WILAYAH DKI JAKARTA
DWI DINARIANA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan
dalam Disertasi ini yang berjudul : “MODEL PENGELOLAAN RUANG
TERBUKA HIJAU SEBAGAI DAERAH RESAPAN DI WILAYAH DKI JAKARTA” adalah gagasan atau hasil penelitian saya dengan bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Disertasi ini
belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di
Perguruan Tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan dalam Disertasi
ini, telah dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Februari 2011
Yang Memberi Pernyataan
Dwi Dinariana
DWI DINARIANA. Urban Green Space Management Model as a Recharge Area in The Jakarta Area. Under direction of SANTUN R.P. SITORUS, SURIA DARMA TARIGAN, SITI NURISYAH, and HARTRISARI HARDJOMIDJOJO.
A high rate of population growth and limited land owned causing the growth of physical development in the city of Jakarta is done by converting agricultural land, forests and other open spaces to land awoke with pavement and building structures. This decreases the area of urban green space and reduced water infiltration. With the above issues, the study aims is to build the urban green space management model as a recharge area in order to increase water availability in areas of Jakarta. The method used is create a spatial dynamic model. Data needed in this study are primary and secondary data. Based on the results and discussions, the estimated total population of Jakarta until the year 2016 is 7,804,846, with the domestic water needs for the population that year (2016) amounted to 427,315,322.20 m3/year. The total area of urban green space required to meet all domestic water needed for the population of DKI Jakarta until the year of 2016 is 16.180,54 ha or 24.92% of the total area of Jakarta.
DWI DINARIANA. Model Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau sebagai Daerah Resapan di Wilayah DKI Jakarta. Dibimbing oleh SANTUN R.P. SITORUS, SURIA DARMA TARIGAN, SITI NURISYAH, dan HARTRISARI HARDJOMIDJOJO.
Keterbatasan lahan yang dimiliki dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan pertumbuhan pembangunan fisik di Kota Jakarta dilakukan dengan mengkonversi lahan pertanian, hutan dan ruang terbuka lainnya menjadi lahan terbangun. Hal ini menyebabkan berkurangnya luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) sehingga ruang resapan air berkurang, lingkungan menjadi gersang dan panas serta menurunnya jumlah keanekaragaman hayati. Untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan lebih lanjut yang diakibatkan oleh pertumbuhan pembangunan fisik diperlukan adanya perlindungan lingkungan, dimana setiap pembangunan yang sedang berlangsung harus dapat mengedepankan keterbatasan dan kelebihan yang dimiliki oleh lingkungan itu sendiri
Ketidakseimbangan antara penambangan air tanah dengan pengembaliannya, telah menimbulkan berbagai masalah, terutama di kota-kota besar, termasuk kota Jakarta. Ketidakseimbangan ini muncul akibat terlalu banyaknya pengambilan air dari dalam tanah, sementara pengembaliannya ke dalam tanah semakin berkurang. Hal ini terjadi akibat semakin berkurangnya permukaan tanah yang mampu meresapkan air (hujan) khususnya akibat bertambahnya luas permukaan yang dikeraskan dalam bentuk bangunan-bangunan, jalan, tempat parkir dsb, sehingga semakin banyak air hujan yang terbuang ke badan air melalui saluran drainase buatan.
Bertambahnya luas pengerasan ini sering tidak disertai dengan usaha untuk menambah masuknya air ke dalam tanah dengan cara lain (kompensasi) dengan jumlah yang sama dengan yang seharusnya terjadi bila pengerasan-pengerasan tersebut tidak ada. Banyak areal pertanian, taman dan hutan yang sebelumnya berperan sebagai tempat resapan air (hujan) ke dalam tanah secara alami telah berubah fungsi akibat adanya bangunan diatasnya, atau akibat
berkurangnya vegetasi diatasnya. Berkurangnya supply air tanah akan
menyebabkan penurunan permukaan air tanah secara menyolok. Dampak negatif dari fenomena ini sangat luas, selain semakin mahalnya persediaan air tanah sebagai sumber air bersih juga menyebabkan intrusi air laut sampai jauh ke daratan, seperti saat ini dijumpai di daerah Jakarta Utara.
Interpretasi Citra Satelit Landsat Path/Row 122064 1 Oktober tahun 2006. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara observasi langsung ke lokasi/objek penelitian, diskusi, wawancara dan pengecekan data sekunder di lokasi penelitian. Data sekunder diperoleh dengan cara menelusuri hasil penelitian, publikasi ilmiah dan dokumen ilmiah dari berbagai sumber dan instansi terkait seperti Dinas Pertambangan DKI Jakarta, Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta (dulu Dinas Kehutanan dan Pertanian DKI Jakarta), Dinas Olahraga dan Pemuda DKI Jakarta, Badan Meteorologi dan Geofisika dan Balai Besar Wilayah Cilicis Ditjen SDA Dep. PU.
Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model dinamik-spasial, model dinamik dengan Stella Research 8 dengan pendekatan sistem analisis dinamik. Tahapan penelitian yang dilakukan yaitu : (1) tahap pengkajian keberadaan RTH yang ada dan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan air tanah domestik dan persentase kecukupannya dalam memenuhi air tanah domestik; (2) tahap penyusunan peta alokasi RTH potensial sebagai daerah resapan dengan analisis terhadap laju resapan, curah hujan, tingkat kepadatan penduduk, muka air tanah (MAT) dan keberadaan ruang terbuka; (3) tahap penyusunan Model Pengelolaan RTH sebagai Daerah Resapan di wilayah DKI Jakarta dengan mempertimbangkan pasokan PAM, potensi air tanah dari danau dan situ, tambahan RTH rencana dan pasokan dari wilayah lain; (4) tahap penyusunan skenario/strategi kecukupan air tanah yang diperlukan dalam pengelolaan RTH sebagai daerah resapan air untuk memaksimumkan resapan air dengan menggunakan lima skenario; (5) tahap perumusan arahan kebijakan pengelolaan RTH sebagai daerah resapan air di wilayah DKI Jakarta berdasarkan model dan skenario yang terpilih.
Berdasarkan hasil penelitian model pengelolaan RTH sebagai daerah resapan di wilayah DKI Jakarta dapat disimpulkan : Luas RTH pada tahun 2006 sebesar 24,68 persen dari luas kelima wilayah DKI Jakarta dengan kecukupan 74,10 persen - 77,09 persen dari kebutuhan air tanah domestik. Terdapat dua wilayah yang memenuhi syarat luas minimum RTH 30 persen (Undang-undang RI No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 29) dengan kecukupan melebihi kebutuhan air tanah domestik yaitu Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Alokasi daerah yang potensial untuk dijadikan daerah RTH di wilayah DKI Jakarta adalah Cengkareng dan Kembangan di wilayah Jakarta Barat, Cakung, Makasar dan Cipayung di wilayah Jakarta Timur dan Jagakarsa dan Cilandak di wilayah Jakarta Selatan.
kebutuhan air tanah domestik yaitu : skenario 1. Luas RTH seperti luas RTH tahun 2006 dan Pasokan Danau/Situ tahun 2006; skenario 2. Mengandalkan pasokan kebutuhan air domestik penduduk hanya dari PAM saja; skenario 3. Luas RTH seperti luas RTH tahun 2006, Pasokan Danau/Situ tahun 2006 dan PAM; skenario 4. Luas RTH terdiri dari RTH rencana pada daerah potensial ditambah RTH tahun 2006, Pasokan Danau/Situ tahun 2006 dan PAM; skenario 5. Luas RTH terdiri dari RTH rencana, RTH tahun 2006, Pasokan Danau/Situ tahun 2006, PAM dan ditambah pasokan dari RTH Wilayah lain
Dari kelima skenario tersebut dapat disimpulkan bahwa skenario yang dipilih untuk dilaksanakan di wilayah DKI Jakarta adalah skenario 5 yaitu kebutuhan air tanah domestik wilayah DKI Jakarta sampai dengan tahun 2016 harus dipenuhi dari luas RTH tahun 2006 (16.028,05 ha), penambahan RTH tambahan pada tahun 2007 sampai dengan 2016 sebesar 152,49 ha, pasokan Danau/Situ tahun 2006, pasokan PAM dan untuk beberapa wilayah harus dipenuhi dari pasokan air tanah dari Wilayah lain (misalnya wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Pusat masing-masing mendapat pasokan dari Jakarta Timur dan Jakarta Selatan)
Pengelolaan RTH sebagai daerah resapan di wilayah DKI Jakarta adalah : a) Jakarta Selatan dan Jakarta Timur ditetapkan sebagai daerah resapan yang dapat mengkonservasi air; b) Jakarta Timur dan Jakarta Barat adalah daerah yang masih harus menambah RTH rencana pada tahun 2006-2016 yaitu di daerah Cengkareng, Kembangan dan Cipayung; c) Kelebihan pasokan air domestik di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur digunakan untuk memasok wilayah lain; d) Kekurangan pasokan air domestik Jakarta Pusat dan Jakarta Barat, dipenuhi dari pasokan wilayah lain yaitu dari Jakarta Selatan dan Jakarta Timur; e) RTH tahun 2006 (24,68% luas DKI Jakarta) harus tetap dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan air domestik penduduk DKI Jakarta, pada tahun 2006 masih harus menambah RTH rencana Jakarta Barat di Kec. Kembangan dan Cengkareng sebesar 0,21 % luas DKI Jakarta dan pada tahun 2016 dibutuhkan RTH rencana Jakarta Timur di Kec. Cipayung sebesar 0,02 % luas DKI Jakarta; f) Luas RTH publik DKI Jakarta (tidak termasuk RTH Kepulauan Seribu) tahun 2009 adalah 9,07% , luas RTH Privat DKI Jakarta sebesar 15,85 %. Menurut UU RI No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa luas RTH publik adalah 20 % dari luas wilayah kota sehingga masih diperlukan lagi RTH publik sebesar 10,93 %. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah DKI Jakarta untuk menambah atau merubah RTH privat menjadi RTH publik; g) Total RTH (RTH rencana + RTH 2006) yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan air tanah domestik DKI Jakarta tahun 2006-2015 adalah sekitar 24,89 persen dari luas kelima Wilayah DKI Jakarta dan pada tahun 2016 dibutuhkan 24,92 persen dari luas kelima Wilayah DKI Jakarta.
@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011
Hak
cipta
dilindungi Undang-Undang
1.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebut sumber
a.
Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik
atau tinjauan suatu masalah.
b.
Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
WILAYAH DKI JAKARTA
Oleh :
DWI DINARIANA
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Ujian Tertutup
Dilaksanakan pada tanggal 19 Januari 2011 Waktu Ujian : 13.00 – 17.30 Penguji Luar Komisi :
1. Dr. Bambang Sulistyantara, M.Agr
2. Dr. Ir. Sobri Effendy, M.Si
Ujian Terbuka
Dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2011 Waktu Ujian : 09.00 – 12.00 Penguji Luar Komisi :
1. Dr. Ir. Ruchyat Deni Dj., M.Eng
NRP. : P062040081
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)
Disetujui : Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus Dr. Ir. Suria Darma Tarigan
Ketua Anggota
Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA
Anggota Anggota
Mengetahui :
Plh Ketua Program Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB,
Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Dr. drh. H. Hasim, DEA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatNya sehingga saya
dapat menyelesaikan penelitian disertasi dengan judul “Pengelolaan Ruang
Terbuka Hijau Sebagai Daerah Resapan Di Wilayah DKI Jakarta”.
Penyusunan disertasi ini sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Doktor pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penelitian
disertasi ini pada dasarnya menggambarkan latar belakang permasalahan dan
tujuan penelitian, tinjauan pustaka, gambaran umum wilayah penelitian, metode
penelitian, gambaran umum wilayah penelitian, hasil dan pembahasan.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Bapak
Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus, Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, Dr. Ir. Hartrisari
Hardjomidjojo, DEA dan Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA sebagai tim komisi
pembimbing yang telah memberikan kontribusi besar dalam bentuk saran
pemikiran dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan disertasi ini.
Penghargaan dan terima kasih disampaikan pula kepada Bapak Dr. drh. H. Hasim,
DEA selaku Plh Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan IPB.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan
disertasi ini, sehingga masih perlu mendapat masukan saran dan kritik
membangun dalam perbaikan dan kesempurnaan tulisan ini.
Bogor, Februari 2011
Dwi Dinariana
Penulis dilahirkan di Madiun, Jawa Timur, 5 Juli 1969 sebagai anak kedua
dari empat bersaudara, dari Ayah Soegeng Soedrajat dan Ibu Sunama. Penulis
menikah dengan Ir. Gatot Caturrongo dan dikaruniai satu orang anak yaitu Bayu
Pratama Ganang Putra.
Penulis lulus Sekolah Dasar Negeri Kartoharjo II, Madiun tahun 1982,
lulus SMP Negeri I, Madiun tahun 1985 dan lulus SMA Negeri II, Madiun Tahun
1988. Penulis lulus dari Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri
Sebelas Maret (UNS) Surakarta pada tahun 1993. Penulis melanjutkan pendidikan
program Magister Teknik Sipil peminatan Manajemen Konstruksi Universitas
Indonesia (UI) Jakarta dan lulus pada Tahun 2001. Diterima sebagai mahasiswa
program doktor di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
(PSL), Sekolah Pascasarjana, IPB pada tahun 2004. Saat ini, penulis bekerja
sebagai Ketua Program Studi S2 Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Persada Indonesia YAI di Jakarta.
Bagian dari Disertasi ini, telah diterbitkan di Jurnal Menara, No. 2 Volume
7 Tahun 2009 Halaman 45-54 dengan ISSN : 1411 – 3651 dan Jurnal Menara, No.
1 Volume 8 Tahun 2010 Halaman 1-12 dengan ISSN : 1411 – 3651. Jurnal ini
merupakan media informasi Rekayasa Sipil, Arsitek dan Industri Universitas
Persada Indonesia YAI dengan alamat Redaksi Kampus D UPI YAI Jl. Salemba
Raya No. 7 Jakarta Pusat. Selain itu, bagian dari Disertasi ini juga telah disajikan
pada seminar Temu Ilmiah Nasional Dosen Teknik IX 2010 di UNTAR Jakarta
pada tanggal 16 Desember 2010, serta akan dipresentasikan pada 5th Conference
of the International Forum on Urbanism di National University of Singapore
(NUS) Singapore tanggal 24-26 Pebruari 2011 dan The 12th International
Conference on QIR (Quality in Research) di Bali tanggal 4-7 Juli 2011.
Bogor, Februari 2011
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Pertanyaan Penelitian ... 4
1.4 Tujuan Penelitian ... 5
1.5 Manfaat Penelitian ... 5
1.6 Kerangka Pemikiran ... 6
1.7 Kebaruan (novelty) Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ……….. 9
2.1 Pengembangan Konsep Tata Ruang perkotaan ……….. 9
2.2Ruang Terbuka Hijau Kota ……… 11
2.2.1 Ruang Terbuka dan Ruang Terbuka Hijau ... 11
2.2.2 Tujuan, Klasifikasi dan Fungsi Ruang Terbuka Hijau ……... 16
2.2.3 Kriteria Ruang Terbuka Hijau ……… 18
2.2.4 Ruang Terbuka Hijau Perkotaan ……… 21
2.3Ruang Terbuka Hijau sebagai Daerah Resapan ………. 23
2.3.1 Perubahan Penggunaan Lahan ………... 23
2.3.2 Hidrologi ……… 25
2.3.3 Konservasi Air Tanah ... 27
2.3.4 Ruang Terbuka Hijau dan Pengaruhnya terhadap Konservasi Air ……….. 29
2.4Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau ……… 30
2.5Wewenang Penyusunan Rencana Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota ……… 32
2.6 Penginderaan Jauh ... 33
2.7 Sistem Informasi Geografik ... 34
2.9 Tinjauan Studi-Studi Terdahulu ... .. 38
III. METODE PENELITIAN ... 45
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 45
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 45
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 46
3.4 Teknik Analisis Data ... 46
3.4.1Analisis Alokasi RTH Potensial sebagai Daerah Resapan dan Kondisi Keberadaan RTH ………. 48
3.4.2 Analisis Luas RTH yang dibutuhkan sebagai Daerah Resapan 48 3.4.3 Sistem Informasi Geografi ... 50
3.4.4 Pendekatan Sistem ... 50
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 53
4.1 Kondisi Geografis ... 53
4.1.1 Letak Dan Kedudukan ... 53
4.1.2 Administrasi Dan Luas Lahan ... 53
4.1.3 Penggunaan Lahan ... 56
4.1.4 Iklim Dan Suhu Udara ... 56
4.1.5 Kondisi Hidrologi ... 57
4.2Luas Wilayah, Jumlah, Laju Pertumbuhan, dan Kepadatan Penduduk di Wilayah DKI Jakarta ... 59
4.2.1Luas Wilayah, Jumlah, Laju Pertumbuhan, dan Kepadatan Penduduk di Wilayah Jakarta Utara ……….. 60
4.2.2Luas Wilayah, Jumlah, Laju Pertumbuhan, dan Kepadatan Penduduk di Wilayah Jakarta Pusat ……….. 61
4.2.3Luas Wilayah, Jumlah, Laju Pertumbuhan, dan Kepadatan Penduduk di Wilayah Jakarta Barat ……….. 63
4.2.4Luas Wilayah, Jumlah, Laju Pertumbuhan, dan Kepadatan Penduduk di Wilayah Jakarta Selatan ………... 64
4.2.5Luas Wilayah, Jumlah, Laju Pertumbuhan, dan Kepadatan Penduduk di Wilayah Jakarta Timur ... 65
4.3 Jumlah dan Laju Pemakaian PAM di Wilayah DKI Jakarta ……….. 67
4.3.1 Jumlah dan Laju Pemakaian PAM di Wilayah Jakarta Utara ... 67
4.3.2 Jumlah dan Laju Pemakaian PAM di Wilayah Jakarta Pusat ... 68
4.3.4 Jumlah dan Laju Pemakaian PAM di Wilayah Jakarta Selatan 68
4.3.5 Jumlah dan Laju Pemakaian PAM di Wilayah Jakarta Timur .. 69
4.4 Data Curah Hujan di Wilayah DKI Jakarta ... 69
4.4.1 Data Curah Hujan di Wilayah Jakarta Utara ………. 69
4.4.2 Data Curah Hujan di Wilayah Jakarta Pusat ... 70
4.4.3 Data Curah Hujan di Wilayah Jakarta Barat ... 70
4.4.4 Data Curah Hujan di Wilayah Jakarta Selatan ... 71
4.4.5 Data Curah Hujan di Wilayah Jakarta Timur ... 71 4.5 Ruang Terbuka Hijau DKI Jakarta ... 72
4.5.1 Ruang Terbuka Hijau Dinas Kelautan dan Pertanian DKI
Jakarta ... 73
4.5.2Ruang Terbuka Hijau Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI
Jakarta ... 77
4.5.3 Ruang Terbuka Hijau Dinas Olahraga dan Pemuda DKI
Jakarta ... 78
4.6 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Di DKI Jakarta ... 79
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 81
5.1 Lokasi dan Luas RTH Tahun 2006 ... 81
5.1.1Lokasi dan Luas RTH Tahun 2006 di Wilayah Jakarta Utara .. 83
5.1.1.1 Penggunaan Lahan Tahun 2006 di Wilayah Jakarta
Utara ... 83
5.1.1.2Luas Lahan RTH dan Lahan Terbuka terhadap Luas
Wilayah Jakarta Utara ... 85
5.1.1.3Identifikasi Keberadaan RTH Wilayah Jakarta Utara .... 86
5.1.2Lokasi dan Luas RTH Tahun 2006 di Wilayah Jakarta Pusat .. 89
5.1.2.1 Penggunaan Lahan Tahun 2006 di Wilayah Jakarta
Pusat ... 89
5.1.2.2Luas Lahan RTH dan Lahan Terbuka terhadap Luas
Wilayah Jakarta Pusat ... 90
5.1.2.3Identifikasi Keberadaan RTH Wilayah Jakarta Pusat .... 91
5.1.3Lokasi dan Luas RTH Tahun 2006 di Wilayah Jakarta Barat .. 95
5.1.3.1 Penggunaan Lahan Tahun 2006 di Wilayah Jakarta
Barat ... 95
5.1.3.2Luas Lahan RTH dan Lahan Terbuka terhadap Luas
5.1.3.3Identifikasi Keberadaan RTH Wilayah Jakarta Barat .... 98
5.1.4 Lokasi dan Luas RTH Tahun 2006 di Wilayah Jakarta Selatan 102
5.1.4.1 Penggunaan Lahan Tahun 2006 di Wilayah Jakarta
Selatan ... 102
5.1.4.2Luas Lahan RTH dan Lahan Terbuka terhadap Luas
Wilayah Jakarta Selatan ... 104
5.1.4.3 Identifikasi Keberadaan RTH Wilayah Jakarta Selatan . 106
5.1.5Lokasi dan Luas RTH Tahun 2006 di Wilayah Jakarta Timur . 110
5.1.5.1 Penggunaan Lahan Tahun 2006 di Wilayah Jakarta
Timur ... 110
5.1.5.2Luas Lahan RTH dan Lahan Terbuka terhadap Luas
Wilayah Jakarta Timur ... 112
5.1.5.3 Identifikasi Keberadaan RTH Wilayah Jakarta Timur .. 114
5.1.6Lokasi dan Luas RTH Tahun 2006 di Lima Wilayah DKI
Jakarta ... 118
5.1.6.1 Penggunaan Lahan Tahun 2006 di Lima Wilayah DKI
Jakarta ... 118
5.1.6.2Luas Lahan RTH dan Lahan Terbuka terhadap Luas
Lima Wilayah DKI Jakarta ... 119
5.2 Alokasi RTH Potensial sebagai Daerah Resapan ... 120
5.2.1Alokasi RTH Potensial sebagai Daerah Resapan Wilayah DKI
Jakarta ... 120
5.2.1.1 Perhitungan Koefisien Resapan (C) Wilayah DKI
Jakarta ... 120
5.2.1.2 Zona Resapan dan Zona Muka Air Tanah di Wilayah
DKI Jakarta ... 122
5.2.2Alokasi RTH Potensial sebagai Daerah Resapan Wilayah
Jakarta Utara ………. 123
5.2.2.1 Perhitungan Koefisien Resapan (C) Wilayah Jakarta
Utara ... 123
5.2.2.2Zona Resapan dan Zona Muka Air Tanah di Wilayah
Jakarta Utara ………. 123
5.2.2.3Alokasi RTH Potensial sebagai Daerah Resapan di
Wilayah Jakarta Utara ………... 125
5.2.3Alokasi RTH Potensial sebagai Daerah Resapan Wilayah
5.2.3.1 Perhitungan Koefisien Resapan (C) Wilayah Jakarta
Pusat ... 126
5.2.3.2Zona Resapan dan Zona Muka Air Tanah di Wilayah
Jakarta Pusat ……….. 127
5.2.3.3Alokasi RTH Potensial sebagai Daerah Resapan di
Wilayah Jakarta Pusat ………... 129
5.2.4Alokasi RTH Potensial sebagai Daerah Resapan Wilayah
Jakarta Barat ……….. 131
5.2.4.1 Perhitungan Koefisien Resapan (C) Wilayah Jakarta
Barat ... 131
5.2.4.2Zona Resapan dan Zona Muka Air Tanah di Wilayah
Jakarta Barat ……….. 131
5.2.4.3Alokasi RTH Potensial sebagai Daerah Resapan di
Wilayah Jakarta Barat ………... 134
5.2.5Alokasi RTH Potensial sebagai Daerah Resapan Wilayah
Jakarta Selatan ………... 136
5.2.5.1 Perhitungan Koefisien Resapan (C) Wilayah Jakarta
Selatan ... 136
5.2.5.2Zona Resapan dan Zona Muka Air Tanah di Wilayah
Jakarta Selatan ... 137
5.2.5.3Alokasi RTH Potensial sebagai Daerah Resapan di
Wilayah Jakarta Selatan ... 140
5.2.6Alokasi RTH Potensial sebagai Daerah Resapan Wilayah
Jakarta Timur ... 142
5.2.6.1 Perhitungan Koefisien Resapan (C) Wilayah Jakarta
Timur ... 142
5.2.6.2Zona Resapan dan Zona Muka Air Tanah di Wilayah
Jakarta Timur ……… 143
5.2.6.3Alokasi RTH Potensial sebagai Daerah Resapan di
Wilayah Jakarta Timur ……….. 147
5.3 Model Pengelolaan RTH sebagai Daerah Resapan ……… 149
5.3.1Model Pengelolaan RTH sebagai Daerah Resapan Wilayah
Jakarta Utara ……….. 149
5.3.2Model Pengelolaan RTH sebagai Daerah Resapan Wilayah
Jakarta Pusat ……….. 155
5.3.3Model Pengelolaan RTH sebagai Daerah Resapan Wilayah
Jakarta Barat ……….. 161
5.3.4Model Pengelolaan RTH sebagai Daerah Resapan Wilayah
5.3.5Model Pengelolaan RTH sebagai Daerah Resapan Wilayah
Jakarta Timur ... 173
5.3.6Model Pengelolaan RTH sebagai Daerah Resapan Wilayah
DKI Jakarta ………... 180
5.3.7Validasi Model ……….. 184
5.4 Skenario Pengelolaan RTH sebagai Daerah Resapan ……… 188
5.4.1Skenario Pengelolaan RTH sebagai Daerah Resapan Wilayah
Jakarta Utara ………. 188
5.4.2Skenario Pengelolaan RTH sebagai Daerah Resapan Wilayah
Jakarta Utara ………. 189
5.4.3Skenario Pengelolaan RTH sebagai Daerah Resapan Wilayah
Jakarta Barat ……….. 189
5.4.4Skenario Pengelolaan RTH sebagai Daerah Resapan Wilayah
Jakarta Selatan ………... 190
5.4.5Skenario Pengelolaan RTH sebagai Daerah Resapan Wilayah
Jakarta Timur ……… 192
5.4.6Skenario Pengelolaan RTH sebagai Daerah Resapan Wilayah
DKI Jakarta ………... 193
5.5 Pengelolaan RTH sebagai Daerah Resapan ………... 197
5.5.1Pengelolaan RTH sebagai Daerah Resapan Wilayah Jakarta
Utara ……….. 197
5.5.2Pengelolaan RTH sebagai Daerah Resapan Wilayah Jakarta
Pusat ……….. 199
5.5.3Pengelolaan RTH sebagai Daerah Resapan Wilayah Jakarta
Barat ……….. 200
5.5.4Pengelolaan RTH sebagai Daerah Resapan Wilayah Jakarta
Selatan ………... 201
5.5.5Pengelolaan RTH sebagai Daerah Resapan Wilayah Jakarta
Timur ………. 202
5.5.6Pengelolaan RTH sebagai Daerah Resapan Wilayah DKI
Jakarta ………... 203
VI. SIMPULAN DAN SARAN ………. 209
6.1 Simpulan ……… 209
6.2Saran ………... 211
DAFTAR PUSTAKA ……… 213
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Standar Luas Ruang Terbuka Umum (Simond, 1983) ... 23
2 Parameter Utama dari Siklus Hidrologis (Brooks, 1988) ... 26
3 Hubungan Antara Tujuan Penelitian, Jenis Data, Sumber Data,
Teknik Analisis Data dan Hasil yang Diharapkan ... 47
4 Kebutuhan stakeholder dalam pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
sebagai daerah resapan di wilayah DKI Jakarta ... 50
5 Luas Wilayah di DKI Jakarta Tahun 2006 ... 53
6 Luas Lahan dan Penggunaannya Menurut Kotamadya/Kabupaten
Tahun 2006 (hektar) ... 56
7 Data Curah Hujan Perwilayah DKI Jakarta Tahun 1997 – 2006 ... 56
8 Peruntukan Air Sungai di Wilayah DKI Jakarta ... 57
9 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Wilayah DKI Jakarta
Tahun 2002-2006 ... 59
10 Klasifikasi Kepadatan Penduduk ... 59
11 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per-Wilayah DKI
Jakarta ... 59
12 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Wilayah Jakarta Utara
Tahun 2002-2006 ... 60
13 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per-Kecamatan di
Wilayah Jakarta Utara ... 61
14 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Wilayah Jakarta Pusat
Tahun 2001-2006 ... 62
15 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per-Kecamatan di
Wilayah Jakarta Pusat ... 62
16 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Wilayah Jakarta Barat
Tahun 2001-2006 ... 63
17 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per-Kecamatan di
Wilayah Jakarta Barat ... 63
18 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Wilayah Jakarta Selatan
Tahun 2001-2006 ... 64
19 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per-Kecamatan di
Wilayah Jakarta Selatan ... 65
20 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Wilayah Jakarta Timur
21 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per-Kecamatan di Wilayah Jakarta Timur ... 66
22 Jumlah dan Laju Pemakaian PAM untuk Rumah Tangga di Wilayah
DKI Jakarta ... 67
23 Jumlah dan Laju Pemakaian PAM untuk Rumah Tangga di Wilayah
Jakarta Utara ... 67
24 Jumlah dan Laju Pemakaian PAM untuk Rumah Tangga di Wilayah
Jakarta Pusat ... 68
25 Jumlah dan Laju Pemakaian PAM untuk Rumah Tangga di Wilayah
Jakarta Barat ... 68
26 Jumlah dan Laju Pemakaian PAM untuk Rumah Tangga di Wilayah
Jakarta Selatan ... 68
27 Jumlah dan Laju Pemakaian PAM untuk Rumah Tangga di Wilayah
Jakarta Timur ... 69
28 Curah Hujan dan Curah Hujan Rata-rata Pertahun di Wilayah DKI
Jakarta ... 69
29 Curah Hujan dan Curah Hujan Rata-rata Pertahun di Wilayah
Jakarta Utara ... 70
30 Curah Hujan dan Curah Hujan Rata-rata Pertahun di Wilayah
Jakarta Pusat ... 70
31 Curah Hujan dan Curah Hujan Rata-rata Pertahun di Wilayah
Jakarta Barat ... 71
32 Curah Hujan dan Curah Hujan Rata-rata Pertahun di Wilayah
Jakarta Selatan ... 71
33 Curah Hujan dan Curah Hujan Rata-rata Pertahun di Wilayah
Jakarta Timur ... 72
34 Ruang Terbuka Hijau DKI Jakarta ... 72
35 Hutan Kota di Tanah Milik Pemda DKI Jakarta ... 73
36 Hutan Kota Dibawah Pengawasan BUMD DKI Jakarta ... 74
37 Hutan Kota Di Tanah Bukan Milik Pemda DKI Jakarta ... 75
38 Kawasan Hutan DKI Jakarta ... 76
39 Ruang Terbuka Hijau Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta ... 76
40 Ruang Terbuka Hijau Pertanian DKI Jakarta ... 76
41 RTH Kebun Bibit/Balai Benih Pertanian dan Kehutanan DKI
Jakarta ... 77
42 Ruang Terbuka Hijau Pertanian dan Kebun Bibit DKI Jakarta ... 77
43 RTH Taman Kota, Jalur Hijau Jalan, Tepian Air, Taman Rekreasi
44 RTH Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta ... 78
45 RTH Dinas Olah Raga dan Pemuda DKI Jakarta ... 78
46 Status RTRW Kota-kota dan Kabupaten di Propinsi DKI ... 79
47 Pembagian Zona Resapan di Wilayah DKI Jakarta ... 81
48 Pembagian Zona Muka Air Tanah di Wilayah DKI Jakarta ... 81
49 Pembagian Zona Resapan dan Zona Muka Air Tanah di Wilayah
DKI Jakarta ... 82
50 Penggunaan Lahan Tahun 2006 Per-Zona Resapan di Wilayah
Jakarta Utara ... 83
51 Luas RTH terhadap Luas Wilayah Jakarta Utara Tahun 2006 ... 85
52 Luas Lahan Terbuka terhadap Luas Wilayah Jakarta Utara Tahun
2006 ... 85
53 Luas Lahan Terbuka dan RTH terhadap Luas Wilayah Jakarta Utara
Tahun 2006 ... 85
54 Identifikasi RTH Jakarta Utara ... 86
55 Penggunaan Lahan Tahun 2006 Per-Zona Resapan di Wilayah
Jakarta Pusat ... 89
56 Luas RTH terhadap Luas Wilayah Jakarta Pusat Tahun 2006 ... 90
57 Luas Lahan Terbuka terhadap Luas Wilayah Jakarta Pusat Tahun
2006 ... 91
58 Luas Lahan Terbuka dan RTH terhadap Luas Wilayah Jakarta Pusat
Tahun 2006 ... 91
59 Identifikasi RTH Jakarta Pusat ... 92
60 Penggunaan Lahan Tahun 2006 Per-Zona Resapan di Wilayah
Jakarta Barat ... 95
61 Luas RTH terhadap Luas Wilayah Jakarta Barat Tahun 2006 ... 97
62 Luas Lahan Terbuka terhadap Luas Wilayah Jakarta Barat Tahun
2006 ... 97
63 Luas Lahan Terbuka dan RTH terhadap Luas Wilayah Jakarta Barat
Tahun 2006 ... 98
64 Identifikasi RTH Jakarta Barat ... 99
65 Penggunaan Lahan Tahun 2006 Per-Zona Resapan di Wilayah
Jakarta Selatan ... 102
66 Luas RTH terhadap Luas Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2006 ... 104
67 Luas Lahan Terbuka terhadap Luas Wilayah Jakarta Selatan Tahun
68 Luas Lahan Terbuka dan RTH terhadap Luas Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2006 ... 106
69 Identifikasi RTH Jakarta Selatan ... 107
70 Penggunaan Lahan Tahun 2006 Per-Zona Resapan di Wilayah
Jakarta Timur ... 110
71 Luas RTH terhadap Luas Wilayah Jakarta Timur Tahun 2006 ... 112
72 Luas Lahan Terbuka terhadap Luas Wilayah Jakarta Timur Tahun
2006 ... 113
73 Luas Lahan Terbuka dan RTH terhadap Luas Wilayah Jakarta Timur
Tahun 2006 ……….. 114
74 Identifikasi RTH Jakarta Timur ... 115
75 Penggunaan Lahan Tahun 2006 Per-Wilayah DKI Jakarta ... 118
76 Luas RTH terhadap Luas Lima Wilayah DKI Jakarta Tahun 2006 ... 119
77 Luas Lahan Terbuka terhadap Luas Lima Wilayah DKI Jakarta
Tahun 2006 ... 119
78 Luas Lahan Terbuka dan RTH terhadap Luas Lima Wilayah DKI
Jakarta Tahun 2006 ... 119
79 Data Curah Hujan Jam-jaman (2003-2007) di Wilayah DKI Jakarta 121
80 Perhitungan Koefisien Resapan sesuai Zonasi Daerah Resapan di
Wilayah DKI Jakarta ... 121
81 Perhitungan Koefisien Resapan sesuai Zonasi Daerah Resapan di
Wilayah Jakarta Utara ... 123
82 Zona Resapan dan Zona Muka Air Tanah di Wilayah Jakarta Utara 123
83 Luas Zona Daerah Resapan di Wilayah Jakarta Utara ... 124
84 Alokasi RTH Potensial sebagai Daerah Resapan terhadap Muka Air
Tanah dan Laju Resapan di Wilayah Jakarta Utara ... 125
85 Alokasi RTH Potensial sebagai Daerah Resapan terhadap Kepadatan
Penduduk di Wilayah Jakarta Utara ... 125
86 Perhitungan Koefisien Resapan sesuai Zonasi Daerah Resapan di
Wilayah Jakarta Pusat ... 127
87 Zona Resapan dan Zona Muka Air Tanah di Wilayah Jakarta Pusat 127
88 Luas Zona Daerah Resapan di Wilayah Jakarta Pusat ... 128
89 Alokasi RTH Potensial sebagai Daerah Resapan terhadap Muka Air
Tanah dan Laju Resapan di Wilayah Jakarta Pusat ... 129
90 Alokasi RTH Potensial sebagai Daerah Resapan terhadap Kepadatan
Penduduk di Wilayah Jakarta Pusat ... 130
91 Perhitungan Koefisien Resapan sesuai Zonasi Daerah Resapan di
92 Zona Resapan dan Zona Muka Air Tanah di Wilayah Jakarta Barat 132
93 Luas Zona Daerah Resapan di Wilayah Jakarta Barat ... 133
94 Alokasi RTH Potensial sebagai Daerah Resapan terhadap Muka Air
Tanah dan Laju Resapan di Wilayah Jakarta Barat ... 134
95 Alokasi RTH Potensial sebagai Daerah Resapan terhadap Kepadatan
Penduduk di Wilayah Jakarta Barat ... 135
96 Perhitungan Koefisien Resapan sesuai Zonasi Daerah Resapan di
Wilayah Jakarta Selatan ... 136
97 Zona Resapan dan Zona Muka Air Tanah di Wilayah Jakarta Selatan 137
98 Luas Zona Daerah Resapan di Wilayah Jakarta Selatan ……… 138
99 Alokasi RTH Potensial sebagai Daerah Resapan terhadap Muka Air
Tanah dan Laju Resapan di Wilayah Jakarta Selatan ... 141
100 Alokasi RTH Potensial sebagai Daerah Resapan terhadap Kepadatan
Penduduk di Wilayah Jakarta Selatan ... 141
101 Perhitungan Koefisien Resapan sesuai Zonasi Daerah Resapan di
Wilayah Jakarta Timur ... 143
102 Zona Resapan dan Zona Muka Air Tanah di Wilayah Jakarta Timur 144
103 Luas Zona Daerah Resapan di Wilayah Jakarta Timur ... 145
104 Alokasi RTH Potensial sebagai Daerah Resapan terhadap Muka Air
Tanah dan Laju Resapan di Wilayah Jakarta Timur ... 148
105 Alokasi RTH Potensial sebagai Daerah Resapan terhadap Kepadatan
Penduduk di Wilayah Jakarta Timur ... 149
106 Jumlah Penduduk Jakarta Utara selama 10 Tahun (2006-2016) ... 151
107 Jumlah Kebutuhan Air Domestik Penduduk Jakarta Utara selama 10
Tahun (2006-2016) ... 151
108 Jumlah Pasokan PAM Penduduk Jakarta Utara selama 10 Tahun
(2006-2016) ... 152
109 Jumlah Pasokan Air Tanah dari Danau atau Situ di Wilayah Jakarta
Utara selama 10 Tahun (2006-2016) ... 152
110 Jumlah Pasokan Air Tanah dari RTH pada Tahun 2006 di Wilayah
Jakarta Utara ... 152
111 Pasokan Air Tanah dari RTH Tahun 2006 dan Pasokan Danau/Situ
tahun 2006 di Wilayah Jakarta Utara ... 153
112 Pasokan Kebutuhan Air Domestik Penduduk hanya dari PAM saja
di Wilayah Jakarta Utara ... 154
113 Pasokan Air Tanah dari RTH Tahun 2006, Pasokan Danau/Situ
tahun 2006 dan PAM di Wilayah Jakarta Utara ... 154
115 Jumlah Kebutuhan Air Domestik Penduduk Jakarta Pusat selama 10
Tahun (2006-2016) ... 157
116 Jumlah Pasokan PAM Penduduk Jakarta Pusat selama 10 Tahun
(2006-2016) ... 157
117 Jumlah Pasokan Air Tanah dari Danau atau Situ di Wilayah Jakarta
Pusat selama 10 Tahun (2006-2016) ... 158
118 Jumlah Pasokan Air Tanah dari RTH pada Tahun 2006 di Wilayah
Jakarta Pusat ... 158
119 Pasokan Air Tanah dari RTH Tahun 2006 dan Pasokan Danau/Situ
tahun 2006 di Wilayah Jakarta Pusat ... 159
120 Pasokan Kebutuhan Air Domestik Penduduk hanya dari PAM saja
di Wilayah Jakarta Pusat ... 160
121 Pasokan Air Tanah dari RTH Tahun 2006, Pasokan Danau/Situ
tahun 2006 dan PAM di Wilayah Jakarta Pusat ... 160
122 Jumlah Penduduk Jakarta Barat selama 10 Tahun (2006-2016) ... 162
123 Jumlah Kebutuhan Air Domestik Penduduk Jakarta Barat selama 10
Tahun (2006-2016) ... 162
124 Jumlah Pasokan PAM Penduduk Jakarta Barat selama 10 Tahun
(2006-2016) ... 163
125 Jumlah Pasokan Air Tanah dari Danau atau Situ di Wilayah Jakarta
Barat selama 10 Tahun (2006-2016) ... 163
126 Jumlah Pasokan Air Tanah dari RTH pada Tahun 2006 di Wilayah
Jakarta Barat ... 163
127 Pasokan Air Tanah dari RTH Tahun 2006 dan Pasokan Danau/Situ
tahun 2006 di Wilayah Jakarta Barat ... 164
128 Pasokan Kebutuhan Air Domestik Penduduk hanya dari PAM saja
di Wilayah Jakarta Barat ... 165
129 Pasokan Air Tanah dari RTH Tahun 2006, Pasokan Danau/Situ
tahun 2006 dan PAM di Wilayah Jakarta Barat ... 165
130 Luas RTH Rencana dan RTH Tahun 2006 di Wilayah Jakarta Barat 166
131 Luas dan Lokasi RTH Rencana di Wilayah Jakarta Barat ... 166
132 Pasokan Air Tanah dari RTH Rencana, RTH Tahun 2006, Pasokan
Danau/Situ tahun 2006 dan PAM di Wilayah Jakarta Barat ... 167
133 Jumlah Penduduk Jakarta Selatan selama 10 Tahun (2006-2016) ... 169
134 Jumlah Kebutuhan Air Domestik Penduduk Jakarta Selatan selama
10 Tahun (2006-2016) ... 169
135 Jumlah Pasokan PAM Penduduk Jakarta Selatan selama 10 Tahun
136 Jumlah Pasokan Air Tanah dari Danau atau Situ di Wilayah Jakarta Selatan selama 10 Tahun (2006-2016) ... 170
137 Jumlah Pasokan Air Tanah dari RTH pada Tahun 2006 di Wilayah
Jakarta Selatan ... 170
138 Pasokan Air Tanah dari RTH Tahun 2006 dan Pasokan Danau/Situ
tahun 2006 di Wilayah Jakarta Selatan ... 171
139 Pasokan Kebutuhan Air Domestik Penduduk hanya dari PAM saja
di Wilayah Jakarta Selatan ... 172
140 Pasokan Air Tanah dari RTH Tahun 2006, Pasokan Danau/Situ
tahun 2006 dan PAM di Wilayah Jakarta Selatan ... 172
141 Kelebihan Pasokan Air Tanah Domestik Jakarta Selatan Untuk Memenuhi Kekurangan Pasokan Air Tanah Domestik Wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Barat ... 173
142 Volume Sisa Kelebihan Pasokan Air Tanah Domestik Jakarta Selatan ... 173
143 Jumlah Penduduk Jakarta Timur selama 10 Tahun (2006-2016) ... 175
144 Jumlah Kebutuhan Air Domestik Penduduk Jakarta Timur selama
10 Tahun (2006-2016) ... 175
145 Jumlah Pasokan PAM Penduduk Jakarta Timur selama 10 Tahun
(2006-2016) ... 175
146 Jumlah Pasokan Air Tanah dari Danau atau Situ di Wilayah Jakarta
Timur selama 10 Tahun (2006-2016) ... 176
147 Jumlah Pasokan Air Tanah dari RTH pada Tahun 2006 di Wilayah
Jakarta Timur ... 176
148 Pasokan Air Tanah dari RTH Tahun 2006 dan Pasokan Danau/Situ
tahun 2006 di Wilayah Jakarta Timur ... 177
149 Pasokan Kebutuhan Air Domestik Penduduk hanya dari PAM saja
di Wilayah Jakarta Timur ... 177
150 Pasokan Air Tanah dari RTH Tahun 2006, Pasokan Danau/Situ
tahun 2006 dan PAM di Wilayah Jakarta Timur ... 178
151 Luas RTH Rencana dan RTH Tahun 2006 di Wilayah Jakarta Timur 179
152 Luas dan Lokasi RTH Rencana di Wilayah Jakarta Timur ... 179
153 Pasokan Air Tanah dari RTH Rencana, RTH Tahun 2006, Pasokan
Danau/Situ tahun 2006 dan PAM di Wilayah Jakarta Timur ... 179 154 Kelebihan Pasokan Air Tanah Domestik Jakarta Timur Untuk
Memenuhi Kekurangan Pasokan Air Tanah Domestik Wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Barat ... 180
156 Pasokan Air Tanah dari RTH Tahun 2006 dan Pasokan Danau/Situ tahun 2006 di Wilayah DKI Jakarta ... 181
157 Pasokan Kebutuhan Air Domestik Penduduk hanya dari PAM saja
di Wilayah DKI Jakarta ... 182
158 Pasokan Air Tanah dari RTH Tahun 2006, Pasokan Danau/Situ
tahun 2006 dan PAM di Wilayah DKI Jakarta ... 182
159 Luas RTH Rencana dan RTH Tahun 2006 di Wilayah DKI Jakarta .. 183
160 Luas dan Lokasi RTH Rencana di Wilayah DKI Jakarta ... 183
161 Hasil Pengolahan model pengelolaan RTH dalam rangka memenuhi
kebutuhan air tanah domestik di kelima wilayah DKI Jakarta ... 184
162 Hasil Perhitungan dengan Rumus Fakuara untuk Wilayah Jakarta
Utara ... 185
163 Hasil Perhitungan dengan Rumus Fakuara untuk Wilayah Jakarta
Pusat ... 186
164 Hasil Perhitungan dengan Rumus Fakuara untuk Wilayah Jakarta
Barat ... 186
165 Hasil Perhitungan dengan Rumus Fakuara untuk Wilayah Jakarta
Selatan ... 186
166 Hasil Perhitungan dengan Rumus Fakuara untuk Wilayah Jakarta
Timur ... 187
167 Perbandingan Hasil Model dengan Rumus Fakuara untuk Wilayah
DKI Jakarta... 187
168 Skenario pengelolaan RTH dalam rangka memenuhi kebutuhan air
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Kerangka Pemikiran Model Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Sebagai Daerah Resapan di Wilayah DKI Jakarta ... 7
2 Ilustrasi Hubungan Antara Populasi Manusia, Ketersediaan
Sumberdaya Alam, Tingkat Pencemaran, dan Tingkat Kualitas Hidup (Simonds, 1978) ... 11
3 Pola Pertumbuhan dan Perkembangan Kota dalam Kaitannya
dengan Perencanaan Tata Ruang (dimodifikasi dari Sujarto, 1991) ... 12
4 Siklus Hidrologi (Brooks, 1988) ... 25
5 Ilustrasi Ragam Keberadaan Air dalam Tanah (Brooks, 1988) ... 26
6 Perubahan Hidrologis yang Disebabkan Pembangunan Kota (Hough,
1989) ... 27
7 Peta Wilayah DKI Jakarta ... 45
8 Diagram Sebab Akibat Sistem Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
sebagai Daerah Resapan di Wilayah DKI Jakarta ... 51
9 Diagram Input-Output Sistem Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
sebagai Daerah Resapan di Wilayah DKI Jakarta ... 51
10 Peta Orientasi Propinsi DKI Jakarta ... 54
11 Peta Administrasi Propinsi DKI Jakarta ... 55
12 Kepadatan Penduduk Per Kecamatan diwilayah DKI Jakarta ... 60
13 Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Wilayah Jakarta Utara ... 61
14 Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Wilayah Jakarta Pusat ... 62
15 Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Wilayah Jakarta Barat ... 64
16 Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Wilayah Jakarta Selatan ... 65
17 Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Wilayah Jakarta Timur ... 66
18 Peta Sebaran Hutan Kota di Wilayah DKI Jakarta ... 74
19 Zona Muka Air Tanah di Wilayah DKI Jakarta ... 82
20 Peta Zona Resapan dan Zona Muka Air Tanah di Wilayah DKI
Jakarta ... 83
21 Penggunaan Lahan Tahun 2006 di Wilayah Jakarta Utara ... 84
22 Penggunaan Lahan Tahun 2006 Per-Zona Resapan di Wilayah
Jakarta Utara ... 84
23 Identifikasi RTH di Wilayah Jakarta Utara ... 87
25 Penggunaan Lahan Tahun 2006 di Wilayah Jakarta Pusat ... 89
26 Penggunaan Lahan Tahun 2006 Per-Zona Resapan di Wilayah
Jakarta Pusat ... 90
27 Identifikasi RTH di Wilayah Jakarta Pusat ... 93
28 Foto RTH Foto Jakarta Pusat ... 94
29 Penggunaan Lahan Tahun 2006 di Wilayah Jakarta Barat ... 96
30 Penggunaan Lahan Tahun 2006 Per-Zona Resapan di Wilayah
Jakarta Barat ... 96
31 Identifikasi RTH di Wilayah Jakarta Barat ... 100 32 Foto RTH di Wilayah Jakarta Barat ... 101
33 Penggunaan Lahan Tahun 2006 di Wilayah Jakarta Selatan ... 103
34 Penggunaan Lahan Tahun 2006 Per-Zona Resapan di Wilayah
Jakarta Selatan ... 103
35 Identifikasi RTH di Wilayah Jakarta Selatan ... 108
36 Foto RTH di Wilayah Jakarta Selatan ... 109
37 Penggunaan Lahan Tahun 2006 di Wilayah Jakarta Timur ... 111
38 Penggunaan Lahan Tahun 2006 Per-Zona Resapan di Wilayah
Jakarta Timur ... 111
39 Identifikasi RTH di Wilayah Jakarta Timur ... 116
40 Foto RTH di Wilayah Jakarta Timur ... 117
41 Penggunaan Lahan Tahun 2006 di Wilayah DKI Jakarta ... 118
42 Distribusi Sebaran Curah Hujan berdasarkan klasifikasi dan
Persentase Kejadian di Wilayah DKI Jakarta ... 120
43 Peta Zona Resapan dan Zona Muka Air Tanah di Wilayah Jakarta Utara ... 124
44 Alokasi RTH Potensial Sebagai Daerah Resapan di Wilayah Jakarta
Utara ... 126
45 Peta Zona Resapan dan Zona Muka Air Tanah di Wilayah Jakarta
Pusat ... 128
46 Alokasi RTH Potensial Sebagai Daerah Resapan di Wilayah Jakarta
Pusat ... 130
47 Peta Zona Resapan dan Zona Muka Air Tanah di Wilayah Jakarta
Barat ... 132
48 Alokasi RTH Potensial Sebagai Daerah Resapan di Wilayah Jakarta
Barat ... 135
49 Peta Zona Resapan dan Zona Muka Air Tanah di Wilayah Jakarta
50 Alokasi RTH Potensial Sebagai Daerah Resapan di Wilayah Jakarta Selatan ... 142
51 Peta Zona Resapan dan Zona Muka Air Tanah di Wilayah Jakarta
Timur ... 146
52 Alokasi RTH Potensial Sebagai Daerah Resapan di Wilayah Jakarta
Timur ... 149
53 Model Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau sebagai Daerah Resapan
Wilayah Jakarta Utara ... 150
54 Model Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau sebagai Daerah Resapan
Wilayah Jakarta Pusat ... 156
55 Model Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau sebagai Daerah Resapan
Wilayah Jakarta Barat ... 161
56 Model Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau sebagai Daerah Resapan
Wilayah Jakarta Selatan ... 168
57 Model Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau sebagai Daerah Resapan
Wilayah Jakarta Timur ... 174
58 Lokasi RTH Rencana dan RTH (tahun 2006) di Wilayah Jakarta
Utara ... 198
59 Lokasi RTH Rencana dan RTH (tahun 2006) di Wilayah Jakarta
Pusat ... 200
60 Lokasi RTH Rencana dan RTH (tahun 2006) di Wilayah Jakarta
Barat ... 201
61 Lokasi RTH Rencana dan RTH (tahun 2006) di Wilayah Jakarta
Selatan ... 202
62 Lokasi RTH Rencana dan RTH (tahun 2006) di Wilayah Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Model Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau sebagai Daerah Resapan
di Wilayah Jakarta Utara ... 219
2 Model Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau sebagai Daerah Resapan
di Wilayah Jakarta Pusat ... 223
3 Model Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau sebagai Daerah Resapan
di Wilayah Jakarta Barat ... 227
4 Model Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau sebagai Daerah Resapan
di Wilayah Jakarta Selatan ... 231
5 Model Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau sebagai Daerah Resapan
1.1 Latar Belakang
Di berbagai kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil dan
sekitarnya pembangunan fisik berlangsung dengan pesat. Hal ini di dorong oleh
adanya pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi yang semakin tinggi.
Akibatnya, pemenuhan akan permukiman serta sarana dan prasarana kehidupan
penduduk kota yang layak akan semakin tinggi pula.
Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Jakarta mempunyai jumlah
penduduk yang cukup besar dan sebagai suatu kota harus mampu menyediakan
berbagai sarana dan prasarana penunjang kebutuhan hidup penduduknya. Salah
satu yang harus disediakan adalah kebutuhan akan air bersih. Setiap manusia
pasti membutuhkan air bersih untuk berbagai keperluan, misalnya untuk
minum, mandi mencuci, memasak, dan lain sebagainya.
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dan keterbatasan lahan yang
dimiliki menyebabkan pertumbuhan pembangunan fisik di Kota Jakarta dilakukan
dengan mengkonversi lahan pertanian, hutan dan ruang terbuka lainnya menjadi
lahan terbangun dengan struktur perkerasan dan bangunan. Hal ini menyebabkan
berkurangnya luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sehingga ruang resapan air
berkurang, lingkungan menjadi gersang dan panas serta hilangnya
keanekaragaman flora dan fauna. Untuk mencegah terjadinya kerusakan
lingkungan lebih lanjut yang diakibatkan oleh pertumbuhan pembangunan maka
diperlukan adanya perlindungan lingkungan, dimana setiap pembangunan yang
tengah berlangsung harus dapat mengedepankan keterbatasan dan
kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh lingkungan itu sendiri
Pada saat ini, Jakarta lebih banyak kehilangan air bila dibandingkan
beberapa puluh tahun yang lalu. Hal ini disebabkan karena telah
berkurangnya ruang terbuka hijau sebagai tempat meresapnya air ke dalam
tanah. Banyak ruang terbuka hijau yang telah diubah menjadi ruang-ruang
terbangun, yang tujuannya juga untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi
Ketidakseimbangan antara penambangan air tanah dengan
pengembaliannya, telah menimbulkan berbagai masalah, terutama di kota-kota
besar, termasuk kota Jakarta. Ketidakseimbangan ini muncul akibat terlalu
banyaknya pengambilan air dari dalam tanah, sementara pengembaliannya ke
dalam tanah semakin berkurang. Hal ini terjadi akibat semakin berkurangnya
permukaan tanah yang mampu meresapkan air (hujan) khususnya akibat
bertambahnya luas permukaan yang dikeraskan dalam bentuk
bangunan-bangunan, jalan, tempat parkir dsb, sehingga semakin banyaknya air hujan yang
terbuang ke laut/danau melalui saluran drainase buatan.
Dalam banyak hal, bertambahnya luas pengerasan ini tidak disertai dengan
suatu usaha untuk menambah masuknya air ke dalam tanah dengan cara lain
(kompensasi) dengan jumlah yang sama dengan yang seharusnya terjadi bila
pengerasan-pengerasan tersebut tidak ada. Banyak areal pertanian dan hutan yang
sebelumnya berperan sebagai tempat meresapnya air (hujan) ke dalam tanah
secara alami telah berubah fungsi akibat adanya bangunan diatasnya, atau akibat
berkurangnya vegetasi diatasnya. Berkurangnya supply air tanah akan
menyebabkan penurunan permukaan air tanah yang sangat menyolok. Dampak
negatif dari fenomena ini sangat luas, selain semakin mahalnya persediaan air
tanah sebagai sumber air bersih juga menyebabkan intrusi air laut sampai jauh ke
daratan, seperti saat ini dijumpai di daerah Jakarta Utara.
Salah satu kebutuhan fisiologis manusia adalah air. Kelancaran
hidup manusia pasti akan terganggu bila tidak tersedia air, dan pada tahap
terakhir, tak ada lagi kehidupan ini. Keberadaan air di muka bumi tergantung
pada siklus air di daerah tersebut. Jumlah air di permukaan bumi selalu tetap,
namun persebarannya tergantung pada pola penggunaan lahan di atasnya.
Tanpa disadari masyarakat, perubahan penggunaan lahan tersebut akan
membawa dampak negatif bagi kehidupan beberapa tahun mendatang. Di
utara Jakarta, air tanah telah terintrusi oleh air laut, sehingga menjadi tidak
layak untuk dikonsumsi. Tidak hanya terjadi di daerah utara Jakarta saja,
namunjuga terjadi di sejumlah besar tempat di Jakarta. Semakin banyaknya
menjadi berkurang sehingga menimbulkan dampak negatif seperti banjir di
musim hujan dan kurangnya ketersediaan air pada musim kemarau.
Berdasarkan KTT Bumi di Rio de Janeiro tahun 1992 dan Johannesburg
tahun 2002 telah ditetapkan luas RTH ideal kota sehat minimal 30% dari total luas
kota. Standar RTH kota-kota Indonesia yang ditetapkan dalam Inmendagri No 14
Tahun 1988 yaitu 40% sampai 60% dari total wilayah harus dihijaukan. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
pasal 29 ayat 2 menyebutkan proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota
paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota dan diayat 3
disebutkan proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit
20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota.
Menurut data dari Dinas Pertambangan DKI Jakarta yang dikeluarkan
Satuan Koordinasi Pelaksana (Satkorlak) Penanggulangan Bencana dan
Pengungsi Pemprov DKI Jakarta (2004), hampir seluruh wilayah DKI Jakarta
mengalami kekeringan air tanah dangkal meski dengan tingkat kerawanan yang
berbeda. Dari 267 kelurahan di DKI Jakarta, 24 kelurahan tercatat mengalami
kekeringan air tanah dangkal kategori sangat kritis, 110 kelurahan tergolong kritis,
39 kelurahan sangat rawan, 30 kelurahan dalam kategori rawan, dan 53 kelurahan
masuk kategori waspada.
Mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI sampai tahun
2010, kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) yang ideal terhadap populasi
penduduk Jakarta masih jauh dari harapan. Kondisi RTH tahun 2001 seluas
6.191,86 hektar atau masih 9,06 % dari luas DKI Jakarta yaitu 66.152 ha dan
sasaran RTH tahun 2010 direncanakan sebesar 9.544,81 ha atau 13,94 % dengan
rencana ideal seluas 21.625 ha.
Bertitik tolak dari kebutuhan lahan minimal yang harus disediakan dengan
prediksi jumlah penduduk Jakarta tahun 2010 sebesar 12,5 juta, kebutuhan untuk
RTH Kota Pelayanan Umum atau lahan hijau 2,3 meter persegi (m2) per jiwa
maka kebutuhan lahan untuk RTH Kota Pelayanan Umum sedikitnya 2.875 ha.
Kebutuhan RTH sebagai penyangga lingkungan kota (ruang hijau) adalah 15 m2
per jiwa, sehingga kebutuhan RTH sebagai penyangga lingkungan kota adalah
18.750 ha termasuk diantaranya lahan hijau 2.875 ha dan maksimal 21.625 ha
(32,68 %) meliputi ruang hijau dan lahan hijau. Kenyataan di lapangan, pada
tahun 2006 apa yang disebut taman itu sudah banyak yang berubah bentuk
menjadi stasiun pompa bensin, pos polisi atau bangunan lain.
Pengkajian dan penelitian mengenai kebutuhan luas dan lokasi RTH
sebagai daerah resapan di wilayah DKI Jakarta untuk memenuhi kebutuhan air
tanah domestik merupakan suatu hal yang sangat penting, karena hal tersebut
dapat memberikan kontribusi pada usaha pengelolaan RTH sebagai daerah
resapan di wilayah DKI Jakarta.
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang terkait dengan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
sebagai daerah resapan di Wilayah DKI Jakarta dapat dirumuskan beberapa
permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dan keterbatasan lahan yang
dimiliki kota menyebabkan pertumbuhan pembangunan di Kota Jakarta
dilakukan dengan mengkonversi lahan pertanian, lahan hutan dan lahan
terbuka lainnya menjadi lahan terbangun.
2. Semakin luasnya permukaan tanah yang tertutup oleh bangunan dan
berkurangnya luas lahan bervegetasi atau RTH menyebabkan fungsi RTH
sebagai daerah resapan air menjadi berkurang, sehingga memudahkan
terjadinya genangan air dan mengakibatkan berkurangnya air tanah.
3. Ketidakseimbangan antara penambangan air tanah dengan
pengembaliannya, telah menimbulkan berbagai masalah diantaranya
kekeringan dan kesulitan mendapatkan air tanah terutama di musim
kemarau.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka
1. Berapa besar luas Ruang Terbuka Hijau yang dibutuhkan wilayah DKI
Jakarta yang berfungsi sebagai daerah resapan untuk memenuhi kebutuhan
air tanah domestik?
2. Dimana alokasi RTH yang potensial sebagai daerah resapan di wilayah
DKI Jakarta?
3. Skenario seperti apa yang diperlukan dalam pengelolaan Ruang Terbuka
Hijau sebagai daerah resapan air di wilayah DKI Jakarta untuk
memaksimumkan resapan air
4. Bagaimana arahan kebijakan yang mungkin dilakukan dalam pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau sebagai daerah resapan?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah membangun Model Pengelolaan Ruang Terbuka
Hijau sebagai Daerah Resapan dalam rangka peningkatan ketersediaan air di
wilayah DKI Jakarta. Tujuan antara adalah :
1. Mengkaji keberadaan Ruang Terbuka Hijau yang ada dan kemampuannya
dalam memenuhi kebutuhan air tanah domestik.
2. Menyusun alokasi Ruang Terbuka Hijau potensial sebagai daerah resapan
di Wilayah DKI Jakarta
3. Menyusun Model Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau sebagai Daerah
Resapan di wilayah DKI Jakarta.
4. Menyusun skenario kecukupan air tanah yang diperlukan dalam
pengelolaan Ruang Terbuka Hijau sebagai daerah resapan air di wilayah
DKI Jakarta untuk memaksimumkan resapan air.
5. Merumuskan arahan kebijakan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau sebagai
daerah resapan air di wilayah DKI Jakarta.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan dalam proses pengambilan kebijakan di bidang
pengelolaan Ruang Terbuka Hijau dalam kaitannya dengan pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau dan membuat program tindak pengelolaan Ruang
Terbuka Hijau yang lebih baik
2. Sebagai masukan dalam perbaikan rencana tata ruang kota yang terinci
beserta proses revisi lima tahunannya, misalnya rencana tata ruang bagian
wilayah kota dan rencana teknis beberapa kawasan prioritas yang potensial
sebagai daerah resapan.
3. Sebagai dasar bagi penelitian lebih lanjut, misalnya dalam
mengembangkan kriteria daya dukung lahan untuk perkotaan,
pengembangan Ruang Terbuka Hijau dan alokasi Ruang Terbuka Hijau
sebagai daerah resapan untuk kota-kota lainnya.
1.6 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian didasarkan atas kenyataan makin
berkurangnya luasan Ruang Terbuka Hijau dalam kaitannya dengan daerah
resapan di wilayah DKI Jakarta., yang menyebabkan makin berkurangnya air
yang masuk ke dalam tanah. Pengambilan air yang berlebihan oleh manusia dan
tidak adanya upaya mengembalikan ke dalam tanah mengakibatkan berkurangnya
air tanah. Hal tersebut menyebabkan penurunan muka air tanah, yang pada
akhirnya menurunkan ketersediaan air tanah. Agar muka air tanah relatif stabil
dan meningkat, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai Daerah Resapan yang dapat mengkonservasi
air.
Untuk dapat mengelola Ruang Terbuka Hijau sebagai daerah resapan yang
dapat meningkatkan ketersediaan air, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan
yaitu faktor yang mempengaruhi luas daerah resapan yang dibutuhkan diantaranya
adalah iklim yaitu curah hujan yang mengindikasi jumlah air yang turun ke
permukaan bumi. Jenis tanah, vegetasi dan tata guna lahan merupakan faktor yang
memberikan pengaruh terhadap jumlah air yang dapat meresap ke dalam tanah.
Selain itu, masalah konservasi air juga perlu diperhatikan dalam mengelola RTH
sebagai daerah resapan. Kerangka pemikiran model pengelolaan Ruang Terbuka
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Model Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Sebagai Daerah Resapan di Wilayah DKI Jakarta
1.7 Kebaruan (novelty) Penelitian
Kebaruan (novelty) dari penelitian Model Pengelolaan Ruang Terbuka
Hijau sebagai Daerah Resapan dalam rangka pemenuhan ketersediaan air di
wilayah DKI Jakarta dapat dilihat dari pendekatan penelitian dan hasil sebagai
berikut :
Model Pengelolaan Ruang Terbuka
Hijau Sebagai Daerah Resapan
Luas Kebutuhan RTH sebagai Daerah Resapan untuk memenuhi Air Tanah Domestik
Lahan Ruang Terbuka Hijau Berkurang
Peta
1. Penelitian ini merupakan penelitian yang pertama memperhitungkan RTH
sebagai daerah resapan dalam rangka peningkatan ketersediaan air untuk
memenuhi kebutuhan air tanah domestik di wilayah DKI Jakarta.
2. Penelitian ini merupakan penelitian yang pertama kali membangun Model
Dinamik Spasial Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau sebagai Daerah
Resapan dalam rangka pemenuhan ketersediaan air dikaitkan dengan
analisis model spasial alokasi RTH potensial sebagai daerah resapan.
3. Out put yang dihasilkan berupa model dinamik spasial pengelolaan ruang terbuka hijau sebagai daerah resapan dengan mempertimbangkan model
spasial alokasi RTH potensial sebagai daerah resapan digunakan untuk
menyusun skenario dan merumuskan arahan kebijakan pengelolaan Ruang
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengembangan Konsep Tata Ruang perkotaan
Menurut Soegijoko (1997) selama tiga dasa warsa perkembangan ilmu
perencanaan tata ruang di Indonesia, terlihat adanya perkembangan yang penting
dalam persepsi merencanakan tata ruang. Pada awalnya merencanakan tata ruang
hanya dianggap sebagai merencanakan fasilitas permukiman, kemudian menjadi
merencanakan lingkungan hidup masyarakat di dalam kota, lalu berikutnya
mencakup merencanakan dalam skala wilayah bahkan sampai merencanakan tata
ruang dalam skala nasional. Dalam konteks perkembangan filsafat perencanaan,
Soegijoko (1997) menekankan bahwa perencanaan tata ruang kota dewasa ini
mencakup pengertian yang luas, yaitu merencanakan lingkungan permukiman di
kota dan wilayahnya dalam lingkup peruntukan lahan dan seluruh fasilitasnya
untuk kegiatan bekerja, rekreasi, dan permukiman, demi berlangsungnya
kehidupan masyarakat kota yang layak dan baik.
Definisi tentang kota telah banyak dikemukakan oleh para ahli dengan
berbagai argumen ilmiahnya. Di Indonesia, secara operasional definisi kota
mengikuti kesepakatan Badan Kerjasama Antar Kota Seluruh Indonesia
(BKS-AKSI) dalam musyawarahnya tahun 1969 di Bukit Tinggi, yaitu sebagai
kelompok orang-orang dalam jumlah minimal tertentu, hidup dan bertempat
tinggal bersama dalam suatu wilayah geografis tertentu, berpola hubungan
rasional, ekonomis, dan individualistis. Pemahaman tentang kawasan perkotaan,
menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah
wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Menurut Budihardjo (1997) kota selalu bersifat dinamis. Struktur,
bentuk, dan wajah serta penampilan kota merupakan hasil dari penyelesaian
konflik perkotaan yang selalu terjadi, dan mencerminkan perkembangan
peradaban warga kota maupun pengelolanya. Salah satu konflik yang
akhir-akhir ini meningkat di wilayah perkotaan adalah masalah lingkungan hidup,
perencanaan lingkungan hidup ke dalam perencanaan tata ruang perkotaan.
Tata ruang dan lingkungan hidup mengandung arti yang sangat luas, tetapi
sekaligus juga seringkali punya konotasi sempit dengan menomorduakan
ma-nusia dengan segala keunikan perilakunya. Akibatnya penampilan dan w a j a h
k o t a bagaikan lepas dari alam, sering tidak terkendali, dan tidak manusiawi.
Dalam konteks ini perlu pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan tata
ruang, sehingga daya layan ruang terhadap warga kota tepat sasaran.
Kota yang baik merupakan kesatuan ruang yang direncanakan
berdasarkan kebutuhan komponen penyusun ruangnya, sehingga dapat
menciptakan suasana kenyamanan dan kesehatan bagi warganya (Sujarto,
1991). Komponen penyusun ruang kota tersebut meliputi wisma (perumahan),
karya (tempat bekerja), marga (jaringan jalan), suka (fasilitas umum dan
hiburan), dan penyempurna (pelengkap). Sujarto (1991) membagi wilayah kota
menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Wilayah pengembangan dimana kawasan terbangun bisa
dikembangkan secara optimal,
2. Wilayah kendala dimana pengembangan kawasan terbangun dapat
dilakukan secara terbatas dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan,
3. Wilayah limit dimana peruntukannya hanya untuk menjaga
kelestarian alam, sedangkan keberadaan kawasan terbangun tidak
dapat ditoleransikan.
Keberadaan RTH menempati bagian-bagian tertentu dalam komponen
penyusun tata ruang pada wilayah pengembangan, pada sebagian w i l a y a h
k e n dala yang berfungsi menjaga kelestarian alam, dan wilayah limit y a n g
memang hanya diperuntukkan bagi kelestarian alam.
Menurut Budihardjo dan Hardjohubojo (1993) perkembangan kota yang
pesat ditandai dengan meningkatnya aktivitas manusia seperti pemanfaatan lahan,
permukiman, perindustrian dan sebagainya menyebabkan kualitas lingkungan
hidup di perkotaan cenderung menurun. Tim peneliti IPB (1993) memberikan
dan akibatnya terhadap meningkatnya pencemaran, menurunnya sumberdaya alam
dan menurunnya kualitas kehidupan manusia seperti terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Ilustrasi Hubungan Antara Populasi Manusia, Ketersediaan
Sumberdaya Alam, Tingkat Pencemaran, dan Tingkat Kualitas Hidup (Simonds, 1978)
Kecepatan perkembangan kota sangat ditentukan oleh faktor-faktor
percepatannya, yaitu jumlah penduduk dan aktivitas sosial ekonomi yang
keduanya mempunyai sifat berkembang (Sujarto, 1991). Perubahan kedua faktor
akan menyebabkan perkembangan aspek lainnya yang sebagian besar
membutuhkan ruang, sehingga menimbulkan persaingan untuk rnendapatkan
ruang yang ketersediaannya dari waktu ke waktu relatif tetap. Di sinilah muncul
tuntutan pentingnya dilakukan perencanaan tata ruang yang berwawasan
lingkungan (Gambar 3.)
2.2 Ruang Terbuka Hijau Kota
2.2.1 Ruang Terbuka dan Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka didefinisikan sebagai ruang dalam kota atau wilayah
perkotaan berupa area atau kawasan dengan pemanfaatan ruang bersifat terbuka
yakni ruang tanpa bangunan maupun ruang dengan bangunan berkepadatan sangat
rendah dan atau berketinggian sangat rendah. Ruang Terbuka Hijau adalah area
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam (UU RI No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang).
Gambar 3. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan Kota dalam Kaitannya dengan Perencanaan Tata Ruang (dimodifikasi dari Sujarto, 1991)
Selain itu, istilah Ruang Terbuka Hijau (RTH) dikemukakan dalam
Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) No. 14 Tahun 1988 tentang
Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan. Dijelaskan bahwa Faktor Internal dan Eksternal Kota
Pertumbuhan Penduduk Asli
Pertumbuhan Akibat Migrasi
Perubahan Sosial
Perubahan Ekonomi
Perubahan Penduduk Kota Perubahan Kegiatan Usaha
Kecenderungan Perkembangan Aktivitas
Ekonomi Fisik Sosial
Sarana/Prasarana Lokasi Perilaku
Pasar, Toko, Angkutan,
Jalan, dll
Ketersediaan Lahan/Ruang
Masalah Ruang dan Kebijakan Alokasinya
Kota Berwawasan Lingkungan Sesuai Konsep Tata Ruang
Pertimbangan Ruang Terbuka
Hijau
pengertian Ruang Terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah lain
yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk
memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka dan pada
dasarnya tanpa bangunan. RTH sendiri adalah ruang terbuka yang di dalam
pemanfaatannya didominasi oleh pengisian hijau tanaman atau
tumbuh-tumbuhan secara alamiah atau pun budidaya tanaman seperti lahan pertanian,
pertamanan, perkebunan, dan sebagainya.
Menurut Simonds (1983) ruang terbuka dapat berupa Waterfront
(kawasan pantai, tepian danau, maupun tepian aliran sungai), Blueways (aliran
sungai, aliran air lainnya, serta hamparan banjir), Greenways (jalan bebas
hambatan, jalan-jalan di taman, koridor transportasi, jalan-jalan setapak, jalan
sepeda, serta jogging track), taman-taman kota serta areal rekreasi, serta ruang terbuka penunjang lainnya (hutan kota, reservoir, lapangan golf, kolam renang, lapangan tenis, instalasi militer, dll).
Menurut Dinas Pertamanan dan Keindahan Kota (1999) berdasarkan
tujuannya RTH dikelompokkan atas 2 kelompok yaitu :
1. Kawasan Hijau Lindung yaitu bagian dari kawasan hijau yang memiliki
karakteristik alamiah yang perlu dilestarikan untuk tujuan perlindungan
habitat setempat maupun untuk tujuan perlindungan wilayah yang lebih
luas. Dalam kawasan ini termasuk diantaranya:
a. Cagar Alam, yaitu kawasan suaka alam, yang karena keadaan alamnya
mempunyai kekhasan tumbuhan dan/atau satwa, termasuk ekosistemnya
atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi baik di daratan maupun
perairan, yang perkembangannya berlangsung secara alami.
b. Hutan Lindung, adalah kawasan hutan yang karena keadaan sifat
alamnya diperuntukkan guna pengatur tata air, pencegah banjir, erosi,
abrasi, dan intrusi, serta perlindungan bagi kesuburan tanah.
c. Hutan Wisata, adalah kawasan hutan yang dimanfaatkan sebagai pusat
rekreasi dan kegiataan wisata alam.
2. Kawasan Hijau Binaan yaitu bagian dari kawasan hijau di luar kawasan hijau
lindung untuk tujuan penghijauan yang dibina melalui penanaman,