• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kualitas Fisik, Bakteriologis Dan Kimia Air Sumur Gali Serta Gambaran Keadaan Konstruksi Sumur Gali Di Desa Patumbak Kampung Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Kualitas Fisik, Bakteriologis Dan Kimia Air Sumur Gali Serta Gambaran Keadaan Konstruksi Sumur Gali Di Desa Patumbak Kampung Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA KUALITAS FISIK, BAKTERIOLOGIS DAN KIMIA AIR SUMUR GALI SERTA GAMBARAN KEADAAN KONSTRUKSI SUMUR GALI DI

DESA PATUMBAK KAMPUNG KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2010

S K R I P S I

Oleh:

BERKAT PUTRA

NIM 061000019

 

 

 

 

 

 

 

 

 

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISA KUALITAS FISIK, BAKTERIOLOGIS DAN KIMIA AIR SUMUR GALI SERTA GAMBARAN KEADAAN KONSTRUKSI SUMUR GALI DI

DESA PATUMBAK KAMPUNG KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2010

S K R I P S I

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memeperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

BERKAT PUTRA

NIM 061000019

 

 

 

 

 

 

 

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul:

ANALISA KUALITAS FISIK, BAKTERIOLOGIS DAN KIMIA AIR SUMUR GALI SERTA GAMBARAN KEADAAN KONSTRUKSI SUMUR GALI DI DESA

PATUMBAK KAMPUNG KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : BERKAT PUTRA

NIM. 061000019

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 08 Juni 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Ir. Indra Chahaya S., MSi dr. Taufik Ashar, MKM NIP. 196811011993032005 NIP. 197803312003121001

Penguji II Penguji III

Ir. Evi Naria, MKes dr. Devi Nuraini Santi, MKes NIP. 196803201993032001 NIP. 197002191998022001

Medan, Juni 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Salah satu sarana untuk mendapatkan air bersih adalah melalui sumur gali (SGL). Tetapi sumur gali yang dibuat masyarakat secara swadaya tampaknya belum memenuhi syarat-syarat konstruksi yang bisa meminimalkan pencemaran air sumur gali. Pencemaran-pencemaran itu dapat berupa pencemaran fisik, bakteriologis, ataupun kimia, sehingga dinilai sangat perlu untuk melakukan pemeriksaan kualitas fisik, bakteriologis, serta kimiawi air terutama sumur gali.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran keadaan konstruksi dari sumur gali serta kualitas fisik, bakteriologis serta kimia terbatas air sumur gali di Desa Patumbak Kampung Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

Penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskriftif yaitu menggambarkan keadaan konstruksi dari sumur gali serta kualitas fisik, bakteriologis serta kimia terbatas air sumur gali di Desa Patumbak Kampung Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010. Keadaan konstruksi sumur gali disesuaikan dengan standard baku inspeksi sanitasi puskesmas, dan untuk kualitas air sumur gali disesuaikan dengan baku mutu air bersih sesuai dengan Permenkes RI No. 416/Per/IX/1990.

Berdasarkan hasil penelitian keadaan konstruksi dari SGL di Desa Patumbak Kampung di terdapat 21,54 % (14 buah) sampel konstruksi sumur gali memenuhi syarat, sedangkan 78,46 % (51 buah) sampel tidak memenuhi syarat kesehatan. Kualitas fisik air sumur gali, diketahui bahwa suhu semua telah memenuhi syarat, bau dan rasa air 80 % tidak memenuhi syarat, kekeruhan 69,67 % belum memenuhi syarat. Untuk Total Coli air sumur gali yang belum memenuhi syarat sebanyak 66,67 %, dan untuk kualitas kimia seperti NO2, Mn, dan Cd 100 % Telah memenuhi syarat akan tetapi dengan nilai yang

bervarisai, kadar Fe yang belum memenuhi syarat sebanyak 86,67 % dan pH yang belum memenuhi syarat sebanyak 80 %.

Untuk itu perlu adanya perhatian dari masyarakat dan pemerintah dalam membuat sarana air bersih yang memenuhi syarat terutama untuk sumur gali agar diperoleh kualitas dan kuantitas air yang memenuhi syarat kesehatan sehingga kebutuhan masyarakat akan air bersih dapat terpenuhi.

(5)

ABSTRACT

One of the means to get clean water was through dug wells. But the people dug wells which were made independently apparently had not met the terms of construction that could minimize the contamination of water wells dug. The pollutions that could be either physical, bacteriological, or chemical, which was considered very necessary to investigate the quality of physical, bacteriological and chemical water mainly dug wells. The purpose of this study was to reveal the description of dug wells construction and the quality of physical, bacteriological and chemical water limited dug wells in Desa Patumbak Kampung Sub District of Patumbak Deli Serdang Regency year 2010. The design of this study was descriptive survey that illustrated about the condition of dug well construction as well as physical quality, bacteriological and chemical water limited dug wells in Desa Patumbak Kampung Sub District Patumbak Deli Serdang Regency Year 2010. Condition dug well construction standards were adjusted with standard sanitary inspection center, and dug wells for water quality adjusted to the water quality standard in accordance with the PERMENKES RI No. 416/Per/IX/1990. Based on this study situation in the construction of dug wells in Desa Patumbak Kampung there were 21.54% (14 pieces) samples of dug well construction were eligible, while 78.46% (51 pieces) samples did not meet health requirements. Physical quality of dug well water, it was known that meets the requirements of all temperature, smell and taste of water 80% were not eligible, 69.67% of turbidity were not yet qualified. Total Coli water for dug wells are not yet qualified as much as 66,67 %, and for chemicals quality such as N02, Mn, and Cd 100% have been eligible but with fluktuation values, Fe

content was not yet qualify as much as 86.67% and pH were not yet qualified as much as 80%.

For that, we need the attention of society and government in making clean water facilities, especially qualified to dig wells in order to obtain the quality and quantity of water that meets health requirements so that clean water needs of the community will be met.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : BERKAT PUTRA

Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 23 Maret 1988 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen

Anak ke : 6 dari 6 Bersaudara Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Komp. Graha Gading Vista j-02, Mariendal

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1994-2000 : SD Santo Thomas 2 Medan 2. Tahun 2000-2003 : SLTP Methodist 1 Medan

3. Tahun 2003-2006 : SMU N Percontohan Keistimewaan Aceh

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisa

Kualitas Fisik, Bakteriologis dan Kimia Air Sumur Gali Serta Gambaran Keadaan

Konstruksi Sumur Gali di Desa Patumbak Kampung Kecamatan Patumbak Kabupaten

Deli serdang Tahun 2010”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun materil, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

2. Ir. Indra Chahaya, MSi, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan sekaligus Dosen Pembimbing I serta Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 3. dr. Taufik Ashar, MKM, selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen Penguji I

yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

(8)

5. dr. Devi Nuraini Santi, Mkes, selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan bimbingan dan saran serta masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

6. Drs. Abdul Djalil AA, MKes, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah yang telah memperhatikan penulis selama mengikuti pendidikan di FKM USU.

7. Seluruh Dosen dan staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

8. Kepala Desa Patumbak Kampung yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.

9. Kepala Balai Teknik Kesehatan Lingkungan - Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL-PPM) Kota Medan dan seluruh staf yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

10.Teristimewa untuk orang tua tercinta, Ayahanda (S. Sianipar) dan Ibunda (Alm. A. Sibarani) serta kakak-kakakku dan sepupu – sepupuku Jordan, Ramches, dll yang telah banyak memberikan dukungan dan do’a kepada penulis selama ini.

11.Untuk sahabat-sahabatku Efrata, Josua, Roi, dan semua geng bro POMK serta Regina, Ayu, cs, terimakasih atas dukungannya serta doanya.

12.Tidak juga saya lupakan untuk mengucapkan terimakasih kepada Iskandar atas support selama kuliah. Serta kepada Gabi atas dukungannya juga perhatiannya, dan kepada Nenek, Bundi, Iqbal, Desi, Dila, Ajem, Mbah, Tesy, dan cs lain atas dukungan moral maupun moril dan terutama hiburannya kepada penulis disaat jenuh. 13.Teman-teman di FKM (Asri Budiningsih, Silvi, Neni, Dhini, Minda, Hengki, Regar,

(9)

sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat, dukungan, bantuan dan do’a selama ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2010

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

2.5.2. Penyakit Tidak Menular ... 21

2.6. Kualitas Air ... 22

2.6.1. Standart Kualitas Air ... 22

2.6.2. Syarat Kualitas Air ... 23

(11)

3.4.1. Data Primer ... 30

3.4.2. Data Sekunder... 31

3.5. Defenisi Operasional... 31

3.6. Aspek Pengukuran ... 33

3.7. Pengolahan dan Analisa Data ... 34

3.7.1. Pengolahan Data ... 34

3.7.2. Analisa Data... 34

3.8. Teknik Pengambilan Sampel Air ... 35

3.9. Teknik Pemeriksaan Sampel... 35

3.9.1. Di Lapangan... 35

3.9.2. Di Laboratorium... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 43

4.1. Gambaran Umum Lokasi... 43

4.1.1.Keadaan Geografi ... 43

4.1.2. Gambaran Kependudukan... 43

4.1.3. Keadaan Kesehatan... 45

4.1.4. Sarana Air Bersih Penduduk... 46

4.2. Hasil Survei dan Observasi Terhadap Konstruksi SGL... 47

4.2.1. Gambaran Konstruksi SGL... 47

4.2.2. Keadaan SGL Berdasarkan Syarat Kesehatan ... 51

4.3. Hasil Pemeriksaan Kualitas Fisik Air SGL ... 52

4.4. Hasil Pemeriksaan Kualitas Bakteriologis Air SGL ... 55

4.5. Hasil Pemeriksaan Kualitas Kimia Terbatas Air SGL... 56

BAB V PEMBAHASAN ... 59

5.1. Konstruksi SGL ... 59

5.2. Kualitas Fisik Air SGL ... 66

5.3. Kualitas Bakteriologis Air SGL... 70

5.4. Kualitas Kimia Terbatas Air SGL... 73

(12)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran1 Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM

Lampiran2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Kepala Desa Patumbak Kampung Tahun 2010

Lampiran3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Kepala BTKL-PPM, Medan

Lampiran4 Matriks Data Keadaan Konstruksi Sumur Gali di Desa Patumbak Kampung Tahun 2010

Lampiran5 Hasil Pemeriksaan Bakteriologis Air Sumur Gali di Desa Patumbak Tahun 2010

Lampiran6 Hasil Pemeriksaan Kualitas Fisik dan pH Air Sumur Gali di Desa Patumbak Kampung Tahun 2010

Lampiran7 Hasil Pemeriksaan Kualitas Kimia Terbatas Air Sumur Gali di Desa Patumbak Kampung Tahun 2010

Lampiran8 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Lampiran9 Dokumentasi pada saat melakukan penelitian 

 

 

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa

Patumbak Kampung Tahun 2010... 44 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Penduduk di Desa Patumbak

Kampung Tahun 2010... 44 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Sepuluh Penyakit Terbesar di Puskesmas

Patumbak Tahun 2009 ... 46 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Jumlah dan Sarana Air Bersih serta

Persentase Masyarakat yang Dilayaninya di Desa Patumbak

Kampung Tahun 2010... 46 Tabel 4.5. Keadaan Lantai Sumur Gali Penduduk di Desa Patumbak

Kampung Tahun 2010... 47 Tabel 4.6. Keadaan Dinding Sumur Gali Bagian Bawah dari Permukaan

Tanah di Desa Patumbak Kampung Tahun 2010 ... 48 Tabel 4.7. Keadaan Bibir Sumur Gali Penduduk di Desa Patumbak

Kampung Tahun 2010... 48 Tabel 4.8. Keadaan Saluran Pembuangan Air Limbah Sumur Gali

Penduduk di Desa Patumbak Kampung Tahun 2010 ... 49 Tabel 4.9. Jarak Sumur Gali Dengan Septic Tank di Desa Patumbak

Kampung Tahun 2010... 50 Tabel 4.10. Jarak Sumur Gali dengan Tempat Pembuangan Sampah di Desa

Patumbak Kampung Tahun 2010... 50 Tabel 4.11. Jarak Sumur Gali dengan Tempat Pembuangan Air Limbah di

Desa Patumbak Kampung Tahun 2010... 50 Tabel 4.12. Keadaan Tutup Sumur Gali di Desa Patumbak Kampung Tahun

2010... 51 Tabel 4.13. Sumur Gali Berdasarkan Syarat Kesehatan di Desa Patumbak

Kampung Tahun 2010... 51 Tabel 4.14. Hasil Pemeriksaan Kualitas Fisik Air Sumur Gali Di Desa

(14)

Tabel 4.15. Hasil Pemeriksaan Kualitas Fisik Air Sumur Gali di Desa

Patumbak Kampung Tahun 2010... 54 Tabel 4.16. Hasil Pemeriksaan Kualitas Bakteriologis Total Coli Air Sumur

Gali di Desa Patumbak Kampung Tahun 2010... 55 Tabel 4.17. Hasil Pemeriksaan Kualitas Bakteriologis Total Coli Air Sumur

Gali di Desa Patumbak Kampung Tahun 2010... 56 Tabel 4.18. Hasil Pemeriksaan Kualitas Kimia (pH, NO2, Fe) Air Sumur Gali

di Desa Patumbak Kampung Tahun 2010 ... 57 Tabel 4.19. Hasil Pemeriksaan Kualitas Kimia (Mn, Cd) Air Sumur Gali di

(15)

ABSTRAK

Salah satu sarana untuk mendapatkan air bersih adalah melalui sumur gali (SGL). Tetapi sumur gali yang dibuat masyarakat secara swadaya tampaknya belum memenuhi syarat-syarat konstruksi yang bisa meminimalkan pencemaran air sumur gali. Pencemaran-pencemaran itu dapat berupa pencemaran fisik, bakteriologis, ataupun kimia, sehingga dinilai sangat perlu untuk melakukan pemeriksaan kualitas fisik, bakteriologis, serta kimiawi air terutama sumur gali.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran keadaan konstruksi dari sumur gali serta kualitas fisik, bakteriologis serta kimia terbatas air sumur gali di Desa Patumbak Kampung Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

Penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskriftif yaitu menggambarkan keadaan konstruksi dari sumur gali serta kualitas fisik, bakteriologis serta kimia terbatas air sumur gali di Desa Patumbak Kampung Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010. Keadaan konstruksi sumur gali disesuaikan dengan standard baku inspeksi sanitasi puskesmas, dan untuk kualitas air sumur gali disesuaikan dengan baku mutu air bersih sesuai dengan Permenkes RI No. 416/Per/IX/1990.

Berdasarkan hasil penelitian keadaan konstruksi dari SGL di Desa Patumbak Kampung di terdapat 21,54 % (14 buah) sampel konstruksi sumur gali memenuhi syarat, sedangkan 78,46 % (51 buah) sampel tidak memenuhi syarat kesehatan. Kualitas fisik air sumur gali, diketahui bahwa suhu semua telah memenuhi syarat, bau dan rasa air 80 % tidak memenuhi syarat, kekeruhan 69,67 % belum memenuhi syarat. Untuk Total Coli air sumur gali yang belum memenuhi syarat sebanyak 66,67 %, dan untuk kualitas kimia seperti NO2, Mn, dan Cd 100 % Telah memenuhi syarat akan tetapi dengan nilai yang

bervarisai, kadar Fe yang belum memenuhi syarat sebanyak 86,67 % dan pH yang belum memenuhi syarat sebanyak 80 %.

Untuk itu perlu adanya perhatian dari masyarakat dan pemerintah dalam membuat sarana air bersih yang memenuhi syarat terutama untuk sumur gali agar diperoleh kualitas dan kuantitas air yang memenuhi syarat kesehatan sehingga kebutuhan masyarakat akan air bersih dapat terpenuhi.

(16)

ABSTRACT

One of the means to get clean water was through dug wells. But the people dug wells which were made independently apparently had not met the terms of construction that could minimize the contamination of water wells dug. The pollutions that could be either physical, bacteriological, or chemical, which was considered very necessary to investigate the quality of physical, bacteriological and chemical water mainly dug wells. The purpose of this study was to reveal the description of dug wells construction and the quality of physical, bacteriological and chemical water limited dug wells in Desa Patumbak Kampung Sub District of Patumbak Deli Serdang Regency year 2010. The design of this study was descriptive survey that illustrated about the condition of dug well construction as well as physical quality, bacteriological and chemical water limited dug wells in Desa Patumbak Kampung Sub District Patumbak Deli Serdang Regency Year 2010. Condition dug well construction standards were adjusted with standard sanitary inspection center, and dug wells for water quality adjusted to the water quality standard in accordance with the PERMENKES RI No. 416/Per/IX/1990. Based on this study situation in the construction of dug wells in Desa Patumbak Kampung there were 21.54% (14 pieces) samples of dug well construction were eligible, while 78.46% (51 pieces) samples did not meet health requirements. Physical quality of dug well water, it was known that meets the requirements of all temperature, smell and taste of water 80% were not eligible, 69.67% of turbidity were not yet qualified. Total Coli water for dug wells are not yet qualified as much as 66,67 %, and for chemicals quality such as N02, Mn, and Cd 100% have been eligible but with fluktuation values, Fe

content was not yet qualify as much as 86.67% and pH were not yet qualified as much as 80%.

For that, we need the attention of society and government in making clean water facilities, especially qualified to dig wells in order to obtain the quality and quantity of water that meets health requirements so that clean water needs of the community will be met.

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, khususnya bagi manusia yang selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Pada tubuh orang dewasa, sekitar 55-60 % berat badan terdiri dari air, anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar 80%. Menurut WHO, tiap orang di negara-negara maju memerlukan air antara 60-120 liter per hari, sedangkan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari.

Air digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi, cuci, kakus, dan sebagainya. Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum, termasuk untuk masak, air harus mempunyai persyaratan khusus agar tidak menimbulkan penyakit pada manusia (Soemirat, 2000).

Air yang secara terus-menerus mengalami proses daur ulang memberi peluang bagi manusia untuk dapat memanfaatkan 3 jenis sumber air di bumi yaitu air hujan, air tanah, dan air permukaan. Dari tiga jenis sumber air tersebut air tanah dan air permukaan yang paling banyak digunakan sebagai sumber air minum, mandi, dan mencuci sehari-hari, baik di desa maupun di perkotaan. Hal ini dapat dipahami karena air tanah dan air permukaan keberadaanya mudah didapat.

(18)

yang dapat menimbulkan penyakit dan justru membahayakan kelangsungan hidup manusia. Hal ini disebabkan oleh karena banyaknya pencemaran yang terjadi pada air, terutama air tanah (Azwar, 1996).

Sifat air yang merupakan pelarut yang baik menyebabkan air di alam tidak pernah murni akan tetapi selalu mengandung berbagai zat terlarut maupun zat tidak terlarut serta mengandung mikroorganisme atau jasad renik. Air yang terganggu kualitasnya ini dikatakan sebagai air yang tercemar. Apabila air telah tercemar maka kehidupan manusia akan terganggu. Hal ini merupakan bencana besar sebab tanpa air tidak ada kehidupan di muka bumi ini (Wardhana, 2001).

Air yang dipergunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari tersebut masih banyak yang belum memenuhi persyaratan kesehatan. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya air sangat penting agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah pengelolaan yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas air mencakup kualitas fisik, kimia, dan biologi (Effendi, 2003).

(19)

otomatis kuman-kuman tersebar ke sumber air yang dipakai untuk keperluan rumah tangga. Dalam jangka panjang, air yang berkualitas kurang dapat mengakibatkan penyakit keropos tulang, korosi gigi, anemia, dan kerusakan ginjal. Hal ini terjadi karena terdapat logam-logam berat yang banyak bersifat toksik (racun) di dalam air dan pengendapan pada ginjal (Kusnaedi, 2002).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Siringo-ringo (2006) terhadap kualitas Air PDAM Tirta Nciho Dairi, menunjukkan bahwa kualitas mikrobiologi yaitu koliform/koli tinja pada air yang diteliti belum memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Depkes tentang persyaratan kualitas air bersih. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa masih ditemukan koliform/koli tinja sebanyak 240/100 ml air sampel.

Air bersih maupun air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau, serta tidak mengandung bakteri patogen maupun zat-zat yang membahayakan bagi kesehatan manusia. Untuk mencegah terjadinya penularan penyakit yang semakin meningkat oleh karena air, ada hal penting yang perlu diperhatikan yaitu pemantauan kualitas air secara periodik serta konstruksi dari sarana penyediaan air bersih (Soemirat, 1994).

Dari hasil penelitian Elfianora (2000), masih banyak masyarakat di Desa Aek Nauli Kecamatan Padang Sidimpuan Timur yang menggunakan air tercemar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jenis sarana penyediaan air bersih yang digunakan oleh masyarakat di daerah tersebut pada umunya adalah sumur gali yang telah tercemar oleh bakteri patogen.

(20)

rumah-rumah perorangan sebagai air minum. Sekitar 45% masyarakat di Indonesia menggunakan sumur sebagai sarana air bersih, dan dari 45% yang menggunakan sarana sumur tersebut, diperkirakan sekitar 75% menggunakan jenis sumur gali (Chandra, 2007).

Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah. Oleh karena itu, sumur gali sangat mudah terkontaminasi melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia dan hewan juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air. Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan sumber kontaminasi. Misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam sumur (Entjang, 2000).

Desa Patumbak Kampung, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang adalah satu daerah yang pada umumnya penduduk disana masih menggunakan sumur gali yang pada umumnya berjenis sumur gali dangkal sebagai sumber air bersih maupun air minum. Hal ini disebabkan oleh karena belum semua masyarakat di daerah tersebut memperoleh air PDAM sebagai sumber air bersih maupun air minum.

(21)

Daerah ini termasuk daerah industri dan daerah pertanian serta perkebunan, sehingga ada kemungkinan pencemaran kimia hasil buangan limbah dari industri serta pertanian dan perkebunan yang dapat mencemari air sumur gali didaerah tersebut. Zat-zat kimia tersebut sangat berbahaya dan dapat berupa nitrit (NO2)dari limbah pertanian

atau perkebunan, besi (Fe) dan mangan (Mn) dari limbah-limbah anorganik, serta Kadmium (Cd) dari limbah industri serta zat-zat kimia lainnya. Zat-zat kimia ini akan semakin mudah larut didalam air jika derajat keasaman (pH) dari air bersifat asam atau basa.

Berdasarkan data yang ada di puskesmas Kecamatan Patumbak, penyakit diare merupakan salah satu dari 10 penyakit terbesar di daerah tersebut, disertai dengan penyakit-penyakit saluran pencernaan lainnya. Penyakit-penyakit ini pada umumnya disebabkan oleh air yang tercemar oleh berbagai zat pencemar.

(22)

1.2. Perumusan Masalah

Desa Patumbak Kampung, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang merupakan desa yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan air sumur gali yang jenisnya dangkal dalam penyediaan air bersih sehari-harinya. Berdasarkan data-data serta penelitian yang ada, sumur gali sangat rentan terhadap risiko pencemaran terutama sumur gali dangkal. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan analisa kualitas dari air sumur gali serta menilai konstruksi sumur gali di desa tersebut.

Adapun yang menjadi masalah di dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran kualitas fisik, mikrobiologis, dan kimia terbatas dari air sumur gali di Desa Patumbak Kampung, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang serta mengobservasi keadaan konstruksi dari sumur gali di desa tersebut.

1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran keadaan kualitas air serta keadaan konstruksi dari sumur gali di Desa Patumbak Kampung, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui gambaran keadaan konstruksi dari sumur gali di Desa Patumbak Kampung, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang melalui syarat yang telah ditentukan.

(23)

3. Untuk mengetahui kualitas bakteriologis (total coli) air sumur gali di Desa Patumbak Kampung, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang.

4. Untuk mengetahui kualitas kimiawi terbatas (pH, NO2, Fe, Mn, Cd) air sumur gali di

Desa Patumbak Kampung, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang. 1.4. Manfaat penelitian

1. Sebagai sumbangan pikiran dan bahan masukan bagi masyarakat di Desa Patumbak Kampung, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang tentang kualitas air sumur gali daerah tersebut.

2. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, terutama mengenai kualitas air sumur gali yang sesuai dengan syarat kesehatan.

3. Menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis dalam menganalisa masalah kualitas air sumur gali yang memenuni syarat kesehatan.

4. Sebagai bahan informasi bagi instansi yang terkait dalam upaya penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Air

Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O : satu molekul air tersusun

atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar (Allafa, 2008).

Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik. Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan

dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-) (Allafa, 2008).

Selanjutnya yang dimaksud dengan air adalah air tawar yang tidak termasuk salju dan es. Di Indonesia jumlah dan pemakaian air bersumber pada air tanah, air permukaan, dan air atmosfer, yang ketersediaannya sangat ditentukan oleh air atmosfer atau sering dikenal dengan air hujan (Kusnoputranto, 2000).

2.2. Macam dan Sumber Air

(25)

bagi kesehatan. Sumber air yang dapat kita manfaatkan pada dasarnya digolongkan sebagai berikut :

2.2.1. Air Hujan

Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air murni yang ketika turun dan melalui udara akan melalui benda-benda yang terdapat di udara, diantara benda-benda yang terlarut dari udara tersebut adalah: gas O2, CO2, N2, juga zat-zat renik

dan debu.

Dalam keadaan murni, air hujan sangat bersih, tetapi setelah mencapai permukaan bumi, air hujan tidak murni lagi karena ada pengotoran udara yang disebabkan oleh pengotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaklah pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih banyak mengandung kotoran (Sutrisno, 1996).

2.2.2. Air Permukaan

(26)

Jadi, dapat dipahami bahwa air permukaan merupakan badan air yang mudah sekali dicemari terutama oleh kegiatan manusia. Oleh karena itu, mutu air permukaan perlu mendapat perhatian yang seksama kalau air permukaan akan dipakai sebagai bahan bakar air bersih. Yang termasuk ke dalam kelompok air permukaan adalah air yang berasal dari sungai, rawa, parit, bendungan, danau, laut dan sebagainya (Kusnoputanto, 1983).

2.2.3. Air Tanah

Sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi akan menyerap kedalam tanah dan akan menjadi air tanah. Air tanah terbagi atas 3 yaitu (Sutrisno, 1996):

a. Air Tanah Dangkal

Terjadi karena daya proses peresapan air permukaan tanah, lumpur akan tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih. Air tanah dangkal akan terdapat pada kedalaman 15 meter. Air tanah ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Dari segi kualitas agak baik sedangkan kuantitasnya kurang cukup dan tergantung pada musim.

b. Air Tanah Dalam

(27)

c. Mata Air

Mata air adalah tempat dimana air tanah keluar kepemukaan tanah, keluarnya air tanah tersebut secara alami dan biasanya terletak di lereng- lereng gunung atau sepanjang tepi sungai.

Berdasarkan munculnya kepermukaan air tanah terbagi atas 2 yaitu :

a. Mata air (graviti spring) yaitu air mengalir dengan gaya berat sendiri. Pada lapisan tanah yang permukaan tanah yang tipis, air tanah tersebut menembus lalu keluar sebagai mata air.

b. Mata air artesis berasal dari lapisan air yang dalam posisi tertekan. Air artesis berusaha untuk menembus lapisan rapat air dan keluar ke permukaan bumi.

Ditinjau dari sudut kesehatan, ketiga macam air ini tidaklah selalu memenuhi syarat kesehatan, karena ketiga-tiganya mempunyai kemungkinan untuk tercemar. Embun, air hujan dan atau salju misalnya, yang berasal dari air angkasa, ketika turun ke bumi dapat menyerap abu, gas, ataupun meteri-materi yang berbahaya lainnya. Demikian pula air permukaan, karena dapat terkontaminasi dengan pelbagai zat-zat mineral ataupun kimia yang mungkin membahayakan kesehatan (Azhar, 1990).

2.3. Sarana Air Bersih 2.3.1. Sumur

a. Sumur Gali

(28)

permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia kakus/jamban dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air. Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik, bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam sumur (Depkes RI, 1985).

Dari segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang baik bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan pencegahannya. Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan syarat-syarat fisik dari sumur tersebut yang didasarkan atas kesimpulan dari pendapat beberapa pakar di bidang ini, diantaranya lokasi sumur tidak kurang dari 10 meter dari sumber pencemar, lantai sumur sekurang-kurang berdiameter 1 meter jaraknya dari dinding sumur dan kedap air, saluran pembuangan air limbah (SPAL) minimal 10 meter dan permanen, tinggi bibir sumur 0,8 meter, memililki cincin (dinding) sumur minimal 3 meter dan memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat (Entjang, 2000).

(29)

Gambar 2.1. Sumur Gali Tampa Pompa Tangan 1) Syarat Lokasi atau Jarak

Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepage pit), dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah.

a) Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir.

(30)

a) Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali harus terbuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi perembesan air/pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu bata tanpa semen, sebagai bidang perembesan dan penguat dinding sumur (Entjang, 2000).

b) Pada kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur harus dibuat dari tembok yang tidak tembus air, agar perembesan air permukaan yang telah tercemar tidak terjadi. Kedalaman 3 meter diambil karena bakteri pada umumnya tidak dapat hidup lagi pada kedalaman tersebut. Kira-kira 1,5 meter berikutnya ke bawah, dinding ini tidak dibuat tembok yang tidak disemen, tujuannya lebih untuk mencegah runtuhnya tanah (Azwar, 1995).

c) Dinding sumur bisa dibuat dari batu bata atau batu kali yang disemen. Akan tetapi yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa beton untuk sumur gali bertujuan untuk menahan longsornya tanah dan mencegah pengotoran air sumur dari perembesan permukaan tanah. Untuk sumur sehat, idealnya pipa beton dibuat sampai kedalaman 3 meter dari permukaan tanah. Dalam keadaan seperti ini diharapkan permukaan air sudah mencapai di atas dasar dari pipa beton. (Machfoedz 2004). d) Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan tanah yang mengandung

air cukup banyak walaupun pada musim kemarau (Entjang, 2000). 3) Bibir sumur gali

(31)

a) Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal 70 cm untuk mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek keselamatan (Entjang, 78).

b) Dinding sumur di atas permukaan tanah kira-kira 70 cm, atau lebih tinggi dari permukaan air banjir, apabila daerah tersebut adalah daerah banjir (Machfoedz, 2004).

c) Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan harus dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini merupakan satu kesatuan dengan dinding sumur (Chandra, 2007).

4) Lantai Sumur Gali

Beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antara lain :

a) Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m lebarnya dari dinding sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas permukaan tanah, bentuknya bulat atau segi empat (Entjang, 2000).

b) Tanah di sekitar tembok sumur atas disemen dan tanahnya dibuat miring dengan tepinya dibuat saluran. Lebar semen di sekeliling sumur kira-kira 1,5 meter, agar air permukaan tidak masuk (Azwar, 1995).

c) Lantai sumur kira-kira 20 cm dari permukaan tanah (Machfoedz, 2004). 5) Saluran Pembuangan Air Limbah

Saluran Pembuangan Air Limbah dari sekitar sumur menurut Entjang (2000), dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya 10 m.

(32)

pompa. Kelebihan jenis sumur ini adalah kemungkinan untuk terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan kondisi sumur selalu tertutup.

Gambar.2.2. Sumur Gali Dengan Pompa Tangan

Penentuan persyaratan dari sumur gali didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: 1) Kemampuan hidup bakteri patogen selama 3 hari dan perjalanan air dalam tanah 3

meter/hari.

2) Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara vertical sedalam 3 meter. 3) Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara horizontal sejauh 1 meter. 4) Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat sumur digunakan maupun sedang

tidak digunakan.

5) Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur. b. Sumur Bor

(33)

2.3.2. Perlindungan Mata Air

Perlindungan mata air adalah suatu bangunan penangkap mata air yang menampung/menangkup air dari mata air. Walaupun mata air biasanya berasal dari air tanah yang terlindung, ada kemungkinan terjadi kontaminasi pada tempat penangkapan juga kontaminasi langsung terhadap mata air yang disebabkan oleh manusia atau binatang, harus dicegah melalui bangunan perlindungan.

2.3.3. Penampungan Air Hujan

Penampungan air hujan untuk penyediaan air minum/air bersih biasanya memanfaatkan suatu permukaan yang luas seperti atap rumah yang miring ke arah talang yang menampung air hujan dan disalurkan ke dalam suatu tangki reservoir (PAH). Hujan pertama biasanya membawa kotoran yang ada pada atap, sehingga tidak dialirkan ke dalam tangki.

2.4. Peranan Air Bagi Kehidupan Manusia

Semua makhluk hidup memerlukan air, karena air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tidak satupun kehidupan yang ada di dunia ini dapat berlangsung terus tanpa tersedianya air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan akan air ini amat mutlak, karena sebenarnya zat pembentuk tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air, yang jumlahnya sekitar 73 % dari bagian tubuh tanpa jaringan lemak (Azwar, 1990).

(34)

menyebabkan kematian. Karenanya orang dewasa perlu minum minuman 1,5-2 liter air sehari atau 2200 gram setiap harinya (Soemirat, 2000).

Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan, metabolisme, mengangkat zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh dan menjaga tubuh jangan sampai kekeringan (Harini, 2007).

Air yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup sehat harus memenuhi syarat kualitas. Disamping itu harus pula dapat memenuhi secara kuantitas (jumlahnya). Diperkirakan untuk kegiatan rumah tangga yang sederhana paling tidak membutuhkan air sebanyak 100 L/orang/hari. Angka tersebut misalnya untuk :

a. Berkumur, cuci muka, sikat gigi, wudhu : 20L/orang/hari b. Mandi/mencuci pakaian dan alat rumah tangga : 45L/orang/hari c. Masak, minum : 5L/orang/hari d. Menggolontor kotoran : 20L/orang/hari e. Mengepel, mencuci kendaraan : 10L/orang/hari (Entjang, 1991).

Jumlah air untuk keperluan rumah tangga perhari perkapita tidaklah sama untuk tiap negara. Pada umumnya, dapat dikatakan pada negara-negara yang sudah maju, jumlah pamakaian air per hari per kapita lebih besar dari dari pada negara berkembang. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air sangatlah bervariasi sehingga rata-rata pemakaian air per orang per hari berbeda untuk satu negara dengan negara lainnya, satu kota dengan kota lainnya, satu desa dengan desa lainnya.

(35)

2.5.1. Penyakit Menular

Disamping air merupakan suatu bahan yang sangat dibutuhkan oleh manusia juga dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan terhadap pemakainya karena mengandung mineral atau zat-zat yang tidak sesuai untuk dikonsumsi sehingga air dapat menjadi media penular penyakit. Didalam menularkan penyakit air berperan dalam empat cara (Koesnoputranto 1983) :

a. Cara Water Borne

Kuman petogen dapat berada dalam air minum untuk manusia dan hewan. Bila air yang mengandung kuman patogen ini terminum maka dapat menjadi penyakit pada yang bersangkutan. Penyakit menular yang disebarkan oleh air secara langsung ini sering kali dinyatakan sebagai penyakit bawaan air atau “Water Borne Disease”. Penyakit-penyakit tersebut diantaranya : kholera, penyakit typhoid, penyakit hepatitis infeksiosa, penyakit disentri basiler. Penyakit–penyakit ini hanya dapat menyebar apabila mikroba

penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari.

b. Cara Water Washed

(36)

c. Cara Water Bashed

Penyakit pada siklusnya memerlukan pejamu (host) perantara. Pejamu/perantara ini hidup didalam air, contoh penyakit ini adalah penyakit schistosomiasis dan dracunculus medinensis (guinea warm). Larva schistosomiasis hidup dalam keong-keong

air. Setelah waktunya, larva ini akan berubah bentuk menjadi cercaria dan menembus kulit (kaki) manusia yang berada dalam air tersebut. Badan–badan air yang potensial untuk menjangkitkan jenis penyakit ini adalah badan-badan air yang terdapat di alam yang sering berhubungan erat dengan kehidupan manusia sehari-hari seperti menangkap ikan, mandi, cuci, dan sebagainya.

d. Water Rellated Vektor Disease (vektor-vektor insekta yang berhubungan dengan air) Air merupakan tempat perindukan bagi beberapa macam insekta yang merupakan vektor beberapa macam penyakit. Air yang merupakan salah satu unsur alam yang harus ada di lingkungan manusia merupakan media yang baik bagi insekta untuk berkembang biak. Beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh insekta ini adalah malaria, yellow fever, dengue, onchocersiasis (river blindness). Nyamuk aedes aegypti yang merupakan

vektor penyakit dengue dapat berkembang biak dengan mudah bila pada lingkungan terdapat tempat-tempat sementara untuk air bersih seperti gentong air, pot, dan sebagainya.

(37)

Selain penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kuman parasit akibat pencemaran biologis, air juga dapat menimbulkan kerugian dan gangguan yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia atau zat radioaktif yang ada dalam air, terutama logam-logam berat dan berbahaya (logam B3). Penyakit tidak menular yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia berbahaya tersebut sering menimbulkan gejala seperti seperti sakit pinggang dan tulang rapuh yang diakibatkan oleh logam Mn (mangan), tekanan darah tinggi oleh cadmium (Cd), kerusakan ginjal dan korosi pada besi.

Logam-logam B3 hasil buangan limbah industri telah menimbulkan kasus pada beberapa daerah atau negara, misalnya keracunan air raksa (Hg) yang menyebabkan cacat bawaan pada bayi yang dikenal sebagai penyakit minamata di Jepang, logam cadmium (Cd) yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah diakibatkan oleh karena cadmium mempengaruhi kinerja otot polos pembuluh darah secara langsung maupun tidak langsung lewat ginjal, bahkan kerusakan dan penghambatan kinerja sistem fisiologis tubuh, kerja paru-paru, liver, kemandulan, serta imunitas juga syaraf dan kerapuhan pada tulang. Air yang tercemar logam ini biasanya terasa pahit dan suhu serta pH yang sangat tinggi (Effendi, 2007).

(38)

logam-logam ini biasanya nampak pada intensitas warna yang tinggi pada air, berwarna kuning bahkan berwarna merah kecoklatan, dan terasa pahit atau masam (Wardhana, 2004).

Di daerah-daerah pertanian atau perkebuanan, pencemaran Nitrit (NO2) sering

terjadi pada air yang berasal dari sisa-sisa pupuk atau zat-zat organik yang digunakan. Zat kimia ini dapat meracuni tubuh, dalam jumlah dan konsentrasi yang tinggi dapat menimbulkan methaemoglobinamein yaitu perubahan Hb darah sehingga terjadi pengurangan oksigen dalam darah dan menimbulkan gangguan pernafasan bahkan gagal jantung. Selain itu, zat ini juga bersifat mutagen dan karsinogen dalam tubuh karena bersifat sebagai penghambat enzim. Air yang tercemar NO2 ini ditandai dengan adanya

gumpalan-gumpalan zat-zat organik dalam air seperti butiran-butiran berwarna putih (Wardhana, 2004).

Dan masih banyak lagi penyakit-penyakit tidak menular lain pada manusia yang diakibatkan oleh pencemaran bahan-bahan kimia berbahaya terutama logam B3 pada air yang dikonsumsi oleh manusia. Zat-zat kimia ini sangat membahayakan kesehatan mahkluk hidup yang mengkonsumsinya dan pada umumnya bersifat kronis.

2. 6. Kualitas Air

2.6.1. Standard Kualitas Air

(39)

Standard kualitas air bersih dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan berdasarkan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yang biasanya dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkan persyaratan–persyaratan yang harus dipenuhi agar air tersebut tidak menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit, gangguan teknis, serta gangguan dalam segi estetika. Peraturan ini dibuat dengan maksud bahwa air yang memenuhi syarat kesehatan mempunyai peranan penting dalam rangka pemeliharaan, perlindungan serta mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Dengan peraturan ini telah diperoleh landasan hukum dan landasan teknis dalam hal pengawasan kualitas air bersih.

Demikian pula halnya dengan air yang digunakan sebagai kebutuhan air bersih sehari-hari, sebaiknya air tersebut tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih, dan mempunyai suhu yang sesuai dengan standard yang ditetapkan sehingga menimbulkan rasa nyaman. Jika salah satu dari syarat tersebut tidak terpenuhi maka besar kemungkinan air itu tidak sehat karena mengandung beberapa zat kimia, mineral, ataupun zat organis/biologis yang dapat mengubah warna, rasa, bau, dan kejernihan air (Azwar, 1990).

(40)

2.6.2. Syarat Kualitas Air a. Syarat Fisik

Peraturan menteri kesehatan RI Nomor: 416/MENKES/PER/IX/1990, menyatakan bahwa air yang layak dikonsumsi dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air yang mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air minum maupun air baku (air bersih), antara lain harus memenuhi persyaratan secara fisik, tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, serta tidak berwarna. Pada umunya syarat fisik ini diperhatikan untuk estetika air. Adapun sifat-sifat air secara fisik dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya sebagai berikut :

1) Suhu

Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air tersebut dan dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahannya terutama apabila temperature sangat tinggi. Temperatur yang diinginkan adalah ± 30C suhu udara disekitarnya yang dapat memberikan rasa segar, tetapi iklim setempat atau jenis dari sumber-sumber air akan mempengaruhi temperatur air. Disamping itu, temperatur pada air mempengaruhi secara langsung toksisitas banyaknya bahan kimia pencemar, pertumbuhan mikroorganisme, dan virus. Temperature atau suhu air diukur dengan menggunakan termometer air.

2) Bau dan Rasa

(41)

meningkat bila terdapat klorinasi. Karena pengukuran bau dan rasa ini tergantung pada reaksi individu maka hasil yang dilaporkan tidak mutlak. Untuk standard air bersih sesuai dengan Permenkes RI No.416/MENKES/PER/IX/1990 menyatakan bahwa air bersih tidak berbau dan tidak berasa .

3) Kekeruhan

Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar dari partikel-partikel kecil yang tersuspensi. Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam usaha penyaringan, dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi (Sutrisno, 1991).

Tingkat kekeruhan air dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dengan metode Turbidimeter. Untuk standard air bersih ditetapkan oleh Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990, yaitu kekeruhan yang dianjurkan maksimum 25 NTU (Depkes RI, 1995).

b. Syarat Kimia

(42)

Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat tidak baik bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia. Contohnya pH; pH Air sebaiknya netral yaitu tidak asam dan tidak basa untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan. pH air yang dianjurkan untuk air minum adalah 6,5–9. Air merupakan pelarut yang baik sekali maka jika dibantu dengan pH yang tidak netral dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya (Juli Soemirat, 2000).

c. Syarat Bakteriologis

Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Penyakit yang ditransmisikan melalui faecal material dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan metazoa. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan Coli (Coliform bakteri) tidak merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri patogen (Soemirat, 2000).

Menurut Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990, bakteri coliform yang memenuhi syarat untuk air bersih bukan perpipaan adalah < 50 MPN.

2.7. Cara Pemeriksaan Kualitas Air

Didalam pemeriksaan air dikenal dua cara yaitu (Depkes RI, 1991) : a. pemeriksaan air di lapangan

b. pemeriksaan air di laboratorium

(43)

untuk parameter suhu, bau, rasa, warna, sedangkan yang lainnya dilaksanakan di ‐ Kualitas fisik (Bau, suhu,

rasa, kekeruhan)

‐ Kualitas Kimiawi (pH, Fe, Mn, Cd, NO2)

Kualitas Bakteriologis ( total coli ) ‐ Memiliki lantai kedap air ‐ Jarak dengan sumber

pencemar

‐ Memilki tutup sumur ‐ Memiliki bibir ‐ Memiliki SPAL

Memenuhi syarat

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif, yaitu untuk mendapatkan gambaran mengenai kualitas fisik (suhu, bau dan rasa, kekeruhan), kimiawi terbatas (pH, Mn, Cd, Fe, NO2), dan bakteriologis (total coli), serta keadaan konstruksi

dari sumur gali yang digunakan masyarakat di Desa Patumbak Kampung, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian serta observasi sumur gali dilakukan di Desa Patumbak Kampung, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang. Alasan pemilihan lokasi ini karena:

1. Berdasarkan data dari desa tersebut diketahui bahwa sanitasi dasar di desa tersebut khususnya peneyediaan air bersih kurang diperhatikan kualitasnya.

2. Sebagian besar masyarakat desa tersebut masih menggunakan air sumur gali. 3. Selain itu berdasarkan data puskesmas yang diperoleh, diketahui bahwa penyakit

yang disebabkan oleh air, seperti penyakit kulit dan diare termasuk 10 penyakit terbesar di desa tersebut.

(45)

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2010, termasuk pengumpulan data-data pendukung.

3.3. Objek Penelitian

Populasi dan objek penelitian adalah semua sumur gali yang ada di Desa Patumbak Kampung, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang sebanyak 210 sumur gali.

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara random sampling, populasi yang berjumlah 210 sumur untuk desa Kampung Lama, diambil secara acak agar setiap populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Untuk menentukan besar sampel digunakan rumus (Soekidjo, 2005).

)

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

(46)

Dengan menggunakan rumus tersebut maka jumlah sampel sumur yang akan diteliti untuk pemeriksaan kualitas konstruksinya adalah sebanyak 65 sumur. Untuk melihat gambaran kualitas air sumur berupa kualitas fisik, bakteriologis, serta kimia terbatasnya maka dilakukan pemeriksaan terhadap air sumur gali. Jumlah sampel untuk pemeriksaan kualitas fisik, bakteriologis, serta kimia terbatas dari air sumur gali adalah sebanyak 15 sampel, hal ini dilakukan karena beberapa sampel sumur gali relative homogen.

Untuk mewakili sampel, maka kelimabelas sampel air sumur gali diambil dari 65 sampel sumur gali yang telah diperiksa konstruksinya dengan ketentuan/kriteria yang ditetapkan. Masing-masing sampel yang dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut: - 5 sampel air diambil dari sumur yang berkonstruksi tidak baik

- 5 sampel air diambil dari sumur yang dekat dengan sumber pencemaran - 5 sampel air diambil dari sumur yang berkonstruksi baik

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 3.4.1. Data Primer

(47)

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari referensi penulis berupa buku-buku pendukung, data puskesmas, serta data dari Desa Patumbak Kampung, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang.

3.5. Definisi Operasional

a. Sumur gali adalah salah satu sarana penyediaan air bersih dengan cara menggali tanah sampai mendapatkan lapisan air dengan kedalaman tertentu.

b. Kualitas fisik air adalah keadaan mutu air yang memenuhi persyaratan kualitas air meliputi suhu, warna, rasa, dan kekeruhan air berdasarkan Permenkes RI No. 416 Tahun 1990.

c. Bau air adalah bau dari air sumur gali yang diperiksa dengan metode organoleptik. d. Rasa air adalah rasa air sumur gali yang diperiksa dengan metode organoleptik.

e. Suhu air adalah temperatur atau kondisi air sumur gali yang diperiksa dengan menggunakan alat ukur thermometer.

f. Kekeruhan air adalah tingkat kekeruhan air sumur gali yang diperiksa dilaboratorium dengan alat turbidimeter, bila kekeruhan < 25 NTU maka dinyatakan memenuhi syarat.

g. Kualitas bakteriologis air adalah keadaan mutu air yang memenuhi persyaratan kualitas bakteriologis (total coliform) air bersih berdasarkan Permenkes RI No. 416 Tahun 1990.

(48)

dengan menggunakan pH meter, hasilnya dibandingkan dengan Permenkes No. 416 Tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih.

i. Mangan (Mn) adalah logam pada air yang sifatnya mirip dengan besi (Fe), berwarna putih abu-abu serta sangat mudah teroksidasi dalam air.

j. Nitrit (NO2) adalah salah satu dari senyawa toksik pada air yang pada umumnya

dijumpai di daerah pertanian atau perkebuanan.

k. Cadmium (Cd) adalah logam beracun pada air sumur gali yang sering ditemukan di daerah-daerah industri yang didalam prosesnya menggunakan Cd, kadar maksimum Cd menurut Permenkes RI No. 416 Tahun 1990 adalah 0,0005 mg/l.

l. Besi (Fe) adalah logam pada air sumur gali yang berasal dari bijih besi alam yang mudah larut dalam air serta bersifat korosif.

m. Memenuhi syarat kesehatan adalah kondisi air sumur gali yang sesuai dengan Permenkes RI No. 416 Tahun 1990 tentang persyaratan air bersih meliputi kualitas fisik, bakteriologis dan kimia.

n. Organoleptik adalah suatu metode mengukur objek dengan menggunakan panca indera. Karena hal ini bersifat subjektif, maka objek akan diukur oleh 10 orang untuk mewakili hasil yang diukur.

o. Keadaan sarana fisik (konstruksi) sumur gali adalah gambaran dari bangunan sumur gali di Desa Patumbak Kampung, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang, yang disesuaikan dengan syarat fisik (konstruksi) sumur gali yang telah ditetapkan. p. Syarat fisik (konstruksi) bangunan sumur gali adalah ketentuan yang harus dipenuhi

(49)

1) Memiliki dinding (cincin) dari bahan kedap air dengan kedalaman minimal 3 meter dari permukaan tanah.

2) Memiliki bibir sumur setinggi minimal 0,8 meter dari permukaan tanah.

3) Memiliki lantai dari bahan kedap air dengan lebar minimal 1 meter dari tepi bibir. 4) Memiliki tutup sumur yang rapat.

5) Minimal berjarak 10 meter dari setiap kakus/lubang tempat sampah/pembuangan air limbah.

6) Memiliki saluran pembuangan air limbah dari bahan kedap air sepanjang minimal 10 meter.

3.6. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran merupakan kualitas air sumur yang meliputi kualitas fisik air (rasa, bau, suhu, kekeruhan), kualitas kimiawi air (pH, Fe, Mn, Cd, NO2), kualitas

bakteriologis (bakteri coliform) serta keadaan fisik (konstruksi) dari sumur gali masyarakat di Desa Patumbak Kampung, Kecamatan Patumbak, Kab. Deli Serdang. a. Bau diukur secara organoleptik, bila berbau dinyatakan tidak memenuhi syarat. b. Rasa diukur secara organoleptik, bila berasa dinyatakan tidak memenuhi syarat.

c. Kekeruhan diukur dengan menggunakan turbidimeter, memenuhi syarat bila kekeruhan < 25 NTU.

d. pH diukur dengan pH-meter, memenuhi syarat bila pH nya 6,5-9.

e. Untuk logam-logam seperti Fe, Mn, Cd dan NO2, kadarnya diperiksa di laboratorium

(50)

f. Bakteri coliform diukur dengan pemeriksaan laboratorium, memenuhi syarat bila total coliform < 50 MPN dan tidak memenuhi syarat bila > 50 MPN.

g. Keadaan fisik (konstruksi) bangunan sumur dinilai berdasarkan lembar observasi langsung ke lapangan yang menggambarkan keadaan fisik dari sumur. Keadaan fisik sumur akan dinilai berdasarkan syarat-syarat (parameter) fisik sumur yang telah ditetapkan, apabila salah satu dari syarat (paremeter) yang telah ditetapkan tidak dipenuhi maka konstruksi sumur dinyatakan tidak memenuhi syarat (kurang saniter). 3.7. Pengolahan dan Analisa Data

3.7.1. Pengolahan Data

Data hasil pemeriksaan kualitas air di laboratorium diolah secara manual disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Hasilnya dibandingkan dengan Permenkes RI No.416 Tahun 1990 tentang persyaratn kualitas air bersih. Sedangkan data observasi keadaan fisik sumur gali yang telah terkumpul diolah secara manual berupa tabulasi langsung dan hasil akhir dari pengolahan data merupakan persentase yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.7.2. Analisa Data

Data yang diperoleh kemudian dinilai kualitas fisik yaitu: suhu, bau, dan rasa dengan pengamatan, sementara kekeruhan, pH, Fe, Cd, NO2, Mn dan bakteri coli melalui

(51)

3.8. Teknik Pengambilan Sampel Air

Sampel air sumur gali yang akan diperiksa kualitasnya diambil dengan cara menimba langsung air dari sumur masyarakat, lalu air dimasukkan kedalam wadah yang telah disediakan dan streil. Selanjutnya sampel dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. 3.9. Teknik Pemeriksaan Sampel

3.9.1. Pemeriksaan Di Lapangan a. Pemeriksaan suhu/temperature

- Alat :

a. Termometer b. Erlenmeyer - Cara kerja :

a. Sampel air tuang kedalam Erlenmeyer. b. Masukkan termometer dan tunggu 2 -5 menit.

c. Lalu dibaca temperaturnya (temperature tetap dalam air waktu pembacaan). d. Pemeriksaan suhu udara dilokasi dengan cara menempatkan termometer

sedemikian rupa sehingga tidak kontak langsung dengan cahaya matahari. b.Pemeriksaan Bau dan Rasa

(52)

3.9.2. Di Laboratorium a. Pemeriksaan Kekeruhan

- Bahan :

a. Larutan standard formazin 40,0 NTU b. Aqudest

- Prosedur: a. Kalibrasi alat :

1) Set range pada posisi 0-200 NTU.

2) Kemudian masukkan larutan standard formazin 40,0 NTU ke dalam kuvet, setelah itu masukkan ke lubang TUBE dan ditutup dengan CAP.

3) Tekan tombol tes dan baca hasilnya.

4) Jika tidak menunjukkan angka 40,0 NTU, putar tombol CAL sampai angka menunjukkan 40,0 NTU.

b. Pengukuran sampel :

1) Sampel dimasukkan kedalam kuvet kira-kira 20 ml.

2) Kemudian dimasukkan ke dalam lubang TUBE, setelah itu ditutup dengan CAP. 3) Tekan tombol TEST selama 5 – 10 menit samapi pembacaan stabil dan catat

hasilnya.

b. Pemeriksaan Secara Bakteriologis

Untuk menentukan adanya coliform dan jumlah coliform didalam air dipakai sistem Multiple Tukes. Sistem ini dilengkapi dengan daftar MPN (Most Probable Number). Pemeriksaan MPN dilakukan terhadap bahan pemeriksaan yang telah disiapkan

(53)

- Alat :

a. Autoclave

b. Incubator 370C dan 440C c. Timbangan

d. Labu Erlenmeyer e. Rak tabung reaksi f. Petri Disk

g. Pipa steril: 1cc dab 10cc h. Kawat ose

i. Tabung durham - Bahan :

a. Gram Buffer phosphate pH 7,2 b. Lactosa Broth

(54)

1. Test Perkiraan (Presumtive test)

Media yang biasa digunakan adalah lactose broth. - Cara pemeriksaan:

Siapkan 7 tabung reaksi yang masing-masing media lactose broth yang berisi tabung durham. Air ditanam 5 tabung masing-masing 10ml: 1 tabung = 1 ml; 1 tabung = 0,1ml, dan dituliskan standart portion; 5 x 10ml;1 x 1ml,1 x 0,1ml.

Tabung-tabung ini dieramkan 2 x 24 jam 370C. Tabung positif adalah tabung yang terjadi peragian dan terdapat gas pada tabung durham, dan dilanjutkan dengan test penegasan.

2. Test Penegasan (Confirmation test)

Media yang dipergunakan Brilian Green Lactosa bile Broth (BGLB 2%), test ini untuk menegaskan hasil positif dari hasil perkiraan.

- Cara Pemeriksaan :

a) Dari tiap-tiap tabung test perkiraan yang positif , dipindahkan 1-2 ose kedalam tabung konfirmative yang berisi 10 ml BGLB 2% dari masing-masing tabung Presumtive di inokulasikan ke dalam 2 tabung BGLB 2%.

b) Satu seri tabung BGLB 2% diinokulasikan pada suhu 370C selama 24-48 jam , untuk memastikan adanya coliform. Pada satu seri yang lain diinokulasikan pada suhu 440C selama 24 jam untuk memastikan adanya koli tinja.

c) Pembacaan dilakukan setelah 24 - 48 jam dengan melihat jumlah tabung BGLB 2% yang menunjukkan positif gas.

(55)

ataupun pada seri tabung yang di inkubasi 440C angka yang diperoleh dicocokkan dengan tabel MPN, maka akan diperoleh indeks MPN coliform untuk tabung yang diinkubasikan pada suhu 370C dan indeks MPN koli tinja untuk tabung yang diinkubasikan pada suhu 440C.

c. Pemeriksaan pH - Alat :

a. pH- meter - Bahan :

b. Larutan buffer pH 4 c. Larutan buffer pH 7 d. Larutan buffer pH 10 - Prosedur :

a. Kalibrasi pH-meter

1) Untuk peralatan ini sediakan 3 jenis larutan buffer yaitu : larutan buffer pH 4, pH 7 dan pH 10.

2) Dihubungkan elektroda dengan meter, dan dihidupkan meter dengan menekan/menggeser switch pada posisi “ON”.

3) Dicelupkan elektroda ke dalam larutan buffer pH 4 dan baca skala/angka yang ditunjukkan oleh meter (biasaya larutan perlu diaduk selama pengukuran secara perlahan-lahan).

(56)

5) Ulangi kalibrasi dngan menggunakan larutan buffer pH 7 dan pH 10. b. Pengukuran pH sampel

1) Dicelupkan elektroda pH-meter ke dalam larutan yang akan dianalisa. 2) Dibaca petunjuk angka pada pH-meter.

d. Pemeriksaan Kadar Logam ( Fe, Mn, NO2, Cd )

- Alat :

a. Inductively couple plasama ( ICP ) b. Pemanas listrik

c. Pipet volume 3, 5, 10, 25 Ml d. Labu ukur 100 ML, 500 ML e. Corong

f. Erlenmeyer 250 mL - Bahan :

a. Larutan standart logam 1000 mg/L b. Air suling

c. Asam nirat, HNO3 pekat

d. Kertas saring e. Gas Argon - Persiapan Sampel :

a. Pengujian Logam Terlarut

(57)

b. Pengujian Logam Total

1) Masukkan 50 mL sampel ke dalam Erlenmeyer 250 mL.

2) Tambahkan 5 mL HNO3 pekat dan panaskan perlahan-lahan sampai sisa

volumenya 15-20 mL.

3) Tambahkan lagi 5 mL HNO3 pekat, tutup erlenmeyer dengan kaca arloji dan

panaskan lagi.

4) Lanjutkan penambahan asam dan pemanasan sampai semua logm larut, yang terlihat warna endapan dalam sampel menjadi agak putih atau sampe menjadi jernih.

5) Tambahkan lagi 2 mL HNO3 pekat dan panaskan kira-kira 10 menit.

6) Bilas kaca arloji dan masukkan air bilasannya ke dalam erlenmeyer. 7) Sampel siap untuk diuji.

- Prosedur Analisa :

a. Atur alat ICP dan optimalkan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat untuk pengujian kadar besi.

b. Isapkan larutan baku dan larutan sampel satu per satu ke dalam alat ICP melalui pipa injeksi alat.

c. Catat konsentrasi masing-masing sampel yang terbaca di layar komputer. - Pengoperasian Inductively Couple Plasma (ICP) :

a. Alirkan gas argon, tunggu sekitar 3 menit untuk memastikan aliran sudah stabil. b. Hidupkan komputer, pilih program ICP Expert.

(58)

d. Lakukan kalibrasi panjang gelombang.

e. Setelah kalibrasi panjang gelombang komplit, pilih parameter yang akan diperiksa dan jumlah sampel serta standard melalui menu yang ada di komputer.

f. Hidupkan plasma, tunggu sekitar 3 menit untuk memastikan plasma sudah stabil. g. Tekan START ANALYSIS.

h. Celupkan selang ICP ke dalam masing-masing larutan sampel sesuai perintah yang muncul di layar komputer.

i. Konsentrasi sampel akan terbaca di layar komputer.

(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Keadaan Geografi

Desa Patumbak Kampung merupakan salah sau desa yang terletak di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara dengan luas daerah 40 Ha. Adapun batas Desa Patumbak Kampung di tinjau dari letaknya adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Desa Mariendal II

 Sebelah Selatan : Desa Sigara-gara

 Sebelah Barat : Desa Marindal I

 Sebelah Timur : Kecamatan Tanjung Morawa

Keadaan daerahnya terdiri dari daerah dataran rendah dimana ketinggian dari permukaan laut rata-rata adalah 28 meter, dengan kedalaman air tanahnya sebahagian besar kurang dari 7 meter.

4.1.2. Gambaran Kependudukan

Desa Patumbak Kampung adalah suatu desa yang berada di Kecamatan Patumbak yang mempunyai 6 dusun. Berdasarkan profil desa tahun 2009, diperkirakan jumlah penduduk 3.199 jiwa dan jumlah Kepala Keluarga (KK) 914 KK dan jumlah rumah di desa tersebut sebanyak 920 rumah, dengan perincian laki-laki sebanyak 1.915 jiwa dan perempuan sebanyak 1.284 jiwa.

(60)

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Patumbak Kampung Tahun 2010

No Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Tidak Tamat SD 1903 59,5

Sumber Data : Kantor Kepala Desa Patumbak Kampung, 2009

Dari tabel 4.1. diatas terlihat bahwa masyarakat di Desa Patumbak Kampung tingkat pendidikannya masih banyak yang belum sekolah dan tidak tamat SD (59,5%) sedangkan untuk pendidikan tinggi sebanyak 46 orang (1,4%).

Sedangkan untuk pekerjaan penduduk adalah seperti yang tertera pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Penduduk di Desa Patumbak Kampung Tahun 2010

No Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Pegawai Negeri Sipil 108 3,38

2 Pegawai Swasta 142 4,43

3 Pedagang 663 20,71

4 TNI/POLRI 23 0,73

5 Mocok-Mocok 89 2,79

6 Petani 1464 45,78

7 Penerima Pensiun 48 1,50

8 Lain-Lain 662 20,68

Jumlah 3199 100

Sumber Data : Kantor Kepala Desa Patumbak Kampung, 2009

Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa mata pencaharian penduduk di Desa Patumbak Kampung kebanyakan adalah bertani sebesar 1464 orang (62,78%).

(61)

- Pemukiman :11 Ha - Pabrik : 4 Ha - Kilang batu bata : 1 Ha - Rumah Sekolah : 1,5 Ha - Rumah Ibadah : 1 Ha 4.1.3. Keadaan Kesehatan

a. Fasilitas dan Tenaga Kesehatan

Di desa Patumbak Kampung terdapat satu unit Puskesmas yang dikelola oleh 4 orang dokter umum, 1 orang dokter gigi, 15 orang perawat, 3 bidan, serta ditambah 2 orang sanitarian (profil puskesmas 2009).

b. Keadaan Penyakit Terbesar di Puskesmas

Dari tabel berikut ini dapat dilihat penyakit terbesar yang diderita penduduk selamat setahun terakhir

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Sepuluh Penyakit Terbesar di Puskesmas Patumbak Tahun 2009

No Penyakit Jumlah Penderita

1 Diare 810

2 Penyakit Kulit 416

3 Penyakit Saluran Pencernaan 289

4 TBC 125

5 Influensa 97

6 Sakit Gigi 76

7 Demam 47

8 Cacingan 43

9 Tukak Lambung 35

10 Kecelakaan 20

(62)

Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat beberapa penyakit seperti Diare, Kulit, Penyakit Saluran Pencernaan merupakan tiga penyakit terbesar di Patumbak. Ketiga penyakit ini sering disebabkan oleh air.

4.1.4. Sarana Air Bersih Penduduk

Adapun sarana air bersih penduduk di Desa Patumbak Kampung yang sering digunakan oleh masyarakat adalah sumur gali dan dari sarana air permukaan yaitu sungai. Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Jumlah dan Sarana Air Bersih serta Persentase

Masyarakat yang Dilayaninya di Desa Patumbak Kampung Tahun 2010 No Jenis Sarana Jumlah Pemakai (KK) Persentase%

1 Sumur Gali 214 23,69

2 Sungai 150 16,2

3 Tidak Tentu 550 60,1

Jumlah 914 100

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa bahwa masyarakat Desa Patumbak Kampung banyak menggunakan sarana sumur gali sebagai sumber air bersih dan 60 % yang tidak tentu sumber airnya berasal dari mana.

4.2. Hasil Survei dan Observasi Terhadap Konstruksi Sumur Gali 4.2.1. Gambaran Konstruksi Sumur Gali

Berdasarkan hasil pengumpulan data dilapangan, maka penulis dapat menjabarkan hasil dari observasi terhadap masing-masing konstruksi sumur gali yang diambil sebagai sampel dari Desa Patumbak Kampung sebanyak 65 buah sumur gali sebagai berikut :

4.2.1.1. Keadaan Lantai Sumur Gali

Gambar

Gambar 2.1. Sumur Gali Tampa Pompa Tangan
Gambar.2.2. Sumur Gali Dengan Pompa Tangan
Tabel 4.1.
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Sepuluh Penyakit Terbesar di Puskesmas Patumbak Tahun 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Jarak Sumur Gali Dengan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terhadap Kandungan Nitrat (NO3 - ) Pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Namo Bintang Tahun 2012. Uji

Ninny Siregar : Pengaruh pengolahan limbah cair secara kolam terhadap sifat fisik dan kimiawi dari air sumur gali di..., 2002 USU e-Repository © 2008... Ninny Siregar :

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (80%) sampel air sumur gali memenuhi syarat parameter fisik berdasarkan suhu, secara keseluruhan (100%) air sumur

Dari hasil pengamatan yang dilakukan, peneliti mengasumsikan bahwa keberadaaan bakteri coliform dalam air sumur gali yang terdapat di Desa Tateli Weru Kecamatan

Air sumur gali masyarakat di Dusun II Desa Sei Tuan, memiliki kandungan bakteri Coliform yang tinggi hal ini disebabkan karena jarak sumber pencemaran air

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas bakteriologis air sumur gali pada kawasan permukiman dengan tingkat kepadatan tinggi, yaitu Dusun

Hubungan Jarak Sumur Sumur Gali Dengan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terhadap Kandungan Fosfat (PO 4 -3 ) Pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Namo Bintang Tahun 2012 ...

Distribusi Frekuensi Faktor Yang Mendorong Tindakan Responden Menggunakan Fasilitas Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat Dusun VI Desa Patumbak Kampung Kabupaten Deli