PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK
FLUIDA STATIS KELAS X SEMESTER GENAP DI SMA NEGERI 3 MEDAN T.P 2015/2016
Oleh :
Eka Murtiningsih NIM 4121121008
Program Studi Pendidikan Fisika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
RIWAYAT HIDUP
Eka Murtiningsih dilahirkan di Karang Anyar, Solo, Jawa Tengah pada
tanggal 14 Mei 1994. Ayah bernama Sugino dan Ibu bernama Tuminah merupakan
anak pertama dari 2 bersaudara. Pada tahun 2000, penulis masuk SD Negeri 060877
Medan dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan sekolah di
SMP Negeri 27 Medan dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis
melanjutkan sekolah di SMA Negeri 3 Medan dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun
2012, penulis diterima di Universitas Negeri Medan Jurusan Fisika Program Studi
Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan lulus pada
iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK
FLUIDA STATIS KELAS X SEMESTER GENAP DI SMA NEGERI 3 MEDAN T.P 2015/2016
Eka Murtiningsih (NIM 4121121008) ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan Proses Sains siswa pada materi pokok fluida statis kelas X semester genap di SMA Negeri 3 Medan T.P 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment dengan menggunakan desain penelitian two group pretest-postest. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 3 Medan yang terdiri dari 14 kelas. Sampel penelitian diambil 2 kelas yang ditentukan dengan teknik cluster random sampling, yaitu kelas X MIA-14 dengan 41 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIA-4 dengan 41 siswa sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu ketrampilan proses sains berupa lembar kerja siswa (LKS) dan lembar observasi aktivitas pembelajaran. Pada penelitian ini diberikan pretes dan postes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan cara siswa melakukan praktikum atau percobaan dan mengisi LKS yang disediakan. Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata pretes kelas eksperimen 49 dan nilai rata-rata kelas kontrol 48, kemudian dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas pada data pretes dan didapatkan kedua kelas berdistribusi normal dan berasal dari kelompok yang homogen. Setelah itu dilakukan uji kesamaan rata-rata pretes untuk melihat kemampuan awal siswa pada kedua kelas, diperoleh bahwa keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen sama dengan keterampilan proses sains siswa pada kelas kontrol pada materi Fluida Statis. Kemudian diberikan perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen dengan model inquiry training dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Setelah pembelajaran selesai diberikan, diperoleh postes dengan hasil rata-rata kelas eksperimen 82.68 dengan dan kelas kontrol 73.61. Hasil uji t satu pihak dengan taraf signifikansi 0,05 diperoleh > (4.04 > 1.67), maka Ho di
tolak dan Ha di terima dengan kata lain bahwa keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan keterampilan proses sains siswa pada kelas kontrol, berarti ada pengaruh model pembelajaran Inquiry Training terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi pokok fluida statis kelas X semester genap di SMA Negeri 3 Medan T.P 2015/2016. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran di kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata 76.98 tergolong ke dalam kategori aktif.
.
Kata kunci : model pembelajaran inquiry training, keterampilan proses sains. hitung
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, skripsi
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Pokok Fluida Statis Kelas X Semester Genap Di SMA Negeri 3 Medan T.P 2015/2016”, disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di jurusan fisika, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Alkhafi Maas Siregar, M.Si, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal sampai dengan
selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga di sampaikan kepada
Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M. Si, Ibu Dr. Derlina, M. Si dan Ibu Dr. Sondang
R. Manurung, M. Pd selaku dosen pembanding yang telah memberikan masukan
dan saran-saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima
kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Usler Simarmata, M.S dan
Bapak Dr. Makmur Sirait, M.Si selaku dosen pembimbing Akademik dan, Bapak
Alkhafi Maas Siregar, M.Si selaku ketua jurusan Fisika dan Bapak Drs. Juru
Bahasa Sinuraya, M. Pd selaku ketua prodi pendidikan Fisika, juga kepada
seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta staf dan pegawai jurusan fisika FMIPA
UNIMED yang telah banyak membantu penulis. Ucapan terima kasih di
sampaikan juga kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M. Pd, selaku dekan FMIPA
Unimed. Terima kasih juga kepada Bapak Sahlan Daulay, M. Pd selaku kepala
sekolah dari SMA Negeri 3 Medan, Ibu Dra. Hj. Siti Zulfah M. Hum selaku
humas dari SMA Negeri 3 Medan yang telah banyak membantu dan memberikan
izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan Ibu Sukmawati, M. Si selaku
guru bidang studi fisika yang telah banyak membantu dan membimbing penulis
selama penelitian.
Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada Ayahanda Sugino,
v
kepada saya selama menyelesaikan studi di Unimed, juga teristimewa kepada
adikku yang tersayang Della Puspita yang selalu memberi semangat kepada saya
sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini. Juga yang teristimewa kepada
seluruh keluarga besar yang ada di Medan, Solo, Palembang, Batam, dan Jakarta
yang selalu memberikan semangat dan nasehat kepada penulis selama penyusunan
skripsi ini. Ucapan terima kasih juga kepada yang tersayang engku Ahmad Tua
Siregar yang selalu memberikan doa, semangat dan nasehat serta selalu
memberikan perhatian dan waktunya kepada saya selama ini. Teristimewa saya
ucapkan terima kasih kepada teman terbaik saya Shanti Handayani, Rahmad
Andriko, Emi Katawarina Ginting, Sulistya Ningsih, Eka Anzar Ningsih, Afyka
Sari, Atikah Putri Lubis, Juliadi, Rika Utami dan teman-teman Fisika Dik C 2012
yang selalu memberi bantuan, semangat serta masukan kepada saya mulai dari
penyusunan sampai dengan selesainya skripsi ini. Teristimewa kepada
sahabat-sahabat saya sedari SMP Guntur, Fatimah, Fitri, Rizky dan Rizal serta sahabat-sahabat
SMA Nisa, Nia, Talita, Lydia dan Yesi yang selalu memberikan doa, semangat,
saran, dan masukan dan semoga persahabatan kita langgeng yang best. Terima
kasih juga kepada Ferina, Apri, Tommy, Juwai, Eva, dan teman-teman dari PPLT
SMA N 1 Kuala teman-teman seperjuangan yang selalu menyemangati. Terima
kasih kepada Irma best seperjuangan bimbingan yang selalu menasehati pada saat
mengeluh tentang bimbingan heheh. Terima kasih juga untuk teman-teman yang
tidak sempat disebutkan namanya.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari isi maupun tata
bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi
sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini memperkaya khasanah ilmu
pendidikan kita.
Medan, 2016
Penulis
vi DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
RIWAYAT HIDUP ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I : PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 7
1.3 Batasan Masalah 7
1.4 Rumusan Masalah 7
1.5 Tujuan Penelitian 8
1.6 Manfaat Penelitian 8
1.7 Defenisi Operasional 9
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 10
2.1 Landasan Teoretis Belajar 10
2.1.1 Pengertian Belajar 10
2.1.1.2 Aktivitas Belajar Siswa 11
2.2 Landasan Teoritis Model Pembelajaran 13
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran 13
2.2.1.2 Model Pembelajaran Inkuiri 15
2.2.1.3 Model Pembelajaran Inquiry Training 16
2.2.1.4 Keunggulan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Inquiry Training 24 2.2.1.5 Teori Belajar yang Mendukung Model Inquiry Training 25
2.2.1.5.1Teori Belajar Konstruktivisme 25
2.2.1.5.2Teori Belajar Perkembangan Kognitif Piaget 25
2.2.1.5.3Metode Pengajaran John Dewey 26
2.2.1.5.4 Teori Pembelajaran Vygotsky 26
2.2.2 Keterampilan Proses Sains 27
2.2.3 Pembelajaran Konvensional 30
2.3 Materi Pembelajaran 31
2.3.1 Fluida Statis 31
2.3.1.1 Massa Jenis 32
2.3.1.2 Tekanan 32
2.3.1.3 Hukum Pascal 35
2.3.1.4 Hukum Archimedes 37
2.3.1.5 Tegangan Permukaan 40
2.3.1.6 Gejala Meniskus 41
vii
2.3.1.8 Viskositas atau Kekentalan 43
2.4 Kerangka Konseptual 43
2.5 Hipotesis 45
BAB III METODE PENELITIAN 46
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 46
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 46
3.2.1 Populasi Penelitian 46
3.2.2 Sampel Penelitian 46
3.3 Variabel Penelitian 46
3.3.1 Variabel Bebas (X) 46
3.3.2 Variabel Terikat (Y) 47
3.4 Jenis dan Desain Penelitian 47
3.4.1 Jenis Penelitian 47
3.4.2 Desain Penelitian 47
3.5 Prosedur Penelitian 48
3.6 Instrumen Penelitian 51
3.6.1 Angket 51
3.6.2 Tes Keterampilan Proses Sains 51
3.6.3 Validitas Tes Keterampilan Proses Sains 51
3.6..3.1 Validitas Isi 51
3.6.4 Instrumen Pengamatan Aktivitas Siswa 53
3.7 Teknik Analisa Data 53
3.7.1 Observasi Aktivitas Siswa 53
3.7.2 Tes Keterampilan Proses Sains 54
3.7.2.1 Uji Normalitas 55
3.7.2.2 Uji Homogenitas 56
3.7.2.3 Analisis Pengujian Hipotesis (Uji t) 56
3.7.2.3.1Uji Kesamaan Rata-Rata Pretes (Uji Hipotesis Dua Pihak) 56 3.7.2.3.2Uji kesamaan Rata-Rata Postest (Uji Hipotesis Satu Pihak) 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 60
4.1. Hasil Penelitian 60
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian 60
4.1.2 Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 60 4.1.3 Persyaratan Pengujian Hipotesis Data Pretes. 63
4.1.3.1 Uji Normalitas Data Pretes 63
4.1.3.2 Uji Homogenitas Data Pretes 63
4.1.3.3 Uji Kesamaan Rata-Rata Pretes (Uji Hipotesis Dua Pihak) 64
4.1.4 Perlakuan dan Observasi 65
4.1.5 Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 67 4.1.6 Persyaratan Pengujian Hipotesis Data Postes 69
4.1.6.1 Uji Normalitas Data Postes 69
4.1.6.2 Uji Homogenitas Data Postes 70
4.1.6.3 Uji Kesamaan Rata-Rata Postes (Uji Hipotesis Satu Pihak) 70
viii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 79
5.1 Kesimpulan 79
5.2 Saran 79
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Siklus Dasar Pembelajaran Inkuiri 16
Gambar 2.2 Dampak Model Pembelajaran Inquiry Traning 23 Gambar 2.3 Fluida yang berada di dalam suatu bejana berhubungan 35
Gambar 2.4 Prinsip Kerja Dongkrak Hidrolik 36
Gambar 2.5 Benda yang terapung, melayang, dan tenggelam 38 Gambar 2.6 Tegangan Permukaan pada Larutan Sabun 40 Gambar 2.7 Gaya Kohesi dan Adhesi Pada Zat Cair 41
Gambar 2.8 Gejala Kapilaritas 42
Gambar 2.9 Gaya yang bekerja Pada Fluida 43
Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian 50
Gambar 4.1 Hubungan Frekuensi dengan Nilai yang diperoleh pada saat
Pretes 61
Gambar 4.2 Persentase Nilai Setiap Aspek KPS Siswa saat Pretes 62 Gambar 4.3 Presentase Aktivitas Siswa Tiap Pertemuan di Kelas
Eksperimen 66
Gambar 4.4 Hubungan Frekuensi dengan Nilai yang diperoleh pada saat
Postes 68
x
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Inquiry Training 19 Tabel 2.2 Indikator dan Sub Indikator Keterampilan Proses Sains 28 Tabel 3.1 Two Group Pre-test and Post-test Design 47
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Validator 52
Tabel 3.3 Indikator Observasi Aktivitas Siswa 53
Tabel 3.4 Kriteria Aktivitas 54
Tabel 4.1 Data Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 61 Tabel 4.2 Persentase Aspek Keterampilan Proses Sains Pretes 62 Tabel 4.3 Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol 63
Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Pretes 63 Tabel 4.5 Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Pretes 65 Tabel 4.6 Perkembangan Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen 66 Tabel 4.7 Data Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 67 Tabel 4.8 Persentase Aspek Keterampilan Proses Sains Postes 69 Tabel 4.9 Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol 69
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus Materi Fluida Statis 83
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol 87
Lampiran 3 Lembar Kegiatan Siswa 138
Lampiran 4 Rubrik Penilaian Keterampilan Proses Sains 153 Lampiran 5 Instrumen Penilaian Keterampilan Proses Sains 155 Lampiran 6 Instrumen LKS Keterampilan Proses Sains 157 Lampiran 7 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa 168 Lampiran 8 Deskriptor Observasi Belajar Siswa 169 Lampiran 9 Nama-Nama Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 170 Lampiran 10 Distribusi Skor Nilai Pretes Kelas Eksperimen 172 Lampiran 11 Distribusi Skor Nilai Pretes Kelas Kontrol 174 Lampiran 12 Distribusi Skor Nilai Postes Kelas Eksperimen 176 Lampiran 13 Distribusi Skor Nilai Pretes Kelas Kontrol 178 Lampiran 14 Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen 180 Lampiran 15 Data Pretes dan Postes Kelas Kontrol 182 Lampiran 16 Perhitungan Rata-Rata Varians dan Standar Deviasi 184
Lampiran 17 Uji Normalitas Data 187
Lampiran 18 Uji Homogenitas Data 192
Lampiran 19 Uji Hipotesis Data 195
Lampiran 20 Tabel Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen 201 Lampiran 21 Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen 217
Lampiran 22 Dokumentasi Penelitian 219
Lampiran 23 Daftar nilai Kritis untuk Uji Lilliefors 224 Lampiran 24 Tabel Wilayah Luas di Bawah kurva normal 0 ke Z 225 Lampiran 25 Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi F 226 Lampiran 26 Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi t 228
Lampiran 27 Validasi Instrumen Tes 229
Lampiran 28 Surat Penugasan Dosen Pembimbing Skripsi 232
Lampiran 29 Surat Izin Penelitian 233
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya
perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak
terkecuali bidang pendidikan (Amri, 2013: 1).
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa
yang akan datang. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara
sistematis merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan
pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk
melakukan berbagai kegiatan pembelajaran (Hamalik, 2013: 1-3).
Fisika merupakan ilmu yang mempelajari gejala atau fenomena alam serta
berusaha untuk mengungkap segala rahasia dan hukum semesta. Fisika
mempunyai arti penting dalam pengembangan teknologi. Konsep-konsep fisika
digunakan oleh para ilmuwan untuk mengembangkan teknologi sehingga
bermanfaat bagi kesejahteraan manusia. Sebagai contoh, internet yang saat ini
digunakan untuk sarana komunikasi di seluruh penjuru dunia menggunakan fisika
sebagai ilmu dasarnya (Supardi, 2010: 74).
Mata pelajaran fisika pada umumnya dikenal sebagai mata pelajaran yang
“ditakuti” dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari
pengalaman belajar mereka, dimana mereka menemukan kenyataan bahwa
pelajaran fisika aalah pelajaran berat dan serius yang tidak jauh dari persoalan
konsep, pemahaman konsep, penyelesaian soal-soal yang rumit melalui
pendekatan sistematis (Purwanto, 2012: 133).
Pembelajaran fisika sebagian besar hanya menekankan pada aspek produk
seperti menghapal konsep-konsep, prinsip-prinsip atau rumus tidak memberikan
kesempatan siswa terlibat aktif dalam proses-proses fisika serta tidak
menumbuhkan sikap ilmiah siswa. Beberapa penelitian pembelajaran berbasis
2
pengetahuan oleh siswa sendiri untuk menumbuh kembangkan sikap ilmiah. Hal
ini sesuai dengan pendapat Bruner (1996), bahwa selama kegiatan belajar
berlangsung hendaknya siswa dibiarkan mencari atau menemukan sendiri makna
segala sesuatu yang dipelajari. Siswa perlu diberikan kesempatan berperan
memecahkan masalah seperti ilmuwan, agar mereka mampu memahami
konsep-konsep dalam bahasa mereka sendiri. Siswa memiliki kemampuan dasar
pengetahuan pada dirinya, namun hal tersebut sering tidak dikembangkan di
sekolah (Sani, 2010: 16).
Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah)
yaitu masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rata – rata
hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi
ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat
konvesional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu
bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam arti yang lebih khusus, bahwa proses
pembelajaran hingga kini masih memberikan dominasi guru dan tidak
memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui
penemuan dalam proses berfikirnya. Di pihak lain secara empiris, berdasarkan
hasil analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik yang
disebabkan dominannya proses pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran
ini suasana kelas cenderung Teacher Centered sehingga siswa menjadi pasif.
(Trianto, 2009: 4-6).
Sardiman (2010), belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku
dan penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,
mengamati, dan lain sebagainya. Pengembangan kemampuan siswa dalam belajar
fisika seharusnya dilakukan dengan pembinaan keterampilan proses, dimana
keterampilan intelektual, sosial dan fisik siswa diproses untuk memperoleh ilmu
pengetahuan dengan lebih baik. Jika siswa menguasai keterampilan proses,
mereka akan dapat memahami, mengolah fakrta dan konsep sehingga dapat
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Melalui penerapan keterampilan
proses menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental-intelektual siswa untuk
3
berfikir siswa dan juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan
siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu
pengetahuan (Sani, 2010: 16).
Selain itu kurang tertariknya siswa pada pembelajaran fisika menjadi
masalah tersendiri di dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan
cara yang tepat untuk memotivasi siswa dan mengembangkan kreatifitas serta
sikap inovatif pendidik agar mau belajar dan membuat siswa aktif dalam proses
belajar mengajar, seperti mengoperasikan alat-alat percobaan, sehingga siswa
terdorong menyelesaikan masalah konsep-konsep fisika dan fakta-fakta yang
mereka pelajari dan dapat dipahami. Dalam proses pembelajaran masih sering
kecenderungan meminimalkan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran
menyebabkan siswa lebih pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian
guru. Belajar aktif ialah belajar dimana siswa lebih berpartisipasi aktif sehingga
kegiatan siswa dalam belajar jauh lebih dominan daripada kegiatan guru dalam
mengajar (Sani, 2011: 26).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di kelas X SMA Negeri 3
Medan, yang telah disebari angket oleh peneliti, pada umumnya siswa
menganggap pelajaran fisika itu biasa saja (56,7%) mereka tidak menganggap
pelajaran fisika itu adalah pelajaran sulit namun juga tidak dianggap pelajaran
yang mudah, mereka berpendapat demikian karena di dalam materi-materi fisika,
ada materi yang dengan mudah dapat mereka pahami dan ada juga materi yang
sukar untuk dipahami. Di dalam proses pembelajaran siswa jarang sekali bertanya
dan mengungkapkan pendapat mereka kepada guru, sebesar 70% siswa
mengatakan demikian. Mereka cenderung acuh kepada guru di dalam kelas, dan
jarang sekali mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang sedang
dipelajari. Hal tersebut dapat disebabkan karena mereka kurang mengerti dengan
materi yang diajarkan atau juga takut untuk bertanya dan mengajukan pendapat
kepada guru. Siswa akan cenderung bersemangat dan aktif dalam proses
pembelajaran apabila mereka paham akan materi yang diajarkan. 50% siswa
mengatakan pembelajaran yang diberikan guru di kelas dilakukan dengan
4
merasa bosan dengan pembelajaran yang demikian. Pengalaman belajar yang
diinginkan mereka adalah dengan melakukan praktikum atau percobaan (53,3%
mengungkapkan demikian), mereka ingin mengetahui bagaimana jika fakta-fakta
dan konsep fisika itu jika dibuktikan dengan sebuah percobaan. Percobaan juga
dapat memancing rasa ingin tahu siswa akan suatu hal, sehingga dapat
menumbuhkan minat dan keaktifannya dalam proses pembelajaran itu sendiri.
Selain itu, berdasarkan hasil studi pendahuluan juga didapatkan bahwa
kegiatan pembelajaran fisika yang dilaksanakan belum bisa memfasilitasi siswa
untuk mengembangkan keterampilan proses sainsnya. Hal ini dikarenakan guru
masih menggunakan metode ceramah dan sesekali diselingi metode penugasan
dan tanya jawab. Dalam proses pembelajaran fisika masih cenderung berbasis
hafalan teori, konsep-konsep dan rumus serta tidak didasarkan pada pengalaman
siswa yang menyebabkan rendahnya keterampilan proses sains (KPS) siswa.
Alasan guru masih menggunakan metode ceramah karena metode ini mudah
dilakukan baik dari segi persiapan, peralatan dan waktu.
Hal yang paling penting harus dilakukan adalah memotivasi siswa untuk
mau belajar dan tidak bersikap acuh dengan guru dalam pembelajaran di kelas,
sehingga komunikasi antara guru dan siswa dapat terjalin baik dan tentunya akan
berdampak baik terhadap hasil belajar siswa. Pengalaman belajar yang diberikan
guru hanya dengan memberikan materi, mencatat dan mengerjakan soal
dipandang kurang efektif untuk memancing atau menumbuhkan ketertarikan
belajar dari siswa bahkan membuat siswa merasa malas dan jenuh dengan
pembelajaran yang seperti demikian. Diperlukan adanya inovasi-inovasi baru
untuk digunakan dalam proses pembelajaran sehingga yang semula pembelajaran
di dominasi oleh guru akan berubah dengan sendirinya menjadi pembelajaran
dimana siswa ikut aktif di dalamnya, siswa juga dibimbing untuk dapat berpikir
secara kritis dan dibimbing untuk belajar berdasarkan pengalaman.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut sangat diperlukan
perubahan perubahan pendekatan, metode, dan model pembelajaran yang
sedemikian rupa sehingga menimbulkan minat dan ketertarikan siswa untuk
5
sains dari siswa. Keterampilan proses sains (KPS) merupakan keterampilan yang
harus dikembangkan pada siswa. Beberapa alasan mengapa KPS harus dimiliki
oleh siswa yaitu yang pertama sains (khususnya fisika) terdiri dari tiga aspek yaitu
produk, proses, dan sikap. Dengan mengembangkan KPS siswa akan memahami
bagaimana terbentuknya hukum, teori dan rumus yang sudah ada sebelumnya
melalui percobaan. Kedua, sains (fisika) berubah seiring perkembangan zaman.
Oleh karena itu guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua konsep dan fakta
pada siswa dari sekian mata pelajaran. Siswa perlu dibekali keterampilan yang
dapat membantu siswa menggali dan menemukan informasi dari berbagai sumber
bukan dari guru saja. Ketiga, siswa akan lebih memahami konsep-konsep rumit
dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh yang konkrit. Dan yang terakhir,
siswa akan memiliki pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran yang
mendorong siswa lebih aktif dalam pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang ditempuh oleh guru dan
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Ada dua pendekatan pembelajaran
antara lain pendekatan yang berpusat pada guru dan berpusat pada siswa (Istarani,
2011). Tapi pada implementasi Kurikulum 2013, dikenal satu pendekatan lagi
yang seharusnya diterapkan di sekolah-sekolah, yaitu pendekatan saintifik.
Adapun pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang menuntut
siswa agar aktif dan berfikir kritis serta kreatif dalam pembelajaran karena
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali
informasi melalui proses mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan (Sani, 2011). Meskipun sekolah tersebut telah menggunakan
kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik namun guru selalu memakai pola
pengajaran yang sama yaitu teacher centered learning sehingga timbul rasa malas
dan jenuh pada diri siswa. Ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup lengkap
seperti adanya laboratorium dan alat peraga jarang dimanfaatkan untuk
menunjang pembelajaran, sehingga lama kelamaan alat-alat tersebut akan
6
Selanjutnya metode adalah cara-cara penyajian bahan pelajaran yang akan
digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran baik secara individual
atau pun kelompok. (Sabri, 2010: 49). Dan yang terakhir yaitu model
pembelajaran, model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan guru
sebagai pedoman acuan untuk melakukan suatu kegiatan (Trianto, 2009: 22).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah di
atas adalah dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Training. Menurut
Joyce (2009), model pembelajaran Inquiry Training di rancang untuk membawa
siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat
memadatkan proses ilmiah tersebut dalam periode waktu yang singkat. Tujuannya
adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan
keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan
menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya. Menurut Suchman,
siswa akan lebih menyadari tentang proses penyelidikannya dan mereka dapat
diajarkan tentang prosedur ilmiah secara langsung. Suchman juga berpendapat
tentang pentingnya membawa siswa pada sikap bahwa semua pengetahuan
bersifat tentative. Hasil pembelajaran utama dari model Inquiry training adalah
keterampilan proses sains yang melibatkan aktivitas observasi, mengumpulkan
dan mengolah data, merumuskan penjelasan, mengidentifikasi dan mengontrol
variabel, membuat dan menguji hipotesis, merancang percobaan dan
menggambarkan kesimpulan (Joyce, 2009).
Penerapan model pembelajaran Inquiry Training ini sudah pernah diteliti
oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti Yusra (2015), dengan hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Inquiry Training terhadap
keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa pada materi pokok listrik
dinamis di kelas X semester II MAN Kabanjahe T.P 2014/ 2015. Selain itu dapat
disimpulkan pula penggunaan model Inquiry Training lebih baik dibandingkan
dengan metode ceramah dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
Karna itu penelitian ini penting untuk dilakukan agar terjadi perubahan
7
dengan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru jika ingin
menerapkan model yang sama.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis
mengidentifikasi masalah yang ada disekolah tersebut yaitu:
1. Pembelajaran yang digunakan guru masih konvensional yang mana
pembelajarannya berpusat pada guru (teacher center) sehingga
menyebabkan kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Kurangnya pendekatan yang dilakukan guru terhadap siswa.
3. Proses pembelajaran fisika masih cenderung berbasis hafalan teori, konsep
dan rumus serta tidak didasarkan pada pengalaman siswa yang
menyebabkan rendahnya keterampilan proses sains (KPS).
1.3 Batasan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang akan diteliti, maka perlu
dijelaskan batasan masalah dalam penelitian, yaitu:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Model Pembelajaran Inquiry
Training.
2. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan saintifik.
3. Keterampilan proses sains siswa pada materi pelajaran Fluida Statis.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah, maka
rumusan masalah dalam penelitian yang akan dilaksanakan di kelas X semester
genap di SMA Negeri 3 Medan pada materi pokok Fluida Statis adalah:
1. Bagaimana aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model
pembelajaran Inquiry Training?
2. Bagaimana keterampilan proses sains siswa dengan menerapkan model
8
3. Bagaimana keterampilan proses sains siswa dengan menerapkan model
pembelajaran Konvensional?
4. Bagaimana pengaruh model pembelajaran Inquiry Training terhadap
keterampilan proses sains siswa?
1.5 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang akan dicapai
dalam penelitian yang akan dilaksanakan di kelas X semester genap di SMA
Negeri 3 Medan pada materi pokok Fluida Statis adalah:
1. Mengetahui aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model
pembelajaran Inquiry Training.
2. Mengetahui keterampilan proses sains siswa dengan menerapkan model
pembelajaran Inquiry Training.
3. Mengetahui keterampilan proses sains siswa dengan menerapkan model
pembelajaran konvensional.
4. Mengetahui pengaruh model pembelajaran Inquiry Training terhadap
keterampilan proses sains siswa.
1.6 Manfaat Penelitian
Sehubungan dengan tujuan penelitian diatas, penelitian ini dapat
bermanfaat, yakni:
1. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi guru-guru fisika untuk
memilih model pembelajaran yang lebih baik dan tepat pada pembelajaran
fisika.
2. Sebagai acuan untuk mengetahui sejauh mana model pembelajaran Inquiry
Training dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa khususnya pada
materi pokok Fluida Statis.
3. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti
lain yang ingin melakukan penelitian dengan menggunakan model yang
9
4. Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan penulis tentang model
pembelajaran Inquiry Training yang dapat digunakan nantinya dalam
mengajar.
1.7 Definisi Operasional
1. Gagne (dalam Siregar dan Nara, 2010: 4), “learning is relatively
permanent change in behavior that result from past experience or
purposeful instruction”. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang
relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari
pembelajaran yang bertujuan atau direncanakan.
2. Model pembelajaran Inquiry Training adalah upaya pengembangan para
pembelajar yang mandiri, metodenya mensyaratkan partisipasi aktif siswa
dalam penelitian ilmiah. Siswa sebenarnya memiliki rasa ingin tahu dan
hasrat yang besar untuk tumbuh berkembang. Model pembelajaran Inquiry
Training memiliki lima tahap yaitu sebagai berikut: menghadapkan pada
masalah, pengumpulan data - verifikasi, pengumpulan data – eksperimen,
mengolah, merumuskan suatu penjelasan, dan analisis proses Inquiry
(Joyce et al, 2009).
3. Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang menuntut
siswa agar aktif dan berfikir kritis serta kreatif dalam pembelajaran karena
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi
menggali informasi melalui proses mengamati, menanya, mencoba,
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan (Sani, R.A, 2011).
4. Metode adalah cara-cara penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan
oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran baik secara individual
atau pun kelompok. Beberapa contoh metode pembelajaran antara lain
metode ceramah, diskusi, penugasan, Tanya jawab, dan eksperimen (Sabri,
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada materi pokok Fluida Statis kelas X
semester genap di SMA Negeri 3 Medan T.P 2015/2016 diperoleh hasil analisa
data dan pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil observasi aktivitas belajar siswa di kelas eksperimen dengan model
pembelajaran Inquiry Training diperoleh nilai rata-rata aktivitas 76.98
dengan kriteria aktif.
2. Keterampilan proses sains siswa dengan menerapkan model pembelajaran
Inquiry Training memiliki rata-rata 82.68 termasuk ke dalam kategori baik
sekali.
3. Keterampilan proses sains siswa dengan menerapkan pembelajaran
konvensional memiliki rata-rata 73.61 termasuk ke dalam kategori baik.
4. Berdasarkan pengujian hipotesis, diperoleh > (4.04 > 1.67),
maka Ho di tolak dan Ha di terima dengan kata lain bahwa keterampilan
proses sains siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan
keterampilan proses sains siswa pada kelas kontrol, berarti ada pengaruh
model pembelajaran Inquiry Training terhadap keterampilan proses sains
siswa.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti
mempunyai beberapa saran, yaitu :
1. Kepada peneliti selanjutnya hendaknya membuat perencanaan yang lebih
baik pada pengorganisasian kelompok, sebaiknya jumlah siswa dalam
setiap kelompok cukup 3-4 orang saja agar semua aktif dalam melakukan
praktikum.
hitung
80
2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar lebih menguasai dalam
mengelola tahap-tahap/sintaks dari model pembelajaran Inquiry Training,
karena sebagian tahap dapat menyita waktu yang lebih banyak dari yang
ditargetkan.
3. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya memperhatikan ketersediaan alat dan
keadaan alat yang akan digunakan dalam praktikum.
4. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti permasalahan yang sama
disarankan untuk memperhatikan kemampuan awal siswa dan
mempersiapkan permasalahan yang menggugah rasa ingin tahu siswa
81
DAFTAR PUSTAKA
Amri, S. (2013). Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta : PT Prestasi Pustakaraya
Arends, R.I. (2008). Learning to teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, S. (2013). Dasar – Dasar Evalusi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Astra, M. (2007). Fisika untuk SMA/ MA Kelas X. Jakarta: Piranti Darma Kalokatam
Dahar, R. W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, Z. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Fitriani. (2014). Pengaruh Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Elastisitas Kelas XI Semester I di MAN 1 Medan T.P 2013/2014. Medan: Skripsi, FMIPA, UNIMED
Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Gultom, S. (2014). Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Hamalik, O. (2013). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hidayati, Afrini. (2015). Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Suhu dan Kalor di Kelas X Semester II SMA Negeri 1 Tanjung Pura T.P 2014/2015. Medan: Skripsi, FMIPA, UNIMED
Hutapea, Ferawati dan Motlan. (2015). Pengaruh Model Pemelajaran Inquiry Training dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Proses Sains SMA. Jurnal Pendidikan Fisika, ISSN 2252-732X hal: 55-62
Istarani. (2011). 58 model pembelajaran inovatif. Medan: Media persada
Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E. (2009). Models Of Teaching. Yogyakarta: Percetakan Pustaka Belajar
82
Purwanto, N. (2014). Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sabri, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Ciputat Press
Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta
Sani, R.A. (2011). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara
Sani, R. A. (2011). Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri dengan Pembelajaran Konvensional pada Mata Pelajaran Fisika. Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika Volume 3(2): 25-30
Sani, R. A. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training (Latihan Inkuiri) Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tanjung Beringin. Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika Volume 2(2): 16-22
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Sheba, M. N. (2013). An Anatomy of Science Process Skils In The Light Of The Challenge to Realize Science Instruction Leading To Global Excellence in Education. Vol.2, No.4, April 2013: 108-123
Slameto. (2010). Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana. (2001). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Supardi, Leonard, Suhendri, H., Rismurdayati. (2010). Pengaruh Media Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika. Jurnal Formatif 2(1): 71-81
Suwarto. (2010). Dimensi Pengetahuan dan Dimensi Proses Kognitif dalam Pendidikan. Jurnal Pendidikan No. 1/ Volume 19: 76-92
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana