• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Produktivitas Buncis (Phaseolus vulgaris L.) (Studi Kasus: Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kab.Karo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Produktivitas Buncis (Phaseolus vulgaris L.) (Studi Kasus: Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kab.Karo)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tanaman Buncis

Buncis merupakan salah satu jenis tanaman sayuran polong yang memiliki banyak kegunaan. Sebagai bahan sayuran , polong buncis dapat dikonsumsi dalam keadaan muda atau dikonsumsi dalam keadaan muda atau dikonsumsi bijinya. Buncis bukan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari mesiko selama dan Amerika Tengah. Buncis yang dibudidayakan oleh masyarakat di Indonesia memilki banyak jenis. Dari ragam varietas tersebut, tanaman buncis secara garis besar dibagi dalam dua tipe, yaitu buncis tipe membelit atau merambat dan buncis tipe tegak atau tidak merambat.

Dalam ilmu tumbuhan, tanaman buncis diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rosales ( Leguminales ) Family : Leguminosae ( Papilionaceae) Genus : Phaseolus

Spesies : Phaseolus vulgaris L.

(2)

2.1.2 Pengertian Dampak

Pengertian dampak adalah pengaruh atau efek tidak langsung dari erupsi Gunung Sinabung atau dari bencana alam. Pengaruh atau efek adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi.

Pengertian dampak lain menurut Hari Sabari adalah sesuatu yang muncul setelah adanya suatu kejadian. Sedangkan menurut Schemel adalah tingkat perusakan terhadap tata guna tanah lainya yang ditimbulkan oleh suatu pemanfaatan lingkungan tertentu (KBBI Online, 2010).

2.2.3 Bencana Alam dan Dampaknya

Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan es, gelombang panas, hurikan, badai tropis, topan, tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit. Beberapa bencana alam terjadi tidak secara alami. Contohnya adalah kelaparan, yaitu kekurangan bahan pangan dalam jumlah besar yang disebabkan oleh kombinasi faktor manusia dan alam.

(3)

Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu aktivitas sosial, dampak dalam bidang sosial mencakup kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan komunitas, sementara kerusakan lingkungan dapat mencakup hancurnya hutan yang melindungi daratan. Salah satu bencana alam yang paling menimbulkan dampak paling besar, misalnya gempa bumi, selama 5 abad terakhir, telah menyebabkan lebih dari 5 juta orang tewas, 20 kali lebih banyak daripada korban gunung meletus.

Dalam hitungan detik dan menit, jumlah besar luka-luka yang sebagian besar tidak menyebabkan kematian, membutuhkan pertolongan medis segera dari fasilitas kesehatan yang seringkali tidak siap, rusak dan runtuh karena gempa. Bencana seperti tanah longsor pun dapat memakan korban yang signifikan pada komunitas manusia karena mencakup suatu wilayah tanpa ada peringatan terlebih dahulu dan dapat dipicu oleh bencana alam lain terutama gempa bumi, letusan gunung berapi, hujan lebat dan topan (Wikipedia, 2014).

2.2.4 Erupsi Gunung Sinabung dan Dampaknya

(4)

Gunung ini menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara. Gunung ini belum pernah tercatat meletus sejak tahun 1600. Kordinat puncak Gunung Sinabung adalah 3˚10’’ LU, 98 ˚23’’ BT.

Peristiwa letusan pertama sejak 27 agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Pada tanggal 29 agustus 2010 sekitar pukul 00.15 WIB Gunung Sinabung mengeluarkan Lava. Status gunung dinaikkan menjadi “awas” 28.000 warga disekitarnya dari 29 desa dievakuasi dan ditampung ditempat yang lebih aman. Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur dari barat daya menuju timur laut. Sebagian kota Medan juga terselimuti abu dari Gunung Sinabung

(Purba, 2013).

Pada tahun 2013, Gunung Sinabung meletus kembali, dalam bulan September 2013 telah terjadi 4 kali letusan. Letusan pertama terjadi ada tanggal 15 September 2013 dini hari, kemudian terjadi kembali pada sore harinya. Status Gunung Sinabung dari WASPADA (Level II) menjadi SIAGA (level III). Pada 17 September 2013, terjadi 2 letusan pada siang dan sore hari.

(5)

Debu vulkanik berdampak pada 6 (enam) kecamatan di sekitar Gunung Sinabung yaitu Kecamatan Namanteran, Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Merdeka, Kecamatan Dolat rayat, Kecamatan Payung, dan Kecamatan Mardinding. Letusan terkini terjadi pada tanggal 15 Oktober 2013 dan dilaporkan juga mengeluarkan lava.

Abu vulkanik letusan Gunung Sinabung menyelimuti pemukiman masyarakat di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Letusan Gunung yang disertai dengan gempa itu membuat masyarakat dilanda kepanikan. Sebanyak 17 jiwa meninggal akibat guguran awan panas sinabung. Akibat letusan gunung berapi, beberapa material yang keluar dari kepundan gunung tersebut antara lain adalah awan panas, material pijar, hujan abu, kemungkinan gas beracun yang terlempar ke atmosfer. Semua material tersebut memiliki dampak yang berbeda - beda terhadap lingkungan hidup, terdapat dampak negatif dan dampak positif. Gunung Sinabung mengeluarkan bahan material vulkanik seperti debu dan awan panas yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan dan jatuh wilayah hingga mencapai ± 25 km dari kawah ke arah timur karena pengaruh hembusan angin.

Di Beberapa desa mengalami dampak langsung antara lain bangunan/rumah, lahan, dan tanaman diselimuti oleh debu dan diperparah lagi selama 3 minggu pasca erupsi tidak ada turun hujan. Akibat debu dari erupsi Gunung Sinabung yang menyelimuti atap seng bangunan rumah penduduk terlihat berwarna kekuningan dijumpai pada desa Sukanalu (5 km), Sadaperarih (10 km) dan Dolat Rayat (15km) diperkirakan akan merusak atas bangunan rumah

(6)

Material Gunung merapi berpengaruh terhadap pertanian barupa (1) abu vulkanik yang tersembur ke angkasa, lalu terdeposit di lahan pertanian atau menutupi pertanaman padi dan paliwija dalam berbagai ketebalan dan luasan; (2) lahar dingin secara fisik dapat merusak pertanaman pertanian dengan tingkat keparahan dari luasan yang berbeda; (3) gas ataupun cairan lahar yang keluar dari perut gunung, biassanya didominasi oleh sulfur yang ditandai oleh baunya yang menyengat hidung. Diantara ketiga material butir lebih luas dampaknya terhadap pertanian (Martini, 2011).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Produksi

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan antara tingkat produksi sesuatu barang dengan jumlah input produksi yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa 1 input produksi seperti tenaga kerja merupakan satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya sedangkan faktor-faktor produksi lainnya seperti modal, tanah dan teknologi dianggap tidak mengalami perubahan (Sukirno, 2005).

(7)

sistem produksi merupakan suatu fungsi dari tingkat teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan baku dan lain-lain yang digunakan dalam suatu perusahaan (Arsyad, 2003).

Menurut Samuelson (2002) fungsi produksi adalah kaitan antara jumlah output maksimum yang bisa dilakukan masing-masing dari tiap tiap perangkat input (faktor produksi). Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda- beda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan, terutama tiga faktor yaitu tanah, modal dan tenaga kerja. Tentu saja proses produksi atau usahatani tidak berjalan jika tidak ada tenaga kerja. Begitu juga dengan faktor lainnya seperti modal.

Produktivitas merupakan hasil per satuan luas, tenaga kerja, modal atau input lainnya. Pihak di luar keluarga petani cenderung mengukur produktivitas usahatani menurut hasil biomassa, hasil komponen-komponen tertentu, hasil ekonomis atau keuntungan, seringkali memandang perlu untuk memaksimalkan hasil per satuan lahan. Keluarga petani memiliki cara mereka sendiri untuk merumuskan dan mendefenisikan produktivitas, mungkin dengan satuan tenaga kerja yang dibutuhkan pada saat penanaman atau penyiangan atau dengan satuan air irigasi yang dimanfaatkan.

(8)

varietas, tingkat kesesuaian lahan (termasuk luas dan kualitasnya), jenis teknologi yang digunakan, ketersediaan modal, kualitas pupuk dan input lainnya, ketersediaan dan kualitas infrastruktur pendukung (seperti irigasi) dan tingkat pendidikan/pengetahuan petani (Sirait, 2009).

2.2.2 Teori Pendapatan

Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input). Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usahatani seperti berdagang, mengojek, dan lain-lain (Sofyan, 2006).

Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi, 2001).

(9)

Secara matematis analisis pendapatan dapat ditulis dan digambarkan sebagai berikut:

Keterangan :

Y = Pendapatan (Rp) TR = Total Penerimaan (Rp) TC =Total Biaya (Rp)

Sedangkan untuk menghitung penerimaan usahatani dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

P = Harga per satu (Rp) Q = Jumlah Produksi (Kg)

Y=TR-TC

(10)

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan untuk penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Penelitian

Judul Ekonomi Di Desa Kuta keluarga di Desa

Uji paired sampel T-test dengan dengan alat bantu SPSS

Bencana meletusnya Gunung Sinabung memberikan dampak yang signifikan terhadap sosial

ekonomi di Desa

(11)

No Nama Penelitian

Judul petani kubis di daerah Penelitian

1).

Produktivitas kubis

2). Pendaptan Kubis

Metode uji rata-rata atau t-hitung dengan uji dua sampel yang saling bebas daerah yang terkena dengan produktivitas kubis di daerah yang tidak terkena dampak petani kubis di daerah yang terkena dengan pendapatan di daerah yang tidak terkena

erupsi Gunung Sinabung di daerah

penelitian.

4. Septianika (2015) Brokoli dan Sawi) di tawarkan di lokasi penelitian?

Data primer dengan

jumlah 60 sampel

(12)

No Nama Penelitian

Judul penelitian ? 3). sesaat sesudah terjadinya erupsi Gunung Sinabung 3).Pendapatan sayur-mayur mengalami penurunan sesaat sesudah terjadinya erupsi Gunung Sinabung

2.4 Kerangka Pemikiran

Erupsi Gunung Sinabung memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di Kabupaten Karo khususnya di Desa Ndokum Siroga Kecamatan Simpang Empat. Di Ndokum Siroga adalah salah satu desa sentra produksi tanaman Buncis yang terdekat dengan Gunung Sinabung. Ndokum Siroga terletak ± 5 Km dari kaki Gunung Sinabung. Erupsi Gunung Sinabung menyebabkan adanya perubahan yang nyata terhadap produksi mempengaruhi jumlah tanaman Buncis di Desa Ndokum Siroga.

(13)

r

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan, maka diajukan hipotesis yang akan diuji kebenarannya sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan yang nyata produktivitas buncis sebelum (tahun 2009) dan sesudah (tahun 2015) erupsi Gunung Sinabung di Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

2. Terdapat perbedaan yang nyata pendapatan petani Buncis sebelum (tahun 2009) dan sesudah (tahun 2015) erupsi Gunung Sinabung di Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

- - - -

: Menyatakan Pengaruh - - - : Menyatakan Hubungan

Usahatani Buncis

Erupsi Gunung Sinabung

Faktor-Faktor Produksi 1. Lahan

2. Tenaga Kerja 3. Input

(Benih,pupuk dan

pestisida) Produktivitas

Sebelum Erupsi

Produktivitas Sesudah Erupsi

Pendapatan Sebelum Erupsi

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Unit Layanan Pengadaan Daerah Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Kelompok Kerja Provinsi Kepulauan Riau akan melaksanakan pemilihan langsung dengan

Sekali lagi kami memohon maaf atas gangguan pelayanan kami,

melalui website LPSE Kementerian Keuangan www.lpse.depkeu.go.id acara penjelasan Dokumen Lelang Pekerjaan. Rumah Dinas Gunung Bakaran Kanwil DJP Kaliman dokumen

Kelompok Kerja (Pokja) 3 Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tahun Anggaran 2016 akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor BAHP/UL.1/27/ULP.8/PJ.014/2016 tanggal 11 April 2016, Kelompok Kerja 8 Unit Layanan Pengadaan Direktorat Jenderal Pajak

ةيموكحلا ةيملاسلإا اجيتلاس ةعماج ٕٓٔٛ.. بٔإ ةذاتسلأا ةفلأ بٌاكلايسوس تَتسجالدا ةسيئر مسق سيردت ةغللا ةيبرعلا ةعمابج اجيتلاس ةيملاسلإا ةيموكلحا ِ. اجيتلاس ةعمابج ؿكدلا

Dari sini di dapat bentuk Barongan yang telah memiliki Model pertunjukan Barongan anak Desain Garap Gerak dan Gending Barongan • Wilayahnya Blora

peserta didik, sekolah, dan masyarakat. Artinya sebagai seorang guru, kita juga bertindak sebagai pendidik dan murid sebagai anak didik sehingga dapat saja