SKRIPSI
PENGARUH LEVERAGE TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN NON KEUANGAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH:
Evi Juliana Sibuea 080522076
PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
Kebijakan pendanaan merupakan salah satu kunci dalam menentukan nilai perusahaan. Kebijakan pendanaan dalam menentukan struktur modal bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan, karena nilai perusahaan merupakan cerminan dari kinerja aktivitas-aktivitas bisnis yaitu: kemampuan manajemen pendanaan dalam menentukan target struktur modal (aktifitas pendanaan), kemampuan manajemen investasi dalam mengaktifkan penggunaan aktiva (aktifitas investasi) dan kemampuan manajemen operasi dalam mengefisiensikan proses produksi dan distribusi (aktivitas operasi). Kebijakan pendanaan yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan apabila manajemen perusahaan mampu menggunakan sumber – sumber ekonomi yang mereka miliki dengan efektif dan efesien.
Perumusan masalah dalam penelitian ini apakah leverage keuangan dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas baik secara parsial maupun secara simultan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI?. Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah leverage keuangan dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa dengan menggunakan tabel Anova dengan hasil F hitung adalah sebesar 8,760 > F tabel 4,76 dengan taraf signifikan sebesar 0,002 < 0,05 yang artinya bahwa variabel Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Rasio (DER) dan Long term Debt to Equity Ratio (LDER) perusahaan secara simultan mempunyai pengaruh terhadap ROA perusahaan. Sedangkan berdasarkan tabel Model Summary menunjukkan bahwa variabel bebas (DAR, DER dan LDER) terhadap variabel terikat (ROA) adalah sebesar 80,8 %, sisanya sebesar 19,2 % dijelaskan oleh variabel–variabel bebas lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
DAFTAR ISI
2.1.2. Stuktur Modal dan Leverage Keuangan …...….. 8
2.1.3. Pengertian Ukuran Perusahaan……….. 13
2.1.4. Indikator Ukuran Perusahaan... 15
2.1.5. Pengertian Profitabilitas... 16
2.1.6. Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas …………. 18
2.1.7. Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas... 19
2.1.8. Tinjauan Penelitian Terdahulu... 22
2.2. Kerangka Berfikir... 23
2.3. Hipotesis Penelitian... 25
BAB III : METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ………...………….…....….. 26
3.2. Populasi dan Sampel....………...…... 26
3.3. Sumber dan Jenis Data... 27
3.4. Teknik Pengumpulan Data....…...………... 27
3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel... 28
3.6. Teknik Analisis Data... 30
3.7. Jadwal Penelitian... 33
BAB IV : HASIL PENELITIAN 4.1. Data Penelitian …. ... 34
4.1.1. Deskripsi Objek Penelitian... 34
4.1.2. Analisis Hasil Penelitian……….………… 35
4.2. Pengujian Hipotesis... 42
4.2.1. Statistik Deskriptif... 42
4.2.2. Uji Asumsi Klasik... 43
4.3. Uji Analisis Regresi... 47
4.4. Uji Hipotesis... 48
BAB V : KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan …. ... 52
5.2. Keterbatasan Penelitian... 53
ABSTRAK
Kebijakan pendanaan merupakan salah satu kunci dalam menentukan nilai perusahaan. Kebijakan pendanaan dalam menentukan struktur modal bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan, karena nilai perusahaan merupakan cerminan dari kinerja aktivitas-aktivitas bisnis yaitu: kemampuan manajemen pendanaan dalam menentukan target struktur modal (aktifitas pendanaan), kemampuan manajemen investasi dalam mengaktifkan penggunaan aktiva (aktifitas investasi) dan kemampuan manajemen operasi dalam mengefisiensikan proses produksi dan distribusi (aktivitas operasi). Kebijakan pendanaan yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan apabila manajemen perusahaan mampu menggunakan sumber – sumber ekonomi yang mereka miliki dengan efektif dan efesien.
Perumusan masalah dalam penelitian ini apakah leverage keuangan dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas baik secara parsial maupun secara simultan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI?. Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah leverage keuangan dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa dengan menggunakan tabel Anova dengan hasil F hitung adalah sebesar 8,760 > F tabel 4,76 dengan taraf signifikan sebesar 0,002 < 0,05 yang artinya bahwa variabel Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Rasio (DER) dan Long term Debt to Equity Ratio (LDER) perusahaan secara simultan mempunyai pengaruh terhadap ROA perusahaan. Sedangkan berdasarkan tabel Model Summary menunjukkan bahwa variabel bebas (DAR, DER dan LDER) terhadap variabel terikat (ROA) adalah sebesar 80,8 %, sisanya sebesar 19,2 % dijelaskan oleh variabel–variabel bebas lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Era globalisasi yang identik dengan perdagangan bebas menjadikan persaingan bisnis antar perusahaan menjadi sangat ketat. Industry bisnis saling berlomba- lomba untuk merebut pasar global demi memaksimalkan profit dan
nilai perusahaan. Pada era globalisasi ini, hanya perusahaan yang mampu memanfaatkan sumber- sumber ekonomi yang dimiliki secara efektif dan
efesiensilah yang dapat memenangkan persaingan tersebut melalui berbagai strategi aktivitas bisnis yang berdaya saing. Menurut Wei (2006) dalam Arifin (2008: 91), salah satu langkah yang menyelesaikan permasalahan tadi adalah
dengan menjaga kebijakan yang mendukung persaingan usaha yang sehat guna terciptanya alokasi sumber daya yang efektif dan efisien. Salah satu kebijakan
yang dianggap paling penting adalah kebijakan pendanaan.
Menurut Sugehen (2003: 12) bahwa kebijakan pendanaan merupakan salah satu kunci dalam menentukan nilai perusahaan. Menurut teori struktur modal,
kebijakan pendanaan dalam menentukan struktur modal bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan, karena nilai perusahaan merupakan cerminan
dari kinerja aktivitas-aktivitas bisnis yaitu: kemampuan manajemen pendanaan dalam menentukan target struktur modal (aktifitas pendanaan), kemampuan manajemen investasi dalam mengaktifkan penggunaan aktiva (aktifitas investasi)
nilai perusahaan apabila manajemen perusahaan mampu menggunakan sumber –
sumber ekonomi yang mereka miliki dengan efektif dan efesien.
Aktivitas bisnis lainnya yang cukup penting dalam menentukan nilai
perusahaan adalah aktivitas perusahaan adalah aktivitas investasi. Aktivitas investasi merupakan kegiatan perencanaan dan pelaksanakan kebijakan investasi dengan tujuan mengupayakan efektivitas dan efesiensi penggunaan aktiva
perusahaan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Aktivitas investasi juga memprediksi berapa modal yang diperlukan oleh perusahaan dalam pemakaian
dan penambahan aktiva perusahaan untuk kegiatan produksi. Semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan, maka semakin baik kinerja perusahaan tersebut, sehingga nilai perusahaan semakin baik. Dengan demikian, nilai perusahaan
adalah cerminan kinerja keuangan yang berasal dari hasil aktivitas – aktivitas bisnis. Kemampuan manajemen dalam menggunakan factor produksi yang
dimiliki aktivitas investasi dapat diukur melalui rasio aktivitas, yang menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan sumber dayanya, diantaranya tingkat perputaran piutang, tingkat perputaran persediaan, tingkat perputaran
aktiva tetap dan tingkat perputaran total aktiva.
Alternatif kebijakan pendanaan yang cukup penting adalah dengan
leverage keuangan (pendanaan dengan utang). Penggunaan utang dalam sumber
pendanaan mempunyai keuntungan, yaitu dapat mengurangi jumlah pembayaran pajak karena beban bunga tetap yang ditimbulkan dari utang, berbeda dengan
pembayaran deviden yang tidak dapat mengurangi pembayaran pajak. Di sisi lain, penggunaan utang juga mempunyai kerugian karena timbulnya ancaman akan
dikembangkan oleh Modigliani dan Miller (MM), bila keuntungan pajak lebih
besar dari biaya keagenan dan kebangkrutan, maka sebaiknya perusahaan menggunakan utang untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Teori ini juga
menyatakan bahwa nilai perusahaan akan meningkat sejalan dengan penggunaan utang, selama posisi utang dalam struktur modal masih berada dibawah target struktur modal optimal. Karena menurut teori struktul modal, jika posisi struktur
modal telah berada di atas target struktur modal, maka setiap pertambahan utang akan menurunkan nilai perusahaan. Listy Widyaningrum (2009), Hubungan
antara leverage keuangan dengan tingkat aktivitas investasi perusahaan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini adalah secara simultan leverage keuangan secara signifikan terhadap aktivitas
investasi perusahaan. Secara parsial leverage keuangan berpengaruh secara signifikan terhadap aktivitas investasi perusahaan.
Selain penggunaan sumber dana dengan pinjaman yang bila dikelola dengan baik dapat menaikkan nilai perusahaan, maka ukuran perusahaan juga dapat meningkatkan nilai perusahaan, dimana dengan ukuran perusahaan yang
besar akan memberikan indikasi perkembangan perusahaan sangat pesat. Adapun alat ukur atau indikator ukuran perusahaan yang digunakan yaitu jumlah aktiva
perusahaan. Hal ini dijelaskan oleh Munawir (2000: 19) bahwa “perusahaan-perusahaan yang memiliki ukuran lebih besar memiliki dorongan yang kuat untuk menyajikan tingkat profitabilitas yang tinggi dibandingkan dengan
perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan-perusahaan yang lebih besar diteliti dan dipandang dengan lebih kritis oleh para investor”. Berdasarkan penelitian
menunjukkan fenomena bahwa peningkatan ukuran perusahaan belum
sepenuhnya meningkatkan nilai laba perusahaan, dimana hal ini berarti peningkatan laba belum menjamin peningkatan kinerja keuangan perusahaan.
Selain itu Kasmir (2008: 107) “dengan besarnya ukuran perusahaan dilihat dari jumlah aktiva yang banyak memungkinkan perusahaan mengembangkan operasinya di berbagai bidang dan memanfaatkan seluruh sumber daya yang
dimiliki dengan tujuan memperoleh laba yang maksimal agar dapat berkembang secara berkesinambungan. Namun demikian ukuran perusahaan yang besar belum
dapat memastikan perolehan laba yang tinggi apabila pihak manajemen tidak dapat meminimalkan pengeluaran biaya dalam operasinya”.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik
mengadakan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh leverage keuangan dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas terhadap perusahaan otomotif yang
terdaftar di BEI.
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini apakah leverage keuangan dan ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas baik secara parsial maupun secara simultan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI?
Batasan dalam penelitian ini bertujuan untuk membatasi cakupan penelitian.
Peneliti menetapkan beberapa batasan dalam hal penetapan variabel, tahun pengamatan dan sampel yang dipilih, antara lain:
a. Peneliti hanya menggunakan indikator DAR sebagai indikator variabel leverage keuangan, dan indikator total aktiva untuk variabel ukuran
perusahaan.
b. Data yang digunakan dalam penelitiaan ini dibatasi pada laporan keuangan
dari tahun 2008 sampai tahun 2010.
c. Sampel yang dipilih hanya berjumlah 18 perusahaan dan membedakan
kelompok dalam perusahaan otomotif.
1.4. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah leverage keuangan dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan peneliti sehubungan dengan
pengaruh leverage keuangan dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas,
b. Bagi peneliti lainnya, dapat menjadi bahan referensi dalam melakukan
penelitian sejenis
c. Bagi para investor, dapat menjadi tambahan wacana dalam menentukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoristis 2.1.1Pengertian Leverage
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini sama dengan rasio sovabilitas.
Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam pembayaran kewajibannya jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Perusahaan yang
tidak sovabel yaitu perusahaan yang total utangnya lebih besar dari total asetnya. Rasio ini juga menyangkut struktur keuangan perusahaan, struktur keuangan adalah bagaimana perusahaan mendanai aktivitasnya. Biasanya, aktivitas
perusahaan didanai dengan hutang jangka pendek dan modal pemegang saham. Menurut Brigham (2006:101) seberapa jauh perusahaan menggunakan
utang (financial leverage) akan memiliki 3 (tiga) implikasi penting yaitu:
a. Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan sekaligus
membatasi investasi yang mereka berikan,
b. Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai
suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang dihadapi kreditor.
c. Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka
Ada beberapa macam rasio leverage, antara lain debt ratio (debt to total
asset), debt to equity ratio, long term debt to equity, dan time interested earned.
Namun, penelitian ini hanya berfokus pada debt to assets. Debt to total assets
(DTA) menunjukkan beberapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelenjai dengan utang atau beberapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Kredit lebih menyukai rasio hutang yang rendah karena semakin
rendah rasio ini, maka semakin rendah perlindungan terhadap kreditur dalam peristiwa likuidasi. Disisi lain, pemegang saham akan menginginkan leverage
yang lebih besar karena dapat meningkatkan laba yang diharapkan.
2.1.2 Stuktur Modal dan Leverage Keuangan
“Struktur merupakan komposisi pendanaan parmanen perusahaan, yaitu bauran pendanaan jangka panjang perusahaan. Struktur modal merupakan dari
struktur keuangan dimana struktur keuangan mencerminkan kebijakan manajemen perusahaan dalam mendai aktivanya” (Sawir, 2004: 2). Tujuan manajemen struktur modal kerja adalah menciptakan bauran sumber dana
permanen sedemikian rupa agar mampu memaksimalkan harga saham dan agar tujuan manejemen keuangan untuk memaksimalkan nilai perusahaan tercapai.
Bauran pendanaan yang ideal dan selalu diupayakan manajemen ini disebut sruktur modal optimal.
Perusahaan dalam menentukan struktur modalnya pasti bertujuan untuk
meminimalkan biaya modal yang akan dikeluarkan, karena biaya ini secara potensial akan mengurangi pembayaran deviden tunai kepada para pemegang
dibayarkan akan meningkat, dan hal ini tentunya dapat memaksimumkan harga
saham. Penentuan struktur modal, yang menyangkut bauran pendanaan yang berasal dari modal sendiri dan utang yang akan digunakan oleh perusahaan pada
akirnya menyangkut penentuan berapa banyak utang (leverage keuangan) yang akan digunakan perusahaan unutk mendai aktivanya. Menurut Syahyunun (2004:113), “Financial Leverage dapat didefenisikan sebagai kemampuan
perusahaan dalam menggunakan kewajaban-kewajaban keuangan yang sifatnya tetap”. Jika perusahaan menggunakan utang, berarti memiliki kewajaban tetap
untuk membayar bunga atas utang yang diambil dalam rangka pendanaan perusahaan.
Menurut Sawir (2004:2), “ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan oleh
manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan yaitu tingkat pengembalian (return) dan resiko (risk)”. Keputusan keuangan yang berhubungan
dengan leverage, seperti yang telah disebutkan sebelumnya akan membawa konsekuensi pada peningkatan resiko pemegang saham biasa. Resiko yang dihadapi oleh perusahaan atau pemegang saham biasa dibagi menjadi dua macam,
yaitu resiko bisnis (business riks) berkaitan dengan ketidakpastian tingkat pengembalian atas aktiva suatu perusahaan dimasa mendatang, dan resiko
keuangan (financial riks) terjadi karena adanya penggunaan utang dalam struktur modal perusahaan yang mengakibatkan perusahaan harus menanggung beban tetap secara periodic berupa beban bunga.
Resiko keuangan (financial risk) adalah tambahan resiko yang dibebankan kepada para pemegang saham biasa akibat dari pengambilan keputusan
menerima bayaran bunga secara tetap, dianggap tidak menanggung resiko bisnis.
Pada dasarnya, pendanaan melalui utang akan meninggatkan tingkat pengambalian yang diharapkan dari suatu investasi, tetapi disisi lain, pendanaan
melalui utang juga meningkatkan tingkat resiko atas investasi. Menurut Brigham dan Hoston (2006: 6) kebijakan struktur modal melibatkan adanya suatu pertukaran antara resiko dan pengembalian:
a. penggunaan lebih banyak utang akan meningkatkan resiko yang ditanggung oleh para pemengang saham,
b. namun penggunaan utang yang lebih besar biasanya akan menyebabkan terjadinya espektasi tingkat pengembalian atas ekuitas yang lebih tinggi.
Menurut Agnes Sawir (2004:2) “Leverage Keuangan dapat diukur
berdasarkan nilai buku yaitu dengan rasio nilai buku seleruh utang terhadap total aktiva (Debt to Asset Ratio – DAR). Pengukuran manfaat penggunaan utang atau
analisis leverage keuangan dapat dilakukan dengan memperbandingkan tingkat pengembalian aktiva (Sawir, 2004:4).
Menurut Alwin (1994:301) Leverage keuangan dapat diukur dengan
membandingkan total hutang dengan seluruh aktiva dalam perusahaan yang disebut juga dengan leverage factor. Leverage factor 80% berarti perusahaan
mengunakan 80% hutang dan 20% modal sendiri. Jansen dan Meckling dalam Meythi (2005) telah mengembangkan teori agensi yang menjelaskan tentang pola hubungan antara principal dan agen. Penunjukan manajer oleh pemegang saham
akan memunculkan perbedaan kepentingan karena manajer diberi kekuasaan untuk membuat keputusan yang dapat menciptakan konflik potensial. Masalah
tetapi hubungan pemilik dan pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman menyediakan
dana pada perusahaan dengan maksud untuk memenuhi pengeluaran modal sekarang, yang akan datang, dan struktur modal bagi perusahaan. Faktor ini
menentukan resiko bisnis dan resiko keuangan perusahaan. Jika pemberi pinjaman memberikan dana pada perusahaan, bunga dibebankan berdasarkan penilaian pemberi pinjaman atas resiko perusahaan. Jika investasi yang beresiko
tidak berhasil, maka pemberi pinjaman menanggung biayanya. Jelas ada insentif dimana manajer bertindak atas nama pemegang saham untuk mengambil
keuntungan dari pemberi pinjaman.
Untuk menghindari situasi ini, pemberi pinjaman melakukan monitoring dan teknik pengendalian pada yang diberi pinjaman yang disebut dengan biaya agen.
Jika pinjaman yang ada hanya sedikit, maka pengawasan (monitoring) yang dilakukan pemberi pinjamanpun tidak terlalu ketat. Biaya pengawasan tersebut,
seperti halnya biaya kebangkrutan, cenderung meningkat pula dengan leverage keuangan. Pada tahun 1986, Michael C. Jensen memperluas konsep teori agensi kedalam area manajemen truktur modal, dengan konsenya yang diberi nama free
cash flow (arus kas bebas), dengan pengertian sebagai berikut. ”Arus kas bebas
adalah arus kas lebih yang dibutuhkan untuk mendai semua proyek yang
memiliki nilai sekarang (NVP) positif saat diskonto relevan”. Jensen mengemukakan bahwa arus kas bebas yang besar akan mengarah pada perilaku manajer yang salah dan keputusan yang buruk yang bukan demi kepentingan
pemegang saham biasa perusahaan. dengan kata lain, manajer memiliki insentif untuk memegang kas arus bebas dan “bermain” dengannya, bukan mengolahnya,
hilang. Ini mengarah pada yang disebut jansen sebagai hipotesis kontrolnya untuk
penciptaan utang (peningkatan utang).
Dengan meningkatkan leverage, pemengang saham akan menikmati
pengawasan “control” yang lebih atas tim manajemennya. Contohnya, jika perusahaan menerbitkan utang baru dan menggunakan hasilnya untuk membeli kembali saham yang terutang, maka manajemen wajib membayar tunai untuk
menutupi utang. Ini berarti pengurangan jumlah arus kas yang ada pada manajemen untuk dipermainkan. Rasio pengungkit adalah rasio unutk mengatahui
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi (Darsono 2005: 54) alat ukur yang digunakan adalah sebagai berikut. a. Debt to Asset Ratio (DAR)
Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahan yang didukung oleh hutang. Rasio
ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusaaandalam mengaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga kepada kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan
peningkatan dari ressiko pada kreditor (Darsono 2005: 54). DAR dapat dihitung dengan rumus:
DAR= x 100
b. Debt Equity Ratio (DER)
Rasio ini merupakan persentase penyediaan dana oleh para pemegang saham
rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh para pemegang saham
(Darsono 2005: 54). DER dapat dihitung dengan rumus:
DER= x 100
c. Long term Debt to Equity Ratio (LDER)
Rasio ini menunjukkan perbandingan antara klaim keungan jangka panjang yang digunakan untuk mendanai kesempatan investasi jangka panjang dengan
pengembalian jangka panjang pula (Brigham,1996:543). Rasio dapat dihitung dengan rumus
LDER= x 100
2.1.3. Pengertian Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan
besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya menurut Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005: 138) ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu :
“perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan
kepada total asset perusahaan”. Menurut Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005: 138) yang mengambil pendapat Moses (1987) menemukan bukti bahwa : “Perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar
pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan-perusahaan yang lebih besar menjadi subyek
umum/general public)”. Size (ukuran) perusahaan menurut hasil penelitian Cooke
(1992) terbukti mempengaruhi luas pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Penelitian Miswanto (1999) tentang pengaruh ukuran perusahaan
terhadap risiko bisnis menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang positif terhadap risiko bisnis. Dengan kata lain penelitian ini membuktikan bahwa size perusahaan berpengaruh terhadap risiko investasi yang berarti pula
berpengaruh terhadap return investasi.
Hasil lainnya ditemukan oleh Albretch dan Richardson (2001), bahwa
perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan yang lebih besar diteliti dan dipandang dengan lebih kritis oleh
para investor. Koefisien laba dan nilai buku ekuitas mempunyai perbedaan antara kelompok ukuran perusahaan. Barth et al (1998), Collins dan Kothari (1989),
Bhushan (1989), dan Atiase (1985) menemukan bahwa ukuran perusahaan berhubungan negatif dengan laba. Hubungan negatif tersebut terjadi karena banyaknya informasi yang tersedia sepanjang tahun pada perusahaan-perusahaan
besar, pada saat pengumuman laba, pasar kurang bereaksi. Namun, hasil berlawanan ditemukan Chaney dan Jeter (1992) yang menguji hubungan ukuran
perusahaan dengan laba dalam jangka panjang (long window). Semakin banyak ketersediaan sumber informasi pada perusahaan-perusahaan besar, akan meningkatkan laba dalam jangka panjang. Informasi yang tersedia sepanjang
sempurna, sehingga dapat memprediksi arus kas dengan lebih akurat dan
menurunkan ketidakpastian.
2.1.4. Indikator Ukuran Perusahaan
Salah satu ukuran kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba yang maksimal dapat dilihat dari rasio-rasio yang menunjukkan perkembangan
atau kemunduran dari operasional normal perusahaan tersebut, hal ini dapat dilihat salah satunya dari rasio pertumbuhan, dimana rasio pertumbuhan
menunjukkan ukuran kenaikan atau penurunan kinerja keuangan suatu perusahaan yang dapat dilihat dari perbandingan tahun sebelum dan sesudah maupun sedang berjalan untuk beberapa pos akuntansi keuangan perusahaan. Dalam rasio
pertumbuhan ini akan dihitung seberapa jauh pertumbuhan dari beberapa pos penting dalam laporan keuangan. Variabel ini diukur dengan rata-rata jumlah nilai
kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan (total aktiva). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah
satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga
mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil (Ismu
Cooke (1992) meneliti pengaruh size perusahaan, status pendaftaran dan
jenis industri terhadap luas pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan Jepang yang terdaftar dibursa. Size perusahaan merupakan variabel penting yang
menjelaskan luas pengungkapan dalam laporan tahunan, sedangkan untuk jenis industri ditemukan bahwa perusahaan manufaktur berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan dibandingkan dengan jenis industri lain. Miswanto
(1999) dalam penelitiannya mengenai pengaruh ukuran perusahaan pada risiko bisnis menemukan bahwa besar kecilnya perusahaan mempengaruhi risiko bisnis.
Dari penelitiannya diperoleh bukti empiris bahwa perusahaan kecil memiliki risiko dan return yang lebih tinggi dibanding perusahaan besar.
2.1.5. Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan
keputusan perusahaan. Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian penting karena untuk dapat melangsungkan
hidupnya, suatu perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Tanpa adanya keuntungan (profit), maka akan sulit bagi perusahaan
untuk menarik modal dari luar. Dalam melakukan analisis perusahaan, di samping melihat laopran keuangan perusahaan, juga bisa dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Van Horne, Wachowics (2005: 222), menjelaskan rasio
profitabilitas adalah “rasio keuangan yang menghubungkan laba dengan
penjualan investasi pada perusaahaan “. Rasio profitabilitas terbagi lagi menjadi
a. rasio profitabilitas yang terkait dengan penjualan
b. rasio yang berkaitan dengan investasi
Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara
keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan perusahaan (operating asset). Dalam kegiatan operasi perusahaan, profit merupakan elemen
penting dalam menjamin kelangsungan perusahaan. Dengan adanya kemampuan memperoleh laba dengan menggunakan semua sumberdaya perusahaan maka
tujuan-tujuan perusahaan akan dapat tercapai. Penggunaan semua sumber daya tersebut akan memungkinkan perusahaan untuk memperoleh laba yang tinggi. Laba merupakan hasil dari pendapatan oleh penjualan yang dikurangi dengan
beban. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu erusahaan, digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas yang dikenal juga dengan nama rasio
rentabilitas. Kasmir (2008:197) menjelaskan bahwa
Hasil pengukuran dapat dijadikan sebagai alat evaluasi kinerja manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk perencanaan laba ke depan, sekaligus kemungkinan untuk menggantikan manajemen yang baru terutama setelah manajemen lama mengalami kegagalan. Oleh karena itu, rasio profitabilitas ini sering disebut sebagai salah satu alat ukur kinerja manajemen.
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampua perusahaan
dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberika tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari
keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan dan laporan laba rugi.
Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik
penurunan atau kenaikan sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut.
2.1.6 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan yaitu:
a. untuk menghitung atupun mengukur laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu
b. untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang,
c. untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu,
d. untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri, e. untuk mengukur produktifitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal sendiri maupun modal pinjaman,
f. untuk mengukur prodiktifitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri, dan tujuan lainnya
Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah untuk:
a. mengetahui besarnya tingkat laba perusahaan dalam satu periode
b. mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang
c. mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu,
e. mengetahui prosuktifitas dari seluruh dana yang digunakan baik modal
pinjaman maupun modal sendiri, serta manfaat lainnya.
2.1.7 Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio
profitabilitas yang dapat digunakan. Masing-masing jenis rasio profitabilitas
digunakan untuk menilai serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu atau untuk beberapa periode. Penggunaan seluruh atau sebagian
rasio profitabilitas tergantung dari kebijakan manajemen. Jelasnya, semakin lengkap jenis rasio yang digunakan, semakin sempurna hasil hasil yang akan dicapai. Artinya pengetahuan tentang kondisi dan posisi profitabilitas perusahaan
dapat diketahui secara sempurna. Dalam prakteknya, jenis-jenis rasio yang digunakan adalah:
a. Profit Margin on Sales
Profit margin on sales atau rasio profit margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunkan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba
bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini juga dikenal dengan profit margin.
b. Hasil Pengembalian Investasi (Return on Investment/ROI)
Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama return on
investment (ROI) atau return on total assets merupakan rasio yang
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI merupakan suatu ukuran efektivitas manajemen dalam
c. Hasil Pengembalian Investasi (ROI) dengan pendekatan Du Pont
Untuk mencari hasil pengembalian investasi, selain dengan cara yang dikemukakan di atas, dapat pula menggunakan Du pont. Hasil yang diperoleh
antara secara seperti rumus diatas dengan pendekatan Du Pont adalah sama. d. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return on Equity/ROE)
Hasil Pengembalian Ekuitas atau Return on Equity atau rentabilitas modal
sendiri merupakan merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio menunjukkan efisiensi pengguna modal
sendiri. Semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.
e. Laba Per Saham Biasa (Earning Per Share of Common Stock)
Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencari keuntungan
bagi pemegang saham meningkat. Dengan pengertian lain, tingkat pengembalian yang tinggi. Keuntungan pemegang saham adalah jumlah keuntungan setelah dipotong pajak. Keuntungan yang tersedia bagi pemegang
saham biasa adalah jumlah keuntungan yang dikurangi pajak, deviden, dan dikurangi hak-hak lain untuk pemegang saham prioritas.
Menurut Brigham (2006:95) ada beberapa cara untuk mengukur tingkat
profitabilitas suatu perusahaan yaitu margin laba atas penjualan basic earning
power, Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE). Peneliti membatasi
hanya menggunakan satu cara yakni dengan memakai rasio Return on Total
Assets mengukur profitabilitas perusahaan. Return on Total Assets adalah ukuran
Semakin tinggi tingkat pengembalian yang dihasilkan maka perusahaan akan
semakin baik.
ROA = x 100%
2.1.8. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Sebagai pembanding, akan dikemukakan beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kemiripan konsep dengan penelitian ini. Beberapa penelitian tersebut
akan disajikan pada tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Nama, Tahun
dan Judul
Variabel Hasil Penelitian 1. Endang Lestari,
2010, Pengaruh Modal kerja dan
leverage
Secara parsial, baik working
capital turnover dan leverage
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas. Secara simultan, baik working
capital turnover dan leverage
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas perusahaan
2 Listyarini Widyaningrum, 2009, hubungan antara leverage keuangan
leverage keuangan
(DAR, DER,
Secara simultan leverage keuangan berpengaruh secara signifikan terhadap aktivitas investasi perusahaan. Secara parsial leverage keuangan berpengaruh secara signifikan terhadap aktivitas investasi perusahaan
Endang Lestari (2010) meneliti tentang pengaruh modal kerja dan leverage
Indonesia. Hasil dari penelitian ini adalah modal kerja (Working Capital
Turnover) dan Debt to Total Assets (variabel untuk mewakili leverage keuangan)
secara parsial tidak berpengaruh terhadap Return on Assets (ROA) yang
digunakan sebagai variabel untuk profitabilitas perusahaan otomotif. Modal kerja (Working Capital Turnover) dan Debt to Total Assets (variabel untuk mewakili
leverage keuangan) tidak berpengaruh secara simultan terhadap ROA (variabel
untuk mewakili profitabilitas perusahaan). Listy Widyaningrum (2009) Hubungan antara leverage keuangan dengan tingkat aktivitas investasi perusahaan
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini adalah secara simultan leverage keuangan secara signifikan terhadap aktivitas investasi perusahaan. Secara parsial leverage keuangan
berpengaruh secara signifikan terhadap aktivitas investasi perusahaan.
2.2. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan kerangka konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Variabel bebas X Variabel Terikat (Y)
Modal kerja
Dalam penelitian ini DAR dan tota aktiva digunakan sebagai variabel indikator dari leverage keuangan dan ukuran perusahaan, untuk mengetahui apakah leverage keuangan dan ukuran perusahaan memiliki hubungan yang
signifikan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan. Hubungan kausual antara
leverage keungan dan ukuran perusahaan dengan tingkat profitabilitas perusahaan
dihubungkan dengan teori agensi yang dikembangkan oleh Jansen menjelaskan bahwa penggunaan utang dapat mengurangi biaya keagenan dari arus kas bebas dan membuat manajer untuk menjadi lebih efesien sehingga penggunaan aktiva
perusahaan yang menunjukkan ukuran perusahaan menjadi lebih produktif. Kebijakan pendanaan (dengan utang) yang baik akan meningkatkan nilai
perusahaan apabila manajemen perusahaan mampu menggunakan sumber- sumber ekonomi yang mereka miliki dengan efektif dan efesien sehingga menghasilkan tingkat profitabilitas yang baik pula. Maka, dengan asumsi posisi
struktur modal optimal, maka dapat dirumuskan sebuah hipotesa bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara leverage keuangan dan ukuran perusahaan
dengan tingkat profitabilitas perusahaan.
Leverage
DAR (X1)
Ukuran Perusahaan Total Aktiva
(X2)
Profitabilitas
Pada dasarnya, jika perusahaan meningkatkan jumlah utang sebagai sumber
dananya hal tersebut dapat meningkatkan resiko keuangan. Jika perusahaan tidak dapat mengelola dana yang diperoleh dari utang secara produktif, hal tersebut
dapat memberikan pengaruh yang negatif dan berdampak terhadap menurunnya
profitabilitas perusahaan. Sebaliknya jika utang tersebut dapat dikelola dengan
baik dan digunakan untuk proyek investasi yang produktif, hal tersebut dapat
memberikan pengaruh yang positif dan berdampak terhadap profitabilitas perusahaan.
2.3. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah posisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara
empiris (Erlina, 2007: 4). Hipotesis dari penelitian ini adalah:
H1 : DAR berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan otomotif yang
terdaftar di BEI
H2 : Total aktiva berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan
otomotif yang terdaftar di BEI
H3 : DAR dan total aktiva berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Erlina (2007: 61) menyatakan bahwa “desain penelitian adalah cetak biru yang memberi garis besar dari setiap prosedur mulai dari hipotesis sampai analisis
data”. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan desain kausal. Desain penelitian kausal berguna untuk menganalisis hubungan antara satu variabel
dengan variabel lainnya atau bagaimana satu variabel mempengaruhi satu variabel lainnya.
3.2 Populasi dan Sampel
Menurut Rocheaty (2007: 63),”populasi adalah sekolompok orang, kejadian
atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu”. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan non keuangan khususnya perusahaan yang bergerak dalam bidang otomotif yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode waktu 2008- 2010. Sampel adalah sebagian dari unit-unit populasi yang diperoleh melalui sampel tertentu (Rocheaty, 2007:64). Sampel
penelitian ini adalah perusahaan- perusahaan yang terdaftar di BEI yang dipilih dengan menngunakan metode purpose sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Rocheaty,2007: 66). Adapun Kriteria dalam
penentuan sampel ini adalah:
b. Perusahaan otomotif tersebut tidak mengalami delisting pada tahun
2008- 2010,
c. Menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan yang lengkap
dan audited salama tahun 2008- 2010
Berdasarkan tehnik sampel tersebut, maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 18 sampel perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2008, 2009 dan 2010.
3.3 Sumber dan Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series yang merupakan data sekunder yaitu data yang diolah lebih lanjut dan disajikan baik
oleh pihak pengumpul data atau oleh pihak lain. Data didapat dalam beberapa interval waktu tertentu misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, atau tahunan.
Data ini diperoleh dari internet yaitu melalui situs resmi BEI laporan keuangan yang dipublikasikan.
3.4 Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan dalam penelitian ini dilakukan dengan dua tehnik. Pertama,
melalui study pustaka dengan mengumpulkan buku-buku, atau jurnal akuntansi yang berkaitan dengan penelitian ini, dan dokumentasi penelitian terdahulu sebagai referensi. Kedua, diperoleh dari media internet dengan mendownload data
yang dibutuhkan melalui website.
Menurut Jogianto (2004:31),”variabel penelitian pada dasarnya adalah
sesuatu hal yang terbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya”. Variabel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen.
3.5.1Variabel independen (bebas)
Menurut Sugiono (2005: 33), variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
leverage keuangan dan ukuran perusahaan.
a. Debt to Asset Ratio (DAR)
Leverage keuangan merupakan penggunaan dana yang disertai dengan beban
tetap (pendanaan dengan utang). Leverage keuangan diukur dengan solvabilitas/pengungkit. Rasio pengungkit adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut
dilikuidasi (Darsono,2005: 54). Alat ukur yang digunakan adalah debt to asset
ratio. Rasio ini menekan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan
menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi
peningkatan dari resiko pada kreditor.(Darsono, 2005: 54). DAR dapat
dihitung dengan rumus :
DAR= X 100
b. Total Aktiva
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log
size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005:
138) ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu : “perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil
(small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total aktiva perusahaan.
3.5.2 Variabel dependen
Menurut Sugiyono (2005:33), variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Sementara menurut Rochaety (2007:11) variabel dependen merupakan variabel yang diamati
dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas.
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba usaha
dalam hubungannya dengan laba setelah pajak dan total aktiva.
ROA= X100
3.6 Teknik Analisis Data
korelasi kanonikal maerupakan model statistik multivariate yang digunakan untuk
menguji hubungan (korelasi) antara dua set (himpunan) variabel yang terdiri lebih dari satu variabel dependen (set variabel dependen) dimana variabel diukur
dalam skala rasio yang bersifat parametric (Ghozali, 2005:229). Sama seperti semua statistika multivariate, analisis korelasi kanonikal didahului dengan pengujian data dengan pengujian asumsi klasik (Siregar, 2006:1).
3.6.1 Uji Data: Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah metode statistika yang digunakan untuk
mengambarkan atau mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan menjadi sebuah informasi. (Suharyadi, 2007:10)
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi- asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang dilakukan adlah uji normalitas, uji
heteroskedasitas, uji autokorelasi, dan uji multikolineritas. a. Uji normalitas
Menurut Ghozali (2005: 111) “uji normalis data bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel penggganggu atau residual memili distribusi normal”. Dalam pengujian normalitas, penulis menggunakan
analisis grafik dan analisis statistik.
Analisis grafik dilakukan dengan melihat grafik histogram dan normal probality plot. Sedangkan dlam analisis data statistik, dilakukan dengan
Data yang didistribusi normal akan menghasilkan korelasi yang lebih
baik. Dalam korelasi kanonikal, multivariate normality diminta untuk menguji signifikan dari tiap- tiap variabel dan tiap-tiap fungsi kanonikal
(Ghozali,2005:231) b. Uji Heteroskedastisitas
Menurut ghozali (2005:105), uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengatan lain. Jika variance sama, dan ini
yang seharusnya terjadi maka dikatakan hoskedastisitas. Untuk pengujian heteroskedastisitas, penulis menggunakan alat analisis grafik (scatterplot) dan analisis statistik.
Analisis grafik scatterplot mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas, hal ini dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel
dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID, sedangkan dengan analisis statistik uji heteroskedastisitas dilakukan dengan uji gleser dan memperhatikan hasil output SPSS. Jika variabel independen signifikan
secara statistik, (tingkat signifikan berada dibawah tingkat kepercayaan 5%), maka ada indikasi terjadi heterokedasitas.
c. Uji Multikolineritas
Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Untuk
output SPSS dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor
(VIF). Nilai yang umum dipakai untuk mendeteksi adanya gejala multikolineritas adalah jika tolerance.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaaan non keuangan yang berfokus pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008 - 2010. Data tersebut merupakan
data sekunder yang telah diterbitkan dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2001. Untuk mengetahui pola pengaruh variabel bebas dalam
penelitian ini, maka disusun persamaan regresi berganda. Regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas, (DAR dan total aktiva) terhadap variabel terikat (ROA). Analisis regresi tersebut
3.7Jadwal Penelitian
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Perencanaan jadwal penelitian adalah sebagai berikut:
Kegiatan Des’11 Jan’12 Peb’12 Mrt’12 Apr’12 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan
Judul
Bimbingan Skripsi
Pengumpulan data
Bimbingan dan penulisan skripsi
Penyelesaian skripsi
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Data Penelitian
Berikut ini penulis penulis akan menyajikan data variable yang telah terkumpul dari sumber data yang telah dijelaskan pada bab 111. Adapun
objek penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar dibursa efek Indonesia pada tahun 2008-2010. Setelah dilakukan pemilihan sampel
dengan tehnik purposive sampling diperoleh 18 perusahaan dengan periode 3 tahun daftar perusahaan dibursa efek Indonesia dapat dilihat pada table 4.1.
4.1.1. Deskripsi Objek Penelitian
Sumber data dalam penelitian adalah beberapa perusahaan yang bergerak dalam bidang otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun perusahaan yang bergerak di bidang otomotif yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dalam hal ini meliputi berbagai jenis operasi perusahaan yang antara lain bergerak di bidang produksi atau perakitan kenderaan baik roda dua, roda
empat maupun kenderaan alat berat lainnya, termasuk juga perusahaan yang melakukan penjualan spareparts atau melakukan service terhadap peralatan otomotif tersebut.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah leverage keuangan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan otomotif yang
mengetahui apakah leverage keuangan berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun ke 18 (delapan belas) perusahaan otomotif yang menjadi objek
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Perusahaan Otomotif sebagai Objek Penelitian
NO NAMA PERUSAHAAN
1 PT. Trias Sentosa Tbk 2 PT. Indospring Tbk 3 PT. Nipress Tbk
4 PT. Total Bangun Persada Tbk 5 PT. Tunas Ridean Tbk
6 PT. Astra Otoparts Tbk 7 PT. Astra International Tbk 8 PT. United Tractor Tbk 9 PT. Tigaraksa Satria Tbk 10 PT. Gajah Tunggal Tbk 11 PT. Polychem Indonesia Tbk 12 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk 13 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk 14 PT. Sugi Samapersada Tbk 15 PT. Intraco Penta Tbk
16 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk 17 PT. Goodyear Indonesia Tbk 18 PT. Selamat Sempurna Tbk
Sumber :
dengan rasio debt to total asset ratio (DAR), debt equity ratio (DER), long term
debt to equtyratio (LDER), sebagai variable bebas (independen variable, dan profitabilitas dengan menggunakan rasio return on asset (ROA) sebagai variable
terikat ( dependen variable). Setelah melakukan pengelolahan terhadap data laporan keungan periode 2008 sampai 2010 dari perusahaan yang dijadikan sampel dengan microsof exsel didapat data untuk setiap variable sebagai berikut:
4.1.2. Analisis Hasil Penelitian
Penulis akan memaparkan hasil analisis data yang telah terkumpul. Hasil analisis bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara leverage keungan (melalui rasio DAR, DER, LDER) dengan profitabilitas
(melalui rasio ROA).
Deskripsi variabel penelitian merupakan bagian dari hasil penelitian yang
mempunyai fungsi untuk menggambarkan tingkat varibel independen (bebas) dan variabel dependen. Berikut penjelasan beberapa variabel tersebut.
4.1.2.1.Debt to Asset Ratio (DAR)
Rasio Debt to Asset Ratio menunjukkan pentingnya pendanaan hutang
dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa
mengurangi pembayaran bunga kepada kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko pada kreditor. Keterangan mengenai
Tabel 4.2
Debt to Asset Ratio Untuk Tahun 2008 s/d 2010
No Nama Perusahaan DAR
Rata-rata 2008 2009 2010
1 PT. Trias Sentosa Tbk 6.46 5.30 5.73 5.83
2 PT. Indospring Tbk 7.23 6.31 6.84 6.79
3 PT. Nipress Tbk 3.56 3.45 3.46 3.49
4 PT. Total Bangun Persada Tbk 9.69 9.46 8.28 9.15 5 PT. Tunas Ridean Tbk 11.91 13.04 12.01 12.32 6 PT. Astra Otoparts Tbk 3.38 4.44 4.32 4.05 7 PT. Astra International Tbk 4.58 4.64 0.00 3.07 8 PT. United Tractor Tbk 6.11 5.63 5.89 5.88 9 PT. Tigaraksa Satria Tbk 4.06 3.36 5.18 4.20 10 PT. Gajah Tunggal Tbk 1.95 1.69 2.28 1.97 11 PT. Polychem Indonesia Tbk 5.59 6.00 4.50 5.36 12 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk 2.75 4.60 5.27 4.21 13 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk 4.37 7.51 5.03 5.64 14 PT. Sugi Samapersada Tbk 4.71 5.14 4.60 4.81 15 PT. Intraco Penta Tbk 5.68 5.34 5.26 5.43 16 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk 4.59 5.32 4.07 4.66 17 PT. Goodyear Indonesia Tbk 5.23 6.72 5.44 5.80 18 PT. Selamat Sempurna Tbk 3.98 4.00 3.75 3.91
Rata-rata 5.32 5.66 5.11 5.36
Sumber : Laporan keuangan yang diolah
Tabel 4.2 di atas merupakan hasil dari oleh penelitian berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan otomotif yang tergolong kedalam populasi penelitian. Dari keterangan tabel 3 menunjukkan bahwa diketahui nilai DAR
tertinggi untuk tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 dimiliki oleh PT. Tunas Ridean Tbk., yaitu masing-masing sebesar 11,91 %; 13.04 % dan 12,01 %.
oleh PT. Gajah Tunggal Tbk yaitu masing-masing sebesar 1,95 % dan 1,69 %,
sedangkan tahun 2010 dimiliki oleh PT. Astra International Tbk yang tidak mencantumkan nilai DARnya. Rata-rata DAR mengalami peningkatan dan
penurunan dari tahun ke tahun dimana tahun 2008 rata-rata DAR sebesar 5,32 %, 2009 naik menjadi 5,66 % serta tahun 2010 mengalami penurunan menjadi sebesar 5,11 %.
4.1.2.2.Debt to Equity Rasio (DER)
Rasio Debt to Equity Rasio menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio menunjukkan semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham.
Data diperhitungkan dan diukur mulai dari tahun 2008 sampai dengan 2010. Data mengenai perhitungan DER tampak pada tabel 4.3 yang merupakan hasil olah dari
Tabel 4.3
Debt to Equity Rasio Untuk Tahun 2008 s/d 2010
No Nama Perusahaan DER
Rata-rata 2008 2009 2010
1 PT. Trias Sentosa Tbk 34.62 38.12 46.45 39.73
2 PT. Indospring Tbk 40.94 49.77 58.21 49.64
3 PT. Nipress Tbk 48.92 44.24 59.05 50.74
4 PT. Total Bangun Persada Tbk 57.63 56.75 66.96 60.45
5 PT. Tunas Ridean Tbk 58.10 68.07 73.72 66.63
6 PT. Astra Otoparts Tbk 62.60 60.26 68.96 63.94
7 PT. Astra International Tbk 42.99 44.50 49.68 45.72
8 PT. United Tractor Tbk 47.51 62.68 69.96 60.05
9 PT. Tigaraksa Satria Tbk 45.93 53.38 64.40 54.57
10 PT. Gajah Tunggal Tbk 43.65 48.97 45.94 46.18
11 PT. Polychem Indonesia Tbk 75.15 77.46 95.71 82.77
12 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk 36.15 41.99 57.60 45.24
13 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk 69.79 72.63 65.67 69.36
14 PT. Sugi Samapersada Tbk 56.78 68.83 63.79 63.13
15 PT. Intraco Penta Tbk 59.07 67.21 76.33 67.53
16 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk 56.44 55.82 54.10 55.45
17 PT. Goodyear Indonesia Tbk 75.48 70.49 76.88 74.28
18 PT. Selamat Sempurna Tbk 72.83 75.08 84.45 77.45
Rata-rata 54.70 58.68 65.44 59.61
Dari tabel 4.3 menunjukkan tingkat DER pada tahun 2008, 2009, 2010,
dimana nilai DER tertinggi pada tahun 2008 dimiliki oleh PT. Goodyear Indonesia Tbk sebesar 75.48 % dan pada tahun 2009 dimiliki oleh PT. Polychem
Indonesia Tbk yaitu sebesar 77,46 %, sedangkan pada tahun 2010 nilai DER tertinggi juga dimiliki oleh PT. Polychem Indonesia Tbk sebesar 82.77 %. Nilai Sedangkan nilai DER terendah dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010
dimiliki oleh PT. Trias Sentosa Tbk yaitu masing-masing sebesar 34.62 %, 38.12 % dan 46.45 %.
4.1.2.3.Longterm Debt to Equity Ratio (LDER)
Rasio Longterm Debt to Equity Ratio menunjukkan perbandingan antara
klaim keuangan jangka panjang yang digunakan untuk mendanai kesempatan investasi jangka panjang dengan pengembalian jangka panjang pula. Data
Tabel 4.4
Longterm Debt to Equity Ratio Untuk Tahun 2008 s/d 2010
No Nama Perusahaan LDER
Rata-rata 2008 2009 2010
1 PT. Trias Sentosa Tbk 22.09 19.22 15.78 19.03
2 PT. Indospring Tbk 15.30 15.74 13.59 14.88
3 PT. Nipress Tbk 16.23 17.00 14.04 15.76
4 PT. Total Bangun Persada Tbk 18.82 15.84 13.18 15.95
5 PT. Astra Otoparts Tbk 20.39 19.27 13.37 17.68
6 PT. Tunas Ridean Tbk 9.37 10.33 10.34 10.01
7 PT. Astra International Tbk 24.62 20.75 15.66 20.34
8 PT. United Tractor Tbk 23.34 20.19 19.58 21.04
9 PT. Tigaraksa Satria Tbk 25.30 19.41 32.02 25.58
10 PT. Gajah Tunggal Tbk 20.27 15.43 22.77 19.49
11 PT. Polychem Indonesia Tbk 13.82 29.95 23.69 22.49
12 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk 15.83 13.03 16.09 14.98
13 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk 17.07 16.15 17.01 16.74
14 PT. Sugi Samapersada Tbk 29.47 21.58 20.31 23.79
15 PT. Intraco Penta Tbk 18.89 18.32 15.59 17.60
16 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk 14.44 13.96 11.06 13.15
17 PT. Goodyear Indonesia Tbk 12.91 11.86 11.78 12.18
18 PT. Selamat Sempurna Tbk 11.55 12.39 15.03 12.99
Rata-rata 18.32 17.25 16.72 17.43
Tabel 4.4 di atas merupakan hasil dari penelitian berdasarkan laporan
keuangan tahunan perusahaan otomotif yang tergolong kedalam populasi penelitian. Dari keterangan tabel 4.4 menunjukkan bahwa diketahui nilai LDER
tertinggi untuk tahun 2008 dimiliki oleh PT. Sugi Samapersada Tbk., yaitu sebesar 29,47 %; untuk tahun 2009 sebesar 29,95 % dimiliki oleh PT. Polychem Indonesia Tbk dan untuk tahun 2010 juga dimiliki oleh PT. Polychem Indonesia
Tbk sebesar 23.69 %. Untuk nilai LDER terendah dari tahun 2008 sampai tahun 2010 dimiliki oleh PT. Tunas Ridean Tbk yang masing-masing sebesar 9.37 %,
10.33 % dan 10.34 %.
4.1.2.4.Return On Asset (ROA), (Y);
Return On Asset (ROA) merupakan rasio perbandingan antara laba/rugi
bersih dengan total assets. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank
dalam mendapatkan laba bersih dengan menggunakan seluruh aset yang ada. Data diperhitungkan dan diukur mulai dari tahun 2008 sampai dengan 2010. Data mengenai perhitungan ROA tampak pada tabel 4.5 yang merupakan hasil olah
Tabel 4.5
Return On Asset Untuk Tahun 2008 s/d 2010
No Nama Perusahaan DER
Rata-rata 2008 2009 2010
1 PT. Trias Sentosa Tbk 2.40 2.06 0.24 1.56
2 PT. Indospring Tbk 1.14 0.49 0.61 0.74
3 PT. Nipress Tbk 0.91 0.84 0.77 0.84
4 PT. Total Bangun Persada Tbk 2.75 2.37 2.42 2.52
5 PT. Tunas Ridean Tbk 1.61 2.37 1.43 1.80
6 PT. Astra Otoparts Tbk 0.20 0.29 0.14 0.21
7 PT. Astra International Tbk 0.91 1.36 1.48 1.25
8 PT. United Tractor Tbk 1.14 0.64 0.85 0.88
9 PT. Tigaraksa Satria Tbk 0.85 0.73 1.41 1.00
10 PT. Gajah Tunggal Tbk 1.04 0.94 0.63 0.87
11 PT. Polychem Indonesia Tbk 0.98 0.91 0.74 0.88
12 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk 0.49 1.49 1.44 1.14
13 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk 0.98 0.86 0.93 0.92
14 PT. Sugi Samapersada Tbk 1.61 1.59 1.09 1.43
15 PT. Intraco Penta Tbk 1.45 1.61 0.07 1.04
16 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk 0.82 1.27 0.84 0.98
17 PT. Goodyear Indonesia Tbk 0.15 0.33 0.03 0.17
18 PT. Selamat Sempurna Tbk 0.28 0.13 0.17 0.19
Rata-rata 1.09 1.13 0.85 1.02
Dari tabel 4.5, pada tahun 2008, nilai ROA tertinggi dimiliki oleh PT.
Trias Sentosa Tbk yaitu sebesar 2.40 %, dan ROA terendah dimiliki oleh PT. Goodyear Indonesia Tbk.yaitu sebesar 0,15 %. Pada tahun 2009, ROA tertinggi
masih dimiliki oleh PT. Tunas Ridean Tbk dan PT. Total Bangun Persada Tbk sebesar 2.37 %, dan ROA terendah dimiliki oleh PT. Selamat Sempurna Tbk yaitu sebesar 0,13 %. Pada tahun 2010, ROA tertinggi dimiliki oleh PT. Total Bangun
Persada Tbk sebesar 2.42 % dan nilai terendah dimiliki oleh PT. Goodyear Indonesia Tbk yaitu sebesar 0,03 %. Rata-rata ROA perusahaan otomotif pada
tahun 2008 sampai dengan 2010 mengalami kenaikan dan penurunan, yaitu pada tahun 2008 sebesar 1,09 %, yang naik menjadi 1.13% pada tahun 2009, tetapi pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 0.85 %.
4.2. Pengujian Hipotesis
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2008-2010 tersebut merupakan data sekunder yang telah diterbitkan dalam Indonesian
Capital Market Directory (ICMD) tahun 2011. Laporan keuangan tersebut
digunakan untuk menghitung rasio-rasio keuangan yang hasil perhitungan rasio
keuangan tersebut selanjutnya dapat bermanfaat jika menimbulkan pengaruh terhadap rasio return on assets, oleh karena itu dilakukan pengujian dan analisis terhadap rasio keuangan yang telah dihitung. Untuk mengetahui pola pengaruh
variabel bebas dalam penelitian ini, maka di susun persamaan regresi berganda. Regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh
Analisis regresi tersebut menghasilkan koefisien regresi yang menunjukkan arah
hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variable terikat.
4.2 1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistic yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi (sugiono,2005:142). Statistic dalam penelitian ini adalah hanya untuk mendeskripsikan data sampel dan tidak
membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil. Menurut Gozali (2005:19) statistic deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari rata- rata (mean) standart deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, dan kemencengan distribusi.
Setelah data diperoleh, selanjutnya akan ditinjau secara deskriptif
mengenai kondisi masing-masing variabel penelitian. Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), nilai minimum, nilai maksimum dan standar deviasi.
Tabel 4.6
Output SPSS Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
ROA 1.0233 .57587 18
DAR 5.3650 2.34057 18
DER 59.6033 12.13832 18
LDER 17.4267 4.19721 18
Sumber data yang telah diolah
pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga kepada
kreditor.
Variabel DER mempunyai rata-rata sebesar 59,6033 Besar DER
merupakan rasio yang menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio menunjukkan semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham.
Variabel LDER mempunyai rata-rata sebesar 17,4267. Besar LDER merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara klaim keuangan jangka
panjang yang digunakan untuk mendanai kesempatan investasi jangka panjang dengan pengembalian jangka panjang.
Variabel ROA mempunyai rata-rata sebesar 1,0233. Besar ROA
merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba
(profitabilitas) pada tingkat pendapatan, asset dan modal saham tertentu.
4.2.2. Uji Asumsi Klasik
Untuk mengahsilkan suatu metode regresi yang baik diperlukan suatu aumsi klasik terlebihdahulu sebelum melakukan pengujian hipotesa. Pengujian
asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program stastisitik normalitas data, autokorelasi, heterokedastisitas dan asumsi- asumsi klasik lainnya agar hasil pengujian tidak bersifat bias dan efisien. Uji asumsi klasik digunakan
untuk melihat apakah data penelitian dapat dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi linear berganda. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam
dan uji autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model yang lolos dari uji
asumsi klasik. (Ghozali, 2002, hal. 55).
4.2.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah vaariabel pengguna atau residual memiliki distribusi normal sebagai dasar bahwa uji T uji F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka model regresi dianggab tidak valid dengan jumlah sampel yang
ada. Ada dua cara yang biasa digunakan untuk menguji normalitas model regresi tersebut yaitudengan analisis grafik (normal P- Plot) dan analisis statistic (analisis Z skor dan kurtosis) one sample kolmogrov- simirnov test. Model regresi yang
baik mensyaratkan adanya normalitas pada data penelitian atau pada nilai residualnya bukan pada masing-masing variabelnya. Uji normalitas model regresi
dalam penelitian ini menggunakan analisis grafik dengan melihat histogram dan normal probability plot. Apabila ploting data membentuk satu garis lurus diagonal maka distribusi data adalah normal.berikut adalah hasil uji normalitas dengan
Gambar 4.1
Output SPSS Grafik Histogram
Gambar 4.2
Output SPSS Normal P-Plot
Sumber data yang telah diolah
3
Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik histogram dan
normal probability plot, tampak bahwa histogram memberikan pola distribusi yang menceng ke kanan sedangkan pada grafik norma probability plot terihat
bahwa titik-titik menyebar dan menjauhi garis diagonalnya. Hal ini menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi secara normal dan model regresi yang diuji dengan menggunakan grafik tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas.
4.2.2.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variable bebes (independen variable). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variable bebas, karena
jika ha tersebut terjadi maka variable- variable tersebut tidak orthogonal atau terjadi kemiripan. Variable orthogonal adalah variable bebas yang nilai korelasi
antar sesama variable bebas bernilai nol. Uji ini untuk menghindari dari kebiasaan dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh parsial masing- masing variable independen terhadap variable dependen. Untuk mendeteksi apakah terjadi
problem multikol dapat melihat nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Uji Multikolinearitas dalam penelitian ini adalah dengan melihat
Tabel 4.7
Output SPSS Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Colinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
DAR
.933 1.071
DER
.924 1.083
LDER
.986 1.014
Sumber data yang telah diolah
Hasil uji multikolinearitas menunjukkan nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 untuk variabel penelitian DAR, DER, dan LDER, hal ini menunjukka n
bahwa tidak ada multikolinearitas dalam model regresi.
4.2.2.3. Uji Heterokedastisitas
Menurut Ghozali (2005:105) uji hererokedastisitas bertujua untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidak samaan variance dari residual
satu pengamatan kepengamatan yang lain. Dalam penelitian untuk mendeteksi ada tidakya gejala heterokedastisitas dapat dilakukan dengan pengujuan melalui Plot
ZPRED (nilai prediksi) SRESID (nilai residual pada sofwer SPSS). Jika variable dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain tetap maka disebut heterokedastisitas, dan jika berbeda disebut heterokedastisitas model regresi yang
baik yaitu hokedastisitas.
Berikut ini dilampirkan grafik scarter plot untuk menganalisis apakah
titik- tik pada grafik. Uji Heterokedastisitas dilakukan dengan plot grafik antara
ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai residual) Gambar 4.3
Output SPSS Uji Heterokedastisitas
Sumber data yang telah diolah
Grafik plot menunjukkan penyebaran titik-titik secara acak dan tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y sehingga dapat disimpulkan
bahwa dalam model regresi tidak terjadi Heterokedastisitas.
4.2.2.4. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear