HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN
TERJADINYA HAIRY TONGUE DI KELURAHAN INDRA
KASIH KECAMATAN MEDAN TEMBUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Gigi.
Oleh :
NIM. 070600055 Wenti Komala
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Penyakit Mulut
Tahun 2010
Wenti Komala
Hubungan kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.
x+ 47 halaman
Merokok merupakan kebiasaan yang paling umum ditemui di masyarakat,
dimana merokok dianggap sebagai kebutuhan yang tidak dapat dielakkan dan telah
ada laporan penelitian bahwa kebiasaan merokok berhubungan erat dengan
terjadinya hairy tongue. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue.
Jenis penelitian adalah penelitian analitik dengan menggunakan rancangan
cross-sectional yang melibatkan 166 laki-laki Kelurahan Indra Kasih Kecamatan
Medan Tembung yang berusia 20 tahun keatas. Subjek penelitian dibagi dalam 2
kelompok yaitu kelompok pertama terdiri dari perokok dan kelompok kedua
merupakan non perokok.
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terdapat 5 orang(3%) dari 166 orang
responden yang memiliki hairy tongue. Tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue, dimana nilai p pada uji
penelitian juga menunjukkan tidak terdapat hubungan antara jumlah rokok, lama
merokok, dan jumlah rokok yang dihisap per hari dengan terjadinya hairy tongue.
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 15 Desember 2010
Pembimbing : Tanda tangan
Syuaibah Lubis,drg. ……….. NIP : 19461120 197306 2 001
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim pengu ji pada tanggal 15 Desember 2010
TIM PENGUJI
KETUA : Syuaibah Lubis,drg
ANGGOTA : 1. Sayuti Hasibuan,drg.,Sp PM
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ayah Henry., Ibu Linda Elfa, SE., Abang Victor Komala., Adik
David Komala, serta kerabat yang telah memberikan dukungan, perhatian, doa, kasih
sayang dan semangat kepada penulis. Penulis juga berterima kasih kepada dosen
pembimbing, Syuaibah Lubis,drg, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
dalam memberi bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Selanjutnya penulis berterima kasih kepada :
1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Sp Ort.,Ph.D selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Wilda Hafni Lubis, drg, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit
Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Sayuti Hasibuan, drg, Sp. PM dan Ravina Naomi Tarigan,drg., Sp PM
selaku tim penguji skripsi.
4. Bakri Soeyono,drg selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak
5. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
yang telah mendidik dan membimbing penulis selama masa pendidikan, dan staf
pengajar dan pegawai Departemen Ilmu Penyakit Mulut yang telah membimbing dan
memberi arahan selama masa penyusunan skripsi.
6. Teman-teman mahasiswa FKG USU Angkatan 2007 yang selalu mengisi
hari-hari penulis dengan semangat dan keceriaan.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran gigi.
Medan,15 Desember 2010
Penulis,
(………..)
Wenti Komala
DAFTAR ISI
2.2.2 Perubahan Lidah pada Perokok……….. 11
2.3 Hairy Tongue……….. 12
2.3.2 Etiologi……… 13
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian……….. 21
3.3.1 Populasi………... 21
3.3.2 Sampel………. 22
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi………... 22
3.4.1 Kriteris Inklusi……….. 22
3.4.2 Kriteria Eksklusi……… 22
3.5 Besar Sampel……… 22
3.6 Identifikasi Variabel Penelitian……… 24
3.6.1 Variabel Dependen (efek)………. 24
3.6.2 Variabel Independen (risiko)………. 24
3.6.3 Variabel Independen yang dikendalikan………... 24
3.6.4 Variabel yang tidak terkendali………... 24
3.7 Definisi Operasional………. 24
3.8 Sarana Penelitian……….. 26
3.8.1 Alat……… 26
3.8.2 Bahan………. 26
3.8.3 Formulir Pencatatan………... 26
3.9 Cara Pengumpulan Data……… 26
3.9.1 Data Demografi dan Data Kebiasaan Merokok…………. 27
3.9.2 Data Klinik………. 27
3.10 Pengolahan Data……….. 27
3.11 Analisis Data……… 28
SKEMA ALUR PENELITIAN……….. 28
BAB 4 HASIL PENELITIAN……… 29
BAB 5 PEMBAHASAN………. 40
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….. 46
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Anatomi Lidah Normal………...11
2. Hairy Tongue………...14
3. Bagian Lidah yang Normal……….15
4. “rambut” pada papila filiformis yang memiliki permukaan kasar………..16
5. Susunan Lapisan Keratin………16
6. Sel Jamur dan Koloni Bakteri diantara lapisan keratin………...17
7. Permukaan Lidah di antara rambut tampak kasar………...17
8. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur……….30
9. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan……….31
10. Hasil Penelitian Perokok yang memiliki hairy tongue………39
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Distribusi Subjek dan Kontrol Menurut Kelainan-Kelainan yang Ditemukan Pada Lidah……… 31
2. Persentase Perokok Menurut Jenis Rokok…………...………. 32
3. Persentase Perokok Menurut Lama Merokok (Tahun)…………...……. 33
4. Persentase Perokok Menurut Jumlah Rokok yang Dihisap Per hari…… 33
5. Persentase Hairy Tongue Berdasarkan Jenis Rokok……… 34
6. Persentase Hairy Tongue Berdasarkan Lama Merokok………... 35
7. Persentase Hairy Tongue Berdasarkan Jumlah Rokok yang dihisap
perhari……….. 36
8. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Terjadinya Hairy
Tongue………. 37
9. Hubungan Antara Terjadinya Hairy Tongue dengan Karakteristik
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Lembar Kuesioner Penelitian………. 51
2. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian……….. 52
3. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan……… 54
4. Lembar Persetujuan Etik Penelitian……….. 55
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Penyakit Mulut
Tahun 2010
Wenti Komala
Hubungan kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.
x+ 47 halaman
Merokok merupakan kebiasaan yang paling umum ditemui di masyarakat,
dimana merokok dianggap sebagai kebutuhan yang tidak dapat dielakkan dan telah
ada laporan penelitian bahwa kebiasaan merokok berhubungan erat dengan
terjadinya hairy tongue. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue.
Jenis penelitian adalah penelitian analitik dengan menggunakan rancangan
cross-sectional yang melibatkan 166 laki-laki Kelurahan Indra Kasih Kecamatan
Medan Tembung yang berusia 20 tahun keatas. Subjek penelitian dibagi dalam 2
kelompok yaitu kelompok pertama terdiri dari perokok dan kelompok kedua
merupakan non perokok.
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terdapat 5 orang(3%) dari 166 orang
responden yang memiliki hairy tongue. Tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue, dimana nilai p pada uji
penelitian juga menunjukkan tidak terdapat hubungan antara jumlah rokok, lama
merokok, dan jumlah rokok yang dihisap per hari dengan terjadinya hairy tongue.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Merokok merupakan hal yang biasa kita jumpai di setiap tempat di dunia.
Kebiasaan ini sudah begitu luas dilakukan baik dalam lingkungan berpendidikan
tinggi maupun berpendidikan rendah. Merokok sudah menjadi masalah yang
kompleks yang menyangkut aspek psikologis dan gejala sosial.1
Hubungan antara merokok dengan berbagai macam penyakit seperti kanker
paru, penyakit kardiovaskuler, risiko terjadinya neoplasma larynx, esophagus dan
sebagainya telah banyak diteliti2. Namun, tetap saja pada kenyataannya, kebiasaan
merokok ini sulit dihilangkan dan jarang diakui orang sebagai suatu kebiasaan
buruk3. Betapapun diungkapkan berbagai kalangan peneliti tentang berbagai bahaya
rokok untuk kesehatan, tetapi para perokok seakan-akan tidak peduli terhadap hasil
berbagai penelitian itu4. Menurut data yang diperoleh Depkes RI, prevalensi merokok
di kalangan orang dewasa meningkat ke 31,5 % pada tahun 2001 dari 26,9% pada
tahun 1995. Lebih dari 6 dari 10 pria merokok, namun sedikit wanita yang merokok.
Pada tahun 2001, 62,2 % dari pria dewasa merokok, dibandingkan dengan 53,4%
pada tahun 1995.5
Rongga mulut merupakan daerah yang paling mudah terpapar efek yang
merugikan akibat merokok. Terjadinya perubahan dalam rongga mulut disebabkan
rokok.3 Telah banyak penelitian-penelitian dilakukan yang menunjukkan adanya efek
merugikan dari kebiasaan merokok di rongga mulut. Penelitian prospektif di
Universitas California, San Fransisco mengungkapkan bahwa risiko terkena kanker
mulut bagi perokok kira-kira lima kali daripada bukan perokok.2 Kanker di dalam
rongga mulut biasanya dimulai dengan adanya iritasi dari produk-produk rokok yang
dibakar dan diisap. Iritasi ini menimbulkan lesi putih yang tidak sakit. Selain itu
merokok juga dapat menimbulkan kelainan – kelainan rongga mulut misalnya pada
lidah, gusi, mukosa mulut, gigi dan langit-langit yang berupa stomatitis nikotina dan
infeksi jamur. 1
Pada perokok berat, merokok dapat menyebabkan lidah berwarna hitam dan
seperti berbulu atau berambut. Di permukaan lidah, hasil pembakaran rokok yang
berwarna hitam kecokelatan mudah dideposit, sehingga perokok sukar merasakan
rasa manis, pahit, asin, karena rusaknya ujung sensoris dari alat perasa (tastebuds).1
Kondisi lidah yang berwarna hitam dan seperti berbulu pada orang yang mempunyai
kebisaan merokok ini disebut dengan hairy tongue.
Penelitian di Jordania menunjukkan dari 1013 pasien kedokteran gigi yang
ada, 240 diantaranya (23,7%) menderita satu atau lebih kelainan pada lidah, seperti
geographic tongue, fissured tongue, coated tongue dan hairy tongue. Sebesar 3,4 %
hairy tongue ditemui dan disertai dengan prevalensi yang sangat tinggi pada laki-laki
dan ternyata didapat hubungan yang kuat antara kebiasaan merokok dan hairy
tongue.6 Atas dasar fakta tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan merokok dengan timbulnya hairy tongue pada daerah
tersebut umumnya mempunyai kebiasaan merokok. Peneliti dalam hal ini juga
bertujuan untuk membandingkan hasil yang didapat nantinya dengan
penelitian-penelitian terdahulu.
1.2Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka timbul permasalahan:
1.2.1 Masalah Umum:
1. Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy
tongue di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.
1.2.2 Masalah Khusus:
1. Apakah terdapat hubungan antara hairy tongue dengan jumlah rokok yang
dihisap per hari di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.
2. Apakah terdapat hubungan antara hairy tongue dengan lama (tahun)
merokok di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.
3. Apakah terdapat hubungan antara hairy tongue dengan jenis rokok yang
dikonsumsi di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum:
1. Mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy
1.3.2 Tujuan Khusus:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara hairy tongue dengan
jumlah rokok yang dihisap per hari di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan
Tembung.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara hairy tongue dengan
lama (tahun) merokok di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara hairy tongue dengan
jenis rokok yang dikonsumsi di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.
1.4Manfaat Penelitian
Dengan mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dan kelainan hairy
tongue di rongga mulut, maka diharapkan :
1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai salah satu efek
merokok terhadap rongga mulut terutama pada lidah.
2. Bagi masyarakat yang mempunyai kebiasaan merokok dapat menyadari
betapa pentingnya menjaga kebersihan rongga mulut terutama lidah untuk
meningkatkan kualitas hidupnya.
3. Sebagai data awal bagi peneliti-peneliti lain untuk menelaah lebih lanjut
1.5 Hipotesis
1.5.1 Hipotesis Nol (Umum)
1. Tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy
tongue di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.
1.5.2 Hipotesis Nol (Khusus)
1. Tidak terdapat hubungan antara hairy tongue dengan jumlah rokok yang
dihisap per hari di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.
2. Tidak terdapat hubungan antara hairy tongue dengan lama (tahun) merokok
di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.
3. Tidak terdapat hubungan antara hairy tongue dengan jenis rokok di
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rokok
Merokok pertama kalinya dilakukan manusia di dunia yaitu oleh suku Bangsa
Indian di Amerika yang bertujuan untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau
roh. Pada abad 16, ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari
para penjajah Eropa ikut mencoba menghisap rokok dan kemudian membawa
tembakau ke Eropa. Pada abad ke 17, kebiasaan merokok mulai tersebar dan masuk
ke negara-negara Islam.7
2.1.1 Jenis Rokok
Masyarakat Indonesia mengenal berbagai jenis rokok yang dikonsumsi.
Pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok,
dan penggunaan filter pada rokok.7,8
Rokok berdasarkan bahan pembungkusnya dibagi menjadi 4 yaitu rokok
Klobot yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung. Rokok Kawung
yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren. Rokok sigaret adalah
rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas. Rokok cerutu yaitu rokok yang
bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.8
Rokok juga mempunyai beberapa istilah, menurut bahan yang digunakan,
terdapat rokok atau sigaret, kretek, rokok putih, dan juga rokok Klobot.Yang
adalah rokok dengan aroma dan rasa cengkeh. Jadi rokok kretek adalah rokok yang
dibuat dari daun tembakau dan mempunyai campuran aroma dan rasa cengkeh.
Masyarakat Jawa sebagai perokok pertama, juga mengenal istilah rokok putih,
sebutan untuk rokok tanpa cengkeh (Joglosemar, 2003). Terdapat juga istilah rokok
klobot yang terbuat dari daun jagung kering yang diisi dengan daun tembakau murni
dan cengkeh.9
Rokok yang digunakan pada masyarakat umumnya terbagi atas rokok putih
(filter) dan rokok kretek (non filter) dimana pada pangkal rokok filter terdapat gabus
sedangkan rokok non filter tidak menggunakan gabus.8 Di Indonesia, rokok kretek
lebih populer. Dari kelas sosialnya, perokok kretek umumnya kelas menengah ke
bawah (contoh : rokok-rokok keluaran PT Djarum seperti Djarum Black dan Djarum
Black Slim dan Dji sam soe keluaran PT Sampoerna) sedangkan rokok putih (filter)
dikonsumsi oleh kalangan masyarakat ekonomi menengah ke atas (contoh :
Marlboro).10
2.1.2 Kandungan Rokok
Kandungan rokok terdiri atas:
1. Komponen gas asap rokok yaitu karbonmonoksida, amoniak, asam
hidrosianat, nitrogenoksida dan formaldehid.
2. Komponen partikel yang terkandung di dalam rokok yaitu tar, indol,
nikotin, karbazol dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi dan dapat menimbulkan
Nikotin merupakan zat yang paling sering dibicarakan dan sering menjadi
bahan penelitian. Nikotin berbentuk cairan, tidak berwarna, merupakan basa yang
mudah menguap. Nikotin berubah warna menjadi coklat dan berbau mirip tembakau
setelah bersentuhan dengan udara, kadar nikotin dalam tembakau berkisar 12%.
Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap oleh orang dewasa setiap hari dapat membuat
seseorang ketagihan.3
Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5 μg.
Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam 1 hari menghasilkan 10 μg.
Sementara ambang batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 μg per
hari. Jadi, zat timah hitam akan sangat berbahaya jika konsumsi rokok melebihi batas
ambang yang dapat diterima oleh tubuh.3
Gas Karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya hemoglobin
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh, tetapi
karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka CO berikatan dengan hemoglobin.
Kadar gas CO dalam darah orang yang tidak merokok kurang dari 1 % sementara
dalam darah perokok mencapai 4-15%.3
Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat
asap rokok dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam
rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk
endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru.
Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar
2.2 Kondisi lidah pada perokok
Di dalam rongga mulut, lidah dianggap cermin kesehatan umum seseorang.
Hal ini disebabkan lidah merupakan organ yang paling peka terhadap perubahan yang
terjadi di dalam tubuh. Pada dasarnya, permukaan lidah adalah daerah yang paling
banyak terpapar oleh iritasi dan keperluan dasar hidup sehari-hari seperti makan dan
minum.11
2.2.1 Anatomi Lidah Normal
Lidah merupakan organ muskular yang kompleks yang melekat pada tulang
hyoid, processus styloideus dan tuberkel genial mandibula pada daerah insersio tiga
otot ekstrinsik lidah yaitu hyoglossus, styloglosus dan genyoglosus. Lidah melekat
longgar pada struktur di dekatnya melalui dua otot ekstrinsik lainnya yaitu pada
palatoglosus dan glosofaringeus serta ekstensi membran mukosa mulut dan membran
mukosa pharyngeal yang menutupi lidah. 12
Permukaan superior dan posterior lidah ditutupi membran mukosa khusus,
dimana pada membran tersebut terdapat berbagai macam tonjolan papilla yang
berbeda. Mukosa permukaan dorsal anterior lidah ditandai dengan dua jenis papilla
dengan fungsi yang tertentu yaitu papila filiformis dan papila fungiformis. Papila
filiformis merupakan papila yang terkecil dan terbanyak yang dijumpai diatas
permukaan dorsal anterior lidah dalam arah antero-posterior. Bentuknya panjang dan
runcing (konus), menyerupai rambut serta diliputi oleh lapisan keratin. Panjang papila
filiformis kira-kira 2-3 mm. Secara struktur histologis papila ini terdiri dari ujung
yang berkeratin, sel yang transaparan, sel yang bergranula dan lapisan sel-sel yang
ini terdapat timbunan bakteri dan sel-sel epitel mati sehingga warna abu-abu akan
tampak lebih jelas meliputi permukaan dorsum.12
Papila fungiformis kemungkinan hanya dijumpai pada dua pertiga anterior
lidah dan jumlahnya kira-kira 29/cm2 pada daerah ujung dan 7-8/cm2 di bagian
tengah-tengah lidah. Struktur yang berbentuk seperti jamur ini mempunyai kapiler
darah yang banyak sehingga dengan ukurannya yang besar dan kapiler darah yang
banyak menyebabkan papila fungiformis ini akan terlihat seperti bintik-bintik merah
pada hamparan papila filiformis.12
Gambar 1. Anatomi Lidah Dorsal13
2.2.2 Perubahan Lidah pada Perokok
Perubahan pada mukosa mulut yang terdapat pada perokok berasal dari iritasi,
yang tinggi, perubahan pH rongga mulut, penurunan sistem imun tubuh dan infeksi
jamur dan bakteri pada rongga mulut.14
Temperatur rokok pada bibir adalah 30˚C, s edangkan ujung rokok yang
terbakar bersuhu 900˚C. Asap panas yang berhembus terus menerus ke dalam rongga
mulut merupakan rangsangan panas yang menyebabkan perubahan aliran darah dan
mengurangi pengeluaran air ludah. Akibatnya rongga mulut menjadi kering dan lebih
anaerob sehingga memberikan lingkungan yang sesuai bagi tumbuhnya bakteri.
Pengaruh asap rokok secara langsung merupakan iritasi terhadap gusi dan lidah dan
secara tidak langsung melalui produk-produk rokok seperti nikotin dapat masuk ke
dalam aliran darah dan ludah, sehingga jaringan pada rongga mulut yang sehat
menjadi rusak karena terganggunya fungsi normal mekanisme pertahanan tubuh
terhadap infeksi. 3
Pada perokok terjadi penurunan zat kekebalan tubuh (antibody Ig A) yang
terdapat di dalam air ludah sehingga keseimbangan rongga mulut terganggu.3,15
Akibatnya, keseimbangan pertumbuhan keratin pada permukaan lidah menjadi
terganggu dan terjadi hiperkeratosis papila filiformis. Warna hitam yang ditemukan
umumnya pada lidah perokok berasal dari flora normal dan bakteri rongga mulut
yang terperangkap di dalam papila lidah yang telah mengalami hyperkeratosis. 13
2.3 Hairy Tongue
2.3.1 Definisi
Sindrom lidah berambut (Hairy Tongue Syndrome) dalam literatur medis
villosa nigra, melanoglossia, melanotrichia linguae dan nigrities linguae yang mana
merupakan suatu kondisi dimana ada pertumbuhan papila filiformis berlebih pada
permukaan dorsal lidah.16,17 Keadaan ini harus dibedakan dengan pseudoblack hairy
tongue yang merupakan diskolorasi lidah akibat permen, buah, obat-obatan, dan
pigmentasi akibat dekomposisi dari darah. 18
2.3.2 Etiologi
Penyebab utama dari hairy tongue merupakan hipertrofi papilla filiformis
pada bagian dorsal lidah, umumnya disebabkan kurangnya stimulus mekanis dan
pembersihan. Kondisi ini sering nampak pada masyarakat dengan oral hygiene yang
buruk ( misalnya jarang menyikat gigi )19
Selain itu hairy tongue dapat terjadi pada perokok, peminum kopi dan teh,
pengguna obat kumur, diet lunak dengan sedikit serat, antibiotik (penicillin,
cephalosporin, chloramphenicol, streptomycin, dan tetrasiklin), kortikosteroid,
NSAID dan psikotropika, kanker lidah, dan terapi radiasi pada kepala dan leher.16
2.3.3 Patogenesis
Iritasi pada lidah umumnya disebabkan oleh minuman panas atau makanan
yang kasar. Oleh karena itu, permukaan lidah dilapisi oleh sebuah lapisan protektif
terhadap sel-sel mati yang disebut “ keratin “. Keratin pada lidah merupakan
kandungan yang sama yang membentuk rambut dan kuku.11
Keratin yang terbentuk pada permukaan lidah umumnya ditelan dan dibuang
ketika kita mengkonsumsi makanan. Dalam kondisi lidah normal, jumlah keratin
dapat terganggu. Kelainan lidah ini dapat disebabkan oleh keratin yang tidak dapat
dibuang dengan cepat, seperti yang terjadi pada orang yang mengkonsumsi diet
lunak misalnya pada pemakai gigi tiruan. Hal ini juga dapat terjadi karena keratin
yang diproduksi lebih cepat dibandingkan keratin yang ditelan atau dibuang.
Peningkatan produksi keratin ini umumnya disebabkan iritasi pada permukaan lidah
yang dikarenakan meminum minuman panas atau merokok. Pada hairy tongue,
akumulasi keratin yang terjadi menyerupai rambut yang tumbuh pada permukaan
dorsal lidah.11
2.3.4 Gambaran Klinis
Gambar 2. Hairy Tongue21
Semua kasus hairy tongue ditandai dengan hipertropi papilla filiformis
disertai sedikit jumlah deskuamasi normal. Papila filiformis normal berukuran 1
mm, sedangkan pada hairy tongue panjang papilla filiformis berkisar lebih dari 3
mm. Hairy Tongue umumnya ditemukan pada pria, terutama pada kalangan perokok
dan peminum kopi atau teh. 20
Diskolorasi pada hairy tongue tergantung pada 2 faktor yaitu faktor ekstrinsik
(rokok, kopi, teh atau makanan) dan faktor intrinsik ( flora normal pada rongga
2.3.5 Gambaran mikroskopis
Pada tampilan bagian lidah yang normal, batas interselular dari sel epitel pada
lidah dibatasi dengan jelas, dan permukaan yang tidak terangkat dapat terlihat
(Gambar 3). Jumlah papila filiformis sedikit, ramping dan pendek dan permukaan
papilla halus.22
Pada hairy tongue, “rambut” yang ada terlihat panjang dan tidak beraturan
(Ganbar 4) , terdiri dari banyak lapisan keratin yang tersusun seperti pola skala ikan
(Gambar 5). Ditemukan banyak koloni-koloni jamur, bakteri dan debris diantara
kumpulan lapisan keratin (Gambar 6). Pada bagian dalam permukaan rambut yang
retak, ditemukan jamur diantara kumpulan lapisan keratin. Permukaan lidah di
antara rambut memberikan tampilan yang kasar (Gambar 7).22
Gambar 3. Bagian Lidah yang Normal, tanda panah menunjukkan permukaan yang tidak terangkat. Papila filiformis (P) mempunyai
Gambar 4. “rambut” pada papila filiformis yang memanjang memiliki permukaan yang kasar
(x80)22
Gambar 6. Sel jamur (F) dan koloni bakteri (B) diantara lapisan keratin (x 240)22
Gambar 7. Permukaan lidah di antara rambut
2.3.6 Diagnosis dan Perawatan
Biopsi tidak diperlukan dalam menentukan diagnosis.13 Pengobatan Hairy
Tongue tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Jika memiliki kebersihan
mulut yang sangat buruk maka dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter gigi,
sehingga dapat didiagnosis dan diobati sejak awal. Namun, jika kondisi ini ringan dan
tanpa gejala maka yang terbaik adalah melakukan perawatan gigi dan mulut, seperti
menggunakan pembersih lidah dan menggosok permukaan dorsal lidah sesering
mungkin sehingga mencegah akumulasi partikel makanan dan bakteri di wilayah ini.
Selain itu pasien dihimbau agar menghindari faktor predisposisi yang dapat
menyebabkan kondisi ini seperti merokok, mengunyah tembakau, menghisap permen
KERANGKA TEORI
Kebiasaan Merokok
Lama Merokok Jenis Rokok Jumlah Rokok Yang
Dihisap per hari
Kelainan pada Lidah
KERANGKA KONSEP
Kebiasaan Merokok
- Jenis Rokok - Lama Merokok - Jumlah Rokok yang
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan rancangan
cross sectional yaitu mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dengan
efeknya yaitu kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue. Faktor resiko dan
efek diobservasi pada saat yang sama artinya setiap subjek penelitian diobservasi
hanya satu kali saja dan faktor resiko serta efek diukur menurut keadaan atau status
pada saat diobservasi.23
3.2 Tempat dan Waktu
Tempat : Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung dengan luas
wilayah 1,49 km2 dan jumlah penduduk ± 21.514 jiwa berjarak ± 8 km dari medan
area tempat peneliti tinggal.24
Waktu : Sampai seluruh jumlah sampel terpenuhi.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1Populasi
Populasi penelitian adalah laki-laki di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah laki-laki yang berusia 20 tahun ke atas di
beberapa lingkungan di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung yang
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :25,26
Kelompok 1 : Laki-laki yang mempunyai kebiasaan merokok
Kelompok 2 : Laki-laki yang tidak mempunyai kebiasaan merokok.
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.4.1 Kriteria Inklusi :
a. Laki-laki yang merokok sekurang-kurangnya 6 bulan dan masih
merokok saat survei dilakukan.
b. Laki-laki yang bersedia diperiksa rongga mulutnya.
c. Laki-laki yang dapat membuka mulut dengan baik.
3.4.2Kriteria Eksklusi
a. Laki-laki yang sedang mengkonsumsi obat-obatan
b. Laki-laki yang mempunyai penyakit sistemik
c. Laki-laki yang hanya merokok sekali-sekali
d. Laki-laki yang merokok < 6 bulan.
3.5 Besar Sampel
Pengambilan sampel ditetapkan dengan menggunakan teknik non probability
suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau
sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.23
Untuk mendapatkan besar sampel yang akan diambil dalam penelitian ini,
penulis menggunakan persentase prevalensi hairy tongue di Jordania(1993) sebesar
3,4% dan prevalensi hairy tongue di Malaysia (2010) sebesar 0,1%,6,26 maka
diperoleh besar sampel dengan rumus :27
n =
Po = Proporsi hairy tongue penelitian sebelumnya = 0,034
do =1-Po = 0,966
Pa = Proporsi hairy tongue penelitian terkini = 0,01
da = 1-Pa = 0,99
Po-Pa = Perbedaan proporsi yang bermakna
n =
Kelompok 1 = 83 perokok
Kelompok 2 = 83 non perokok
3.6 Identifikasi Variabel Penelitian
3.6.1Variabel Dependen (efek) : hairy tongue.
3.6.2 Variabel Independen (risiko) : Kebiasaan Merokok :
- Lama (tahun) merokok
- Jenis Rokok
- Jumlah Rokok per hari
3.6.3 Variabel Independen (risiko) yang dikendalikan :
- Jenis Kelamin
- Umur
- Tidak menggunakan obat-obatan
- Tidak menderita penyakit sistemik
3.6.4. Variabel yang tidak terkendali : - oral hygiene
- kebiasaan minum kopi / teh
3.7. Definisi Operasional
a. Jenis Kelamin adalah warga Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan
b. Umur 20 tahun ke atas adalah laki-laki di Kelurahan Indra Kasih
Kecamatan Medan Tembung yang telah berusia diatas 20 tahun yang mempunyai
kebiasaan merokok.25,26
c. Merokok adalah suatu kegiatan menghisap hasil olahan tembakau yang
bersifat adiktif.
d. Sindrom lidah berambut (Hairy Tongue Syndrome) atau lingua nigra
adalah suatu kondisi dimana ada pertumbuhan papila filiformis berlebih pada
permukaan dorsal lidah ditandai dengan hipertrofi papila filiformis (panjang
3mm)17,20
e. Perokok adalah mereka yang merokok setiap hari untuk jangka waktu
minimal 6 bulan selama hidupnya dan masih merokok pada saat survei dilakukan.25
f. Kebiasaan Merokok meliputi :
- Jenis Rokok adalah berbagai macam rokok yang digunakan perokok
setiap harinya : rokok filter dan rokok kretek. Rokok filter merupakan rokok yang
memiliki gabus sebagai filter di pangkalnya. Rokok kretek merupakan rokok yang
tidak menggunakan filter di pangkalnya.
- Lama Merokok adalah lama seseorang melakukan kebiasaan merokok
dimulai dari waktu pertama kali sampai survey dilakukan (tahun)
- Jumlah rokok adalah banyaknya batang rokok yang dihisap oleh perokok
3.8 Sarana Penelitian 3.8.1 Alat
Alat yang digunakan untuk pemeriksaan oral adalah :
a. Kaca mulut, digunakan untuk menarik pipi/lidah untuk melihat dengan jelas
keadaan lidah yang ada.
b. Lampu senter, digunakan sebagai pencahayaan untuk melihat rongga mulut.
c. Spatula, digunakan untuk mengerok permukaan lidah untuk melihat ada
tidaknya hairy tongue.
3.8.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah sarung tangan dan masker untuk mencegah
infeksi silang serta kapas untuk mengeringkan permukaan lidah.
3.8.3 Formulir Pencatatan
Formulir Pencatatan terdiri dari :
- Blanko yang mencakup data demografi
(nama dan umur) dan data klinik pemeriksaan subjektif dan objektif
(pemeriksaan intraoral dan extraoral).
- Blanko kuesioner mengenai kebiasaan
merokok.
3.9 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mendatangi subjek di tempat yang
3.9.1 Data demografi dan Data Kebiasaan Merokok
Data demografi diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan
subjek yang dipilih oleh peneliti dan data kebiasaan merokok diperoleh dengan
wawancara terhadap subjek peneliti menggunakan kuesioner.
3.9.2 Data Klinik
Data klinik diperoleh dengan melakukan pemeriksaan terhadap subjek
penelitian dengan cara sebagai berikut :
- Subjek penelitian diminta duduk dalam posisi rileks
- Pemeriksaan klinis dilakukan dengan kaca mulut dibantu dengan penerangan
dengan menggunakan senter.
- Subjek diminta untuk menjulurkan lidahnya kemudian segera diperiksa.
Permukaan lidah dikeringkan dengan menggunakan kapas. Kemudian dengan
menggunakan spatula, permukaan lidah dikerok ringan.
- Apabila terdapat kelainan segera mendokumentasikan data dengan
menggunakan kamera
- Peneliti mencatat jika terdapat hairy tongue yang berhubungan dengan
kebiasaan merokok. Kriteria diagnosa klinis sesuai dengan kriteria definisi
operasional.
3.10 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan komputerisasi menggunakan program
3.11 Analisa Data
•SPSS
•Untuk melihat ada tidaknya hubungan antara kelainan hairy tongue
terhadap kebiasaan merokok dilakukan dengan uji statistik dengan uji Pearson
chi-square
SKEMA ALUR PENELITIAN
Pemilihan sampel laki-laki yang berusia 20 tahun ke atas yang mempunyai kebiasaan
merokok selama ± 6 bulan
Pembagian kuesioner dan wawancara langsung dengan bantuan kuesioner.
Pemeriksaan langsung kondisi lidah subjek peneliti
Pencatatan data / hasil pemeriksaan
Pengolahan dan analisis data
Evaluasi data
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Subjek penelitian berjumlah 166 orang yang dibagi atas 83 orang perokok dan
83 orang non perokok, semuanya laki-laki. Usia rata-rata subyek yang mempunyai
kebiasaan merokok adalah berkisar 40,65 tahun dengan usia terendah 21 tahun dan
usia tertinggi 70 tahun. Usia rata-rata subyek yang tidak mempunyai kebiasaan
merokok adalah 33 tahun dengan usia terendah adalah 21 tahun dan usia tertinggi
adalah 67 tahun.
Pada penelitian ini, distribusi kelompok perokok dengan frekuensi jumlah
perokok tertinggi adalah diantara subyek berusia 31-40 tahun sebesar 23 (27,7%) dan
kelompok umur 41-50 sebesar 23 (27,7%). Kelompok umur 21-30 tahun adalah
sebesar 20 (24,1%). Kelompok umur 51-60 tahun adalah 14(16,9 %). Kelompok
umur 61-70 tahun adalah sebesar 3 (3,6%).
Kelompok non perokok dengan frekuensi tertinggi adalah diantara subyek
berusia 21-30 tahun sebesar 45 (53 %). Kelompok umur 31-40 tahun sebesar
24(28,9%). Kelompok umur 41-50 sebesar 8(9,6%). Kelompok umur 61-70 tahun
Gambar 8. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur.
Pada penelitian ini, distribusi responden kelompok perokok dengan jenis
pekerjaan paling banyak yaitu kuli bangunan sebesar 35 orang (42,2%). Responden
yang memiliki mata pencaharian sebagai supir angkot sebesar 19 orang (22,9%),
tukang becak sebesar 17 orang (20,5%), dan bekerja sebagai karyawan biasa sebesar
12 orang (14,5%).
Distribusi responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok umumnya
bekerja sebagai karyawan biasa sebesar 28 orang (33,7%). Responden yang bekerja
sebagai kuli banguna sebesar 25 orang (30,1%), tukang becak sebesar 15 orang
Gambar 9. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Tabel 1. Distribusi Subjek dan Kontrol Menurut Kelainan-Kelainan yang Ditemukan
Pada Lidah.
Kelainan-kelainan lidah
Subyek Kontrol
n % n %
Hairy tongue 4 4,8 1 1,2
Coated tongue 49 59 29 34,1
Coated tongue + Fissured tongue 15 18,1 5 6
Fissured tongue 8 9,6 8 9,6
Makroglosia 2 2,4 1 1,2
Normal 5 6 39 47
Penelitian ini menunjukkan distribusi subyek menurut kelainan yang
ditemukan pada lidah. Dari seluruh sampel subyek yang ada, hanya terdapat 4 orang
dari kalangan perokok yang mempunyai hairy tongue (4,82%), dan 1 orang dari
kalangan non perokok mempunyai hairy tongue (1,2%), ditemukan juga kelainan lain
seperti coated tongue, fissured tongue dan makroglosia. (Tabel 1)
Tabel 2. Persentase Perokok Menurut Jenis Rokok
Jenis Rokok Jumlah %
Rokok Putih/ biasa 46 55,4
Rokok Kretek 37 44,6
Total 83 100
Penelitian menunjukkan persentase subyek perokok menurut jenis rokok yang
dihisap, terlihat bahwa jenis rokok yang paling banyak dihisap subyek adalah rokok
biasa yaitu sebesar 46 (55,4%) sedangkan penghisap jenis rokok kretek sebesar
Tabel 3. Persentase Perokok Menurut Lama Merokok (Tahun)
Lama Merokok (Tahun) Jumlah %
1-10 23 27,7
11-20 31 37,3
>20 29 34,9
Total 83 100
Penelitian ini menunjukkan persentase subjek perokok menurut lama
merokok, terlihat bahwa kebiasaan merokok yang paling lama dilakukan adalah
11-20 tahun sebesar 31(37,3%), dibandingkan dengan lama merokok selama >11-20 tahun
sebesar 29(34,9%). Responden dengan lama merokok 1-10 tahun sebesar 23(27,7%).
Rata-rata responden menghisap rokok selama ±16,22 tahun.(Tabel 3).
Tabel 4. Persentase Perokok Menurut Jumlah Rokok Yang Dihisap Per hari
Jumlah Rokok yang
dihisap Per hari
Jumlah %
1 bungkus 23 27,7
2 bungkus 23 27,7
>2 bungkus 37 44,6
Penelitian ini menunjukkan persentase perokok menurut jumlah rokok yang
dihisap responden per hari, terlihat bahwa penduduk Kelurahan Indra Kasih
Kecamatan Medan Tembung paling banyak menghisap rokok lebih dari 2 bungkus
per hari(37%) dan yang menghisap 1 dan 2 bungkus rokok per hari masing-masing
sebesar 23 orang (27,7%). Rata-rata responden menghisap rokok sebanyak ≥2
bungkus per hari. (Tabel 4)
Tabel 5. Persentase Hairy Tongue Berdasarkan Jenis Rokok
JENIS ROKOK
Hairy Tongue
Ada Tidak Ada
n % n %
Rokok Kretek 3 3,6 30 36,1
Rokok Biasa 1 1,2 49 59,3
Total 4 4,8 79 95,1
Penelitian ini menunjukkan persentase kelainan hairy tongue yang ada
berdasarkan jenis rokok yang dihisap responden, terlihat bahwa hairy tongue paling
banyak terdapat pada responden yang menghisap jenis rokok kretek sebesar 3 orang
(3,6%) dan terdapat 1 orang yang mempunyai kelainan hairy tongue pada responden
Tabel 6. Persentase Hairy Tongue Berdasarkan Lama Merokok (Tahun)
LAMA MEROKOK (TAHUN)
Hairy Tongue
Ada Tidak
n % n %
1-10 0 0 24 28,9
11-20 2 2,4 25 30,1
>20 2 2,4 30 36,1
Total 4 4,8 79 95,1
Penelitian ini menunjukkan persentase terjadinya hairy tongue berdasarkan
lama merokok, terlihat bahwa hairy tongue diderita responden yang menghisap rokok
selama 11-20 tahun sebesar 2 orang (2,4%) dan >20 tahun sebesar 2 orang (2,4%).
Tabel 7. Persentase Hairy Tongue Berdasarkan Jumlah Rokok yang Dihisap Perhari
(bungkus)
JUMLAH ROKOK
YANG DIHISAP
PERHARI
Hairy Tongue
Ada Tidak
n % n %
1 bungkus 2 2,4 19 22,9
2 bungkus 0 0 28 33,7
>2 bungkus 2 2,4 32 38,6
Total 4 4,8 79 95,2
Penelitian ini menunjukkan persentase terjadinya hairy tongue berdasarkan
jumlah rokok yang dihisap per hari, terlihat bahwa 2 orang responden(2,4%) yang
menghisap 1 bungkus setiap harinya mempunyai hairy tongue. Hairy tongue juga
ditemukan pada 2 orang responden (2,4%) yang menghisap rokok lebih dari 2
Tabel 8. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Terjadinya Hairy Tongue
SUBYEK
PENELITIAN
Hairy Tongue
Total Nilai p
Ada Tidak Ada
n % n % n %
0,173
Perokok 4 2,4 79 47,6 83 50
Bukan Perokok 1 0,6 82 49,4 83 50
Total 5 3 161 97 166 100
Penelitian ini menunjukkan perbandingan antara perokok dan non perokok
dengan terjadinya hairy tongue di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan
Tembung, ternyata hairy tongue yang ditemukan dari 166 subjek yang diteliti hanya
sebesar 5 orang(3%) dimana 4 orang diantaranya merupakan perokok dan 1 orang
diantaranya bukan perokok. Hasil uji statistik dengan tingkat kemaknaan p<0,05
untuk melihat hubungan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue
dengan menggunakan SPSS didapat hasil yaitu tidak terdapat hubungan antara
Tabel 9. Hubungan Antara Kelainan Hairy Tongue dengan Karakteristik Merokok.
Karakteristik Koefisien korelasi Nilai p
Jenis Rokok 0,138 0,214
Lama Merokok -0,120 0,280
Jumlah rokok per hari 0,035 0,752
*= signifikan
Penelitian ini menunjukkan hubungan yang ada antara kelainan hairy tongue
dengan karakteristik merokok. Hasil uji statistik dengan tingkat kemaknaan p<0,05
untuk melihat hubungan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue
dengan menggunakan SPSS didapat hasil yaitu tidak terdapat hubungan antara jenis
rokok, lama merokok, jumlah rokok per hari terhadap terjadinya hairy tongue dimana
nilai p = 0,214 dengan koefisien korelasi terhadap jenis rokok yaitu 0,318, nilai p =
0,280 dengan koefisien korelasi terhadap lama merokok yaitu -0,120, nilai p = 0,752
Gambar 10. Hasil penelitian perokok yang memiliki hairy tongue.
Gambar 11. Hairy tongue yang terdapat
pada orang yang tidak mempunyai
BAB 5
PEMBAHASAN
Meningkatnya prevalensi merokok di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia menyebabkan masalah rokok menjadi semakin serius. Hari tanpa tembakau
sedunia yang diperingati setiap tanggal 31 Mei tidak menyurutkan perokok untuk
mengurangi kebiasaannya. Sebagian perokok di Indonesia telah menganggap bahwa
merokok adalah suatu kebutuhan yang tidak bisa dielakkan, sehingga merokok
menjadi hal yang biasa bagi masyarakat.4 Menurut data Susenas (2001), prevalensi
merokok penduduk di Indonesia usia 15 tahun ke atas adalah 31,5%.25
Dari penelitian ini terlihat bahwa subjek penelitian dibagi menjadi 2
kelompok yaitu penduduk Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung yang
memiliki kebiasaan merokok dan penduduk yang tidak mempunyai kebiasaan
merokok (kontrol) masing-masing sebanyak 83 orang, sehingga total jumlah subjek
penelitian adalah 166 orang.
Kelainan lidah berupa hairy tongue pada penelitian ini ditemui sebanyak 5
orang (3%) dari 166 subjek penelitian. Hasil penelitian ini lebih tinggi dari penelitian
yang dilakukan Motallebnejad M, dkk (2008) yaitu sebanyak 1,2% dan oleh Koay
CL, dkk (2010) sebanyak 1%.26,28 Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah
pada masyarakat yang menjadi responden di Kecamatan Medan Tembung tentang
subjek yang diteliti, dimana responden dalam penelitian ini umumnya bekerja sebagai
kuli bangunan, supir angkot dan tukang becak. Namun, hasil ini diketahui lebih
rendah dibandingkan penelitian yang dilakukan Jahanbani J, dkk (2009) sebesar
8,9%.29 Hal ini dikarenakan pola hidup penduduk di masing-masing negara berbeda,
masyarakat di Indonesia umumnya mengkonsumsi makanan yang kasar (rough food)
seperti nasi yang merupakan makanan pokok bangsa Indonesia, kacang-kacangan,
sayuran mentah, buah-buahan, makanan kering, jagung, sereal kering. Hal ini berbeda
dengan masyarakat di bagian barat yang mengkonsumsi diet makanan lunak seperti
bubur gandum, saus apel, mashed potatoes, juice, keju, pudding, salad dan
sebagainya.30,31 Perbedaan pola makan yang terdapat pada tiap-tiap negara dapat
mempengaruhi kondisi lidah itu sendiri, makan makanan yang kasar (rough food)
umumnya dapat membersihkan lidah dengan sendirinya dibandingkan dengan
mengkonsumsi makanan yang lunak (soft food).32
Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara
kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Motallebnejad M, dkk dimana tidak diketahui korelasi dan
hubungan antara hairy tongue dan kebiasaan merokok dikarenakan rendahnya
persentase hairy tongue yang ada.28 Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Darwazeh A dan Pillai K(1993), ditemukan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara
kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue.6 Hal ini karena pada penelitian
yang dilakukannya tidak dikendalikan variabel-variabel dalam penelitian, seperti
Prevalensi hairy tongue di kalangan perokok diketahui cukup menonjol yaitu
4 orang (4,8%) dibanding kalangan non perokok sebesar 1 orang(1,2%). Hal ini
menunjukkan meskipun tidak diketahui ada hubungan yang signifikan antara
kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue, namun kebiasaan merokok cukup
memiliki peranan yang menonjol terhadap terjadinya hairy tongue. Temperatur rokok
pada bibir adalah 30˚C sedangkan ujung rokok yang terbakar bersuhu 900˚C. Asap
panas yang berhembus terus-menerus ke dalam rongga mulut menyebabkan
perubahan panas pada jaringan mulut. Iritasi kronis dan panas menyebabkan
perubahan vaskularisasi dan sekresi kelenjar air liur sehingga rongga mulut menjadi
kering dan lebih anaerob yang memberikan lingkungan yang sesuai bagi
pertumbuhan bakteri. Selain itu pengaruh asap rokok secara langsung menyebabkan
iritasi terhadap lidah dan secara tidak langsung melalui produk-produk rokok seperti
nikotin, sehingga fungsi normal mekanisme pertahanan dalam rongga mulut
terganggu. Hal ini menyebabkan keseimbangan pertumbuhan keratin pada permukaan
lidah menjadi terganggu yang kemudian mengakibatkan pertumbuhan papila
filiformis pada lidah berlebihan sehingga terjadi hairy tongue.3
Frekuensi hairy tongue paling banyak ditemui pada penghisap rokok kretek
yaitu sebesar 3 orang (1,8%). Hal ini dikarenakan kandungan nikotin pada rokok
filter dapat tersaring dengan lebih baik sehingga kandungan nikotin yang masuk ke
dalam rongga mulut lebih sedikit dibanding rokok kretek..33 Kandungan nikotin yang
terdapat dalam rokok dapat mempengaruhi fungsi dan morfologi muko sa lidah serta
Berdasarkan jumlah rokok yang dihisap dalam penelitian ini, diketahui bahwa
terdapat hairy tongue pada 2 orang responden yang menghisap rokok sebesar 1
bungkus per hari dan 2 orang responden yang menghisap rokok sebesar >2 bungkus
perhari. Data ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah
rokok yang dihisap per hari dengan terjadinya hairy tongue. Penelitian Anderson G
dkk(1997) menyatakan bahwa paparan nikotin berhubungan secara positif dengan
jumlah rokok yang dihisap. Namun tidak ada hubungan yang terlihat antara paparan
nikotin per hari dan masuknya nikotin per hari dengan jumlah rokok perhari yang
diukur dengan mesin pengukur nikotin.35 Tidak terdapatnya hairy tongue pada
responden yang menghisap rokok sebanyak 2 bungkus per hari kemungkinan
dikarenakan faktor usia responden dan oral hygiene yang cukup baik. Pada penelitian
ini, responden dengan kelainan hairy tongue yang menghisap 1 bungkus rokok per
hari memiliki oral hygiene yang jelek dan faktor usia yang senja. Penelitian Jahanbani
dkk (2009) menyatakan adanya hubungan antara terjadinya hairy tongue dengan
bertambahnya umur.29
Berdasarkan lama merokok responden, diketahui bahwa terdapat hairy tongue
pada responden yang telah menghisap rokok selama 11-20 tahun sebesar 2 orang dan
pada responden yang telah menghisap rokok selama lebih dari 20 tahun sebesar 2
orang. Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara lama
merokok dengan terjadinya hairy tongue. Hasil yang sama juga ditemukan pada
penelitian yang dilakukan Anderson G dkk(1997) yang menunjukkan tidak adanya
hubungan yang signifikan antara lama merokok dengan terjadinya hairy tongue.35
abnormal seperti rambut bagian tengah dorsal lidah merupakan suatu kondisi yang
paling sering terlihat pada perokok kronik.36 Perokok kronik berdasarkan Cancer
Journal for Clinicians merupakan perokok dengan lama merokok 40 tahun dan
jumlah rokok 26 batang atau lebih, sedangkan dalam penelitian ini rata-rata subjek
yang diteliti berusia 40 tahun dimana lama merokok subjek belum mencapai 40 tahun
(kronik).37
Hubungan yang signifikan ditemukan antara kelainan-kelainan lidah dengan
kebiasaan merokok. Komponen-komponen yang terkandung dalam asap rokok
diketahui mempengaruhi pertumbuhan lapisan papila filiformis pada permukaan
lidah.35 Selain hairy tongue, ditemukan juga kelainan-kelainan lidah lain yang
terdapat pada warga Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung yang
memiliki kebiasaan merokok seperti coated tongue, fissured tongue, dan makroglosia.
Pada subjek penelitian yang tidak memiliki kebiasaan merokok, ditemukan 1
orang responden yang mempunyai hairy tongue. Hal ini kemungkinan besar
dikarenakan oral hygiene yang buruk pada responden, faktor usia lanjut, dan
peminum berat teh, meskipun pada penelitian yang dilakukan Motallebnejad M,
dkk(2008) tidak dapat membuktikan adanya hubungan antara hairy tongue dan oral
hygiene.28
Dalam penelitian ini peneliti tidak menghubungkan antara kebiasaan lainnya
seperti oral hygiene, peminum teh atau kopi, peminum alkohol, pekerjaan dan tingkat
pendidikan dengan terjadinya hairy tongue. Dalam penelitian ini peneliti hanya
mencari hubungan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue. Untuk
hairy tongue dengan faktor-faktor kebiasaan lain yang dapat menyebabkan terjadinya
hairy tongue itu sendiri.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hairy tongue tidak
berkaitan dengan kebiasaan merokok di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan
Tembung. Hairy tongue juga tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap
lama merokok, jumlah rokok, dan jenis rokok. Namun terdapat prevalensi yang lebih
besar pada perokok terhadap terjadinya hairy tongue dibandingkan dengan
non-perokok.
Terjadinya hairy tongue dapat dicegah dengan mengurangi faktor-faktor
predisposisi yang dapat menyebabkan kondisi ini seperti merokok dan mengunyah
tembakau, namun hal ini dapat dikurangi juga dengan mencari alternatif lain seperti
meningkatkan kebersihan mulut yaitu menyikat lidah secara rutin dan mengkonsumsi
makanan kasar (rough food) untuk membantu pembersihan lidah secara natural.
Penelitian ini hanya mencari hubungan antara kebiasaan merokok dengan
terjadinya hairy tongue, oleh karena itu diharapkan adanya penelitian lanjutan untuk
melakukan evaluasi lebih lanjut antara hairy tongue dengan faktor predisposisi
lainnya seperti oral hygiene, minum teh atau kopi, obat kumur, obat-obatan dan
penyakit sistemik yang diderita. Selain itu diharapkan kepada tenaga kesehatan yang
ada untuk dapat lebih memberikan informasi, penyuluhan dan edukasi pada
daerah-daerah yang jauh dari perkotaan dimana penduduk yang ada berpendidikan rendah
DAFTAR PUSTAKA
1. Hermawan R. Menyehatkan Daerah Mulut. Buku Biru, Yogyakarta,
Indonesia. 2010 : 155-159
2. Ruslan.G. Efek Merokok Terhadap Rongga Mulut.Cermin Dunia Kedokteran
No 113. 1996 :41 <http://www.kalbe.co.id/files/14efek merokok terhadap
rongga mulut> (14 Agustus 2010)
3. Anonymus. Rokok dan Kesehatan Rongga Mulut.< http
://www.pdgi-online.com> ( 12 Agustus 2010)
4.
Fawzani N.,Triratnawati A. Terapi Berhenti Merokok (Studi Kasus 3 PerokokBerat). Makara Kesehatan, Vol 9. No 1, Juni 2005 :15-22.
5. Depkes RI. Data dan Fakta Konsumsi Rokok di Indonesia
<http://www.lizaherbal.com/main> (12 Agustus 2010)
6. Darwazeh AM, Pillai K. Prevalence of tongue lesions in 1013 Jordanian
dental outpatients. Community Dent Oral Epidemiol 1993; 21:323-4.
7. Anonymus. Sejarah Rokok <http://forum.detik.com> (13 Agustus 2010)
8. Anonymus. Rokok <http ://id.wikipedia.org> (13 Agustus 2010)
9. Anonymus. Sejarah Rokok di Indonesia <http://www.lintasberita.com> (13
Agustus 2010)
10.Simamora J. Inilah Perbedaan Rokok Putih dan Rokok Kretek.
<http://koranbaru.com> (3 September 2010)
11.Anonymus. Hairy/Coated Tongue Patient Information. American Academy of
12.Greenberg MS, Brightman VJ, Lynch MA. Burket’s Oral Medicine Diagnosis
and Treatment. J.B. Lippineott Company, London, 1984: 432,435
13.Julie A.B., Alison J.B.,Roy s.RIII. Glossitis and other tongue disorders.
Dermatol Clin 21.2003 : 123-134
14.Bouquot. Oral Effects of Tobacco Abuse. <
2010)
15.Putri T. Karakteristik Saliva.2010
<http://titianputri.blogspot.com/2010/02/karakteristik-saliva.html> (11
September 2010)
16.Ehrsam E. Black Hairy
Tongue.<http://knol.google.com/k/black-hairy-tongue> (3 September 2010)
17.Anonymus. Hairy Tongue Syndrome. <http://www.resep.web.id> (11
Agustus 2010)
18.Burket, L.W. Oral Medicine Diagnosis and Treatment. L.B. Lippineott
Company, Philadelphia. 1971 : 154
19.Lynch D.P. Hairy Tongue <http:// emedicine.medscape.com> (9 Agustus
2010)
20.Galvan S.V. Black Hairy Tongue. Clevel And Clinic Journal of Medicine.
<http://www.ccjm.org/content/75/12/847> (14 Agustus 2010)
21.Lawoyin D., Brown R.S. Drug-Induced Black Hairy Tongue : Diagnosis and
Management Challenges.2008
22.Harada Y., Gaafar H. Black Hairy Tongue : A Scanning electron microscopic
study. Journal of Laryngology and Otology 1997, vol. 91, no. 1 pp. 91-96
23.Notoatmodjo S.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta.2005: 26-149
24.Katalog BPS. Kecamatan Medan Tembung dalam Angka.2008
<http://bappeda.sumutprov.go.id/File_Upload/Data&Informasi/75_KCDA_M
EDAN/170.Tembung.pdf> (14 September 2010)
25.Anonymus. Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok.2004. <
26.Koay CL., Lim JA., Siar CH. The prevalence of tongue lesions in Malaysian
dental outpatients from the Klang Valley area. Faculty of Dentistry,
University of Malaya.Kuala Lumpur Malaysia.2010.
27.Sastoasmoro S., dan Ismael S. 2002. Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Klinis. CV. Sagung Seto, Jakarta., Edisi ke-2.
28.Motallebnejad M., Babaee N., Sakhdari S., Tavasoli M. An Epidemiologic
Study of Tongue Lesions in 1901 Iranian Dental Outpatients. The Journal of
Contemporary Dental Practice 2008. Vol 9:7
29. Jahanbani J., Sandvik L., Lyberg T., Ahlfors E. Evaluation of Oral Mucosal
Lesions in 598 Referred Iranian Patients. The Open Dentistry Journal 2009.
Vol 3;42-47
30.Anonymous. Food in Indonesia.
31.Anonymous. Soft Food Diet. <http://www.squidoo.com/softFood> (8
November 2010).
32.Cheryl A., Beller. Reasons for a Coated Tongue. 2010
<http://www.ehow.com/list_7301099_reasons-coated-tongue.html>
(14 Oktober 2010)
33.Susanna, D.,B. Hartono; dan H. Fauzan. Penentuan Kadar Nikotin Dalam
Asap Rokok (Level of Nicotin Content in Cigarettes). Jurnal Ekologi
Kesehatan Vol 2 No 3. 2003 :272-274
34.Yekta SS., Luckhoff A., Ristic D., Lampert F., Ellrich J. Impaired
somatosensation in tongue mucosa of smokers. Clin Oral Invest.2010
35.Anderson G., Vala EK., Curvall M. The influence of cigarette consumption
and smoking machine yield of tar and nicotine uptake and oral mucosal
lesions in smokers. J Oral Pathol Med 1997:26:117-23.
36.Kobayashi K, dkk. Dermoscopic Features of Features of a Black Hairy
Tongue in 2 Japanese Patients. 2010.
<http://www.hindawi.com/journals/drp/2010/145878.html> (10 Oktober
2010)
37.A Cancer Journal for Clinicians. Phone Counseling Plus Medication Help
Even Heavy Smokers Quit. CA Cancer J Clin, 2006:56;189-190.
CONTOH KUESIONER
Nama :
Umur :
1. Apakah saudara merokok ? Ya Tidak
Jika Ya, lanjut ke pertanyaan berikut :
2. Sudah berapa lama saudara merokok?
1 – 10 tahun
11-20 tahun >20 tahun
3. Jenis rokok apa yang anda hisap?
rokok kretek (non filter) rokok biasa (rokok filter)
4. Berapa batang saudara merokok dalam 1 hari?
1 bungkus
2 bungkus
> 2 bungkus
LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN
Selamat pagi Bapak-bapak,
Perkenalkan nama saya Wenti Komala, saat ini saya sedang menjalani
pendidikan dokter gigi di Universitas Sumatera Utara. Saya ingin memberitahukan
kepada bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian bahwa saya sedang melakukan penelitian
dengan judul “ Hubungan Merokok dengan Hairy Tongue di Kelurahan Indra
Kasih Kecamatan Medan Tembung “. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara hairy tongue dengan kebiasaan merokok. Hairy tongue
adalah kondisi lidah dimana lidah akan tampak seperti berbulu atau berambut.
Manfaat dari penelitian ini adalah agar para warga dapat mengetahui dampak
merokok terhadap lidah yaitu diantaranya lidah berbulu tersebut. Adapun kondisi
lidah berbulu ini sangat jarang ditemui.
Bapak-bapak sekalian, pada perokok umumnya ditemukan hairy tongue,
namun banyak faktor –faktor yang mendukung timbulnya kelainan pada lidah ini,
namun iritasi akibat rokok itu sendiri memegang peranan yang besar dalam timbulnya
hairy tongue. Oleh karena itu, dalam penelitian kali ini saya bermaksud meneliti
apakah memang terdapat hubungan kebiasaan merokok tersebut dengan kondisi lidah
berbulu.
Saya akan mencatat identitas bapak-bapak (nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan). Setelah itu saya akan bertanya beberapa pertanyaan mengenai
keluhan-keluhan pada lidah yang bapak sekalian rasakan dengan menggunakan kuesioner
yang ada. Adapun pemeriksaan yang akan saya lakukan diantaranya dengan melihat
lidah bapak ibu sekalian selama beberapa menit. Pertama-tama bapak dipersilahkan
duduk di dalam ruangan dengan nyaman, kemudian bapak dianjurkan untuk
menjulurkan lidah selama beberapa menit, saya akan mengamati dan memeriksa serta
kesediaan bapak-bapak sekalian agar memperbolehkan saya mengambil gambar
tersebut. Penelitian ini hanya bersifat pengamatan, jadi bapak-bapak sekalian tidak
perlu risau akan terjadi dampak-dampak ataupun efek-efek.
Partisipasi bapak-bapak sekalian dalam penelitian ini bersifat sukarela. Tidak
akan terjadi efek samping sama sekali. Apabila selama penelitian berlangsung ada
keluhan yang bapak bapak alami, silahkan menghubungi saya, Wenti Komala (HP.
085761169318)
Demikian penjelasan dari saya. Atas partisipasi dan kesediaan waktu
bapak-bapak , saya ucapkan terima kasih.
Peneliti,
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
( Inform Consent )
Saya yang namanya tersebut di bawah ini :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan
penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia
berpartisipasi pada penelitian ini.
Peneliti, Medan, / / 2010
Peserta penelitian,