• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Pencegahan Sekunder pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Pencegahan Sekunder pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN SEKUNDER PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DM)

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT

TESIS

Oleh

DIAH KARLINA 097032174/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE INFLUENCE OF FAMILY SUPPORT FOR SECONDARY PREVENTION IN PATIENTS WITH DIABETES MELLITUS

(DM) AT TANJUNG PURA GENERAL HOSPITAL LANGKAT DISTRICT

THESIS

BY

DIAH KARLINA 097032174/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN SEKUNDER PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DM)

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh DIAH KARLINA

097032174/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN SEKUNDER PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DM)

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, April 2012

(5)

Judul Tesis : PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA

TERHADAP PENCEGAHAN SEKUNDER PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DM) DI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT Nama Mahasiswa : Diah Karlina

Nomor Induk Mahasiswa : 097032174

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing :

Ketua

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M)

Anggota

(dr. Alwinsyah Abidin, Sp.PD)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(6)

Telah diuji

Pada Tanggal : 24 April 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M Anggota : 1. dr. Alwinsyah Abidin, Sp.PD

(7)

ABSTRAK

Diabetes mellitus (DM) apabila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi dengan penyakit serius lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura tahun 2009 terlihat jumlah kasus yang terbanyak setelah hipertensi adalah kasus diabetes mellitus (DM) dengan jumlah kunjungan sebanyak 948 pasien.

Jenis penelitian adalah survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh dukungan keluarga (informasional, penilaian, instrumental, emosional) terhadap pencegahan sekunder pada pasien diabetes mellitus (DM). Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Populasi adalah seluruh pasien diabetes mellitus (DM) sebanyak 948 orang dengan besar sampel 90 orang yang diambil secara simple random sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang berpengaruh terdapat pencegahan sekunder pada pasien diabetes mellitus (DM) adalah dukungan penilaian dan dukungan instrumental. Variabel yang paling dominan adalah dukungan penilaian.

Disarankan kepada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat perlu menyediakan media sumber informasi berupa audio visual

tentang penyakit diabetes mellitus (DM), pencegahan primer dan sekunder pada pasien diabetes mellitus (DM) serta pentingnya dukungan keluarga di ruang tunggu poli rumah sakit, peningkatan sosialisasi dan upaya promosi kesehatan secara rutin tentang pencegahan sekunder diabetes mellitus (DM).

(8)

ABSTRACT

Diabetes Mellitus (DM), if not handled properly will result in complication with other serious illness. Based on the data obtained from Tanjung Pura General Hospital in 2009, it was found out that the highest number of cases after hypertension was diabetes mellitus (DM) with 948 patients.

The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of family support (informational, assessment, instrumental and emotional) on secondary prevention in the patients with diabetes mellitus (DM). This study was conducted at Tanjung Pura General Hospital, Langkat District. The population of this study was all of the 948 patients with DM and 90 of them were selected to be the samples for this study through simple random sampling technique.

The result of this study showed that family support with influence on the secondary prevention in patients with DM was assessment support and instrumental support. The most dominant variable was assessment support.

The management of Tanjung Pura General Hospital, Langkat District is suggested to prepare media information in the form of audio visual about diabetes mellitus, primary and secondary prevention in the patients with diabetes mellitus and the importance of family support to be placed in the lobby of the hospital, and to increase the socialization and the attempt of health promotion routinely about the secondary prevention of diabetes mellitus.

Keywords: Family Support, Secondary Prevention of Diabetes Mellitus

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ”Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Pencegahan Sekunder pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat”. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Magister di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari begitu banyak yang memberikan dukungan, bimbingan, bantuan moril maupun materil dan kemudahan dari berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(10)

5. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M dan dr. Alwinsyah Abidin, Sp.PD selaku pembimbing yang telah memberi perhatian, dukungan dan pengarahan hingga tesis ini selesai.

6. Dr. Namora Lumongga Lubis, M.Sc dan dr. Heldy. BZ, M.P.H selaku tim penguji yang telah memberikan masukan sehingga dapat menyempurnakan tesis ini.

7. Seluruh staf dosen dan staf pegawai di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.

8. Seluruh rekan-rekan dan sahabat Angkatan 2009 Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

9. Teristimewa Ibunda tercinta Ibunda Hj. Wachidah Halimah buat semua doa, harapan dan pengorbanan juga dukungan yang tiada pernah berhenti, dan ayahanda tercinta Almarhum ayahanda H. Amiluddin Hasan.

(11)

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak mempunyai kekurangan, untuk itu diharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2012

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Diah Karlina yang dilahirkan di Medan tanggal 8 Januari 1983 dari pasangan Alm. H. Amiluddin Hasan dan Hj. Wachidah Halimah. Menikah dengan Boykhe Pranatha Sinuhaji, S.Psi dan telah dikaruniai 1 orang puteri, yaitu: Kheah Kayyasah Aurora Sinuhaji, beragama Islam dan bertempat tinggal di Jl. Amaliun No. 157 Medan.

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB 1. PENDAHULUAN ...

1.1. Latar Belakang ... 1.2. Permasalahan ... 1.3. Tujuan Penelitian ... 1.4. Hipotesis... 1.5. Manfaat Penelitian ...

1 2.1.3. Ciri-Ciri Struktur Keluarga ... 2.1.4. Peranan Keluarga ... 2.2. Dukungan Sosial Keluarga... 2.2.1. Definisi Dukungan Sosial Keluarga ...

2.2.2. Tujuan Sistem Dukungan Sosial ... 2.2.3. Sumber Dukungan Sosial Keluarga ... 2.2.4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Dukungan Sosial

Keluarga... 2.2.5. Jenis Dukungan Sosial Keluarga ... 2.3. Diabetes Mellitus (DM) ... 2.3.1. Pengertian Diabetes Mellitus (DM) ... 2.3.2. Gejala Diabetes Mellitus (DM) ... 2.3.3. Jenis-Jenis Diabetes Mellitus (DM) ... 2.3.4. Pencegahan Diabetes Mellitus (DM) ... 2.3.5. Pengelolaan Diabetes Mellitus (DM) ...

(14)

2.4. Landasan Teori ... 2.5. Kerangka Konsep ...

38 39

BAB 3. METODE PENELITIAN ...

3.1. Jenis Penelitian ... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 3.3. Populasi dan Sampel ... 3.4. Metode Pengumpulan Data ... 3.4.1. Pengumpulan Data ... 3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 3.5.1. Variabel ... 3.5.2. Definisi Operasional... 3.6. Metode Pengukuran ... 3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Independen ... 3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Dependen ... 3.7. Metode Analisis Data ...

BAB 4. HASIL PENELITIAN ...

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……….. 4.2. Karakteristik Responden ... 4.3. Analisis Univariat... 4.4. Analisis Bivariat ... 4.5. Analisis Multivariat...

5.1. Pengaruh Dukungan Informasional terhadap Penceagahan Sekunder Pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) ………... 5.2. Pengaruh Dukungan Penilaian terhadap Penceagahan Sekunder

Pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) ………... 5.3. Pengaruh Dukungan Instrumental terhadap Penceagahan Sekunder

Pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) ………... 5.4. Pengaruh Dukungan Emosional terhadap Penceagahan Sekunder

Pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) ………...

5.5. Keterbatasan Penelitian ………

73

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ...

6.1. Kesimpulan ………..

6.2. Saran ………

80

(15)
(16)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

4.1 Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Langkat Tahun 2011

……….. 52

4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012

……… 53

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan Informasional terhadap Pencegahan Sekunder pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012 ... 55 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Informasional

terhadap Pencegahan Sekunder pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012 ………... 57 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan Penilaian

terhadap Pencegahan Sekunder pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat

Tahun 2012 ……….. 58

4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Penilaian terhadap Pencegahan Sekunder pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012 ... 59 4.7 Distribusi Responden berdasarkan Indikator Dukungan Instrumental

terhadap Pencegahan Sekunder pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat

Tahun 2012 ……….. 60

4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Instrumental terhadap Pencegahan Sekunder pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat

(17)

4.9 Distribusi Responden berdasarkan Indikator Dukungan Emosional Terhadap Pencegahan Sekunder pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat

Tahun 2012 ……….. 62

4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Emosional terhadap Pencegahan Sekunder pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat

Tahun 2012 ……….. 63

4.11 Distribusi Responden berdasarkan Indikator Pencegahan Sekunder pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012 ... 64 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pencegahan Sekunder pada

Pasien Diabetes Mellitus (DM) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012 ... 64 4.13 Hubungan Dukungan Informasional dengan Pencegahan Sekunder pada

Pasien Diabetes Mellitus (DM) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012 ………... 66 4.14 Hubungan Dukungan Penilaian dengan Pencegahan Sekunder pada

Pasien Diabetes Mellitus (DM) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012 ………... 67 4.15 Hubungan Dukungan Instrumental dengan Pencegahan Sekunder pada

Pasien Diabetes Mellitus (DM) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012 ……….. 68 4.16 Hubungan Dukungan Emosional dengan Pencegahan Sekunder pada

Pasien Diabetes Mellitus (DM) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012 ………... 69 4.17 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Dukungan

Informasional, Dukungan Penilaian, Dukungan Instrumental dan Dukungan Emosional terhadap Pencegahan Sekunder pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012 ………... 70 4.18 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Dukungan Penilaian,

(18)
(19)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden ... 85

2. Kuesioner Penelitian... 86

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Data... 91

4. Analisis Univariat (Distribusi Frekuensi)... 99

5. Analisis Bivariat... 110

6. Analisis Multivariat (Uji Regresi Logistik)……….. 116

7. Surat Izin Penelitian... 131

(21)

ABSTRAK

Diabetes mellitus (DM) apabila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi dengan penyakit serius lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura tahun 2009 terlihat jumlah kasus yang terbanyak setelah hipertensi adalah kasus diabetes mellitus (DM) dengan jumlah kunjungan sebanyak 948 pasien.

Jenis penelitian adalah survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh dukungan keluarga (informasional, penilaian, instrumental, emosional) terhadap pencegahan sekunder pada pasien diabetes mellitus (DM). Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Populasi adalah seluruh pasien diabetes mellitus (DM) sebanyak 948 orang dengan besar sampel 90 orang yang diambil secara simple random sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang berpengaruh terdapat pencegahan sekunder pada pasien diabetes mellitus (DM) adalah dukungan penilaian dan dukungan instrumental. Variabel yang paling dominan adalah dukungan penilaian.

Disarankan kepada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat perlu menyediakan media sumber informasi berupa audio visual

tentang penyakit diabetes mellitus (DM), pencegahan primer dan sekunder pada pasien diabetes mellitus (DM) serta pentingnya dukungan keluarga di ruang tunggu poli rumah sakit, peningkatan sosialisasi dan upaya promosi kesehatan secara rutin tentang pencegahan sekunder diabetes mellitus (DM).

(22)

ABSTRACT

Diabetes Mellitus (DM), if not handled properly will result in complication with other serious illness. Based on the data obtained from Tanjung Pura General Hospital in 2009, it was found out that the highest number of cases after hypertension was diabetes mellitus (DM) with 948 patients.

The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of family support (informational, assessment, instrumental and emotional) on secondary prevention in the patients with diabetes mellitus (DM). This study was conducted at Tanjung Pura General Hospital, Langkat District. The population of this study was all of the 948 patients with DM and 90 of them were selected to be the samples for this study through simple random sampling technique.

The result of this study showed that family support with influence on the secondary prevention in patients with DM was assessment support and instrumental support. The most dominant variable was assessment support.

The management of Tanjung Pura General Hospital, Langkat District is suggested to prepare media information in the form of audio visual about diabetes mellitus, primary and secondary prevention in the patients with diabetes mellitus and the importance of family support to be placed in the lobby of the hospital, and to increase the socialization and the attempt of health promotion routinely about the secondary prevention of diabetes mellitus.

Keywords: Family Support, Secondary Prevention of Diabetes Mellitus

(23)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi kontribusi terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular seperti: jantung, tumor, diabetes, hipertensi, gagal ginjal dan sebagainya. Demikian juga dengan pola penyakit penyebab kematian menunjukkan adanya transisi epidemiologi, yaitu bergesernya penyebab kematian utama dari penyakit infeksi ke penyakit non-infeksi (degeneratif) (Depkes RI, 2006).

(24)

Penyakit diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius karena dapat menimbulkan komplikasi seperti: penyakit jantung, gagal ginjal, dan kerusakan sistem saraf. Beberapa jenis DM terjadi karena interaksi yang kompleks dari lingkungan, genetik, dan pola hidup sehari-hari. Diabetes mellitus (DM) dibagikan kepada beberapa kelas yaitu diabetes mellitus (DM) tipe 1, diabetes mellitus (DM) tipe 2, diabetes mellitus (DM) tipe lain, dan diabetes mellitus (DM) kehamilan (American Diabetes Association, 2005).

Data organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) (2009), Indonesia menempati urutan ke enam di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes mellitus (DM) terbanyak setelah India, Cina, Unisoviet, Jepang dan Brasil. Pada tahun 2006 jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menjadi 14 juta orang, jika peningkatan penderita diabetes mellitus (DM) pertahunnya 230.000 orang, maka bisa kita bayangkan berapa banyak jumlah penderita diabetes mellitus (DM) pada tahun 2009. Menurut estimasi International Diabetes Federation (IDF) tahun 2007, bahwa jumlah penduduk Indonesia usia 20 tahun keatas menderita diabetes mellitus (DM) sebanyak 5,6 juta orang pada tahun 2001 dan angka tersebut akan meningkat menjadi 8,2 juta pada tahun 2020.

(25)

dalam darah, mengakibatkan komplikasi misalnya terkena stroke, gagal ginjal, jantung, kebutaan dan ganggren. Oleh karena itu Menteri kesehatan berharap, masyarakat termasuk Yayasan Pelita Usila sebagai Penyelenggara dialog diabetes mellitus (DM) ikut mensosialisasikan penanggulangan diabetes mellitus (DM) baik secara medis seperti pemberian obat-obatan maupun non-medis melalui pencegahan seperti mengurangi konsumsi makan mengandung gula dan berolah raga.

Menurut Soegondo (2006), diabetes mellitus (DM) seperti rayap bekerja diam-diam merusak organ di dalam tubuh. Diabetes mellitus (DM) sering disebut “The Silent Killer”. Namun sebenarnya komplikasinya yang mematikan bukan diabetes mellitus nya. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di daerah perkotaan di Indonesia pada tahun 2003 adalah 8,2 juta orang, sedangkan di daerah pedesaan 5,5 juta orang. Tingginya jumlah penderita di daerah perkotaan disebabkan karena perubahan gaya hidup masyarakat seperti pola makan yang salah dan kurangnya olah raga atau aktivitas fisik.

(26)

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa penderita diabetes mellitus (DM) di Sumatera Utara masih sangat tinggi (STPTM Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2008).

Dari data tersebut di atas, dapat dilihat trend penyakit diabetes mellitus (DM) di Indonesia menunjukkan prevalensi yang meningkat. Prediksi yang diajukan oleh semua ahli epidemiologi menyebutkan angka prevalensi yang makin meningkat di masa yang akan datang, sehingga menempatkan diabetes mellitus (DM) sebagai

The Global Epidemy (PERKENI, 2009).

Diabetes mellitus (DM) apabila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi dengan penyakit serius lainnya, diantaranya: jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal ginjal, dan kerusakan sistem syaraf. Jika positif menderita diabetes mellitus, maka sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter dan mengikuti anjuran dokter dengan penuh disiplin. Selain itu cara yang efektif yang diterapkan pada diabetes mellitus (DM) adalah perencanaan makan (diet), latihan (olah raga), pemantauan glukosa darah, terapi (bila diperlukan) dan lain-lain yang dapat diperoleh di pelayanan kesehatan (puskesmas, rumah sakit, klinik dan sebagainya) (Soegondo, 2004).

(27)

mencerminkan bahwa pemahaman masyarakat tentang penyakit diabetes mellitus (DM) dan upaya pencegahannya masih rendah.

Pengetahuan masyarakat tentang konsep sehat dan sakit yang benar akan membuat masyarakat mengerti bagaimana memberdayakan diri untuk hidup sehat dan kebiasaan mereka untuk mempergunakan fasilitas kesehatan yang ada. Hal ini merupakan dua dari empat grand strategy yang dilakukan Departemen Kesehatan untuk mewujudkan visinya yaitu “memandirikan masyarakat untuk hidup sehat ”dengan misi “membuat masyarakat sehat” (Depkes RI, 2009).

Selain itu dilihat dari faktor individu, menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (1998), bahwa kepatuhan penderita diabetes mellitus (DM) terhadap pengobatan terkait dengan pengetahuan dan manfaat yang diperolehnya dari pengobatan. Pencegahan sekunder bagi penderita diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu wujud nyata dari perilaku kesehatan. Yosep (2007) mengatakan, adanya suatu penyakit yang serius dan kronis pada diri seseorang anggota keluarga biasanya memiliki pengaruh yang mendalam pada sistem keluarga, khususnya pada struktur peran dan pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga. Oleh karena itu keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan langsung setiap keadaan sehat dan sakit terhadap penderita.

(28)

(1998) adapun dukungan sosial keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita. Keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dengan bantuan jika diperlukan. Menurut Cohen dan Syme (1985), dukungan keluarga merupakan salah satu unsur

dari dukungan sosial dapat diberikan dalam bentuk, yaitu: 1) dukungan informasi, 2) dukungan penilaian, 3) dukungan instrumental, dan 4) dukungan emosi.

Penyakit diabetes mellitus (DM) di Kabupaten Langkat, tahun 2009 merupakan penyakit dengan penderita terbanyak, yang terus mengalami peningkatan jumlahnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura tahun 2009 terlihat jumlah kasus yang terbanyak setelah hipertensi adalah kasus diabetes mellitus (DM). Tahun 2009 ada 948 jumlah kunjungan penderita diabetes mellitus (DM) yang berobat ke RSUD Tanjung Pura, dimana jumlah kunjungan pasien umum yang berobat jalan sebanyak 325 orang, jumlah kunjungan pasien Askes 276 orang dan jumlah kunjungan pasien Jamkesmas sebanyak 347 orang. Data tersebut menunjukkan bahwa penderita diabetes mellitus (DM) di Kabupaten Langkat sangat tinggi (Profil RSUD Tanjung Pura, 2009).

(29)

petugas kesehatan untuk memberikan dorongan untuk disiplin melakukan program diet. Menurut Waspadji (2007), daibetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolisme kronik, maka penting dilakukan pengaturan atau perencanaan pola makan, dan dalam kepatuhan dalam pelayanan kesehatan cenderung sulit untuk diprediksikan, tergantung pengawasan dari petugas kesehatan atau keluarga. Berdasarkan penelitian Hendro (2010), mengatakan bahwa dukungan keluarga memengaruhi pola makan penderita diabetes mellitus (DM) di Rumah Sakit Umum Kabupaten Deli Serdang.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan pada penderita diabetes mellitus. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura yang merupakan rumah sakit yang memiliki poli internis yang melayani semua penderita diabetes mellitus (DM) di Kabupaten Langkat mencatat bahwa penderita diabetes mellitus (DM) yang melakukan kunjungan untuk memperoleh pengobatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura sekitar 948 orang, akan tetapi yang mau datang berobat dan mengikuti program-program yang ada di poli internis rumah sakit hanya 23% tiap minggunya. Rata-rata kunjungan perhari penderita diabetes mellitus (DM) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura sebanyak 10-15 orang.

(30)

terakhir mereka memiliki kadar glukosa darah mendekati nilai normal dan akan kembali datang lagi berobat apabila merasa kadar glukosa darahnya sudah tidak normal lagi. Ada juga yang lupa minum obat karena cara minum obat diabetes harus sesuai dengan anjuran dokter, sehingga masih banyak obat yang tersisa dan mereka menunggu sampai obat tersebut habis. Selain itu ada juga penderita diabetes mellitus (DM) mengatakan bahwa tidak pernah melakukan pengaturan pola makan (diet) sesuai diet yang dianjurkan dan tidak pernah latihan (olah raga) secara teratur.

Kepatuhan penderita diabetes mellitus (DM) terhadap pengobatan selain dipengaruhi dari faktor individu, juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga. Berdasarkan hasil riset kualitatif yang dilakukan terhadap beberapa penderita diabetes mellitus (DM) yang melakukan pengobatan di Poli Internis RSUD Tanjung Pura mengatakan bahwa keluarga tidak sepenuhnya memberikan perawatan dan perhatian yang khusus terhadap keadaan sehat dan sakit penderita.

Berdasarkan fenomena di atas terlihat bahwa ada masalah yang memengaruhi penderita diabetes mellitus (DM) tidak melakukan pengobatan, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh dukungan keluarga terhadap pencegahan sekunder pada pasien diabetes mellitus (DM) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat.

1.2. Permasalahan

(31)

sekunder pada pasien diabetes mellitus (DM) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh dukungan keluarga terhadap pencegahan sekunder pada pasien diabetes mellitus (DM) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh dukungan keluarga (dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dukungan emosional) terhadap pencegahan sekunder pada pasien diabetes mellitus (DM) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi tenaga kesehatan, pemerintah tentang permasalahan terkait sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan upaya pencegahan terhadap penyakit dibetes melitus (DM).

2. Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura dalam upaya peningkatan pencegahan sekunder pada pasien diabetes mellitus. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan yang

(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keluarga

2.1.1. Konsep Keluarga

Menurut Departemen Kesehatan RI (1998), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas Kepala Keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut WHO (1969), anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah adaptasi atau perkawinan. Menurut Helvie (1981), keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam suatu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat (Effendy, 1997).

Bailon dan Maglaya dalam Sudiharto (2007) menyatakan, bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang di rekat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta tinggal bersama.

(33)

sebagai rumah mereka. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami isteri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

Berdasarkan defenisi di atas disimpulkan bahwa keluarga adalah sebuah unit terkecil dalam kehidupan sosial dalam masyarakat yang terdiri dari orang tua dan anak baik terhubung melalui pertalian darah, perkawinan maupun adopsi yang mempunyai ikatan emosional dan memerlukan perawatan dalam pemenuhan kebutuhan.

2.1.2. Fungsi Keluarga

Friedman (1998), menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan keluarga. Fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan keluarga tersebut. Proses ini termasuk komunikasi diantara anggota keluarga, penetapan tujuan, resolusi konflik, pemberian makanan, dan penggunaan sumber dari internal maupun eksternal. Friedman dalam Sudiharto (2007), menyatakan bahwa fungsi dasar keluarga antara lain adalah fungsi efektif, yaitu fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung.

1. Fungsi afektif dan koping

Fungsi keluarga menurut Friedman (1998), adalah:

(34)

2. Fungsi sosialisasi

Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback, dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah.

3. Fungsi reproduksi

Keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan keturunan.

4. Fungsi ekonomi

Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan kepentingan di masyarakat.

5. Fungsi fisik

Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.

Menurut Effendy (1997), ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, yaitu:

1. Fungsi biologis

(35)

2. Fungsi psikologi

Selain fungsi biologis, ada pula fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian di antara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga, memberikan identitas keluarga

3. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi yang dimaksud diantaranya adalah membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

4. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi juga dibutuhkan dalam suatu keluarga, yaitu dengan mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, serta menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua).

5. Fungsi pendidikan

(36)

kalah penting adalah mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat I perkembangannya.

Dari berbagai fungsi keluarga di atas ada tiga fungsi pokok terhadap anggota keluarga, adalah:

a. Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai dan kebutuhannya.

b. Asuh, adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

c. Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.

Fungsi keluarga dalam perawatan pasien di rumah mencakup pola asuh dengan memenuhi kebutuhan akan perawatan kesehatan penderita, memberikan motivasi dan semangat bagi penderita selama proses kesembuhan, memberikan dukungan-dukungan moral dan spiritual. Hal ini berguna untuk mempertahankan keadaan homeostatis keluarga dan anggota keluarga.

2.1.3. Ciri-ciri Struktur Keluarga

Anderson dalam Effendy (1997), mengatakan ciri-ciri struktur keluarga sebagai berikut:

(37)

2. Ada keterbatasan, setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.

3. Ada perbedaan dan kekhususan, setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.

2.1.4. Peranan Keluarga

Menurut Effendy (1997), peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku keluarga, kelompok dan masyarakat.

Friedman (1998), struktur peran keluarga merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status individu yang terhadap di dalam keluarga adalah sebagai berikut:

1. Peranan ayah

Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungannya.

2. Peranan ibu

(38)

masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

3. Peranan anak

Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkatan pekembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

Sudiharto (2007), menyatakan setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal, misalnya ayah mempunyai peran formal sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah. Peran informal ayah adalah sebagai panutan dan pelindung keluarga. Struktur keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan keluarga saling berbagi, kemampuan sistem pendukung di antara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri dan kemampuan menyelesaikan masalah.

Friedman (1998), menyatakan tipe-tipe keluarga antara lain: 1) keluarga inti atau konjugal yaitu keluarga yang menikah, sebagai orang tua ayah pemberi nafkah, keluarga inti terdiri dari suami, isteri dan anak mereka, baik anak kandung maupun anak adopsi, 2) keluarga orientasi atau keluarga besar yaitu keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan darah seperti kakek/nenek, bibi, paman dan sepupu.

2.2. Dukungan Sosial Keluarga

2.2.1. Definisi Dukungan Sosial Keluarga

(39)

keluarga yang merupakan dukungan sosial yang dapat dijangkau oleh keluarga. Dukungan sosial keluarga sangat diperlukan oleh seseorang yang menjadi anggota keluarga karena keluarga merupakan sumber dukungan yang terdekat dan yang

paling mengetahui kebutuhan anggota keluarganya. Secara lebih jelas berikut akan diuraikan mengenai dukungan social keluarga.

Dukungan adalah menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Dukungan juga dapat diartikan sebagai memberikan dorongan/motivasi atau

semangat dan nasihat kepada orang lain dalam situasi pembuat keputusan (Chaplin, 2006). Menurut Sarwono (2003) dukungan adalah suatu upaya yang

diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Menurut Santoso (2001) dukungan yaitu suatu usaha untuk menyokong sesuatu atau suatu daya upaya untuk membawa sesuatu.

Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang sebagai sesuatu yang dapat diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga berupa keluarga internal seperti suami/isteri atau saudara kandung dan dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman, 1998).

(40)

sosial yang berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap kehidupan, semua dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sebagai akibatnya hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga.

2.2.2. Tujuan Sistem Dukungan Sosial

Dukungan sosial merupakan strategi koping penting bagi anggota

keluarga dan dapat dijadikan sebagai strategi pencegahan guna mengurangi stress dan akibat negatifnya (Roth dalam Estu, Ed., 2010). Sistem dukungan sosial

memiliki dua tujuan utama koping yaitu dukungan emosional dan bantuan langsung. Keluarga besar akan memenuhi tujuan utama ini. Sistem dukungan sosial akan memenuhi kebutuhan psikososial bagi anggota keluarga. Keluarga juga akan memberikan dorongan kepada anggota keluarga untuk mengkomunikasikan secara bebas mengenai segala kesulitan yang dihadapi.

Tujuan utama kedua yang dicapai sistem dukungan adalah bahwa bantuan berorientasi pada tugas. Unsur penting dari bantuan ini tidak

hanya memberi tahu keluarga sumber perawatan melainkan memberikan bantuan secara langsung. Keluarga besar dapat memberikan dukungan dalam bentuk bantuan langsung termasuk finansial yang terus-menerus (Estu, Ed., 2010)

2.2.3. Sumber Dukungan Sosial Keluarga

(41)

1. Sumber dukungan sosial keluarga internal

Sumber dukungan sosial keluarga internal meliputi dukungan dari suami atau istri, atau dukungan dari saudara kandung dan keluarga besar.

2. Sumber dukungan sosial keluarga eksternal

Sumber dukungan sosial keluarga eksternal meliputi jaringan kerja sosial dari keluarga inti. Jaringan kerja social merupakan struktur yang menggambarkan hubungan dari seseorang. Jaringan kerja sosial ini antara lain tetangga, teman, sahabat, rekan kerja, kelompok pengajian, pemberi perawatan kesehatan dan kelompok-kelompok yang menjadi mitra pengungkapan sebuah keluarga yang menyangkut kepentingan bersama.

2.2.4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Dukungan Sosial Keluarga

Terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang dapat memengaruhi dukungan sosial keluarga. Kedua faktor tersebut antara lain (Ahmadi dalam Istiqomah, 2011):

1. Faktor internal, merupakan faktor yang muncul dari diri indvidu tersebut. a. Faktor emosi

(42)

b. Pendidikan dan tingkat pengetahuan

Berkaitan dengan seberapa besar pengetahuan tentang suatu penyakit. Dijabarkan sesuai dengan jenis dukungan sosial keluarga yaitu dukungan informasional.

2. Faktor eksternal, merupakan faktor luar selain dari diri individu. Memilliki pengaruh yang lebih kecil dibanding faktor internal.

a. Latar belakang budaya. Meliputi ras, suku, adat istiadat, persepsi atau cara pandang terhadap sesuatu.

b. Struktur keluarga

Struktur keluarga menunjuk kepada bagaimana keluarga diorganisasikan, cara keluarga tersebut ditata, dan bagaimana komponen keluarga berhubungan satu sama lain. Dimensi struktural keluarga meliputi struktur peran (peran formal dan informal), struktur kekuasaan, pola dan proses komunikasi keluarga, serta sistem nilai (Asih et al.,Eds., 1998).

(43)

Kekuasaan merupakan kemampuan seseorang untuk mengontrol, memengaruhi dan mengubah tingkah laku orang lain. Hasil dari kekuasaan tergantung dari siapa yang membuat keputusan terakhir dalam keluarga. Dimensi ketiga dari struktur keluarga adalah pola dan proses komunikasi keluarga yang dapat berupa komunikasi fungsional (pesan dapat diterima) dan komunikasi disfungsional. Dimensi yang terakhir dari struktur keluarga adalah system nilai. Nilai merupakan

cirri sentral dari system kepercayaan seseorang. Nilai keluarga merupakan suatu system ide, sikap, dan kepercayaan tentang sesuatu yang dapat mengikat seluruh anggota keluarga dalam suatu budaya yang lazim (Asihet al., Eds., 1998)

2.2.5. Jenis Dukungan Sosial Keluarga

Terdapat empat jenis dukungan sosial keluarga menurut Friedman dan House (dalam Setiadi, 2008) dan Caplan (1976) (dalam Asihet al.,Eds.,1998:197; Estu, Ed., 2010), antara lain:

1. Dukungan Informasional

(44)

keluarganya, maka pada individu tersebut akan mempunyai wawasan atau pengetahuan yang dapat dijadikan dasar dalam mengambil tindakan.

Pemberian informasi dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin mempunyai persoalan yang sama atau hampir sama. Dalam pemberian dukungan

informasional ini keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator (penyebar informasi) kepada anggota keluarga yang lain (Caplan 1976 dalam

(45)

Keluarga memiliki kekuasaan sebagai karakteristik sistem keluarga yangmenunjukkan kemampuan dari individu anggota keluarga dalam mengubah perilaku anggota keluarga yang lain (Olson & Cromwell dalam Estu, Ed., 2010). Pengaruh dukungan informasional dari keluarga dapat diwujudkan dalamperilaku jika isi dari informasi diterima oleh penerima informasi. Keluarga mempunyai landasan kekuasaan berupa kekuasaan informasional yang mengacu pada isi pesan. Melalui kekuasaan ini individu akan meyakini kebenaran dari informasi yang disampaikan. Keyakinan kebenaran akan informasi terletak pada kehati-hatian dan keberhasilan penjelasan tentang perubahan yang diperlukan (Ravenet. Al dalam Estu, Ed., 2010).

2. Dukungan Penilaian

(46)

meliputi rasa menyalahkan orang lain, memikirkan bagaimana cara memperbaiki suatu keadaan dan menentukan harapan masa depan.

Dukungan penilaian merupakan bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada orang lain sesuai dengan kondisinya. Bantuan penilaian dapat berupa penghargan atas pencapaian kondisi keluarga berdasarkan keadaan yang nyata. Bantuan penilaian ini dapat berupa penilaian positif dan penilaian negatif yang pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang (House dalam Setiadi, 2008). Melalui interaksi dengan orang lain dan mendapatkan penghargaan atas sesuatu yang dialaminya, seseorang akan dapat mengevaluasi dan memperkuat keyakinan dengan membandingkan pendapat dan sikap orang lain. Sehingga melalui dukungan ini seseorang akan merasa berharga, mampu, dan dihargai.

Keluarga yang menggunakan dukungan penilaian berupa penilaian positif cenderung melihat aspek positif dari setiap peristiwa yang mereka alami.

Peristiwa atau pengalaman yang penuh dengan stres akan dianggap tidak terlalu penting dalam hierarki nilai keluarga (Chesler et. Al dalam Estu, Ed., 2010). Anggota keluarga yang memiliki rasa percaya dalam menangani masalah dengan mempertahankan pandangan positif terhadap peristiwa akan terus memiliki harapan, dan berfokus pada kekuatan serta potensi keluarga.

(47)

akanmemperbaiki dan menetralkan stimulus yang mengancam hidup. Rolland (dalam Estu, Ed., 2010) mengemukakan bahwa keyakinan individu dan keluarga berfungsi sebagai peta kognitif yang akan membimbing tindakan dan keputusan keluarga. Keyakinan ini akan membentuk bagaimana keluarga mengalami dan memandang stimulus dan merupakan faktor penting dalam memberikan dukungan penilaian. 3. Dukungan Instrumental

Beberapa peneliti membedakan antara bentuk dukungan sosial psikologis dan non-psikologis. Perbedaan yang utama adalah bahwa dukungan psikologis berarti penyediaan informasi, sedangkan dukungan non-psikologis atau bantuan nyata (tangible support) berarti menyediakan bantuan materiil. Dukungan

psikologis lebih lanjut dibagi menjadi dukungan penilaian dan dukungan emosional (Caplan et. Al dalam Cohen & McKay, Tanpa Tahun). Dalam hal ini dukungan instrumental disebut juga sebagai bantuan nyata (tangible support).

Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan nyata bagi anggota keluarganya (Caplan 1976 dalam Asih et al.,Eds., 1998:197; Estu, Ed., 2010). Tujuan bantuan instrumental adalah mempermudah seseorang menjalankan aktifitasnya. Aktifitas yang dimaksud adalah aktifitas yang berkaitan dengan persoalan-persoalan

yang dihadapi atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi. Sehingga bentuk dukungan instrumental ini dapat langsung dirasakan oleh pihak yang

ditolong.

(48)

akan memberikan dampak berupa kesehatan yang lebih baik pada anggotanya. Misalnya keluarga memberikan makanan, baju, dan rumah untuk mencegah sakit dan

membatasi pajanan terhadap faktor resiko (Shumaker & Czajkowski, Eds.,1994).

Bentuk lain dari dukungan instrumental diantaranya berupa bantuan finansial yang terus-menerus, berbelanja, merawat anak, dan melakukan tugas rumah tangga

(Caplan 1974 dalam Estu, Ed., 2010). Jika dalam suatu keluarga telah memberikan

bantuan ini maka secara tidak langsung keluarga tersebut telah menjalankan fungsi keluarga secara nyata.

Beberapa kasus menunjukkan adanya sebuah interaksi yang menarik antara pikiran dan tubuh yang selalu menjadi masalah dengan kebutuhan sumber materiil. Meskipun hampir setiap keluarga dapat menyediakan kebutuhan anggotanya dalam bentuk uang, perawatan, atau bantuan dalam bentuk lainnya, bantuan langsung atau instrumental paling efektif ketika bantuan tersebut terlihat dengan

tepat oleh individu. Dukungan instrumental dapat memiliki implikasi psikologis jika bantuan instrumental diartikan oleh individu sebagai bukti cinta atau penghargaan (Cohen & McKay, Tanpa Tahun).

4. Dukungan Emosional

(49)

tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi (Caplan 1976 dalam Asih et al., Eds., 1998:197; Estu,Ed., 2010).

Dukungan emosional berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan (House dalam Setiadi, 2008). Dengan dukungan ini keluarga mendorong anggota keluarganya untuk mengkomunikasikan segala kesulitan pribadi mereka sehingga dapat merasa tidak sendiri menanggung segala persoalan yang dimiliki. Selain itu keluarga dapat memberikan saran dan bimbingan tersendiri dalam memelihara nilai dan tradisi keluarga (Estu, Ed.,2010).

Dukungan emosional diungkapkan melalui komunikasi verbal dan non verbal. Termasuk dukungan emosional antara lain mendengarkan, empati, memberikan ketenangan dan menghibur. Melalui bentuk dukungan emosional ini dapat membantu mengembalikan rasa percaya diri atau mengurangi perasaan yang tidak adekuat. Melakukan komunikasi yang penuh perhatian serta menganggap bahwa orang tersebut berharga adalah salah satu cara untuk memberikan dukungan emosional pada orang lain (Helgeson & Cohen, 1996).

(50)

emosional dalam keluarga dapat diwujudkan dalam bentuk saling membantu dalam memenuhi kebutuhan bersama.

Individu yang mendapatkan dukungan emosional dan fungsional terbukti

lebih sehat dari pada individu yang tidak mendapatkan dukungan ini (Buchanan dalam Karyuni, 2008). Oleh karena itu, dukungan emosional dapat memperbaiki

hasil akhir dari kesehatan dan kesejahteraan pada individu. Individu harus mampu mengandalkan keluarga dalam memberikan bantuan agar mendapatkan bantuan yang sesuai dengan kebutuhannya, karena komponen dukungan yang memuaskan adalah kemampuan dan keinginan individu untuk meminta dukungan ketika membutuhkan dan kemampuan serta keinginan sistem pendukung untuk berespons (Karyuni, 2008).

Menurut Watson dalam Friedman (1998), salah satu bentuk dukungan keluarga berupa pemberian bantuan dalam bentuk materi seperti pinjaman uang, bantuan fisik berupa alat-alat atau lainnya yang mendukung dan membantu menyelesaikan masalah. Dalam mengatasi ketegangan kehadiran keluarga sangat penting untuk memotivasi dalam meningkatkan kepercayaan diri dan menstabilkan emosi, serta memberikan dorongan yang besar terhadap pencegahan sekunder pada penyakit diabetes mellitus (DM).

2.3. Diabetes Mellitus (DM)

2.3.1. Pengertian Diabetes Mellitus (DM)

(51)

insulin. Gangguan metabolik ini memengaruhi metabolisme dari karbohidrat, protein, lemak, air dan elektrolit. Gangguan metabolisme tergantung pada adanya kehilangan aktivitas insulin dalam tubuh dan pada banyak kasus, akhirnya menimbulkan kerusakan selular, khususnya sel endotelial vaskular pada mata, ginjal dan susunan saraf (Soegondo, 2004).

Menurut American Diabetes Association (ADA) diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi nilai normal (hiperglikemia) dengan diagnosa kadar gula darah sewaktu >> 200 mg/dl atau kadar gula darah puasa >> 120 mg/dl, yang terjadi oleh karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Glukosa secara normal bersikulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh pankreas, mengendalikan kadar kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya. Pada penderita diabetes kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurunkan atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Oleh karena itu terjadi gangguan jumlah insulin sehingga pengaturan kadar glukosa darah menjadi tidak stabil.

2.3.2. Gejala Diabetes Mellitus (DM)

(52)

mg/dl dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut (Mirza, 2008).

Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita, yaitu: 1) Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria); 2) Sering atau cepat merasa haus/dahaga

(Polydipsia); 3) Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia); 4) Frekuensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria); 5) Kehilangan berat badan

yang tidak jelas sebabnya; 6) Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan dan kaki; 7) Cepat lelah dan lemah setiap waktu; 8) Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba; 9) Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya; 10) Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe-1 (DM tipe-1). Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe-2 (DM tipe-2), umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis.

2.3.3. Jenis-jenis Diabetes Mellitus (DM)

Diabetes mellitus (DM) dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

(53)

Kebanyakan diabetes tipe-1 adalah anak-anak dan remaja yang pada umumnya tidak gemuk. Setelah penyakitnya diketahui mereka harus langsung memakai insulin. Pankreas sangat sedikit atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin (Soegondo, 2004).

Diabetes mellitus tipe-1 (DM tipe-1) dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada Langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Sampai saat ini, diabetes tipe-1 tidak dapat dicegah. Diet dan olahraga tidak bisa menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe-1. Kebanyakan penderita diabetes tipe-1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai diderita. Selain itu, sensitifitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.

Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe-1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh. Saat ini diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah (Mirza, 2008).

2. Diabetes Mellitus Tipe-2 atau Tidak Tergantung Insulin (DMTTI)

(54)

yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Pada tahap ini,

hiperglikemia dapat diatasi dengan berbagai cara dan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi gula dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan.

Diabetes tipe kedua ini disebabkan oleh kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin. Pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin relatif (Mirza, 2008). Diabetes mellitus tipe-2 (DM tipe-2) biasanya terjadi pada usia > 40 tahun. Penderita diabetes mellitus tipe-2 (DM tipe-2) lebih sering dijumpai dari pada diabetes mellitus (DM tipe-1), proporsinya mencapai 90% dari seluruh kasus diabetes. Pasien-pasien yang termasuk dalam kelompok diabetes mellitus (DM tipe-2) biasanya memiliki berat badan yang berlebih dan memiliki riwayat adanya anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus (DM), 25% dari pasien diabetes mellitus (DM tipe-2) mempunyai riwayat adanya anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus (DM). Kembar identik dengan diabetes mellitus (DM tipe-2), pasangan kembarnya akan menderita penyakit yang sama (Noer, 1996).

3. Diabetes Mellitus Gestasional (Diabetes Kehamilan)

(55)

meningkat atau lenyap. Meskipun kejadiannya sementara, namun diabetes jenis ini bisa merusak kesehatan janin dan ibu.

Gestasional Diabetes Mellitus (GDM) terjadi sekitar 2-5% dari semua kehamilan. Diabetes ini sifatnya sementara dan harus ditangani dengan baik, karena jika tidak, bisa menyebabkan masalah dalam kehamilan seperti makrosomia, cacat janin, penyakit jantung sejak lahir, gangguan pada sistem saraf pusat, dan juga cacat otot. Bahkan ada dugaan bahwa hiperbillirubinemia juga diakibatkan oleh binasanya sel darah merah akibat dari meningkatnya gula dalam darah. Bahkan dalam kasus yang parah hal ini bisa mengakibatkan kematian. Karena itulah, hal ini harus mendapat pengawasan medis yang seksama selama kehamilan.

2.3.4. Pencegahan Diabetes Mellitus (DM)

Mengingat jumlah pasien yang semakin meningkat dan besarnya biaya perawatan pasien penderita diabetes mellitus (DM) yang terutama disebabkan oleh karena komplikasi, maka upaya yang paling baik adalah pencegahan. Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada penderita diabetes mellitus (DM) ada 3 tahap, yaitu :

1. Pencegahan Primer

(56)

orang-orang yang belum sakit artinya mereka masih sehat sehingga cakupannya menjadi sangat luas (Noer, 1996).

Yang bertanggung jawab dalam hal ini bukan hanya profesi tetapi semua pihak, untuk mempromosikan pola hidup sehat dan menghindari pola hidup beresiko, seperti: kampanye makanan sehat dengan pola tradisional yang mengandung lemak rendah atau pola makan seimbang, menjaga berat badan agar tidak gemuk dengan olah raga secara teratur. Cara tersebut merupakan alternatif terbaik dan harus sudah ditanamkan pada anak-anak sekolah sejak taman kanak-kanak. Hal ini merupakan salah satu upaya pencegahan primer yang sangat murah dan efektif (Noer, 1996). 2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya pencegahan atau menghambat timbulnya komplikasi dengan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal penyakit. Deteksi dini dilakukan dengan tes penyaringan terutama pada populasi resiko tinggi.

Menurut WHO (1994) untuk negara berkembang termasuk Indonesia kegiatan tersebut memerlukan biaya yang sangat besar (PERKENI, 2002). Pada pencegahan sekunder penyuluhan tentang perilaku sehat seperti pada pencegahan primer harus dilaksanakan ditambah dengan peningkatan pelayanan kesehatan primer di pusat-pusat pelayanan kesehatan, disamping itu juga diperlukan penyuluhan kepada pasien dan keluarganya tentang berbagai hal mengenai penatalaksanaan dan pencegahan komplikasi.

(57)

3. Pencegahan Tertier

Upaya mencegah komplikasi dan kecacatan yang diakibatkannya terdiri dari 3 tahap, antara lain: 1) Mencegah timbulnya komplikasi; 2) Mencegah berlanjutnya komplikasi untuk tidak terjadi kegagalan organ; 3) Mencegah terjadinya kecacatan oleh karena kegagalan organ atau jaringan.

Dalam upaya ini diperlukan kerja sama yang baik antara pasien dan dokter maupun antara dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Dalam hal ini peran penyuluhan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan diabetesnya (Soegondo, 2004).

2.3.5. Pengelolaan Diabetes Mellitus (DM)

Tujuan pengelolaan diabetes mellitus (DM) dibagi atas tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah hilangnya berbagai keluhan/ gejala diabetes sehingga penderita dapat menikmati hidup sehat dan nyaman. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah tercegahnya berbagai komplikasi baik pada pembuluh darah maupun pada susunan syaraf sehingga dapat menekan angka morbiditas dan mortalitas (Waspadji, 1997).

1. Edukasi/Penyuluhan

(58)

dibutuhkan edukasi yang komprehensif, pengembangan keterampilan dan motivasi (Waspadji, 1997).

Beberapa hal yang perlu dijelaskan pada penderita diabetes mellitus (DM) adalah apa penyakit diabetes mellitus (DM) itu, cara perencanaan makanan yang benar (jumlah kalori, jadwal makan dan jenisnya), kesehatan mulut (tidak boleh ada sisa makan dalam mulut, selalu berkumur setiap habis makan), latihan ringan, sedang, teratur setiap hari dan tidak boleh latihan berat, menjaga baik bagian bawah ankle joint (daerah berbahaya) seperti : sepatu, potong kuku, tersandung, hindari trauma dan luka (Waspadji, 1997).

2. Diet Diabetes

Tujuan utama terapi diet pada penderita diabetes mellitus (DM) adalah menurunkan atau mengendalikan berat badan disamping mengendalikan kadar gula atau kolesterol. Semua ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan mencegah paling tidak menunda terjadinya komplikasi akut maupun kronis. Penurunan berat badan pasien diabetes mellitus (DM) yang mengalami obesitas umumnya akan menurunkan resistensi insulin. Dengan demikian, penurunan berat badan akan meningkatkan pengambilan glukosa oleh sel dan memperbaiki pengendalian glukosa darah (Mirza, 2008).

3. Latihan Fisik

(59)

kegemukan juga bermanfaat untuk mengatasi adanya resistensi insulin pada obesitas (Noer, 1996). Meskipun latihan teratur itu baik untuk penderita diabetes mellitus (DM), tetapi syarat yang harus dipenuhi adalah persediaan insulin di dalam tubuh harus cukup. Apabila latihan dikerjakan oleh penderita diabetes mellitus (DM) yang tidak cukup persediaan insulinnya, maka latihan akan memperburuk bagi penderita tersebut.

Beberapa kegunaan dari latihan teratur setiap hari pada penderita diabetes mellitus (DM) antara lain: 1) Meningkatkan kepekaan insulin apabila dikerjakan setiap 1,5 jam sesudah makan dapat mengurangi resistensi insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin pada reseptornya; 2) Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore; 3) Meningkatkan kadar kolesterol HDL yang merupakan faktor protektif untuk penyakit jantung koroner; 4) Glikogen otot dan hati menjadi kurang, maka selama latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru; 5) Menurunkan total kolesterol dan trigliserida dalam darah, karena terjadi pembakaran asam lemak menjadi lebih baik; 6) Intervensi Farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah normal belum tercapai dengan pengaturan makan dan latihan fisik. Dalam pengelolaan diabetes mellitus (DM) yang memakai obat hipoglikemia ini ada dua macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral dan secara injeksi. Obat yang diberikan secara oral/hipoglikemia yang umum dipakai adalah Sulfonilurea dan Binguanid. Sedangkan yang diberikan secara injeksi adalah insulin (Waspadji, 1997).

(60)

2.4. Landasan Teori

Friedman (1998) menjelaskan, adapun dukungan sosial keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita. Keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dengan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga sangat diperlukan dalam membantu penderita dalam upaya pencegahan sekunder diabetes mellitus.

Dukungan sosial keluarga menurut Friedman dan House (dalam Setiadi, 2008) dan Caplan (1976) (dalam Asihet al.,Eds.,1998:197; Estu, Ed., 2010), antara lain: 1. Dukungan informasional didefinisikan sebagai suatu bentuk bantuan dalam

wujud pemberian informasi tertentu. Informasi yang disampaikan tergantung dari kebutuhan seseorang. Dukungan informasional dapat bermanfaat untuk menanggulangi persoalan yang dihadapi dalam keluarga, meliputi pemberian nasehat, ide-ide atau informasi yang dibutuhkan.

2. Dukungan enilaian merupakan bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada orang lain sesuai dengan kondisinya. Bantuan penilaian dapat berupa penghargan atas pencapaian kondisi keluarga berdasarkan keadaan yang nyata. Bantuan penilaian ini dapat berupa penilaian positif dan penilaian negatif yang pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang.

(61)

dari dukungan instrumental diantaranya berupa bantuan finansial yang terus-menerus, berbelanja, merawat anak, dan melakukan tugas rumah tangga.

4. Dukungan emosional berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan.

2.5. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang telah diuraikan di atas, maka peneliti akan memfokuskan untuk mengkaji variabel dukungan keluarga terhadap pencegahan sekunder diabetes mellitus (DM), hal ini dapat di lihat pada gambar kerangka konsep di bawah ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep

Pencegahan Sekunder Diabetes Mellitus Dukungan Keluarga

(62)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian survei tipe explanatory research yang menyoroti hubungan antara variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Singarimbun, 1995), yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh dukungan keluarga terhadap pencegahan sekunder pada pasien diabetes mellitus (DM) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitan

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat.

Waktu penelitian direncanakan mulai Oktober 2011 sampai Maret 2012. Tahapan dilaksanakan mulai pra survei, pembuatan proposal penelitian, konsultasi dosen pembimbing, penelitian lapangan dan membuat laporan akhir.

3.3. Populasi dan Sampel

(63)

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus (DM) yang berkunjung ke Poli Internis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat dengan besar sampel diambil menggunakan rumus

N

n = Jumlah sampel (responden dalam penelitian) N = Jumlah populasi (948 orang)

e = Kelonggaran sampel (10 % = 0,1) 1 = Konstanta

Perhitungan besarnya sampel adalah :

N

(64)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam penelitian. Data yang terkumpul akan digunakan sebagai analisis dan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan. Oleh karena itu pengumpulan data harus dilakukan dengan sistematis, terarah dan sesuai dengan masalah penelitian.

1. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun.

2. Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura yaitu data jumlah kunjungan pasien diabetes mellitus (DM) dan data jumlah pasien diabetes mellitus (DM), sedangkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat berupa data jumlah penderita Diabetes mellitus (DM).

3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas

(65)

Dr. Joelham Binjai yang memiliki karakteristik yang sama dengan pasien di lokasi penelitian.

Uji validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur benar-benar mengukur apa yang ingin diukur dan dilakukan dengan mengukur korelasi antara masing-masing item pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment (r), dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka pertanyaan valid dan jika nilai r hitung < r tabel, maka pertanyaan tidak valid. Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasi (r) sebagai berikut: a) Sangat tinggi, antara 0,800-1,000; b) Tinggi, antara 0,600-0,799; c) Cukup, antara 0,400-0,599; d) Rendah, antara 0,200-0,399 dan e) Sangat Rendah, antara 0,000-0,199 (Riduwan, 2002).

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya/diandalkan. Teknik menghitung indeks reliabilitas dengan metode Cronbach Alpha < r tabel, dinyatakan tidak reliabel. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien kehandalan atau alpha sebesar: a) < 0,6 tidak reliabel; b) 0,6-0,7 accetable; c) 0,7-0,8 baik dan d) > 0,8 sangat baik (Riduwan, 2002).

Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas bahwa instrumen penelitian atau alat ukur yang digunakan pada masing-masing variabel semua pertanyaan

mempunyai r hitung lebih besar dari r tabel pada df = 28; α = 5% sebesar 0,361,

(66)

dapat dilihat dari nilai koefisien r diantara 0,400-1,000 dan nilai alpha cronbach

variabel dukungan informasional 0,934, variabel dukungan penilaian 0,973, variabel dukungan instrumental 0,970, variabel emosional 0,975 (Lampiran 3).

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga (dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional) serta variabel dependen adalah pencegahan sekunder pada pasien diabetes mellitus (DM).

3.5.2. Definisi Operasional 1. Variabel Independen

Dukungan keluarga adalah suatu bentuk bantuan/dukungan yang diterima pasien dari keluarga terhadap pencegahan sekunder penyakit diabetes mellitus (DM) yang dilakukan pasien, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional.

Gambar

Tabel 4.1.  Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Langkat Tahun
Tabel 4.2.  Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Rumah Sakit
Tabel 4.2 Lanjutan
Tabel 4.3.  Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan Informasional terhadap Pencegahan Sekunder pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proses produksi tersebut terdiri dari empat proses yang diantaranya, yaitu proses penekanan, proses pengecatan , proses pengisian semen, dan proses pengemasan, sedangkan peta kerja

Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan pemahamannya tentang komunikasi terapeutik dengan keluarga pasien pre sectio caesarea , tingkat pendidikan yang

Interaksi enzim eksoxilanase IT-08 terhadap substrat pNP-X maupun xilooligosakarida masih belum ada yang melaporkan sampai saat ini, hal ini dikarenakan belum

melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat diambil kesimpulan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan kreativitas dan

Manajemen proyek dapat diartikan juga sebagai suatu proses kegiatan untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas sumber daya

[r]

[r]

[r]