DAMPAK BENCANA PASCA MELETUSNYA GUNUNG SINABUNG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA BEKERAH
KECAMATAN NAMAN TERAN KABUPATEN KARO SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
Sartika Br Karo
NIM: 100902035
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Sartika Br Karo
NIM : 100902035
ABSTRAK
DAMPAK BENCANA PASCA MELETUSNYA GUNUNG SINABUNG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA BEKERAH
KECAMATAN NAMAN TERAN KABUPATEN KARO
Salah satu masalah sosial yang dihadapi bangsa Indonesia pada saat ini adalah dengan kejadiaan bencana alam dan dampaknya bagi penduduk sekitar lokasi bencana alam. Dari setiap bencana alam yang terjadi pasti menimbulkan kerugian yang besar dari setiap aspek kehidupan. Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu aktivitas sosial, dampak dalam bidang sosial mencakup kematian luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan komunitas, sementara kerusakan lingkungan dapat mecakup hancurnya hutan yang melindungi daratan. Gunung Sinabung adalah gunung api di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, gunung ini tidak pernah tercatat aktif sejak tahun 1600 tetapi mendadak aktif kembali meletus pada tahun 2010. Pada akhir-akhir ini kembali aktif pada September 2014. Desa Bekerah merupakan salah satu desa yang berada di zona merah radius 2 kilometer dari kawah Gunung Sinabung, sehingga lokasi ini merupakan lokasi yang paling dekat dengan dampak bencana meletusnya Gunung Sinabung.
Penelitian ini tergolong kedalam tipe penelitian eksplanatif yaitu penelitian yang secara khusus dilakukan dengan tujuan menguji atau membuktikan hipotesis dengan metode pendekatan kuantitatif, Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Adapun jumlah populasi dari penelitian ini adalah 348 Jiwa, seluruh masyarakat Desa Bekerah yang terkena dampak bencana letusan Gunung Sinabung yang berada di posko pengungsian Universitas Karo dalam penentuan sampel peneliti mengambil 10% dari populasi yaitu sebanyak 35 orang . Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data eksplanatif. Untuk melihat hubungan antara variabel-variabel penelitian, teknik pengujian hipotesis korelasi yang digunakan adalah uji t.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dampak bencana pasca meletusnya Gunung Sinabung terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo bahwa meletusnya Gunung Sinabung memberikan dampak yang sangat buruk terhadap kehidupan sosial ekonomi penduduk.
UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCES THE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE
Name: Sartika Br. Karo NIM: 100902035
ABSTRACT
THE IMPACT OF THE DISASTER AFTER THE ERUPTION OF MOUNT SINABUNG ON THE SOCIOECONOMIC LIFE OF THE VILLAGERS BEKERAH NAMAN TERAN
SUB-DISTRICT KARO REGENCY
One of the social problems faced by the people of Indonesia at the time of the incident it is by natural disasters and their impact for the residents around the site of a natural disaster. From any natural disasters that happen would cause heavy losses from every aspect of life. Natural disasters can lead to destructive impacts on economic, social and environmental. Infrastructure damage could disrupt social activities in the field of social impact, including the death of injuries, pain, loss of shelter and community turmoil, while environmental degradation can be mecakup the destruction of forests that protect the Mainland. Mount Sinabung is Mount fire on the plateau of Karo Regency, this mountain was never recorded active since 1600 but suddenly erupted again in 2010. On a late return is active in September 2014. Bekerah village is one of the villages that are in the red zone, a radius of 2 kilometers from the crater of Mount Sinabung, so this location is the location that is closest to the catastrophic impact of the eruption of Mount Sinabung.
This research belongs to the type of research eksplanatif research that is specifically made for the purpose of testing or proving the hypothesis with the method of quantitative approaches, the goal of quantitative research is to develop and employ mathematical models, theories and/or hypotheses pertaining to natural phenomena. As for the population of this research is 348 inhabitants, the whole village community disaster-affected Bekerah eruption of Mount Sinabung located in Karo University refugee command post in the determination of a sample of researchers took 10% of the population, as many as 35 people. Technique of data analysis in this research is eksplanatif data analysis techniques. To see the relationships between variables, hypothesis testing technique research on the correlation of the test used was t.
Based on the results of the research that has been done in post disaster impact mount Sinabung eruption against the socio-economic life of the village community BekerahNamanTeran Sub-district Karo Regency that the eruption of Mount Sinabung gives a very bad impact on the socioeconomic life of the population.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk semua berkat
dan rahmat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini tidak akan mungkin
terselesaikan tanpa penyertaanNya dan bantuan dari berbagai pihak yang turut membantu dan
mendukung penulis.
Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera
Utara. Skripsi ini berjudul: “Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo”
Pada Kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada
segala pihak yang telah bersedia membantu dan menyemangati dalam pekerjaan skripsi ini.
Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. M. Badaruddin selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Hairani Siregar selaku Ketua Depertemen Kesejahteraan Sosial
3. Bapak Agus Suriadi, Sos.Msi sebagai pembimbing. Terimakasih penulis ucapkan untuk semua yang telah diajarkan dan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini,
dan semangat yang tidak pernah bosan bapak berikan.
4. Seluruh Dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga bagi penulis, selama masa perkuliahan.
6. Teristimewa untuk kedua orangtua penulis, Bapak N. Sitepu dan Ibunda H. Br Ginting terimakasih buat doa yang tak pernah putus, segala kasih sayang yang tak pernah terhingga, buat dukungan dan memenuhi segala kebutuhan penulis sehingga
kini sampai pada tahap akhir perkuliahan. Semua doa dan harapan kalian akan terus
memacu untuk menjadi lebih baik lagi... ‘ Bapa/Nande sabar kam ya.. walaupun udah
1 tahun ini kita hidup di pengungsian, semua akan indah pada waktunya tetap kuat
didalam Tuhan. Buat Nenek Tigan yang selalu memberikan semangat dan mendoakan penulis.
7. Buat keluarga yang meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu, Sadrah Sahdi Sitepu adekku sintengah ingat kita harus bahagiakan orangtua kita dan Abetnego Sitepu adek uda semangat sekolahnya.. rajin belajar jangan malas-malas kalau disuruh mamak , Bang Inganta Pulung Sitepu, Angga Ginting, Silvi Srinovela Ginting, Ika Surinaita, dan Seri.
8. Teristimewa untuk kawan-kawan yang berperan besar sampai detik ini Ester Silaban, Grace Hutagalung, Mega Sitinjak, Denti Hutahean, Lispayoni Sembiring, Sari Sitepu, Marlina Ginting, Monika Tarigan, Keristiani Sembiring Selvi Ginting, Agus Sitepu yang memberi masukan dalam penulisan skripsi ini dan semangat yang tak pernah bosan, pernah mengenal kalian adalah hal terbaik dalam
hidup.
9. Buat sahabat ku Nande laboh “ Septi Astriani Tarigan” Trimakasih buat smangat dan cerita galaunya sukses selalu ya...dan badai pasti berlalu
bersama...tetap semangat kuliahnya ya...ingat anak yang paling tua harus menjadi
panutan bagi adik-adiknya, harus madiri
11.Seluruh Staff Posko UKA Kabanjahe dan Staf Kepala Desa Bekerah yang telah meluangkan waktu untuk membantu.
12.Terimakasih penulis ucapkan kepada segala pihak yang belum tersebutkan, untuk
semua bantuan dan dukungan yang sangat berarti dabi penulis dan tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis dengan terbuka hati menerima segala saran membangun dan masukan yang
dapat semakin menyempurnakan skripsi ini, untuk itu penulis ucapkan terimakasih.
Medan, Oktober 2014
Penulis,
Sartika Br Karo
DAFTAR ISI
1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian...10
1.3.1.Tujuan Penelitian...10
2.3.3. Peristiwa Gunung Meletus di Indonesia...19
2.3.4. Penyebab Gunung Berapi Meletus...22
2.3.5. Gunung Sinabung...25
2.3.6. Dampak Gunung Meletus...29
2.3.7. Penanggulangan Letusan Gunung Berapi...34
2.3.8. Peranan Pekerja Sosial dalam Menangani Korban Bencana Alam...35
2.4. Pengertian Kehidupan Sosial Ekonomi...36
2.4.1. Perekonomian Keluarga...38
2.7.Defenisi Konsep dan Defenisi Oprasional...49
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1. Lokasi Penelitian...55
4.2. Sejarah Berdirinya Desa Bekerah...55
4.3. Gambaran Umum Desa Bekerah Sebelum dan Sesudah Meletusnnya Gunung Sinabung...56
4.3.1.Luas Wilayah...57
4.3.2.Jumlah Penduduk...57
4.3.3. Gambaran Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Posko Pengungsian UKA Kabanjahe...58
4.3.4. Gambaran Penduduk Desa Bekerah Berdasarkan Mata Pencaharian...66
4.4. Topografi Desa Bekerah...66
4.5. Gambaran Sarana dan Prasarana Desa Bekerah...66
4.5.1. Sarana Kesehatan 4.5.2. Sarana Pendidikan 4.5.3. Sarana Ibadah 4.6. Struktur Penanganan Pengungsi di Posko Pengungsian UKA Kabanjahe...67
BAB V ANALISIS DATA 5.1. Identitas Responden...68
5.1.1. Identitas Responden Berdasarkan Agama...71
5.1.2. Identitas Responden Berdasarkan Suku ...71
5.2. Tentang Pendapatan...72
5.3. Tentang Pendidikan...76
5.4. Tentang Kesehatan...78
5.5. Analisis Data Kuantitatif Perbandingan Dampak Setalah dan Sebelum Gunung Sinabung Meletus...80
5.5.1. Uji t Untuk Pendapatan...81
5.5.2. Uji t Pendapatan Untuk Biaya Pendidikan Anak...83
5.5.3. Uji t Pendapatan Untuk Yang Membiayai Sekolah Anak...85
5.5.4. Uji t Pendapatan Untuk Pencari Nafkah Dalam Keluarga...87
5.5.5. Uji t Pendidikan Untuk Anggota Keluarga Yang Bersekolah...89
5.5.6. Uji t Untuk Kesehatan...91
5.5.7. Uji t Kesehatan Untuk Kemampuan Berobat...93
BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan...95
DAFTAR BAGAN & GRAFIK
Bagan 2.1 Alur Pikir...47
Grafik 4.1. Data Penduduk Desa Bekerah Menurut Jenis Kelamin Sebelum Meletusnya Gunung Sinabung...58
Grafik 4.2. Data Penduduk Desa Bekerah Menurut Jenis Kelamin di Posko UKA Kabanjahe Setelah Meletusnya Gunung Sinabung...59
Grafik 4.3. Data Peduduk Desa Bekerah Menurut Usia Sebelum Gunung Sinabung Meletus...60
Grafik 4.4. Data Peduduk Desa Bekerah Menurut Usia di Posko Uka Setelah Gunung Sinabung Meletus...61
Grafik 4.5. Data Penduduk Desa Bekerah Berdasarkan Agama Sebelum Gunung Sinabung Meletus...62
Grafik 4.6. Data Penduduk Desa Bekerah Berdasarkan Agama di Posko Pengungsian UKA Sesudah Gunung Sinabung Meletus...63
Grafik 4.7. Data Penduduk Desa Bekerah Berdasarkan Pendidikan Sebelum Gunung Sinabung Meletus...64
Grafik 4.8. Data Penduduk Desa Bekerah Berdasarkan Pendidikan Sesudah dan Sebelum Gunung Sinabung Meletus...62
Tabel 5.1. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...68
Tabel 5.2. Identitas Responden Berdasarkan Usia...69
Tabel 5.3. Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan...70
Tabel 5.4. Identitas Responden Berdasarkan Agama...71
Tabel 5.5. Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan...72
Tabel 5.6. Data Pendapatan Responden Perbulan Sebelum dan Sesudah Gunung ...73
Tabel 5.7. Data Pencari Nafkah Dalam Keluarga Responden ...74
Tabel 5.8. Data Pendapatan Responden Dalam Memenuhi Kebutuhan Pendidikan anak...75
Tabel 5.9. Data Responden Berdasarkan Anggota Keluarga Yang Bersekolah...76
Tabel 5.10. Data Responden Berdasarkan Sumber Biaya Pendidikan Anak...77
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Sartika Br Karo
NIM : 100902035
ABSTRAK
DAMPAK BENCANA PASCA MELETUSNYA GUNUNG SINABUNG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA BEKERAH
KECAMATAN NAMAN TERAN KABUPATEN KARO
Salah satu masalah sosial yang dihadapi bangsa Indonesia pada saat ini adalah dengan kejadiaan bencana alam dan dampaknya bagi penduduk sekitar lokasi bencana alam. Dari setiap bencana alam yang terjadi pasti menimbulkan kerugian yang besar dari setiap aspek kehidupan. Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu aktivitas sosial, dampak dalam bidang sosial mencakup kematian luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan komunitas, sementara kerusakan lingkungan dapat mecakup hancurnya hutan yang melindungi daratan. Gunung Sinabung adalah gunung api di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, gunung ini tidak pernah tercatat aktif sejak tahun 1600 tetapi mendadak aktif kembali meletus pada tahun 2010. Pada akhir-akhir ini kembali aktif pada September 2014. Desa Bekerah merupakan salah satu desa yang berada di zona merah radius 2 kilometer dari kawah Gunung Sinabung, sehingga lokasi ini merupakan lokasi yang paling dekat dengan dampak bencana meletusnya Gunung Sinabung.
Penelitian ini tergolong kedalam tipe penelitian eksplanatif yaitu penelitian yang secara khusus dilakukan dengan tujuan menguji atau membuktikan hipotesis dengan metode pendekatan kuantitatif, Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Adapun jumlah populasi dari penelitian ini adalah 348 Jiwa, seluruh masyarakat Desa Bekerah yang terkena dampak bencana letusan Gunung Sinabung yang berada di posko pengungsian Universitas Karo dalam penentuan sampel peneliti mengambil 10% dari populasi yaitu sebanyak 35 orang . Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data eksplanatif. Untuk melihat hubungan antara variabel-variabel penelitian, teknik pengujian hipotesis korelasi yang digunakan adalah uji t.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dampak bencana pasca meletusnya Gunung Sinabung terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo bahwa meletusnya Gunung Sinabung memberikan dampak yang sangat buruk terhadap kehidupan sosial ekonomi penduduk.
UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCES THE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE
Name: Sartika Br. Karo NIM: 100902035
ABSTRACT
THE IMPACT OF THE DISASTER AFTER THE ERUPTION OF MOUNT SINABUNG ON THE SOCIOECONOMIC LIFE OF THE VILLAGERS BEKERAH NAMAN TERAN
SUB-DISTRICT KARO REGENCY
One of the social problems faced by the people of Indonesia at the time of the incident it is by natural disasters and their impact for the residents around the site of a natural disaster. From any natural disasters that happen would cause heavy losses from every aspect of life. Natural disasters can lead to destructive impacts on economic, social and environmental. Infrastructure damage could disrupt social activities in the field of social impact, including the death of injuries, pain, loss of shelter and community turmoil, while environmental degradation can be mecakup the destruction of forests that protect the Mainland. Mount Sinabung is Mount fire on the plateau of Karo Regency, this mountain was never recorded active since 1600 but suddenly erupted again in 2010. On a late return is active in September 2014. Bekerah village is one of the villages that are in the red zone, a radius of 2 kilometers from the crater of Mount Sinabung, so this location is the location that is closest to the catastrophic impact of the eruption of Mount Sinabung.
This research belongs to the type of research eksplanatif research that is specifically made for the purpose of testing or proving the hypothesis with the method of quantitative approaches, the goal of quantitative research is to develop and employ mathematical models, theories and/or hypotheses pertaining to natural phenomena. As for the population of this research is 348 inhabitants, the whole village community disaster-affected Bekerah eruption of Mount Sinabung located in Karo University refugee command post in the determination of a sample of researchers took 10% of the population, as many as 35 people. Technique of data analysis in this research is eksplanatif data analysis techniques. To see the relationships between variables, hypothesis testing technique research on the correlation of the test used was t.
Based on the results of the research that has been done in post disaster impact mount Sinabung eruption against the socio-economic life of the village community BekerahNamanTeran Sub-district Karo Regency that the eruption of Mount Sinabung gives a very bad impact on the socioeconomic life of the population.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Maraknya kabar mengenai negara-negara maupun daerah-daerah yang terkena bencana
alam menghiasi surat kabar maupun berita-berita yang ada di televisi, bencana alam tidak
dapat dianggap sebagai masalah yang biasa saja. Dari setiap bencana alam yang terjadi pasti
menimbulkan kerugian yang besar dari setiap aspek kehidupan. Bencana alam dapat
mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi, sosial dan lingkungan.
Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu aktivitas sosial, dampak dalam bidang sosial
mencakup kematian luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan komunitas,
sementara kerusakan lingkungan dapat mecakup hancurnya hutan yang melindungi daratan.
Laporan Penilaian Global Tahun 2009 pada Reproduksi Resiko Bencana juga
memberikan peringkat yang tertinggi untuk Indonesia pada level pengaruh bencana terhadap
manusia pringkat 3 dari 153 untuk gempa bumi dan 1 dari 265 untuk tsunami. Bencana yang
sering terjadi di Indonesia akhir-akhir ini adalah bencana letusan gunung berapi dan menurut
data Indonesia mempunyai 129 buah gunung berapi aktif atau sekitar 13% dari gunung api
aktif di dunia. Seluruh gunung api tersebut berada pada jalur tektonik yang memanjang mulai
dari pulau Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Kepulauan Banda, Halmahera, dan Kepulauan
Sangir Talaud yang menempati seperenam dari luas daratan Nusantara. Berkumpulnya
gunung api di Nusantara karena Indonesia tepat berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik
raksasa, yakni lempeng Pasifik, Australia, dan Eurasia. Wilayah sepanjang garis pertemuan
ini di kenal dengan sebutan busur Cincin Api Pasifik atau Pasifik Ring of Fire. Sepanjang
pergerakan lempeng terus terjadi, maka sepanjang itu pula ke 129 gunung berapi di Indonesia
Menurut data terbaru Gunung berapi yang meletus beberapa tahun terakhir ini di
Indonesia diantaranya adalah Gunung Merapi yang terletak di Kabupaten Sleman,
Yogyakarta pada tahun 2010. Aktivitas seistemik dimulai pada akhir September 2010, dan
menyebabkan letusan gunung berapi pada hari Selasa tanggal 26 Oktober 2010,
mengakibatkan sedikitnya 353 orang tewas, Gunung Kelud yang terletak di Kabupaten
Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang, Jawa Timur meletus Kamis 13 Feberuari
2014 malam Abu vulkanik menyebar hingga ketinggian 17 kilometer dari puncak Gunung
Kelud. Akibatnya 2 orang dilaporkan tewas dan 18 orang lainnya dilaporkan hilang. Gunung
Kelud mulai erupsi pada Kamis malam, sekitar pikul 23.00 WIB dan 23.23 WIB. Letusan
besar terjadi pada pukul 23.29 WIB. Kelud berstatus awas atau level IV sejak Kamis 13
Feberuari 22.15 WIB dan Gunung Slamet yang berada di lima kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah, yakni Tegal, Brebes, Pemalang, Purbalingga, dan Banyumas itu terpantau
mengeluarkan suara gemuruh (dentuman) yang disertai dengan letusan sinar api, Rabu (6/8)
malam. “ sejak Rabu (6/8) malam hingga, Kamis (7/8) pukul 12.00 WIB. Gunung Slamet
teramati kembali mengeluarkan empat kali letusan sinar api dengan ketinggian 50 hingga 300
meter dari kawah” kata Sudrajat, Kamis (7/8/2014). Gunung Selamet dengan ketinggian
3.432 meter dari permukaan air laut (mdlp) dengan level Waspada
(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Letusan_Merapi_2010. Diakses pada tanggal 7 September
2014 pukul 0:15 WIB)
Terdapat beberapa gunung di Sumatra Utara yang aktif maupun tidak aktif yaitu sebagai
berikut, Gunung Sibuatan yang merupakan gunung tertinggi di Sumatera Utara tidak aktif.
Dengan ketinggian 2457 mdlp, maka bila dibandingkan secara geogarafis Sibuatan berada
diposisi pertama mengalahkan Gunung Sinabung yang memiliki ketinggian 2460 mdlp,
Gunung Toba (Pusuk Buhit) Sumatra Utara terdiri dari beberapa wilayah, memiliki
Samosir yang berada persis ditengah Danau Toba dengan status tidak aktif. Gunung Sibayak
merupakan salah satu gunung api aktif di Sumatera Utara yang terletak di Kabupaten Karo
tepatnya tidak jauh dari Kota Brastagi. Gunung ini tidak berbahaya untuk di daki intinya
adalah berhati-hati. Gunung Sinabung merupakan salah satu objek pariwisata kebanggaan
Sumatera Utara, berada pada titik puncak dengan ketinggian 2.460 meter diatas permukaan
air laut dengan status aktif. Sorik Marapi adalah sebuah gunung yang masuk dalam kawasan
Batang Gadis, secara administratif berada di Desa Sibanggor Julu Kecamatan Sorak Marapi,
Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara
Gunung Sinabung adalah gunung api di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo,
gunung ini tidak pernah tercatat aktif sejak tahun 1600 tetapi mendadak aktif kembali meletus
pada tahun 2010. Letusan gunung ini terjadi sejak September 2013 dan berlangsung hingga
kini. Pada 27 Agustus 2010 gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Pada tanggal 29
Agustus 2010 dini hari sekitar pukul 00.15 WIB (28 Agustus 210) Gunung Sinabung
mengeluarkan lava. Status Gunung ini dinaikan menjadi awas dua belas ribu warga
disekitarnya dievakuasi dan ditampung di 8 lokasi. Abu Gunung Sinabung cenderung
meluncur dari arah barat daya menuju timur laut, sebagian Kota Medan juga diselimuti abu
dari Gunung Sinabung. Bandar Udara Polonia di Kota Medan dilaporkan tidak mengalami
gangguan perjalanan udara. Satu orang dilaporkan meninggal dunia karena gangguan
pernapasan ketika mengungsi dari rumahnya. Pada 7 September Gunung Sinabung kembali
meletus ini merupakan letusan terbesar sejak gunung ini menjadi aktif pada tanggal 29
Agustus 2010. Suara letusan ini terdengar sampai jarak 8 kilometer, debu vulkanis ini
Pada tahun 2013 Gunung Sinabung meletus kembali sampai 18 September 2013 telah
terjadi 4 kali letusan. Letusan pertama terjadi pada tanggal 15 Sebtember 2013 dini hari
kemudian terjadi kembali pada sore harinya pada 17 Sebtember 2013, terjadi 2 kali letusan
pada siang dan sore hari letusan ini melepasakan awan panas dan debu vulkanik. Tidak ada
tanda-tanda sebelum peningkatan aktivitas sehingga tidak ada peringatan dini sebelumnya,
tidak ada korban jiwa dilaporkan, tetapi ribuan warga permukiman sekitar terpaksa
mengungsi ke kawasan aman.
Akibat pristiwa ini status Gunung Sinabung dinaikan ke level 3 menjadi siaga. Setelah
aktivitas cukup tinggi selama beberapa hari pada tanggal 29 September 2013 status di
turunkan menjadi level 2 waspada. Aktivitas tidak berhenti dan kondisinya fluktuatif.
Memasuki bulan November terjadi peningkatan aktivitas dengan letusan-letusan yang
semakin menguat sehingga pada tanggal 3 November 2013 pukul 03.00 status dinaikan
kembali menjadi siaga, pengungsian penduduk di desa-desa dilakukan sekitar berjarak 5 km .
Letusan-letusan terjadi berkali-kali setelah itu disertai luncuran awan panas sampai 1,5
kilometer, pada tanggal 20 November 2013 terjadi enam kali letusan sejak dini hari. Erupsi
(letusan) terjadi lagi empat kali pada tanggal 23 November 2013 semenjak sore, dilanjudkan
pada hari berikutnya, sebanyak lima kali. Terbentuk kolom abu setinggi 8000 meter di atas
puncak gunung akibat rangkaian letusan ini, Kota Medan yang berjarak 80 km disebelah
timur terkena hujan abu vulkanik.pada tanggal 24 November 2013 pukul 10.00 WIB status
Gunung Sinabung dianikan ke level tertinggi level 4 (awas), penduduk 21 desa dan 2 dusun
juga harus diungsikan ke 24 titik posko pengungsian yaitu pos Jambur Sempakata, Kelasis
GBKP Kabanjahe, Kelasis GBKP Brastagi, Masjid Istikar Brastagi, Universitas Karo,
Tanjung Pulo, Tiga Binanga, Gedung KNPI, GBKP Jalan Kotacane, GBKP Asrama Kodim,
Jambur Tongkoh, Losd Tiganderket, Taman Doa Ora Et Labora, Jambur Tuah Lopati, Kantor
Berikut ini daftar desa-desa yang mengungsi karena erupsi Gunung Sinabung Kuta
Tengah, Kuta Mbelin, Kebayaken, Gurukinayan, Sukameriah, Berastepu, Bekerah, Gamber,
Simacem, Perbaji, Mardinding, Kuta Gugung, Kuta Rayat, Sigarang-garang, Sukanalu,
Temberun, Kuta Mbaru, Kuta Tonggal, Selandi, Dusun Sibintun, Dusun Lau Kawar, Naman
Teran.
Status level 4 (awas) terus bertahan hingga memasuki tahun 2014 guyuran lava pijar dan
semburan awan panas masih terus terjadi sampai 3 Januari 2014. Mulai tanggal 4 Januari
2014 terjadi rentetan kegempaan, latusan, dan luncuran awan panas terus menerus sampai
hati berikutnya. Hal ini memaksa tambahan warga untuk mengungsi, hingga melebihi 20 ribu
orang.Setelah kondisi ini bertahan terus, pada minggu terakhir Januari 2014 kondisi Gunung
Sinabung mulai stabil dan direncanakan pengungsi yang berasal dari luar radius bahaya (5
km) dapat dipulangkan. Sehari kemudian 14 orang ditemukan tewas dan 3 orang luka-luka
terkena luncuran awan panas ketika sedang mendatangi Desa Suka Meriah Kecamatan
Payung yang berada dalam zona bahaya.
Diakses pada tanggal 7 September 2014 pukul 19:01 WIB)
Banyak upaya yang dilakukan pemerintah dalam penanggulangan bencana ini, salah
satunya adalah mengevakuasi penduduk desa-desa yang dianggap rawan terkena letusan
Sinabung, memberikan bantuan logistik dan beasiswa bagi anak-anak pengungsi yang masih
sekoah. Selain pemerintah, banyak Lembaga Swadaya Masyarakat, masyarakat sekitar dan
para relawaan yang ikut turun tangan dalam memberikan bantuan kepada korban erupsi
Sinabung. Bantuan yang diberikan yaitu, posko dapur umum, aksi siaga sehat, aksi siaga gizi,
penyaluran makanan, obat-obatan, logistik, toilet portable, sanitasi dan trauma healing. Paket
bantuan beras, mie instan, gula, susu, telur, bantuan pendidikan untuk anak-anak dalam
terlihat masih banyak berdiri Posko-Posko yang setiap Poskonya dihuni sedikitnya 100 atau
bahkan ada yang jumlahnya mencapai ribuan jiwa.
Akibat bencana ini pemerintah merencanakan relokasi bagi 3 desa yaitu desa yang dekat
dengan kawah Gunung Sinabung” Ketiga desa yang harus direlokasi yakni Desa Suka
Meriah Kecamatan Payung, Desa Bekerah dan Desa Simacem Kecamatan Naman Teran”,
kata Kordinator Media Center Penanggulangan Bencana Sinabung Posko Kabanjahe,
Jhonson Tarigan di Medan Sabtu (8/2/2014). Ketiga desa tersebut menutut dia sering dilintasi
semburan awan panas, aliran lava, gas beracun, lontaran batu pijar akibat erupsi Gunung
Sinabung dan sangat berbahaya bagi keselamatan penduduk yang tinggal di daerah itu.
Karena itu pemerintah perlu memindahkan warga yang hanya berjarak dalam radius 3
kilometer dari kawah Gunung Sinabung. Dia menambahkan jumlah penduduk yang terdapat
di tiga desa itu sebanyak 1.255 orang yakni desa sukameriah 450 orang (137 kepala
keluarga), Desa Bekerah 348 orang (115 kepala keluarga) dan Desa Simacem 467 orang
(137 kepala keluarga). Dalam relokasi tersebut, setiap kepala keluarga akan diberikan
bantuan tanah seluas 100 meter persegi untuk di jadikan relokasi perumahan. Pemerintah
masih mencari lahan yang akan dijadikan tempat relokasidan bangunan rumah bagi warga
yang dipindahkan tersebut
desa-dekat-sinabung-direlokasi. Diakses pada tanggal 8 September 2014 pukul 7.00 WIB)
Hingga kini relokasi belum dilakukan oleh pemerintah, ribuan warga Desa Simacem,
Bekerah dan Suka Meriah belum jelas mereka masih berada di beberapa titik posko
pengungsian di Kabanjahe seperti yang di beritakan pada Harian Andalas pada hari Selasa,12
Agustus 2014”penyelesaian relokasi total pengungsi erupsi Sinabung yang berada di zona
merah, sampai saat ini belum menemui titik terang kepastiannya. Termasuk membenahi areal
pertanian waga yang rusak parah terkena erupsi Sinabung meliputi Kecamatan Naman Teran
mendesak
Desa Bekerah merupakan salah satu desa yang berada di zona merah radius 2
kilometer dari kawah Gunung Sinabung, Desa Bekerah juga dekat dengan beberapa tempat
wisata yang berada di lereng Gunung Sinabung seperti Pemandian Air Panas Gurukynayan,
Danau Lau Kawar dan Uruk Tuhan. Desa Bekerah juga dekat dengan mata air, maka tidak
heran jika di kamar mandi umum air pancuranya mengalir 24 jam, udaranya sangat sejuk
karena Desa Bekerah di kelilingi oleh hutan. Sebagian besar penduduk Desa Bekerah adalah
petani dan menanam tanaman muda seperti kol, kentang, tomat, cabai, buncis, jagung
sedangkan tanaman tua yang mereka tanam seperti jeruk, kopi, cengkeh dan lain
sebagainya. Lahan pertanian luas dan subur karena guyuran abu vulkanik, pada umumnya
penduduk Bekerah bertani secara tradisional. Pada umumnya masyarakat Desa Bekerah
memiliki ladang dan rumah sendiri, Mereka juga berternak, ternak mereka seperti babi,
kambing, lembu dan kerbau. Adat istiadat mereka juga begitu kuat, jika ada yang berpesta
seperti pernikahan seluruh penduduk desa pasti di undang karena masih memiliki ikatan
persaudaraan, begitu juga jika ada upacara penguburan yang meninggal maka pada umumnya
seluruh masyarakat Bekerah akan datang melayat kerumah duka dan ke jambur. Penduduk
Desa Bekerah pada umumnya bermarga Sitepu Batunanggar yaitu simanteki kuta (pendiri
desa) tersebut, persatuan masyarakat Desa Bekerah juga begitu Kuat dalam hal gontong
royong. Misalnya ketika musim menanam padi (merdang) keluarga yang diundang akan
datang tanpa diberi gaji tapi setelah selesai menanam padi (merdang) maka akan diadakan
makan bersama. Begitu juga ketika musim panen (rani).
Namun pasca bencana erupsi Gunung Sinabung penduduk Desa Bekerah diungsikan
posko pengungsian Universitas Karo Kabanjahe berada diposko pengungsian Universitas
kondisi yang sangat memperihatinkan air bersih yang sangat terbatas, kebersihan yang minim
dan kesehatan yang tidak terjamin, pekerjaan dan penghasilan tidak jelas. Bantuan logistik
telah dihentikan sejak beberapa bulan belakangan ini pasca pemberian bantuan Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), BNPB memberikan bantuan melalui program
sewa rumah dan lahan pertanian serta jaminan hidup.
Seperti yang di tayangkan liputan 6 pagi SCTV, Jumat (27/6/2014), sebagian besar
pengungsi mengaku belum mendapatkan hunian dan lahan pertanian. Hal itu karena biaya
dan jaminan hidup yang mereka terima tidak memadai untuk keperluan sewa rumah
pengungsi menerima uang sebesar Rp 1,8 juta per 6 bulan. Kemudian dana 2 juta untuk sewa
lahan pertanian per tahun, serta bantuan Rp 5 ribu untuk jamina hidupperhari untuk tiap
orang. Bantuan dana sejumlah itu sejumlah pengungsi mengaku belum mendapatkan rumah
kontrakan maupun lahan pertanian.
Hingga kini para pengungsi masih bingung apakah direlokasi atau tidak. Mereka pun
tidak tahu lagi harus beberapa lama menunggu di pengungsian, hingga kini belum ada
kepastian hidup mereka dari pemerintah (http://m.liputan6.com/news
/read/2069489/bantuan-logistik-terhenti-ribuan-pengungsi-sinabung-terlantar. Diakses pada tanggal 8 September
2014 pukul 8:19 WIB)
Dari berbagai permasalahan yang dihapi pengungsi erupsi Gunung Sinabung maka
peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap penduduk Desa Bekerah dengan judul
“Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.” Yaitu untuk mengetahui apakah dampak yang timbulkan erupsi Gunung Sinabung terhadap
kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Bekerah yang masih berada di posko
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan
masalah Apakah Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap
Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten
Karo?
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui dampak bencana paca meletusnya Gunung
Sinabung terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Bekerah Kecamatan Naman
Teran Kabupaten Karo.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Bagi penulis, dapat mempertajam kemampuan menulis dalam penulisan karya
ilmiah, menambah pengetahuan dan mengasah kemampuan berpikir penulis dalam
menyikapi dan menganalisis permasalahan sosial yang terjadi dalam masyarakat
khususnya dalam permasalahan pemberian bantuan bagi korban bencana alam
seperti korban erupsi gunung berapi.
b. Bagi fakultas , memberikan masukan yang bermanfaat bagi pengembangan Ilmu
Kesejahteraan Sosial, terutama mengenai bencana alam.
c. Memberikan masukan kepustakaan serta menjadi sumber masukan kepada instansi
terkait.
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, secara sistemaatika.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang
diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep, defenisi oprasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian teknik
pengumpulan data,serta teknik analisis data.
BAB IV: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang gambaran umum mengenai lokasi dimana penelitian dan
data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian
beserta analisisnya.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran atas penelitian
yang dilakukan. Bab ini juga akan memberikan kritik dan saran dalam rangka
proses membangun kearah yang lebih baik lagi untuk semua objek yang terkait
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pengertian Dampak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian dampak adalah pengaruh
kuat yang mendatangkan akibat. Pengertian yang lain adalah benturan, pengaruh yang
mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Pengaruh adalah daya yang timbul dari
sesuatu (orang, benda) yang ikut membentu watak, kepercayaan dan perbuatan orang.
Pengaruh adalah sesuatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab
akibat antara apa yang mempengaruhi (KBBI,Oneline 2014).
2.2.Bencana alam
Bencana alam adalah suatu pristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi
populasi manusia. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan
bencana menyebutkan defenisi bencana sebagai berikut:
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktoe alam
atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Defenisi
tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam dan manusia.
Oleh karena itu, Undang-Undang nomor 24 tahun 2007 juga mendefenisikan mengenai
bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial. Berikut defenisi jenis bencana:
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi dan wabah penyakit.
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok
atau antar komunikasi masyarakat dan terror.
Menurut Bakormas PB (2007), bencana terjadi jika ada ancaman yang muncul karena
kondisi kerentanan yang ada. Secara sederhana hubungan ancaman dengan kerentanan dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kejadian Bencana
Ancaman adalah suatu kejadian atau peristiwa yang berpotensi menimbulkan
kerusakan, kehilangan jiwa manusia, kerusakan lingkungan dan menimbulkan dampak suatu
kondisi yang ditentukan oleh psikologis. Kerentanan adalah suatu kondisi yang ditentukan
oleh faktor-faktor atau proses-proses fisik sosial, ekonomi dan sosial budaya dan lingkungan
yang mengakibatkan peningkatan kerawanan masyarakat dalam menghadapi ancaman
bencana ( Bakormas PB, 2007). Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas
alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas
manusia.
Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi serta memiliki
kerentanan/ kerawanan yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/ luas jika
manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana. Kerugian yang dihasilkan
mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan “ bencana muncul bila ancaman
bahaya bertemu dengan ketidak berdayaan. ” Konsep ketahanan bencana merupakan evaluasi
kemampuan system dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah dan
menangani tantangan-tantangan serius yang akan hadir. Meskipun daerah tersebut rawan
bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketahanan terhadap
bencana yang cukup akan meminimalisir dampak yang ditimbulkan akibat bencana.
2.3. 1. Konsep Bencana
Adapun konsep bencana meliputi:
a.Bencana Alam
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami ( suatu peristiwa
fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena
ketidak berdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga
menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian.
Bencana alam juga dapat diartikan sebagai bencana yang diakibatkan oleh gejala alam.
Klasifikasi bencana alam berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Bencana alam geologis
Bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam bumi
( gaya endogen). Yang termasuk dalam bencana alam geologis adalah gempa bumi,
letusan gunung berapi, dan tsunami.
2. Bencana alam klimatologis
Bencana ini merupakan bencana alam yang disebabkan oleh faktor angin dan hujan.
Contoh bencana alam klimatologis adalah banjir, badai, banjir bandang, angin puting
3. Bencana alam ekstra-terestrial
Bencana ini adalah bencana alam yang terjadi diluar angkasa. Contoh: hantaman
meteor. Bila benda-bemda langit mengenai permukaan bumi maka akan menimbulkan
bencana alam yang dahsyat bagi penduduk bumi.
b. Bencana Non-alam
Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non alam yang anta lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemic dan
wabah penyakit ( UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan bencana, Bab 1 Ketentuan
Umum, Pasal 1 angka 3).
Klasifikasi bencana non alam berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu:
1. Kegagalan Teknologi/ Konstruksi
Penyebab bencana kegagalan teknologi, antara lain: kebakaran, kegagalan/ kesalahan
desain keselamatan pabrik, kesalahan prosedur pengoperasian pabrik, kerusakan komponen,
kecelakaan transportasi dan dampak ikutan dari bencana alam.
2. Epidemi
Epidemi, wabah dan kejadian luar biasa merupakan ancaman yang diakibatkan oleh
menyebarnya penyakit menular yang berjangkit disuatu daerah tertentu. Pada skala besar,
epidemi atau wabah atau kejadian luar biasa dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah
penderita penyakit dan korban jiwa. Beberapa penyakit yang pernah terjadi di Indonesia dan
sampai sekarang harus terus diwaspadai antara lain demam berdarah, malaria, flu burung,
busung lapar dan HIV/AIDS. Wabah penyakit pada umumnya sangat sulit dibatasi
penyebarannya, sehingga kejadian yang pada awalnya merupakan kejadian local dalam waktu
c. Bencana Sosial
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau
antar komunitas masyarakat dan teror (UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
bencana, Bab 1 Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 4). Bencana sosial antara lain berupa
kerusuhan sosial dan konflik sosial dalam masyarakat yang sering terjadi. Klasifikasi bencana
sosial berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kerusuhan atau konflik sosial
Kerusuhan atau konflik sosial adalah suatu kondisi dimana terjadi huru-hara/kerusuhan
atau perang disuatu daerah tertentu yang melibatkan lapisan masyarakat, golongan, suku
ataupun masyarakat tertentu. Indonesia sebagai negara kesatuan pada dasarnya dapat
mengandung potensi kerawanan akibat keaneka ragaman suku bangsa,bahasa, agama ,ras dan
etnis, golongan, hal tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap potensi timbulnya
konflik. Dengan semakin marak dan melusanya konflik akhir-akhir ini, merupakan suatu
pertanda menurunnya rasa nasionalisme di dalam masyarakat.
2. Terorisme/ Sabotase
Aksi terror/ sabotase adalah semua tindakan yang menyebabkan keresahan
masyarakat, kerusakan bangunan, dan mengancam atau mebahayakan jiwa seseorang/ banyak
orang oleh seseorang/golongan tertentu yang tidak bertanggung jawab. Aksi terror/ sabotase
biasanya dilakukan dengan berbagai alasan dan berbagai jenis tindakan seperti pemboman
suatu bangunan/tempat tertentu, penyerbuan tiba-tiba suatu wilayah, tempat dan sebagainya.
Aksi terror/sabotase sangat sulit di deteksi atau diselidiki oleh pihak berwenang karena
Ada beberapa jenis-jenis bencana alam yaitu
1. Banjir
Banjir adalah pristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan,
banjir disebabkan volume air di suatu badan air seperti sungai dan danau meluap karena
curah hujan yang tinggi dan tidak lancar jalan air yang di karenakan oleh sampah-sampah
membuat jebolnya bendungan sehingga keluar air dari batas alaminya.
2. Gunung Meletus
Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma didalam perut
bumu yang di dorong keluar oleh tekanan gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah
cairan pijar yang terdapat yang terdapat didalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat
tinggi, yakni diperkirakan sekitar 1.000C. Cairan yang keluar dari dalam bumi disebut
lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai700-1200C. Letusan gunung berapi yang
membawa batu dan abu dapat menyeembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih,
sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km.
Gunung api bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar pada wilayah
radius ribuan kilometer dan bahkan bisa mempengaruhi iklim di bumi, seperti yang terjadi
di Gunung Pinatubo di Filipina dan Gunung Krakatau di Provinssi Banten, Indonesia
(Susila, 2010: 40-41).
3. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat
pelelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang
seismik.Gempa bumi biasa disebabkan pergerakan kerak bumi (lempeng Bumi).
Kebanyakan gempa Bumi disebabkan dari pelepasan energi yang di hasilkan oleh
membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat di
tahan lagi oleh pinggiran lempengan pada saat itulah gempa bumi terjadi.
4. Tanah Longsor
Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu perisriwa geologi yang terjadi
karena pergerakkan masa bantuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti
jatuhnya bebatuan stau gumpalan besar tanah.Secara umum kejadian longsor disebabkan
oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan pemicu.
2.3.2 Dampak Bencana Alam
Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi,
sosial, lingkungan. Kerusakan Infrastruktur dapat mengganggu aktifitas sosial, dampak dalam
bidang sosial mencakup kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan
komunitas sementara kerusakan lingkungan dapat mencakup hancurnya hutan yang
melindungi daratan. Salah satu bencana alam yang menimbulkan dampak yang paling besar,
misalnya gempa bumi, selama 5 abad terakhir telah menyebabkan lebih dari 5 juta orang
tewas, 20 kali lebih banyak daripada korban gunung meletus. Dalam hitungan detik dan
menit, jumlah bersar tidak menyebapkan kematian,membutuhkan pertolongan medis segera
dari fasilitas kesehatan yang seringkali tidak siap, rusak, runtuh karena gempa. Bencana
seperti tanah longsor pun dapat memakan korban yang signifikan pada komunitas manusia
karena mencakup suatu wilayah tanpa ada peringatan terlebih dahulu dapat dipicu oleh
bencana alam lain terutama gempa bumi, letusan gunung, berapi, hujan lebat dan
topan.(Wikipedia, 2011)
2.4Gunung Berapi
Indonesia memiliki lebih dari 400 gunung berapi dan 130 diantaranya termasuk gunung
berapi aktif. Sebagian gunung berapi terletak di dasar laut dan tidak terlihat dari permukaan
pertemuan tiga lempeng tektonik raksasa. Yaitu, lempeng Pasifik, Indo Australia, Eurasia.
Ketiga lempeng tersebut saling bergerak dengan titik tengahnya di wilayah Indonesia.
Akibatnya, terjadilah tumbukan di titik pertemuan ketiga lempeng. Jika daat bertubrukan ada
sebagian yang tertindih masuk kedalam bumi dan terjadi peleleran terbentuklah gunung
berapi. Bila lempeng bertubrukan keatas, terjadilah gunung seperti Himalaya. Sementara itu,
jika lempeng tersebut bergesekan, terjadilah gempa tektonik yang cukup hebat area sepanjang
garis pertemuan lempeng itu disebut busur Cincin Api Pasifik atau Pasific Ring of Fire.
Karena letaknya yang berada di areal Ring of Fire, Indonesia tercatat sebagai negara
yang paling banyak mengalami letusan gunung berapi. Setiap letusan yang terjadi selalu
menimbulkan korban jiwa. Sebagai contoh, letusan Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat
pada tahun 1815 menewaskan 100.000 jiwa. Gunung Kelud yang menewaskan 5.000 jiwa.
Sementara itu, Gunung Krakatau yang meletus tahun
1883 menewaskan 36.000 orang.
2.4.1 Pengertian Gunung Berapi
Gunung berapi adalah Gunung yang masih aktif. Di dalam perut gunung terdapat magma
yang sangat panas, mengeluarkan gas dan tekanan yang sewaktu-waktu dapat mengalir
keluar gunung, bahkan meletus. Gunung berapi yang masih aktif antara lain Gunung Merapi,
Krakatau, Bromo, Slamet, Semeru, Ciremai, Raung, Kerinci dan Gunung Kelud. Dilihat dari
bentuk kapundannya, gunung berapi dikelompokkan menjadi dua. Ada gunung berapi yang
masih utuh dengan kapundan di tengahnya, ada pula gunung api lama yang telah terpotong
kapundannya antara lain Gunung Cimahi, Gunung Muria, Gunung Merapi, Gunung Dompo
Batang, dan lain-lain. Sementara itu, gunung yang tidak memiliki kapundan adalah gunung
Burangrang yang merupakan sisa gunung api Sunda di Jawa Barat dan Pulau Sertung yang
2.4.2 Terbentuknya Gunung Berapi
Gunung berapi terbentuk ketika suatu lubang atau celah yang berada di kerak bumi
mengakibatkan magma terdorong keluar melaluinya. Di bawah sebuah gunung berapi,
terdapat suatu rongga yang berisi batuan cair, yang disebut juga ruang magma. Batuan itu
terbentuk dibawah lapisan kerak, Dibawah sebuah punggung bukit di tengah lautan ketika
lapisan-lapisan kerak bergerak terpisah. Karena aktivitas gunung berapi, magma mengalami
tekanan dan menjadi lebih renggang dibanding lapisan di bawah kerak sehingga secara
bertahap magma bergerak naik. Banyak gas yang dihasilkan dan pada akhirnya tekanan yang
terbentuk menjadi besar sehingga menyebabkan suatu letusan kepermukaan bumi. Pada tahap
ini, gunung berapi menyemburkan bermacam gas, debu, dan pecahan batuan. Lava yang
mengalir dari suatu celah di daerah yang dataran akan membentuk plateau lava.
2.4.3 Peristiwa Gunung Meletus di Indonesia
1. Gunung Merapi
Berada diantara Provinsi Jawa Tengah dan DI Yokyakarta yang saatini masih sangat
aktif. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali.Gunung Merapi
membawa berkah material pasir bagi masyarakat setempat. Bagi pemerintah daerah, Gunung
Merapi menjadi objek wisata para wisatawan. Kini, Gunung Merapi termasuk kawasan
Taman Nasional Merapi.Evusif di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu
hingga 10.000 tahun lalu. Setelah itu, letusannya menjadi eksplosif dengan lava kental yang
menimbulkan kubah-kubah lava.
Letusan terdahsyat pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah pulau jawa
Kuno harus Berpindah tempat ke Jawa Timur. Letusan yang berlangsung pada tahun 1930
menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1.400 orang.
2. Gunung Tambora
Gunung Tambora yang terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat termasuk
gunung berapi bertipe stratovulkanik. Gunung ini diperkirakan mencapai tinggi lebih dari
4.000 meter di atas permukaan laut. Peristiwa letusan 5 April 1815 merupakan letusan
gunung terbesar paling menghancurkan di dalam sejarah umat manusia. Akibatnya, setengah
populasi penduduk Sumbawa atau sekitar 92.000 jiwa pada saat itu, tewas.
Letusan terdahsyat sebanyak 36 mil kubik itu telah menyemburkan material paling
banyak dalam sejarah manusia. Selain itu, juga menciptakan kawah dengan diameter tujuh
kilometer dengan kedalaman kawah 800 meter, dan keliling kawahnya 16 kilometer. Debu
halus yang disemburkan dari lerusan Gunung Tambora menutupi lasngit di atas wilayah yang
luas sekali dengan radius 200 mil. Akibatnya terjadi hujan abu di kawasan seluas 900 mil.
Hal yang menarik, lapisan debu yang menyembur ternyata telah menghambat sinar matahari
untuk mencapai bumi. Dengan begitu, terjadilah perubahan musim secara tiba-tiba saat itu di
beberapa bagian bumi. Temperatur udara mengalami perubahan derastis di seluruh dunia.
Pada musim panas tahum 1815, di belahan bumi sebelah utara menjadi musim dingin karena
kurangnya sinar matahari yang tidak mampu menembus bumi.
Gunung Tambora pada saat itu mengeluarkan begitu banyak debu atmosfer sehingga
menyebabkan pendinginan global. Sampai-sampai tahun 1816 dikenal sebagai tahun tanpa
musim semi atau mati membeku. Letusan terdahsyat Gunung Tambora itu, mengakibatkan
masyarakat di pulau Sumbawa mengalami kelaparan. Tanah pertanian tertutup debu dan tidak
dapat diolah. Dalam waktu singkat sekitar 700.000 sampai 800.000 penduduk tewas akibat
Letusan Gunung Tambora pada 5 april 1815 menghasilkan dentuman yang sangat keras
hingga terdengar di Jakarta (yang jaraknya 1.250 kilometer) dan Ternate (1.400 kilometer).
Hujan abu pertama jatuh di Basuki Jawa Timur. Pada tanggal 10 dan 11 April 1815,
dentuman letusan Gunung Tambora terdengar sampai ke Pulau Bangka (1.500 kilometer) dan
Bengkulu (1.775 kilometer). Gempa bumi terjadi bersamaan dengan letusan gunung ini yang
terdengar sampai Surabaya (600 kilometer), mengakibatkan 92.000 orang meninggal dunia.
3. Gunung Galunggung
Gunung Galunggung berada di ketinggian 2.167 meter di atas permukaan laut, sekitar
17 kilometer dari pusat kota Tasikmalaya. Gunung ini pernah meletus dahsyat tahun 1822.
Tanda-tanda awal letusan diketahui pada bulan Juli 1822. Saat itu air Cikunir menjadi keruh
dan berlumpur. Hasil pemeriksaan kawah menunjukkan bahwa air keruh tersebut panas dan
kadang muncul kolam asap dari dalam kawah. Letusan pada 8-12 Oktober 1822,
menghasilkan hujan pasir kemerahan yang sangat panas, abu halus, awan panas serta lahar.
Letusan ini menewaskan 4.011 jiwa dan menghancurkan 114 desa
4. Gunung Krakatau
Gunung Krakatau merupakan gunung yang masih aktif dan berada di Selat Sunda,
antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera gunung berapi ini pernah meletus terdahsyat pada 26
Agustus 1883. Letusan dahsyatnya mengakibatkan terjadinya tsumani dan menewaskan
sekitar 36.000 jiwa. Sampai kini, kejadian itu adalah peristiwa tsunami yang terdahsyat yang
pernah ada. Suara letusan Gunung Krakatau sampai terdengar Alice Springs, Australia dan
Pulau Rodrigues, dekat Afrika sejauh 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan
mencapai 30.000 kali dari bom atom yang meledak di Herosima dan Nagasaki di akhir
Perang Dunia II.
Letusan Gunung Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap
redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New
York Amerika Serikat.
Letusan Gunung Krakatau merupakan bencana besar pertama di dunia setelah
pertemuan telegraf bawah laut. Ini di perkirakan berlangsung selama 10 hari dengan
perkiraan kecepatan muntahan massa mencapai 1 juta ton per detik. Ledakan tersebut setelah
membentuk perissai atmosfer setebal 20-150 meter dan menurunkan temperatur sebesar 5-10
derajat Celcius selama 10-20 tahun.
Ledakan itu merupakan yang paling besar suara paling keras, dan peristiwa vulkanik
yang paling meluluhlantakkan dalam sejarah manusia modern. Suara letusannya terdengar
sampai radius 4.600 kilomerer dari pusat ledakan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8
penduduk bumi saat itu. Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang (Tyas,
2008 :33- 40)
2.4.4 Penyebab Gunung Berapi Meletus
Gunung berapi terbentuk dari magma, yaitu batuan cair yang terdalam di dalam bumi.
Magma terbentuk akibat panasnya suhu panans ini sangat tinggi sehingga mampu melelehkan
batuan-batuan di dalam bumi. Saat batuan ini meleleh, dihasilkanlah gas yang yang kemudian
bercampur dengan magma.Sebagian besar magma terbentuk pada kedalaman 60 hingga 160
km dibawah permukaan bumi. Sebagian lainnya terbentuk pada kedalaman 24 hingga 48 km.
Magma yang mengandung gas, sedikit demi sedikit naik ke permukaan. Hal itu terjadi
karena massanya lebih ringan dibanding batu-batu pada sekelilingnya. Saat magma naik,
magma tersebut melelehkan batuan batuan didekatnya. Akibatnya, terbentuklah kabin yang
besar pada kedalaman sekitar 3 km dari permukaan. Kasbin magma (magma chamber) inilah
yang merupakan gudang (reservoir) tempat letusan material-material vulkanik berasal.
Magma yang mengandung gas dalam kabin magma berada dalam kondisi di bawah tekanan
melelehkan conduit (saluran) pada bagian batuan yang rapuh atau retak. Magma bergerak
keluar melalui saluran ini menuju kepermukaan, kandungan gas di dalamnya terlepas. Gas
dan magma ini bersama- sama meledak dan membentuk lubang yang disebut lubang utama
(central vent). Sebagian besar magma dan material vulkanik lainnya kemudain menyembur
keluar melalui lubang ini. Setelah semburan berhenti, kawah (crater ) yang menyerupai
mangkuk biasanya terbentuk pada bagian puncak gunung berapi. Sementara lubang utama
terdapat didasar kawah tersebut. Sete;ah gunung berapi terbentuk, tidak semua magma yang
muncul pada letusan berikutnya naik sampai kepermukaan melalui lubang utama. Saat
magma naik, sebagian mungkin terpecah melalui retakan dinding atau bercabang melalui
saluran yang lebih kecil. Magma yang melalui saluran ini mungkin akan keluar melalui
lubang lain yang terbentuk pada sisi gunung, atau mungkin juga tetap berada di bawah
permukaan.
Saat gunung berapi meletus, banyak material yang dikeluarkan. Berikut ini material –
material yang dikeluarkan pada saat terjadi letusan.
1. Gas vulkanik adalah gas – gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung berapi yang
dikeluarkan antara lain karbon monok sida (CO), Karbondioksida (CO2), Hidrogen
Sulfida (H2S), Sulfurdioksida (SO2) Nitrogen (NO2) yang membahayakan manusia. Gas
lain dalam jumlah kecil adalah klorin (CL) dan florin (F).
2. Lava adalah cairan magma yang bersuhu tinggi yang mengalir kepermukaan melalui
kawah gunung berapi. Lava encer mampu mengalir jauh dari sumbernya, mengikuti sungai
ataulembah yang ada. Sementara itu, lava kental mengalir tidak jauh dari sumbernya.
3. Lahar sangat berbahaya bagi masyarakat yang tinggal di lereng gunung berapi. Lahar
adalah banjir bandang di lereng gunung yang yang terdiri atas campuran bahan vulkanik
berukuran lempung sampai bongkah, dikenal sebagai lahar letusan dan lahar hujan. Lahar
danau yang panas bercampur dengan material letusan, sedangkan lahar hujan terjadi
karena percampuran material letusan dengan air hujan disekitar puncaknya.
4. Tepra disebut juga dengan material piroklasik (pyroclaric material). Gunung berapi yang
memiliki kandungan magma yang kental, bila terjadi letusan yang eksplosif, akan
menghasilkan aliran piroklastik (pyroclastic flow). Di Indonesia aliran piroklastik ini biasa
dikenal dengan istilah wedus gembel. Aliran ini disebut wedus gembel karena berupa
awan panas ini seperti kambing gibas yang dalam bahasa jawa disebut wedus gembel.
Wedus gembel merupakan awan panas yang tersusun dari batu, debu, bara, dan gas,
mengalir menuruni lereng gunung dengan kecepatan yang sangat tinggi, mencapai 300
km/jam. Kecepatannya kira-kira 2 kali kecepatan maksimal mobil sedan yang melaju di
jalan tol. Semua benda yang dilaluinya akan hangus terbakar dan hancur.
5. Awan panas bisa berupa awan panas aliran awan panas hembusan, dan awan panas
jatuhan. Awan panas aliran mengalir dan akhirnya mengendap di dalam dan disekitar
sungai dari lembah. Awan panas hembusan adalah awan dari material letusan kecil yang
panas, dihembuskan angin dengan kecepatan mencapai 90 km/jam. Awan panas jatuhan
adalah awan dari material letusan panas besar dan kecil yang dilontarkan keatas oleh
kekuatan letusan yang besar. Materialnberukuran besar akan jatuh di sekitar puncak,
sedangkan yang halus akan jatuh mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan km dari
puncak karena pegaruh hembusan angin. Awan panas bisa mengakibatkan luka bakar pada
bagian tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga menyebapkan
sesak nafas, bahkan sampai tidak bernafas.
6. Abu letusan gunung berapi adalah material yang sangat halus. Karena hembusan
2.4.5 Gunung Sinabung
Gunung Sinabung (bahasa Karo: Deleng Sinabung) adalah gunung berapi di Dataran
Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatra Utara Indonesia. Sinabung Bersama Gunung Sibayak
di dekatnya adalah dua gunung berapi di Sumatra Utara dan menjadi puncak tertinggi di
provinsi itu. Ketinggian gunung ini adalah 2.460 meter.Gunung ini tidak pernah tercatat
meletus sejak tahun 1600, tetapi mendadak aktif kembali dengan meletus pada tahun
2010.Letusan terakhir gunung ini sejak September 2013 dan berlangsung hingga kini.
1. Letusan Agustus Tahun 2010
Pada 27 Agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Pada tanggal
29 Agustus 2010 dini hari sekitar 00.15 WIB (28 Agustus 2010,17.15 UTC), Gunung
Sinabung mengeluarkan lava.Status gunung ini dinaikan menjadi Awas. Dua belas ribu warga
disekitarnya di evakuasi dan ditampung di 8 lokasi Abu Gunung Sinabung cenderung
meluncur dari arah baratdaya menuju timur laut, sebagian kota medan juga terselimuti abu
dari Gunung Sinabung. Satu orang dilaporkan meninggal dunia karena gangguan pernapasan
ketika mengungsi dari rumahnya.
2. September 2010
Pada tanggal 3 September terjadi dua letusan. Letusan pertama terjadi sekitar pukul
04.45 WIB sedangkan letusan kedua terjadi sekitar pukul 18.00 WIB. Letusan pertama
menyemburkan debu vulkanis setinggi 3 kilometer.Letusan kedua terjadi bersamaan dengan
gempa bumivulkanis yang dapat terasa hingga 25 kilometer disekitar gunung ini.Pada
Tanggal 7 September, Gunung Sinabung kembali meletus ini merupakan letusan terbesar
sejak gunung ini menjadi aktif pada tanggal 29 Agustus 2010. Suara letusan ini terdengar
sampai jarak 8 kilometer. Debu vulkanis ini tersembur hingga 5.000 meter di udara.
Pada tahun 2013, Gunung Sinabung meletus kembali, sampai 18 September 2013,
telah terjadi 4 kali letusan. Letusan pertama terjadi pada tanggal 15 September 2013 dini hari,
kemudian terjadi kembali pada sore harinya. Pada 17 September 2013, terjadi 2 letusan pada
siang dan sore hari. Letusan ini melepaskan awan panas dan abu vulkanik.Tidak ada
tanda-tanda sebelumnya akan peningkatan aktivitas sehingga tidak ada peringatan dini sebelumnya.
Hujan abu mencapai kawasan Sibolangit dan Berastagi. Tidak ada korban jiwa dilaporkan,
tetapi ribuan warga permukiman sekitar terpaksa mengungsi ke kawasan aman.Status
Gunung Sinabung dinaikkan ke level 3 menjadi Siaga. Setelah aktivitas cukup tinggi selama
beberapa hari, pada tanggal 29 September 2013 status diturunkan menjadi level 2, Waspada.
Namun demikian, aktivitas tidak berhenti dan kondisinya fluktuatif.Memasuki bulan
November, terjadi peningkatan aktivitas dengan letusan-letusan yang semakin menguat,
sehingga pada tanggal 3 November 2013 pukul 03.00 status dinaikkan kembali menjadi
Siaga. Pengungsian penduduk di desa-desa sekitar berjarak 5 km dilakukan.
Letusan-letusan terjadi berkali-kali setelah itu, disertai luncuran awan panas sampai
1,5 km. Pada tanggal 20 November 2013 terjadi enam kali letusan sejak dini hari. Erupsi
(letusan) terjadi lagi empat kali pada tanggal 23 November 2013 semenjak sore, dilakukan
pada hari berikutnya, sebanyak lima kali. Terbentuk kolom abu setinggi 8000 m diatas
puncak gunung. Akibat rangkaian letusan ini, Kota Medan yang berjarak 80 km di sebelah
timur terkena hujan abu vulkanik. Pada tanggal 24 November 2013 pukul 10.00 status
Gunung Sinabung dikenakkan ke level tertingg, level 4 (awas ). Penduduk dari 21 desa dan 2
dusun di ungsikan. Berikut ini daftar desa-desa yang mengungsi karena erupsi Gunung
Sinabung Kuta Tengah, Kuta Mbelin, Kebayaken, Gurukinayan, Sukameriah, Berastepu,
Bekerah, Gamber, Simacem, Perbaji, Mardinding, Kuta Gugung, Kuta Rayat,
Sigarang-garang, Sukanalu, Temberun, Kuta Mbaru, Kuta Tonggal, Selandi, Dusun Sibintun, Dusun
Status level 4 (awas) ini terus bertahan hingga memasuki tahun 2014. Guguran lava
pijar dan semburan awan panas masih terus terjadi sampai 3 Januari 2014 terjadi rentetan
kegempaan, letusan, dan luncuran awan panas terus- menerus samai hari berikutnya. Hal ini
memaksa tambahan warga untuk mengungsi, hingga melebihi 20 ribu orang.
Setelah kondisi ini bertahan terus, pada minggu terakhir Januari 2014 kondisi Gunung
Sinabung memulai stabil dan di rencanakan pengungsi yang berasal dari luas radius bahaya
(5 km) dapat di pulangkan. Sehari kemudian 14 orang di temukan tewas dan 3 orang
luka-luka terkena luncuran awan panas ketika sedang mendatangi Desa Suka Meriah, Kecamatan
Payung yang berada dalam zona bahaya.Korban luncuran awan panas yang semula 14 orang
telah bertambah 3 orang hingga semua korban menjadi 17 orang
pada tanggal 25 Juli 2014 pukul
9.53 WIB)
Sebelumnya pada Kamis, 23 Januari 2014, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
juga sempat mengunjungi para pengungsi erupsi Gunung Sinabung di Kabanjahe didampingi
oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono. Pada kunjungan tersebut, Presiden sempat memberikan
empat arahan sebagai solusi penanganan bencana Sinabung, diantaranya:
1. Meminta PNPB agar melakukan penaganan bencana sesuai dengan proritasnya, dalam
hal tersebut Pemerintah Kabupaten Karo dibanti Pemerintah Provinsi Sumatra Utara
dan BNPB melakukan upaya penyelamatan jiwa, sehingga tidak ada jatuh korban
jiwa.
2. Presiden memerintahkan agar kebutuhan dasar, psikologis harus di perhatikan dan
tidak boleh ada yang drop out.
3. Presiden juga memberikan solusi terhadap petani yang terdampak erupsi, dalam hal
para petani. Selain itu, bantuan perbankan juga akan diberikan bagi yang tidaak dapat
mengembalikan karenapertaniannya hancur.
4. Sebagai arahan ke empat saat itu Presiden juga yang tinggal di radius 3 Km segera di
relokasikan, karena tidak aman.
Kini keberadaan pengungsi erupsi Sinabung sepertinya sudah terlupakan. Hampir tidak
ada pemberitaan di media massa terkait nasib mereka. Hingga bulan Juni 2014, relokasi yang
di janjikan kepada para pengungsi juga tidak ada kejelasan. Sebagai akibatnya, hingga kini
banyak diantara korban erupsi Gunung Sinabung yang diperkirakan berjumlah 15.800 hidup
terlunta-lunta. Berikut ini adalah kabar menyedihkan terkait keberadaan para pengungsi
korban erupsi Gunung Sinabung yang mengemuka disampaikan oleh Pdt. Agustinus Purba
yang menjabat sebagai Kordinator Posko Penanganan Pengungsi Erupsi Gunung Sinabung.
Keadaan pengungsi Sinabung 15.800 jiwa, ia menyampaikan:
1. Masyarakat Desa Perbaji yang sudah diperbolehkan pulang pada tanggal 3 Juni 2014 tidak
dibekali kebutuhan dasar untuk kesediaan makanan mereka, dan tanggal 6 Juni masyarakat
mendatangi langsung dinas sosial untuk meminta beras dan diberikan beras bulog dengan
ongkos yang akan dibayar kemudian oleh masyarakat RP.170/kg.
2. Masyarakat dari sembilan desa yang sebenarnya sudah bisa pulang menolak untuk pulang
karena rumah mereka tidak layak huni lagi pada umumnya belum ada tanda-tanda untuk
pebaikan.
3. Pada umumnya pengungsi mencari pekerjaan sebagai buruh tani dan pekerjaan lain untuk
membiayai sekolah anak-anak mereka.
4. Masyarakat tiga desa yang harus direlokasi sampai saat ini belum mendapat kejelasan
5. Sebagai pengelola duabelas posko GBKP, kami sangat menyesalkan kekurangan bahkan
tidak tersedianya beras dan lauk pauk untuk kebutuhan pengungsi dan lebih tragis lagi
pada tanggal 6 Juni 2014 tim kesehatan ditarik dari pos-pos pengungsian.
6. Setelah BNPB menarik diri dan dan menyerahkan dana oprasional ke PemProvsu pada
tanggal 24 Mei 2014 belum terlihat upaya konkrit pada pihak terkait untuk menangani
pengungsi lebih serius
2.4.6 Dampak Gunung Meletus
Pada umumnya, gunung berapi yang telah mengalami masa istirahat sangat lama
(ratusan bahkan ribuan tahun) dapat meletus sangat kuat senhingga menimbulkan bencana
sangat besar dan luas, misalnya letusan Gunung Tambora tahun 1815 dan Gunung Krakatau
tahun 1883. Letusan gunung berapi yang mempunyai masa istirahat antara 30-100 tahun
menimbulkan bencana bersekala menengah, misalnya Gunung Galunggung tahun 1982.
Sedangkan gunung berapi yang saat ini seringv meletus adalah Gunung Berapi di Sumatera
Barat, Gunung Merapi di Yogyakarta, Gunung Semeru di Jawa Timur, dan Gunung
Karangetang di Sangihe, mempunyai derajat potensi bencana lumayan kecil dan daerah yang
rawan bencana sangat kecil.
Bencana dan bahaya letusan gunung berapi itu berpengaruh secara langsung dan tidak
langsung, serta dapat merusak bagi kehidupan makhluk hidup. Bahaya langsung adalah
bahaya yang diakibatkan oleh material yang dikeluarkan secara langsung oleh gunung berapi
itu, misalnya karena terlanda aliran lava, aliran awan panas, tertimpa lontaran batu (pijar),
lahar letusan bagi gunung berapi yang di kawahnya terisi air (danau kawah). Daerah rawan
bencanayang akan terkena pengaruh secara langsung ini mencakup daerah sekitar puncak
(kawah) dan berkembang ke daerah lereng (lembah sungai) yang berhulu dari sekitar kawah,