COCONUT OIL (RBD.CNO) DAN
VIRGIN COCONUT OIL
( VCO )
KARYA ILMIAH
PRIMA PRIHATINANI LUCKY
052401056
PROGRAM DIPLOMA – 3 KIMIA ANALIS
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
COCONUT OIL (RBD.CNO) DAN
VIRGIN COCONUT OIL
( VCO )
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya
PRIMA PRIHATINANI LUCKY
052401056
PROGRAM DIPLOMA – 3 KIMIA ANALIS
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : STUDI ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU
REFINED BLEACHING DEODORIZED COCONUT OIL (RBD.CNO) DAN VIRGIN COCONUT OIL ( VCO ) Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : PRIMA PRIHATINANI LUCKY
Nomor Induk : 052401056
Program Studi : D3 KIMIA ANALIS Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Disetujui di Medan, Desember 2008
Komisi Pembimbing :
Diketahui/Disetujui oleh
Ketua Departemen Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing
ABSTRAK
RBD.CNO biasa digunakan sebagai minyak goreng, juga dibutuhkan sebagai bahan baku industri, misalnya minyak rambut, minyak gosok dan obat – obatan.. Sedangkan VCO selaian sebagai minyak goreng dapat juga dikonsumsi untuk menaklukan berbagai penyakit yang berasal dari virus. Studi analisis beberapa parameter mutu RBD.CNO dan Virgin Cococnut Oil yang hasil analisisnya telah dibandingkan dengan standar mutunya.
ABSTRACT
Usually, RBD.CNO is used as frying oil. Also need as basic materials of industry, example : hair oil and medicine. Although VCO used as frying oil can also used to destroyed various of illuens that get from viruses. Study of analysis some quality parameter RBD.CNO and Virgin Coconut Oil. That the result of analysis is has ratio with it,s quality standart.
DAFTAR ISI
2.4. Pembuatan Minyak Kelapa 7
2.4.1. Virgin Coconut Oil (VCO) 7
2.4.2. RBD.CNO 8
2.5. Analisa Parameter 10
2.5.1. Asam Lemak Bebas 10
2.5.2. Bilangan Iodin 11
2.5.3. Kadar Air dan Zat Pengotor 11
2.5.4. Warna 12
2.6. Kegunaan Minyak Kelapa 13
2.7. Standar Mutu 13
BAB III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat – alat 15
3.2. Bahan – bahan 16
3.3. Persiapan Sampel 17
3.4. Prosedur Pembuatan Larutan Pereaksi 17
3.4.1. Pembuatan dan Standarisasi Na2S2O3 17
3.4.2. Pembuatan dan Standarisasi KOH 18
3.4.3. Pembuatan Alkohol Netral 18
3.4.4. Pembuatan KI 15 % 18
3.5. Prosedur Analisis 18
3.5.1. Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) 18
3.5.2. Analisis Kadar Air (Moisture) 19
3.5.3. Analisis Kadar Pengotor (Impurities) 19
3.5.4. Analisis Bilangan Iodin (Iodine Value) 20
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel I. Spesifikasi Mutu RBD.CNO dan VCO Menurut PORAM 13 Tabel III. Data Hasil Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
pada RBD,CNO dan VCO 20
Tabel IV. Data Hasil Analisis Kadar air (Moisture) pada RBD.CNO
dan VCO 20
Tabel V. Data Hasil Analisis Kadar Pengotor (Impurities) pada
RBD.CNO dan VCO 21
Tabel VI. Data Hasil Analisis Bilangan Iodine (I.V) pada RBD.CNO
dan VCO 21
ABSTRAK
RBD.CNO biasa digunakan sebagai minyak goreng, juga dibutuhkan sebagai bahan baku industri, misalnya minyak rambut, minyak gosok dan obat – obatan.. Sedangkan VCO selaian sebagai minyak goreng dapat juga dikonsumsi untuk menaklukan berbagai penyakit yang berasal dari virus. Studi analisis beberapa parameter mutu RBD.CNO dan Virgin Cococnut Oil yang hasil analisisnya telah dibandingkan dengan standar mutunya.
ABSTRACT
Usually, RBD.CNO is used as frying oil. Also need as basic materials of industry, example : hair oil and medicine. Although VCO used as frying oil can also used to destroyed various of illuens that get from viruses. Study of analysis some quality parameter RBD.CNO and Virgin Coconut Oil. That the result of analysis is has ratio with it,s quality standart.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Virgin coconut oil (VCO) merupakan minyak yang berasal dari pengolahan
daging buah kelapa segar, yang mana pengolahannya tersebut tidak menggunakan
pemanasan yang terlalu tinggi dan juga tidak menggunakan bahan kimia tambahan.
Selain itu, pengolahannya tidak melalui tahap pemurnian, pemucatan, serta tanpa
penghilangan aroma. Dalam pemanfaatannya VCO ini digunakan sebagai obat – obatan
yang dapat dikonsumsi secara langsung untuk membunuh kuman, virus maupun parasit
yang terdapat dalam tubuh.
RBD.CNO merupakan minyak yang berasal dari kopra yaitu daging buah kelapa
yang dikeringkan dengan pemanasan secara langsung dengan sinar matahari atau dapat
juga dengan panas buatan dengan suhu yang tinggi sekitar 200o
Dilakukan analisis terhadap beberapa parameter mutu RBD.CNO dan VCO,
kemudian hasil yang diperoleh dibandingkan dengan standar mutunya dan ternyata hasil C. Pengolahan minyak
kelapa ini melalui tahap pengepresan kopra, kemudian tahap pemurnian, pemucatan,
serta tahap penghilangan aroma yang kesemuanya menggunakan bahan kimia
tambahan. Dalam pemanfaatannya RBD.CNO digunakan sebagai minyak goreng juga
sebagai bahan dasar industri misalnya pembuatan minyak rambut, obat – obatan dll.
Kedua minyak kelapa ini memiliki banyak kelebihan, yang mana 50% asam
lemak yang terdapat dalam kedua minyak kelapa tersebut merupakan asam laurat dan
7% asam kapriat. Kedua asam tersebut merupakan asam lemak jenuh rantai sedang yang
mudah dimetabolisir oleh tubuh dan bersifat antimikroba (antivirus, antibakteri, dan anti
analisis kedua minyak kelapa tersebut masih memenuhi atau masih dalam range
spesifikasi standar mutu. Maka dalam hal ini penulis memilih judul “ STUDI
ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU REFINED BLEACHING
DEODORIZED COCONUT OIL (RBD.CNO) DAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO).
1.2. Permasalahan
Virgin Coconut Oil (VCO) dan RBD.CNO merupakan salah satu produk hasil
pengolahan kelapa. Dilakukan analisis mutu terhadap beberapa parameter mutu
RBD.CNO dan VCO yaitu analsis kadar asam lemak bebas, analisis kadar air & zat
pengotor, analisis bilangan iodin dan analisis warna. Hasil yang diperoleh dibandingkan
dengan standar mutu apakah hasilnya masih dalam range spesifikasi standar mutu atau
tidak.
1.3.Tujuan
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan :
Untuk mengetahui hasil analisis beberapa parameter mutu RBD.CNO dan virgin
coconut oil apakah sesuai dengan standar mutu atau tidak.
1.4.Manfaat
Dengan dilakukannya analisis mutu RBD.CNO dan virgin coconut oil dengan
menggunakan beberapa parameter, maka dapat diketahui hasil analisa sesuai dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Kelapa
Kelapa (cocos nucifera) merupakan tanaman penting bagi negara – negara Asia –
Pasifik. Pohon kelapa memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, mulai dari
buah, daun, batang, sampai akarnya. Tanaman ini mempunyai tinggi batang bisa
mencapai 30 m dengan garis tengah 20 – 30 cm. Daun kelapa bertulang sejajar memiliki
pelepah daun dengan anak daun pada sisi kiri dan kanannya. Tajuk daun terdiri dari 20 –
30 buah, pada pohon yang sudah dewasa panjangnya kurang lebih 5 – 8 m. Akar
tanamana kelapa dapat tumbuh hingga 10 m di dalam tanah yang berfungsi untuk
mendukung fungsi utamanya dalam penyerapan nutrisi untuk tumbuh dan untuk organ
pernafasan.
Tanaman kelapa yang menghasilkan kelapa segar yang sebagian dikonsumsi
dalam bentuk buah segar, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri dan
sisanya dibuat kopra. Kegunaan kelapa selain untuk minyak, dapat dipergunakan
sebagai bahan pembuat sabun, lilin ataupun untuk bahan ramuan obat – obatan.
2.2. Buah kelapa
Buah kelapa berbentuk bulat panjang dengan ukuran kurang lebih sebesar kepala
manusia. Buah terdiri dari sabut, tempurung, daging buah dan air buah. Tebal sabut
kelapa kurang lebih 5 cm dan tebal daging buah 1 cm atau lebih.
Daging buah kelapa yang sudah masak dapat dijadikan kopra dan bahan makanan,
daging buah merupakan sumber protein yang penting dan mudah dicerna. Daging buah
kelapa dapat diolah menjadi santan. Santan kelapa ini dapat dijadikan bahan pengganti
2.3. Minyak Kelapa Murni (VCO) dan RBD.CNO
Produk kelapa yang paling berharga adalah minyak kelapa. Minyak kelapa dapat
diperoleh dari daging buah kelapa segar yaitu virgin coconut oil (VCO) dan minyak
kelapa yang diperoleh dari kopra yaitu RBD.CNO. Proses pembuatan minyak kelapa
yang berasal dari daging buah kelapa segar dikenal dengan proses basah (wet process).
Sedangkan pembuatan minyak kelapa yang berasal dari kopra dikenal dengan proses
kering (dry process). (Suhardiyono,L. 1995).
Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemak digolongkan ke dalam
minyak asam laurat, karena kandungan asam laurtanya paling besar dibandingkan
dengan asam lemak lainnya. Berdasarkan tingkat kejenuhannya yang dinyatakan dengan
bilangan iodin (iodine value), maka minyak kelapa dapat dimasukkan ke dalam
golongan non drying oils, karena bilangan iod minyak tersebut antara 7,5 – 10,5.
(Ketaren,S. 1986).
Virgin Coconut Oil merupakan minyak yang berasal dari pengolahan buah
kelapa segar yang diolah pada suhu yang tidak terlalu tinggi. Selain itu tanpa proses
pemutihan dan hidrogenasi sehingga menghasilkan minyak murni. Proses tersebut
membuat minyak ini dikenal dengan sebutan minyak kelapa murni (virgin coconut oil)
atau ada yang menamainya dengan sebutan minyak dara. Virgin coconut oil mempunyai
sifat tahan terhadap panas, cahaya, oksigen, dan proses degradasi. Sifat itu membuat
VCO dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. (Zainal Ghani. 2006).
Minyak kelapa murni tidak mengandung kolesterol, namun kaya akan senyawa
asam laurat. Berbeda dengan minyak goreng biasa, pengolahan secara fermentasi
membuat kandungan vitamin E, asam laurat, serta enzim lain pada buah kelapa tetap
utuh meski telah diolah menjadi minyak. Sifat asam lemak ini mirip dengan asam lemak
membunuh virus. Minyak kelapa murni memiliki warna bening seperti air, hal ini
disebabkan ketika proses fermentasi/pemanasan, dilakukan juga proses penyaringan dan
penjernihan dengan menggunakan zeolit. Zat ini akan menyerap kotoran dan membuat
warna minyak bening.
Minyak kelapa komersial (RBD) dibuat dari kopra. Kopra merupakan daging
buah kelapa yang dikeringkan. Kopra dibuat dengan pemanasan matahari maupun
pembakaran dengan suhu tinggi mencapai 200o
4. Angka Penyabunan (mgr KOH/gram sampel) 225 – 226 C. Hasil ekstraksi dari kopra merupakan
minyak mentah. Jika belum dimurnikan, hasil ekstraknya tidak layak dikonsumsi. Hal
ini disebabkan oleh pengeringan kopra tidak memperhatikan sanitasi. Kebanyakan
kopra dikeringkan dibawah sinar matahari pada udara terbuka serta terkontaminasi
serangga dan pengotor. Produk akhir standar yang terbuat dari kopra adalah minyak
kelapa RBD yang diperoleh dengan pemurnian, pemutihan, dan penghilangan aroma.
Ketiga metode tersebut menggunakan bahan kimia (pelarut ekstraksi, katalisator) dan
pemanasan tinggi. Proses tersebut mengakibatkan sebagian kecil kandungan minyak
hilang.
Minyak kelapa komersial juga sering terjadi hidrogenasi. Minyak terhidrogenasi
mengandung lemak trans dan dapat meningkatkan serum kolesterol yang terkontribusi
pada penyakit jantung. Sementara minyak kelapa murni tidak mengalami proses
pemurnian dan tidak mengandung lemak trans. (Sutarmi,S. 2006).
Mutu minyak kelapa mentah ditetapkan dalam Standar Industri Indinesia dengan
persyaratan mutu sebagai berikut :
1. Kadar air maksimum 0,5 %
2. Kotoran maksimum 0,5 %
5. Angka Peroksida (mgr Oksigen/gram sampel) maksimum 5,0
6. Asam Lemak Bebas (dihitung sebagai asam Laurat) maksimum 5 %
7. Warna, bau normal
8. Untuk industri makanan tidak diperkenankan mengandung logam berbahaya dan
arsen. (Suhardiyono,L. 1995).
Perbedaan VCO dan RBD.CNO adalah :
1. Bau harum dan rasanya (taste). Minyak kelapa murni berbau harum dan rasa
kelapanya khas. Sementara minyak kelapa komersial tidak mempunyai sifat
yang khas karena proses pemurnian.
2. Proses pengolahannya. Minyak kelapa murni tanpa adanya pemanasan yang
tinggi, tanpa pemurnian, tanpa pemucatan dan penghilangan bau juga tanpa
menggunakan bahan kimia tambahan. Sementara minyak kelapa komersial
pengolahnnya dengan adanya pemanasan yang tinggi sekitar 200o
Komposisi minyak kelapa murni (VCO)
1. C
C, adanya
proses pemurnian, pemucatan, dan penghilangan bau yang kesemuanya
menggunakan bahan kimia tambahan. (Sutarmi,S. 2006).
12 : 0 = as.laurat 50,3 %
2. C14 : 0 = as.miristat 18,3 %
3. C16 : 0 = as.palmitat 8,4 %
4. C8 : 0 = as.caprilat 7,2 %
5. C10 : 0 = as.caproat 6,5 %
7. C18 : 1 = as.oleat 5,3 %
8. C18 : 0 = as.stearat 3,0 %
2.4. Pembuatan Minyak Kelapa 2.4.1. Virgin Coconut Oil (VCO)
Pada dasarnya cara pembuatan minyak kelapa murni dibedakan menjadi tiga
cara yaitu cara pemanasan 95o C, cara fermentasi dan cara pancingan.
2.4.1.1. Cara Pemanasan 95o
Pengolahan ini dilakukan secara tradisonal yaitu pemanasan krim santan serta
pemanasan minyak. Bahan bakunya adalah daging buah kelapa segar yang sudah tua.
Proses pembuatannya yaitu santan yang telah diperoleh didiamkan selama 2 – 3 jam
sampai krim santan memisah dengan skimnya yaitu air. Skim santan bisa dibuang dan
krim santan dipanaskan hingga terlihat adanya pemisahan antara blondo dengan
minyak. Agar hasil minyak lebih bagus, minyak disaring untuk memisahkannya dengan
bl
C
2.4.1.2. Cara Fermentasi
Proses pengolahan ini dilakukan dengan penambahan enzim secara langsung
atau mikroba penghasil enzim. Proses pembuatannya sama dengan proses pemanasan
hanya saja pada cara fermentasi krim santan yang telah dipisahkan dengan skim
difermentasi selama dua hari dengan penambahan mikrona penghasil enzim. Dapat pula
dengan penambahan ragi atau larutan cuka nira secukupnya.
Proses fermentasi dikatakan berhasil jika dari campuran tersebut terbentuk tiga
lapisan, yaitu lapisan atas berupa minyak murni, lapisan tengah berupa blondo dan
lapisan bawah berupa air. Selanjutnya minyak kelapa murni dipisahkan secara hati –
hati, kemudian minyak kelapa tersebut dipanaskan pada suhu 60o
Proses pembuatannya dengan cara krim santan dicampur dengan minyak
pancingan (minyak kelapa murni hasil fermentasi) dengan perbandingan tertentu. Lalu C.
didiamkan 7 – 8 jam sampai menghasilkan tiga lapisan yaitu air (lapisan paling bawah),
blondo (lapisan tengah), dan minyak murni (lapisan paling atas). Kemudian minyak
kelapa murni tersebut dipisahkan secara hati – hati. (Sutarmi,S. 2006).
2.4.2.RBD.CNO
Minyak kelapa komersial (RBD) dibuat dari kopra. Minyak ini diproses dari
perkebunan sampai ke pemurnian minyak membutuhkan waktu berbulan – bulan sejak
dilakukan pemanenan sampai ke proses pembuatan. Hal ini disebabkan minyak kopra
membutuhkan penyulingan (refined), pemutihan (bleaching) dan penghilangan bau
(deodorized). Penyulingan pada minyak kopra, menggunakan asam hydrocloric, pelarut,
dan uap pada suhu tinggi untuk menghilangkan kontaminasi. Proses ini dapat
meninggalkan residu dari pelarut dan bahan kimia yang bersifat karsinogenik.
(Zainal Gani, 2006)
Secara umum, pembuatan minyak kelapa dilakukan dengan mengeringkan buah
kelapa melalui pemanasan yang diminimalkan, lalu dipres secara mekanik. Selanjutnya,
minyak akan keluar saat pengepresan. Pembuatan minyak kelapa dengan cara seperti ini
biasa disebut pembuatan minyak kelapa cara kering.
Kopra merupakan daging kelapa yang dikeringkan. Pengeringannya bisa
dilakukan dengan sinar matahari, asap, atau pembakaran. Selanjutnya, kopra dibungkus
lain kemudian ditumbuk dengan menggunakan penumbuk kayu lalu direbus dalam air
mendidih. Minyak akan terekstrak dan mengapung dipermukaan sehingga dapat
dipisahkan dari air. Minyak kelapa yang diperoleh dengan cara ini memiliki rendemen
yang rendah. Selain itu, biasanya sanitasi pengeringan kopra kurang diperhatikan. Hal
ini membuat minyak yang dihasilkan tidak bisa langsung dikonsumsi. Minyak kelapa
terlebih dahulu harus dimurnikan (refined), lalu diputihkan (bleaching), dan dihilangkan
Minyak hasil penyaringan disebut minyak kasar, yang masih mengandung zat–zat
terlarut dan perlu dilakukan proses pemurnian yaitu untuk menghilangkan zat – zat
warna yang terlarut, sehingga jernih. (Suhardiyono,L. 1995).
Pada tahap pemurnian (Refined) terjadi proses pemanasan yang tinggi. Tujuannya
untuk memisahkan atau menghilangkan komponen minyak yang tidak tersabunkan,
sterol, klorofil, vitamin E, dan karotenoid, walaupun hanya dalam jumlah kecil. Selain
itu, pada tahap pemurnian, karoten yang merupakan antioksidan alami yang kadarnya
akan menurun dan asam lemak tak jenuhnya sebagoan besar terhidrogenasi. Minyak
yang terhidrogenasi mengandung trans fatty acid.
Pemurnian minyak merupakan proses ponghilangan rasa serta bau yang tidak
enak, warna yang tidak menarik, dan untuk memperpanjang masa simpanan. Sementara
tujuan tahap pemutihan (bleaching) adalah untuk menghilangkan warna yang tidak
menarik, sedangkan tahap penghilangan bau (deodorized) untuk menghilangkan bau
yang tidak enak. Oleh karena itu, tahapan ini dapat menambah masa simpan minyak
kelapa sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah dalam industri.
(Sutarmi,S. 2006).
Untuk memperoleh minyak dalam jumlah lebih banyak, dilakukan perlakuan –
perlakuan sebelum kopra dimasukkan kedalam ekspeller, terdiri atas :
1. Pembersihan kopra, terdiri atas pemisahan benda – benda asing, khususnya
bahan dari besi seperti paku. Pembersihan dilakukan dengan magnetic separator.
2. Memperkecil ukuran kopra, menggunakan mesin pemecah dan penggiling.
3. Mengeringkan kopra sampai pada kadar air yang tepat. Menurut Thieme (1968)
kadar air kopra yang tepat untuk proses expeller ini adalah 3 – 5 %. Pengering
pengering masih dalam keadaan panas langsung dibawa kepada expeller. Hal ini
mengakibatkan minyak yang dihasilkan menjadi lebih encer.
Pada proses kering ini terdapat modifikasi bahan mentah yang diproses, yaitu
daging buah kelapa segar. Bedanya dengan proses basah adalah buah kelapa segar tidak
dibuat kopra, melainkan diparut menggunakan mesin selanjutnya daging buah kelapa
parutan ini digoreng selama 30 menit dan dalam keadaan panas dimasukkan kedalam
expeller untuk diperas minyaknya. Hasil yang diperoleh adalah minyak goreng dengan
mutu yang baik dan memenuhi standar mutu minyak yang dipersyaratkan di dalam
Standar industri Indonesia. (Suhardiyono,L. 1995).
2.5. Analisa Parameter 2.5.1. Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas adalah asam lemak seperti olein, linolein, stearin dan
lain-lain, dimana tidak dapat diikat oleh molekul gliserin.
Persen asam lemak bebas menunjukkan kualitas minyak dan lemak. Dalam
pemurnian shortening (penyusutan) atau minyak (yang tidak megandung zat
pengemulsi), tipe asam lemak bebas berkisar 0.05 %. Dengan menggunakan lemak,
asam lemak bebas menunjukkan jumlah hidrolisa. Asam lemak bebas dihasilkan pada
reaksi antara air dan lemak pada temperatur penggorengan. Perkembangan dasar dalam
penggorengan adalah didasarkan pada jumlah air dan makanan pada system
penggorengan dan temperatur dan minyak goreng.
Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan asam lemak bebas karena
adanya sisa makanan yang dibakar dalam lemak. Tingkat asam lemak yang sangat
tinggi (3-4 %) dapat menghasilkan kelebihan asap dan aroma yang tidak memuaskan.
2.5.2. Bilangan Iodin
Bilangan iodin adalah indeks dari bilangan yang memiliki ikatan rangkap dalam
lemak. Secara terminalogi bilangan iodin secara langsung mengukur derajat
ketidakjenuhan dari lemak atau minyak. Bilangan iodin adalah banyaknya gram iodin
yang akan direaksikan dengan 100 gram lemak atau minyak pada kondisi spesifik.
(Lawson,H.W. 1985).
Besarnya jumlah Iod yang diserap menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau
ikatan tidak januh. Penentuan bilangan iod biasanya menggunakan cara hanus,
kaufmann, dan wijs dan perhitungan bilangan iod dari masing – masing cara tersebut
adalah sama. Semua cara ini berdasarkan prinsip titrasi. (Ketaren,S. 1986).
2.5.3. Kadar Air dan Zat Pengotor
Cara Hot Plate dapat digunakan untuk menentukan kadar air dan bahan lain
yang menguap yang terdapat dalam minyak dan lemak. Cara tersebut dapat digunakan
untuk semua jenis minyak dan lemak termasuk emulsi seperti mentega dan margarin,
serta minyak kelapa dengan asam lemak bebas yang tinggi.
Sebelum melakukan pengujian contoh, minyak harus diaduk dengan baik,
karena air cenderung unuk mengendap. Dengan pengadukan maka penyebaran air
dalam contoh akan merata.
Cara oven terbuka (air oven method) digunakan untuk lemak hewani dan nabati,
tetapi tidak dapat digunakan untuk minyak yang mengering (drying oils) atau setengah
mengering (semi drying oils).
Kotoran yang terdapat dalam minyak terdiri dari 3 golongan, yaitu :
1. Kotoran yang tidak larut dalam minyak. Kotoran yang terdiri dari biji atau partikel
jaringan, lendir dan getah. Serat – serat yang berasal dari kulit, abu atau mineral
2. Kotoran yang berbentuk suspensi koloid dalam minyak.
Kotoran ini terdiri dari fosfolipid, karbohidrat, senyawa yang megandung nitrogen
dan senyawa kompleks lainnya. Kotoran ini dapat dihilangkan dengan
menggunakan uap panas, elektrolisa disusul dengan proses mekanik seperti
pengendapan, sentrifugasi, atau penyaringan dengan menggunakan adsorben.
3. Kotoran yang terlarut dalam minyak.
Kotoran yang termasuk dalam golongan ini terdiri dari asam lemak bebas, sterol,
hidrokarbon, mono dan diglisrida yang dihasilkan dari hidrolisa trigliserida, zat
warna lainnya yang dihasilkan dari proses oksidasi dan dekomposisi minyak yang
terdiri dari keton, aldehida, dan resin serta zat lain yang belum dapat diidentifikasi.
(Ketaren,S. 1986).
2.5.4. Warna
Warna minyak atau lemak dapat diketahui dengan membandingkan warna
contoh dengan warna standar yang telah diketahui nilainya yang diukur dengan
spektrofotometer. Yang paling banyak digunakan untuk tujuan ini adalah kalorimeter
Wesson. Dalam alat ini, warna dari minyak dibandingkan dengan gelas lovibond
berwarna. Gelas – gelas berwarna harus terdapat dalam jumlah yang cukup untuk
membandingkan warna – warna minyak yang akan diuji. Gelas berwarna harus
disediakan paling sedikit terdiri dari sederetan warna merah dan kuning sebagai berikut:
Merah 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
0,9 1,0 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 5,0
6,0 7,0 7,6 8,0 9,0 10,0 11,0 12,0
16,0 20,0
Kuning 1,0 2,0 3,0 5,0 11,0 15,0 20,0 35,0
2.6. Kegunaan Minyak Kelapa
Minyak kelapa komersial (RBD) biasanya digunakan sebagai bahan mentah dalam
industri, misalnya pembuatan minyak rambut, minyak gosok dan pembuatan obat-
obatan. Sedangkan manfaat dari minyak kelapa murni (VCO) untuk menyembuhkan
berbagai penyakit dan kehidupan sehat lainnya.
1. Membantu meredakan gejala sakit saluran kemih.
2. Membantu meredakan gejala – gejala dan mengurangi resiko kesehatan yang
dihubungkan dengan diabetes.
3. Mematikan berbagai virus yang menyebabkan influenza, hepatitis C, cacar air,
herpes dan penyakit – penyakit lainnya.
4. Membantu mencegah tekanan darah tinggi, membantu mencegah sakit jantung
dan stroke.
5. Membantu melindungi tubuh dari radikal bebas berbahaya yang meningkatkan
penuaan dini dan penyakit degeneratif.
6. Memperbaiki penyerapan kalsium dan magnesium serta mendukung
perkembangan tulang dan gigi yang kuat.
7. Memperbaiki pencernaan dan penyerapan vitamin – vitamin dan asam amino
yang larut dalam lemak.
8. Kandungan kalori lebih rendah dari lemak lain sehingga efek penggunaan
maksimal untuk pengobatan jauh lebih baik. (www.cybertokoh.com).
2.7. Standar Mutu
Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan kualitas minyak atau
lemak. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu minyak atau lemak, antara
warna dan bilangan peroksida. Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu minyak
adalah titik cair, kandungan gliserida, kejernihan, kandungan logam berat, bilangan
penyabunan dan bilangan iodin. (Ketaren,S. 1986).
Dalam perdagangan Internasional standar mutu barang yang diperdagangkan
haruslah sesuai dengan standar Internasional pula. Maka dalam perdagangan eksport –
import minyak kelapa digunakan standar mutu yang berbeda yang berdasarkan atas
standar mutu Internasional.
Berikut ini spesifikasi standar mutu minyak kelapa komersial yang berasal dari
kopra (RBD.CNO) dan minyak kelapa murni (VCO/virgin coconut oil) berdasarkan
PORAM (Palm Oil Regional Assosiation of Malaysia) sebagai suatu acuan terhadap
standar mutu untuk minyak sawit yang akan dieksport.
Tabel I. Spesifikasi Mutu RBD.CNO dan VCO Menurut PORAM
Tabel a). Spesifikasi Mutu RBD.CNO Menurut PORAM
Karakteristik RBD.CNO Keterangan
Asam Lemak Bebas (sbg Laurat) 4% Maksimum
Moisture & Impurities 1% Maksimum
Bilangan Iodine (Wijs) 10,5 Maksimum
Colour 15 R Maksimum
Sumber : PT.Palmcoco Laboratories
Tabel b). Spesifikasi Mutu VCO Menurut PORAM
Karakteristik VCO Keterangan
Asam Lemak Bebas (sbg Laurat) 0,33% Maksimum
Moisture & Impurities 0,16% Maksimum
Bilangan Iodine (Wijs) 10 - 9,87 Maksimum
Colour White - Clear Maksimum
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat – alat
- Beaker glass 50 mL pyrex
- Beaker glass 100 mL pyrex
- Beaker glass 250 mL pyrex
- Erlenmeyer 100 mL pyrex
- Erlenmeyer 200 mL pyrex
- Erlenmeyer tertutup 250 mL pyrex
- Gelas ukur 20 mL pyrex
- Gelas ukur 10 mL pyrex
- Neraca analitis Sartorius
- Oven Memmert
- Desikator
- Buret 50 mL Iwaki
- Mikroburet 5 mL Iwaki
- Statif dan Klem
- Pengaduk Magnetik
- Spatula
- Pipet Tetes
- Penjepit
- Corong Supelco, Inc.
- Pinset
- Hot Plate
- Lovibond tontometer
- Pipet Volume 5 mL pyrex
- Pipet Volume 20 mL pyrex
- Pipet Volume 25 mL pyrex
- Labu takar 100 mL iwaki
- Labu takar 1000 mL iwaki
- Magnetik Stirer
- Karet Penghisap
3.2. Bahan – bahan - Kristal KOH
- Kristal Na2S2O3.5H2O
- Kristal K2Cr2O7
- Kristal KI
- Larutan H2C2O4 0,1 N
- HCl pekat
- Larutan Cyclo Hexane : Acetic Acid
- Larutan Wijs
- Alkohol 96%
- N-heksan
- Indikator Amilum 1%
- Indikator Tymol Blue (TB) 1%
- Indikator Phenolphtalein (PP) 1%
- Aquadest bebas CO
- Kertas Saring
3.3. Persiapan Sampel • RBD.CNO
Dihomogenkan dengan memanaskannya di dalam oven pada suhu ± 80o
• Virgin Coconut Oil (VCO)
C.
Dihomogenkan dengan memanaskannya di dalam oven pada suhu ± 80oC.
3.4. Prosedur Pembuatan Larutan Pereaksi
3.4.1. Pembuatan dan Standarisasi Na2S2O3 0,1 N
a) Pembuatan Na2S2O3 0,1 N
- Kristal Na2S2O3.5H2O ditimbang sebanyak 25 g dalam beaker glass 100 mL.
- Kristal Na2S2O3.5H2O dilarutkan dengan aquadest bebas CO2.
- Larutan Na2S2O3 diencerkan dalam labu takar 1 liter sampai garis tanda kemudian
dihomogenkan dengan pengaduk magnetik.
b) Standarisasi Na2S2O3 0,1 N
- Kristal K2Cr2O7 ditimbang 1,5 g dalam beaker glass 100 mL.
- Kristal K2Cr2O7 dilarutkan dengan aquadest bebas CO2.
- Larutan K2Cr2O7 dimasukkan dalam labu takar 250 mL dan diencerkan sampai
garis tanda kemudian dihomogenkan dengan pengaduk magnetik.
- Setelah larutan K2Cr2O7 homogen, dipipet 25 mL dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 mL.
- Ke dalam 25 mL larutan homogen K2Cr2O7 ditambah 20 ml KI 15 %, 10 mL HCL
pekat lalu dikocok dan didiamkan selama 5 menit.
- Dititrasi dengan Na2S2O 3
- Dicatat volume larutan Na
0,1012 N sampai mendekati titik akhir titrasi lalu
ditambah beberapa tetes indikator amilum 1%.
- Kemudian titrasi kembali sampai larutan berwarna hijau muda.
3.4.2. Pembuatan dan Standarisasi KOH 0,1 N
a) Pembuatan KOH 0,1 N
- Kristal KOH ditimbang 5,6 g, dilarutkan dengan aquadest bebas CO2.
- Dimasukkan ke dalam labu takar 1000 mL, diencerkan dengan aquadest bebas
CO2 sampai garis tanda, larutan encer KOH dihomogenkan dengan penganduk
magnetik.
b) Standarisasi KOH 0,1 N
- Larutan H2C2O4
- Sampel ditimbang dalam erlenmeyer 100 mL masing – masing sebanyak 5 gram. 0,1 N dipipet 5 mL dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250
mL.
- Ditambahkan 5 tetes indikator Phenolphtalein 1%, kemudian dititrasi dengan
larutan KOH sampai terbentuk warna merah jambu.
- Dicatat volume KOH yang digunakan.
3.4.3. Pembuatan Alkohol Netral
200 ml etanol 96% dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL, ditambah
beberapa tetes indikator Tymol Blue dan beberapa tetes larutan KOH 0,1 N sampai
terjadi perubahan warna menjadi hijau muda.
3.4.4. Pembuatan KI 15%
- Kristal KI ditimbang 15 g, dimasukkan ke dalam beaker glass, lalu dipindahkan ke
dalam labu takar 100 mL kemudian diencerkan sampai garis tanda, dihomogenkan
dengan pengaduk magnetik.
- Setelah homogen, dipindahkan ke dalam erlenmeyer bertutup.
- Dihomogenkan kembali dengan pengaduk magnetik.
3.5. Prosedur Analisis
- Kedalam sampel ditambahkan 10 mL n-heksan dan 25 ml alkohol netral dan 3
tetes indikator Tymol Blue, kemudian dititrasi dengan KOH 0,1 N sampei
terbentuk warna hijau muda.
- Dicatat volume KOH yang digunakan.
3.5.2. Analisis Kadar Air (Moisture)
- Beaker glass kosong ditimbang dengan menggunakan penjepit, dicatat beratnya.
- Sampel sebanyak 10 gram dimasukkan ke dalam beaker glass tersebut.
- Dipanaskan dalam oven pada suhu 105 oC selama 3 jam.
- Diangkat menggunakan penjepit dan didinginkan dalam desikator selama 30
menit.
- Kemudian diangkat dan ditimbang, dicatat beratnya.
3.5.3. Analisis Kadar Pengotor (Impurities)
- Kertas saring dicuci dengan n-heksan kemudian dikeringkan dalam oven pada
suhu 105 – 110 oC selama 3 jam.
- Kertas saring didinginkan dalam desikator selama 30 menit.
- Kertas saring kosong tersebut ditimbang dan dicatat beratnya.
- Sampel sebanyak 10 gram dilarutkan dengan n-heksan dalam beaker glass
kemudian disaring melalui corong dengan menggunakan kertas saring yang telah
diketahui beratnya.
- Cuci kertas saring tersebut dengan n-heksan sampai seluruh minyak sampel dalam
kertas saring tersebut hilang.
- Kertas saring dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105 – 110 oC selama 3 jam.
- Kertas saring diangkat dan didinginkan di dalam desikator selama 30 menit.
3.5.4. Analisis Bilangan Iodin (Iodine Value)
- Ditimbang sampel 0,5 gram dalam erlenmeyer bertutup.
- Ditambahkan 20 mL larutan Cyclo Hexane + Acetic Acid (2 : 3).
- Ditambahkan 25 mL larutan wijs, kemudian disimpan dalam tempat gelap selama
30 menit.
- Ditambahkan 20 mL larutan KI 15% dan 40 ml aquadest bebas CO2.
- Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai berwarna kuning kemudaan, kemudian
ditambahkan 2 pipet indikator amilum1%.
- Kemudian dititrasi kembali sampai larutan tidak berwarna.
- Dicatat volume Na2S2O3 yang digunakan.
- Dilakukan yang sama untuk blanko.
3.5.5. Analisis Warna (Colour)
- Diambil sampel yang akan diperiksa mutunya.
- Diaduk hingga homogen.
- Dituangkan sampel kedalam sel sampai pada batas 1 inci sel atau 5,25 inci sel.
- Dimasukkan sel yang berisi sampel kedalam lovibond tintometer pada tempat yang
ditentukan.
- Dibandingkan warna minyak dengan standar merah dan kuning hingga warna
standar sama dengan warna sampel.
- Dibaca hasil pada skala
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Data Percobaan
Tabel II. Data Hasil Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (% ALB) pada RBD.CNO
dan VCO
Tabel III. Data Hasil Analisis Kadar Air (Moisture) pada RBD.CNO dan VCO
No
Nama No Brt.B.Glass Brt.B.Glass+ Berat Brt.B.Glass+ Brt.Sampel Kadar rata-rata
Tabel IV. Data Hasil Analisis Kadar Pengotor (Impurities) pada RBD.CNO dan
VCO
No
Nama No Brt.Kertas Brt.Kertas Berat Berat Impurities rata-rata
Sampel Spl Saring I Saring II Pengotor Sampel Impurities
( gram ) ( gram ) ( gram ) ( gram ) ( %wt ) ( %wt )
Tabel V. Data Hasil Analisis Bilangan Iodin (Iodine Value) pada RBD.CNO dan
VCO
Tabel VI. Data Hasil Analisis Warna (Colour) pada RBD.CNO dan VCO
No Nama Sampel Colour
A RBD.CNO 1,1 Red / 3,0 Yellow
4.1.2. Perhitungan
• Penentuan Normalitas Na2S2O
g K
N1 = normalitas KOH (yang akan ditentukan)
N2 = normalitas H2C2O4
• Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) (N)
• Penentuan Kadar Pengotor (Impurities)
1. Bilangan iodin RBD.CNO sebesar 8,9 mg/g masih dalam range spek standar
mutu yang mana nilai bilangan iodin yang sebenarnya adalah 10,5 max. = volume titrasi untuk sampel (mL)
BS = berat sampel (mL)
4.2. Pembahasan
Untuk mengetahui tinggi rendahnya kualitas minyak kelapa, haruslah ada acuan
yang baku yaitu suatu standar mutu yang dipakai secara umum. Standar mutu minyak
kelapa (RBD.CNO dan VCO) dapat dilihat pada Tabel Lampiran.
Dari hasil analisis yang dilakukan pada RBD.CNO dan VCO, bilangan iodin
yang diperoleh adalah :
2. Bilangan iodin RBD.CNO yaitu 8,9 mg/g lebih besar daripada bilangan iodin
VCO yaitu 6,36 mg/g.
Besar kecilnya kandungan bilangan iodin disebabkan karena perbedaan pada
di dalamya. Dalam hal ini, VCO dan RBD.CNO mengandung asam lemak jenuh sekitar
90 % dan 10 % lainnya merupakan asam lemak tidak jenuh. Berdasarkan kandungan
asam lemak jenuh digolongkan ke dalam minyak asam laurat karena kandungan asam
laurat lebih banyak jika dibandingkan dengan kandungan asam – asam lemak jenuh
lainnya. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya bilangan iodin (Iodin Value)
berdasarkan tingkat ketidakjenuhan yang dimiliki minyak kelapa, karena bilangan iodin
minyak tersebut maksimum 10 mg/g.
Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa semakin besar komponen
asam lemak jenuh yang terkandung oleh suatu minyak maka bilangan iodin juga
semakin kecil. Dan dari hasil ini juga baik RBD.CNO maupun VCO kandungan
bilangan iodin masih memenuhi standar mutu mengingat kadar maksimum bilangan
iodin pada RBD.CNO dan VCO maksimum 10.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
- Dari hasil analisis yang dilakukan maka diperoleh:
1.Kadar asam lemak bebas (ALB) pada VCO 0,39 % dan RBD.CNO 0,03%. Kadar air
(moisture) pada VCO 0,147% dan RBD.CNO 0,039%. Kadar pengotor (impurities)
pada VCO 0,005% dan RBD.CNO 0,002%. Bilangan iodin (iodine value) pada
VCO 6,36 mg/g dan RBD.CNO 8,70 mg/g. Warna VCO bening dan RBD.CNO
sedikit kekuningan.
2.Kadar asam lemak bebas (ALB) pada VCO lebih besar dibandingkan RBD.CNO.
Kadar air (moisture) pada VCO lebih besar dibandingkan RBD.CNO. Kadar
pengotor (impurities) pada VCO lebih besar dibandingkan RBD.CNO. Bilangan
iodin (iodine value) pada VCO lebih kecil dibandingkan RBD.CNO. Warna VCO
lebih bening dibandingkan RBD.CNO yang sedikit kekuningan.
3.Hasil analisis kelima parameter mutu VCO dan RBD.CNO masih berada dalam
range spesifikasi standar mutu.
5.2. Saran
- Disarankan kepada analis selanjutnya untuk menganalisis mutu RBD.CNO dan VCO
dengan menggunakan parameter yang lain. Atau menganalisis mutu minyak kelapa
DAFTAR PUSTAKA
Ahkam Subroto. 2006. VCO Dosis Tepat Taklukan Penyakit. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Fosfa International. 2001. Technical Manual. Fosfa Qualification and Procedure For
Ship Enganged In The Carriage of Oil and Fat In The Bulk for Edible
Oleochemical Use.
http :
Diakses tanggal 28 April,2008.
http ://
Ketaren,S.1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : UI – Press.
Suhardiman, P. 1999. Bertanam Kelapa Hibrida. Jakarta : Penebar Swadaya.
Suhardiyono, L. 1995. Tanaman Kelapa : Budidaya dan Pemanfaatannya. Yogyakarta :
Kanisus.
Sutarmi. 2006. Taklukan Penyakit dengan VCO. Jakarta : Penebar Swadaya.