• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pembuangan Air Limbah Rumah Potong Hewan dan Kualitas Air Sumur Gali di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sistem Pembuangan Air Limbah Rumah Potong Hewan dan Kualitas Air Sumur Gali di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PEMBUANGAN AIR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DAN KUALITAS AIR SUMUR GALI DI KELURAHAN MABAR HILIR

KECAMATAN MEDAN DELI TAHUN 2010

Oleh:

NIM. 061000086

VIVIANNE ROSA KETAREN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SISTEM PEMBUANGAN AIR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DAN KUALITAS AIR SUMUR GALI DI KELURAHAN MABAR HILIR

KECAMATAN MEDAN DELI TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

VIVIANNE ROSA KETAREN NIM. 061000086

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

SISTEM PEMBUANGAN AIR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DAN KUALITAS AIR SUMUR GALI DI KELURAHAN MABAR HILIR

KECAMATAN MEDAN DELI TAHUN 2010 Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

VIVIANNE ROSA KETAREN NIM. 061000086

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 23 Juli 2010 Dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Ir. Indra Chahaya S, M.Si dr. Surya Dharma, MPH

NIP. 19681101199303200 NIP. 195804041987021001

Penguji II Penguji III

Dr. Dra. Irnawati M, MS Ir. Evi Naria, M.Kes NIP. 196501091994032002 NIP. 196803201993032001

Medan, Agustus 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Air Limbah Rumah Potong Hewan mengandung bahan organik dengan konsentrasi tinggi, padatan tersuspensi, serta bahan koloid seperti lemak, protein, dan selulosa. Bahan organik ini dapat menimbulkan permasalahan bila dibuang langsung ke lingkungan dan dapat mencemari air tanah. Penggunaan dan pembuatan sumur gali harus sesuai dengan syarat-syarat fisik diantaranya lokasi sumur lebih dari 10 meter dari sumber pencemar, lantai sumur kedap air, saluran pembuangan air limbah minimal 10 meter dan permanen, tinggi bibir sumur 0,8 meter, memiliki cincin (dinding) sumur minimal 3 meter dan memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran sistem pembuangan air limbah rumah potong hewan dan kualitas air sumur gali di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010.

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei bersifat deskriptif yaitu untuk mendapatkan gambaran sistem pembuangan air limbah rumah potong hewan dan kualitas 8 sampel air sumur gali di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan kadar minyak dan lemak pada air limbah rumah potong hewan tidak memenuhi syarat. Konstruksi fisik sumur gali yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 6 sumur gali (75%). Hasil kualitas fisik air sumur gali yang tidak memenuhi syarat sebanyak 1 sumur gali (12,5%), kualitas kimia air sumur gali yang tidak memenuhi syarat sebanyak 1 sumur gali (12,5%) dan kualitas mikrobiologi yang tidak memenuhi syarat sebanyak 4 sumur gali (50%).

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan kadar minyak dan lemak tidak memenuhi syarat sehingga diharapkan bagi PD RPH untuk menambahkan oil and grease trap pada bak penampungan. Terdapat hanya 2 sumur gali (25%) yang memenuhi syarat kesehatan sehingga diharapkan kepada masyarakat di Kelurahan Mabar Hilir supaya memperbaiki konstruksi sumur galinya.

(5)

ABSTRACT

Slaughterhouse waste water containing high concentrations of organic matter, suspended solids and colloidal materials such as fats, proteins, and cellulose. This organic material can cause problems whenever discharged directly into the environment and can contaminate ground water. The construction and using of wells should be in accordance with physical conditions such as well location is more than 10 meters from the sources of pollution, the well floor made from water-resistant walls, waste water drainasse at least 10 meters and permanent construction, lip wells 0.8 meters tall, has a ring (wall) wells at least 3 meters and has a strong and tight cover.

The purpose of this research is to describe slaughterhouse waste water treatment and quality of wells water in Mabar Hilir in 2010.

This research is a descriptive survey for getting description of slaughterhouse waste water treatment systems and quality of eight wells in Mabar Hilir in 2010.

Based on the result of studies show that oil and grease levels on slaughterhouse waste water treatment system is not eligible. Physical construction of wells are not fulfilled all health requirements (75%). The results of physical quality of wells water who is not fulfilled all health requirements (12.5%), for the quality of chemicals wells water who is not fulfilled all health requirements (12.5%) and the quality of microbiological wells water who are not fulfilled all health requirements (50%).

From the result of studies concluded oil and grease levels is not eligible so it is expected to slaughterhouse in order to improve the waste water treatment system by oil and grease trap added. Only 2 wells (25%) of a qualified health so it is expected to the Mabar Hilir society in order to improve the well construction.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Vivianne Rosa Ketaren

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 11 September 1988

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah

Jumlah Anggota Keluarga : 5 Orang

Alamat Rumah : Jl. Bunga Sedap Malam IIIB No. 34 Medan

Riwayat Pendidikan : 1. 1993-1994 : TK Fajar Medan

2. 1994-2000 : SD. St. Antonius IV Medan

3. 2000-2003 : SMP. St. Thomas I Medan

4. 2003-2006 : SMAN 1 Matauli Pandan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Sistem Pembuangan Air Limbah Rumah Potong Hewan dan Kualitas Air Sumur Gali di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010”, ini

guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat.

Dalam penulisan ini skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil. Untuk itu penulis ingin

mnyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Indra Chahaya, MSi, selaku Ketua Departemen Kesehatan

Lingkungan, selaku Dosen Pembimbing I dan selaku Dosen Pembimbing

Akademik yng selalu memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan kepada

penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan.

3. Bapak dr. Surya Dharma, MPH, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan,

petunjuk dan saran kepada penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan.

4. Seluruh staf pengajar Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara

5. Bapak Erwin sebagai Lurah Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli

beserta staf yang telah memberikan ijin pada penulis untuk melakukan

penelitian.

6. Bapak drs. Adios Gusri, MM, sebagai Direktur Utama Perusahaan Daerah

Rumah Potong Hewan Kota Medan beserta seluruh staf yang telah

(8)

7. Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda tercinta

Ir.D.Ketaren dan Ibunda Ns.M.Sianturi,S.Kep, yang telah memberikan

perhatian yang tulus dan doa yang tiada henti.

8. Adik-adikkuku tersayang Josephine Fiona Ketaren dan Brian Breyma

Ketaren yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis.

9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa, khususnya teman-teman Peminatan

Kesehatan Lingkungan Stambuk 2006 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

10.Seluruh sahabat, teman dan pihak yang telah banyak membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan kasih karuniaNya kepada kita

semua.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini mungkin masih

terdapat kekurangan yang dapat diperbaiki, maka penulis mengharapkan saran dan

kritik dari semua pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya skripsi ini.

Dan akhirnya semoga tulisan ini dapat memberi manfaat dan masukan bagi

kita semua. Amin.

Medan, Juli 2010

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Abstrack ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……… 1

1.2. Perumusan Masalah …... 4

1.3. Tujuan Penelitian……… 4

1.3.1. Tujuan Umum ……… 4

1.3.2. Tujuan Khusus……… 5

1.4. Manfaat Penelitian ………. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Limbah Rumah Potong Hewan ... 6

2.1.1. Karakteristik Air Limbah RPH ... 6

2.1.2. Parameter Air Limbah RPH ... 8

2.1.3. Dampak Negatif Air Limbah RPH ... 11

2.1.4. Jenis-jenis Pengolahan Air Limbah RPH ... 12

2.1.5. Kewajiban RPH Dalam Pengolahan Air Limbah ... 15

2.2. Sumur Gali ... 15

2.2.1. Pengertian Sumur Gali ... 15

2.2.2. Jenis-jenis Sumur Gali ... 16

2.2.3. Persyaratan Kualitas Air Sumur Gali ... 17

2.2.3.1. Syarat Kualitas Fisik ... 17

2.2.3.2. Syarat Kualitas Kimia ... 18

2.2.3.3. Syarat Kualitas Mikrobiologi ... 18

2.2.3.4. Syarat Kualitas Radioaktif ... 19

2.2.4. Resiko Pencemaran Air Sumur Gali ... 19

2.2.5. Persyaratan Konstruksi Sumur Gali ... 21

2.2.6. Penggunaan Dan Pemeliharaan Sumur Gali ... 24

2.2.6.1. Penggunaan Sumur Gali ... 24

2.2.6.2. Pemeliharaan Sumur Gali ... 25

2.3. Kerangka Konsep Penelitian ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ……….. 28

(10)

3.2.1. Lokasi Penelitian ……… 28

3.2.2. Waktu Penelitian ……… 28

3.3. Objek Penelitian ………. 28

3.4. Penentuan Titik Sampel ………. 28

3.5. Defenisi Operasional……… ……….. 29

3.6. Aspek Pengukuran ………. 30

3.7. Metode Pengumpulan Data ... 32

3.7.1. Data Primer………. 32

3.7.2. Data Sekunder ……… 32

3.8. Analisis Data ………..……… 32

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Sejarah PD RPH ………. 33

4.2. Sistim Pengolahan Air Limbah RPH ... 34

4.3. Hasil Pemeriksaan Air Limbah PD Rumah Potong Hewan ... 35

4.4. Gambaran Umum Daerah penelitian ... 38

4.4.1. Gambaran Geografis ... 38

4.4.2. Gambaran Demografi ... 39

4.5. Gambaran Konstruksi Sumur Gali ... 43

4.5.1. Gambaran Keadaan Lantai Sumur Gali... ... 43

4.5.2. Gambaran Keadaan Dinding Sumur Gali ... 44

4.5.3. Gambaran Keadaan Bibir Sumur Gali ... 45

4.5.4. Gambaran Keadaan Tutup Sumur Gali ... 45

4.5.5. Gambaran Keadaan Tempat Penampungan Air Bekas ... 46

4.5.7. Gambaran Keadaan Sumur Gali Berdasarkan Syarat Kesehatan. 48 4.6. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Sumur Gali ... 49

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Sistim Pengolahan Air Limbah Rumah Potong Hewan ... 56

5.2. Hasil Pemeriksaan Air Limbah Rumah Potong Hewan ... 57

5.3. Konstruksi Air Sumur Gali ... 59

5.4. Pengukuran Kualitas Air Sumur Gali ... 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 65

6.2. Saran ... 66

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan pH Air Limbah PD RPH di Kelurahan Mabar

Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 35

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Kadar BOD Air Limbah PD RPH di

Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010... 36

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Kadar COD Air Limbah PD RPH di

Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 36

Tabel 4.4. Hasil Pemeriksaan Kadar TSS Air Limbah PD RPH di

Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010... 37

Tabel 4.5. Hasil Pemeriksaan Kadar Minyak dan Lemak Air Limbah PD

RPH di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 . 37

Tabel 4.6. Hasil Pemeriksaan Kadar Amoniak Air Limbah PD RPH di

Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 38

Tabel 4.7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan

Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 39

Tabel 4.8. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan

Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 40

Tabel 4.9. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kelurahan

Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 41

Tabel 4.10. Distribusi Sarana Kesehatan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan

Medan Deli Tahun 2010... 42

Tabel 4.11. Distribusi Sepuluh Penyakit Terbanyak di Kecamatan Medan Deli

Tahun 2010 ... 42

Tabel 4.12. Distribusi Sarana Air Bersih di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan

Medan Deli Tahun 2010 ... 43

Tabel 4.13. Keadaan Lantai Sumur Gali di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan

Medan Deli Tahun 2010... 44

Tabel 4.14. Keadaan Dinding Sumur Gali di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan

(12)

Tabel 4.15. Keadaan Bibir Sumur Gali di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan

Medan Deli Tahun 2010... 45

Tabel 4.16. Keadaan Tutup Sumur Gali di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan

Medan Deli Tahun 2010 ... 46

Tabel 4.17. Keadaan Tempat Penampungan Air Bekas Sumur Gali Penduduk di

Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 46

Tabel 4.18. Jarak Sumur Gali dengan SPAL RPH di Kelurahan Mabar Hilir

Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 46

Tabel 4.19. Jarak Sumur Gali dengan Septic Tank di Kelurahan Mabar Hilir

Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 47

Tabel 4.20. Jarak Sumur Gali dengan Tempat Pembuangan Sampah di Kelurahan

Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 47

Tabel 4.21. Jarak Sumur Gali dengan Tempat Penampungan Limbah Rumah Tangga di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 48

Tabel 4.22. Distribusi Keadaan Konstruksi Sumur Gali Berdasarkan Syarat

Kesehatan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 48

Tabel 4.23. Hasil Pemeriksaan Fisik Berdasarkan Suhu pada Air Sumur Gali di

Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 49

Tabel 4.24. Hasil Pemeriksaan Fisik Berdasarkan Bau dan Rasa Air Sumur Gali di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli tahun 2010 ... 49

Tabel 4.25. Hasil Pemeriksaan Fisik Berdasarkan Warna Air Sumur Gali di

Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 50

Tabel 4.26. Hasil Pemeriksaan Kualitas Fisik Air Sumur Gali di Kelurahan

Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 50

Tabel 4.27. Hasil Pemeriksaan Derajat Keasaman (pH) Air Sumur Gali di

Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 51

Tabel 4.28. Hasil Pemeriksaan Kualitas Kimia NH3 Air Sumur Gali di

Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 51

Tabel 4.29. Hasil Pemeriksaan Kualitas Kimia Fe Air Sumur Gali di

(13)

Tabel 4.30. Hasil Pemeriksaan Kualitas Kimia Mn Air Sumur Gali di

Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 52

Tabel 4.31. Hasil Pemeriksaan Kualitas Kimia NO3- Air Sumur Gali di

Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 53

Tabel 4.32. Hasil Pemeriksaan Kualitas Kimia Cl Air Sumur Gali di

Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 53

Tabel 4.33. Hasil Pemeriksaan Kualitas Mikrobiologi Total coli Air Sumur

Gali di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 54

Tabel 4.34. Hasil Pemeriksaan Kualitas Mikrobiologi Coli faecal Air Sumur Gali di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010 ... 55

Tabel 4.35. Hasil Pemeriksaan Kualitas Mikrobiologi Air Sumur Gali

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Observasi Sumur Gali di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010

Lampiran 2 : Skema Pengambilan Sampel Air Sumur Gali

Lampiran 3 : Skema Pengambilan Sampel Air Limbah RPH

Lampiran 4 : Laporan Hasil Pengujian Air Sumur Gali

Lampiran 5 : Laporan Hasil Pengujian Air Limbah RPH

Lampiran 6 : Master Data

Lampiran 7 : Keterangan Master Data

Lampiran 8 : Permohonan Izin Riset/Penelitian dari Dekan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Lampiran 9 : Surat Keterangan Telah Mengadakan Riset/Penelitian dari Kelurahan Mabar Hilir

Lampiran 10 : Gambar Lokasi Penelitian

Lampiran 11 : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 02 Tahun 2006 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Rumah

Pemotongan Hewan

(15)

ABSTRAK

Air Limbah Rumah Potong Hewan mengandung bahan organik dengan konsentrasi tinggi, padatan tersuspensi, serta bahan koloid seperti lemak, protein, dan selulosa. Bahan organik ini dapat menimbulkan permasalahan bila dibuang langsung ke lingkungan dan dapat mencemari air tanah. Penggunaan dan pembuatan sumur gali harus sesuai dengan syarat-syarat fisik diantaranya lokasi sumur lebih dari 10 meter dari sumber pencemar, lantai sumur kedap air, saluran pembuangan air limbah minimal 10 meter dan permanen, tinggi bibir sumur 0,8 meter, memiliki cincin (dinding) sumur minimal 3 meter dan memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran sistem pembuangan air limbah rumah potong hewan dan kualitas air sumur gali di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010.

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei bersifat deskriptif yaitu untuk mendapatkan gambaran sistem pembuangan air limbah rumah potong hewan dan kualitas 8 sampel air sumur gali di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan kadar minyak dan lemak pada air limbah rumah potong hewan tidak memenuhi syarat. Konstruksi fisik sumur gali yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 6 sumur gali (75%). Hasil kualitas fisik air sumur gali yang tidak memenuhi syarat sebanyak 1 sumur gali (12,5%), kualitas kimia air sumur gali yang tidak memenuhi syarat sebanyak 1 sumur gali (12,5%) dan kualitas mikrobiologi yang tidak memenuhi syarat sebanyak 4 sumur gali (50%).

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan kadar minyak dan lemak tidak memenuhi syarat sehingga diharapkan bagi PD RPH untuk menambahkan oil and grease trap pada bak penampungan. Terdapat hanya 2 sumur gali (25%) yang memenuhi syarat kesehatan sehingga diharapkan kepada masyarakat di Kelurahan Mabar Hilir supaya memperbaiki konstruksi sumur galinya.

(16)

ABSTRACT

Slaughterhouse waste water containing high concentrations of organic matter, suspended solids and colloidal materials such as fats, proteins, and cellulose. This organic material can cause problems whenever discharged directly into the environment and can contaminate ground water. The construction and using of wells should be in accordance with physical conditions such as well location is more than 10 meters from the sources of pollution, the well floor made from water-resistant walls, waste water drainasse at least 10 meters and permanent construction, lip wells 0.8 meters tall, has a ring (wall) wells at least 3 meters and has a strong and tight cover.

The purpose of this research is to describe slaughterhouse waste water treatment and quality of wells water in Mabar Hilir in 2010.

This research is a descriptive survey for getting description of slaughterhouse waste water treatment systems and quality of eight wells in Mabar Hilir in 2010.

Based on the result of studies show that oil and grease levels on slaughterhouse waste water treatment system is not eligible. Physical construction of wells are not fulfilled all health requirements (75%). The results of physical quality of wells water who is not fulfilled all health requirements (12.5%), for the quality of chemicals wells water who is not fulfilled all health requirements (12.5%) and the quality of microbiological wells water who are not fulfilled all health requirements (50%).

From the result of studies concluded oil and grease levels is not eligible so it is expected to slaughterhouse in order to improve the waste water treatment system by oil and grease trap added. Only 2 wells (25%) of a qualified health so it is expected to the Mabar Hilir society in order to improve the well construction.

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Undang-undang No.23 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

pada Bab V Pasal 16 ayat 1 menyatakan bahwa “Setiap penanggung jawab usaha

dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau

kegiatan”.

Menurut Nugraheni, (2009), menyebutkan banyak pemilik RPH tidak

memiliki sistem pengolahan air limbah hingga akhirnya RPH membuang kotoran dan

darah hewan ke sungai, diungkapkannya, limbah kotoran dan darah hewan yang

dibuang ke sungai bisa menyebabkan berbagai penyakit bagi manusia yang

menggunakan air sungai tersebut. Hal yang sama juga dilakukan oleh PD RPH

Kedurus, PD RPH Kedurus terbukti mencemari Kali Surabaya dan belum ada sikap

konkret dari Pemerintah Kota Surabaya, lebih lanjut dikatakan oleh Miftahul Horri,

Direktur Administrasi PD RPH Kedurus, membenarkan buruknya instalasi

pengolahan air limbah yang mereka miliki. Dari hasil monitoring Perum Jasa Tirta,

diketahui bahwa RPH itu membuang limbah sebesar 2821 mg/L untuk kadar BOD

dan 6105,9 mg/L untuk kadar COD.

Perusahaan Daerah Rumah Potong hewan Kota Medan sebagai kegiatan

dalam naungan Pemerintah Kota Medan yang berada di Kecamatan Medan Deli

tepatnya di Kelurahan Mabar Hilir berdiri dari tahun 1984 sampai sekarang. PD RPH

berperan dalam melayani masyarakat dalam hal pemotongan hewan, pengadaan dan

(18)

kegiatan PD RPH ini antara lain sapi, kerbau, babi, kambing dan domba. Kegiatan

RPH meliputi pemotongan, pembersihan lantai tempat pemotongan, pembersihan

kandang penampung, pembersihan kandang isolasi, dan/atau pembersihan isi perut

dan air sisa perendaman. Hasil dari kegiatan proses pemotongan beroperasi dari pukul

01.00 WIB sampai pukul 03.00 WIB tersebut, dihasilkan air limbah dari kotoran, sisa

pakan, isi rumen serta serpihan daging dan lemak yang tergelontor bersama air

cucian. Jika limbah ini tidak ditangani akan menimbulkan masalah pada lingkungan,

seperti berkurangnya oksigen di dalam air, munculnya gas berbau busuk, serta

bersarangnya mahluk hidup pembawa penyakit (Laksmi, 1993). Untuk menjaga dan

meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan menurunkan beban pencemaran

lingkungan melalui upaya pengendalian pencemaran dari kegiatan RPH, pemerintah

menetapkan kebijaksanaan tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Rumah

Potong Hewan yang diatur dalam Permenlh No.02 Tahun 2006 yang menyebutkan

bahwa kadar maksimum air limbah rumah potong hewan yang diijinkan antara lain

COD = 200 mg/L, BOD = 100 mg/L, TSS = 100 mg/L, minyak dan lemak = 15mg/L,

NH3-N = 25 mg/L dan pH = 6-9.

Faktor-faktor yang menentukan keadaan hygiene dan sanitasi lingkungan

adalah keadaan perumahan dan sanitasi dasar yang ruang lingkupnya meliputi

penyediaan air bersih, pembuangan kotoran, pembuangan sampah dan pembuangan

air limbah. Diantara faktor-faktor tersebut, penyediaan air bersih merupakan salah

satu faktor yang paling penting.

Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari khususnya untuk

(19)

Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan

Kualitas Air, oleh karenanya air yang digunakan haruslah memenuhi syarat kualitas

dan kuantitas. Syarat kualitas yang harus dimiliki adalah bebas dari mikroorganisme

dan bebas dari bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan. Syarat

mikrobiologi air bersih perpipaan, total coliformnya adalah 10 ppm, sedangkan syarat

mikrobiologi air bersih yang bukan perpipaan, total coliformnya adalah 50 ppm.

Dari data hasil penelitian dan pemeriksaan sampel air sumur gali yang

dilakukan oleh Siregar (2000) menyatakan bahwa dari 27 sampel air sumur gali di

Kelurahan Paya Pasir yang diperiksa, terdapat 23 sumur yang tidak memenuhi syarat

kesehatan, hal ini juga didukung oleh penelitian Sembiring (2002) di daerah kumuh

binaan Pemerintah Daerah Tingkat II Medan, Kelurahan Karang Berombak

Kecamatan Medan Barat ditemukan bahwa 72 sampel yang diperiksa terdapat 60

sampel mengandung coli tinja, hal ini membuktikan bahwa air sumur gali sangat

mudah terkontaminasi oleh sumber-sumber pencemar apabila tidak memenuhi syarat

konstruksi sumur gali yang saniter.

Kecamatan Medan Deli terletak di wilayah tenggara Kota Medan yang

merupakan daerah kawasan industri dan pergudangan. Kelurahan Mabar Hilir

merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Medan Deli. Sumur gali

merupakan salah satu sumber air bersih yang digunakan oleh masyarakat setempat

selain PAM. Dari 5.323 rumah tangga yang ada di Kelurahan Mabar Hilir, sebanyak

4.137 rumah tangga (77,7%) yang memiliki sumur gali. (Profil Kelurahan Mabar

(20)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui gambaran sistem

pembuangan air limbah rumah potong hewan dan kualitas air sumur gali di sekitar

saluran pembuangan air limbah Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan di

Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010.

1.2. Perumusan Masalah

Sebanyak 77,7 % rumah tangga di Kelurahan Mabar Hilir menggunakan air

sumur gali sebagai sumber air bersih. Berdasarkan informasi yang diperoleh pada

survai pendahuluan, air sumur gali masyarakat sekitar rumah potong hewan keruh,

berbau dan sangat meresahkan masyarakat apalagi pada musim hujan. Masalah yang

akan diteliti adalah gambaran sistem pembuangan air limbah rumah potong hewan

dan kualitas air sumur gali di sekitar saluran pembuangan air limbah Perusahaan

Daerah Rumah Potong Hewan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli

Tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran sistem pembuangan air limbah rumah potong

hewan dan kualitas air sumur gali di sekitar saluran pembuangan air limbah

Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan

(21)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui sistem pembuangan air limbah rumah potong hewan

2. Untuk mengetahui kualitas air limbah rumah potong hewan

3. Untuk mengetahui konstruksi sumur gali di Kelurahan Mabar Hilir

4. Untuk mengetahui kualitas air sumur gali di Kelurahan Mabar Hilir

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak instansi yang terkait dalam upaya

penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan dan merata di seluruh

daerah pemerintahan Kota Medan

2. Sebagai informasi bagi masyarakat tentang konstruksi sumur gali yang saniter

dalam meningkatkan kualitas air sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan

yang sesuai dengan Permenkes RI No.416 Tahun 1990

3. Sebagai bahan masukan bagi Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan Kota

Medan dalam hal pengolahan air limbah yang sesuai dengan Permenlh RI

No.2 Tahun 2006 Tentang Baku Mutu Limbah Kegiatan Rumah Potong

Hewan

4. Sebagai sumbangan ilmiah dan informasi dalam memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan utamanya dibidang kesehatan lingkungan serta dapat menjadi

bahan bacaan atau perbandingan bagi penelitian selanjutnya

5. Sebagai media untuk menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air Limbah Rumah Potong Hewan

Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri

maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung

bahan-bahan/zat-zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian

lingkungan hidup (Kusnoputranto, 1986).

Limbah cair Rumah Pemotongan Hewan (RPH) mengandung bahan organik

dengan konsentrasi tinggi, padatan tersuspensi, serta bahan koloid seperti lemak,

protein, dan selulosa. Bahan orgnik ini dapat menimbulkan permasalahan lingkungan

bila dibuang langsung ke lingkungan (Roihatin, A, 2006).

2.1.1. Karakteristik Air Limbah Rumah Potong Hewan

Kusnoputranto (1985) menjelaskan bahwa berdasarkan karakteristiknya, air

limbah dapat digolongkan menjadi tiga bagian:

1. Karakteristik fisik

Terdiri dari 99,9% air serta sejumlah kecil bahan-bahan padat tersuspensi. Air

buangan rumah tangga biasanya sedikit berbau sabun atau minyak dan bewarna

suram seperti larutan sabun, biasanya terdapat sisa-sisa kertas, sabun serta

(23)

2. Karakteristik kimia

Air buangan mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang berasal dari

air bersih serta bermacam-macam zat organik yang berasal dari bahan-bahan

buangan dari proses produksi. Biasanya bersifat basa pada saat limbah baru dibuang

dan cenderung bersifat asam apabila limbah sudah mulai membusuk.

Substansi organik dalam air buangan dapat digolongkan menjadi dua gabungan,

yaitu:

1) Gabungan yang mengandung nitrogen, yang terdiri dari urea, protein

dan asam amino.

2) Gabungan yang tidak mengandung nitrogen, yang terdiri dari lemak,

sabun dan karbohidrat jenis sellulosa

3. Karakteristik biologis

Kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli juga terdapat dalam

air limbah tergantung darimana sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam

proses pengolahan air limbah industri. Untuk mencegah atau mengurangi dampak

negatif tersebut, perlu diperhatikan kondisi sistem pembuangan air limbah yang

memenuhi syarat sehingga air limbah tersebut tidak mengkontaminasi sumber air

minum; tidak mengakibatkan pencemaran permukaan tanah; tidak menyebabkan

pencemaran air untuk mandi, perikanan, air sungai, atau tempat-tempat rekreasi;

tidak dapat dihinggapi serangga dan tikus dan tidak menjadi tempat

berkembangbiaknya berbagai bibit penyakit dan vektor; baunya tidak mengganggu

(24)

2.1.2. Parameter Air Limbah Rumah Potong Hewan

Permenlh RI No.02 (2006) menjelaskan bahwa parameter air limbah rumah

potong hewan terdiri dari:

1. Biochemical Oxygen Demand (BOD)

Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah banyaknya oksigen dalam air

limbah yang dibutuhkan bakteri atau mikroorganisme untuk melakukan

dekomposisi aerob dari bahan-bahan organik yang ada dibawah kondisi standar

waktu dan suhu tertentu. Penguraian limbah organik melalui proses oksidasi

oleh mikroorganisme dalam air merupakan proses alamiah yang mudah terjadi

apabila air limbah mengandung oksigen yang cukup. Dalam air limbah bahan

pencemar organik diuraikan secara alamiah oleh bakteri yang ada. Bila oksigen

cukup banyak, bakteri akan melakukan dekomposisi secara aerob. Kalau

kehabisan oksigen maka dekomposisi dilakukan oleh bakteri anaerob.

Biochemical Oxygen Demand (BOD) merupakan petunjuk penting untuk

mengetahui zat organik dalam air limbah, semakin banyak kandungan zat

organik maka semakin tinggi kadar BOD. Kadar BOD maksimum yang

diperbolehkan bagi kegiatan rumah potong hewan adalah 100 mg/L.

2. Chemical Oxygen Demand (COD)

Untuk mengetahui jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan uji

yang lebih cepat daripada uji BOD, yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu

bahan oksidan. Uji COD (Chemical Oxygen Demand), yaitu suatu uji yang

menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan, misalya

(25)

dalam air. Uji COD biasanya menghasilkan kebutuhan oksigen yang lebih

tinggi daripada uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi

dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. Kadar COD

maksimum yang diperbolehkan bagi kegiatan rumah potong hewan adalah

200mg/L.

3. Total Suspended Solid (TSS)

Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air yang

tidak larut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari

partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih rendah dari sedimen.

Kadar TSS maksimum yang diperbolehkan bagi kegiatan rumah potong hewan

adalah 100 mg/L.

4. Minyak dan Lemak

Minyak dan lemak yang mencemari air sering dimasukkan ke dalam

kelompok padatan, yaitu padatan yang mengapung di atas permukaan air.

Pencemaran air oleh minyak sangat merugikan karena dapat menimbulkan

hal-hal sebagai berikut:

1) Adanya minyak menyebabkan penetrasi sinar ke dalam air berkurang.

Ternyata intensitas sinar di dalam air sedalam 2 meter dari

permukaan air yang mengandung minyak adalah 90% lebih rendah

daripada intensitas sinar pada kedalaman yang sama di dalam air

yang bening

2) Konsentrasi oksigen terlarut menurun dengan adanya minyak karena

(26)

3) Adanya lapisan minyak pada permukaan air akan mengganggu

kehidupan burung air karena burung-burung yang berenang dan

menyelam bulu-bulunya akan ditutupi oleh minyak sehingga menjadi

lekat satu sama lain, akibatnya kemampuannya untuk terbang juga

menurun

4) Penetrasi sinar dan oksigen yang menurun dengan adanya minyak

dapat mengganggu kehidupan tanam-tanaman laut, termasuk

ganggang dan liken

Beberapa komponen yang menyusun minyak juga diketahui bersifat racun

terhadap berbagai hewan maupun manusia, tergantung dari struktur dan berat

molekulnya. Komponen-komponen hidrokarbon jenuh yang mempunyai titik

didih rendah diketahui dapat menyebabkan anestesi dan narkosis pada berbagai

hewan tingkat rendah dan jika terdapat pada konsentrasi tinggi dapat

mengakibatkan kematian. Kadar minyak dan lemak maksimum yang

diperbolehkan bagi kegiatan rumah potong hewan adalah 15 mg/L.

5. NH3 (Ammoniak)

NH3 merupakan hasil pembakaran asam amino oleh berbagai jenis bakteri

aerob dan anaerob. Jika kadar asam amino di dalam air terlalu tinggi karena

pembakaran protein tidak berlangsung dengan baik sehingga menghasilkan

asam nitrat maka akan menimbulkan pencemaran. Kadar NH3 maksimum yang

(27)

6. pH (derajat keasaman)

Pengukuran pH yang berkaitan dengan proses pengolahan biologis karena

pH yang kecil akan lebih menyulitkan disamping akan mengganggu kehidupan

dalam air bila dibuang ke perairan terbuka. Kadar pH maksimum yang

diperbolehkan bagi kegiatan rumah potong hewan adalah 6-9.

2.1.3. Dampak Negatif Air Limbah Rumah Potong Hewan

1. Terhadap Badan Air

Kandungan senyawa organik dalam badan air penerima akan meningkat,

bila terjadi kadar parameter menyimpang dari standar, maka akan terjadi

penguraian yang tidak seimbang dan akan menimbulkan kondisi septik (suatu

keadaan dimana kadar oksigen terlarut nol) dan timbul bau busuk (H2S).

Kenaikan temperatur, kenaikan/penurunan pH akan mengganggu kehidupan air,

misalnya tumbuhan dan hewan akan punah. Bila air tersebut mempunyai

kesadahan tinggi atau partikel yang mengendap cukup banyak, hal ini akan

mengakibatkan pendangkalan, sehingga dapat menimbulkan banjir di musim

hujan. Selain itu, senyawa beracun/logam berat sangat membahayakan bagi

masyarakat yang mempergunakan air sungai sebagai badan air penerima yang

dipergunakan sebagai sumber penyediaan air bersih.

2. Terhadap Kesehatan Manusia

Air berperan dalam kelangsungan kehidupan. Air mengandung zat-zat

organik dan anorganik dalam batas-batas tertentu, oleh sebab itu, ada dua

peranan air limbah dalam kehidupan yakni peranan positif dan negatif. Peran

(28)

dengan peruntukkannya antara lain untuk irigasi, perikanan, perkebunan,

perindustrian, rumah tangga, rekreasi dan sebagainya. Peranan negatif air

limbah secara umum dikatakan lebih banyak karena manusia tidak merasa

berkepentingan akan mengelola air limbah tersebut. Air limbah dianggap air

yang tidak berguna lagi, oleh karena itu, air limbah dibuang sembarangan tanpa

mempertimbangkan dampak negatif yang akan terjadi baik terhadap sumber

alam hayati dan non hayati yang berguna bagi kelangsungan kehidupan.

Peranan negatif tersebut termasuk pengaruhnya terhadap kesehatan manusia

dan lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung.

Badan air penerima air limbah mempunyai potensi untuk mengganggu

kesehatan antara lain gangguan saluran pencernaan, keracunan makanan,

penyakit kulit dan sebagainya. Adapun beberapa penyakit yang dapat ditularkan

melalui air limbah antara lain penyakit amoebiasis, kecacingan, muntaber,

leptospirosis, shigellosis, tetanus dan typus.

2.1.4. Jenis-jenis Pengolahan Air Limbah RPH

Kusnoputranto (1987) menjelaskan bahwa pengolahan air limbah terdiri dari:

1. Pengenceran (dilution)

Yakni air buangan diencerkan terlebih dahulu sampai mencapai konsentrasi

yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan air. Pada keadaan

tertentu dilakukan proses pengolahan sederhana terlebih dahulu seperti

pengendapan dan penyaringan. Akan tetapi dengan bertambahnya penduduk

dan perkembangan industri, volume air limbah yang dibuang menjadi terlalu

(29)

tidak dapat dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini juga menimbulkan

kerugian lain, misalnya bahaya kontaminasi terhadap badan air masih tetap

ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan badan air

seperti sungai, danau dan sebagainya.

2. Irigasi luas

Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali dan air akan

merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit

tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk

pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk

pemupukan. Ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah rumah tangga,

perusahaan susu sapi, rumah potong hewan dan sebagainya dimana

kandungan zat-zat organiknya cukup tinggi yang dibutuhkan oleh tanaman.

3. Kolam oksidasi (Oxidation Ponds/Waste Stabilization Ponds Lagoon)

Merupakan suatu pengolahan air buangan untuk sekelompok masyarakat

kecil dan cara ini terutama dianjurkan untuk daerah pedesaan. Prinsip

kerjanya adalah memanfaatkan pengaruh sinar matahari, ganggang (algae),

bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air buangan

dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk persegi panjang dengan

kedalaman 1-1,5 meter. Dinding dan lapisan kolam tidak perlu diberi lapisan

apapun. Luas kolam tergantung pada jumlah air buangan yang akan diolah,

biasanya digunakan luas 1 acre (= 4072 m2) untuk 100 orang. Lokasi kolam

harus jauh dari daerah pemukiman minimal berjarak 500 meter ditempatkan

(30)

4. Pengolahan air buangan primer dan sekunder

Merupakan cara pengolahan air buangan yang lebih kompleks dan lengkap

yaitu pengolahan secara fisik dan mekanik (primer) dan secara biologis

(sekunder) terutama di daerah perkotaan dan umumnya air buangan dari

segala jenis, baik yang berasal dari rumah tangga, kota praja maupun

industri.

2.1.5. Kewajiban RPH dalam Pengolahan Air Limbah

Setiap penanggung jawab kegiatan rumah potong hewan mempunyai

kewajiban (Permenlh RI No.2, 2006) yaitu:

1. Melakukan pengolahan air limbah sehingga mutu air limbah yang dibuang

atau dilepas ke lingkungan tidak melampaui baku mutu air limbah rumah

potong hewan

2. Membuat sistem saluran air limbah yang kedap air dan tertutup agar tidak

terjadi perembesan air limbah ke lingkungan, dilengkapi dengan alat

penyaring untuk memudahkan pembersihan dan perawatan.

3. Memisahkan saluran pembuangan air limbah dengan saluran limpasan hujan

4. Memasang alat ukur debit atau laju alir limbah dan melakukan pencatatan

debit air limbah harian

5. Melakukan pencatatan jumlah dan jenis hewan yang dipotong perhari.

6. Memeriksa kadar parameter baku mutu air limbah secara periodik

sekurang-kurangnya 1 kali dalam sebulan di laboratorium yang terakreditasi

7. Menyampaikan laporan tentang catatan debit air limbah harian, jumlah dan

(31)

sekurang-kurangnya 3 bulan sekali kepada gubernur/walikota dengan

tembusan disampaikan kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup dan

instansi yang membidangi kegiatan rumah potong hewan serta instansi lain

yang dianggap perlu.

2.2. Sumur Gali

2.2.1. Pengertian Sumur Gali

Sumur gali adalah bangunan penyadap atau pengumpul air tanah pada kedalam

7-10 meter dari permukaan tanah dengan menggunakan timba untuk menaikkan air

tanah. (Inpres No.6 , 1984).

Sumur gali adalah sarana untuk menyadap dan menampung air tanah untuk air

minum dengan cara menggali tanah berbentuk sumuran agar mendapatkan air yang

sehat dan murah serta dapat dimanfaatkan oleh perorangan (rumah tangga) maupun

kelompok.

Menurut Entjang (2000), dari segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur

gali ini kurang baik bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi

untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan

pencegahannya. Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan syarat-syarat

fisik dari sumur tersebut yang didasarkan atas kesimpulan dari pendapat beberapa

pakar di bidang ini, diantaranya lokasi sumur tidak kurang dari 10 meter dari sumber

pencemar, lantai sumur harus kedap air, tempat penampungan air limbah minimal 10

meter dari air sumur gali dan terbuat dari bahan permanen, tinggi bibir sumur 0,8

meter, memililki cincin (dinding) sumur minimal 3 meter dan memiliki tutup sumur

(32)

2.2.2. Jenis-jenis Sumur Gali

Menurut Joko (2010), sumur gali dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yakni:

a. Air sumur dangkal

Air sumur dangkal adalah air yang keluar dari dalam tanah, sehingga

disebut sebagai air tanah. Air berasal dari lapisan air di dalam tanah yang

dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah dari tempat yang satu

ke yang lain berbeda-beda. Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15

meter dari permukaan tanah. Air sumur pompa dangkal ini belum dianjurkan

untuk dipergunakan karena masih adanya kontaminasi kotoran dari

permukaan tanah. Oleh karena itu, perlu direbus dahulu sebelum diminum.

b. Air sumur dalam

Air sumur dalam yaitu air yang berasal dari lapisan air kedua di dalam

tanah, yang kedalamanya dari permukaan tanah biasanya lebih dari 15 meter.

Oleh karena itu, sebagaian besar air sumur dalam ini sudah layak untuk

dijadikan air minum (tanpa melalui proses pengolahan).

2.2.3. Persyaratan Kualitas Air Sumur Gali

Menteri Kesehatan RI mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI

No.416 Tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Secara garis

(33)

2.2.3.1. Syarat Kualitas Fisik

1. Kekeruhan

Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan

organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang

dihasilkan oleh buangan industri.

2. Temperatur

Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut.

Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang

tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi.

3. Warna

Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan

tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta

tumbuh-tumbuhan.

4. Zat padat terlarut

Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk sehingga dapat meyebabkan

turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi

sinar matahari ke dalam air.

5. Bau dan rasa

Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga

serta oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik

(34)

2.2.3.2. Syarat Kualitas Kimia

1. pH

Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air

dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksik

dalam bentuk molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut

dipengaruhi oleh pH.

2. DO (Dissolved Oxygent)

DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesis

dan absorbsi atmosfer. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air

semakin baik. Satuan DO biasanya dinyatakan dalam persentase saturasi.

3. BOD (Biological Oxygent Demand)

BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorgasnisme

untuk menguraikan bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air

buangan secara biologi. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan

dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan

bahan-bahan buangan yang membutuhkan oksigen tinggi. Organisme hidup

yang bersifat aerobik membutuhkan oksigen untuk beberapa reaksi

biokimia, yaitu untuk mengoksidasi bahan organik, sintesis sel dan oksidasi

sel. Komponen organik yang mengandung senyawa nitrogen dapat pula

dioksidasi menjadi nitrat, sedangkan komponen organik yang mengandung

(35)

4. COD (Chemical Oxygent Demand)

COD adalah banyaknya oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi

bahan-bahan organik secara kimia. BOD dan COD digunakan untuk

memonitoring kapasitas self purification badan air penerima.

5. Kesadahan

Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektivitas pemakaian

sabun dan dapat memberikan rasa yang segar. Adanya kesadahan dalam air

dalam pemakaian air untuk industri (air ketel, air pendingin atau pemanas)

tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya

kadar residu terlarut yang tinggi dalam air.

6. Senyawa-senyawa kimia yang beracun

Unsur arsen (As) pada dosis yang rendah bersifat toksik bagi manusia

sehingga perlu pembatasan yang ketat (± 0,05 mg/L) sedangkan unsur besi

(Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau logam

yang dapat menimbulkan warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh

oksigen terlarut yang bersifat toksik bagi manusia.

2.2.3.3. Syarat Kualitas Mikrobiologi

Syarat kualitas mikrobiologi air bersih harus terhindar dari mikroorganisme

yang dapat menyebabkan penyakit seperti disentri, tipus, kolera. Untuk

persyaratan mikrobiologi air bersih diarahkan pada:

- Memenuhi syarat apabila Total coli ≤50 ppm dan Coli tinja

(36)

- Tidak memenuhi syarat apabila Total coli >50ppm dan Coli tinja >50 ppm

2.2.3.4. Syarat Kualitas Radioaktif

Air bersih yang digunakan sebaiknya terhindar dari kontaminasi zat

radioaktif yang melebihi batas maksimal yang diijinkan oleh Permenkes RI

No.416 Tahun 1990.

2.2.4. Resiko Pencemaran Air Sumur Gali

Air tanah dalam perjalanannya dari sumber asalnya dapat mengalami resiko

pencemaran sebelum sampai ke konsumen. Pencemaran fisik, kimia, mikrobiologi

maupun radioaktif akan berakibat menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia.

Pencemaran air oleh mikroorganisme berupa bakteri, virus, protozoa dan fungi dapat

ditemukan dalam feses dan urin penderita atau carier. Pada dasarnya bakteri dalam

tinja manusia dapat bergerak secara horizontal maupun vertikal di dalam tanah.

Bakteri pada bahan buangan manusia dapat menyebar secara horizontal yaitu pada

jarak 5 meter dari lubang kotoran, area kontaminasi melebar sampai 2 meter dan

menyempit pada jarak 11 meter, sedangkan secara vertikal, area kontaminasi dapat

menyebar sampai kedalaman 3 meter.

Area kontaminasi oleh zat kimia mengikuti bentuk yang hampir sama dengan

kontaminasi bakteri, hanya saja jaraknya lebih jauh yakni area kontaminasi dapat

menyebar sampai jarak 115 meter.

2.2.5. Persyaratan Konstruksi Sumur Gali

Sumur gali ada yang memakai pompa dan yang tidak memakai pompa. Syarat

(37)

sumur, serta jarak dengan sumber pencemar. Sumur gali sehat harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut (Entjang, 2000) :

1) Syarat Lokasi atau Jarak

Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah jarak

sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepage pit), dan

sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta

kemiringan tanah.

a) Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir.

b) Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran

seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya.

2) Dinding Sumur Gali

a) Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali harus

terbuat dari tembok yang kedap air. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak

terjadi perembesan air/pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik habitat

hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding

berikutnya terbuat dari pasangan batu bata tanpa semen, sebagai bidang

perembesan dan penguat dinding sumur (Entjang, 2000).

b) Pada kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur harus dibuat

dari tembok yang tidak tembus air, agar perembesan air permukaan yang telah

tercemar tidak terjadi. Kedalaman 3 meter diambil karena bakteri pada

umumnya tidak dapat hidup lagi pada kedalaman tersebut. Kira-kira 1,5 meter

berikutnya ke bawah, dinding ini tidak dibuat tembok yang tidak disemen,

(38)

c) Dinding sumur bisa dibuat dari batu bata atau batu kali yang disemen. Akan

tetapi yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa beton untuk sumur gali

bertujuan untuk menahan longsornya tanah dan mencegah pengotoran air

sumur dari perembesan permukaan tanah. Untuk sumur sehat, idealnya pipa

beton dibuat sampai kedalaman 3 meter dari permukaan tanah. Dalam

keadaan seperti ini diharapkan permukaan air sudah mencapai di atas dasar

dari pipa beton.

d) Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan tanah yang

mengandung air cukup banyak walaupun pada musim kemarau (Entjang,

2000).

3) Bibir sumur gali

Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat antara lain :

a) Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal 70 cm untuk

mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek keselamatan

(Entjang, 2000).

b) Dinding sumur di atas permukaan tanah kira-kira 70 cm, atau lebih tinggi dari

permukaan air banjir, apabila daerah tersebut adalah daerah banjir

c) Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan harus

dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini merupakan satu

kesatuan dengan dinding sumur

4) Lantai Sumur Gali

(39)

a) Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m lebarnya dari dinding

sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas permukaan tanah,

bentuknya bulat atau segi empat (Entjang, 2000).

b) Tanah di sekitar tembok sumur atas disemen dan tanahnya dibuat miring

dengan tepinya dibuat saluran. Lebar semen di sekeliling sumur kira-kira 1,5

meter, agar air permukaan tidak masuk (Azwar, 1995).

c) Lantai sumur kira-kira 20 cm dari permukaan tanah

5) Saluran Pembuangan Air Limbah

Saluran Pembuangan Air Limbah dari sekitar sumur menurut Entjang (2000),

dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya 10 m.

Sanropie (1984) mengemukakan, beberapa persyaratan konstruksi sumur gali

yang memenuhi syarat, yakni:

a. Memiliki bibir sumur yang kedap air dengan tinggi minimal 0,8 meter

b. Memiliki cincin sumur yang kedap air yang dalamnya minimal 3 meter

c. Memiliki lantai sumur yang terbuat dari bahan kedap air dan memiliki

kemiringan yang mengarah keluar menuju saluran pembuangan air limbah

d. Memiliki sarana pembuangan air limbah yang kedap air

e. Memiliki jarak terhadap sumber pencemaran minimal 10 meter

Penentuan persyaratan konstruksi sumur gali didasarkan pada beberapa hal,

yaitu:

1. Kemampuan hidup bakteri patogen selama 3 hari dan perjalanan bakteri

(40)

2. Keadaan porositas tanah sangat berpengaruh pada pergerakan air di dalam

tanah

3. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara vertikal sampai

kedalaman 3 meter

4. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara horizontal sampai

jarak 1 meter

5. Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat sumur digunakan atau tidak

digunakan

6. Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur

2.2.6. Penggunaan dan Pemeliharaan Sumur Gali 2.2.6.1. Penggunaan Sumur Gali

Menurut Joko (2010), penggunaan sumur gali meliputi:

a) Sumur harus dilengkapi dengan dinding pengaman pada bibir sumur

b) Lakukan pengurasan pada sumur yang baru selesai dibangun sampai air

menjadi bersih dan tidak berbau

c) Bila pengambilan air menggunakan timba, usahakan dioperasikan dengan

dua buah ember

d) Bila pengambilan air timba, ukur tali timba agar tidak menyentuh lantai

untuk menjaga kebersihan tali

e) Bila pengambilan air menggunakan timba, sebaliknya timba tidak

diletakkan pada lantai sumur, untuk mencegah masuknya kotoran pada

(41)

f) Dalam keadaan tidak dipakai sebaiknya sumur ditutup sehingga tidak

memungkinkan kotoran masuk ke dalam sumur

g) Air bekas dari sumur sebaiknya dibuatkan saluran pembuang sehingga

tidak menggenang pada halaman atau tanah di sekitar sumur yang dapat

menyebabkan lingkungan menjadi kotor, bau dan tempat

berkembangbiaknya nyamuk

2.2.6.2. Pemeliharaan Sumur Gali

Pemeliharaan sumur gali dapat dilakukan dengan cara:

a) Pemeliharaan harian dan mingguan

- Lantai sumur sebaiknya secara rutin dibersihkan dengan cara

menggosok lantai sumur sehingga tidak menjadi licin dan kotor

sekaligus tidak membahayakan pengambil air

- Pantau dinding sumur dan lantai sumur terhadap keretakan untuk

mendapatkan perbaikan

- Lakukan pelumasan pada katrol untuk pengambil air menggunakan

timba

- Bersihkan saluran buangan dari kotoran serta pantau terhadap keretakan

untuk mendapatkan perbaikan

b) Pemeliharaan bulanan

- Bersihkan dinding sumur dilakukan 2-6 bulan sekali

- Lakukan pengurasan

- Perhatikan gas dalam sumur dengan indikasi menggunakan lampu senter

(42)

- Lakukan pembersihan dengan menggunakan alat bantu pernapasan jika

lampu senter atau lilin mati

- Cek tiang sumur dan cek kerusakan

c) Pemeliharaan tahunan

- Cek katrol terhadap kerusakan

- Pantau tali terhadap kerusakan

- Pantau ember terhadap kerusakan

- Pantau dinding, lantai, saluran buangan terhadap kerusakan

2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Pada penelitian ini akan diketahui gambaran sistem pembuangan air limbah

rumah potong hewan dan kualitas air sumur gali disekitar saluran pembuangan air

limbah PD RPH di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010. − Sistem Pembuangan Air

Limbah Rumah Potong

Hewan

− Kualitas Air Limbah Rumah Potong Hewan

− Konstruksi Sumur Gali

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif, yaitu untuk

mendapatkan gambaran mengenai sistem pembuangan air limbah rumah potong

hewan dan gambaran kualitas air sumur gali disekitar saluran pembuangan air limbah

PD RPH di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010.

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan Kota

Medan dan Kelurahan Mabar Hilir.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juli 2010.

3.3. Objek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian adalah air limbah di Perusahaan Daerah

Rumah Potong Hewan Kota Medan dan air sumur gali di Kelurahan Mabar Hilir.

3.4. Penentuan Titik Sampel

Titik sampel yang diteliti pada air limbah rumah potong hewan yaitu, pada

bak penampungan sebanyak 1 titik, kolam oksidasi sebanyak 1 titik dan parit

pembuangan sebanyak 1 titik, sedangkan titik pengambilan sampel air sumur gali

yaitu pada jarak 10 m dari parit pembuangan air limbah rumah potong hewan ke

sumur gali sebanyak 2 titik, jarak 20 m dari parit pembuangan air limbah rumah

(44)

limbah rumah potong hewan ke sumur gali sebanyak 2 titik, dan jarak 100 m dari

parit pembuangan air limbah rumah potong hewan ke sumur gali sebanyak 2 titik.

3.5. Defenisi Operasional

1. Sistem pembuangan air limbah rumah potong hewan adalah mencakup proses

pengolahan air limbah yang dilakukan rumah potong hewan mulai dari

pengumpulan, pemompaan, proses pengaliran sampai pada pengolahannya

kemudian dialirkan melalui pipa atau selokan yang dipergunakan untuk

membawa air buangan rumah potong hewan dari bak penampungan sampai

parit pembuangan.

2. Kualitas air limbah rumah potong hewan adalah kondisi air limbah rumah

potong hewan yang diperiksa di Balai Laboratorium Kesehatan Propinsi

Sumatera Utara disesuaikan dengan Permenlh No.2 Tahun 2006 meliputi pH,

kadar BOD, COD, TSS, NH3, minyak dan lemak.

3. Konstruksi sumur gali adalah konstruksi sumur gali meliputi jarak sumur gali

dengan sumber pencemar, dinding sumur (cincin), lantai sumur, tinggi bibir

sumur dan saluran pembuangan air bekas.

4. Kualitas air sumur gali adalah kondisi air sumur gali yang diperiksa di

Laboratorium BTKL-PPM Medan disesuaikan dengan Permenkes RI No.416

Tahun 1990 meliputi kualitas fisik (suhu, bau, rasa, warna), kualitas kimia

(pH, Besi (Fe), Klorida (Cl), Mangan (Mn), Nitrat (NO3-), Ammoniak (NH3))

(45)

3.6. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran merupakan kualitas air limbah rumah potong hewan yang

meliputi pH, kadar BOD, COD, TSS, ammoniak, minyak dan lemak. Aspek

pengukuran juga mencakup kualitas air sumur yang meliputi kualitas fisik air (suhu,

bau, rasa, warna), kualitas kimiawi air ((pH, Besi (Fe), Klorida (Cl), Mangan (Mn),

Nitrat (NO3-), Ammoniak (NH3), kualitas mikrobiologi (Total coliform dan Coliform

tinja) serta pengukuran konstruksi fisik sumur gali. Untuk lebih rinci, aspek

pengukuran meliputi:

3.6.1. Aspek Pengukuran Kualitas Air Limbah RPH

a. Kualitas pH diukur dengan pH-meter, kualitas pH dinyatakan memenuhi syarat

bila pH air limbah RPH 6,0-9,0.

b. Kualitas kadar BOD diukur dengan metode winkler, kualitas kadar BOD

dinyatakan memenuhi syarat bila kadar BOD air limbah RPH 100 mg/L.

c. Kualitas kadar COD diukur dengan metode refluk, kualitas kadar COD

dinyatakan memenuhi syarat bila kadar COD air limbah RPH 200 mg/L.

d. Kualitas kadar TSS diukur dengan filter kertas, kualitas kadar TSS dinyatakan

memenuhi syarat bila kadar TSS air limbah RPH 100 mg/L.

e. Kualitas kadar NH3 diukur dengan spektrofotometer, kualitas kadar NH3

dinyatakan memenuhi syarat bila kadar NH3 air limbah RPH 25 mg/L.

f. Kualitas kadar minyak dan lemak diukur dengan spektrofotometer dan timbangan

analitik, kualitas kadar minyak dan lemak dinyatakan memenuhi syarat bila kadar

(46)

3.6.2. Aspek Pengukuran Kualitas Air Sumur Gali

a. Kualitas suhu diukur dengan thermometer, suhu dinyatakan memenuhi kesehatan

syarat bila suhu ±30C.

b. Kualitas bau diukur secara organoleptis, kualitas bau dinyatakan memenuhi syarat

kesehatan bila air sumur gali tidak berbau.

c. Kualitas rasa diukur secara organoleptis, kualitas rasa dinyatakan memenuhi

syarat kesehatan bila air sumur gali tidak berasa.

d. Kualitas warna diukur dengan spektrofotometer, kualitas warna dinyatakan

memenuhi syarat kesehatan bila warna 50 TCU.

e. Kualitas pH diukur dengan pH-meter, kualitas pH dinyatakan memenuhi syarat

kesehatan bila pH air sumur gali 6,5-9,0.

f. Kualitas besi (Fe) diukur dengan spektrofotometer, kualitas besi (Fe) dinyatakan

memenuhi syarat kesehatan bila besi (Fe) air sumur gali 1,0 mg/L.

g. Kualitas Mangan (Mn) diukur dengan spektrofotometer, kualitas Mangan (Mn)

dinyatakan memenuhi syarat kesehatan bila Mangan (Mn) air sumur gali 0,5

mg/L.

h. Kualitas Nitrat (NO3-) diukur dengan spektrofotometer, kualitas Nitrat (NO3-)

dinyatakan memenuhi syarat kesehatan bila Nitrat (NO3-) air sumur gali 10 mg/L.

i. Kualitas Ammoniak (NH3) diukur dengan spektrofotometer, kualitas Ammoniak

(NH3) dinyatakan memenuhi syarat kesehatan bila Ammoniak (NH3) air sumur

gali 0,5 mg/L

j. Kualitas Klorida (Cl) diukur dengan titrimeter, kualitas Klorida (Cl) dinyatakan

(47)

k. Total coliform diukur dengan pemeriksaan laboratorium, memenuhi syarat bila

total coliform 50 /100 ml air.

l. Coliform fecal diukur dengan pemeriksaan laboratorium, memenuhi syarat bila

coliform tinja 50 /100 ml air.

3.7. Metode Pengumpulan Data 3.7.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui pemeriksaan kualitas air limbah rumah potong

hewan yang diperiksa di Balai Laboratorium Kesehatan Propinsi SUMUT dan

pemeriksaan kualitas air sumur gali yang diperiksa di Laboratorium BTKL Medan.

3.7.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada pada Perusahaan

Daerah Rumah Potong Hewan Kota Medan. Sumber lain diperoleh data-data dari

Kantor Lurah Mabar Hilir dan Puskesmas Medan Deli. Adapun data tersebut

mencakup data umum, data yang berhubungan dengan sarana dan pra sarana

kesehatan lingkungan dan data penyakit di Kelurahan Mabar Hilir.

3.8. Analisis Data

Data hasil pemeriksaan kualitas air limbah rumah potong hewan dan air

sumur gali di laboratorium diolah secara manual disajikan dalam bentuk tabel dan

narasi. Sedangkan data observasi keadaan fisik sumur gali yang telah terkumpul

diolah secara manual berupa tabulasi langsung dan hasil akhir dari pengolahan data

(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Sejarah Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan

Lokasi rumah pemotongan hewan terletak di jalan raya Rumah Pemotongan

Hewan Mabar. Rumah potong hewan didirikan pada tanggal 6 Juli 1992 dan telah

disyahkan oleh Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara melalui Surat Keputusan

Nomor 188.342.07/1993 tanggal 5 Februari 1993 dan telah diundangkan dalam

Lembaran Daerah Tingkat II Medan Nomor 7 seri D nomor 4 tanggal 13 Maret 1993.

Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan adalah salah satu Badan Usaha

Milik Daerah (BUMD) dalam jajaran Pemda Tingkat II Medan yang dalam

melaksanakan tugas pokoknya bergerak dalam bidang pengelolaan usaha jasa

pemotongan hewan dan kegiatan lain yang berhubungan dengan pemotongan hewan

dan usaha pengadaan/ penyaluran daging yang sehat dan bermutu serta membantu

dalam kebijaksanaan umum Pemda Kota Medan dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat khususnya dalam menyediakan protein hewani (daging)

dan penyediaan ternak potong.

Pembangunan Rumah Potong Hewan Kota Medan adalah merupakan hasil

kerja sama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Selandia Baru yang

pembangunannya dilaksanakan pada tahun 1979 dan diresmikan pada tanggal 15

Desember 1984 oleh Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Peternakan dan

(49)

Jenis hewan yang dilayani untuk jasa pemotongan yaitu kambing, sapi/lembu

dan babi. Setiap hari RPH mampu melayani pemotongan : lembu sebanyak 45

ekor/hari, babi sebanyak 132 ekor/hari dan kambing 42 ekor/hari. Sebelum dilakukan

penyembelihan hewan tersebut dikandangkan selama 1 minggu dan di beri makan.

4.2. Sistem Pembuangan Air limbah RPH

Kegiatan RPH meliputi pemotongan, pembersihan lantai tempat pemotongan,

pembersihan kandang penampung, pembersihan kandang isolasi, dan/atau

pembersihan isi perut dan air sisa perendaman. Hasil dari kegiatan proses

pemotongan beroperasi dari pukul 01.00 WIB sampai pukul 03.00 WIB tersebut,

dihasilkan air limbah dari kotoran, sisa pakan, isi rumen serta serpihan daging dan

lemak yang tergelontor bersama air cucian.

Proses pengolahan air limbah yang digunakan PD RPH adalah bak

penampungan, kolam oksidasi yang pengolahannya secara aerob. Air cucian

kemudian mengalir ke bak penampungan melalui saluran penampungan air limbah

yang terbuat dari bahan yang kuat. Dari bak penampungan air limbah dialirkan ke

sebuah kolam yang ditumbuhi banyak tumbuhan ganging. Di kolam ini terjadi proses

penyerapan air limbah oleh akar tumbuhan. Kolam oksidasi berberntuk empat persegi

yang luasnya ± 325 m² dengan kedalaman ± 3 m. Pengolahan air limbah RPH

menggunakan sistem pengolahan kolam oksidasi. Kolam oksidasi merupakan suatu

pengolahan air buangan untuk sekelompok masyarakat kecil dan cara ini terutama

dianjurkan untuk daerah pedesaan. Prinsip kerjanaya adalah memanfaatkan pengaruh

sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan

(50)

masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut. Air buangan

dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus

berfungsi untuk pemupukan.

4.3. Hasil Pemeriksaan Air Limbah PD Rumah Potong Hewan

Hasil pemeriksaan air limbah pada rumah potong hewan di Kelurahan Mabar

Hilir yang diteliti meliputi : pH, kadar BOD, kadar COD, zat padat terlarut (TSS),

Ammoniak (NH3) serta minyak dan lemak.

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan pH Air Limbah PD RPH Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010

No Titik Pengambilan

Sampel pH Sampel Baku Mutu

1 Bak Penampungan 6,51

Kadar pH maksimum untuk air limbah RPH 6-9

2 Kolam Oksidasi 6,56

3 Parit 7,10

Pada tabel 4.1. diatas dapat diketahui bahwa dari pemeriksaan kadar pH air

limbah di rumah potong hewan didapat kadar pH tersebut 100% sudah memenuhi

syarat yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.02

tahun 2006, dengan hasil yang bervariasi.

Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Kadar BOD Air Limbah PD RPH Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010

No Titik Pengambilan

Sampel BOD Sampel Baku Mutu

1 Bak Penampungan 60

Kadar BOD maksimum untuk air limbah RPH 100 mg/L

2 Kolam Oksidasi 30

[image:50.612.107.532.313.406.2] [image:50.612.105.536.552.670.2]
(51)

Berdasarkan tabel 4.2. diatas dapat dilihat bahwa dari hasil pemeriksaan kadar

BOD dari air limbah rumah potong hewan pada 3 titik pengambilan diperoleh 100%

sudah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Negara Lingkungan

Hidup No.02 tahun 2006, dengan hasil yang bervariasi.

Tabel 4.3. Hasil Pemeriksaan Kadar COD Air Limbah PD RPH Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010

No Titik Pengambilan

Sampel COD Sampel Baku Mutu

1 Bak Penampungan 120,8

Kadar COD maksimum untuk air limbah RPH 200 mg/L

2 Kolam Oksidasi 75,6

3 Parit 58,3

Pada tabel 4.3. diatas dapat dilihat bahwa dari hasil pemeriksaan kadar COD

dari air limbah rumah potong hewan pada 3 titik pengambilan diperoleh 100% sudah

memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

No.02 tahun 2006, dengan hasil yang bervariasi.

Tabel 4.4. Hasil Pemeriksaan Kadar TSS Air Limbah PD RPH Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010

No Titik Pengambilan

Sampel TSS Sampel Baku Mutu

1 Bak Penampungan 23

Kadar TSS maksimum untuk air limbah RPH 100 mg/L

2 Kolam Oksidasi 28,2

3 Parit 31

Pada tabel 4.4. diatas dapat dilihat bahwa dari hasil pemeriksaan kadar TSS

[image:51.612.105.532.227.322.2]
(52)

memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

No.02 tahun 2006, dengan hasil yang bervariasi.

Tabel 4.5. Hasil Pemeriksaan Kadar Minyak dan Lemak Air Limbah PD RPH Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010

No Titik Pengambilan Sampel

Minyak dan

Lemak Sampel Baku Mutu

1 Bak Penampungan 150 Kadar Minyak dan Lemak

maksimum untuk air limbah RPH 15 mg/L

2 Kolam Oksidasi 130

3 Parit 120

Berdasarkan tabel 4.5. diatas dapat dilihat bahwa dari hasil pemeriksaan kadar

minyak dan lemak dari air limbah r

Gambar

Tabel 4.1.
Tabel 4.4.
Tabel 4.6. Hasil Pemeriksaan Kadar Amoniak Air Limbah PD RPH Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2010
Tabel 4.8.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Jarak Sumur Gali Dengan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terhadap Kandungan Nitrat (NO3 - ) Pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Namo Bintang Tahun 2012. Uji

Pada tabel dibawah ini adalah hasil pemeriksaan kualitas bakteriologis pada 15 sampel air sumur gali Patumbak Kampung Tahun 2010 yang dibagi atas 3 kriteria yaitu 5 sampel dari

Ha : Terdapat bakteri Escherichia coli , Shigella sp., dan Salmonella sp., pada air sumur di wilayah pembuangan limbah tahu dan limbah hasil pengolahan ikan.. Ho

organik sebesar 10 mg/l, sedangkan dari hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa sampel air sumur penduduk di Kelurahan Krobokan telah memenuhi standar kualitas air

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui kadar merkuri (Hg) pada air sumur gali masyarakat akibat limbah

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran kandungan kadmium (Cd) pada air sumur masyarakat yang bermukim di sekitar

Air limbah dari Rumah Potong Hewan Kota Madya Bogor, apalagi yang telah bercampur dengan air buangan penduduk, kandungan/spesies bakterinya ternyata lebih banyak dibandingkan

Proses aklimatisasi merupakan proses adaptasi mikroorganisme dengan air limbah yang digunakan pada proses pengolahan yaitu air limbah rumah potong hewan, dimana proses