• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH KOTA MAKSUM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SEJARAH KOTA MAKSUM."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH KOTA MAKSUM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

DWI RIZKY ADELINA

NIM.3123121009

Program Studi Pendidikan Sejarah

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

DWI RIZKY ADELINA, NIM: 3123121009, SEJARAH KOTA MAKSUM. SKRIPSI S1 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH. FAKULTAS ILMU SOSIAL. UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2016

(Pembimbing: Drs. Yushar Tanjung, M.si)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana terbentuknya kota Swapraja Deli di Medan serta aktivitas masyarakatnya dalam bidang sosial, politik, dan budaya. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian sejarah dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Metode yang dilakukan adalah penelitian studi lapangan (Field Research) berupa observasi dan wawancara dengan beberapa narasumber dan dikombinasikan dengan penelitian studi pustaka (Library research), yaitu dengan mencari informasi dari buku-buku, dokumen dan koran lama yang relevan dengan sejarah Kota Maksum untuk dijadikan dasar atau landasan bagi peneliti dalam merekonstruksi sejarah.

Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa Kota Maksum merupakan kawasan pemukiman bagi rakyat sultan terutama kalangan bangsawan serta pejabat kesultanan Deli. Kota Maksum menjadi daerah Ibukota sejak berpindah dari Labuhan karena alasan geografis, politik, serta ekonomi. Maksum artinya

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti haturkan kehadirat Allah swt dimana atas berkat, rahmat dan karuniaNya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Sejarah Kota Maksum”. Shalawat berangkaikan salam dihadiahkan kepada junjungan besar Muhammad SAW, yang mana syafa’atnya diharapkan di yaumil mahsyar kelak.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh kata sempurna baik dari segi isi, teknik penulisan, maupun nilai ilmiahnya, mengingat keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati, peneliti mengharapkan saran dan kritikan. Maka dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa terima kasih serta pengharapan yang sebesar-besarnya kepada :

 Ayahanda terhebat Muhammad Syafi’i dan Ibunda Tercinta Siti Aminah yang telah mengajarkan dan menerapkan makna kehidupan dan arti penting kekeluargaan kepada ananda serta telah berusaha memberikan bantuan baik berupa moril maupun materil sehingga ananda dapat menyelesaikan studi ini dengan baik.

(7)

iii

 Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta stafnya.

 Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial beserta stafnya.

 Bapak Dr. Hidayat M.Si selaku dosen pembimbing akademik serta penguji yang telah banyak membantu peneliti selama masa studi.

 Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, M.Si selaku dosen dan penguji peneliti yang telah banyak memberikan ilmunya selama masa studi.

 Bapak Pristi Suhendro Lukitoyo, M.Si selaku dosen dan penguji yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan selama masa studi.

 Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Sejarah, yang telah memberikan ilmu dan pengalaman kepada peneliti selama masa studi.

 Kakak dan adik-adik tercinta: Muhammad Randha, Dicky Syafrizal, dan Syafina Amanda, terimakasih untuk dukungan dan do’anya. Kakak

persembahkan tulisan ini untuk kalian dengan cinta.

 Saudara-saudara peneliti: Bulek Siti Aisyah, Om Antoni Firdaus, Bude Sumarni, Pakde Feriyadi, Bulek Susilowati, Om Hamid, Om Bambang, tante Henny, Fenny Amalia, Shanti Komalasari, Shinta Wulandari dan seluruh keluarga yang tidak disebutkan.

(8)

iv

 Untuk teman-teman yang telah banyak membantu peneliti dalam penelitian: Angki Chamaro Siahaan, terimakasih telah menjadi moodbooster di saat-saat tergalau. Bayu Satria, terimakasih untuk semangat dan dukungan hingga terselesainya skripsi ini. Imam Mahdi Pane dan Deni Hartanto, terimakasih untuk masukan dan saran selama masa penelitian.

 Buat Keluarga Besar PPLT SMP Negeri 1 Tanjung Pura 2015, khususnya 3G. Terima kasih buat kebersamaan selama ini, tawa dan canda kalian tidak akan pernah ku lupakan.

 Teman-teman lama peneliti: Suci Rahmadani, Namira Ceisera, Rahma Dara Ayunda, Juwairia Siregar, Muzdhalifah Alqinda, Muhammad Rafly, Riky Ramadhani. Terimakasih untuk dukungan dan semangatnya selama ini.

 Teman-teman senasib dan seperjuangan Stambuk 2012 Pendidikan Sejarah: Imam Suhariyadi, Omi Rahmayani, Tria Anggiani Situmorang, Novika Sari Ramadhani, Amliansyah, Arifin W. Manurung, Niko A. Hutabarat, Wiranda Sihaloho, Hendro Andrew Manik, Sarwendi Sigalingging, Tria Devi Ayumi, Zein Hasanah, Yosepha L. Turnip, Jatmico, Siti Mada Y. Lubis, Dyna Hutagaol, Neneng Sudarmi, Dhiah Ristanti Handayani dan yang lainnya yang tidak disebutkan terimakasih telah menemani selama perkuliahan.

(9)

v

Akhir kata peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan jika ada pihak yang terlewatkan mendapatkan ucapan terimakasih, peneliti meminta maaf atas kesalahan dan kekhilafan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi bahan masukan bagi yang membutuhkannya.

Medan, 23 Juni 2016 Peneliti

(10)

vi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN KONSEP 2.1 Kajian Pustaka ... 8

2.2.2.1 Aktivitas Kehidupan Sosial Masyarakat Kota ... 15

2.2.2.2 Aktivitas Kehidupan Politik Masyarakat Kota ... 16

2.2.2.3 Aktivitas Kehidupan Budaya Masyarakat Kota ... 18

2.2 Kerangka Berfikir... 20

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 24

(11)

vii BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 26

4.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 26

4.1.2 Demografi Penduduk ... 26

4.1.3 Pendidikan ... 28

4.2 Perpindahan Ibukota Kesultanan Deli ke Meda ... 30

4.2.1 Hubungan dengan Belanda ... 31

4.2.2 Terbentuknya Kota Maksum ... 36

4.2.3 Nama Kota Maksum dan Perkembangannya ... 40

4.3 Aktivitas Sosial Masyarakat Kota Maksum ... 42

4.3.1 Komposisi Etnis ... 42

4.3.2 Strata Sosial Masyarakat dan Gaya Hidup Golongan Elit Kota Maksum ... 46

4.3.3 Hubungan Sosial antara Sultan dan Masyarakatnya ... 49

4.3.4 Runtuhnya Kejayaan Elit Tradisional Melayu di Kota Maksum (Revolusi Sosial 1946) ... 51

4.4 Aktivitas Politik Masyarakat di Kota Maksum ... 55

4.4.1 Peradilan bagi Masyarakat Kota Maksum ... 57

4.5 Aktivitas Budaya Masyarakat Kota Maksum ... 61

4.5.1 Budaya Melayu di Kota Maksum ... 61

4.5.2 Upacara-Upacara Adat Istiadat di Kawasan Kota Maksum ... 64

4.5.3 Kesenian ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Saran ... 75

Daftar Pustaka ... 76 Lampiran 1 Data Informan dan Daftar Wawancara

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kota selalu menjadi bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkan dalam setiap level dengan segala permasalahan yang dihadapinya. Membicarakan sebuah kota adalah sesuatu yang menyenangkan dan menjadi bagian dari diskusi mengenai peradaban manusia dengan segala substansinya. Kota sebagai pemukiman memiliki segala piranti yang mendukung eksistensinya sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

Kota Maksum memiliki daya tarik tersendiri untuk dibahas dan dikaji. Kampung yang kini telah berstatus kelurahan di kawasan kota Medan itu telah beratus tahun menjadi bagian wilayah pemerintahan kesultanan Deli. Terlebih lagi statusnya yang pernah menjadi daerah swapraja menjadikannya sebagai daerah yang istimewa mengingat di sanalah kerabat istana tinggal dan menjalankan pemerintahan bersama pemerintah residen Hindia Belanda yang pada saat itu juga turut mengatur Sumatera Timur.

(13)

2

mudah mengawasi daerah-daerah taklukan kerajaan Deli. Pindahnya pusat pemerintahan terjadi lagi pada masa Sultan Deli IV yaitu Tuanku Panglima Pasutan. Ia memindahkan pusat kerajaan dari Pulau Brayan ke Labuhan Deli serta memberi gelar datuk untuk memperkokoh kedudukan kepala-kepala suku (para sibayak) yang merupakan penduduk asli kerajaan Deli. Perpindahan yang terakhir terjadi pada masa Sultan Makmun Alrasyid Perkasa Alamsyah ke kawasan Kota Medan sekarang ini.

Selain karena alasan geografi dan ekonomi, perpindahan yang terakhir juga dipengaruhi oleh alasan politik, yaitu adanya kerjasama Sultan dengan pihak Belanda. Sejak Jacobus Nienhuys memindahkan kantor kebunnya ke Medan Putri yang sepi pada 1869, Medan mulai menjadi kawasan yang ramai pendatang. Dipilihnya Medan Putri disebabkan pertimbangan letaknya yang strategis, yaitu berada di dataran yang lebih tinggi sehingga tidak mudah kebanjiran di musim hujan dan lagi berada di tengah-tengah pusat perkebunan. Kata Medan sendiri, dalam bahasa Melayu berarti tempat berkumpul. Sejak dahulu, Medan menjadi pelabuhan tongkang-tongkang dari laut yang membongkar muatan untuk kemudian meneruskan dengan perahu kecil ke Deli Tua dan Sungai Babura. Medan juga menjadi tempat berdagang bagi orang-orang dari Hamparan Perak, Sukapiring, dan lain-lain. Hal ini kemudian menjadi alasan dipindahkannya ibukota Residen Sumatera Timur dan pusat pemerintahan Kesultanan Deli ke Medan.

(14)

3

pembangun kota Medan. Sebelum Kota Maksum menjadi daerah pemukiman raja beserta kerabat dan rakyatnya, lebih dulu dibangunlah istana Maimoon dengan peletakan batu pertama pada 1888. Keluarga kerajaan pindah ke sana dari istana Labuhan pada 1891 sebelum akhirnya mendiami istana Puri yang mulai dibangun pada 1905.

Dilihat dari aktivitas masyarakat, Kota Maksum dihuni oleh masyarakat pribumi dari suku Melayu, Jawa, Mandailing dan Minangkabau. Masyarakat dari suku Melayu yang tinggal di sana sebagian besar merupakan golongan Bangsawan Deli, meski ada pula yang merupakan rakyat jelata yang bukan dari turunan Bangsawan. Sementara masyarakat dari suku Minangkabau memilih Kota Maksum sebagai tujuan perantauan karena posisinya yang dekat dengan pusat pasar, yaitu pasar central yang memang di masa itu merupakan pasar besar yang mewadahi aktivitas perdagangan di Kota Medan. Sebagai akibat dari pencampuran tersebut, masyarakat Minangkabau yang tinggal di Kota Maksum menjadi lancar berbahasa Melayu Indonesia dengan logat yang masih kental dengan bahasa Ibunya.

(15)

4

Pembangunan kota Medan tidak terlepas dari pengaruh kolonial Belanda. Bisa dikatakan bahwa Medan merupakan Kota yang dibangun dengan kerjasama antara Sultan dan pemerintah Hindia Belanda. Kerjasama diwujudkan dalam sebuah kontrak politik antara Hindia Belanda dan kerajaan Deli. Pemerintah Hindia Belanda mengembangkan sistem pemerintahan lokal, baik di daerah-daerah yang dikuasai langsung, maupun daerah-daerah-daerah-daerah swapraja. Daerah langsung merupakan daerah yang langsung diperintah oleh Belanda, sedangkan daerah swapraja diperintah Belanda dengan perantara raja-raja. hukum ketatanegaraan swapraja terdiri dari pemerintahan sendiri, polisi sendiri, peradilan sendiri, dan urusan legislatif sendiri yang dibedakan dengan daerah langsung Hindia Belanda.

(16)

5

pemerintah Hindia Belanda. Tanah dengan Grand C dan D pada mulanya juga merupakan tanah kekuasaan Sultan, namun karena terjadi penghibahan tanah dari Sultan kepada Kota Medan maka pemegang grant tidak lagi tunduk kepada hukum Swapraja. Hal ini kemudian menimbulkan suatu permasalahan baru, yaitu status penduduk kota Medan. Meski Sultan telah menghibahkan tanah kepada kota Medan, namun tanah tersebut belum terlepas dari ikatan wilayah kekuasaan Sultan. Oleh karena itu, tanah tersebut masih berada di dalam daerah tidak langsung sehingga setengah dari penduduk kota Medan tetap menjadi kaula raja sehingga tidak tunduk pada Pemerintah Hindia Belanda. Hal ini yang kemudian diupayakan agar daerah Gemeente Medan menjadi daerah langsung yang diperintah oleh Gubernemen Belanda lewat salah satu pasal dalam politik kontrak yang membuat Sultan menyerahkan tanah dengan hak eigendom (hak kebendaan yang dimiliki seseorang untuk secara bebas menikmati sebidang tanah dan menguasainya secara mutlak). Hak eigendom ini tidak termasuk tanah di kawasan Kota Maksum dan kampung Sungai Kerah Percut.

Pembagian hak tanah antara tanah swapraja dan tanah kotapraja ini mengakibatkan penduduk Kota Medan digolongkan menjadi dua, yaitu rakyat raja dan rakyat Hindia Belanda. masyarakat Kota Maksum termasuk ke dalam kaula raja sehingga tunduk kepada hukum dan ketentuan swapraja.

(17)

6

Timur. Tidak hanya itu, kawasan yang menjadi tempat tinggal Kaula Raja ini menyimpan banyak pertanyaan untuk diteliti, seperti kehidupan masyarakat dalam bidang sosial, budaya, dan politik yang terbentuk disana hingga kerusuhan yang terjadi pada masa Revolusi Sosial 1946.

Berdasarkan latar Belakang tersebut diatas dan mengingat begitu pentingnya kawasan Kota Maksum ini dimasa pemerintahan Kesultanan Deli sejak berpindah ke Medan, maka penulis mengangkat judul “Sejarah Kota Maksum (1905-1946)”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan beberapa identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Perpindahan pusat kerajaan Deli ke Medan

2. Terbentuknya daerah swapraja Deli di kota Medan 3. Aktivitas Kehidupan daerah swapraja Deli di kota Medan

1.4 Rumusan Masalah

Dengan adanya pembatasan masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses terbentuknya Kota Maksum?

(18)

7

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menjelaskan proses terbentuknya Kota Maksum

2. Untuk mengetahui aktivitas kehidupan sosial masyarakat Kota Maksum 3. Untuk mengetahui aktivitas kehidupan politik Masyarakat Kota Maksum 4. Untuk mengetahui aktivitas kehidupan budaya masyarakat Kota Maksum

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai penambah wawasan pengetahuan bagi peneliti dan pembaca mengenai Sejarah Kota Maksum.

2. memberikan pengalaman dan wawasan kepada peneliti dalam penulisan karya ilmiah.

3. sebagai penambah informasi kepada penelitian yang relevan di masa yang akan datang.

(19)

72 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil peelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Kota Maksum merupakan kawasan ibukota kesultanan Deli yang pindah dari Labuhan karena sebab-sebab tertentu, yaitu letak geografis Labuhan yang berada didataran rendah sehingga rawan terkena banjir dan alasan ekonomi sekaligus politik dimana medan menawarkan peluang kemakmuran lewat kemajuan perkebunan dengan dipindahkannya kantor kebun Nienhuys dan ibukota keresidenan Sumatera Timur.

2. Kemajuan Medan mendorong Hindia Belanda untuk membangun kotapraja yang merupakan cikal bakal bagi kota Medan dewasa ini. Hubungan antara Sultan Deli dan Belanda yang terjalin lewat politik kontrak telah membuka peluang Belanda untuk menguasai tanah yang semula merupakan tanah hak kerajaan. Sebagai gantinya, sultan mendapat ganti rugi untuk semua penghibahan dan wewenang yang diambil alih serta Belanda turut membantu pembangunan dalam kawasan Swapraja Deli di Medan lewat badan yang mengurus pembangunan kotapraja yaitu Gemeente Fonds.

(20)

73

seperti istana Puri pada 1905, mesjid raya Al-Manshun pada 1906, taman Sri Deli, kerapatan serta perkampungan sultan serta kerabatnya.

4. Nama Kota Maksum berarti “terpelihara oleh dosa”. Sebagai kawasan

pemukiman sultan beserta kerabatnya, Kota Maksum dianggap sebagai kawasan suci dan tidak dibenarkan ditinggali oleh orang-orang non muslim.

5. Kota Maksum dihuni oleh beberapa suku, yaitu Melayu sebagai masyarakat dominan, Mandailing sebagai perantau yang menduduki jabatan pemerintahan, perantauan Minangkabau, serta Jawa. Setelah kemerdekaan, masyarakat Kota Maksum semakin majemuk dengan masyarakat pendatang, sedangkan jumlah masyarakat Melayu semakin berkurang.

6. Penduduk yang tinggal di Kota Maksum telah membentuk stratifikasi sosial berdasarkan status sosial masyarakat, yaitu sultan sebagai pemimpin tertinggi, kemudian bangsawan bergelar jabatan dan suksesi. Pejabat kesultanan non bangsawan, bangsawan bergelar suksesi, dan strata terbawah yaitu rakyat jelata.

(21)

74

diri kebeberapa tempat, salah satunya adalah istana Maimoon yang dijaga oleh tentara bayaran Inggris (Gurkha).

8. Dalam aktivitas politik di Kota Maksum, masyarakat yang tinggal disana banyak yang merupakan pejabat yang membantu sultan dalam menjalankan pemerintahannya. Dikawasan ini, berlaku hukum-hukum sultan yang didasarkan kepada adat dan Islam. untuk penegakan hukumnya, Kesultanan Deli memiliki lembaga penting seperti kepolisian dan peradilan swapraja.

9. Bangunan-bangunan yang mendominasi di Kota Maksum adalah rumah-rumah panggung yang terbuat dari kayu. meski begitu, pada beberapa bangunan telah menggambarkan adanya pengaruh budaya asing dengan meninggalkan kayu sebagai bahan utama. Jika dilihat dari bangunan-bangunan peninggalan kesultanan Deli di sekitar Kota Maksum, maka dapat dilihat adanya pengaruh Eropa dan Timur Tengah pada arsitektur bangunannya.

(22)

75

keramaian dengan pasar malam dan acara hiburan yang diadakan jika berkenaan dengan acara suka cita seperti penabalan putra mahkota dan perkawinan. Pada acara-acara keramaian yang dilakukan pihak kerajaan, biasanya dihadirkan beberapa kesenian sebagai penghibur rakyat, seperti ronggeng, seni tari Melayu, dan teater makyong serta bangsawan.

5.2 SARAN

(23)

76

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung. 2007. Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Avan, Alexander. 2012. Parijs van Soematra. Medan: Reinmaker Publishing Basundoro, Purnawan. 2012. Pengantar Sejarah Kota. Yogyakarta: Penerbit

Ombak

Colombijn, Freek, dkk. 2015.Kota Lama Kota Baru, Sejarah Kota-Kota di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Daldjoeni, N. 1992. Seluk Beluk Masyarakat Kota (Pusparagam Sosiologi Kota dan Ekologi Sosial. Bandung: IKAPI

Dja’far, Fadlin Muhammad, B.S., A. Zaidan, dan Takari, Muhammad. 2012. Sejarah Kesultanan Deli dan Peradaban Masyarakatnya. Medan: USU

Press

Gallion, Arthur B dan Eisner, Simon. 1992. Pengantar Perancangan Kota, Desain dan Perencanaan Kota. Jakarta: Penerbit Erlangga

Hariyono, Paulus. 2011. Sosiologi Kota Untuk Arsitek. Jakarta: Bumi Aksara Husny, Tengku H.M. Lah. 1978. Lintasan Sejarah Peradaban dan Budaya

Melayu-Pesisir Deli Sumatera Timur, 1612-1950. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan

Kartodirdjo, Sartono. 1977. Masyarakat Kuno & Kelompok-Kelompok Sosial. Jakarta: Bhatara Karya Aksara

(24)

77

Margana, Sri dan Nursam, M. 2010. Kota-Kota di Jawa (Identitas, Gaya Hidup, dan Permasalahan Sosial). Yogyakarta: Penerbit Ombak

Meuraxa, Dada.1973. Sejarah Kebudayaan Suku-Suku di Sumatera Utara. Medan: Firma Hasmar

Pelly, Usman. 1998. Urbanisasi dan Adaptasi, Peranan Misi Budaya Minangkabau dan Madailing. Jakarta: LP3ES

Perret, Daniel. 2010. Kolonialisme dan Etnisitas, Batak dan Melayu di Sumatera Timur. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia

Pranoto, Suhartono W. 2014. Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha Ilmu

Reid, Anthony. 2011. Menuju Sejarah Sumatera, Antara Indonesia dan Dunia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Sinar, Tuanku Luckman dan Syaifuddin. 2002. Kebudayaan Melayu Sumatera Timur. Medan: USU Press

Sinar, Tuanku Luckman. 1991. Sistem Pengendalian Sosial Tradisional Masyarakat Melayu di Sumatera Utara. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan

Sinar, Tuanku Luckman. 2006. Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur. Medan: yayasan Kesultanan Serdang

Sinar, Tuanku Luckman. 2011. Sejarah Medan Tempo Doeloe. Medan: Sinar Budaya Group

(25)

78

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers Soekanto, Soerjono.1983. Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur

Masyarakat. Jakarta: CV Rajawali

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Analisis deskriptif digunakan untuk melihat sebaran karakteristik keluarga (besar keluarga, umur, lama pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, pendapatan per kapita),

Pengertian dan Landasan Hukum Putusan Bebas Putusan bebas diatur dalam Pasal 191 ayat (1) KUHAP yang berbunyi “Jika Pengadilan berpendapat bahwa dari hasil

Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru

Pada hasil tes kemampuan akhir, setelah kelas eksperimen diberi perlakuan strategi konflik kongnitif dan kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran konvensional,

Teori prinsip kerjasama kang dimaksud, yaiku: Maksim Kuantitas, Maksim Kualitas, Maksim Relevansi, lan Maksim Cara Pelaksanaan (Wijana, 1996:45). Wekasane saben

Memperkokoh Nilai-Nilai Pancasila di Seluruh Komponen Bangsa untuk Memantapkan Semangat Kebangsaan dan Jiwa Nasionalisme Ke-Indonesia-an dalam Menangkal Ideologi

Negosiasi antara kedua belah pihak tersebut akhirnya menghasilkan kespakatan Public Private Partnership (P3) atau Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk

Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan beberapa alasan sebagai berikut: Strategi pembelajaran