(Studi Penelitian Pada Kelas VIII MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat)
Oleh :
Nur Azizah NIM: 106011000139
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
i
NIM : 106011000139
Judul : Pelaksanaan Pendidikan Akhlak Dalam Membentuk Kepribadian Muslim (Studi Penelitian Pada Kelas VIII MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan Pendidikan Akhlak dalam Membentuk Kepribadian Muslim, penelitian ini dilaksanakan di MTs Al- Islamiyah Jakarta Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analisis.
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 36 orang, dengan menggunakan teknik random sampling dari seluruh siswa kelas VIII MTs Al- Islamiyah Jakarta Barat tahun ajaran 2010-2011. Pelaksanaan Pendidikan Akhlak MTs Al- Islamiyah Jakarta Barat meliputi sistem pendidikan akhlak, kurikulum pendidikan akhlak, strategi pendidikan akhlak, sarana dan prasarana pendidikan akhlak, evaluasi pendidikan akhlak, proses pembelajaran pendidikan akhlak dan upaya yang dilakukan di MTs Al-Islamiyah dalam meningkatkan kualitas pendidikan akhlak.
ii
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam
senantiasa terlimpah dan tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, serta seluruh umat manusia.
Sebagai rasa syukur atas selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada orang-orang yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, diantaranya :
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Dosen pembimbing seminar proposal skripsi yang telah banyak memberikan
kontribusi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Dosen pembimbing akademik penulis, yang telah banyak membantu penulis
dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu
berikan mendapatkan keberkahan dai Allah SWT, Amin.
7. Seluruh Staff Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Kepala sekolah MTs. AL-Islamiyah Jakarta Barat beserta staffnya yang telah
iii penyelesaian skripsi ini.
10. Untuk Abang-abangku yang selalu memberikan motivasi dan menghibur
penulis dalam keadaan suka dan duka.
11. Untuk ponakanku yang selalu menghibur dan membantu penulis dalam
keadaan suka dan duka.
12. Teman-teman seperjuangan Neni Ernawati, Robi’atul Adawiyah, Rukoyah, Nur Syamsiah dan yang lainnya yang banyak memberikan bantuan dan
motivasi yang sangat berarti selama masih kuliah. Semoga kita selalu kompak
daan sukses buat kita semua, Amin.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak
disebutkan satu persatu hingga penelitian ini bisa diselesaikan. Semoga bantuan
yang telah diberikan menjadi amal shaleh yang memperberat timbangan kebaikan
kita di akhirat kelak. Pintu kritik, saran dan ide terkait dengan penelitian akan
selalu peneliti buka dengan pintu penuh suka cita.
Jakarta, 22 Maret 2011
Penulis
Nur Azizah
iv
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... vii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D.Perumusan Masalah ... 5
E.Kegunaan Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORITIS A.Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 6
2. Dasar Pendidikan Agama Islam ... 7
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 10
B. Pendidikan Akhlak 1. Pengertian Pendidikan Akhlak ... 13
2. Dasar pendidikan Akhlak ... 15
3. Macam-Macam Pendidikan Akhlak ... 17
4. Tujuan Pendidikan Akhlak ... 20
C. Pengertian Kepribadian Muslim 1. Pengertian Kepribadian Muslim ... 22
v
B. Metodologi Penelitian ... 27
C. Populasi dan Sampel ... 28
D. Teknik Pengumpulan Data... 28
E. Teknik Analisis Data ... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Al-Islamiyah 1. Sejarah Berdirinya MTs Al-Islamiyah ... 31
2. Letak Geografis MTs Al-Islamiyah ... 32
3. Sarana dan PrasaranaMTs Al-Islamiyah ... 33
4. Visi-Misi MTs Al-Islamiyah ... 34
5. Keadaan Guru dan Karyawan ... 35
6. Struktur organisasi ... 37
7. Kurikulum ... 38
8. Ekstrakulikuler ... 40
B. Deskripsi Data ... 40
C. Pelaksanaan Pendidikan Akhlak 1. Sistem Pendidikan Akhlak MTs Al-Islamiyah ... 41
2. Kurikulum Pendidikan Akhlak MTs Al-Islamiyah ... 43
3. Strategi Pendidikan Akhlak MTs Al-Islamiyah ... 48
4. Sarana Pendidikan Akhlak MTs Al-Islamiyah ... 51
9. Evaluasi Pendidikan Akhlak MTs Al-Islamiyah ... 53
D. Pembentukan Kepribadian Muslim di MTs Al-Islamiyah 1. Proses Pembelajaran Akhlak di MTs Al-Islamiyah ... 54
vi
vii
Tabel 1 Penafsiran prosentase ... 30
Tabel 2 Sarana dan Prasarana ... 33
Tabel 3 Fasilitas belajar MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat ... 34
Tabel 4 Keadaan Guru dan Karyawan MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat ... 35
Tabel 5 Kurikulum MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat.... ... 39
Tabel 6 Ekstrakulikuler MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat ... 40
Tabel 7 Hasil pendidikan agama dengan mempelajari Akhlak, akhlak saya menjadi lebih baik ... 42
Tabel 8 Saya senang terhadap materi pendidikan agama yang diajarkan di MTs Al-Islamiyah ... 43
Tabel 9 Saya senang materi pendidikan agama tentang bakti kepada orang tua ... 44
Tabel 10 Saya senang materi pendidikan agama tentang tolong menolong ... 45
Tabel 11 Saya senang materi pendidikan agama tentang tidak narkoba. ... 45
Tabel 12 Saya senang materi pendidikan agama tentang iman kepada Allah ... 46
Tabel 13 Kurikulum pendidikan akhlak di MTs Al-Islamiyah dapat membentuk siswa berwawasan imtaq dan iptek ... 46
Tabel 14 Guru menguasai materi pendidikan akhlak. ... 47
Tabel 15 Pendidikan akhlak yang ajarkan di MTs Al-Islamiyah sangat menarik ... 48
Tabel 16 Metode pengajaran pendidikan akhlak yang digunakan oleh guru bervariasi ... 49
viii
Tabel 20 Diantara sarana pendidikan akhlak yang tersedia di MTs
Al-Islamiyah adalah... 52
Tabel 21 Cara menilai akhlak yang paling sering dilakukan guru adalah ... 54
Tabel 22 Mata pelajaran akhlak memberikan pengaruh terhadap
perubahan tingkah laku dalam kehidupan. ... 55
Tabel 23 Pendidikan akhlak dapat membuat saya untuk dapat
menghargai dan menghormati orang lain ... 56
Tabel 24 Dalam proses pembelajaran pendidikan akhlak, guru sering
memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. ... 56
Tabel 29 Guru sering mengingatkan saya untuk mensyukuri semua
[image:12.595.115.524.95.454.2]ix Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nur Azizah
NIM : 106011000139
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang saya ajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwas skripsi saya bukan asli karya saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
berdasarkan undang-undang yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Maret 2011
Penulis
Nur Azizah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Hidup tidak bisa lepas dari pendidikan, karena manusia diciptakan bukan
sekedar untuk hidup. Ada tujuan yang lebih mulia dari sekedar hidup yang
mesti diwujudkan dan itu memerlukan ilmu yang diperoleh lewat pendidikan.
Inilah salah satu perbedaan antara manusia dengan makhluk lain, yang
membuatnya lebih unggul dan lebih mulia. Pendidikan dipandang sebagai
salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi
mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang
berkualitas dan bertanggung jawab serta mampu mengantisipasi masa depan.
Pendidikan dalam maknanya yang luas senantiasa membimbing
perubahan-perubahan dan perkembangan hidup serta kehidupan umat
manusia. Demikian strategisnya peranan pendidikan tersebut, sehingga umat
manusia senantiasa konsen terhadap masalah tersebut. Bagi umat Islam,
menyiapkan generasi penerus yang berkualitas dan bertanggung jawab melalui
pendidikan itu merupakan suatu tuntutan dan keharusan.
Guru dalam dunia pendidikan adalah prioritas. Untuk melaksanakan
tugas dalam meningkatkan proses belajar mengajar, guru menempati
kedudukan sebagai figur. Di tangan para gurulah terletak kemungkinan
bergantungnya masa depan karir para peserta didik yang menjadi tumpuan
para orang tuanya. Guru juga harus menanamkan nilai-nilai iman dan akhlak
yang mulia.
Agama memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, sebab
agama merupakan motivasi hidup dan kehidupan serta merupakan alat
pengembangan dan pengendalian diri yang sangat penting. Oleh karena itu
agama perlu dipahami dan diamalkan oleh manusia agar dapat menjadi dasar
kepribadian (akhlak) sehingga ia menjadi manusia yang utuh.
Agama juga mengatur hubungan manusia dengan khaliknya, hubungan
manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan
manusia dengan dirinya yang dapat menjamin keselarasan, keseimbangan dan
keserasian dalam hidup manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai
anggota masyarakat dalam mencapai kemajuan lahiriyah dan kebahagiaan
batiniyah.
Untuk itu guru harus memahami kendala-kendala pendidikan dan cara
untuk mengatasinya. Guru harus mempunyai sifat-sifat positif dan menjauhi
sifat-sifat negatif agar bisa memainkan peranannya dalam memberi pengaruh
positif pada anak didiknya disamping sarana dan prasarana, metode dan
strategi pendidikan juga harus dikuasainya.
Dewasa ini peran dan tugas guru pendidikan agama Islam dihadapkan
pada tantangan yang sangat besar dan kompleks akibat pengaruh negatif dari
Era Globalisasi serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
mempengaruhi kepribadian dan akhlak pelajar sebagai generasi muda penerus
bangsa. Derasnya arus informasi media massa (baik cetak maupun elektronik)
yang masuk ke Negara kita tanpa adanya seleksi seperti sekarang ini sangat
berpengaruh dalam mengubah pola pikir, sikap dan tindakan generasi muda.
Akhlak adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa
dan menjadi kepribadian hingga dari situlah timbulah berbagai macam
memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang dilahirkan kelakukan yang
buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela.1
Akhlak sangat berkaitan dengan pola pikir, sikap hidup dan perilaku
manusia. Keburukan akhlak sangat berpotensi memicu timbulnya perilaku
perilaku negatif. Jika akhlak dari seseorang individu buruk, maka sangat
mungkin ia akan melahirkan berbagai perilaku yang dampaknya dapat
merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Akhlak yang baik dapat membawa
pada nilai-nilai yang positif sehingga dapat membentuk kepribadian muslim
yang taat kepada Allah.
Kepribadian dalam kehidupan manusia, tingkah laku atau kepribadian
merupakan hal yang sangat penting sekali, sebab aspek ini akan menentukan
sikap identitas diri seseorang. Baik dan buruknya seseorang itu akan terlihat
dari tingkah laku atau kepribadian yang dimilikinya. Oleh karena itu,
perkembangan dari kepribadian ini sangat tergantung kepada baik atau
tidaknya proses pendidikan yang ditempuh.
Seseorang baru bisa dikatakan memiliki kesempurnaan iman apabila dia
memiliki budi pekerti atau akhlak yang mulia. Oleh karena itu, masalah akhlak
atau budi pekerti merupakan salah satu pokok ajaran Islam yang harus
diutamakan dalam pendidikan agama Islam untuk ditanamkan atau diajarkan
kepada anak didik.
Dengan melihat arti Pendidikan Agama Islam dan ruang lingkupnya itu,
jelaslah bahwa pendidikan Islam kita berusaha untuk membentuk manusia
yang berkpribadian kuat dan baik (berakhlakul karimah) berdasarkan pada
ajaran agama islam.
Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam sangat penting sebab dengan
Pendidikan Agama Islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar
1
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994),
memimpin dan mendidik anak diarahkan kepada perkembangan jasmani dan
rohani sehingga mampu membentuk kepribadian yang utama sesuai dengan
ajaran Islam.
Hal inilah yang menjadi indikator bagi penulis mengadakan penelitian,
bagaimana sistem pendidikan agama, khususnya pendidikan akhlak di
Madrasah tersebut, serta upaya apa dalam membentuk dan kepribadian
muslim.
Dalam konteks inilah penulis tertarik untuk membahas suatu judul skripsi
yakni “Pelaksanaan Pendidikan Akhlak dalam Membentuk Kepribadian
Muslim (Studi Penelitian pada kelas VIII MTs Al- Islamiyah Jakarta
Barat)”.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis ungkapkan di atas,
beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :
1. Pendidikan Akhlak siswa di MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat belum
menunjukkan hasil yang optimal.
2. Kurangnya pengembangan kepribadian siswa di MTs Al-Islamiyah Jakarta
Barat.
3. Kepribadian siswa di MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat masih rendah.
C.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang sedemikian banyak yang tidak
mungkin penulis uraikan satu persatu secara terperinci serta agar penulisan
skripsi ini mengarah pada tujuan yang ingin diharapkan, maka penulis batasi
permasalahannya pada :
1. Pendidikan akhlak adalah kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan
antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang
menyatu, membentuk satu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam
2. Kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspeknya yakni baik
tingkah laku luarnya kegiatan-kegiatan jiwanya, maupun filsafat hidup dan
kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan penyerahan diri
kepadanya.
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan kepada permasalahan pokoknya yaitu “Bagaimana pelaksanaan pendidikan akhlak di MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat?”
E.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kajian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dalam
mengembagkan Pendidikan Agama Islam guna meningkatkan akhlak bagi
siswa tingkat Madrasah Tsanawiyah khususnya di MTs Al-Islamiyah
Jakarta Barat.
2. Sebagai bahan perbaikan bagi proses pendidikan dan pengajaran akhlak di
MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat.
3. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi
guru-guru dalam merencanakan pendidikan dan pengajaran akhlak yang pada
akhirnya dapat meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam yang
terimplementasikan dalam bentuk akhlak karimah sekaligus dalam rangka
6
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A.
Pendidikan Agama Islam
1.
Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum penulis lebih jauh membahas Pendidikan Agama Islam
terlebih dahulu penulis kemukakan arti pendidikan menurut bahasa Indonesia disebutkan bahwa “pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.”1
Menurut undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya masyarakat, bangsa dan Negara.2
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) Cet. II, h. 264
2
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:
Sedangkan menurut Ahmad Tafsir Pendidikan Agama Islam adalah
bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar ia berkembang
secara maksimal sesuai ajaran Islam.3
Pendidikan Agama Islam menurut Zakiah Darajat adalah usaha berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai
pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam
serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.4
Sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Mujib pendidikan Agama Islam
menurut Prof. Dr Omar Muhammad Al-Taomi Al-Syaibani diartikan
sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadinya
masyrakat dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran sebagai suatu
aktivitas asasi dan sebagai profesi-profesi dalam masyarakat.5
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, dan menghayati
ajaran agama Islam, sehingga terjadi perubahan dalam kehidupan
seseorang dan dapat mengamalkan ajaran Islam serta menjadikan agama
Islam sebagai pandangan hidup.
2.
Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar pendidikan adalah pandangan hidup yang melandasi seluruh
aktivitas pendidikan. Karena dasar menyangkut masalah ideal dan
fundamental, maka diperlukan landasan dan pandangan hidup yang kokoh
dan komperehensif, serta tidak mudah berubah.6
3
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 27
4
Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet.
III, h. 86
5
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. III, h. 25
6
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama,
Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar
sesuatu tersebut tegak kokoh berdiri. Dasar suatu bangunan yaitu fondamen
yang menjadi landasan bangunan tersebut agar bangunan itu tagak dan
kokoh berdiri.
Demikian pula dengan fungsi dari dasar pendidikan. Fungsinya ialah menjamin sehingga “bangunan” pendidikan itu tegak berdirinya, agar usaha-usaha yang terlingkup di dalam kegiatan pendidikan mempunyai
sumber keteguhan, suatu sumber keyakinan, agar jalan menuju tujuan dapat
terlihat, tidak mudah disimpangkan oleh pengaruh-pengaruh luar.7
Menurut Zuhairani, dkk., sebagaimana dikutip oleh Abdul Majid
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam mempunyai dasar yang kuat, dapat
ditinjau dari berbagai segi yaitu:
a. Dasar Yuridis atau Hukum
Dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam berasal dari
pandangan undang-undang yang secara tidak langsung dapat menjadi
pandangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara
formal. Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu:
1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah Negara pancasila, sila pertama:
ketuhanan yang Maha Esa.
2) Dasar kontitusional, yaitu UUD 1945 dalam bab XI pasal 29 ayat 1
dan 2, yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas ketuhanan yang
Maha Esa, 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut
agama dan keprcayaannya itu.
3) Dasar operasional, yaitu terdapat dalam UU Sisdiknas No 20 tahun
2003, dan PP No. 19 tahun 2005.
7
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT.
b. Dasar Keagamaan
Yang dimaksud dengan dasar keagamaan adalah dasar yang
bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam, Pendidikan Agama
Islam adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah
kepada-Nya. Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menunjukkan perintah
tersebut, antara lain:
1. Q.S. An-Nahl ayat 125
Serulah manusia kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
sesungguhnya tuhanmu, dialah yang lebih mengetahui tentang yang
tersesat dari jalannya dan dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.8
2. Q.S.Al- Imran ayat 104
Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari
yang mungkar. mereka lah orang-orang yang beruntung.9
8
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Penyelenggara dan Terjemah
Al-Qur’an, 1985), h. 421
9
Ayat tersebut mengandung pengertian bahwa dalam ajaran Islam
terdapat perintah untuk melaksanakan Pendidikan Agama Islam,
dimana dengan pendidikan tersebut akan dapat mengantarkan
seseorang kepada agama Allah, yaitu agama Islam.
c. Aspek Psikologis
Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan
kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya,
manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat
dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak
tentram sehingga memerlukan adanya pandangan hidup. Sebagaimana
kemukakan oleh zuhairani, dkk. bahwa semua manusia di dunia ini
selalu membutuhkan adanya pandangan hidup yang disebut agama.
Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang
mengakui adanya zat yang maha kuasa, tempat mereka berlindung dan
tempat mereka memohon pertolongannya.10
3.
Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah pencapaian tujuan yang
diisyaratkan al-qur’an yaitu serangkaian upaya yang dilakukan oleh
seorang pendidik dalam membantu (membina) anak didik menjalankan
fungsinya dimuka bumi, baik pembinaan pada aspek material maupun
spiritual.11
Pendidikan Agama Islam berfungsi mempertahankan, menanamkan,
dan mengembangkan kelangsungan berfungsinya nilai-nilai Islami yang
bersumber dari kitab suci Al-Qur’an dan Hadist. Dan sejalan dengan
tuntutan kemajuan atau modernisasi kehidupan masyarakat akibat pengaruh
kebudayaan yang meningkat, Pendidikan Agama Islam memberikan
10
Abdul Majid dan Dian Handayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi, (Bandung; PT Remaja Rosda Karya, 2004), Cet. I, h. 132-133
11
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta:
kelenturan perkembangan nilai-nilai dalam ruang lingkup
konfigurasinnya.12
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik,
baik, luhur, dan pantas untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan
mempunyai tujuan dan dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap
pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap
kegiatan pendidikan.13
Tujuan Pendidikan Agama Islam menurut Ahmad Tafsir adalah:
a. Pembinaan akhlak
b. Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat
c. Pengusaan ilmu
d. Keterampilan bekerja dalam masyarakat14
Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan dan penalaman peserta
didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara,
serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.15
Dalam kalimat yang lebih rinci Zakiyah Daradjat mengungkapkan
tujuan Pendidikan Agama Islam adalah:
a. Menumbuh-suburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap
positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam berbagai
kehidupan anak yang nantinya diharapkan menjadi manusia yang
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta taat kepada
perintah-Nya.
12
H. M Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), Cet. I, h.
121
13
Umar Tirtarahardja dan La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka
Cipta,2005), Cet.II, h 37
14
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, h. 49
15
Abdul Majid dan Dian Handayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis
b. Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya merupakan motivasi
intrinsik terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang harus
dimiliki anak. Berkat pemahaman tentang pentingnya agama dan ilmu
pengetahuan, maka anak akan menyadari keharusan menjadi seorang
hamba Allah SWT yang beriman dan berilmu pengetahuan dan
teknologi dalam mencari keridaan Allah dan menambah ketakwaan.
c. Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam semua
lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan menghayati
ajaran agama secara mendalam dan bersifat menyeluruh, sehingga
dapat digunakan sebagai way of live, baik dalam hubungan dirinya
dengan Allah melalui ibadah shalat umpamanya dan dalam
hubungannya dengan sesame manusia yang tercermin dalam akhlak
perbuatan serta dalam hubungan dirinya dengan alam sekitar melalui
cara pemeliharaan dan pengolahan serta pemanfaatan hasil
usahanya.16
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan
Agama Islam adalah memelihara dan mengembangkan hidup ini melalui
penularan ilmu pengetahuan, sikap dan nilai-nilai Islami agar tercipta insan
kamil sesuai dengan fitrah manusia.
16
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1992) cet II, hal
B.
Pendidikan Akhlak
1.
Pengertian Pendidikan akhlak
Kata akhlak barasal dari bahasa arab berupa jama atau bentuk ganda
dari kata khuluq yang secara etimologis bararti budi pekerti, perangai
tingkah laku, atau tabiat. Istilah akhlak mengandung arti persesuaian
dengan kata khalq yang berarti pencipta, dan makhluq yang berarti yang
diciptakan. yang berarti.17
Baik kata akhlak atau khuluq kedua-duannya dapat dijumpai didalam
Al-Qur’an sebagai berikut:
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi
pekerti yang agung” (Q.S Al-Qalam:4)
Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin yang dikutip dalam bukunya asmaran
as mengatakan bahwa ahklak adalah kebiasaan kehendak. Ini berarti
kehendak itu bisa dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut
akhlak. Contohnya: bila kehendaknya itu dibiasakan memberi, maka
kebiasaannya itu ialah akhlak dermawan.
Di dalam ensiklopedia pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi
pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etika dan moral) yaitu kelakuan baik
yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan
terhadap sesama manusia.18
17
Sudirman Tebba, Seri Manusia Malaikat, (Yogyakarta: Scripta Perenia,2005), Cet.
I, h. 65
18
Asmaran as, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1989) budi pekerti ialah
tingkah laku, perangai, akhlak. Budi pekerti mengandung makna prilaku
yang baik, bijaksana dan manusiawi. Di dalam perkataan itu tercermin
sifat, watak seseorang dalam perbuatan sehari-hari. Budi pekerti sendiri
mengandung pengertian yang positif.19
Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antra
hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu,
membentuk suatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan
hidup keseharian. dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral yang terdapat
dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana
yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang
tidak berguna.20
Menurut Ibn Maskawai akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan.21
Iman Ghazali menjelaskan bahwa akhlak itu ialah suatu istilah tentang
bentuk batin yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorong ia
berbuat (bertingkah laku), bukan karena suatu pemikiran dan bukan pula
karena suatu pertimbangan.22
Seorang ulama mendefinisikan akhlak sebagai berikut: sesungguhnya
akhlak itu ialah kemamuan (azimah) yang kuat tentang sesuatu yang
dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi adat yang membudaya, yang
mengarah pada kebaikan atau keburukan. Terkadang adat itu terjadi secara
19
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada), h.346
20
Zakiah Daradjat,Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta:
Ruhama, 1995), h.. 10
21
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2001), h. 3
22
Usman Said. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Proyek
kebetulan tanpa disenagja atau dikehendaki. Mengenai yang baik atau
yang buruk, hal itu tidak dinamakn akhlak.23
Sedangkan pendidikan akhlak merupakan usaha yang dilakukan
dengan sengaja, sistematis untuk mendorong, membantu serta
mambimbing seseorang dalam mengembangkan segala potensinya serta
mengubah diri sendiri kepada kualitas yang lebih tinggi.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, terdapat lima ciri dalam
perbuatan akhlak, yaitu sebagai berikut:
1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
3. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri seseorang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
4. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau bersandiwara.
5. Perbuatan akhlaka adalah perbuatan ikhlas yang dilakukan semata-mata hanya karena Allah.
Dari beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
akhlak adalah bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam rangka
mengembangkan potensinya dan mengubah diri menjadi berakhlak
(berprilaku) sesuai dengan ketentuan-ketentuan ajran Islam.
2.
Dasar Pendidikan Akhlak
Dasar pendidikan akhlak secara spesifik terdapat dalam Al-Qur’an dan
Hadist. Kedua sumber hukum Islam ini yang berkenaan dengan pentingnya
pendidikan akhlak bagi anak didik. Ayat al-Qur’an dan hadist yang
berkenaan dengan akhlak, ialah:
23Bambang Trim, Menginstal Akhlak Anak, (Jakarta: PT Grafindo Media Pratama,
”(Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan yang dahulu” (Q.S Asy-Syu’ara 137)
“Sesungguhnya Aku diutus di muka bumi untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Ahmad)24
Ayat al-Qura’an dan hadist di atas mengisyaratkan bahwa akhlak
merupakan ajaran yang diterima Rasulullah dengan tujuan untuk
memperbaiki kondisi umat yang pada saat itu dalam kejahiliyahan dan
Rasulullah diutus ke muka bumi untuk menyempurnakan akhlak.
Akhlak yang diajarkan didalam Al-Qur’an bertumpu kepada aspek
fitrah yang terdapat dalam diri manusia dan aspek wahyu (agama),
kemudian kemauan dan tekad manusiawi. Pendidikan akhlak dapat
dikembangkan melalui beberapa cara, yaitu:
a. Menumbuh kembangkan dorongan dari dalam, yang bersumber pada
iman dan takwa, untuk ini perlu pendidikan agama.
b. Meningkatkan pengetahuan tentang akhlak lewat ilmu pengetahuan,
pengamalan dan latihan, agar dapat membedakan mana yang baik dan
mana yang jahat.
c. Meningkatkan pendidikan kemauan, yang menumbuhkan pada
manusia kebebasan memilih yang baik dan melaksanakannya.
selanjutnya kemamuan itu akan mempengaruhi pikiran dan perasaan.
d. Latihan untuk melakukan yang baik serta mengajak orang lain untuk
bersama-sama melakukan perbuatan baik tanpa paksaan.
e. Pembiasaan dan pengulangan melaksanakan yang baik, sehingga
perbuatan baik itu menjadi keharusan moral dan perbuatan akhlak
24
Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
terpuji, kebiasan yang mendalam tumbuh dan berkembang secara
wajar dalam diri manusia.25
3.
Macam-Macam Akhlak
Akhlak merupakan kepribadian seorang muslim, ketika seorang telah
meninggalkan akhlaknya, ketika itu pula ia telah kehilangan jati diri dan
masuk dalam kehinaan. Oleh karena itu dengan akhlak inilah manusia
mampu membedakan mana binatang dan mana manusia. Dengan akhlak
pula bisa memberatkan timbangan kebaikan seseorang nantinya pada hari
kiamat.
Menurut Moh Ardani, akhlak terbagi menjadi dua, yaitu akhlak
al-karimah dan akhlak mazmumah.
a. Akhlak Al-Karimah
Akhlak yang terpuji (al-akhlak al-karimah/al-mahmudah), yaitu
akhlak yang senantiasa berada dalam control ilahiyah yang dapat
membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemashlahatan umat,
seperti sabar, jujur, ikhlas, bersyukur, tawadhu (rendah hati),
husnudzdzon (berprasangka baik), optimis, suka menolong orang lain,
suka bekerja keras dan lain-lain.26
Akhlak al-karimah atau akhlak yang amat mulia amat banyak
jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungannya manusia dengan tuhan
dan manusia dengan manusia, akhlak mulia itu dapat dibagi kepada tiga
bagian. Pertama akhlak mulia kepada Allah, kedua akhlak mulia
terhadap diri sendiri dan ketiga akhlak mulia terhadap sesama manusia.
Ketiga akhlak mulia ini dapat dikemukakan sebagi berikut:
1) Akhlak terhadap Allah
25
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga dan Sekolah,
(Jakarta: Ruhama, 1995), h. 11
26
Aminuddin dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:
Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran
bahwa tiada tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji
demikian agung sifat-sifat itu, jagankan manusia, malaikatpun
tidak akan mampu menjangkau hakikatnya.
2) Akhlak mulia terhadap diri sendiri
Berakhlak baik pada diri sendiri dapat diartikan menghargai,
menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan
sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan
amanah Allah yang harus dipertanggung jawabkan dengan
sebaik-baiknya.
3) Akhlak yang baik terhadap sesama manusia
Manusia adalah sebagai mahluk sosial yang kelanjutan
eksitensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung
pada orang lain. Untuk itu perlu bekerja sama dan saling tolong
menolong dengan orang lain. Oleh karena itu perlu diciptakan
suasana yang baik, satu dan yang lainnya saling berakhlak yang
baik, diantaranya mengiringi jenazah, mengabulkan undangan dan
mengunjungi orang lain.27
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manusia
mengetahui bahwa Allah telah mengaruniakan kepadannya keutamaan
yang tidak dapat terhitung banyaknya, semua itu perlu disyukuri dengan
berzikir dalam hatinya. Dalam kehidupan sehari-hari harus berlaku
hidup sopan dan santun menjaga jiwanya agar selalu bersih, sehingga
terhindar dari perbuatan dosa dan maksiat, karena jiwa adalah jiwa yang
terpenting dan utama yang harus dijaga dan dipelihara dari hal-hal yang
dapat merusaknya. manusia adalah mahluk sosial maka perlu diciptakan
suasana yang baik, satu dengan yang lainnya saling berakhlak baik.
27
Moh Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Mitra Cahaya,2005), Cet ke. 2, h.
b.Akhlak Mazmumah
Akhlak yang tercela (al-akhlak al-madzmumah), yaitu akhlak yang
tidak dalam kontrol Ilahiyah, atau berasal dari hawa nafsu yang berada
dalam lingkaran syaitaniyah dan dapat membawa suasana negatif serta
destruktif bagi kepentingan umat manusia, seperti takabur (sombong), su’udzon (berburuk sangka), tamak, pesimis, dusta, kufur, berkhianat, malas, dan lain-lain.28
Akhlak yang tercela (akhlak al-mazmumah) secara umum adalah
sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana
tersebut di atas namun ajran Islam tetap membiarkan secara terperinci
dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar dapat diketahui
cara-cara menjauhinya.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak dijumpai berbagai macam
akhlak yang tercela, antara lain:
1. Berbohong
Berbohong adalah memberikan atau menyampaikan informasi yang
tidak sesuai, tidak cocok dengan yang sebenarnya. Berdusta atau
bohong ada dua macam yaitu berdusta dengan perbuatan, berdusta
dengan lisan, berdusta dalam hati.
2. Takabur (sombong)
Takabur adalah salah satu akhlak tercela juga, arti takabur adalah
merasa atau mengaku diri paling besar, tinggi, mulia, melebihi orang
lain.
3. Dengki
Dengki ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang
diperleh orang lain tersebut, baik dengan maksud supaya kenikmatan
itu berpindah ke tangan sendiri atau tidak.
28
4. Bakhil
Bakhil artinya kikir. orang yang kikir adalah orang yang sanagt
hemat dengan apa yang menjadi miliknya tetapi hematnya sangat dan
sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu
untuk orang lain.29
Dari uraian di atas maka akhlak dalam bentuk pengamalannya
dibedakan menjadi dua yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela. Akhlak
yang sesuai dengan perintah Allah dan rasulnya akan melahirkan
perbuatan yang baik, maka itulah yang dinamakan akhlak terpuji,
sedangkan jika akhlak sesuai dengan apa yang dilarang oleh Allah dan
rasulnya dan akan melahirkan perbuatan yang buruk, maka itu yang
dinamakan akhlak tercela.
4.
Tujuan Pendidikan Akhlak
Setiap kegiatan yang dilakukan seseorang ataupun sekelompok orang
sudah barang tentu mempunyai suatu tujuan yang hendak dicapai,
termasuk juga dalam kegiatan pendidikan, yaitu pendidikan akhlak.
Tujuan merupakan landasan berpijak, sebagai sumber arah suatu kegiatan,
sehingga dapat mencapai suatu hasil yang optimal.
Akhlak manusia yang ideal dan mungkin dapat dicapai dengan usaha
pendidikan dan pembinaan yang sungguh-sungguh, tidak ada manusia
yang mencapai keseimbangan yang sempurna kecuali apabila ia
mendapatkan pendidikan dan pembinaan akhlaknya secara baik.
Tujuan pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk
manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan
perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat bijaksana,
sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci. dengan kata lain
pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki
keutamaan (al-fadhilah). berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat, keadaan
29
pelajaran, aktifitas merupakan sarana pendidikan akhlak di atas
segala-galanya.30
Tujuan pendidikan akhlak jika diamati lebih lanjut tentang pengertian
akhlak dan pendidikan akhlak di atas, maka tujuan pendidikan akhlak
sebenarnya ialah mengembagkan potensi akhlak itu sendiri melalui
pendidikan sekolah keluarga dan msyarakat. Potensi yang akan
dikembangkan adalah potensi yang baik.
Adapun tujuan pendidikan akhlak secara spesifik telah dirumuskan
oleh para ahli Pendidikan Agama Islam diantaranya sebagi berikut:
a. Menurut Moh Atiyah Al-Abrasyi mengatakan bahwa “tujuan
pendidikan akhlak adalah membentuk manusia bermoral baik, sopan
dalam perkataan dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku,
berperangai, bersifat sederhana, sopan, ikhlas, jujur dan suci.31
b. Menurut Al-Ghazali tujuan pendidikan akhlak adalah membuat amal
yang dikerjakan menjadi nikmat, sesorang yang dermawan akan
merasakan lezat dan lega ketika memberikan hartanya dan ini
berbeda dengan orang yang memberikan hartanya karena terpaksa.
Seseorang yang merendahkan hati, ia merasakan lezatnya tawadhu.32
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan
akhlak dalah agar manusia mempunyai budi pekerti yang luhur dan mulia,
taat kepada Allah, penciptaannya dan berbuat baik kepada sesama manusia
dan makhluk lainnya sesuai dengan ajaran Allah dan Rasullnya.
30
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia 2006), cet. V h.
90
31
Moh. Atiyah Al-Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1984), Cet IV, h. 104
32
C.
Pembentukan Kepribadian Muslim
1.
Pengertian Kepribadian Muslim
Secara etimologi “kepribadian” berasal dari bahasa latin, yaitu kata persona yang berarti topeng. pada awalnya kata topeng ini digunakan oleh
para pemain sandiwara. Kemudian lambat laun kata ini menjadi suatu
istilah yang mengacu pada gambaran sosial yang dimiliki seseorang.33
Kata pribadi diartikan sebagai keadaan manusia orang perorang, atau
keseluruhan sifat-sifat merupakan watak perorang. Kepribadian adalah
sifat hakiki yang bercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang
membedakan dirinya dari orang lain/bangsa lain. Dalam pengertian umum,
kepribadian dipahami sebagai tampilan sikap pribadi atau ciri khas yang
dimiliki seseorang atau bangsa.34
Sedangkan pengertian kepribdian menurut menurut istilah terdapat
beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli psikologi antara lain:
a. Menurut May, kepribadian sesuatu yang menjadikan seseorang berlaku
efektif atau sesuatu yang dapat member pengaruh perbuatan-perbuatan
selainnya. Dalam bahasa psikologi dikatakan perbuatan-perbuatan
selainnya. Dalam bahasa psikologi dikatakan sebagai stimulus social
yang utama yang terdapat pada diri seseorang.
b. Dashiel mendefinisikan sebagaimana yang dikutip oleh crow and crow
bahwa kepribadian adalah keseluruhan gambaran tingkah laku yang
teroganisir, terutama sebagaimana yang dapat dihayati oleh orang-orang
sekitarnya, dalam bentuk cara hidup yang hidup.
c. Allpor mengatakan bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam
diri individu yang terdiri atas berbagai sistem psikopisik yang bekerja
sebagai penentu tunggal dalam penyesuaian diri pada lingkungan.35
33
Rafy Sapuri, Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009). h. 149
34
Jalaludin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1996),
cet. 2, h. 89
35
Dari pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
kepribadian semua itu terjadi berbeda-beda, dari satu saat ke saat yang
lain, dari satu situasi ke situasi yang lain. Kepribadian merupakan suatu
organisasi yang hanya dimiliki oleh manusia yang menjadi penentu
pemikiran dan tingkah lakunya. Dan penampilan kepribadian seperti ini
pasti ada maksudnya kepribadian sejati bersifat tetap, menunjukkan
ciri-ciri yang lebih permanen, tetapi karena kepribadian juga bersifat dinamis
perbedaan-perbedaan atau perubahan pasti disesuaikan dengan situasi,
namun perubahannya tidak mendasar.
Selanjutnya kepribadian Muslim menurut Ahmad D Marimba ialah
kepribadian yang seluruh aspeknya yaitu tingkah laku luarnya,
kegiatan-kegiatan jiwanya, filsafat hidup dan kepercayaan menunjukkan
pengapdian kepada Tuhanya dan penyerahan diri kepadanya.36
Jadi yang dimaksud kepribadian Muslim adalah identitas yang
dimiliki seseorang dari keseluruhan tingkah laku lahiriyah seperti
berbicara, berjalan, makan dan minum, maupun dalam sikap batinya
pengasih, penyayang, dan pemaaf.
Secara individu kepribadian muslim mencerminkan ciri khas yang
berbeda. Ciri khas tersebut di peroleh berdasarkan potensi bawaan.
Dengan demikian secara potensial (pembawaan) akan dijumpai adanya
perbedaan kepriadian antara seorang muslim dengan muslim lainnya.37
Dalam pembentukan kepribadian muslim yang individu
pembentukannya diarahkan kepada peningkatan dan pengembangan faktor
dasar bawaan dan faktor lingkungan, berpedoman kepada nilai-nilai
keIslaman.
Pembentukkan kepribadian muslim secara individu pada dasarnya
didasarkan kepada pembentukan pandangan hidup yang mantap yang
36
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung : Al-Maarif, 1989), h. 64
37
Jalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam Konsep Dan Perkembangan
didasarkan pada nilai-nilai keIslaman. Dengan demikian setiap pribadi
muslim akan memiliki pandangan hidup yang sama walaupun
masing-masing mempunyai faktor bawaan yang berbeda-beda.38
Pendidikan akhlak dalam pembentukan kepribadian muslim berfungsi
sebagai nilai-nilai keislaman. dengan adanya cermin dari nilai-nilai
dimaksud dalam sikap dan prilaku seseorang, maka tampilah
kepribadiannya sebagai seorang muslim. Pemberian nilai-nilai keislamn
dalam upaya membentuk kepribadian muslim pada dasarnya merupakan
untuk memberi tuntunan dalam mengarahkan perubahan sikap ke
sikap-sikap yang dikehendaki oleh islam.
2.
Unsur-Unsur Kepribadian
Menurut Ahmad Marimba, dalam buku pengantar filsafat Pendidikan
Agama Islam, unsur-unsur kepribadian yaitu sebagai berikut:
a. Aspek kejasmanian, yang meliputi tingkah laku luar yang mudah
nampak dan kelihatan dari luar, misalnya: cara berbuat dan
cara-cara berbicara-cara.
b. Aspek kejiawaan, yang meliputi aspek yang tidak segera dapat dilihat
dan ketahuan dari luar, misalnya: cara bepikir, sikap dan minat.
c. Aspek keruhanian yang luhur meliputi aspek kejiwaan yang lebih
abstrak, yaitu filsafat hidup dan kepercayaan, ini meliputi sistem
nilai-nilai yang telah meresap didalam kepriadian itu, yang telah menjadi
bagian dan mendarah daging dalam kepribadian itu yang mengarahkan
dan memberi corak seluruh kehidupan individu. Bagi orang-orang yang
beragama aspek-aspek yang menuntutnya ke arah kebahagiaan bukan
saja di dunia tetapi juga di akhirat. Ini memungkinkan seseorang
berhubungan dengan hal-hal ghaib, aspek-aspek inilah memberi kualitas
kepribadian seluruhnya.39
38
Jalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Agama Islam Konsep Dan
Perkembangan Pemikirannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 100
39
Dari keseluruhan inilah kepribadian dinilai, misalnya kepribadian si A
menyenangkan, kepribadian si B buruk atau kurang meyenangkan. tentu
saja meurut ukuran seorang penilai berdasarkan nilai tertinggi yang
diyakininya dari keseluruhan nilai-nilai yang muncul nama-nama
kepribadian nasional, kepribadian kristen, kepribadian muslim dan
seterusnya. Dari sisni kita dapat member batasan tentang kepriabadian
Muslim, yaitu kepribadian yang menunjukkan tingkah laku luar,
kegiatan-kegiatan jiwa dan filsafat hidup serta kepercayaan seseorang Islam.
3.
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Pembentukan
Kepribadian
Kepribadian itu berkembang dan mengalami perubahan tetapi dalam
perkembangna itu makin terbentuklah pola-polanya yang tetap dan khas,
sehingga merupakan ciri-ciri yang unik bagi setiap individu.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan
kepribadian itu dapat dibagi sebagai berikut:
a. Faktor biologis yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani,
atau sering pula disebut faktor fisiologis
b. Faktor sosial yaitu masyarakat yakni manusia-manusia lain disekitar
individu yang mempengaruhi individu yang bersangkutan.
c. Faktor kebudayaan40
Namun dalam hal ini juga terdapat beberapa perbedaan pandapat
menganai faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan keparibadian.
Diantaranya terdapat tiga aliran membahas secata detai mengenai hal
tersebut, yaitu aliran empirisme, nativisme, dan konvergensi
masing-masing. Aliran tersebut memliki asumsi psiklogi tersendiri dalam memuat
hakikat manusia.
40
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Rosda Karya, 2006), Cet.
a. Aliran empirisme, meniti beratkan pandangannya pada peranan
lingkungan sebagai penyebab timbulnya suatu tingkah laku. asumsi
psikologi yang mendasari aliran ini adalah bahwa manusia lahir alam
keadaan netral, tidak memiliki pembawaa apaun. ia bagaikan kertas
putih (tabularasa) yang dapat ditulisi apa saja yang dikehendaki.
b. Aliran nativisme, menitikberatkan pandangannya pada peranan sifat
baaan, keturunan dan kebaikan sebagai penentu tingkah laku seseorang.
asumsi yang mendasari aliran ini adalah bahwa pada diri anak dan
orang tua terdapat persamaan baik pisik amupun psiskis.
c. Aliran konvergensi, aliran yang menggabungkan antara dua aliran di
atas yaitu interaksi antara faktor hereditas dan faktor lingkungan dalam
proses pemunculan tingkah laku. Menurut aliran ini hereditas tidak akan
berkembang secara wajar apabila tidak diberi rangsangan dari faktor
lingkungan sebaliknya rangsangan tidak akan membina kepribadian
yang ideal tanpa didasari oleh faktor hereditas.41
41
Nety Hartanti, dkk, Islam Dan Psikologi, (Ciputat Tanggerang: UIN Jakarta
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian
Sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu MTs Al-Islamiyah
Jakarta Barat. Sedangkan waktu penelitian dimulai dari awal bulan November
sampai akhir bulan Desember tahun 2010.
B.
Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah cara-cara yang digunakan untuk
mengumpulkan dan menganalisis data, yang dikembangkan untuk
memperoleh pengetahuan dengan menggunakan prosedur yang terpercaya,
dan kemudian dikembangkan secara sistematis sebagai suatu rencana untuk
untuk menghasilkan data tentang masalah penelitian tertentu.1
Dalam pengumpulan data-data untuk pengumpulan ini, penulis
menggunakan penelitian lapangan (field research) dan kepustakaan. Adapun
dalam penyusunan penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif
analisis.
1
Ibnu Hadzar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan,
C.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.2 Dalam penelitian ini
yang menjadi populasi adalah siswa kelas VIII MTs Al-Islamiyah Jakarta
Barat yang berjumlah 181 siswa.
Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.
Menurut Nana Sudjana sampel adalah sebagian dari populasi atau yang
memiliki sifat dan karakteristik yang sama sehingga betul-betul mewakili
sampel.
Mengingat keterbatasan waktu dan tenaga dan biaya maka besarnya
sampel dalam penelitian ini sebanyak 20% dari populasi yang berjumlah 181
siswa. Dengan demikian jumlah sampelnya adalah 36 dengan perhitungan
sebagai berikut:
Maka dalam penelitian ini cara yang digunakan dalam pengambilan
sampel yaitu dengan random sampling yaitu secara acak untuk mempermudah
perolehan dan pelaksanaan data yang diambil dari lokasi penelitian. Dan
dalam penelitian ini penulis hanya mengambil sampel dua kelas saja yaitu
kelas VIII.I dan VIII.II yang berjumlah 90 siswa, yang diambil dari setiap
kelasnya sebanyak 18 siswa kelas VIII.I dan 18 siswa kelas VIII.II.
D.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik
untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan permasalahan yang sedang
diteliti. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
2
Suharsimi Ariskunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. XII, h.
1) Observasi, yaitu pengamatan atau pencatatan yang sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi ini merupakan metode
yang pertama digunakan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan
langsung di lapangan.
2) Wawancara, yaitu pengumpulan data melalui wawancara penulis dengan
kepala sekolah dan para pendidik disekolah untuk mengetahui pelaksanaan
pendidikan akhlak dalam membentuk kepribadian muslim di Madrasah
Tsanawiyah Al- Islamiyah Srengseng Jakarta Barat.
3) Angket, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan cara menyebarkan
daftar pertanyaan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden.
daftar pertanyaan ini disusun secara tertulis mengenai sesuatu hal yang
berkaitan dengan indikator masalah pendidikan, angket yang digunakan
adalah angket tertutup yang berarti berupa bentuk pertanyaan dimana
setiap responden hanya tinggal memiliki jawaban yang telah disediakan
dalam angket tersebut.dalam melakukan penelitian ilmiah ini penulis juga
meyebarkan angket kepada siswa yang penulis jadikan sampel dalam
penelitian ini.
E.
Teknik Analisa Data
Metode pembahasan yang penulis gunakan adalah metode pemaparan
permasalahan dengan cara memberikan gambaran yang seutuh-utuhnya
mengenai masalah yang dibahas berikut analisisnya dalam hal ini teknik
analisis statistik untuk penyederhanaan penyajian data-data yang berwujud
angka-angka agar dapat dipahami dengan menggunakan rumusan-rumusan
distribusi frekuensi yaitu:
P = F x 100% N
Keterangan
P = Persentase
N = Jumlah responden
100 = Bilangan genap3
Setelah didapatkan hasil persentasi dari angket yang telah disebarkan
kepada siswa MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat, maka untuk menentukan
kategori penilaian dari hasil penelitian tersebut, penulis merumuskan sebagai
[image:43.595.138.522.196.507.2]berikut.
Tabel. III.1 Penafsiran Prosentase
No. Prosentase Penafsiran
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 100 % 90-99 % 60-89 % 51-59 % 50 % 40-49 % 10-39 % 1-9 % 0 % Seluruhnya Hampir seluruhnya Sebagian Besar
Lebih dari Setengahnya
Setengahnya
Hampir Setengahnya
Sebagian Kecil
Sedikit Sekali
Tidak Ada Sama Sekali
Adapun tehnik dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada
buku penulisan skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh UIN Jakarta pres tahun 2007.
3
Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum MTs Al- Islamiyah
1.
Sejarah Berdirinya MTs Al- Islamiyah
Sejak tahun 1951 ketika kali pertama dengan Nama Tarbiyatul Athfal
kini berubah menjadi Yayasan Tarbiyah Islamiyah Al-Alawiyah
(SATRIA), yayasan yang dipimpin oleh Drs. H. Noer Achpas Asy’ari,MM
sangat tangguh menghadapi pasang surut dinamika perubahan dan
benturan zaman. Bila meniti kembali pada era inseminasi pembentukan
yayasan ini sangat sarat dengan perjuangan keras. Tercatat sejak tahun
1974 sudah 5 fase dilewati, sehingga menjelma menjadi Yayasan masa
depan yang terus kukuh mengusung nama besar.
Masa rintisan 1955 – 1974 membuahkan perubahan mendasar dengan
dibangun gedung baru 6 lokal untuk MI. Bantuan Pemprop. DKI Jakarta,
Izin opersional dari Kanwil Departemen Agama DKI Jakarta menjadi
modal pengembangan Yayasan. Tahun 1981 mulai menambah lembaga
baru yaitu MTs. Dan tahun 1986 menambah pula dengan satu lembaga
pendidikan baru yaitu SMK. Dengan izin operasional Kanwil Depdiknas.
Animo masyarakat yang makin meningkat untuk mendaftarkan anaknya
pada yayasan Satria maka tahun 2000 yayasan membangun gedung
2005 menambah gedung baru dengan tiga lantai. Seiring itu pula
mengadakan perubahan menejemen dengan perubahan sejumlah pimpinan.
Kekuatan ini pula langsung mendapat ujian berat pada priode
2000-2005 ujian yang paling berat adalah ketersediaan tenaga pengajar, dan
fasilitas penunjang lainnya, tempat belajar yang refesentatif dan sistem
penggajian yang belum merangsang, fase ini berhasil di atasi melalui
kegigihan perjuangan sejumlah civitas seperti Ir. Nasrudin, H. Noer Achpas Asy’ari, H. Hafani Baihaqi,LC.SH, Anas Asy’ari,Ba,
Menapak ke priode 2005-2006 era pencerahan cita-cita benar bisa
terwujud sebagai bukti kekuatan komitmen yang terasah oleh benturan
zaman. Pada era pencerahan citra ditandai dengan perubahan-perubahan
diantaranya, perbaikan sistem manajemen, penambahan atau penggantian
pengurus yayasan dan perubahan sistem pengajian.
Ditunjang sarana dan prasarana modern dan tenaga pengajar yang
berkualitas, maka tak ayal pada priode 2006 – 2007 (sekarang) yayasan
satria menjelma sebagai sebuah kekuatan baru dalam menyediakan lulusan
yang bermutu. Memasuki era persaingan terbuka Yayasan satria terus
berbenah dengan mengadopsi sejumlah perubahan. Perubahan ini salah
satunya yakni mengakomodasi sejumlah persyaratan kualifikasi guru dan
kebutuhan pengembangan institusi. Ini ditandai dengan akan ditambah
fasiilitas ruang laboratorium MIPA. Tak ayal lagi, rasanya sulit untuk
meragukan kapasitas yayasan satria sebagai Yayasan masa depan.
2.
Letak Geografis MTs Al- Islamiyah
Sekolah MTs Al-Islamiyah terletak di Jl.Raya Srengseng No. 26 A,
3.
Sarana dan Prasarana MTs Al-Islamiyah
Sarana adalah alat yang tidak langsung digunakan untuk mencapai
tujuan dalam pendidikan.1 Prasarana pendidikan adalah merupakan suatu
tindakan perbuatan, situasi atau benda yang sengaja diadakan untuk
mempermudah pencapaian tujuan pendidikan.2
Sekolah MTs Al-Islamiyah telah memiliki sarana dan prasarana
pendukung terciptanya suasana belajar mnegajar yang kondusif. adapun
sarana dan prasarana yang telah dimiliki antara lain, luas tanah yang telah
dimiliki dan sudah berakta wakaf seluas 4000 m.
[image:46.595.129.517.193.727.2]Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki yang ada meliputi:
Tabel IV.1 Sarana dan Prasarana
No Nama Barang Jumlah
1 Mesin Tik 1
2 Komputer Kantor 2
3 Komputer Siswa 20
4 Printer 2
5 Scan Nilai -
6 Audio Visual -
7 Mesin Foto Copy 1
8 Mesin Fax 1
9 Meja Guru 1 set
10 Meja TU 3
11 Meja Siswa 180
12 Filling Kabinet 4
13 Sound System 1
1
M. Daryanto, Administrasi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2001)Cet. 1, h. 79
2
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat
14 Kendaraan Operasional -
15 Kursi Siswa 384
16 Mesin Cetak 1
[image:47.595.134.524.83.589.2]17 Laboratorium Bahasa 1 unit
Tabel IV.2 Fasilitas Belajar
No Jenis Fasilitas Jumlah Luas m2
1 Ruang Kelas 8 448
2 Ruang Kepsek 1 36
3 Ruang Guru 1 48
4 Ruang Tata Usaha 1 36
5 Lapangan olah raga 2
6 Lab Komputer 1 48
7 Lab Bahasa 1 48
8 Perpustakaan 1 48
9 BP/BK 1 36
10 Ruang UKS 1 36
11 Masjid Musholla 1 64
12 Kantin 1 108
13 WC Guru 1 36
14 WC Siswa 1 48
4.
Visi dan Misi MTs Al-Islamiyah
Visi dari MTs Al-Islamiyah adalah ”membentuk manusia berkualitas dan Berkepribadian Islami”.
Sedangkan misi MTs Al-Islamiyah adalah ”melaksanakan proses
belajar mengajar yang efektif dan efisien, memberikan bimbingan dan
disiplin, memberi teladan, menjalin kebersamaan dan menciptakan
lingkungan madrsah yang kondusif.
5.
Keadaan Guru dan karyawan
Guru MTs Al-Islamiyah terdiri dari sarjana strata satu dan diploma.
untuk lebih jelasnya penulis akan menguraikan latar belakang pendidikan
[image:48.595.107.529.99.748.2]para guru tersebut pada tabel dibawah ini.
Tabel IV.3 Guru dan Karyawan
No Nama
Ijazah Terakhir
Tahun
Jabatan Mengajar
Bid. Studi
1 Abdillah,S.Pd S1 / 2006 Kepsek BK
2 Rohmaniah,S.Ag S1 / 2000 Wakasek Aqidah-Akhlak
3 Hanafi HM,Ba SM / 1984 Wakasek Bahasa Arab
4 H. Zakwan,Ba SM / 1982 Guru Fiqih
5 Rina Prastiwi,S.Pd S1 / 2004 Guru Matematika
6 Sukisni,S.Pd S1 / 2003 Guru Biologi+Kimia
7 Drs. A. Rozak S1 / 1993 Guru B. Indonesia+PLKJ
8 Wahyudin Aziz,S.Psi S1 / 2001 Stat TU -
9 Dra. Farida R S1 / 2016 Guru B. Indonesia
10 Drs. Syaiful Bachri S1 / 1992 Guru Qur'an-Hadits+Ibadah
11 Hasan,Ba D2 / 1987 Guru Matematika
12 Ida Farida,Amd D3 / 1994 Staf TU -
13 Istiqomah,S.Pd S1 / 1994 Guru Sejarah
14 H. Ali A.
Rahman,S.Pd S1 / 2000 Guru B. Indonesia+PLKJ
15 Atih Sugiarti,S.Pd S1 / 1998 Guru PKn
Gambar
Dokumen terkait
Prosedur Sistem Informasi Tarif Jasa Siaran dan Non Jasa Siaran yang Sedang Berjalan pada LPP RRI Palembang ..... Gambar Sistem yang Sedang BerjalanSistem Informasi Tarif
Merupakan tembusan surat order pengiriman yang dikirim ke fungsi gudang untuk menyiapkan jenis barang dengan jumlah seperti yang tercantum di dalamnya, agar
Halim(2008:325),”kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD(Satuan Kerja Perangkat Daerah) sebagai bagian dari
disimpulkan mengenai penelitian evaluasi pembelajaran pada matakuliah program linear (riset operasi) adalah proses pembelajaran secara keseluruhan sudah baik, hanya saja
Diantaranya adalah hasil penelitian Indah (2016) dalam penelitiannya menguji pengaruh ukuran pemerintah, PAD, leverage, dana perimbangan dan ukuran legislatif
Spesies paling sedikit ditemukan pada suatu habitat disebabkan kurangnya tanaman inang yang menjadi sumber makanan dari kupu-kupu.. Faktor lain yang mempengaruhi
Berlandaskan penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti dengan rumusan masalah penelitian sebagai berikut: bagaimanakah peran fasilitator program gerbang
Salah satu satu cara untuk dapat mengatasi permasalahan, terutama kegagalan impelementasi teknologi informasi tersebut adalah dengan melakukan pengembangan model