• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan pendidikan akhlak dalam membentuk kepribadian muslim; studu penelitian pada kelas VII MTS Al- Islamiyah Jakarta Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan pendidikan akhlak dalam membentuk kepribadian muslim; studu penelitian pada kelas VII MTS Al- Islamiyah Jakarta Barat"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Penelitian Pada Kelas VIII MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat)

Oleh :

Nur Azizah NIM: 106011000139

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

NIM : 106011000139

Judul : Pelaksanaan Pendidikan Akhlak Dalam Membentuk Kepribadian Muslim (Studi Penelitian Pada Kelas VIII MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan Pendidikan Akhlak dalam Membentuk Kepribadian Muslim, penelitian ini dilaksanakan di MTs Al- Islamiyah Jakarta Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analisis.

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 36 orang, dengan menggunakan teknik random sampling dari seluruh siswa kelas VIII MTs Al- Islamiyah Jakarta Barat tahun ajaran 2010-2011. Pelaksanaan Pendidikan Akhlak MTs Al- Islamiyah Jakarta Barat meliputi sistem pendidikan akhlak, kurikulum pendidikan akhlak, strategi pendidikan akhlak, sarana dan prasarana pendidikan akhlak, evaluasi pendidikan akhlak, proses pembelajaran pendidikan akhlak dan upaya yang dilakukan di MTs Al-Islamiyah dalam meningkatkan kualitas pendidikan akhlak.

(6)

ii

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam

senantiasa terlimpah dan tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,

sahabat, serta seluruh umat manusia.

Sebagai rasa syukur atas selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada orang-orang yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, diantaranya :

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Dosen pembimbing seminar proposal skripsi yang telah banyak memberikan

kontribusi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Dosen pembimbing akademik penulis, yang telah banyak membantu penulis

dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada

penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu

berikan mendapatkan keberkahan dai Allah SWT, Amin.

7. Seluruh Staff Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Kepala sekolah MTs. AL-Islamiyah Jakarta Barat beserta staffnya yang telah

(7)

iii penyelesaian skripsi ini.

10. Untuk Abang-abangku yang selalu memberikan motivasi dan menghibur

penulis dalam keadaan suka dan duka.

11. Untuk ponakanku yang selalu menghibur dan membantu penulis dalam

keadaan suka dan duka.

12. Teman-teman seperjuangan Neni Ernawati, Robi’atul Adawiyah, Rukoyah, Nur Syamsiah dan yang lainnya yang banyak memberikan bantuan dan

motivasi yang sangat berarti selama masih kuliah. Semoga kita selalu kompak

daan sukses buat kita semua, Amin.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak

disebutkan satu persatu hingga penelitian ini bisa diselesaikan. Semoga bantuan

yang telah diberikan menjadi amal shaleh yang memperberat timbangan kebaikan

kita di akhirat kelak. Pintu kritik, saran dan ide terkait dengan penelitian akan

selalu peneliti buka dengan pintu penuh suka cita.

Jakarta, 22 Maret 2011

Penulis

Nur Azizah

(8)

iv

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D.Perumusan Masalah ... 5

E.Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORITIS A.Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 6

2. Dasar Pendidikan Agama Islam ... 7

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 10

B. Pendidikan Akhlak 1. Pengertian Pendidikan Akhlak ... 13

2. Dasar pendidikan Akhlak ... 15

3. Macam-Macam Pendidikan Akhlak ... 17

4. Tujuan Pendidikan Akhlak ... 20

C. Pengertian Kepribadian Muslim 1. Pengertian Kepribadian Muslim ... 22

(9)

v

B. Metodologi Penelitian ... 27

C. Populasi dan Sampel ... 28

D. Teknik Pengumpulan Data... 28

E. Teknik Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Al-Islamiyah 1. Sejarah Berdirinya MTs Al-Islamiyah ... 31

2. Letak Geografis MTs Al-Islamiyah ... 32

3. Sarana dan PrasaranaMTs Al-Islamiyah ... 33

4. Visi-Misi MTs Al-Islamiyah ... 34

5. Keadaan Guru dan Karyawan ... 35

6. Struktur organisasi ... 37

7. Kurikulum ... 38

8. Ekstrakulikuler ... 40

B. Deskripsi Data ... 40

C. Pelaksanaan Pendidikan Akhlak 1. Sistem Pendidikan Akhlak MTs Al-Islamiyah ... 41

2. Kurikulum Pendidikan Akhlak MTs Al-Islamiyah ... 43

3. Strategi Pendidikan Akhlak MTs Al-Islamiyah ... 48

4. Sarana Pendidikan Akhlak MTs Al-Islamiyah ... 51

9. Evaluasi Pendidikan Akhlak MTs Al-Islamiyah ... 53

D. Pembentukan Kepribadian Muslim di MTs Al-Islamiyah 1. Proses Pembelajaran Akhlak di MTs Al-Islamiyah ... 54

(10)

vi

(11)

vii

Tabel 1 Penafsiran prosentase ... 30

Tabel 2 Sarana dan Prasarana ... 33

Tabel 3 Fasilitas belajar MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat ... 34

Tabel 4 Keadaan Guru dan Karyawan MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat ... 35

Tabel 5 Kurikulum MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat.... ... 39

Tabel 6 Ekstrakulikuler MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat ... 40

Tabel 7 Hasil pendidikan agama dengan mempelajari Akhlak, akhlak saya menjadi lebih baik ... 42

Tabel 8 Saya senang terhadap materi pendidikan agama yang diajarkan di MTs Al-Islamiyah ... 43

Tabel 9 Saya senang materi pendidikan agama tentang bakti kepada orang tua ... 44

Tabel 10 Saya senang materi pendidikan agama tentang tolong menolong ... 45

Tabel 11 Saya senang materi pendidikan agama tentang tidak narkoba. ... 45

Tabel 12 Saya senang materi pendidikan agama tentang iman kepada Allah ... 46

Tabel 13 Kurikulum pendidikan akhlak di MTs Al-Islamiyah dapat membentuk siswa berwawasan imtaq dan iptek ... 46

Tabel 14 Guru menguasai materi pendidikan akhlak. ... 47

Tabel 15 Pendidikan akhlak yang ajarkan di MTs Al-Islamiyah sangat menarik ... 48

Tabel 16 Metode pengajaran pendidikan akhlak yang digunakan oleh guru bervariasi ... 49

(12)

viii

Tabel 20 Diantara sarana pendidikan akhlak yang tersedia di MTs

Al-Islamiyah adalah... 52

Tabel 21 Cara menilai akhlak yang paling sering dilakukan guru adalah ... 54

Tabel 22 Mata pelajaran akhlak memberikan pengaruh terhadap

perubahan tingkah laku dalam kehidupan. ... 55

Tabel 23 Pendidikan akhlak dapat membuat saya untuk dapat

menghargai dan menghormati orang lain ... 56

Tabel 24 Dalam proses pembelajaran pendidikan akhlak, guru sering

memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. ... 56

Tabel 29 Guru sering mengingatkan saya untuk mensyukuri semua

[image:12.595.115.524.95.454.2]
(13)

ix Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nur Azizah

NIM : 106011000139

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang saya ajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu (S1) di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwas skripsi saya bukan asli karya saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

berdasarkan undang-undang yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 Maret 2011

Penulis

Nur Azizah

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Hidup tidak bisa lepas dari pendidikan, karena manusia diciptakan bukan

sekedar untuk hidup. Ada tujuan yang lebih mulia dari sekedar hidup yang

mesti diwujudkan dan itu memerlukan ilmu yang diperoleh lewat pendidikan.

Inilah salah satu perbedaan antara manusia dengan makhluk lain, yang

membuatnya lebih unggul dan lebih mulia. Pendidikan dipandang sebagai

salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi

mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang

berkualitas dan bertanggung jawab serta mampu mengantisipasi masa depan.

Pendidikan dalam maknanya yang luas senantiasa membimbing

perubahan-perubahan dan perkembangan hidup serta kehidupan umat

manusia. Demikian strategisnya peranan pendidikan tersebut, sehingga umat

manusia senantiasa konsen terhadap masalah tersebut. Bagi umat Islam,

menyiapkan generasi penerus yang berkualitas dan bertanggung jawab melalui

pendidikan itu merupakan suatu tuntutan dan keharusan.

Guru dalam dunia pendidikan adalah prioritas. Untuk melaksanakan

tugas dalam meningkatkan proses belajar mengajar, guru menempati

kedudukan sebagai figur. Di tangan para gurulah terletak kemungkinan

(15)

bergantungnya masa depan karir para peserta didik yang menjadi tumpuan

para orang tuanya. Guru juga harus menanamkan nilai-nilai iman dan akhlak

yang mulia.

Agama memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, sebab

agama merupakan motivasi hidup dan kehidupan serta merupakan alat

pengembangan dan pengendalian diri yang sangat penting. Oleh karena itu

agama perlu dipahami dan diamalkan oleh manusia agar dapat menjadi dasar

kepribadian (akhlak) sehingga ia menjadi manusia yang utuh.

Agama juga mengatur hubungan manusia dengan khaliknya, hubungan

manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan

manusia dengan dirinya yang dapat menjamin keselarasan, keseimbangan dan

keserasian dalam hidup manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai

anggota masyarakat dalam mencapai kemajuan lahiriyah dan kebahagiaan

batiniyah.

Untuk itu guru harus memahami kendala-kendala pendidikan dan cara

untuk mengatasinya. Guru harus mempunyai sifat-sifat positif dan menjauhi

sifat-sifat negatif agar bisa memainkan peranannya dalam memberi pengaruh

positif pada anak didiknya disamping sarana dan prasarana, metode dan

strategi pendidikan juga harus dikuasainya.

Dewasa ini peran dan tugas guru pendidikan agama Islam dihadapkan

pada tantangan yang sangat besar dan kompleks akibat pengaruh negatif dari

Era Globalisasi serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

mempengaruhi kepribadian dan akhlak pelajar sebagai generasi muda penerus

bangsa. Derasnya arus informasi media massa (baik cetak maupun elektronik)

yang masuk ke Negara kita tanpa adanya seleksi seperti sekarang ini sangat

berpengaruh dalam mengubah pola pikir, sikap dan tindakan generasi muda.

Akhlak adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa

dan menjadi kepribadian hingga dari situlah timbulah berbagai macam

(16)

memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang dilahirkan kelakukan yang

buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela.1

Akhlak sangat berkaitan dengan pola pikir, sikap hidup dan perilaku

manusia. Keburukan akhlak sangat berpotensi memicu timbulnya perilaku

perilaku negatif. Jika akhlak dari seseorang individu buruk, maka sangat

mungkin ia akan melahirkan berbagai perilaku yang dampaknya dapat

merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Akhlak yang baik dapat membawa

pada nilai-nilai yang positif sehingga dapat membentuk kepribadian muslim

yang taat kepada Allah.

Kepribadian dalam kehidupan manusia, tingkah laku atau kepribadian

merupakan hal yang sangat penting sekali, sebab aspek ini akan menentukan

sikap identitas diri seseorang. Baik dan buruknya seseorang itu akan terlihat

dari tingkah laku atau kepribadian yang dimilikinya. Oleh karena itu,

perkembangan dari kepribadian ini sangat tergantung kepada baik atau

tidaknya proses pendidikan yang ditempuh.

Seseorang baru bisa dikatakan memiliki kesempurnaan iman apabila dia

memiliki budi pekerti atau akhlak yang mulia. Oleh karena itu, masalah akhlak

atau budi pekerti merupakan salah satu pokok ajaran Islam yang harus

diutamakan dalam pendidikan agama Islam untuk ditanamkan atau diajarkan

kepada anak didik.

Dengan melihat arti Pendidikan Agama Islam dan ruang lingkupnya itu,

jelaslah bahwa pendidikan Islam kita berusaha untuk membentuk manusia

yang berkpribadian kuat dan baik (berakhlakul karimah) berdasarkan pada

ajaran agama islam.

Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam sangat penting sebab dengan

Pendidikan Agama Islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar

1

Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994),

(17)

memimpin dan mendidik anak diarahkan kepada perkembangan jasmani dan

rohani sehingga mampu membentuk kepribadian yang utama sesuai dengan

ajaran Islam.

Hal inilah yang menjadi indikator bagi penulis mengadakan penelitian,

bagaimana sistem pendidikan agama, khususnya pendidikan akhlak di

Madrasah tersebut, serta upaya apa dalam membentuk dan kepribadian

muslim.

Dalam konteks inilah penulis tertarik untuk membahas suatu judul skripsi

yakni “Pelaksanaan Pendidikan Akhlak dalam Membentuk Kepribadian

Muslim (Studi Penelitian pada kelas VIII MTs Al- Islamiyah Jakarta

Barat)”.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis ungkapkan di atas,

beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan Akhlak siswa di MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat belum

menunjukkan hasil yang optimal.

2. Kurangnya pengembangan kepribadian siswa di MTs Al-Islamiyah Jakarta

Barat.

3. Kepribadian siswa di MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat masih rendah.

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang sedemikian banyak yang tidak

mungkin penulis uraikan satu persatu secara terperinci serta agar penulisan

skripsi ini mengarah pada tujuan yang ingin diharapkan, maka penulis batasi

permasalahannya pada :

1. Pendidikan akhlak adalah kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan

antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang

menyatu, membentuk satu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam

(18)

2. Kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspeknya yakni baik

tingkah laku luarnya kegiatan-kegiatan jiwanya, maupun filsafat hidup dan

kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan penyerahan diri

kepadanya.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan kepada permasalahan pokoknya yaitu “Bagaimana pelaksanaan pendidikan akhlak di MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat?”

E.

Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kajian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dalam

mengembagkan Pendidikan Agama Islam guna meningkatkan akhlak bagi

siswa tingkat Madrasah Tsanawiyah khususnya di MTs Al-Islamiyah

Jakarta Barat.

2. Sebagai bahan perbaikan bagi proses pendidikan dan pengajaran akhlak di

MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat.

3. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi

guru-guru dalam merencanakan pendidikan dan pengajaran akhlak yang pada

akhirnya dapat meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam yang

terimplementasikan dalam bentuk akhlak karimah sekaligus dalam rangka

(19)

6

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A.

Pendidikan Agama Islam

1.

Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum penulis lebih jauh membahas Pendidikan Agama Islam

terlebih dahulu penulis kemukakan arti pendidikan menurut bahasa Indonesia disebutkan bahwa “pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.”1

Menurut undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya masyarakat, bangsa dan Negara.2

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud,

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) Cet. II, h. 264

2

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:

(20)

Sedangkan menurut Ahmad Tafsir Pendidikan Agama Islam adalah

bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar ia berkembang

secara maksimal sesuai ajaran Islam.3

Pendidikan Agama Islam menurut Zakiah Darajat adalah usaha berupa

bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai

pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam

serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.4

Sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Mujib pendidikan Agama Islam

menurut Prof. Dr Omar Muhammad Al-Taomi Al-Syaibani diartikan

sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadinya

masyrakat dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran sebagai suatu

aktivitas asasi dan sebagai profesi-profesi dalam masyarakat.5

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, dan menghayati

ajaran agama Islam, sehingga terjadi perubahan dalam kehidupan

seseorang dan dapat mengamalkan ajaran Islam serta menjadikan agama

Islam sebagai pandangan hidup.

2.

Dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar pendidikan adalah pandangan hidup yang melandasi seluruh

aktivitas pendidikan. Karena dasar menyangkut masalah ideal dan

fundamental, maka diperlukan landasan dan pandangan hidup yang kokoh

dan komperehensif, serta tidak mudah berubah.6

3

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2010), h. 27

4

Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet.

III, h. 86

5

Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. III, h. 25

6

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama,

(21)

Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar

sesuatu tersebut tegak kokoh berdiri. Dasar suatu bangunan yaitu fondamen

yang menjadi landasan bangunan tersebut agar bangunan itu tagak dan

kokoh berdiri.

Demikian pula dengan fungsi dari dasar pendidikan. Fungsinya ialah menjamin sehingga “bangunan” pendidikan itu tegak berdirinya, agar usaha-usaha yang terlingkup di dalam kegiatan pendidikan mempunyai

sumber keteguhan, suatu sumber keyakinan, agar jalan menuju tujuan dapat

terlihat, tidak mudah disimpangkan oleh pengaruh-pengaruh luar.7

Menurut Zuhairani, dkk., sebagaimana dikutip oleh Abdul Majid

pelaksanaan Pendidikan Agama Islam mempunyai dasar yang kuat, dapat

ditinjau dari berbagai segi yaitu:

a. Dasar Yuridis atau Hukum

Dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam berasal dari

pandangan undang-undang yang secara tidak langsung dapat menjadi

pandangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara

formal. Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu:

1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah Negara pancasila, sila pertama:

ketuhanan yang Maha Esa.

2) Dasar kontitusional, yaitu UUD 1945 dalam bab XI pasal 29 ayat 1

dan 2, yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas ketuhanan yang

Maha Esa, 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk

untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut

agama dan keprcayaannya itu.

3) Dasar operasional, yaitu terdapat dalam UU Sisdiknas No 20 tahun

2003, dan PP No. 19 tahun 2005.

7

Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT.

(22)

b. Dasar Keagamaan

Yang dimaksud dengan dasar keagamaan adalah dasar yang

bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam, Pendidikan Agama

Islam adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah

kepada-Nya. Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menunjukkan perintah

tersebut, antara lain:

1. Q.S. An-Nahl ayat 125















































Serulah manusia kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

sesungguhnya tuhanmu, dialah yang lebih mengetahui tentang yang

tersesat dari jalannya dan dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk.8

2. Q.S.Al- Imran ayat 104











































Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari

yang mungkar. mereka lah orang-orang yang beruntung.9

8

Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Penyelenggara dan Terjemah

Al-Qur’an, 1985), h. 421

9

(23)

Ayat tersebut mengandung pengertian bahwa dalam ajaran Islam

terdapat perintah untuk melaksanakan Pendidikan Agama Islam,

dimana dengan pendidikan tersebut akan dapat mengantarkan

seseorang kepada agama Allah, yaitu agama Islam.

c. Aspek Psikologis

Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan

kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya,

manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat

dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak

tentram sehingga memerlukan adanya pandangan hidup. Sebagaimana

kemukakan oleh zuhairani, dkk. bahwa semua manusia di dunia ini

selalu membutuhkan adanya pandangan hidup yang disebut agama.

Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang

mengakui adanya zat yang maha kuasa, tempat mereka berlindung dan

tempat mereka memohon pertolongannya.10

3.

Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah pencapaian tujuan yang

diisyaratkan al-qur’an yaitu serangkaian upaya yang dilakukan oleh

seorang pendidik dalam membantu (membina) anak didik menjalankan

fungsinya dimuka bumi, baik pembinaan pada aspek material maupun

spiritual.11

Pendidikan Agama Islam berfungsi mempertahankan, menanamkan,

dan mengembangkan kelangsungan berfungsinya nilai-nilai Islami yang

bersumber dari kitab suci Al-Qur’an dan Hadist. Dan sejalan dengan

tuntutan kemajuan atau modernisasi kehidupan masyarakat akibat pengaruh

kebudayaan yang meningkat, Pendidikan Agama Islam memberikan

10

Abdul Majid dan Dian Handayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi, (Bandung; PT Remaja Rosda Karya, 2004), Cet. I, h. 132-133

11

Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta:

(24)

kelenturan perkembangan nilai-nilai dalam ruang lingkup

konfigurasinnya.12

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik,

baik, luhur, dan pantas untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan

mempunyai tujuan dan dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap

pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap

kegiatan pendidikan.13

Tujuan Pendidikan Agama Islam menurut Ahmad Tafsir adalah:

a. Pembinaan akhlak

b. Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat

c. Pengusaan ilmu

d. Keterampilan bekerja dalam masyarakat14

Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk

menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan

pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan dan penalaman peserta

didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus

berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara,

serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.15

Dalam kalimat yang lebih rinci Zakiyah Daradjat mengungkapkan

tujuan Pendidikan Agama Islam adalah:

a. Menumbuh-suburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap

positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam berbagai

kehidupan anak yang nantinya diharapkan menjadi manusia yang

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta taat kepada

perintah-Nya.

12

H. M Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), Cet. I, h.

121

13

Umar Tirtarahardja dan La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka

Cipta,2005), Cet.II, h 37

14

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, h. 49

15

Abdul Majid dan Dian Handayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis

(25)

b. Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya merupakan motivasi

intrinsik terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang harus

dimiliki anak. Berkat pemahaman tentang pentingnya agama dan ilmu

pengetahuan, maka anak akan menyadari keharusan menjadi seorang

hamba Allah SWT yang beriman dan berilmu pengetahuan dan

teknologi dalam mencari keridaan Allah dan menambah ketakwaan.

c. Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam semua

lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan menghayati

ajaran agama secara mendalam dan bersifat menyeluruh, sehingga

dapat digunakan sebagai way of live, baik dalam hubungan dirinya

dengan Allah melalui ibadah shalat umpamanya dan dalam

hubungannya dengan sesame manusia yang tercermin dalam akhlak

perbuatan serta dalam hubungan dirinya dengan alam sekitar melalui

cara pemeliharaan dan pengolahan serta pemanfaatan hasil

usahanya.16

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan

Agama Islam adalah memelihara dan mengembangkan hidup ini melalui

penularan ilmu pengetahuan, sikap dan nilai-nilai Islami agar tercipta insan

kamil sesuai dengan fitrah manusia.

16

Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1992) cet II, hal

(26)

B.

Pendidikan Akhlak

1.

Pengertian Pendidikan akhlak

Kata akhlak barasal dari bahasa arab berupa jama atau bentuk ganda

dari kata khuluq yang secara etimologis bararti budi pekerti, perangai

tingkah laku, atau tabiat. Istilah akhlak mengandung arti persesuaian

dengan kata khalq yang berarti pencipta, dan makhluq yang berarti yang

diciptakan. yang berarti.17

Baik kata akhlak atau khuluq kedua-duannya dapat dijumpai didalam

Al-Qur’an sebagai berikut:











“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi

pekerti yang agung” (Q.S Al-Qalam:4)

Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin yang dikutip dalam bukunya asmaran

as mengatakan bahwa ahklak adalah kebiasaan kehendak. Ini berarti

kehendak itu bisa dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut

akhlak. Contohnya: bila kehendaknya itu dibiasakan memberi, maka

kebiasaannya itu ialah akhlak dermawan.

Di dalam ensiklopedia pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi

pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etika dan moral) yaitu kelakuan baik

yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan

terhadap sesama manusia.18

17

Sudirman Tebba, Seri Manusia Malaikat, (Yogyakarta: Scripta Perenia,2005), Cet.

I, h. 65

18

Asmaran as, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

(27)

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1989) budi pekerti ialah

tingkah laku, perangai, akhlak. Budi pekerti mengandung makna prilaku

yang baik, bijaksana dan manusiawi. Di dalam perkataan itu tercermin

sifat, watak seseorang dalam perbuatan sehari-hari. Budi pekerti sendiri

mengandung pengertian yang positif.19

Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antra

hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu,

membentuk suatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan

hidup keseharian. dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral yang terdapat

dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana

yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang

tidak berguna.20

Menurut Ibn Maskawai akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa

yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran

dan pertimbangan.21

Iman Ghazali menjelaskan bahwa akhlak itu ialah suatu istilah tentang

bentuk batin yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorong ia

berbuat (bertingkah laku), bukan karena suatu pemikiran dan bukan pula

karena suatu pertimbangan.22

Seorang ulama mendefinisikan akhlak sebagai berikut: sesungguhnya

akhlak itu ialah kemamuan (azimah) yang kuat tentang sesuatu yang

dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi adat yang membudaya, yang

mengarah pada kebaikan atau keburukan. Terkadang adat itu terjadi secara

19

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada), h.346

20

Zakiah Daradjat,Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta:

Ruhama, 1995), h.. 10

21

Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2001), h. 3

22

Usman Said. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Proyek

(28)

kebetulan tanpa disenagja atau dikehendaki. Mengenai yang baik atau

yang buruk, hal itu tidak dinamakn akhlak.23

Sedangkan pendidikan akhlak merupakan usaha yang dilakukan

dengan sengaja, sistematis untuk mendorong, membantu serta

mambimbing seseorang dalam mengembangkan segala potensinya serta

mengubah diri sendiri kepada kualitas yang lebih tinggi.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, terdapat lima ciri dalam

perbuatan akhlak, yaitu sebagai berikut:

1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.

2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.

3. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri seseorang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

4. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau bersandiwara.

5. Perbuatan akhlaka adalah perbuatan ikhlas yang dilakukan semata-mata hanya karena Allah.

Dari beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

akhlak adalah bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam rangka

mengembangkan potensinya dan mengubah diri menjadi berakhlak

(berprilaku) sesuai dengan ketentuan-ketentuan ajran Islam.

2.

Dasar Pendidikan Akhlak

Dasar pendidikan akhlak secara spesifik terdapat dalam Al-Qur’an dan

Hadist. Kedua sumber hukum Islam ini yang berkenaan dengan pentingnya

pendidikan akhlak bagi anak didik. Ayat al-Qur’an dan hadist yang

berkenaan dengan akhlak, ialah:









23

Bambang Trim, Menginstal Akhlak Anak, (Jakarta: PT Grafindo Media Pratama,

(29)

”(Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan yang dahulu” (Q.S Asy-Syu’ara 137)

“Sesungguhnya Aku diutus di muka bumi untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Ahmad)24

Ayat al-Qura’an dan hadist di atas mengisyaratkan bahwa akhlak

merupakan ajaran yang diterima Rasulullah dengan tujuan untuk

memperbaiki kondisi umat yang pada saat itu dalam kejahiliyahan dan

Rasulullah diutus ke muka bumi untuk menyempurnakan akhlak.

Akhlak yang diajarkan didalam Al-Qur’an bertumpu kepada aspek

fitrah yang terdapat dalam diri manusia dan aspek wahyu (agama),

kemudian kemauan dan tekad manusiawi. Pendidikan akhlak dapat

dikembangkan melalui beberapa cara, yaitu:

a. Menumbuh kembangkan dorongan dari dalam, yang bersumber pada

iman dan takwa, untuk ini perlu pendidikan agama.

b. Meningkatkan pengetahuan tentang akhlak lewat ilmu pengetahuan,

pengamalan dan latihan, agar dapat membedakan mana yang baik dan

mana yang jahat.

c. Meningkatkan pendidikan kemauan, yang menumbuhkan pada

manusia kebebasan memilih yang baik dan melaksanakannya.

selanjutnya kemamuan itu akan mempengaruhi pikiran dan perasaan.

d. Latihan untuk melakukan yang baik serta mengajak orang lain untuk

bersama-sama melakukan perbuatan baik tanpa paksaan.

e. Pembiasaan dan pengulangan melaksanakan yang baik, sehingga

perbuatan baik itu menjadi keharusan moral dan perbuatan akhlak

24

Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press,

(30)

terpuji, kebiasan yang mendalam tumbuh dan berkembang secara

wajar dalam diri manusia.25

3.

Macam-Macam Akhlak

Akhlak merupakan kepribadian seorang muslim, ketika seorang telah

meninggalkan akhlaknya, ketika itu pula ia telah kehilangan jati diri dan

masuk dalam kehinaan. Oleh karena itu dengan akhlak inilah manusia

mampu membedakan mana binatang dan mana manusia. Dengan akhlak

pula bisa memberatkan timbangan kebaikan seseorang nantinya pada hari

kiamat.

Menurut Moh Ardani, akhlak terbagi menjadi dua, yaitu akhlak

al-karimah dan akhlak mazmumah.

a. Akhlak Al-Karimah

Akhlak yang terpuji (al-akhlak al-karimah/al-mahmudah), yaitu

akhlak yang senantiasa berada dalam control ilahiyah yang dapat

membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemashlahatan umat,

seperti sabar, jujur, ikhlas, bersyukur, tawadhu (rendah hati),

husnudzdzon (berprasangka baik), optimis, suka menolong orang lain,

suka bekerja keras dan lain-lain.26

Akhlak al-karimah atau akhlak yang amat mulia amat banyak

jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungannya manusia dengan tuhan

dan manusia dengan manusia, akhlak mulia itu dapat dibagi kepada tiga

bagian. Pertama akhlak mulia kepada Allah, kedua akhlak mulia

terhadap diri sendiri dan ketiga akhlak mulia terhadap sesama manusia.

Ketiga akhlak mulia ini dapat dikemukakan sebagi berikut:

1) Akhlak terhadap Allah

25

Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga dan Sekolah,

(Jakarta: Ruhama, 1995), h. 11

26

Aminuddin dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:

(31)

Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran

bahwa tiada tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji

demikian agung sifat-sifat itu, jagankan manusia, malaikatpun

tidak akan mampu menjangkau hakikatnya.

2) Akhlak mulia terhadap diri sendiri

Berakhlak baik pada diri sendiri dapat diartikan menghargai,

menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan

sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan

amanah Allah yang harus dipertanggung jawabkan dengan

sebaik-baiknya.

3) Akhlak yang baik terhadap sesama manusia

Manusia adalah sebagai mahluk sosial yang kelanjutan

eksitensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung

pada orang lain. Untuk itu perlu bekerja sama dan saling tolong

menolong dengan orang lain. Oleh karena itu perlu diciptakan

suasana yang baik, satu dan yang lainnya saling berakhlak yang

baik, diantaranya mengiringi jenazah, mengabulkan undangan dan

mengunjungi orang lain.27

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manusia

mengetahui bahwa Allah telah mengaruniakan kepadannya keutamaan

yang tidak dapat terhitung banyaknya, semua itu perlu disyukuri dengan

berzikir dalam hatinya. Dalam kehidupan sehari-hari harus berlaku

hidup sopan dan santun menjaga jiwanya agar selalu bersih, sehingga

terhindar dari perbuatan dosa dan maksiat, karena jiwa adalah jiwa yang

terpenting dan utama yang harus dijaga dan dipelihara dari hal-hal yang

dapat merusaknya. manusia adalah mahluk sosial maka perlu diciptakan

suasana yang baik, satu dengan yang lainnya saling berakhlak baik.

27

Moh Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Mitra Cahaya,2005), Cet ke. 2, h.

(32)

b.Akhlak Mazmumah

Akhlak yang tercela (al-akhlak al-madzmumah), yaitu akhlak yang

tidak dalam kontrol Ilahiyah, atau berasal dari hawa nafsu yang berada

dalam lingkaran syaitaniyah dan dapat membawa suasana negatif serta

destruktif bagi kepentingan umat manusia, seperti takabur (sombong), su’udzon (berburuk sangka), tamak, pesimis, dusta, kufur, berkhianat, malas, dan lain-lain.28

Akhlak yang tercela (akhlak al-mazmumah) secara umum adalah

sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana

tersebut di atas namun ajran Islam tetap membiarkan secara terperinci

dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar dapat diketahui

cara-cara menjauhinya.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak dijumpai berbagai macam

akhlak yang tercela, antara lain:

1. Berbohong

Berbohong adalah memberikan atau menyampaikan informasi yang

tidak sesuai, tidak cocok dengan yang sebenarnya. Berdusta atau

bohong ada dua macam yaitu berdusta dengan perbuatan, berdusta

dengan lisan, berdusta dalam hati.

2. Takabur (sombong)

Takabur adalah salah satu akhlak tercela juga, arti takabur adalah

merasa atau mengaku diri paling besar, tinggi, mulia, melebihi orang

lain.

3. Dengki

Dengki ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang

diperleh orang lain tersebut, baik dengan maksud supaya kenikmatan

itu berpindah ke tangan sendiri atau tidak.

28

(33)

4. Bakhil

Bakhil artinya kikir. orang yang kikir adalah orang yang sanagt

hemat dengan apa yang menjadi miliknya tetapi hematnya sangat dan

sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu

untuk orang lain.29

Dari uraian di atas maka akhlak dalam bentuk pengamalannya

dibedakan menjadi dua yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela. Akhlak

yang sesuai dengan perintah Allah dan rasulnya akan melahirkan

perbuatan yang baik, maka itulah yang dinamakan akhlak terpuji,

sedangkan jika akhlak sesuai dengan apa yang dilarang oleh Allah dan

rasulnya dan akan melahirkan perbuatan yang buruk, maka itu yang

dinamakan akhlak tercela.

4.

Tujuan Pendidikan Akhlak

Setiap kegiatan yang dilakukan seseorang ataupun sekelompok orang

sudah barang tentu mempunyai suatu tujuan yang hendak dicapai,

termasuk juga dalam kegiatan pendidikan, yaitu pendidikan akhlak.

Tujuan merupakan landasan berpijak, sebagai sumber arah suatu kegiatan,

sehingga dapat mencapai suatu hasil yang optimal.

Akhlak manusia yang ideal dan mungkin dapat dicapai dengan usaha

pendidikan dan pembinaan yang sungguh-sungguh, tidak ada manusia

yang mencapai keseimbangan yang sempurna kecuali apabila ia

mendapatkan pendidikan dan pembinaan akhlaknya secara baik.

Tujuan pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk

manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan

perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat bijaksana,

sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci. dengan kata lain

pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki

keutamaan (al-fadhilah). berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat, keadaan

29

(34)

pelajaran, aktifitas merupakan sarana pendidikan akhlak di atas

segala-galanya.30

Tujuan pendidikan akhlak jika diamati lebih lanjut tentang pengertian

akhlak dan pendidikan akhlak di atas, maka tujuan pendidikan akhlak

sebenarnya ialah mengembagkan potensi akhlak itu sendiri melalui

pendidikan sekolah keluarga dan msyarakat. Potensi yang akan

dikembangkan adalah potensi yang baik.

Adapun tujuan pendidikan akhlak secara spesifik telah dirumuskan

oleh para ahli Pendidikan Agama Islam diantaranya sebagi berikut:

a. Menurut Moh Atiyah Al-Abrasyi mengatakan bahwa “tujuan

pendidikan akhlak adalah membentuk manusia bermoral baik, sopan

dalam perkataan dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku,

berperangai, bersifat sederhana, sopan, ikhlas, jujur dan suci.31

b. Menurut Al-Ghazali tujuan pendidikan akhlak adalah membuat amal

yang dikerjakan menjadi nikmat, sesorang yang dermawan akan

merasakan lezat dan lega ketika memberikan hartanya dan ini

berbeda dengan orang yang memberikan hartanya karena terpaksa.

Seseorang yang merendahkan hati, ia merasakan lezatnya tawadhu.32

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan

akhlak dalah agar manusia mempunyai budi pekerti yang luhur dan mulia,

taat kepada Allah, penciptaannya dan berbuat baik kepada sesama manusia

dan makhluk lainnya sesuai dengan ajaran Allah dan Rasullnya.

30

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia 2006), cet. V h.

90

31

Moh. Atiyah Al-Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:

Bulan Bintang, 1984), Cet IV, h. 104

32

(35)

C.

Pembentukan Kepribadian Muslim

1.

Pengertian Kepribadian Muslim

Secara etimologi “kepribadian” berasal dari bahasa latin, yaitu kata persona yang berarti topeng. pada awalnya kata topeng ini digunakan oleh

para pemain sandiwara. Kemudian lambat laun kata ini menjadi suatu

istilah yang mengacu pada gambaran sosial yang dimiliki seseorang.33

Kata pribadi diartikan sebagai keadaan manusia orang perorang, atau

keseluruhan sifat-sifat merupakan watak perorang. Kepribadian adalah

sifat hakiki yang bercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang

membedakan dirinya dari orang lain/bangsa lain. Dalam pengertian umum,

kepribadian dipahami sebagai tampilan sikap pribadi atau ciri khas yang

dimiliki seseorang atau bangsa.34

Sedangkan pengertian kepribdian menurut menurut istilah terdapat

beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli psikologi antara lain:

a. Menurut May, kepribadian sesuatu yang menjadikan seseorang berlaku

efektif atau sesuatu yang dapat member pengaruh perbuatan-perbuatan

selainnya. Dalam bahasa psikologi dikatakan perbuatan-perbuatan

selainnya. Dalam bahasa psikologi dikatakan sebagai stimulus social

yang utama yang terdapat pada diri seseorang.

b. Dashiel mendefinisikan sebagaimana yang dikutip oleh crow and crow

bahwa kepribadian adalah keseluruhan gambaran tingkah laku yang

teroganisir, terutama sebagaimana yang dapat dihayati oleh orang-orang

sekitarnya, dalam bentuk cara hidup yang hidup.

c. Allpor mengatakan bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam

diri individu yang terdiri atas berbagai sistem psikopisik yang bekerja

sebagai penentu tunggal dalam penyesuaian diri pada lingkungan.35

33

Rafy Sapuri, Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009). h. 149

34

Jalaludin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1996),

cet. 2, h. 89

35

(36)

Dari pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

kepribadian semua itu terjadi berbeda-beda, dari satu saat ke saat yang

lain, dari satu situasi ke situasi yang lain. Kepribadian merupakan suatu

organisasi yang hanya dimiliki oleh manusia yang menjadi penentu

pemikiran dan tingkah lakunya. Dan penampilan kepribadian seperti ini

pasti ada maksudnya kepribadian sejati bersifat tetap, menunjukkan

ciri-ciri yang lebih permanen, tetapi karena kepribadian juga bersifat dinamis

perbedaan-perbedaan atau perubahan pasti disesuaikan dengan situasi,

namun perubahannya tidak mendasar.

Selanjutnya kepribadian Muslim menurut Ahmad D Marimba ialah

kepribadian yang seluruh aspeknya yaitu tingkah laku luarnya,

kegiatan-kegiatan jiwanya, filsafat hidup dan kepercayaan menunjukkan

pengapdian kepada Tuhanya dan penyerahan diri kepadanya.36

Jadi yang dimaksud kepribadian Muslim adalah identitas yang

dimiliki seseorang dari keseluruhan tingkah laku lahiriyah seperti

berbicara, berjalan, makan dan minum, maupun dalam sikap batinya

pengasih, penyayang, dan pemaaf.

Secara individu kepribadian muslim mencerminkan ciri khas yang

berbeda. Ciri khas tersebut di peroleh berdasarkan potensi bawaan.

Dengan demikian secara potensial (pembawaan) akan dijumpai adanya

perbedaan kepriadian antara seorang muslim dengan muslim lainnya.37

Dalam pembentukan kepribadian muslim yang individu

pembentukannya diarahkan kepada peningkatan dan pengembangan faktor

dasar bawaan dan faktor lingkungan, berpedoman kepada nilai-nilai

keIslaman.

Pembentukkan kepribadian muslim secara individu pada dasarnya

didasarkan kepada pembentukan pandangan hidup yang mantap yang

36

Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung : Al-Maarif, 1989), h. 64

37

Jalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam Konsep Dan Perkembangan

(37)

didasarkan pada nilai-nilai keIslaman. Dengan demikian setiap pribadi

muslim akan memiliki pandangan hidup yang sama walaupun

masing-masing mempunyai faktor bawaan yang berbeda-beda.38

Pendidikan akhlak dalam pembentukan kepribadian muslim berfungsi

sebagai nilai-nilai keislaman. dengan adanya cermin dari nilai-nilai

dimaksud dalam sikap dan prilaku seseorang, maka tampilah

kepribadiannya sebagai seorang muslim. Pemberian nilai-nilai keislamn

dalam upaya membentuk kepribadian muslim pada dasarnya merupakan

untuk memberi tuntunan dalam mengarahkan perubahan sikap ke

sikap-sikap yang dikehendaki oleh islam.

2.

Unsur-Unsur Kepribadian

Menurut Ahmad Marimba, dalam buku pengantar filsafat Pendidikan

Agama Islam, unsur-unsur kepribadian yaitu sebagai berikut:

a. Aspek kejasmanian, yang meliputi tingkah laku luar yang mudah

nampak dan kelihatan dari luar, misalnya: cara berbuat dan

cara-cara berbicara-cara.

b. Aspek kejiawaan, yang meliputi aspek yang tidak segera dapat dilihat

dan ketahuan dari luar, misalnya: cara bepikir, sikap dan minat.

c. Aspek keruhanian yang luhur meliputi aspek kejiwaan yang lebih

abstrak, yaitu filsafat hidup dan kepercayaan, ini meliputi sistem

nilai-nilai yang telah meresap didalam kepriadian itu, yang telah menjadi

bagian dan mendarah daging dalam kepribadian itu yang mengarahkan

dan memberi corak seluruh kehidupan individu. Bagi orang-orang yang

beragama aspek-aspek yang menuntutnya ke arah kebahagiaan bukan

saja di dunia tetapi juga di akhirat. Ini memungkinkan seseorang

berhubungan dengan hal-hal ghaib, aspek-aspek inilah memberi kualitas

kepribadian seluruhnya.39

38

Jalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Agama Islam Konsep Dan

Perkembangan Pemikirannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 100

39

(38)

Dari keseluruhan inilah kepribadian dinilai, misalnya kepribadian si A

menyenangkan, kepribadian si B buruk atau kurang meyenangkan. tentu

saja meurut ukuran seorang penilai berdasarkan nilai tertinggi yang

diyakininya dari keseluruhan nilai-nilai yang muncul nama-nama

kepribadian nasional, kepribadian kristen, kepribadian muslim dan

seterusnya. Dari sisni kita dapat member batasan tentang kepriabadian

Muslim, yaitu kepribadian yang menunjukkan tingkah laku luar,

kegiatan-kegiatan jiwa dan filsafat hidup serta kepercayaan seseorang Islam.

3.

Faktor-Faktor

Yang

Mempengaruhi

Pembentukan

Kepribadian

Kepribadian itu berkembang dan mengalami perubahan tetapi dalam

perkembangna itu makin terbentuklah pola-polanya yang tetap dan khas,

sehingga merupakan ciri-ciri yang unik bagi setiap individu.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan

kepribadian itu dapat dibagi sebagai berikut:

a. Faktor biologis yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani,

atau sering pula disebut faktor fisiologis

b. Faktor sosial yaitu masyarakat yakni manusia-manusia lain disekitar

individu yang mempengaruhi individu yang bersangkutan.

c. Faktor kebudayaan40

Namun dalam hal ini juga terdapat beberapa perbedaan pandapat

menganai faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan keparibadian.

Diantaranya terdapat tiga aliran membahas secata detai mengenai hal

tersebut, yaitu aliran empirisme, nativisme, dan konvergensi

masing-masing. Aliran tersebut memliki asumsi psiklogi tersendiri dalam memuat

hakikat manusia.

40

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Rosda Karya, 2006), Cet.

(39)

a. Aliran empirisme, meniti beratkan pandangannya pada peranan

lingkungan sebagai penyebab timbulnya suatu tingkah laku. asumsi

psikologi yang mendasari aliran ini adalah bahwa manusia lahir alam

keadaan netral, tidak memiliki pembawaa apaun. ia bagaikan kertas

putih (tabularasa) yang dapat ditulisi apa saja yang dikehendaki.

b. Aliran nativisme, menitikberatkan pandangannya pada peranan sifat

baaan, keturunan dan kebaikan sebagai penentu tingkah laku seseorang.

asumsi yang mendasari aliran ini adalah bahwa pada diri anak dan

orang tua terdapat persamaan baik pisik amupun psiskis.

c. Aliran konvergensi, aliran yang menggabungkan antara dua aliran di

atas yaitu interaksi antara faktor hereditas dan faktor lingkungan dalam

proses pemunculan tingkah laku. Menurut aliran ini hereditas tidak akan

berkembang secara wajar apabila tidak diberi rangsangan dari faktor

lingkungan sebaliknya rangsangan tidak akan membina kepribadian

yang ideal tanpa didasari oleh faktor hereditas.41

41

Nety Hartanti, dkk, Islam Dan Psikologi, (Ciputat Tanggerang: UIN Jakarta

(40)

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu MTs Al-Islamiyah

Jakarta Barat. Sedangkan waktu penelitian dimulai dari awal bulan November

sampai akhir bulan Desember tahun 2010.

B.

Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian adalah cara-cara yang digunakan untuk

mengumpulkan dan menganalisis data, yang dikembangkan untuk

memperoleh pengetahuan dengan menggunakan prosedur yang terpercaya,

dan kemudian dikembangkan secara sistematis sebagai suatu rencana untuk

untuk menghasilkan data tentang masalah penelitian tertentu.1

Dalam pengumpulan data-data untuk pengumpulan ini, penulis

menggunakan penelitian lapangan (field research) dan kepustakaan. Adapun

dalam penyusunan penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif

analisis.

1

Ibnu Hadzar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan,

(41)

C.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.2 Dalam penelitian ini

yang menjadi populasi adalah siswa kelas VIII MTs Al-Islamiyah Jakarta

Barat yang berjumlah 181 siswa.

Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.

Menurut Nana Sudjana sampel adalah sebagian dari populasi atau yang

memiliki sifat dan karakteristik yang sama sehingga betul-betul mewakili

sampel.

Mengingat keterbatasan waktu dan tenaga dan biaya maka besarnya

sampel dalam penelitian ini sebanyak 20% dari populasi yang berjumlah 181

siswa. Dengan demikian jumlah sampelnya adalah 36 dengan perhitungan

sebagai berikut:

Maka dalam penelitian ini cara yang digunakan dalam pengambilan

sampel yaitu dengan random sampling yaitu secara acak untuk mempermudah

perolehan dan pelaksanaan data yang diambil dari lokasi penelitian. Dan

dalam penelitian ini penulis hanya mengambil sampel dua kelas saja yaitu

kelas VIII.I dan VIII.II yang berjumlah 90 siswa, yang diambil dari setiap

kelasnya sebanyak 18 siswa kelas VIII.I dan 18 siswa kelas VIII.II.

D.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik

untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan permasalahan yang sedang

diteliti. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

sebagai berikut:

2

Suharsimi Ariskunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. XII, h.

(42)

1) Observasi, yaitu pengamatan atau pencatatan yang sistematis terhadap

fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi ini merupakan metode

yang pertama digunakan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan

langsung di lapangan.

2) Wawancara, yaitu pengumpulan data melalui wawancara penulis dengan

kepala sekolah dan para pendidik disekolah untuk mengetahui pelaksanaan

pendidikan akhlak dalam membentuk kepribadian muslim di Madrasah

Tsanawiyah Al- Islamiyah Srengseng Jakarta Barat.

3) Angket, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan cara menyebarkan

daftar pertanyaan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden.

daftar pertanyaan ini disusun secara tertulis mengenai sesuatu hal yang

berkaitan dengan indikator masalah pendidikan, angket yang digunakan

adalah angket tertutup yang berarti berupa bentuk pertanyaan dimana

setiap responden hanya tinggal memiliki jawaban yang telah disediakan

dalam angket tersebut.dalam melakukan penelitian ilmiah ini penulis juga

meyebarkan angket kepada siswa yang penulis jadikan sampel dalam

penelitian ini.

E.

Teknik Analisa Data

Metode pembahasan yang penulis gunakan adalah metode pemaparan

permasalahan dengan cara memberikan gambaran yang seutuh-utuhnya

mengenai masalah yang dibahas berikut analisisnya dalam hal ini teknik

analisis statistik untuk penyederhanaan penyajian data-data yang berwujud

angka-angka agar dapat dipahami dengan menggunakan rumusan-rumusan

distribusi frekuensi yaitu:

P = F x 100% N

Keterangan

P = Persentase

(43)

N = Jumlah responden

100 = Bilangan genap3

Setelah didapatkan hasil persentasi dari angket yang telah disebarkan

kepada siswa MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat, maka untuk menentukan

kategori penilaian dari hasil penelitian tersebut, penulis merumuskan sebagai

[image:43.595.138.522.196.507.2]

berikut.

Tabel. III.1 Penafsiran Prosentase

No. Prosentase Penafsiran

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 100 % 90-99 % 60-89 % 51-59 % 50 % 40-49 % 10-39 % 1-9 % 0 % Seluruhnya Hampir seluruhnya Sebagian Besar

Lebih dari Setengahnya

Setengahnya

Hampir Setengahnya

Sebagian Kecil

Sedikit Sekali

Tidak Ada Sama Sekali

Adapun tehnik dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada

buku penulisan skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh UIN Jakarta pres tahun 2007.

3

Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

(44)

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.

Gambaran Umum MTs Al- Islamiyah

1.

Sejarah Berdirinya MTs Al- Islamiyah

Sejak tahun 1951 ketika kali pertama dengan Nama Tarbiyatul Athfal

kini berubah menjadi Yayasan Tarbiyah Islamiyah Al-Alawiyah

(SATRIA), yayasan yang dipimpin oleh Drs. H. Noer Achpas Asy’ari,MM

sangat tangguh menghadapi pasang surut dinamika perubahan dan

benturan zaman. Bila meniti kembali pada era inseminasi pembentukan

yayasan ini sangat sarat dengan perjuangan keras. Tercatat sejak tahun

1974 sudah 5 fase dilewati, sehingga menjelma menjadi Yayasan masa

depan yang terus kukuh mengusung nama besar.

Masa rintisan 1955 – 1974 membuahkan perubahan mendasar dengan

dibangun gedung baru 6 lokal untuk MI. Bantuan Pemprop. DKI Jakarta,

Izin opersional dari Kanwil Departemen Agama DKI Jakarta menjadi

modal pengembangan Yayasan. Tahun 1981 mulai menambah lembaga

baru yaitu MTs. Dan tahun 1986 menambah pula dengan satu lembaga

pendidikan baru yaitu SMK. Dengan izin operasional Kanwil Depdiknas.

Animo masyarakat yang makin meningkat untuk mendaftarkan anaknya

pada yayasan Satria maka tahun 2000 yayasan membangun gedung

(45)

2005 menambah gedung baru dengan tiga lantai. Seiring itu pula

mengadakan perubahan menejemen dengan perubahan sejumlah pimpinan.

Kekuatan ini pula langsung mendapat ujian berat pada priode

2000-2005 ujian yang paling berat adalah ketersediaan tenaga pengajar, dan

fasilitas penunjang lainnya, tempat belajar yang refesentatif dan sistem

penggajian yang belum merangsang, fase ini berhasil di atasi melalui

kegigihan perjuangan sejumlah civitas seperti Ir. Nasrudin, H. Noer Achpas Asy’ari, H. Hafani Baihaqi,LC.SH, Anas Asy’ari,Ba,

Menapak ke priode 2005-2006 era pencerahan cita-cita benar bisa

terwujud sebagai bukti kekuatan komitmen yang terasah oleh benturan

zaman. Pada era pencerahan citra ditandai dengan perubahan-perubahan

diantaranya, perbaikan sistem manajemen, penambahan atau penggantian

pengurus yayasan dan perubahan sistem pengajian.

Ditunjang sarana dan prasarana modern dan tenaga pengajar yang

berkualitas, maka tak ayal pada priode 2006 – 2007 (sekarang) yayasan

satria menjelma sebagai sebuah kekuatan baru dalam menyediakan lulusan

yang bermutu. Memasuki era persaingan terbuka Yayasan satria terus

berbenah dengan mengadopsi sejumlah perubahan. Perubahan ini salah

satunya yakni mengakomodasi sejumlah persyaratan kualifikasi guru dan

kebutuhan pengembangan institusi. Ini ditandai dengan akan ditambah

fasiilitas ruang laboratorium MIPA. Tak ayal lagi, rasanya sulit untuk

meragukan kapasitas yayasan satria sebagai Yayasan masa depan.

2.

Letak Geografis MTs Al- Islamiyah

Sekolah MTs Al-Islamiyah terletak di Jl.Raya Srengseng No. 26 A,

(46)

3.

Sarana dan Prasarana MTs Al-Islamiyah

Sarana adalah alat yang tidak langsung digunakan untuk mencapai

tujuan dalam pendidikan.1 Prasarana pendidikan adalah merupakan suatu

tindakan perbuatan, situasi atau benda yang sengaja diadakan untuk

mempermudah pencapaian tujuan pendidikan.2

Sekolah MTs Al-Islamiyah telah memiliki sarana dan prasarana

pendukung terciptanya suasana belajar mnegajar yang kondusif. adapun

sarana dan prasarana yang telah dimiliki antara lain, luas tanah yang telah

dimiliki dan sudah berakta wakaf seluas 4000 m.

[image:46.595.129.517.193.727.2]

Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki yang ada meliputi:

Tabel IV.1 Sarana dan Prasarana

No Nama Barang Jumlah

1 Mesin Tik 1

2 Komputer Kantor 2

3 Komputer Siswa 20

4 Printer 2

5 Scan Nilai -

6 Audio Visual -

7 Mesin Foto Copy 1

8 Mesin Fax 1

9 Meja Guru 1 set

10 Meja TU 3

11 Meja Siswa 180

12 Filling Kabinet 4

13 Sound System 1

1

M. Daryanto, Administrasi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2001)Cet. 1, h. 79

2

Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat

(47)

14 Kendaraan Operasional -

15 Kursi Siswa 384

16 Mesin Cetak 1

[image:47.595.134.524.83.589.2]

17 Laboratorium Bahasa 1 unit

Tabel IV.2 Fasilitas Belajar

No Jenis Fasilitas Jumlah Luas m2

1 Ruang Kelas 8 448

2 Ruang Kepsek 1 36

3 Ruang Guru 1 48

4 Ruang Tata Usaha 1 36

5 Lapangan olah raga 2

6 Lab Komputer 1 48

7 Lab Bahasa 1 48

8 Perpustakaan 1 48

9 BP/BK 1 36

10 Ruang UKS 1 36

11 Masjid Musholla 1 64

12 Kantin 1 108

13 WC Guru 1 36

14 WC Siswa 1 48

4.

Visi dan Misi MTs Al-Islamiyah

Visi dari MTs Al-Islamiyah adalah ”membentuk manusia berkualitas dan Berkepribadian Islami”.

Sedangkan misi MTs Al-Islamiyah adalah ”melaksanakan proses

belajar mengajar yang efektif dan efisien, memberikan bimbingan dan

(48)

disiplin, memberi teladan, menjalin kebersamaan dan menciptakan

lingkungan madrsah yang kondusif.

5.

Keadaan Guru dan karyawan

Guru MTs Al-Islamiyah terdiri dari sarjana strata satu dan diploma.

untuk lebih jelasnya penulis akan menguraikan latar belakang pendidikan

[image:48.595.107.529.99.748.2]

para guru tersebut pada tabel dibawah ini.

Tabel IV.3 Guru dan Karyawan

No Nama

Ijazah Terakhir

Tahun

Jabatan Mengajar

Bid. Studi

1 Abdillah,S.Pd S1 / 2006 Kepsek BK

2 Rohmaniah,S.Ag S1 / 2000 Wakasek Aqidah-Akhlak

3 Hanafi HM,Ba SM / 1984 Wakasek Bahasa Arab

4 H. Zakwan,Ba SM / 1982 Guru Fiqih

5 Rina Prastiwi,S.Pd S1 / 2004 Guru Matematika

6 Sukisni,S.Pd S1 / 2003 Guru Biologi+Kimia

7 Drs. A. Rozak S1 / 1993 Guru B. Indonesia+PLKJ

8 Wahyudin Aziz,S.Psi S1 / 2001 Stat TU -

9 Dra. Farida R S1 / 2016 Guru B. Indonesia

10 Drs. Syaiful Bachri S1 / 1992 Guru Qur'an-Hadits+Ibadah

11 Hasan,Ba D2 / 1987 Guru Matematika

12 Ida Farida,Amd D3 / 1994 Staf TU -

13 Istiqomah,S.Pd S1 / 1994 Guru Sejarah

14 H. Ali A.

Rahman,S.Pd S1 / 2000 Guru B. Indonesia+PLKJ

15 Atih Sugiarti,S.Pd S1 / 1998 Guru PKn

(49)

Gambar

Tabel 18   Cara penyampaian materi pendidikan akhlak oleh guru dalam
Tabel. III.1
Tabel IV.1
Tabel IV.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Prosedur Sistem Informasi Tarif Jasa Siaran dan Non Jasa Siaran yang Sedang Berjalan pada LPP RRI Palembang ..... Gambar Sistem yang Sedang BerjalanSistem Informasi Tarif

Merupakan tembusan surat order pengiriman yang dikirim ke fungsi gudang untuk menyiapkan jenis barang dengan jumlah seperti yang tercantum di dalamnya, agar

Halim(2008:325),”kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD(Satuan Kerja Perangkat Daerah) sebagai bagian dari

disimpulkan mengenai penelitian evaluasi pembelajaran pada matakuliah program linear (riset operasi) adalah proses pembelajaran secara keseluruhan sudah baik, hanya saja

Diantaranya adalah hasil penelitian Indah (2016) dalam penelitiannya menguji pengaruh ukuran pemerintah, PAD, leverage, dana perimbangan dan ukuran legislatif

Spesies paling sedikit ditemukan pada suatu habitat disebabkan kurangnya tanaman inang yang menjadi sumber makanan dari kupu-kupu.. Faktor lain yang mempengaruhi

Berlandaskan penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti dengan rumusan masalah penelitian sebagai berikut: bagaimanakah peran fasilitator program gerbang

Salah satu satu cara untuk dapat mengatasi permasalahan, terutama kegagalan impelementasi teknologi informasi tersebut adalah dengan melakukan pengembangan model