GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN KELUARGA PESERTA PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI
PANGAN DI KELURAHAN MABAR HILIR KECAMATAN MEDAN DELI
TAHUN 2014
SKRIPSI
OLEH :
TITIN HERLINA 101000408
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN KELUARGA PESERTA PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI
PANGAN DI KELURAHAN MABAR HILIR KECAMATAN MEDAN DELI
TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
TITIN HERLINA NIM: 101000408
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
Konsumsi Pangan (P2KP) yang belum memenuhi komposisi ideal yang dianjurkan ditandai dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang rendah yaitu 77, berada dibawah target yang ditetapkan pemerintah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pola konsumsi pangan keluarga peserta Program P2KP di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi adalah keluaga yang menjadi peserta program P2KP dengan jumlah sebanyak 30 keluarga dan seluruhnya dijadikan sampel (total sampling). Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik keluarga, jenis, frekuensi, dan jumlah konsumsi pangan keluarga Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan formulir karakteristik keluarga, formulir food frequency, dan formulir food recall. Data sekunder mengenai keadaan umum wilayah diperoleh dari kantor kelurahan Mabar Hilir sedangkan data tentang Program P2KP diperoleh dari Badan Ketahanan Pangan Kota Medan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa konsumsi energi berada dalam kategori sedang (50%), dan konsumsi protein berada dalam kategori kurang (43,33%). Umumnya keluarga mengkonsumsi makan dengan frekuensi 3 kali sehari. Keragaman pangan yang dikonsumsi keluarga berdasarkan kelompok pangan yang dikonsumsi berada dalam kategori tinggi (90,00%).
Perlu dilakukan pembinaan berkelanjutan untuk semua anggota kelompok P2KP tentang penerapan konsumsi pangan yang beragam serta keluarga kelompok P2KP lebih memaksimalkan penggunaan lahan pekarangan dalam memenuhi kebutuhan bahan makanan serta mengkonsumsi makanan dengan jumlah yang sesuai kebutuhan
iii
Acceleration program which do not meet the recommended ideal composition characterized by a score of Desirable Dietary Pattern were low at 77, is below the target set by the government. The purpose of this research was to know describe the family food consumption patterns of the participants Food Consumption Diversification Acceleration program, in Mabar Hilir sub district, Medan Deli district, 2014.
This research was a descriptive study by cross sectional research design. The population were families of Food Consumption Diversification Acceleration Program for 30 families and then to be total sampling.Type data was using primary data and secondary data. Primary data (characteristic family, and pattern of food consumption family) was collected by food frequency, food recall and characteristic family form. Secondary data were about the location of this study has obtained from village office of Mabar Hilir while about Food Consumption Diversification Acceleration program has obtained from Food Security Agency, Medan.
The results showed that the consumption of energy in medium category (50,00%), and consumption of protein in lower category (43,33%).The diversification of food consumption status of families are in the high category (90,00%) and medium category (10,00%).
There needs to be an construction continuity for all members of the group Food Consumption Diversification Acceleration on the application of diverse food consumption. And family groups Food Consumption Diversification Acceleration to optimize their courtyards as a source of household food and consume foods with adequate amounts.
iii
Nama : Titin Herlina
Tempat/Tanggal Lahir : Aurduri, 02 Februari 1989
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Jumlah Bersaudara : 7 (Tujuh)
Nama Ayah : Nasmar
Nama Ibu : Maidarwati
Alamat Rumah : Jl. Pasar I, Gg Pribadi 2, Medan
Alamat Orang Tua : Desa Aurduri Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi Riau
Riwayat Pendidikan
Tahun 1995 – 2001 : SD Negeri 028 Bukit Kauman
Tahun 2001 – 2004 : SMP Negeri 2 Kuantan Mudik
Tahun 2004 – 2007 : SMA Negeri 1 Kuantan Mudik
Tahun 2007 – 2010 : Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai
iv
ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi
dengan judul “Gambaran Pola Konsumsi Pangan Keluarga Peserta Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua tercinta ayahanda
Nasmar dan ibunda Maidarwati yang tiada henti memberikan do’a, kasih sayang,
serta selalu memberikan bimbingan, arahan, dukungan moril maupun materil kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih karena selalu jadi pendengar
yang paling baik, paling sabar dan paling manis.
Selanjutnya tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Gizi
Kesehatan Masyarakat FKM USU, dosen pembimbing II dan dosen penguji I
yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Fitri Ardiani, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan ketua penguji
yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan kesabaran untuk memberikan
v
5. Ibu Dra. Jumirah, Apt, M.Kes selakudosen penguji III yang telah banyak
memberikan saran dan arahan yang membangun dalam penulisan skripsi ini.
6. Ibu Umi Salmah, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik penulis.
7. Seluruh dosen dan pegawai administrasi di lingkungan FKM USU khususnya
dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU dan Bapak Marihot
Samosir S.T yang telah sabar memberi masukan serta membantu penulis dalam
segala urusan administrasi.
8. Pihak Badan Ketahanan Pangan yang telah memberikan izin serta data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini
9. Kepala Kelurahan Mabar Hilir yang telah memberikan izin serta data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
10.Pendamping dan Ketua Program P2KP Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan
Deli yang telah membantu saya dalam pengambilan data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini
Selanjutnya secara khusus penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus
kepada :
1. Uni Desmarita dan Marni Asnita, Uda Adlinas, Abang Imbang Putra dan adikku
tersayang Ayu Gusrini Putri yang selalu memberikan doa dan dukungan yang
tiada henti untuk penulis.
2. Sahabatku Faradilla, Maulida Br Batubara dan Hikmah Nurmaralita yang selalu
vi
Maka dari itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Medan, April 2015 Penulis
viii
DAFTAR LAMPIRAN………... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……… 1
1.2. Rumusan Masalah ………... 4
1.3. Tujuan Penelitian ……… 5
1.4. Manfaat Penelitian ……….. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Konsumsi Pangan ……… 6
2.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan………….. 6
2.3. Pola Pangan Harapan ……….. 9
2.4 Angka Kecukupan Gizi ………... 13
2.5. Penganekaragaman Pangan ………. 14
2.6. Program Percepatan Penganekaragaman Pangan ……… 15
2.6.1 Ruang Lingkup Kegiatan P2KP………... 16
2.6.2 Tujuan Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan ….. 20
2.6.3 Kerangka Teori ……… 22
2.6.4 Kerangka Konsep ……… 24
ix BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………. 31
4.2. Karakteristik Keluarga ……… 32
4.3 Pola Konsumsi Pangan Keluarga ……… 34
4.4 Tingkat Konsumsi Energi dan Protein ……… 38
4.5 Tingkat Keragaman Konsumsi Pangan ……….. 39
4.6 Tingkat Kecukupan Energi Keluarga berdasarkan Karakteristik Keluarga ………. 40
4.7 Tingkat Kecukupan Protein Keluarga berdasarkan Karakteristik Keluarga ……….. 42
4.8 Tingkat Keragamanan Konsumsi Pangan berdasarkan Karakteristik Keluarga………... 45
4.9 Tingkat Keragaman Konsumsi Pangan berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Keluarga………. 47
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pola konsumsi pangan keluarga ……….. 49
5.2 Tingkat Kecukupan Energi dan Protein ……….. 54
5.3 Tingkat Keragaman Pangan Keluarga ……… 55
5.4 Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Keluarga berdasarkan Karakteristik Keluarga ……… 55
5.5 Tingkat Keragamanan Pangan berdasarkan Karakteristik Keluarga ….. 56
5.6 Tingkat Keragaman Pangan berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Keluarga ………... 57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ……….. 59
6.2. Saran……… 60
x
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Keluarga Menurut Karakteristik Keluarga di Kelurahan Mabar Hilir kecamatan Medan Deli Tahun 2014 ………. 33
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Padi-padian di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan
Deli Tahun 2014 ………. 34
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Umbi-umbian di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan
Deli Tahun 2014 ………. 34
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Hewani di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli
Tahun 2014 ………. 35
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Minyak dan Lemak di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan
Medan Deli Tahun 2014 ………. 35
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Buah/ Biji-bijian di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan
Medan Deli Tahun 2014 ………. 36
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Kacang - Kacangan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan
Medan Deli Tahun 2014 ………. 36
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Gula di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli
Tahun 2014 ………. 37
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Sayur dan Buah di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan
Medan Deli Tahun 2014 ………. 37
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Lain- lain di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan
xi
Tabel 4.12 Distribusi Tingkat Kecukupan Protein di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014 ……….. 39
Tabel 4.13 Distribusi Tingkat Keragaman Pangan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014………... 39
Tabel 4.14 Tabulasi Silang Tingkat Kecukupan Energi Berdasarkan Pekerjaan
Kepala Keluarga……….. 40
Tabel 4.15 Tabulasi Silang Tingkat Kecukupan Energi Berdasarkan Jumlah
Anggota Keluarga ……….. 41
Tabel 4.16 Tabulasi Silang Tingkat Kecukupan Energi Berdasarkan
Pendidikan Kepala Keluarga ………. 42
Tabel 4.17 Tabulasi Silang Tingkat Kecukupan Energi Berdasarkan Pekerjaan
Kepala Keluarga ………. 43
Tabel 4.18 Tabulasi Silang Tingkat Kecukupan Protein Berdasarkan Jumlah
Anggota Keluarga ……….. 44
Tabel 4.19 Tabulasi Silang Tingkat Kecukupan Protein Berdasarkan
Pendidikan Kepala Keluarga ……….. 44
Tabel 4.20 Tabulasi Silang Tingkat Keragaman Pangan Berdasarkan Pekerjaan
Kepala Keluarga ………. 45
Tabel 4.21 Tabulasi Silang Tingkat Keragaman Pangan Berdasarkan Jumlah
Anggota Keluarga ……….. 46
Tabel 4.22 Tabulasi Silang Tingkat Keragaman Pangan Berdasarkan
Pendidikan Kepala Keluarga ……….. 47
Tabel 4.23 Tabulasi Silang Tingkat Keragaman Pangan Berdasarkan Tingkat
Kecukupan Energi ……….. 47
Tabel 4.24 Tabulasi Silang Tingkat Keragaman Pangan Berdasarkan Tingkat
xii
xiii
Lampiran 2 Master Data
Lampiran 3 Output Data
Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat
Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian dari Kelurahan Mabar Hilir
ii
Konsumsi Pangan (P2KP) yang belum memenuhi komposisi ideal yang dianjurkan ditandai dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang rendah yaitu 77, berada dibawah target yang ditetapkan pemerintah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pola konsumsi pangan keluarga peserta Program P2KP di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi adalah keluaga yang menjadi peserta program P2KP dengan jumlah sebanyak 30 keluarga dan seluruhnya dijadikan sampel (total sampling). Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik keluarga, jenis, frekuensi, dan jumlah konsumsi pangan keluarga Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan formulir karakteristik keluarga, formulir food frequency, dan formulir food recall. Data sekunder mengenai keadaan umum wilayah diperoleh dari kantor kelurahan Mabar Hilir sedangkan data tentang Program P2KP diperoleh dari Badan Ketahanan Pangan Kota Medan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa konsumsi energi berada dalam kategori sedang (50%), dan konsumsi protein berada dalam kategori kurang (43,33%). Umumnya keluarga mengkonsumsi makan dengan frekuensi 3 kali sehari. Keragaman pangan yang dikonsumsi keluarga berdasarkan kelompok pangan yang dikonsumsi berada dalam kategori tinggi (90,00%).
Perlu dilakukan pembinaan berkelanjutan untuk semua anggota kelompok P2KP tentang penerapan konsumsi pangan yang beragam serta keluarga kelompok P2KP lebih memaksimalkan penggunaan lahan pekarangan dalam memenuhi kebutuhan bahan makanan serta mengkonsumsi makanan dengan jumlah yang sesuai kebutuhan
iii
Acceleration program which do not meet the recommended ideal composition characterized by a score of Desirable Dietary Pattern were low at 77, is below the target set by the government. The purpose of this research was to know describe the family food consumption patterns of the participants Food Consumption Diversification Acceleration program, in Mabar Hilir sub district, Medan Deli district, 2014.
This research was a descriptive study by cross sectional research design. The population were families of Food Consumption Diversification Acceleration Program for 30 families and then to be total sampling.Type data was using primary data and secondary data. Primary data (characteristic family, and pattern of food consumption family) was collected by food frequency, food recall and characteristic family form. Secondary data were about the location of this study has obtained from village office of Mabar Hilir while about Food Consumption Diversification Acceleration program has obtained from Food Security Agency, Medan.
The results showed that the consumption of energy in medium category (50,00%), and consumption of protein in lower category (43,33%).The diversification of food consumption status of families are in the high category (90,00%) and medium category (10,00%).
There needs to be an construction continuity for all members of the group Food Consumption Diversification Acceleration on the application of diverse food consumption. And family groups Food Consumption Diversification Acceleration to optimize their courtyards as a source of household food and consume foods with adequate amounts.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP)
merupakan implementasi dari Rencana Strategis Kementerian Pertanian yaitu Empat
Sukses Pertanian, yang salah satunya ialah mengenai Peningkatan Diversifikasi
Pangan. Kegiatan P2KP merupakan salah satu kontrak kerja antara Menteri Pertanian
dengan Presiden Republik Indonesia pada tahun 2009-2014, yang bertujuan untuk
meningkatkan keanekaragaman pangan sesuai dengan karakteristik wilayah. Kontrak
kerja ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009
tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis
Sumber Daya Lokal, yang ditindaklanjuti oleh Peraturan Menteri Pertanian Nomor
43/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Peraturan tersebut kini menjadi
acuan untuk mendorong upaya penganekaragaman konsumsi pangan dengan cepat
melalui basis kearifan lokal serta kerja sama terintegerasi antara Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat. Di tingkat provinsi, kebijakan tersebut telah
ditindaklanjuti melalui surat edaran atau Peraturan Gubernur (Pergub), dan di tingkat
kabupaten/kota ditindaklanjuti dengan Surat Edaran atau Peraturan Bupati/Walikota
(Perbup/Perwalikota) (Badan Ketahanan Pangan, 2014).
Sebagai bentuk keberlanjutan program P2KP berbasis sumber daya lokal
Tahun 2010, pada tahun 2014 program P2KP diimplementasikan melalui kegiatan:
Lestari (KRPL), (2) Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L), serta (3)
Sosialisasi dan Promosi P2KP. Melalui 3 (tiga) kegiatan besar ini diharapkan dapat
meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat untuk membentuk pola
konsumsi pangan yang baik. Sesuai dengan tujuan kegiatan program P2KP untuk
memfasilitasi dan mendorong terwujudnya pola konsumsi pangan masyarakat yang
beragam, bergizi, seimbang dan aman yang diindikasikan dengan meningkatnya skor
Pola Pangan Harapan (PPH).
Berdasarkan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2011
dan triwulan I tahun 2012, selama tahun 2011-2012 terjadi penurunan kuantitas
konsumsi energi sebesar 99 kkal/kapita/hari (dari 1952 kkal/kapita/hari menjadi 1853
kkal/kapita/hari). Penurunan konsumsi energi selama tahun 2011-2012 menyebabkan
penurunan PPH sebesar 1,9 poin (dari 77,3 menjadi 75,4). Hal ini disebabkan masih
rendahnya konsumsi pangan hewani, sayur dan buah. Situasi seperti ini terjadi
karena pola konsumsi pangan masyarakat yang kurang beragam, bergizi seimbang
serta diikuti dengan semakin meningkatnya konsumsi terhadap produk impor, antara
lain gandum dan terigu. Sementara itu, konsumsi bahan pangan lainnya dinilai masih
belum memenuhi komposisi ideal yang dianjurkan, seperti pada kelompok
umbi-umbian, pangan hewani, sayuran dan aneka buah (Badan Ketahanan Pangan, 2014).
Pada tahun 2013 Program P2KP di Kota Medan dilaksanakan di 18 Kelurahan
dengan kegiatan utama yaitu “Optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep
KRPL “, dan tahun yang sama telah dilakukan evaluasi pelaksanaan program ini di
Kota Medan terhadap 6 kelompok P2KP di Kelurahan Mabar Hilir, Rengas Pulau,
menunjukkan bahwa Skor PPH kelompok P2KP di Kelurahan Mabar Hilir adalah
yang paling rendah yaitu 77. Skor PPH tersebut belum mencapai target yang
ditetapkan pemerintah yaitu 95 pada tahun 2014 dan beberapa konsumsi bahan
pangan dinilai masih belum memenuhi komposisi ideal yang dianjurkan, seperti
kelompok umbi-umbian, minyak/lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula,
sayur/buah masih berada dibawah skor ideal.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan di kelompok P2KP Kelurahan Mabar
Hilir, ditemukan bahwa pekarangan dimanfaatkan untuk menanam tanaman yang
terdiri dari umbi-umbian (singkong), sayur-sayuran (sawi, bayam, daun katuk,
kangkung, cabe), buah-buahan (pepaya, pisang) dan bumbu-bumbuan (lengkuas,
kunyit, jahe, daun serai) serta dimanfaatkan untuk memelihara ternak sebagai sumber
pangan hewani (ikan lele). Namun, jenis pangan yang ditanam serta ternak yang
dipelihara belum terlalu beragam, hal ini diindikasikan menjadi salah satu faktor
penyebab dari rendahnya skor PPH di kelompok tersebut.
Pola konsumsi pangan yang seimbang adalah konsumsi pangan yang dapat
menyediakan zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur dalam jumlah yang cukup
sesuai dengan umur, jenis kelamin dan aktifitas fisik, yang terdiri dari pangan yang
beragam. Keragaman konsumsi pangan sangat penting, hal ini karena tidak ada satu
jenis panganpun yang mengandung zat gizi secara lengkap baik jenis maupun jumlah.
Dengan mengonsumsi pangan yang beragam, maka kekurangan zat gizi dalam satu
jenis akan dilengkapi oleh zat gizi dari jenis pangan lainnya. Adanya prinsip saling
melengkapi antar berbagai pangan tersebut akan menjamin terpenuhinya mutu gizi
Keragaman konsumsi pangan mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kualitas zat-zat gizi dalam pangan. Hal ini dapat diketahui bahwa pilihan yang luas
dari kelompok pangan yang berbeda menunjukkan jaminan perlindungan terhadap
zat-zat gizi esensial.
Rendahnya skor PPH yang diakibatkan ketidakseimbangan konsumsi pangan,
dalam jangka panjang akan berdampak pada status gizi maupun kualitas sumber daya
manusia. Berbagai data menunjukkan bahwa kekurangan gizi pada anak-anak sebagai
akibat rendahnya konsumsi pangan akan berdampak terhadap pertumbuhan fisik,
mental dan intelektual. Sebagai ilustrasi kekurangan energi protein yang diakibatkan
kekurangan makanan bergizi dan infeksi berdampak pada kehilangan 5-10 IQ poin
(UNICEF, 1997). Fakta di atas mengindikasikan bahwa keanekaragaman konsumsi
pangan sebagai upaya meningkatkan status gizi harus terus dilaksanakan guna
menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas dan berdaya saing.
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui sejauh mana
perubahan pola konsumsi pangan peserta program P2KP dan pencapaiannya dalam
keanekaragaman pangan keluarga dengan melakukan penelitian tentang “Gambaran
Pola Konsumsi Pangan Keluarga Peserta Program Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014 “.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana gambaran pola konsumsi pangan keluarga peserta program
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Kelurahan Mabar Hilir
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pola konsumsi pangan keluarga peserta program
P2KP di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pola konsumsi pangan keluarga peserta program
P2KP di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014.
2. Untuk mengetahui tingkat kecukupan energi dan protein keluarga peserta
Program P2KP di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun
2014.
3. Untuk mengetahui tingkat keragaman konsumsi pangan keluarga peserta
Program P2KP di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun
2014.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan informasi untuk meningkatkan pola
konsumsi pangan keluarga peserta program P2KP di Kelurahan Mabar
Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014
2. Sebagai bahan masukan bagi Badan Ketahanan Pangan dalam
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Pangan
Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang
dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, dkk,
2010). Pola konsumsi pangan berfungsi untuk mengarahkan agar pola pemanfaatan
pangan secara nasional dapat memenuhi kaidah mutu, keanekaragaman, kandungan
gizi, keamanan dan kehalalan, di samping juga untuk efisiensi makan dalam
mencegah pemborosan. Pola konsumsi pangan juga mengarahkan agar pemanfaatan
pangan dalam tubuh (utility food) dapat optimal, dengan peningkatan atas kesadaran
pentingnya pola konsumsi yang beragam, dengan gizi seimbang mencakup energi,
protein, vitamin dan mineral serta aman (Badan Ketahanan Pangan, 2012).
Pola makan yang baik mengandung makanan pokok, lauk-pauk, buah-buahan
dan sayur-sayuran serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Pola
makan yang baik dan jenis hidangan yang beraneka ragam dapat menjamin
terpenuhinya kecukupan sumber tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi
kebutuhan gizi seseorang, sehingga status gizi seseorang akan lebih baik dan
memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit (Baliwati, dkk, 2010).
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan
Pola konsumsi pangan dibentuk oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Secara umum adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pola konsumsi pangan
1. Jumlah anggota keluarga
Jumlah anggota keluarga dapat mempengaruhi jumlah dan pembagian ragam
pangan yang dikonsumsi dalam keluarga. Semakin banyak anggota keluarga,
maka makanan untuk setiap orang akan berkurang terutama pada keluarga
dengan ekonomi lemah (Suhardjo, dkk,1986).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fransiska (2013) tentang analisis
diversifikasi konsumsi pangan beras dan pangan non beras, dijumpai bahwa
jumlah anggota rumah tangga berpengaruh nyata dan positif terhadap
konsumsi pangan rumah tangga.
Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bangun
(2013) menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata
dengan tingkat konsumsi beras dimana semakin banyak anggota keluarga
semakin banyak beras yang dikonsumsi.
2. Pendidikan
Menurut Husaini (1989) dalam penelitian Ampera dkk perilaku konsumsi
pangan seseorang atau keluarga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan atau
pengetahuan tentang pangan itu sendiri, dalam satu keluarga biasanya ibu
yang bertanggung jawab terhadap makanan keluarga. Karena pengetahuan
gizi bertujuan untuk mengubah perilaku konsumsi masyarakat kearah
konsumsi pangan yang sehat dan bergizi.
Penelitian yang dilakukan oleh Mapandin (2005) dalam tesisnya yang
berjudul hubungan faktor-faktor sosial budaya dengan konsumsi makanan
Jayawijaya didapatkan bahwa kontribusi energi makanan pokok dengan
kategori pada rumah tangga dengan ibu rumah tangga berpendidikan dasar
jauh lebih besar dibandingkan pada rumah tangga dengan ibu rumah tangga
berpendidikan lanjut.
3. Budaya
Kebudayaan juga menentukan kapan seseorang boleh atau tidak boleh
memakan suatu makanan (tabu), walaupun tidak semua tabu rasional, bahkan
banyak jenis tabu yang tidak masuk akal. Oleh karena itu kebudayaan
mempengaruhi seseorang dalam konsumsi pangan yang menyangkut
pemilihan jenis pangan, serta persiapan serta penyajiannya (Siregar, 2009)
.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mapandin (2005) ditemukan bahwa
faktor budaya juga sangat berperan dalam konsumsi makanan pokok rumah
tangga beragam. Semakin kuat faktor budaya yang dianut, semakin sedikit
jenis makanan pokok yang dikonsumsi.
4. Lingkungan
Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku
makan. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan keluarga,
sekolah, serta adanya promosi melalui media elektronik maupun cetak
(Handayani, 2012).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sebayang (2012) tentang gambaran pola
konsumsi makanan mahasiswa di Universitas Indonesia dijumpai bahwa
konsumsi makanan dan sisanya memiliki pengaruh yang lemah terhadap pola
konsumsi.
5. Peraturan/program pemerintah
Adanya dukungan baik berupa peraturan ataupun program pemerintah dapat
menyebabkan kepatuhan peserta program (Nahampun, 2009), sehingga akan
membantu masyarakat atau peserta dari program tersebut untuk memperbaiki
pola konsumsinya menjadi lebih baik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sihotang (2008) diketahui bahwa
semakin keluarga sadar gizi maka status gizi balita baik. Terlihat dari
persentase status gizi balita dimana pada keluarga yang telah melaksanakan
indikator sadar gizi, balita dengan status gizi baik adalah 100%. Sementara
keluarga yang tidak sadar gizi masih ditemukan status gizi kurang dan status
gizi buruk.
2.3 Pola Pangan Harapan
Penilaian keberhasilan upaya percepatan penganekaragaman pola konsumsi
pangan memerlukan suatu parameter. Parameter yang digunakan adalah PPH. Pola
Pangan Harapan adalah susunan beragam pangan atau kelompok pangan yang
didasarkan atas sumbangan energinya, baik secara absolut maupun relatif terhadap
total energi baik dalam hal ketersediaan maupun konsumsi pangan sehingga mampu
mencukupi kebutuhan konsumsi pangan penduduk sekaligus mempertimbangkan
keseimbangan gizi yang didukung dengan citarasa, daya cerna, daya terima
Pola Pangan Harapan mencerminkan susunan konsumsi pangan anjuran untuk
hidup sehat, aktif dan produktif. Dengan pendekatan PPH dapat dinilai mutu pangan
berdasarkan skor pangan dari sembilan bahan pangan. Ketersediaan pangan
sepanjang waktu, dalam jumlah yang cukup dan hanya terjangkau sangat menentukan
tingkat konsumsi pangan di tingkat rumah tangga. Selanjutnya pola konsumsi pangan
rumah tangga akan berpengaruh pada komposisi konsumsi pangan (Depkes RI,
2010).
Tiap negara mempunyai potensi dan sosial budaya yang berbeda-beda. Bagi
Indonesia menurut hasil Workshop on Food and Agriculture Planning for Nutritional
Adequacy di Jakarta tanggal 11-13 Oktober 1989 direkomendasikan sebagai berikut:
kelompok padi-padian sekitar 50%, makanan berpati sekitar 5%, pangan hewani
sekitar 15-20%, minyak dan lemak lebih dari 10%, kacang-kacangan sekitar 5%, gula
6-7%, buah dan sayur 5% (FAO-MOA, 1989). Menurut Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi (WKNPG) VII tahun 2004, susunan PPH nasional yang telah
disepakati terdapat pada Table 2.1 dengan target pencapaian energi sebesar 2000
Tabel 2.1. Pola Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi dan Berimbang Nasional
No Kelompok Pangan
Pola Pangan Harapan Nasional
Porsi (gram)
Konsumsi Energi
(kkal)
% AKE Bobot Skor Mutu (PPH)
1 Padi-padian 275 1,000 50,0 0,5 25,0 2 Umbi-umbian 100 120 6,0 0,5 3, 0 3 Pangan hewani 150 240 12,0 2,0 24,0 4 Minyak dan
lemak
20 200 10,0 0,5 5,0
5 Biji berminyak 10 60 3,0 0,5 1,5 6 Kacang-kacangan 35 100 5,0 2,0 10,0
7 Gula 30 100 5,0 0,5 2,5
8 Sayur dan buah 250 120 6,0 5,0 30,0
9 lain-lain 60 3,0 0,0 0,0
Jumlah 2,000 100,0 100,0
Sumber: Pusat Penganekaragaman Konsumsi Dan Keamanan Pangan, 2013
Pada konsep PPH, setiap kelompok pangan dalam bentuk energi mempunyai
pembobot yang berbeda tergantung dari peranan pangan dari masing-masing
kelompok terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia. Sebagai contoh,
pembobot pada kelompok padi-padian, umbi-umbian dan gula hanya 0,5 karena
pangan tersebut hanya sebagai sumber energi untuk pertumbuhan manusia.
Sebaliknya pangan hewani dan kacang-kacangan sebagai sumber protein yang
berfungsi sebagai pertumbuhan dan perkembangan manusia mempunyai pembobot 2
dan sayur/buah sebagai sumber vitamin dan mineral, serat, dan lain-lain mempunyai
pembobot 5. Dengan mengkalikan proporsi energi dengan masing-masing
pembobotnya, maka dalam konsep PPH akan diperoleh skor sebesar 100. Dalam arti
diversifikasi konsumsi pangan sesuai konsep PPH harus mempunyai skor 100
Penilaian untuk keberhasilan penganekaragaman (diversifikasi) konsumsi
pangan berdasarkan skor mutu PPH yang dicapai dibagi dalam 3 (tiga) kategori
sebagai berikut (Suhardjo dalam Sembiring (2002)) :
a. Segitiga perunggu
Skor mutu pangan kurang dari 78, dengan ciri-ciri antara lain :
- Energi dari padi-padian dan umbi-umbian masih tinggi diatas norma PPH
- Energi dari pangan hewani, sayur dan buah serta kacang-kacangan masih
rendah dibawah norma PPH
- Energi dari minyak dan gula relatif sudah memenuhi norma PPH
b. Segitiga Perak
Skor mutu pangan 78-87, dengan ciri-ciri antara lain :
- Energi dari padi-padian dan umbi-umbian makin menurun, namun masih
diatas norma PPH
- Energi dari pangan hewani, sayur dan buah serta kacang-kacangan masih
rendah masing- masing antara 8-12% dan 4-5%
- Energi dari minyak, kacang-kacangan dan gula relatif sudah memenuhi
norma PPH
c. Segitiga Emas
Skor mutu pangan 88 keatas dengan ciri-ciri antara lain :
- Energi dari padi-padian sedikit diatas norma PPH atau relatif sama
- Energi dari pangan hewani diatas 12% atau relatif sama dengan norma
PPH
Penelitian yang dilakukan oleh Rosida tentang pola konsumsi pangan keluarga
dan pola pangan harapan (PPH) di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga
Kabupaten Pidie ditemukan bahwa rata-rata konsumsi energi penduduk Desa
Kampong Jeumpa sebesar 2045 kalori lebih tinggi dari kecukupan energi yaitu 2000
kalori. Komposisi pangan yang dikonsumsi belum berimbang antar kelompok pangan
dan gizi, dimana konsumsi padi-padian dan pangan hewani cukup tinggi sebesar
67,2% dan 15,5% sedangkan, kelompok pangan lain sangat rendah dibanding PPH
Nasional yang telah ditetapkan. Komposisi pangan yang tidak seimbang tersebut
menyebabkan skor mutu PPH menjadi rendah yaitu 68,2. Hal ini mengindikasikan
bahwa sekalipun kecukupan energi terpenuhi tidak menjamin skor mutu PPH menjadi
lebih baik.
2.4 Angka Kecukupan Gizi
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) adalah banyaknya masing-
masing zat essensial yang harus dipenuhi dari makanan mencakup hampir semua
orang sehat untuk mencegah defisiensi zat gizi. Angka kecukupan gizi rata-rata yang
dianjurkan pada masing-masing orang per hari bervariasi tergantung pada umur, jenis
kelamin, dan keadaan fisiologis individu tersebut (Almatsier, 2005).
Tubuh manusia membutuhkan aneka ragam makanan untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi tersebut. Kekurangan atau kelebihan zat gizi tersebut akan
menyebabkan kelainan atau penyakit bagi tubuh. Oleh karena itu, perlu diterapkan
kebiasaan mengkonsumsi makanan yang seimbang sejak usia dini dengan jumlah
yang sesuai untuk mencukupi kebutuhan masing-masing individu, sehingga tercapai
2.5 Penganekaragaman Pangan
Penganekaragaman pangan adalah upaya peningkatan ketersediaan dan
konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi sumber
daya lokal (UU RI No 18 Tahun 2012 Tentang Pangan). Penganekaragaman
konsumsi pangan selama ini sering diartikan terlalu sederhana, berupa
penganekaragaman konsumsi pangan pokok, terutama pangan non beras.
Penganekaragaman konsumsi pangan seharusnya mengonsumsi aneka ragam pangan
dari berbagai kelompok pangan, baik pangan pokok, lauk pauk, sayuran maupun
buah dalam jumlah yang cukup. Tujuan utama penganekaragaman konsumsi pangan
adalah untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi dan mengurangi ketergantungan
konsumsi pangan pada salah satu jenis atau kelompok pangan (Baliwati, dkk, 2010).
Menurut Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015,
penganekaragaman pangan atau diversifikasi pangan adalah upaya peningkatan
konsumsi aneka ragam pangan dengan prinsip gizi seimbang. Pola makan yang
bermutu gizi seimbang mensyaratkan perlunya diversifikasi pangan dalam menu
sehari-hari. Pangan yang beranekaragam sangat penting karena tidak ada satu jenis
panganpun yang dapat menyediakan gizi bagi seseorang secara lengkap. Melalui
konsumsi pangan yang beranekaragam maka kekurangan zat gizi dari satu jenis
pangan akan dilengkapi oleh gizi dari pangan yang lain. Kecuali Air Susu Ibu (ASI)
untuk bayi baru lahir sampai berusia enam bulan. Hal ini disebabkan karena ASI
dapat mencukupi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal, serta
Pada sisi lain, kesadaran akan pentingnya konsumsi pangan beranekaragam
menyebabkan ketergantungan terhadap satu jenis pangan dapat dicegah sehingga
akan memantapkan ketahanan pangan rumah tangga (Khomsan, 2012). Semakin
banyak jenis pangan yang dikonsumsi, semakin kuat ketahanan pangan (Khaeron,
2012).
Penganekaragaman pangan atau diversifikasi pangan terbagi menjadi 3 (tiga)
golongan yaitu (Cahyani, 2008) :
1. Diversifikasi horizontal merupakan upaya penganekaragaman produk yang
dihasilkan (dari sisi penawaran) dan produk yang dikonsumsi (dari sisi
permintaan) pada tingkat individu, rumah tangga maupun perusahaan. Secara
prinsip diversifikasi horizontal adalah pengekaragaman antar komoditas.
2. Diversifikasi vertikal merupakan upaya pengembangan produk pangan pokok
menjadi produk baru untuk keverluan pada tingkat konsumsi. Secara prinsip
diversifikasi pangan vertikal adalah upaya pengembangan produk setelah
panen didalamnya termasuk kegiatan pengolahan hasil dan limbah pertanian.
Diversifikasi vertikal ini dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah dari
komoditas pangan agar lebih berdaya guna bagi kebutuhan manusia.
3. Diversifikasi regional merupakan diversifikasi antara wilayah dan sosial
budaya yaitu upaya penganekaragaman pangan yang dikonsumsi berdasarkan
potensi pangan lokal.
2.6 Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
Pelaksanaan kegiatan P2KP merupakan implementasi dari Rencana Strategis
tersebut adalah Peningkatan Diversifikasi Pangan, yang merupakan salah satu kontrak
kerja antara Menteri Pertanian dengan Presiden Republik Indonesia pada tahun
2009-2014. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keanekaragaman pangan sesuai dengan
karakteristik wilayah. Kontrak kerja ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan
Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, yang ditindaklanjuti oleh Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Gerakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Peraturan
tersebut kini menjadi acuan untuk mendorong upaya penganekaragaman konsumsi
pangan dengan cepat melalui basis kearifan lokal serta kerja sama terintegerasi antara
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Di tingkat provinsi, kebijakan
tersebut telah ditindaklanjuti melalui surat edaran atau Peraturan Gubernur (Pergub),
dan di tingkat kabupaten/kota ditindaklanjuti dengan surat edaran atau Peraturan
Bupati/Walikota (Perbup/Perwalikota) (Badan Ketahanan Pangan, 2014).
2.6.1 Ruang Lingkup Kegiatan P2KP
1. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui Konsep KRPL
Optimalisasi pemanfaatan pekarangan merupakan upaya pemberdayaan
wanita dalam mengoptimalkan pekarangan sebagai sumber pangan. Upaya ini
dilakukan dengan membudidayakan berbagai jenis tanaman sesuai kebutuhan
keluarga seperti aneka sayuran, buah serta budidaya ternak dan ikan sebagai
tambahan untuk ketersediaan sumber karbohidrat, vitamin, mineral dan protein bagi
keluarga di kawasan perumahan/warga yang berdekatan. Dengan demikian akan
pengembangan ini dilakukan dengan mengembangkan pertanian berkelanjutan
(sustainable agriculture), antara lain dengan membangun kebun bibit dan
mengutamakan sumber daya lokal disertai dengan pemanfaatan pengetahuan lokal
(local wisdom),sehingga kelestarian alampun tetap terjaga. Implementasi kegiatan ini
disebut Kawasan Rumah Pangan Lestari (Badan Ketahanan Pangan, 2014).
Kelompok sasaran kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan adalah
kelompok wanita yang beranggotakan minimal 30 rumah tangga yang berdomisili
berdekatan dalam satu desa sehingga membentuk kawasan. Setiap anggota wajib
memanfaatkan pekarangan dengan menanam tanaman sumber pangan (sayur, buah,
umbi) ataupun memelihara ternak dan ikan. Tujuannya adalah mencukupi
ketersediaan pangan dan gizi di tingkat rumah tangga. Hasil dari usaha pekarangan ini
diutamakan untuk dikonsumsi oleh rumah tangga bersangkutan dan apabila berlebih
dapat dibagikan/disumbangkan kepada anggota kelompok atau secara bersama-sama
dijual oleh kelompok (Badan Ketahanan Pangan, 2014).
Adapun kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh calon kelompok ini yaitu :
a. Kelompok wanita yang beranggotakan minimal 30 rumah tangga yang
berdomisili berdekatan dalam satu kawasan, sehingga dapat membentuk
kawasan pekarangan dengan konsep KRPL.
b. Bukan kelompok penerima bansos lainnya ditahun berjalan.
c. Memiliki struktur organisasi yang jelas dan diketahui kepala desa.
d. Mampu menyediakan lahan untuk kebun bibit (bukan menyewa lahan) dan
memeliharanya untuk kepentingan anggota kelompok dan masyarakat desa
e. Mampu mengelola keuangan kelompok dan melaksanakan kegiatan secara
berkesinambungan (surat pernyataan).
f. Khusus untuk daerah yang sulit memenuhi jumlah anggotanya dapat
mengambil anggota kelompok dari desa terdekat dan nama desa yang
ditetapkan sebagai penerima manfaat adalah desa dengan jumlah anggota
rumah tangga terbanyak.
Kelompok wanita pelaksana optimalisasi pemanfaatan pekarangan dengan
konsep KRPL ini diberikan dana bantuan sebesar Rp. 47.000.000,- (empat puluh
tujuh juta rupiah) yang dimanfaatkan untuk pengembangan pekarangan anggota dan
demplot, kebun bibit, pengembangan kebun sekolah, serta pengembangan menu
B2SA dari hasil pekarangan. Apabila kelompok tidak dapat memanfaatkan bantuan
sosial ini maka pemberi bantuan berhak mencabut seluruh dana tersebut secara
sepihak.
Rincian kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok ini adalah :
1. Melaksanakan sosialisasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan oleh
penyuluh pendamping kepada kelompok penerima manfaat melalui
metode Sekolah Lapangan (SL).
2. Melaksanakan pengembangan demplot pekarangan sebagai Laboratorium
Lapangan (LL) sekaligus sebagai pekarangan percontohan.
3. Mengembangkan kebun bibit kelompok yang diarahkan untuk menjadi
4. Mengembangkan pekarangan milik anggota kelompok penerima manfaat
sesuai hasil musyawarah anggota sesuai dengan potensi wilayah maupun
kebutuhan anggota.
5. Setiap desa P2KP harus membina satu sekolah untuk mengembangkan
kebun sekolah dengan tanaman sayuran, buah-buahan dan umbi-umbian.
6. Tanaman yang dibudidayakan adalah sayur, buah maupun umbi-umbian
dengan memperhatikan sistem rotasi tanaman.
7. Membudidayakan unggas atau ternak kecil.
8. Mengenalkan beberapa organism pengganggu tanaman.
9. Melakukan pertemuan kelompok secara periodik minimal satu kali
sebulan.
10.Melakukan penyuluhan tentang pangan yang beragam, bergizi seimbang
dan aman untuk hidup sehat, aktif dan produktif.
11.Demonstrasi penyiapan pangan dan penyiapan menu makanan yang
beragam, bergizi, seimbang dan aman.
2. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L).
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengembangkan pangan lokal sumber
karbohidrat selain beras dan terigu yang secara khusus dipersiapkan untuk
mendukung pelaksanaan program pangan bersubsidi bagi keluarga berpendapatan
rendah. Kegiatan ini dilaksanakan melalui kerja sama dengan perguruan tinggi dan
berbagai instansi terkait yang bertujuan untuk (Badan Ketahanan Pangan, 2014):
a. Mengembangkan beras/nasi “non beras” sumber karbohidrat yang dapat
b. Mengembalikan kesadaran masyarakat untuk kembali pada pola konsumsi
pangan pokok asalnya melalui penyediaan bahan pangan non-beras/non-terigu
dari sumber pangan lokal;
c. Perbaikan mutu konsumsi pangan masyarakat melalui penurunan konsumsi
beras dan peningkatan konsumsi pangan pokok selain beras yang diimbangi
dengan konsumsi pangan hewani serta sayur dan buah.
3. Sosialisasi dan Promosi P2KP
Kegiatan Sosialisasi dan Promosi P2KP dimaksudkan untuk
memasyarakatkan dan membudayakan pola konsumsi pangan B2SA kepada
masyarakat melalui upaya-upaya penyebarluasan informasi, penyadaran sikap dan
perilaku serta ajakan untuk memanfaatkan pangan lokal sebagai sumber gizi keluarga
demi terciptanya pola hidup yang sehat, aktif dan produktif (Badan Ketahanan
Pangan, 2014)
2.6.2 Tujuan Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
Secara umum tujuan program P2KP adalah untuk memfasilitasi dan
mendorong terwujudnya pola konsumsi pangan masyarakat yang B2SA yang
diindikasikan dengan meningkatnya skor PPH (Badan Ketahanan Pangan, 2014).
Adapun tujuan khusus program P2KP adalah untuk (Badan Ketahanan
Pangan, 2014):
a. Meningkatkan kesadaran, peran, dan partisipasi masyarakat dalam
mewujudkan pola konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang dan
Aman (B2SA) serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan
b. Meningkatkan partisipasi kelompok wanita dalam penyediaan sumber pangan
dan gizi keluarga melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan sebagai
penghasil sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral untuk konsumsi
keluarga; dan
c. Mendorong pengembangan usaha pengolahan pangan skala Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) sumber karbohidrat selain beras dan terigu
2.7 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori Lawrence Green (1980)
Sebagaimana kita ketahui bahwa pola makan adalah perilaku yang ditempuh
seseorang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan
setiap hari meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan frekuensi makanan yang
berdasarkan pada faktor-faktor sosial, budaya dimana mereka hidup. Perilaku sangat Faktor Predisposisi
(Predisposing factors) :
Jumlah anggota keluarga
Pendidikan
Faktor Pendukung (Enabling Factors) :
Lingkungan
Perilaku (Pola Konsumsi)
Faktor pendorong (Reinforcing Factors) :
Undang-Undang Peraturan pemerintah
mempengaruhi seseorang dalam bertingkah laku. Menurut Green dalam Notoadmodjo
(2005), perilaku dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor utama yaitu :
1. Faktor Predisposisi (predisposing factors), yaitu : Faktor-faktor yang dapat
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang atau
masyarakat, seperti : umur, pengetahuan, pengalaman, pendidikan, sikap,
keyakinan, jumlah anggota keluarga dan lain sebagainya.
2. Faktor Pendukung (enabling factors), yaitu : faktor yang mendukung timbulnya
perilaku seperti lingkungan fisik, dana dan sumber daya yang ada di masyarakat.
3. Faktor Pendorong (reinforcing factors), yaitu : faktor yang memperkuat atau
mendorong seseorang untuk berperilaku. Kadang-kadang sekalipun seseorang
tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Sehingga
harus didorong dengan adanya tokoh masyarakat, peraturan, undang-undang,
surat keputusan dari para pejabat pemerintahan pusat atau daerah, didalam hal ini
adalah Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan merupakan
2.8 Kerangka konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini diambil dari skema Green (1980) seperti
yang dapat dilihat dibawah ini :
Gambar 2.2 Kerangka konsep
Kerangka konsep diatas dapat dijelaskan bahwa program P2KP dengan
kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan dengan konsep kawasan rumah
pangan lestari dapat mempengaruhi pola konsumsi yang meliputi jenis, jumlah dan
frekuensi. Pola konsumsi dapat mempengaruhi tingkat kecukupan energi, tingkat
kecukupan protein dan tingkat keragaman konsumsi pangan. Pola
Konsumsi:
- - Jenis - - Jumlah - - Frekuensi
Program Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan:
- Optimalisasi pemanfaatan
pekarangan melalui konsep KRPL
- Tingkat
kecukupan energi - Tingkat
kecukupan Protein - Tingkat
25 BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain penelitian cross-sectional,
untuk mengetahui gambaran pola konsumsi pangan keluarga peserta program P2KP
di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014.
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli,
karena di kelurahan tersebut terdapat satu kelompok P2KP yang skor PPH nya berada
dibawah skor ideal (Badan Ketahanan Pangan, 2013).
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Nopember 2014 s/d Desember 2014
yang dimulai dari pelaksanaan penelitian.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga peserta Program P2KP di
Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli dengan jumlah 30 keluarga. Sehingga
populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 keluarga.
3.3.2 Sampel
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti untuk
mengetahui pola konsumsi peserta program P2KP yang meliputi karakteristik
keluarga, jenis, jumlah dan frekuensi makanan. Karakteristik keluarga terdiri dari
umur, jenis kelamin, besar keluarga, pendidikan orang tua, dan pekerjaan. Data untuk
mengetahui jenis, jumlah dan frekuensi makanan dengan menggunakan formulir food
frequency dan food recall 24 jam.
3.4.2 Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data gambaran umum wilayah dan
masyarakat Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli dan data tentang program
P2KP di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli.
3.5 Defenisi Operasional
1. Pola konsumsi pangan adalah kebiasaan makan yang dilakukan oleh keluarga
peserta program P2KP yang meliputi jenis, jumlah dan frekuensi makan.
2. Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan adalah suatu program
pemerintah untuk meningkatkan ketersediaan dan konsumsi pangan yang
beragam, bergizi seimbang dan aman yang berbasis sumber daya lokal.
3. Keluarga peserta program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
adalah semua anggota dalam rumah tangga peserta program P2KP di Kelurahan
4. Tingkat kecukupan energi dan protein adalah kuantitas energi dan protein yang
dikonsumsi dibandingkan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG)
yang dinyatakan dalam persen.
5. Tingkat keragaman konsumsi pangan adalah jumlah dari kelompok pangan yang
dikonsumsi oleh keluarga.
3.6 Instrumen penelitian
Instrumen penelitian berupa formulir food frequency dan food recall 24 jam.
3.7 Aspek Pengukuran
Pola konsumsi pangan peserta program P2KP diukur dengan menggunakan
metode food frequency dan metode food recall 24 jam.
1. Jenis Makanan
Jenis makanan diukur dengan menggunakan food frequency yang
diklasifikasikan menjadi sembilan kelompok pangan yaitu padi-padian,
umbi-umbian, pangan hewani, minyak/lemak, buah/ biji berminyak, kacang-kacangan,
gula, sayur/buah, lain-lain (bumbu-bumbuan) (Baliwati, dkk. 2010).
2. Frekuensi Makanan
frekuensi makanan diukur dengan formulir food frequency.
Data frekuensi makan diolah menjadi lima kelompok yaitu:
a. Tidak pernah
b. 1-2x/5 hari,
c. 3-5x/5 hari,
d. 6-10x/5 hari, dan
3. Jumlah Zat Gizi
Jumlah zat gizi diperoleh dari hasil food recall 24 jam yang dilakukan dua kali.
Kemudian bahan makanan dikonversikan menjadi zat gizi dan dihitung zat gizi
yang dikonsumsi, hasilnya dibandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang
Dianjurkan (DKGA).
Rata-rata angka kecukupan zat gizi pangan keluarga dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
AKGK = ����
�
Keterangan :
AKGK : Angka Kecukupan Gizi keluarga
AKGI : Angka kecukupan Gizi Individu
n : Jumlah anggota keluarga
Tingkat kecukupan energi dan protein dapat dihitung dengan :
TK = Rata−rata konsumsi gizi keluarga
AKGK x 100%
Keterangan :
TK : Tingkat Kecukupan
Tingkat energi dan protein dapat digolongkan atas (Supariasa, 2002) :
- Baik : ≥ 100% AKG
- Sedang : 80-99% AKG
- Kurang : 70-79% AKG
4. Keragaman Pangan
Indikator keragaman konsumsi pangan
1. Keragaman konsumsi pangan rendah : ≤ 3 kelompok pangan
2. Keragaman konsumsi pangan sedang : 4–5 kelompok pangan
3. Keragaman konsumsi pangan tinggi : ≥ 6 kelompok pangan
Untuk rumah tangga keragaman konsumsi pangan dihitung berdasarkan
catatan kelompok makanan yang dikonsumsi selama jangka waktu tertentu (24 jam)
dengan 12 kelompok makanan, sehingga skor antara 0–12. Berikut ini adalah
kelompok makanan bagi rumah tangga :
1. Sereal
2. Umbi-umbian
3. Sayur-sayuran
4. Buah-buahan
5. Daging, unggas, jeroan
6. Telur
7. Ikan dan hasil (makanan) laut
8. Kacang-kacangan dan biji-bijian
9. Susu dan produk yang terbuat dari susu
10. Minyak dan lemak
11. Gula dan madu
3.8 Teknis Analisis Data 3.8.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dan dengan komputer
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing
Data yang dikumpulkan kemudian diperiksa. Bila terdapat kesalahan dalam
pengumpulan data, data diperbaiki dengan cara memeriksa jawaban yang kurang
sehingga tidak ada lagi kekeliruan yang dapat mengganggu pada proses
pengolahan data.
2. Koding
Pemberian kode yang dimaksudkan untuk mempermudah pada saat analisis data
dan juga mempercepat pada saat entri data.
3. Entri data
Yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel. Entri dapat
dilakukan dengan menggunakan fasilitas komputer.
3.8.2 Analisis Data
Data yang dikumpulkan, kemudian dianalisis untuk menggambarkan
(mendiskripsikan) masing-masing variabel independen dan variabel dependen dengan
menggunakan SPSS. Hasil data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kelurahan Mabar Hilir adalah salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan
Medan Deli, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara yang memiliki luas wilayah 3,16
Ha. Jumlah penduduknya sebanyak 26.816 jiwa, yang terdiri atas laki-laki sebanyak
13.870 orang (51,72%) dan jumlah perempuan sebanyak 12.946 orang (48,28%).
Jumlah kepala keluarga di desa ini sebanyak 6009 kepala keluarga.
Kelurahan Mabar Hilir memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Labuhan
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Timur
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Mabar/ Tanjung Mulia Hilir
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
Kelompok P2KP di Kelurahan Mabar Hilir bernama Melati terletak di Jalan
Pancing IV dengan jumlah anggota sebanyak 30 orang wanita. Syarat bagi
pembentukan kelompok ini adalah :
1. Kelompok wanita yang beranggotakan minimal 30 rumah tangga yang
berdomisili berdekatan dalam satu kawasan, sehingga dapat membentuk
kawasan pekarangan dengan konsep KRPL.
2. Bukan kelompok penerima bansos lainnya ditahun berjalan.
4. Mampu menyediakan lahan untuk kebun bibit (bukan menyewa lahan) dan
memeliharanya untuk kepentingan anggota kelompok dan masyarakat desa
lainnya (surat pernyataan).
5. Mampu mengelola keuangan kelompok dan melaksanakan kegiatan secara
berkesinambungan (surat pernyataan).
6. Khusus untuk daerah yang sulit memenuhi jumlah anggotanya dapat
mengambil anggota kelompok dari desa terdekat dan nama desa yang
ditetapkan sebagai penerima manfaat adalah desa dengan jumlah anggota
rumah tangga terbanyak.
Pola makan anggota kelompok P2KP di Kelurahan Mabar Hilir untuk
kelompok pangan umbi-umbian, buah/biji berminyak, minyak/lemak, sayur/buah
masih berada di bawah skor PPH yang diharapkan dari masing-masing kelompok
pangan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pangan yang dikonsumsi untuk
jenis pangan tersebut belum mencukupi kebutuhan.
4.2 Karakteristik Keluarga
Karakteristik keluarga peserta program P2KP dalam penelitian ini meliputi
umur, pendidikan, pekerjaan dan jumlah anggota keluarga. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa jumlah kepala keluarga berdasarkan umur, yang terbesar
adalah 30–49 tahun sebanyak 20 orang (66,67%) sedangkan, jumlah kepala keluarga
berdasarkan pendidikan sebagian besar yaitu SMA sebanyak 20 orang (66,67%).
Jumlah kepala keluarga berdasarkan jenis pekerjaan sebagian besar yaitu karyawan
anggota keluarga sebagian besar yaitu ≤ 4 sebanyak 19 orang (63,33%). Secara rinci
dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Keluarga Menurut Karakteristik Keluarga di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014
No Karakteristik Keluarga N Persentase
1 Umur Kepala Keluarga
20-29 tahun 2 6,67
30-49 tahun 20 66,67
50-64 tahun 8 26,66
Jumlah 30 100,00
2 Pendidikan
SD 2 6,67
SMP 5 16,66
SMA 20 66,67
PT 3 10,00
Jumlah 30 100,00
3 Pekerjaan
Kontraktor 1 3,33
Satpam 2 6,67
Kepling 1 3,33
Karyawan Swasta 12 40,00
Guru 2 6,67
Wirausaha 1 3,33
Supir 5 16,67
Mocok 1 3,33
Tukang Becak 1 3,33
Pengacara 1 3,33
Buruh Cuci 1 3,33
Tukang Bangunan 2 6,67
Jumlah 30 100, 00
4 Jumlah Anggota Keluarga
≤ 4 (kecil) 19 63,33
5-6 ( Sedang) 11 36,67
≥ 7 (Besar) 0 0
4.3 Pola Konsumsi Pangan Keluarga
Konsumsi pangan keluarga berdasarkan jenis dan frekuensi konsumsi pangan
dapat dilihat pada tabel – tabel berikut ini :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Padi-padian di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014
No Padi-padian
Frekuensi Konsumsi Pangan Jumlah
Tidak
Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa seluruh responden (100%) mengonsumsi
nasi dengan frekuensi >10x/5 hari. Jenis padi-padian yang lain seperti jagung dan
gandum hanya dikonsumsi masing-masing 2 keluarga (6,67%) dengan frekuensi
1-2x/5 hari.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Umbi-umbian di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014
No Umbi-umbian
Frekuensi Konsumsi Pangan Jumlah
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa banyak keluarga yang mengkonsumsi
singkong dengan frekuensi 1-2x/5 hari sebanyak 19 keluarga (63,33%) dan untuk
talas hanya dikonsumsi 1 keluarga dengan frekuensi 1-2x/5 hari.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Hewani di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014
No Pangan hewani
Frekuensi Konsumsi Pangan Jumlah
Tidak
Berdasarkan Tabel 4.4 dijumpai bahwa banyak keluarga yang mengkonsumsi
telur dengan frekuensi 6-10x/5 hari sebanyak 21 keluarga (70,00%) sedangkan,
daging hanya dikonsumsi 1 keluarga (3,33%) dengan frekuensi 1-2x/5 hari.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Minyak dan Lemak di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014
No Minyak dan lemak
Frekuensi Konsumsi Pangan Jumlah
Tidak
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa semua keluarga mengkonsumsi minyak kelapa
sawit dengan frekuensi >10x/5 hari sebanyak 30 keluarga (100,00%). Namun jenis
pangan minyak/lemak yang paling rendah dikonsumsi adalah mentega sebanyak 2
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Buah/ Biji-bijian di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014
No Buah/Biji Berminyak
Frekuensi Konsumsi Pangan Jumlah
Tidak
Pada Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa keluarga yang mengkonsumsi kelapa
paling banyak dengan frekuensi 1-2x/5 hari yaitu sebanyak 17 keluarga (56,67%).
Sedangkan kemiri dikonsumsi sebanyak 13 keluarga (43,33%) dengan frekuensi
1-2x/5 hari.
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Kacang-Kacangan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014
No Kacang-kacangan
Frekuensi Konsumsi Pangan Jumlah
Tidak
Berdasarkan Tabel 4.7 ditemukan bahwa tempe dikonsumsi keluarga
sebanyak 14 keluarga (46,67%) dengan frekuensi 3-5x/5 hari dan susu kedelai
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Gula di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014
No Gula Frekuensi Konsumsi Pangan Jumlah
Tidak
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa semua keluarga mengkonsumsi gula pasir
dengan frekuensi 6-10x/5 hari. Namun yang paling jarang dikonsumsi adalah gula
merah yang dikonsumsi 1 keluarga (3,33%) dengan frekuensi 1-2x/5 hari.
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Sayur dan Buah di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014
No Sayur/ Buah
Frekuensi Konsumsi Pangan Jumlah
Tidak
untuk jenis sayur/buah yang paling rendah dikonsumsi adalah brokoli sebanyak 1
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Lain- lain di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014
No Lain/lain Frekuensi Konsumsi Pangan Jumlah
Tidak
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa keluarga yang mengkonsumsi
cabe dan bawang sebanyak 30 keluarga (100%) dengan frekuensi >10x/5 hari . Jenis
bumbu-bumbuan yang lain seperti pala dan cengkih dikonsumsi paling sedikit yaitu
masing-masing sebanyak 1 keluarga (3,33%) dengan frekuensi 1-2x/5 hari.
4.4 Tingkat Konsumsi Energi dan Protein
Tingkat konsumsi energi dan protein dilihat dari jumlah kalori yang
dikonsumsi keluarga dalam sehari. Hasilnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:
Tabel 4.11 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014
No Tingkat Kecukupan Energi N Persentase
1 Baik 8 26,67
2 Sedang 15 50,00
3 Kurang 7 23,33
Jumlah 30 100,00
Pada Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa sebagian besar keluarga memiliki