• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II STRUKTUR CERITA JAKA TARUB, KEONG MAS, SUNNYE-WA

2.1 Pengantar

2.2.1 Alur Jaka Tarub

2.2.1.1 Tahap Penyituasian (Situation)

Tahap penyituasian adalah tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap

26

pembuka cerita, pemberian informasi awal, dan lain-lain (Nurgiyantoro 2015:

209). Berikut kutipan-kutipan tahap penyituasian dalam dongeng Jaka Tarub.

Pada zaman dahulu kala, di sebuah desa ada seseorang yang bernama Jaka Tarub. Jaka Tarub adalah seorang pemuda, tetapi ia belum ingin menikah. Suatu hari, ibunya jatuh sakit dan menghembuskan nafas terakhirnya

(Ardiansyah & Rina Ariyani, 2015).

Beberapa hari kemudian, suatu malam, Jaka Tarub bermimpi memakan daging Rusa. Pada saat ia terbangun dari tidurnya, ia pun langsung pergi ke hutan. Ia melewati sebuah telaga dan secara tidak sengaja ia melihat para bidadari sedang mandi disana. Jaka Tarub merasa terpikat oleh tujuh bidadari itu, dan ia mengambil salah satu selendang bidadari (Ardiansyah & Rina Ariyani, 2015).

Dari kutipan di atas, cerita berlatar zaman dahulu kala pada di sebuah desa. Ada pemuda yang bernama Jaka Tarub. Suatu hari ibu Jaka Tarub sudah meninggal, kemudian Jaka Tarub bermimpi memakan daging Rusa. Setelah Jaka Tarub terbangung dari tidur, oleh karena itu dia langsung menujuh ke hutan. Saat Jaka tarub di hutan, dia menemukan bidadari sedang mandi.

2.2.1.2 Tahap Pemunculan Konflik (Generating Circumstance)

Masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Jadi, tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan/atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya (Nurgiyantoro 2015: 209). Berikut kutipan-kutipan tahap munculnya konflik dalam dongen Jaka Tarub.

Rahasianya Nawang Wulan yaitu, Ia memasak nasi selalu menggunakan satu butir beras, dengan sebutir beras itu ia dapat menghasilkan nasi yang banyak. Setelah mereka menikah Jaka Tarub sangat penasaran.

Namun, dia tidak bertanya langsung kepada Nawang Wulan melainkan

27

ia langsung membuka dan melihat panci yang suka dijadikan istrinya itu memasak nasi. Ia melihat Setangkai padi ma-sih tergolek di dalamnya, ia pun segera menutupnya kembali. Akibat rasa penasaran Jaka Tarub.

Nawang Wulan kehilangan kekuatannya. Sejak saat itu, Nawang Wulan harus menumbuk dan me-nam-pi beras untuk dimasak, seperti wanita umumnya

(Ardiansyah & Rina Ariyani2015).

Meski Jaka Tarub tidak meragukan istrinya, rasa penasaran Jaka Tarub membuat Nawang Wulan kehilangan kekuatan misteriusnya. Setelah itu, dia menjalani kehidupan yang keras seperti wanita umum.

2.2.1.3 Tahap Peningkatan Konflik (Rising Action)

Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan sesuai intensitasnya. Peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita semakin mencekam dan menegangkan. Tokoh yang mengarah ke klimaks semakin tak dapat dihindari. (Nurgiyantoro 2015: 209).

Berikut kutipan-kutipan tahap peningkatan konflik dalam dongeng Jaka Tarub.

Karena tumpukan padinya terus berkurang, suatu waktu, Nawang Wulan tanpa sengaja menemukan selendang bidadarinya terselip di antara tumpukan padi. Ternyata selendang tersebut ada di lumbung gabah yang di sembunyikan oleh suaminya

(dongengceritarakyat,2015).

Konflik dalam dongeng Jaka Tarub yang dibahas pada bagian Munculnya Konflik sedang naik. Saat Nawang Wulan menemukan selendang bidadarinya, ia merasa dikhianati dan marah kepada Jaka Tarub. Karena untuk menikahi Nawang Wulan, Jaka Tarub mencuri selendang bidadarinya dan tidak mengembalikan atau mengungkapkannya sampai Nawang Wulan menemukannya.

28

2.2.1.4 Tahap Klimaks (Climax)

Konflik dan/atau pertentangan yang terjadi, yang dilakukan atau ditimpalkan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama (Nurgiyantoro 2015: 209) Berikut kutipan-kutipan tahap klimaks dalam dongeng Jaka Tarub.

Nawang Wulan pun merasa sangat marah ketika suaminyalah yang mencuri selendangnya. Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi ke kahyangan. Jaka Tarub pun meminta maaf dan memohon kepada istrinya agar tidak pergi lagi ke kahyanngan

(Ardiansyah & Rina Ariyani2015).

Konflik menjadi klimaks setelah Nawang Wulan menemukan seledang bidadarinya, dia merasa sangat marah. Nawang Wulan sangat marah sehingga, terlepas dari permohonan Jaka Tarub, dia memutuskan untuk pergi ke surga dan meninggalkan segalanya dan langsung pergi ke surga.

Namun Nawang Wulan sudah bulat tekadnya, hingga akhirnya ia pergi ke kahyangan.Namun ia tetap sesekali turun ke bumi untuk menyusui bayinya. Namun, dengan satu syarat, jaka tarub tidak boleh bersama Nawangsih ketika Nawang Wulan menemuinya. Biarkan ia seorang diri di dekat telaga

(Ardiansyah & Rina Ariyani2015).

Nawang Wulan sesekali turun ke tanah untuk menyusui anaknya. Tapi setiap kali Jaka Tarub hanya menempatkan anaknya di kolam tempat peri mandi, dan Nawang Wulan dan anak itu tidak pernah bertemu. Dan Jaka Tarub tidak melihat anaknya sendiri ketika Nawang Wulan bertemu dengan anak tersebut, dan baru bisa bertemu kembali setelah Nawang Wulan naik kembali ke surga.

29

2.2.1.5 Tahap Penyelesaian Konflik (Denouement)

Konflik yang mencapai klimaks diberi jalan keluar, cerita diakhiri (Nurgiyantoro 2015: 210). Berikut kutipan-kutipan tahap klimaks dalam dongeng Jaka Tarub.

Jaka Tarub menahan kesedihannya dengan sangat. Ia ingin terlihat tegar.

Setelah Jaka Tarub menyatakan kesanggupannya untuk tidak bertemu lagi dengan Nawang Wulan, sang bidadaripun terbang meninggalkan dirinya dan Nawangsih. Jaka Tarub hanya sanggup menatap kepergian Nawangwulan sambil mendekap Nawangsih. Sungguh kesalahannya tidak termaafkan. Tiada hal lain yang dapat dilakukannya saat ini selain merawat Nawangsih dengan baik

(Ardiansyah & Rina Ariyani2015).

Terlepas dari permohonan Jaka Tarub, Nawang Wulan naik ke surga, meninggalkan anak-anaknya Nawangsih dan Jaka Tarub. Yang tersisa bagi Jaka Tarub adalah membesarkan sumur Nawangsih. Setiap hal dan niat buruk tidak akan berakhir dengan bahagia. Cerita berakhir dengan pelajaran yang disebut Berusahalah untuk terus jujur dalam meraih sesuatu.