• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Tepung Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck) terhadap Palatabilitas Umpan Tikus Sawah (Rattus argentiventer ROB. & KLO.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Tepung Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck) terhadap Palatabilitas Umpan Tikus Sawah (Rattus argentiventer ROB. & KLO.)"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

"Akri mengngrrrtgknrt Trrhtzrt,

Hntikzr berszrknrin knrnur Allah ymyelninntkir.

...

Mrllni sekarnng nku disebzrt yartg bnfuzgin oleh seknlinit bnrtgsn,

sebnb yerbruztnn besnr diketjnkntt bngikrr, oleh Ynrtg Mnluz Kruzsn,

Kzrdzrslnh Nnituz-Nya

...

"

(2)

?ENGC-4R1~-

PEMRERTAN TEPUNG

KEONG

MAS

(Pomacea canaliculnta

LA

CK) TE

P

PALATABILITAS UMPAN TIKUS SAWAH

(Rattus argentiventer

ROB.

&

KLO.)

Oleh

HERMINA BORU BAHO

JURUSAN

HAMA

DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

HERMINA BORU BAHO. Pengaruh Pemberian Tepung Keong Mas (Pomacea

canalicztlata Lamarck) terhadap Palatabilitas Umpan Tikus Sawah (Rattzrs argentz-

venter Rob. & Klo. )@i bawah bimbingan SWASTIKO PRIYAMBODO dan

RULY

ANWAR)).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung

keong mas terhadap palatabilitas umpan tikus sawah.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Vertebrata Hama, Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor dari bulan Februari sampai Juni 1996. Tikus yang digunakan

adalah tikus sawah yang dewasa, sehat, tidak bunting dan tanpa dibedakan jenis

kelamimya, berjumlah 25 ekor. Seekor tikus ditempatkan dalam kurungan terpisah

yang dilengkapi dengan tempat makan dan minum. Keong mas yang dipakai sebagai

umpan tambahan diperoleh daxi daerah Sindangbarang, Bogor. Keong mas

dibersihkan dan direbus, kemudian dieringkan dengan oven dan dihaluskan dengan

menggunakan blender. Pengolahan ini bertujuan untuk mendapatkan bentuk tepung

keong mas yang akan dicampurkan ke dalam umpan tikus.

Konsentrasi tepung keong mas yang diberikan yaitu 0%, 2.5%, 5%, 7.5% dan

10% (w/w). Rancangan percobaan yang dipakai dalam penelitian ini adalah rancangan

acak lengkap dengan lima perlakuan konsentrasi dan diulang lima kali. Pemberian

umpan dilakukan selama 6 minggu, yaitu aplikasi pertama selama 2 minggu dengan

umpan tambahan tepung keong mas, 2 minggu kedua dengan umpan standar, dan 2

minggu terakhir dengan umpan tepung keong mas lagi sebagai aplikasi ketiga.

Pemberian tepung keong mas ini tidak berpengaruh nyata terhadap palatabilitas

(4)

~mpzfi dmgzfi konsentrasi tepi.ing keong 5%-10%. Tikus mengkonsumsi umpan

dengan tambahan tepung keong mas pada semua konsentrasi. Rata-rata konsumsi

tidak selalu terdapat pada satu konsentrasi dalam tiga aplikasi yang diakukan. Setiap

aplikasi memiliki kisaran konsentrasi tertinggi jumlah yang dikonsumsi oleh tikus, yang

berbeda dengan aplikasi lainnya.

Perlu diakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kisaran konsentrasi

yang tepat yang disukai tikuq terhadap penambahan tepung keong mas ini.

Pengembangan penelitian pengendalian dengan pengumpanan menggunakan keong

mas mempunyai potensi yang baik karena kandungan gizi hewani yang pernah

(5)

PELVMRTJZI PFMRFRTAN TEPXJNG KEONG MAS

(Pomacea cnnaliculntn

LAMARCK) TE

DAP

PALATABILITAS UMPAN TIKUS SAWAH

(Rnttus nrgentiventer

ROB.

&

KLO.)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat

untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Qleh

HERMZNA BQRU BAHO

A

290216

JUBUSAN

@A.MA DAN PEWAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PEFTANwN

B O G 0 8

(6)

Judul : PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG KEONG

KL4S (Po???crcen cancrlic?ilata LAMARCK)

TERHADAP PAZ.ATABILITAS W A N TIKUS

SAWAH (Rnttzrs nrgentiventer ROB. & KLO.)

Nama Mahasiswa : HERMINA BORU BAHO

Menyetujui,

Pembimbing I

n

Ir. ~ d s t i k o ~ & a m b o d o . ~ ~ i $TIP 131664 407

If. Rulv Anwar

(7)

Penulis dilahirkan pada tanggal 4 Februari 1974 di Bukittinggi, Sumatera

Barat. Penulis merupakan putri pertama dari delapan bersaudara, pasangan

G.G. Syamsudin Naibaho dan P. R. Yanti Sitanggang.

Pendidikan penulis d i u l a i dari TK Kuntum Mekar Yayasan Prayoga cabang

Bukittinggi pada tahun 1979, kemudian tahun 1986 lulus dari Sekolah Dasar

Fransiskus Bukittinggi. Pada tahun 1989 lulus dari Sekolah Menegah Pertarna

Xaverius Bukittinggi dan pada tahun 1992 lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri

3 Bukittinggi.

Pada tahun 1992 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor

melalui Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) dan tahun berikutnya

memasuki Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian .

Penulis pernah menjadi Asisten Luar Biasa untuk mata ajaran Vertebrata Hama

(8)

KATA PENGANTAR

Ad Mnyorem to glvriatn tuam. Puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah

Yang Maha Kuasa atas segala rahmat-Nya yang tak terkira, sehingga Laporan

Makalah Khusus ini dapat diselesaikan. Laporan ini merupakan salah satu syarat

kelulusan dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian, pada Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Swastiko Priyambodo, MSi dan Bapak Ir. Ruly Anwar yang telah

membimbing selama pelaksanaan penelitian hingga selesainya laporan masalah

khusus ini.

2. Rekan-rekan Legio Mariae Presidium Putri Kerahiman Katedral Bogor (Sri, Lisa,

Mbak Ina, Don, Krisma ),rekan seperjuangan (Lala, Nona, Ian dan Made), dan

dara-dara Bangdubela (Kak Dorly, Nia)

3. Adikku Michael Jr. yang sangat membantu dalam pelaksanaan penelitian.

4. Sahabatku yang terkasih Fr. Diakon G. Suyono SS. CC. atas dorongan semangat,

kasih, doa dan dukungannya.

5. Bapak dan ibu, adek-adek yang mengasihiku.

Harapan penulis semoga laporan ini bermanfaat bagi yang memertukamya

(9)

Halaman

DAFTAR TABEL . . . .. . ..

. ..

. . .. . .. . .. . . .. . .

.

. .

.

. ,... . . .. . . .. . ,

.

. .. .. ...

.

. . . .. . .. . . . x

DAFTAR GAMBAR . . .. . .. .. . .

..

.

... .

.. . .. . . .. . .. , , , ,, ,., , , ,.. . . .. ... ... . ,

.

..

. . ..

.

..

.

.

.. . .. . xii

PENDAHULUAN . . .

. . .

. . .

...

.

. . . .

. . . , .

. . .

. .

. .

. . . 1

Latar Belakang 1

.

. Tujuan Penel~tlan .

.

. .

. . .

.

. .

. . .

.

.

.

. . .

. . .

.

.

.

.

. . . 3

Manfaat Penelitian 3 TINJAUAN PUSTAKA 4 Tikus Sawah (Rathis argentiventer Rob.&Klo.).

.. . .

.

.

. . . 4

Bahan Tambahan Berupa Penyedap pada Umpan ... . .. .. . .. ... . .. . . ..

. .. . ..

5

Keong Mas (Popnacea canaliczclata Lamarck). . .. .. . . .. .

.

.

.. . ..

. ... . .. . .. . .. . 6

BAKAN DAN METODE 9 Tempat dan Waktu

.

. .. . . .. . .. . .. . .. . . ... . . .. . .. .. . .. ..

. .. . ..

. , . .. . .. . . .. . ... . .. . . 9

9 9 Percobaan Pendahulua 10 Rancangan Percobaan.. . .

. . .

.

. .

.

.

. . .

.

. . .

. .

.

. . .

.

.

.

.

. . . 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ... ... ... . .. . .. . . .. . .. ... .. . .. . .. . .. .. .. . ..

.

.

.. . . ..

. .. . 13

Perilaku Makan Tikus . .. . .. . .. . ..

.

..

. .. .

.. . . .. .. . .. . .. .. .

.. . .. ..

...

.

.. . . .. . .. . .. . 13

Preferensi Makan Tikus

. . .. .

.

. .

. . . , .

.

, , , , , , , , . , . . .

.

. . .

.

. ,

. . . .

15
(10)

F S S I P I / r p ~ . A J \ ! 9.A-I S.AB-&I . . .. .. . . .. . .. . .. . . .. . . .. . .. . . . . . . , . . .

.

. . .

Kesimpulan . . .

.

.

. . . .

. . .

.

.

.

. . .

.

.

. . .

. . .

.

, .

.

.

. . .

.

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 2 1

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor

Teks

1. Rata-rata Konsumsi (gram) Tikus pada Lima Konsentrasi yang Diberikan

.

pada

.

Aplikasi Pertama, Aplikasi Kedua,

dan Aphkas~ Ketiga . .

. . .

.. . .. .. . ...

.

.. . .. . . .. ... ... ... ,... ... . ... , ,, , .. . . .. ..

.

.

2. Kandungan Tepung Keong Mas(da1am 100 gram)

Halaman

Lampiran

1. Rata-rata Konsumsi Harian Tikus pada Aplikasi Pertama. .. . ..

.. .

.. .. . .. . 24

2. Rata-rata Konsumsi Harian Tikus pada Aplikasi Kedua atau standar 24

3. Rata-rata Konsumsi Harian Tikus pada Aplikasi Ketiga ... ... . .. .. ...

..

.. 25

4. Perubahan Bobot Tikus Selama Perlakuan

. . .

. . .

.

. . .

.

.

. . . 26

5. Sidik Ragam Konsumsi Tikus pada Aplikasi Pertama .. . .. . .

.. ..

. .. .. .. .. 27

6. Sidik Ragam Konsumsi Tikus pada Aplikasi Kedua atau Standar 27

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Lampiran

1. Kandang Tikus yang Dilengkapi Tempat Makan dan Minum ...

.

... . . 28

2. Tahap Pembuatan Tepung Keong Mas

. . .

. .. . .. .. . ..

.. .

.. . .. . .. ... ... . ... .. 28
(13)

Latar Belakang

Peningkatan produksi pertanian seringkali terhambat karena masalah hama dan

penyakit tanaman. Salah satu hama yang penting pada berbagai tanaman khususnya

tanaman pangan adalah tikus. Kerugian yang diakibatkan oleh serangan tikus pada

pertanaman pangan seperti padi dan palawija sangat besar. Sampai saat ini serangan

tikus di lahan pertanian masih merupakan masalah yang sangat berat.

Masalah hama tikus bukan saja menjadi masalah di lahan pertanian tanaman

pangan saja tapi juga di lahan perkebunan. Komoditi perkebunan yang sering menda-

pat kerusakan akibat tikus ini adalah tebu, kelapa dan kelapa sawit. Komoditi perke-

bunan lain yang juga rusak, tetapi serangannya tidak sering adalah kakao, kopi, dan

hortikultura buah.

Berbagai cara telah banyak dilakukan oleh petani untuk mengendalikan hama

ini di sawah. Pengendalian yang diiakukan petani adalah secara kultur teknis, sanitasi,

fisik-mekanik, biologi, maupun secara kimiawi. Pengendalian secara kultur teknis

biasanya dengan pengaturan pola tanam, waktu tanam, dan jarak tanam. Pengendalian

sanitasi dilakukan dengan cara membersihkan tempat-tempat yang mungkin dijadikan

sarang oleh tikus, sedangkan pengendalian secara fisik mekanis biasanya menggunakan

perangkap ataupun penghalang.

Tindakan pengendalian tikus yang akan diusahakan oleh petani, dengan

berbagai cara yang cepat dan efisien hams tetap memperhatikan faktor-faktor tertentu.

Faktor-faktor tersebut adalah faktor ekonomi, dan lingkungan. Maksudnya adalah

(14)

2 2mpe.i sekarang ini pengendalian yang banyak dilakukan oleh petani adalah

pengendalian kimiawi dengan menggunakan rodentisida. Pengendalian kimiawi adalah

pengendalian yang menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat mengganggu aktivitas

makan ataupun gerakan tikus bila dimakan oleh tikus. Akan tetapi bahan kimia yang

digunakan dalam umpan tikus harganya mahal dan sering menyebabkan terjadinya jera

umpan pada tikus.

Banyak penelitian pengendalian yang berhasil, akan tetapi tidak dapat dima-

syarakatkan secara luas pemakaiannya karena harga yang mahal ataupun akibat

sampingannya dan tidak dapat digunakan petani setiap saat diperlukan. Pengembangan

tersebut membutuhkan biaya yang besar, contohnya bakteri Salmonella sp. yang

berpotensi sebagai agen pengendali tikus secara biologis. Harga untuk mendapatkan

agen pengendali ini sangat mahal dan kurang dapat diterima karena dapat

membahayakan kesehatan orang yang menggunakan dan hewan lain di sekitamya.

Bakteri agen pengendali ini dapat menyebabkan penyakit perut pada manusia bila

terinfeksi. Kepraktisan dalam penggunaan bahan pengendali juga h a s diperhatikan,

sedapat mungkin tidak berbahaya untuk kesehatan, ekonomi dan aspek lainnya.

Banyak penelitian yang sekarang diiakukan oleh para peneliti adalah untuk

mendapatkan suatu cara pengendalian yang efektif dan efisien Penelitian pengen-

dalian tikus dengan pengumpanan telah banyak dilakukan dan terns berkembang

Salah satu tujuan penelitian-penelitian tersebut adalah untuk mencari bahan-bahan

yang dapat ditambahkan ke dalam umpan tikus yang beracun. Bahan-bahan itu

diharapkan dapat menyebabkan tikus mendekat dan makan dalam jumlah yang cukup

sampai dosis yang mematikan.

Bahan-bahan yang dipakai untuk tambahan umpan ini diharapkan sesuai secara

(15)

3

pt'tkacnya. R ~ y a k b k a n yang sudah diteliliti dan ternyata. mempi~nyai potensi untuk

pengendalian, tetapi kurang dikembangkan.

Dengan penambahan bahan tambahan dari alam diharapkan tidak berbahaya

untuk kesehatan dibandingkan dengan penggunaan bahan tambahan bempa bahan

kimia. Keong mas yang akhir-akhir ini menjadi hama pada pertanaman padi di sawah,

dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada umpan tikus. Penambahan keong mas

yang tersedia dalam jumlah banyak di alam, pada umpan diharapkan menjadikan tikus

mengkonsumsi umpan lebih banyak. Dengan demikian keong mas dapat menjadi ba-

han tambahan umpan juga pada rodentisida, yang digunakan untuk pengendalian tikus.

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung keong mas

(Pomacea cnnnliczrlatn) terhadap palatabilitas umpan tikus sawah (Rattils mgen-

tiventer).

Manfaat Penelitian

Pengendalian tikus dengan pengumpanan dan menggunakan keong mas sebagai

bahan penyedap pada umpan, tidak dapat dikatakan sebagai pengendalian mengguna-

kan musuh alami, karena tikus bukan musuh alami keong mas. Akan tetapi dengan

penelitian ini hasilnya diharapkan dapat mengendalikan tikus sawah dan juga sekaligus

(16)

Tikus Sawah (Raftus argentiventer Rob. & Klo. )

Tikus sawah (Rattzts argentiventer) diklasifikasikan dalam filum Chordata,

kelas Mammalia, ordo Rodentia, famili Muridae, dan genus Rattus (Storer et al.,

1979). Tikus sawah mempunyai mempunyai rambut bagian ventral benvarna putih

kelabu dan pada bagian dorsal coklat. Panjang badan antara 130-210 mm dengan ekor

yang lebih pendek dibandingkan panjang kepala dan badan (Rochman, 1986).

Perkembang-biakannya sangat cepat karena masa bunting dan masa menyusui yang

singkat. Perkembangan ini juga ditunjang oleh tersedianya jumlah dan jenis pakan

yang bervariasi di tempat hidupnya. Tikus sawah akan berkembang lebih cepat bila di

tempat hidupnya jumlah dan variasi makanannya banyak. Tikus mempunyai tempat

hidup atau habitat di sawah dan sekaligus menjadi hama utama di sawah. Serangan ha-

ma tikus ini dapat menggagalkan panen tanaman padi. Tikus dapat merusak tanaman --

>

mulai dari awal pertanaman sampai pada penyimpanaw@~&nan

--,---

1992).

Pengendalian terhadap hama tikus sudah banyak dilakukan oleh petani untuk

mengurangi jumlah kerugian akibat kerusakan yang disebabkan oleh tikus. Kesulitan

pengendalian tikus ini juga diakibatkan kemampuan tikus yang sangat cepat mengha-

silkan keturunan Tikus mulai bunting pada akhir stadia primordia padi dan melahir-

kan di akhir stadia padi masak susu Sampai panen tikus dapat melahirkan sampai

keturunan ketiga (Priyono, 1988). Tersedianya padi stadia malai setiap waktu akibat

pola pertanaman yang tidak serentak, mendukung tingginya perkembangbiakan tikus

(Boeadi, 1989).

Kemampuan konsumsi individu tikus per hari tidak akan menyebabkan

(17)

5

Mes!dp'~r. Zerikia:: per;.!ah mpsgs:.t pzdz tilnls 12% mp~yeb&kz ke~~sllrrm.

Kecepatan berkembang biak dan perilaku mengerat pada tikus, menyebabkan

kerusakan yang diakibatkan menjadi lebih berat. Kerusakan yang diakibatkan oleh

perilaku mengerat ini lima kali lebih parah dibandingkan kerusakan yang diakibatkan

karena perilaku makan tikus (Brooks, 1987).

Rochman (1991) menyebutkan bahwa banyak penelitian pengendalian dilaku-

kan untuk menanggulangi masalah ini. Penelitian yang dilakukan, hasilnya cukup

menyumbang pemecahan untuk permasalahan ini, terutama penelitian tentang pengen-

dalian dan strategi pengendalian (Rochman, 1991). Meskipun demikian banyak hasil

penelitian yang kurang efisien, sehingga kurang dikembangkan karena bahan baku

yang mahal dan susah untuk mendapatkannya. Penggunaan bahan-bahan yang banyak

tersedia di alam dibarapkan dapat meningkatkan tindakan efisiensi pengendalian tikus .

Bahan Tambahan Berupa Penyedap pada Umpan

Berbagai bahan tambahan pada umpan tikus baik berupa penyedap maupun

penarik telah ditambahkan pada umpan tikus Upaya ini diakukan agar umpan yang

diberikan pada tikus dapat lebih menarik, sehingga tikus dapat dengan cepat meng-

konsumsinya Bahan-bahan tambahan yang digunakan untuk umpan dapat berasal da-

ri olahan hewan ataupun tumbuhan Penggunaan bahan-bahan yang terdapat di alam

dan mudah didapat mulai dikembangkan Diharapkan dengan penggunaan bahan-bahan

yang berasal dari alam, biaya yang harus dikeluarkan tidak terlalu tinggi

Mengingat perkembangbiakan tikus yang cepat dan akan membentuk populasi

yang banyak bila makanan tersedia sepanjang waktu, maka bahan baku penyedap

(18)

6

T i h s 2dd& h e w ~ c pemalrac segda Fltm om_ni~orz yacg ?t:engkonsi.!msi pzikan

hewani maupun nabati. Selain merusak padi, tikus juga merusak tanaman perkebunan

misalnya kelapa sawit, tebu dan kakao. Pada tikus yang dibedah untuk mengetahui

jeNs makanan yang dimakan oleh tikus didapatkan pakan utama tanaman pangan atau

perkebunan, ditemukan juga serangga-serangga kecil, siput-siputan dan keong-keong-

an sekitar 50% (Lembaga Biologi Nasional,1980).

Pemberian pakan tambahan berupa tambahan h e w a ~ telah dicobakan pada

tikus, diantaranya adalah pemberian bahan tambahan berupa tepung yuyu pada umpan

tikus. Akan tetapi usaha ini kurang berhasil karena sulit untuk mendapatkan yuyu

dalam jumlah yang banyak. Pemberian bahan tambahan hewani lainnya adalah yang

berasal dari belalang, semut, dan keong mas. Ternyata bahan tambahan hewani yang

berasal dari keong mas juga disukai oleh tikus (Rochman, 1994).

Selain tambahan sebagai penyedap yang dapat meningkatkan konsumsi tikus,

juga dapat meningkatkan penampilan umpan menjadi lebih menarik, dan dengan demi-

kian tikus dapat lebih cepat menemukan dan menyukainya (Sanchez dan Benigno,

1981).

Keong Mas (Pornacea canaliculata Lamarck)

Keong mas adalah hewan air yang merupakan hewan asli Amerika Selatan

(Saxena, Lara, dan Justo, 1987). Keong mas disebut juga sebagai siput murbei karena

telurnya -bemama merah jambu dan tersusun bergerombol seperti buah murbei.

Hewan ini disebut juga sebagai "golden snail", karena cangkang yang berwarna kuning

(19)

7

n . 1 .

ruldae, geiliis iiiii$?ii~~Gi'iti iitiitc i*iiip2iI!ai'i2ix, sekngga naza !r,?ya

n&!&

AxnlJ- r

-.-

larizrm i ? ~ s ~ i l m ~ m dan Ampullaria crmnliculatn (Mochida, 1987).

Siput murbei merupakan siput yang indah yang semula diharapkan dapat

menjadi komoditas ekspor sama seperti bekicot (Achatinnfilica). Akan tetapi akhir-

akhir ini akibat cara budidaya yang kurang benar, perkembangbiakannya menjadi

sangat cepat. Pada awalnya keong dipelihara di tambak-tambak ikan petani, tetapi

menjadi pesat pekembangannya sehingga memasuki sawah petani. Di sawah-sawah

petani, keong mas ini m e ~ s a k tanaman padi yang masih muda (Soenajo, 1989).

Masuknya keong mas ke Indonesia awalnya dibudidayakan orang untuk

dikonsumsi. Kemudian keong tersebut lepas dari kolam-kolam pemeliharaan dan ma-

suk areal persawahan dan ditunjang pemeliharan keong mas yang sangat mudah dan

cepat berkembangbiak (Susanto, 1992). Di daerah Lampung keong mas yang awalnya

dipelihara di kolam-kolam ikan rakyat, tetapi karena perkembangbiakan yang cepat,

keong mas sampai dapat memenuhi aliran air untuk sawah irigasi dan masuk ke sawah.

Selain berkembang di saluran irigasi dan terbawa aliran air masuk ke sawah, peranan

manusia secara sengaja juga mempengaruhi penyebaran keong mas ini di sawah.

Adanya sistem pemeliharaan ikan di sawah menyebabkan beberapa petani dengan

sengaja memelihara keong mas di sawah (Soenaqo,1989). Keong mas indah benvama

keemasan ini yang dewasa berukuran panjang 22-26

mm

dan berat 10-20 gram per

ekornya. Siklus hidup atau lama waktu dari telur sampai telur kembali hanya membu-

tuhkan waktu sekitar tiga bulan. Siklus hidup keong mas lebih pendek dari siklus

hidup bekicot (enam atau tujuh bulan). Keong mas mempunyai kepridian tinggi, yaitu

sekitar 300-500 butir per individu betina dewasa. Susunan telurnya bergerombol,

(20)

8

+-...

.,,;

lr,.l*-

.,.,...

5k:a:: ke!cxp~k telzz izi ~ z z j m g h CIT-, !~b2r 2 SIT- (I_= tebz! ! C ~t e t q i I

ukuran ini dapat lebii atau kurang bergantung pada ukuran tubuh induk betina

(Soenarjo, Panudju, dan Syam 1989). Akibat perkembangbiakan ini keong mas

menjadi potensial sebagai hama di pertanaman padi sawah.

Di negara Filipina pada tahun 1988 keong mas sudah dinyatakan sebagai hama

utama pada tanaman padi dan mendapat perhatian pengendalian yang khusus (Soe-

narjo, 1989). Di Indonesia pada tahun 1988 serangan keong mas telah terjadi di

propinsi Jawa Tengah dan Lampung. Akhir-akhir ini propinsi Sumatera Utara, Jambi,

DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur sudah terserang hama keong mas ini

(Susanto, 1992). Usaha-usaha pengendalian yang sudah dilakukan baik secara mekanis

dengan membuat parit di sekeliling pematang sawah, maupun secara kimiawi

menggunakan moluskisida. Pembuatan parit di s e k e l i g pematang sawah bertujuan

agar petani mudah mem&t keong. Pengendalian yang umum adalah memungut

keong mas secara langsung dari rumpun padi, akan tetapi cara ini sangat tidak efisien.

Pengendalian secara kimiawi sangat berbahaya, karena penggunaan moluskisida dapat

membahayakan ikan yang berada di sawah dan juga hewan lain yang masuk ke sawah

misalnya itik. Moluskisida membahayakan itik yang semula dijadikan sebagai agen

pengendali hayati untuk keong mas (Mochida, 1987).

Pemanfaatan keong mas sebagai makanan yang diolah untuk manusia pernah

diusahakan di Taiwan, Jepang dan Filipina. Akan tetapi orang yang mengkonsumsi

makanan olahan keong mas

ini

dalam jumlah banyak akan merasa pusing. Rasa daging

yang kurang enak dibanding dengan daging bekicot menyebabkan usaha ini tidak

berhasil. Akhir-akhir ini keong mas diusahakan sebagai makanan tambahan bagi

(21)

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Laboratorium Vertebrata Hama, Jurusan Hama dan

Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian dimulai pada bulan Februari 1996 sampai Juni 1996. Penelitian

terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap pelaksanaan

penelitian.

Bahan dan Alat

Hewan Percobaan. Dalam penelitian ini digunakan hewan percobaan yaitu

tikus sawah (R argentiventer) yang diperoleh dari daerah Leuwiliang, Bogor. Tikus

yang digunakan berjumlah 25 ekor yang sehat, dewasa, dan tidak bunting.

Um~an. Keong mas (P canaZicziZata) diperoleh dari berbagai pertanaman padi

dan kolam rakyat di daerah Sindang Barang, Bogor.

Kandang. Kandang yang digunakan sebagai tempat tinggal tikus terbuat dari

seng dan kawat berukuran 29 cm x 18 cm x 13 cm. Setiap kandang ditempati oleh

satu ekor tikus dan dilengkapi dengan tempat makan dan minum tikus.

Alat lainnya yang digunakan adalah timbangan untuk menimbang umpan tikus

dan individu tikus sendiri. Selain digunakan ember plastik kecil, tempat pencampuran

tepung keong mas dengan beras.

Metode

Keong mas yang digunakan adalah bagian dagingnya yang bersih tanpa cang-

kang, gelembung udara dan isi perut. Keong mas yang diperoleh dari lapangan dicuci

(22)

10

K e z ~ d i l t , keeng diks!gzk~n rlzn rliskxm sir dingin, untuk mem~.!da!d!an mele-

paskan daging dari cangkangnya. Daging dilepaskan dari cangkang dengan menggu-

nakan bambu tipis yang tajam, kemudian dibersihkan dari bagian kotoran, gelembung

udara serta bagian lain yang tidak perlu. Setelah pemisahan dan pembersihan, daging

keong ditiriskan dan dijemur di bawah sinar matahari bila cuaca cerah. Pengeringan ini

dapat diganti dengan cara pengovenan bila cuaca tidak memungkinkan.

Daging keong yang matang dapat diangkat atau dianggap kering setelah wama

menjadi kekuningan dan rapuh saat diiris kecil-kecil. Potongan-potongan kecil ini

kemudian dihaluskan dengan blender sampai berbentuk tepung. Tepung inilah yang

akan dicampurkan ke dalam umpan standar yang akan diberikan pada tikus.

Campuran tepung yang ditambahkan ke umpan standar beras adalah dengan lima

konsentrasi yang berbeda.

Tepung keong mas yang digunakan, diuji kandungan protein, mineral, dan

lemak dalam 100 gram tepung.

Pereobaan Pendahuluan

Percobaan pendahuluan terlebih dahulu dilakukan sebelum percobaan

sebenarnya untuk mendapatkan kisaran konsentrasi tepung keong mas yang akan

dicampurkan pada beras Di samping mencari kisaran konsentrasi yang tepat juga

dicari juga bentuk penambahan umpan keong mas yang lain selain bentuk tepung dan

mengetahui kisaran jumlah konsumsi pakan tikus Sebelum perlakuan percobaan

pendahuluan ini dilakukan, tikus dipuasakan selama satu hari

Pemberian umpan perlakuan dilakukan dengan konsentrasi 0%, 5% 10% dan

15% Rata-rata ransum standar yang dicampur tepung keong mas yang diberikan

(23)

11

g ztepEg k e o ~ g ~ mas I? gram u q z n s?a.ndar $eras). Sebagai bahan pengikat

('"oinder") digunakan minyak goreng.

Selain bentuk tambahan keong mas berupa tepung, dicobakan juga pemberian

keong mas dalam bentuk daging segar dan dalam bentuk daging yang dikeringkan.

Daging tersebut dipotong kecil-kecil dan dicampurkan dengan beras.

Ternyata sampai seminggu perlakuan tikus tidak mengkonsumsi ransum yang

tercampur umpan keong mas dan hanya memakan bagian umpan yang tidak tercampur

daging keong mas. Kedua bentuk daging keong mas, baik yang segar ataupun yang

sudah dikeringkan tidak disukai oleh tikus. Hal ini kemungkinan karena bau yang

menyengat dari umpan keong mas dan lebih disukai oleh organisme lain seperti lalat

dan semut.

Setelah kedua bentuk umpan segar di atas dicobakan bamlah dicobakan umpan

dengan campuran keong mas berbentuk tepung. Bentuk inilah yang dikonsumsi oleh

tikus, karena tercampur merata pada umpan. Pada semua konsentrasi yang dicobakan,

tikus agak lama baru kemudian mencicipi konsentrasi 15%. Konsentrasi lainnya pada

hari pertamapun sudah dikonsumsi oleh tikus. Dari percobaan pendahuluan ini

didapatkan kisaran konsentrasi yang disenangi oleh tikus adalah 0-10%.

Konsentrasi yang dipakai pada tahap pelaksanaan penelitian adalah 0%, 2.5%,

5%, 7.5% dan 10%. Lama perlakuan adalah dua minggu untuk aplikasi pertama, dua

minggu untuk aplikasi kedua atau standar, dan dua minggu untuk apl'iasi ketiga.

Aplikasi pertama dan ketiga umpan dicampurkan dengan tepung keong mas, sedang-

kan aplikasi kedtla umpan yang dibeEikan adalah umpan standar.

Peubakyang diamati selama p e r l h a n a@& perilaku

~ ~ a k q ~ .

tikus, jumlqt
(24)

12

Etsncangan Percobawn

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan lima taraf

perlakuan konsentrasi tepung keong mas yaitu 0%, 2.5%, 5%, 7.5% dan 10%. Setiap

(25)

HASTL DAN PEMBAHASAN

Perilaku Makan Tikus

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tikus pada umurnnya tidak langsung

mengkonsumsi umpan yang diberikan. Umpan yang dicampurkan dengan bahan tam-

bahan tepung keong mas terlebih dahulu dikelilingi baru dicicipi. Untuk beberapa hari

dalam minggu pertama tikus mengkomsumsi dalam jumlah sedikit. Hal ini membuk-

tikan bahwa tikus bersifat hati-hati terhadap benda atau makanan yang asing baginya

atau baru ditemukan (sifat neofobia).

Walaupun umpan berupa beras sudah dikenal oleh tikus dan merupakan salah satu

pakan utama yang ditemui di lapang, namun karena kondisi lingkungan berupa

kurungan yang baru, tetap mempengaruhi sifat hati-hatinya. Dari pengamatan juga

diketahui bahwa tikus mulai beraktivitas makan pada hari menjelang malam atau sore

hari, yang membuktikan bahwa tikus merupakan hewan nokturnal

Umpan pada semua konsentrasi keong yang diberikan pada aplikasi pertama

dikonsumsi oleh tikus (Tabel Lampiran 1). Rata-rata konsumsi per hari pada aplikasi

pertama adalah 6.95 gram atau kira-kira 7.84% dari rata-rata bobot tikus yang

diperlakukan. Menurut Meehan (1984) tikus mengkonsumsi pakannya kira-kira 10%

dari bobot tubuhnya

Peningkatan maupun penurunan jumlah konsumsi umpan pada tikus yang tidak

stabii, karena umpan denga tambahan tepung keong mas belum begitu dikenal oleh

tikus. Penurunan jumlah konsumsi juga dapat terjadi karena umpan dengan tambahan

tepung keong mas itu dirasakan kurang enak oleh tikus. Beberapa hari pertama pada

aplikasi satu, sisa tepung keong mas banyak tersisa dalam gelas tempat minum tikus.

(26)

14

sezg~je m p ~ c ~ c i mc!stzye pede eir mimm~ya. Tetepi 3-4 hari berihltnya ha1 ini tidak

ditemui lagi, diduga tikus terpaksa mengkonsumsi karena tidak ada pilihan lain pakan-

nya. Naik turunnya jumlah umpan yang dikonsumsi tikus berpengaruh pada pada naik

turunnya bobot tikus (Tabel Lampiran 4).

Bila diliat dari rata-rata keseluruhan bobot tikus, umumnya bobot tikus

meningkat setelah aplikasi satu. Tikus yang mengalami kenaikan berat badan setelah

aplikasi satu adalah 88%.

Pada aplikasi kedua atau aplikasi standar, tikus mengkonsumsi kira-kira 7.19

gram per individu atau kira-kira 8.11% dari bobot tubuhnya. Jumlah konsumsi pakan

tikus pada aplikasi kedua, lebih tinggi dari jumlah konsumsi tikus pada aplikasi satu

(Tabel Lampiran 2). Jumlah tikus yang mengalami kenaikan bobot tubuh setelah

aplikasi standar ini hanya 72%. Penurunan peningkatan bobnot tubuh ini terjadi kare-

na tikus hanya mengkonsumsi umpan standar saja. Tikus mengalami kekurangan

kandungan, lemak, mineral dan protein dalam pakannya. Pada aplikasi pertama tikus

menda-patkan sumber, lemak, mineral dan protein dari tepung keong mas.

Pada aplikasi ketiga tikus kembali lagi diberi pakan dengan umpan tambahan

tepung keong mas, sama seperti aplikasi pertama. Konsumsi harian rata-rata tikus

adalah 7.05 gram atau kira-kira 7.25% dari rata-rata bobot tikus (Tabel Lampiran 3).

Konsumsi tikus pada aplikasi ketiga ternyata lebih rendah dari pada konsumsi tikus

pada dua aplikasi sebelumnya. Jumlah tikus yang mengalami kenaikan bobot tubuh

hanya 66.67%.

Bila diiihat dari rata-rata konsumsi tikus per hari per individu (Tabel 1) hanya

6-7 gram, jumlah konsumsi tersebut kurang dari 10 % rata-rata berat tubuh tikus

(27)

15

prrrtei;.r! ~?l~!cznzfi zker! digunakan llntuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan-jaringan

tubuh, meskipun dalam pelaksanaannya tubuh tidak mempunyai efisiensi yang

demikian tingginya untuk mencerna semua protein Bentuk protein yang tidak dapat

dicerna ini tidak dipergunakan oleh tubuh sehingga menumpuk dengan jaringan serat

dan lemak (Sediaoetama, 1976) Hal ini dapat diterangkan dengan kemungkinan

adanya jenis-jenis protein dalam tepung keong mas yang dicampurkan ke pakan yang

tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan tikus Jenis kandungan protein yang

tidak dapat dicerna tersebut karena terhambat oleh adanya jaringan serat dan lemak

dalam tubuh tikus Hal ini terbukti dalam daging keong mas juga mengandung lemak

yang tinggi Produksi sehari per gram protein dapat meningkatkan 0,38 gram per kg

berat badan tikus

Walaupun pada setiap aplikasi bobot tubuh tikus mengalami kenaikan ataupun

penurunan dalam pola yang tidak teratur, namun secara umum dapat dikatakan bahwa

pemberian tepung keong mas meningkatkan bobot tubuh tikus Hal ini menandakan

bahwa perilaku tikus adalah menyenangi pakan yang ditambahkan tepung keong mas

Perilaku makan tikus yang menyenangi umpan dengan tambahan keong mas,

meningkatkan konsumsi tikus dan meningkatkan bobot tubuh tikus, sehingga berpo-

tensi dijadikan bahan tambahan umpan tikus

Preferensi Makan Tikus

Tikus secara umum mengkonsumsi semua konsentrasi tepung keong mas yang

ditambahkan pada umpan dan diberikan pada tikus. Pada aplikasi satu rata-rata

konsumsi tikus paling tinggi pada konsentrasi 5% dibandingkan konsentrasi lainnya,

(28)

16 Tabel 1. Rata-rata Konsumsi (gram) Tikus pada Lima Konsentrasi yang

Eibciik?u? padti Aplikasi Peitaiis, Kged.12 d= Ketigz

Konsentrasi Aplikasi

Rata-rata konsumsi tikus terhadap umpan yang diberi keong mas tidak berbeda

nyata (P > 0.05) dibandingkan dengan kontrol. Hal ini membuktikan bahwa pemberian

umpan tikus yang ditambahkan tepung keong mas tidak mempengaruhi preferensi

makan tikus, walaupun dari jumlah konsumsi rata-rata paling tinggi terdapat pada

perlakuan konsentrasi 5%.

Pada aplikasi kedua (aplikasi standar) konsumsi tikus pada semua konsentrasi

tidak berbeda nyata dengan konsumsi rata-rata kontrol (P > 0.05) (Tabel 1 dan Tabel

Lampiran 6). Tikus yang telah diberi umpan dengan tambahan tepung keong mas

konsentrasi 5% pada aplikasi pertama, meningkat konsumsinya pada aplikasi standar.

Tikus yang sebelumnya diberi konsentrasi 10% lebih tinggi dari rata-rata konsumsinya

dibandingkan dengan konsentrasi lainnya.

Pada apliasi ketiga saat diberi umpan dengan tambahan tepung keong mas

lagi, rata-rata konsumsi tidak berbeda nyata (P > 0.05) (Tabel 1 dan Tabel Lampiran 7).

Konsentrasi 5% tidak berbeda nyata dengan kontrol dan konsentrasi 2.5%. Konsentrasi

(29)

17 D i d s g ~ h e r ? . pemherian umpan dengan tamhahan tepung keong mas terns menerus

tikus merasa jera umpan dan menjauhinya. Terlihat rata-rata konsumsi setiap aplikasi

menurun, kecuali konsentrasi 7.5% semakin meningkat (Tabel 1). Pada apliasi ketiga

konsentrasi 5% mempengaruhi preferensi makan tikus. Konsentrasi 5% pada aplikasi

pertama paling tinggi tapi pada aplikasi ketiga konsentrasi 10% yang lebih meningkat.

Walaupun secara umum, rata-rata jumlah konsumsi tikus pada semua aplikasi tidak

berbeda nyata dengan kontrol, yang tidak diberi bahan tambahan tepung keong mas.

Kemungkinan jumlah tepung keong mas dalam umpan terlalu banyak ataupun terlalu

sedikit sehingga perlu diietahui jumlah tambahan umpan yang tepat.

Keseluruhan hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua konsentrasi pada

aplikasi pertama, kedua, dan ketiga tidak berbeda nyata (P > 0.05). Akan tetapi terlihat

bahwa konsumsi tikus pada kisaran konsentrasi 5% dan 10% lebih tinggi dari kontrol

dan ha1 ini menunjukkan kemungkinan kisaran konsentrasi ini lebii cocok. Dengan

demikian konsentrasi yang lebih sempit dalam kisaran konsentrasi tersebut dapat dico-

bakan, untuk mengetahui preferensi makan tikus lebih lanjut.

Selain mengkonsumsi pakan, tikus mempunyai kebiasaan mengerat bambu

tempat persembunyian pada kurungan untuk mencegah pertumbuhan gigi seri yang

tumbuh terus menerus.

Potensi Tepung Keong Mas sebagni Penyedap pnda Umpan Tikus

Budidaya keong mas di Indonesia masih dilarang pemerintah karena kekha-

watiran menjadi hama pada pertanaman padi di sawah. Beberapa propinsi di Indonesia

seperti Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta

(30)

18

oegerz rTlab~k;~n dan pemb~~didayaan keong mas tidak boleh dilakukan di perairan

umum dan persawahan. Masih banyak orang yang membudidayakan keong mas ini

karena merupakan hewan yang indah yang dapat dijadikan penghias akuarium.

Setelah menjadi hama di berbagai daerah pertanaman padi di Indonesia, peme-

rintah membatasi pengembangannya. Pengendalian pun banyak dilakukan agar hama ini

tidak meluas kemana-mana. Pemanfaatan keong mas ini merupakan salah satu alternatif

pengendalian yang dilakukan manusia.

Pemanfaatan yang sudah pernah dilakukan adalah sebagai bahan campuran

pakan hewan peliharaan dan ikan. Keong mas merupakan sumber protein hewani yang

baik karena jumlah protein, lemak dan mineral yang dikandungnya tinggi.

Pemanfaatan lain adalah sebagai bahan tambahan penyedap pada umpan tikus

karena protein hewani yang dimilikinya cukup tinggi. Bahan tambahan penyedap pada

umpan tikus memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan, karena semua

konsentrasi yang diberikan dikonsumsi oleh tikus. Secara umum pula bobot tubuh tikus

meningkat akibat mengkonsumsi pakan yang ditambahkan tepung keong mas. Menurut

Suwarman (1989), keong mas mempunyai daging yang kaya protein dan mineral

seperti zat besi, kalsium, dan magnesium, tembaga, yodium, dan vitamin C.

Hasil uji laboratorium terhadap kandungan tepung keong mas yang dicam-

purkan pada umpan tikus juga mempunyai kandungan mineral, lemak dan protein

(Tabel 2).

Menurut laporan Susanto (1995), dalam 100 gram daging keong mas terdapat

sedikitnya kalori 64 kilo kalori, protein 12 gram, karbohidrat 2 gram dan sejumlah

(31)

19

Tabe! 2. K.andiungan 100 gram Tepung Keong Mas

Cawan A (%) Cawan B (Oh) Rata-rata (YO)

Protein 24.4734 24.2837 24.3786

Lemak 20.2609 19.9965 20.1287

Mineral 25.6707 25.5702 25.6204

Air 10.0553 9.9285 9.9919

Adanya perbedaan jumlah kandungan lemak, protein dan mineral dalam dua

pengujian yang telah diiakukan diduga karena bentuk yang berbeda. Salah satunya ber-

bentuk daging dan yang lain berbentuk tepung. Tepung yang diuji berasai dari daging

keong mas yang bersih tanpa gelembung udara dan isi perut, sehingga jumlahnya dapat

berkurang dari jumlah yang diiaporkan. Selain itu daging yang dijadikan tepung sudah

melewati berbagai proses perlakuan pembuatan misalnya perebusan, pengeringan, dan

penghalusan.

Baik keong mas yang berbentuk tepung maupun daging mempunyai kandungan

lemak, protein dan mineral tetap tinggi dan dapat diharapkan sebagai sumber protein

(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)

Referensi

Dokumen terkait

7 Hasil pengamatan menunjukkan bahwa keong mas yang diberikan perlakuan kontrol gerakannya tetap aktif, seperti merayap pada permukaan stoples, membuka dan menutup

Aplikasi larutan garam konsentrasi 2000 ppm sudah dapat menyebabkan kematian hama keong mas mulai hari ke-3,2 lebih cepat dari aplikasi larutan tanpa larutan garam

Selain itu untuk mengetahui LC 100-24jam ekstrak biji kluwak terhadap keong mas pada berbagai tingkatan umur, dan mengetahui konsentrasi ekstrak biji kluwak yang

Data yang diperoleh dari percobaan kedua diketahui bahwa untuk konsentrasi 25% terjadi 7 sampel mengalami mortalitas sejak dari waktu pengamatan pertama (24

Persentase rumpun padi terserang keong mas secara kumulatif setelah diaplikasikan beberapa ekstrak daun tumbuhan sampai 7 hari pengamatan Intensitas serangan keong mas

Angka kerapatan tertinggi terletak pada inlet sebesar 100 ind/m 2 yang menunjukkan bahwa keong mas ( P.canaliculata ) menyukai tipe perairan yang mengalir. Pola

Pada saat persemaian populasi tikus masih tidak terlalu tinggi, tetapi pada fase tanaman tua populasi tikus sudah mulai meningkat sampai pada fase pematangan bulir populasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi jenis dan bentuk umpan yang digunakan sebagai perangkap terhadap tikus sawah yang menyerang padi..