disebutkan sebelumnya. Metode bimbingan massal hanya

40

Syaefudin, Perencanaan Pendidikan Pendekatan Komprehensif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 129

41

Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Jakarta,

(44)

menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi.

Dikarenakan bentuk bimbingan massal ini merupakan bentuk

bimbingan umum yang dilaksanakan oleh pihak pemerintah tingkat

(45)

32 BAB III

GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTRIAN AGAMA KOTA TANGERANG

A. Sejarah dan Perkembangannya

Kementrian Agama Kantor Kota Tangerang dibentuk berdasarkan

KMA No. 250/IX/1994 dan keberadaannya diresmikan oleh

Walikotamadya Tangerang Drs. H. Zakaria Machmud pada bulan

September 1994. Selanjutnya, atas nama Kepala Kantor Wilayah

Departemen Agama Provinsi Jawa Barat, Walikota Tangerang melantik

Kepala Kantor Departemen Agama Kotamadya Tangerang yang pertama,

yaitu Drs. H. Suroh, M. Si.42

Berikut nama-nama kepala kantor departemen agama/kementrian

agama Kota Tangerang dari masa-kemasa;43

1. Drs. H. M. Suroh, M. Si Masa Bhakti 1994-1998

2. Drs. H. M. Atoullah Ahmad, MA Masa Bhakti 1998-1999

3. Drs. H. Babun Abdullah Masa Bhakti 1999-2002

4. Drs. KH. Saeful Millah, MM, M.BA Masa Bhakti 2002-2003

5. Drs. H. Iskandar Bunyamin, MM Masa Bhakti 2003-2006

6. Drs. H. Zaenal, MM Masa Bhakti 2006-2013

42

Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang

43

(46)

7. Drs. H. A. Nawawi, M. Si Masa Bhakti 2013-2015

8. Drs. H. Dedi Mahfudin, M. Si Masa Bhakti 2015- sekarang.

Pada awal berikutnya, Kementrian Agama Kantor Kota Tangerang

berkantor (sementara) dirumah dinas Kepala Kantor Departemen Agama

Kabupaten Tangerang, yang beralamat dijalan Ahmad Yani No. 8 Kota

Tangerang selama kurang lebih satu tahun. Karena mengalami renovasi,

maka Departemen Agama Kota Tangerang pada tahun 1995 menempati

kantor (sementara) dijalan Sukasari. Setelah selesai renovasi, maka pindah

kembali kejalan A. Yani No.8. pada tahun 2005 kantor di jalan A. Yani

mengalami rehab total sehingga aktivitas kantor pindah kerumah dinas

Sekda Kota Tangerang Jl. Nyimas Melati, Kota Tangerang.

Selanjutnya pada tahun 2013 Kementrian Agama Kantor Kota

Tangerang berpindah ke Jl. Perintis Kemerdekaan II Cikokol menempati

kantor lama Kementrian Agama Kantor Kabupaten Tangerang yang telah

berpindah ke Tigaraksa.44

Kementrian Agama Kantor Kota Tangerang yang beralamat di Jl.

A. Yani No.8 masih tetap ditempati oleh seksi Penyelenggara Haji dan

Umrah, BAZDA Kota Tangerang, Sekretariat Dharma wanita, kelompok

kerja pengawas, kelompok kerja penyuluh dan sekretariat IGRA Kota

Tangerang, hal ini mengingat terbatasnya luas tanah dan pasilitas ruang

44

(47)

kerja pada kantor yang beralamat di Jl. Perintis Kemerdekaan II

Cokokol.45

B. Visi, Misi, dan Motto

1. Visi

“Terwujudnya Masyarakat Kota Tangerang yang taat beragama,

Berakhlakul Karimah, Rukun, Cerdas, Mandiri, dan Sejahtera Lahir

Batin”.46

2. Misi

a. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan berwibawa

b. Meningkatkan kualitas pendidikan agama dan keagamaan pada

madrasah sekolah umum dan pondok pesantren, TPQ/TKQ, MDT

dan majelis taklim.

c. Mewujudkan keluarga sakinah.

d. Meningkatkan pelayanan ibadah haji.

e. Memberdayakan lembaga keagamaan.

f. Memperkokoh kehidupan beragama dengan mengedepankan asas

kerukunan antar umat beragama, intern umat beragama.47

45

Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang

46

Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang

47

(48)

3. Motto

Melayani dengan pesona dan senyum dalam kerang kalima (5)

nilai budaya kerja, yaitu: Integritas, Profesionalitas, Inovasi, Tanggung

Jawab, dan Keteladanan.48

C. Stuktur Organisasi

Stuktur organisasi sangat penting dan sangat berperan. Hal ini agar

suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya lebih terarah dan tidak saling

berbenturan. Selain itu, stuktur organisasi juga diperlukan agar terja

dipembagian tugas yang seimbang dan objektif yaitu memberikan tugas

sesuai dengan kedudukan dan kemampuan masing-masing anggotanya.

Struktur organisasi yang baik yaitu menempatkan petugas yang tepat dan

memiliki kompetensi. Hal ini dilakukan agar semua kegiatan lebih terarah,

teratur dan terkontrol sehingga apabila terjadi persoalan dapat diselesaikan

sendiri mungkin. Adapun struktur organisasi Kantor Kementrian Agama

Kota Tangerang dan seksi penyelenggaraan haji dan umrah Kantor

Kementrian Agama Kota Tangerang sebagai berikut:

48

(49)

Gambar 3. 1

(50)

Gambar 3. 2

Struktuk Organisasi Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementrian Agama Kota Tangerang.49

D. Tugas dan Fungsi

Seksi penyelenggara Haji dan Umrah sebagai pelaksana sebagian

tugas dan fungsi Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang mempunyai

tugas dan fungsi sebagai berikut:50

1. Tugas

Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah mempunyai tugas sebagai

berikut. “Merencanakan dan melaksanakan pemberian pembinaan,

49

Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang

50

(51)

pelayanan dan perlindungan kepada masyarakat di bidang

penyelenggara haji serta mengawasi, mengevaluasi, dan melaporkan

pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan teknis kepala Kantor

Kementrian Agama dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Fungsi

a. Menetapkan dan merumuskan visi, misi, tujuan, sasaran, program,

dan rencana Kerja Seksi Penyelenggara Haji danUmrah.

b. Melakukan pembagian tugas, mengerahkan, membimbing dan

mengkoordinasi pelaksanaan tugas Seksi Penyelenggara Haji dan

Umrah.

c. Melakukan koordinasi dengan unit kerja terkait.

d. Melakukan penyelesaian masalah yang timbul di lingkungan Seksi

Penyelenggara Haji danUmrah.

e. Melakukan usaha pengembangan dan peningkatan sistem teknis

pelaksanaan tugas sesuai dengan aturan dan perundang-undangan

yang berlaku.

E. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan

a. Mewujudkan penyelenggaraan ibadah haji dan umrah yang

optimal.

b. Mendata calon jemaah yang telah melakukan setoran haji.

(52)

d. Membimbing, melayani, dan melindungi calon jemaah haji dalam

melaksanakan haji dan umrah.

2. Sasaran

a. Melakukan verifikasi data KBIH dalam proses akreditasi KBIH.

b. Mengadakan pembinaan calon jemaah haji ditingkat Kecamatan

Kota Tangerang.

c. Memverifikasi jumlah calon jemaah haji yang akan mendapat

bimbingan manasik.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, Seksi

Penyelenggaraan Haji danUmrah membuat kebijakan dan program.

Kebijakan yang diambil meliputi:51

1. Menyiapkan tenaga kerja yang tepat dan terampil.

2. Menyiapkan bimbingan yang berkualitas.

3. Menyiapkan tenaga pembimbing manasik haji.

Program dan kegiatan yang dibuat yaitu:

1. Peningkatan kualitas penyelenggaraan haji danumrah.

2. Mendata calon jemaah haji.

3. Peningkatan kualitas SDM.

4. Peningkatan bimbingan manasik pada KUA dan KBIH.

51

(53)

F. Sarana dan Prasarana Manasik Haji

1. Sarana

Dalam menjalankan tugas sebagai penyelenggra ibadah haji yakni

melaksanakan bimbingan manasik Kementrian Agama Kota

Tangerang dilakukan sebanyak tiga kali sesuai dengan peraturan yang

telah ditetapkan oleh pemerintah. Pelaksanaan tersebut bertujuan untuk

memberikan bekal pengetahuan kepada para calon jemaah haji yang

akan berangkat untuk dilakasanakan dan dipatuhi.

Pelaksanaan bimbingan manasik massal dilaksanakan di Masjid

Agung Al-Ittihad Kota Tangerang. Pemilihan lokasi tersebut

dikarenakan memilki aula Masjid yang cukup luas sehingga bisa

menampung para calon jemaah dan lokasi yang trategis.52

2. Prasarana

Dalam menunjang kegiatan, alat dan media yang digunakan saat

bimbingan manasik haji yaitu Pengeras suara, Laptop, Infocus, buku

bimbingan manasik haji dan miniatur Ka’bah.

G. Pembimbing Manasik Haji

Berikut pembimbing yang menjadi narasumber ketika proses

bimbingan manasik haji berlangsung di masjid Agung Al-Ittihad Kota

Tangerang53

1. Walikota Kota Tangerang

52

Wawancara dengan H. Basuni, Tangerang, 01 Juni 2016

53

(54)

2. Kepala Kanwil Kemenag Prov. Banten

3. Kepala Kantor kemenag Kota Tangerang

4. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang

5. GM Hajj Plannig Dinas pelayanan Haji Garuda Indonesia

6. Kabid Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Prov.

Banten

7. Ust. H. Ade Sutardi

H. Peserta Bimbingan Manasik Haji

Dalam hal ini peserta bimbingan manasik yang dimaksud adalah

para calon jemaah haji, pada Kementrian Agama Kota Tangerang peserta

bimbingan manasik haji massal terdapat 1.442 jemaah (yang sudah

melunasi BPIH) yang terdiri dari berbagai latar belakang, pekerjaan dan

pendidikan.

(55)

42

Dalam bab IV menjelaskan tentang analisis efektivitas bimbingan

mananasik haji, dari tahapan-tahapan tersebut berisi tentang : Standar

Operasional Prosedur, Mekanisme dan Prosedur, Unsur-Unsur Bimbingan dan

Analisis Efektifitas bimbingan manasik. Tahapan-tahapan ini dibahas untuk

mengetahui keefektifan bimbingan manasik haji pada Kantor Kementrian

Agama Kota Tangerang.

A. Standar Operasional Prosedur (SOP) Bimbingan Manasik Haji Kemenag Kota Tangerang

Standar operasional prosedur adalah pedoman yang berisi

prosedur-prosedur operasional standar yang ada dalam suatu organisasi

yang digunakan untuk memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan,

serta penggunaan fasilitas-fasilitas proses yang dilakukan oleh orang-orang

di dalam organisasi yang adalah anggota-anggota organisasi berjalan

secara efektif (dan efisien), konsisten, standar dan sistematis.54

Menurut IR. M. Budiharjo standar operasional prosedur adalah

suatu perangkat lunak pengatur, yang mengatur tahapan suatu proses kerja

atau prosedur kerja tertentu. Oleh karena prosedur kerja yang dimaksud

bersifat tetap, rutin, dan tidak berubah-ubah, prosedur kerja tersebut

54

(56)

dilakukan menjadi dokumen tertulis yang disebut sebagai Standar

Operating Procedure atau disingkat SOP.55

Diadakanya SOP memiliki fungsi dan tujuan

1. Fungsi :

a. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.

b. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.

c. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan

mudah dilacalak.

d. Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin

dalam bekerja.

e. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.

2. Tujuan :

a. Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat

kinerja petugas/pegawai atau tim dalam organisasi atau unit

kerja.

b. Atau mengetahui dengan jelas peran dan funsi tiap-tiap

posisi dalam organisasi.

c. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab

dari petugas/pegawai terkait.

d. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari

malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.

55

(57)

e. Untuk menghindari kegagalan dan kesalahan, keraguan,

duplikasi dan inefisiensi.56

Dalam menjalankan suatu organisasi atau perusahaan tentunya

memiliki standar operasional prosedur agar suatu kegiatan tersebut

berjalan dengan baik dan terarah. Dalam hal ini kementrian agama Kota

Tangerang juga menerapkan standar operasional prosedur sesuai dengan

yang telah ditetapkan oleh Kementrian Agama Pusat.

Sesuai dengan keputusan Kementrian Agama Penyelenggaraan

Ibadah Haji dan Umrah, pemerintah memfasilitasi jemaah haji dengan

menerbitkan buku panduan manasik haji adalah sebagai bentuk

tanggungjawab pemerintah kepada para calon jemaah haji. Selain itu

jemaah haji diharapkan meningkatkan pengetahuan, wawasan, serta

pemahamannya secara mandiri tentang ibadah haji.

Dalam buku panduan manasik haji tersebut, didalamnya

menjelaskan tentang keseluruhan petuntuk manasik haji dan umrah, tata

cara pelaksanaan ibadah haji meliputi ketentuan hokum dan hikmah haji

dan umrah serta dilengkapi dengan Tanyajawab seputar manasik manasik

haji dan umrah dan penjelasan beberapa tempat bersejarah serta syiar-syiar

perhajian yang dianggap perlu.

Seperti yang di kemukakan oleh H. Basuni “ Bimbingan yang

diberikan oleh Kementrian Agama Kota Tangerang mempunyai

56

(58)

standarisasi yang telah ditetapkan oleh dirjen penyelenggaraan haji dan

umrah, yaitu pembimbing, banyaknya bimbingan dan meteri bimbingan.

Kami hanya tinggal menjalankannya saja”. 57

Standar Operasional Prosedur Bimbingan Manasik Haji anatara

lain:

1. Pendataan Jumlah Jemaah Haji Kecamatan

2. Pembentukan panitia pelaksana

3. Pembuatan dan Distribusi Undangan Manasik Haji

4. Pendaftaran Peserta Manasik Haji

5. Pelaksanaan Manasik Haji

6. Pembuatan Mahram

7. Penyerahan Surat Mahrom

8. Pelaporan kegiatan Bimbingan Manasik Haji

9. Penyimpanan dan Pengarsipan Data Calon Jemaah Haji Yang

Mengikuti Bimbingan Manasik Haji

Sejauh ini peneliti melihat Kementrian Agama Kota Tangerang

telah melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai yang telah diamanatkan

oleh Kementrian Agama Republik Indonesia dalam memberikan

pelayanan kepada calon jemaah haji.

57

(59)

B. Mekanisme dan Prosedur Bimbingan Manasik Haji Kementrian Agama Kota Tangerang

Mekanisme bimbingan manasik haji pada kementrian Agama Kota

Tangerang dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang pertama pelaksanaan

bimbingan manasik haji ditingkat Kantor Urusan Agama (KUA)

kecamatan sebanyak tujuh kali pertemuan, dan yang kedua pelaksanaan

bimbingan manasik ditingkat kabupaten/kota sebanyak tiga kali

pertemuan.

Langkah-langkah Kementrian Agama Kota Tangerang dalam

pelatihan manasik haji terdiri dari:58

1. Pelaksana Kebijakan Pelatihan Kantor Kementrian Agama Kota

Tangerang

2. Perencanaan dalam Pelatihan Manasik Haji

3. Standar Minimum atas Penguasaan Materi dalam Pelatihan

Manasik Haji

4. Pertemuan Tatap Muka dalam Pelatihan Manasik Haji

KUA yang berada di Kota Tangerang secara administratif

berjumlah sebanyak 13 KUA. Anatara lain: KUA Tangerang, KUA

Jatiuwung, KUA Batuceper, KUA Benda, KUA Cipondoh, KUA Ciledug,

KUA Karawaci, KUA Periuk, KUA Cibodas, KUA Neglasari, KUA

Pinang, KUA Karang Tengah, dan KUA Larangan. Semuanya KUA yang

58

(60)

ada di Kota Tangerang telah melaksanakan bimbingan manasik sesuai

dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Dalam meningkatkan bimbingan manasik haji, pemerintah Kota

Tangerang merangkul dan bekerja sama dengan bebepara KBIH untuk

memberikan pemahaman tambahan mengenai ilmu manasik haji selain

bimbingan manasik haji yang diberikan oleh pemerintah yakni tingkat

KUA Kecamatan dan tingkat Kabupaten/Kota.

Tercatat sebanyak 26 KBIH yang ada di Kota Tangerang yang

telah memiliki izin dan terdaftar di Kementrian Agama Kota Tangerang

melaksanakan bimbingan manasik haji sesuai dengan arahan Kementrian

Agama Kota Tangerang.

Calon jemaah haji yang akan berangkat tahun ini disarankan oleh

Kementrian Agama Kota Tangerang sebagaimana yang dikemukakan oleh

H. Basuni “ Calon jemaah diarahkan agar ikut dan bergabung dengan

KBIH terdekat yang ada di Kota Tangerang”59 diharapkan bagi calon

jemaah haji mendapatkan pemahaman tentang ilmu manasiknya. Selain itu

juga bergabungnya dengan KBIH mempererat persaudaraan antar jemaah

kota Tangerang sekaligus memudahkan pelaksanaan haji di Arab Saudi.

Bimbingan manasik haji merupakan bagian dari pembinaan yang

dianggap perlu diberikan oleh pemerintah agar para calon jemaah haji

yang akan berangkat mengetahui dan faham akan proses ibadah haji.

59

(61)

Selain itu juga para calon jemaah haji diharapkan mandiri ketika

berlangsungnya prosesi haji dilaksanakan.

Dalam pelaksanaannya, Kantor kementrian Agama melaksanakan

bimbingan manasik haji telah sesuai dengan prosedur yang telah

ditetapkan oleh Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Republik

Indonesia. Yaitu dengan melaksanakan bimbingan manasik secara massal

sebanyak tiga kali.

Menurut H. Basuni “ Bimbingan Manasik dilaksanakan di Masjid

Agung Al-Ittihad Kota Tangerang.”60 Ketika pelaksanaannya peneliti

menyaksikan langsung kegiatan manasik haji di lokasi Masjid Agung

Al-Ittihad Kota Tangerang yang beralamat di Jl. Ki Samaun No. 1, Sukasari

Tangerang. Pemilihan ditempat masjid Al-Ittihad selain bisa menampung

jumlah jemaah yang banyak, lokasi tersebut juga sangat strategis bisa

diakses oleh jemaah dari berbagai kecamatan di Kota Tangerang.

Dalam upaya memberikan pelayanan bimbingan manasik peneliti

melihat Kementrian Agama Kota Tangerang telah melaksanakannya sesuai

prosedur. Selain itu juga upaya pemerintah dalam meningkatkan

bimbingan manasik haji, pemerintah bekerjasama dengan 26 KBIH yang

ada di Kota Tangerang demi memantapkan pengetahuan dan membekali

calon jemaah haji agar dalam melaksanakan ibadah haji, diperoleh

keselamatan, kelancaran, ketertiban, dan kesejahteraan calon jemaah haji

guna mencapai kesempurnaan ibadah haji untuk memperoleh haji mabrur.

60

Gambar

GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTRIAN AGAMA
GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTRIAN AGAMA KOTA
Gambar 3. 1
Gambar 3. 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penulisan Laporan Akhir ini adalah untuk membuat sebuah Sistem Informasi Pelayanan Jamaah Haji dan Umroh pada Kantor Wilayah Kementrian Agama

Apakah kualitas pelayanan ibadah haji yang dilakukan oleh Kementerian Agama Kota Ternate tahun 2015-2016 sudah memenuhi kepuasan jamaah haji2. Kementrian Agama RI, “Peningkatan

Penyelenggaraan ibadah haji khusus yaitu Pasal 2 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus pada ayat

sembarangan orang bisa menjadi pembimbing dalam manasik haji mbak, karena dari Kementerian Agama sendiri merekrut petugas pembimbing haji yang benar-benar sudah lulus dari

Defizon beliau mengatakan : “Tentu pihak kemenag kota pekanbaru da- lam penyelenggaraan ibadah haji dan umroh ingin mempunyai petugas haji yang berk- ompeten khususnya

Fungsi–fungsi manajemen ini telah diterapkan pada bimbingan manasik haji dan umrah yang diselenggarakan oleh Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) As-Shofa kota Blora

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Ar – Rahmah Kota Demak dalam menyelenggarakan bimbingan manasik haji dengan sistem pengelompokan

Hasil penelitian yang diperoleh bahwa Metode Bimbingan Manasik Haji di Kantor Kementerian Agama Kota Samarinda melputi Ceramah, Tanya Jawab, Praktik Manasik, dan Simulasi