BAB lll
METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian
Adapun tipe penelitian ini adalah penelitian eksplanatif yaitu penelitian yang secara khusus dilakukan dengan tujuan menguji atau membuktikan hipotesis dengan metode pendekatan kuantitatif, penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam (Siagian, 2011:53)
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan terhadap penduduk Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo yang berada di posko pengungsian Universitas Karo Kabanjahe. Adapun alasan pemilihan lokasi dikarenakan Desa Bekerah merupakan salah satu desa yang menjadi korban erupsi Gunung Sinabung yang berada di radius 2 kilometer dan sudah hampir setahun penduduk Desa Bekerah berada di pengungsian.
3.3 Populasi
3.4 Sample
Roscoe dalam Siagian (2011) mendefinisikan sampel sebagai sebagian dari objek, kejadian, atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanya atau yang akan diteliti. Dengan demikian dapat dikemukakan, bahwa sampel adalah bagian yang bersifat representatif dari populasi yang diambil datanya secara langsung. Apabila sampel lebih dari 100, maka yang diambil adalah 10% - 20% dari jumlah populasi (Silalahi, 2009). Sehingga diperoleh sampel penelitian sebagai berikut: 10% x 348= 34,8 yaitu 38 jiwa.
Penarikan sampel adalah proses dimana sejumlah atau sebagian populasi dipilih sebagai sumber data sehingga memungkinkan kita membuat suatu generalisasi yang berkaitan atau berlaku bagi populasi (Siagian, 2011). Adapun teknik penarikan sampel pada penelitian ini adalah Purposive Sampling, yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya. Sehingga ditetapkan sampel pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Bekerah yang terkena dampak bencana pasca meletusnya Gunung Sinabung.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang di teliti dengan mempelajari dan menelaah buku-buku, majalah dan surat kabar serta tulisan yang ada kaitanya dengan masalah yang di teliti.
b. Studi lapangan yaitu pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan peneliti langsung turun kelokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
a. Kuesioner yaitu teknik pengumpilan data yang dilaksanakan dengan menyebar angket yang berisi daftar pertanyaan secara tertulis.
b. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data melaui proses tanya jawab yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban yang diberi oleh wawancara (Fathoni,2006:105-109).
3.6 Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data eksplanatif. Untuk melihat hubungan antara variabel-variabel penelitian, teknik pengujian hipotesis korelasi yang digunakan adalah uji t.
Adapun teknik pengujian hipotesis korelasi uji t dinyatakan dengan rumus:
𝑡 = ∑D
�N ∑ D2− (∑D2) N−1
Keterangan:
t = Nilai mean kelompok sampel
d = Perbedaan skor antara Subyek
D2 = Kuadrat perbedaan skor
Dimana :
∑D :Jumlah keseluruhan nilai x1 (perlakuan pertama) dan x2 (perlakuan kedua)
∑𝐷2 :Jumlah keseluruhan selisih dari kuadrat perlakuan pertama dan perlakuan
kedua
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1.Lokasi Penelitian
Bab ini berisikan tentang deskripsi lokasi penelitian dimana peneliti memilih lokasi penelitian di Desa Bekerah sebagai dokumentasi dampak langsung yang di timbulkan pasca meletusnya Gunung Sinabung. Desa Bekerah adalah salah satu desa yang terkena dampak letusan Gunung Sinabung, sehingga seluruh penduduknya harus di ungsikan ke tempat yang lebih aman yaitu ke posko-posko pengungsian yang berada di Kabanjahe dan sekitarnya. Desa ini berada di radius 2 kilometer dari puncak Gunung Sinabung dan termasuk kawasan zona merah atau daerah berbahaya karena rawan lontaran batu pijar, awan panas, gas beracun dan lahar dingin yang bisa menyembur sewaktu-waktu. Oleh sebab itu Desa Bekerah sama sekali tidak boleh di tempati hingga saat ini, yang menjadi objek penelitian ini adalah penduduk Desa Bekerah yang berada di posko pengungsian Universitas Karo ( UKA) Kabanjahe.
Universitas Karo dahulunya adalah salah satu universitas swasta yang berada di Kabanjahe Kabupaten Karo. Namun, kini Universitas Karo (UKA) telah berpindah tempat ke Desa Peceren Berastagi dan berganti nama menjadi Universitas Quality. Kampus Universitas Karo tidak dipergunakan lagi dan sekarang menjadi posko pengungsian korban letusan Gunung Sinabung.
4.2. Sejarah Berdirinya Desa Bekerah
didirikan oleh Batunanggar mergana atau Sitepu mergana (Sitepu Batunanggar) pada mulanya penduduk Desa Sibintun berladang di Bakerah-bakerah namun, karena sudah malas pulang ke Sibintun mereka “erberngi juma” (bermalam di ladang) lama kelamaan menjadi sebuah permukiman penduduk dan Bernama Desa Bekerah.
Susunan masyarakat Desa Bekerah adalah sebagai berikut:
1. Sitepu Batunanggar merupakan Simanteki Kuta atau Pendiri kampung, marga Batunanggar dalam masyarakat Desa Bekerah pada umumnya adalah sebagai kalimbubu dan anak beru tuannya adalah Sembiring Mergana.
2. Pengulu atau kepala Desa dari dahulu adalah Marga Batunanggar namun seiring dengan berjalanya waktu peraturan itu telah berubah sudah mulai di gantikan oleh marga-marga lain.
3. Guru Sibaso (Dukun) dahulu masyarakat Desa Bekerah mempercayai Guru Sibaso, oleh sebap itu jika ada anggota keluarga mereka yang sakit mereka membawanya ke Rumah Sakit dan juga ke Guru Sibaso (ertambar kuta)
4. Kepercayaan yang mereka anut adalah masih menyembah roh nenek moyang, batu-batu, kayu besar dan juga ercibal belo.
5. Masyarakat penduduknya adalah Suku Karo ( Kepala Desa, September 2014)
4.3. Gambaran Umum Desa Bekerah Sebelum meletusnya Gunung Sinabung
Desa Bekerah berada di Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo Provinsi Sumatra Utara. Adapun batasan-batasan Desa Bekerah adalah sebagai berikut:
4. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Simacem
4.3.1 Luas Wilayah
Luas wilayah Desa Bekerah adalah
Luas permukiman penduduk : 500 Ha
Jumlah Kepala keluarga : 115 Kk
Jumlah penduduk : 348 Jiwa
4.3.2. Jumlah Penduduk
4.3.3. Gambaran Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Posko Pengungsian UKA
Untuk mengetahui jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Grafik 4.1
Sumber : Kepala Desa, September 2014
Grafik diatas menunjukkan komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Desa Bekerah sebanyak 338 penduduk. Dengan 41% berjenis kelamin laki-laki dan 59% berjenis kelamin perempuan. Maka dapat disimpulkan bahwa di Desa Bekerah lebih banyak penduduk berjenis kelamin laki-laki daripada berjenis kelamin perempuan.
59% 41%
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis
Kelamin di Desa Bekerah
Laki-laki
Namun setelah Sinabung meletus berikut adalah gambaran penduduk Desa Bekerah menurut jenis kelamin di posko pengungsian UKA Kabanjahe:
Grafik 4.2
Sumber: Kordinator Posko UKA, September 2014
Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa penduduk Desa Bekerah yang berada di posko pengungsian UKA Kabanjahe lebih banyak berjenis kelamin laki-laki daripada berjenis kelamin perempuan. yaitu 41% berjenis kelamin perempuan dan 59% berjenis kelamin laki-laki hal ini dipengaruhi karena angka kelahiran bayi yang berjenis laki-laki-laki-laki lebih bayak darippada berjenis kelamin perempuan.
4.3.4. Gambaran Penduduk Menurut Usia.
Berikut adalah gambaran Penduduk Desa Bekerah yang terdiri dari berbagai kelompok usia sebelum meletusnya Gunung Sinabung yang digambarkan dalam grafik sebagai berikut:
59% 41%
Jumlah Penduduk Desa Bekerah Di Posko
Pengungsian UKA Kabanjahe
Laki-laki
Grafik 4.3
Sumber Kepala Desa, September 2014
Menurut hasil penelitian yang diperoleh di lapangan jumlah pendduduk Desa Bekerah yang berusia 26-45 tahun persentasenya adalah 20% yang merupakan persentase terbanyak dan persentase terkecil dengan jumlah penduduk yang berusia 19-25 tahun dengan persentase 8 % . Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa penduduk Desa Bekerah lebih banyak berusia muda daripada lansia.
4.3.5. Gambaran Penduduk Menurut Usia
Penduduk Desa Bekerah yang berada di posko pengungsian UKA terdiri dari berbagai kelompok usia yang dapat di gambarkan dalam grafik sebagai berikut:
Grafik 4.4
Sumber : Kordinator Posko UKA, September 2014
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa persentase usia yang paling banyak adalah usia
6-10 tahun yaitu 23% dengan jumlah 80 jiwa, dan persentase yang paling sedikit adalah usia 19-25 tahun 7% dengan jumlah 24 jiwa. Dari data tersebut peneliti menyimpulkan bahwa penduduk Desa Bekerah yang berada di posko pengungsian UKA Kabanjahe lebih banyak berusia muda daripada lanjut usia. Dimana persentase usia 60 S/D lanjud hanya 9% dengan jumlah 31jiwa.
Gambaran Penduduk Desa Bekerah Menurut
Jenis Kelamin di Posko UKA Kabanjahe
4.3.6. Gambaran Penduduk Desa Bekerah Berdasarkan Agama
Berdasarkan penelitian sebelum meletusnya Gunung Sinabung, penduduk Desa Bekerah pada umumnya adalah beragama Kristen Protestan hal ini dapat kita lihat pada grafik berikut;
Grafik 4.5
Sumber Kepala Desa, September 2014
Menurut Kriteria yang dianut, pada umumnya penduduk Desa Bekerah mayoritas beragama Kristen yaitu sebanyak 205 jiwa dengan persentase 61%, sebagian penduduk beragama Islam yaitu sebanyak 97 jiwa dengan persentase 29% dan sebagian beragama Katolik dengan persentase 10% dengan jumlah penduduk 36 jiwa. Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa tidak ada penduduk Desa Bekerah yang beragama Hindu dan Budha. Kehidupan beragama di kampung ini sangat baik, hal ini terbukti dengan adanyarasa yang saling menghargai di tengah masyarakat terhadap perbedaan agama yang mereka anut. Dengan adanya rasa tolerasnsi dan saling menghargai ini masyarakat bisa melakukan
28%
61% 11%
Gambaran Penduduk Desa Bekerah
Berdasarkan Agama
Islam
Kristen
ibadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan masing-masing dengan rasa aman dan nyaman.
Gambaran Penduduk Desa Bekerah Berdasarkan Agama di Posko Pengungsian UKA
Berikut adalah gambaran penduduk Desa Bekerah berdasrkan agama di posko pengungsian UKA pasca meletusnya Gunung Sinabung :
Grafik 4.6
Sumber : Kordinator Pengungsi UKA, September 2014
Grafik diatas menunjukkan bahwa lebih bayak pengungsi yang beragama Kristen jika dibandingkan dengan agama Islam dan Katolik yaitu dengan persentase 53% dengan jumlah 1 84 jiwa, sedangkan Islam 33% dengan jumlah 115 jiwa dan Katolik 14% dengan jumlah 49 jiwa.
4.3.7 Gambaran Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berikut adalah gambaran penduduk Desa Bekerah berdasrkan tingkat pendidikan sebelum meletusnya Gunung Sinabung yang di peroleh peneliti dari kepala desa setempat. Di gambarkan dalam bentuk grafik di bawah ini:
Grafik 4.7
Sumber : Kepala Desa, September 2014
Gambaran penduduk Desa Bekerah Berdasrkan pendidikan pasca meletusnya Gunung Sinabung di pengungsian UKA digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Graik 4.8
Sumber : Kordinator UKA, September 2014
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak di posko UKA adalah SD dengan persentase 30% dengan jumlah 104 jiwa. Tingat pendidikan SLTP dengan persentase 27% dengan jumlah 93 jiwa dan persentase SLTA 13 % dengan jumlah 45 jiwa. Sedangkan persentase tingkat Akademi 7% dengan jumlah 24 jiwa, Universitas 7% dan persentase tingkat Pasca Sarjana adalah 3% dengan jumlah 10 jiwa. Dari data diatas tingkat pendidikan penduduk Desa Bekerah masih bisa di jadikan suatu prestasi karena meskipun dalam keadaan mengungsi mereka masih bisa melanjutkan tingkat pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi hingga pasca sarjana walaupun dengan persentase kecil.
4.3.8. Gambaran Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Sebelum Gunung Sinabung Meletus penduduk Desa Bekerah mengenal beberapa jenis mata pencaharian seperti misalnya PNS, Supir, Petani dan Pedagang. Kini mata pencaharian penduduk Desa Bekerah yang berada di posko pengungsian UKA Kabanjahe telah berubah total kecuali PNS dan Supir, para petani yang dahulunya bisa bertani di lahan mereka sendiri kini harus menjadi buruh tani keladang orang lain, yang dahulunya berdagang kini harus menjadi menjadi pengangguran dan sesekali menjadi buruh tani keladang orang lain itupun jika ada yang memerlukan tenaga mereka. Jika tidak maka mereka tidak akan bekerja.
4.3. Topografi Desa Bekerah
Sebelum Gunung Sinabung meletus Desa Bekerah adalah aman, nyaman dan tentram. Tanahnya sangat subur, namun kini setelah Gunung Sinabung Meletus Desa Bekerah menjadi aliran lahar dingin dan semua infrastruktur desa menjadi rusak baik jalan raya, perumahan, listrik dan lahan pertanian.
4.5 Gambaran Sarana dan Prasarana
4.5.1. Sarana Kesehatan
4.5.2. Gambaran Sarana Pendidikan
Sebelum Gunung Sinabung meletus anak-anak pengungsi Desa Bekerah yang mengungsi di Universitas Karo (UKA) Kabanjahe di Desa Bekerah tidak ada sarana pendidikan pada umumnya penduduk Desa Bekerah menyekolahkan anak nya ke desa tetangga jika SD, sekolahnya berada di Desa Gamber dan Simacem, jika SMP sekolanya berada di Desa Gamber Dan Singgarang-garang dan jika SMA berada di Desa Sibintun akan tetapi ada juga yng si luar kota seperti Medan dan Kabanjahe. Setelah Gunung Sinabung meletus anak-anak pengungsi bersekolah di Kabanjahe dan Simpang Empat. SMA di SMA Negeri 2 Simpang Empat dan yang SMP di SMP Negeri 2 Kabanjahe dan yang SD di SD Negeri Kabanjahe
4.5.3 Sarana Ibadah
Hanya terdapat 2 unit Gereja di Desa Bekerah yaitu Gereja Pentakosta di Indonesia dan Gereja Katolik. Namun, setelah bereada di posko pengungsian Universitas Karo (UKA) Kabanjahe para pengungsi menggunakan salah satu ruangan UKA untuk beribadah.
4.6 Srtuktur Penanganan Pengungsi di Posko UKA Kabanjahe
Berdasarkan informasi yang diketahui peneliti dari Kordinator posko Pengungsian UKA Kabanahe susunan penanganan pengungsi di posko UKA adalah sebagai berikut
BAB V
ANALISIS DATA
Pada bab ini penulis akan menganalisis data-data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dengan menyebarkan angket (kuesioner) kepada penduduk Desa Bekerah di Posko Pengungsian Universitas Karo Kabanjahe yang telah ditetapkan sebagai responden, yaitu sebanyak 35 responden. Menganalisis data merupakan suatu upaya untuk menata dan mengelompokkan data menjadi satu bagian-bagian tertentu berdasarkan jawaban sampel penelitian. Analisis data yang dimaksud adalah interpestasi langsung berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dilapangan. Adapun data-data yang dianalisis pada bab ini adalah sebagai berikut:
5.1. Identitas Responden
Tabel 5.1
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1
Sumber : Kuesioner, September 2014
telah ditetapkan peneliti adalah Purposive Sampling, yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti karena memiliki pertimbangan dalam pengambilan sampel. Sehingga yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah penduduk Desa Bekerah yang mengungsi si posko pengungsian UKA Kabanjahe saja. Berdasarkan Tabel 5.1 persentase responden berdasarkan jenis kelamin yaitu sebanyak 54% laki-laki dan 46% perempuan. Hal ini merupakan bukan sesuatu yang kebetulan. Pada saat melakukan penelitian, karena Penduduk Desa Bekerah di posko pengungsian UKA Kabanjahe memang lebih banyak pengungsi yang berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan.
Sumber : Kuesioner, September 2014
Tabel 5.3
Identitas Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah Persentase
1
Sumber : Kuesioner, September 2014
Tabel 5.4
Sumber : Kuesioner, September 2014
Berdasarkan hasil kuesioner agama responden dengan persentase 57% adalah beragam Kristen, dan 23% adalah beragama Katolik dan agama Islam adalah 20%. Karena pada umumnya penduduk Desa Bekerah mayoritas beragama Kristen Protestan. Namun, meskipun berbeda agama penduduk Desa Bekerah yang mengungsi di UKA tetap hidup rukun dan saling menghormati antara satu agama dan agama lainnya.
5.5.1. Identitas Responden Berdasarkan Suku
Tabel 5.5
Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Jumlah Persentase
1
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat tidak ada responden yang tidak sekolah, pendidikan yang ditempuh responden sebanyak 46% adalah tamamatan SMA sedangkan 34% adalah tamatan SMP, 14% tamatan SD dan hanya 6% tamatan Perguruan Tinggi. Hal tersebut sudah dapat dijadikan suatu prestasi mengingat di Desa Bekerah tidak ada sarana pendidikan namun mereka menyadari pentingnya pendidikan.
5.2. Tentang Pendapatan
Tabel 5.6
Data Pendapatan Responden Perbulan Sebelum dan Sesudah Meletusya Gunung Sinabung
Sebelum Gunung Sinabung Meletus Setelah Gunung Sinabung Meletus
Sumber : Kuesioner, September 2014
Sebelum meletusnya Gunung Sinabung pertanian di Desa Bekerah sangat luas dan subur karena dekat dengan gunung berapi Sinabung, sehingga sangat cocok dijadikan lahan pertanian. Berdasarkan hasil kuesioner pendapatan responden setiap bulanya 71% adalah ≤ Rp.2.000.000. Pendapatan mereka dipengaruhi dengan tanaman yang mereka tanam, selain tanaman jangka panjang seperti kopi, mereka juga menanam tanaman jangka pendek seperti cabai, kol, kentang dan lain sebagainya sehingga menambah penghasilan. Namun, dari Tabel 5.6 jelas terlihat bahwa pendapatan responden setelah meletusnya Gunung Sinabung menurun drastis, mengingat sebelum Gunung Sinabung meletus responden tidak ada yang
Tabel 5.7
Data Pencari Nafkah Dalam Keluarga Responden Sebelum dan Sesudah Meletusnya Gunung Sinabung
Sebelum Gunung Sinabung Meletus Sesudah Gunung Sinabung Meletus
No Pencari Nafkah
Frekuensi Persentase Pencari Nafkah
Sumber : Kuesioner, September 2014
melibatkan anak dalam mencari nafkah karena mereka menyewa lahan pertanian di Desa Kacaribu yang tempatnya tidak jauh dari posko pengungsian UKA.
Tabel 5.8
Data Pendapatan Responden Dalam Memenuhi Kebutuhan Pendidikan Anak Sebelum dan Sesudah Meletusnya Gunung Sinabung
Sebelum Gunung Sinabung Meletus Sesudah Gunung Sinabung Meletus
NO Kategori Frekuensi Perentase Kategori Frekuensi Persentase 1 Sangat
sangat minim karena tidak ada lagi lahan pertanian dan hasil pertanian yang bisa di panen sehingga pendapatan menurun.
5.3. Tentang Pendidikan
Tabel 5.9
Data Responden Berdasarkan Anggota Keluarga Yang Bersekolah Sebelum dan Sesudah Gunung Sinabung Meletus
Sebelum Gunung Sinabung Meletus Sesudah Gunung Sinabung Meletus
No Kategori Frekuensi Persentase Kategori Frekuensi Persentase
1 1 Anak 6 17% 1 7 20%
2 2 Anak 25 72% 2 23 66%
3 3 Anak 4 11% 3 5 14%
Total 35 100% 35 100%
Sumber : Kuesioner, September 2014
Tabel 5.10
Data Sumber Biaya Pendidikan Anak Responden
Sebelum Gunung Sinabung Meletus Sesudah Gunung Sinabung Meletus
NO Kategori Frekuensi Persentase Kategori Frekusensi Persentase
1 Biaya Sendiri 32 91% Biaya
Sendiri
24 69%
2 Beasiswa - 0 Beasiswa 5 14%
3 Orang Lain 3 9% Orang
Lain
6 17%
Total 35 100% 35 100%
Sumber : Kuesioner, September 2014
5.4. Data Tentang Kesehatan
Tabel 5.11
Data Kesehatan Responden Sebelum dan Sesudah Gunung Sinabung Meletus
Sebelum Gunung Sinabung Meletus Sesudah Gunung Sinabung Meletus
NO Kategori Frekuensi Persentase Kategori Frekuensi Persentase
1 Sering 4 11% Sering 13 37%
2 Jarang 31 89% Jarang 14 40%
3 Tidak Pernah - Tidak
Pernah
8 23%
Total 35 100% 35 100%
Sumber : Kuesioner, Sebtember 2014
Tabel 5.12
Data Responden Berdasarkan Kemampuan Berobat Sebelum dan Sesudah Gunung Sinabung Meletus
Sebelum Gunung Sinabung Meletus Sesudah Gunung Sinabung Meletus
No Kategori Frekuensi Persentase Kategori Frekuensi Persentase
1 Sangat Mampu 12 34% Sangat
Sumber : Kuesioner, September 2014
5.5. Analisis Data Kuantitatif Dampak Setelah dan Sebelum Gunung Sinabung Meletus
Seperti yang telah dikemukakan pada bab III, analisis data yang digunakan adalah teknik analisis uji t, dengan perhitungan sebagai berikut:
t = ∑D
√( N∑𝐷2 – ( ∑D)2
N-1
Keterangan (semua rumus):
t = Nilai Mean kelompok sampel
d = Perbedaan skor antar subjek
𝐷2 = Kuadrat perbedaan skor
N = Jumlah
Dimana :
∑D adalah jumlah keseluruhan nilai x1 (perlakuan pertama) dan x2
(perlakuan kedua)
∑𝐷2 adalah jumlah keseluruhan selisih dari kuadrat perlakuan pertama dan
perlakuan kedua
5.5.1. Uji t Untuk Pendapatan
∑D = 53.500.000
∑𝐷2 = 91.260.000.000.000
N = 35
t = ∑D
√( N∑𝐷2 – ( ∑D)2
N-1
t = 53.500.000
√(35) (91.260.000.000.000) – (53.500.000)2
35-1
t = 53.500.000
√3.194.100.000.000.000-2.862.250.000.000
34
t = 53.500.000
√ 3.191.237.750.000.000
34
t = 53.500.000 = 53.500.000
t = 5,52
dk = N-1 = 35 -1 = 34
Nilai kritis untuk t dalam dk = 34 pada level kofiden (atau 𝛼 ) 0,05 = 2.0322 dan 0,01 = 2,7282 maka hasil t sebesar 5,52 < 2.0322 atau 5,52 < 2,7284 dan nilai t = 5,52 berada di daerah Ho ditolak karena menggunakan uji 2 sisi yaitu – 2.0322 dan + 2.0322 sehingga signifikan baik pada 𝛼 0,05 dan 𝛼 0,01. Maka Ho ditolak dan Ha diterima.
5.5.2. Uji t Pendapatan Untuk Biaya Pendidikan Anak
∑D = 33
∑𝐷2 = 39
N = 35
t = ∑D
√( N∑𝐷2 – ( ∑D)2
N-1
t = 33
√(35) (39) – (33)2
35-1
t = 33
√ 1365-1089
34
t = 33
√ 276
34
t = 33 = 33
t = 11,61
dk = N-1 = 35 -1 = 34
Nilai kritis untuk t dalam dk = 34 pada level kofiden (atau 𝛼 ) 0,05 = 2.0322 dan 0,01 = 2,7282 maka hasil t sebesar 11,61 < 2.0322 atau 11,61 < 2,7284 dan nilai t = 11,61 berada di daerah Ho ditolak karena menggunakan uji 2 sisi yaitu – 2.0322 dan + 2.0322 sehingga signifikan baik pada 𝛼 0,05 dan 𝛼 0,01. Maka Ho ditolak dan Ha diterima.
5.5.3. Uji t Pendapatan Untuk Biaya Sekolah Anak
∑D = 13
∑𝐷2 = 33
N = 35
t = ∑D
√( N∑𝐷2 – ( ∑D)2
N-1
t = 13
√(35) (33) – (13)2
35-1
t = 13
√ 115-169
34
t = 13
√ 968
34
t = 13 = 13
t = 2,41
dk = N-1 = 35 -1 = 34
Nilai kritis untuk t dalam dk = 34 pada level kofiden (atau 𝛼 ) 0,05 = 2.0322 dan 0,01 = 2,7282 maka hasil t sebesar 2,41 < 2.0322 atau 2,41 < 2,7284 dan nilai t = 2,41 berada di daerah Ho ditolak karena menggunakan uji 2 sisi yaitu – 2.0322 dan + 2.0322 sehingga signifikan baik pada 𝛼 0,05 dan 𝛼 0,01. Maka Ho ditolak dan Ha diterima.
5.5.4. Uji t Pendapatan Untuk Pencari Nafkah
∑D = 18
∑𝐷2 = 32
N = 35
t = ∑D
√( N∑𝐷2 – ( ∑D)2
N-1
t = 18
√(35) (32) – (18)2
35-1
t = 18
√ 1120-324
34
t = 18
√ 796
34
t = 18 = 18
t = 3,72
dk = N-1 = 35 -1 = 34
Nilai kritis untuk t dalam dk = 34 pada level kofiden (atau 𝛼 ) 0,05 = 2.0322 dan 0,01 = 2,7282 maka hasil t sebesar 3,72 < 2.0322 atau 3,72 < 2,7284 dan nilai t = 3,72 berada di daerah Ho ditolak karena menggunakan uji 2 sisi yaitu – 2.0322 dan + 2.0322 sehingga signifikan baik pada 𝛼 0,05 dan 𝛼 0,01. Maka Ho ditolak dan Ha diterima.
5.5.5 Uji t Untuk Anggota Keluarga Yang Bersekolah
∑D = 7
∑𝐷2 = 16
N = 35
t = ∑D
√( N∑𝐷2 – ( ∑D)2
N-1
t = 7
√(35) (16) – (7)2
35-1
t = 7
√ 560-49
34
t = 7
√ 511
34
t = 7 = 7
t = 1,80
dk = N-1 = 35 -1 = 34
Nilai kritis untuk t dalam dk = 34 pada level kofiden (atau 𝛼 ) 0,05 = 2.0322 dan 0,01 = 2,7282 maka hasil t sebesar 1,8 < 2.0322 atau 1,8 < 2,7284 dan nilai t = 1,8 berada di daerah Ho ditolak karena menggunakan uji 2 sisi yaitu – 2.0322 dan + 2.0322 sehingga signifikan baik pada 𝛼 0,05 dan 𝛼 0,01. Maka Ho ditolak dan Ha diterima.
5.5.6 Uji t Untuk Kesehatan
∑D = -2
∑𝐷2 = 26
N = 35
t = ∑D
√( N∑𝐷2 – ( ∑D)2
N-1
t = -2
√(35) (26) – (-2)2
35-1
t = -2
√ 910-4
34
t = -2
√ 906
34
t = -2 = -2
t = -0,35
dk = N-1 = 35 -1 = 34
Nilai kritis untuk t dalam dk = 34 pada level kofiden (atau 𝛼 ) 0,05 = 2.0322 dan 0,01 = 2,7282 maka hasil t sebesar 0,35 < 2.0322 atau 0,35 < 2,7284 dan nilai t = 0,35 berada di daerah Ho ditolak karena menggunakan uji 2 sisi yaitu – 2.0322 dan + 2.0322 sehingga signifikan baik pada 𝛼 0,05 dan 𝛼 0,01. Maka Ho ditolak dan Ha diterima.
5.5.7 Uji t Untuk Kemampuan Berobat
∑D = 15
∑𝐷2 = 25
N = 35
t = ∑D
√( N∑𝐷2 – ( ∑D)2
N-1
t = 15
√(35) (25) – (15)2
35-1
t = 15
√ 875-225
34
t = 15
√ 650
34
t = 15 = 15
t = 3,43
dk = N-1 = 35 -1 = 34
Nilai kritis untuk t dalam dk = 34 pada level kofiden (atau 𝛼 ) 0,05 = 2.0322 dan 0,01 = 2,7282 maka hasil t sebesar 3,43 < 2.0322 atau 3,43 < 2,7284 dan nilai t = 3,43 berada di daerah Ho ditolak karena menggunakan uji 2 sisi yaitu – 2.0322 dan + 2.0322 sehingga signifikan baik pada 𝛼 0,05 dan 𝛼 0,01. Maka Ho ditolak dan Ha diterima.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kuesioner yang dikumpulkan melalui kuesioner dan telah dianalisis dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Setelah Gunung Sinabung meletus menyebabkan dampak yang sangat buruk terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Bekerah. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji t yang dilakukan terhadap setiap indikator penelitian bahwasanya Ha diterima dan Ho ditolak.
2. Bantuan yang diberikan BNPB tidak efektif, karena biaya dan jaminan hidup yang diterima tidak memadai untuk keperluan sewa rumah pengungsi menerima uang sebesar Rp 1,8 juta per 6 bulan. Kemudian dana 2 juta untuk sewa lahan pertanian per tahun, serta bantuan Rp 5 ribu untuk jamina hidupperhari untuk tiap orang. Bantuan dana sejumlah itu sejumlah pengungsi mengaku belum mendapatkan rumah kontrakan maupun lahan pertanian.
3. Sampai saat ini penduduk Desa Bekerah belum di relokasikan oleh pemerintah. 6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang ada penulis menyarankan :
1. Pemerintah segera merelokasikan penduduk Desa Bekerah ke tempat yang telah ditentukan dan yang disepakati dengan para pengungsi.