• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profesi penyuluhan sosial di Jakarta prospek, peluang, dan tantangan: study kasus Kementrian Sosial RI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profesi penyuluhan sosial di Jakarta prospek, peluang, dan tantangan: study kasus Kementrian Sosial RI"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PROFESI PENYULUH SOSIAL DI JAKARTA :

PROSPEK, PELUANG, DAN TANTANGAN

(STUDY KASUS KEMENTRIAN SOSIAL RI)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Ahmad Qusairi

NIM : 106052001948

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Di susun Oleh : Ahmad Qusairi

NIM : 106052001948

Di bawah Bimbingan,

Prof. Dr. H. Ismah Salmah, M.Hum

NIP. 194705151967082001

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 Mei 2010 Penulis

(4)

106052001948 telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S1) pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Jakarta, 25 Juni 2010

Sidang Munaqasah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Dra. Rini Laili Prihatini, Msi Drs. Sugiharto, MA Nip. 19690607 199503 2 003 Nip. 19660806 1996 03 1 0001

Anggota:

Penguji I Penguji II

Dra. Asriati Jamil. M. Hum Dra. Nasichah, MA Nip. 19610422 199003 2 001 Nip. 196711261996032001

Pembimbing

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang saya ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 Mei 2010

Penulis

(6)

i

Kasus di Departemen Sosial Indonesia)

Penyelengaraan pembangunan kesejahteraan sosial harus dilaksanakan secara adil dan merata di seluruh Indonesia baik di perkotaan, di pedesaan, dan wilayah terpencil yang jauh dari pusat pemerintahan. Realita sosial dewasa ini menunjukkan bahwa masih banyak warga Negara yang belum terpenuhi hak akan kebutuhan dasarnya secara layak dan belum memeperoleh pelayanan sosial dari Negara. Akibatnya, bnyak warga Negara yang mengalami hambatan dalam melakasanakan fungsi dan peranan sosial, sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan martabat.

Masyarakat Jakarta adalah masyarakat yang tidak hanya dihuni oleh penduduk setempat saja, melainkan ditempati oleh para pendatang—pendatang dari luar daerah, mereka mengadu nasib di kota besar sehingga kota besar ini menjadi ramai. Masyarakat yang datang dari daerah itu datang hanya dengan tangan kosong tidak di bekali dengan kemampuan atau skill, sehingga mereka datang dengan harapan yang besar akan hidup sukses di kota Jakarta, tetapi itu sebaliknya dari kenyataan yang ada sehingga mereka hidup di kota besar hidup tidak ada arah tujuan. Kebanyakan mereka menjadi penganguran dan berprofesi apa saja, asalkan mereka dapat makan untuk sehari-harinya.

Maka dari itu penduduk kota Jakarta sangat banyak dan hidupnya pun tidak teratur sehingga terlihat masyarakatnya terkelompok ada yang elite, ada yang biasa-biasa, dan juga ada yang betempat tinggal di temapt kumuh. Mereka mendirikan rumah apa adanya yang terpenting mereka bisa tidu dan tidak kena sinarmatahari. Dan anehnya pemerintah tidak bisa menghadapi itu semua, yang terjadi adalah mereka menjadi pengemis, tindak criminal, pemulung dan lain sebagainya.

(7)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt, Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah menganugrahkan kasih saying-Nya kepada seluruh makhluk. Shalawat serta salam semoga senantiasi dilimpahkan kepada pujaan hati sang pembawa kabar gembira, Nabi Muhammad saw, yang telah memberikan tauladan kepada umatnya serta membawanya kepada jalan yang diridhai Alla swt.

Hidup berjalan seiring waktu berlalu, begitupun dalam menyelesaikan tugas akhir ini banyak sekali hambatan-hambatan yang dihadapi dan dirasakan penulis, mulai dari persiapan pelaksanaan penelitian sampai dengan penulisan skripsi ini, akan tetapi berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Dan penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya terutama kepada:

1. Bapak Dr. H. Arif Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan segenap para Pudek yang tidak saya sebutkan namun tidak mengurangi rasa hormat dan trimakasih sebanyak-banyaknya. 2. Ibu Rini Laili Prihatini, Msi, selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam, yang telah member ijin penulisan skripsi ini. 3. Bapak Drs. Sugiharto, MA, selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan

(8)

iii

yang tidak pernah lelah memberikan ilmunya kepada penulis hingga detik ini serta segenap karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa memberikan pelayanan kepada penulisan dalam pencarian referensi yang penulis butuhkan.

6. Orang tua penulis yang selalu memberikan doanya dan motivasi-motivasi kepada penulis, kepada kakak dan adik penulis yang selalu memberikan semangat kepada penulis dankepada saudara-saudara penulis yang telah memberikan semangat dan nasihat-nasihat kepada penulis yang membantu secara materil ataupun non materil sampai terselesaikannya skripsi ini.

7. Ibu Dra. Mimin selaku kepala bagian Tata Usaha Pusat Penyuluhan Sosial di Depertemen Sosial, Ibu Misnawati selaku penyuluhan yang telah memberikan waktunya untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini .

(9)

iv

Akhirnya, penulis hanya dapat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis dan juga bagi pembaca umumnya. Sekali lagi penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis. Semoga apa yang telah diberikan menjadi amal sholeh di sisi Allah swt. Amin.

Jakarta, 30 Mei 2009

(10)

v

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Pereumusahan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metode Penelitian... 8

E. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II LANDASAN TEORI A. Profesi ... 12

1. Pengertian Profesi ... 12

2. Syarat-syarat Profesi ... 15

3. Ciri-ciri Profesi... 20

B. Penyuluhan Sosial ... 22

1. Pengertian Penyuluh Sosial ... 22

2. Syarat-syarat Penyuluh Sosial ... 23

C. Pentingnya Penyuluhan Sosial bagi Masyarakat... 25

D. Konsep Kepribadian Penyuluh Sosial ... 27

E. Landasan Profesi Penyuluh Sosial ... 29

(11)

vi

BAB III GAMBARAN UMUM MASYARAKAT JAKARTA DAN

DEPARTEMEN SOSIAL

A. Kondisi Masyarakat Indonesia ... 32

B. Departemen Sosial ... 45

C. Program Kerja ... 47

D. Target yang Ingin di Capai Departemen Sosial ... 50

E. Upaya yang Ingin di Capai Departemen Sosial ... 51

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA A. Kreteria Penyuluh Sosial ... 56

B. Prospek Profesi Penyuluh Sosial di Jakarta ... 57

C. Peluang Profesi Penyuluh Sosial di Jakarta ... 70

D. Tantangan Profesi Penuyluh Sosial di Jakarta dan upaya mengatsinya... 73

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 79

B. Saran-saran ... 81

(12)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat modern yang serba kompleks, sebagai produk dari kemajuan teknologi, mekanisme, industrialisme dan urbanisasi memunculkan banyak masalah sosial. Maka adaptasi atau penyesuaian diri terhadap masyarakat modern yang hyperkompleks itu menjadi tidak mudah. Kesulitan mengadakan adaptasi dan adjustment menyebabkan kebingungan, kecemasan, dan konflik-konflik, baik yang terbuka dan eksternal sifatnya, maupun yang tersembunyi dan internal dalam batin sendiri, sehingga banyak orang mengembangkan pola tingkah laku menyimpang dari norma-norma hukum, atau berbuat semau sendiri dari kepentingan sendiri dan mengganggu atau merugikan orang lain.

(13)

2

Adapun pengertian Masalah sosial adalah :

1. Semua bentuk tingkah laku yang melanggar atau memperkosa adat istiadat masyarakat (dan adat istiadat tersebut diperlukan untuk menjamin kesejahteraan hidup bersama)

2. Situasi sosial yang dianggap oleh sebagian besar warga masyarakat sebagai pengganggu, tidak dikehendaki , berbahaya dan merugikan banyak orang.1

Jelaslah bahwa adat istiadat dan kebudayaan ini mempunyai nilai pengontrol dan nilai sanksional terhadap tingkah laku anggota masyarakatnya. Maka, tingkah laku yang dianggap sebagai tidak cocok, melanggar norma dan adat istiadat, atau tidak terintegrasi dengan tingkah laku umum dianggap sebagai masalah sosial.2

Indonesia adalah Negara yang penuh atau kaya akan kebudayaan yang beragam dan suku-suku yang beragam pula. Tetapi masyarakat Indonesia hanya bertumpu satu pusat saja untuk mencari nafkah dan mengadu nasib. Contohnya saja seperti di Jakarta ini, banyak orang-orang yang berbeda-beda suku datang ke kota Jakarta ini untuk mengadu nasib, mereka berfikir bahwa di Jakarta mereka bisa mendapatkan pekerjaan dan nilai ekonomi yang tinggi. Tetapi kenyataannya mereka yang tidak memiliki skill dan kemampuan mereka hanya jadi orang gelandangan yang tidak mempunyai tempat tinggal. Inilah yang meresahkan masyarakat. Mereka yang jadi gelandangan bisa menjadi orang bengis atau jahat

1

. Kartini kartono, Patologi Sosial, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 1. 2. Ibid.,

(14)

mereka tidak mempunyai lapangan pekerjaan.

Mereka-mereka yang membuat orang takut akan keamanan dikota Jakarta ini, mungkin tidak hanya itu masalah-masalah sosial yang ada di Jakarta ini. Contoh lain adalah banyak orang-orang miskin yang ada di Jakarta ini, itu dikarenakan mereka pindah dari desa ke kota, dan mereka tidak mempunyai tempat tinggal. Maka mereka berprofesi sebagai pemulung dan bertempat tinggal di kolong jembatan.

Pemerintah adalah yang paling berperan dalam masalah-masalah sosial seperti ini, sehingga masalah-masalah sosial ini bisa diatasi dengan baik, tentunya dengan bantuan para penyuluh yang ada. Dengan bantuan penyuluh ini diharapkan dapat menyeleksi mana masyarakat yang patut untuk dibantu oleh pemerintah.

Situasi dan kondisi sosial atau sosio-kultural yang repetitif selalu berulang-ulang dan terus menerus, akan mengkondisionisasi dan mempererat deviasi-deviasi, sehingga kumulatif (bertimbun, bertumpuk) sifatnya. Deviasi

kumulatif demikian bisa menjelma menjadi “disorganisasi sosial” atau

“disintegrasi sosial.” Khususnya apabila deviasi ini berlangsung pada bagian

terbesar dari populasi atau anggota masyarakat pada umumnya. Peristiwa ini disebut pula sebagai deviasi kumulatif ini adalah korupsi.

(15)

4

a. Konflik antara individu dengan Masyarakat;

b. Konflik antara nilai-nilai dan praktik-praktik dari dua atau lebih kelompok-kelompok sosial; dan

c. Konflik-konflik introfeksi yang berlangsung dalam diri seorang yang hidup dalam lingkungan sosial penuh dengan nilai-nilai dan norma-norma yang bertentangan.3

Anak jalanan juga merupakan masalah sosial, dimana keberadaan mereka sering dirasakan sangat tidak menyenangkan oleh banyak orang. Di mata masyarakat keberadaan anak jalanan hingga kini masih dianggap sebagai bagian dari masalah sosial yang harus disingkirkan . Hal ini sesuai dengan definisi masalah, masalah sosial itu sendiri menurut Harton dan Leslie (1982), adalah

“suatu kondisi yang dirasakan banyak orang tidak menyenangkan serta menurut

pemecahan melalui aksi sosial secara kolektif. Masalah sosial berbeda dengan masalah individual. Masalah individual dapat diatasi secara individual. Tetapi masalah sosial hanya dapat diatasi melalui rekayasa sosial seperti aksi sosial, kebijakan sosial atau perencanaan sosial, karena penyebab dan akibatnya bersifat

multidimensional dan menyangkut banyak orang”.4

Anak jalanan merupakan salah satu permasalahan yang memerlukan penanganan secara cepat dan tepat. Jumlah anak jalanan kian hari kian bertambah seiring dengan semakin berlarutnya krisis ekonomi, tidak ada angka yang pasti mengenai jumlah anak jalanan saat ini di Indonesia. Pada tahun 2002 berdasarkan

3

. Ibid., h. 21. 4

(16)

jumlah anak jalanan mencapai 8.158 jiwa, terdiri dari 1.795 anak di Jakarta Barat, 1.833 anak di Jakarta Pusat, 1.532 anak di Jakarta Selatan, 2.296 anak di Jakarta Timur, dan 652 anak di Jakarta Utara5. Sementara itu pada tahun 2004, jumlah anak jalanan di Indonesia berdasarkan data yang di kumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat 154.861 anak.6

Inilah yang salah satunya disebabkan karena arus Urbanisasi yang terus menerus berlangsung di wilayah DKI Jakarta pada umumnya dan wilayah Jakarta Selatan khususnya. menyebabkan ketidak seimbangan tenaga kerja dengan lapangan kerja yang tersedia dan ketidak seimbangan penduduk dengan daya dukung fasilitas perkotaan. Kualitas dan kuantitas sumber daya pendatang yang tidak mempunyai latar belakang suatu keahlian tertentu kurang sesuai dengan kebutuhan pengembangan kota.7

Tenaga kerja kita yang berpendidikan rendah (low level) saat ini memprihatinkan kualitasnya. Rata-rata mereka hanya mengandalkan lapangan kerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI), yang bekerja di luar negeri. Sedangkan TKI sendiri di nilai juga tidak mempunyai daya saing yang cukup memadai, karena tidak cukup dibekali dengan keterampilan.8

5

. Pada hari ini, Mari Dengar Suara Anak Jalanan, artikel diakses pada 30 Mei 2008 dari http://www.kompas.com/kompas-cetak/0307/23 utama.

. Bento. www.mediajakartaselatan.com. 15 Agutus 2009. 8

(17)

6

Peningkatan kualitas sumber daya manusia pilihan mempunyai arti strategis bagi bangsa Indonesia, karena proses pembangunan nasional harus berlangsung, berkesinambungan mengharuskan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Di samping itu sumber daya manusia yang berkualitas akan memungkinkan bangsa Indonesia merebut keunggulan kompetitif atas bangsa-bangsa di dunia.

Semakin kompleks spesialisasi dalam pekerjaan, ketrampilan kerja dan kesempatan yang ada sangat terbatas sedangkan pertumbuhan angkatan kerja dan kesempatan yang ada sangat terbatas, sedangkan pertumbuhan angkatan kerja terus bertambah akan menimbulkan dampak bertambah pengangguran.

Maka profesi penyuluh sosial ini sangat dibutuhkan oleh lembaga Departemen Sosial (DEPSOS), dikarenakan sangat membantu lembaga tersebut guna membantu menyelesaikan masalah-masalah sosial dan cara menanganinya.

Bertolak dari fenomena di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih dalam tentang penyuluh sosial di Indonesia, maka penulis melakukan penelitian yang dimanifestasikan dalam bentuk skripsi yang berjudul

Profesi Penyuluh Sosial di Jakarta : Prospek, Peluang, dan Tantangan

( Study Kasus Kementrian Sosial RI )”.

B. Batasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis memfokuskan

kajian serta membatasi masalahnya pada “Profesi Penyuluh Sosial di Jakarta :

(18)

dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kriteria penyuluh sosial ?

2. Kegiatan apa saja yang sudah dilaksanakan dan yang akan dilaksanakan oleh penyuluh sosial ?

3. Adakah kendala yang dihadapi? dan bagaiamana upaya mengatasi hambatan tersebut? Apa faktor pendukung dan penghambatnya ? 4. Bagaimana Prospek profesi penyuluh sosial di Jakarta ?

5. Bagaimana peluang profesi penyuluh sosial di Jakarta ?

6. Bagaiamana tantangan profesi penyuluh sosial di Jakarta dan cara mengatasinya ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian yaitu :

a. Untuk mengetahui bagaimana kriteria penyuluh sosial

b. Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang sudah dilaksanakan dan yang akan dilaksanakan oleh penyuluh sosial

c. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dan bagaiamana upaya mengatasi hambatan tersebut serta Apa faktor pendukung dan penghambatnya

(19)

8

e. Untuk mengetahui bagaimana peluang profesi penyuluh sosial di Jakarta

f. Untuk mengetahui bagaiaman tantangan profesi penyuluh sosial di Jakarta

a. 2. Manfaat penelitian a. Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada seluruh civitas akademika terutama jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berkaitan dengan profesi penyuluhan sosial, yang mana sangat dibutuhkan di Departemen Sosial.

b. Praktis

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pembaca dan terutama penulis. Dan semoga penelitian bisa dijadikan sebagai acuan bagi orang-orang yang membacanya.

D. Metodologi Penelitian

(20)

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yang dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskripsif berupa kata-kata, tertulis /lisan dari orang / perilaku yang diamati. Pendekatan ini digunakan karena peneliti ingin mendeskripsikan profesi penyuluh sosial di Jakarta : prospek, peluang, dan tantangannya.

2. Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Sosial Jakarta Pusat. Adapun yang dijadikan alasan dan pertimbangan pemilihan lokasi ini adalah pertama, belum ada peneliti yang telah dilaksanakan mengenai profesi penyuluh sosial di Indonesia : prospek, peluang, dan tantangannya, kedua pihak Departemen Sosial Jakarta Pusat Bersedia untuk diadakan penelitian dan memberikan data dan informasi sesuai dengan permasalahan.

3. Subyek dan Obyek Penelitian

Adapun subyek penelitian ini adalah 1 Pimpinan, 2 penyuluh sosial dan 2 masyarakat yang diberikan penyuluhan. Kemudian objek dalam penelitian ini adalah profesi penyuluh sosial di Indonesia : prospek, peluang, dan tantangannya. Sumber data dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(21)

10

b. Data sekunder , yang berupa data tidak langsung yang berupa catatan-catatan/dokumen

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan maka peneliti menggunakan alat pengumpul data sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan pewancara (interviewer), untuk memperoleh data dan informasi dari terwawancara (interviewee). Yaitu mengadakan wawancara antara peneliti dengan tenaga penyuluhan sosial.

b. Observasi

Observasi yaitu sebuah metode ilmiah berupa pengamatan dengan sistematika, fenomena-fenomena yang diselidiki.

c. Dokumentasi

Teknik dan studi dokumentasi yaitu cara mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan transkip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Dalam penelitian ini, data-data diperoleh dari dokumen-dokumen, catatan transkip, buku-buku, dan majalah.

E. Sistematika Penulisan

(22)

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORI terdiri dari : Profesi (pengertian,

syarat-syarat, ciri-ciri profesi), Penyuluhan sosial (pengertian, syarara-syarat penyuluhan sosial), pentingnya profesi penyuluh sosial di Indonesia, konsep kepribadian penyuluh sosial, landasan profesi penyuluh sosial di Indonesia, penyuluh sebagai Dai – agen perubahan sosial.

BAB III GAMBARAN UMUM MASYARAKAT JAKARTA dan

DEPARTEMEN SOSIAL terdiri dari : Kondisi masyarakat

Indonesia (budaya, agama, ekonomi, politik, kesehatan), Departemen Sosial ( tujuan, visi dan misi), program kerja, target yang ingin dicapai, upaya yang dilakukan Departemen Sosial.

BAB IV TEMUAN LAPANGAN dan ANALISA terdiri dari : Kriteria

Penyuluh Sosial, Kegiatan yang sudah dan akan dilaksanakan, Prospek, Peluang dan Tantangan profesi penyuluh sosial di Indonesia (kendala yang dihadapi, faktor pedukung dan hambatan, dan upaya mengatasi hambatan)

(23)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Profesi

1. Pengertian Profesi

Kata profesi berasal dari bahasa latin yaitu professues yang berarti “suatu

kegiatan atau pekerjaan yang semula dihubungkan dengan sumpah dan janji bersifat religius”.1

Ada 2 jenis Bidang Profesi : a. Profesi Khusus

Profesi khusus adalah para professional yang melaksanakan profesi secara khusus untuk mendapatkan nafkah atau penghasilan tertentu sebagai tujuan pokoknya. Misalnya, profesi di bidang ekonomi, politik, hukum, kedokteran, pendidikan, teknik, humas, dan sebagai jasa konsultan.

b. Profesi Luhur

Profesi luhur ini, para professional yang melaksanakan profesinya, tidak lagi untuk mendapatkan nafkah sebagai tujuan utamanya, tetapi sudah merupakan dedikasi atau sebagai jiwa pengabdiannya semata-mata. Misalnya, kegiatan profesi di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, budaya, dan seni.

Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu

1

(24)

penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek.

Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidang-bidang pekerjaan seperti kedokteran, guru, militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi meluas sampai mencakup pula bidang seperti manajer, wartawan, pelukis, penyanyi, artis, sekretaris dan sebagainya. Sejalan dengan itu, menurut DE GEORGE, timbul kebingungan mengenai pengertian profesi itu sendiri, sehubungan dengan istilah profesi dan profesional. Kebingungan ini timbul karena banyak orang yang profesional tidak atau belum tentu termasuk dalam pengertian profesi. Berikut pengertian profesi dan profesional menurut DE GEORGE :

1) Profesi, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.

2) Profesional, adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang.

(25)

14

bahwa sebuah “profesi adalah sebuah sebutan atau jabatan di mana orang yang

menyandangnya mempunyai pengetahuan khusus yang diperoleh melalui „training‟

atau pengalaman lain atau diperoleh melalui keduanya sehingga penyandang profesi dapat membimbing atau memberi saran juga melayani orang lain dalam bidangnya sendiri”.2

Landis dan Myers lebih mempertegas, bahwa cita-cita sebuah profesi menitikberatkan pada kesedian melakukan suatu kegiatan yang bermotif pelayanan. Pada dasarnya, cita-cita sebuah profesi menuntut individu untuk memajukan kepentingan umum. Dalam konteks ini, bila seorang ilmuan psikologi dan psikolog ditanya tentang hal-hal yang berhubungan dengan profesinya, tentu ia akan

menjawab sebagai berikut, “Dengan profesi ini, ketetepan hati saya bukan pada apa

yang dapat saya peroleh, melainkan bagaimana saya dapat membantu setiap orang.” Berbagai definisi dan pengertian tersebut sebenarnya ada dalam kehidupan profesi . Namun, pembatasan pengertian profesi dalam perbincangan kita adalah pengertian profesi yang diperoleh seseorang pasca pendidikan tinggi. Seperti yang terangkum dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang pendidikan

kejuruan, vokasi, dan profesi pasal 41 (edisi 20 Oktober 2003) “Pendidikan profesi

merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang bertujuan untuk mempersiapkan perserta didik, terutama untuk bekerja secara mandiri atau mengisi

lowongan kerja dalam bidang tertentu dengan persyaratan khusus.”

2

Yadi Purwanto, Etika Profesi Psikologi Profetik Perspektif Psikologi Islami,, ( Bandung :

(26)

2. Syarat-syarat Profesi

Menjadi seorang professional bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk mencapainya, diperlukan usaha yang keras, karena ukuran profesionalitas seseorang akan dilihat dua sisi. Yakni teknis keterampilan atau keahlian yang dimilikinya, serta hal-hal yang berhubungan dengan sifat, watak, dan kepribadiannya. Paling tidak, ada delapan syarat yang harus dimiliki oleh seseorang jika ingin jadi seorang professional.

a. Menguasai Pekerjaan

Seseorang layak disebut professional apabila ia tahu betul apa yang harus ia kerjakan. Pengetahuan terhadap pekerjaannya ini harus dapat dibuktikan dengan hasil yang dicapai. Dengan kata lain, seorang professional tidak hanya pandai memainkan kata-kata secara teoritis, tapi juga harus mampu mempraktekkannya dalam kehidupan nyata. Ia memakai ukuran-ukuran yang jelas, apakah yang dikerjakannya itu berhasil atau tidak. Untuk menilai apakah seseorang menguasai pekerjaannya, dapat dilihat dari tiga hal yang pokok, yaitu bagaimana ia bekerja, bagaimana ia mengatasi persoalan, dan bagaimana ia akan menguasai hasil kerjanya.

(27)

16

b. Mempunyai Loyalitas

Loyalitas bagi seorang profesional memberikan petunjuk bahwa dalam melakukan pekerjaannya, ia bersikap total. Artinya, apapun yang ia kerjakan didasari oleh rasa cinta. Seorang professional memiliki suatu prinsip hidup bahwa apa yang dikerjakannya bukanlah suatu beban, tapi merupakan panggilan hidup. Maka, tak berlebihan bila mereka bekerja sungguh-sungguh.

Loyalitas bagi seorang profesional akan memberikan daya dan kekuatan untuk berkembang dan selalu mencari hal-hal yang terbaik bagi pekerjaannya. Bagi seorang profesional, loyalitas ini akan menggerakkan dirinya untuk dapat melakukan apa saja tanpa menunggu perintah. Dengan adanya loyalitas seorang professional akan selalu berpikir proaktif, yaitu selalu melakukan usaha-usaha antisipasi agar hal-hal yang fatal tidak terjadi.

c. Mempunyai Integritas

Nilai-nilai kejujuran, kebenaran, dan keadilan harus benar-benar jadi prinsip dasar bagi seorang profesional. Karena dengan integritas yang tinggi, seorang profesional akan mampu membentuk kehidupan moral yang baik. Maka, tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa seorang professional tak cukup hanya cerdas dan pintar, tapi juga sisi mental. Segi mental seorang professional ini juga akan sekaligus menentukan kualitas hidupnya.

(28)

oleh perubahan situasi dan kondisi yang setiap saat bisa terjadi. Di sinilah intregitas seorang professional diuji, yaitu sejauh mana ia tetap mempunyai prinsip untuk dapat bertahan dalam situasi yang tidak menentu.

d. Mampu Bekerja Keras

Seorang profesional tetaplah manusia biasa yang mempunyai keterbatasan dan kelemahan. Maka, dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, seorang professional tidak dapat begitu saja mengandalkan kekuatannya sendiri. Sehebat-hebatnya seorang profesional, pasti tetap membutuhkan kehadiran orang lain untuk mengembangkan hidupnya. Di sinilah seorang professional harus mampu menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Dalam hal ini, tak benar bila jalinan kerja sama hanya ditujukan untuk orang-orang tertentu. Seorang profesional tidak akan pernah memilih-milih dengan siapa ia akan bekerja sama.

Seorang profesional akan membuka dirinya lebar-lebar untuk mau menerima siapa saja yang ingin bekerja sama. Maka tak mengherankan bila disebut bahwa seorang profesional siap memberikan dirinya bagi siapa pun tanpa pandang bulu. Untuk dapat mewujudkan hal ini, maka dalam diri seorang profesional harus ada kemauan menganggap sama setiap orang yang ditemuinya, baik di lingkungan pekerjaan, sosial, maupun lingkungan yang lebih luas.

(29)

18

profesional. Hal ini bisa dicapai apabila ia mampu mengembangkan dan meluaskan hubungan kerja sama dengan siapa pun, di mana pun, dan kapan pun.

e. Mempunyai Visi

Seorang profesional harus mempunyai visi atau pandangan yang jelas akan masa depan. Karena dengan adanya visi tersebut, maka ia akan memiliki dasar dan landasan yang kuat untuk mengarahkan pikiran, sikap, dan perilakunya. Dengan mempunyai visi yang jelas, maka seorang profesional akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar, karena apa yang dilakukannya sudah dipikirkan masak-masak, sehingga ia sudah mempertimbangkan resiko apa yang akan diterimanya.

Tanpa adanya visi yang jelas, seorang profesional bagaikan “macan

ompong”, dimana secara fisik ia kelihatan tegar, tapi sebenarnya ia tidak mempunyai

kekuatan apa-apa untuk melakukan sesuatu, karena tidak mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Dengan adanya visi yang jelas, seorang profesional akan dengan mudah memfokuskan terhadap apa yang ia pikirkan, lakukan, dan ia kerjakan.

Visi yang jelas juga memacunya menghasilkan prestasi yang maksimal, sekaligus ukuran yang jelas mengenai keberhasilan dan kegagalan yang ia capai. Jika gagal, ia tidak akan mencari kambing hitam, tapi secara dewasa mengambil alih sebagai tanggung jawab pribadi dan profesinya.

f. Mempunyai Kebanggaan

(30)

Dengan rasa cintanya, ia akan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap apa yang dilakukannya. Komitmen yang didasari oleh munculnya rasa bangga terhadap profesi dan jabatannya akan menggerakkan seorang profesional untuk mencari dan hal-hal yang lebih baik, dan senantiasa memberikan kontribusi yang besar terhadap apa yang ia lakukan.

g. Mempunyai Komitmen

Seorang profesional harus memiliki komitmen tinggi untuk tetap menjaga profesionalismenya. Artinya, seorang profesional tidak akan begitu mudah tergoda oleh bujuk rayu yang akan menghancurkan nilai-nilai profesi. Dengan komitmen yang dimilikinya, seorang akan tetap memegang teguh nilai-nilai profesionalisme yang ia yakini kebenarannya.

Seseorang tidak akan mengorbankan idealismenya sebagai seorang profesional hanya disebabkan oleh hasutan harta, pangkat dan jabatan. Bahkan bisa jadi, bagi seorang profesional, lebih baik mengorbankan harta, jabatan, pangkat asalkan nilai-nilai yang ada dalam profesinya tidak hilang.

Memang, untuk membentuk komitmen yang tinggi ini dibutuhkan konsistensi dalam mempertahankan nilai-nilai profesionalisme. Tanpa adanya konsistensi atau keajekan, seseora ng sulit menjadikan dirinya sebagai profesional, karena hanya akan dimainkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi.

h. Mempunyai Motivasi

(31)

20

seburuk apa pun kondisi dan situasinya, ia harus mampu memotivasi dirinya sendiri untuk tetap dapat mewujudkan hasil yang maksimal.

Dengan memiliki motivasi tersebut, seorang professional akan tangguh dan mantap dalam menghadapi segala kesulitan yang dihadapinya. Ia tidak mudah menyerah kalah dan selalu akan menghadapi setiap persoalan dengan optimis. Motivasi membantu seorang professional mempunyai harapan terhadap setiap waktu yang ia lalui, sehingga dalam dirinya tidak ada ketakutan dan keraguan untuk melangkahkan kakinya.3

3. Ciri-ciri Profesi

Adapun ciri-ciri profesi yang professional, kita harus mengetahui diantaranya seseorang bisa dikatakan profesi adalah sebagai berikut :

a. Memiliki skill atau kemampuan, pengetahuan tinggi yang tidak dipunyai oleh orang umum lainnya, apakah itu diperoleh dari hasil pendidikan atau pelatihan yang diperolehnya, dan ditambah dengan pengalaman selama bertahun-tahun yang telah ditempuhnya sebagai professional.

b. Mempunyai kode etik, dan merupakan standar moral bagi setiap profesi yang dituangkan secara formal, tertulis dan normative dalam suatu bentuk

aturan main, dan perilaku kedalam “kode etik ” yang merupakan standar

atau komitmen moral kode perilaku dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban selaku by profession dan by function yang memberikan bimbingan, arahan, serta memberikan jaminan dan pedoman bagi profesi besangkutan untuk tetap taat dan mematuhi kode etik terseut.

3

(32)

c. Memiliki tanggung jawab profesi dan integritas pribadi yang tinggi baik terhadap dirinya maupun terhadap public, klien, pimpinan, organisasi perusahaan, penggunaan media umum/massa hingga menjaga martabat serta nama baik bangsa dan Negara.

d. Memiliki jiwa pengabdian kepada public atau masyarakat, dan dengan penuh dedikasi profesi luhur yang disandangnya, yaitu dalam pengambilan keputusan adalah meletakkan kepentingan pribadinya demi kepentingan masyarakat, bangsa dan Negaranya. Memilki jiwa pengabdian dan semangat dedikasi tinggi tanpa pamrih dalam memberikan pelayanan jasa keahlian dan bantuan kepada pihak lain yang memang membutuhkannya. e. Otonominisasi organisasi professional, yaitu memiliki kemampuan untuk

mengelola (manajemen), yang mempunyai kemampuan dalam perencanaan program kerja jelas, strategic, mandiri, dan tidak tergantung pihak lain serta yang sekaligus dapat bekerja sama dengan pihak-pihak terkait, dapat dipercaya dalm menjalankan operasional, peran dan fungsinya. Disamping itu memiliki standard an etos kerja professional yang tinggi.

(33)

22

B. Penyuluhan Sosial

1. Pengertian Penyuluh Sosial

Penyuluhan sosial adalah suatu proses pengubahan perilaku yang dilakukan melalui penyebarluasan informasi, komunkasi, motivasi dan edukasi oleh penyuluh sosial baik secara lisan, tulisan maupun peragaan kepada kelompok sasaran sehingga muncul pemahaman yang sama, pengetahuan dan kemauan guna berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan kesejahteraan social.4

Penyuluh sosial adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan bidang pembangunan kesejahteraan sosial yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang (SK Mensos Nomor 61/HUK/2008 tentang petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penyuluh Sosial dan Angka Kreditnya dan SKB Mensos dan BKN Nomor 41/HUK-PPS/2008 Nomor : 13 Tahun 2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan jabatan Fungsional Penyuluh Sosial dan Angka Kreditnya). 5

Penyuluh sosial berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional Penyuluh Sosial pada unit kerja Departemen Sosial, Dinas/Instansi yang melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesejahteraan sosial Provinsi/Kabupaten/Kota (Menurut Kep Menpan Nomor : PER/06/M.PAN/4/2008 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Sosial dan Angka Kreditnya, Bab II Pasal 23).6

4

Peraturan bersama menteri sosial dan kepala badan kepegawaian Negara nomor 41/HUK-PPS/2008, nomor 13 tahun 2008, tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional penyuluh sosial dan angka kreditnya, Departemen Sosial RI Sekretariat Jendral Pusat Penyuluhan Sosial, 2008. h- 4.

5 Modul TOT Pelatihan Bagi Pelatih Sertifikasi Keahlian Dasar Jabatan Fungsional

(34)

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa penyuluh sosial adalah suatu pekerjaan

yang dijalankan berdasarkan ilmu keahlian khsusus, “Penyuluh Sosial”, dan juga

suatu jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan bidang pembangunan kesejahteraan sosial.

2. Syarat-syarat Penyuluh sosial

Penyuluh sosial sebagai tenaga professional perlu menguasai ilmu pengetahuan, seni dan teknologi serta berbagai metodologi yang diperlukan untuk mencapai tujuan perilaku hidup bersih dan sehat secara lebih efektif dan efisien. Adapun syarat minimal bagi seorang penyuluh sosial untuk melakukan tugasnya secara professional adalah :

a. Berpendidikan dan lulus dari suatu pendidikan, pelatihan tertentu yang diakui secara resmi.

b. Memiliki kompetensi, keahlian dan keterampilan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan teknologi, serta metode pendidikan, pelatihan dan penelitian.

c. Menguasai secara mendalam materi substansi yang berkaitan dengan ilmu sosial dan yang berkaitan.

d. Memiliki keahlian dan kemampuan dalam mempergunakan berbagai metode ilmu sosial, ilmu perilaku, kampanye sosial, komunikasi, informasi, edukasi dan motivasi, pemasaran sosial, mobilisasi sosial,yang terkait dengan penyuluhan sosial.

(35)

24

f. Selalu berusaha mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan komunikasi pada tingkat lokal, nasional, regional, global/universal dengan cara membaca, menulis, meneliti, mengembangkan dan berinteraksi serta berdialog atas dasar ilmiah.7

Dan ada hal-hal lain yang harus dilakukan oleh penyuluh sosial yaitu selalu berpedoman pada prinsip etika/kode etik tersebut di atas bahwa sebagai seorang penyuluh sosial :

a. Tidak membeda-bedakan individu berdasarkan ras, warna kulit, bangsa, agama, usia, jenis kelamin, atau status sosial ekonomi dalam menyumbangkan usaha kesejahteraan sosial.

b. Menghargai kebebasan individu, martabat, dan harga diri setiap individu, dan akan menggunakan keterampilan yang didasari dengan nilai-nilai tersebut di atas secara konsisten.

c. Mematuhi prinsip penghargaan kepada individu, kelompok dan masyarakat yang disuluh.

d. Apabila terlibat melakukan praktek yang tak beretika (mal-praktek), maka akan bertanggung jawab untuk menerima tindakan/hukum selayaknya sesuai dengan pertimbangan mal-praktek yang dilakukan.

e. Penyuluh sosial harus dapat menggugah hati orang untuk dapat menerima perubahan dalam interaksi edukatif yang dinamik.

f. Penyuluh sosial perlu saling asah, saling asih, dan saling asuh dalam proses pertumbuhan dan perubahan.

7

(36)

g. Penyuluh sosial harus memilki sifat jujur, kuat, disiplin, integritas diri yang kuat, sopan, ramah tamah, suka menolong orang lain, terbuka terhadap kritik-kritik, sabar, dapat mengendalikan emosi serta responsive terhadap perubahan-perubahan situasi dan kondisi.8

C. Pentingnya Penyuluhan Sosial bagi Masyarakat

Penyuluhan sosial memang sangat penting sekali untuk masyarakat di Indonesia ini, karena Negara kita ini mengalami krisis akhlak. Oleh sebab itu maka penyuluhan sosial ini penting untuk mengingatkan mereka semua kepada akhlak yang baik dan benar. Tidak hanya itu penyuluhan sosial juga penting bagi masyarakat yang mengalami masalah-masalah yang umum atau pun masalah yang pribadi misalnya masalah keluarga atau masalah yang ada pada dirinya sendiri.

Pada saat ini Departemen Sosial menangani 22 jenis Penyandang Masalah Kesahteraan Soaial (PMKS) yaitu sebagai berikut : 1). Anak balita terlantar, 2). Anak terlantar, 3). Anak nakal, 4). Anak jalanan, 5). Wanita rawan sosial ekonomi, 6). Korban tindak kekerasaan, 7).lanjut usia terlantar, 8). Penyandang cacat, 9). Tuna susila, 10). Pengemis, 11). Gelandangan, 12). Bekas warga binaan Lembaga Pemasyarakatan, 13). Korban penyalahgunaa NAPZA, 14). Keluarga fakir miskin, 15). Keluarga berumah tidak layak huni, 16). Keluarga bermasalah sosial psikologis, 17). Komunitas adat terpencil, 18). Korban bencana alam, 19). Korban bencana sosial atau pengungsi, 20). Pekerja migrant terlantar, 21). Orang dengan HIV/AIDS,

8Ibid

(37)

26

22). Keluarga rentan. Itulah masalah-masalah yang di hadapi oleh para penyuluh social.9

Tentunya dengan adanya bagian penyuluhan sosial yang ada di Departemen Sosial ini maka yang diharapkan adalah dapat membantu para masyarakat yang mengalami masalah-masalah yang rumit baik secara fisik atau dari segi mental. Dan juga yang diharapkan adalah semoga permasalahan-permaslahan yang di hadapi oleh Negara kita dapat terselesaikan dengan terprogram, tentunya yang bersangkutan dengan masyarakat tingkah laku atau akhlak yang harus dibenarkan.

Kenapa masalah ini harus diselesaikan dengan penyuluhan sosial? Ini dikarenakan dengan penyuluhan sosial bertujuan akan mempermudah mendakati masyarakat Indonesia yang pada umumnya mempunyai tingkat kesejahteran sosial yang kurang. Kebanyakanyakan orang yang kurang sejakahtera ini mereka mencari nafkah di tempat-tempat lampu merah, kerumah-rumah, di dalam angkutan, dan lain sebagainya. Inilah yang tidak membuat nyaman dalam kehidupan semua orang, nah ini harus cepat diselesaikan, karena menyangkut Bangsa dan Negara. Yang membuat Negara ini tidak rapi dan tidak teratur, oleh karena itu yang diharapkan dari penyuluhan sosial ini adalah tercapainya visi dan misi yaitu untuk mensejaterakan masyarakat di Indonesia.

Tentunya masyarakat juga mendapati atau merasakan penting penyuluh sosial ini dikarenakan membantu masalah-masalah yang mereka hadapi telah diselesaikan. Sehingga masalah-masalah yang dihadapi ini akan cepat selesainya dan mereka mendapatkan solusi yang terbaik bagi kehidupan mereka. Departemen sosial ini

9Ibid.,,

(38)

berharap kepada para penyuluh sosial yang ada agar bekerja semaksimal mungkin, karena Departemen Sosial mempercayai penyuluh sosial dalam pekerjaannya, di sebabkan penyuluh ini mempunyai teknik-teknik untuk mendakati masyarakat yang sedang mengalami masalah.

Dan tentunya para penyuluh pun mempunyai trik-trik atau cara-cara yang jitu untuk mendekati mereka dan dapat memberikan wawasan yang luas bagi masyarakat yang mengalami kurang sejahtera atau yang sedang mengalami masalah, sehingga masalah itu dapat diselesaikan dengan tepat.

D. Konsep Kepribadian Penyuluh Sosial

Adapun kriteria pribadi dan integritas yang harus dimiliki oleh penyuluh sosial antara lain adalah :

1. Berjiwa sosial, yaitu mempunyai hasrat tinggi untuk meyampaikan informasi kepada orang lain yang kurang beruntung, rentan dan bermasalah, serta warga masyarakat mampu, sehingga mempunyai jiwa suka bergaul dengan berbagai kelompok masyarakat.

2. Bermotivasi tinggi, yaitu mempunyai spirit atau semangat juang yang tinggi untuk melaksanakan dan menyelesaikan tugas yang diemban.

3. Bereputasi baik, artinya orang yang dikenal baik oleh masyarakat dan mempunyai perilaku yang sesuai dengan norma dan nilai masyarakat, serta dapat menjadi keteladanan.10

10Ibid.,

(39)

28

Sedangkan kriteria kapasitas yang harus dimiliki oleh penyuluh sosial antara lain adalah :

1. Kemampuan berkomunkasi dengan berbagai pihak, terutama dengan segenap lapisan warga masyarakat dan pemerintah daerah setempat.

2. Kemampuan mengembangkan dan mengatasi berbagai kendala atau masalah yang dihadapi warga masyarakat di dalam mengakses informasi tentang pembangunan kesejahteraan social.

3. Kemampuan meningkatkan dan mengembangkan warga masyarakat untuk menggali informasi tentang potensi dan sumber-sumber kesejahteraan sosial di lingkungannya.11

Dan dalam rangka pengembangan pribadi penyuluh sosial, maka dilakukan peningkatan penyadaran baik bagi dirinya sendiri maupun orang-orang yang akan diberikan penyuluhan sosial tentang kesejahteraan sosial, dalam rangka menumbuhkan kepercayaan, memiliki tanggung jawab dan rasa aman yang berkelanjutan. Peningkatan penyadaran tersebut juga dalam rangka peningkatan pengembangan kepribadiannya sekaligus memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk mampu meningkatkan kemampuan yang dimilikinya. Dengan penyadaran tersebut sehingga tumbuh rasa percaya diri dan kesadaran bahwa dirinya memiliki berbagai potensi berupa pembawaan sifat, rasa, kecerdasan, karakter, pola pikir, kemampuan menilai kondisi diri dan menentukan nasib dengan segala kekuatan dan kelemahannya. Pemberian kesempatan kepada warga masyarakat

(40)

terutama agar memiliki informasi untuk menggali sistem sumber yang mereka miliki maupun yang ada di luar dirinya/lingkungannya.

E. Landasan Profesi Penyuluh Sosial di Indonesia

Landasan profesi penyuluh sosial di Indonesia ini berlandaskan dari beberapa pokok diantaranya adalah :

1. Pancasila dan UUD 1945 bahwa Negara mempunyai tanggung jawab untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan mamajukan kesejahteraan umum dalam rangka mewujudkan suatu keadailan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Amanat UU NO. 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial bab VI pasal 33 ayat (1) huryuf d, bahwa SDM penyelenggaraan kesejahteraan sosial adalah penyuluh sosial. (pengganti UU no.6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial ).

3. Peraturan Bersama Menteri Sosial No :41/HUK-PSS/2008 dan Kepala Badan Kepegawaian Negara nomor :13 Tahun 2008 tentang petunjuk pelaksanaan Jabatan Fugsional penyuluh sosial dan angka kreditnya. Tanggal 17 juni 2008.

(41)

30

F. Penyuluh Sebagai Da’i – Agen Perubahan Sosial

Pengertian penyuluh menurut Rogers, seperti dikemukakan oleh Mardikanto adalah sesorang yang atas nama pemerintah atau lembaga penyuluhan berkewajiban untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran penyuluhan untuk mengadopsi inovasi. Pengertian itu membawa implikasi status yang dimiliki oleh penyuluh dalam mempengaruhi proses pengambilan keputusan tersebut. Sebagaimana diketahui, inovasi adalah suatu ide, praktek, atau obyek yang dipandang sebagai sesuatu yang baru oleh seseorang individu dalam suatu sistem sosial. Inovasi diperkenankan kepada individu-individu dalam sistem sosial untuk tujuan pembangunan sistem. Upaya pembangunan pada hakikatnya adalah upaya perubahan sosial. Adapun yang dimaksud dengan perubahan sosial adalah proses terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sosial. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa status penyuluh adalah sebagai agen perubahan.

Sebagai agen perubahan, penyuluh memiliki beberapa peran. Ada dua peran yang berkaitan dengan adopsi inovasi. Pertama, peran menghubungkan sistem sumber perubahan dengan sistem sasaran perubahan. Dalam menghubungkan kedua sistem tersebut, penyuluh menyediakan saluran tempat “diluncurkannya” inovais kepada sasaran.

Kedua, sebagai akseleran proses adopsi. Dalam mempengaruhi pengambilan

(42)

siapa yang harus berhak mengambil keputusan untuk mengadopsi suatu inovasi yang harus menunggu keputusan kelompok dan lebih cepat lagi daripada keputusan yang hanya berhak diambil oleh penguasa.

Dalam kaitannya dengan hubungan individual antara penyuluh dengan adopter, maka penyuluh sangat berperan dalam pengambilan keputusan yang diambil secara individual. Penyuluh berperan sebagai akseleran pengambilan keputusan yang bersifat optional. Disadari bahwa keputusan seperti ini dilandasi oleh pertimbangan-pertimbangan rasional individu pengambil keputusan secara mandiri, maka penyuluh dapat menawarkan alternatif-alternatif keputuasan sebagai masukan pengambilan keputusan.

Penyuluh pun bias menjadi seorang Da‟i dan melakukan perubahan tingkah

laku kepada masyarakat. Karena dimasyarakat biasanya adalah masih terlalu

mengandalkan apa saja perkataan seorang Da‟i, sehingga masih belum percaya

(43)

32 BAB III

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT INDONESIA DAN

DEPARTEMEN SOSIAL

A. Kondisi Masyarakat Indonesia

1. Budaya

Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta “budhayah” yang berarti akal, dari kata budi-daya yang berarti daya dari budi (kekuatan dari akal). “Kebudayaan ialah keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan, yang harus di dapatnya dengan belajar dan tersusun dalam kehidupan masyarakat. Kebudayaan adalah cara berfikir dan cara merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu”.1

Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa baru yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang semua pada dasarnya adalah pribumi artinya, semua adalah suku-suku bangsa yang meskipun dahulu kala, bermigrasi dari tempat lain, secara turun temurun telah tinggal di wilayah geografis Indonesia sekarang ini, dan merasa bahwa itu adalah tanah airnya. Bangsa baru ini terbentuk karena suatu kemauan politik untuk menyatukan diri, dan dengan itu membangun sebuah Negara serta membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan oleh bangsa lain.2

1

Materi Dakwah Terurai Dalam Pembangunan, bagian II: Materi Bidang Sosial, Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Proyek Peningkatan LBIQ DKI Jakarta Tahun Anggaran 1993/1994. Hal-77 .

2

(44)

Pada masa-sama yang lalu, baik yang jauh (berabad-abad) maupun yang dekat (2-4 generasi) masing-masing suku bangsa di Indonesia ini berdiri sendiri dan terpisah-pisah, baik secara sosial, budaya, dari yang relatif kecil dan berpindah-pindah, sehingga dengan demikian tidak terlalu terikat oleh kawasan hunian yang tetap, hingga yang amat besar, menetap bahkan berekspansi, serta berstrafikasi pula. Namun demikian dari waktu ke waktu terbentuk juga ikatan-ikatan persekutuan antara dua atau lebih satuan masyarakat atau Negara.

Kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia hingga dewasa ini secara keseluruhan dapat digambarkan sebagai tumpukan pengalaman budaya dan pembangunan budaya dari yang terdiri dari lapisan-lapisan budaya yang tebentuk sepanjang sejarahnya. Adanya pilihan lapisan-lapisan tersebut dikesankan oleh terdapatnya perubahan-perubahan sitemik pada periode-periode tertentu, yang disebabkan oleh proses akulturasi. Tiga pengalaman besar dalam akulturasi di Indonesia adalah yang pertama, ketika menyerap agama Hindu dan Budha beserta kompleks kebudayaan Indian secara selektif. Kemudian yang kedua, akulturasi dengan peradaban Islam, dan yang terakhir, adalah akulturasi dengan kebudayaan Eropa yang terjadi bersamaan dengan proses kolonisasi dan penjajahan oleh bangsa-bangsa Eropa. Perubahan-perubahan yang amat ketara adalah dalam perkembangan bahasa (khususnya dalam hal kosa kata), penggunaan aksara (Palawa, Arab, Latin), dan pada batas-batas tertentu tata masyarakat. Penyerapan unsur –unsur asing tersebut tidaklah sama dalam jumlah dan intersitas pada masing-masing suku bangsa lain.3

3

(45)

34

Budaya-budaya asli Indonesia ini antara lain adalah budaya Pencak Silat, yang berasal dari kebudyaan Minang Kabau. Pencak Silat ini bisa dikatakan budaya karena unsur-unsur Pencak Silat ini merupakan Khazanah kebudayaan Nasional Indonesia, maka yang pertama dapat kita tunjuk adalah system pertandingan Pencak Silat, yang benar-benar merupakan hasil dari karya bangsa Indonesia, dan bersifat lintas suku bangsa dan lintas golongan. System ini diciptakan dengan (1). Menggali khasanah budaya tradisional, yaitu dari aliran-aliran Pencak Silat dari berbagai suku bangsa , ataupun dengan (2) memanfaatkan pengetahuan mengenai budaya asing, yaitu khususnya system-sistem bela diri asing, seperti, karate, yuda, kempo dan lain-lain.

Di Indonesia terdapat lebih dari 300 kelompok etnis yang berbeda-beda, masing-masing mempunyai identitas kebudayaan tersendiri, dan di kepuluan itu dipergunakan lebih dari 200 bahasa khas. Kendatipun begitu, tidak semua yang di Indonesia itu berbeda-beda di sini masih di temui beberapa yang umum. Sebahagian besar bahasa-bahasa yang terdapat disana termasuk ke dalam satu rumpun bahasa, yaitu rumpun bahasa Polynesia dan melayu. Ini berarti bahwa semua bahasa itu sama memiliki amat besar persamaanya.

(46)

yang dipisah-pisahkan oleh hutan-hutan tropis dan daerah pergunungan yang curam-curam, memperlihatkan bentuk-bentuk kebudayaan yang berbeda.4

2. Agama

Kira-kira 95% penduduk Indonesia menganut agama Islam di samping kepercayaan-kepercayaan asli setempat, sedangkan lapisan yang jauh lebih tua umumnya yang terdiri dari pemikiran Hindu-Budha merupakan dasar persamaan selanjutnya dari kebudayaan yang terdapat pada kebanyakan daerah. Kepercayaan-kepercayaan yang tidak mau hilang begitu saja, yang menggabungkan diri kepada agama Islam, Hindu ataupun Kristen, semuanya kelihatannya merupakan satu jenis.

Indonesia adalah Negara yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam, tetapi juga ada yang beragama seperti Kriten, Hindu, Budha, Khong Wu Cu. Di Negara ini masyarakatnya dalam kehipan sehari-hari atau dalam pergaulannya tidak membeda-bedakan kenyakinan, karena mereka mempunyai prinsip harus hidup rukun dan saling menghormati diantara sesama masyarakat dan merekapun tidak segan-segan dalam membantu atau menolong orang yang sedang kesulitan.

Islam pun mengajarkan bahwa Islam itu adalah Rahmatan Lil „alamin, rahmat

bagi semua ciptaan Allah. Rahmat bagi sesama muslim ataupun yang beragama non muslim.

Islam tersebar di Indonesia ini melalui seorang saudagar atau pedagang yang datang ke Indonesia, sehingga mereka menikah dengan pribumi dan tersebarlah agama Islam, Indonesia ini awal keyakinannya adalah agama nenek

4

Hildred Greets, A. Rahman Zainudin, Aneka Budaya dan Komuniktas di Indonesia,.

(47)

36

moyang sehingga kebudayan-kebudayan seperti Hindu-Budha masuk ke Indonesia dan juga Islam pun masuk dalam kebudayaan Indonesia. Jadi penyebaran agama di Indonesia ini melewati kebudayan-kebudayaan yang ada, seperti para penyebar agama menggunakan wayang untuk menarik perhatian masyarakat Indonesia, maka lambat laun tersebarlah agama Islam di Indonesia.

3. Ekonomi

Selama lebih dari 30 tahun manahkodai Negara, orde baru telah berhasil mengangkat kondisi kehidupan ekonomi dan sosial di Indonesia secara sangat berarti. Penghasilan perkapita meningkat dari hanya sekitar 70% dollar AS, pada pertengahan 1960-an menjadi lebih dari 1000 dollar AS, pada pertengahan 1990-an. Prasarana yang langsung melayani masyarakat maupun yang mendukung kegiatan ekonomi dibangun secara luas. Kemiskinan menurun dratis dan berbagai indikator kesejahteraan sosial, mulai dari harapan hidup, tingkat kecukupan gizi, tingkat kematian ibu dan anak sampai ketingkat partisispasi pendidikan, ketersedian air bersih dan perumahan, semuanya menunjukkan perbaikan yang berarti.5

Dengan perbaikan taraf hidup seperti itu mengapa timbul keresahan dan tuntutan yang makin mengental terhadap perubahan di kalangan masyarakat atau lebih tepatnya, di antara para elite masyarakat? Jawabannya terletak pada perkembangan disegi lain dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Di tengah kemajuan itu terutama dalam dasawarsa terakhir orde baru, tumbuh persepsi di kalangan masyarakat yang makin mengental setiap hari bahwa praktik korupsi,

5

(48)

penyalahgunaan kewenangan di jajaran pemerintah. Meskipun pers dikendalikan, cerita mengenai hal itu terus merebak dan kasus-kasus nyata terungkap rasa keadilan masyarakat terusik. Namun dalam konstelasi politik yang ada, saluran-saluran untuk kritik, disensus, protes dan koreksi tersumbat.

Krisis keuangan yang mulai muncul pada pertengahan 1997 terus memburuk dan memasuki tahun 1998 berkembang menjadi krisis ekonomi berskala luas dengan dampak negative yang langsung dirasakan oleh masyarakat banyak. Harga barang kebutuhan pokok naik tajam dan PHK di mana-mana. Keresahan yang semula sebatas kalangan elite berkembang menjadi ketidakpuasan sosial yang akhirnya menjadi kerusuhan massal.

Namun apabila kita terlusuri motif dasar gerakan reformasi, barangkali empat tema berikut merangkum sebagian besar tuntutan tersebut, yakni : 1) perbaikan ekonomi, 2) perbaikan tata pemerintahan/government, 3) supremasi hukum, 4) demokrasi, singkatnya masayarakat menginginkan Indonesia yang makmur bersih dai KKN, taat hukum dan demokrasi.

Fondasi ekonomi salah satu kritalisasi pandangan itu adalah mengenai fondasi ekonomi suatu demokrasi. Intinya pada tahap awal, masyarakat yang berpenghasilan rendah, tertutup dan belum demokratis seyogyanya memusatkan upaya pada pembangunan ekonomi lebih dulu.

(49)

38

yang mereka hadapi. Gelombang krisis di Indonesia telah menimbulkan kerusakan sistemik yang sangat luas dan dalam, bukan hanya di bidang ekonomi, melainkan juga dibidang-bidang sosial, politik, hukum, keamanan dan ketertiban umum. Yang kedua, terkait dengan yang pertama itu adalah bahwa institusi-intitusi yang menjadi pilar kehidupan ekonomi, di Indonesia ternyata rapuh sehingga krisis yang awalnya serupa dengan kedua Negara tersebut ternyata akhirnya secara berbeda di Negara Indonesia.6

Pemulihan ekonomi di Indonesia bisa kita lihat dari dua segi : teori dan kasus, di Indonesia itu ditandai dengan runtuhnya permintaan agreat, sehingga kita menjumpai ciri-ciri ekonomi dalam depresi seperti: menurunnya daya beli secara dratis, lenyapnya minat investasi, mningkatnya kapaisitas menganggur di berbagai sector.7

4. Politik

Indonesia adalah sebuah Negara pemerintahan berbentuk republik dan Negara yang berbentuk kesatuan bedasarkan UUD 45. Indonesia tidak menganut system pemisahan kekuasan murni melainkan pembagian kekuasaan dengan sentral berada pada pemerintah Indonesia, hal ini tercermin dari dimilikinya sebagian kekuasan yudikatif dan kekuasaan legislative oleh presiden (eksekutif). Kekuasaan yang dimiliki oleh eksekutif dalam bidang yudikatif meliputi pemberian grasi dan pemberian rehabilitasi dengan pertimbangan Mahkamah Agung Indonesia serta abolisi dan amnesty dengan pertimbangan DPR. Sedangkan kekuasaan eksekutif dalam bidang legislative meliputi menetapkan

6

Ibid., hal. 65-66. 7

(50)

perpu dan perarturan pemerintah. Sistem pemerintahan Indonesia sering di sebut

sebagai “system pemerintahan presindensial dengan sifat parlementer. Setelah

kerusuhan Mei 1998 yang berujung pada lengsernya presiden Soeharto reformasi besar-besaran segera di lakukan di bidang politik.

Sejak reformasi dalam kancah politik Indonesia telah berjalan sejak 1998 dan telah mengahasilkan banyak perubahan penting di antaranya adalah pengurangan masa jabatan menjadi 2 kali masa bakti dengan masing-masing masa bakti 5 tahun untuk presiden dan wakil presiden serta dilaksanakannya langkah-langkah untuk memeriksa institusi bermasalah dan keuangan Negara MPR, yang fungsinya meliputi : melantik presiden dan wakil presiden (sejak 2004 presiden langsung dipilih oleh rakyat), menciptakan GBHN mengamandemen UUD dan mengesahkan Undang-undang.8

Politik memang tidak mengenal kawan atau lawan yang abadi, yang abadi adalah kepentingan politik atau kelompok. Sekokoh apapun koalisi yang dibangun diperkuat dengan penandatanganan politik antar elit politik, bila hanya didasari kepentingan strategis mereka yang berkoalisi tanpa didukung oleh ideologi dan program kabinet yang solid, akan hancur saat kepentingan politik yang mereka perjuangkan mulai tampak beda.9

Perkembangan politik pada saat ini adalah sangatlah runyam atau sangat buruk sekali tidak enak dilihat oleh mata. Karena politik di Indonesia saat ini adalah sangatlah kacau, menurut Iberamsjah (guru besar Ilmu Politik UI),

8

http://id.wikipedia.org/wiki/Politik_Indonesia ; sabtu 15 Mei 2010.

9

(51)

40

mengatakan bahwa “politik Indonesia saat ini begitu kompleks dan cenderung mengahalalkan segala cara”.10 Nah inilah yang membuat Negara Indonesia tidak bisa maju seperti negara-negara yang lainnya. Mereka hanya mementingkan kelompoknya sendiri tidak memikirkan bagaimana masa depan bangsa ini, sehingga yang terjadi adalah mereka saling sikut menyikut lawan politiknya. Ini yang menjadikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Kalau mereka bisa menyatukan tujuan mereka dan dapat saling bekerja sama untuk membangun bangsa ini, tidak mustahil Indonesia bisa maju sperti Negara-negara yan lain.

Seperti masalah Century ini, partai-partai politik yang bertugas menangani kasus Bank Century mereka ingin menang sendiri dengan gaya penyelesaian masing-masing partai politik, sehingga yang terjadi adalah kasus Bank Century sampai saat ini belum terpecahkan. Kalau saja mereka mau bekerjasama dengan baik dan tidak mementingkan kelompoknya, saya yakin kasus Bank Century ini akan cepat selesai. Sudah waktunya Indonesia berubah menjadi lebih baik, sehigga Indonesia ini tidak diremehkan oleh bangsa lain.

5. Kesehatan

Pembangunan nasional di bidang kesehatan dan dilaksanakan sepenuhnya dalam kerangka asas-asas pembangunan nasional untuk ikut menciptakan ketahanan nasional yang optimal berdasarkan wawasan Nusantara dengan memanfaatkan modal dasar dan memperhitungkan faktor-faktor dominan pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional di bidang kesehatan

10

(52)

diselenggarakan berdasarkan pola atau arah dan strategi pembangunan kesehatan yang tercantum dalam GBHN (Garis Besar Haluan Negara). Mengingat adanya hubungan erat antara tingkat pendapatan nasional, tingkat kecerdasan, dan derajat kesehatan, maka upaya peningkatan dan pemerataan pembangunan kesehatan perlu dikembangkan secara serasi.11

Memajukan kesejahteraan umum berarti mewuudkan suatu tingkat kehidupan masyarakat secara optimal yang memenuhi kebutuhan dasar manusia, termasuk kesehatan. Bila ditinjau secara lebih khusus, pada dasarnya kesehatan menyangkut semua segi kehidupan baik perseorangan, keluarga, kelompok manusia, masyarakat luas maupun bangsa. Ruang lingkup bdan jangkauannya sangat luas.

Dalam sejarahnya upaya manusia untuk mencapai atau memelihara keadaan sehat, telah terjadi perubahan orientasi nilai dan pemikiran tentang perwujudan manusia sehat, yaitu yang semula hanya mencakup pengertian bebas dari penyakit , menjadi sehat jasmani, rohani dan sosial. Orientasi upaya kesehatan yang semula berupa upaya penyembuhan penderita berkembang secara berangsur-angsur kearah kesatuan upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat dengan peran serta masyarakat yang mencakup upaya peningkatan, pencegahan yang menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Upaya kesehatan itu dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial budaya, termasuk ekonomi, lingkungan fisik dan biologi yang semuanya bersifat dinamik dan kompleks serta tidak pula lepas dari pengaruh perkembangan dunia Internasional.

11

(53)

42

Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan rakyat yang setinggi-tingginya sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan Nasional. Sedangkan yang dimaksud dengan kesehatan adalah sehat badan, jiwa serta sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Keadaan kesehatan suatu bangsa dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor penting yang perlu memperoleh perhatian adalah keadaan sosial ekonomi, lingkungan dan pelayanan kesehatan. Pada umumnya, keadaan sosial ekonomi mempunyai pengaruh timbal-balik terhadap kesehatan. Keadaan ini tidak dapat dipisahkan dari dunia pada umumya. Hampir satu milyar manusia di dunia terjebak dalam lingkaran setan kemelaratan, kesadaran hidup sehat yang rendah, gangguan gizi, dan penyakit yang merorong daya dan prestasi kerja sehingga mereka tidak mampu melihat hari depan yang cerah12.

Kecepatan derap pembangunan di kota-kota menimbulkan arus urbanisasi penduduk. Kecenderungan urbanisasi ini akan berakibat peningkatan kepadatan penduduk di beberapa wilayah perkotaan yang akan mempengaruhi pula keadaan kesehatan lingkungan, gangguan psiko-sosial, dan mudahnya penularan penyakit. Arus urbanisasi ini harus memeperoleh perhatian dalam rangka rencana jangka panjang di bidang kesehatan, terutama yang menyangkut penyediaan fasilitas pelayanan dan jenis pelayanan yang diperlukan.

12Ibid.,

(54)

Masih banyak penduduk menempati rumah dan pemukiman yang tidak layak, yang merugikan kondisi kesehatan perseorangan dan lingkungan, seperti yang sering kita lihat di televise atau di berita masih banyak penduduk yang menempati rumah-rumah kumuh.

Kedudukan geografis Indonesia yang terletak di antara dua benua dan dua samudera besar, akan mengakibatkan semakin pentingnya peranan Indonesi dalam dunia Internasional. Hal ini merupakan salah satu faktor yang membawa konsekuensi bahwa upaya kesehatan harus dapat memberikan sumbangan dalam menciptakan ketahanan Nasional yang kuat. Sejalan dengan ini pengembangan secara khusus untuk menghasilkan suatu pelayanan yang memadai perlu dirancang untuk daerah-daerah rawan, seperti daerah terpencil dan daerah perbatasan agar masyarakat Indonesia di daerah itu dapat menikmati fasilitas pelayanan kesehatan sebagai hasil pembangunan Nasional.13

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah umum dan lingkungan yang dihadapi oleh rakyat dan bangsa Indonesia adalah sebagai berikut : 1) laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, 2) kualitas penduduk yang perlu ditingkatkan, 3) tingkat pendidikan, kesadaran, kebiasaan, perilaku masyarakat terhadap kesehatan yang umumnya masih kurang, 4) tingkat sosial ekonomi masyrakat yang umumnya masih rendah, 5) perkembangan serta kemampuan berkembang yang berbeda di daerah-daerah, 6) lingkungan fisik dan biologic yang belum memadai, 7) keadaan geografis Negara kita yangterdiri dari ribuan pulau yang terpencar-pencar dengan sarana komunikasi yang belum

13Ibid.,

Gambar

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT JAKARTA  dan
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT INDONESIA DAN

Referensi

Dokumen terkait

Praktik Pengalaman Lapangan meliputi semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sabagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Efiseinsi dari bak penampung air hujan (elevated tank) dalam pengurangan run off pada studi kasus lokasi Perumahan Sukolilo Dian Regency 2 ini dilakukan dengan

Dalam pasal 1 ayat 8 bahwa standar sarana prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat

Pemberian obat adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan Pemberian obat adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan

Yang dimasukkan dalam analisis tulisan ini adalah ibu nifas dengan data yang lengkap dalam karakteristik rumah tangga (sosial ekonomi, umur, pendidikan, dan pekerjaan kepala

Analisa Harga Satuan ini hanya dipergunakan ANALISA HARGA SATUAN sebagai dasar/pendekatan dalam PENGHAMPARAN LAPIS TIPIS ASPAL BETON penyusunan DPA dan.. Mengevaluasi

Dalam proses pembuatan karya seni patung benang ini penulis menggunakan ide dan eksperimentasi terhadap bahan benang yang akan dijadikan seni patung, selain itu

'ebuah sistem tertutup dapat memberikan listrik kon7ersi lebih bermanaat pada suhu rendah sekitar !;(( ) K dibandingkan dengan $(( ) K untuk sistem siklus terbuka"..