• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN PROBLEM POSING TIPE PRESOLUTION POSING DENGAN SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DI SMP NEGERI 2 MEDAN T. A. 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN PROBLEM POSING TIPE PRESOLUTION POSING DENGAN SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DI SMP NEGERI 2 MEDAN T. A. 2013/2014."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN PROBLEM POSING TIPE

PRESOLUTION POSING DENGAN SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN CREATIVE PROBLEM SOLVING

DI SMP NEGERI 2 MEDAN T. A. 2013/2014

Oleh: Dinda Kartika NIM. 4103311019

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan berkatNya yang memberikan kesehatan dan nikmat kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai waktu yang direncanakan.

Skripsi berjudul “Perbedaan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa yang Diberi Pendekatan Problem Posing Tipe Presolution Posing dengan Siswa yang Diberi Pendekatan Creative Problem Solving di SMP Negeri 2 Medan T. A. 2013/2014”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

(4)

Teristimewa penulis ingin mengucapkan kepada Ayahanda tercinta, Alm. Ganesha dan Ibunda tersayang Kartini yang telah banyak memberikan do’a, bantuan, dan penguatan selama penyusunan skripsi dan selama perkuliahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada abang satu-satunya Tirta Maulana Syahputra yang telah banyak memberi dukungan moril dan materil serta do’a demi kesuksesan penulisan skripsi ini. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabatku terkasih yang saya banggakan Alice, Dewi, Dini, Fany dan Tiwi yang telah memberi semangat dan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini serta teman-temanku PPLT 2013 SMK Negeri 1 Lubuk Pakam (Angga, Arfy, Aswad, Purwoko, Rizky, Syahrial, Siddiq, Siska, Solikin, Tika) yang selalu memberikan dukungan, bantuan dan doa kepada penulis. Terimakasih juga buat semua mahasiswa/i jurusan matematika khususnya kelas Ekstensi 2010.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Penulis berharap kiranya skripsi ini berguna bagi penulis dan pembaca dalam usaha peningkatan pendidikan di masa yang akan datang.

Medan, Juli 2014

(5)

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN PROBLEM POSING TIPE

PRESOLUTION POSING DENGAN SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN CREATIVE PROBLEM SOLVING

DI SMP NEGERI 2 MEDAN T. A. 2013/2014 Dinda Kartika (NIM. 4103311019)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan creative problem solving lebih baik dibandingkan siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing tipe presolution posing

berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif matematis (kelancaran, keluwesan dan kebaruan). Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah pretest postest control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang siswa untuk kelas kontrol dan 30 orang siswa untuk kelas eksperimen. Pengambilan data menggunakan instrumen tes kemampuan berpikir kreatif berbentuk uraian yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan creative problem solving lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing tipe

presolution posing. Analisis data menggunakan uji t. Data hasil perhitungan perbedaan nilai rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif kedua kelas diperoleh nilai

thitung sebesar 1,943, sedangkan ttabel dengan signifikan 5% adalah 1,672. Maka dapat

dikatakan bahwa thitung > ttabel. Hal tersebut menunjukkan hipotesis alternatif (Ha)

diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak. Dengan demikian, kemampuan berpikir

kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Identifikasi Masalah 9

1.3. Batasan Masalah 10

1.4. Rumusan Masalah 10

1.5. Tujuan Penelitian 10

1.6. Manfaat Penelitian 10

1.7. Definisi Operasional 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13

2.1. Kerangka Teoritis 13

2.1.1. Pembelajaran Matematika 13

2.1.2. Hakekat Kreativitas 16

2.1.3. Berpikir Kreatif Dalam Matematika 19 2.1.3.1. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 21

2.1.4. Model Pembelajaran 22

2.1.5. Pendekatan Pembelajaran 24 2.1.6. Pendekatan Problem Posing 25

2.1.6.1. Pendekatan Problem Posing Tipe Presolution Posing

dalam Pembelajaran Matematika 28 2.1.6.2. Teori Belajar yang Relevan dengan Pendekatan

Problem Posing 29

2.1.7. Pendekatan Creative Problem Solving 30 2.1.7.1. Pendekatan Creative Problem Solving dalam

Pembelajaran Matematika 32

2.1.7.2. Teori Belajar yang Relevan dengan Pendekatan

(7)

2.1.8. Perbedaan Pendekatan Problem Posing dengan Pendekatan

Creative Problem Solving 34

2.2. Materi Pembelajaran 36

2.3. Penelitian yang Relevan 40

2.4. Kerangka Konseptual 41

2.5. Hipotesis Penelitian 42

BAB III METODE PENELITIAN 39

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 43

3.2. Populasi dan Sampel 43

3.2.1. Populasi 43

3.2.2. Sampel 43

3.3. Variabel Penelitian 44

3.3.1. Variabel Bebas 44

3.3.2. Variabel Terikat 44

3.4. Jenis dan Desain Penelitian 44

3.4.1. Jenis Penelitian 44

3.4.2. Desain Penelitian 44

3.5. Prosedur Penelitian 45

3.6. Teknik Pengumpulan Data 47

3.7. Instrumen Penelitian 48

3.7.1 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 48

3.7.2 Lembar Observasi 49

3.8. Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 49

3.8.1. Validitas Tes 49

3.8.2. Reliabilitas Tes 51

3.8.3. Tingkat Kesukaran Tes 51

3.8.4. Daya Beda 52

3.9. Teknik Analisis Data Kuantitatif 53

3.9.1. Penskoran dan Penilaian Hasil Tes Berpikir Kreatif Matematis 53

3.9.2. Deskripsi Data 54

3.9.3. Uji Prasyarat 54

3.9.3.1. Uji Normalitas 54

3.9.3.2. Uji Homogenitas 55

3.9.4. Uji Hipotesis 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 58

4.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian 58

(8)

Kelas Eksperimen 64

4.2. Uji Persyaratan Analisis Data 70

4.2.1. Uji Normalitas Data 70

4.2.2. Uji Homogenitas 73

4.3. Uji Hipotesis 75

4.4. Diskusi Hasil Penelitian 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 82

5.1. Kesimpulan 82

5.2. Saran 82

DAFTAR PUSTAKA 84

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif 23 Tabel 2.1. Hubungan problem solving dan problem posing dalam

pembelajaran matematika dengan komponen utama kreativitas 35

Tabel 3.1. Desain penelitian 45

Tabel 3.2. Kisi-kisi tes kemampuan berpikir kreatif 48 Tabel 3.3. Perhitungan validitas tes kemampuan awal 50 Tabel 3.4. Perhitungan validitas tes kemampuan berpikir kreatif matematis 50 Tabel 3.5. Kriteria tingkat kesukaran 53

Tabel 3.6. Kriteria daya pembeda 53

Tabel 3.7. Klasifikasi kemampuan berpikir kreatif matematis 53 Tabel 4.1. Data tes kemampuan awal kelas kontrol dan kelas eksperimen

pada aspek kelancaran 58

Tabel 4.2. Data tes kemampuan awal kelas kontrol dan kelas eksperimen

pada aspek keluwesan 59

Tabel 4.3. Data tes kemampuan awal kelas kontrol dan kelas eksperimen

pada aspek kebaruan 60

Tabel 4.4. Data tes kemampuan awal kelas kontrol dan kelas eksperimen

secara keseluruhan aspek 61

Tabel 4.5. Ringkasan rata-rata tes kemampuan awal kelas kontrol dan

kelas eksperimen 62

Tabel 4.6. Presentase tingkat berpikir kreatif siswa berdasarkan tes

kemampuan awal 63

Tabel 4.7. Data tes kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol dan

kelas eksperimen pada aspek kelancaran 64 Tabel 4.8. Data tes kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol dan

kelas eksperimen pada aspek keluwesan 65 Tabel 4.9. Data tes kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol dan

(10)

Tabel 4.10. Data tes kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol dan

kelas eksperimen secara keseluruhan aspek 67 Tabel 4.11. Ringkasan rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol

dan kelas eksperimen 68

Tabel 4.12. Presentase tingkat berpikir kreatif siswa berdasarkan tes

kemampuan berpikir kreatif 69

Tabel 4.13. Hasil uji normalitas tes kemampuan awal kelas kontrol 70 Tabel 4.14. Hasil uji normalitas tes kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol 71 Tabel 4.15. Hasil uji normalitas tes kemampuan awal kelas eksperimen 71 Tabel 4.16. Hasil uji normalitas tes kemampuan berpikir kreatif kelas

eksperimen 72

Tabel 4.17. Hasil perhitungan uji homogenitas tes kemampuan awal kelas

kontrol dan kelas eksperimen 73 Tabel 4.18. Hasil perhitungan uji homogenitas tes kemampuan berpikir

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Salah satu tes diagnostik 5

Gambar 2.1.Jaring-jaring kubus 36

Gambar 2.2. Kubus ABCD.EFGH 37

Gambar 2.3. Jaring-jaring balok 37

Gambar 2.4. Balok ABCD.EFGB 38

Gambar 2.5. Beberapa bentuk kubus 38

Gambar 2.6. Beberapa bentuk balok 39

Gambar 3.1. Skema Penelitian 47

Gambar 4.1. Nilai rata-rata tes kemampuan awal kelas kontrol dan

kelas eksperimen 62

Gambar 4.2. Presentase tingkat berpikir kreatif siswa berdasarkan tes

kemampuan awal 63

Gambar 4.3. Nilai rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol dan

kelas eksperimen 68

Gambar 4.4. Presentase tingkat berpikir kreatif siswa berdasarkan tes

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 – Instrumen Observasi 87

Lampiran 2 – Instrumen Pembelajaran 100 Lampiran 3 – Instrumen Penelitian

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh kreativitas pendidikan bangsa itu sendiri. Karena itu pendidikan sangatlah penting, sebab pendidikan merupakan lembaga yang berusaha membangun masyarakat dan watak bangsa secara berkesinambungan yaitu membina mental rasio, intelek dan kepribadian dalam rangka membentuk manusia seutuhnya. Hal ini bertujuan untuk menghadapi tantangan perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Santosa (dalam Hudojo, 2005:25) menyatakan bahwa “kemajuan negara-negara maju, hingga sekarang menjadi dominan ternyata 60% - 80% menggantungkan kepada matematika”.

Menyadari pentingnya matematika, maka dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran matematika yang diberikan di pendidikan dasar dan menengah dimaksudkan untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kemampuan tersebut merupakan kompetensi yang diperlukan oleh siswa agar dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan keadaan yang selalu berubah dan kompetitif. Menurut Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan:

(14)

2

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis (Trianto, 2010:1).

Salah satu hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran matematika yaitu menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Kreativitas menurut Semiawan, dkk (2000:8) adalah “kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru, atau melihat hubungan-hubungan baru antar unsur, data, atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya”. Sedangkan menurut Slameto (2010:145) “kreativitas berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada”.

Kreativitas penting dipupuk dan dikembangkan dalam diri anak. Munandar (2009:31) menjelaskan beberapa alasan pentingnya kreativitas, yaitu:

Alasan pertama, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Kedua, kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Pemikiran kreatif perlu dilatih, karena membuat anak menjadi lancar, dan harus luwes (fleksibel) dalam berpikir, mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, dan mampu melahirkan banyak gagasan. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu. Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.

Pengembangan kreativitas dalam pembelajaran matematika saat ini masih diabaikan. Umumnya orang beranggapan bahwa kreativitas dan matematika tidak ada kaitannya satu sama lain. Namun hal itu sebenarnya tidaklah benar. Seperti yang dipaparkan dalam CBN Channel bahwa:

(15)

3

Senada dengan pernyataan tersebut, Sisk (dalam Munandar, 2007:150) menekankan bahwa:

Hanya sedikit mata pelajaran yang diajarkan dengan cara yang begitu kaku berdasarkan buku teks, tanpa imajinasi, terutama pada tingkat sekolah dasar, seperti matematika; padahal matematika begitu penting bagi siswa berbakat dalam abad otomatisasi dan teknologi ini..

Kemampuan berpikir matematika khususnya berpikir matematika tingkat tinggi sangat diperlukan siswa, terkait dengan kebutuhan siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa keterampilan berpikir yang dapat meningkatkan kecerdasan memproses adalah keterampilan berpikir kritis, keterampilan berpikir kreatif, keterampilan mengorganisir otak dan keterampilan analisis. Di samping itu, keterampilan berpikir kreatif perlu dimiliki untuk menghadapi tantangan perkembangan yang semakin maju. Wijaya (dalam Radiansyah, 2010:2) mengatakan bahwa:

Kemampuan berpikir kritis dan kreatif sebagai bagian dari keterampilan berpikir perlu dimiliki oleh setiap anggota masyarakat, sebab banyak sekali persoalan-persoalan dalam kehidupan yang harus dikerjakan dan diselesaikan. Tidak hanya itu, perkembangan zaman yang semakin modern secara tidak langsung menuntut agar setiap masyarakat mulai berpikir secara kreatif.

Dari kutipan di atas terlihat jelas bahwa kemampuan berpikir kreatif sangat diperlukan dalam kehidupan di masyarakat. Siswa sebagai bagian dari masyarakat harus dibekali dengan kemampuan berpikir kreatif yang baik. Oleh sebab itu, kemampuan berpikir terutama yang menyangkut aktivitas matematika perlu mendapatkan perhatian khusus dalam proses pembelajaran matematika. Namun, kenyataan di lapangan belum sesuai dengan hasil yang diharapkan. Tingkat kreativitas siswa di Indonesia masih rendah. Djunaedi (http://www.pikiran-rakyat.com) menyatakan:

(16)

4

Kreativitas individu tidak lahir dengan sendirinya tetapi dapat dilahirkan melalui pembelajaran. Tetapi kenyataannya sistem pendidikan di sekolah sejauh ini khususnya dalam praktik pembelajaran di kelas belum serius dikembangkan untuk memberikan peluang bagi sianak didik belajar cerdas dan mengembangkan kreativitasnya. Munandar (2009:122) mengemukakan:

Pendidikan formal di Indonesia hanya menekankan pada pemikiran konvergen. Murid-murid tidak dirangsang untuk dapat melihat suatu masalah dari bermacam-macam sudut pandang atau untuk dapat memberikan alternatif-alternatif penyelesaian terhadap suatu masalah. Kondisi ini tidak menunjang fleksibilitas dalam pemikiran yang merupakan salah satu aspek utama dari kreativitas.

Demikian juga disampaikan oleh Kushartanti (http://www.kompas.com):

Sistem pendidikan di Indonesia tidak membuat siswa kreatif karena hanya terfokus pada proses logika kata-kata, matematika dan urutan dominan. Akibatnya perkembangan otak siswa tidak maksimal dan miskin ide baru. Siswa hanya menerima satu jawaban permasalahan. Jawaban itu kemudian diajarkan dosen dan guru dan diulangi siswa saat ujian. Tidak ada ruang untuk berpikir lateral, berpikir alternatif, mencari jawaban nyelenah, terbuka dan memandang ke arah lain.

Selain itu, Semiawan, dkk (2000:12) juga mengungkapkan bahwa:

Dalam pendidikan formal, kemampuan-kemampuan mental yang dilatih umumnya berpusat pada pemahaman bahan pengetahuan, ingatan, dan penalaran logis. Di sekolah siswa biasanya dituntut untuk menerima apa yang dianggap penting oleh guru, dan menghafalnya. Keberhasilan dalam pendidikan hanya dinilai dari sejauh mana siswa mampu mereproduksi bahan pengetahuan yang diberikan. Ia dihadapkan pada soal-soal yang harus ia pecahkan dengan menemukan satu-satunya jawaban yang benar, sering kali ia dituntut pula untuk memecahkan soal-soal tersebut dengan satu cara. Dengan demikian daya pikir kreatif sebagai kemampuan untuk dapat melihat suatu masalah dari berbagai sudut tinjau, justru terhambat.

(17)

5

kemampuan berpikir kreatif). Selain itu, pada saat guru meminta siswa lain menanggapi ide temannya siswa hanya duduk dan berdiam tanpa mampu memberikan umpan balik terhadap ide temannya. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa dalam belajar matematika, karena mereka tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi yang ada.

Untuk mengetahui bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa di SMP Negeri 2 Medan, peneliti memberikan tes diagnostik pada salah satu kelas VII. Tes diagnostik yang diberikan terdiri dari 5 soal yang mana soal tersebut mewakili aspek kemampuan berpikir kreatif matematis (kelancaran, keluwesan dan kebaruan). Salah satu soal tersebut antara lain:

Gambar 1.1. Salah satu tes diagnostik

(18)

6

Pada kesempatan itu juga (23 Januari 2014) peneliti mewawancarai seorang guru matematika kelas VIII SMP Negeri 2 Medan yakni Ibu Dra. Zuraidah, M.Psi yang menyatakan:

Siswa hanya mampu menyelesaikan soal-soal matematika jika soal tersebut mirip atau serupa dengan contoh soal yang baru diberikan, jika soal tersebut bervariasi atau lain dari contoh soal yang diberikan maka siswa akan kesulitan untuk mengerjakan soal tersebut.

Hingga saat ini, pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir dalam memecahkan masalah belum begitu membudaya. Kebanyakan peserta didik terbiasa melakukan kegiatan belajar berupa menghafal tanpa dibarengi pengembangan keterampilan berpikir. Untuk menyikapi permasalahan ini maka perlu dilakukan upaya pembelajaran berdasarkan teori kognitif yang didalamnya termasuk teori belajar konstruktivisme. Menurut teori konstruktivisme, pemahaman dan keterampilan berpikir dalam memecahkan masalah dapat dikembangkan jika peserta didik melakukan sendiri, menemukan, dan memindahkan kekompleksan pengetahuan yang ada.

(19)

7

ilmunya dan menemukan konsep-konsep secara mandiri. Untuk mengantisipasi masalah di atas, guru dituntut mencari dan menemukan suatu cara yang dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Dalam hal ini guru dapat menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menemukan, mengembangkan, menyelidiki dan mengungkapkan ide peserta didik. Kenyataan inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian terhadap solusi rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa di SMP Negeri 2 Medan. Penulis merasa penelitian ini perlu dilakukan di sekolah tersebut, agar ada bahan masukan dan pertimbangan dalam menyikapi keterbatasan siswa saat belajar matematika.

Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa di SMP Negeri 2 Medan membutuhkan adanya inovasi dalam pembelajaran matematika, salah satunya dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat. Pendekatan pembelajaran yang tepat akan membawa peserta didik dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan dan memudahkan peserta didik menyerap materi yang diajarkan, serta meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Diantara pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah pendekatan pembelajaran problem posing dan

creative problem solving.

(20)

8

seorang siswa membuat soal dari informasi yang ada; (2) Within-solution posing,

yaitu seorang siswa merumuskan ulang soal seperti yang telah diselesaikan dan (3) Post solution posing, yaitu seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru. Dalam penelitian ini dilaksanakan menggunakan pendekatan problem posing tipe presolution posing, yaitu siswa mengajukan soal berdasarkan informasi yang diberikan guru.

Di sisi lain, creative problem solving adalah suatu pendekatan pembelajaran untuk menyelesaikan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan kreatif (Suryosubroto, 2009:188). Ketika dihadapkan dengan situasi pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah dengan memperluas proses berpikir. Creative problem solving merupakan pendekatan yang dinamis, siswa menjadi lebih trampil sebab siswa mempunyai prosedur internal yang lebih tersusun dari awal. Dengan menggunakan pendekatan creative problem solving

diharapkan dapat menimbulkan kreativitas dalam pemecahan masalah.

Pendekatan pembelajaran problem posing tipe presolution posing dan pendekatan pembelajaran creative problem solving adalah dua diantara banyak pendekatan pembelajaran yang melibatkan kreativitas siswa dalam proses pembelajarannya. Kedua pendekatan pembelajaran ini sama-sama menitikberatkan pada pemecahan masalah, siswa diajak aktif sehingga informasi tidak hanya dari guru, tetapi siswa juga dituntut untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan baru mereka dengan informasi atau pengetahuan mereka sebelumnya. Hanya saja perbedaan diantara keduanya adalah pada pendekatan

problem posing tipe presolution posing, masalah yang diajukan berasal dari siswa sendiri dengan berpatokan pada informasi yang diberikan guru. Sedangkan pendekatan creative problem solving, masalah yang diajukan berasal dari guru.

(21)

9

problem posing dan problem solving, umumnya digunakan tiga aspek kreativitas yang merupakan tiga komponen utama dalam Torrance Test of Creative Thinking

(TTCT) yaitu aspek kelancaran (fluency), aspek keluwesan (flexibility) dan aspek kebaruan (originality). Fluency atau kelancaran mengacu pada sejumlah besar ide, gagasan, atau alternatif dalam memecahkan persoalan. Kelancaran menyiratkan pemahaman, tidak hanya mengingat sesuatu yang dipelajari. Flexibility atau mengacu pada produksi gagasan yang menunjukkan berbagai kemungkinan. Fleksibilitas melibatkan kemampuan untuk melihat berbagai hal dari sudut pandang yang berbeda serta menggunakan banyak strategi atau pendekatan yang berbeda. Originality atau kebaruan mengacu pada solusi yang berbeda dalam suatu kelompok atau sesuatu yang baru atau belum pernah ada sebelumnya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul: “PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN PROBLEM POSING TIPE PRESOLUTION POSING DENGAN SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DI SMP NEGERI 2 MEDAN T. A. 2013/2014”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dibuat, maka identifikasi masalah dari penelitian ini adalah:

1. Proses pembelajaran di sekolah kurang mendukung siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.

2. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

3. Siswa mengalami kesulitan menyelesaikan soal-soal baru atau soal-soal yang berbeda dengan contoh yang disajikan oleh guru.

4. Pembelajaran matematika yang berlangsung di sekolah masih didominasi oleh guru.

(22)

10

1.3. Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan dana, waktu dan kemampuan peneliti, maka penelitian ini hanya dibatasi pada “Guru masih jarang menggunakan pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa”. Untuk itu dalam penelitian ini dilaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan problem posing tipe presolution posing danpendekatan

creative problem solving. Dimana kedua pendekatan ini diharapkan berpengaruh pada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Kemampuan berpikir kreatif yang diteliti adalah kemampuan kelancaran, keluwesan dan kebaruan.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah, maka masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah apakah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan

creative problem solving lebih baik dibandingkan siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing tipe presolution posing?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dibuat, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan creative problem solving lebih baik dibandingkan siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan

problem posing tipe presolution posing berdasarkan indikator kemampuan

berpikir kreatif matematis (kelancaran, keluwesan dan kebaruan).

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

(23)

11

2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

3. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan dalam pembelajaran matematika.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah di masa yang akan datang.

5. Dapat dijadikan bahan masukan bagi penelitian sejenis.

1.7. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami istilah pada judul penelitian ini maka penulis perlu menjelaskan sebagai berikut:

1. Berpikir kreatif adalah produk dari kreativitas, yakni kegiatan mental yang digunakan seseorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru. Adapun indikator kemampuan berpikir kreatif matematis yang digunakan yaitu komponen kelancaran (fluency): siswa dapat menghasilkan sejumlah besar ide, gagasan, atau alternatif dalam memecahkan persoalan; keluwesan (flexibility): siswa mampu menghasilkan ide-ide beragam; kebaruan (originality): siswa mampu membuat sesuatu yang baru atau belum pernah ada sebelumnya.

2. Pendekatan pembelajaran adalah kegiatan yang dipilih pendidik dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada peserta didik dalam menuju tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

(24)

12

4. Creative problem solving adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada

(25)

82 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pada aspek kelancaran kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran creative problem solving problem

lebih baik dibanding dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan posing tipe presolution

posing. Pada aspek keluwesan, kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang

diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran creative problem solving problem lebih rendah atau sama dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan

posing tipe presolution posing. Pada aspek kebaruan, kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran creative problem solving problem lebih rendah atau dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan posing tipe presolution posing. Sedangkan pada keseluruhan aspek, kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran creative problem

solving problem lebih baik dibanding dengan kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan pendekatan posing

tipe presolution posing.

5.2. Saran

Adapun saran-saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu: 1. Kepada guru khususnya guru matematika hendaknya mempelajari pendekatan

creative problem solving agar dapat diterapkan dalam pembelajaran

(26)

83

2. Bagi kepala sekolah, sebaiknya menetapkan kebijkan untuk mengambil pertimbangan dan kebijaksanaan dalam pembelajaran matematika berdasarkan hasil penelitian ini.

(27)

84

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Abdussakir., (2009), Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing: http://abdussakir.wordpress.com/2009/02/13/pembelajaran-matematika-dengan-problem-posing/ (diakses 16 Januari 2014)

Agus, N.A., (2008), Mudah Belajar Matematika 2: Untuk Kelas VIII Sekolah

Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Pusat Perbukuan

Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

Arifin, Z., (2009), Evaluasi Pembelajaran, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung

Arikunto, S., (2009), Manajemen Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

As’ari, A.R., (2000), Problem Posing untuk Peningkatan Profesionalisme Guru Matematika, Jurnal Matematika, Tahun V, Nomor 1, April 2000

Asmin., dan Mansyur, A., (2012), Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern, Penerbit Larispa Indonesia, Medan

Bishop, A., (2000), Values in Mathematics Education: Making Values Teaching Explisit in The Mathematics Classroom: http://www.aare.edu.au//99pap/bis99188.htm (diakses 10 Januari 2014)

Djunaedi, D., (2005), http://www.pikiran-rakyat.com (diakses tanggal 12 Februari 2014)

Fajariah, N.I., Sukestiyarno, YL., Masrukan., Junaedi, I., (2012), Keefektifan Implementasi Model Pembelajaran Problem Posing dan Creative

Problem Solving Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta

Didik di SMP N 1 Tengaran, Jurnal Matematika, Nomor 1 (2), Agustus 2012

Hamid, A., (2009), Teori Belajar dan Pembelajaran, Pasca Sarjana UNIMED, Medan

Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Penerbit Universitas Negeri Malang, Malang

(28)

85

Kushartanti., (2009), http://www.kompas.com (diakses tanggal 10 Februari 2014)

Manullang., (2011), Metode Statistika II, FMIPA UNIMED, Medan

Munandar, U., (2009), Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006 tentang Standar Isi

Radiansyah, I., (2010), Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis: http://lkpk.org/2010/12/01/mengembangkan-kemampuan-berpikir-kritis/ (diakses 16 Januari 2014)

Semiawan, C., Munandar, A.S., Munandar, S.C.U, (2000), Memupuk Bakat

dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, Penerbit PT Gramedia,

anggota IKAPI, Jakarta

Siregar, N., dan Nara, H., (2010), Teori Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor

Siswono, T.Y.E., (2004), Mendorong Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah (Problem Posing), Konferensi Nasional Matematika XII, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, hal 1-14

_______., (2007), Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah dan Pemecahan Masalah Matematika, Simposium Nasional Penelitian Pendidikan, hal 1-10

Slameto., (2010), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Shokheh, A., (2009), Uji Kesamaan Hasil Belajar Matematika pada Siswa SMP Kelas VII dalam Pembelajaran Menggunakan Model Creative Problem Solving dan Problem Posing, Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang

Sudjana., (2005), Metoda Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung

Sudjana, N., (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung

(29)

86

Trianto., (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Penerbit Kencana, Jakarta

Walgito, B., (2004), Pengantar Psikologi Umum, Penerbit Andi, Yogyakarta

Gambar

Tabel 4.10. Data tes kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol dan
Gambar 1.1.  Salah satu tes diagnostik

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dengan menerapkan model Project Based Learning (PjBL).. Metode yang digunakan yaitu quasi eksperimen

Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi masukan bagi perusahaan mentukan strategi bisnis jasa transportasi CV.simpati taxi dalam membuat kebijakan

[r]

[r]

Fakultas Kedokteran Gigi USU dan saat ini saya sedang menjalani penelitian di.. Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran

PENGGUNAAN TEKNIK BEHAVIOR CONTRACT UNTUK MENGURANGI PERILAKU MAL-ADAPTIF PADA PESERTA DIDIK LOW VISION DI SLBN-A KOTA BANDUNG. Universitas Pendidikan Indonesia |

PENGGUNAAN TEKNIK BEHAVIOR CONTRACT UNTUK MENGURANGI PERILAKU MAL-ADAPTIF PADA PESERTA DIDIK LOW VISION DI SLBN-A KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

itu, spora tumbuh dengan ukuran yang lebih panjang karena akan berfungsi. sebagai