• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II STRUKTUR CERITA JAKA TARUB, KEONG MAS, SUNNYE-WA

2.5 Kesimpulan

Dari analisis alur, tokoh & penokohan, dan latar di atas ditemukan adanya

78

struktur pembangun cerita yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Dari unsur-unsur pembangun cerita itu ditemukan adanya konflik dari analisis alur, penokohan/watak dari analisis penokohan, dan pengaruh lingkungan terhadap tingkah laku tokoh dari analisis latar pada dongeng-dongeng Jaka Tarub, Sunnye-wa Namukkun, Keong Mas, dan Ureong Gaksi. Bab 2 ini lebih menekankan pada unsur intrinsik yang ada pada dongeng. Pada bab 3, akan lebih menekankan pada unsur-unsur ekstrinsik yang terdapat dalam dongeng seperti nilai moral dan motif budaya yang terdapat dalam empat dongeng tersebut.

79

BAB III

PERBANDINGAN MOTIF DAN NILAI MORAL DONGENG JAKA TARUB, KEONG MAS, SUNNYE-WA NAMUKKUN, DAN UREONG GAKSI

3.1 Pengantar

Latar sosial-budaya menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai permasalahan dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain (Nurgiyantoro 2015: 322).

3.2 Perbandingan Motif

3.2.1 Persamaan Motif antara Cerita Jaka Tarub dan Sunnye-wa Namukkun 3.2.1.1 Mitos Bidadari/Dewi

Indonesia dikenal dengan adanya legenda dan mitos yang berkembang sejak zaman nenek moyang. Salah satu mitos yang dipercayai adalah adanya bidadari/dewi yang hidup di khayangan. Bahkan, bidadari-bidadari tersebut bisa sewaktu-waktu turun ke bumi untuk melakukan maksud tertentu. Begitu pula dengan cerita rakyat Jaka Tarub yang menampilkan kehidupan bidadari yang datang ke bumi.

80

Dalam budaya yang sama seperti di atas, ada juga bidadari di Korea.

Seperti dalam dongeng Jaka Tarub, mereka turun dari surga, mandi di sungai atau danau, lalu naik kembali ke surga.

3.2.1.2 Pernikahan Gaib

Terdapat mitos di dalam dongeng Jaka Tarub yang menampilkan pernikahan antara manusia dengan bidadari. Hal ini adalah suatu bentuk kepercayaan bahwa manusia bisa menikah dengan makhluk gaib, seperti jin, bidadari, dll.

Di Korea, ada juga banyak cerita tentang orang yang menikahi makhluk misterius. Salah satunya adalah peri dan penebang kayu, seperti dalam dongeng Jaka Tarub, penebang kayu menikahi bidadarinya. Tidak hanya itu, ada juga cerita berbicara dengan hewan dan hewan menjadi saudara.

3.2.1.3 Istri yang Memasak Secara Magis untuk Keluarga

Dalam dongeng Jaka Tarub terdapat kebiasaan seorang istri di Indonesia yaitu memasak atau menyiapkan makanan untuk suami dan anaknya. Nawang Wulan yang merupakan istri dari Jaka Tarub melakukan hal yang sama. Dalam cerita Jaka Tarub Nawang Wulan memasak nasi dengan satu butir beras tetapi hasil memasaknya sangat banyak.

Dulu, di Korea juga, pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan wanita.

Itulah sebabnya sebagian besar wanita dalam dongeng melakukan pekerjaan rumah tangga. Namun, di Korea modern, tidak hanya wanita tetapi pria juga

81

menjadi ibu rumah tangga dan dalam cerita Sunnye-wa Namukkun bidadarinya memasak dengan kekuatan gaib.

3.2.1.4 Sopan Santun Orang Tua

Sejak zaman dahulu di Korea, ada kebiasaan anak laki-laki pertama tinggal bersama orang tuanya. Hari-hari ini, semakin sedikit orang yang tinggal bersama orang tua mereka. Hanya 20 atau 30 tahun yang lalu, kebiasaan orang Korea adalah tinggal bersama orang tua. Bahkan dalam dongeng, penebang kayu turun dari surga lagi karena mengkhawatirkan ibunya. Pada akhirnya, penebang kayu, secara tidak sengaja, tinggal bersama ibunya.

Indonesia, seperti Korea, juga berbakti kepada orang tua mereka dan seiring dengan perubahan masyarakat, jumlah keluarga yang tinggal bersama orang tua mereka secara bertahap berkurang.

3.2.2 Persamaan Motif antara Cerita Keong Mas dan Ureong Gaksi

3.2.2.1 Pria yang Melamar Wanita

Dalam dongeng Keong Mas terdapat kebudayaan di masyarakat Indonesia bahwa seorang pria yang ingin menikahi seorang wanita harus menemui orang tua dari wanita itu. Hal ini dalam masyarakat Indonesia disebut dengan lamaran.

Dongeng Keong Mas juga menampilkan kegiatan lamaran yang dilakukan oleh Pangeran Inu Kertapati terhadap Candra Kirana.

Sama seperti di Indonesia, seorang pria pergi ke rumah seorang wanita

82

untuk bertemu dengan orang tua wanita tersebut, di Korea, baik pria maupun wanita mengunjungi setiap rumah. Tapi di Korea, mereka pergi ke rumah laki-laki dulu, lalu ke rumah perempuan. Setelah itu, si wanita mengikuti si pria dan terpisah dari orang tua si wanita.

3.2.1.6 Hewan atau Manusia dengan Kekuatan Mistik

Dalam dongeng Keong Mas terdapat kepercayaan terhadap kekuatan gaib yang dapat dilakukan oleh penyihir atau dukun yang sakti. Hal ini sesuai dengan latar belakang masyarakat Indonesia yang pada zaman dahulu menganut kepercayaan dinamisme dan animisme. Kekuatan gaib merupakan hal-hal yang dipercayai dapat membantu bahkan mencelakakan manusia. Bahkan kekuatan gaib ini dapat mengubah manusia menjadi hewan, begitu pula sebaliknya.

Seperti di Keong Mas, Ureong Gaksi juga memiliki kekuatan gaib.

Seperti kemampuannya memasak tanpa makanan. Selain dongeng yang digunakan dalam skripsi, banyak juga dongeng yang menampilkan tokoh-tokoh dengan berbagai kekuatan mistik, seperti goblin yang mudah membuat harta emas dan perak serta batu kilangan yang membuat garam.

3.2.3 Perbedaan Motif 3.2.3.1 Bulan Purnama

Di Korea, bulan purnama melambangkan kelimpahan di Korea dan merupakan salah satu budaya penting. Itulah sebabnya Korea bahkan menciptakan

83

hari yang disebut "Jeongwol Daeboreum" untuk memperingati bulan purnama pertama setiap tahun. Tapi tidak setiap bulan purnama dirayakan.

Di Korea, bulan purnama memiliki banyak arti dan dirayakan pada hari itu, tetapi di Indonesia (dalam konteks dongeng yang dipaparkan) tidak ada arti atau hari jadi yang khusus. Selain itu, dalam dongeng Peri dan Penebang Kayu, sebuah ember turun dari langit malam saat bulan purnama terbit dan membawa penebang kayu ke surga. Namun, dalam kasus Jaka Tarub, jika bulan purnama tidak disebutkan, Jaka Tarub juga tidak bisa naik ke surga dan membesarkan seorang anak di bumi ini sendirian

3.2.3.2 Sistem Pemerintahan

Korea juga memiliki tingkat pada masa lalu, oleh karena itu, ada banyak tirani oleh orang-orang dari peringkat yang lebih tinggi. Lebih sedikit ibukota memiliki raja, tetapi walikota di pedesaan atau orang berpangkat tinggi bisa menjadi raja di sana. Itulah sebabnya Ureong Gaksi ditangkap oleh walikota dan tidak punya pilihan selain dipenjara sampai kematiannya.

Di masa lalu, di Korea, ada seorang raja dan pasar yang mewakili setiap desa. Karena sulit bagi raja untuk memerintah seluruh negeri. Oleh karena itu, kekuatan pasar sangat kuat. Meskipun Indonesia memiliki budaya atau kelas yang sama, Candra Kirana dari dongeng Keong Mas adalah seorang putri, jadi tidak ada yang bisa bertindak seperti walikota dari Ureong Gaksi, kecuali raja.

84

Tabel 5

Jenis dan Motif Utama Dongeng Indonesia dan Korea

No Jenis Cerita Rakyat/Dongeng Motif Utama

Indonesia Korea

1 Kisah Jaka Tarub Sunnye-wa Namukkun Benda ajaib, hewan yang luar biasa, perbuatan.

2. Keong Mas Ureong Gaksi Hewan yang luar

biasa, konsep, perbuatan.

3.3 Perbandingan Nilai Moral dalam Dongeng 3.3.1 Jaka Tarub

Nilai moral dalam cerita "Jaka Tarub" adalah manusia harus jujur dalam perilaku. Nawang Wulan harus putus dengan Joko Tarub karena ketidakjujurannya.

Dia adalah bidadari dan Jaka Tarub telah berbohong karena mencuri baju dan selendang Nawang Wulan. Nawang Wulan sangat mencintai suaminya, tetapi harus kembali ke surga. Menurut cerita ini, kebohongan pasti akan ketahuan, dan perbuatan baik yang berasal dari kepercayaan yang dipercayakan kepada kita.

Perintah Nawang Wulan untuk tidak menonton apa yang dimasaknya dilanggar oleh Joko Tarub karena sifat manusia yang selalu ingin tahu. Ini adalah tantangan cukup berat. Jujur dan terbuka. Dan menjaga kepercayaan yang sulit untuk dijalankan oleh manusia.

3.3.2 Sunnye-Wa Namukkun

Nilai moral yang dapat ditemukan dalam cerita "Sunnye-Wa Namukkun"

adalah seperti dalam "Jaka Tarub" di atas dimana manusia harus jujur. Dalam

85

"Sunnye-Wa Namukkun", tidak hanya kejujuran yang ingin disampaikan namun juga melakukan yang terbaik untuk orang tua mereka. Dalam cerita, meskipun penebang kayu mencuri pakaian peri dan menikahinya, dia dengan jujur mengatakan dia menyembunyikan pakaian peri dan mengembalikan pakaiannya.

Setelah itu, peri pergi ke surga, tetapi ketika penebang kayu mengikutinya ke surga, peri menyambutnya. Karena penebang kayu mengakui dosanya dan dengan jujur mengembalikan pakaian itu kepada peri, ia disambut di surga. Juga, memikirkan orang tuanya, peri meminjamkan kudanya ke penebang kayu dan bahkan menasihatinya untuk tidak pernah turun dari kudanya.

3.3.3 Keong Mas

Nilai moral yang terkandung dalam dongeng “Keong Mas” adalah tidak iri dan tidak mudah percaya dengan perkataan orang lain. Raja dengan mudah mempercayai Dewi Galuh dan mengakibatkan Candra Kirana diusir dari kerajaan dan berubah menjadi keong emas. Akhirnya Candra Kirana kembali menjadi manusia dan menikah dengan sang pangeran, namun masa lalu Candra Kirana tidak hilang. Selain dua hal ini, jika Anda tidak menyerah, Anda dapat mencapai apa yang ingin Anda capai. Dalam cerita tersebut, Raden Inu tidak menyerah untuk mencari Cadra Kirana. Candra Kirana berubah menjadi Keong emas.

Namun karena dia tidak menyerah, sehingga dia dipertemukan kembali dengan Candra Kirana.

86

3.3.4 Ureong Gaksi

Nilai moral yang dapat ditemukan dalam cerita "Ureong Gaksi" adalah bahwa hal-hal baik terjadi pada orang yang tulus. Orang perlu tahu bagaimana menunggu. Dalam cerita, petani menjalani kehidupan yang sangat tulus dan suatu hari ia bertemu dengan seorang ureong yang akan menjadi istrinya. Petani itu bisa bertemu istrinya karena dia bekerja keras setiap hari. Namun, dia meminta petani untuk menunggu sedikit lebih lama, menyatakan bahwa itu akan berakhir tragis jika dia segera menikah, tetapi petani itu menolak. Pada akhirnya, si petani dan si ureong dibunuh oleh Satou. Ceritanya bisa berakhir dengan akhir yang bahagia jika si petani menunggu sedikit lebih lama setelah mendengarkan kata-kata ureong.

Namun itu tidak terjadi.

3.4 Rangkuman

Tabel 6

Rangkuman Perbandingan Motif dan Nilai Moral

Indonesia Korea

Jaka Tarub Keong Mas Sunnye-wa Namukkun

87

Wanita Wanita Wanita Wanita

Hewan atau

88

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penelitian yang berjudul Perbandingan Dongeng Indonesia dan Korea Selatan kisah Jaka Tarub dengan Sunnye-Wa Namukkun, Keong Mas dengan Ureong Gaksi: Perspektif Historis Komparatif membahas (i) struktur cerita dongeng Jaka Tarub dan Keong Mas dari Indonesia dan Sunnye-wa Namukkun dan Ureong Gaksi dari Korea Selatan (ii) perbandingan nilai budaya dalam dongeng Jaka Tarub dan Keong Mas dari Indonesia dan cerita rakyat Sunnye-wa Namukkun dan Ureong Gaksi dari Korea Selatan. Berdasarkan sumber data yang telah dianlaisis, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

Sumber data dalam penelitian ini adalah enam cerita dongeng dari Indonesia dan Korea Selatan yang diperoleh dari beberapa sumber internet. Untuk dapat mejelaskan hasil penelitian, maka peneliti mengumpulkan data, menyusunm dan membagi data, menganalisis, dan menjelaskan analisisnya. Peneliti menggunakan tiga tahapan metode yang terdiri dari: (1) tahap pengumpulan data, (2) tahap pengolahan data, dan (3) tahap penyajian data.

Selanjutnya, hasil perbandingan sistematika pemerintahan yang terdapat dari dongeng-dongeng Indonesia dan Korea. Seperti misalnya bagaimana ada perbedaan sistem pemerintahan yang ditunjukkan dalam dongeng Ureong Gaksi dan Keong Mas. Disana ditunjukkan bahwa di Indonesia lebih menunjukkan

89

sistem pemerintahan kerajaan, yang tentu saja berbeda dengan yang ditemukan dalam budaya Korea (Ureong Gaksi). Dalam budaya Korea, seperti yang ditunjukkan dalam Ureong Gaksi, ada walikota di suatu daerah. Sedang di Keong Mas, hanya disebutkan mengenai kerajaan. Perbedaan lain yang ditemukan adalah mengnai bagaimana orang Indonesia dan Korea melihat bulan purnama. Di dalam budaya Korea, bulan purnama lebih disorot sebagai benda langit yang sakral. Ini tentu berbeda dengan apa yang ditemukan dalam dongeng-dongen Indonesia.

Di sisi lain, terdapat juga beberapa persamaan yang ditemukan dalam dongeng-dongeng Indonesia dan Korea yaitu, (i) Mitos Bidadari/Dewi, (ii) Pernikahan Gaib, (iii) Istri yang Memasak Untuk Keluarga, (iv) Sopan santun orang tua. Salah satu contohnya adalah mengenai bagaimana kedua budaya tersebut melihat bulan purnama. Budaya Korea melihat bulan sebagai simbol siklus hidup manusia dengan merayakan bulan purnama sebagai awal yang baik.

Sedangkan Indonesia tidak memiliki hari khusus tentang bulan purnama.

4.2 Saran

Setelah permasalahan mengenai perbandingan struktur dan perspektif historis komparatif terjawab dalam penelitian ini, maka ada beberapa saran yang bisa diajukan peneliti. Penelitian berikutnya disarankan untuk memperkaya sastra bandingan antara Indonesia dan Korea Selatan. Objek material berikutnya bisa berfokus pada sastra popular, film dan drama. Saran-saran ini dimungkinkan untuk diteliti agar penelitian tentang perbandingan struktur dongeng dari

90

Indonesia dan negara lain. Selain itu, bisa mengenai perspektif historis komparatif.

Sumber data penelitian tidak hanya bersumber dari buku, melainkan juga bisa ditambah dari sumber-sumber lain, seperti jurnal atau teks wacana lainnya.

91

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Online

Anjarwati, P. 2017. “Perbandingan Dongeng Jepang Komebuki Awabukiࠕ米ぶき と粟ぶきࠕ dengan Dongeng Indonesia Bawang Merah Bawang Putih”.

Diakses pada tanggal 23 Agustus 2020 dari:

http://eprints.undip.ac.id/58634/1/SKRIPSI_FULL.pdf

Arief, B. N. (2014). “Critical Comparative Law”. Diakses pada tanggal 24 November 2021 dari: http://e-journal.uajy.ac.id/11868/4/MIH022543.pdf

Baskara. 2019. “Hubungan Indonesia-Kosel”. Diakses pada tanggal 23 Agustus 2020 dari:

https://tirto.id/mengapa-semakin-banyak-warga-korsel-belajar-bahasa-indonesia-der2

Christina, O. 2019. “A Study on Comparison of Korean Fairytales and Uzbek Fairytales”.

Cerita Rakyat. 2015. “Jaka Tarub” https://dongengceritarakyat.com/dongeng-cerita-rakyat-jaka-tarub/ diakses pada 16 September 2021.

Cerita Rakyat. 2015. “Keong Mas” https://dongengceritarakyat.com/cerita-rakyat-indonesia-dongeng-keong-mas/ diakses pada 16 September 2021.

Kim Yeol Gyu. 1980. “Sunnye-wa Namukkun”. Diakses pada 16 September dari:

https://folkency.nfm.go.kr/kr/topic/detail/5862 2021.

Kim Dae Sook. 1980. “Ureong Gaksi”. Diakses pada 16 September 2021 dari:

https://folkency.nfm.go.kr/kr/topic/detail/5924#

92

Pickles, M. 2018. “K-pop mendorong lonjakan kursus bahasa Korea”. Diakses pada tanggal 30 Agustus 2020 dari:

https://www.bbc.com/indonesia/majalah-44793844

Buku dan Jurnal

Danandjaja, J. 2007. Foklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain.

Jakarta: Grafiti.

Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa

Danandjaja, James. 1986. Folklor Indonesia Ilmu Gosip dan Dongeng. Jakarta:

Graffiti Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Taum, Yoseph Yapi. 2011. Studi Sastra Lisan: Sejarah, teori, metode, dan pendekatan disertai contoh penerapannya. Yogyakarta: Lamalera