• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pola Konsumsi Pangan Keluarga Peserta Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pola Konsumsi Pangan Keluarga Peserta Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN KELUARGA PESERTA PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI

PANGAN DI KELURAHAN MABAR HILIR KECAMATAN MEDAN DELI

TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH :

TITIN HERLINA 101000408

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN KELUARGA PESERTA PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI

PANGAN DI KELURAHAN MABAR HILIR KECAMATAN MEDAN DELI

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

TITIN HERLINA NIM: 101000408

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ii

Konsumsi Pangan (P2KP) yang belum memenuhi komposisi ideal yang dianjurkan ditandai dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang rendah yaitu 77, berada dibawah target yang ditetapkan pemerintah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pola konsumsi pangan keluarga peserta Program P2KP di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi adalah keluaga yang menjadi peserta program P2KP dengan jumlah sebanyak 30 keluarga dan seluruhnya dijadikan sampel (total sampling). Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik keluarga, jenis, frekuensi, dan jumlah konsumsi pangan keluarga Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan formulir karakteristik keluarga, formulir food frequency, dan formulir food recall. Data sekunder mengenai keadaan umum wilayah diperoleh dari kantor kelurahan Mabar Hilir sedangkan data tentang Program P2KP diperoleh dari Badan Ketahanan Pangan Kota Medan.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa konsumsi energi berada dalam kategori sedang (50%), dan konsumsi protein berada dalam kategori kurang (43,33%). Umumnya keluarga mengkonsumsi makan dengan frekuensi 3 kali sehari. Keragaman pangan yang dikonsumsi keluarga berdasarkan kelompok pangan yang dikonsumsi berada dalam kategori tinggi (90,00%).

Perlu dilakukan pembinaan berkelanjutan untuk semua anggota kelompok P2KP tentang penerapan konsumsi pangan yang beragam serta keluarga kelompok P2KP lebih memaksimalkan penggunaan lahan pekarangan dalam memenuhi kebutuhan bahan makanan serta mengkonsumsi makanan dengan jumlah yang sesuai kebutuhan

(5)

iii

Acceleration program which do not meet the recommended ideal composition characterized by a score of Desirable Dietary Pattern were low at 77, is below the target set by the government. The purpose of this research was to know describe the family food consumption patterns of the participants Food Consumption Diversification Acceleration program, in Mabar Hilir sub district, Medan Deli district, 2014.

This research was a descriptive study by cross sectional research design. The population were families of Food Consumption Diversification Acceleration Program for 30 families and then to be total sampling.Type data was using primary data and secondary data. Primary data (characteristic family, and pattern of food consumption family) was collected by food frequency, food recall and characteristic family form. Secondary data were about the location of this study has obtained from village office of Mabar Hilir while about Food Consumption Diversification Acceleration program has obtained from Food Security Agency, Medan.

The results showed that the consumption of energy in medium category (50,00%), and consumption of protein in lower category (43,33%).The diversification of food consumption status of families are in the high category (90,00%) and medium category (10,00%).

There needs to be an construction continuity for all members of the group Food Consumption Diversification Acceleration on the application of diverse food consumption. And family groups Food Consumption Diversification Acceleration to optimize their courtyards as a source of household food and consume foods with adequate amounts.

(6)

iii

Nama : Titin Herlina

Tempat/Tanggal Lahir : Aurduri, 02 Februari 1989

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jumlah Bersaudara : 7 (Tujuh)

Nama Ayah : Nasmar

Nama Ibu : Maidarwati

Alamat Rumah : Jl. Pasar I, Gg Pribadi 2, Medan

Alamat Orang Tua : Desa Aurduri Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi Riau

Riwayat Pendidikan

Tahun 1995 – 2001 : SD Negeri 028 Bukit Kauman

Tahun 2001 – 2004 : SMP Negeri 2 Kuantan Mudik

Tahun 2004 – 2007 : SMA Negeri 1 Kuantan Mudik

Tahun 2007 – 2010 : Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai

(7)

iv

ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi

dengan judul “Gambaran Pola Konsumsi Pangan Keluarga Peserta Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua tercinta ayahanda

Nasmar dan ibunda Maidarwati yang tiada henti memberikan do’a, kasih sayang,

serta selalu memberikan bimbingan, arahan, dukungan moril maupun materil kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih karena selalu jadi pendengar

yang paling baik, paling sabar dan paling manis.

Selanjutnya tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Gizi

Kesehatan Masyarakat FKM USU, dosen pembimbing II dan dosen penguji I

yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan

kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Fitri Ardiani, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan ketua penguji

yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan kesabaran untuk memberikan

(8)

v

5. Ibu Dra. Jumirah, Apt, M.Kes selakudosen penguji III yang telah banyak

memberikan saran dan arahan yang membangun dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Umi Salmah, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik penulis.

7. Seluruh dosen dan pegawai administrasi di lingkungan FKM USU khususnya

dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU dan Bapak Marihot

Samosir S.T yang telah sabar memberi masukan serta membantu penulis dalam

segala urusan administrasi.

8. Pihak Badan Ketahanan Pangan yang telah memberikan izin serta data yang

dibutuhkan dalam penelitian ini

9. Kepala Kelurahan Mabar Hilir yang telah memberikan izin serta data yang

dibutuhkan dalam penelitian ini.

10.Pendamping dan Ketua Program P2KP Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan

Deli yang telah membantu saya dalam pengambilan data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini

Selanjutnya secara khusus penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus

kepada :

1. Uni Desmarita dan Marni Asnita, Uda Adlinas, Abang Imbang Putra dan adikku

tersayang Ayu Gusrini Putri yang selalu memberikan doa dan dukungan yang

tiada henti untuk penulis.

2. Sahabatku Faradilla, Maulida Br Batubara dan Hikmah Nurmaralita yang selalu

(9)

vi

Maka dari itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari

semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Medan, April 2015 Penulis

(10)

viii

DAFTAR LAMPIRAN………... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……… 1

1.2. Rumusan Masalah ………... 4

1.3. Tujuan Penelitian ……… 5

1.4. Manfaat Penelitian ……….. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Konsumsi Pangan ……… 6

2.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan………….. 6

2.3. Pola Pangan Harapan ……….. 9

2.4 Angka Kecukupan Gizi ………... 13

2.5. Penganekaragaman Pangan ………. 14

2.6. Program Percepatan Penganekaragaman Pangan ……… 15

2.6.1 Ruang Lingkup Kegiatan P2KP………... 16

2.6.2 Tujuan Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan ….. 20

2.6.3 Kerangka Teori ……… 22

2.6.4 Kerangka Konsep ……… 24

(11)

ix BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………. 31

4.2. Karakteristik Keluarga ……… 32

4.3 Pola Konsumsi Pangan Keluarga ……… 34

4.4 Tingkat Konsumsi Energi dan Protein ……… 38

4.5 Tingkat Keragaman Konsumsi Pangan ……….. 39

4.6 Tingkat Kecukupan Energi Keluarga berdasarkan Karakteristik Keluarga ………. 40

4.7 Tingkat Kecukupan Protein Keluarga berdasarkan Karakteristik Keluarga ……….. 42

4.8 Tingkat Keragamanan Konsumsi Pangan berdasarkan Karakteristik Keluarga………... 45

4.9 Tingkat Keragaman Konsumsi Pangan berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Keluarga………. 47

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pola konsumsi pangan keluarga ……….. 49

5.2 Tingkat Kecukupan Energi dan Protein ……….. 54

5.3 Tingkat Keragaman Pangan Keluarga ……… 55

5.4 Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Keluarga berdasarkan Karakteristik Keluarga ……… 55

5.5 Tingkat Keragamanan Pangan berdasarkan Karakteristik Keluarga ….. 56

5.6 Tingkat Keragaman Pangan berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Keluarga ………... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ……….. 59

6.2. Saran……… 60

(12)

x

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Keluarga Menurut Karakteristik Keluarga di Kelurahan Mabar Hilir kecamatan Medan Deli Tahun 2014 ………. 33

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Padi-padian di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan

Deli Tahun 2014 ………. 34

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Umbi-umbian di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan

Deli Tahun 2014 ………. 34

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Hewani di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli

Tahun 2014 ………. 35

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Minyak dan Lemak di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan

Medan Deli Tahun 2014 ………. 35

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Buah/ Biji-bijian di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan

Medan Deli Tahun 2014 ………. 36

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Kacang - Kacangan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan

Medan Deli Tahun 2014 ………. 36

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Gula di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli

Tahun 2014 ………. 37

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Sayur dan Buah di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan

Medan Deli Tahun 2014 ………. 37

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Lain- lain di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan

(13)

xi

Tabel 4.12 Distribusi Tingkat Kecukupan Protein di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014 ……….. 39

Tabel 4.13 Distribusi Tingkat Keragaman Pangan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014………... 39

Tabel 4.14 Tabulasi Silang Tingkat Kecukupan Energi Berdasarkan Pekerjaan

Kepala Keluarga……….. 40

Tabel 4.15 Tabulasi Silang Tingkat Kecukupan Energi Berdasarkan Jumlah

Anggota Keluarga ……….. 41

Tabel 4.16 Tabulasi Silang Tingkat Kecukupan Energi Berdasarkan

Pendidikan Kepala Keluarga ………. 42

Tabel 4.17 Tabulasi Silang Tingkat Kecukupan Energi Berdasarkan Pekerjaan

Kepala Keluarga ………. 43

Tabel 4.18 Tabulasi Silang Tingkat Kecukupan Protein Berdasarkan Jumlah

Anggota Keluarga ……….. 44

Tabel 4.19 Tabulasi Silang Tingkat Kecukupan Protein Berdasarkan

Pendidikan Kepala Keluarga ……….. 44

Tabel 4.20 Tabulasi Silang Tingkat Keragaman Pangan Berdasarkan Pekerjaan

Kepala Keluarga ………. 45

Tabel 4.21 Tabulasi Silang Tingkat Keragaman Pangan Berdasarkan Jumlah

Anggota Keluarga ……….. 46

Tabel 4.22 Tabulasi Silang Tingkat Keragaman Pangan Berdasarkan

Pendidikan Kepala Keluarga ……….. 47

Tabel 4.23 Tabulasi Silang Tingkat Keragaman Pangan Berdasarkan Tingkat

Kecukupan Energi ……….. 47

Tabel 4.24 Tabulasi Silang Tingkat Keragaman Pangan Berdasarkan Tingkat

(14)

xii

(15)

xiii

Lampiran 2 Master Data

Lampiran 3 Output Data

Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian dari Kelurahan Mabar Hilir

(16)

ii

Konsumsi Pangan (P2KP) yang belum memenuhi komposisi ideal yang dianjurkan ditandai dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang rendah yaitu 77, berada dibawah target yang ditetapkan pemerintah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pola konsumsi pangan keluarga peserta Program P2KP di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi adalah keluaga yang menjadi peserta program P2KP dengan jumlah sebanyak 30 keluarga dan seluruhnya dijadikan sampel (total sampling). Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik keluarga, jenis, frekuensi, dan jumlah konsumsi pangan keluarga Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan formulir karakteristik keluarga, formulir food frequency, dan formulir food recall. Data sekunder mengenai keadaan umum wilayah diperoleh dari kantor kelurahan Mabar Hilir sedangkan data tentang Program P2KP diperoleh dari Badan Ketahanan Pangan Kota Medan.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa konsumsi energi berada dalam kategori sedang (50%), dan konsumsi protein berada dalam kategori kurang (43,33%). Umumnya keluarga mengkonsumsi makan dengan frekuensi 3 kali sehari. Keragaman pangan yang dikonsumsi keluarga berdasarkan kelompok pangan yang dikonsumsi berada dalam kategori tinggi (90,00%).

Perlu dilakukan pembinaan berkelanjutan untuk semua anggota kelompok P2KP tentang penerapan konsumsi pangan yang beragam serta keluarga kelompok P2KP lebih memaksimalkan penggunaan lahan pekarangan dalam memenuhi kebutuhan bahan makanan serta mengkonsumsi makanan dengan jumlah yang sesuai kebutuhan

(17)

iii

Acceleration program which do not meet the recommended ideal composition characterized by a score of Desirable Dietary Pattern were low at 77, is below the target set by the government. The purpose of this research was to know describe the family food consumption patterns of the participants Food Consumption Diversification Acceleration program, in Mabar Hilir sub district, Medan Deli district, 2014.

This research was a descriptive study by cross sectional research design. The population were families of Food Consumption Diversification Acceleration Program for 30 families and then to be total sampling.Type data was using primary data and secondary data. Primary data (characteristic family, and pattern of food consumption family) was collected by food frequency, food recall and characteristic family form. Secondary data were about the location of this study has obtained from village office of Mabar Hilir while about Food Consumption Diversification Acceleration program has obtained from Food Security Agency, Medan.

The results showed that the consumption of energy in medium category (50,00%), and consumption of protein in lower category (43,33%).The diversification of food consumption status of families are in the high category (90,00%) and medium category (10,00%).

There needs to be an construction continuity for all members of the group Food Consumption Diversification Acceleration on the application of diverse food consumption. And family groups Food Consumption Diversification Acceleration to optimize their courtyards as a source of household food and consume foods with adequate amounts.

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP)

merupakan implementasi dari Rencana Strategis Kementerian Pertanian yaitu Empat

Sukses Pertanian, yang salah satunya ialah mengenai Peningkatan Diversifikasi

Pangan. Kegiatan P2KP merupakan salah satu kontrak kerja antara Menteri Pertanian

dengan Presiden Republik Indonesia pada tahun 2009-2014, yang bertujuan untuk

meningkatkan keanekaragaman pangan sesuai dengan karakteristik wilayah. Kontrak

kerja ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009

tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis

Sumber Daya Lokal, yang ditindaklanjuti oleh Peraturan Menteri Pertanian Nomor

43/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman

Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Peraturan tersebut kini menjadi

acuan untuk mendorong upaya penganekaragaman konsumsi pangan dengan cepat

melalui basis kearifan lokal serta kerja sama terintegerasi antara Pemerintah,

pemerintah daerah, dan masyarakat. Di tingkat provinsi, kebijakan tersebut telah

ditindaklanjuti melalui surat edaran atau Peraturan Gubernur (Pergub), dan di tingkat

kabupaten/kota ditindaklanjuti dengan Surat Edaran atau Peraturan Bupati/Walikota

(Perbup/Perwalikota) (Badan Ketahanan Pangan, 2014).

Sebagai bentuk keberlanjutan program P2KP berbasis sumber daya lokal

Tahun 2010, pada tahun 2014 program P2KP diimplementasikan melalui kegiatan:

(19)

Lestari (KRPL), (2) Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L), serta (3)

Sosialisasi dan Promosi P2KP. Melalui 3 (tiga) kegiatan besar ini diharapkan dapat

meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat untuk membentuk pola

konsumsi pangan yang baik. Sesuai dengan tujuan kegiatan program P2KP untuk

memfasilitasi dan mendorong terwujudnya pola konsumsi pangan masyarakat yang

beragam, bergizi, seimbang dan aman yang diindikasikan dengan meningkatnya skor

Pola Pangan Harapan (PPH).

Berdasarkan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2011

dan triwulan I tahun 2012, selama tahun 2011-2012 terjadi penurunan kuantitas

konsumsi energi sebesar 99 kkal/kapita/hari (dari 1952 kkal/kapita/hari menjadi 1853

kkal/kapita/hari). Penurunan konsumsi energi selama tahun 2011-2012 menyebabkan

penurunan PPH sebesar 1,9 poin (dari 77,3 menjadi 75,4). Hal ini disebabkan masih

rendahnya konsumsi pangan hewani, sayur dan buah. Situasi seperti ini terjadi

karena pola konsumsi pangan masyarakat yang kurang beragam, bergizi seimbang

serta diikuti dengan semakin meningkatnya konsumsi terhadap produk impor, antara

lain gandum dan terigu. Sementara itu, konsumsi bahan pangan lainnya dinilai masih

belum memenuhi komposisi ideal yang dianjurkan, seperti pada kelompok

umbi-umbian, pangan hewani, sayuran dan aneka buah (Badan Ketahanan Pangan, 2014).

Pada tahun 2013 Program P2KP di Kota Medan dilaksanakan di 18 Kelurahan

dengan kegiatan utama yaitu “Optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep

KRPL “, dan tahun yang sama telah dilakukan evaluasi pelaksanaan program ini di

Kota Medan terhadap 6 kelompok P2KP di Kelurahan Mabar Hilir, Rengas Pulau,

(20)

menunjukkan bahwa Skor PPH kelompok P2KP di Kelurahan Mabar Hilir adalah

yang paling rendah yaitu 77. Skor PPH tersebut belum mencapai target yang

ditetapkan pemerintah yaitu 95 pada tahun 2014 dan beberapa konsumsi bahan

pangan dinilai masih belum memenuhi komposisi ideal yang dianjurkan, seperti

kelompok umbi-umbian, minyak/lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula,

sayur/buah masih berada dibawah skor ideal.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan di kelompok P2KP Kelurahan Mabar

Hilir, ditemukan bahwa pekarangan dimanfaatkan untuk menanam tanaman yang

terdiri dari umbi-umbian (singkong), sayur-sayuran (sawi, bayam, daun katuk,

kangkung, cabe), buah-buahan (pepaya, pisang) dan bumbu-bumbuan (lengkuas,

kunyit, jahe, daun serai) serta dimanfaatkan untuk memelihara ternak sebagai sumber

pangan hewani (ikan lele). Namun, jenis pangan yang ditanam serta ternak yang

dipelihara belum terlalu beragam, hal ini diindikasikan menjadi salah satu faktor

penyebab dari rendahnya skor PPH di kelompok tersebut.

Pola konsumsi pangan yang seimbang adalah konsumsi pangan yang dapat

menyediakan zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur dalam jumlah yang cukup

sesuai dengan umur, jenis kelamin dan aktifitas fisik, yang terdiri dari pangan yang

beragam. Keragaman konsumsi pangan sangat penting, hal ini karena tidak ada satu

jenis panganpun yang mengandung zat gizi secara lengkap baik jenis maupun jumlah.

Dengan mengonsumsi pangan yang beragam, maka kekurangan zat gizi dalam satu

jenis akan dilengkapi oleh zat gizi dari jenis pangan lainnya. Adanya prinsip saling

melengkapi antar berbagai pangan tersebut akan menjamin terpenuhinya mutu gizi

(21)

Keragaman konsumsi pangan mempunyai pengaruh yang besar terhadap

kualitas zat-zat gizi dalam pangan. Hal ini dapat diketahui bahwa pilihan yang luas

dari kelompok pangan yang berbeda menunjukkan jaminan perlindungan terhadap

zat-zat gizi esensial.

Rendahnya skor PPH yang diakibatkan ketidakseimbangan konsumsi pangan,

dalam jangka panjang akan berdampak pada status gizi maupun kualitas sumber daya

manusia. Berbagai data menunjukkan bahwa kekurangan gizi pada anak-anak sebagai

akibat rendahnya konsumsi pangan akan berdampak terhadap pertumbuhan fisik,

mental dan intelektual. Sebagai ilustrasi kekurangan energi protein yang diakibatkan

kekurangan makanan bergizi dan infeksi berdampak pada kehilangan 5-10 IQ poin

(UNICEF, 1997). Fakta di atas mengindikasikan bahwa keanekaragaman konsumsi

pangan sebagai upaya meningkatkan status gizi harus terus dilaksanakan guna

menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas dan berdaya saing.

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui sejauh mana

perubahan pola konsumsi pangan peserta program P2KP dan pencapaiannya dalam

keanekaragaman pangan keluarga dengan melakukan penelitian tentang “Gambaran

Pola Konsumsi Pangan Keluarga Peserta Program Percepatan Penganekaragaman

Konsumsi Pangan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014 “.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah bagaimana gambaran pola konsumsi pangan keluarga peserta program

Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Kelurahan Mabar Hilir

(22)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pola konsumsi pangan keluarga peserta program

P2KP di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pola konsumsi pangan keluarga peserta program

P2KP di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014.

2. Untuk mengetahui tingkat kecukupan energi dan protein keluarga peserta

Program P2KP di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun

2014.

3. Untuk mengetahui tingkat keragaman konsumsi pangan keluarga peserta

Program P2KP di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun

2014.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan informasi untuk meningkatkan pola

konsumsi pangan keluarga peserta program P2KP di Kelurahan Mabar

Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014

2. Sebagai bahan masukan bagi Badan Ketahanan Pangan dalam

(23)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Pangan

Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang

dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, dkk,

2010). Pola konsumsi pangan berfungsi untuk mengarahkan agar pola pemanfaatan

pangan secara nasional dapat memenuhi kaidah mutu, keanekaragaman, kandungan

gizi, keamanan dan kehalalan, di samping juga untuk efisiensi makan dalam

mencegah pemborosan. Pola konsumsi pangan juga mengarahkan agar pemanfaatan

pangan dalam tubuh (utility food) dapat optimal, dengan peningkatan atas kesadaran

pentingnya pola konsumsi yang beragam, dengan gizi seimbang mencakup energi,

protein, vitamin dan mineral serta aman (Badan Ketahanan Pangan, 2012).

Pola makan yang baik mengandung makanan pokok, lauk-pauk, buah-buahan

dan sayur-sayuran serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Pola

makan yang baik dan jenis hidangan yang beraneka ragam dapat menjamin

terpenuhinya kecukupan sumber tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi

kebutuhan gizi seseorang, sehingga status gizi seseorang akan lebih baik dan

memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit (Baliwati, dkk, 2010).

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan

Pola konsumsi pangan dibentuk oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya.

Secara umum adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pola konsumsi pangan

(24)

1. Jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga dapat mempengaruhi jumlah dan pembagian ragam

pangan yang dikonsumsi dalam keluarga. Semakin banyak anggota keluarga,

maka makanan untuk setiap orang akan berkurang terutama pada keluarga

dengan ekonomi lemah (Suhardjo, dkk,1986).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fransiska (2013) tentang analisis

diversifikasi konsumsi pangan beras dan pangan non beras, dijumpai bahwa

jumlah anggota rumah tangga berpengaruh nyata dan positif terhadap

konsumsi pangan rumah tangga.

Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bangun

(2013) menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata

dengan tingkat konsumsi beras dimana semakin banyak anggota keluarga

semakin banyak beras yang dikonsumsi.

2. Pendidikan

Menurut Husaini (1989) dalam penelitian Ampera dkk perilaku konsumsi

pangan seseorang atau keluarga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan atau

pengetahuan tentang pangan itu sendiri, dalam satu keluarga biasanya ibu

yang bertanggung jawab terhadap makanan keluarga. Karena pengetahuan

gizi bertujuan untuk mengubah perilaku konsumsi masyarakat kearah

konsumsi pangan yang sehat dan bergizi.

Penelitian yang dilakukan oleh Mapandin (2005) dalam tesisnya yang

berjudul hubungan faktor-faktor sosial budaya dengan konsumsi makanan

(25)

Jayawijaya didapatkan bahwa kontribusi energi makanan pokok dengan

kategori pada rumah tangga dengan ibu rumah tangga berpendidikan dasar

jauh lebih besar dibandingkan pada rumah tangga dengan ibu rumah tangga

berpendidikan lanjut.

3. Budaya

Kebudayaan juga menentukan kapan seseorang boleh atau tidak boleh

memakan suatu makanan (tabu), walaupun tidak semua tabu rasional, bahkan

banyak jenis tabu yang tidak masuk akal. Oleh karena itu kebudayaan

mempengaruhi seseorang dalam konsumsi pangan yang menyangkut

pemilihan jenis pangan, serta persiapan serta penyajiannya (Siregar, 2009)

.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mapandin (2005) ditemukan bahwa

faktor budaya juga sangat berperan dalam konsumsi makanan pokok rumah

tangga beragam. Semakin kuat faktor budaya yang dianut, semakin sedikit

jenis makanan pokok yang dikonsumsi.

4. Lingkungan

Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku

makan. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan keluarga,

sekolah, serta adanya promosi melalui media elektronik maupun cetak

(Handayani, 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sebayang (2012) tentang gambaran pola

konsumsi makanan mahasiswa di Universitas Indonesia dijumpai bahwa

(26)

konsumsi makanan dan sisanya memiliki pengaruh yang lemah terhadap pola

konsumsi.

5. Peraturan/program pemerintah

Adanya dukungan baik berupa peraturan ataupun program pemerintah dapat

menyebabkan kepatuhan peserta program (Nahampun, 2009), sehingga akan

membantu masyarakat atau peserta dari program tersebut untuk memperbaiki

pola konsumsinya menjadi lebih baik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sihotang (2008) diketahui bahwa

semakin keluarga sadar gizi maka status gizi balita baik. Terlihat dari

persentase status gizi balita dimana pada keluarga yang telah melaksanakan

indikator sadar gizi, balita dengan status gizi baik adalah 100%. Sementara

keluarga yang tidak sadar gizi masih ditemukan status gizi kurang dan status

gizi buruk.

2.3 Pola Pangan Harapan

Penilaian keberhasilan upaya percepatan penganekaragaman pola konsumsi

pangan memerlukan suatu parameter. Parameter yang digunakan adalah PPH. Pola

Pangan Harapan adalah susunan beragam pangan atau kelompok pangan yang

didasarkan atas sumbangan energinya, baik secara absolut maupun relatif terhadap

total energi baik dalam hal ketersediaan maupun konsumsi pangan sehingga mampu

mencukupi kebutuhan konsumsi pangan penduduk sekaligus mempertimbangkan

keseimbangan gizi yang didukung dengan citarasa, daya cerna, daya terima

(27)

Pola Pangan Harapan mencerminkan susunan konsumsi pangan anjuran untuk

hidup sehat, aktif dan produktif. Dengan pendekatan PPH dapat dinilai mutu pangan

berdasarkan skor pangan dari sembilan bahan pangan. Ketersediaan pangan

sepanjang waktu, dalam jumlah yang cukup dan hanya terjangkau sangat menentukan

tingkat konsumsi pangan di tingkat rumah tangga. Selanjutnya pola konsumsi pangan

rumah tangga akan berpengaruh pada komposisi konsumsi pangan (Depkes RI,

2010).

Tiap negara mempunyai potensi dan sosial budaya yang berbeda-beda. Bagi

Indonesia menurut hasil Workshop on Food and Agriculture Planning for Nutritional

Adequacy di Jakarta tanggal 11-13 Oktober 1989 direkomendasikan sebagai berikut:

kelompok padi-padian sekitar 50%, makanan berpati sekitar 5%, pangan hewani

sekitar 15-20%, minyak dan lemak lebih dari 10%, kacang-kacangan sekitar 5%, gula

6-7%, buah dan sayur 5% (FAO-MOA, 1989). Menurut Widyakarya Nasional

Pangan dan Gizi (WKNPG) VII tahun 2004, susunan PPH nasional yang telah

disepakati terdapat pada Table 2.1 dengan target pencapaian energi sebesar 2000

(28)

Tabel 2.1. Pola Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi dan Berimbang Nasional

No Kelompok Pangan

Pola Pangan Harapan Nasional

Porsi (gram)

Konsumsi Energi

(kkal)

% AKE Bobot Skor Mutu (PPH)

1 Padi-padian 275 1,000 50,0 0,5 25,0 2 Umbi-umbian 100 120 6,0 0,5 3, 0 3 Pangan hewani 150 240 12,0 2,0 24,0 4 Minyak dan

lemak

20 200 10,0 0,5 5,0

5 Biji berminyak 10 60 3,0 0,5 1,5 6 Kacang-kacangan 35 100 5,0 2,0 10,0

7 Gula 30 100 5,0 0,5 2,5

8 Sayur dan buah 250 120 6,0 5,0 30,0

9 lain-lain 60 3,0 0,0 0,0

Jumlah 2,000 100,0 100,0

Sumber: Pusat Penganekaragaman Konsumsi Dan Keamanan Pangan, 2013

Pada konsep PPH, setiap kelompok pangan dalam bentuk energi mempunyai

pembobot yang berbeda tergantung dari peranan pangan dari masing-masing

kelompok terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia. Sebagai contoh,

pembobot pada kelompok padi-padian, umbi-umbian dan gula hanya 0,5 karena

pangan tersebut hanya sebagai sumber energi untuk pertumbuhan manusia.

Sebaliknya pangan hewani dan kacang-kacangan sebagai sumber protein yang

berfungsi sebagai pertumbuhan dan perkembangan manusia mempunyai pembobot 2

dan sayur/buah sebagai sumber vitamin dan mineral, serat, dan lain-lain mempunyai

pembobot 5. Dengan mengkalikan proporsi energi dengan masing-masing

pembobotnya, maka dalam konsep PPH akan diperoleh skor sebesar 100. Dalam arti

diversifikasi konsumsi pangan sesuai konsep PPH harus mempunyai skor 100

(29)

Penilaian untuk keberhasilan penganekaragaman (diversifikasi) konsumsi

pangan berdasarkan skor mutu PPH yang dicapai dibagi dalam 3 (tiga) kategori

sebagai berikut (Suhardjo dalam Sembiring (2002)) :

a. Segitiga perunggu

Skor mutu pangan kurang dari 78, dengan ciri-ciri antara lain :

- Energi dari padi-padian dan umbi-umbian masih tinggi diatas norma PPH

- Energi dari pangan hewani, sayur dan buah serta kacang-kacangan masih

rendah dibawah norma PPH

- Energi dari minyak dan gula relatif sudah memenuhi norma PPH

b. Segitiga Perak

Skor mutu pangan 78-87, dengan ciri-ciri antara lain :

- Energi dari padi-padian dan umbi-umbian makin menurun, namun masih

diatas norma PPH

- Energi dari pangan hewani, sayur dan buah serta kacang-kacangan masih

rendah masing- masing antara 8-12% dan 4-5%

- Energi dari minyak, kacang-kacangan dan gula relatif sudah memenuhi

norma PPH

c. Segitiga Emas

Skor mutu pangan 88 keatas dengan ciri-ciri antara lain :

- Energi dari padi-padian sedikit diatas norma PPH atau relatif sama

- Energi dari pangan hewani diatas 12% atau relatif sama dengan norma

PPH

(30)

Penelitian yang dilakukan oleh Rosida tentang pola konsumsi pangan keluarga

dan pola pangan harapan (PPH) di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga

Kabupaten Pidie ditemukan bahwa rata-rata konsumsi energi penduduk Desa

Kampong Jeumpa sebesar 2045 kalori lebih tinggi dari kecukupan energi yaitu 2000

kalori. Komposisi pangan yang dikonsumsi belum berimbang antar kelompok pangan

dan gizi, dimana konsumsi padi-padian dan pangan hewani cukup tinggi sebesar

67,2% dan 15,5% sedangkan, kelompok pangan lain sangat rendah dibanding PPH

Nasional yang telah ditetapkan. Komposisi pangan yang tidak seimbang tersebut

menyebabkan skor mutu PPH menjadi rendah yaitu 68,2. Hal ini mengindikasikan

bahwa sekalipun kecukupan energi terpenuhi tidak menjamin skor mutu PPH menjadi

lebih baik.

2.4 Angka Kecukupan Gizi

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) adalah banyaknya masing-

masing zat essensial yang harus dipenuhi dari makanan mencakup hampir semua

orang sehat untuk mencegah defisiensi zat gizi. Angka kecukupan gizi rata-rata yang

dianjurkan pada masing-masing orang per hari bervariasi tergantung pada umur, jenis

kelamin, dan keadaan fisiologis individu tersebut (Almatsier, 2005).

Tubuh manusia membutuhkan aneka ragam makanan untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi tersebut. Kekurangan atau kelebihan zat gizi tersebut akan

menyebabkan kelainan atau penyakit bagi tubuh. Oleh karena itu, perlu diterapkan

kebiasaan mengkonsumsi makanan yang seimbang sejak usia dini dengan jumlah

yang sesuai untuk mencukupi kebutuhan masing-masing individu, sehingga tercapai

(31)

2.5 Penganekaragaman Pangan

Penganekaragaman pangan adalah upaya peningkatan ketersediaan dan

konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi sumber

daya lokal (UU RI No 18 Tahun 2012 Tentang Pangan). Penganekaragaman

konsumsi pangan selama ini sering diartikan terlalu sederhana, berupa

penganekaragaman konsumsi pangan pokok, terutama pangan non beras.

Penganekaragaman konsumsi pangan seharusnya mengonsumsi aneka ragam pangan

dari berbagai kelompok pangan, baik pangan pokok, lauk pauk, sayuran maupun

buah dalam jumlah yang cukup. Tujuan utama penganekaragaman konsumsi pangan

adalah untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi dan mengurangi ketergantungan

konsumsi pangan pada salah satu jenis atau kelompok pangan (Baliwati, dkk, 2010).

Menurut Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015,

penganekaragaman pangan atau diversifikasi pangan adalah upaya peningkatan

konsumsi aneka ragam pangan dengan prinsip gizi seimbang. Pola makan yang

bermutu gizi seimbang mensyaratkan perlunya diversifikasi pangan dalam menu

sehari-hari. Pangan yang beranekaragam sangat penting karena tidak ada satu jenis

panganpun yang dapat menyediakan gizi bagi seseorang secara lengkap. Melalui

konsumsi pangan yang beranekaragam maka kekurangan zat gizi dari satu jenis

pangan akan dilengkapi oleh gizi dari pangan yang lain. Kecuali Air Susu Ibu (ASI)

untuk bayi baru lahir sampai berusia enam bulan. Hal ini disebabkan karena ASI

dapat mencukupi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal, serta

(32)

Pada sisi lain, kesadaran akan pentingnya konsumsi pangan beranekaragam

menyebabkan ketergantungan terhadap satu jenis pangan dapat dicegah sehingga

akan memantapkan ketahanan pangan rumah tangga (Khomsan, 2012). Semakin

banyak jenis pangan yang dikonsumsi, semakin kuat ketahanan pangan (Khaeron,

2012).

Penganekaragaman pangan atau diversifikasi pangan terbagi menjadi 3 (tiga)

golongan yaitu (Cahyani, 2008) :

1. Diversifikasi horizontal merupakan upaya penganekaragaman produk yang

dihasilkan (dari sisi penawaran) dan produk yang dikonsumsi (dari sisi

permintaan) pada tingkat individu, rumah tangga maupun perusahaan. Secara

prinsip diversifikasi horizontal adalah pengekaragaman antar komoditas.

2. Diversifikasi vertikal merupakan upaya pengembangan produk pangan pokok

menjadi produk baru untuk keverluan pada tingkat konsumsi. Secara prinsip

diversifikasi pangan vertikal adalah upaya pengembangan produk setelah

panen didalamnya termasuk kegiatan pengolahan hasil dan limbah pertanian.

Diversifikasi vertikal ini dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah dari

komoditas pangan agar lebih berdaya guna bagi kebutuhan manusia.

3. Diversifikasi regional merupakan diversifikasi antara wilayah dan sosial

budaya yaitu upaya penganekaragaman pangan yang dikonsumsi berdasarkan

potensi pangan lokal.

2.6 Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Pelaksanaan kegiatan P2KP merupakan implementasi dari Rencana Strategis

(33)

tersebut adalah Peningkatan Diversifikasi Pangan, yang merupakan salah satu kontrak

kerja antara Menteri Pertanian dengan Presiden Republik Indonesia pada tahun

2009-2014. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keanekaragaman pangan sesuai dengan

karakteristik wilayah. Kontrak kerja ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan

Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman

Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, yang ditindaklanjuti oleh Peraturan

Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Gerakan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Peraturan

tersebut kini menjadi acuan untuk mendorong upaya penganekaragaman konsumsi

pangan dengan cepat melalui basis kearifan lokal serta kerja sama terintegerasi antara

pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Di tingkat provinsi, kebijakan

tersebut telah ditindaklanjuti melalui surat edaran atau Peraturan Gubernur (Pergub),

dan di tingkat kabupaten/kota ditindaklanjuti dengan surat edaran atau Peraturan

Bupati/Walikota (Perbup/Perwalikota) (Badan Ketahanan Pangan, 2014).

2.6.1 Ruang Lingkup Kegiatan P2KP

1. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui Konsep KRPL

Optimalisasi pemanfaatan pekarangan merupakan upaya pemberdayaan

wanita dalam mengoptimalkan pekarangan sebagai sumber pangan. Upaya ini

dilakukan dengan membudidayakan berbagai jenis tanaman sesuai kebutuhan

keluarga seperti aneka sayuran, buah serta budidaya ternak dan ikan sebagai

tambahan untuk ketersediaan sumber karbohidrat, vitamin, mineral dan protein bagi

keluarga di kawasan perumahan/warga yang berdekatan. Dengan demikian akan

(34)

pengembangan ini dilakukan dengan mengembangkan pertanian berkelanjutan

(sustainable agriculture), antara lain dengan membangun kebun bibit dan

mengutamakan sumber daya lokal disertai dengan pemanfaatan pengetahuan lokal

(local wisdom),sehingga kelestarian alampun tetap terjaga. Implementasi kegiatan ini

disebut Kawasan Rumah Pangan Lestari (Badan Ketahanan Pangan, 2014).

Kelompok sasaran kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan adalah

kelompok wanita yang beranggotakan minimal 30 rumah tangga yang berdomisili

berdekatan dalam satu desa sehingga membentuk kawasan. Setiap anggota wajib

memanfaatkan pekarangan dengan menanam tanaman sumber pangan (sayur, buah,

umbi) ataupun memelihara ternak dan ikan. Tujuannya adalah mencukupi

ketersediaan pangan dan gizi di tingkat rumah tangga. Hasil dari usaha pekarangan ini

diutamakan untuk dikonsumsi oleh rumah tangga bersangkutan dan apabila berlebih

dapat dibagikan/disumbangkan kepada anggota kelompok atau secara bersama-sama

dijual oleh kelompok (Badan Ketahanan Pangan, 2014).

Adapun kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh calon kelompok ini yaitu :

a. Kelompok wanita yang beranggotakan minimal 30 rumah tangga yang

berdomisili berdekatan dalam satu kawasan, sehingga dapat membentuk

kawasan pekarangan dengan konsep KRPL.

b. Bukan kelompok penerima bansos lainnya ditahun berjalan.

c. Memiliki struktur organisasi yang jelas dan diketahui kepala desa.

d. Mampu menyediakan lahan untuk kebun bibit (bukan menyewa lahan) dan

memeliharanya untuk kepentingan anggota kelompok dan masyarakat desa

(35)

e. Mampu mengelola keuangan kelompok dan melaksanakan kegiatan secara

berkesinambungan (surat pernyataan).

f. Khusus untuk daerah yang sulit memenuhi jumlah anggotanya dapat

mengambil anggota kelompok dari desa terdekat dan nama desa yang

ditetapkan sebagai penerima manfaat adalah desa dengan jumlah anggota

rumah tangga terbanyak.

Kelompok wanita pelaksana optimalisasi pemanfaatan pekarangan dengan

konsep KRPL ini diberikan dana bantuan sebesar Rp. 47.000.000,- (empat puluh

tujuh juta rupiah) yang dimanfaatkan untuk pengembangan pekarangan anggota dan

demplot, kebun bibit, pengembangan kebun sekolah, serta pengembangan menu

B2SA dari hasil pekarangan. Apabila kelompok tidak dapat memanfaatkan bantuan

sosial ini maka pemberi bantuan berhak mencabut seluruh dana tersebut secara

sepihak.

Rincian kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok ini adalah :

1. Melaksanakan sosialisasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan oleh

penyuluh pendamping kepada kelompok penerima manfaat melalui

metode Sekolah Lapangan (SL).

2. Melaksanakan pengembangan demplot pekarangan sebagai Laboratorium

Lapangan (LL) sekaligus sebagai pekarangan percontohan.

3. Mengembangkan kebun bibit kelompok yang diarahkan untuk menjadi

(36)

4. Mengembangkan pekarangan milik anggota kelompok penerima manfaat

sesuai hasil musyawarah anggota sesuai dengan potensi wilayah maupun

kebutuhan anggota.

5. Setiap desa P2KP harus membina satu sekolah untuk mengembangkan

kebun sekolah dengan tanaman sayuran, buah-buahan dan umbi-umbian.

6. Tanaman yang dibudidayakan adalah sayur, buah maupun umbi-umbian

dengan memperhatikan sistem rotasi tanaman.

7. Membudidayakan unggas atau ternak kecil.

8. Mengenalkan beberapa organism pengganggu tanaman.

9. Melakukan pertemuan kelompok secara periodik minimal satu kali

sebulan.

10.Melakukan penyuluhan tentang pangan yang beragam, bergizi seimbang

dan aman untuk hidup sehat, aktif dan produktif.

11.Demonstrasi penyiapan pangan dan penyiapan menu makanan yang

beragam, bergizi, seimbang dan aman.

2. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L).

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengembangkan pangan lokal sumber

karbohidrat selain beras dan terigu yang secara khusus dipersiapkan untuk

mendukung pelaksanaan program pangan bersubsidi bagi keluarga berpendapatan

rendah. Kegiatan ini dilaksanakan melalui kerja sama dengan perguruan tinggi dan

berbagai instansi terkait yang bertujuan untuk (Badan Ketahanan Pangan, 2014):

a. Mengembangkan beras/nasi “non beras” sumber karbohidrat yang dapat

(37)

b. Mengembalikan kesadaran masyarakat untuk kembali pada pola konsumsi

pangan pokok asalnya melalui penyediaan bahan pangan non-beras/non-terigu

dari sumber pangan lokal;

c. Perbaikan mutu konsumsi pangan masyarakat melalui penurunan konsumsi

beras dan peningkatan konsumsi pangan pokok selain beras yang diimbangi

dengan konsumsi pangan hewani serta sayur dan buah.

3. Sosialisasi dan Promosi P2KP

Kegiatan Sosialisasi dan Promosi P2KP dimaksudkan untuk

memasyarakatkan dan membudayakan pola konsumsi pangan B2SA kepada

masyarakat melalui upaya-upaya penyebarluasan informasi, penyadaran sikap dan

perilaku serta ajakan untuk memanfaatkan pangan lokal sebagai sumber gizi keluarga

demi terciptanya pola hidup yang sehat, aktif dan produktif (Badan Ketahanan

Pangan, 2014)

2.6.2 Tujuan Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Secara umum tujuan program P2KP adalah untuk memfasilitasi dan

mendorong terwujudnya pola konsumsi pangan masyarakat yang B2SA yang

diindikasikan dengan meningkatnya skor PPH (Badan Ketahanan Pangan, 2014).

Adapun tujuan khusus program P2KP adalah untuk (Badan Ketahanan

Pangan, 2014):

a. Meningkatkan kesadaran, peran, dan partisipasi masyarakat dalam

mewujudkan pola konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang dan

Aman (B2SA) serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan

(38)

b. Meningkatkan partisipasi kelompok wanita dalam penyediaan sumber pangan

dan gizi keluarga melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan sebagai

penghasil sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral untuk konsumsi

keluarga; dan

c. Mendorong pengembangan usaha pengolahan pangan skala Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (UMKM) sumber karbohidrat selain beras dan terigu

(39)

2.7 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori Lawrence Green (1980)

Sebagaimana kita ketahui bahwa pola makan adalah perilaku yang ditempuh

seseorang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan

setiap hari meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan frekuensi makanan yang

berdasarkan pada faktor-faktor sosial, budaya dimana mereka hidup. Perilaku sangat Faktor Predisposisi

(Predisposing factors) :

Jumlah anggota keluarga

Pendidikan

Faktor Pendukung (Enabling Factors) :

Lingkungan

Perilaku (Pola Konsumsi)

Faktor pendorong (Reinforcing Factors) :

Undang-Undang Peraturan pemerintah

(40)

mempengaruhi seseorang dalam bertingkah laku. Menurut Green dalam Notoadmodjo

(2005), perilaku dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor utama yaitu :

1. Faktor Predisposisi (predisposing factors), yaitu : Faktor-faktor yang dapat

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang atau

masyarakat, seperti : umur, pengetahuan, pengalaman, pendidikan, sikap,

keyakinan, jumlah anggota keluarga dan lain sebagainya.

2. Faktor Pendukung (enabling factors), yaitu : faktor yang mendukung timbulnya

perilaku seperti lingkungan fisik, dana dan sumber daya yang ada di masyarakat.

3. Faktor Pendorong (reinforcing factors), yaitu : faktor yang memperkuat atau

mendorong seseorang untuk berperilaku. Kadang-kadang sekalipun seseorang

tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Sehingga

harus didorong dengan adanya tokoh masyarakat, peraturan, undang-undang,

surat keputusan dari para pejabat pemerintahan pusat atau daerah, didalam hal ini

adalah Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan merupakan

(41)

2.8 Kerangka konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini diambil dari skema Green (1980) seperti

yang dapat dilihat dibawah ini :

Gambar 2.2 Kerangka konsep

Kerangka konsep diatas dapat dijelaskan bahwa program P2KP dengan

kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan dengan konsep kawasan rumah

pangan lestari dapat mempengaruhi pola konsumsi yang meliputi jenis, jumlah dan

frekuensi. Pola konsumsi dapat mempengaruhi tingkat kecukupan energi, tingkat

kecukupan protein dan tingkat keragaman konsumsi pangan. Pola

Konsumsi:

- - Jenis - - Jumlah - - Frekuensi

Program Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan:

- Optimalisasi pemanfaatan

pekarangan melalui konsep KRPL

- Tingkat

kecukupan energi - Tingkat

kecukupan Protein - Tingkat

(42)

25 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain penelitian cross-sectional,

untuk mengetahui gambaran pola konsumsi pangan keluarga peserta program P2KP

di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014.

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli,

karena di kelurahan tersebut terdapat satu kelompok P2KP yang skor PPH nya berada

dibawah skor ideal (Badan Ketahanan Pangan, 2013).

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Nopember 2014 s/d Desember 2014

yang dimulai dari pelaksanaan penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga peserta Program P2KP di

Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli dengan jumlah 30 keluarga. Sehingga

populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 keluarga.

3.3.2 Sampel

(43)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti untuk

mengetahui pola konsumsi peserta program P2KP yang meliputi karakteristik

keluarga, jenis, jumlah dan frekuensi makanan. Karakteristik keluarga terdiri dari

umur, jenis kelamin, besar keluarga, pendidikan orang tua, dan pekerjaan. Data untuk

mengetahui jenis, jumlah dan frekuensi makanan dengan menggunakan formulir food

frequency dan food recall 24 jam.

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data gambaran umum wilayah dan

masyarakat Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli dan data tentang program

P2KP di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli.

3.5 Defenisi Operasional

1. Pola konsumsi pangan adalah kebiasaan makan yang dilakukan oleh keluarga

peserta program P2KP yang meliputi jenis, jumlah dan frekuensi makan.

2. Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan adalah suatu program

pemerintah untuk meningkatkan ketersediaan dan konsumsi pangan yang

beragam, bergizi seimbang dan aman yang berbasis sumber daya lokal.

3. Keluarga peserta program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan

adalah semua anggota dalam rumah tangga peserta program P2KP di Kelurahan

(44)

4. Tingkat kecukupan energi dan protein adalah kuantitas energi dan protein yang

dikonsumsi dibandingkan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG)

yang dinyatakan dalam persen.

5. Tingkat keragaman konsumsi pangan adalah jumlah dari kelompok pangan yang

dikonsumsi oleh keluarga.

3.6 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian berupa formulir food frequency dan food recall 24 jam.

3.7 Aspek Pengukuran

Pola konsumsi pangan peserta program P2KP diukur dengan menggunakan

metode food frequency dan metode food recall 24 jam.

1. Jenis Makanan

Jenis makanan diukur dengan menggunakan food frequency yang

diklasifikasikan menjadi sembilan kelompok pangan yaitu padi-padian,

umbi-umbian, pangan hewani, minyak/lemak, buah/ biji berminyak, kacang-kacangan,

gula, sayur/buah, lain-lain (bumbu-bumbuan) (Baliwati, dkk. 2010).

2. Frekuensi Makanan

frekuensi makanan diukur dengan formulir food frequency.

Data frekuensi makan diolah menjadi lima kelompok yaitu:

a. Tidak pernah

b. 1-2x/5 hari,

c. 3-5x/5 hari,

d. 6-10x/5 hari, dan

(45)

3. Jumlah Zat Gizi

Jumlah zat gizi diperoleh dari hasil food recall 24 jam yang dilakukan dua kali.

Kemudian bahan makanan dikonversikan menjadi zat gizi dan dihitung zat gizi

yang dikonsumsi, hasilnya dibandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang

Dianjurkan (DKGA).

Rata-rata angka kecukupan zat gizi pangan keluarga dihitung dengan rumus

sebagai berikut :

AKGK = ����

Keterangan :

AKGK : Angka Kecukupan Gizi keluarga

AKGI : Angka kecukupan Gizi Individu

n : Jumlah anggota keluarga

Tingkat kecukupan energi dan protein dapat dihitung dengan :

TK = Rata−rata konsumsi gizi keluarga

AKGK x 100%

Keterangan :

TK : Tingkat Kecukupan

Tingkat energi dan protein dapat digolongkan atas (Supariasa, 2002) :

- Baik : ≥ 100% AKG

- Sedang : 80-99% AKG

- Kurang : 70-79% AKG

(46)

4. Keragaman Pangan

Indikator keragaman konsumsi pangan

1. Keragaman konsumsi pangan rendah : ≤ 3 kelompok pangan

2. Keragaman konsumsi pangan sedang : 4–5 kelompok pangan

3. Keragaman konsumsi pangan tinggi : ≥ 6 kelompok pangan

Untuk rumah tangga keragaman konsumsi pangan dihitung berdasarkan

catatan kelompok makanan yang dikonsumsi selama jangka waktu tertentu (24 jam)

dengan 12 kelompok makanan, sehingga skor antara 0–12. Berikut ini adalah

kelompok makanan bagi rumah tangga :

1. Sereal

2. Umbi-umbian

3. Sayur-sayuran

4. Buah-buahan

5. Daging, unggas, jeroan

6. Telur

7. Ikan dan hasil (makanan) laut

8. Kacang-kacangan dan biji-bijian

9. Susu dan produk yang terbuat dari susu

10. Minyak dan lemak

11. Gula dan madu

(47)

3.8 Teknis Analisis Data 3.8.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan dengan komputer

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Data yang dikumpulkan kemudian diperiksa. Bila terdapat kesalahan dalam

pengumpulan data, data diperbaiki dengan cara memeriksa jawaban yang kurang

sehingga tidak ada lagi kekeliruan yang dapat mengganggu pada proses

pengolahan data.

2. Koding

Pemberian kode yang dimaksudkan untuk mempermudah pada saat analisis data

dan juga mempercepat pada saat entri data.

3. Entri data

Yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel. Entri dapat

dilakukan dengan menggunakan fasilitas komputer.

3.8.2 Analisis Data

Data yang dikumpulkan, kemudian dianalisis untuk menggambarkan

(mendiskripsikan) masing-masing variabel independen dan variabel dependen dengan

menggunakan SPSS. Hasil data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel

(48)

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Mabar Hilir adalah salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan

Medan Deli, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara yang memiliki luas wilayah 3,16

Ha. Jumlah penduduknya sebanyak 26.816 jiwa, yang terdiri atas laki-laki sebanyak

13.870 orang (51,72%) dan jumlah perempuan sebanyak 12.946 orang (48,28%).

Jumlah kepala keluarga di desa ini sebanyak 6009 kepala keluarga.

Kelurahan Mabar Hilir memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Labuhan

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Timur

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Mabar/ Tanjung Mulia Hilir

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

Kelompok P2KP di Kelurahan Mabar Hilir bernama Melati terletak di Jalan

Pancing IV dengan jumlah anggota sebanyak 30 orang wanita. Syarat bagi

pembentukan kelompok ini adalah :

1. Kelompok wanita yang beranggotakan minimal 30 rumah tangga yang

berdomisili berdekatan dalam satu kawasan, sehingga dapat membentuk

kawasan pekarangan dengan konsep KRPL.

2. Bukan kelompok penerima bansos lainnya ditahun berjalan.

(49)

4. Mampu menyediakan lahan untuk kebun bibit (bukan menyewa lahan) dan

memeliharanya untuk kepentingan anggota kelompok dan masyarakat desa

lainnya (surat pernyataan).

5. Mampu mengelola keuangan kelompok dan melaksanakan kegiatan secara

berkesinambungan (surat pernyataan).

6. Khusus untuk daerah yang sulit memenuhi jumlah anggotanya dapat

mengambil anggota kelompok dari desa terdekat dan nama desa yang

ditetapkan sebagai penerima manfaat adalah desa dengan jumlah anggota

rumah tangga terbanyak.

Pola makan anggota kelompok P2KP di Kelurahan Mabar Hilir untuk

kelompok pangan umbi-umbian, buah/biji berminyak, minyak/lemak, sayur/buah

masih berada di bawah skor PPH yang diharapkan dari masing-masing kelompok

pangan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pangan yang dikonsumsi untuk

jenis pangan tersebut belum mencukupi kebutuhan.

4.2 Karakteristik Keluarga

Karakteristik keluarga peserta program P2KP dalam penelitian ini meliputi

umur, pendidikan, pekerjaan dan jumlah anggota keluarga. Berdasarkan hasil

penelitian diketahui bahwa jumlah kepala keluarga berdasarkan umur, yang terbesar

adalah 30–49 tahun sebanyak 20 orang (66,67%) sedangkan, jumlah kepala keluarga

berdasarkan pendidikan sebagian besar yaitu SMA sebanyak 20 orang (66,67%).

Jumlah kepala keluarga berdasarkan jenis pekerjaan sebagian besar yaitu karyawan

(50)

anggota keluarga sebagian besar yaitu ≤ 4 sebanyak 19 orang (63,33%). Secara rinci

dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Keluarga Menurut Karakteristik Keluarga di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014

No Karakteristik Keluarga N Persentase

1 Umur Kepala Keluarga

20-29 tahun 2 6,67

30-49 tahun 20 66,67

50-64 tahun 8 26,66

Jumlah 30 100,00

2 Pendidikan

SD 2 6,67

SMP 5 16,66

SMA 20 66,67

PT 3 10,00

Jumlah 30 100,00

3 Pekerjaan

Kontraktor 1 3,33

Satpam 2 6,67

Kepling 1 3,33

Karyawan Swasta 12 40,00

Guru 2 6,67

Wirausaha 1 3,33

Supir 5 16,67

Mocok 1 3,33

Tukang Becak 1 3,33

Pengacara 1 3,33

Buruh Cuci 1 3,33

Tukang Bangunan 2 6,67

Jumlah 30 100, 00

4 Jumlah Anggota Keluarga

≤ 4 (kecil) 19 63,33

5-6 ( Sedang) 11 36,67

≥ 7 (Besar) 0 0

(51)

4.3 Pola Konsumsi Pangan Keluarga

Konsumsi pangan keluarga berdasarkan jenis dan frekuensi konsumsi pangan

dapat dilihat pada tabel – tabel berikut ini :

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Padi-padian di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014

No Padi-padian

Frekuensi Konsumsi Pangan Jumlah

Tidak

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa seluruh responden (100%) mengonsumsi

nasi dengan frekuensi >10x/5 hari. Jenis padi-padian yang lain seperti jagung dan

gandum hanya dikonsumsi masing-masing 2 keluarga (6,67%) dengan frekuensi

1-2x/5 hari.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Umbi-umbian di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014

No Umbi-umbian

Frekuensi Konsumsi Pangan Jumlah

(52)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa banyak keluarga yang mengkonsumsi

singkong dengan frekuensi 1-2x/5 hari sebanyak 19 keluarga (63,33%) dan untuk

talas hanya dikonsumsi 1 keluarga dengan frekuensi 1-2x/5 hari.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Hewani di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014

No Pangan hewani

Frekuensi Konsumsi Pangan Jumlah

Tidak

Berdasarkan Tabel 4.4 dijumpai bahwa banyak keluarga yang mengkonsumsi

telur dengan frekuensi 6-10x/5 hari sebanyak 21 keluarga (70,00%) sedangkan,

daging hanya dikonsumsi 1 keluarga (3,33%) dengan frekuensi 1-2x/5 hari.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Minyak dan Lemak di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014

No Minyak dan lemak

Frekuensi Konsumsi Pangan Jumlah

Tidak

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa semua keluarga mengkonsumsi minyak kelapa

sawit dengan frekuensi >10x/5 hari sebanyak 30 keluarga (100,00%). Namun jenis

pangan minyak/lemak yang paling rendah dikonsumsi adalah mentega sebanyak 2

(53)

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Buah/ Biji-bijian di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014

No Buah/Biji Berminyak

Frekuensi Konsumsi Pangan Jumlah

Tidak

Pada Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa keluarga yang mengkonsumsi kelapa

paling banyak dengan frekuensi 1-2x/5 hari yaitu sebanyak 17 keluarga (56,67%).

Sedangkan kemiri dikonsumsi sebanyak 13 keluarga (43,33%) dengan frekuensi

1-2x/5 hari.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Kacang-Kacangan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014

No Kacang-kacangan

Frekuensi Konsumsi Pangan Jumlah

Tidak

Berdasarkan Tabel 4.7 ditemukan bahwa tempe dikonsumsi keluarga

sebanyak 14 keluarga (46,67%) dengan frekuensi 3-5x/5 hari dan susu kedelai

(54)

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Gula di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014

No Gula Frekuensi Konsumsi Pangan Jumlah

Tidak

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa semua keluarga mengkonsumsi gula pasir

dengan frekuensi 6-10x/5 hari. Namun yang paling jarang dikonsumsi adalah gula

merah yang dikonsumsi 1 keluarga (3,33%) dengan frekuensi 1-2x/5 hari.

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Sayur dan Buah di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014

No Sayur/ Buah

Frekuensi Konsumsi Pangan Jumlah

Tidak

untuk jenis sayur/buah yang paling rendah dikonsumsi adalah brokoli sebanyak 1

(55)

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Keluarga Berdasarkan Jenis Pangan Lain- lain di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014

No Lain/lain Frekuensi Konsumsi Pangan Jumlah

Tidak

Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa keluarga yang mengkonsumsi

cabe dan bawang sebanyak 30 keluarga (100%) dengan frekuensi >10x/5 hari . Jenis

bumbu-bumbuan yang lain seperti pala dan cengkih dikonsumsi paling sedikit yaitu

masing-masing sebanyak 1 keluarga (3,33%) dengan frekuensi 1-2x/5 hari.

4.4 Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

Tingkat konsumsi energi dan protein dilihat dari jumlah kalori yang

dikonsumsi keluarga dalam sehari. Hasilnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:

Tabel 4.11 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014

No Tingkat Kecukupan Energi N Persentase

1 Baik 8 26,67

2 Sedang 15 50,00

3 Kurang 7 23,33

Jumlah 30 100,00

Pada Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa sebagian besar keluarga memiliki

Gambar

Tabel 2.1. Pola Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi dan Berimbang Nasional
Gambar 2.1 Kerangka Teori Lawrence Green (1980)
Gambar 2.2 Kerangka konsep
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Keluarga Menurut Karakteristik Keluarga di     Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

a) Apakah interface sistem yang dibuat telah user frriendly (mudah digunakan oleh pengguna). Sebagian besar responden menjawab setuju dengan detail penilaian : 2 jawaban

Apotek Gedong Kuning belum memisahkan tanggung jawab fungsional untuk penjualan, pen- erimaan kas, dan administrasi. 2) Unsur Otorisasi dan Prosedur Pencatatan Apotek

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan Metode USLE maka penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Rancangan teknis penataan

Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Edison (2003) dalam Hasan dan Edison (2007) bahwa pengasapan dengan suhu yang tinggi tidak dapat dilakukan pada

Berdasarkan hasil uji lanjut BNJ 5% menunjukkan bahwa penambahan bubuk bunga rosella terhadap intensitas warna kuning pada sosis yang dihasilkan berbeda nyata

Tujuan penyusunan Rencana Strategis ini adalah sebagai acuan dalam memberikan arahan mengenai srategi pembangunan, sasaran-sasaran strategis, kebijakan umum, program dan

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang 1) Kandungan senyawa fitokimia potensial daun kersen, 2) Proses pengolahan teh (herbal) daun kersen, 3) Mutu

Pada hasil olah data penelitian, terlihat bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara menghitung, membayar dan melaporkan terhadap kinerja pegawai pajak. Dapat