PEMANFAATAN LIMBAH RUMPUT LAUT (Sargassum polycystum) SEBAGAI BAHAN PUPUK CAIR UNTUK SAWI ( Brassica juncea L. ) ORGANIK
PADA TANAH ULTISOL
S K R I P S I
OLEH:
HAFSAH WINDA NST 080303004
AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PEMANFAATAN LIMBAH RUMPUT LAUT (Sargassum polycystum) SEBAGAI BAHAN PUPUK CAIR UNTUK SAWI ( Brassica juncea L. ) ORGANIK
PADA TANAH ULTISOL
S K R I P S I
OLEH:
HAFSAH WINDA NST 080303004
AGROEKOTEKNOLOGI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Skripsi : Pemanfaatan Limbah Rumput Laut (Sargassum polycystum) Sebagai Bahan Pupuk Cair Untuk Sawi (Brassica juncea L.) Organik Pada Tanah Ultisol
Nama : Hafsah Winda Nst
NIM : 080303004
Program studi : Agroekoteknologi
Minat Studi : Ilmu Tanah
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Ir. Alida Lubis, M.S.) (Ir. Supriadi, M.S.) NIP: 1954 0721 1979 03.2.001 NIP: 1960 1221 1987 01.1.002
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk cair rumput laut (Sargassum polycystum) yang berbahan baku limbah terhadap pertumbuhan dan produksi sawi (Brassica juncea L.) pada tanah ultisol. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan tanah, serta Laboratorium Sentral, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan Oktober 2012. Contoh tanah yang digunakan adalah tanah Ultisol penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non Faktorial dengan sembilan perlakuan dan tiga ulangan sehingga terdapat dua puluh tujuh unit percobaan. Perlakuan terdiri atas P0 (Kontrol), Pa2 (EM-4 20 cc
dengan pemberian pupuk cair rumput laut 2 hari sekali), Pa3( EM-4 20 cc dengan
pemberian pupuk cair rumput laut 3 hari sekali), Pa4 (EM-4 20 cc dengan
pemberian pupuk cair rumput laut 4 hari sekali), Pa5 (EM-4 20 cc dengan
pemberian pupuk cair rumput laut 5 hari sekali), Pb2 (EM-4 40 cc dengan
pemberian pupuk cair rumput laut 2 hari sekali), Pb3 (EM-4 40 cc dengan
pemberian pupuk cair rumput laut 3 hari sekali), Pb4 (EM-4 40 cc dengan
pemberian pupuk cair rumput laut 4 hari sekali), Pb5 (EM-4 40 cc dengan
pemberian pupuk cair rumput laut 5 hari sekali). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair rumput laut berbeda tidak nyata terhadap pH tanah, C-organik tanah, N-total, K-tersedia, C/N tanah. Namun berbeda nyata dengan P-tersedia tanah, bobot basah tajuk tanaman, bobot basah akar tanaman, bobot kering tajuk tanaman dan bobot kering akar tanaman.
ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of seaweed liquid fertilizer (Sargassum polycystum) made from raw sewage on the growth and production of vegetable (Brassica juncea L.) on Ultisol. This research was conducted at the home screen, is analyzed in the laboratory of Chemistry and Soil fertility and Research Laboratory, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan in June 2012-September 2012. Examples of land use is land Ultisol study using completely randomized design (CRD) Non Factorial with nine treatments and three replications that are twenty-seven experimental units. Treatment consists of P0 (Control), Pa2 (EM-4 20 cc of liquid seaweed fertilizer 2 days), Pa3 (EM-4 20
cc of liquid seaweed fertilizer 3 days), Pa4 (EM-4 20 cc liquid seaweed fertilizer 4
days), Pa5 (EM-4 20 cc of liquid seaweed fertilizer 5 days), Pb2 (EM-4 40 cc of
liquid seaweed fertilizer 2 days), Pb3 (EM-4 40 cc of liquid seaweed fertilizer 3
days), Pb4 (EM-4 40 cc of liquid seaweed fertilizer 4 days), Pb5 (EM-4 40 cc of
liquid seaweed fertilizer 5 days ). The results showed that administration of liquid seaweed fertilizer is different no significant effect on soil pH, soil organic-C, N-total, K-available, C/N soil. However, significantly different from the P-available soil, plant canopy wet weight, wet weight plant roots, dry weight of the plant canopy and root dry weight of plants.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padangsidimpuan pada tanggal 2 Maret 1990. Penulis
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Putri dari Ayahanda
H. Mhd. Azwar Nasution, SP dan Ibunda Hj. Sarleni Lubis, SPdi.
Riwayat Pendididkan:
1. Pada tahun 2002 lulus sekolah SD Negeri No.2 Padangsidimpuan
2. Pada tahun 2005 lulus SMP 5 Padangsidimpuan
3. Pada tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Padangsidimpuan
4. Pada tahun 2008 memasuki Fakultas Pertanian memilih jurusan
Agroekoteknologi dengan minat Ilmu Tanah melalui jalur PMP
Universitas Sumatera Utara Medan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi Ikatan
Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) tahun 2008-2012 dan pengajian Al-Bayan
tahun 2008-2012. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT.
Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Padangmatinggi Kabupaten
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pemanfaatan Limbah Rumput
Laut (sargassum polycystum) sebagai Bahan Pupuk Cair untuk Sawi ( Brassica juncea l. ) Organik pada Tanah Ultisol” yang merupakan salah
satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana di : Departemen
Agroekoteknologi Minat Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Ir. Alida Lubis, MS dan Bapak Ir. Supriadi, MS., selaku ketua dan anggota
komisi pembimbing penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan
sarannya dalam penyelesaian skripsi ini.
Ungkapan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya,
Ayahanda H. Mhd. Azwar Nasution, SP dan Ibunda Hj. Sarleni Lubis, SPdi. yang
telah memberikan semangat dan mendoakan sampai saat ini, kepada abang saya
Fahri Ilman Nasution, Ihsan Hakim Nasution dan adik saya Arlan Budiman
Nasution serta kepada sahabatku Yuni, Riri dan Eka dan semua teman angkatan
2008, senior 2007 dan junior 2010 dan seluruh pihak yang telah banyak
membantu dan mendoakan penulis.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2012
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesa Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
Sifat dan Ciri Tanah Ultisol ... 4
Pupuk Organik ... 5
Rumput laut (sargassum polycystum) ... 8
Unsur N, P, K ... 10
Tanaman Sawi ... 13
BAB III BAHAN DAN METODE ... 15
Tempat dan Waktu Penelitian ... 15
Bahan dan Alat ... 15
Metode Penelitian ... 15
Pelaksanaan Penelitian ... 17
Pembuatan Pupuk Cair Rumput Laut ... 17
Persiapan Tanah ... 17
Penyemaian Benih ... 17
Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman ... 17
Aplikasi perlakuan... 18
Pemanenan ... 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 19
Hasil... 19
pH tanah ... 19
C-Organik Tanah (%) ... 19
N-total Tanah (%) ... 20
P-Tersedia Tanah (ppm) ... 20
K-Tukar Tanah (me/100) ... 21
C/N- Tanah ... 21
Bobot Basah Tajuk Tanaman... 21
Bobot Basah Akar Tanaman ... 22
Bobot Kering Tajuk Tanaman ... 23
Bobot Kering Akar Tanaman... 23
Pembahasan ... 25
pH tanah ... 25
C-Organik Tanah (%) ... 25
N- total tanah ... 26
P-Tersedia Tanah (ppm) ... 26
K-Tukar (me/100) ... 27
C/N- Tanah ... 27
Bobot Basah Tajuk Tanaman... 27
Bobot Basah Akar Tanaman ... 28
Bobot Kering Tajuk Tanaman ... 28
Bobot Kering Akar Tanaman... 29
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 30
Kesimpulan ... 30
Saran ... 30
DAFTAR PUSTAKA ... 31
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Uji Kontras Perlakuan Pupuk Cair Rumput Laut terhadap pH Tanah ... 19
2. Uji Kontras Perlakuan Pupuk Cair Rumput Laut terhadap C-organik Tanah ... 19
3. Uji Kontras Perlakuan Pupuk Cair Rumput Laut terhadap N-total tanah ... 20
4. Uji Kontras Perlakuan Pupuk Cair Rumput Laut terhadap P-tersedia tanah ... 20
5. Uji Kontras Perlakuan Pupuk Cair Rumput Laut terhadap K-tukar tanah ... 21
6. Uji Kontras Perlakuan Pupuk Cair Rumput Laut terhadap C/N
tanah ... 21
7. Uji Kontras Perlakuan Pupuk Cair Rumput Laut terhadap
Bobot Basah Tajuk Tanaman ... 21
8. Uji Kontras Perlakuan Pupuk Cair Rumput Laut terhadap
Bobot Basah Akar Tanaman ... 22
9. Uji Kontras Perlakuan Pupuk Cair Rumput Laut terhadap
Bobot Kering Tajuk Tanaman ... 23
10. Uji Kontras Perlakuan Pupuk Cair Rumput Laut terhadap
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Foto Penelitian ... 45
2. Foto Tanaman Pemberian EM-4 20 cc ... 45
3. Foto Tanaman Pemberian EM-4 40 cc ... 47
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Data Analisis Awal Tanah Ultisol ... 33
2. Kriteria Sifat Tanah ... 34
3. Data Analisis pH Tanah ... 35
4. Daftar Sidik Ragam pH Tanah ... 35
5. Data C-organik Tanah ... 36
6. Daftar Sidik Ragam C-organik Tanah ... 36
7. Data N-Total Tanah ... 37
8. Daftar Sidik Ragam N-total Tanah ... 37
9. Data P-tersedia Tanah ... 38
10. Daftar Sidik Ragam P-tersedia Tanah ... 38
11. Data K-Tukar Tanah ... 39
12. Daftar Sidik Ragam K-Tukar Tanah ... 39
13. Data C/N Tanah ... 40
14. Daftar Sidik Ragam C/N Tanah ... 40
15. Data Bobot Basah Tajuk Tanaman ... 41
16. Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk Tanaman ... 41
17. Data Bobot Basah Akar Tanaman ... 42
18. Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Akar Tanaman ... 42
19. Data Bobot Kering Tajuk Tanaman ... 43
20. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk Tanaman ... 43
21. Data Bobot Kering Akar Tanaman ... 44
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk cair rumput laut (Sargassum polycystum) yang berbahan baku limbah terhadap pertumbuhan dan produksi sawi (Brassica juncea L.) pada tanah ultisol. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan tanah, serta Laboratorium Sentral, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan Oktober 2012. Contoh tanah yang digunakan adalah tanah Ultisol penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non Faktorial dengan sembilan perlakuan dan tiga ulangan sehingga terdapat dua puluh tujuh unit percobaan. Perlakuan terdiri atas P0 (Kontrol), Pa2 (EM-4 20 cc
dengan pemberian pupuk cair rumput laut 2 hari sekali), Pa3( EM-4 20 cc dengan
pemberian pupuk cair rumput laut 3 hari sekali), Pa4 (EM-4 20 cc dengan
pemberian pupuk cair rumput laut 4 hari sekali), Pa5 (EM-4 20 cc dengan
pemberian pupuk cair rumput laut 5 hari sekali), Pb2 (EM-4 40 cc dengan
pemberian pupuk cair rumput laut 2 hari sekali), Pb3 (EM-4 40 cc dengan
pemberian pupuk cair rumput laut 3 hari sekali), Pb4 (EM-4 40 cc dengan
pemberian pupuk cair rumput laut 4 hari sekali), Pb5 (EM-4 40 cc dengan
pemberian pupuk cair rumput laut 5 hari sekali). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair rumput laut berbeda tidak nyata terhadap pH tanah, C-organik tanah, N-total, K-tersedia, C/N tanah. Namun berbeda nyata dengan P-tersedia tanah, bobot basah tajuk tanaman, bobot basah akar tanaman, bobot kering tajuk tanaman dan bobot kering akar tanaman.
ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of seaweed liquid fertilizer (Sargassum polycystum) made from raw sewage on the growth and production of vegetable (Brassica juncea L.) on Ultisol. This research was conducted at the home screen, is analyzed in the laboratory of Chemistry and Soil fertility and Research Laboratory, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan in June 2012-September 2012. Examples of land use is land Ultisol study using completely randomized design (CRD) Non Factorial with nine treatments and three replications that are twenty-seven experimental units. Treatment consists of P0 (Control), Pa2 (EM-4 20 cc of liquid seaweed fertilizer 2 days), Pa3 (EM-4 20
cc of liquid seaweed fertilizer 3 days), Pa4 (EM-4 20 cc liquid seaweed fertilizer 4
days), Pa5 (EM-4 20 cc of liquid seaweed fertilizer 5 days), Pb2 (EM-4 40 cc of
liquid seaweed fertilizer 2 days), Pb3 (EM-4 40 cc of liquid seaweed fertilizer 3
days), Pb4 (EM-4 40 cc of liquid seaweed fertilizer 4 days), Pb5 (EM-4 40 cc of
liquid seaweed fertilizer 5 days ). The results showed that administration of liquid seaweed fertilizer is different no significant effect on soil pH, soil organic-C, N-total, K-available, C/N soil. However, significantly different from the P-available soil, plant canopy wet weight, wet weight plant roots, dry weight of the plant canopy and root dry weight of plants.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan pertanian organik mengaharuskan diupayakan tambahan
sumber bahan organik yang lebih luas. Di Negara lain rumput laut sudah
dimanfaatkan sebagai pupuk. Sebagaimana diketahui Indonesia merupakan
Negara maritim dimana lautan Indonesia masih menyimpan kekayaan bahan
organik yaitu dari jenis rumput laut. Rumput laut merupakan tumbuhan laut jenis
alga, masyarakat Eropa mengenalnya dengan sebutan seaweed. Para ahli
menggolongkan alga dalam beberapa kelas berdasarkan pigmentasinya yaitu jenis
ganggang biru (cyanophyceae), ganggang hijau (chlorophyceae), ganggang merah
(rodophyceae) atau ganggang coklat (phaeophyceae). Berdasarkan hasil penelitian
Rachmaniar (2007) diketahui rumput laut jenis Sargasum memiliki unsur hara
makro dan mikro yang cukup lengkap.
Prospek pemanfaatan rumput laut sebagai bahan pupuk organik khususnya
kelas phaeophyceae (ganggang coklat) yang dapat digunakan sebagai pupuk
organik yang banyak terdapat di lautan Indonesia belum banyak dimanfaatkan.
Lebih lanjut Pranowo (2009) mengemukakan rumput laut banyak terdapat di
Indonesia namun masyarakat Indonesia menganggapnya kurang potensial untuk
dimanfaatkan, padahal rumput laut memiliki banyak kegunaan. Saat ini,
pemanfaatan rumput laut ada dibidang pertanian sebagai bahan baku pembuatan
ternak, di bidang kedokteran untuk media kultur bakteri, dan dibidang farmasi
sebagai pengemulsi tablet, plester, dan filter. Pemanfaatan rumput laut di bidang
industri sebagai bahan aditif dalam industri tekstil, keramik, kertas, fotografi, dan
insektisida (Aslan, 1998).
Luas ultisol di Indonesia diperkirakan sekitar 51 juta ha atau sekitar 29.7%
luas daratan Indonesia. Dari 51 juta ha ultisol di Indonesia, lebih dari 40 juta ha
diantaranya ditumbuhi oleh hutan tropis basah dan padang alang-alang dan
selebihnya digunakan untuk pertanaman karet, kopi, lada, cengkeh, kelapa sawit,
kakao, padi, dan lahan pemukiman transmigrasi. Namun ultisol merupakan salah
satu tanah masam dimana tanah ini mempunyai produktivitas yang rendah dan
termasuk tanah yang miskin akan unsur hara (Munir, 1996). Selain itu tanah ini
juga memiliki tingkat stabilitas agregat yang rendah, sehingga sensitive terhadap
erosi meskipun demikian ultisol ini dapat menjadi cukup produktif bila diberikan
pengolahan tertentu dengan pemberian pupuk dan bahan organik.
Kebutuhan masyarakat dalam mengkomsumsi sayuran khususnya sawi
semakin meningkat dan kebanyakan sawi yang dikonsumsi itu menggunakan
pupuk anorganik/kimia secara berlebihan dan dalam waktu yang cukup lama
sementara pupuk anorganik/kimia banyak efek samping terhadap tanah dan
produksi dan sebagai dampaknya yaitu keracunan tanah dan tananaman, dapat
menurunkan unsur hara esensial, pencemaran lingkungan dan mengurangi
kesehatan makhluk hidup akibat mengkonsumsi hasil pertanian yang mengandung
racun. Maka masyarakat kini telah banyak beralih untuk mengkonsumsi sayuran
organik untuk menghindari keracunan yang diakibatkan pemakaian pupuk
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian pupuk organik cair dari limbah rumput laut (Sargassum polycystum)
untuk tanaman sawi (Brassica juncea L.) organic pada tanah ultisol. Dengan berlimpahnya rumput laut tersebut diharapkan dapat mengahasilkan pupuk cair
organik yang baik untuk kesehatan tanah, tanaman, dan lingkungan.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk cair rumput laut
(Sargassum polycystum) yang berbahan baku limbah terhadap pertumbuhan dan
produksi sawi (Brassica junceaL.) pada tanah ultisol.
Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan antara kontrol dengan semua perlakuan terhadap sifat
kimia tanah, pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman sawi.
Kegunaan Penelitian
- Sebagai bahan informasi tentang pemberian pupuk cair rumput laut untuk sawi
organik.
- Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sifat dan Ciri Tanah Ultisol
Data analisis tanah ultisol dari berbagai wilayah menunjukkan bahwa sifat
tanahnya bergantung dari bahan induk (batu liat atau batu pasir). Ultisol memiliki
kelas tekstur yang bervariasi dari berlempung halus sampai berliat. Reaksi tanah
sangat masam sampai masam (pH nya 4.1- 4.8). Kandungan bahan organik di
lapisan atas yang tipis umumnya rendah sampai sedang, dan lapisan bawahnya
sangat rendah, dengan ratio C/N tergolong rendah. Kandungan P potensial sangat
rendah, dan K potensial bervariasi sangat rendah sampai rendah di semua lapisan
tanah. Jumlah basa dapat tukar tergolong sangat rendah di semua lapisan. KTK
tanah di semua lapisan termasuk rendah dan KB sangat rendah, kecuali lapisan
atas termasuk rendah sampai sedang. Dengan demikian potensi kesuburan ultisol
dinilai sangat rendah sampai rendah (Damanik dkk, 2010).
Konsepsi pokok dari Ultisol adalah tanah-tanah berwarna merah kuning,
yang sudah mengalami proses hancuran iklim lanjut sehingga merupakan tanah
yang berpenampang dalam sampai sangat dalam (> 2 m), menunjukkan adanya
kenaikan kandungan liat dengan bertambahnya kedalaman yaitu terbentuknya
horizon bawah akumulasi liat (Musa dkk, 2006).
Tanah Ultisol mempunyai tingkat perkembangan yang cukup lanjut,
dicirikan oleh penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi liat seiring dengan
tanah ini mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan hara terutama P
dan kation-kation dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na dan K, kadar Al tinggi,
kapasitas tukar kation rendah, dan peka terhadap erosi (Foth, 1994).
Ultisol adalah tanah dengan horizon argilik bersifat masam dengan
kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa pada kedalaman kurang dari 1.8 m dari
permukaan tanah adalah < 35%. Tekstur tanah ini adalah liat hingga liat berpasir,
bulk density antara 1.3-1.5, dan permeabilitas lambat hingga sedang
(Hardjowigeno, 2003). Sedangkan menurut Prasetyo et al. (2005) yaitu bahwa
reaksi tanah Ultisol pada umumnya masam hingga sangat masam (pH 3.1−5.0).
Sifat lain dari tanah ini dapat dilihat dari sifat kimianya yang ditandai
dengan kejenuhan basa yang rendah, kapasitas tukar kation yang rendah, bahan
organik sedang sampai rendah, kandungan unsur hara yang rendah dan
mempunyai pH yang rendah (Munir, 1996).
Pupuk Organik
Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah,
tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.
Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan
konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan ekosistem
dan organisme, dari yang terkecil yang berada di dalam tanah hingga manusia.
Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan
bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan
kesejahteraan. Mengingat hal tersebut, maka harus dihindari penggunaan pupuk,
pestisida, obat-obatan bagi hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek
Istilah pertanian organik menghimpun seluruh imajinasi petani dan
konsumen yang secara serius dan bertanggung jawab menghindarkan bahan kimia
dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh
kondisi lingkungan yang sehat. Strategi pertanian organik adalah memindahkan
hara secepatnya dari sisa tanaman, kompos dan pupuk kandang menjadi biomassa
tanah yang selanjutnya setelah mengalami proses mineralisasi akan menjadi hara
dalam larutan tanah. Dengan kata lain, unsur hara didaur ulang melalui satu atau
lebih tahapan bentuk senyawa organik sebelum diserap tanaman. Hal ini berbeda
sama sekali dengan pertanian konvensional yang memberikan unsur hara secara
cepat dan langsung dalam bentuk larutan sehingga segera diserap dengan takaran
dan waktu pemberian yang sesuai dengan kebutuhan tanaman (Sutanto, 2005).
Pupuk organik padat adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik dengan
hasil akhir berbentuk padat. Pupuk organik padat merupakan makanan bagi tanah
karena mempunyai sifat fisik yang sangat menguntungkan bagi kesuburan tanah
seperti kapasitas tukar kation, daya serap, dan daya ikat air. Kapasitas tukar kation
(KTK) yang relatif tinggi pada pupuk organik akan membantu melepaskan ion-ion
tanah yang terikat sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Dengan demikian,
kehilangan ion akibat pencucian oleh air hujan yang biasa terjadi pada pemupukan
kimia dapat dikurangi. Manfaat pupuk organik padat yaitu menambah kesuburan
tanaman, memeperbaiki kondisi kimia, fisik, dan biologi tanah, pemakaiannya
aman bagi manusia, tidak mencemari lingkungan. Pupuk organik padat
mengandung unsure hara makro (N, P, K) dan unsur mikro (Ca, Mn, Fe, Mn, Bo,
S, Zn, dan Co) serta merangsang mikroorganisme tanah yang menguntungkan
pupuk organik padat yaitu dapat berupa humus, kompos, kotoran hewan, atau
pupuk hijau (Effi, 2003).
Pupuk organik cair adalah zat penyubur tanaman yang berasal dari
bahan-bahan organik dan berwujud cair. Contoh pupuk cair diantaranya pupuk kandang
cair, biogas, dan pupuk yang mengandung efektif mikroorganisme seperti Bio
Sugih. Kandungan tiap jenis pupuk organik berbeda-beda jadi harus sesuai dengan
tujuan pemberian pupuk. Manfaatnya yaitu untuk menyuburkan tanaman, untuk
menjaga stabilitas unsur hara dalam tanah, untuk mengurangi dampak sampah
organik di lingkungan sekitar. Bahan baku pupuk cair yang sangat bagus yaitu
bahan organik basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi
seperti sisa buah-buah dan sisa sayuran (wortel, labu, sawi,selada, kulit jeruk,
pisang, durian, kol). Semakin besar kandungan selulosa dari bahan organik
(C/N ratio) maka proses penguraian oleh bakteri akan semakin lama. Selain
mudah terdekomposisi, bahan ini kaya nutrisi yang dibutuhkan tanaman
(Wirlirik, 2010).
Pemberian pupuk organik disamping meningkatkan kandungan unsur hara
juga mampu memperbaiki struktur tanah, membuat agregat atau butiran tanan
menjadi besar atau mampu menahan air sehingga aerase di dalamnya menjadi
lancar dan dapat meningkatkan perkembangan akar (Foth, 1994).
Pupuk cair hanyalah larutan yang mengandung satu atau lebih bentuk
bentuk hara yang larut air. Bahan yang sama dengan yang digunakan dalam
pembuatan pupuk cair telah ditambahkan ke dalam tanah selama bertahun-tahun
dengan melarutkannya dalam air irigasi dan sebagai komponen pupuk kering.
penghematan tenaga dalam penanganan dimana dapat digunakan pompa dan pipa,
(2) kemudahannya untuk menyemprot daun, dan (3) kemudahannya untuk
ditambahi pestisida (Foth, 1994).
Rumput Laut (Sargassum polucystum)
Rumput laut mempunyai prospek yang baik untuk bahan pupuk organik
karena keistimewaannya yang kaya hara mikro dan teristimewa zat pengatur
tumbuh. Zat pengatur tumbuh yang dikandungnya antara lain auksin, sitokinin,
giberilin, asam absisat dan etilen. ZPT tidak hanya dapat meningkatkan produksi,
tetapi juga meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan serangan
serangga, serta memperbaiki struktur tanah (Basmal, 2009).
Rumput laut tidak hanya dapat digunakan sebagai bahan pangan tetapi
dapat juga digunakan sebagai pupuk organik karena rumput laut banyak
mengandung trace mineral (Fe, B, Ca, Cu, Cl, K, Mg dan Mn) dan juga zat
pengatur tumbuh (ZPT) seperti auksin, sitokonin, dan giberelin yang berguna
untuk memacu pertumbuhan dan meningkatkan produksi tanaman. Kandungan
zat pengatur tumbuh (ZPT) tersebut banyak terdapat pada thallus (batang) rumput
laut dan juga di dalam SAP (konsentrat cair yang mengandung zat pengatur
tumbuh (ZPT) dan mineral yang berasal dari dalam thallus/xylemcells tanaman)
rumput laut (Basmal, 2009). Berdasarkan hasil penelitian R.Duthie (2009), hasil
produksi dengan penggunaan pupuk cair rumput laut pada tanaman Gandum
mengalami peningkatan sebanyak 19 %.
Salah satu jenis rumput laut yang tumbuh hampir di seluruh perairan
Indonesia adalah Sargassum. Jenis ini termasuk dalam divisi Thallophyta, kelas
Sargassum sp. Bentuk luar tumbuhan ini telah terlihat adanya akar, batang, buah yang mana bagian-bagian ini bukanlah merupakan organ tumbuhan sebenarnya
tetapi hanya berupa talus. Kekerasan talus juga beraneka ragam ada yang lunak
atau seperti tulang rawan ada yang keras karena mengandung kapur
(Sugiarto, 1978).
Kandungan kimia yang umum terdapat dalam rumput laut adalah pigmen
fotosintetik seperti klorofil dan karotenoid, steroid dan triterpen, terpenoid lain
seperti monoterpen, sesquiterpen, diterpen, asam lemak, lipid, hidrokarbon dan
asetilena, fenol, tirosin, floroglusinol, resorsinol, dan vitamin seperti vitamin C,
vitamin B12, biotin, miasin, tokoferol dan vitamin lainnya, polisulfida, polisulfat,
mineral-mineral. Selain itu rumput laut mengandung polisakarida yaitu agar-agar,
karaginan dan alginat. Bahan baku pembuatan agar-agar dan karaginan adalah
alga (ganggang) merah, sedangkan bahan baku untuk pembuatan alginat adalah
ganggang coklat (Lobban, 1981).
Alga dapat digunakan sebagai pupuk organik karena mengandung
bahan-bahan mineral seperti potasium dan hormon seperti auxin dan sytokinin yang
dapat meningkatkan daya tumbuh tanaman untuk tumbuh, berbunga dan berbuah.
Pemanfaatan alga sebagai pupuk organik ditunjang pula oleh adanya sifat
hydrocolloids pada alga laut yang dapat dimanfaatkan untuk penyerapan air
(daya serap tinggi) dan menjadi substrat yang baik untuk mikroorganisme tanah
(Basmal, 2009).
Pupuk rumput laut cair membutuhkan penambahan air dengan waktu
fermentasi selama lima hari. Hasil penelitian memaparkan berdasarkan hasil uji
urea diketahui kondisi tanaman yang menggunakan pupuk rumput laut lebih
subur. Dalam uji coba penyemprotan pupuk rumput laut dilakukan dua kali
selama masa tanam. Secara umum, tanaman yang diberi pupuk rumput laut
menghasilkan batang lebih besar dan tegak, urat daun terasa kasar, batang tidak
mudah patah, dan daun berwarna hijau serta tidak mudah sobek. Sedangkan
tanaman yang diberi pupuk urea memiliki batang yang mudah rebah dan patah,
daun berwarna hijau tua, urat daun terasa halus, serta mudah sobek
(Anonim.2010).
Unsur N, P, K
Immobilisasi nitrogen merupakan pemanfaatan N anorganik (NH4+, NO3
-atau NO2-) oleh mikroba atau tanaman sehingga tidak tersedia di dalam tanah.
Istilah immobilisasi juga digunakan untuk proses pengikatan NH4+ pada kisi
mineral tertentu di dalam tanah seperti mineral illite dan vermiculite (disebut juga
dengan fiksasi ammonium), terikat pada kompleks pertukaran kation
(Hanafiah, 2009).
Unsur N berpengaruh terhadap indeks luas daun (leaf area indeks), dimana
pupuk yang mengandung N dibawah optimal maka akan menurunkan luas daun.
Pupuk cair rumput laut mengandung N, P dan K dalam jumlah sedikit sehingga
tidak menyediakan hara untuk meningkatkan pertumbuhan dan bobot kering tajuk
tanaman (Hakim dkk, 1986).
Tingkat pelapukan bahan organik (C/N) juga perlu diperhatikan. Untuk
merombak bahan organik yang belum melapuk, mikroorganisme tanah banyak
kompetisi antara tanaman yang tumbuh diatasnya dengan jasad-jasad renik yang
membutuhkan N (Hasibuan, 2008).
Banyak faktor yang mempengaruhi nitrifikasi. Faktor utama adalah
ketersediaan ammonium. jika dekomposisi dan N mineralisasi rendah atau jika
NH4+ diambil oleh tanaman maupun N diimmobilisasi organisme heterotroph
tinggi maka laju nitrifikasi akan rendah. Pada pertanian yang mempergunakan
cara konvensional (pemupukan) akan mengakibatkan ketersediaan NO3-N di
dalam tanah lebih tinggi disbanding pada pertanian organic maupun pertanian
terpadu (Hanafiah, 2009).
Bahan organik di dalam tanah dapat mempengaruhi ketersediaan P melalui
dekomposisinya yang menghasilkan asam organik dan CO2. Asam organik akan
menghasilkan anion organik. Anion organik mempunyai sifat dapat mengikat ion
Al, Fe dan Ca dalam larutan tanah. Dengan demikian konsentrasi ion Al, Fe dan
Ca yang bebas dalam larutan akan berkurang sehingga diharapkan P tersedia akan
lebih banyak. Dengan kata lain, kecepatan pelepasan P dari bentuk tidak tersedia
menjadi bentuk tersedia adalah sangat bergantung pada pH tanah dan bahan
organik (Santoso, 1998).
Dari pelapukan bahan organik akan dihasilkan asam humat, asam fulvat,
serta asam-asam organik lainnya. Asam-asam itu dapat juga mengikat logam
seperti Al dan Fe, sehingga mengurangi kemasaman serta pengikatan P sehingga
P akan lebih tersedia. Anion-anion organik seperti sitrat, asetat, tartrat dan oksalat
yang dibentuk selama pelapukan bahan organik dapat membantu pelepasan P
yang diikat oleh hidroksida-hidroksida Al, Fe, dan Ca dengan jalan bereaksi
Pada tanah masam umumnya ketersediaan unsur Al, Fe dan Mn larut lebih
besar dimana ion ini dapat mengikat ion fosfat. Reaksi kimia antara ion fosfat
dengan Fe dan Al larut akan menghasilkan hidroksi fosfat yang tidak larut. Dalam
hal ini ion fosfat menggantikan kedudukan ion OH- dari koloid tanah atau mineral
dengan reaksi sebagai berikut :
Al3+ + H2PO4 + 2H2O 2H+ + Al(OH)2H2PO4
Larut Tidak Larut
Pada kebanyakan tanah masam konsentrasi ion-ion Fe dan Al jauh
melampaui konsentrasi ion H2PO4 . Karena itu, reaksi di atas bergerak ke kanan
membentuk fosfat tidak dapat larut. Dengan demikian hanya tertinggal sejumlah
kecil ion H2PO4 yang dapat tersedia bagi tanaman dalam keadaan tanah masam
(Buckman dan Brady, 1982).
Ketersediaan fosfor anorganik sebagian besar ditentukan oleh faktor
berikut: (1) pH tanah ; (2) besi, alumunium dan mangan yang dapat larut ;
(3) terdapatnya mineral yang mengandung besi, alumunium dan mangan ;
(4) kalsium tersedia dan mineral kalsium ; (5) jumlah dan dekomposisi bahan
organik ; (6) kegiatan mikroorganisme. Empat faktor pertama saling berhubungan,
karena efeknya sebagian besar tergantung pada pH (Buckman dan Brady, 1982).
Unsur hara kalium diambil tanaman dalam bentuk ion K+. Senyawa K
hasil pelapukan mineral, di dalam tanah dijumpai jumlah yang bervariasi
tergantung jenis bahan induk pembentuk tanah, tetapi karena unsure ini
mempunyai ukuran bentuk terhidrasi yang relative besar dan bervalensi 1, maka
unsure ini tidak kuat dijerap muatan permukaan koloid, sehingga mudah
Kalium peka terhadap pencucian terutama pada tanah-tanah dengan
kapasitas tukar kation dan/kapasitas anion yang rendah, sumber kalium untuk
tanah berasal terutama dari pupuk dan mineral-mineral kalium (Henry, 1989).
Tanaman Sawi
Sawi (brassica juncea L.) merupakan tanaman semusim, berdaun lonjong,
halus, tidak memiliki bulu-bulu dan tidak berkrop. Tanaman ini sudah dikenal
oleh masyarakat sebagai sayuran daun. Tanaman ini sebenarnya bukan khas
dataran tinggi karena dapat ditanam baik di dataran rendah maupun tinggi. Sawi
termasuk tanaman sayuran yang tahan terhadap hujan. Karenanya, tanaman ini
dapat di tanam sepanjang tahun asalkan pada saat musim kemarau disediakan air
yang cukup untuk penyiraman (Setiawan, 1995).
Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun
berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran
tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di
dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian
5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya
dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500
meter dpl (Hartoyo, 2010).
Suhu udara akan mempengaruhi laju pertumbuhan tunas dan persentase
serta laju perkecambahan benih. Perkecambahan benih umumnya optimum pada
kisaran suhu antara 25°C sampai 30°C. Suhu optimum untuk perkecambahan biji
tidak selalu sama dengan suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman tersebut
Caysin membutuhkan asupan unsur hara N, P dan K yang cukup untuk
menunjang pertumbuhannya. Menurut Haryanto (2003), dosis pemupukan yang
biasa diberikan untuk tanaman caysin adalah 100 kg ha-1 Urea, 100 kg ha-1 SP-36
dan 50 kg ha-1 KCl. Dengan pemberian dosisi pupuk yang tepat diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan hara caysin sehingga pertumbuhan tanaman tersebut dapat
optimal.
Dalam hal konsumsi sayuran organik lebih menyehatkan dibandingkan
dengan sayuran yang diberi pupuk anorganik/kimia dimana intensitas pemberian
pupuk tersebut mungkin lebih dari dosis yang dianjurkan sehingga dampak
kepada kesehatan sangat berpengaruh dan sistem pertanian organik dalam
penelitian ini adalah dengan memberi pupuk cair organik rumput laut untuk
melihat efektifitas dari sistem tersebut terhadap tanah dan tanaman.
BAB III
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Kasa dan dianalisis di Laboratorium
Kimia dan Kesuburan tanah serta dilanjutkan ke analisa tanah di Laboratorium
Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan
dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Dimulai pada bulan
Juni 2012-September 2012.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah Ultisol sebagai
media tanam yang diambil secara komposit, rumput laut sargassum polycystum
sebagai bahan pupuk cair organik, bahan fermentasi EM-4, benih sawi sebagai
tanaman indikator, aquades, aluminium foil dan bahan-bahan kimia lain untuk
keperluan analisis.
Alat yang digunakan adalah neraca analitik untuk menimbang bahan
percobaan, pH meter untuk mengukur pH, beaker glass sebagai wadah analisis,
labu ukur 1 liter sebagai pengukur, cangkul untuk mengambil contoh tanah ultisol,
polybag untuk wadah tanah ultisol, meteran untuk mengukur tinggi tanaman, serta
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Non-Faktorial
dengan 9 Perlakuan dan 3 ulangan sehingga diperoleh banyaknya unit percobaan
sebanyak 9 x 3 = 27 unit percobaan. Masing-masing perlakuannya adalah :
P0 : tanpa pemberian pupuk cair rumput laut (kontrol)
Pa2 : EM-4 20 cc dengan pemberian pupuk cair rumput laut 2 hari sekali
Pa3 : EM-4 20 cc dengan pemberian pupuk cair rumput laut 3 hari sekali
Pa4 : EM-4 20 cc dengan pemberian pupuk cair rumput laut 4 hari sekali
Pa5 : EM-4 20 cc dengan pemberian pupuk cair rumput laut 5 hari sekali
Pb2 : EM-4 40 cc dengan pemberian pupuk cair rumput laut 2 hari sekali
Pb3 : EM-4 40 cc dengan pemberian pupuk cair rumput laut 3 hari sekali
Pb4 : EM-4 40 cc dengan pemberian pupuk cair rumput laut 4 hari sekali
Pb5 : EM-4 40 cc dengan pemberian pupuk cair rumput laut 5 hari sekali
Bagan Percobaan :
Pb3 (I) Pa5(I) Pb3 (II) Pa2 (II) Pa2 (I) Pa4 (I) Pa2 (III) Pa4 (III) Pb2 (III)
Pa4 (II) Pb3 (III) Pb2 (II) Pb4 (III) Pa3 (I) Pb5 (III) Pa3 (III) P0 (I) Pa5 (II)
Pb5 (II) Pb5 (I) Pa3 (II) Pa5 (III) Pb4 (II) P0 (III) P0 (II) Pb2 (I) Pb4 (I)
Model Linear Rancangan Acak Kelompok :
Yij = µ + αi + ij
Dimana :
Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
αi = Pengaruh perlakuan ke-i
ij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Selanjutnya data yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan
Analisa Tabel Anova kemudian dilanjutkan dengan uji Ortogonal (kontras).
Pelaksanaan Penelitian
Pembuatan Pupuk Cair Rumput Laut
Rumput laut yang telah dijadikan bubuk ditimbang 20 g serbuk talus
kering Sargassum sp. Lalu dimasukkan ke dalam beaker, ditambahkan aquadest 200 ml, dibiarkan selama satu jam sampai mengembang. Kemudian dimasukkan
bahan fermentasi sebanyak 20 cc dan 40 cc EM-4, diaduk sampai homogen, dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 1 liter, dipenuhkan dengan aquadest sampai tanda
batas, dan diaduk lagi. Dibungkus labu ukur dengan aluminium foil dan dibiarkan
di tempat gelap selama 1 bulan sambil setiap 2 hari sekali diaduk. Setelah 1 bulan
disaring dan digunakan sebagai pupuk cair.
Persiapan Tanah
Pengambilan contoh tanah ultisol diambil di kwala bekala (Simalingkar B)
dilakukan secara komposit pada kedalaman 0-20 cm lalu dimasukkan ke dalam
goni. Kemudian tanah dicampur dengan pasir dan kompos dengan perbandingan
tanah ultisol : pasir : kompos = 2 : 1 : 1.
Penyemaian Benih
Benih yang sudah diseleksi ditaburkan pada media percobaan yaitu lahan
yang telah disediakan seperti halnya persemaian tanaman sawi konvensional
Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman
Penanaman bibit dilakukan pada saat umur benih telah 21 hari. Tanaman
dipelihara dengan melakukan penyiangan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman
dan tetap memperhatikan kondisi air dan pemberian pemupukan dilakukan sesuai
dengan perlakuan.
Aplikasi perlakuan
Tanah dimasukkan ke dalam polibeg 5 kg tanah kering oven dan dilakukan
penyusunan dan pengacakan berdasarkan RAL Non-faktorial dan diletakkan
di rumah kasa dan diberi label menurut bagan penelitian. Kemudian diberi pupuk
cair rumput laut dengan dosis 100 ml/polibag dengan waktu yang berbeda-beda
sesuai dengan perlakuan.
Pemanenan
Tanaman dapat dipanen setelah + 35 hari setelah tanam.
Parameter yang Diamati A. Tanah
- pH (H2O) dengan metode elektrometri (1 : 2,5)
- C-Organik dengan metode Walkley & Black
- N-total diukur dengan metode Kjeldhal
- P-tersedia dengan metode Bray II
- K-tukar dengan metode ekstraksi NH4OAc N pH 7
- Rasio C/N tanah
B. Tanaman :
- Bobot basah tajuk tanaman (g)
- Bobot basah akar tanaman (g)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
pH Tanah
Dari uji kontras diketahui bahwa pemberian pupuk cair rumput laut berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah seperti yang terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Uji Kontras Perlakuan Pupuk Cair Rumput Laut terhadap pH Tanah.
Sandi Pembandingan
Uji Kontras (Linear Orthogonal) pH Tanah
C1 P0 VS Pa2,Pa3,Pa4,Pa5,Pb2,Pb3,Pb4,Pb5
tn C2 Pa2,Pa3,Pa4,Pa5 VS Pb2,Pb3,Pb4,Pb5
tn C3 Pa2 VS Pb2
tn C4 Pa3 VS Pb3
tn C5 Pa4 VS Pb4
tn C6 Pa5 VS Pb5
tn Keterangan : * = nyata
tn = tidak nyata
C-Organik Tanah
Dari uji kontras diketahui bahwa pemberian pupuk cair rumput laut
berpengaruh tidak nyata terhadap C-organik tanah seperti yang terlihat pada
Tabel 2.
Tanah
Sandi Pembandingan
Uji Kontras (Linear Orthogonal) C-organik Tanah
C1 P0 VS Pa2,Pa3,Pa4,Pa5,Pb2,Pb3,Pb4,Pb5
tn C2 Pa2,Pa3,Pa4,Pa5 VS Pb2,Pb3,Pb4,Pb5
tn C3 Pa2 VS Pb2
tn C4 Pa3 VS Pb3
tn C5 Pa4 VS Pb4
tn C6 Pa5 VS Pb5
tn
Keterangan : * = nyata tn = tidak nyata
N-Total Tanah
Dari uji kontras diketahui bahwa pemberian pupuk cair rumput laut
[image:34.595.111.543.103.305.2]berpengaruh tidak nyata terhadap N- total tanah seperti yang terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Uji Kontras Perlakuan Pupuk Cair Rumput Laut terhadap N- total Tanah.
Sandi Pembandingan
Uji Kontras (Linear Orthogonal) N- total Tanah
C1 P0 VS Pa2,Pa3,Pa4,Pa5,Pb2,Pb3,Pb4,Pb5
tn C2 Pa2,Pa3,Pa4,Pa5 VS Pb2,Pb3,Pb4,Pb5
tn C3 Pa2 VS Pb2
tn C4 Pa3 VS Pb3
tn C5 Pa4 VS Pb4
tn C6 Pa5 VS Pb5
tn
P- Tersedia Tanah
Uji kontras pada perlakuan EM-4 20 cc pemberian pupuk cair rumput laut
2 hari sekali dengan perlakuan EM-4 40 cc pemberian pupuk cair rumput laut 2
hari sekali dapat dikatakan ada perbedaan yang nyata. Begitu juga pada perlakuan
EM-4 20 cc pemberian pupuk cair rumput laut 3 hari sekali dengan perlakuan
EM-4 40 cc pemberian pupuk cair rumput laut 3 hari sekali ada perbedaan yang
[image:35.595.112.542.345.540.2]nyata terhadap P-tersedia tanah seperti yang terlihat pada tabel 4.
Tabel 4. Uji Kontras Perlakuan Pupuk Cair Rumput Laut terhadap P-Tersedia Tanah.
Sandi Pembandingan
Uji Kontras (Linear Orthogonal) P-Tersedia Tanah
C1 P0 VS Pa2,Pa3,Pa4,Pa5,Pb2,Pb3,Pb4,Pb5
tn C2 Pa2,Pa3,Pa4,Pa5 VS Pb2,Pb3,Pb4,Pb5
tn C3 Pa2 VS Pb2
* C4 Pa3 VS Pb3
* C5 Pa4 VS Pb4
tn C6 Pa5 VS Pb5
tn Keterangan : * = nyata
tn = tidak nyata
K- Tukar Tanah
Dari uji kontras diketahui bahwa pemberian pupuk cair rumput laut
berpengaruh tidak nyata terhadap K-tukar tanah seperti yang terlihat pada Tabel 5.
Sandi Pembandingan
Uji Kontras (Linear Orthogonal) K-tukar tanah
C1 P0 VS Pa2,Pa3,Pa4,Pa5,Pb2,Pb3,Pb4,Pb5
tn C2 Pa2,Pa3,Pa4,Pa5 VS Pb2,Pb3,Pb4,Pb5
tn C3 Pa2 VS Pb2
tn C4 Pa3 VS Pb3
tn C5 Pa4 VS Pb4
tn C6 Pa5 VS Pb5
tn Keterangan : * = nyata
tn = tidak nyata
C/N Tanah
Dari uji kontras diketahui bahwa pemberian pupuk cair rumput laut
[image:36.595.112.545.468.660.2]berpengaruh tidak nyata terhadap C/N tanah seperti yang terlihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Uji Kontras Perlakuan Pupuk Cair Rumput Laut terhadap C/N Tanah.
Sandi Pembandingan
Uji Kontras (Linear Orthogonal) C/N Tanah
C1 P0 VS Pa2,Pa3,Pa4,Pa5,Pb2,Pb3,Pb4,Pb5
tn C2 Pa2,Pa3,Pa4,Pa5 VS Pb2,Pb3,Pb4,Pb5
tn C3 Pa2 VS Pb2
tn C4 Pa3 VS Pb3
tn C5 Pa4 VS Pb4
tn C6 Pa5 VS Pb5
tn Keterangan : * = nyata
tn = tidak nyata
Dari uji kontras dapat dikatakan ada perbedaan yang nyata antara kontrol
dengan perlakuan pupuk cair rumput laut terhadap bobot basah tajuk tanaman.
Namun antar konsentrasi dan waktu pemberian tidak ada perbedaan yang nyata
seperti yang terlihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Uji Kontras Perlakuan Pupuk Cair Rumput Laut terhadap Bobot Basah Tajuk Tanaman.
Sandi Pembandingan
Uji Kontras (Linear Orthogonal) Bobot Basah Tajuk Tanaman C1 P0 VS Pa2,Pa3,Pa4,Pa5,Pb2,Pb3,Pb4,Pb5
* C2 Pa2,Pa3,Pa4,Pa5 VS Pb2,Pb3,Pb4,Pb5
tn C3 Pa2 VS Pb2
tn C4 Pa3 VS Pb3
tn C5 Pa4 VS Pb4
tn C6 Pa5 VS Pb5
tn Keterangan : * = nyata
tn = tidak nyata
Bobot Basah Akar Tanaman
Dari uji kontras dapat dikatakan ada perbedaan yang nyata antara kontrol
dengan perlakuan pupuk cair rumput laut. Namun antar konsentrasi dan waktu
pemberian tidak ada perbedaan yang nyata terhadap bobot basah akar tanaman.
Pada perlakuan EM-4 20 cc pemberian pupuk cair rumput laut 2 hari sekali
dengan EM-40 cc pemberian pupuk cair rumput laut 2 hari sekali ada perbedaan
yang nyata terhadap bobot basah akar tanaman dengan waktu pemberian pupuk
Tabel 8. Uji Kontras Perlakuan Pupuk Cair Rumput Laut terhadap Bobot Basah Akar Tanaman.
Sandi Pembandingan
Uji Kontras (Linear Orthogonal) Bobot Basah Akar Tanaman
C1 P0 VS Pa2,Pa3,Pa4,Pa5,Pb2,Pb3,Pb4,Pb5
* C2 Pa2,Pa3,Pa4,Pa5 VS Pb2,Pb3,Pb4,Pb5
tn C3 Pa2 VS Pb2
* C4 Pa3 VS Pb3
tn C5 Pa4 VS Pb4
tn C6 Pa5 VS Pb5
tn
Keterangan : * = nyata tn = tidak nyata
Bobot Kering Tajuk Tanaman
Dari uji kontras dapat dikatakan ada perbedaan yang nyata antara kontrol
dengan perlakuan pupuk cair rumput laut terhadap bobot kering tajuk tanaman.
Namun antar konsentrasi dan waktu pemberian tidak ada perbedaan yang nyata
seperti yang terlihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Uji Kontras Perlakuan Pupuk Cair Rumput Laut terhadap Bobot Kering Tajuk Tanaman
Sandi Pembandingan
Uji Kontras (Linear Orthogonal) Bobot Kering Tajuk Tanaman C1 P0 VS Pa2,Pa3,Pa4,Pa5,Pb2,Pb3,Pb4,Pb5
* C2 Pa2,Pa3,Pa4,Pa5 VS Pb2,Pb3,Pb4,Pb5
tn C3 Pa2 VS Pb2
tn C4 Pa3 VS Pb3
C5 Pa4 VS Pb4
tn C6 Pa5 VS Pb5
tn
Keterangan : * = nyata
tn = tidak nyata
Bobot Kering Akar Tanaman
Dari uji kontras dapat dikatakan ada perbedaan yang nyata antara kontrol
dengan perlakuan pupuk cair rumput laut. Namun antar konsentrasi dan waktu
pemberian tidak ada perbedaan yang nyata terhadap bobot kering akar tanaman.
Pada perlakuan EM-4 20 cc pemberian pupuk cair rumput laut 4 hari sekali
dengan perlakuan EM-4 40 cc pemberian pupuk cair rumput laut 4 hari sekali ada
perbedaan yang nyata terhadap bobot kering akar tanaman dengan waktu
pemberian pupuk cair rumput laut yang sama yaitu 4 hari sekali seperti yang
[image:39.595.115.522.493.685.2]terlihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Uji Kontras Perlakuan Pupuk Cair Rumput Laut terhadap Bobot Kering Akar Tanaman.
Sandi Pembandingan
Uji Kontras (Linear Orthogonal) Bobot Kering Akar Tanaman
C1 P0 VS Pa2,Pa3,Pa4,Pa5,Pb2,Pb3,Pb4,Pb5
* C2 Pa2,Pa3,Pa4,Pa5 VS Pb2,Pb3,Pb4,Pb5
tn C3 Pa2 VS Pb2
tn C4 Pa3 VS Pb3
tn C5 Pa4 VS Pb4
* C6 Pa5 VS Pb5
tn
Pembahasan
pH Tanah
Kontras pemberian pupuk cair rumput laut berpengaruh tidak nyata
terhadap pH tanah. Hal ini diduga karena kadar Al dalam tanah yang
menyebabkan pH tanah masam dan kandungan rumput laut tidak dapat mengikat
Al dikarenakan pupuk cair rumput laut banyak mengandung unsur hara mikro dan
tidak adanya faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pH tanah. Perlakuan
yang dilakukan menggunakan pupuk cair rumput laut bahan ini tidak ada yang
dapat memberi pengaruh nyata terhadap pH tanah. Hal ini sesuai dengan literatur
Basmal (2009) yang menyatakan bahwa rumput laut banyak mengandung trace
mineral (Fe, B, Ca, Cu, Cl, K, Mg dan Mn) dan juga zat pengatur tumbuh seperti
auksin, sitokonin, dan giberelin yang berguna untuk memacu pertumbuhan dan
meningkatkan produksi tanaman.
C-organik tanah (%)
Kontras pemberian pupuk cair rumput laut berpengaruh tidak nyata
terhadap C-organik tanah. Hal ini diduga karena pupuk cair rumput laut yang
digunakan memiliki C-organik yang rendah serta pupuk cair rumput laut yang
digunakan masih mengandung banyak mikroorganisme yang aktif sehingga
sebagian karbon digunakan untuk proses membangun jaringan tubuh dari
mikroorganisme tersebut. Hanafiah (2009) menyatakan bahwa sebagian dari
senyawa karbon hasil dekomposisi digunakan oleh biota tanah untuk membangun
jaringan tubuh mereka, sebagian energy hilang sebagai panas dan sebagian karbon
N-total Tanah (%)
Kontras pemberian pupuk cair rumput laut berpengaruh tidak nyata
terhadap N-total tanah. Hal ini diduga pupuk cair rumput laut yang digunakan
masih mengandung banyak mikroorganisme yang aktif sehingga mikroorganisme
aktif ini membutuhkan hara nitrogen dalam pertumbuhannya. Sebagaimana
diketahui bahwa bahan rumput laut tidak mempunyai kandungan N yang memadai
sehingga mikroorganisme aktif tersebut mengambil nitrogen yang terdapat di
media tanam untuk diimmobilisasi olehnya maka terjadilah pengurangan nitrogen.
Hanafiah (2009) menyatakan bahwa jika dekomposisi dan N mineralisasi rendah
atau jika NH4+ diambil oleh tanaman maupun N diimmobilisasi organisme
heterotrophy tinggi maka laju nitrifikasi akan rendah.
P-tersedia Tanah (ppm)
Dari hasil uji kontras terlihat bahwa ada perbedaan yang nyata akibat
perbedaan konsentrasi pupuk cair rumput laut terhadap P-tersedia tanah. Hal ini
diduga fermentasi pupuk cair rumput laut menghasilkan asam-asam organik yang
menghasilkan anion organik yang dapat mengikat logam-logam seperti Al, Fe,
dan Ca sehingga ion-ion akan bebas dari pengikatan logam tersebut sehingga
fosfat tersedia di dalam tanah. Anon (2009) menyatakan bahwa pupuk organik
tidak hanya memiliki kandungan hara lengkap yang dibutuhkan oleh tanaman
tetapi juga mengandung senyawa-senyawa organik lain seperti asam humik dan
asam fulvik yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan meningkatkan
K-tukar Tanah (me/100)
Kontras pemberian pupuk cair rumput laut berpengaruh tidak nyata
terhadap K-tukar tanah. Hal ini dikarenakan adanya pencucian. Unsur K sangat
mobil sehingga mudah tercuci dan tidak tersedia dalam tanah. Hal ini sesuai
dengan literatur Indranada (1989) bahwa kalium peka terhadap pencucian
terutama pada tanah-tanah dengan kapasitas tukar kation dan/kapasitas anion yang
rendah, sumber kalium untuk tanah berasal terutama dari pupuk dan
mineral-mineral kalium.
C/N Tanah
Kontras pemberian pupuk cair rumput laut berpengaruh tidak nyata
terhadap C/N tanah. Ratio C/N tanah yang rendah menunjukkan bahwa pupuk
organik yang diberikan telah termineralisasi atau terdekomposisi. Hal ini sesuai
dengan literatur Hasibuan (2010) yang menyatakan bahwa tingkat pelapukan
bahan organik (C/N) juga perlu diperhatikan. Untuk merombak bahan organik
yang belum melapuk, mikroorganisme tanah banyak membutuhkan N, dimana N
tentu di ambil dari N tanah, sehingga terjadi kompetisi antara tanaman yang
tumbuh diatasnya dengan jasad-jasad renik yang membutuhkan N.
Bobot Basah Tajuk Tanaman (g)
Dari hasil uji kontras terlihat bahwa ada perbedaan yang nyata akibat
pemberian konsentrasi pupuk cair rumput laut terhadap bobot basah tajuk
tanaman. Hal ini disebabkan karena adanya kandungan zat pengatur tumbuh
mengandung trace mineral (Fe, B, Ca, Cu, Cl, K, Mg dan Mn) dan juga zat
pengatur tumbuh (ZPT) seperti auksin, sitokonin, dan giberelin yang berguna
untuk memacu pertumbuhan dan meningkatkan produksi tanaman.
Bobot Basah Akar Tanaman (g)
Dari hasil uji kontras terlihat bahwa ada perbedaan yang nyata akibat
pemberian konsentrasi pupuk cair rumput laut terhadap bobot basah akar tanaman.
Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh pemberian tingkat dosis pupuk cair
rumput laut membantu pertumbuhan tanaman dan perakaran tanaman aktif
bergerak mencari sumber hara di dalam tanah. Menurut Foth (1994), bahwa
pemberian pupuk organik juga mampu memperbaiki struktur tanah, membuat
agregat atau butiran tanah menjadi besar atau mampu menahan air sehingga aerase
di dalamnya menjadi lancar dan dapat meningkatkan perkembangan akar.
Bobot Kering Tajuk tanaman (g)
Dari hasil uji kontras terlihat bahwa ada perbedaan yang nyata akibat
pemberian konsentrasi pupuk cair rumput laut terhadap berat kering tajuk
tanaman. Hal ini dikarenakan suhu dalam oven yang tidak merata saat melakukan
pengeringan pada tajuk tanaman tersebut dan kandungan air pada tanaman sawi
tinggi serta pemberian pupuk cair rumput laut mengandung sedikit N yang
mempengaruhi pertumbuhan jumlah daun. Hakim dkk (1986) menyatakan bahwa
unsur N berpengaruh terhadap indeks luas daun (leaf area indeks), dimana pupuk
yang mengandung N dibawah optimal maka akan menurunkan luas daun. Pupuk
menyediakan hara untuk meningkatkan pertumbuhan dan bobot kering tajuk
tanaman.
Bobot Kering Akar Tanaman (g)
Dari hasil uji kontras terlihat bahwa ada perbedaan yang nyata akibat
pemberian konsentrasi pupuk cair rumput laut terhadap bobot kering akar
tanaman. Hal ini dikarenakan konsentrasi pemberian pupuk cair rumput laut yang
berbeda mempengaruhi pertumbuhan akar di dalam tanah. Menurut Foth (1994),
bahwa pemberian pupuk organik disamping meningkatkan kandungan unsur hara
juga mampu memperbaiki struktur tanah, membuat agregat atau butiran tanan
menjadi besar atau mampu menahan air sehingga aerase di dalamnya menjadi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pemberian pupuk cair rumput laut berbeda tidak nyata terhadap pH tanah,
N-total tanah, K tukar tanah, C-organik tanah, dan C/N tanah.
2. Pemberian pupuk cair rumput laut berbeda nyata terhadap P-tersedia tanah,
bobot kering tajuk tanaman, bobot kering akar tanaman, bobot basah tajuk
tanaman dan bobot basah akar tanaman.
Saran
Sebaiknya penelitian ini tidak dilanjutkan karena hasil yang berbeda tidak
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010. “Rumput laut” (http : // tentang rumput laut. blogspot. com/ 2010/12). Diakses pada tanggal 8 Februari 2012.
Basmal, J. 2009. Prospek pemanfaatan rumput laut sebagai bahan pupuk organik. http://bbrp2b.kkp. go.id. Diakses pada tanggal 8 Februari 2012.
Buckman, H.O. dan N.C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan. Bharata Karya Aksara. Jakarta.
Damanik, M.M.B., B.E. Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin., H. Hanum. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupuka n. USU Press.
Foth, H. D., 1994. Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan: Adisoemarto. Erlangga, Jakarta.
Hakim. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas lampung. Lampung.
Hakim, N., M. N. Nyakpa., A. M. Lubis, S. G. Nugroho., M. A. Diha., G. B. Hong., dan H. H. Bailey., 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hanafiah, A. S., Sabrina, dan Guchi, H. 2009. Biologi dan Ekologi Tanah. USU press. Medan.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Haryanto, E., T. Suhartini, E. Rahayu, dan Hendro. 2003. Sawi dan Selada. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta
Hartoyo, D., 2010. Budidaya Sawi Brassica sp. http://hytsite.co.tv. Diakses pada tanggal 06 Januari 2012.
Hasibuan, B.E., 2008. Pupuk Dan Pemupukan. Fakultas Pertanian. USU, Medan.
Henry, I. 1989. Pengelolaan Kesuburan Tanah. PT Bina Aksara. Jakarta.
Lakitan, B. 1995. Hortikultura. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Munir, M.,1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia, Karakteristik, Klasifikasi, dan Pemanfaatannya. pustaka Jaya. Jakarta.
Prasetyo, B.H., D. Subardja, dan B. Kaslan. 2005. Ultisols dari bahan volkan andesitic di lereng bawah G. Ungaran. Jurnal Tanah dan Iklim. 23: 1−12.
Santoso, H.B. 1998. Pupuk Kompos. Kanisius. Yogyakarta.
Setiawan, A. I. 1995. Sayuran Dataran Tinggi, Budidaya dan Pengaturan Panen. Penebar Swadaya. Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Analisis Awal Tanah Ultisol
No. Parameter Hasil Analisis Kriteria*
1 pH (H2O) 6.38 Agak Masam
2 C-Organik (%) 0.61 Sangat Rendah
3 N-total (%) 0.11 Rendah
4 P-Bray II (ppm) 5.49 Sangat Rendah
5 K-exc ( me/100) 0.331 sedang
6 C/N 5.54 rendah
Lampiran 2. Kriteria Sifat Tanah
Sifat Tanah Satuan S. Rendah Rendah Sedang Tinggi S. Tinggi
C (Karbon) % <1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.00 N (Nitrogen) % <0.10 0.10-0.20 0.21-0.50 0.51-0.75 >0.75
C/N --- <5 5-10 11-15 16-25 >25
P2O5 Total % <0.03 0.03-0.06 0.06-0.079 0.08-0.10 >0.10
P2O5 eks-HCl % <0.021 0.021-0.039
0.040-0.060
0.061-0.10 >0.1
P-avl Bray II ppm <8.0 8.0-15 16-25 26-35 >35
P-avl troug ppm <20 20-39 40-60 61-80 >80
P-avl Olsen ppm <10 10-25 26-45 46-60 >60
K2O eks-HCl % <0.03 0.03-0.06 0.07-0.11 0.12-0.20 >20
CaO eks-HCl % <0.05 0.05-0.09 0.10-0.20 0.21-0.30 >0.30 MgO eks-HCl % <0.05 0.05-0.09 0.10-0.20 0.21-0.30 >0.30 MnO eks-HCl % <0.05 0.05-0.09 0.10-0.20 0.21-0.30 >0.30 K-tukar me/100 <0.10 0.10-0.20 0.30-0.50 0.60-1.00 >1.00 Na-tukar me/100 <0.10 0.10-0.30 0.40-0.70 0.80-1.00 >1.00 Ca-tukar me/100 <2.0 2.0-5.0 6.0-10.0 11.0-20.0 >20.0 Mg-tukar me/100 <0.40 0.40-1.00 1.10-2.00 2.10-8.00 >8.00
KTK (CEC) me/100 <5 5-16 17-24 25-40 >40
Kejenuhan Basa
% <20 20-35 36-50 51-70 >70
Kejenuhan Al % <10 10-20 21-30 31-60 >60
EC (Nedeco) mmhos --- --- 2.5 2.6-10 >10
Sangat Masam
Masam Agak Masam Netral Agak Alkalis
Alkalis
pH H2O <4.5 4.5-5.5 5.6-6.5 6.6-7.5 7.6-8.5 >8.5
Lampiran 3. Data Analisis pH Tanah
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
P0 7.02 7.45 7.34 21.81 7.27
Pa2 7.29 7.56 7.34 22.19 7.40
Pa3 7.23 7.52 7.29 22.04 7.35
Pa4 7.18 7.55 7.35 22.08 7.36
Pa5 7.22 7.45 7.48 22.15 7.38
Pb2 7.22 7.52 7.41 22.15 7.38
Pb3 7.37 7.52 7.44 22.33 7.44
Pb4 7.27 7.46 7.42 22.15 7.38
Pb5 7.33 7.44 7.39 22.16 7.39
Total 65.13 67.47 66.46 199.06
Lampiran 4. Daftar Sidik ragam pH Tanah
SK db JK KT F.hit Ket F.0,5 F1%
Perlakuan 8 0.052 0.007 0.310 tn 2.51 3.71
Galat 18 0.380 0.021
Total 26 0.433 0.017
KK 1.97
Lampiran 5. Data C- organik Tanah
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
P0 0.79 1.5 1.09 3.38 1.13
Pa2 1.18 1.54 1.14 3.86 1.29
Pa3 0.83 1.2 1 3.03 1.01
Pa4 0.53 1.67 1.52 3.72 1.24
Pa5 1.14 1.63 1.33 4.1 1.37
Pb2 0.48 1.41 1.47 3.36 1.12
Pb3 1.78 1.24 1.05 4.07 1.36
Pb4 1.62 1.74 1.19 4.55 1.52
Pb5 1.14 1.11 1.43 3.68 1.23
Total 9.49 13.04 11.22 33.75
Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam C Organik Tanah
SK Db JK KT F.hit F5% F1%
Perlakuan 8 0.563 0.070 0.519 tn 2.51 3.71
Galat 18 2.442 0.136
Total 26 3.005 0.116
KK 29.47
Lampiran 7. Data N-Total Tanah
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
P0 0.21 0.21 0.15 0.57 0.19
Pa2 0.18 0.21 0.14 0.53 0.18
Pa3 0.17 0.15 0.13 0.45 0.15
Pa4 0.18 0.2 0.18 0.56 0.19
Pa5 0.2 0.18 0.14 0.52 0.17
Pb2 0.21 0.13 0.18 0.52 0.17
Pb3 0.21 0.18 0.15 0.54 0.18
Pb4 0.2 0.21 0.17 0.58 0.19
Pb5 0.2 0.2 0.2 0.6 0.20
Total 1.76 1.67 1.44 4.87
Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam N Total Tanah
SK Db JK KT F.hit F5% F1%
Perlakuan 8 0.052 0.00065 0.846 tn 2.51 3.71
Galat 18 0.380 0.00076
Total 26 0.433 0.00073
KK 15.31
Lampiran 9. Data P Tersedia Tanah
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
P0 4.52 5.43 5.88 15.83 5.28
Pa2 3.09 5.95 6.14 15.18 5.06
Pa3 7.25 7.97 8.68 23.9 7.97
Pa4 5.95 4.52 8.94 19.41 6.47
Pa5 6.14 6.45 7.7 20.29 6.76
Pb2 6.21 9.72 7.64 23.57 7.86
Pb3 6.27 4.39 4.39 15.05 5.02
Pb4 4.65 5.43 6.97 17.05 5.68
Pb5 4.13 3.67 8.48 16.28 5.43
Total 48.21 53.53 64.82 166.56
Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam P Tersedia Tanah
SK Db JK KT F.hit F5% F1%
Perlakuan 8 31.994 3.999 1.606 tn 2.51 3.71
Galat 18 44.824 2.490
Total 26 76.818 2.955
KK 25.58
Lampiran 11. Data K Tukar Tanah
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
P0 3.35 5.46 4.97 13.78 4.59
Pa2 4.85 4.79 5.01 14.65 4.88
Pa3 5.43 5.63 5.07 16.13 5.38
Pa4 5.53 5.29 4.36 15.18 5.06
Pa5 4.64 5.24 4.79 14.67 4.89
Pb2 5.21 5.34 5.08 15.63 5.21
Pb3 5.12 5.29 5.39 15.8 5.27
Pb4 5.85 5.08 4.58 15.51 5.17
Pb5 4.08 5.91 5.1 15.09 5.03
Total 44.06 48.03 44.35 136.44
Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam K Tukar Tanah
SK Db JK KT F.hit F5% F1%
Perlakuan 8 1.368 0.171 0.500 tn 2.51 3.71
Galat 18 6.156 0.342
Total 26 7.524 0.289
KK 11.57
Lampiran 13. Data C/N Tanah
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
P0 3.76 7.14 7.27 18.17 6.06
Pa2 6.56 7.33 8.14 22.03 7.34
Pa3 4.88 8.00 7.69 20.57 6.86
Pa4 2.94 8.35 8.44 19.74 6.58
Pa5 5.70 9.06 9.50 24.26 8.09
Pb2 2.29 10.85 8.17 21.30 7.10
Pb3 8.48 6.89 7.00 22.37 7.46
Pb4 8.10 8.29 7.00 23.39 7.80
Pb5 5.70 5.55 7.15 18.40 6.13
Total 48.41 71.45 70.36 190.2216
Lampiran 14. Daftar Sidik Ragam C/N Tanah
SK Db JK KT F.hit F5% F1%
Perlakuan 8 11.891 1.486 0.311 tn 2.51 3.71
Galat 18 85.979 4.777
Total 26 97.870 3.764
KK 31.02
Lampiran 15. Data Bobot Basah Tajuk Tanaman
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
P0 17.7 19.5 27.4 64.6 21.53
Pa2 30.4 39.8 39.9 110.1 36.70
Pa3 33.5 51.5 39.2 124.2 41.40
Pa4 50.4 29.7 35.7 115.8 38.60
Pa5 63.2 43.2 50.2 156.6 52.20
Pb2 48.8 60.8 53.8 163.4 54.47
Pb3 31.5 48.1 60.2 139.8 46.60
Pb4 32.4 47.2 62.2 141.8 47.27
Pb5 42.4 34.9 55.1 132.4 44.13
Total 350.3 374.7 423.7 1148.7
Lampiran 16. Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk Tanaman
SK Db JK KT F.hit F5% F1%
Perlakuan 8 2307.400 288.425 2.79 * 2.51 3.71 Galat 18 1855.347 103.075
Total 26 4162.747 160.106
KK 23.86
Lampiran 17. Data Bobot Basah Akar Tanaman
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
P0 0.6 1 1.4 3 1.00
Pa2 0.9 2 1.6 4.5 1.50
Pa3 1.4 2.7 1.9 6 2.00
Pa4 2.2 1.9 1.2 5.3 1.77
Pa5 3.3 2.2 3 8.5 2.83
Pb2 2.2 3.5 2.2 7.9 2.63
Pb3 1.3 1.7 2.1 5.1 1.70
Pb4 1.4 1.9 3 6.3 2.10
Pb5 1.8 2 1.8 5.6 1.87
Total 15.1 18.9 18.2 52.2
Lampiran 18. Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Akar Tanaman
SK db JK KT F.hit F5% F1%
Perlakuan 8 7.43 0.93 2.89 * 2.51 3.71
Galat 18 5.78 0.32
Total 26 13.22 0.51
KK 29.33
Lampiran 19. Data Bobot Kering Tajuk Tanaman
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
P0 0.9 0.6 1.4 2.9 0.97
Pa2 1.2 1.7 1.9 4.8 1.60
Pa3 1.7 4.2 2.6 8.5 2.83
Pa4 3.1 1.1 0.9 5.1 1.70
Pa5 2.3 1.7 3.9 7.9 2.63
Pb2 3.9 2.2 1.1 7.2 2.40
Pb3 2.1 1.5 2.7 6.3 2.10
Pb4 1.6 3.3 2.2 7.1 2.37
Pb5 2.3 2.9 2.4 7.6 2.53
Total 19.1 19.2 19.1 57.4
Lampiran 20. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk Tanaman
SK Db JK KT F.hit F5% F1%
Perlakuan 8 8.579 1.072 1.227 tn 2.51 3.71
Galat 18 15.733 0.874
Total 26 24.312 0.935
KK 43.98
Lampiran 21. Data Bobot Kering Akar Tanaman
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
P0 0.2 0.7 0.5 1.4 0.47
Pa2 0.3 0.9 0.7 1.9 0.63
Pa3 0.7 1.1 0.6 2.4 0.80
Pa4 0.4 0.6 0.5 1.5 0.50
Pa5 1.2 0.8 1.2 3.2 1.07
Pb2 0.9 1.1 0.9 2.9 0.97
Pb3 0.5 0.6 0.8 1.9 0.63
Pb4 0.7 0.8 1.1 2.6 0.87
Pb5 0.8 0.7 0.7 2.2 0.73
Total 5.7 7.3 7 20
Lampiran 22. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Akar Tanaman
SK db JK KT F.hit F5% F1%
Perlakuan 8 0.999 0.125 3.009 * 2.51 3.71
Galat 18 0.747 0.041
Total 26 1.745 0.067
KK 27.50