• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pengobatan Tradisional Terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Pengobatan Tradisional Terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGOBATAN TRADISIONAL TERHADAP KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI PANTI REHABILITASI SIBOLANGIT

CENTRE

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat

Untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

ROY APRILLA SANDY SIMORANGKIR 030902058

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI UNTUK DIPERTAHANKAN OLEH

NAMA : Roy Aprilla Sandy Simorangkir

NIM : 030902058

DEPARTEMEN : Ilmu Kesejahteraan Sosial

JUDUL : Efektivitas Pengobatan Tradisional Terhadap Korban

Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Rehabilitasi Sibolangit

Centre

Pembimbing Skripsi,

Hairani Siregar, S.Sos.M,SP

NIP. 132 208 328

Ketua Departemen

Ilmu Kesejahteraan Sosial

Drs. Matias Siagian, M.Si

NIP. 132 054 339

Dekan

FISIP USU

Prof.Dr. M. Arif Nasution, MA

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas semua

berkat, kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat dimampukan dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penlisan skripsi ini merupakan suatu kewajiban bagi setiap mahasiswa untuk

menyelesaikan perkuliahannya, sehingga gelar sarjana dapat diperoleh. Untuk itu

penulis membuat skripsi dengan judul “Efektivitas Pengobatan Tradisional Terhadap

Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre.”

Dalam menyeleseikan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan, nasehat, serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Teristimea buat kedua orang tua saya A.Simorangkir dan M. Br. L. Tobing

buat segala cinta dan kasih sayangnya serta dukungan moril, material dan doa

yang selalu ada buat penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Arif Nasution, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

4. Ibu Hairani Siregar S.Sos. M.SP selaku dosen pembimbing penulis, yang telah

banyak memberikan bimbingan, nasehat dan pengarahan kepada penulis dalam

(4)

5. Kepada seluruh Dosen Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yang telah begitu banyak

memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan yang bermanfaat bagi penulis.

6. Staff Administrasi FISIP USU, terkhusus administrasi Depatemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial kepada K’Ita, K’Zuraidah, B’Ria yang telah banyak

membantu penulis dalam segala bentuk kegiatan administrative.

7. Kepada Direktur Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara

(PIMANSU) Bpk. Drs. Zulkarnain Nasution MA serta semua staff di

PIMANSU K’Fitri, K’Lyla, B’ Ardy, B’ Abdul, terima kasih atas semua

bantuan, bimbingan dan pengetahuan yang telah diberikan.

8. Kepada Bpk. T.Moh Safawi selaku Penanggung Jawab Panti Rehabilitasi

Sibolangit Centre dan semua staf di panti ini, terima kasih atas semua

bantuannya kepada penulis.

9. Kepada semua pasien di Panti Rehabilitasi Rehabilitasi Sibolangit Centre.

Tetap semangat dalam menjalani hari – hari nya di Panti Rehabilitasi

Sibolangit Centre. Semoga cepat sembuh dan dapat menjalani kehidupan yang

lebih baik lagi dan tentunya jauh dari narkoba.

10. Kepada Bapak tua dan inang tua Simamora, keluarga besar saya, Oppung Mak, abang, adik-adik, dan sepupu-sepupu saya. Ada Windy, Lala, Jojo, Ayu, Gita,

Jimmy, K’Oya, K’Sis, Uthie, Holy Grace, David, Agus, Nad, Onash terima

kasih buat dukungan dan doa-doanya.

11. Buat Bunda Iffet Sidartha, Slank dan Slankers di Indonesia. Selalu Polos Dan

Apa Adanya. Tetap PLUR

(5)

Bay, Grenn, Candhra, Martupa, Herman, Gom2, Waddin, Jonk, Saud,

Almanda, Rohdo, Heny, Sri, Emmy, Neta, Rista, Uli, Vika. Banyak sudah

kenangan yang telah terukir dan persahabatan ini takkan pernah berakhir.

Sukses buat kita semua.

13. Buat MELE-TIHKAN, Q-Bo, Fajar, Anton, dan semua anak-anak kessos yang suka nongkrong di Café Bang Batara.

14. Buat Gopal, Nienk dan GRAND BAND. Sukses buat kalian semua.

15. Buat semua teman-teman yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Mungkin lembar kertas ini tak cukup tempat untuk menuliskan nama

kalian semua. Tetapi dihati ini selalu ada tempat buat kalian semuanya.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan,

untuk itu penulis mohon maaf untuk segala kekurangan yang ada. Oleh karena itu

penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan

skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dengan harapan semoga skripsi

ini bermanfaat bagi semua yang membaca.

Medan, Maret 2008

Penulis

(6)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENGOBATAN TRADISIONAL TERHADAP KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI PANTI REHABILITASI SIBOLANGIT

CENTRE

Nama : Roy Aprilla Sandy Simorangkir NIM : 030902058

Permasalahan penyalahgunaan narkoba telah menjadi ancaman serius yang dapat mengganggu kelangsungan hidup bangsa dan negara serta mengganggu ketahanan diri, keluarga dan masyarakat baik secara fisik, mental, sosial dan ekonomi. Faktor – faktor yang melatar belakangi penggunaan narkoba dapat disebabkana faktor keluarga, faktor kepribadian, faktor tekanan kelompom sebaya dan faktor kesempatan. Panti rehabilitasi narkoba merupakan salah satu bentuk penanggulangan dampak buruk dari narkoba. Panti rehabilitasi mempunyai banyak metode pengobatan dalam usaha penyembuhan korban penyalahgunaan narkoba. Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre merupakan salah satu panti rehabilitasi narkoba yang menerapkan metode pengobatan tradisional dalam usaha penyembuhan korban penyalahgunaan narkoba. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana keefektivitasan peengobatan tradisional terhadap korban penyalahgunaan narkoba di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu membuat gambaran keadaan secara sistematis dan akurat mengenai fakta tentang efektivitas pengobatan tradisioanal terhadap korban penyalahgunaan narkoba di Panti Rehabilitasi Sibolangiit Centre. Sementara itu, sampel dalam penelitian ini merupakan total sampling N = n, yakni sebanyak 18 orang. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan data primer (kuesioner, wawancara, observasi) dan data sekunder (studi kepustakaan). Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa deskriptif dengan mentabulasikan data yang didapat dari responden melalui tabel kemudian menganalisanya.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR………vi

ABSTRAK………...vii

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 5

I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

I.4.Sistematika Penulisan ……….7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Pengertian Efektivitas ... 8

II.2. Narkoba ... 9

II.3. Penyalahgunaan Narkoba ... 14

II.4. Bahaya Narkoba ... 18

II.5. Pelayanan Sosial Terhadap Penyalahgunaan Narkoba ... 20

II.6. Konsep Pelayanan Sosial ... 24

(8)

II.8. Kerangka Pemikiran………...34

BAB III METODE PENELITIAN III.1. Metode Penelitian ... 36

III.2. Lokasi Penelitian ... 36

III.3. Populasi dan Sampel ... 37

III.4. Teknik Pengumpulan Data ... 37

III.5. Teknik Analisa Data ... 38

BAB IV DESKRIPSI LOKASI IV.1. Sejarah Berdirinya Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre ... 39

IV.2. Visi dan Misi ... 40

IV.3. Struktur Organisasi Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre ... 41

IV.4. Fasilitas Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre………..46

IV.5. Metode Pengobatan di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre………53

BAB V ANALISIS DATA V.1. Identitas Responden ... 57

V.2. Penyalahgunaan Narkoba ... 61

V.3. Efektivitas Pengobatan Jamu……….67

V.4. Efektivitas Pengobatan Oukup ... 77

BAB VI KESIMPULAN dan SARAN VI.1. Kesimpulan ... 87

(9)

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka Pemikiran ... 35

Bagan 2 Bagan Struktur Organisasi

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasaarkan Jenis Kelamin ... 58

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 58

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 59

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 60

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 61

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menggunakan Narkoba ... 62

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Narkoba Yang Sering Digunakan ... 63

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Yang Melatarbelakangi Penggunaan Narkoba... 64

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Sakau Selama Menggunakan Narkoba ... 65

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Darimana Mengetahui Panti Rahabilitasi Sibolangit Centre ... 66

Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Tahu Tidaknya Jenis Jamu 67 Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Tahu Tidaknya Manfaat Jamu ... 68

Tabel 5.13 Distibusi Responden Berdasarkan Sikap Ahli Pengobat Tradisional Dalam Memberikan Pengobatan Jamu ... 69

(12)

Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan

Setelah Menerima Pengobatan Jamu Selera Makan Bertambah 71

Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan

Segar Dan Fitnya Badan Setelah Menerima Pengobatan Jamu 71

Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan Pikiran

Fokus Dalam Mengikuti Kegiatan Lainnya ... 72

Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan Pernah

Tidaknya Sakau Srtrlah Menerima Pengobatan Jamu …………..73

Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan Fasilitas

Pengobatan Jamu Dipanti rehabilitasi Sibolangit Centre .... 74

Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan Tidak Tepat

Waktunya Ahli Pengobat Tradisional Dalam Memberikan

Pengobatan Jamu ... 75

Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan Jumlah

Ahli Pengobatan Jamu ... 76

Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan Tahu

Tidaknya Manfaat Pengobatan Oukup ... 77

Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan

Sikap Ahli Pengobatan Oukup………..78

Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan

Badan Segar Dan Sehat Setelah Menenrima

Pengobatan Oukup ... 79

Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan Tidur jadi

Enak setelah Menerima Pengobatan Oukup ... 80

(13)

Bersemangat Mengikuti Kegiatan lainnya Setelah

Menerima Pengobatan Oukup... 81

Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan Pernah

Tidaknya Sakau Setelah Menerima

Pengobatan Oukup……….82

Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan Jumlah

Ruangan Tempat Pengobatan Oukup ... 82

Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan Fasilitas

Pendukung Untuk Pengobatan Oukup……….83

Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan Tidak Tepat

Waktunya Ahli Pengobat Tradisional Dalam

Memberikan Pengobatan Oukup………...84

Tabel 5.31 Distribusi Responden Berdasarkan Keterangan

(14)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENGOBATAN TRADISIONAL TERHADAP KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI PANTI REHABILITASI SIBOLANGIT

CENTRE

Nama : Roy Aprilla Sandy Simorangkir NIM : 030902058

Permasalahan penyalahgunaan narkoba telah menjadi ancaman serius yang dapat mengganggu kelangsungan hidup bangsa dan negara serta mengganggu ketahanan diri, keluarga dan masyarakat baik secara fisik, mental, sosial dan ekonomi. Faktor – faktor yang melatar belakangi penggunaan narkoba dapat disebabkana faktor keluarga, faktor kepribadian, faktor tekanan kelompom sebaya dan faktor kesempatan. Panti rehabilitasi narkoba merupakan salah satu bentuk penanggulangan dampak buruk dari narkoba. Panti rehabilitasi mempunyai banyak metode pengobatan dalam usaha penyembuhan korban penyalahgunaan narkoba. Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre merupakan salah satu panti rehabilitasi narkoba yang menerapkan metode pengobatan tradisional dalam usaha penyembuhan korban penyalahgunaan narkoba. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana keefektivitasan peengobatan tradisional terhadap korban penyalahgunaan narkoba di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu membuat gambaran keadaan secara sistematis dan akurat mengenai fakta tentang efektivitas pengobatan tradisioanal terhadap korban penyalahgunaan narkoba di Panti Rehabilitasi Sibolangiit Centre. Sementara itu, sampel dalam penelitian ini merupakan total sampling N = n, yakni sebanyak 18 orang. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan data primer (kuesioner, wawancara, observasi) dan data sekunder (studi kepustakaan). Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa deskriptif dengan mentabulasikan data yang didapat dari responden melalui tabel kemudian menganalisanya.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman

nasional yang perlu mendapatkan perhatian yang serius oleh segenap element bangsa.

Ancaman nasional tersebut berpotensi besar menggangu kelangsungan hidup bangsa dan

negara serta menggangu ketahanan diri, keluarga dan masyarakat baik secara fisik baik

mental, secara sosial dan ekonomi. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkoba di Indonesia menunjukkan adanya kecenderungan yang terus meningkat, hal tersebut

terlihat dari peningkatan angka kejahatan narkoba yang ditangani Mabes Polri maupun dari

data lembaga permasyarakatan.

Masalah penggunaan narkoba di Indonesia merupakan masalah serius yang harus

dicarikan jalan penyelesaiannya dengan segera. Banyak kasus yang menunjukan betapa

akibat dari masalah tersebut di atas telah menyebabkan banyak kerugian, baik materi

maupun non materi, banyak kejadian seperti perceraian, atau kesulitan lain bahkan

kematian yang disebabkan oleh ketergantungan terhadap narkoba.

Indonesia yang semula menjadi negara transit atau tempat pemasaran sekarang

sudah meningkat menjadi salah satu negara tujuan bahkan telah pula merupakan negara

eksportir atau negara produsen. Dalam hal ini ternyata Mabes POLRI pada desember

1999 lalu pernah menangkap Burhan, pemilik pabrik ekstasi di Tanggerang yang dalam

sebulan bisa mencetak 1,8 juta butir pil ekstasi. Dalam dekade terakhir ini,

penyalahgunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman nasional yang perlu

(16)

(keluarga) makro (ketahanan nasional) yang meningkat dewasa ini, menyebabkan

semakin mengkhawatirkan dengan dampak buruk ekonomi dan sosial yang semakin

besar. Angka kasus kejahatan tindak pidana narkoba yang dilaporkan ke kepolisian

(Mabes Polri, 2004) dalam lima tahun terakhir (2000-2004) menunjukkan peningkatan

rata-rata 28,9% pertahun. Sedang Jumlah tersangka meningkat rata-rata 28,6% pertahun.

Data-data menunjukkan penggunaan narkoba terus meningkat dari tahun ke tahun.

Data di Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebutkan dalam kurun waktu lima tahun,

pengguna narkoba naik rata-rata 58 persen tiap tahun. Pada tahun 1999 kasus narkoba

tercatat 1.833 kasus. Jumlah itu melonjak menjadi 7.140 kasus pada tahun 2003. Jumlah

tersangka juga mengalami kenaikan signifikan, sebesar 278 persen dalam kurun lima

tahun. Artinya tiap tahun tersangka kasus narkoba meningkat rata-rata 56 persen. Itu

hanya kasus yang tercatat. Mengingat kasus narkoba merupakan gejala gunung es yang

hanya terlihat puncaknya di permukaan, diperkirakan kasus yang tidak terdeteksi

jumlahnya lebih besar lagi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahkan memperkirakan

pengguna narkoba di Indonesia saat ini mencapai satu persen dari jumlah penduduk. Jika

penduduk Indonesia sekarang berjumlah 220 juta jiwa, artinya ada sekitar 2,2 juta orang

yang kecanduan narkoba. Yang paling menggelisahkan, pecandu narkoba terbanyak

adalah anak muda berusia 15 hingga 24 tahun. Penelitian yang dilakukan BNN dan

Lembaga Pranata Universitas Indonesia pada 2003 mendapati 3,9 persen di antara 13.710

siswa SLTP sampai mahasiswa yang menjadi sampel, menggunakan narkoba dalam satu

tahun terakhir. Penelitian itu dilakukan di seluruh ibu kota provinsi. Sedangkan survei

(17)

anak usia 12-19 tahun pernah mencoba narkoba. ( 17 Juni 2004, Pendidikan, Koran

Repuplik)

Atas dasar latar belakang tersebut, Badan Narkotika Nasional menindaklanjuti

pelaksanaan penelitian Survey Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba

di kalangan pelajar dan mahasiswa tahun 2003 dengan mengadakan Survey Nasional

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Pekerja Formal dan Informal

(disingkat SPPN 2004). Sedangkan tahun 2005 direncanakan survey itu dilakukan di

lingkungan keluarga. Permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia telah menjadi

ancaman nasional yang perlu mendapatkan perhatian serius dengan upaya Pencegahan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) oleh segenap

elemen bangsa.

Peningkatan yang terjadi tidak saja dari jumlah pelaku tetapi juga dari jumlah narkoba

yang disita serta jenis narkoba. Masalah ini merupakan ancaman yang serius bukan saja

terhadap kelangsungan hidup dan masa depan pelakunya tetapi juga sangat membahayakan

bagi kehidupan masyarakat bangsa dan negara. Atas dasar itu BNN bekerjasama dengan

Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan suatu penelitian Masalah Napi Narkoba di 9 Lapas dan

1 Rutan yang tersebar di 9 Propvinsi di Indonesia. Cakupan Lapas/Rutan ditentukan

berdasarkan banyaknya Napi narkoba di masing-masing lembaga tersebut. Diharapkan

hasilnya dapat dijadikan pedoman dalam menentukan langkah-langkah kebijakan lebih lanjut.

(www.bnn.go.id)

Peningkatan jumlah pelaku penyalahgunaan baik yang mengikuti pengobatan dan

(18)

meluas distribusinya. Peningkatan angka kejahatan narkotika yang ditangani oleh Polri,

baik dilihat dari jumlah pelakunya, maupun jumlah narkoba yang disita. Perubahan

Indonesia dari wilayah transit menjadi tempat pemasaran perdagangan bahkan menjadi

tempat produksi narkoba dari sindikat narkoba internasional. Posisi dan sifat geografis

Indonesia sebagai negara kepulauan, yang rentan terhadap penyelundupan narkoba.

Pemberantasan narkoba membutuhkan kerja sama yang baik dari semua kalangan

baik itu dari kalangan pemerintah, LSM, masyarakat umum, dan organisasi-organisasi

sosial demi menyelamatkan generasi masa depan bangsa. Kepedulian masyarakat dan

LSM serta unsur-unsur yang ada di lingkungan sosial sekitarnya dalam usaha

memberantas narkoba juga cukup besar. Dapat kita lihat dengan semakin banyaknya

berdiri oraganisasi, yayasan, atau pun panti-panti rehabilitasi yang khusus menangani

masalah narkoba. Setiap panti atau yayasan memiliki pelayanan dalam metode

penyembuhan. (SADAR,Desember 2006)

Bagaimana penanggulangan narkoba selain dari sisi hukum, sosial, budaya,

keagamaan serta kesehatan. Sisi penanggulangan dalam bidang kesehatan yang berperan

besar di dalam penanggulangan dampak buruk dari penyalangunaan narkoba. Pengobatan

dalam bidang medis pun terbagi dua yaitu pengobatan modern dan pengobatan

tradisional. Masing-masing cara pengobatan baik modern ataupun memiliki fungsi dan

manfaat masing-masing.

Salah satu panti atau yayasan yang menangani masalah narkoba adalah Panti

Rehabilitasi Narkoba Sibolangit Center. Panti ini merupakan salah satu tempat

(19)

pengobatan tersebut adalah pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang

dilakukan oleh Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre ada dua macam yaitu : pengobatan

jamu dan pengobatan oukup(mandi uap).

Mengingat sampai saat ini belum ada suatu ketentuan atau standard kesehatan

dipanti rehabilitasi dari Departemen Kesehatan maupun Departemen Sosial maka

pengelolah panti hanya berpedoman pada ” Panduan Pelayanan & Rehabilitasi Sosial

Bagi Korban Penyalahgunaan Napza” dari Depsos tahun 2002 yang menyatakan : Salah

satu tujuan pembinaan fisik adalah pulihnya kondisi fisik dan kesegaran jasmani para

klien dari keadaan kurang sehat atau loyo kepada keadaan jasmani yang sehat dan bugar.

Dengan demikian pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Panti Rehabilitasi Sibolangit

Centre diharapkan mampu mencapai tujuan seperti yang disebutkan di atas.

Selama hampir enam tahun panti ini berperan didalam menyelenggarakan

pelayanan metode penyembuhan dengan berbagai metode pengobatan bagi korban

narkoba atau klien, panti ini ini telah merawat puluhan bahkan ratusan alumni dengan

mengunakan berbagai metode pengobatan yang salah satunya adalah pengobatan

tradisional. Penulis tertarik untuk mengali serta mencari tahu sejauh mana keefektivan

penyembuhan dengan metode pengobatan tradosional.

1.2. Perumusahan Masalah

Menurut Nazir (1988;133) perumusan masalah merupakan langkah yang penting

karena langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan

(20)

permasalahan yang jelas. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka

permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah:

“ Bagaimanakah efektivitas pengobatan tradisional terhadap korban penyalahgunaan

narkoba di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre.”

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektivitasan program pengobatan

tradisonal yang diberikan oleh Panti Rehabilitasi Sibolangit Center.

1.3.2. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat :

1. Secara Akademis, dapat memberikan sumbangan positif terhadap khasanah

keilmuan di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial mengenai konsep

pelayanan sosial.

2. Secara Teoritis, dapat mempertajam kemampuan di dalam penulisan karya

ilmiah dan menambah khasanah penulis tentang penerapan metode pelayanan

sosial.

3. Secara Praktis, dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam merumuskan

dan melaksanakan penerapan pengobatan tradisional dalam penanganan

(21)

1.4. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang teori yang berkaitan dengan masalah yang akan

diteliti, kerangka pemikiran, defnisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini beriskan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik

pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian.

BAB V: ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan

analisisnya

BAB VI : PENUTUP

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Efektivitas

Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai

tujuan atau sasaran yang telah ditentukan. Menurut Barnard, bahwa efektivitas adalah

tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama. (Barnard,1992:27)

Ahli sosiologi lebih menitikberatkan pada kemanfaatan bersama. Dalam kamus

Sosiologi karangan Soejono Soekanto, membedakan dua pengertian yang sering

disamakan artinya yaitu ; efektivitas dan efisiensi. Efektivitas ( effectivities) adalah taraf

sampai sejauh mana suatu kelompok mencapai tujuan, sedangkan efisiensi ( efficiency)

adalah : 1) pencapaian tujuan secara maksimal dengan sarana terbatas; 2) rasio dari

keluarga actual terhadap keluarga standard; 3) derajat pencapaian tujuan. Jadi, efektifitas

merupakan suatu taraf sampai sejauh mana peningkatan kesejahteraan manusia dengan

adanya suatu program tertentu, karena kesejahteraan manusia merupakan tujuan dari

proses pembangunan. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan terasebut dapat dilakukan

dengan mengukur beberapa indikator spesial misalnya : income, kesehatan, pendidikan

ataupun rasa aman dalam mengadakan pergaulan. (Soekanto,1989:48)

Menurut J.P Cambel, pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling

menonjol adalah:

1. Keberhasilan Program

2. Keberhasilan Sasaran

(23)

5. Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel, 1989 : 121)

Sehingga efektivitas program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional

dalam melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Secara komprehensif efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu

lembaga atau organisasi untuk dapat melaksanakan semua tugas-tugas pokoknya atau

untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. (Cambel,1989:47),

Sementara menurut Sondang P. Siagian, bahwa efektifitas adalah penyesuaian pekerjaan

tepat pada waktunya yang telah ditentukan sebelumnya.

Artinya bahwa efektivitas berhubungan dengan dimensi waktu atau penyelesaian

pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila tujuan atau

sasaran dapat dicapai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya,dikatakan

efektif. Akan tetapi apabila tujuan atau sasaran yang dihasilkan tidak dapat

penyelesaiannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya, dikatakan tidak

efektif.

2.2. Narkoba

Narkoba merupakan akronim dari narkotika dan obat – obatan adiktif yang

terlarang. Istilah narkoba tergolong belum lama, istilah ini muncul sekitar tahun 1998

karena banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang – barang yang

termasuk narkotika dan obat-obat adiktif yang terlarang. Oleh karena itu untuk

memudahkan orang berkomunikasi dan tidak menyebut istilah yang tergolong panjang,

(24)

Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) Narkoba adalah obat, bahan, zat

bukan makanan, yang jika diminum, dihisap, dihirup, ditelan atau disuntikan berpengaruh

terutama pada kerja otak (susuanan saraf pusat) dan sering kali menyebabkan

ketergantungan.

Pada dasarnya obat-obatan yang tergolong narkoba itu digunakan untuk

kepentingan medis atu pengobatan. Adapun kengunaanya adalah untuk menghilangkan

rasa sakit. Tetapi apabila pengunaan narkoba diluar dari hal-hal media dan tanpa

mengikuti dosis yang seharusnya akan dapat menimbulkan kerusakan fisik, mental dan

sikap hidup masyarakat.Narkoba yang populer didalam masyarakat terdiri dari 3

golongan yaitu: Narkotika, Pisikotropika dan Zat adiktif lainya.

1. Narkotika

Menurut Smith Kline & Frech Clinical Staff membuat defenisi narkotika sebagai

berikut :

“Narkotika adalah zat – zat obat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau

pembiusan dikarenakan zat – zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan syaraf sentral.

(Prakoso ; 1982 : 15 )

Dalam pengertian lain, narkotika adalah zat obat yang dapat mengakibatkan

ketidak sadaran atau pembiusan karena zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan

saraf. Menurut UU No 22 tahun 1997 yang menyangkut penggolongan narkotika

disebutkan bahwa narkotika digolongkan menjadi: Narkotika Golongan I, Narkotika

(25)

a. Narkotika Golongan I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam ilmu terapi, serata

mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Jenis-jenisnya

terdiri dari 26 jenis, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Tanaman Papaver Somniferum L

2. Opium mentah

3. Opium masak

4. Tanaman koka

5. Daun koka

6. Kokain mentah

7. Tanaman ganja

b. Narkotika Golongan II

Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan yang

digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan sebagai dalam terapi dan

atau untuk tujuan pengembanagn ilmu pengetahuan sera mempunyai potensi

tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Narkotika golongan II terdiri dari 87 jenis, beberapa diantaranya sebagai berikut:

1. Alfasetilmetadol

2. Alfameprodina

3. Alfametadol

(26)

5. Alfentanil

6. Allilprodina

c. Narkotika Golongan III

Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan

banyak digunakan dalam terapi dan atau pengembangn ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Narkotika golongan

III terdiri dari 14 jenis, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Asetildihidrokiodeina

2. Dekstropropoksifena

3. Dihidrokodeina

4. Etilmorfina

5. Kodeina

2. Psikotropika

Didalam Undang-Undang No.5 1997 diuraikan bahwa psikotropika adalah zat atau

obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang bersifat psikoaktif melalui

pengaruh selektif pada susunan saraf pusat menyebabkan perubahan khas pada

aktivitas mental perilaku. Dalam bidang farmalogi, psikotropika terdiri dari :

a. Golongan Psikostimulasi (Perangsang)

Yang bekerja mengaktifkan kerja susunan saraf pusat. Dalam Undang-Undang

No.5 Tahun 1997 jenis ini dimaksudkan dalam psikotropika golongan I. Yang

termasuk golongan ini adalah MDMA, Ectasy,LSD,STP (Amphetamin dan

(27)

b. Golongan Psikodepresan

Dapat digolongkan sebagai obat tidur, penenang dan obat anti cemas,

obat-obatan yanga termasuk golongan obat tidur (hipnotik) : amobarbital,

phenokarkital, pentokarkital, yang mana bekerja mengendorkan atau

mengurang aktivitas susunan saraf.

c. Golongan Halusinogen

Bekerja menimbulkan perasaan halusinasi atau khayalan.

Jenis obat-obatan yang termasuk golongan psikotropika ;

i. Sedativa Hipnotika, obat ini mempunyai khasiat mengurangi rasa

cemas dan rasa tegang(sedativa) dikenal dengan nama pil penenang.

ii. Tranqucilizer minor

iii. Tranqualizer mayor/neuroleptica, obat yang dipergunakan untuk

mengobati gangguan jiwa yang terolonga psikosa.

iv. Antidepresiva, obat yang memiliki khasiat untuk mengobati

depresi.Antihistomis golongan obat yang berkhasiat untuk mengobati

berbagai keadaan alergi, efek samping menimbulkan raasa mengantuk

v. Barbiturat

Pengguna obat-obatn tersebut umumnya mereka yang mempunyai

kesulitan tidur (imsonia), kesulitan mengatasi rasa cemas, tekanan

(28)

3. Zat Adiktif

Zat adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme hidup

menimbulkan keraj biologi yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan

ketergantungan ( adiksi) yakni keinginan mengkomsumsi terus menerus.

Didalam Undang-Undang no.5 Tahun 1997 tentang psikotropika, jenis obat yang

memiliki zat adiktif antara lain : amfetamin , amobarbital, flunitrazeam, diahepam,

bromazepam, fenobarbital, minuman beralkohol, tembakau, halusinogen, bahan

pelarut (solvent, bensin, tener, cariaqn lem dan cat ). (Wreswiniro dkk,1999)

2.3. Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba secara terus- menerus atau

sekali-kali atau kadang-kadang dan berlebihan serta tidak menunjuk petunjuk dokter dan

praktek kedokteran. Penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan gangguan –gangguan

tertentu pada badan dan jiwa seseorang dengan akibat sosial yang tidak diinginkan dan

merugikan. (Widjono,1981:1)

Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian obat dan zat-zat berbahaya lain

dengan maksud bukan untuk tujuan pengobatan dan atau penelitian serta digunakan tanpa

mengikuti aturan serta dosis yang benar. ( www.bkkbn.go.id)

Menurut Undang-Undang No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika, penyalahgunaan

narkoba adalah menggunakan narkotika tanpa sepengetahuan dan pengawasan dokter.

Penggunaan terus menerus dan berlanjut akan mengakibatkan ketergantungan,

dependensi, adiksi atau kecanduan. Karena bermula dari rasa ingin tahu, senang-senang

(29)

mencoba-coba saja tidak mungkin bisa jadi kecanduan / ketagihan. Kenyataannya,

walaupun hanya coba-coba (experimental user) derajat pemakaian tanpa disadari akan

meningkat (intensive user) dan pada akhirnya akan menjadi sangat tergantung pada obat

tersebut (compulsary user). Lebih banyak orang bukan pemakai, banyak pemakai yang

hanya sekedar mencoba-coba dan berhenti, ada sejumlah orang hanya memakai pada

kesempatan-kesempatan tertentu untuk pergaulan atau penerimaan sosial, sebagian

adalah pemakai yang berulang dan mencari narkoba sebagai sebuah kebutuhan, dan

sejumlah kecil adalah para pemakai yang sudah tidak lagi dapat melepaskan diri dari

narkoba(tergantung,kecanduan).

(hhtp://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/mb11napza03.html)

Seseorang berada dalam kondisi ini pastilah karena disebabkan oleh beberapa

faktor yang berperan pada penyalahgunaan narkoba. Secara umum faktor

penyalahgunaan narkoba dapat disebabkan oleh :

1. Faktor Keluarga

Keluarga adalah unit sosial paling kecil dalam masyarakat yang peranannya besar

sekali terhadap perkembangan sosial, terlebh pada awal – awal perkembangan anak yang

menjadi landasan bagi perkembangan kepribadian selanjutnya. Orang tua menjadi faktor

penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan

kepribadian setelah dewasa. (Singgih ; 2000:25 )

Berdasarkan hasil penelitian tim UNIKA Atma Jaya dan Perguruan Tinggi

Kepolisian Jakarta tahun 1995, terdapat beberapa tipe keluarga yang beresiko tinggi

anggota keluarganya (terutama anaknya yang remaja) terlibat penyalahgunaan narkoba.

(30)

narkoba. Keluarga dengan menejemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari

pelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu (misalnya, ayah

bilang ya, ibu bilang tidak). Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada

upaya penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik dapat terjadi

antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar saudara. Keluarga

dengan orang tua yang otoriter. Di sini peran orang tua sangat dominan, dengan anak

yang hanya sekedar harus menuruti apa kata orang tua – dengan alasan sopan santun, adat

istiadat, atau demi kemajuan dan masa depan anak itu sendiri – tanpa diberi kesempatan

untuk berdialog dan menyatakan ketidaksetujuannya. Keluarga yang perfeksionis, yaitu

keluarga yang menuntut anggotanya mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang

harus dicapai dalam banyak hal. Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi

kecemasan dengan alasan yang kurang kuat, mudah cemas dan curiga, dan sering

berlebihan dalam menanggapi sesuatu. (

http://www.e_psikologi.com/remaja/napza-4.htm)

2. Faktor Kepribadian

Individulah yang paling berperan menentukan apakah ia akan atau tidak akan

menjadi pengguna narkoba. Keputusannya dipengaruhi oleh dorongan dari dalam

maupun luar dirinya. Dorongan dari dalam biasanya menyangkut kepribadian dan kondisi

kejiwaan seseorang yang membuatnya mampu atau tidak mampu melindungi dirinya dari

penyalahgunaan narkoba.

Kepribadian tidak begitu saja terbentuk dari dalam individu melainkan juga

dipengaruhi oleh nilai-nilai yang tertanam sejak kecil melalui proses enkulturasi dan

(31)

konsep diri (self concept), sistem nilai yang teguh sejak kecil, dan kestabilan emosi

merupakan beberapa ciri kepribadian yang bisa membantu seseorang untuk tidak mudah

terpengaruh. (hhtp://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/mb11napza03.html)

3. Faktor Kelompok Teman Sebaya(peer group)

Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara

teman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku

seperti kelompok itu. Tekanan kelompok dialami oleh semua orang bukan hanya remaja,

karena pada kenyataannya semua orang ingin disukai dan tidak ada yang mau dikucilkan.

Keinginan untuk menganut nilai-nilai yang sama dalam kelompok (konformitas), diakui

(solidaritas), dan tidak dapat menolak tekanan kelompok (peer pressure) merupakan

hal-hal yag mendorong penggunaan narkoba. Dorongan dari luar adalah ajakan, rayuan,

tekanan dan paksaan terhadap individu untuk memakai narkoba sementara individu tidak

dapat menolaknya. Dorongan luar juga bisa disebabkan pengaruh media massa yang

memperlihatkan gaya hidup dan berbagai rangsangan lain yang secara langsung maupun

tidak langsung penggunaan narkoba. (http://www.bkkbn.go.id)

4. Faktor Kesempatan

Ketersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga dapat dikatakan

sebagai pemicu. Di lain pihak, masyarakat pula yang tidak mampu mengendalikan

bahkan membiarkan penjualan dan peredaran narkoba, misalnya karena lemahnya

penegakan hukum, penjualan obat-obatan secara bebas, bisnis narkotika yang

terorganisir. Narkoba semakin mudah diperoleh dimana-mana dengan harga terjangkau.

Berbagai kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan narkoba memudahkan

(32)

2.4. Bahaya Narkoba

Bahaya dan akibat dari penyalahgunaan narkoba dapat bersifat bahaya pribadi

bagi si pemakai dan dapat pula berupa bahaya sosial terhadap masyarakat atau

lingkungan. (Makaro,dkk,2003:44) Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat

terlihat pada keadaan fisik, psikis maupun keadaan sosial seseorang.

1. Secara fisik :

• Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi,

gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi

• Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut

otot jantung, gangguan peredaran darah

• Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti : penanahan (abses), alergi, eksim

• Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti : penekanan fungsi pernapasan,

kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru

• Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat,

pengecilan hati dan sulit tidur

• Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti:

penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta

gangguan fungsi seksual

• Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain

perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak

(33)

• Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik

secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan

HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya

• Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu

konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis

bisa menyebabkan kematian.(http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/77narkoba)

2. Secara Psikis :

• Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah

• Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga • Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal

• Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan

• Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri

3. Secara Sosial :

• Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan

• Merepotkan dan menjadi beban keluarga

• Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram

Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan

mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak

mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat

kuat untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest). Gejata fisik dan psikologis ini juga

berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri,

(34)

2.5. Pelayanan Sosial terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba

Salah satu bentuk pelayanan sosial yang sesuai dengan fungsi-fungsinya adalah

dengan terapi atau rehabilitasi. Hal ini dapat diwujudkan melalui panti. Secara sempit

pelayanan sosial itu dapat diartikan sebagai usaha pemberian bantuan atau pertolongan

kepada kepada orang lain baik materi maupun non materi. Jadi pelayanan yang berbentuk

panti itu dapat dikatakan sebagai bentuk pelayanan dengan mempergunakan panti sebagai

sarana dalam usaha memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada kliennya

sehingga mereka dapat mengatasi masalahnya.

Saat ini telah banyak berdiri panti-panti rehabilitasi baik yang didirikan oleh

pemerintah ataupun oleh masyarakat. Adanya tempat rehabilitasi narkoba yang didirikan

masyarakat dan pemerintah sangat mendukung sekali, karena dapat menyelamatkan

mereka khususnya pemuda yang ketergantungan narkoba.

Menurut Hawari (2000:132) program rehabilitasi tergantung dari metode dan

program dari lembaga yang bersangkutan. Setiap panti rehabilitasi memiliki

metode-metode pelayanan dalam usaha penyembuhan korban penyalahguna narkoba. Salah satu

metode pelayanan dalam penyembuhan korban narkoba adalah dengan menggunakan

pengobatan tradisional.

Pengobatan tradisional adalah upaya kesehatan yang diselenggarakan dengan cara

tradisional untuk meningkatkan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), kuratif

(penyembuhan), dan pemulihan. Pengobatan tradisional bisa dilakukan dengan

menggunakan obat-obat tradisional, yaitu bahan atau ramuan bahan yang berasal dari

tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan-bahan

(35)

Selain itu juga bisa memakai bantuan pengobat tradisional yang keahliannya diperoleh

secara turun-temurun, berguru, magang, atau mengikuti pendidikan/pelatihan.

Sesuai dengan keputusan”Seminar Pelayanan Pengobatan Tradisional

Departemen Kesehatan RI (1978), terdapat 2 defenisi untuk Pengobatan Tradisional

Indonesia(PETRIN), yaitu:

(a). Ilmu dan atau seni pengobatan yang dilakukan oleh Pengobat Tradisional Indonesia

dengan cara yanga tidak bertentangan dengan Tuhan Yang maha Esa sebagai upaya

penyembuhan, pencegahan penyakit, pemulihan dan peningkatan kesehatan jasmani,

rohani, sosial dan masyarakat.

(b). Usaha yang dilakukan untuk mencapai kesembuhan, pemeliharaan dan peningkatan

taraf kesehatan masyarakat yang berlandaskan cara berpikir, khaidah- khaidah atau

ilmu diluar pengobatan ilmu kedokteran modern, diwariskan secara turun-temurun

atau diperoleh secara pribadi dan dilakukan dengan cara-cara yang tidak lazim

dipergunakan dalam ilmu kedokteran.

Sedangkan yang dinamakan pengobat tradisional adalah orang-orang yang dikenal

dan diakui oleh masyarakat lingkungannya sebagai orang yang mampu melakukan

tindakan pengobatan dalam rangka pelayanan kesehatan masyarakat. (Azwar

Agoes,1992;60)

Pengobatan tradisional yang dilakukan dalam panti rehabilitasi narkoba pun tidak

hanya dilakukan dengan satu macam pengobatan misalnya dengan pengobatan jamu,

(36)

Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre adalah panti yang menggunakan pengobatan

tradisional dalam usaha penyembuhan pasiennya. Adapun jenis pengobatan tradisional

yang digunakan adalah :

1. Pengobatan Jamu

Menurut pakar biokimia Dr. Hj. Anna. P. Roswiem, Ms., jamu adalah ”produk

yang berasal dari bahan-bahan tradisional tumbuhan dan tidak termasuk golongan obat.”

Sedangkan menurut keterangan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan(BBPOM)

jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari bahan tumbuhan, bahan hewan,

bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara

turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.(

Menurut Prorf. DR. Selo Soemardjan jamu adalah meliputi segala bahan alam

yanga diolah atau diracik menurut cara tradisional untuk memperkuat badan manusia,

mencegah penyakit atau menyembuhakan manusia yang menderita penyakit.

(Agoes:1992:141)

Negara kita menjadi salah satu pusat tanaman obat di dunia. Ribuan jenis

tumbuhan tropis, tumbuh subur di seluruh pelosok negeri. Belum semua jenis tanaman itu

kita ketahui manfaat dan khasiatnya. Beragam jenis tumbuhan, akar-akaran, dan

bahan-bahan alamiah lainnya diracik sebagai ramuan jamu untuk menyembuhkan berbagai

penyakit. Pengolahan jamu itu sendiri dapat dilakukan dengan cara direbus atau digodok,

dikeringkan atau dikonsumsi langsung.

Secara umum beberapa alasan utntuk mengkomsumsi jamu adalah untuk

(37)

tahan tubuh dan juga karena terbuat dari bahan-bahan alami serta tidak mengandung

zat-zat kimiawi.

Pada panti rehabilitasi narkoba manfaat dari pengobatan jamu adalah untuk

mencuci perut, menghilangkan racun, menetralisir saraf, dan menstabilkan fungsi tubuh.

2. Pengobatan Oukup

Oukup adalah mandi uap hangat dengan aroma dari rempah-rempah yang

khas.Boleh dikatakan bahwa oukup itu adalah sejenis sauna tradisional yang berasal dari

mayarakat batak karo. Mula-mula oukup ini hanya digunakan oleh kaum inu-ibu yang

baru melahirkan. Fungsinya untuk memulihkan kesehatan. Biasanya ibu-ibu setelah

melahirkan harus dirawat. Oukup digunakan untuk memudakan kulit kembali,

mengembalikan stamina, membersihkan darh kotor serta melancarkan peredaran darah.

Namun, belakangan ini oukup tidak hanya untuk kaum ibu.Karena dirasa memang

bahwa fungsi oukup itu cukup banyak membawa dampak yang positif bagi kesehatan.

Mandi oukup ini dapat membantu mengendurkan kembali otot tubuh yang mengejang

dan berkontraksi saat berolahraga atau setelah bekerja dengan intensitas dan ketegangan

tinggi. Rasa pegal dari otot yang terasa mengejang setelah bekerja bisa disebabkan racun

yang menumpuk di jaringan otot. Dengan melakukan oukup, maka racun dalam tubuh

pun dapat terangkat, melancarkan peredaran darah, dan memperbaiki jaringan otot

sehingga terasa lebih rileks.

Keringat yang dihasilkan saat mandi uap ini pun memberi keuntungan tersendiri.

Keringat tersebut merupakan hasil dari pembakaran tubuh karena metabolisme tubuh

(38)

sebagai suatu proses untuk membantu melangsingkan tubuh.

(http://indoforum.org/showthread.php?t=2286)

Pengobatan oukup sangat cocok digunakan dalam penyembuhan korban narkoba.

Uap panas yang dihasilkan dari oukup ini pun akan membuka pori-pori kulit, sehingga

membantu mengeluarkan racun narkoba dan kotoran dari dalam tubuh. Efeknya, kulit

akan terasa lebih bersih dan kencang. Dengan demikian, tubuh pun akan terasa lebih

segar dan sehat

Ramuan oukup antara lain lengkuas, lempuyang, kumis sinjo, temu kunci, kunyit

bunglo, dan kencur. Masih ditambah lagi sedikit jeruk dan kulit jeruk, laja. Cara

meramunya, semua bahan tadi dirajang kemudian dikukus dengan air. Waktu maksimal

mandi oukup hanya 15 - 20 menit. Kalau terlalu lama malah membahayakan karena

keringat apabila keluar terlalu banyak akan membuat tubuh jadi lemas.

(http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id=764)

2.6. Konsep Pelayanan Sosial

2.6.1. Pengertian Pelayanan

Manusia pada dasarnya tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Dalam

perkembangan hidupnya, manusia senantiasa memerlukan pertolongan dari orang lain

dan hanya dapat hidup apabila berada ditengah-tengah lingkungan masyarakat. Dalam hal

ini, terdapat hubungan yang erat antara manusia dengan lingkungannya. Karena manusia

hidup bersama di dalam kelompok atau hidup berkelompok dimana satu sama lain saling

(39)

Dengan berkembangnya kemajuan zaman dan banyaknya tuntutan yang harus

dipenuhi dalam upaya mengikuti mengikuti arus perkembangan zaman, maka manusia

semakin membutuhkan jasa-jasa pelayanan dari orang-orang disekitarnya. Oleh karena

itu, kehadiran pelayanan menjadi begitu penting dalam perkembangan hidup manusia.

Pelayanan adalah usaha untuk memberikan bantuan atau pertolongan kepada

orang lain baik materi maupun non materi agar orang lain dapat mengatasi masalahnya

sendiri (Suparlan, 1983: 91). Sementara itu H.A.S. Moenir mengatakan bahwa pelayanan

adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain (Moenir, 1992 : 17).

Erat kaitannya dengan di atas, Sjahrir mengemukakan bahwa pelayanan adalah

jenis usaha yang dikelola pemerintah dan ditujukan untuk melayani kepentingan

masyarakat dan mempunyai fungsi sosial tanpa berorientasi pada aspek keuntungan.

(Sjahrir, 1991 : 154)

Dari penjelasan-penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa pelayanan itu merupakan

kegiatan yang diselenggarakan oleh orang lain dan ditujukan kepada seseorang dalam

rangka pemecahan masalah yang dihadapi oleh orang tersebut. Masalah yang dimaksud

disini adalah masalah yang berkaitan dengan kebutuhan hidup dan masalah yang

berkaitan dengan pencapaian tujuan hidup. Dalam hal ini pelayanan yang diberikan

tersebut dapat berupa materi dan non materi serta memilki fungsi sosial. Artinya,

pelayanan yang diberikan itu dapat dirasakan manfaatnya oleh orang yang

membutuhkanya serta dapat digunakannya untuk mengatasi masalahnya sendiri sehingga

(40)

2.6.2. Pelayanan Sosial

Syarf Muhidin (1992 ; 410) membedakan pelayanan sosial dalam dua pengertian:

1. Pelayanan sosial dalam arti luas, yaitu pelayanan sosial yang mencakup fungsi

pengembangan termasuk dalam bidang kesehatan, pendidikan, perumahan, tenaga

kerja, dan sebagainya.Defenisi biasanya berkembang di negara-negara maju.

2. Pelayanan sosial dalam arti sempit, yaitu disebut juga pelayanan kesejahteraan

sosial yang mencakup program pertolongan dan perlindungan kepada

golongan-golongan yang tidak beruntung, seperti pelayanan sosial bagi anak terlantar,

keluarga miskin, orang cacat, tuna sosial dan sebagainya. Defenisi ini sering

digunakan oleh negara-negara yang sedang berkembang.

Pelayanan sosial adalah aktifitas yang terorganisir bertujuan membantu para

anggota masyarakat untuk saling menyesuaikan diri dengan sesamanya dan dengan

lingkungan sosialnya. Selanjutnya menurut Fadli Nurdin pelayanan sosial meliputi

kegiatan-kegiatan atau intervensi-intervensi kasus yang dilaksanakan secara

diindividualisasikan, langsung dan terorganisasi, yang bertujuan untuk membantu

individu atau kelompok dan lingkungan sosial dalam upaya mencapai saling

penyesuaian. Disebut pelayanan dalam arti bahwa program ini memberikan jasa pada

orang-orang dan membantu mewujudkan tujuan-tujuan mereka, bukan untuk kepentingan

atau keuntungan diri sendiri. (Nurdin, 1990 : 50)

Pelayanan sosial terdiri dari program-program yang diadakan tanpa

mempertimbangkan kriteria pasar untuk menjamin suatu tingkatan dasar dalam

penyediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan akan kesehatan, pendidikan dan

(41)

kemampuan perorangan untuk melaksanakan fungsi-fungsinya, untuk memperlancar

kemampuan menjangkau dan menggunakan pelayanan-pelayanan serta lembaga-lembaga

yang telah ada dan membantu warga masyarakat yang mengalami kesulitan. (Alfred J.

Khan dalam soetarso, 1982 : 34)

Istilah “tanpa pertimbangan pasar” mengungkapkan adanya kewajiban dan

keyakinan masyarakat akan perlunya peningkatan kemampuan setiap warga negara untuk

menjangkau dan menggunakan setiap bentuk pelayanan yang sudah menjadi haknya.

Dalam hubungan ini masyarakat telah mengambil keputusan agar ketidakmampuan

seseorang untuk menggunakan sesuatu pelayanan berdasarkan kriteria pasar (ketidak

mampuanya untuk membayar pelayanan ini dari penghasilan atau apa yang dimilikinya)

jangan sampai menyebabkannya tidak dapat memperoleh pelayanan ini.

Pelayanan sosial tidak hanya mengganti atau berusaha memperbaiki keluarga atau

bentuk-bentuk organisasi sosial, tetapi juga merupakan tanggapan baru terhadap situasi

sosial baru. Pelayanan-pelayanan sosial merupakan penemuan sosial yang berusaha untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia modern dalam berbagai hubungan-hubungan

serta peranan-perananya sama halnya seperti inovasi teknologis yang berfungsi sebagai

tanggapan terhadap persyaratan fisik dari kehidupan modern.

Pandangan yang menganggap bahwa pelayanan sosial tidak akan diperlukan lagi

kalau masyarakat telah berhasil menghilangkan kemiskinan, meningkatkan pemerataan,

dan menanggulagi masalah-masalahnya sangatlah salah. Hal ini dapat dilihat bahwa

pertumbuhan ekonomi dan perubahan teknologi tergantung pada perubahan-perubahan

(42)

memenuhi kebutuhan-kebutuhan warga masyarakat yang berhubungan dengan pemberian

kasih sayang, sosialisasi, pengembangan serta rehabilitasi.

2.6.3. Klasifikasi dan Fungsi Pelayanan Sosial

Jenis pelayanan yang dikembangkan pada setiap negara bergantung pada situasi

yang ada, pada sumber yang tersedia serta kerangka budaya dan politik negara tersebut.

Tetapi pada umumnya pelayanan sosial yang dikembangkan dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

1. Kesejahteraan keluarga

2. Pelayanan pendidikan orang tua

3. Pelayanan penitipan bayi atau anak

4. Pelayanan kesejahteraan anak

5. Pelayanan-pelayanan kepada lanjut usia

6. Pelayanan rehabilitasi bagi penderita cacat dan pelanggar hukum

7. Pelayanan bagi para migran dan pengungsi

8. Kegiatan-kegiatan kelompok bagi para remaja

9. Pekerjaan sosial medis

10.Pekerjaan sosial disekolah

11.Pusat-pusat pelayanan kesejahteran sosial masyarakat

12.Pelayanan sosial yang berhubungan dengan proyek-proyek perumahan

Fungsi pelayanan sosial dapat dibagi melalui berbagai cara, bergantung kepada

tujuan pembagian itu. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemukakan tentang

(43)

1. Perbaikan secara progresif dari pada kondisi-kondisi kehidupan orang.

2. Pengembangan sumber-sumber daya manusia.

3. Berorientasi orang terhadap perubahan sosial dan penyesuaian diri.

4. Penggerakan dan penciptaan sumber-sumber komunitas untuk tujuan-tujuan

pembangunan dan, penyedian struktur-struktur institusional untuk

pelayanan-pelayanan yang terorgansasi lainnya. (Soetarso, 1981 : 41)

Fungsi pelayanan sosial ditinjau dari perspektif masyarakat menurut Richard M Timuss

(dalam Muhidin,1992;43) adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk lebih

eningkatkan kesejahteraan individu, kelompok, dan masyarakat untuk saat ini dan

masa yang akan datang.

2. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai suatu

investasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial.

3. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang untuk melindungi

masyarakat

4. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai

program kompensasi bagi orang-orang yang tidak mendapatkan pelayanan sosial

Tugas-tugas pelayanan sosial yang dikemukakan oleh Syarif Muhidin (1992;41)

antara lain:

1. Memperkuat dan meningkatkan fungsi individu dan keluarga sehubungan dengan

peranannya

2. Mempersiapkan lembaga baru untuk sosialisasi, pengembangan dan bantuan

(44)

3. Mengembangkan lembaga-lembaga yang telah ada agar dapat menjalankan

kegiatan-kegiatan baru bagi individu, kelompok dan keluarga dalam kehidupan

masyarakat yang kompleks.

2.6.4. Program-Program Pelayanan Sosial

Program-program pelayanan sosial merupakan bagian dari contoh bentuk-bentuk

intervensi kesejateraan sosial. Pelayanan-pelayanan sosial meliputi kegiatan-kegiatan

atau intervensi kasus yang dilaksanakan secara diindividualisasikan, langsung dan

terorganisasi, yang bertujuan membantu individu, kelompok dan lingkungan sosial

dalam upaya mencapi saling penyesuaian.

Bentuk-bentuk pelayanan sosial sesuai dengan fungsi-fungsinya adalah sebagai

berikut

1. Pelayanan akses : mencakup pelayanan informasi, rujukan pemerintah nasehat

dan partisipasi.Tujuannya membantu orang agar dapat mencapai atau

menggunakan pelayanan yang tersedia.

2. Pelayanan terapi, mencakup pertolongan dan terapi atau rehabilitasi, termasuk di

dalamnya perlindungan dan perawatan. Misalnya pelayanan yang diberikan oleh

badan-badan yang menyediakan konseling, pelayanan kesejahteraan anak,

pelayanan kesejahteraan sosial mendidik dan sekolah, perawatan bagi

orang-orang jompo dan lanjut usia.

3. Pelayanan sosialisasi dan pengembangan, misalnya taman penitipan bayi dan

(45)

dan kegiatan masyarakat yang dipusatkan atau community center (Nurdin,

1989:50).

2.6.5. Standard dan Jenis-Jenis Standard Pelayanan Sosial

Kata “standard” yang digunakan disini dapat berarti :

a. Suatu norma bagi pelayanan sosial, atau

b. Suatu bentuk norma atau peratutan tertentu yang sengaja disusun untuk digunakan

sebagai pedoman.

Adapun jenis-jenis dari standard tersebut adalah :

1.Standard Minimum

Standard ini digunakan kalau pemerintah menginginkan penentuan persyaratan

wajib untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan sosial. Standard ini

dapat dicantumkan sebagai undang-undang, peraturan menteri, atau lainnya agar tingkat

pelayanan yang telah ada tidak tetap berada pada tingkatan yang telah ditentukan atau

menurun. Dalam hal ini, badan-badan sosial justru didorong untuk melampaui standard

minimum ini.

2.Standard Maksimum

Standard ini merupakan sasaran pencapaian mutu pelayanan tertinggi yang

ditentukan oleh pemerintah selama jangka waktu tertentu. Standard maksimum ini dapat

(46)

3. Standard Realistis

Standard ini lebih banyak berfungsi sebagai pedoman dan oleh karenanya tidak

mempunyai kekuatan memaksa. Tujuan utama standard ini adalah mendorong

badan-badan sosial untuk meningkatkan pelayanannya.

2.7. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

2.7.1. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara

abstrak kejadian, keadaan kelompok, individu yang menjadi pusat perhatian.

(Singarimbun, 1989 : 33)

Untuk memfokuskan penelitian ini penulis memberikan batasan konsep yang diangkat

dalam penelitian ini, yaitu :

1. Efektivitas adalah suatu pencapaain tujuan secara maksimal dengan sarana yang

dimiliki dengan program tertentu.

2. Penyalangunaan narkoba adalah pemakaian narkoba yang dilakukan bukan untuk

tujuan pengobatan atau tidak menunjuk petunjuk dokter.

3. Narkoba adalah obat, bahan, zat bukan makanan, yang jika diminum, dihisap, dihirup,

ditelan atau disuntikan berpengaruh terutama pada kerja otak (susuanan saraf pusat)

dan sering kali menyebabkan ketergantungan.

4. Pengobatan tradisional adalah suatu upaya kesehatan dengan cara lain dari ilmu

kedokteran dengan menggunakan obat-obat tradisional, yang turun-temurun telah

(47)

2.7.2. Defensi Operasional

Defenisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana cara mengukur suatu variabel. (Singarimbun, 1989 : 34)

Yang menjadi indikator- indikator dalam penelitian ini yaitu :

1. Efektivitas pengobatan tradisional, yang diukur dengan indikator :

a. Tujuan

• Mengembalikan kondisi tubuh baik fisik dan psikis seperti sedia kala.

b. Waktu

• Teraturnya sistem penjadwalan pengobatan jamu dan pengobatan

oukup.

• Lamanya pemberian pengobatan jamu dan oukup.

c. Manfaat

• Mengeluarkan racun – racun narkoba dari dalam tubuh • Melemaskan urat – urat saraf agar tubuh tidak kaku

• Menormalkan kondisi pencernaan • Menambah Stamina

• Membuat tidur menjadi lebih enak

d. Kemampuan

• Pengetahuan dan keterampilan tenaga ahli pengobatan tradisional

2. Penyalahgunaan narkoba, yang diukur dengan indikator :

a. Lamanya menggunakan narkoba

b. Jenis narkoba yang digunakan

(48)

d. Dampak penyalahgunaan narkoba

3. Pengobatan tradisional, yang diukur dengan indikator :

a. Frekuensi pengobatan tradisional

b. Fasilitas dan pelayanan pengobatan

c. Proses dan hasil pengobatan

2.8.Kerangka Pemikiran

` Maraknya penggunaan narkoba dirasa sudah cukup mengkhawatirkan, terlebih

lagi buat kaum muda sekarang. Dampak dari penggunaannya telah merambah ke setiap

segi kehidupan manusia. Kehadiran panti rehabilitasi narkoba diharapkan bisa membantu

para korban penyalahguna narkoba. yang berperan besar di dalam penanggulangan

dampak buruk dari penyalangunaan narkoba. Pengobatan yang dilakukan oleh panti

rehabilitasi pun tidak hanya dilakukan dengan cara-cara medis tetapi dapat juga dengan

pengobatan tradisional. Pengobatan ini salah satu cara untuk menyembuhkan korban

penyalahguna narkoba.

(49)

Gambar 1

Kerangka Pemikiran Secara Sistematis

Efektivitas Pengobatan Tradisional di Sibolangit Centre :

1. Tujuan 2. Waktu 3. Manfaat 4. Kemampuan

Korban narkoba Pengobatan Tradisional di Sibolangit Centre :

(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu

suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan mengambarkan keadaan

subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat

sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. (Nawawi, 1998:

63)

Dengan menggunakan tipe penelitian deskriptif penulis ingin membuat gambaran

sejauh mana keefektifan pengobatan tradisional yang diberikan oleh Panti Rehabilitasi

Sibolangit Centre terhadap korban penyalahguna narkoba.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre yang berada di

Jalan.Medan Berastagi Km.12,5 Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit, Deli

Serdang, Sumatera Utara. Penulis memilih lokasi ini karena merupakan salah satu panti

rehabilitasi terbesar di Sumatera Utara yang dikelolah oleh pihak swasta yang

memberikan pelayanan sosial bagi korban penyalahguna narkoba dengan berbagai

macam metode pengobatan, termasuk pengobatan tradisional. Sehingga diharapkan kelak

para korban penyalahguna narkoba bisa hidup sehat dan melakukan fungsi sosialnya

(51)

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia,

benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai, atau peristiwa sebagai

sumber data yang memiliki karakter tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1998: 141)

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari pasien di dalam panti yang

terdiri dari 18 orang.

3.3.2. Sampel

Menurut DR. Irawan Soehartono, sampel adalah suatu bagian dari populasi yang

akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya. (Soehartono, 2004 :

57)

Menurut Arikunto, jika jumlah populasi kurang dari 100 maka otomatis populasi

tersebut.menjadi sample dengan pertimbangan N=n (Arikunto; 1993:20) Maka yang

menjadi semple dalam penelitian ini adalah 18 orang.

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah korban yaitu pasien, karena

mereka adalah hasil nyata (output) dari berbagai upaya penyembuhan dengan

mengunakan metode pengobatan tradisional.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini

(52)

3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap

gejala-gejala yang dapat diamati dari objek penelitian. Cara-cara yang yang dilakukan,

yaitu:

1. Angket (kuesioner), yaitu alat untuk mengumpulkan data dengan memberikan

angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan atau angket yang secara tertulis yang harus

diisi oleh responden.

2. – Wawancara yaitu berdialog langsung dengan responden guna melengkapi data

yang diperoleh melalui kuesioner yang mungkin belum jelas

- Menggunakan guideinterview yang ditujukan kepada informan kunci (key

informan ) yaitu : penanggung jawab panti, ahli pengobat tradisional.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan library research (studi kepustakaan), yaitu

dengan membuka, mencatat dan mengutip data yang berkaitan dengan masalah penelitian

dan dapat mendukung terlaksananya penelitian ini.

3.5. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini, teknik analisa data yang dipakai adalah teknik analisa

deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menjabarkan hasil

penelitian sebagaimana adanya. Data yang didapat akan dipaparkan dan dianalisa dengan

menggunakan tabel tunggal, sehingga data dapat dibaca dengan mudah untuk mengetahui

(53)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Sejarah Berdirinya Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre

Menyadari bahwa penyalahguna narkoba bukanlah penjahat, melainkan korban.

Tidaklah tepat kalau kita memberlakukan mereka seperi penjahat.Mereka adalah

orang-orang yang perlu diselamatkan dan diberikan pendidikan khusus.

Perawatan terhadap pecandu narkoba dapat dilakukan di lembaga rehabilitasi,

dimana pada lembaga ini dapat dilakukan pengobatan baik fisik maupun mental. Salah

satu panti rehabilitasi yang ada di Sumatera Utara adalah Panti Rehabilitasi Sibolangit

Centre yang didirikan tanggal 5 Februari 2001 oleh H.M Kamaluddin Lubis, SH.

Ada beberapa dasar pemikiran yang melatar belakangi dibangunnya Panti

Rehabilitasi Sibolangit Centre ini, yaitu :

1. Adanya keprihatinan terhadap jumlah penyalahguna narkoba dimana diperlukan

suatu sistem perawatan yang mencakup seluruh aspek baik fisik maupun mental.

2. Diperlukan upaya untuk mencegah bertambahnya jumlah penyalahguna narkoba

dan upaya untuk merawat orang-orang yang terlibat penyalahgunaan narkoba.

3. Keprihatinan terhadap bangsa Indonesia yang begitu besar jumlah penderita

narkoba yang sebagian besar adalah remaja. Apabila hal ini dibiarkan dapat

(54)

4. Diperlukan upaya untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap korban

narkoba, bahwa mereka bukanlah sampah masyarakat, tetapi mereka juga

manusia yang masih punya harapan dan masa depan.

Agar pasien merasa betah, tempat ini di desain mirip tempat wisata sekaligus

rumah besar, tempat keluarga tinggal. Ada penginapan, rumah ibadah,kolam tempat

memancing,kantin khusus, lapangan olah raga, dan pertanian. Tentu saja, fasilitas yang

disediakan agar mereka merasa tenang berobat tidaklah lengkap tanpa didukung oleh

suasana alamnya. Panti Rehabilitasi ini didirikan di Sibolangit karena memberikan udara

sejuk dengan alam pegunungan.

Hal ini juga untuk merubah pandangan masyarakat selama ini bahwa rehabilitasi

merupakan suatu penjara atau suatu tempat yang menakutkan, tetapi di Panti Rehabilitasi

Sibolangit Centre ini digambarkan bahwa rehabilitasi merupakan suatu wadah yang

menyenangkan yang dapat membantu penyalahguna narkoba lepas dari kecanduannya

tehadap narkoba.

4.2.Visi dan Misi Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre

4.2.1. Visi Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre

Menyelamatkan anak bangsa dari ketergantungan narkoba

4.2.2. Misi Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre

1. Membantu pasien untuk sembuh dari ketergantungan terhadap narkoba

dengan metode berobat dan bertobat.

2. Meningkatkan iman dan taqwa sebagai banteng untuk mencegah

Gambar

Gambar 1
Gambar 2 DIREKTUR
Tabel 5.2
Tabel 5.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

CMC signi®cantly lowered the apparent lipid digestibility coef®cient by more than 0.1, this effect being independent of the type of carbohydrate in the diet.. Lipid digestibility

Anda berdua bermaksud untuk menetap di sana selama beberapa hari, menjernihkan pikiran agar kemudian bisa siap untuk mengatasi masalah dan kembali menjalani rutinitas..

[r]

KESATU : Mengubah atas Keputusan Bupati Bantul Nomor 311 Tahun 2016 tentang Lokasi dan Alokasi Penerima Bantuan Keuangan Khusus Kepada Desa Tahun Anggaran 2016,

[r]

Sementara yang sesungguhnya dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia saat ini adalah strategi pengembangan kebudayaan sebagai modal agar dapat bersaing di dunia

[r]

Karena dinyatakan dengan kata- kata atau bahasa dan secara lisan, humor yang ditunjang oleh implikatur yang dikandung tuturan Tralala itu adalah tipe humor verbal