• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING DAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA ANTARA SISWA YANG DIBERI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI DENGAN TIPE STAD DI SDN 112292 KUALABERINGIN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING DAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA ANTARA SISWA YANG DIBERI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI DENGAN TIPE STAD DI SDN 112292 KUALABERINGIN."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING DAN

BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA ANTARA

SISWA YANG DIBERI MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE GI DENGAN TIPE STAD

DI SDN 112292 KUALABERINGIN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program StudiPendidikan Dasar

Oleh: ERMAYANTI NIM. 8146182010

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Nikmat serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis ini berjudul “Perbedaan Kemampuan Problem Solving Dan

Berpikir Kreatif Matematis Siswa Antara Siswa Yang Diberi Model

Pembelajaran Koopertif Tipe GI Dengan Tipe STAD Di SDN 112292

Kualaberingin”.

Penulis menyadari bahwa selama proses penyelesaian dan penyusunan tesis ini tentunya tidak terlepas dari kekurangan serta hambatan yang penulis harus lewati. Berbagai kesulitan maupun hambatan harus tetap dilalui dengan penuh semangat dan harapan demi menyelesaikan amanah penyusunan tesis ini sebagai awal dari menyelesaikan tugas akhir di Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Segala hambatan hadir dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis dalam menyusun tesis. Baik hambatan berupa moral maupun material. Namun, itu semua tidaklah menjadi faktor penyebab penulis untuk berhenti dan menyerah. Semua hambatan harus dilalui demi amanah yang harus diselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. selaku Rektor Unimed

(6)

ii

3. Ibu Prof. Dr. Anita Yus, M.Pd selaku Ketua prodi Pendidikan Dasar dan Bapak Dr. Daulat Saragi, M.Hum selaku Sekretaris prodi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

4. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Tesis I yang telah banyak membantu, baik dengan meluangkan waktu serta dengan memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi dan saran-saran mulai dari awal penyusunan tesis hingga terselesaikannya tesis ini. Begitu banyak ilmu pengetahuan serta pengalaman yang diberikan sehingga sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan tesis ini. Dan semoga ilmu yang diberikan dapat penulis amalkan dalam kehidupan ke depannya, baik dalam dunia penelitian maupun di dalam dunia akademis selanjutnya.

5. Bapak Dr. Adi Sutopo, M.T., M.Pd, selaku pembimbing tesis II yang juga cukup turut banyak membantu penulis dalam hal membimbing, memberikan pengetahuan, dan yang terlebih adalah motivasi baik berupa pengalaman maupun nasehat-nasehat agar penelitian yang penulis lakukan dapat bermanfaat bagi lingkungan dunia pendidikan khususnya.

6. Bapak Prof. Dr. Syahyar, M. M., M.S., selaku narasumber I, Prof. Dr. Nurdin Bukit, M. Si., selaku narasumber II, dan Prof. Dr. Edi Syahputra, M. Pd., selaku narasumber III yang telah memberikan banyak masukan demi penyempurnaan tesis ini.

7. Bapak Dr. Kms. M. Amin Fauzi, M.Pd dan Dr. Waminton Rajagukguk, M.Pd selaku validator yang telah memberikan saran-saran dalam penelitian ini. 8. Bapak Hotma, A.Ma.Pd., selaku Kepala SDN 112292 Kualaberingin yang

(7)

iii

SDN 112292 Kualaberingin, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya. 9. Keluarga tercinta Suami, ibunda; ayahanda; abangnda Suhendrik, S.E;

Herwanto, SP; Indah Sari, S.Pd.SD, yang selalu mengirimkan do’a, menguatkan semangat, memberikan nasehat serta bantuan materil sehingga penulis mampu menyelesaikan program master ini pada tepat waktu.

10.Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan motivasinya.

Semoga bantuan dan jasa baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian tesis ini, namun penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya tesis ini.

Kiranya tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih, semoga tesis ini berguna bagi kita semua khususnya para pembaca.

Medan, Oktober 2016 Penulis,

(8)

iv

ABSTRACT

The Difference Of Problem Solving Ability And Creative Thinking Mathematics Students Between The Students Which Was Given Cooperative Learning Type GI With Type STAD in SDN 112292 Kualaberingin. Ermayanti. 8146182010.

Abstract : The purpose of this research was; (1) to analize are there any difference of increasing the creative thinking between the students who was given cooperative learning type GI and the students who had given cooperative learning type STAD; (2) to describe the difference of problem solving ability of student by cooperative learning type GI with cooperative learning type STAD; (3) to describe the difference of increasing problem solving and creative thinking mathematics students by cooperative learning type GI and cooperative learning type STAD; and (4) to describe the difference of students response who was used cooperative learning type GI and who was used cooperative learning type STAD. The research was located in SDN 112292 Kualaberingin. Population of the research was all of the students in SDN 112292 Kualaberingin. The technic of sample was used purposive sampling, the sample of research was the grade of fourth A and the grade of fourth B. The methode of research was used quasi-experimental methods. The data of the research was analized by using describtive statistics. The score of the research was show, (1) there was no significance of the difference in problem solving ability between students who were given cooperative learning in type GI with the students who were given cooperative learning type STAD; (2) there was no difference who significant in increasing creative thinking ability between student who was given cooperative learning type GI with student who given cooverative learning type STAD; (3) There was no significant of the difference in creasing of problem solving who given cooverative learning type GI and STAD.There was no significant of the difference in creasing of problem solving ability mathematics student between students who were cooperative learning type and type STAD and (4).There was an average of difference in response of students was 1,12.

(9)

v

ABSTRAK

Perbedaan Kemampuan Problem Solving Dan Berpikir Kreatif

Matematis Siswa Antara Siswa Yang Diberi Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe GI Dengan Tipe STAD Di SDN 112292 Kualaberingin.

Ermayanti. 8146182010.

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk; (1) Menganalisis apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe GI dan siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD; (2) Mendiskripsikan perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD; (3) Mendiskripsikan perbedaan peningkatan kemampuan Pemecahan masalah dan berfikir kreatif matematis siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD; dan (4) Mendiskripsikan perbedaan respon siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 112292 Kualaberingin. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD Negeri 112292 Kualaberingin, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling, sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVA dan IVB. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen semu. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD; (2) tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD; (3) tidak terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang diberi model pembelajaran GI dan STAD. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa diberi model pembelajaran GI dan STAD; dan (4) Terdapat perbedaan rata-rata respon siswa sebesar 1,12.

(10)

vi

1.2. Identifikasi Masalah ... 12

1.3. Batasan Masalah ... 13

1.4. Rumusan Masalah ... 13

1.5. Tujuan Penelitian... 14

1.6. Manfaat Penelitian... 15

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1.Kerangka Teoritis ... 17

2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif ... 17

2.1.2 Model Pembelajaran Group Investigation (GI) ... 26

2.1.2.1 Langkah-langkah Pembelajaran GI ... 31

2.1.2.2 Kelebihan Model GI ... 32

2.1.2.3 Kelemahan Model GI ... 33

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 33

2.1.3.1 Langkah-langkah Pembelajaran STAD ... 36

2.1.3.2 Kelebihan Model STAD ... 39

2.1.3.3 Kelemahan Model STAD ... 39

2.1.4 Pemecahan Masalah ... 40

2.1.5 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 44

2.1.6 Berpikir Kreatif ... 47

2.1.7 Pembelajaran Matematika Disekolah ... 51

(11)

vii

2.3.Kerangka Berpikir ... 57

2.4.Hipotesis Penelitian ... 60

BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1.Lokasi Penelitian ... 62

3.2.Populasi dan Sampel Penelitian ... 62

3.3.Desain Penelitian ... 63

3.4.Defenisi Operasional ... 64

3.5.Variabel Penelitian ... 66

3.6.Teknik Pengumpulan Data ... 67

3.7.Prosedur Penelitian... 68

3.8.Instrumen Penelitian... 70

3.8.1 Tes Kemampuan Pemecahan masalah ... 70

3.8.2 Intrumen Tes Berpikir Kreatif ... 73

3.8.3. Angket Respon Siswa ... 83

3.9.Teknik Analisis Data ... 83

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 88

4.1.1 Uji Coba Instrumen Penelitian ... 88

4.1.2 Deskripsi Proses Pembelajaran Model Kooperatif Tipe GI ... 90

4.1.3 Deskripsi Proses Pembelajaran Model Kooperatif Tipe STAD ... 91

4.2 Hasil Penelitian ... 92

4.2.1 Perbedaan peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Antara Siswa Yang Diberi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Dengan Siswa Yang Diberi Model Pembelajaran Kooperatif TipeSTAD ... 93

4.2.2 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI ... 118

(12)

viii

Kemampuan Pemecahan Masalah Model GI .. 121 4.2.3 Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 124 4.2.3.1 Data Tabel Distribusi Frekuensi Pretest

dan Postest ... 124 4.2.3.2 Analisis Data Deskriptif Pretest dan Posttest

Kemampuan Pemecahan Masalah Model

STAD ... 127 4.2.4 Respon siswa yang diberi model pembelajaran

kooperatif tipe GIdan siswa yang diberi model

pembelajaran kooperatif tipe STAD ... 131 4.2.4.1 Respon Siswa pada Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe GI ... 132 4.2.4.2 Respon Siswa pada Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD... 134 4.3 Pembahasan ... 136

4.3.1 Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 136 4.3.2 Persentase Ketercapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 141 4.3.3 Persentase Ketercapaian Berpikir Kreatif Siswa ... 143 4.3.4 Respon Siswa ... 144

BAB V KESIMPULAN

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Pembelajaran Kooperatif ... 20

Tabel 2.2 Fase-Fase Model Pembelajaran Kooperatif ... 23

Tabel 2.3 Perhitungan Nilai Perkembangan Siswa ... 24

Tabel 2.4 Kriteria Penghargaan Kelompok ... 25

Tabel 2.5 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 49

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Tes dan Butir Soal Kemampuan Pemecahan Masalah ... 71

Tabel 3.2 Tabel Penyekoran Kemampuan Pemecahan Masalah ... 72

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Berpikir Kreatif... 74

Tabel 3.4 Pedoman Penyekoran Tes Berpikir Kreatif ... 75

Tabel 3.5 Kategori Validitas Instrumen ... 77

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 78

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 78

Tabel 3.8 Kategori Reliabilitas Instrumen ... 80

Tabel 3.9 Hasil Reliabilitas Soal Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif Matematis ... 80

Tabel 3.10 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 81

Tabel 3.11 Hasil tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 82

Tabel 3.12 Hasil tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 82

Tabel 4.1 Rekapitulasi dan Kesimpulan Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif Matematis ... 89

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis... 94

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif ... 98

Tabel 4.4 Tabel Frekuensi Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif... 100

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Skor Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 102

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 103

Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Rataan Skor Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 105

(14)

ix

Tabel 4.9 Tabel Frekuensi Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif ... 108 Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Skor Posttest Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis ... 110 Tabel 4.11 Hasil Uji Perbedaan Rataan Skor Posttest Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis ... 112 Tabel 4.12 Data Hasil Rataan dan Klasifikasi N-gain Kemampuan Berpikir

Kreatif... 113 Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Skor N-gain Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis ... 114 Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas N-gain Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis ... 115 Tabel 4.15 Hasil Uji Perbedaan Rataan N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis ... 118 Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Pretest Pemecahan Masalah GI ... 118 Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Posttest Pemecahan Masalah GI ... 120 Tabel 4.18 Statistik Deskriptif Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis . 122 Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Pretest Pemecahan Masalah STAD ... 125 Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Posttest Pemecahan Masalah STAD ... 126 Tabel 4.21 Statistik Deskriptif Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis . 129 Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Respon Siswa Terhadap Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe GI ... 132 Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi Respon Siswa Terhadap Model

(15)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 60

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ... 69

Gambar 4.1 Perbandingan Rataan Skor Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 96

Gambar 4.2 Perbandingan N-gain Kemampuan Berpikir Matematis ... 97

Gambar 4.3 Grafik Histogram Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif ... 101

Gambar 4.4 Grafik Histogram Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif ... 109

Gambar 4.5 Grafik Histogram Pretest Pemecahan Masalah GI ... 119

Gambar 4.6 Grafik Histogram Pretest Pemecahan Masalah GI ... 120

Gambar 4.7 Grafik rata-rata skor pretest dan posttest kemampuan pemecahan masalahGI ... 123

Gambar 4.8 Persentase perbandingan nilai pretest dan posttest ... 124

Gambar 4.9 Grafik Histogram Pretest Pemecahan Masalah STAD ... 125

Gambar 4.10 Grafik Histogram Posttest Pemecahan Masalah STAD ... 127

Gambar 4.11 Gambar rata-rata skor pretest dan posttest kemampuan pemecahan masalah STAD ... 130

Gambar 4.12 Persentase perbandingan nilai pretest dan posttes ... 130

Gambar 4.13 Grafik Histogram Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI ... 133

Gambar 4.14 Grafik Nilai Respon Siswa Secara Keseluruhan Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI ... 133

Gambar 4.15 Grafik Histogram Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 135

(16)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A.Perangkat Pembelajaran ... 155

Lampiran A.1 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) ... 156

lampiran A.2 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ... 183

B.Instrumen Penelitian ... 210

Lampiran B.1 Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 211

Lampiran B.2 Soal Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 212

Lampiran B.3 Kisi-kisi Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 214

Lampiran B.4 Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 215

Lampiran B.5 Lembar Angket Respon Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI ... 219

Lampiran B.6 Lembar Angket Respon Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 221

C.Analisis Hasil Uji Coba Tes ... 223

Lampiran C.1 Data Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 224

Lampiran C.2 Analisis Data Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 225

Lampiran C.3 Data Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 227

Lampiran C.4 Analisis Data Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 228

D.Analisis Data Hasil Penelitian ... 230

Lampiran D.1 Data Nama dan Kode Siswa ... 231

Lampiran D.2 Data Pretest, Posttest dan Gain Ternormalisasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis KelasEksperimen 1 (Model Kooperatif Tipe GI) ... 232 Lampiran D.3 Data Pretest, Posttest dan Gain Ternormalisasi Kemampuan

(17)

xiii

Kooperatif Tipe STAD)... 234 Lampiran D.4 Data Pretest, Posttest, dan Gain Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematisdengan Model Kooperatif Tipe GI ... 236 Lampiran D.5 Data Pretest, Posttest, dan Gain Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis dengan Model Kooperatif Tipe STAD ... 238 Lampiran D.6 Analisis Pretest, Posttest dan Gain Ternormalisasi Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis... 240 Lampiran D.7 Data Angket Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran

Kooperatif tipe GI... 244 Lampiran D.8 Data Angket Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran

Kooperatif tipe STAD ... 246 E.Data Penunjang... 248

Lampiran E.1 Foto Ativitas Pembelajaran Pada Kelas Eksperimen 1

(Model kooperatif tipe GI) ... 249 Lampiran E.2 Foto Ativitas Pembelajaran Pada Kelas Eksperimen 2

(18)

1

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Sebagaimana yang disebutkan dalam The Ontario Curriculum (2005: 4) bahwa “The study of mathematics equipsstudents with knowledge, skills, and habits of mind that

are essential for successful and rewarding participation in such a society”.

Belajar matematika melengkapi siswa dengan pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan berpikir yang merupakan hal penting untuk sukses dan bermanfaat dalam berpartisipasi di masyarakat. NCTM (2000: 8) juga menyatakan bahwa

“kebutuhan terhadap penguasaan bidang matematika dipengaruhi beberapa

pandangan, yaitu (1) mathematics for life (matematika untuk kehidupan), (2)

mathematics as a part of cultural heritage (matematika sebagai warisan

budaya), (3) mathematics for the workplace (matematika untuk dunia kerja), dan (4) mathematics for the scientific and technical (matematika untuk masyarakat ilmiah dan teknologi)”.

(19)

2

masalah, (4) dapat berkomunikasi secara matematis, dan (5) dapat bernalar secara matematis”.

Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar, untuk membekali peserta didik agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (Depdiknas, 2006). Adapun tujuan mata pelajaran matematika untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa mampu:

(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian diatas, pemecahan masalah termuat pada kemampuan standar menurut Depdiknas dan NCTM (National Council Of

Teacher Of Mathematics). Artinya, kemampuan ini merupakan kemampuan

(20)

3

harus memungkinkan siswa untuk: (1) membangun pengetahuan matematika baru melalui pemecahan masalah; (2) memecahkan masalah yang muncul di dalam matematika dan di dalam konteks-konteks yang lain; (3) menerapkan dan menyesuaikan bermacam-macam strategi yang sesuai untuk memecahkan masalah; dan (4) memonitor dan merefleksikan proses dari pemecahan masalah matematis”.

Kemampuan pemecahan masalah adalah jantungnya matematika. NCTM (2000: 5) menyatakan bahwa “pemecahan masalah merupakan bagian integral dalam pembelajaran matematika, sehingga hal tersebut tidak boleh dilepaskan dari pembelajaran matematika”. Kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika merupakan hal penting yang harus dikembangkan dan dimiliki oleh setiap siswa. untuk meningkatkan kompetensi matematika, maka diharapkan pembelajaran di sekolah berupaya untuk mempersiapkan siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah matematik agar dapat menopang kehidupan mereka. Oleh karena itu dalam proses belajar di kelas, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mampu mengaplikasikan ide-ide mereka dalam belajar. Sabandar (2006: 17) mengemukakan bahwa

“kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan suatu kemampuan

(21)

4

yang di kemudian hari akan mendalami atau mempelajari matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya dalam bidang studi lain dan dalam kehidupan sehari-hari”.

Akan tetapi, dalam pelaksanaannya yang tergambar pada siswa SDN 112292 Kualaberingin adalah guru dan siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan maupun meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis. Suherman, dkk (2003: 69) mengatakan, bahwa “guru mengalami kesulitan dalam mengajarkan bagaimana cara menyelesaikan masalah matematis dengan baik, di lain pihak siswa menghadapi kesulitan bagaimana menyelesaikan masalah yang diberikan guru”. Guru cenderung lebih aktif dibandingkan siswa, sehingga peserta didik tidak bisa menerima pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru. Hal ini dikarenakan oleh strategi yang digunakan oleh guru masih bersifat konvensional. Sehingga suasana kelas masih cenderung teacher centered, akibatnya para siswa menjadi pasif. Strategi pembelajaran yang dipergunakan oleh guru sangat mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, semakin kreatif serta inovatif strategi yang digunakan oleh guru, maka hal itu akan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. oleh karena itu guru harus bisa memilih strategi pembelajaran apa yang cocok untuk siswa.

Lemahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di Indonesia diperlihatkan dari hasil survey yang dilakukan oleh JICA Tehnical

Cooperation Project for Development of Science and Mathematics Teaching

(22)

5

tahun 1999 di kota Bandung yang menemukan bahwa salah satu kegiatan dalam matematika yang dipandang sulit oleh siswa dalam belajar dan guru dalam mengajar adalah pemecahan masalah matematis. Dalam belajar matematika, siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis. Menurut Trianto (2007: 23) “sulitnya siswa dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis disebabkan karena siswa dalam belajar matematika hanya menghapal konsep dan siswa tidak mampu menggunakan konsep tersebut jika menemukan masalah”, artinya siswa kurang mampu dalam menentukan masalah dan merumuskannya. Walaupun disadari terdapat siswa yang memiliki tingkat hapalan yang baik terhadap materi yang diterimanya, namun mereka sering kurang memahami secara mendalam pengetahuan yang bersifat hafalan.

(23)

6

Pada proses pembelajaran pemecahan masalah matematika diperlukan kemampuan berpikir yang kreatif. Karena dalam pemecahan masalah matematika harus didukung oleh kemampuan berpikir kreatif dalam penyelesaiannya. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor. 22 tahun 2006 tentang standar isi, “pembelajaran matematika memiliki fungsi sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis, kreatif, dan bekerja sama yang diperlukan siswa dalam kehidupan modern”. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Oleh karena itu pembelajaran matematika memiliki sumbangan yang penting untuk perkembangan kemampuan berpikir kreatif dalam diri setiap individu siswa agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

Kemampuan berpikir kreatif secara umum dipahami sebagai kreativitas. Seringkali, individu yang dianggap kreatif adalah pemikir sintesis yang benar-benar baik yang membangun koneksi antara berbagai hal yang tidak disadari orang–orang lain secara spontan. Seperti yang dijelaskan Ruseffendi (2006:239) bahwa “sifat kreatif akan tumbuh dalam diri anak jika adanya latihan, dan pembiasaan sejak dini dengan melakukan eksplorasi,

(24)

7

pentingnya kemampuan berpikir kreatif sudah seharusnya kemampuan tersebut dikembangkan serta mendapatkan perhatian dari guru. Akan tetapi realita ini justru dikesampingkan serta kurang mendapat perhatian dari guru. Fakta yang tergambar pada kelas IV SDN 112292 Kualaberingin, pada proses KBM dikelas, guru tanpa mempertimbangkan betapa pentingnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa selalu menggunakan metode konvensional, siswa dalam belajar matematika hanya menghapal konsep dan siswa tidak mampu menggunakan konsep tersebut apabila menemukan masalah.

Menurut Haris (2005: 45) “banyak pemikiran yang dilakukan dalam pendidikan matematika formal hanya menekankan pada keterampilan analisis mengajarkan bagaimana siswa memahami klaim-klaim, mengikuti atau menciptakan suatu argument logis, menggambarkan jawaban mengeliminasi jalur yang tidak benar dan fokus pada jalur yang benar”. Ini berarti, berpikir kreatif lebih fokus pada penggalian ide-ide, memunculkan kemungkinan-kemungkinan mencari jawaban benar dari pada satu jawaban.

(25)

8

tersebut, Munandar (1996: 29) menyatakan bahwa “pada beberapa kasus sekolah cenderung menghambat kreativitas, antara lain dengan mengembangkan kekakuan imajinasi”. Kasus tersebut sampai saat ini masih terjadi dalam sistem belajar di Indonesia dikarenakan kurangnya perhatian terhadap masalah kreativitas.

Rendahnya kemampuan berpikir kreatif juga dapat berimplikasi pada rendahnya prestasi siswa. Menurut Wahyudi (2000: 223) di antara penyebab rendahnya pencapaian siswa dalam pelajaran matematika adalah “proses pembelajaran yang belum optimal”. Hal ini dapat terjadi karena dalam kegiatan belajar mengajar guru sibuk sendiri menjelaskan apa-apa yang telah dipersiapkannya. Demikian juga siswa sibuk sendiri menjadi penerima informasi yang baik. Akibatnya siswa hanya mencontoh apa yang dikerjakan guru, tanpa makna dan pengertian sehingga dalam menyelesaikan soal siswa beranggapan cukup dikerjakan seperti apa yang dicontohkan.

Sejalan dengan itu, menurut Maonde (2004: 17) “tidak sedikit siswa yang kurang berminat dalam mengikuti pelajaran matematika”. Sebagian besar siswa yang mengikuti pelajaran matematika di kelas hanya duduk pasif dan siap menerima materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru, mereka tidak ikut terlibat secara aktif sehingga pembelajaran yang terjadi hanya transfer pengetahuan.

(26)

9

kreatif. Selain itu secara dominan siswa bersikap pasif, hanya mendengarkan dan membuat catatan tentang penjelasan guru dalam mengikuti pelajaran di kelas. Hal ini terjadi karena kurangnya perhatian guru dalam mengoptimalkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa, maka perlu untuk memberikan perhatian lebih pada kemampuan ini dalam pembelajaran matematika saat ini.

(27)

10

yakni dengan logika atau penalaran, memberikan contoh, ilustrasi skematis, bahkan dengan ilustrasi grafik.

Soal tersebut diberikan kepada 30 siswa, 11 diantaranya tidak menjawab soal tersebut, 15 orang menjawab dengan jawaban yang salah dan 4 orang menjawab yang benar, dari analisis hasil jawaban siswa diperoleh 13,33% menjawab benar, 50% menjawab salah. Hal ini menunjukkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis, dari hasil pemeriksaan jawaban siswa tersebut menunjukkan banyak siswa mengalami kesulitan untuk memahami maksud soal tersebut, merumuskan apa yang diketahui dari soal tersebut, merencanakan penyelesaian masalah sehingga siswa tidak terarah serta proses perhitungan atau strategi penyelesaian dari jawaban yang dibuat siswa tidak benar juga siswa tidak memeriksa kembali jawabannya.

Kenyataan lain juga menunjukkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif matematika siswa masih rendah, yaitu berdasarkan hasil penelitian Atun (2006: 66) mengatakan perolehan pretes untuk kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kreatif matematika pada kelas eksperimen mencapai rata-rata 25,84 atau 33,56% dari skor ideal, begitu juga hasil penelitian Agustina (2011: 97) mengungkapkan bahwa perolehan pretes untuk kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif dari 37 siswa hanya 18 siswa saja yang tuntas belajar atau 56,25% dari jumlah siswa.

(28)

11

diidentifikasi, itu dinyatakan sebagai kelemahan dari pembelajaran matematika. Berdasarkan perhatian penelitian diduga dari akar masalah kebiasaan belajar siswa sebelumnya yaitu, (1) pada umumnya sebagian besar guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran cenderung terbatas pada aspek kognitif dominan hafalan saja, sedangkan berpikir kreatif belum biasa dilatihkan pada siswa, sehingga siswa cenderung kesulitan untuk memahami masalah dan berpikir kreatif dalam menyelesaikan soal, (2) pada umumnya siswa terbiasa diberi soal yang tertutup, jarang sekali siswa diberi soal terbuka yang menuntut adanya pemecahan masalah dan kreatif pola pikir siswa sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa.

Upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif pada siswa dapat dilakukan dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran menempatkan siswa sebagai pusat belajar, diantaranya model pembelajaran Cooperatif Learning. Cooperatif Learning merupakan model pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil. Penggunaan model pembelajaran cooperative pada matematika dan sains sangat efektif. Tipe-tipe model pembelajaran

Cooperatif Learning diantaranya adalah Group Investigation (GI), Student

Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Think Pair andShare (TPS),

dan Make a match.

Menurut Arends (2001) ada lebih dari 50 tipe atau model

(29)

12

digunakan, yaitu: (1) Student Teams Achievement Division (STAD), (2)

Jigsaw, (3) Group Investigation, dan (4) Structural Approach.

Berdasarkan hal di atas, terkait dengan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kreatif siswa yang harus dioptimalkan, maka peneliti ingin memperoleh gambaran tentang perbedaan Pembelajaran kooperatif tipe GI dan STAD terhadap peningkatan kemampuan problem

solving dan berpikikir kreatif matematis siswa. Dengan model pembelajaran

GI dan STAD siswa belajar bersama, saling membantu, dan berdiskusi

bersama-sama dalam menemukan dan menyelesaikan masalah sehingga siswa mampu berpikir secara kreatif dalam pembelajaran matematika.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti mempunyai ketertarikan untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Kemampuan Problem

Solving dan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Antara Siswa yang Diberi

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI dengan Tipe STAD di SDN 112292 Kualaberingin”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang muncul dalam pembelajaran matematika, yaitu sebagai berikut:

(30)

13

2. Pembelajaran matematika masih bersifat teacher centred.

3. Penggunaan pendekatan pembelajaran yang tepat pada karakteristik materi pelajaran belum sepenuhnya diterapkan secara inovatif.

4. Pelaksanaan pembelajaran matematika selama ini dilakukan guru kurang relevan dengan karakteristik dan tujuan pembelajaran matematika.

1.3Batasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas maka perlu adanya batasan masalah demi tercapai tujuan yang diinginkan. Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

GI.

2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD.

3. Respon siswa terhadap matematika antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1.4 Rumusan Masalah

(31)

14

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif matematis siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD? 4. Apakah terdapat perbedaan respon siswa yang diberi model pembelajaran

kooperatif tipe GI dan siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

1.5Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini, antara lain untuk:

1. Menganalisis apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe GI dan siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

(32)

15

3. Mendiskripsikan perbedaan peningkatan kemampuan Pemecahan masalah dan berpikir kreatif matematis siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 4. Mendiskripsikan perbedaan respon siswa yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe GI dan yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1.6.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis yang diharapkan dari penelitian ini adalah munculnya perubahan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ke arah yang lebih baik dalam bidang pendidikan atau dukungan terhadap pengetahuan bidang pengajaran sebelumnya yang berkisar pada variabel yang menjadi objek penelitian ini yaitu Perbedaan Kemampuan Problem Solving Dan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Antara Siswa Yang Diberi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Dengan Tipe STAD. Selanjutnya hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan landasan empiris atau kerangka acuan bagi peneliti pendidikan berikutnya.

2. Manfaat Praktis

(33)

16

a. Sebagai informasi dan bahan acuan dalam pengambilan kebijakan pendidikan dan pengajaran dalam rangka peningkatan mutu guru dan peningkatan pemberdayaan guru di masa yang akan datang, khususnya terhadap kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan tipe

STAD.

b. Sebagai umpan balik bagi guru dalam upaya peningkatan berpikir kreatif siswa melalui penerapan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik matematika itu sendiri maupun karakteristik siswa.

(34)

146

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan, maka peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

1. Tidak terdapat perbedaan secara signifikan pada kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Skor N-gain kelas GI adalah 0,71 dan kelas STAD adalah 0,69. Dengan demikian perbedaannya hanya 0,02.

2. Tidak terdapat perbedaan secara signifikan pada kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Skor N-gain kelas GI adalah 0,51 dan kelas STAD adalah 0,50. Sehingga perbedaannya hanya 0,01.

3. Tidak terdapat perbedaan secara signifikan terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa antara siswa yang diberi model pembelajaran tipe GI dengan tipe STAD. Peningkatan rata-rata berpikir kreatif kelas GI adalah 6,48 dan kelas STAD adalah 6,45. Tidak terdapat perbedaan secara signifikan terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa antara siswa yang diberi model pembelajaran tipe GI dengan tipe STAD. Peningkatan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis kelompok kelas GI 21,48. Sedangkan peningkatan

(35)

147

rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis kelompok kelas

STAD yaitu 19,56.

4. Respon siswa dari 27 siswa yang mengisi angket memperoleh nilai rata-rata 91,63 untuk model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sedangkan untuk meodel kooperatif tipe GI dari 27 siswa yang mengisi angket memperoleh nilai rata-rata 92,75. Terdapat perbedaan rata-rata respon siswa sebesar 1,12.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil temuan penelitian, maka dapatlah disampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan GI dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah siswa pada mata pelajaran matematika.

2. Model pembelajaran dan karakteristik siswa merupakan suatu komponen yang dapat menentukan dan mempengaruhi kemampuan berpikir kreattif dan pemecahan masalah. Oleh karena itu guru sebagai perancang pembelajaran memperhatikan model pembelajaran dan karakteristik siswa dalam merancang pembelajaran sehingga dengan demikian guru dapat menetapkan pilihan model pembelajaran yang lebih sesuai dengan karakteristik siswa untuk dilaksanakan.

(36)

148

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak berkesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Adesanjaya. 2011. Pengertian Prestasi Belajar. Online: http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/02/prestasi-belajar.html. Diunduh pada tanggal 10 Februari 2016.

Agustina. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Afektif Siswa Melalui

Penggunaan Strategi Aktif Knowledge Sharing Disertai Modul Hasil Penelitian Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pembelajaran 2010/2011. Jurnal Penelitian. Vol 1 No. 2.

Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ali & Asrori. 2009. Psikologi Remaja Pengembangan Peserta Didik. Edisi 6. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Arends, R.I. 2012. Learning to Teach (9th Ed.). New York: McGraw-Hill

Companies, Inc

---. 2008. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. Buku Dua. (Penterjemah: Helly Prayitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

---. 2004. Learning to Teach (6th Ed.). New York: McGraw-Hill

Companies, Inc.

---. 2001. Exploring Teaching :An Introduction To Education. New York : Mc Graw-Hill Companies

---. 1997. Classroom Instructional And Management. New York : Mc Graw-Hill Companies.

Arikunto, S. 2007, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, Jakarta.

---. 2002. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta

---. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Bandung: Bumi Aksara.

(37)

149

Asrori, Mohammad. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : CV. Wacana Prima.

Atun, I. 2006. Pembelajaran Matematika dengan Kooperatif Tipe Student Teams

Achievment Division untuk Meningkatkan Kemampuan pemecahan masalah dan Komunikasi Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Bandung :

Program Pascasarjana UPI Bandung.

Barnca, N.A. 1980. Problem Solving As A Goal, Process And Basic Skill. Virginia : NCTM Inc.

Benjamin S. Bloom. 1971. Taxonomy Of Objektives : The Classification Of

Educational Goals. Handbook 1. Cougnitive Domain. New York David

McKay Company, Inc.

Borich, Gary D. 1994. Observation Skills for Effective Teaching. The University of Texas: USA

Bosch, N. 1997. Rubric For Creative Thinking Skill Evaluation. Online: www.addifferentplace.org/creativethinking.html. di unduh pada tanggal 10 Januari 2016

Burden, P,r. dan Byrd, D.M. 1999. Methods For Effective Teaching. Masachusetts Allyn and Bacon

Cohen, L. et. al. 2007. Research Method In Education (Six edition). New York: Routledge

Conny Semiawan. 1987. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah

Menengah: Petunjuk Bagi Guru Dan Orang Tua. Jakarta: PT Gramedia

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Depdiknas ---. 1994. Kurikulum Standar Kompetensi. Jakarta : Depdiknas.

Desi Rahmawati. 2014. Implementasi Model Pembelajaran GI dengan Saintific

Approach Berbasis Protofolio Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis. Jurnal online UJME. Vol 3 No. 3.

Dwijanto. 2003. Peningkatan Kemampuan Berpikir Matematis Melalui

Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis. Tidak Dipublikasikan.

Endang Rahayu. 2014. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

(38)

150

Sukamaju 3 Depok. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: PGMI Fakultas

Tarbiyah Universitas Islam Negeri

Faisal. 2012. Proseding seminar Nasional Filsafat Matematika sebagai dasar

Pengembangan matemtika abad 21. Banda Aceh: FKIP Universitas

syiah Kuala

---. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis masalah Untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar siswa Kelas XII IPS SMAN 6 Lhokseumawe Pada Materi Program Linear. PTK. Lhokseumawe (tidak

dipbilikasi)

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang: Badan Penerbit UNDIP

Hamalik, O. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Hayatun, N. 2012. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan

Komunikasi Matematis Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah di kelas VII SMPN. Tesis Tidak dipublikasi. Medan :

PPs Unimed.

Hill, S. & Hill, T. 1993. The Collaborative Classroom: A guide to cooperative

learning, Victoria. Australia: Eleanor Curtain Publishing

Hudoyo, H. 2002. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Neger Malang

---. 1990. Strategi Belajar Matematika. Malang : IKIP Malang

I. Km. Hari Sudawan, I. Md. Suara, dan Siti Zulaikha. 2014. Model

Pembelajaran GI Berbasis Penilaian Kinerja Berpengaruh Terhadap Keemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar. Jurnal Mimbar PGSD. Vol. 2 No. 1. Singaraja: Undiksha

Johnson, D.W. & Johnson, R.T. 1991. Learning together and alone: Cooperative,

competitive, and individualistic. Third Edition. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

Joyce & Weil. 1980. Model Of Teaching Engalewood Cliffs. New Jersey : Prientice-Hol, Inc.

Mangatur Sinaga, Joko Sugiarto, Sudwiyanto. 2007. Terampil Berhitung

(39)

151

Maonde, F. 2004. Evaluasi Kualitas Soal Matematika SLTP pada EBTANAS di

Kota Kendari Sulaweai Tenggara. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaa.

Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas

Marzuki. 2012. Perbedaan Kemampn Komampuan Pemecahan Masalah dan

Komunikasi Matematika Antara Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Pembelajaran Langsung. Tesis Tidak dipublikasikan. Medan:

PPs Unimed.

Meltzer, David E. 2002. The Relationship Between Mathematics PreparationAnd

conceptual learning gain in physics:A possible inhidden Variablei in Diagnostic pretest scores.Ames:Department of physics and Astronomy,

Lowa State University.

Mudjiman, Haris. 2005. Belajar Mandiri. Surakarta: UNS Press

Munandar, S.C.U. 1999 Kreativitas dan Keberbakatan, Strategi Mewujudkan

Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta. PT. Gramedia

---. 1996. Kreativitas dan Keberbakatan, Strategi Mewujudkan Potensi

Kreatif dan Bakat: Gramedia Pustaka Utama.

---. 1990. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: PT. Gramedia.

Nur, Asma. 2006. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta

Napitupulu, E. 2011. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah atas

Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis serta Sikap Terhadap Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi

Tidak dipublikasi. Bandung: PPs UPI Bandung.

National Council of Teacher Mathematics. 2000. Principles and Standards for

Schools Mathematics. USA : Reston V.A.

Polya. 1973 . How to Solve It A New Aspect of Mathematical Method. Princeton University Press.

Roy, Killen. 1998. Effective Teaching Srategies, Lessons From Research And

Practice. Australia : Social Science Press.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Ruseffendi, E.T. 2006. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan

(40)

152

---. 1991. Pengantar Kepada Guru Mengembangkan Kompetensinya

dalam Mengajar Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung:

Tarsito.

---. E.T. 1991. Mengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensi Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA.

Bandung : Tarsito.

Sabandar, J. 2006. Pertanyaan Tentang dalam Memunculkan Kemampuan

Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal

Pendidikan Vol 01. No. 02. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Safari. 2004. Teknik Analisis Butir Soal Instrumen Tes dan Non Tes dengan

Manual, Kalkulator, dan Komputer. Direktorat Jenderal Pendidikan

Dasar dan Menengah. Jakarta Pusat.

Sharan, Y. & Sharan, S. 1992. Group Investigation: Expanding cooperative

learning, New York: Teacher’s College Press

Silver, Edward A. 1997. Fostering Creativity through Instruction Rich in

Mathematical Pemecahan masalah and Thinking in Problem Posing.

ZDM Volum 29 (June 1997) Number 3. didownload tanggal 6 Januari 2016

Siregar, Sakinah Ubudiah. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Berbasis Masalah dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas V MIN pada Pokok Bahasan Pecahan. Tesis tidak

dipublikasikan. Medan: Program Pascasarjana Unimed Medan

Slavin, Robert E. 2010. Cooperatif Learning (Teori, Riset, Praktik). Bandung : Nusa Media.

---. 2008. Cooperatif Learning (Teori, Riset, Praktik). Bandung : Nusa Media.

---. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Second

Edition, Needham Heights, Massachusetts, MA: Allyn and Bacon

---. 1994. Educational Psychology, Theories and Practice. Fourth Edition. Masschusetts: Allyn and Bacon Publishers.

Soedjadi, R. 1999. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta : Dirjen Dikti, Depdikbud.

Sriraman, K.H. Lee. 2011. The Elements of Creativity and Giftedness in

(41)

153

Sudjana. 2004. Metoda Statiska. Bandung : Tarsito.

---. 1996, Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Peneliti. Bandung: Tarsito.

Suherman, E. Turmudi. Suryadi, D. Herman, T. Suhendra. Prabawanto, S. Nurjannah. Rohayati, A. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika

Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI

---. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : UPI Sutiarso, Sugeng. 2000. Strategi Efektif Meningkatkan Aktivitas Siswa Dalam

Pembelajaran Matematika. Prosiding Konperensi Nasional Matematika

X. IT, 17-20 Juli 2000.

Sumarmo, U. 2006. Pembelajaran Ketrampilan Membaca Matematika pada

Siswa Sekolah Menengah, Bandung. FPMIPA UPI

---. 2002. Pembelajaran Ketrampilan Membaca Matematika pada Siswa

Sekolah Menengah, Bandung. FPMIPA UPI.

Supriadi, Dedi. 1994. Kreatifitas, Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK. Bandung : Alfabeta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,

Landasan, Dan Implementasinya Pada KTSP. Jakarta : Kencana Prenada

Media Grup.

---. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Torrance, P.E. 1969. Creativity What Research Says to the Teacher. Washington DC: National Education Association

Turmudi. 2008. Landasan Filsafat dan Teori pembelajaran Matematika, PT. Lauser Cita Pustaka, Jakarta.

Wahyudi. 2000. Pendidikan Matematika 1. Kebumen : Universitas 11 Maret. Wahyudin, U. 2006. Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung: UPI Press

Wahyu Wijayanti. 2013. Pengaruh Model GI Terhadap Kemampuan Berpikir

Kritis Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mejayan Kabupaten Madiun. Skripsi

tidak dipublikasikan. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial

Wayan Saputra, Gd. Sedayanata, dan I. Kt. Dibia. 2013. Pengaruh Model GI

(42)

154

Siswa Kelas V SD Negeri di Desa Sinabun. Jurnal Pendidikan Indonesia

Vol 01 No. 3. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

Winataputra, Udin, S. 2001. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Wragg, E.C. 1997. Keterampilan Mengajar Di Sekolah Dasar. Jakarta : Gramedia Yeo. 2009. Secondary 2 Students Difficulties in Solving Non-Routines Problems.

Int. J. Math. Teach Learn. 08.10.30p

---. 2005. The Ontario Curriculum Mathematics. Ontario: Ministry

Referensi

Dokumen terkait

Sampel tanah diambil dari setiap horizon untuk dianalisis tekstur tanah, kerapatan isi, pH H 2 O, pH KCl, pH NaF, Al dd , KTK, KB, C-Organik, retensi-P, Al-oksalat (Alo),

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah pengelolaan Perpustakaan SMA Negeri 2 Payakumbuh sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7329: 2009i. Ruang

Fakultas Kedokteran Gigi USU dan saat ini saya sedang menjalani penelitian di.. Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran

PENGGUNAAN TEKNIK BEHAVIOR CONTRACT UNTUK MENGURANGI PERILAKU MAL-ADAPTIF PADA PESERTA DIDIK LOW VISION DI SLBN-A KOTA BANDUNG. Universitas Pendidikan Indonesia |

Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan..(. CONTOH

Bunga dahlia paling besar di antara mawar, melati, dan bakung; lebih harum dari melati tetapi tidak lebih harum dibanding bakung dan mawar; berwarna paling cerah; paling sedikit

Konsep pengembangan yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman pada materi Pneumatik dan hidrolik adalah memilh media pembelajaran yang komu- nikatif, interaktif

Penggunaan sebuah piranti server terdedikasi kurang efisien apabila hanya digunakan untuk sistem operasi tunggal dengan kebutuhan sumberdaya kecil. Mesin