• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENGENDALIAN HAMA KEONG MAS (Pomacea canaliculata) DENGAN LARUTAN GARAM PADA PADI SISTEM SRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENGENDALIAN HAMA KEONG MAS (Pomacea canaliculata) DENGAN LARUTAN GARAM PADA PADI SISTEM SRI"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh : Abdul Rohim 20100210045

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

▸ Baca selengkapnya: struktur cerita keong mas

(2)

EFEKTIVITAS PENGENDALIAN HAMA KEONG MAS (Pomacea canaliculata) DENGAN LARUTAN GARAM PADA PADI SISTEM SRI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna Memperoleh

Derajat Sarjana Pertanian

Oleh : Abdul Rohim

20100210045

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

2. Karya tulis ada gagasan, rumusan dan penilaian saya setelah mendapatkan arahan dan saran dari Tim Pembimbing. Oleh karena itu, saya menyetujui pemanfaatan karya tulis ini dalam berbagai forum ilmiah, maupun pengembangannya dalam bentuk karya ilmiah lain oleh Tim Pembimbing. 3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karna karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Yogyakarta, Januari 2016 Yang membuat pernyataan,

Abdul Rohim 20100210045

(6)

Hidup,

Tidak Sekedar Hidup,

Menghidupkan Kehidupan,

Menjalankan Tugas Hidup,

Memuliakan Sesama Makhluk Hidup,

Menghayati Pemberi Kehidupan.

PERSEMBAHAN

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi walaupun masih jauh

dari kesempurnaan.

(7)

nafas dan pijakan langkah kaki dalam mengarungi kehidupan sehari-hari khusunya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Para petani Indonesia. Walaupun peran skripsi ini bagi petani diibaratkan hanya setetes air yang jatuh pada ribuan hektar lahan, tapi

semoga tetap ada manfaatnya.

Putri Nurul Ma’rifah, beliau yang selalu berperan aktif membantu dan menemani sejak proses proposal, penelitian, sampai skripsi terselesaikan. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan pula

kepadanya.

Sahabat-sahabat satu perjuangan angkatan 2010 yang tidak bisa penulis sebutkat satu persatu, sukses selalu untuk kita semua dan

samapai jumpa di garis finish.

KATA PENGANTAR

(8)

kesempatan penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan Salam selalu penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Saw, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang senantiasa menjadi inspirasi dan panutan bagi penulis.

Skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS PENGENDALIAN HAMA KEONG MAS (Pomacea Canaliculata) DENGAN LARUTAN GARAM

PADA PADI SISTEM SRI” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Dari awal hingga terselesaikannya skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ir. Agus Nugroho S, M.P. selaku dosen pembimping utama, yang telah memberikan kepercayaan, pengetahuan, bimbingan, dan terkadang ujian yang membuat penulis semakin mantap dan tetap fokus dalam penyusunan skripsi ini sampai bisa terelesaikan.

2. Ir. Achmad Supriyadi, M.M selaku dosen pembimbing pendamping yang dengan prinsip tidak mau mempersulit mahasiwanya sehingga mengantarkan skripsi ini berjalan mulus ketika melalui bimbingannya. 3. Ir. Bambang Heri Isnawan, M.P selaku penguji, yang telah memberikan

banyak koreksi dan masukan pada penulisan skripsi ini.

4. Pak Sukir, Pak Rudi dan laboran lainnya, terimakasih atas bantuan dalam penyediaan sarana prasarana penelitian.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... 7

DAFTAR ISI ... 9

DAFTAR TABEL ... 10

DAFTAR GAMBAR ... 11

DAFTAR LAMPIRAN ... 12

INTISARI ... 13

ABSTRACT ... 14 I. PENDAHULUAN ...Error! Bookmark not defined.

(10)

B. Rumusan Masalah ...Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ...Error! Bookmark not defined. II. TINJAUAN PUSTAKA ...Error! Bookmark not defined. A. Tanaman Padi ...Error! Bookmark not defined. B. Teknologi Budidaya Padi SRI ...Error! Bookmark not defined. C. Hama Keong Mas ...Error! Bookmark not defined. D. Garam ...Error! Bookmark not defined. E. Hipotesis ...Error! Bookmark not defined. III. TATA CARA PENELITIAN ...Error! Bookmark not defined. A. Tempat dan waktu penelitian ...Error! Bookmark not defined. B. Bahan dan Alat Penelitian ...Error! Bookmark not defined. C. Metode Penelitian ...Error! Bookmark not defined. D. Tata Laksana Penelitian ...Error! Bookmark not defined. E. Variabel Pengamatan ...Error! Bookmark not defined. F. Analisis Data ...Error! Bookmark not defined. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...Error! Bookmark not defined. A. Hama Keong ...Error! Bookmark not defined. B. Pertumbuhan Tanaman Padi ...Error! Bookmark not defined. V. KESIMPULAN DAN SARAN ...Error! Bookmark not defined. A. Kesimpulan ...Error! Bookmark not defined. B. Saran ...Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ...Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN-LAMPIRAN ...Error! Bookmark not defined.

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Waktu dan Kebutuhan Pemupukan ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 2. Rerata tingkat Mortalitas, Efikasi, dan Kecepatan KematianError! Bookmark not defined. Tabel 3. Rerata Tinggi tanaman, Jumlah daun, Jumlah anakan, Bobot segar dan

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

INTISARI

Dalam upaya memenuhi kebutuhan produksi padi dalam negeri, dilakukan inovasi teknologi budidaya padi dengan system of Rice Intensification (SRI). Hama keong mas (Pomacea canaliculata) merupakan hama utama tanaman padi saat tanam atau pada masa vegetatif. Pengendalian hama keong mas menggunakan larutan garam sangat efektif, namum larutan garam dikhawatirkan akan merusak tanaman padi. Tujuan penelitian ini untuk menentukan konsentrasi larutan garam yang dapat mengendalikan hama keong mas dan tidak memberikan pengaruh negatif terhadap laju pertumbuhan tanaman padi.

(14)

ppm, 6.000 ppm, 8.000 ppm, dan 10.000 ppm, ditambah perlakuan pestisida sintetis carbofuran 3% sebagai pembanding.

Hasil penelitan menunjukan bahwa larutan garam konsentrasi 4000 ppm sudah efektif meningkatkan tingkat mortalitas, efikasi, dan kecepatan kematian. Larutan garam sampai konsentrasi 10000 ppm tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman padi meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, warna daun, bobot segar dan kering.

Kata kunci: Padi, sistem SRI, keong mas, larutan garam

ABSTRACT

In effort to meet the demands of domestic rice production, rice cultivation was done with technological innovation system of Rice Intensification (SRI). Snails (Pomacea canaliculata) is a major pest of rice crops at cultivating or during vegetative time. Snails control using salt solutions are very effective, but it have worried salt solutions would damage rice crops. The purpose of this research was to determine the concentration of salt solution which can control the snails and hopefully not giving negative impact to growth rate of the rice crop.

(15)

include height, number of leaves, number of tillers, leaf color, fresh weight and dry weight

(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan salah satu hak manusia yang paling azasi dan salah satu faktor penentu ketahanan nasional, sehingga kekurangan pangan secara meluas di suatu negara akan menyebabkan kerawanan ekonomi, sosial, dan politik yang dapat menggoyahkan stabilitas nasional (Arifin, 2007).

Tanaman padi adalah tanaman penghasil beras yang digunakan sebagai bahan pangan utama hampir 90 % penduduk Indonesia. Dapat dikatakan bahwa beras merupakan bahan makanan pokok utama dan sangat dominan di Indonesia yang memiliki kedudukan sangat penting dan telah menjadi komoditas strategis. Dengan jumlah penududuk pada saat ini yang mencapai lebih dari 252 juta orang dengan tingkat konsumsi beras 145 kg per kapita per tahun, ketersediaan beras memegang peranan penting bagi ketahanan pangan (BPS Nasional, 2015).

Untuk memenuhi kebutuhan beras dari produksi padi dalam negeri dan menekan serta menghilangkan impor beras dilakukan melalui ekstensifikasi dan intensifikasi lahan tanaman padi dengan penerapan inovasi teknologi budidaya padi. Inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produksi padi salah satunya dengan pendekatan teknologi System of Rice Intensification (SRI).

System of Rice Intensification (SRI) merupakan suatu teknik budidaya padi

(17)

adalah penerapan tanam tunggal atau tanam bibit satu lubang satu bibit. Penggunaan satu bibit per lubang tanam bermanfaat untuk mengurangi kompetisi serta meningkatkan potensi anakan produktif per rumpun (Berkelaar, 2001)

Salah satu masalah dalam budidaya padi adalah serangan hama keong yang menyerang bibit-bibit padi pada saat masa vegetatif. Tanaman padi rentan terhadap serangan keong mas sampai 15 hari setelah tanam untuk padi pindah tanam dan 30 hari setelah tebar untuk padi sebar langsung (Pitojo, 1996). Pada budidaya umumnya bibit padi yang baru tanam akan dilakukan penyulaman akibat bibit rusak oleh serangan hama keong mas, apalagi dengan penerapan budidaya sistem SRI yang hanya menggunakan bibit tunggal akan sangat rawan kehilangan bibit. Penyulaman bibit yang rusak akan memerlukan bibit dan tenaga lebih untuk melanjutkan proses budidaya padi. Sehingga bisa dibayangkan kebutuhan bibit dan penyulaman pada budidaya padi SRI yang terserang hama keong jika dalam lahan yang luas.

Keong mas merupakan hewan nokturnal yang sangat rakus, terutama pada malam hari dan makan hampir semua tumbuhan dalam air yang masih lunak termasuk padi. Keong mas merupakan hama penting pada tanaman padi di Indonesia. Tingkat serangan keong mas tergolong cukup tinggi karena berkembang biak dengan cepat dan menyerang tanaman yang masih muda. Keong mas dapat menyebabkan kerusakan tanaman berkisar 10 – 40% (Budiono, 2006).

(18)

3

peningkatan jumlah dan jenis hama yang diikuti dengan peningkatan pemakaian pestisida menimbulkan banyak masalah. Pemakaian pestisida dapat membunuh hama tanaman, namun di sisi lain dapat menimbulkan kerugian seperti pencemaran lingkungan, keracunan pada pengguna dan residu pada komoditas pangan serta resistensi hama (Haryanti, dkk., 2006). Oleh karena itu diperlukan pengganti pestisida yang ramah lingkungan. Salah satu alternatif pilihannya adalah dengan penggunaan larutan garam.

Kendala umum yang membatasi dalam pemakaian larutan garam untuk pengendalian keong mas sebagai hama tanaman padi adalah minimnya informasi yang cukup mengenai konsentrasi yang efektif. Larutan garam dengan dosis tinggi memungkinkan dapat mengendalikan hama keong mas dengan efektif, namun pemberian larutan garam pada pengairan tanaman padi dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan tanaman padi. Oleh karena itu perlu penelitian mengenai dosis efektif larutan garam untuk pengendalian hama keong yang tidak memberi pengaruh negatif terhadap pertumbuhan tanaman padi. Oleh karena latar belakang masalah tersebut, maka dilaksanakan penelitian pengendalian hama keong mas menggunakan larutan garam dengan berbagai macam konsentrasi.

B. Rumusan Masalah

a. Berapakan konsentrasi larutan garam efektif untuk mengendalikan serangan hama keong mas?

(19)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan:

1. Mendapatkan konsentrasi larutan garam efektif terhadap pengendalian hama keong mas.

(20)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Padi

Tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam divisio Spermatophyta, dengan sub division Angiospermae, termasuk ke dalam kelas monocotyledoneae, ordo adalah poales, family adalah Graminae, genus adalah oryza linn, dan spesiesnya adalah Oryza sativa L. Keseluruhan organ tanaman padi terdiri dari dua kelompok, yaitu organ vegetatif dan organ generatif (reproduktif). Bagian vegetatif meliputi akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif terdiri dari malai, gabah dan bunga (Manurung dan Ismunadji 1988).

(21)

Tanaman padi memiliki daun yang berbentuk lanset (sempit memanjang) dengan urat daun sejajar dan memiliki pelepah daun. Pada buku bagian atas ujung dari pelepah daun menunjukkan percabangan dimana batang yang pendek adalah lidah daun (ligule), dan bagian yang terpanjang dan terbesar adalah kelopak daun (auricle) (Siregar, 1981). Bunga padi secara keseluruhan adalah malai. Tiap unit bunga pada malai disebut spikelet yang terdiri dari tangkai, bakal buah, lemma, palea, putik, dan benang sari (Manurung dan Ismunadji, 1988).

Siklus hidup tanaman padi memerlukan waktu 3 sampai 6 bulan, yang keseluruhannya terdiri dari dua stadia pertumbuhan, yakni vegetatif dan generatif. Stadia generatif selanjutnya terdiri dari dua yakni pra-berbunga dan pasca berbunga (Manurung dan Ismunadji, 1988).

Fase vegetatif dimulai dari berkecambah sampai inisiasi primordia malai. Selama fase pertumbuhan vegetatif anakan bertambah dengan cepat, tanaman bertambah tinggi dan daun tumbuh secara regular. Pertambahan jumlah anakan yang cepat sampai tercapai jumlah anakan yang maksimal disebut pertumbuhan anakan aktif. Stadia atau pada saat anakan maksimal tercapai pada saat bersamaan, sebelum atau sesudah inisiasi primordia malai. Fase dari anakan maksimal sampai inisiasi malai disebut pertumbuhan vegetatif lambat. Selanjutnya sebagian dari jumlah anakan maksimal yang terbentuk akan mati atau tidak dapat menghasilkan malai, anakan tersebut dinamakan anakan yang tidak efektif, sebaliknya anakan yang menghasilkan malai disebut anakan produktif.

(22)

7

jumlah anakan, munculnya daun bendera, bunting dan pembungaan. Selanjutnya dijelaskan inisiasi primordia malai umumnya dimulai 30 hari sebelum berbunga, dengan lama pembungaan sekitar 10 sampai 14 hari (Manurung dan Ismunadji, 1988).

Fase pemasakan dimulai dari stadia antesis sampai masak panen, yang terdiri dari masak susu (masak bertepung), menguning dan masak panen. Periode pemasakan ini memerlukan waktu kira-kira 30 hari dan ditandai dengan penuaan daun. Menurut Manurung dan Ismunadji (1988) untuk suatu kultivar berumur 120 hari di daerah tropik, maka fase vegetatif memerlukan waktu sekitar 60 hari, fase reproduktif 30 hari dan fase pemasakan 30 hari.

B. Teknologi Budidaya Padi SRI

Teknologi budidaya padi metode SRI merupakan usahatani padi sawah irigasi secara intensif dan efisien dalam pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal serta berbasis pada kaidah ramah lingkungan (Anonim, 2007). SRI menunjukkan hasil yang menjanjikan bagi semua jenis beras baik lokal maupun hibrida. Dalam SRI lahan ditandai sebelum penanaman untuk memastikan pengaturan jarak dan baris yang sesuai, dan mengharuskan penyiangan untuk hasil yang lebih berkembang (Anonim, 2006).

(23)

pertumbuhan tanaman yang lebih baik, terutama di zona perakaran, dibandingkan dengan teknik budidaya cara konvensional. Dalam SRI semua unsur potensi dalam tanaman padi dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhan mereka (Anonim, 2007).

Prinsip-prinsip budidaya padi hemat air metode SRI: (a) Tanam bibit muda berusia kurang dari 12 hari setelah semai ketika bibit masih berdaun 2 helai, (b) Tanam bibit satu lubang satu dengan jarak tanam 30x30, 35x 35 cm atau lebih jarang lagi, (c) Pindah tanam harus segera mungkin (kurang dari 30 menit) dan harus hati-hati agar akar tidak putus dan ditanam dangkal, (d) Pemberian air maksimal 2 cm (macakmacak) dan periode tertentu dikeringkan sampai pecah (irigasi berselang/ terputus), (e) Penyiangan sejak awal sekitar umur 10 hari dan diulang 2-3 kali dengan interval 10 hari, (f) Sedapat mungkin menggunakan pupuk organik (kompos atau pupuk hijau) walaupun hal ini bukan keharusan. (Anonim, 2006).

C. Hama Keong Mas

Keong mas satu famili dengan keong lokal, yaitu keong gondang Pila ampullaceae. Famili Ampullariidae yang merupakan siput air tawar. Siput ini berbentuk bundar atau setengah bundar. Rumah siput berujung pada menara pendek dengan 4-5 putaran kanal yang dangkal. Pada mulut rumah siput terdapat penutup mulut yang disebut operculum yang kaku. Keluarga siput Ampullaridae berukuran besar, rumah siput bisa mencapai 100 mm ( Harry, 1990).

(24)

9

spesies Pomacea canaliculata. Pomacea canaliculata Lamarck secara morfologi ditandai oleh karakteristik sebagai berikut: rumah siput bundar dan menara pendek, rumah siput besar, tebal, lima sampai enam putaran didekat menara dengan kanal yang dalam, mulut besar dengan bentuk bulat sampai oval, operculum tebal rapat menutup mulut, berwarna cokelat sampai kuning muda, bergantung pada tempat berkembangnya, dagingnya lunak berwarna putih krem atau merah jambu keemasan atau kuning orange. Operculum betina cekung dan tepi mulut rumah siput melengkung kedalam, sebaliknya operculum jantan cembung dan tepi mulut rumah siput melengkung keluar ( Hermawan, 2007).

Siklus hidup keong mas bergantung pada temperatur, hujan, atau ketersediaan air dan makanan. Pada lingkungan dengan temperatur yang tinggi dan makanan yang cukup, siklus hidup pendek, sekitar tiga bulan, dan bereproduksi sepanjang tahun. Jika makanan kurang, siklus hidupnya panjang dan hanya bereproduksi pada musim semi atau awal musim panas ( Pitojo, 1996).

(25)

Ukuran keong yang baru menetas 2,2-3,5 mm dan menjadi dewasa dalam 60 hari atau lebih, bergantung pada lingkungan ( Slamet, 1992).

Keong mas hidup pada kolam, rawa, dan lahan yang selalu tergenang termasuk sawah, didaerah tropik dan subtropik dengan temperatur terendah 10˚C. Hewan ini mempunyai insang dan organ yang berfungsi sebagai paru-paru yang digunakan untuk adaptasi di dalam air maupun di darat. Paru-paru merupakan organ tubuh yang penting untuk hidup pada kondisi yang bobot. Gabungan antara operculum dengan paru-paru merupakan daya adaptasi untuk menghadapi kekeringan. Jika air berkurang dan tanah atau lumpur menjadi kering, keong mas membenamkan diri ke dalam tanah, sehingga metabolisme berkurang dan memasuki masa diapause. Fungsi paru-paru bukan hanya untuk bernafas tetapi juga untuk mengatur pengapungan. Keong mas dapat hidup pada lingkungan yang bobot, seperti air yang terpolusi atau kurang kandungan oksigen (Sulistiono, 2007)

Keong mas yang ada di Indonesia berasal dari Argentina. Penyebaran invasi keong mas tidak merata antar lokasi, serangan yang selalu luas (lebih dari 500 ha) terjadi di Nangroe Acah Darussalam, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara, sedangkan di Kalimantan Tengah dan Maluku tidak ada laporan (Sulistiono, 2007)

(26)

11

yang sangat rakus, terutama pada malam hari dan makan hampir semua tumbuhan dalam air yang masih lunak. Keong mas makan berbagai tumbuhan seperti ganggang, azola, eceng gondok, padi, dan tumbuhan sukulen lainnya. Jika makanan dalam air tidak ada atau tidak cukup, keong mas naik kedaratan untuk mencari makanan.

Tanaman padi rentan terhadap serangan keong mas sampai 15 hari setelah tanam untuk padi tanam pindah dan 30 hari setelah tebar untuk padi sebar langsung. Tingkat kerusakan tanaman padi sangat bergantung pada populasi

ukuran keong, dan umur tanaman. Tiga ekor keong mas per m2tanaman padi sudah mengurangi hasil secara nyata. Pada padi varietas Ciherang yang berumur 15 hari setelah tebar, keberadaan keong mas dengan tutup cangkang berdiameter 0,5 cm selama selama 13 hari hampir tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman. Keong mas dengan diameter 1,0 cm menyebabkan sedikit kerusakan, sedangkan yang berdiameter 1,5 ; 2,0 dan 2,5 cm sudah menyebabkan kerusakan bobot pada tanaman sejak hari pertama dan pada hari ketiga kerusakan tanman sudah mencapai lebih dari 97% (Hendarsih dan Kurniawati, 2005).

(27)

keong mas, menancapkan ajir sebagai tempat peletakkan telur keong mas kemudian membenamkan kelompok telur tersebut ke air sawah, menanam bibit yang agak tua, memasang saringan pada tempat masuk dan keluarnya air, dan peraturan yang melarang usaha budidaya keong mas di kolam atau di tempat terbuka yang berdekatan dengan sawah melalui TP. 620/ 131/ Mentan II / 1990 (Pitojo, 1996).

Pengendalian hama keong mas menggunakan larutan garam merupakan cara yang belum umum dilakukan, namun aplikasinya diyakini efektif dapat mengendalikan hama keong mas. Hal ini berkaitan dengan sifat koligatif larutan, yaitu jika dua jenis larutan yang berbeda konsentrasi atau kepekatannya dicampur maka akan terjadi osmosis. Osmosis adalah perpindahan partikel dari larutan yang lebih rendah konsentrasinya menuju larutan yang lebih tinggi konsentrasinya. Tubuh keong mas terdiri dari cairan-cairan berlendir yang jika diberi larutan garam maka akan terjadi peristiwa osmosis. Perpindahan partikel terjadi dari tubuh keong mas yang rendah konsentrasinya menuju larutan garam yang lebih pekat. Akibatnya, tubuh keong mas akan mengerut dan mati (Kimball, 1983)

D. Garam

(28)

13

Garam Natrium klorida untuk keperluan masak dan biasanya diperkaya dengan unsur iodin (dengan menambahkan 5 g NaI per kg NaCl) padatan Kristal berwarna putih, berasa asin, tidak higroskopis, bila mengandung MgCl2 menjadi berasa agak pahit dan higroskopis. Digunakan terutama sebagai bumbu penting untuk makanan, bahan baku pembuatan logam Na dan NaOH (bahan untuk pembuatan keramik, kaca, dan pupuk), dan sebagai zat pengawet (Mulyono, 2009).

Menurut Suwarno (1985) pengaruh salinitas (NaCl) terhadap tanaman mencakup tiga aspek yaitu: mempengaruhi tekanan osmosis, keseimbangan hara, dan pengaruh racun. Selain itu, NaCl juga dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah dan selanjutnya berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Banyaknya Na+ di dalam tanah menyebabkan menurunnya ketersediaan unsur Ca+, Mg2+, dan K+ yang dapat diserap bagi tanaman. Salinitas juga dapat menurunkan serapan P meskipun tidak sampai terjadi defisiensi. Meningkatnya kandungan Cl- diikuti pula oleh berkurangnya kandungan NO3 - dalam tajuk.

(29)

kekeringan. Pengaruh racun dari beberapa ion tertentu seperti Natrium dan Klorida, yang lazim terdapat pada tanah bergaram, akan menghancurkan struktur enzim dan makromolekuler lainnya, merusak organel sel, mengganggu fotosintesis dan respirasi, serta menghambat sintesis protein dan mendorong kekurangan ion (Suwarno, 1985).

Suwarno (1985) menyatakan bahwa parameter yang baik untuk mengukur toleransi varietas pada cekaman salinitas adalah tingkat daun yang mati atau daun yang mengering. Yuniati (2004) juga menyatakan bahwa pengaruh utama salinitas adalah berkurangnya pertumbuhan daun yang langsung mengakibatkan berkurangnya fotosintesis tanaman. Menurut penelitian oleh Donny Arzie (2011), ada beberapa varietas padi yang toleran terhadap pengaruh salinitas, salah satunya adalah varietas padi Lalan dan Pokali. Dua varietas tersebut memiliki nilai presentase daun mati terendah yaitu 30.0% jika dibandingan dengan varietas lain yang memiliki nilai presentase daun mati 38.3% - 68.1%. Sedangkan menurut pengujian yang dilakukan oleh Ahmad Muharram (2011), padi yang toleran salinitas masih dapat tumbuh pada konsentrasi NaCl 8000 ppm dan padi yang peka salinitas masih dapat tumbuh pada konsentrasi NaCl 4000 ppm.

(30)

15

eksternal (media tumbuh); (iii) kompartementasi ke dalam vakuola atau mentranslokasi Na dan Cl ke jaringan-jaringan lain (Bintoro, 1983). Tanaman dapat menghindari terjadinya ketidakseimbangan hara atau keracunan dengan empat cara, yaitu: eksklusi, ekskresi, sekresi dan dilusi. Eksklusi terjadi secara pasif dengan adanya dinding sel yang tidak permeabel terhadap garam atau ionion dari garam tersebut. Ekskresi dan sekresi merupakan pemompaan ion secara aktif masing-masing ke luar tanaman dan ke dalam vakuola. Sedangkan dilusi dapat terjadi dengan adanya pertumbuhan yang cepat. Hal ini disimpulkan dari hasil analisis bahwa bagian yang tumbuh cepat mengandung Na dan Cl lebih rendah dari bagian yang tumbuh lambat (Suwarno, 1983).

E. Hipotesis

(31)

16

III. TATA CARA PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan Mei sampai bulan Juni 2015.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya benih padi IR 64, pupuk kandang, pupuk Urea, SP36, keong mas, air, tanah dan garam dapur.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya bak persemaian, pot plastik, lakban, plastik bahan sungkup, botol plastik, corong, saringan kawat, cangkul, pisau, penggaris, suntikan ukuran 10 ml, timbangan biasa, timbangan analitik.

C. Metode Penelitian

(32)

17

pengamatan keong dan 7 (tujuh) perlakuan dengan masing-masing 3 (tiga) ulangan untuk pengamatan tanaman, sehingga total yang didapat sebanyak 56 sampel (lampiran 1).

D. Tata Laksana Penelitian 1. Pembibitan padi

Benih padi direndam dengan air selama 24 jam, lalu ditiriskan menggunakan kertas atau kain kemudian diperam sampai berkecambah. Selanjutnya kecambah ditabur dalam bak persemaian yang telah diisi campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Bibit padi pada persemaian di rawat selama 2 minggu atau sampai tanaman memiliki 3-5 helai daun (lampiran 6).

2. Penyiapan media tanam

Penyiapan media tanam dilakukan seminggu sebelum tanam. Tanah yang akan dijadikan media tanam dicangkul dan selanjutnya tanah disaring dengan saringan kawat yang bertujuan memisahkan tanah dengan bongkahan batu, kemudian tanah yang telah dicampur pupuk kandang perbandingan 2:1 ditimbang sebanyak 10 kg/pot. Selanjutnya tanah dimasukan dalam pot masing-masing perlakuan (lampiran 6).

3. Pengadaan keong

(33)

4. Penanaman bibit padi

Penanaman padi dilakukan setelah bibit padi berumur 2 minggu, bibit padi diambil dari bak persemaian dipindahkan atau ditanam dalam pot berdiameter 20 cm yang telah disiapkan. Lubang pada dasar pot ditutup lakban agar air dapat tergenang. Tiap pot perlakuan ditanam dengan 3 bibit padi (lampiran 7).

5. Pemberian hama keong

Pemberian hama keong dilakukan setelah padi berumur 7 hari setelah tanam dengan cara meletakkan keong ke dalam pot perlakuan. Jumlah hama yang diberikan adalah 5 ekor hama keong yang kurang lebih berdiameter 1,5-2 cm. Agar hama keong yang diberikan dalam pot perlakuan tidak keluar maka dipasang sungkup. Sungkup dibuat dari bahan plastik tebal yang dipotong masing-masing dengan ukuran 80 cm x 30 cm. Kedua ujung bahan sungkup disambungkan dan direkatkan menggunakan lakban sehingga menjadi bangun tabung tanpa tutup. Sungkup yang telah jadi diletakan ke dalam masing-masing pot perlakuan (lampiran 7).

6. Pembuatan larutan garam

(34)

19

9. Pemeliharaan

[image:34.595.117.509.252.343.2]

a. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara mencabut yang tumbuh disekitar tanam dalam pot supaya tidak terjadi kompetisi dalam penyerapan unsur hara. b. Pemupukan dilakukan sesuai anjuran (Tatang, 21012) sebayak 3 kali (tabel 1) Tabel 1. Waktu dan Kebutuhan Pemupukan

Perhitungan kebutuhan pupuk disajikan pada lampiran 4.

c. Penambahan atau pengairan dilakukan jika air di dalam pot berkurang atau mongering, sehingga keadaan tanah dalam pot perlakuan dalam keadaan macak-macak.

E. Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi hama keong dan tanaman padi yang dipilih secara acak dari masing-masing sampel.

1. Jumlah hama keong mati

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah hama keong yang mati dengan ciri keong tidak bergerak, tidak memakan padi dan jika dicium mengeluarkan aroma busuk. Pengamatan ini dilakukan setiap hari sejak aplikasi keong atau padi umur 7 HST sampai umur tanaman padi 30 hari hst. Hasil pengamatan selanjutnya digunakan untuk menghitung:

Jenis pupuk Pupuk pertama (7-15 HST) Pupuk kedua (20-30 HST) Pupuk ketiga (40-45 HST)

Urea 0,78 g 0,78 g

SP-36 0,63 g

(35)

a. Tingkat Mortalitas � −�

� × %Mortalitas digunakan untuk perhitungan jumlah kematian hama yang disebabkan oleh penggunaan larutan garam dan dinyatakan dalam persen. Pengamatan mortalitas dilakukan dengan membandingkan jumlah populasi hama yang mati pada saat sebelum dan sesudah di semprotkan larutan garam dengan menghitung jumlah hama yang mati. Pengamatan dilakukan setiap hari sejak umur padi 7 HST sampai padi berumur 30 HST dengan menghitung tingkat mortalitas dari populasi hama keong dengan rumus Martono (1999) berikut:

Tingkat mortalitas =

Keterangan:

X0 =Populasi hama sebelum aplikasi

X1 = Populasi hama sesudah aplikasi

b. Tingkat Efikasi

= −TC ×CT × %Tingkat efikasi digunakan untuk mengukur

kemanjuran larutan garam dalam membunuh hama sasaran tertentu. Pengamatan dilakukan setiap hari sekali dan dianalisis dengan menggunakan uji efikasi sesuai dengan rumus sebagai berikut:

Tingkat efikasi Keterangan :

(36)

21

Cb = jumlah keong hidup pada plot kontrol sebelum aplikasi Ca = jumlah keong hidup pada plot control sesudah aplikasi

c. Kecepatan Kematian Keong

Waktu kematian keong mas adalah jangka waktu yang dibutuhkan oleh pestisida sampai menimbulkan efek letal pada keong mas. Waktu kematian keong mas bervariasi dari keong mas dengan keong mas yang lain. Dengan demikian, pengamatan dilakukan terhadap rata-rata hari kematian keong mas dengan mengamati jumlah keong mas mati. Kecepatan kematian setelah diaplikasi larutan garam dihitung dengan rumus (Suntoro, 1994):

Keterangan:

V = Kecepatan kematian setelah aplikasi T = Waktu pengamatan pada waktu tertentu

N = Jumlah hama keong mas yang mati pada waktu tertentu

n =Jumlah hama keong mas dalam pengujian pada masing-masing ulangan 3. Pengamatan tanaman padi

Pengamatan ini dilakukan setiap hari setelah tanaman padi berumur 7 HST sampai padi berumur 30 HST yang telah diaplikasi larutan garam dan telah diberi hama keong mas. Selanjutnya pengamatan padi ini melipui:

a. Tinggi Tanaman

(37)

cara mengukur tinggi tanaman dari permukaan tanah sampai ujung daun tanaman tertinggi menggunakan penggaris yang dinyatakan dalam satuan cm.

b. Jumlah daun

Pengamatan ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun per rumpun dari masing-masing sampel. Pelaksanaannya dilakukan setiap seminggu sekali sejak tanaman padi berumur 7 HST sampai 30 HST.

c. Warna daun

Pengamatan warna daun dilakukan pada saat tanaman memasuki fase vegetatif maksimal atau pada saat umur 30-40 hari setelah tanam. Pengamatan daun dilakukan dengan menggunakan munshell color chart untuk mengetahui nilai klorofil pada tanaman..

d. Jumlah anakan

Pengamatan ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah anakan per rumpun dari masing-masing sampel. Pelaksanaannya dilakukan setiap seminggu sekali sejak tanaman padi berumur 7 HST sampai 30 HST.

e. Bobot segar dan kering tanaman

(38)

23

F. Analisis Data

(39)

24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hama Keong

[image:39.595.118.511.320.467.2]

Hasil sidik ragam menunjukan bahwa konsentrasi larutan garam memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat tingkat mortalitas, efikasi, dan kecepatan kematian hama keong mas (lampiran 5). Rerata tingkat mortalitas, efikasi, dan kecepatan kematian dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 1. Rerata tingkat Mortalitas, Efikasi, dan Kecepatan Kematian

Ket :Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%.

1. Tingkat Mortalitas

Aplikasi larutan garam dengan konsentrasi 4000 ppm sudah dapat meningkatkan mortalitas dengan tingkat mortalitas 84,00% dan tidak berbeda nyata dibanding dengan pestisida sintetis carbofuran 3% yang menunjukan tingkat mortalitas 96,00%. Kadar natrium klorida pada larutan garam konsentrasi 4000 ppm sudah setara dengan penggunaan pestisida sintetis carbofuran 3%. Hal ini dikarenakan kadar Natrium Klorida (NaCl) yang terdapat pada larutan garam konsentrasi 4000 ppm sudah tinggi dibandingkan dengan kadar tanpa larutan garam.

Konsentrasi Larutan Garam

Mortalitas (%) Efikasi (%) Kecepatan Kematian (hari)

0 ppm 32,00 c 16,00 c 12,28 a

2,000 ppm 76,00 b 70,00 b 3,2 b

4,000 ppm 84,00 ab 80,00 ab 2,92 b

6,000 ppm 88,00 ab 85,00 ab 2,86 b

8,000 ppm 88,00 ab 95,00 a 3,76 b

10,000 ppm 100,00 a 100,00 a 2,6 b

(40)

25

Garam merupakan benda padatan berwarna putih berbentuk kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar natrium klorida (>80%) serta senyawa lainnya seperti magnesium klorida, magnesium sulfat, kalsium klorida, dan lain-lain (Suryani, 2013).

Natrium Klorida (NaCl) merupakan larutan yang lebih tinggi konsentrasinya dibandingkan dengan cairan pada hama keong mas, sehingga terjadi peristiwa osmosis. Osmosis adalah perpindahan partikel dari larutan yang lebih rendah konsentrasinya menuju larutan yang lebih tinggi konsentrasinya. Tubuh keong mas terdiri dari cairan-cairan berlendir yang jika diberi larutan garam maka akan terjadi peristiwa Osmosis. Perpindahan partikel terjadi dari tubuh keong mas yang rendah konsentrasinya menuju larutan garam yang lebih tinggi konsentrasinya. Akibatnya, tubuh keong mas akan mengerut dan mati (Kimball, 1983)

(41)

Kematian hama keong mas yang disebabkan akibat konsentrasi larutan garam dapat ditandai dengan kondisi fisik seperti tidak aktif makan, tidak respon bila disentuh, bagian tubuh mengkerut dan berubah warna menjadi merah kecoklatan, berlendir, berbau dan jika diangkat bobotnya lebih ringan dibandingkan keong yang masih hidup tertutup.

2. Tingkat Efikasi

Tingkat efikasi merupakan suatu uji kemanjuran larutan yang dipergunakan dalam pengendalian populasi hama. Nilai efikasi akan semakin tinggi bila jumlah populasi hama setelah pengendalian semakin kecil dari populasi hama sebelum pengendalian (Natawigena, 2007).

Aplikasi larutan garam konsentrasi 4000 ppm sudah dapat meningkatkan tingkat efikasi hama keong mas, dengan tingkat efikasi 80,00% (Tabel 2). Tingkat efikasi larutan garam konsentrasi 4000 ppm sudah sebanding dengan tingkat efikasi pestisida sintetis carbofuran 3% yang menunjukan tingkat efikasi 100,00%. Ini menunjukan bahwa daya racun larutan garam 4000 ppm sudah sebanding dengan daya racun pestisida sintetis carbofuran 3%. Hal tersebut dikarenakan kandungan natrium klorida (NaCl) yang terkandung pada larutan garam bersifat racun kontak.

(42)

27

Natrium klorida yang terkandung dalam larutan garam menyebabkan terjadinya peristiwa osmosis pada keong. Osmosis merupakan perpindahan partikel dari larutan yang lebih rendah konsentrasinya menuju larutan yang lebih tinggi konsentrasinya. Tubuh keong mas terdiri dari cairan-cairan berlendir yang jika diberi larutan garam maka akan terjadi peristiwa Osmosis. Perpindahan partikel terjadi dari tubuh keong mas yang rendah konsentrasinya menuju larutan garam yang lebih pekat. Akibatnya, tubuh keong mas akan mengerut dan mati (Kimbal, 1983)

Aplikasi larutan garam dengan konsentrasi 2000 ppm menunjukan tingkat efikasi 70,00%, lebih tinggi dengan aplikasi kontrol tanpa larutan garam tetapi lebih rendah dengan aplikasi pembanding pestisida sintetis carbofuran 3% dengan tingkat efikasi 100,00%. Hal itu karena kadar garam yang digunakan masih sedikit sehingga tingkat kemanjuran natrium klorida (NaCl) yang terkandung pada larutan garam konsentrasi 2000 ppm belum dapat sebanding dengan daya racun pestisida sintetis carbofuran 3%..

(43)

3. Kecepatan Kematian

Tingkat kecepatan kematian aplikasi larutan garam konsentrasi 2000 ppm sudah menunjukan kecepatan kematian lebih baik dengan aplikasi kontrol tanpa larutan garam dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan pembanding aplikasi pestisida sintetis carbofuran 3%. Aplikasi larutan garam konsentrasi 2000 ppm sudah dapat menyebabkan kematian hama keong mas mulai hari ke-3,2 lebih cepat dari aplikasi larutan tanpa larutan garam yang baru ada kematian pada hari ke-12,28 dan sama dengan aplikasi pestisida sintetis carbofuran 3% yang sudah dapat menyebabkan kematian hama keong mas pada hari ke-3,12.

Secara umum, kematian hama keong mas setelah perlakuan berlangsung relatif cepat dalam hitungan hari. Hama keong mas yang mendapat perlakuan larutan garam konsentrasi 2000 ppm mulai mati pada hari ke-3,2 setelah perlakuan, sedangkan pada kontrol tanpa larutan garam mulai ada kematian hama keong mas pada hari ke-12. Cepatnya kematian hama keong mas dapat disebabkan oleh reaksi natrium klorida (NaCl) yang terkandung dalam larutan garam bekerja secara cepat dalam menghambat aktivitas hama keong mas.

(44)

29

B. Pertumbuhan Tanaman Padi

Hasil sidik ragam menunjukan bahwa konsentrasi larutan garam tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman padi yang meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, bobot segar dan bobot kering tanaman (lampiran 5). Rerata hasil pengamatan pertumbuhan tanaman padi dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 2. Rerata Tinggi tanaman, Jumlah daun, Jumlah anakan, Bobot segar dan bobot kering

Ket :Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan sidik ragam.

1. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman merupakan salah satu indikator pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Pertumbuhan tanaman dimulai dengan terjadinya pembelahan sel yang menyebabkan berkembangnya suatu jaringan yang berakibat terhadap bertambah besarnya suatu protoplasma sehingga ukuran dan

[image:44.595.117.513.326.538.2]
(45)

bobot kering tanaman tersebut menjadi bertambah yang menyebabkan bertambah tingginya suatu tanaman.

Aplikasi larutan garam konsentrasi 10.000 ppm belum mempengaruhi laju tinggi tanaman padi. Ditunjukan dengan angka rata-rata hasil pengamatan aplikasi garam konsentrasi 10.000 ppm yaitu 51,44 cm yang tidak berbeda nyata dengan aplikasi kontrol tanpa larutan garam dengan angka rata-rata 49,89 cm dan aplikasi pestisida sintetis carbofuran 3% dengan angka rata-rata tinggi tanaman 53,89 cm. Hal ini karena konsentrasi larutan garam yang diaplikasikan masih dapat ditoleransi oleh tanaman padi sehingga tidak memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuhannya.

Tanaman padi dapat menghindari terjadinya ketidakseimbangan hara atau keracunan dengan empat cara, yaitu: eksklusi, ekskresi, sekresi dan dilusi. Eksklusi terjadi secara pasif dengan adanya dinding sel yang tidak permeabel terhadap garam atau ion-ion dari garam tersebut. Ekskresi dan sekresi merupakan pemompaan ion secara aktif masing-masing ke luar tanaman dan ke dalam vakuola. Sedangkan dilusi dapat terjadi dengan adanya pertumbuhan yang cepat. Hal ini disimpulkan dari hasil analisis bahwa bagian yang tumbuh cepat mengandung Na dan Cl lebih rendah dari bagian yang tumbuh lambat (Levitt, 1980).

(46)

31

[image:46.595.112.512.194.413.2]

tanaman tersebut contohnya ketahanan terhadap penyakit, tekanan iklim, laju fotosintesis, respirasi, aktivitas enzim dan pengaruh genetiknya. Sedangkan faktor eksternalnya adalah iklim, tanah dan keadaan biologis (Setyadi,1984).

Gambar 1. Rerata tinggi tanaman

Pada gambar 1, pertumbuhan tinggi tanaman padi masing-masing perlakuan relatif sama. Namun jika dilihat dari pertumbuhan tinggi tanaman per minggu terlihat pertumbuhan yang fluktuatif. Pada awal pertumbuhan di minggu ke 1 sampai minggu ke 2 dan minggu ke 2 sampai minggu ke 3 kenaikan relatif tinggi. Kemudian pada minggu ke 3 sampai minggu ke 4 kenaikan kurva relatif rendah. Keadaan tersebut dikarenakan tanaman padi memasuki fase generatif atau pembuahan.

Tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan carbofuran 3% sedangkan tinggi tanaman terendah pada perlakuan larutan tanpa larutan garam. Tinggi tanaman berhubungan dengan banyaknya jumlah produksi padi per tanaman. Selain itu, penggunaan larutan garam tidak berpengaruh terhadap sifat fisiologis tanaman padi, melainkan pada kekebalan tanaman terhadap serangan hama keong mas.

T in g g i ta n a m a n ( C m ) minggu ke-

Tanpa larutan garam

Konsentrasi 2000 ppm

Konsentrasi 4000 ppm

Konsentrasi 6000 ppm

Konsentrasi 8000 ppm

Konsentrasi 10000 ppm

(47)

Sifat fisiologis tanaman padi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pengairan, cahaya matahari, suhu, kelembaban, unsur hara dan sifat genetik pada tanaman tersebut.

Adanya gejala-gejala tidak normalnya pertumbuhan tanaman tidak mesti dipengaruhi oleh tidak cukupnya unsur hara. Sebagai contoh pertumbuhan tanaman terhambat atau pendek dapat disebabkan oleh gangguan iklim, udara dingin dan/atau temperatur akar, tidak cukupnya air dan rendahnya cahaya matahari yang mengenai batang tanaman akan merangsang aktivitas auksin untuk memacu perkembangan sel dan meningkatnya perkembangan sel pada ruas batang dapat meningkatkan tinggi tanaman (Rismunandar, 2000).

2. Jumlah Daun

Daun sangat berhubungan dengan aktivitas fotosintesis karena mengandung klorofil yang sangat diperlukan oleh tanaman dalam prose fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun maka hasil fotosintesis semakin tinggi sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik (Ekawati, 2006).

(48)

33

padi khususnya jumlah daun. Walaupun tanaman terkontak dan teracuni kadar garam, pertumbuhan jumlah daun dapat ditunjag dengan asupan hara dan air yang tercukupi.

[image:48.595.113.512.498.706.2]

Levit (1980) menyebutkan bahwa penurunan jumlah dan luas daun disebabkan juga oleh persediaan hara dan air yang rendah serta adanya akumulasi ion Na+ dan Cl- yang tinggi dalam jaringan tanaman sehingga menghambat proses diferensiasi sel pada titik tumbuh. Toleransi tanaman terhadap salinitas merupakan kemampuan tanaman untuk tumbuh dan menyelesaikan daur hidupnya serta mampu memberikan hasil pada cekaman garam. Mekanisme toleransi tanaman terhadap sal initas terdiri atas dua macam yaitu osmotik dan ionik. Pengaruh osmotik merupakan respon cepat dari tanaman yang membatasi penyerapan air akibat salini tas di daerah perakaran. Pengaruh ionik adalah kemampuan tanaman dalam mengatasi keracunan interseluler dari kelebihan ion.

Gambar 2. Rerata jumlah daun

Ju m la h d a u n minggu ke-

Tanpa larutan garam

Konsentrasi 2000 ppm

Konsentrasi 4000 ppm

Konsentrasi 6000 ppm

Konsentrasi 8000 ppm

Konsentrasi 10000 ppm

(49)

Pada gambar 2, menunjukan bahwa jumlah daun pada masing-masing perlakuan relatif sama. Pada masing-masing pengamatan yang dilakukan setiap minggunya mengalami peningkatan jumlah daun. Pada pengamatan minggu ke 2 mengalami peningkatan yang masih relatif rendah dari jumlah daun minggu ke 1. Namun pada pengamatan minggu ke 3 dan ke 4 jumlah daun mengalami peningkatan yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan pengamatan minggu ke 2. Hal tersebut bisa terjadi karena pada minggu ke 2, 3 dan 4 padi dilakukan pemupukan sehingga dapat merangsang pertumbuhan jumlah daun. Pada pengamatan tiap minggunya, perlakuan larutan garam konsentrasi 10.000 ppm mempunyai jumlah daun terbanyak sedangkan perlakuan larutan konsentrasi 2.000 ppm mempunyai jumlah daun paling sedikit.

3. Jumlah Anakan

Pertumbuhan vegetatif, akan banyak terjadi perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi pada tanaman, salah satunya yaitu jumlah anakan. Banyak yang beranggapan bahwa semakin banyak anakan dari suatu tanaman, maka hasil yang didapat juga akan semakin tinggi/banyak.

(50)

35

garam 10.000 ppm belum dapat menurunkan jumlah anakan tanaman padi dengan proses adaftasi tanaman terhadap cekaman kadar garam.

Menurut Somaatmaja (1995) suatu varietas dapat dikatakan adaptif, apabila tumbuh baik pada wilayah penyebarannya. Menurut Suparyono dan Agus (1993) masing-masing varietas padi mempunyai ciri khas tersendiri dan terganutng pada sifat genetik dan kemampuan tumbuh dan dapat memiliki toleransi pada berbagai kondisi lingkungan tumbuhnya. Jumlah anakan bila dikaitkan dengan tinggi tanaman, ada kecenderungan tanaman yang tinggi menghasilkan jumlah anakan yang lebih sedikit.

[image:50.595.113.507.525.735.2]

Krismawati dan Arifin (2011), menyatakan bahwa jumlah anakan berbeda dari setiap varietas dan daya adaptasi dari varietas yang berbeda dimana ditentukan oleh interaksi antara genotipe dan lingkungan. Varietas IR64 lebih toleran yang mampu tumbuh dan menghasilkan anakan yang lebih banyak, sedangkan varietas Bawan memiliki toleransi yang rendah yang mengakibatkan anakan yang dihasilkan juga sedikit.

(51)

Gambar 3 menunjukan adanya peningkatan jumlah anakan setiap minggunya. Peningkatan jumlah daun yang paling signifikan terjadi pada minggu ke-2 menuju minggu ke-3 dengan jumlah daun rata-rata 8 rumpun. Hal ini terjadi karena pada saat minggu ke-2 dilakukan pemupukan sehingga tanaman mendapat respon dari unsur hara yang diberikan. Peningkatan jumlah anakan yang terjadi relatif sama dari semua perlakuan yang diaplikasikan. Jumlah anakan paling banyak ditunjukan oleh perlakuan larutan garam konsentrasi 4.000 ppm, sedangkan jumlah daun paling sedikit ditunjukan oleh perlakuan larutan garam konsentrasi 10.000 ppm.

Menurut Taslim, Partohatdjono dan Djunainah (1993) bahwa jumlah anakan perrumpun, jumlah anakan produkif dan panjang malai sangat dipengaruhi oleh sifat genetika dan lingkungan tumbuhnya. Sifat genetika akan muncul melalui pertumbuhan organ apabila faktor lingkungan sesuai. Masing-masing varietas padi mempunyai cirri-ciri khas tersendiri dan tergantung pada sifat genetik yang dikandung masing-masing varietas serta kemampuan dan daya adaptasinya terhadap lingkungan tumbuhnya.

Menurut Prawiranata (1981), menyatakan bahwa tersedianya air dapat merangsang terbentuknya anakan, karena air yang diperlukan untuk fotosintesis tanaman cukup tersedia, dimana CO2 dan air diubah menjadi karbohidrat

(52)

37

4. Warna Daun

Hasil pengamatan warna daun dengan menggunakan munshell color chart menunjukan adanya perbedaan tingkat kehijauan warna daun padi dari berbagai perlakuan larutan garam. Hasil pengamatan warna daun disajikan pada tabel 4.

Tabel 3. Skala Hasil Pengamatan Warna Daun

Konsentrasi garam Ulangan Skala Warna daun

0 ppm 1 5 GY 5/8

2 5 GY 5/6 3 5 GY 5/8

2000 ppm 1 5 GY 5/8

2 5 GY 6/6 3 5 GY 5/8

4000 ppm 1 5 GY 5/8

2 5 GY 5/8 3 5 GY 6/8

6000 ppm 1 5 GY 5/8

2 5 GY 5/8 3 5 GY 5/8

8000 ppm 1 5 GY 6/8

2 5 GY 6/6 3 5 GY 6/8

10000 ppm 1 5 GY 6/8

(53)
[image:53.595.148.446.221.391.2]

Hasil pengamatan warna daun padi ditetapkan standar warna daun padi untuk mendapatkan hasil padi yang optimal yaitu pada skala 5GY 5/8 sampai 5GY6/8 (Gardner, dkk, 1991) seperti pada gambar 4, sedangkan hasil pengamatan warna hijau daun pada setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.

Gambar 4. Warna daun skala 5GY 5/8 dan 6/8

Aplikasi masing-masing konsentrasi larutan garam tidak memberikan pengaruh negatif terhadap warna daun. Hal tersebut dibuktikan dengan perbandingan hasil pengamatan warna daun aplikasi masing-masing konsentrasi larutan garam (tabel 4) dengan warna daun padi optimal (gambar 4) yang tidak ada perbedaan nyata. Hal tersebut dikarenakan tanaman padi masih dapat mentoleransi asupan larutan garam yang ada. Faktor terbesar yang memberikan pengaruh negatif terhadap perubahan warna daun adalah jumlah hara Nitrogen dan ketersediaan air. Aplikasi larutan garam sampai pada konsentrasi 10.000 ppm tidak memberikan pengaruh negatif terhadap warna daun jika ketersediaan unsur hara Nitrogen dan air tercukupi.

(54)

39

Nitrogen paling berpengaruh dalam peningkatan produksi tanaman. Tak dapat diragukan lagi, pemupukan Nitrogen adalah suatu faktor penting dalam produksi tanaman. Gejala kekurangan Nitrogen yang paling mudah terlihat adalah menguningnya dedaunan (chlorosis) karena hilangnya chlorofil, pigmen hijau yang berperan dalam proses fotosintesis, yang terdistribusi agak merata pada keseluruhan daun. Kekurangan Nitrogen dicirikan oleh kecepatan pertumbuhan yang rendah dan tanaman kerdil.

Gardner, dkk. (1991) mengatakan bahwa agar pemanfaatan radiasi matahari oleh tanaman budidaya dapat dilakukan secara efisien, maka penyerapan radiasi tersebut harus sebagian oleh jaringan fotosintesisnya yang hijau. Fotosintesis menjadi satu-satunya sumber energi bagi kehidupan tanaman selama pertumbuhan.

5. Bobot Segar

Aplikasi larutan garam konsentrasi 10.000 ppm tidak memberikan pengaruh terhadap bobot segar tanaman padi. Hal itu karena larutan garam dengan konsentrasi tersebut tidak mempunyai efek yang cukup bearti bagi tanaman padi. Aplikasi larutan garam konsentrasi 10.000 ppm menunjukan angka rata-rata bobot segar 24,460 g tidak ada beda nyata dengan perlakuan kontrol aplikasi tanpa larutan garam dengan angka rata-rata 22,327 g dan aplikasi pestisida sintetis carbofuran 3% dengan angka 28,68 g.

(55)

makanan dan pengolahan sel. Ketersediaan unsur hara merupakan faktor yang menentukan bobot segar tanaman, dengan tersedianya unsur hara yang kecukupan tanaman dapat melakukan proses pertumbuhannya dengan baik dan menghasilkan bobot segar tanaman relatif tinggi. Ketersedian unsur hara dalam penelitian ini relatif sama karena pemberian unsur hara pada masing-masing perlakuan adalah sama dan diduga kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara yang tersedia juga sama karena varietas digunakan sejenis.

Bobot segar tanaman tanaman padi antar perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Jadi dapat dikatakan bahwa pada tanaman tersebut kandungan air dan unsurnya sama. Hal ini karena pemberian larutan garam tidak menyebabkan perbedaan penyerapan air dan penimbunan hasil fotosintesis. Bobot basah dipengaruhi oleh kandungan air pada sel-sel tanaman yang kadarnya dipengaruhi oleh lingkungan seperti suhu dan kelembaban udara, sehingga bobot kering tanaman lebih menunjukkan status pertumbuhan tanaman ( Sitompul dan Guritno, 1995).

6. Bobot Kering

(56)

41

dapat diserap oleh tanaman. Jika tanaman dapat menyerap secara optimal kadar air yang ada di dalam tanah tanah maka bobot segar dan bobot keringnya akan tinggi dibandingkan dengan tanaman yang menyerap air secara tidak optimal.

Hal ini juga dipengaruh oleh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sejauh mana berhubungan erat dengan proses fotosintesis. Dalam proses ini energi cahaya diperlukan untuk berlangsungnya penyatuan CO2 dan air untuk membentuk karbohidrat. Semakin besar jumlah energi yang tersedia akan memperbesar jumlah hasil fotosintesis sampai dengan optimum (maksimal). Untuk menghasilkan bobot kering yang maksimal, tanaman memerlukan intensitas cahaya penuh.

Bobot kering tanaman yang tinggi menggambarkan kemampuan tanaman menghasilkan asimilat yang besar pula. Pada aplikasi larutan garam yang diujikan tidak berpengaruh terhadap bobot kering tanaman padi. Hal ini disebabkan berbagai konsentrasi larutan garam tidak mempunyai efek terhadap bobot kering tanaman.

(57)
(58)

43

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Aplikasi larutan garam konsentrasi 4000 ppm sudah efektif meningkatkan tingkat mortalitas, efikasi dan kecepatan kematian hama keong mas.

2. Aplikasi larutan garam sampai pada konsentrasi 10000 ppm tidak memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan tanaman padi sampai umur 30 hst.

B. Saran

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad M. 2011. Pengujian toleransi padi (Oryza sativa) terhadap salinitas pada fase perkecambahan. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB.

Badan Pusat Statistik. 2014. Konsumsi beras nasional 2014.

http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/958. Diakses Januari 2015. Anonim. 2006. Panduan Budidaya Padi Hemat Air System of Rice Intensificaion.

DPU. Jakarta.

Anonim. 2007. Pedoman Teknis Pengembangan Usahatani Padi Sawah Metode System of Rice Intensification. Direktorat Jendral Pengelolaan Lahan dan Air. Departemen Pertanian. Jakarta

Arifin, B. 2007. Diagnosis Ekonomi Politik Pangan dan Pertanian. Jakarta: PTRaja Grafindo Persada.

Berkelaar, D. 2001. Sistem Intensifikasi Padi (The System of Rice Intensification-SRI): Sedikit dapat Memberi Banyak. Bulletin ECNO.

Bintoro, M. H. 1983. Pengaruh NaCl terhadap pertumbuhan beberapa kultivar tomat. Bul. Agron. XIV (1) : 13-29.

Dony A. 2011. Pengujian toleransi genotipe padi (Oryza sativa L) terhadap salinitas paa stadia perkecambahan. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB. Budiyono S. 2006. Teknik mengendalikan keong mas pada tanaman padi. Jurnal

ilmu-ilmu pertanian, volume 2:2.

Distan TPH. 2007. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peningkatan Produktivitas Padi. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. Propinsi Sulawesi Selatan.

FAO. 2005. 20 hal untuk diketahui tentang dampak air laut pada lahan di propinsi NAD. http://www.fao.org. Diakses pada bulan November 2014

Gardner, F. P, R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman. Budidaya. Rajawali. Jakarta.

Haryanti, S. M.Suryana dan Nurrahmad, 2006. Uji Daya Insektisida Ekstrak Etanol 70 % Biji Buah Mahkota Dewa Te-rhadap Ulat Grayak. Instar Dua. http://www.litbang.depkes.go.id/risbinkes . Diakses pada bulan November 2014

(60)

45

Martono, E. 1999. Perkembagan Fluktuasi. Dalam Efikasi. Dalam Jurnal Perlindungan Tanamn Indonesia. Vol 5. No 1. Hama dan Penyakit. Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.

Manurung, S.O., dan M. Ismunadji. 1988. Morfologi dan Fisiologi Padi, hal 55- 103. Dalam M. Ismunadji, S. Partohardjono, M. Syam dan A. Widjono (Eds). Padi-Buku 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Natawigena, H. 1983. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Trigenda Karya. Bandung. 202 hal.

Pitojo, S. 1996. Petunjuk Pengen-dalian dan Pemanfaatan Keong Mas PT Trubus Agriwidya, Ungaran.

Prihatman, K. 2000. Budidaya Padi, Pendayagunaan Dan Pemasyarakatan IlmuPengetahuan Dan Teknologi, Jakarta hal 3-7

Purwono dan H. Purnamawati. 2008. Budidaya 8 jenis tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Depok. 139 hal.

Sitompul, S. M. dan Guritno. B. 1995. Pertumbuhan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.

Suntoro, 1994. Uji efikasi Beauveria bassiana terhadap pengendalian hama penggerek buah (Hypothenemus hampei), Tesis, Yogyakarta: Fakultas pasca sarjana UGM.

Suwarno dan S. Solahudin. 1983. Toleransi varietas padi terhadap salinitas pada fase perkecambahan. Bul. Agron. XIV (3) : 1-1

Syefi, F. 2013. Garam mematikan untuk siput tidak untuk ular.

http://sains.me/1680/garam-mematikan-untuk-siput-tapi-tidak-untuk-ular.html/ Diakses pada Januari 2015

Tatang, G. 2012. Tanam padi metode SRI. http://epetani.pertanian.go.id. Diakses pada Januari 2015.

Yuniati, R. 2004. Penapisan galur kedelai Glycine max (l.) Merrill toleran terhadap NaCl untuk penanaman di lahan salin. Makara Sains 1: 21-24. Zauhari, M.R. Subroto, S.W.G. Amnan, M. Andayani, N. Sagala, T. Sukar.

(61)

LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Tata letak penelitian

Keterangan:

 A1 = Tanpa larutan garam

 A2 = Garam konsentrasi 2000 ppm  A3 = Garam konsentrasi 4000 ppm  A4 = Garam konsentrasi 6000 ppm  A5 = Garam konsentrasi 8000 ppm  A6 = Garam konsentrasi 10000 ppm

 A7 = Pestisida sintetis carbofuran dengan konsentrasi 3 %  k = keong

 t = tanaman

 1, 2, 3, 4, dan 5 adalah ulangan.

A7k

A1k

1

A5k

A5t

3

A3t

3

A3k

A6t

1

A2t

2

A2k

A3k

A5t

2

A6t

2

A1t

2

A2t1

A1k

A7t

2

A7k

A4t

1

A3t

1

A4t

3

A2k

A2k

A1t

1

A2k

A4k

A4k

A6k

A7t

1

A2t

1

A6k

A1k

A7k

A5k

A3t

2

A1t

3

A1k

A3k

A2k

A2t

1

A7t

3

A4k

A6k

A7k

A3k

A4t

2

A5t

1

A5k

A5k

A5k

(62)

47

Lampiran 2. Bagan alur pembuatan larutan garam

1. Kebutuhan garam per konsentrasi 1 ppm = 1 mg/liter

1 mg = 0,001 gram 1 ppm = 0,001 gram/liter a. Konsentrasi 0 ppm

= 0 g / 1 liter air b. Konsentrasi 2000 ppm

= 2 g / 1 liter air = 1 kg/ha c. Konsentrasi 4000 ppm

= 4 g / 1 liter air = 2 kg/ha d. Konsentrasi 6000 ppm

= 6 g / 1 liter air = 3 kg/ha e. Konsentrasi 8000 ppm

= 8 g / 1 liter air = 4 kg/ha f. Konsentrasi 10000 ppm

= 10 g / 1 liter air = 5 kg/ha

2. Kebutuhan pestisida sintetis carbufuran dengan konsentrasi 3% = × g = 30 g dilarutkan dalam 1 liter air

Garam dapur

Ditimbang sesuai konsentrasi

perlakuan

Dilarutkan pada air 1 Liter

(63)

Lampiran 3. Perhitungan Volume Semprot Volume Semprot = 500 liter/Ha (Natawigena, 1983)

Jarak tanam = 25 cm × 25 cm = 625 cm2 = a a a aa a Luas 1 Ha = 100.000.000 cm2

Jumlah rumpun

= . . cm cm

= 160.000 rumpun

= jumlah tanaman/hadosis semprot

Volume semprot

= . Lt

= ..

(64)

49

Lampiran 4. Perhitungan Kebutuhan Pupuk Dosis pupuk tanaman padi SRI (Tatang, 2012)

a) Pupuk pertama : 125 kg Urea + 100 kg SP-36 (7-15 HST) b) Pupuk kedua : 125 kg Urea (20-30 HST)

c) Pupuk ketiga : 100 kg ZA (40 HST)

Perhitungan kebutuhan pupuk per rumpun: Jarak tanam = 25 cm × 25 cm = 625 cm2 = a a a aa a Luas 1 Ha = 100.000.000 cm2

Jumlah rumpun

= . . cm cm

= 160.000 rumpun

a) Pupuk pertama : 125 kg Urea + 100 kg SP-36

 Dosis urea 125 kg/ha = 125.000 g

= jumlah rumpundosis urea/ha

Kebutuhan urea

= .. g

= 0, 78 g/rumpun

= SP 6/ a

a Dosis SP-36 100 kg/ha = 100.000 g

(65)

= 0, 63 g/rumpun

b) Pupuk kedua : 125 kg Urea

= a/ a

a Dosis urea 100 kg/ha = 125.000 g

Kebutuhan urea

= .. g

= 0,78 g/rumpun

c) Pupuk ketiga : 100 kg ZA

 Dosis ZA 100 kg/ha = 100.000 g

= jumlah rumpundosis ZA/ha

Kebutuhan urea

= .. g

(66)
(67)

Lampiran 5. Sidik Ragam Variabel Pengamatan a. Sidik Ragam Perentase Mortalitas

Skor Db JK KT F Value Pr > F

Perlakuan 6 15588,57143 2598,09524 18,19 <.0001*

Eror 28 4000 142,85714

Total 34 19588,57143

Ket:

*

= berpengaruh (ada beda nyata)

b. Sidik Ragam Tingkat Efikasi

Skor Db JK KT F Value Pr > F

Perlakuan 6 26090 4348,33333 18,25 <.0001*

Eror 28 6670 238,21429

Total 34 32760

Ket:

*

= berpengaruh (ada beda nyata)

c. Sidik Ragam Kecepatan kematian

Skor Db JK KT F Value Pr > F

Perlakuan 6 366,9194286 61,1532381 89,71 <.0001*

Eror 28 19,088 0,6817143

Total 34 386,0074286

Ket:

*

= berpengaruh (ada beda nyata)

d. Sidik Ragam Tinggi Tanaman

Skor Db JK KT F Value Pr > F

Perlakuan 6 35,3185619 5,88642698 0,53 0,7733ns

Eror 14 154,1082667 11,0077333

Total 20 189,4268286

(68)

53

e. Sidik Ragam Jumlah Anakan

Skor Db JK KT F Value Pr > F

Perlakuan 6 17,21325714 2,86887619 1,07 0,425ns Eror 14 37,54086667 2,68149048

Total 20 54,75412381

Ket: ns = tidak berpengaruh (tidak berbeda nyata)

f. Sidik Ragam Jumlah Daun

Skor Db JK KT F Value Pr > F

Perlakuan 6 176,0746286 29,3457714 1,49 0,2504ns Eror 14 275,0104667 19,6436048

Total 20 451,0850952

Ket: ns = tidak berpengaruh (tidak berbeda nyata)

g. Sidik Ragam Bobot Segar Tanaman

Skor Db JK KT F Value Pr > F

Perlakuan 6 140,5957619 23,432627 0,43 0,2504ns Eror 14 762,7626667 54,4830476

Total 20 903,3584286

Ket: ns = tidak berpengaruh (tidak berbeda nyata)

h. Sidik Ragam Bobot Kering Tanaman

Skor Db JK KT F Value Pr > F

Perlakuan 6 26,4080476 4,4013413 0,46 0,8278ns

Eror 14 134,5317333 9,6094095

Total 20 160,939781

(69)

Lampiran 6. Dokumentasi Persiapan Penelitan

(a) (b)

(c) (d)

[image:69.595.111.532.137.562.2]
(70)

55

Lampiran 7. Tahapan Pelaksanaan

(a) (b)

(c)

[image:70.595.114.534.128.542.2]
(71)

Lampiran 8. Dokumentasi Pengamatan

(a) (b)

(a) (d)

[image:71.595.111.522.136.547.2]
(72)

(e)

(f) (g)

[image:72.595.118.506.110.564.2]

Gambar

Tabel 1. Waktu dan Kebutuhan Pemupukan .......... Error! Bookmark not defined.
Tabel 1. Waktu dan Kebutuhan Pemupukan
Tabel 1. Rerata tingkat Mortalitas, Efikasi, dan Kecepatan Kematian
Tabel 2. Rerata Tinggi tanaman, Jumlah daun, Jumlah anakan, Bobot segar dan bobot kering
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil tabel 1 keterampilan proses sains mahasiswa program studi pendidikan guru sekolah dasar (PGSD) Universitas Negeri Manado menunjukkan

1) Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media edukasi. Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas

Disebabkan intensitas pemakaian penggunaan sepeda motor sekarang ini yang butuh kecepatan tinggi yang memaksa mesin hingga pada putaran maksimumnya, sehingga dilakukan penelitian

Judul Skripsi yang diangkat adalah : “ Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran PAI dI SMKN 2 Kecamatan Katingan Hilir ” Shalawat serta salam, semoga tetap tercurahkan

Arah penyesuaian (α) rasio lancar ( current ratio ), rasio cepat ( quick ratio ), rasio total hutang terhadap ekuitas ( total debt to equity ratio ), rasio

Kepemilikanmanajerial berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi dan keputusan pendanaan, tetapi tidak terhadap kebijakan dividen.Ini membuktikan bahwa pemegang

D E X S D W H Q .OXQJNXQJ NKXVXVQ\D .HFDPDWDQ .OXQJNXQJ 'L XQLW LQLODK VHPHVWLQ\D SDUD SHJDZDL 3XVNHVPDV .OXQJNXQJ , EHNHUMDVHFDUD

Dalam asuransi Prudential Syariah ketentuan mengenai calon peserta atau nasabah berumur 1 sampai 70 tahun (ulang tahun berikutnya) harus sesuai dengan Peraturan