• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penjualan produk logam mulia terhadap peningkatan pendapatan pegadaian syariah; pegadaian syariah cabang Cinere

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penjualan produk logam mulia terhadap peningkatan pendapatan pegadaian syariah; pegadaian syariah cabang Cinere"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

SYARIAH CABANG CINERE

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E,Sy)

Oleh: ARMA SAFITRI NIM. 207046100193

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

(PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) Oleh:

Arma Safitri NIM: 207046100193

Di Bawah Bimbingan Pembimbing

Dr.Djawahir Hejazziey, SH.,MA

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS HUKUM DAN SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 05 Agustus 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ekonomi Syariah (S.E,Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 05 Agustus 2011 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012

PANITIA SIDANG MUNAQASAH

1. Ketua : Drs. H. Ahmad Yani, MA NIP. 196404121994031004 2. Sekretaris : Moh. Syafii, SEI

3. Pembimbing : Dr. Djawahir Hejazziey,. SH., MA NIP. 195510151979031002

4. Penguji I : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 4 Juli 2011

(5)

i

KATA PENGANTAR











Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Shalawat dan salam tak luput tercurah untuk Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman.

Sebagai insan yang tak lepas dari ketidaksempurnaan, penulis menyadari skripsi yang berjudul PENGARUH PENJUALAN PRODUK LOGAM MULIA

TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PADA PEGADAIAN

SYARIAH CABANG CINERE ini masih banyak kekurangan, dikarenakan keterbatasan ilmu serta pengalaman yang penulis miliki.

Dengan penuh kesadaran penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara mori maupun materil. Seperti juga perjalanan studi yang penulis lalui dalam kesendirian. Dibalik keberhasilan selelu ada lingkaran lain yang memberikan semangat, motivasi bimbingan serta do’a. untuk itu penulis sangat berterimakasih atas

(6)

ii

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag., Ketua Program Studi Muamalat, Bapak Mu’min Rauf, M.A., selaku Sekretaris Program Studi Muamalat, dan Bapak Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag., Koordinator Teknis Program Non Reguler.

3. Bapak Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA., pembimbing yang telah sabar membimbing, memberikan arahan, dan meluangkan waktunya kepada penulis sehingga skripsi ini selesai.

4. Pimpinan dan seluruh staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, terima kasih atas penyediaan fasilitas kepustakaan sehingga membantu penulis untuk melakukan studi kepustakaan.

5. Ibu Tri Windawati, manager operasional Pegadaian Syariah Cabang Cinere, Kak Irfan, Bapak Agus, dan Bapak Sandy beserta karyawan dan Staf yang telah membantu dalam memberikan data dan informasi yang sangat berguna bagi penulis.

6. Teristimewa Orang tua penulis (Ayah H. Mahmun dan Ibu Hj. Syamsiyah) yang selalu mendoakan secara tulus, memberikan semangat kasih sayang dan dukungannya baik moril maupun materil, semoga Ayah dan Ibu selalu diberikan kesehatan, kebahagiaan dan umur yang panjang sehingga anan diberi kesempatan untuk menunjukkan besarnya cinta ananda pada kalian.

(7)

iii

Adiyatul Adha, Lidya Aprianti, terimakasih atas motivasi dan dukungan semuanya.

8. Teman-teman penulis Anita, Uci, Nisa, Rani, Bili, Ian, Aul, Ical, Kodrat, Dwi, Nahla, dan teman-teman jurusan Perbankan Syariah angkatan 2007 Non Reguler khususnya kelas A yang selalu memberikan saran, mensuport, dan membantu penulis hingga penulisan ini rampung. dan teman-teman kosan Al-Markaz ita, kak nit, teh neni, kak rahmi, darti, kak toton dan yang lainnya terimakasih atas motivasi dan dukungan semuanya dan kita saling mengenal dan menjalin persahabatan bahkan persaudaraan.

9. Kak Fida dan kak fi’I yang telah banyak membantu dalam memberi informasi dan motivasi dalam penulisan ini.

10. Buat temen-temen KKN WDS 2010 ita, anita, nisa, uci, makenun, kadut, bili, aul dan yang lainnya semoga kita diberi ilmu yang bermanfaat dan selalu menjalin tali silaturahmi.

11. Seorang yang selama ini selalu menjadi curahan hati penuis, sahabat yang selalu mengerti keadaan penulis, teman yang telah menghibur hati penulis dikala gundah Kallon L Nerazzuri Kurnia Safitri. Termakasih atas semua curahan kasih sayang yang telah kamu berikan untuk ku selama ini.

(8)

iv

Mengakhiri kata pengantar ini, atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat memanjatkan doa kepada Allah semoga kebaikan yang telah diberikan dapat bernilai ibadah dan dibalas oleh Allah SWT.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna di kemudian hari dan memberikan manfaat bagi semua pihak serta rekan-rekan yang membacanya, semoga yang telah penulis lakukan mendapat Ridha Allah SWT. Amin.

Jakarta, 03 Juli 2011

(9)

v DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 5

D. Kerangka Teori 6

E. Review Studi terdahulu 7

F. Variabel Penelitian 9

G. Hipotesa 10 H. Metode Penelitian 10

I. Sistematika Penulisan 17

BAB II LANDASAN TEORI

A. Logam Mulia 19

B. Murabahah 23

C. Pendapatan 26

(10)

vi

BAB III PROFIL PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE

A. Sejarah Singkat 45

B. Tujuan Berdirinya 48

C. Visi dan Misi 49

D. Produk-Produk 49

E. Mekanisme dan Operasional 52

F. Struktur Organisasi 54

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Perkembangan Penjualan Produk Logam Mulia 57 B. Perkembangan Pendapatan Pegadaian Syriah 58 C. Pengaruh Penjualan Logam Mulia Terhadap

Pendapatan Pegadaian Syariah 59

D. Perbandingan Pendapatan Pegadaian Syariah Sebelum

dan Sesudah Menjualkan Produk Logam Mulia 72

E. Analisis Kendala-Kendala yang Mempengaruhi Penjualan Produk Logam Mulia Terhadap Peningkatan Pendapatan

Pegadaian Syariah Cabang Cinere 74

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 75

B. Saran 77

DAFTAR PUSTAKA 79

(11)

vii

[image:11.612.113.537.55.617.2]

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Tabel Perbedaan dan Persamaan Pegadaian Syariah

dan Pegadaian Konvensional 35

4.2 Data Perkembangan Penjualan Logam Mulia Tahun 2008 s/d 2010 57

4.3 Data Perkembangan Pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere

Tahun 2008 s/d 2010 58

4.4 Data Total Pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere

Tahun 2008 s/d 2010 59

4.5 Variabel Entered / Removed 61

4.6 Model Summary 62

4.7 Anova 63

4.8 Uji T Statistik 64

4.9 Uji F Statistik 65

4.10 Coefficients 67

4.11 Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi 70 4.12 Manual Perhitungan Durbin-Watson 71 4.13 Data Perbandingan Pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere

(12)

viii

[image:12.612.112.542.55.453.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Variabel Penelitian 9

3.2 Skema Pegadaian Syariah 53

4.3 Asumsi Normalitas 68

(13)

1 A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan sistem yang mencakup seluruh aspek kehidupan termasuk masalah pembangunan ekonomi, Islam merumuskan suatu sistem ekonomi yang sama sekali berbeda dengan sistem – sistem ekonomi lainnya. Hal ini karena ekonomi Islam memiliki dasar dari syariah yang menjadi sumber dan panduan bagi setiap muslim dalam melaksanakan aktivitasnya. Salah satu upaya merealisasikan nilai-nilai ekonomi Islam dalam aktivitas nyata masyarakat dengan mendirikan lembaga-lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan Islam.1

Perkembangan ekonomi Islam saat ini di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan. Berdasarkan data statistik perbankan syariah Bank Indonesia bulan September 2010, secara kuantitas, pencapaian perbankan syariah terus mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Semenjak berdirinya Bank Muamalat Indonesia tahun 1992 sampai 2005 hanya ada tiga Bank Umum Syariah (BUS), 19 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 92 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan total jumlah kantor baru mencapai 550 unit, dalam rentang lima tahun (2005- 2010), pertumbuhan perbankan syariah lebih dari dua kali lipat

1

(14)

jumlah BUS saat ini telah mencapai 10 unit dengan 23 UUS dan jumlah BPRS telah mencapai 146 unit dan total jumlah kantor syariah sebanyak 1,640 unit.2

Sistem ekonomi Islam mulai disepakati oleh pemerintah ditandai dengan berdirinya usaha-usaha yang berbasis syariah seperti bank syariah, pasar modal syariah, serta aktivitas ekonomi syariah lainnya yang berkembang akhir ini. Diantaranya adalah pegadaian syariah.3 Keberadaan Pegadaian Syariah sangat dibutuhkan oleh masyarakat kelompok ekonomi lemah, yang sangat rasional untuk memanfaatkan jasa Pegadaian Syariah apabila memberikan kemudahan dalam barang jaminan, cepat, dan mudah sehingga mereka merasa tertolong sehingga keberadaan Pegadaian Syariah sebagai rahmatan lil ’alamin akan terasakan.

Perkembangan dunia usaha pada saat ini menunjukkan adanya gejala persaingan yang semakin meningkatkan kearah penguasaan pasar secara luas. Perusahaan besar maupun kecil, saling berpacu untuk merebut tempat pemasaran dengan bermacam cara usaha supaya perusahan dapat menjual produk sebanyak-banyaknya pada konsumen yang membutuhkan.4

Pesatnya perkembangan lembaga keuangan syariah memberi angin segar bagi maraknya kegiatan ilmiah berbasis ekonomi Islam yang dilakukan, terutama

2 Ali Rama, “Ekonomi Syariah dan Outlook 2011”, artikel diakses pada 13 Mei 2011 dari

http://ekonomiislami.wordpress.com/ ekonomi-syariah-dan-outlook-2011/

3

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,

(Yogyakarta, Ekonisia, 2003), h.158

4

(15)

dikalangan akademisi perguruan tinggi umum maupun Islam. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya apresiasi umat Islam terhadap upaya penegakan dalam bidang ekonomi dan atau upaya artikulasi nila-nilai islam dalam ruangan. Bahkan saat ini, beberapa perguruan tinggi telah menjadikan ekonomi islam sebagai objek kajian baik dalam bentuk program studi maupun konsentrasi.5

Kepala Devisi Syariah Perum Pegadaian, Wasis Djuhar mengatakan pertumbuhan Pegadaian Syariah Desember 2002 berjumlah 9 kantor cabang, Maret 2003 berjumlah 11 kantor cabang, September 2004 berjumlah 17 cabang, maka sampai Desember 2005 saja LKS Pegadaian Syariah telah berjumlah 23 cabang dan bisa mencapai 46 persen per tahun.6

Sedangkan menurut Irianto Manajer Operasional Pegadaian Syariah, hingga akhir Oktober 2010 Pegadaian Syarian mempunyai 500 outlet dan jumlah tersebut akan terus bertambah di setiap tahunnya, mengingat kontribusi pertumbuhan omzet yang dihasilkan Pegadaian Syariah mencapai 63 persen. Kontribusi pendapatan omset Pegadaian Syariah hingga Oktober 2010 menembus angka Rp3,5 triliun, atau meningkat sebesar 63% persen dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama sebesar Rp2,1 triliun, peningkatan omset tersebut dikarenakan semakin meningkatnya jumlah nasabah serta bertambahnya outlet-outlet Pegadaian. Omset Pegadaian Syariah kini mencapai Rp3,5 tiriliun, hingga akhir tahun 2010 ditargetkan mencapai Rp4,7 Selain itu, jumlah nasabah Pegadaian Syarian juga mengalami peningkatan yang signifikan, sampai dengan

5

Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, (Jakarta: UIN Press, 2009).h.20

6

(16)

Oktober 2010, tercatat sebanyak 1.036.258 nasabah, atau meningkat sebesar 60 persen dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama sebanyak 649.554 nasabah.

Produk-produk pegadaian syariah bermacam-macam disediakan untuk masyarakat misalnya Ar Rahn, Mulia, Pembiayaan Ar Rum, Krista dan lain sebagainya. Produk-produk berbasis syariah memiliki karakteristik seperti, tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan. Dengan begitu banyak produk yang ditawarkan pegadaian syariah maka produktivitas perlu ditingkatkan karena merupakan faktor terpenting dalam suatu usaha yang dijalankan agar tetap dapat tumbuh dan berkembang, serta menentukan daya saing diera pasar bebas yang akan datang. Potensi untuk berkembang lebih maju di masa mendatang masih sangat besar. Namun masih ada banyak kendala dan tantangan dalam operasional pegadaian syariah di Indonesia.

(17)

Untuk itu penulis menilai bahwa penting untuk mengadakan penelitian dan membahas masalah tersebut dengan judul:

“PENGARUH PENJUALAN PRODUK LOGAM MULIA TERHADAP

PENINGKATAN PENDAPATAN PEGADAIAN SYARIAH CABANG

CINERE”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas dan agar pembahasan ini lebih terarah dan tidak melebar, penulis membatasinya hanya pada analisis pengaruh produk logam mulia yang diterapkan oleh Pegadaian Syariah Cabang Cinere. Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh penjualan produk logam mulia dalam meningkatkan pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere?

2. Kendala apa saja yang mempengaruhi penjualan produk logam mulia terhadap pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:

(18)

b. Untuk mengetahui keuntungan dan manfaat produk logam mulia pada Pegadaian Syariah.

2. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat yang diharapkan penelitian adalah sebagai berikut: a. Bagi penulis mendapat pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas

mengenai produk logam mulia di Pegadaian Syariah Cabang Cinere b. Bagi akademisi untuk menambah literatur pada penjualan produk logam

mulia supaya lebih dikembangkan sebaik mungkin.

c. Bagi Pegadaian Syariah Cabang Cinere yang bersangkutan dapat mengetahui pengaruh penjualan produk logam mulia terhadap peningkatan pendapatan pegadaian.

D. Kerangka Teori

Pendapatan merupakan unsur penting bagi kesinambungan perusahaan yang bermotivasi untuk mengharapkan laba dalam operasi kegiatannya, karena besar kecilnya laba pendapatan beban yang terjadi dalam perusahaan. Pendapatan harus diakui pada saat yang tepat agar posisi keuangan mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

(19)

atau materi lainnya yang dapat dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi.

Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu. Dalam akuntansi pendapatan dan beban dijelaskan bahwa pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal bank selama satu periode yang mengakibatkan kenaikan ekuitas dan tidak secara langsung berasal dari kontribusi penanaman modal7.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1999:233) dalam buku Standart Akuntansi Keuangan menyebutkan bahwa pendapatan adalah: “Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode, bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal

dari kontribusi penanaman modal”.

E. Review Studi Terdahulu

Berdasarkan yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan, penulis perlu melengkapi atau menyempurnakan penelitian ini degan melakukan studi review karena disana ada sumber yang dapat dijadikan tambahan untuk penyelesian penelitian penulis ini. Beberapa refrensi yang telah ada dan berkaitan dengan judul skripsi yang diangkat adalah:

7

(20)

1. Pengaruh Produk Gadai Emas Syariah Pada Bank BNI Syraiah Pusat Terhadap Peningkatan Pendapatan Bank, ditulis oleh Herfina, jurusan perbankan syariah, tahun 2010. hasil penelitiannya dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa kontribusi yang diberikan oleh produk gadai emas syariah (variable X) terhadap peningkatan pendapatan bank BNI syariah (variable Y) adalah sebesar 0,023%. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan bank BNI syariah dipengaruhi oleh ar rahn sebesar 0,023% sedangkan sisanya 99,97% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini. Produk gadai emas syariah ini masih relative kecil kontribusinya terhadap total pendapatan bank.

2. Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Peningkatan Pendapatan

Nasabah BMT Berkah Madani, ditulis oleh Andi Abdullah As’ad, Jurusan

Perbankan Syariah tahun 2009. Hasil penelitian yang dilakukan didapat hasil t sebesar 6,88 terletak didaerah H0 ditolak. Maka keputusan ditolak Ho

mengandung arti bahwa ada pengaruh positif antara pengaruh sebelum diberikan pembiayaan murabahah dan setelah diberikan pembiayaan, tak jauh berbeda dengan hasil uji dua sample berpasangan wilxocon, dari hasil uji tersebut di dapat Z sebesar -3.353 dengan tariff nyata 5 % maka nilai z tersebut terletak didaerah Ho ditolak berarti terdapat pengaruh antara

pembiayaan sesudah diberikan ≠ sebelum diberikan pinjaman murabahah.

(21)

3. Pengaruh Pendapatan Mudharabah Terhadap Total Pendapatan Operasional Bank ditulis oleh Dedi pujihadi, jurusan perbankan syariah tahun 2010, hasil penelitiannya hasil perhitungan analisis regrsi pendapatan mudharabah terhadap pendapatan bank BNI syariah diperoleh nilai R Aquare= 0,657% atau menunjukkan angka 65,7% artinya kontribusi pendapatan mudharabah terhadap pendapatan bank BNI syariah adalah 65,7% sedangkan sisanya 34,3% dipengaruhi oleh factor lain diluar model. Berdasarkan pengujian hipotesis koefisien regresi didapat nilai t hitung = 4,288 lebih besar dari t table 4,203 maka Ho ditolak. Kerana Ho ditolak, berarti perubahan X mempengaruhi

perubahan Y artinya kalau pendapatan muharabah bertambah maka

pendapatan UUS bank BNI ikut bertambah. Dengan demikian persamaan Ŷ=

a + bX boleh untuk meramalkan Y sebab perubahan X mempengaruhi Y.

[image:21.612.109.527.43.650.2]

F. Variabel Penelitian

Gambar 1.1 Variabel Penelitian

X Y

PENJUALAN PRODUK LOGAM MULIA

PENDAPATAN PEGADAIAN

(22)

X= Penjualan Produk Logam Mulia Y= Pendapatan Pegadaian

G. Hipotesa

Hipotesa dipenelitian ini adalah sebagai berikut:

X(Penjualan Produk Logam Mulia Y (Terhadap Pendapatan Pegadaian)

Ho: r=0, tidak terdapat hubungan positif dan kuat antara produk logam mulia dengan pegadaian syariah.

H1: r # 0, Terdapat hubungan positif dan kuat antara veriabel penjualan produk logam mulia dengan pendapatan pegadaian syariah

H. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah:

a. Penelitian Pustaka (Library research), dalam hal ini penulis menelaah data tertulis yang berhubungan dengan topic permasalahan penelitian baik dalam bentuk buku, artikel makalah, majalah dan lain- lain untuk menemukan kajian teoritis.

(23)

2. Pendekatan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, jenis penelitan yang digunakan dalam penelitian ini penulis akan menggunakan jenis penelitian kuantitatif yaitu data dinyatakan dalam bentuk angka karena dalam penelitian ini akan menganalisis laporan keuangan tahun 2008-2010 yang menjadi sample penelitian ini dan peneliti menggunakan data kuantitatif yang bersifat diskrit yakni data yang berbentuk angka yang diperoleh dari hasil menghitung. Data-data yang telah diperoleh akan diinterprestasikan dalam bentuk pemaparan dan analisa sehingga dapat memberikan kesimpulan pada penelitian ini

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pegadaian Syariah Cabang Cinere yang beralokasi di JL. Karang Tengah No.25 D Lebak Bulus Jakarta Selatan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan untuk memperoleh data sesuai dengan tujuan penelitian adalah:

a. Observasi yaitu penulis langsung mendatangi kantor Pegadaian Syariah cabang Cinere untuk memperoleh data tentang hal-hal yang menjadi onjek penelitian.

(24)

langsung tentang data internal perusahaan dengan pimpinan Pegadaian Syariah Cabang Cinere dan staf lainnya.

c. Data sekunder (dokumentasi) penulis ambil dari dokumnetasi perusahaan khususnya pada pegadaian, buku-buku, majalah, internet.

5. Teknis Analisis Data

Analisis kuantitatif statistik yaitu metode analisis regresi dengan menggunakan data-data yang sudah ada.

Alasan menggunakan regresi linear sederhana adalah untuk mendapatkan tingkat akurasi dan dapat mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen (penjualan produk logam mulia) terhadap variabel dependen (pendapatan pegadaian syariah).

a. Regresi Linear Sederhana

Metode regresi linear sederhana adalah suatu metode analisisis yang dipergunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dengan persamaan umum Regresi Linear Sederhana sebagai berikut :

Keterangan :

X = Variabel independen yaitu penjualan produk logam mulia Y = Variabel dependen yaitu pendapatan pegadaian syariah a = Konstanta yaitu nilai Y bila X = 0

(25)

b. Koefisien Determinasi

Analisis untuk mengetahui seberapa besar sumbangan atau kontribusi variabel independen (penjualan produk logam mulia) terhadap variabel dependen (pendapatan pegadaian syariah). Besar koefisien determinasi (R2) didapat dari menguadratkan koefisien korelasi (r). Koefisien Determinasi dapat dilambangkan dengan (R2). Dengan rumus :

Keterangan :

R2 = Koefisien Determinasi r = Koefisien Korelasi

Sedangkan koefisien korelasi dapat dihitung dengan rumus :8

c. Uji Hipotesis 1) Uji t

Pengujian t statistik adalah pengujian terhadap masing-masing variabel independen. Uji t (coefficient) akan dapat menunjukkan pengaruh masing-masing variabel independen (secara parsial) terhadap variabel dependen.

8

J.Supranto, Statistik: Teori dan Aplikasi, Jilid II, Ed.4 (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 201.

R2 = r2 x 100%

n . ∑X.Y - ∑X.∑Y

√(n.∑X2(∑X)2. (n. ∑Y2(∑Y)2

(26)

Hipotesisnya yang digunakan :

a) Bila Ho : bi ≤ 0 = Variabel Independen berpengaruh negatif terhadap variabel dependen.

b) Bila Ho : bi > 0 = Variabel Independen berpengaruh positif terhadap variabel dependen.

Jika t tabel > t hitung maka Ho diterima, berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Jika t tabel < t hitung, maka Ho ditolak, berarti variabel independent secara individual berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Dalam pengolahan uji t statistik bertujuan melihat seberapa besar pengaruh masing-masing variabel independen (penjualan produk logam mulia) terhadap variabel dependen (pendapatan pegadaian syariah).

2) Uji F

(27)

Hipotesis yang digunakan adalah :

a) Ho : b1 = b2 = 0, berarti variabel independen secara keseluruhan

tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

b) Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0, berarti variabel independen secara keseluruhan

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Jika F-tabel > F-hitung berarti Ho diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Jika F-tabel < F-hitung berarti Ho ditolak atau variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel independen.

Bila nilai signifikansi annova < 0.05 maka model ini layak atau

fit. Apabila hipotesis nol ditolak berarti secara bersama-sama variabel independen (penjualan produk logam mulia) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (pendapatan pegadaian syariah).

d. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas

(28)

Untuk mengetahui apakah data normal atau tidak maka dapat dideteksi dengan melihat normality probability plot. Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Tetapi jika data (titik) menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.9

2) Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, hal tersebut dinamakan heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas.

Untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas pada suatu model regresi, maka dapat dilihat pada scatterplot model tersebut. Dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Titik-titik (data) menyebar di atas dan di sekitar angka 0 b) Titik-titik (data) tidak mengumpul hanya dibawah saja

c) Penyebaran titik-titik (data) tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali

9

(29)

d) Penyebaran titik-titik (data) sebaiknya tidak berpola. 3) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apaka dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Angka D-W diantara -2 sampai +2, maka tidak ada autokorelasi b) Angka D-W di bawah -2 maka terjadi autokorelasi positif c) Angka D-W di atas +2 maka terjadi autokorelasi negatif

I. Sistematika Penulis

Adapun sistematika penulisan ini oleh penulis akan dibaagi menjadi lima bab pembahasan, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumpusan Masalah, Tujuan dan Manfaaat Penelitian, Kerangka Teori Review Studi Terdahulu, Variabel Penelitian, Hipotesa, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II LANDASAN TEORI

(30)

Kelebihan dan Keuntungan MULIA, Murabahah, Pengertian Pendapatan, Sumber-Sumber Pendapatan dan pencatatan, Gadai (Rahn).

BAB III PROFIL PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE

Dalam bab ini meliputu yaitu: Sejarah Berdirinya, Visi Misi, Tujuan, Produk-produk, Struktur Organisasi.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini meliputi yaitu: Analisis Perkembangan Penjualan Produk Logam Mulia, Analisis Perkembangan Pendapatan Operasional Pegadaian Syariah Cabang Cinere, Pengaruh Penjualan Produk Logam Mulia Terhadap Pendapatan Pegadaian Syariah, Perbandingan Pendapatan Pegadaian Syariah Sebelum dan Sesudah Menjualkan/ Memasarkan Produk Logam Mulia.

BAB V PENUTUP

(31)

19 A. Logam Mulia

1. Pengertian Logam Mulia

Menurut Mulyo, Logam adalah unsur yang mempunyai sifat fisik umum seperti berwujud padat, bertitik leleh tinggi, lentur (tidak mudah patah), mudah dibentuk (dapat di tempa dan ditarik), penghantar panas dan listrik yang baik, dan dapat di buat paduan antar sesama logam1. Sedangkan menurut Budiono Logam adalah jenis barang tambang yang keras seperti emas, perak, tembaga dan sebagainya.2 Mulia adalah bermutu tinggi atau berharga, misal emas, perak dan sebagainya3.

Dalam ilmu kimia, logam mulia adalah logam yang tahan terhadap korosi maupun oksidasi4.

William Tanuwidjaja mendefinisikan logam mulia aneka tambang adalah unit usaha PT. Aneka Tambang Tbk yang bergerak di bidang jual-beli emas5.

1

Mulyo, Kamus Kimia, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), h.257

2

Budiono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Agung, 2005),h. 320

3 Departemen Pendidikan Nasional, “

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Edisi III, h.761”

4

Logam Mulia” artikel diakses pada tanggal 10 maret 2011 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Logam_mulia.

5

(32)

2. Mulia (Murabahah Logam Mulia Untuk Investasi Abadi) a. Pengertian MULIA

Mulia (Murabahah Logam Mulia untuk investasi abadi) memfasilitasi penjualan Logam Mulia oleh Pegadaian kepada masyarakat secara tunai dan atau secara angsuran dengan proses cepat dalam jangka waktu yang fleksibel.6 Produk MULIA adalah hasil kerja sama Perum Pegadaian Syariah dengan PT ANTAM Tbk dan PT. Aneka Tambang Tbk.

Produk MULIA di Pegadaian Syariah adalah investasi pada emas yang transaksi pembayarannya bisa secara tunai dan angsuran. Investasi emas batangan ini memberi kemudahan kepada masyarakat yang tertarik untuk berinvestasi emas batangan untuk memperoleh portofolio asset masyarakat tetapi memiliki dana terbatas.

b. Akad Produk MULIA

Akad MULIA menggunakan Akad Murabahah dan Rahn7. Akad Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi adalah persetujuan atau kesepakatan yang dibuat bersama antara Pegadaian dengan nasabah atas sejumlah pembelian Logam Mulia diseertai keuntungan dan biaya-niaya yang disepakati8.

6

Perum Pegadaian, Pedoman Operasional Gadai Syariah , h. 25

7

Brosur MULIA (Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi)

8

(33)

Melalui akad Murabahah, pegadaian syariah menetapkan keuntungan dan menarik uang muka berdasarkan kesepakatan bersama kedua belah pihak. Sedangkan melalui rahn, objek jual beli (logam mulia) dijadikan jaminan (marhun) sampai nasabah (pemesan) melunasi semua pembayarannya, apabila pembelian dilakukan secara angsuran/ dicicil. c. Kelebihan dan Keuntungan Investasi Logam Mulia

Keuntungan berinvestasi melalui Logam Mulia adalah sebagai berikut9:

1) Mewujudkan niat mulia guna:

a) Menabung logam mulia untuk menunaikan Ibadah Haji b) Mempersiapkan biaya pendidikan anak di masa mendatang. c) Memiliki tempat tinggal (rumah) dan kendaraan.

2) Alternatif investasi yang aman untuk menjaga portofolio aset

3) Merupakan asset yang sangat likuid dalam memenuhi kebutuhan dana yang mendesak, memenuhi kebutuhan modal kerja untuk pengembangan usaha, atau menyehatkan cashflow keuangan bisnis 4) Tersedianya pilihan logam mulia dengan berat 5 gram, 10 gram, 25

gram, 50 gram, 100 gram, 250 gram dan 1 kilogram.

(34)

Keuntungan berinvestasi emas untuk konteks Indonesia diuraikan oleh Wiiliam Tanuwidjaj adalah sebagai berikut10:

1) Investasi yang stabil dan terus meningkatnya nilainya 2) Mengamankan nilai kekayaan dari gerogotan inflasi 3) Perlindungan nilai asset dari gejolak nilai tukar rupiah

4) Sarana praktis dan efektif untuk menabung dengan tujuan tertentu, misalnya naik haji dan biaya pendidikan anak

5) Sebagai cadangan untuk keperluan darurat 6) Emas gampang dijual dan mudah digadaikan 7) Bisa dimiliki dengan jumlah danat terbatas 8) Memberikan prestise bagi pemiliknya.

Didunia ini tidak ada sesuatu yang tanpa cacat. Dibalik segala kelebihan, pasti ada kekeurangan. Berikut ini kerugian dari menyimpan emas, dibandingkan dengan jenis-jenis investasi yang lain yaitu sebagai berikut:

1) Tidak memberikan devuden atau penghasilan rutin

2) Ketika perekonomian stabil, kenaikan harga emas cenderung lambat 3) Tidak fleksibel dan tidak praktis

4) Sebagai perhiasan, terbebani ongkos pembuatan dan biaya susut 5) Memerlukan “Handling” biaya penyimpanan dan perawatan khusus

10

(35)

B. Murabahah

1. Pengertian

Ascarya mendefinisikan murabahah istilah dalam Fikih Islam yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan11.

Menurut Heri Sudarsono, Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah12.

Muhammad Syafi’I Antonio mendefinisikan bahwa Murabahah

adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati13.

Jadi dari pengertian-pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa murabahah adalah salah satu bentuk jual beli ketika penjual secara eksplisit menyatakan biaya perolehan barang yang akan dijual dan menjual kepada orang lain dengan menambahkan keuntungan yang diinginkan dan keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

11

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), h.81

12

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: EKONISIA, 2004), Cet II. h. 57

13Muhammad Syafi’I Antonio,

(36)

2. Landasan Hukum a. Al- Qur’an14















































































2

275

Artinya: ” Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syariah lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba). Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum dating larangan): dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba). Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal

didalamnya.” (QS. Al-Baqarah/2: 275)

b. Hadis

Hadis riwayat Aisyah r.a:

Bahwasanya ketika Rasulullah ingin hijrah, Abu Bakar ra membeli dua

ekor unta, kemudian Rasulullah SAW berkata “ serahkan salah satunya

untukmu tanpa sesuatu apapun”kemudian rasulullah mengatakan, kalau

14

(37)

tanpa harga jual (tsaman), maka tidak jadi saya beli ” (HR. Bukhari dan

Ahmad).15

Dari hadis diatas dapat penulis simpulkan bahwasanya sejak zaman Rasulullah telah ada praktek jual beli Murabahah.

3. Rukun dan Syarat Murabahah

a. Rukun Murabahah yaitu sebagai berikut:16

1) Pelaku akad, yaitu ba’I (penjual) adalah pihak yang memiliki barang untuk dijual, dan musytari (pembeli) adalah pihak yang memerlukan dan akan membeli barang.

2) Objek akad, yaitu mabi’ (barang dagangan) dan tsaman (harga) 3) Sighah, yaitu: Ijab dan Qabul

b. Beberapa Syarat Murabahah antara lain sebagai berikut:17 1) Penjual member tahu biaya modal kepada nasabah.

2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. 3) Kontrak harus bebas dari riba.

4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang yang dijual.

5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

15

Ah. Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat, h. 119

16

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, h. 82

17Muhammad Syafi’I Antonio,

(38)

Secara prinsip, jika syarat dalam (a), (d) atau (e) tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan yaitu:

a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya.

b. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang. yang dijual.

c. Membatalkan kontrak.

C. Pendapatan

1. Pengertian Pendapatan

Menurut Christopher Pass dan Bryan Lowes pendapatan adalah uang yang diterima seseorang dan perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa, bunga, laba dan sebagainya, bersama – sama dengan uang tunjangan penggangguran, uang pension dan lain sebagainnya.18

Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta

18

(39)

kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi.19

Standar Akuntansi Keuangan NO.23 mendefinisikan Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. 20

Menurut IAI dalam standar akuntansi keuangan (1999:23) Pendapatan adalah:

”Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal

perusahaan selama satu periode. Bila arus masuk itu mengakibatkan kenaokan ekuitas, yang berasal dari kontribusi penanaman modal”

BM Marbun mendefinisikan pendapatan adalah uang yang diterima oleh perorangan, perusahaan dan organisasi lain dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga, komisi, ongkos dan laba.21

2. Sumber-Sumber Pendapatan dan sistem pencatatan

Pada umumnya pendapatan yang timbul dari kegiatan utama perusahaan yang terjadi secara berulang-ulang dalam periode akuntansi. Secara garis besar bahwa sumber pendapatan suatu perusahaan berasal dari:

19

Rustam, Pendapatan Menurut Standar Akuntansi Keuangan No.23, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sumatra Utara. h.5. http://www.pendapatan.com diakses pada tanggal 8 Februari 2011

20 Ibid

21

(40)

a. Pendapatan Operasional (Operasional Revenue)

Pendapatan yang berasal dari kegiatan normal atau kegiatan utama perusahaan.

b. Pendapatan dari Luar Operasional (Non Operasional Revenue)

Pendapatan yang berasal dari transaksi diluar kegiatan utama perusahaan.

c. Pendapata Luar Biasa (Extadinary Revenue)

Pendapatan yang memenuhi kedua criteria yang bersifat tidak normal dan tidak sering terjadi (transaksi yang bersangkutan tidak diharapkan akan terulang lagi dimasa yang akan datang).

Salah satu ciri suatu bank dikatakan baik adalah ketika bank tersebut mampu mengelola dana dari nasabahnya dengan baik, dengan cara menyalurkan dana tersebut (dalam bentuk kredit) kepada pihak tertentu dalam waktu tertentu. Untuk itu pihak bank berusaha biaya operasional bank tersebut biaya tenaga kerja dan biaya operasional lainnya. Penyaluran dana yang diberikan oleh pihak bank kepada para nasabahnya adalah kegiatan usaha yang mendominasi pengalokasian dana bank. Oleh karena itu sumber utama bank berasal dari kegiatan penyaluran kredit (pembiayaan mudharabah) dalam bentuk bagi hasil, karena sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan usaha itu.

(41)

bank masih tetap bisa mendapatkan keuntungan dari pembiayaan yang diberikan kepada nasabahnya tersebut.

Sedangkan Sumber pendapatan Bank Syariah terdiri dari:

a. Pembiayaan investasi (mudharabah dan musyarakah) berupa bagi hasil usaha.

b. Keuntungan atas kontrak jual beli dalam pengadaaan barang (murabahah,

ba’I bitsman ajil dan ijarah) berupa mark up dan sewa

c. Pemberian pembiayaan berupa administrasi dan penggunaan fasilitas berupa fee atau upah yang disediakan.

Pendapatan- pendapatan tersebut setelah dikurangi biaya-biaya operasional, harus dibagi bank dengan penyandang dana yaitu nasabah investasi, para penabung, dan para pemegang saham sesuai dengan nisbah bagi hasil yang diperjanjikan. Berdasarkan kesepakatan mengenai nisbah bagi hasil antara bank dengan para nasabah, bank akan mengalokasikan penghasilannya dengan tahap-tahap sebagai berikut:22

a. Tahap pertama, bank menetapkan jumlah relatif masing-masing dana simpanan yang berhak atas bagi hasil usaha bank menurut tipenya, dengan cara membagi setiap tipe dana- dana dengan seluruh jumlah dana-dana yang ada pada bank dikalikan 100%.

22

(42)

b. Tahap kedua, bank menempatkan jumlah pendapatan bagi hasil untuk masing-masing tipe dengan cara mengalikan persentase (jumlah relatif) dari masing-masing dana simpanan dengan jumlah pendapatan bank c. Tahap ketiga, bank menempatkan porsi bagi hasil untuk masing-masing

tipe dana simpanan sesuai dengan nisbah yang diperjanjikan.

d. Tahap keempat, bank harus menghitung jumlah relatif biaya operasional terhadap volume dana, kemudian mendistribusikan beban tersebut sesuai dengan porsi dana dari masing-masing tipe simpanan.

e. Tahap kelima, bank mendistribusikan bagi hasil untuk setiap pemegang rekening menurut tipe simpanannya, sebanding dengan simpanannya.

Terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit (pembiayaan

mudharabah) tersebut disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, sifat usaha bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unti defisit. Kedua, melihat posisinya dalam bidang pelaksanaan kebijaksanaan moneter, perbankan merupakan sektor usaha yang kegiatannya diatur oleh pemerintah sehinga bank-bank di beberapa negara kegiatannya dibatasi. Ketiga, sumber dana utama bank berasal dari dana masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit (pembiayaan).

Sistem Pencatatan dan Pelaporan (Akuntansi Keuangan)

(43)

a. Accural basis adalah sistem penentuan biaya dan pendapatan yang mengakui seluruh pendapatan dan biaya pada tahun buku tertentu meskipun relasinya baru terjadi dalam buku selanjutnya

b. Cash basis adalah pencatatan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan saat penerimaan atau pengeluaran tunai tanpa memperhatikan tanggal transaksinya.23

D. Gadai (Ar-Rahn) 1. Pengertian

Menurut Heri Sudarsono dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1150 gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau orang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana yang harus didahulukan.24

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gadai adalah:

Meminjam uang dalam batas waktu tertentu dengan menyerahkan barang sebagai tanggungan, jika telah sampai pada waktunya tidak ditebus, barang itu

23

Priyonggo Suseno dan heri Sudarsono, Istilah-Istilah Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Lainnya, (Yogyakarta: UII Press, 2004), h. 13.

24

(44)

menjadi hak yang memberi pinjaman. 2. Barang yang diserahkan sebagai tanggungan utang. 3. Kredit jangka pendek dengan jaminan yang berlaku 3 bulan dan setiap kali dapat diperpanjang apabila tidak dihentikan oleh salah satu pihak yang bersangkutan.25

Menurut Muhammad Syafi’i Antonio Gadai dalam fiqh disebut

Ar-Rahn, yaitu menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimannya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai.26

Ualama Malikiyah mendefinisikan rahn (gadai) dengan harta yang dijadikan pemiliknya sebagai jaminan utang yang bersifat mengikat. Ulama hanafiyah mendefinisikan rahn yaitu menjadikan suatu (barang) sebagai jaminan terhadap hak (piutang) itu, baik seluruhnya maupun sebagian.

Sedangkan menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mendefinisikan Ar-rahn

dengan menjadikan materi (barang) sebagai jaminan utang, yang dapat dijadikan pembayar utang apabila orang yang berutang tidak bisa membayar utangnya itu.

25

Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1919), Cet. Ke 1, h.325

26Muhammad Syafi’I Antonio,

(45)

Definisi ini mengandung pengertian bahwa barang yang boleh dijadikan jaminan (agunan) utang itu hanya yang bersifat materi, tidak termasuk manfaat sebagaimana yang dikemukakan oleh Malikiyah. Barang jaminan itu boleh dijual apabila dalam waktu yang disepakati kedua belah pihak, utang tidak dilunasi. Oleh sebab itu, hak pemberi piutang hanya terkait denga barang jaminan, apabila orang yang berutang tidak mampu membayar utangnya.27

Jadi, kesimpulannya rahn adalah menahan barang jaminan milik si peminjam (rahin), baik yang bersifat materi atau manfaat tertentu, sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang diterima tersebut memilikimnilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan (murtahin) memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau senagian hutangnya dari barang gadai tersebut apabila pihak yang menggadaikan tidak dapat membayar hutang tepat waktunya.

2. Landasan Hukum Rahn

Pada dasarnya, gadai adalah salah satu yang diperbolehkan dalam Islam. Adapun dalil-dalil yang menjadi landasan diperbolehkannya gadai adalah:28

27

AH. Azharudin Latif, Fiqh Muamalat (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 154.

28Muhammad Syafi’I Antonio,

(46)

a. Al-Qur’an





























...

2

283

Artinya: ” Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang

berpiutang)…..” (Qs. Al-Baqarah/2 :283)

Berdasarkan ayat diatas, gadai disyariatkan apabila seseorang itu berada dalam keadaan musafir dan perlu berhutang, tapi harus ada barang jaminan untuk dipegang oleh pemberi utang. Jika pemberi hhutang dipercaya kepada penerima hutang, dengan tidak ada barang jaminan, saksi dan juru tulis, maka penerima hutang harus amanah untuk melunasi hutang tersebut.

b. Al-Hadits

Artinya: Anas r.a berkata,” Rasulullah mengadaikan baju besinya kepada seseorang Yahudi di Madinah dan mengambil darinya gandum untuk keluarga beliau”.(HR. Bukhari, Ibnu Majah, dan An Nasa’i)

Dari Abu Hurairah r.a Bersabda “Apabila ada ternak digadaikan, punggungnya boleh dinaiki (oleh orang yang menerima gadai) karena ia

(47)

air susunya yang deras boleh diminum (oleh orang yang menerima gadai)

karena ia telah mengeluarkan biaya(menjaganya). Kepada orang yang

naik dan minum , ia harus mengeluarakan biaya (perawatannya).” (HR. Jamaah, kecuali Muslim dan An-Nasai, Bukhari no 2329, kiab Ar-Rahn).29

c. Ijma Uama

Jumhur Ulama menyepakati kebolehan status hukum gadai. Hal dimaksud, berdasarkan kisah Nabi Muhammad saw, yang mengadaikan baju besinya untuk mendapatkan makanan dari seorang Yahudi. Para Ulama juga mengambil indikasi dari contoh Nabi Muhammad saw tersebut, ketika beliau beralih dari yang biasanya bertransaksi kepada para sahabat yang kaya kepada seorang Yahudi, bahwa hal ini tidak lebih sebagai sikap Nabi Muhammad saw, yang tidak mau memberatkan para sahabat yang biasanya enggan mengambil ganti ataupun harga yang diberikan oleh Nabi Muhammad saw kepada mereka30.

Berkaitan dengan pembolehan perjanjian gadai, jumhur ulama

berpendapat boleh dan mereka tidak pernah berselisih berpendapat mengenai hal ini31.semuanya sependapat, bahwa perjanjian gadai hukumnya mubah (boleh). Namun ada yang berpegang kepada zahir ayat,

29

Amad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h.186

30

Zainuddin Ali. Hukum Gadai Syariah. (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h.8

31

(48)

yaitu gadai hanya diperbolehkan dalam keadaan berpergian saja, seperti paham yang dianut oleh Mazhab Zahiri, Mujtahid dan Al-Dhahak. Sedangkan jumhur (kebanyakan ulama) membolehkan gadai, baik dalam keadaan berpergian maupun tidak, seperti yang pernah dilakukan oelh Rasulullah SAW di Madinah, seperti telah disebutkan dalam hadits diatas.32 Jadi secara umum rahn boleh dilakukan, karena kepergian tersebut pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW.

3. Rukun dan Syarat Gadai Syariah33

Setiap akad harus memenuhi syarat sah dan rukun yang telah ditetapkan oleh para ulama fiqh. Walaupun terdapat perbedaan mengenai hal ini, namun secara umum dalam menjalankan pegadaian syariah, pegadaian harus memenuhi rukun gadai syariah sebagai berikut:

a. Rukun Gadai

1) Ar-Rahin (yang Mengadaikan)

Orang yang telah dewasa, berakal, bisa dipercaya, dab memiliki barang yang akan digadaikan.

2) Al-Murtahin (yang Menerima Gadai)

Orang, Bank, atau lembaga yang dipercaya oleh rahin untuk mendapatkan modal dengan jaminan barang (gadai).

32

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), Ed 1, cet ke -2, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h.255.

33

(49)

3) Al-Marhun/rahn (barang yang digadaikan)

Barang yang digunakan rahin untuk dijadikan jaminan dalam mendapatkan utang.

4) Al-Marhun Bih (Utang)

Sejumlah dana yang diberikan murtahin kepada rahin atas dasar besarnya tafsiran marhun.

5) Sighat, Ijab dan Qabul

Kesepakatan antara rahin dan murtahin dalam melakukantransaksi gadai.

b. Syarat gadai syariah sebagai berikut:

1) Rahin dan Murtahin

Pihak-pihak yang melakukan perjanjian rahn yakni rahin murtahin harus mengikuti syarat-syarat berikut kemampuan, yaitu berakal sehat. Kemampuan juga berarti kelayakan seseorang untuk melakukan transaksi pemilikan.

2) Sighat

a) Sighat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan juga dengan suatu waktu dimasa depan.

(50)

3) Marhunbih (utang)

a) Harus merupakan hak yang wajib diberikan/ diserahkan kepada pemiliknya.

b) Memungkinkan pemanfaatan. Bila suatu menjadi utang tidak harus dimanfaatkan, maka tidak sah.

c) Harus kuantifikasi atau dapat dihitung jumlahnya. Bila tidak dapat diukur atau tidak dikualifikasi rahn itu tidak sah.

4) Marhun (Barang)

Secara umum barang gadai harus memenuhi beberapa syarat, antara lain:

a) Harus diperjualbelikan.

b) Harus berupa harta yang bernilai.

c) Marhun harus bisa dimanfaatkan secara syariah.

d) Harus diketahui keadaan fisiknya, maka piutang yang diterima secara langsung.

e) Harus dimiliki oleh rahin (peminjaman atau pegadaian) setidaknya harus seizin pemiliknya.

4. Akad Perjanjian Transaksi Gadai34

Transaksi gadai terdapat 4 akad untuk mempermudah mekanisme perjanjiannya yaitu sebagai berikut:

34

(51)

1. Qard Al-Hasan

Akad ini digunakan nasabah untuk tujuan konsumtif. Oleh karena itu nasabah (rahin) akan dikenakan biaya perawatan dan penjagaan barang gadaian (marhun) kepada pegadaian (murtahin)

Ketentuannya:

1) Barang gadai hanya dapat dimanfaatkan dengan jalan menjual, seperti emas, elektronik, dan lain-lain.

2) Karena bersifat social, maka tidak ada pembagian hasil. Pegadaian hanya diperkenakan untuk mengenakan biaya administrasi rahin. 2. Mudharabah

Akad ini diberikan kepada nasabah yang ingin memperbesar modal usahanya atau untuk pembiayaan lain yang bersifat produktif.

Ketentuannya:

1) Barang gadai dapat berupa barang bergerak maupun barang tidak bergerak seperti: emas, elektronik, kendaraan bermotor, rumah, tanah, bangunan dan lain sebagainya.

2) Keuntungan dibagi setelah dikurangi dengan biaya pengelolaan

marhun.

3. Ba’I Muqayyadah

(52)

kerja yang diinginkan oleh rahin. Barang gadai adalah barang yang dapat dimanfaatkan oleh rahin maupun murtahin.

4. Ijarah

Objek dari akad adalah pertukaran manfaat tertentu. Bentuknya adalah murtahin menyewakan tempat penyimpanan barang.

5. Persamaan dan Perbedaan Gadai Syariah35

Perbedaan antara gadai syariah dengan gadai konvensional dapat dibuat dalam sebuah tabel berikut:

[image:52.612.108.534.60.679.2]

Tabel 2.1

Perbedaan dan Persamaan Gadai Syri’ah dan Konvensional

Persamaan Perbedaan

a. Hak gadai atas peminjaman uang

b. Adanya agunan sebagai jaminan utang

c. Tidak boleh mengambil manfaat barang yang digadaikan

d. Biaya barang yang digadaikan ditanggung oleh para pemberi gadai

a. Rahn dalam hukum Islam dilakukan secara suka rela atas dasar tolong menolong tanpa mencari keuntungan sedangkan gadai menurut hukum perdata disamping berperinsip tolong menolong juga menarik keuntungan dengan cara menarik bunga atau sewa modal

b. Dalam hukum perdata hak gadai hanya berlaku pada benda yang bergerak sedangkan dalam hukum Islam, rahn

35

(53)

e. Apabila batas waktu peminjaman uang habis barang yang digadaikan boleh dijual atau dilelang

berlaku pada seluruh benda, baik harus yang bergerak maupun yang tidak bergerak c. Dalam rahn tidak ada istilah bunga

d. Gadai menurut hukum perdata dilaksanakan melalui suatu lembaga yang di Indonesia disebut Perum Pegadaian,

rahn menurut hukum Islam dapat dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga.

6. Mekanisme Pegadaian Syariah

Operasi pegadaian syariah menggambarkan hubungan di antara nasabah dan pegadaian. Adapun teknis pegadaian syariah adalah sebagai berikut:

a. Nasabah menjaminkan barang kepada pegadaian syariah untuk mendapatkan pembiayaan. Kemudian pegadaian menaksirkan barang jaminan untuk dijadikan dasar dalam memberikan pembiayaan.

b. Pegadaian syariah dan nasabah menyetujui akad gadai; akad ini mengenai berbagai hal, seperti kesepakatan biaya administrasi, tarif jasa simpanan, pelunasan dan sebagainya.

c. Pegadaian syariah menerima biaya-biaya administrasi dibayar diawal transaksi, sedangkan menurut jasa simpan disaat pelunasan utang.

(54)

7. Mekanisme Perjanjian Gadai

Mekanisme perjanjian gadai sangat ditentukan oleh banyak hal. Diantaranya adalah subjek dan objek perjanjian gadai. Subjek perjanjian gadai adalah rahin, sedangkan objeknya adalah marhun, serta murtahin adalah yang menahan barang gadai tersebut. Mekanisme paerjanjian gadai ini dapat dirumuskan apabila telah diketahui beberapa hal, diantaranya:

a. Syarat rahin dan murtahin

b. Syarat marhun dan utang c. Kedudukan marhun

d. Risiko atau kerusakan marhun pemindahan milik marhun

e. Perlakukan bunga dan riba dalam perjanjian gadai f. Pungutan hasil marhun

g. Biaya pemeliharaan marhun

h. Pembayaran utang dari marhun

i. Hak murtahin atas harga peninggalan

8. Hak dan Kewajiban Penerima dan Pemberi Gadai36 a. Hak dan Kewajiban Penerima Gadai

1) Penerima gadai berhak menjual marhun apabila rahin tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Hasil penjualan harta benda gadai (marhun) dapat dihgunakan untuk melunasi pinjaman (marhun bih) dan sisanya dikembalikan kepada rahin.

36

(55)

2) Penerima gadai berhak mendapatkan penggantia biaya yang telah dikeluarkan untuk menjaga keselamatan harta benda gadai (marhun) 3) Selama pinjaman belum dilunasi maka pihak pemegang gadai berhak

menahan harta benda gadai yang diserahkan oleh pemberi gadai (nasabah/rahin).

Berdasarkan hak penerima gadai diatas, muncul kewajiban yang harus dilaksanakannya, yaitu sebagai berikut:

1) Penerima gadai bertanggung jawab atas hilang atau merosotnya harta benda gadai bila hal itu disebabkan oleh kelalaiannya.

2) Penerima gadai tidak boleh menggunakan barang gadai untuk kepentingan pribadinya.

3) Penerima gadai berkewajiban memberitahukan kepada pemberi gadai sebelum diadakan pelelangan harta benda gadai.

b. Hak dan Kewajiban Pemberi Gadai (Rahin) Hak pemberi gadai (rahin) sebagai berikut:

1) Pemberi gadai (rahin) berhak mendapatkan pengembalian harta benda yang digadaikan sesudah ia melunasi pinjaman hutangnya.

2) Pemberi gadai berhak menuntut ganti rugi atau kerusakan dan / atau hilangnya harta benda yang digadaikan, bila hal itu disebabkan kelalaian penerima gadai.

(56)

4) Pemberi gadai berhak meminta kembali harta benda gadai bila penerima gadai diketahui menyalahgunakan harta benda gadainya.

Berdasarkan hak-hak pemberi gadai diatas maka kewajiban yang harus dipenuhinya, yaitu:

1) Pemberi gadai berkewajiban melunasi pinjaman yang telah diterimanya dalam tenggang waktu yang telah ditentukan, termasuk biaya-biaya yang ditentukan oleh penerima gadai.

2) Pemberi gadai berkeajiban merelakan penjualan harta benda gadainya, bila dalam jangka waktu yang telah ditentukan pemberi gadai tidak dapat melunasi uang pinjamannya.

(57)

45

A. Sejarah Beririnya Pegadaian Syariah Cabang Cinere

Terbentuknya gadai syariah pada perum (perusahaan umum) pegadaian merupakan proses panjang selama kurang lebih lima tahun, dari tahun 1998 sampai akhirnya terbentuk pada awal tahun 2003.

Awalnya pada tahun 1998 dengan perkembangan bank syariah yang cukup baik dan kemunculan lembaga perekonomiaan lainnya yang berdasarkan syariah. Bagian penelitian dan pengembangan perum pegadaian mengadakan penelitian tentang gadai syariah dan kemungkinan dibukannya pegadaian syariah dengan melakukan studi banding ke Malaysia dengan menjajaki sistem pegadaian yang sudah berkembangan di Malaysia1, yang selanjutnya diadakan penggodokan rencana pendirian pegadaian syariah. Hanya saja dalam proses selanjutnya, hasil studi banding yang didapatkan hanya ditumpuk dan dibiarkan, karena terhambat oleh permasalahan internal perusahaan.2

Usaha lembaga keuangaan syariah dimaksud, dimulai oleh PT Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang merupakan salah satu lembaga perbankan syariah pertama di Indonesia, beraliansi dengan Perum Pegadaian. Bentuk kerja

1

Pegadaian Syariah, Company Profile, http://www.pegadaianonline.com diakses pada tanggal 25 April 2011.

2

(58)

sama kedua pihak, yaitu Perum Pegadaian bertindak sebagai kontributor sistem gadai dan BMI sebagai pihak kontributor muatan sistem syariah dan dananya.Selain aliansi kedua pihak yang dimaksud, melahirkan Unit Layanan Gadai Syariah (kini, cabang Pegadaian Syariah). Selain aliansi kedua lembaga dimaksud, gadai syariah juga dilakukan oleh bank-bank umum lainnya yang membuka unit usaha syariah (UUS).3

Bank Muamalat Indonesia (BMI), dalam mengembangkan usahanya mencoba membuat produk gadai syariah, namun tidak memiliki sumber daya manusia (SDM) dan peralatan yang cukup memadai, kemudian Bank Muamalat Indonesia (BMI) mendapat sambutan positif dari pihak perum pegadaian yang sedang mempelajari pembentukan pegadaian syariah.4

Tidak lama dari adanya tawaran kerjasama tersebut, maka pada tahun 2002 mendapat kesempatan yang dibuat antara Perum Pegadaian dengan BMI pada tanggal 20 Desenber 2002 pendatangan kerjasama dilakukan. Perjanjian kerjasama antara Pegadaian dan BMI tentang Gadai Syariah tersebut adalah No. 446/SP 300.223/2002 dan 015/BMI/PKS/XII/2001. Kemudian pada tanggal 14 januari 2003 secara resmi dibentuk pegadaian syariah dengan nama unit layanan gadai syariah untuk operasionalnya Dewan Direksi Perum Pegadaian Unit Layanan Gadai Syariah.5

3

Zainudin Ali, Hukum Gadai Syariah, h. 16

4

Pegadaian Syariah, Company Profile, http:// www.pegadaianonline. Com diakses pada tanggal 25 April 2011

5

(59)

Mengingat adanya peluang dalam mengimplementasikan Rahn/gadai syariah, maka Perum Pegadaian bekerja sama dengan Lembaga Keuangan Syariah melaksanakan Rahn yang bagi Pegadaian dapat dipandang sebagai pengembangan produk, sedang bagi Lembaga Keuangan Syariah dapat berfungsi sebagai kepanjangan tangan dalam pengelolaan produk Rahn. Untuk mengelola kegiatan tersebut, Pegadaian telah membentuk Divisi Usaha Syariah yang semula dibawah binaan Divisi Usaha Lain.

Pembentukan gadai ini berdasarkan Fatwa DSN No. 25 dan 26 tentang gadai (Rahn) dan Rahn emas. DSN MUI/II/2002, ketentuannya seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Juga berdasarkan pada peraturan pemerintah No.103/2000 tentang perum pergadaian, bagian keempat kegiatan dan pengembangan usaha penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai serta usaha-usaha lainnya yang dapat menunjang tercapainya maksud dan tujuan perusahaan, dalam hal usaha pengembangan tersebut adalah Perbankan Syariah.

Hingga saat ini, perum pegadaian syariah telah memiliki banyak kantor wilayah seluruh Indonesia yang membawahi beberapa kantor cabang syariah. Di Jakarta khususnya, pegadaian syariah yang ada di Jakarta telah memiliki empat kantor cabang yang tersebar diseluruh wilayah jabotabek, seperti Cabang Dewi Sartika, Cabang Margon

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 1.1 Variabel Penelitian
Perbedaan dan Persamaan Gadai Syri’ah dan KonvensionaTabel 2.1 l
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari Tabel 6, diketahui bahwa pendapatan bersih petani usahatani kedelai baik sistem tugal atau sistem sebar adalah selisih total nilai produksi dengan total biaya baik biaya

Faktor-faktor yangsama-sama dimiliki oleh mereka yang berstatus kontrak ataupun tetap tersebut adalah loyalitas mereka pada perusahaan (baik itu karena keterpaksaan

Sehubungan dengan itu, pelaksanaan kurikulum di sekolah adalah cara utama untuk menerapkan nilai dalam diri setiap pelajar di mana Standard Kurikulum PAV yang memberi fokus terhadap

Oleh karena i tu penelitian i ni berfokus pada gangguan membaca kata dasar dan kata bentukan pada anak-anak disleksia usia 7-12 tahun di Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya..

8% Dalam sistem hidrolik yang ,ertugas se,agai pemindah oli dari tangki ke sistem dan se,agai pengu,ah energi mekanis menjadi energi hidrolik  adalah1.. a% Tangki hidrolik   ,%

bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 29 ayat (4) Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Prosedur Perencanaan dan Penganggaran Daerah Kabupaten

Education Management Information System Daftar Lembaga Raudhatul Athfal Kementerian Agama Sumatera

Dalam konteks ini, Bupati Lombok Timur, Ali BD dalam membuat kebijakannnya berorientasi pada keadaan sosial masyarakat daerahnya untuk mengantisipasi semakin banyaknya para