• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Harga Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Di Pasar Modal Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Harga Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Di Pasar Modal Indonesia"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI

DI PASAR MODAL INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

BENNY PASARIBU

N I M : 050523018

DEPARTEMEN : EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

iv

instruments is bought and sold. This instrument can be either in the form of equity or debt. The capital market facilitated transaction of financial instrument such as stocks, bonds, warrants, rights, convertible bonds, and various derivatives such as option.

The objective of this study is to analyze the influences of several macro economics variable such as inflation rate, foreign exchange rate, and SBI interest rate on changes of Stock Price Index in Consumer Goods Sector in period July 2005 until October 2007. Basic to economic theory, several hypothesis was made as follow :

1. Inflation rate has positive influence on changes of Stock Price Index in Consumer Goods Sector.

2. Foreign exchange rate has negative influence on changes of Stock Price Index in Consumer Goods Sector.

3. SBI interest rate has negative influence on changes of Stock Price Index in Consumer Goods Sector.

The data employed is secondary data which collected from monthly or annually report published by Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik and Bursa Efek Jakarta. Multiple regression with Ordinary Least Square ( OLS ) method was used to analyzed the data, and the results as follow :

1. Inflation rate has positive influence on changes of Stock Price Index in Consumer Goods Sector.

2. Foreign exchange rate has negative influence on changes of Stock Price Index in Consumer Goods Sector.

(3)

v

Puji dan syukur bagi Tuhan atas segala kasihNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini guna memenuhi salah satu

syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

Adapun skripsi ini berjudul “ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI DI PASAR MODAL INDONESIA “, yang berisi pembahasan tentang pengaruh variable ekonomi makro seperti inflasi, nilai tukar

Rupiah dan suku bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham sektor Industri Barang

Konsumsi di pasar modal Indonesia periode Juli 2005 sampai dengan Oktober

2007.

Melalui kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang

setulusnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Jurusan

Ekonomi Pembangunan dan Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc. Sc, Phd,

selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Iskandar Syarif, MA, selaku Dosen Wali yang telah banyak

(4)

vi

5. Bapak Drs. Arifin Siregar, M.SP dan Bapak Drs. Jonathan Sinuhaji, MSi,

selaku Dosen Pembimbing.

6. Bapak/Ibu staf Pengajar serta seluruh staf Pegawai di Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

7. Teristimewa kedua orang tua tercinta, serta Abang, Kakak dan Adik yang

telah memberikan dukungan yang sepenuhnya kepada penulis.

8. Teman-teman di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, serta

semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis

sebutkan satu-persatu, terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari

sempurna, karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh sebab itu kritik dan

saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Maret 2008

(5)

vii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Hipotesis ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : URAIAN TEORITIS 2.1 Teori Inflasi ... 7

2.2 Teori Nilai Tukar ... 12

2.3 Teori Suku Bunga ... 22

2.4 Pasar modal ... 29

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 43

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 43

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 43

(6)

viii

4.1 Indeks Harga Saham ... 50

4.2 Indeks Harga Saham Sektor Industrti Barang Konsumsi ... 53

4.3 Hasil Evaluasi dan Interpretasi Data ... 56

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA

(7)

ix

Tabel Judul Halaman

(8)

x

Gambar Judul Halaman

(9)

xi

Lampiran Judul

1. Data Indeks Harga Saham Sektor Industri Barang Konsumsi

2. Data Inflasi

3. Data Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar

4. Data Suku Bunga SBI

5. Regresi analisis pengaruh variable Inflasi, Nilai Tukar

Rupiah Terhadap US Dollar, dan Suku Bunga SBI terhadap

perubahan Indeks Harga Saham Sektor Industri Barang

Konsumsi

(10)

1 1.1. Latar Belakang

Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang

tidak sedikit. Dalam pelaksanaannya, diarahkan untuk berlandaskan pada

kemampuan sendiri, disamping memanfaatkan dari sumber lainnya sebagai

pendukung. Sumber dari luar tidak mungkin selamanya diandalkan untuk

pembangunan. Oleh sebab itu, perlu ada usaha yang sungguh-sungguh untuk

mengarahkan dana investasi yang bersumber dari dalam, yaitu tabungan

masyarakat, tabungan pemerintah, dan penerimaan devisa.

Pasar modal merupakan alternatif menggali pembiayaan pembangunan.

Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar

modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi

keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal

menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan pihak yang memiliki

kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer), dengan

adanya pasar modal pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan

dananya tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak

issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk

kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi

perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal

memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi

(11)

Dengan adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian menjadi

meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi

perusahaan-perusahaan sehingga perusahaan-perusahaan dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar

dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran

masyarakat luas.

Secara perlahan namun pasti pasar modal telah tumbuh menjadi bagian

penting dari tumbuh dan berkembangnya perekonomian Indonesia. Sebagai

negara yang tengah membangun dan mengejar ketinggalannya dari negara-negara

lain , maka faktor pembiayaan perusahaan merupakan salah satu faktor penentu.

Pasar modal diharapkan mampu menjadi alternatif pendanaan bagi

perusahaan-perusahaan di Indonesia disamping perbankan. Kehadiran pasar modal, pada sisi

lainnya, dapat dilihat sebagai wahana dan alternatif dalam berinvestasi.

Pasar modal Indonesia dalam perkembangannya telah menunjukkan

eksistensinya sebagai bagian instrumen perekonomian, dimana indikasi yang

dihasilkannya banyak dipergunakan oleh para peneliti maupun praktisi untuk

melihat gambaran perekonomian Indonesia. Komitmen pemerintah Indonesia

terhadap peran pasar modal tercermin dalam undang-undang republik Indonesia

nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal. Dimana dinyatakan bahwa pasar modal

mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional, sebagai salah satu

sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat.

Berlakunya undang-undang tersebut dilengkapi dengan 2 peraturan pemerintah,

yaitu peraturan pemerintah No 45 Tahun 1995 tentang penyelenggaraan kegiatan

(12)

pemeriksaan dibidang pasar modal, serta tiga keputusan menteri keuangan

Republik Indonesia dan 106 peraturan BAPEPAM.

Sebagai salah satu instrumen perekonomian, maka pasar modal tidak

terlepas dari pengaruh yang berkembang di lingkungannya, baik yang terjadi di

lingkungan ekonomi mikro seperti peristiwa atau keadaan para emiten yang

meliputi laporan kinerja, pembagian deviden, perubahan strategi dalam rapat

umum pemegang saham (RUPS) maupun perubahan yang terjadi di lingkungan

ekonomi makro seperti nilai tukar Rupiah, laju inflasi, tingkat suku bunga SBI,

dan faktor-faktor lainnya.

Keputusan investor memilih suatu saham sebagai obyek investasinya

membutuhkan data historis terhadap pergerakan saham yang beredar di bursa.

Baik secara individual, kelompok, maupun gabungan. Mengingat transaksi

investasi saham terjadi pada setiap saham dengan variasi permasalahan yang

sangat rumit dan berbeda-beda, pergerakan harga saham memerlukan identifikasi

dan penyajian informasi dan bersifat spesifik. Kejadian-kejadian dan fakta historis

tersebut, harus dapat disajikan dengan sistem tertentu agar dapat menghasilkan

suatu informasi yang sederhana, konsisten dan mudah ditafsirkan oleh pelaku

pasar modal. Informasi yang sederhana namun dapat mewakili suatu kondisi

tertentu. Berdasarkan peta permasalahan inilah para investor dapat

membayangkan maupun memprediksi situasi yang akan terjadi di masa yang akan

datang.

Bentuk fakta historis yang dipandang sangat tepat untuk menggambarkan

pergerakan harga saham di masa lalu adalah suatu indeks harga saham yang

(13)

periodisasi tertentu pula. Indeks harga saham tersebut merupakan catatan terhadap

perubahan-perubahan maupun pergerakan harga saham sejak mulai pertama kali

beredar sampai pada suatu saat tertentu. Penyajian indeks harga saham

berdasarkan satuan harga yang disepakati. Metodologi pencatatan dan penyajian

informasi berdasarkan satuan angka yang disepakati. Metodologi pencatatan dan

penyajian informasi berdasarkan angka indeks tersebut dapat dikembangkan

dengan berbagai variasi, sesuai dengan tujuannya masing-masing. Dalam

kerangka itulah dikenal indeks harga saham individual, indeks harga saham

sektoral, indeks harga saham gabungan dan lain-lainnya.

Industri barang konsumsi merupakan salah satu sektor industri diantara

berbagai sektor-sektor industri yang ada di pasar modal Bursa Efek Jakarta.

Apabila dibandingkan dengan indeks pada tahun-tahun 1990-an, indeks harga

saham sektor industri barang konsumsi telah mengalami kemajuan yang cukup

besar. Namun perkembangan sektor ini terlihat sangat lambat apabila

dibandingkan dengan indeks harga saham sektor lainnya. Secara umum, fluktuasi

pada indeks harga saham sektor industri tidak sebesar fluktuasi pada indeks harga

saham sektor-sektor lainnya yang terdapat di Bursa Efek Jakarta. Padahal

keberadaan sektor industri ini secara langsung dirasakan oleh seluruh lapisan

masyarakat, baik untuk kalangan atas, menengah, ataupun bawah. Oleh karena itu

penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna penyelesaian skripsi dengan

judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Harga Saham

(14)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang pemilihan

judul diatas maka penulis merumuskan permasalahan sebagai dasar kajian

penelitian yang dilakukan.

Adapun perumusan masalah yang dibuat adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Sektor Industri

Barang Konsumsi Di Pasar Modal Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar terhadap

Indeks Harga Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Di Pasar Modal

Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh tingkat Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga

Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Di Pasar Modal Indonesia?

1.3.Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara permasalahan yang menjadi

objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Berdasarkan

perumusan masalah diatas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:

1. Inflasi mempunyai pengaruh positif terhadap Indeks Harga Saham Sektor

Industri Barang Konsumsi Di Pasar Modal Indonesia.

2. Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar mempunyai pengaruh negatif

terhadap Indeks Harga Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Di Pasar

Modal Indonesia.

3. Suku Bunga SBI mempunyai pengaruh negatif terhadap Indeks Harga

(15)

1.4. Tujuan penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga

Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Di Pasar Modal Indonesia.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap

US Dollar terhadap Indeks Harga Saham Sektor Industri Barang Konsumsi

Di Pasar Modal Indonesia.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Suku Bunga SBI terhadap

Indeks Harga Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Di Pasar Modal

Indonesia.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dan

pihak-pihak yang mengadakan penelitian dalam ruang lingkup yang sama.

2. Untuk menambah, melengkapi dan sebagai pembanding hasi-hasil yang

sudah ada dengan topik pembahasan yang sama

(16)

7 2.1. TEORI INFLASI

2.1.1. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan terjadinya kenaikan harga-harga umum

secara terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat

disebut sebagai inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada

(mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain.

Kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh faktor-faktor musiman ( misalnya

menjelang peringatan hari-hari besar), atau yang terjadi sekali saja ( dan tidak

mempunyai pengaruh lanjutan) tidak disebut inflasi. Kenaikan harga semacam ini

tidak dianggap sebagai masalah ekonomi dan tidak memerlukan kebijaksanaan

khusus untuk menanggulanginya.

Tingkat inflasi antara negara yang satu dengan lainnya berbeda-beda,

seperti inflasi di Indonesia dalam keadaan normal biasanya dibawah 10% per

tahun. Tetapi tingkat itu dapat berubah-ubah, seperti ketika terjadi krisis ekonomi

di Indonesia, tingkat inflasinya mencapai kurang lebih 80%. Tingkat inflasi

setinggi ini juga pernah terjadi di negara-negara lain, bahkan negara-negara

Amerika Latin seperti Meksiko dan Brasil, pernah mengalami hiperinflasi (tingkat

inflasi yang sangat tinggi), yaitu diatas 100%.

Ada beberapa definisi inflasi yang dikemukakan oleh ahli-ahli ekonomi

(17)

1. A.P. Lerner :

Inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan terhadap

barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan.

2. G.Cowt Hrey :

Inflasi adalah suatu keadaan dari nilai uang turun terus-menerus dan harga

naik terus.

3. Hawtry :

Inflasi adalah suatu keadaan karena terlalu banyak uang beredar.

Meskipun definisi diatas berbeda-beda, tetapi ada satu yang sama, yaitu

inflasi adalah kecenderungan dari tingkat harga-harga umum mengalami kenaikan

secara terus-menerus.

2.1.2. Jenis-Jenis Inflasi

Inflasi dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Penggolongan berdasarkan atas sifatnya.

1. Inflasi ringan ( 10 % setahun ), ditandai dengan kenaikan harga

berjalan secara lambat dengan persentase yang kecil serta dalam

jangka waktu yang relatif lama.

2. Inflasi sedang ( 10%-30% setahun), ditandai dengan kenaikan harga

yang relatif cepat atau perlu diwaspadai dampaknya terhadap

perekonomian.

3. Inflasi berat (30%-100% setahin), ditandai dengan kenaikan harga

yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang

(18)

harga-harga minggu atau bulan ini lebih tinggi dari minggu atau bulan

sebelumnya.

4. Hiper inflasi ( > 100% setahun), dimana inflasi ini paling parah

akibatnya. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan

uang, nilai uang merosot dengan tajam, sehingga ditukar dengan

barang. Harga-harga naik lima sampai enam kali. Biasanya keadaan

ini timbul oleh adanya perang yang dibelanjai atau ditutupi dengan

mencetak uang

b. Berdasarkan sebab terjadinya, inflasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Demand full inflation.

Adalah inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat

terhadap akan berbagai barang terlalu kuat. Demand full inflation terjadi

karena kenaikan permintaan agregat dimana kondisi perekonomian

telah berada pada kesempatan kerja penuh. Jika kondisi produksi telah

berada pada kesempatan kerja penuh, maka kenaikan permintaan tidak

lagi mendorong kenaikan output ataupun produksi tetapi hanya

mendorong kenaikan harga-harga yang disebut inflasi murni. Kenaikan

permintaan yang melebihi produk domestik bruto akan menyebabkan

inflationary gap yang menyebabkan inflasi.

2. Cost push inflation

Adalah inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi.

Pada Cost Push Inflation tingkat penawaran lebih rendah dibandingkan

tingkat permintaan. Karena adanya kenaikan harga faktor produksi

(19)

jumlah tertentu. Penawaran agregat terus menurun karena adanya

kenaikan biaya produksi.

3. Mixed inflation

Merupakan gejala kombinasi antara unsur inflasi yang

disebabkan kenaikan permintaan dan kenaikan biaya produksi. Pada

umumnya bentuk yang sering terjadi adalah inflasi campuran yaitu

kombinasi dari kenaikan permintaan dan kenaikan biaya produksi, dan

sering sekali keduanya saling memperkuat satu sama lain.

2.1.3. Pengaruh Inflasi

Akibat buruk inflasi dapat dibedakan dalam dua aspek, yaitu :

a. Akibatnya terhadap perekonomian.

• Inflasi menggalakkan penanaman modal spekulasi.

• Tingkat bunga meningkat dan akan mengurangi investasi.

• Terjadi defisit dalam neraca perdagangan serta meningkatkan

besarnya utang luar negeri.

b. Akibatnya kepada individu dan masyarakat.

• Memperburuk distribusi pendapatan.

(20)

2.1.4. Teori-teori Inflasi :

Paling tidak ada tiga teori tentang inflasi :

1) Teori Kuantitas

Inti dari teori kuantitas adalah, pertama, bahwa inflasi itu hanya

bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uang kartal

maupun uang giral. Bila terjadi kegagalan panen misalnya, yang

menyebabkan harga beras naik, tetapi apabila jumlah uang beredar tidak

ditambah, maka kenaikan harga beras akan berhenti dengan sendirinya.

Inti yang kedua ialah laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah

uang beredar dan psikologi atau harapan masyarakat mengenai kenaikan

harga-harga di masa yang akan datang.

2) Teori Keynes

Proses inflasi menurut Keynes adalah proses perebutan pendapatan

diantara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih

besar daripada yang dapat disediakan oleh masyarakat.

Kelompok-kelompok sosial ini misalnya orang-orang pemerintahan sendiri, pihak

swasta atau bisa juga serikat buruh yang berusaha mendapatkan kenaikan

gaji atau upah, dimana hal ini akan berdampak terhadap permintaan barang

dan jasa, yang pada akhirnya akan menaikkan harga.

3) Teori Strukturalis

Teori ini biasa disebut juga dengan teori inflasi jangka panjang,

karena menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekakuan struktur

ekonomi, khususnya penawaran bahan makanan dan barang-barang

(21)

lebih lambat dibandingkan peningkatan kebutuhan masyarakat. Akibatnya

penawaran (supply) barang kurang dari yang dibutuhkan masyarakat,

sehingga harga barang dan jasa meningkat.

Teori inflasi yang sering digunakan dan cukup terkenal adalah teori

kuantitas. Dalam teori kuantitas dikatakan bahwa inflasi sangat

dipengaruhi jumlah uang yang beredar. Dalam kenyataanya memang

jumlah uang yang beredar itu sangat berpengaruh terhadap inflasi.

2.2. TEORI NILAI TUKAR

2.2.1. Pengertian Nilai Tukar (Kurs)

Dalam perdagangan internasional pertukaran antara satu mata uang dengan

mata uang negara lain menjadi hal yang terpenting untuk mempermudah proses

transaksi jual beli barang dan jasa. Dari pertukaran ini terdapat perbandingan nilai

atau harga antara kedua mata uang tersebut dan inilah yang disebut dengan nilai

tukar atau kurs. Jadi, secara umum, kurs atau nilai tukar dapat diartikan sebagai

harga suatu mata uang terhadap mata uang asing atau harga mata uang luar negeri

terhadap mata uang domestik.

Dalam mekanisme pasar, kurs dari suatu mata uang akan selalu mengalami

fluktuasi (perubahan-perubahan) yang berdampak langsung pada harga

barang-barang ekspor dan impor. Perubahan-perubahan yang dimaksud antara lain :

a. Apresiasi, yaitu peristiwa menguatnya nilai tukar mata uang secara

otomatis akibat bekerjanya kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan

atas mata uang yang bersangkutan dalam sistem pasar bebas. Sebagai

(22)

luar negeri makin mahal, sedangkan harga impor bagi penduduk domestik

menjadi lebih murah.

b. Depresiasi, yaitu peristiwa penurunan nilai tukar mata uang secara

otomatis akibat bekerjanya kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan

atas mata uang yang bersangkutan dalam sistem pasar bebas. Sebagai

akibat dari perubahan kurs ini adalah harga produk negara itu bagi pihak

luar negeri menjadi murah, sedangkan harga impor bagi penduduk

domestik menjadi lebih mahal.

2.2.2. Teori-teori Kurs

a. Pendekatan perdagangan atau pendekatan elastisitas terhadap pembentukan

kurs.

Yakni nilai tukar dari dua negara ditentukan oleh besar kecilnya

perdagangan barang dan jasa yang berlangsung diantara kedua negara tersebut.

Menurut pendekatan ini, kurs equilibrium adalah kurs yang akan

menyeimbangkan nilai impor dan ekspor dari suatu negara. Jika nilai impor

negara tersebut lebih besar daripada nilai ekspornya (artinya negara tersebut

mengalami defisit perdagangan), maka kurs mata uangnya akan mengalami

peningkatan (artinya mata uangnya mengalami depresiasi atau penurunan nilai

tukar), sebaliknya jika nilai ekspor negara tersebut lebih besar dari nilai impor

(23)

b. Teori paritas daya beli (Purchasing Power Parity theory / PPP)

Merumuskan bahwa kurs diantara dua mata uang adalah identik dengan

rasio dari tingkat harga umum dari kedua negara yang bersangkutan. Artinya,

penurunan daya beli mata uang domestik akan diiringi dengan depresiasi mata

uangnya secara proporsional dalam pasar valas. Sebaliknya, kenaikan daya beli

mata uang domestik akan diikuti atau disusul dengan apresiasi mata uangnya

secara proporsional.

Menurut teori ini, pasar valas berada dalam kondisi keseimbangan apabila

semua deposito atau simpanan dalam berbagai valas menawarkan tingkat imbalan

yang sama. Kondisi dimana tingkat imbalan yang ditawarkan semua simpanan

dalam berbagai valas sama disebut kondisi paritas suku bunga (interest parity).

Dengan kata lain, segenap simpanan valas menawarkan tingkat imbalan resiko

kurs, dan kemungkinan perubahan kurs yang secara keseluruhan setara sehingga

prospek keuntungan ataupun daya tarik atas asset-asset tersebut besar. Kenaikan

suku bunga dari simpanan suatu mata uang domestik menyebabkan mata uang

domestik tersebut mengalami depresiasi terhadap mata uang asing,dengan asumsi

kondisi lainnya tetap (perkiraan kurs dimasa mendatang tidak berubah).

c. Pendekatan moneter (Monetary Aproach)

Merumuskan bahwa kurs tercipta dalam proses penyamaan atau

penyeimbangan stok atau total permintaan dan penawaran mata uang nasional di

masing-masing negara. Penawaran uang di suatu negara diasumsikan dapat

ditetapkan atau diciptakan secara independen oleh otoritas moneter dari negara

yang bersangkutan. Namun sebaliknya, permintaan uang sangat ditentukan oleh

(24)

suku bunga, dimana permintaan akan uang berbanding lurus dengan harga-harga

umum dan berbanding terbalik terhadap suku bunga. Pada tingkat pendapatan riil

atau harga-harga tertentu, suku bunga equilibrium terbentuk pada titik

perpotongan antara kurva permintaan dan kurva penawaran uang yang ada di

suatu negara.

Jadi pendekatan moneter dapat dikatakan terlalu mengutamakan peranan

uang (sektor moneter) dan cenderung mengabaikan peranan penting yang

dimainkan oleh perdagangan barang dan jasa (sektor riil) sebagai suatu faktor

pokok yang mempengaruhi besar kecilnya kurs, khususnya dalam jangka panjang.

Selain itu, pendekatan moneter mengasumsikan bahwa asset-asset

finansial domestik dan luar negeri seperti obligasi yang diterbitkan oleh berbagai

negara satu sama lain merupakan pengganti atau substitusi yang sempurna.

Namun dalam prakteknya, obligasi yang diterbitkan oleh satu negara sangat

berbeda, baik jenisnya maupun bobotnya dibandingkan dengan obligasi yang

diterbitkan oleh negara-negara lain. Hal inilah sebagai sumber kelemahan dari

pendekatan moneter yang dianggap bertumpu pada sejumlah asumsi yang kurang

realistis.

d. Pendekatan keseimbangan portofolio (Portofolio Balance Approach).

Merumuskan bahwa kurs sesungguhnya terbentuk dalam proses dan

penyeimbangan stock atau total permintaan dan penawaran asset-asset finansial

(dalam hal ini, uang dipandang hanya merupakan salah satu bentuk dari sekian

banyak jenis asset finansial) dalam setiap negara.

Asumsi yang dipergunakan dalam pendekatan ini adalah :

(25)

b. Memperhitungkan arti penting perdagangan (sektor riil)

2.2.3. Sistem Moneter Internasional

Sistem moneter internasional atau yang sering pula disebut sebagai tata

atau rejim moneter internasional, mengacu pada berbagai peraturan,

kebiasaan-kebiasaan, instrumen penunjang, fasilitas pelengkap, prosedur dan organisasi

berkenaan dengan pembayaran internasional. Sistem moneter internasional yang

dianut oleh suatu negara merupakan salah satu faktor penentu untuk mencapai

tujuan-tujuan kebijakan makro ekonomi dinegara tersebut yakni, bagaimana

mencapai keseimbangan internal (kondisi full employment yang disertai dengan

stabilitas harga) dan keseimbangan eksternal (mencegah terciptanya

ketidakseimbangan baik itu berupa defisit atau surplus neraca pembayaran yang

berlebihan).

Secara umum sistem moneter internasional yang pernah ada dalam sejarah

perekonomian dunia hingga saat ini terdiri atas :

a. Standar emas

Dalam standar emas, setiap negara diwajibkan untuk membakukan

kandungan emas dalam koin mata uangnya dan secara pasif bersiaga untuk

membeli atau menjual mata uangnya dalam jumlah berapapun pada harga tertentu

yang telah dibakukan demi mempertahankan kebakuan nilai tukar mata uangnya

masing-masing. Karena kandungan emas dalam setiap unit mata uang senantiasa

baku, maka dengan sendirinya kursnya pun selalu baku. Inilah yang disebut

(26)

Kurs hanya dapat berfluktuasi diatas atau dibawah paritas logam mulia itu

(diseputar titik emas) sebesar biaya pengapalan sejumlah emas yang setara

nilainya dengan satu unit valas dari suatu pusat moneter ke pusat moneter lainnya.

Kecenderungan dari suatu mata uang untuk mengalami depresiasi melampaui titik

ekspor emas secara efektif dicegah oleh berlangsungnya arus keluar emas dari

negara yang bersangkutan. Arus keluar emas ini langsung mencerminkan

keberadaan dan jumlah defisit pada neraca pembayaran di negara yang

bersangkutan. Sebaliknya, kecenderungan dari sebuah mata uang untuk

mengalami apresiasi.melampaui titik impor emas, dicegah oleh surplus pada

neraca pembayaran yang bersangkutan.

b. Sistem Bretton Woods

Pada dasarnya, Sistem Bretton Woods adalah sebuah standar tukar emas

(gold exchange standard). Dalam sistem ini, Amerika serikat diminta untuk

mempertahankan harga emas secara baku dengan harga $35 per ons emas dan ia

diminta untuk senantiasa siaga menukar dolar menjadi emas dalam jumlah

berapapun berdasarkan harga baku tersebut. Sedangkan negara-negara lain

diwajibkan untuk membakukan harga mata uang mereka terhadap dollar agar

tidak bergerak lebih dari 1% diatas atau dibawah nilai patokannya. Perubahan

kurs yang dikarenakan oleh kekuatan permintaan dan penawaran hanya

dimungkinkan sampai batas tertentu yang relatif sempit. Jika ada tanda-tanda

bahwa kurs akan melampaui batas-batas tersebut, maka negara pemilik uang yang

bersangkutan diwajibkan untuk melakukan intervensi mata uangnya terhadap

(27)

Kedua sistem diatas, baik standar emas maupun Sistem Bretton Woods

sering juga disebut dengan sistem kurs tetap (fixed exchange rate), dimana

pemerintah menetapkan atau membakukan nilai kurs mata uangnya pada tingkat

tertentu.

Secara terperinci, keunggulan dan kelemahan dari sistem kurs tetap ini

adalah:

Keunggulan

a. Memberikan tindakan stabilitas kurs, menghilangkan sumber

ketidakpastian dan ketidakstabilan harga lebih jauh.

b. Membantu menghindarkan perekonomian dari gangguan ekonomi

(goncangan moneter).

c. Menggairahkan perdagangan internasional, mendorong iklim bisnis yang

mendukung investasi jangka panjang.

d. Memberikan kerangka kerja ekonomi yang secara potensial lebih efisien.

Kelemahan

a. Penyesuaian kurs cenderung dilakukan hanya setelah semua tindakan

korektif lainnya gagal. Subordinasi sasaran ekonomi internal terhadap

sasaran ekonomi eksternal yang mendahului penyesuaian kurs dapat

memberi beban penyesuaian kepada perekonomian yang merugikan.

b. Dalam kondisi perekonomian seperti ekspor tidak selalu berkembang dan

ketergantungan pada impor strategis seperti energi sangat tinggi, maka

penyesuaian kurs bisa tidak mampu menghapus defisit neraca pembayaran

(28)

c. Dapat mencegah perekonomian bereaksi terlalu cepat terhadap kondisi

perekonomian yang berubah yang bisa membuat beban finansial yang

besar.

d. Salah penerapan kurs dapat mempercepat destabilisasi aliran modal dalam

jumlah yang besar.

e. Perlu cadangan devisa yang cukup untuk mempertahankan kurs.

f. Dugaan atau perkiraan mengenai devaluasi atau revaluasi dapat

menimbulkan spekulasi.

c. Sistem Kurs Mengambang (flexible exchange rate sytem)

Sistem kurs mengambang merupakan sistem moneter internasional yang

mengoreksi defisit atau surplus neraca pembayaran secara secara otomatis oleh

depresiasi atau apresiasi mata uang nasional di negara yang bersangkutan tanpa

melibatkan intervensi pemerintah serta tanpa pengurangan atau akumulasi asset

cadangan internasional yang dimiliki oleh negara tersebut. Secara teoritis, Sistem

kurs mengambang terdiri atas Sistem kurs mengambang bebas (freely floated

exchange rate system) yakni sistem kurs yang benar-benar bebas intervensi

pemerintah dan Sistem kurs mengambang terkendali (managed floating exchange

rate system) yakni sistem kurs mengambang yang disertai dengan intervensi

pemerintah. Namun dalam prakteknya, Sistem kurs mengambang bebas tidak

pernah ada, yang ada adalah Sistem kurs mengambang terkendali yang banyak

dipraktekkan oleh banyak negara dewasa ini.

Secara umum, ada 3 keunggulan pokok yang dimiliki oleh Sistem kurs

(29)

a. Otonomi kebijakan moneter

Jika Bank sentral tidak lagi harus mengintervensi pasar uang guna

membakukan kurs, maka pemerintah akan memperoleh kembali

kemampuannya untuk menggunakan kebijakan moneter untuk mencapai

sasaran keseimbangan internal dan eksternal. Lebih jauh, tidak ada

negara-negara yang terpaksa mengimpor inflasi atau deflasi dari luar negeri.

b. Simetri

Dalam Sistem kurs mengambang, baik Amerika serikat maupun

negara-negara lain memiliki peluang yang sama untuk mempengaruhi kurs

mata uang masing-masing terhadap mata uang lainnya.

c. Kurs sebagai stabilisator otomatis

Meskipun kebijakan moneter tidak dilancarkan, proses penyesuaian

kurs yang terbentuk oleh kekuatan pasar akan membantu semua negara

mempertahankan keseimbangan internal dan eksternal dalam menghadapi

perubahan permintaan aggregat.

Disamping keunggulan-keunggulan tersebut, tidak sedikit juga yang

menentang sistem kurs mengambang itu dengan menguraikan beberapa

kelemahannya, diantaranya:

a. Disiplin.

Bank-bank sentral yang terbebas dari kewajiban pembakuan kurs,

besar kemungkinan akan menerapkan berbagai kebijakan yang bersifat

(30)

b. Spekulasi dan gangguan pasar uang yang merusak stabilitas.

Dalam Sistem kurs mengambang, spekulasi kurs mudah tumbuh

sehingga menjurus pada instabilitas dalam pasar valuta asing. Instabilitas

ini, pada gilirannya akan menghasilkan berbagai dampak negatif terhadap

keseimbangan internal dan eksternal semua negara. Lebih jauh, gangguan

dalam pasar uang domestik menjadi lebih berbahaya bila dibandingkan

dengan gangguan dalam sistem kurs baku.

c. Ancaman terhadap investasi dan perdagangan internasional.

Sistem kurs mengambang membuat harga-harga internasional makin

sulit dipastikan atau diprediksikan sehingga mengganggu arus investasi

dan perdagangan internasional.

d. Kebijakan ekonomi yang tak terkoordinasi.

Bila peraturan Bretton Woods mengenai kurs ditinggalkan, maka mata

uang berbagai negara akan saling bersaing atau adu kuat. Hal ini tentu saja

membahayakan perekonomian dunia.

e. Ilusi mengenai otonomi yang lebih besar.

Sistem kurs mengambang sebenarnya tidak sepenuhnya memberikan

otonomi kebijakan bagi setiap negara. Perubahan-perubahan kurs

menimbulkan pengaruh-pengaruh makro ekonomi yang mendalam yang

akan memaksa Bank sentral untuk mempertahankan kebakuan kursnya,

meskipun tanpa komitmen formal untuk itu. Jadi Sistem kurs mengambang

hanya akan meningkatkan ketidak pastian dalam perekonomian dunia

tanpa memberikan kebebasan yang lebih besar untuk menerapkan

(31)

2.3. TEORI SUKU BUNGA 2.3.1 Pengertian Suku Bunga

Tingkat suku bunga memiliki fungsi alokatif dalam perekonomian

khususnya penggunaan uang dan modal. Maksudnya tingkat suku bunga dapat

dikatakan sebagai suatu balas jasa suatu alokasi tertentu terhadap si pemilik uang

atau modal.

Ada beberapa teori mengenai tingkat suku bunga ini. Teori-teori ini dapat

dijelaskan sebagai berikut.

a. Teori Klasik

Menurut teori klasik tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga. Di

mana makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk

menabung. Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat bunga di mana makin

tinggi tingkat bunga maka keinginan berinvestasi makin kecil. Makin rendah

tingkat bunga maka akan mendorong para investor untuk berinvestasi karena

biaya yang ditanggung semakin kecil dengan harapan profit yang maksimum.

Tingkat bunga dalam keadaan seimbang akan tercapai apabila keinginan

menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan

investasi dalam pasar yang seimbang pada keadaan Yfull employment (kondisi

pendapatan yang dicapai dengan menggunakan resources yang ada secara

maksimal). Di mana pasar secara bebas tanpa ada campur tangan pemerintah

(32)

Tingkat Tabungan Bunga

i1

i0

Investasi1 (I1)

Investasi0 (I0)

0 S0 S1 Jumlah Rupiah yang ditabung dan diinvestasikan

Gambar 2.2

Teori Klasik tentang Tingkat Suku Bunga

Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa tingkat suku bunga akan

mengalami keseimbangan (S0,i0) jika jumlah tabungan sama dengan investasi. Jika

tingkat suku bunga lebih besar dari i0 akan berdampak terhadap jumlah tabungan

lebih besar dari jumlah investasi. Katakanlah tingkat suku bunga yang baru

tersebut disimbolkan dengan i1 karena tingkat suku bunga dalam tabungan adalah

sama dengan tingkat suku bunga dalam investasi. Dengan tingginya tingkat suku

bunga ini, maka para investor akan ”enggan” untuk melakukan investasi akibat

dari meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan. Hal ini akan menggeser

keseimbangan semula menjadi tingkat keseimbangan yang baru yang berada pada

titik (S1,i1) di mana jumlah tabungan sama dengan investasi (I1).

b. Teori Keynes

Dalam teori Keynes, tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter.

Maksudnya tingkat bunga ditentukan oleh pasar uang yaitu permintaan dan

penawaran uang (demand and supply of money).

Menurut teori Keynes ada kemungkinan jumlah tabungan lebih besar dari

investasi pada national income dan bahwa tingkat bunga bukan media untuk

(33)

di Indonesia yaitu Bank Indonesia, dalam menciptakan kestabilan harga melalui

kebijakan tingkat bunga yang selayaknya. Bank sentral mengatasi tingkat inflasi

yang tinggi dengan menaikkan tingkat suku bunga yang tinggi. Akibatnya jumlah

tabungan meningkat sehingga jumlah uang beredar di masyarakat berkurang.

Naiknya tingkat bunga juga akan mengakibatkan investasi menurun, sehingga

GNP menurun. Begitu sebaliknya. Pertumbuhan ekonomi akan meningkat jika

tingkat bunga (diskonto) bank sentral mengalami penurunan karena dengan

turunnya tingkat bunga bank sentral akan memacu para investor dalam

menanamkan modalnya.

2.3.2 Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk dalam

Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka

waktu pendek dan dijualbelikan dengan diskonto. SBI terbit pertama kali tahun

1970 dengan tujuan menciptakan suatu instrumen pasar uang yang hanya

diperdagangkan antara bank-bank.

Sebagai salah satu instrumen OPT, SBI diterbitkan dan ditawarkan dalam

sistem lelang. BI secara tidak langsung mempengaruhi tingkat suku bunga di

pasar uang melalui SBI dengan cara mengumumkan Stop Out Rate (SOR), yaitu

tingkat suku bunga yang diterima oleh BI atas penawaran tingkat suku bunga dari

peserta lelang. Umumnya SOR tersebut digunakan sebagai indikator tingkat suku

(34)

Transaksi jual beli SBI dilakukan berdasarkan tingkat diskonto. Adapun

faktor yang mempengaruhi harga SBI itu sendiri adalah besarnya discount rate

dan jumlah hari jatuh tempo SBI bersangkutan. Rumus menghitung nilai tunai

(prececks) atau true discount SBI, yaitu:

Proceeds

2.3.3. Tujuan Penerbitan SBI

Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia menetapkan dan melaksanakan

kebijakan moneter untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Arah

kebijakan didasarkan pada sasaran laju inflasi yang ingin dicapai dengan

memperhatikan berbagai sasaran ekonomi makro lainnya, baik dalam jangka

pendek, menengah, maupun panjang. Implementasi kebijakan moneter dilakukan

dengan menetapkan sasaran operasional, yaitu uang primer (base money). Artinya,

jumlah uang primer yang berlebihan di BI dapat mengurangi kestabilan nilai

Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang

primer tersebut.

Penerbitan SBI memiliki dasar hukum tersendiri yang dikeluarkan oleh

(35)

Nomor 31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998. Surat keputusan ini berisi tentang

penerbitan dan perdagangan SBI serta mengenai intervensi BI terhadap Rupiah.

2.3.4. Karakteristik SBI

SBI memiliki beberapa karakteristik, antara lain :

(a) Jangka waktu maksimal 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan

untuk jangka waktu 1 bulan dan 3 bulan.

(b) Denominasi dari yang terendah Rp. 50 juta sampai dengan yang tertinggi Rp.

100 miliar.

(c) Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp. 100 juta dengan kenaikan

kelipatan Rp. 50 juta.

(d) Pembelian SBI didasarkan pada jangka waktu maksimal diperoleh dari rumus:

)

(e) Pembeli SBI memperoleh hasil berupa tingkat diskonto yang dibayar di muka.

Besarnya diskonto adalah nilai nominal dikurangi nilai tunai.

(f) Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan sebesar 15%.

2.3.5. Tata Cara Perdagangan SBI

Transaksi SBI dilakukan dengan tata cara perdagangan sebagai berikut:

(a) Penjualan SBI dilakukan melalui lelang.

(36)

(c) Lelang SBI dilakukan setiap hari Rabu dan dapat diikuti oleh seluruh bank

umum, pialang pasar uang dan pialang pasar modal dengan penyelesaian

transaksi hari Kamis.

(d) Dalam pelaksanaan lelang SBI, masing-masing peserta mengajukan

penawaran tingkat diskonto yang terendah sampai dengan jumlah SBI lelang

yang diumumkan tercapai.

(e) Untuk menjaga keamanan dari kehilangan atau pencurian serta menghindari

pemalsuan, maka pihak pembeli SBI memperoleh Bilyet Depot Simpanan

sebagai bukti atas penyimpanan fisik warkat atas SBI pada BI tanpa dipungut

biaya penyimpanan.

Tingkat suku bunga SBI merupakan tingkat suku bunga dalam bentuk

persen yang ditentukan oleh BI sebagai pemegang otoritas moneter dalam upaya

(37)

Gambar 2.3

Proses Pembelian SBI

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa masyarakat baik perusahaan

maupun perorangan tidak dapat secara langsung membeli SBI. Mereka harus

melalui pialang pasar uang ataupun pialang pasar modal yang ditunjuk oleh BI

untuk membeli SBI.

Pialang Pasar Uang / Pialang Pasar Modal

Perusahaan / perorangan

Bank

(38)

2.4. PASAR MODAL

2.4.1. Pengertian Pasar Modal

Pada umumnya tidak terdapat rumusan atau definisi yang baku mengenai

pengertian pasar modal, karena tiap-tiap orang mendefinisikannya tergantung

sudut pandang yang berbeda.

Pasar modal adalah suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga

seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi (Anoraga, 2003:7). Sedangkan

Dahlan Siamat menuliskan pengertian lain mengenai pasar modal yaitu suatu

tempat yang terorganisasi dimana efek-efek diperdagangkan (Siamat, 2004:249).

Pengertian lain menyebutkan pasar modal merupakan pasar untuk berbagai

instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam

bentuk utang ataupun modal sendiri (Darmadji, 2001:1). Menurut Kamus Pasar

Uang dan Modal definisi pasar modal adalah pasar kongkret atau abstrak yang

mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka

panjang, yaitu satu tahun ke atas. Dengan kata lain, pasar modal merupakan

sarana perusahaan untuk menawarkan surat berharga jangka panjang baik itu

berupa saham maupun obligasi guna menambah modal perusahaan.

Batasan mengenai pasar modal di Indonesia telah diatur dalam

Undang-Undang No. 15 tahun 1952, Keppres No. 60 tahun 1988 dan Undang-Undang-Undang-Undang No.

8 tahun 1995 yang isinya sebagai berikut:

a. Menurut Undang-Undang No. 15 tahun 1952, “Bursa adalah bursa-bursa

perdagangan di Indonesia, yang didirikan untuk perdagangan uang dan

(39)

b. Menurut Keppres No. 15 tahun 1988, “Pasar modal adalah bursa yang

merupakan sarana untuk mempertemukan penawar dan peminta dana

jangka panjang dalam bentuk efek, sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang No. 15 tahun 1952 tentang bursa”.

c. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1995, “Pasar modal

adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan

perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.

Undang-Undang tersebut di atas merupakan peraturan yang memberikan

batasan tentang pasar modal, dimana pasar modal merupakan sarana penawaran

dan permintaan dana jangka panjang serta lembaga dan profesi yang berkaitan

dengan efek.

Efek merupakan istilah baku yang digunakan Undang-Undang Pasar

Modal No. 8 Tahun 1995 untuk menyatakan surat berharga atau sekuritas.

Secara umum pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang

terorganisasi termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua

lembaga perantara di bidang keuangan serta keseluruhan surat-surat berharga yang

beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat berupa

gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi,

dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang

efek.

Pasar modal mengandung pengetahuan abstrak yang mempertemukan dua

(40)

mengisi yaitu calon penanam modal di satu pihak dan perusahaan yang

membutuhkan modal untuk mengembangkan usaha di pihak lain.

Sjahrir (1995:22) juga mengungkapkan beberapa alasan, perusahaan

melakukan go public :

a. Kebutuhan akan dana untuk melunasi (hutang jangka panjang atau jangka

pendek) sehingga mengurangi beban bunga.

b. Meningkatkan modal kerja

c. Membiayai perluasan perusahaan

d. Memperluas jaringan pemasaran dan distribusi

e. Meningkatkan teknologi produksi

f. Membayar sarana penunjang.

Perkembangan suatu pasar modal dipengaruhi oleh partisipasi yang aktif

dari perusahaan yang menjual sahamnya (go public), pemodal serta pihak-pihak

lain yang terlibat dalam kegiatan pasar modal. Ini berarti tanpa adanya partisipasi

yang aktif dari perusahaan-perusahaan yang potensial untuk go public, tidak ada

pemodal yang bergairah untuk menanamkan dananya dalam surat berharga, dan

kurang aktifnya lembaga penunjang pasar modal, maka suatu pasar modal tidak

akan berkembang dengan baik.

2.4.2. Penawaran Umum

Penawaran umum adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya

yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual

saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh

(41)

Untuk melakukan suatu penawaran umum sebuah perusahaan harus

melalui beberapa tahapan agar efeknya dapat dicatat di bursa efek.

Tahapan-tahapan tersebut antara lain.

a. Sebelum emisi, yaitu berisi persiapan-persiapan yang dilakukan untuk

memenuhi persyaratan-persyaratan yang dilakukan untuk memenuhi

persyaratan-persyaratan penawaran umum.

b. Tahapan emisi, yaitu masa dimana dilakukan penawaran umum hingga

saham-saham yang telah ditawarkan dicatatkan di Bursa Efek.

c. Tahapan sesudah emisi, yaitu berupa tahapan pelaporan sebagai

(42)

Tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat secara rinci pada gambar di bawah

BAPEPAM Pasar Perdana Pasar Sekunder Pelaporan

1. Rencana go

(43)

2.4.3. Pencatatan Efek

Adapun proses pencatatan efek di bursa efek adalah sebagai berikut:

a. Calon Perusahaan Terbuka (emiten) mengajukan permohonan pencatatan

di bursa dan kemudian BEJ akan mengevaluasi permohonan tersebut

apakah sesuai dengan ketentuan pencatatan di bursa. Selanjutnya calon

emiten tersebut melakukan presentasi seputar kinerja perusahaannya.

b. Jika memenuhi syarat, BEJ akan memberikan surat persetujuan prinsip

pencatatan yang dikenal dengan istilah Perjanjian Pendahuluan.

c. Calon emiten mengajukan Pernyataan Pendaftaran ke BAPEPAM.

d. Apabila telah mendapat Pernyataan Efektif dari BAPEPAM, maka calon

emiten melakukan proses Penawaran Umum atau disebut juga Public

Offering.

e. Emiten membayar biaya pencatatan.

f. BEJ mengumumkan pencatatan efek tersebut di bursa (Darmadji,

2001:60-61).

Saham yang dicatatkan di BEJ dibagi atas dua papan pencatatan yaitu

Papan Utama dan Papan Pengembangan di mana penempatan dari emiten dan

calon emiten yang disetujui pencatatannya didasarkan pada pemenuhan

persyaratan pencatatan awal pada masing-masing papan pencatatan.

Papan utama ditujukan untuk calon emiten atau emiten yang mempunyai

ukuran besar dan mempunyai catatan perusahaan yang baik. Sementara Papan

Pengembangan dimaksudkan untuk perusahaan-perusahaan yang belum dapat

memenuhi persyaratan pencatatan di Papan Utama, termasuk perusahaan yang

(44)

perusahaan yang sedang dalam penyehatan sehingga diharapkan pemulihan

ekonomi nasional dapat terlaksana lebih cepat.

Calon emiten bisa mencatatkan sahamnya di bursa, apabila telah

memenuhi syarat berikut:

a. Pernyataan Pendaftaran emisi telah dinyatakan efektif oleh Bapepam.

b. Calon emiten tidak sedang dalam sengketa hukum yang diperkirakan dapat

mempengaruhi kelangsungan perusahaan.

c. Bidang usaha baik langsung atau tidak langsung tidak dilarang oleh

undang-undang yang berlaku di Indonesia.

d. Khusus calon emiten pabrikan, tidak dalam masalah pencemaran

lingkungan (hal tersebut dibuktikan dengan sertifikat AMDAL) dan calon

emiten industri kehutanan harus memiliki sertifikat ecolabelling (ramah

lingkungan).

e. Khusus calon emiten bidang pertambangan harus memiliki izin

pengelolaan yang masih berlaku minimal 15 tahun; memiliki minimal 1

Kontrak Karya atau Kuasa Penambangan atau Surat Izin Penambangan

Daerah; minimal salah satu Anggota Direksinya memiliki kemampuan

teknis dan pengalaman di bidang pertambangan; calon emiten sudah

memiliki cadangan terbukti (proven deposit) atau yang setara.

f. Khusus calon emiten yang bidang usahanya memerlukan izin pengelolaan

(seperti jalan tol, penguasaan hutan) harus memiliki izin tersebut minimal

15 tahun.

g. Calon emiten yang merupakan anak perusahaan dan/atau induk perusahaan

(45)

listing tersebut lebih dari 50% dari pendapatan konsolidasi, tidak

diperkenankan tercatat di bursa.

h. Persyaratan pencatatan awal yang berkaitan dengan hal finansial

didasarkan pada laporan keuangan auditan terakhir sebelum mengajukan

permohonan pencatatan (Darmadji, 2001:61-62).

2.4.4. Jenis-Jenis Pasar Modal a. Pasar Perdana

Pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan

saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya

(penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa

(Sunariyah, 2006:13).

Penjualan perdana kepada publik (Initial Public Offering (IPO)) sekuritas

yang diterbitkan, baru boleh dilakukan setelah mendapat izin emisi dari

Ketua Bapepam. Pembelian sekuritas di pasar perdana adalah penjamin

emisi (underwriter) atau agen penjual (selling agent) dengan membawa

tanda bukti diri. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin

emisi dan perusahaan yang akan go public (emiten), berdasarkan analisis

fundamental perusahaan yang bersangkutan. Peranan penjamin emisi pada

pasar perdana selain menentukan harga saham, juga melaksanakan

penjualan saham kepada masyarakat sebagai calon pemodal. Saham yang

bersangkutan untuk pertama kalinya diterbitkan emiten dan dari hasil

penjualan saham tersebut keseluruhannya masuk sebagai modal

(46)

b. Pasar Sekunder

Pasar sekunder merupakan bursa/pasar tempat surat berharga

diperjualbelikan kembali antar pemodal di luar pasar perdana/primer.

Transaksi jual beli di pasar sekunder berlangsung di bursa efek. Harga

saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara

pembeli dan penjual. Perdagangan pasar sekunder, bila dibandingkan

dengan pasar perdana mempunyai volume perdagangan yang jauh lebih

besar. Dapat disimpulkan bahwa pasar sekunder merupakan pasar yang

memperdagangkan saham sesudah melewati pasar perdana. Sehingga hasil

penjualan saham disini biasanya tidak lagi masuk modal perusahaan,

melainkan masuk ke dalam kas para pemegang saham yang bersangkutan.

c. Pasar Ketiga (Bursa Paralel)

Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain diluar

bursa (over the counter market). Bursa paralel merupakan suatu sistem

perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa efek resmi, dalam pasar

sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan

Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina oleh Badan Pengawas Pasar

Modal. Dalam pasar ketiga ini tidak memiliki pusat lokasi perdagangan

yang dinamakan floor trading (lantai bursa). Operasi yang ada pada pasar

ketiga berupa pemusatan informasi yang disebut trading information.

Informasi yang diberikan dalam pasar ini meliputi harga-harga saham,

jumlah transaksi, dan keterangan lainnya mengenai surat berharga yang

(47)

dalam kedudukan sebagai pedagang efek maupun sebagai perantara

pedagang.

d. Pasar Keempat

Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau

dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke

pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek. Bentuk

transaksi dalam perdagangan ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar

(block sale). Meskipun transaksi pengalihan saham tersebut terjadi secara

langsung antara pemodal yang satu dengan pemodal yang lain, mekanisme

kerja dalam pasar modal menghendaki pelaporan terhadap transaksi block

sale tersebut kepada Bursa Efek Jakarta secara terbuka. Walaupun pada

akhirnya transaksi antar pemodal tersebut juga harus dicatatkan pula di

bursa efek (Sunariyah, 2006:12-15).

2.4.5. Manfaat Pasar Modal

Beberapa manfaat pasar modal antara lain:

a. Menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi dunia usaha

sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.

b. Memberikan wahana investasi bagi pemodal sekaligus memungkinkan

upaya diversifikasi.

c. Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara.

d. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat

(48)

e. Penyebaran kepemilikan, keterbukan dan profesionalisme, menciptakan

iklim berusaha yang sehat.

f. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.

g. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai

prospek (Darmadji, 2001:2).

Pasar modal dipandang sebagai suatu sarana yang efektif untuk

mempercepat pembangunan suatu negara, disamping itu pasar modal menjadi

alternatif penghimpun dana selain sistem perbankan. Manfaat pasar modal bisa

dirasakan baik oleh pemodal, emiten pemerintah maupun lemabaga penunjang

antara lain:

Manfaat pasar modal bagi emiten yaitu:

a. Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar.

b. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai.

c. Tidak ada “convenant” sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam

pengelolaan dana perusahaan.

d. Solvabilitas perusahan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan.

e. Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil.

f. Cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga nominal

perusahaan.

g. Tidak ada finansial yang tetap.

h. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas.

i. Tidak dikaitkan dengan kekayaan penjamin tertentu.

(49)

Sedangkan manfaat pasar modal bagi pemodal adalah sebagai berikut:

a. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi.

b. Memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki/memegang saham dan

bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi pemegang obligasi.

c. Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham, mempunyai

hak suara dalam RUPO bila diadakan bagi pemegang obligasi.

d. Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi, misal dari saham A

ke saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi

risiko.

e. Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang

mengurangi risiko.

Manfaat pasar modal bagi lembaga penunjang yaitu:

a. Menuju ke arah profesional di dalam memberikan pelayanannya sesuai

dengan bidang tugas masing-masing.

b. Sebagai pembentuk harga dalam bursa paralel.

c. Semakin memberi variasi pada jenis lembaga penunjang.

d. Likuiditas efek semakin tinggi.

Sedangkan manfaat pasar modal bagi pemerintah yaitu:

a. Mendorong laju pembangunan.

b. Mendorong investasi.

c. Penciptaan lapangan kerja.

d. Memperkecil Debt Service Ratio (DSR).

(50)

2.4.6. Risiko Investasi di Pasar Modal

Risiko investasi di pasar modal pada prinsipnya semata-mata berkaitan

dengan kemungkinan terjadinya fluktuasi harga (price volatility). Risiko-risiko

yang mungkin dapat dihadapi investor tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Risiko daya beli (purchasing power risk)

Sifat investor dalam menangani faktor risiko di pasar modal ini terdiri atas

dua, yaitu investor yang tidak menyukai risiko (risk averter) dan investor

justru menyukai menantang risiko (risk averse). Bagi investor kategori

pertama ini akan mencari atau memilih jenis investasi yang akan

memberikan keuntungan yang jumlahnya sekurang-kurangnya sama

dengan investasi yang dilakukan sebelumnya. Di samping itu, investor

mengharapkan memperoleh pendapatan atau capital gain dalam waktu

yang tidak lama. Akan tetapi, apabila investasi tersebut memerlukan waktu

10 tahun untuk mencapai 60% keuntungan sementara tingkat inflasi

selama jangka waktu tersebut telah naik melebihi 100% mak investor jelas

akan menerima keuntungan yang daya belinya jauh lebih kecil

dibandingkan dengan keuntungan yang dapat diperoleh semula. Oleh

karena itu, risiko daya beli ini berkaitan dengan kemungkinan terjadinya

inflasi yang menyebabkan nilai riil pendapatan akan lebih kecil.

b. Risiko bisnis (business risk)

Risiko bisnis adalah suatu risiko menurunnya kemampuan memperoleh

laba yang pada gilirannya akan mengurangi pula kemampuan perusahaan

(emiten) membayar bunga atau dividen.

(51)

Naiknya tingkat bunga biasanya menekan harga jenis surat-surat berharga

yang berpendapatan tetap termasuk harga-harga saham. Biasanya,

kenaikan tingkat bunga berjalan tidak searah dengan harga-harga

instrumen pasar modal. Risiko naiknya tingkat bunga misalnya jelas akan

menurunkan harga-harga di pasar modal.

d. Risiko pasar (market risk)

Apabila pasar bergairah (bullish) umumnya hampir semua harga saham di

Bursa Efek mengalami kenaikan. Sebaliknya apabila pasar lesu (bearish),

saham-saham akan ikut pula mengalami penurunan. Perubahan psikologi

pasar dapat menyebabkan harga-harga surat berharga anjlok terlepas dari

adanya perubahan fundamental atas kemapuan perolehan laba perusahaan.

e. Risiko likuiditas (liquidity risk)

Risiko ini berkaitan dengan kemampuan suatu surat berharga untuk dapat

segera diperjualbelikan dengan tanpa mengalami kerugian yang berarti

(52)

43 3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh Inflasi, Nilai

Tukar Rupiah terhadap US Dollar dan Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga

Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Di Pasar Modal Indonesia.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu jenis data yang

dipublikasikan, baik kuantitatif maupun kualitatif. Adapun data yang digunakan

dalam penelitian ini bersumber dari Bursa Efek Jakarta dan Bank Indonesia, yang

mencakup beberapa variabel. Data yang digunakan merupakan data bulanan, sejak

bulan Juli 2005 sampai dengan Oktober 2007 (28 Bulan).

3.3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan melalui

bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, laporan-laporan penelitian

ilmiah yang ada hubungannya dengan topik yang diteliti. Teknik pengumpulan

data yang digunakan adalah melakukan pencatatan langsung berupa data time

(53)

3.4. Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam menganalisis data adalah fungsi

linier berganda. Metode analisis data yang digunakan adalah metode kuadrat

terkecil biasa (ordinary least square / OLS). Fungsi yang digunakan di dalam

penelitian ini adalah:

Y = f (X1,X2,X3)

Kemudian dari fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam model

persamaan regresi linear dengan spesifikasi model, yakni :

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + µ

Dimana :

Y : Indeks Harga Saham Sektor Industri Barang Konsumsi

X1 : Inflasi (%)

X2 : Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar (Rp)

X3 : Suku Bunga SBI (%)

β1, β2, β3 : Koefisien Regresi

α : Intercept

(54)

Bentuk hipotesisnya secara matematis adalah sebagai berikut:

, Artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (Inflasi), maka Y (Indeks

Harga Saham Sektor Industri Barang Konsumsi) mengalami

kenaikan, ceteris paribus.

, Artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (Nilai Tukar Rupiah

terhadap US Dollar), maka Y (Indeks Harga Saham Sektor

Industri Barang Konsumsi) mengalami kenaikan, ceteris

paribus.

Artinya jika terjadi kenaikan pada X3 (Suku Bunga SBI), maka Y

(Indeks Harga Saham Sektor Industri Barang Konsumsi)

mengalami penurunan, ceteris paribus.

3.4.1 Test of goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 1. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar

variabel-variabel independen secara bersama mampu memberi penjelasan mengenai

variabel dependen.

2. Uji t-statistik

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah

masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen.

Dengan mengganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam uji ini

(55)

Ho : bi = b

Ha : bi ≠ b

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter

hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X1

terhadap Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu

Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh

secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependent. Nilai t-hitung diperoleh

dengan rumus:

t-hitung =

Sbi b bi )

( −

Dimana:

bi : Koefisien variabel independen ke-i

b : Nilai hipotesis nol

Sbi : Simpangan baku dari variabel independen ke-i

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho : β= 0 Ho diterima (t*<t-tabel) artinya variabel independen secara

parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha : β≠ 0 Ha diterima (t*>t-tabel) artinya variabel independen secara

(56)

3. Uji F-statistik

Uji F digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel

independen secara bersama-sama (serempak) terhadap variabel dependen. Untuk

pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut:

Ho : b1 = b2 = bk ………bk = 0 (tidak ada pengaruh)

Ha : bi = 0 ……….. i = 1 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai hitung dengan

F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka Ho ditolak, yang berarti variabel independen

secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.Nilai F-hitung dapat

diperoleh dengan rumus :

F-hitung =

R2 : Koefisien determinasi

k : Jumlah variabel independen

n : Jumlah sampel

Dengan kriteria pengujian pada tingkat kepercayaan (1 - α) 100% sebagai berikut

:

Ho diterima jika F-hitung > Fα

(57)

4. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

a. Multikolinearity

Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui apakah ada

hubungan yang kuat (kombinasi linear) diantara variabel independen.

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari nilai

R-Square, F-hitung, t-hitung serta standar error. Kemungkinan adanya

multikolinearity jika R2 dan F-hitung tinggi, sedangkan nilai t-hitung

banyak yang tidak signifikan pada α tertentu.

b. Serial Correlation/Autocorrelation

1. Uji Durbin-Watson (D-W test)

Uji Durbin-Watson (D-W test) digunakan untuk mengetahui apakah

didalam model yang digunakan terdapat autokorelasi diantara

variabel-variabel yang diamati. Uji Durbin-Watson (D-W test) dirumuskan sebagai

berikut :

Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut:

Ho : p = 0 berarti tidak ada autokorelasi

Ha : p ≠ 0 berarti ada autokorelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen

tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi

(58)

3.5 Definisi Operasional Variabel

1. Indeks Harga Saham Sektor Industri Barang Konsumsi adalah indeks

harga saham di sektor industri barang konsumsi yang telah disusun dan

diperhitungkan serta merupakan catatan terhadap perubahan harga saham

sejak pertama beredar sampai pada saat tertentu.

2. Inflasi adalah kenaikan harga secara umum, secara terus menerus dan

dalam jangka waktu tertentu.

3. Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar adalah harga atau perbandingan

antara mata uang Rupiah dengan US Dollar.

4. Suku Bunga SBI adalah tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia

(59)

50 4.1. Indeks Harga Saham

4.1.1. Pengertian Indeks Harga Saham

Pengambilan keputusan di dalam pembelian saham membutuhkan

data-data yang dapat dipertanggungjawabkan dan tidak menjebak para pemodal untuk

membeli saham. Semakin detail dan terinci data yang diperoleh maka

pengambilan keputusan untuk membeli saham akan semakin tepat. Hal ini

mengingat setiap pengambilan keputusan membutuhkan pemetaan permasalahan

dan alternatif keputusan yang akan diambilnya.

Keputusan pemodal memilih suatu saham sebagai obyek investasinya

membutuh data-data historis terhadap pergerakan saham yang beredar di bursa.

Baik secara individu, kelompok, maupun gabungan. Mengingat transaksi investasi

saham terjadi pada setiap saham dengan variasi permasalahan yang sangat rumit

dan berbeda-beda, pergerakan harga saham memerlukan identifikasi dan

penyajian informasi dan sifat spesifik.

Sistem pemetaan kejadian-kejadian historis tersebut menyangkut sejumlah

fakta maupun besaran tertentu yang menggambarkan perubahan-perubahan harga

saham di masa lalu. Bentuk informasi historis yang dipandang sangat tepat untuk

menggambarkan pergerakan harga saham di masa lalu adalah suatu indeks harga

saham yang memberikan deskripsi harga-harga saham pada suatu saat tertentu

Gambar

Gambar 2.2 Teori Klasik tentang Tingkat Suku Bunga
Gambar 2.3
Tahapan-tahapan Gambar 1.  Go Public
Tabel 1.
+6

Referensi

Dokumen terkait

Maka galeri perancangan interior Museum Tekstil Jawa Barat akan terbagi menjadi empat bagian yaitu galeri proses pembentukan benang, galeri proses pembentukan kain,

Tujuan penelitian ini untuk mengukur tingkat kepuasan pengguna sistem LMS dalam kaitannya dengan proses knowledge sharing di lingkungan AMIK BSI Tegal yang

Pada periode penelitian tahun 2002 sampai dengan 2012 nilai nisbah cenderung mengalami peningkatan yaitu dari 10.725 menjadi 12.951, hal ini disebabkan penggunaan tata

Tiiak hanya untuk pelacakan data, dalam perkembangannya juga untuk pengedit-sm apa yang telah diternukan oleh pegutas referensi yang selanjutnya bisa dikirirn langsung ke

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang sudah dikemukakan pada uraian sebelumnya, hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini yaitu

Arab Spring adalah fenomena yang menonjol dalam dinamika hubungan internasional di kawasan Timur Tengah pada tahun 2011.. Fenomena ini bahkan berkembang dan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa iklan rokok A Mild versi “Gelar” ini mengandung pesan kritik sosial dalam bentuk sindiran, bahwa di tengah kondisi

serta Tim Paduan Suara Universitas Airlangga yang tidak dapat saya sebut satu persatu, yang telah bekerja keras sehingga upacara dapat terlaksana dengan sangat