• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.9 Sistematika Penyajian

Berikut ini adalah sistematika penulisan yang digunakan dalam skripsi ini agar dapat menyajikan hasil penelitian dengan baik dan terstruktur. Sistematika yang disajikan oleh penulis akan membantu untuk memahami alur berpikir dalam penelitian ini.

Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian.

Bab II berisi penjelasan hasil analisis dan pembahasan mengenai rumusan masalah yang pertama, yaitu struktur cerita rakyat Joko Tarub dan Keong Mas dari Indonesia dan cerita rakyat Sunnye-wa Namukkun dan Ureong Gaksi dari Korea Selatan.

Bab III lebih menjelaskan mengenai apa saja nilai moral dan motif budaya yang ada di dalam keempat dongeng Korea dan Indonesia. Di dalam bab ini, juga dijelaskan mengenai perbedaan dan persamaan di dalam dongeng Korea dan Indonesia.

Bab IV adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan penelitian dan saran dari hasil penelitian. Kesimpulan yang dimaksud adalah deskripsi tentang analisis

24

struktur, persamaan, dan perbedaan antara cerita rakyat Joko Tarub dan Keong Mas dari Indonesia dan cerita rakyat Sunnye-wa Namukkun dan Ureong Gaksi dari Korea Selatan. Saran yang dimaksud adalah saran kepada peneliti lain yang akan menggunakan kajian lebih lagi terhadap cerita rakyat Joko Tarub dan Keong Mas dari Indonesia dan cerita rakyat Sunnye-wa Namukkun dan Ureong Gaksi dari Korea Selatan.

25

BAB II

STRUKTUR CERITA JAKA TARUB, KEONG MAS, SUNNYE-WA NAMUKKUN, DAN UREONG GAKSI

2.1 Pengantar

Pada bab ini akan dipaparkan hasil analisis terhadap struktur cerita dalam dongeng asal Indonesia dan Korea Selatan, yaitu Jaka Tarub, Keong Mas, Sunnye-wa Namukkun, dan Ureong Gaksi. Struktur cerita yang akan dibahas dalam penelitian ini terbatas pada alur, latar, dan penokohan. Ketiga unsur ini dipilih karena unsur-unsur inilah yang paling dibutuhkan untuk melakukan penelitian terhadap motif, persamaan, dan perbedaan dalam dongeng-dongeng antar negara ini.

2.2 Alur

Menurut Tasrif (dalam Nurgiyantoro, 2005) alur dibedakan menjadi lima bagian yaitu: (1) tahap penyituasian, (2) tahap pemunculan konflik, (3) tahap peningkatan konflik, (4) tahap klimaks, dan (5) tahap penyelesaian.

Berikut merupakan tahapan alur dari dongeng Jaka Tarub, Keong Mas, Sunnye-wa Namukkun, dan Ureong Gaksi.

2.2.1 Alur Jaka Tarub

2.2.1.1 Tahap Penyituasian (Situation)

Tahap penyituasian adalah tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap

26

pembuka cerita, pemberian informasi awal, dan lain-lain (Nurgiyantoro 2015:

209). Berikut kutipan-kutipan tahap penyituasian dalam dongeng Jaka Tarub.

Pada zaman dahulu kala, di sebuah desa ada seseorang yang bernama Jaka Tarub. Jaka Tarub adalah seorang pemuda, tetapi ia belum ingin menikah. Suatu hari, ibunya jatuh sakit dan menghembuskan nafas terakhirnya

(Ardiansyah & Rina Ariyani, 2015).

Beberapa hari kemudian, suatu malam, Jaka Tarub bermimpi memakan daging Rusa. Pada saat ia terbangun dari tidurnya, ia pun langsung pergi ke hutan. Ia melewati sebuah telaga dan secara tidak sengaja ia melihat para bidadari sedang mandi disana. Jaka Tarub merasa terpikat oleh tujuh bidadari itu, dan ia mengambil salah satu selendang bidadari (Ardiansyah & Rina Ariyani, 2015).

Dari kutipan di atas, cerita berlatar zaman dahulu kala pada di sebuah desa. Ada pemuda yang bernama Jaka Tarub. Suatu hari ibu Jaka Tarub sudah meninggal, kemudian Jaka Tarub bermimpi memakan daging Rusa. Setelah Jaka Tarub terbangung dari tidur, oleh karena itu dia langsung menujuh ke hutan. Saat Jaka tarub di hutan, dia menemukan bidadari sedang mandi.

2.2.1.2 Tahap Pemunculan Konflik (Generating Circumstance)

Masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Jadi, tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan/atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya (Nurgiyantoro 2015: 209). Berikut kutipan-kutipan tahap munculnya konflik dalam dongen Jaka Tarub.

Rahasianya Nawang Wulan yaitu, Ia memasak nasi selalu menggunakan satu butir beras, dengan sebutir beras itu ia dapat menghasilkan nasi yang banyak. Setelah mereka menikah Jaka Tarub sangat penasaran.

Namun, dia tidak bertanya langsung kepada Nawang Wulan melainkan

27

ia langsung membuka dan melihat panci yang suka dijadikan istrinya itu memasak nasi. Ia melihat Setangkai padi ma-sih tergolek di dalamnya, ia pun segera menutupnya kembali. Akibat rasa penasaran Jaka Tarub.

Nawang Wulan kehilangan kekuatannya. Sejak saat itu, Nawang Wulan harus menumbuk dan me-nam-pi beras untuk dimasak, seperti wanita umumnya

(Ardiansyah & Rina Ariyani2015).

Meski Jaka Tarub tidak meragukan istrinya, rasa penasaran Jaka Tarub membuat Nawang Wulan kehilangan kekuatan misteriusnya. Setelah itu, dia menjalani kehidupan yang keras seperti wanita umum.

2.2.1.3 Tahap Peningkatan Konflik (Rising Action)

Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan sesuai intensitasnya. Peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita semakin mencekam dan menegangkan. Tokoh yang mengarah ke klimaks semakin tak dapat dihindari. (Nurgiyantoro 2015: 209).

Berikut kutipan-kutipan tahap peningkatan konflik dalam dongeng Jaka Tarub.

Karena tumpukan padinya terus berkurang, suatu waktu, Nawang Wulan tanpa sengaja menemukan selendang bidadarinya terselip di antara tumpukan padi. Ternyata selendang tersebut ada di lumbung gabah yang di sembunyikan oleh suaminya

(dongengceritarakyat,2015).

Konflik dalam dongeng Jaka Tarub yang dibahas pada bagian Munculnya Konflik sedang naik. Saat Nawang Wulan menemukan selendang bidadarinya, ia merasa dikhianati dan marah kepada Jaka Tarub. Karena untuk menikahi Nawang Wulan, Jaka Tarub mencuri selendang bidadarinya dan tidak mengembalikan atau mengungkapkannya sampai Nawang Wulan menemukannya.

28

2.2.1.4 Tahap Klimaks (Climax)

Konflik dan/atau pertentangan yang terjadi, yang dilakukan atau ditimpalkan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama (Nurgiyantoro 2015: 209) Berikut kutipan-kutipan tahap klimaks dalam dongeng Jaka Tarub.

Nawang Wulan pun merasa sangat marah ketika suaminyalah yang mencuri selendangnya. Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi ke kahyangan. Jaka Tarub pun meminta maaf dan memohon kepada istrinya agar tidak pergi lagi ke kahyanngan

(Ardiansyah & Rina Ariyani2015).

Konflik menjadi klimaks setelah Nawang Wulan menemukan seledang bidadarinya, dia merasa sangat marah. Nawang Wulan sangat marah sehingga, terlepas dari permohonan Jaka Tarub, dia memutuskan untuk pergi ke surga dan meninggalkan segalanya dan langsung pergi ke surga.

Namun Nawang Wulan sudah bulat tekadnya, hingga akhirnya ia pergi ke kahyangan.Namun ia tetap sesekali turun ke bumi untuk menyusui bayinya. Namun, dengan satu syarat, jaka tarub tidak boleh bersama Nawangsih ketika Nawang Wulan menemuinya. Biarkan ia seorang diri di dekat telaga

(Ardiansyah & Rina Ariyani2015).

Nawang Wulan sesekali turun ke tanah untuk menyusui anaknya. Tapi setiap kali Jaka Tarub hanya menempatkan anaknya di kolam tempat peri mandi, dan Nawang Wulan dan anak itu tidak pernah bertemu. Dan Jaka Tarub tidak melihat anaknya sendiri ketika Nawang Wulan bertemu dengan anak tersebut, dan baru bisa bertemu kembali setelah Nawang Wulan naik kembali ke surga.

29

2.2.1.5 Tahap Penyelesaian Konflik (Denouement)

Konflik yang mencapai klimaks diberi jalan keluar, cerita diakhiri (Nurgiyantoro 2015: 210). Berikut kutipan-kutipan tahap klimaks dalam dongeng Jaka Tarub.

Jaka Tarub menahan kesedihannya dengan sangat. Ia ingin terlihat tegar.

Setelah Jaka Tarub menyatakan kesanggupannya untuk tidak bertemu lagi dengan Nawang Wulan, sang bidadaripun terbang meninggalkan dirinya dan Nawangsih. Jaka Tarub hanya sanggup menatap kepergian Nawangwulan sambil mendekap Nawangsih. Sungguh kesalahannya tidak termaafkan. Tiada hal lain yang dapat dilakukannya saat ini selain merawat Nawangsih dengan baik

(Ardiansyah & Rina Ariyani2015).

Terlepas dari permohonan Jaka Tarub, Nawang Wulan naik ke surga, meninggalkan anak-anaknya Nawangsih dan Jaka Tarub. Yang tersisa bagi Jaka Tarub adalah membesarkan sumur Nawangsih. Setiap hal dan niat buruk tidak akan berakhir dengan bahagia. Cerita berakhir dengan pelajaran yang disebut Berusahalah untuk terus jujur dalam meraih sesuatu.

2.2.2 Alur Sunnyewa Namukkun

2.2.2.1 Tahap Penyituasian (Situation)

Berikut kutipan-kutipan tahap penyituasian dalam dongeng Sunnye-wa Namukkun

Once upon a time there lived a woodcutter under Mount Kumgang. One day, he found a deer while he was cutting the trees upon the mountain.

The deer was being chased by a hunter. The woodcutter hid the deer, the hidden deer approached the woodcutter saying "Thank you very much.

Please tell me one of your wishes. I will make it come true." He said, "I want to have a wife

(Gyul, 1980).

30

Dahulu kala hiduplah seorang penebang kayu di bawah Gunung Kumgang. Suatu hari, dia menemukan seekor rusa ketika dia sedang menebang pohon di atas gunung. Rusa itu dikejar oleh seorang pemburu.

Penebang kayu menyembunyikan rusa, rusa yang tersembunyi mendekati penebang kayu sambil berkata, "Terima kasih banyak.

Tolong beri tahu saya salah satu keinginan Anda. Saya akan mewujudkannya." Dia berkata, "Saya ingin punya istri

The deer said, "Then go to the pond where the fairies take their baths. "

Steal a wing dress of one fairy. That fairy will not be able to fly back to heaven without her wing dress, and she will become your wife. However, You must never return her dress until. you have three children"

(Gyul, 1980).

Rusa berkata, “Kalau begitu pergilah ke kolam tempat peri mandi.”

Curilah gaun sayap dari salah satu peri. Peri itu tidak akan bisa terbang kembali ke surga tanpa gaun sayapnya, dan dia akan menjadi istrimu.

Namun, Anda tidak boleh mengembalikan gaunnya sampai kamu punya tiga anak"

Dari kutipan di atas, cerita berlatar zaman dahulu kala ada seorang penebang yang tinggal di bawah gunung Geum-gang. Saat dia menebang kayu, dia menemukan seekor rusa yang sedang dikejar oleh seorang pemburu, lalu rusa minta tolong untuk menyembunyikannya. Setelah itu, rusa berkata bahwa dia akan mengabulkan satu permintaan sebagai balasannya, dan penebang kayu meminta untuk memiliki seorang istri. Maka rusa meminta penebang kayu untuk mencuri pakaiannya saat bidadari mandi di kolam.

The woodcutter regretted that he had showed her winged dress, but it was too late. When he was casting about in despair, the deer came to him and said, "There will be a well-bucket coming from heaven if you go to the pond at night on the 15th day. You may go up to heaven riding in that well-bucket"

(Gyul, 1980).

Penebang kayu menyesal telah menunjukkan gaun bersayapnya, tetapi sudah terlambat. Ketika dia putus asa, rusa datang kepadanya dan

31

berkata, "Akan ada ember sumur yang datang dari surga jika Anda pergi ke kolam pada malam hari pada hari kelimabelas. Anda bisa naik ke surga dengan mengendarai timba itu "

Dari kutipan di atas, cerita berlatar Setelah bidadari pergi ke surga bersama anak-anak kemudian seekor rusa mendekati penebang kayu yang sedang berduka dan memberitahunya bagaimana caranya naik ke surga.

2.2.2.2 Tahap Pemunculan Konflik (Generating Circumstance)

Berikut kutipan-kutipan tahap munculnya konflik dalam dongen Sunnye-wa Namukkun.

The days went by and the fairy had babies and became a mother. She had two children, but she still missed her home in the heaven. The woodcutter was very sorry to see that, and he told his wife saying, "I hid your dress." His wife then said, "Is that true? Please let me try to put on my dress only once." The woodcutter gave her the dress

(Gyul, 1980).

Hari-hari berlalu dan peri memiliki bayi dan menjadi seorang ibu. Dia memiliki dua anak, tetapi dia masih merindukan rumahnya di surga.

Penebang kayu sangat sedih melihat itu, dan dia berkata kepada istrinya,

"Aku menyembunyikan gaunmu." Istrinya kemudian berkata, "Apakah itu benar? Tolong biarkan saya mencoba mengenakan gaun saya hanya sekali." Penebang kayu memberinya gaun itu

Setelah bertahun-tahun berlalu, dan bahkan setelah memiliki anak, penebang kayu berkata bahwa dia memiliki pakaian itu, melihat betapa dia merindukan kerajaan surga. Kemudian peri meminta penebang kayu untuk mengenakan pakaian, dan penebang kayu memberinya pakaian.

He and the fairy then led a happy life in heaven together. But he could not only enjoy being there because of his mother. Then his wife said,

"Alright, I think you may go to see your mother on a Heaven horse. But

32

you must never get off the horse under any circumstances “He came down the ground to see his mother while riding on a horse. His mother gave him a dish of hot pumpkin cereal

(Gyul, 1980).

Dia dan peri kemudian menjalani hidup bahagia di surga bersama. Tapi dia tidak bisa hanya menikmati berada di sana karena ibunya.

Kemudian istrinya berkata, "Baiklah, saya pikir Anda dapat pergi menemui ibumu di atas kuda Surga. Tetapi Anda tidak boleh turun dari kuda dalam keadaan apa pun" Dia turun ke tanah untuk melihat ibunya saat menunggang kuda. ibu memberinya sepiring sereal labu panas Penebang kayu yang bertemu istrinya di surga sangat senang bahwa dia khawatir tentang ibunya di bumi. Jadi peri itu meminjamkan saya seekor kuda yang bisa terbang dan menyuruh ibu saya untuk pergi kepadanya. Setelah bertemu ibunya di bumi, penebang kayu menerima semangkuk bubur labu dari ibunya.

2.2.2.3 Tahap Peningkatan Konflik (Rising Action)

Berikut kutipan-kutipan tahap peningkatan konflik dalam dongeng Sunnye-wa Namukkun

However, the son spilt the hot food on the back of the horse while taking It. And as the horse was frightened and bucked under him, he fell down from the horse to the ground

(Gyul, 1980).

Namun, putranya menumpahkan makanan panas di punggung kuda saat mengambilnya. Dan ketika kuda itu ketakutan dan melawan di bawahnya, dia jatuh dari kuda ke tanah

Konflik dalam dongeng Sunnye-wa Namukkun yang dibahas pada bagian Munculnya Konflik sedang marak. Sambil makan bubur yang diberikan ibunya, penebang kayu menuangkan bubur di punggung kuda, dan penebang kayu jatuh dari kuda.

33

2.2.2.4 Tahap Klimaks (Climax)

Berikut kutipan-kutipan tahap klimaks dalam dongeng Sunnye-wa Namukkun

“And she held her two children in her arms and ascended to the heaven”

(Gyul, 1980).

Sunnye-wa Namukkun “Dan dia menggendong kedua anaknya dan naik ke surga

Konflik menjadi klimaks kemudian bidadari yang mengenakan pakaian itu membawa anak itu dan langsung pergi ke surga.

He cried out, "No, I have to go with you." But the horse flew away without looking back

(Gyul, 1980).

Dia berteriak, "Tidak, aku harus pergi bersamamu." Tapi kuda itu terbang pergi tanpa melihat ke belakang

Setelah penebang kayu jatuh dari punggungnya, kuda itu segera melarikan diri, dan penebang kayu melihatnya dan berteriak untuk membawanya bersamanya, tetapi kuda itu mengabaikannya dan pergi ke surga.

2.2.2.5 Tahap Penyelesaian Konflik (Denouement)

Berikut kutipan-kutipan tahap klimaks dalam dongeng Sunnye-wa Namukkun

Thereafter, the woodcutter lived alone longing for this wife and children.

After a while, he died and became a rooster. This is the reason why roosters even now still go up onto the roof and cry sadly looking up the sky

34

(Gyul, 1980).

Setelah itu, penebang kayu tinggal sendirian merindukan istri dan anak-anak ini. Setelah beberapa saat, dia mati dan menjadi ayam jantan.

Inilah alasan mengapa ayam jantan sampai sekarang masih naik ke atap dan menangis sedih melihat ke langit

Penebang kayu, yang tidak bisa naik ke surga, hidup merindukan peri dan anak itu, dan akhirnya menjadi ayam jantan.

2.2.3 Rangkuman Alur

Dari analisis di atas dapat diketahui bahwa alur dari dongeng Jaka Tarub dan Sunnyewa Namukkun ini memiliki alur campuran karena kedua cerita tersebut dibuka dengan narasi singkat. Berikut tabel untuk menjelaskan tahap-tahap yang terdapat dalam kedua dongeng tersebut.

Tabel 1

Rangkuman Alur Cerita Kisah Jaka Tarub dan Sunnye-wa Namukkun

Jaka Tarub Sunnye-wa Namukkun

Tahap penebang kayu, bidadari Tahap

Tahap Latar: di sebuah desa Latar: di sebuah desa

35

Penyelesaian Konflik

Tokoh: Jaka Tarub, Nawang Wulan

Tokoh: penebang kayu, ibu penebang kayu, bidadari

2.2.4 Alur Keong Mas

2.2.4.1 Tahap Penyituasian (Situation)

Berikut kutipan-kutipan tahap penyituasian dalam dongeng Keong Mas.

Pada zaman dahulu kala, di sebuah kerajaan yang makmur dan sentosa, hiduplah dua orang putri raja yang sangat cantik jelita. Mereka bernama Candra Kirana dan Dewi Galuh. Kedua putri Raja tersebut hidup sangat bahagia dan serba kecukupan.

(Ardiansyah & Rina Ariyani2015).

Hingga pada suatu hari berkunjunglah seorang pangeran yang amat tampan lagi rupawan dari Kerajaan Kahuripan ke Kerajaan Daha.

Pangeran tersebut bernama Raden Inu Kertapati. Kedatangannya bermaksud untuk melamar Candra Kirana. Kunjungan Raden Inu Kertapati sangat disambut baik oleh Raja Kertamarta, dan akhirnya Candra Kirana ditunangkan dengan Raden Inu Kertapati

(Ardiansyah & Rina Ariyani2015).

Dari kutipan di atas, cerita berlatar zaman dahulu kala pada di sebuah kerajaan yang makmur dan sentosa. Ada dua orang putri raja yang bernama Candra Kirana dan Dewi Galuh.

Hingga pada suatu hari berkunjung seorang pangeran dari kerajaan Kahuripan. Pangeran tersebut bernama Raden Inu Kertapato.Kedatangannya bermaksud untuk melamar Candra Kirana akhirnya Candra Kirana ditunangkan dengan Pangeran.

2.2.4.2 Tahap Pemunculan Konflik (Generating Circumstance)

Berikut kutipan-kutipan tahap munculnya konflik dalam dongen

36

Keong Mas

Karena pertunangan itu lah membuat Dewi Galuh merasa sangat iri. Ia menaruh hati pada Raden Inu Kertapati dan merasa dirinyalah yang lebih cocok menjadi tunangannya. Dari perasaan irilah kemudian berkembang menjadi perasaan benci. Dewi Galuh mulai merencanakan untuk menyingkirkan Candra Kirana dari kerajaan.

(Ardiansyah & Rina Ariyani2015).

Suatu hari, secara diam-diam Putri Dewi Galuh pergi menemui sorang penyihir jahat. Ia meminta bantuan kepada Penyihir untuk menyihir Candra Kiran menjadi sesuatu yang menjijikan dan Pangeran Raden Inu menjauhinya. Ia pun berharap menjadi pengganti Candra Kirana sebagai tunangannya

(Ardiansyah & Rina Ariyani2015).

Dewi Galuh yang jatuh hati kepada Raden Inu Kertapati. Ia sangat cemburu pada Candra Kirana yang melamarnya, dan akhirnya mengubah kecemburuannya menjadi kebencian. Dewi Galuh kemudian diam-diam pergi untuk menemui penyihir jahat untuk menyingkirkan Candra Kirana, dan meminta penyihir untuk mengubah Candra Kirana menjadi makhluk menjijikkan untuk mengambil alih pangeran.

2.2.4.3 Tahap Peningkatan Konflik (Rising Action)

Berikut kutipan-kutipan tahap peningkatan konflik dalam dongeng Keong Mas.

Penyihir pun menyetujui permintaan Dewi Galuh. Namun, Penyihir tidak dapat masuk istana karena akan menimbulkan sebuah kecurigaan.

Akhirnya, Dewi Galu mempunyai siasat untuk memfitnah Candra Kirana, sehingga ia diusir dari kerajaan. Candra Kirana meninggalkan kerajaan dengan perasaan sedih. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan penyihir jahat dan menyihir Candra Kirana menjadi Keong Mas.

Setelah berhasil menyihir Candra Kirana, penyihir langsug membuangnya ke sungai

(Ardiansyah & Rina Ariyani2015).

37

‘’Kutukanmu akan hilang, jika kamu dapat bertemu dengan tunanganmu Pangeran Raden Inu.’’ Ujar Penyihir

(Ardiansyah & Rina Ariyani2015).

Konflik dalam dongeng Keong Mas yang dibahas pada bagian Munculnya Konflik sedang marak. Penyihir menyetujui permintaan Dewi Galuh, tetapi penyihir tidak mengikuti masuk ke istana untuk tidak akan menimbulkan sebuah kecurigaan. Akhirnya Dewu Galuh sudah mengusir Candra Kirana dari kerajaan. Di tengah perjalanan Candra Kirana bertemu dengan penyihir dan menyihir Candra Kirana Menjadi Keong Mas kemudian penyihir langsung membuangnya ke sungai. Kemudian penyihir itu memberi tahu Candra Kirana, yang ditinggalkan di sungai, cara mematahkan kutukan, tetapi itu sangat sulit dicapai.

2.2.4.4 Tahap Klimaks (Climax)

Berikut kutipan-kutipan tahap klimaks dalam dongeng Keong Mas

Raden Inu Kertapti segera membawa Candra Kirana ke kerajaan Daha.

Ia pun mengajak Nenek yang sudah menolongnya. Candra Kirana pun menjelaskan perbuatan Dewi Galu selama ini kepada Baginda Raja.

Akhirnya, kejahatan Dewi Galu terbongkar

(Ardiansyah & Rina Ariyani2015).

Candra Kirana pun menjelaskan perbuatan Dewi Galu selama ini kepada Baginda Raja. Akhirnya, kejahatan Dewi Galu terbongkar

(Ardiansyah & Rina Ariyani2015).

Konflik menjadi klimaks akhirnya, Pangeran Raden dapat menemukan Candra Kirana dan berhasil menghilangkan kutukannya, ketika bertemu dengan tunangannya. Candra Kirana bisa menjadi kembail gadis cantik jelita. Kemudian

38

Candra pun menjelaskan perbuatan Dewi Galuh selama ini kepada Baginda Raja.

Akhirnya, kejahatan Dewi Galu terbongkar.

2.2.4.5 Tahap Penyelesaian Konflik (Denouement)

Berikut kutipan-kutipan tahap klimaks dalam dongeng Keong Mas

Dewi Galuh mendapat hukuman atas perbuatannya itu. Namun, karena merasa takut akan hukuman ia melarikan diri ke hutan. Akhirnya, Pangeran Raden Inu dan Candra Kirana memutuskan untuk menikah.

Mereka hidup behagia

(Ardiansyah & Rina Ariyani2015).

Dewi Galuh mendapat hukuman atas perbuatannya, tetapi dia melarikan diri ke hutan karena dia merasa takut akan hukumannya dan Baginda Minta maaf

Dewi Galuh mendapat hukuman atas perbuatannya, tetapi dia melarikan diri ke hutan karena dia merasa takut akan hukumannya dan Baginda Minta maaf