PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, UKURAN DEWAN KOMISARIS DAN UMUR PERUSAHAAN TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE DALAM LAPORAN TAHUNAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Monic Ariestyawati 109082000122
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Monic Ariestyawati
NIM : 109082000122 Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomidan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan danmempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakn karya orang laun tanpa menyebutkan sumber asli atautanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini. Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melaluipembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan buktibahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkanaturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Yang Menyatakan
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Monic Ariestyawati
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 30 Maret 1991
3. Alamat : Perumahan. Sarua Permai. Jln. Gelatik C.23/8
Pamulang, 15416
4. Telepon : 085781815130 / 083872095911
5. Email : ariestyawati@gmail.com
II. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Drs. Hanut Budi Masanto
2. Tempat Tanggal Lahir : Solo, 01 Februari 1958
3. Ibu : Karty Susilowati
4. Tempat, Tanggal Lahir : Jogja, 21 April 1964
III. PENDIDIKAN
University / School Dates From – To
1. UIN Syarif Hidaytullah Jakrta 2009 – 2013
2. SMAN 1 Cisauk, Tangerang 2006 – 2009
3. SMPN 2 Pamulang, Tangerang 2003 – 2006
4. SDN Sarua VI, Tangerang 1997 – 2003
vii
VI. Seminar & Training No. Seminar / Pelatihan / Kursus /
Training
Penyelenggara Waktu
Pelaksanaan 1. “Propesa” BEM UIN Jakarta BEM UIN Jakarta 17-18 Agustus 2009 2. Think Acct “To Be Happy in
Community of Accounting” BEMJ Akuntansi UIN Jakarta
1 November 2009
3. Insurance Goes To Campus ACA Asuransi & UIN
Jakarta
20 Mei 2010
4. Accurate Training BEMJ Akuntansi UIN
Jakarta
21 November 2011
5. Seminar “Potret Perpajakan Indonesia Menuju Sistem Perpajakan yang Transparan”
Penyuluhan Pelayanan dan Humas Dirjen Pajak
24 November 2011
6. Sekolah Kader Lingkungan KMPLHK Ranita UIN
Jakarta
27 November 2011
7. Sekolah Pasar Modal Kelas
Syariah (Level 1)
PT. Bursa Efek Indonesia 1 Maret 2012
8. Silaturahmi dan Dialog Nasional
“Memperkuat Peran DPD dan Memperkokoh Lembaga
Perwakilan RI”
BEMJ Sosiologi UIN Jakarta
31 Januari 2012
10. Workshop Zahir Himpunan Mahasiswa
Akuntansi STAN
17 Maret 2012
11. IDEA Overview for TOADS
(Training of Accounting & Auditing Software)
Insight Consulting 17 Maret 2012
12. Workshop Audit Perpajakan BEMJ Akuntansi UIN
Jakarta
24 Maret 2011
13. Kuliah Umum Manajemen
“CAFTA : Peran dan Tantangan Ekonomi Kerakyatan dalam Menghadapai Perekonomian
Global”
BEMJ Manajemen UIN Jakarta
10 Mei 2011
14. Sekolah Pasar Modal (Level 1) Bursa Efek Indonesia 30 Mei 2012
15. Auditing Days BEMJ Akuntansi UIN
Jakarta
6 November 2012
16. Seminar Audit National
Accounting Challenge
Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai Kementrian Keuangan RI
viii
V. COMMITTEE
No. Committee Position Year
1. Panitia Accounting Charity On
Ramadhan
Anggota Div. Kesekretariatan 2010
2. Panitia PROPESA UIN Syarif
Hidayatulllah Jakarta
Anggota Div. Acara 2010
3. Panitia Think Acct UIN Syarif
Hidayatulllah Jakarta
Bendahara I 2010
4. Panitia Accounting Fair UIN
Syarif Hidayatulllah Jakarta
Div. Acara & Tim Soal 2011
VI. Working Experience
Activity Organized Dates
1. Guru Bimbel Bimbingan Belajar Juli – Oktober 2010
ix
ABSTRACT
This research is aimed to analyze and get empirical evidence about influence of firm size, size of board commissioner, and firm age have effect to Corporate Social Responsibility disclosure in corporate annual report to the mining company in Indonesia. Dependent variable which was used in the research was Corporate Social Responsibility disclosure. It was analyzed based on disclosure of Global Reporting Initiatives. Independent variable used in the research was firm size, size of board commissioner and firm age.
This research is done at mining company which are listed at Indonesia Stock Exchange from 2009 until 2012. This reserch uses purposive sampling, it was found that 60 companies as the research sample. Researches uses multiple regression analysis as analysis method.
The result of the research showed that firm size, size of board commissioner and firm age has significant influence on CSR disclosure.
x
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris dan umur
perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility disclosure dalam laporan
tahunan pada perusahaan pertambangan di Indonesia. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility disclosure yang dianalisis berdasarkan pengungkapan Global Reporting Initiatives. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris, dan umur perusahaan.
Sampel dalam penelitian adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari 2009 sampai 2012. Dengan menggunakan metode purposive sampling, didapat sebanyak 60 perusahaan ditentukan sebagai sampel penelitian. Metode analisis penelitian ini menggunakan regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, ukuran
dewan komisaris dan umur perusahaan berpengaruh terhadap Corporate Social
Responsibility disclosure.
Kata Kunci: Corporate Social Responsibility disclosure, Ukuran Perusahaan,
xi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah, rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya.
Tujuan Utama dari penyusunan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi dari Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada:
1. Kedua Orang Tua penulis, Bapak Drs. Hanut Budi Masanto, dan Ibu Karty
Susilowati yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, semangat serta doa yang tiada hentinya kepada penulis.
2. Kakakku Dewi Prihatini, ST., yang telah memberikan banyak sekali semangat
serta banyak sekali motivasi kepada penulis.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah.
4. Dr. Rini, SE., Ak., M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan banyak arahan selama proses penelitian ini hingga selesai.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., selaku Sekretaris Jurusan
xii
6. Ibu Yusro Rahma SE., Ak., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan banyak sekali arahan dan banyak sekali motivasi selama proses penelitian ini hingga selesai.
7. Keluarga Besar BEMJ Akuntansi periode 2010-2011. Tempat penulis
melakukan berbagai kegiatan organisasi, mendapat teman-teman baru, dan pengalaman lainnya yang sangat tak terlupakan. Penulis senang sekali dan bangga sekali bisa menjadi bagian dari kalian.
8. Perusahaan Hasnur Group khususnya PT. Magma Sigma Utama dan PT.
Hasnur Citra Terpadu. Tempat penulis mendapat pengalaman kerja, mempunyai teman-teman yang sangat baik dan pengalaman lainnya yang sangat tak terlupakan. Penulis senang sekali dan bangga sekali bisa menjadi bagian dari kalian.
9. Terima kasih untuk teman-teman Akuntansi 2009, khususnya teman-teman
Akuntansi C 2009.
10.Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut
membantu terselesaikannya Skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, Wassalam
xiii DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ………... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPERHENSIF ………. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ………. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ………. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……… vi
ABSTRACT ……….. viii
ABSTRAK ……….. ix
KATA PENGANTAR ……… x
DAFTAR ISI ………. xiii
DAFTAR TABEL ………. xvi
DAFTAR GAMBAR ……… xvii
DAFTAR LAMPIRAN ……… xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah ……… 11
C. Tujuan dan Manfaat ……… 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ……… 13
1. Agency Theory ……….. 13
2. Stackeholder Theory ………. 14
xiv
B. Tinjauan Literatur ……… 16
1. Sejarah Singkat CSR ………. 16
2. Definisi CSR ………. 16
3. Jenis-Jenis CSR ………. 18
4. Manfaat CSR ………. 18
5. Prinsip-Prinsip CSR ……….. 20
C. Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan ……… 22
1. Ukuran Perusahaan ……… 22
2. Ukuran Dewan Komisaris ………. 23
3. Umur Perusahaan ……….. 24
D. Keterkaitan Antar Variabel ………. 26
1. Ukuran Perusahaan terhadap CSR Disclosure ………. 26
2. Ukuran Dewan Komisaris terhadap CSR Disclosure…….. 26
3. Umur Perusahaan terhadap CSR Disclosure……… 27
E. Penelitian Sebelumnya ……… 28
F. Kerangka Pemikiran ……… 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ……… 33
B. Metode Penentuan Sampel ……….. 33
xv
D. Metode Analisis Data ……….. 35
1. Statistik Deskriptif ………... 35
2. Uji Dasar Asumsi Klasik ………... 35
3. Uji Hipotesis ………... 39
E. Operasional Variabel Penelitian ……….. 41
1. Variabel Dependen ………... 41
2. Variabel Independen ………... 41
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ………. 45
B. Hasil Analisis dan Pembahasan ……… 46
1. Statistik Deskriptif ………... 46
2. Uji Dasar Asumsi Klasik ………... 50
3. Uji Hipotesis ………... 56
4. Interpretasi Hasil ………... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 65
B. Implikasi ……… 66
C. Saran ……….. 68
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Rincian Sampel Penelitian ……… 41
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ……… 42
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data ……….... 46
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas ……….. 49
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Runs Test ………. 50
Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adj R2) ……… 52
Tabel 4.7 Hasil Uji Simultan (Uji F) ………. 53
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Histogram Normality ……… 47
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas dgn Grafik Normal Probability Plot …….. 48
xviii
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan Pertambangan
Lampiran 2 Daftar Pengungkapan GRI
Lampiran 3 Hasil Perhitungan Variabel Ukuran Perusahaan
Lampiran 4 Hasil Perhitungan Variabel Ukuran Dewan Komisaris
Lampiran 5 Hasil Perhitungan Variabel Umur Perusahaan
Lampiran 6 Hasil Perhitungan Variabel CSR Disclosure
Lampiran 7 Review CSR Disclosure GRI Tahun 2009
Lampiran 8 Review CSR Disclosure GRI Tahun 2010
Lampiran 9 Review CSR Disclosure GRI Tahun 2011
Lampiran 10 Review CSR Disclosure GRI Tahun 2012
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Laporan keuangan merupakan suatu sarana atau media informasi
penting bagi para stakeholders. Dengan adanya penerbitan laporan keuangan
dapat diperoleh berbagai macam informasi tentang kinerja perusahaan
maupun aktivitas perusahaan. Informasi dalam laporan keuangan perusahaan
merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan calon investor
untuk pengambilan keputusan investasi. Adanya informasi yang lengkap,
akurat, dan tepat waktu memungkinkan investor melakukan pengambilan
keputusan secara rasional sehingga informasi yang diperoleh sesuai dengan
yang diharapkan (Pradipta & Purwaningsih, 2012: 1).
Akuntansi sosial dan lingkungan telah lama menjadi perhatian.
Akuntansi ini menjadi penting karena perusahaan perlu menyampaikan
informasi mengenai aktivitas sosial dan perlindungan terhadap lingkungan
kepada stakeholder perusahahaan. Perusahaan tidak hanya menyampaikan
informasi mengenai keuangan kepada investor dan kreditor yang telah ada
serta calon investor atau kreditor perusahaan, tetapi juga perlu memperhatikan
2 Informasi tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahan dapat
digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non keuangan
yang berkaitan dengan interaksi perusahaan dengan lingkungan. Tanggung
jawab sosial dan lingkungan merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban
perusahaan terhadap stakeholders atas berbagai akitivitas perusahaan. Isu
ekonomi, kemanusiaan, dan lingkungan menjadi bagian dari tanggung jawab
perusahaan karena ketiga hal tersebut sangat berkaitan dengan aktivitas
perusahaan (Pradipta & Purwaningsih, 2012: 1-2).
Tetapi, didalam akuntansi konvensional, pusat perhatian perusahaan
adalah stockholders dan bondholders, sedangkan pihak lain sering diabaikan.
Dewasa ini tuntutan terhadap perusahaan semakin besar. Perusahaan
diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik
modal, tetapi juga karyawan, konsumen, dan masyarakat. Perusahaan
mempunyai tanggung jawab sosial terhadap pihak-pihak diluar manajemen
dan pemilik modal. Akan tetapi perusahaan terkadang melalaikannnya dengan
alasan bahwa mereka tidak memberikan kontribusi terhadap kelangsungan
hidup perusahaan, hal ini disebabkan hubungan perusahaan dengan
lingkungannnya bersifat non reciprocal, yaitu transaksi antara keduanya tidak
3 Dunia bisnis saat ini menuntut perusahaan untuk mampu
menyeimbangkan pencapaian kinerja ekonomi (profit), kinerja sosial (people),
dan kinerja lingkungan (planet) atau disebut triple bottom-line performance.
Orientasi praktik bisnis yang selama ini pada maksimalisasi laba perlu dikaji
ulang. Orientasi mengejar laba semaksimal mungkin, secara jangka pendek
akan menunjukkan keberhasilan, namun untuk jangka panjang hal tersebut
bisa menimbulkan masalah bagi perusahaan karena adanya resistensi dari
masyarakat dan stakeholder lainnya (Pradipta & Purwaningsih, 2012: 2).
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia belum mewajibkan
perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial terutama informasi
mengenai tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan, akibatnya yang
terjadi di dalam praktik perusahaan hanya dengan sukarela
mengungkapkannya. Perusahaan akan mempertimbangkan biaya dan manfaat
yang akan diperoleh ketika mereka memutuskan untuk mengungkapkan
informasi sosial. Bila manfaat yang akan diperoleh dengan pengungkapan
informasi tersebut lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk
mengungkapkannya maka perusahaan akan dengan sukarela mengungkapkan
4
Sejak tanggal 23 September 2007, pengungkapan Corporate Social
Responsibility mulai diwajibkan melalui UU Perseroan Terbatas Nomor 40
Tahun 2007, khususnya untuk perusahaan-perusahaan yang hidup dari ekstraksi
sumber daya alam. Dalam pasal 74 Undang-Undang tersebut diatur tentang
kewajiban pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan.
Sehingga, tidak ada lagi pengungkapan CSR yang sukarela, namun wajib
hukumnya. Sementara itu, perkembangan CSR di luar negeri sudah sangat
populer. Bahkan di beberapa negara, CSR digunakan sebagai salah satu
indikator penilaian kinerja sebuah perusahaan dengan dicantumkannya
informasi CSR di dalam catatan laporan keuangan perusahaan yang
bersangkutan (Rahmawati & Utami, 2005: 2).
Jadi, Corporate Social Responsibilty (CSR) adalah basis teori tentang
perlunya sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis dengan
masyarakat dan lingkungan tempat beroperasi. Secara teoretik, Corporate
Social Responsibilty dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu
perusahaan terhadap para stakeholders terutama komunitas atau masyarakat
disekitar wilayah kerja dan operasinya. Sebuah perusahaan harus menjunjung
tinggi moralitas. Parameter keberhasilan suatu perusahaan dalam sudut pandang
CSR adalah pengedepankan prinsip moral dan etis, yakni menggapai suatu hasil
5 Salah satu fenomena yang terkait dengan CSR mengenai kasus
Kesehatan dan Keselamatan Kerja, dapat dilihat pada kasus PT. Freeport,
yang dapat dilihat pada artikel berikut: Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh
Indonesia (KSPSI) mendesak pemerintah segera mengusut kasus longsor di
tambang bawah tanah Area Big Gosan PT Freeport yang terjadi beberapa hari
lalu. Menurut Presiden KSPSI, Andi Gani Nena Wea, jika hal itu tak kunjung
dilakukan, serikat pekerja PT Freeport yang tergabung dalam KSPSI bakal
mogok kerja. Menurut Andi, upaya serius mutlak dilakukan karena
kecelakaan tersebut menewaskan sejumlah pekerja. Apalagi, serikat pekerja
mencatat kecelakaan serupa pernah terjadi pada 2006. Ironisnya, dalam
peristiwa yang terjadi tujuh tahun silam itu dan menewaskan sembilan
pekerja, Andi melihat pihak yang bertanggungjawab tak dijatuhi sanksi sesuai
harapan serikat pekerja. Hanya dipecat dan diberikan kompensasi. Sedangkan
untuk runtuhnya tambang bawah tanah Area Big Gosan yang terjadi tiga hari
lalu itu pemerintah dinilai lamban melakukan tindakan. Begitu juga, PT
Freeport, lalai dalam menerapkan Keselamatan Keamanan Kerja (K3)
sebagaimana diwajibkan dalam UU Ketenagakerjaan. Andi memperkirakan
ada puluhan pekerja yang masih terjebak timbunan runtuhan tambang bawah
tanah. Untuk mengawasi jalannya proses investigasi yang bakal dilakukan
untuk mengusut peristiwa itu, Andi mendesak KSPSI dilibatkan dalam tim
6 tim investigasi itu sebagai salah satu bentuk tanggungjawab pemerintah. Pada
kesempatan yang sama, Ketua SPSI Kabupaten Mimika, Virgo Solossa,
menyesali pernyataan Kementerian ESDM yang menyebut runtuhnya
tambang bawah tanah Big Gossan karena kondisi terowongan termakan usia.
Namun, dia berpendapat keselamatan para pekerja adalah tanggungjawab
perusahaan. Virgo, tak ingin alasan pihak Kementerian ESDM itu dijadikan
landasan utama untuk melihat penyebab utama terjadinya kecelakaan tersebut.
Tak ketinggalan Virgo menegaskan PT Freeport harus memberi perhatian
yang lebih terhadap keselamatan para pekerja, terutama yang beraktivitas di
tambang bawah tanah. Pasalnya, pekerja merupakan aset terbesar
(
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt51963cbb5e975/serikat-pekerja-freeport-ancam-mogok-kerja, 17 Mei 2013).
Fenomena lain yang terkait dengan CSR mengenai lingkungan hidup,
dapat dilihat pada kasus kebakaran hutan yang banyak terjadi di Indonesia,
yang dapat dilihat pada artikel berikut: Koalisi masyarakat sipil melaporkan
117 perusahaan ke Kementerian Lingkungan Hidup. Perusahaan-perusahaan
ini diduga terlibat dalam kebakaran hutan dan lahan di Sumatera, hingga
menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan udara di atas ambang
batas kesehatan. Muhnur Stayahaprabu, Manager Advokasi Hukum dan
Kebijakan Walhi Nasional mengatakan, dari 117 perusahaan ini 33
7
“Kami menduga kebakaran bukan semata terjadi begitu saja, melainkan ada
kepentingan korporasi yang jelas mendapatkan keuntungan di balik kebakaran
lahan dan hutan itu,” katanya dalam rilis kepada media, di Jakarta, Rabu
(26/6/13). Koalisi mendesak KLH memproses hukum 117 perusahaan ini atas
dasar tindak pidana lingkungan. Pemerintah diminta audit lingkungan sebagai
bentuk pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan yang diduga melanggar
UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Juga
mencabut perizinan lingkungan setiap perusahaan yang jelas-jelas mencemari
dan merusak lingkungan. Sebelumnya, pada Selasa (25/6/13), Walhi
menyampaikan somasi ke Presiden Republik Indonesia, ke tiga kementrian
yakni KLH, Kementerian Kehutanan dan Kementerian Pertanian dan tiga
gubernur (Riau, Jambi dan Sumatera Selatan) serta Kapolri. Dalam waktu
tujuh hari Walhi mendesakkan beberapa hal. Pertama, mengeluarkan
kebijakan melindungi warga negara dalam ancaman udara yang melebihi
ambang batas kesehatan. Kedua, pencegahan dan penanggulangan cepat atas
peristiwa kebakaran hutan di sejumlah pulau di Indonesia. Ketiga, evaluasi
semua izin konsesi baik perkebunan maupun HTI. Keempat penegakan hukum
termasuk menangkap pelaku perseorangan, korporasi yang bertanggung jawab
(
8 Sementara itu, undang-undang yang mengatur tentang CSR terdapat
dalam undang-undang Nomor 40, Tahun 2007, Bab V, Pasal 74. Pasal
tersebut berisi tentang:
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha di bidang dan atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan;
2. Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana yang dimaksud
dalam ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan
dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran;
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan;
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan
diatur dalam peraturan pemerintah.
Peraturan lainnya yang diterapkan, terdapat dalam UUD 25, Tahun
2007, Pasal 15, tentang Penanaman Modal, terdapat pada Ayat 1 yaitu setiap
penanam modal berkewajiban menerapkan prinsip tata kelola perusahaan
yang baik, dan pada Ayat 2, yaitu setiap penanam modal berkewajiban untuk
9
Jadi, Corporate Social Responsibility disclosure merupakan sebuah
gagasan yang menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan hanya pada
tanggung jawab dari aspek ekonomi dan keuangan saja, tetapi juga harus
berpijak pada tanggung jawab pada aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Ide tanggung jawab sosial pada dasarnya adalah bagaimana perusahaan
memberikan perhatian kepada lingkungannya, terhadap dampak yang terjadi
akibat kegiatan operasional perusahaan.
Penggunaan industri pertambangan sebagai objek dalam penelitian ini
dikarenakan industri pertambangan termasuk industri high profile yang
memiliki visibilitas dari stakeholder, risiko politis yang tinggi, dan memiliki
persaingan yang tinggi. Industri high profile umumnya merupakan industri
yang memperoleh sorotan dari masyarakat karena aktivitas operasinya
memiliki potensi yang bersinggungan dengan kepentingan luas dalam
masyarakat (stakeholder).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dalam bentuk tulisan yang berjudul “Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris dan Umur Perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure dalam Laporan Tahunan”.
Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian yang dilakukan
oleh Agung Suaryana (2011). Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan
10
1. Penelitian ini menggunakan dua variabel yang digunakan sebelumnya,
yaitu ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan, dan menambahkan
satu variabel dalam penelitian ini, yaitu umur perusahaan.
2. Periode penelitian ini meliputi periode pelaporan keuangan pada periode
2010, 2011, 2012, sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan
data periode 2009, 2010, 2011, 2012.
3. Penelitian ini menggunakan data melalui sampel perusahaan
pertambangan yang terdaftar di BEI, sedangkan pada penelitian
sebelumnya menggunakan data melalui sampel perusahaan property dan
real estate yang terdaftar di BEI.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan
yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris, dan umur
perusahaan, berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility
disclosure perusahaan dalam laporan tahunan?
2. Seberapa besar pengaruh ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris,
dan umur perusahaan, terhadap Corporate Social Responsibility
11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris,
dan umur perusahaan, terhadap Corporate Social Responsibility
disclosure dalam laporan tahunan.
2. Menganalisis seberapa besar pengaruh ukuran perusahaan, ukuran
dewan komisaris, dan umur perusahaan, terhadap Corporate Social
Responsibility disclosure dalam laporan tahunan.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
perusahaan akan pentingnya melaksanakan Corporate Social
Responsibility disclosure untuk meningkatkan kepedulian mereka
kepada masyarakat. Sehingga tidak terjadi ketimpangan sosial antara
perusahaan tersebut dengan masyarakat disekitar lingkungan diamana
12
2. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam melakukan
analisa laporan keuangan dengan mempertimbangkan aspek-aspek
yang perlu diperhitungkan dalam investasi yang tidak terpaku pada
ukuran moneter, tetapi juga ukuran non moneter, seperti Corporate
Social Responsibility disclosure, sehingga memungkinkan investor
melakukan pengambilan keputusan secara tepat.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat peneliti untuk
mempelajari dan menambah wawasan, terutama berbagai hal yang
berkaitan dengan praktik Corporate Social Responsibility disclosure
perusahaan dalam laporan tahunan.
4. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkkan para pembaca dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat akan hak-hak mereka yang seharusnya
diperoleh, baik dari segi ekonomi, lingkungan diamana mereka
tinggal, ketenagakerjaan, hak asasi manusia, sosial, dan juga
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Agency Theory
Penelitian ini menggunakan teori keagenan sebagai grand theory
dimana agency theory mengungkapkan adanya hubungan antara principal
dan agent yang dilandasi dari adanya pemisahan kepemilikan dan
pengendalian perusahaan, pemisahan penanggung resiko, pembuatan
keputusan dan pengendalian fungsi-fungsi (Suaryana, 2011: 5).
Adanya pemisahan antara fungsi kepemilikan (ownership) dan
fungsi pengendalian (control) dalam hubungan keagenan sering
menimbulkan masalah-masalah keagenan (agency problems).
Masalah-masalah keagenan tersebut timbul karena adanya konflik atau perbedaan
kepentingan antara principal dan agent (Suaryana, 2011: 5).
Teori keagenan menyatakan bahwa, perusahaan yang menghadapi
biaya kontrak dan biaya pengawasan yang rendah cenderung akan
melaporkan laba lebih rendah atau dengan kata lain akan mengeluarkan
biaya-biaya untuk kepentingan manajemen, salah satunya biaya yang
dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata masyarakat yaitu
14
2. Stakeholder Theory
Stakeholder theory mempertimbangkan berbagai kelompok yang
terdapat dalam masyarakat dan bagaimana harapan kelompok stakeholder
memiliki dampak yang lebih besar (lebih kecil) terhadap strategi
perusahaan. Teori ini berimplikasi terhadap kebijakan manajemen dalam
mengelola harapan stakeholder. Stakeholder perusahaan pada dasarnya
memiliki ekspektasi yang berbeda mengenai bagaimana perusahaan
dioperasikan. Perusahaan akan berusaha untuk mencapai harapan
stakeholder yang berkuasa dengan penyampaikan pengungkapan,
termasuk pelaporan aktivitas sosial dan lingkungan (Suaryana, 2010: 10).
Stakeholder theory mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas
yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus
memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Dengan demikian, keberadaan
suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh
stakeholder kepada perusahaan tersebut (Ghozali & Chairiri, 2007).
3. Legitimacy Theory
Legitimacy theory menjelaskan bahwa organisasi secara continue
akan beroperasi sesuai dengan batas-batas dan nilai yang diterima oleh
masyarakat di sekitar perusahaan dalam usaha untuk mendapatkan
legitimasi. Norma perusahaan selalu berubah mengikuti perubahan dari
15 Usaha perusahaan mengikuti perubahan untuk mendapatkan legitimasi
merupakan suatu proses yang dilakukan secara berkesinambungan. Usaha
perusahaan untuk mendapatkan legitimasi merupakan suatu proses yang
dilakukan secara berkesinambungan (Suaryana, 2011: 9).
Proses untuk mendapatkan legitimasi berkaitan dengan kontrak
sosial antara yang dibuat oleh perusahaan dengan berbagai pihak dalam
masyarakat. Kinerja perusahaan tidak hanya diukur dengan laba yang
dihasilkan oleh perusahaan, tetapi ukuran kinerja lainnya yang berkaitan
dengan berbagai pihak yang berkepentingan. Untuk mendapatkan
legitimasi perusahaan memiliki insentif untuk melakukan kegiatan sosial.
Kegagalan untuk memenuhi harapan masyarakat akan mengakibatkan
hilangnya legitimasi dan kemudian akan berdampak terhadap dukungan
yang diberikan oleh masyarakat kepada perusahaan (Suaryana, 2011: 9).
Pengungkapan perusahaan melalui laporan keuangan tahunan
merupakan usaha perusahaan untuk mengkomunikasikan aktivitas sosial
yang telah dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan legitimasi dari
masyarakat sehingga kelangsungan hidup perusahaan terjamin.
Perusahaan akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu memenuhi
16
B. Tinjauan Literatur 1. Sejarah Singkat CSR
Pada era modern CSR mulai dikenal pada dekade 1950-an dengan
mulai banyaknya literatur-literatur yang membahas tentang CSR. Pada
tahun 1950-an menyebut CSR sebagai SR atau Social Responsibility.
Tidak disebutkannya kata corporate dalam istilah tersebut kemungkinan
besar disebabkan pengaruh dan dominasi korporasi modern belom terjadi
atau belom disadari.
Salah satu literatur yang membahas CSR adalah melalui buku
karangan Howard R. Bowen yang berjudul Social Responsibility of The
Businessman. Dalam buku itu bowen (1953) dalam Kalangit (2008)
memberikan definisi awal dari CSR: “…..obligation of businessman to
pursue those policies, to make those decision or to follow those line of
action which are desirable in term of objectives and values of society”.
Sejak penerbitan buku tersebut definisi CSR yang diberikan Bowen
memberikan pengaruh besar kepada literatur-literatur CSR yang terbit
setelahnya. Sumbangsih besar pada peletakan fondasi CSR tersebut
membuat Bowen pantas disebut sebagai Bapak CSR.
2. Definisi CSR
Salah satu definisi CSR yang terkenal adalah yang diungkapkan
17
pertama yaitu tanggung jawab ekonomi atau economic responsibilities,
kedua yaitu tanggung jawab hukum atau legal responsibilities, ketiga
yaitu tanggung jawab etis atau ethical responsibilities, dan keempat yaitu
tanggung jawab kebijaksanaan atau discretionary responsibilities.
Definisi CSR menurut World Business Council for Sustainable
Development yaitu: “…..CSR is the continuing commitment by business to
behave ethically and contribute to economic development while improving
the quality of life of the workforce and their families as well as of the local
community and society at large” yang artinya “…..CSR adalah
keterpanggilan dunia bisnis untuk bersikap etis dan berkontribusi dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan, bersamaan dengan kualitas hidup
para karyawan beserta keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas
hidup komunitas setempat dan masyarakat luas.
Indonesian CSR Award mendefinisikan CSR sebagai komitmen
dan upaya perusahaan yang beroperasi secara legal dan etis, untuk
meminimalkan resiko kehadiran perusahaan, berkontribusi terhadap
pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan serta pembangunan
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas hidup semua pemangku
18
3. Jenis-Jenis CSR
Dauman dan Hargreaves (1992) dalam Hasibuan (2008)
menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan (CSR) dapat dibagi
menjadi dua level sebagai berikut: Pada level pertama, yaitu basic
responsibility, pada level ini menghubungkan tanggung jawab utama dari
suatu perusahaan seperti perusahaan harus membayar pajak, memenuhi
hukum, memenuhi standar pekerjaan, dan memuaskan pemegang saham,
apabila tanggung jawab pada level ini tidak dipenuhi akan menimbulkan
dampak yang sangat serius. Pada level kedua, yaitu organization
responsibility, pada level ini menunjukan tanggung jawab perusahaan
secara lebih khusus untuk memenuhi perubahan kebutuhan stakeholder
seperti pekerja, dan masyarakat di sekitar, pada level ini menunjukkan
bagaimana perusahaan bisa diterima secara baik didalam masyarakat.
Sedangkan, menurut Carroll (1991) dalam Kartini (2009),
menyatakan bahwa konsep tanggung jawab perusahaan (CSR) akan
memuat komponen-komponen sebagai berikut: Pertama yaitu economic
responsibilities, tanggung jawab sosial perusahaan yang utama adalah
tanggung jawab ekonomi karena lembaga bisnis terdiri dari aktivitas
ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa bagi masyarakat secara
menguntungkan. Kedua yaitu legal responsibilities, pada tanggung jawab
19 dan peraturan yang berlaku yang pada hakikatnya dibuat oleh masyarakat
melalui lembaga legislative. Ketiga ethical responsibilities, pada tanggung
jawab ketiga ini masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis
secara etis dengan menunjukan refleksi moral yang dilakukan oleh pelaku
bisnis secara perorangan maupun kelembagaan. Keempat yaitu
discretionary responsibilities, pada tanggung jawab paling akhir ini,
masyarakat mengharapkan keberadaan perusahaan tidak hanya
menguntungkan bagi perusahaan itu sendiri tetapi juga dapat memberikan
lebih banyak manfaat bagi masyarakat.
4. Manfaat CSR Bagi Perusahaan
Pelaksanaan program CSR belum sepenuhnya diterima oleh
masyarakat, disebabkan minimnya perhatian perusahaan terhadap
pelaksanaan CSR. Padahal, banyak sekali manfaat yang akan didapat
perusahaan apabila konsisten untuk melaksanakan program CSR. Nugroho
(2000) dalam Wibisono (2007) menjelaskan manfaat CSR sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan, ada empat manfaat yang diperoleh bagi perusahaan
dengan mengimplementasikan CSR. Pertama yaitu keberadaan
perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan dan perusahaan
mendapatkan citra (image) yang positif dari masyarakat luas. Kedua
yaitu perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap modal
20 daya manusia (human resources) yang berkualitas. Keempat yaitu
perusahaan dapat meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal
yang kritis (critical decision making) dan mempermudah pengelolaan
manajemen risiko atau risk management.
2. Bagi masyarakat, praktik Corporate Social Responsibility yang baik
akan meningkatkan nilai-tambah adanya perusahaan di suatu daerah
karena akan menyerap tenaga kerja, meningkatkan kualitas sosial di
daerah tersebut. Pekerja lokal yang diserap akan mendapatkan
perlindungan akan hak-haknya sebagai pekerja. Jika terdapat
masyarakat adat atau masyarakat lokal, praktek CSR akan
mengharagai keberadaan tradisi dan budaya lokal tersebut.
3. Bagi lingkungan, praktik Corporate Social Responsibility akan
mencegah eksploitasi berlebihan atas sumber daya alam, menjaga
kualitas lingkungan dengan menekan tingkat polusi dan justru
perusahaan terlibat mempengaruhi lingkungannnya,
4. Bagi negara, praktik Corporate Social Responsibility yang baik akan
mencegah apa yang disebut malpraktik bisnis seperti penyuapan pada
aparat negara atau aparat hukum yang memicu tingginya korupsi.
Selain itu, negara akan menikmati pendapatan dari pajak yang wajar
21
5. Prinsip-Prinsip CSR
Warhurst (1998) dalam Wibisono (2007) mengajukan prinsip-prinsip
CSR sebagai berikut:
1. Prioritas Korporat. Mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas
tertinggi korporat dan penentu utama pembangunan berkelanjutan.
Dengan begitu korporat bisa membuat kebijakan, program, dan praktik
dalam menjalankan operasi bisnisnya dengan cara yang
bertanggungjawab secara sosial.
2. Manajemen Terpadu. Mengintegrasikan kebijakan, program dan
praktik ke dalam setiap kegiatan bisnis sebagai satu unsur manajemen
dalam semua fungsi manajemen.
3. Proses Perbaikan. Secara berkesinambungan memperbaiki kebijakan,
program dan kinerja sosial korporat, berdasarkan temuan riset
mutakhir dan memahami kebutuhan sosial serta menerapkan kriteria
sosial tersebut secara internasional.
4. Pendidikan Karyawan. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
serta memotivasi karyawan.
5. Pengkajian. Melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai
kegiatan atau proyek baru dan sebelum menutup satu fasilitas atau
22
6. Informasi Publik. Memberi informasi dan (bila diperlukan) mendidik
pelanggan, distributor dan publik tentang penggunaan yang aman,
transportasi, penyimpanan dan pembuangan produk, begitu pula
dengan jasa.
7. Penelitian. Melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial
bahan baku, produk, proses, emisi dan limbah yang terkait dengan
kegiatan usaha dan penelitian yang menjadi sarana untuk mengurangi
dampak negatif.
8. Prinsip Pencegahan. Memodifikasi manufaktur, pemasaran atau
penggunaan produk dan jasa, sejalan dengan penelitian mutakhir,
untuk mencegah dampak sosial yang bersifat negatif.
9. Siaga menghadapi darurat. Menyusun dan merumuskan rencana
menghadapi keadaaan darurat, dan bila terjadi keadaaan berbahaya
bekerja sama dengan layanan gawat darurat, instansi berwenang dan
komunitas lokal. Sekaligus mengenali bahaya yang muncul.
10.Pencapaian dan pelaporan. Mengevaluasi kinerja sosial, melaksanakan
audit sosial secara berkala dan mengkaji pencapaian berdasarkan
kriteria korporat dan peraturan perundang-undangan dan
menyampaikan informasi tersebut pada dewan direksi, pemegang
23
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi 1. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan skala yang menentukan besar atau
kecilnya perusahaan. Tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya
perusahaan antara lain, total penjualan, rata-rata tingkat penjualan, dan
total aktiva. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi pada tiga
kategori, yaitu perusahaan besar, perusahaan menengah, dan perusahaan
kecil (Pradipta & Purwaningsih, 2012: 11).
Perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak
daripada perusahaan kecil, karena perusahaan besar akan menghadapi
risisko politis yang lebih besar dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan
yang lebih besar mungkin akan memiliki pemegang saham yang
memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan dalam laporan
tahunan, yang merupakan media untuk menyebarkan informasi tentang
tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan (Untari, 2010, dalam
Pradipta & Purwaningsih, 2012: 12).
2. Ukuran Dewan Komisaris
Dewan Komisaris merupakan organ Perseroan yang secara kolektif
bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus sesuai
dengan Anggaran Dasar serta memberikan nasihat kepada Direksi. Dewan
24 Kedudukan dari masing-masing anggota Dewan Komisaris termasuk
Komisaris Utama adalah setara. Tugas Komisaris Utama sebagai primus
inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan Dewan Komisaris. Dewan
Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS. Dalam melaksanakan
tugas, Dewan Komisaris bertanggung jawab kepada Rapat Umum
Pemgang Saham (RUPS). Pertanggungjawaban Dewan Komisaris kepada
RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas pengawasan atas pengelolaan
perusahaan dalam rangka pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance (Laporan Tahunan PT. Elnusa, 2012: 140).
Komisaris Independen merupakan anggota Dewan Komisaris yang
tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham
dan atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lainnya
dan atau dengan Pemegang Saham atau hubungan lainnya dengan
Perseroan yang dapat mempengaruhi kemampuannya bertindak
independen. Jumlah Komisaris Independen Perseroan sesuai Keputusan
Direksi PT Bursa Efek Indonesia No. Kep-305/BEJ/07-2004 tentang
Peraturan No. I-A “tentang Pencatatan Saham Dan Efek Bersifat Ekuitas
Selain Saham Yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat”, dimana setiap
perusahaan publik harus memiliki Komisaris Independen
sekurang-kurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota Dewan Komisaris yang ada
25 Kinerja Komisaris dievaluasi secara berkala minimal setahun
sekali berdasarkan kriteria evaluasi kinerja yang diajukan oleh Komite
Nominasi dan Remunerasi kepada Dewan Komisaris. Evaluasi Kinerja
Komisaris dilakukan oleh Pemegang Saham dalam RUPS. Hasil evaluasi
kinerja Anggota Dewan Komisaris akan digunakan oleh RUPS dalam
memberikan remunerasi serta sebagai salah satu indikator dalam
pengangkatan kembali dan pemberhentian Anggota Dewan Komisaris
yang bersangkutan (Laporan Tahunan PT. Bukit Asam, 2012: 181).
3. Umur Perusahaan
Ketepatan dalam pelaporan keuangan oleh perusahaan dipengaruhi
oleh usia (yaitu pengembangan dan pertumbuhan). Hal ini didasarkan dari
teori kurva belajar. Karena itu, perusahaan profesional yang memiliki
umur lebih tua cenderung lebih profesional dalam pengumpulan,
pengolahan dan penyediaan informasi ketika diperlukan karena
pengalaman perusahaan (Ansah, 2000: 12).
Umur perusahaan dapat menunjukkan bahwa perusahaan tetap
eksis dan mapu bersaing dengan perusahaan lain. Dengan demikian, umur
perusahaan dapat dikaitkan dengan kinerja keuangan suatu perusahaan.
Perusahaan yang berumur lebih tua memiliki pengalaman yang lebih
banyak dan mengetahui kebutuhan constituent atas informasi tentang
26
D. Keterkaitan Antar Variabel
1. Ukuran Perusahaan terhadap CSR Disclosure
Ukuran perusahaan merupakan variabel penduga yang paling
banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam
laporan tahunan perusahaan. Sembiring (2005) dan Nofandrilla (2008)
menemukan pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan. Namun hal ini tidak sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2006) yang menyatakan bahwa
ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan (Rahmawati & Utami, 2005: 6).
Ha1: Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure.
2. Ukuran Dewan Komisaris terhadap CSR Disclosure
Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar jumlah
anggota dewan komisaris, maka semakin mudah untuk mengendalikan
CEO dan pengawasan yang dilakukan semakin efektif. Dikaitkan dengan
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, maka tekanan terhadap
manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkannya. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian oleh Beasley (2000). Tetapi berbeda
27 menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial (Rahmawati & Utami, 2005: 6-7).
Ha2: Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure.
3. Umur Perusahaan terhadap CSR Disclosure
Umur perusahaan dapat menunjukkan bahwa perusahaan tetap
eksis dan mapu bersaing dengan perusahaan lain. Dengan demikian, umur
perusahaan dapat dikaitkan dengan kinerja keuangan suatu perusahaan.
Perusahaan yang berumur lebih tua memiliki pengalaman yang lebih
banyak dan mengetahui kebutuhan konstituennya atas informasi tentang
perusahaan (Rahmawati & Utami, 2005: 8).
Ansah (2000) meneliti tentang pengaruh umur perusahaan
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, hasilnya
menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan Sembiring (2003), Marwata
(2001), dan Nofandrilla (2008) tidak menemukan pengaruh yang
signifikan antara umur perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab
sosial (Rahmawati & Utami, 2005: 8) .
Ha3: Umur Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Corporate
28
[image:46.612.130.539.202.702.2]E. Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya Mengenai UKuran Perusahaan (X1), Ukuran Dewan Komisaris (X2), Umur Perusahaan (X3) dan CSR Disclosure (Y)
Peneliti (Tahun)
Metode Penelitian Persamaan Hasil Penelitian X1 X2 X3 Y
Eddy Rismanda Sembiring. (2005) -Analisis Regresi Berganda. -Metode Sample Staratified Random -Tahun Penelitian 2002.
-Jumlah Sampel 78 Perusahaan.
-Variabel lainnya: Profile, Leverage, Profitabilitas.
√ √ √ -Ukuran
perusahaan, profile, ukuran dewan komisaris, berpengaruh positif terhadap CSR disclosure. -Profitabilitas, leverage berpengaruh negatif terhadap CSR Disclosure. Rahmawati Indah Dewi Utami. (2005) -Analisis Regresi Berganda. -Metode Purposive Sampling. -Tahun Penelitian 2005-2007. -Jumlah Sampel 121 Perusahaan. -Variabel lainnya: Kepemilikan Institusional, dan Kepemilikan Asing.
√ √ √ √ -Ukuran
perusahaan, ukuran dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, umur perusahaan, berpengaruh positif terhadap CSR disclosure.
29
Peneliti (Tahun)
Metode Penelitian Persamaan Hasil Penelitian X1 X2 X3 Y
Fr. Reni Retno Anggraini. (2006) -Analisis Regresi Berganda. -Metode Purposive Sampling. -Tahun Penelitian 2002-2004. -Jumlah Sampel 75 Perusahaan. -Variabel lainnya: Kepemilikan Manajemen, Leverage, Biaya Politis, Profitabilitas.
√ -Kepemilikan
manajemen, biaya politis, profitabilitas, berpengaruh postif terhadap CSR disclosure. -Leverage, berpengaruh negatif terhadap CSR disclosure.
I G N Agung Suaryana. (2011) -Analisis Regresi Berganda. -Metode Purposive Sampling. -Tahun Penelitian 2007-2009.
-Jumlah Sampel 75 Perusahaan.
-Variabel lainnya: Leverage,
Kepemilikan Manajerial.
√ √ √ -Leverage,
profitabilitas, ukuran dewan komisaris, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, berpengaruh signifikan terhadap CSR disclosure. Tabel 2.1 (Lanjutan)
[image:47.612.131.535.109.662.2]30
Peneliti (Tahun)
Metode Penelitian Persamaan Hasil Penelitian X1 X2 X3 Y
Anna Purwaningsih, Dyah Hayu Pradipta. (2012) -Analisis Regresi Berganda. -Metode Pooling Data -Tahun Penelitian 2008-2010.
-Jumlah Sampel 30 Perusahaan.
-Variabel lainnya: Earning Response Coeficient (ERC), Leverage.
√ √ -Disclosure CSR
berpengaruh negatif terhadap earning response coeficient (ERC). -Ukuran perusahaan dan leverage sebagai variabel kontrol berpengaruh negatif terhadap earning response coeficient (ERC). Rizki Eriandani, Dianne Frisko, Marissa Yaparto. (2012) -Analisis Regresi Berganda. -Metode Non Probability Sampling kategori Purposive Judgement Sampling. -Tahun Penelitian 2010-2011. -Jumlah Sampel 158 Perusahaan. -Variabel lainnya: Profitabilitas
√ -CSR tidak
berpengaruh signifikan terhadap rasio keuangan yang ada.
[image:48.612.130.536.109.675.2]31
Peneliti (Tahun)
Metode Penelitian Persamaan Hasil Penelitian X1 X2 X3 Y
Steven, Ansah (2000)
- Regression Analysis
-This step result in 58 companies surviving
-others variable: profitability, extra ordinary and or contingent items, month of financial year-end,
complexity of operations.
√ √ -a two stage least
squares regression identified company size, profitability, and company age as statistically significant
explanators of the differences in the timeliness of annual reports issued by the sampled companies. Matthew Brine, Rebecca Brown and Greg Hackett (2007) - Regression Analysis
-The final method consist of 124 companies from 2001-2004.
-Others variable: financial
performances
√ -Tidak ada
[image:49.612.131.536.111.592.2]32
F.Kerangka Pemikiran
.
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris dan Umur Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure dalam Laporan Tahunan
Basis Teori: Agency Theory, Legitimacy Theory, Stakeholder Theory, Teori Akuntansi Positif.
Ukuran Perusahaan (X1)
Corporate Social Responsibility Disclosure (Y) Ukuran Dewan Komisaris (X2)
Umur Perusahaan (X3)
Metode Analisis : Uji Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pusat referensi pasar modal (capital
market reference center) dengan mengambil data perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 sampai tahun 2012.
Jenis penelitian ini adalah kausal komparatif merupakan tipe penelitian
dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua
variabel atau lebih (Indriantoro & Supomo, 2002: 27). Penelitian ini akan
menguji dan membuktikan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran
perusahaan, dewan komisaris, dan umur perusahaan terhadap Corporate
Social Responsibility disclosure dalam laporan tahunan perusahaan.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang
bergerak di industri pertambangan yang terdaftar atau yang melakukan
listing di Bursa Efek Indonesia. Metode penentuan sampel dalam
penelitian ini dilakukan dengan pendekatan purposive sampling. Purposive
sampling merupakan salah satu teknik pengambilan atau penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu (jadi, sampel tidak diambil secara acak,
tetapi ditentukan sendiri oleh peneliti). Kriteria pemilihan sampel adalah
34
1. Daftar perusahaan yang bergerak dibidang industri pertambangan yang
listing atau terdaftar di BEI selama periode tahun 2009 - 2012.
2. Tersedia laporan tahunan perusahaan dibidang industri pertambangan
secara lengkap selama periode tahun 2009 - 2012.
3. Data mengenai variabel-variabel yang akan diteliti tersedia, dan
informasi lain yang terkait dalam perhitungan dan analisis.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui
media perantara (Indriantoro & Supomo, 2002: 147). Antara lain:
1. Riset Kepustakaan (library research)
Penelitian ini digunakan untuk mendapatkan landasan dan konsep yang
kuat agar permasalahan dapat dipecahkan. Penelitian ini dilakukan
dengan membaca literatur yang ada berupa buku, artikel, surat kabar,
diktat kuliah dan berbagai sumber yang berhubungan dengan topik
skripsi yang dibahas.
2. Teknik dokumentasi
Adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengutip langsung data
yang diperoleh dari lembaga instansi terkait, yang berhubungan
35
D. Metode Analisis Data 1. Statistik Deskriptif
Penggunaan statistik deskriptif variabel penelitian
dimaksudkan agar dapat memberikan penjelasan yang memudahkan
dalam menginterpretasikan hasil analisis data dan pembahasannya.
Statistik deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan
data serta penyajiannya yang biasanya disajikan dalam bentuk tabulasi
baik secara grafik dan atau numerik. Statistik deskriptif memberikan
gambaran suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, nilai maksimum dan minimum (Ghozali, 2011: 19).
2. Uji Dasar Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui dan
menguji kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam
penelitian ini.
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, baik variabel independen maupun dependen, telah
terdistribusi secara normal. Model regresi yang baik adalah model
regresi yang memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal. Untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data
dapat dideteksi dengan melihat analisis statistik dan grafik
36 Analisis statistik merupakan alat statistik yang sering
digunakan untuk menguji normalitas residual yaitu uji statistik
non-parametik Kolmogorov-Smirnov. Dalam mengambil keputusan
dilihat dari hasil uji K-S, jika nilai probabilitas signifikansinya
lebih besar dari 0,05 maka data terdistribusi secara normal.
Sebaliknya, jika nilai probabilitas signifikansinya lebih kecil dari
0,05 maka data tersebut tidak terdistribusi secara normal.
Grafik Normality Probability Plot (P-Plot), dilihat dari
penyebaran data, jika data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal
serta mengikuti arah garis diagonal atau garis histogramnya, maka
menunjukkan pola distribusi yang normal dan model regresi telah
memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2011: 161).
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2011:105).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam
model regresi dapat dilihat dari besaran nilai Tolerance dan
VIF-nya (Variance Inflation Factor). Regresi bebas dari masalah
multikolonieritas jika nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan
37
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul
karena residual (kesalahan penggangu) tidak bebas dari satu
observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2011:110).
Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi dengan menggunakan Runs Test. Runs Test sebagai
bagian dari statistik non-parametrik digunakan untuk menguji
apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar
residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa
residual adalah acak atau random. Runs Test digunakan untuk
melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak
(sistematis). Pengambilan keputusan pada uji Runs Test adalah
sebagai berikut:
1) Jika hasil uji Runs Test menunjukkan nilai probabilitas
signifikan pada 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa residual tidak random atau terjadi
38
2) Jika hasil uji Runs Test menunjukkan nilai probabilitas tidak
signifikan pada 0,05 maka hipotesis nol diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadi
autokorelasi antar nilai residual. (Ghozali, 2011: 120)
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2011:139).
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi
yang homokedastisitas. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas
dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED)
dengan residualnya (SRESID) dimana sumbu Y adalah yang telah
diprediksi sedangkan sumbu X adalah residual. Jika ada pola
tertentu maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas,
namun jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar
diatas angka nol dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak
39
3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini diuji
dengan menggunakan model regresi berganda. Model regresi berganda
dilakukan untuk mengetahui pengaruh antar variabel dependen dengan
variabel independen (Agung Suaryana, 2011: 15). Untuk menguji
hipotesis tersebut, maka persamaan rumus regresi berganda yang
digunakan sebagai berikut:
Ket :
Y = Corporate Social Responsibiliy Disclosure
α = Konstanta
X1 = Ukuran Perusahaan
X2 = UkuranDewan Komisaris X3 = Umur Perusahaan
e = Error term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian
Dalam melakukan pengujian hipotesis analisis dilakukan
melalui analisis data:
a. Uji Koefisien Determinasi (Adj R2)
Uji Koefisien determinasi (Adj R2) pada intinya adalah
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Nilai Adj R2 adalah diantara nol dan
satu. Jika nilai Adj R2 berkisar hampir satu, berarti semakin kuat
40 dependen dan sebaliknya jika nilai Adj R2 semakin mendekati
angka nol, berarti semakin lemah kemampuan variabel independen
dalam menjelaskan variabel dependen (Ghozali, 2011: 177).
b. Uji Simultan (Uji F)
Ujui statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk
mengetahui apakah variabel indewpenden secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen maka digunakan tingkat
signifikansi sebesar 0,05. Jika nilai probabilitas F lebih besar dari
0,05, maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi
variabel dependen, dengan kata lain variabel independen secara
bersma-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, dan
sebaliknya (Ghozali, 2011: 178).
c. Uji Parsial (Uji t)
Uji statistik t ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual (parsial)
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Langkah yang
digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah dengan menentukan
level of significance-nya. Level of significance yang digunakan
sebesar 5 % atau (α) = 0,05. Jika sign. t > 0,05 maka Ha ditolak
41
E.Operasional Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terbagi atas dua jenis variabel, yaitu
variabel dependen dan variabel independen.
1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen. Penelitian ini menggunakan
Corporate Social Responsibility disclosure sebagai variabel dependen.
Corporate Social Responsibility disclosure atau pengungkapan
tanggung jawab sosial merupakan pengungkapan informasi terkait dengan
aktifitas tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian ini mengacu pada
peneliti sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Suaryana
(2011), Corporate Social Responsibility disclosure diukur berdasarkan
indikator Global Reporting Initiative (GRI) yang dikelompokkan
berdasarkan enam indikator, yakni pertama economic performance (EC),
kedua environment performance (EN), ketiga labour practices
performance (LA), keempat human rights performance (HR), kelima
social performance (SO), dan terakhir product responsibility performance
(PR). Daftar pengungkapan CSR yang lengkap berdasrkan General
Reporting Initiative dapat dilihat pada lampiran dalam penelitian ini.
2. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau
42 variabel independen, yaitu ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris,
dan umur perusahaan.
Ukuran perusahaan, dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur
dengan logaritma total aset perusahaan, karena total aset lebih dapat
mengukur besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran dewan komisaris,
dalam penelitian ini konsisten dengan sembiring, yaitu jumlah personil
dalam anggota dewan komisaris. Umur perusahaan, dalam penelitian ini
yaitu lama perusahaan berdiri, dihitung sejak tahun perusahaan tersebut
[image:60.595.150.512.369.627.2]berdiri hingga perusahaan tersebut dijadikan sampel dalam penelitian.
Tabel 3.2 Operasional Variabel
Variabel Indikator Skala
CSR Disclosure (Y) (Suaryana, 2011)