PENGALAMAN MAHASISWA TINGKAT III TENTANG PREMENSTRUAL SYNDROME DI AKBID KHOLISATUR RAHMI BINJAI
TAHUN 2014
TRISNING ARUM KUSTINI 135102004
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pengalaman Mahasiswa Tingkat III Tentang Premenstrual Syndrome Di AKBID Kholisatur Rahmi Binjai
Tahun 2014
ABSTRAK
Trisning Arum Kustini
Latar Belakang : Premenstrual syndrome merupakan suatu kondisi medis umum yang terkait dengan siklus menstruasi. Gejala yang ditimbulkan bisa bermacam – macam, mulai dari gejala fisik, psikis, hingga psikologis. Namun gejala tersebut akan hilang saat menstruasi datang. Kondisi ini bila dibiarkan dampaknya akan mengganggu aktivitas sehari - hari, mengganggu hubungan orang terdekat, bahkan sampai ada yang ingin bunuh diri.
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengalaman mahasiswa tingkat III tentang premenstrual syndrome.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain kualitatif fenomenologi diskriptif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah partisipan dalam penelitian ini sebanyak enam orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara. Waktu penelitian mulai bulan Oktober 2013 – Juni 2014.
Hasil : Variabel penelitian ini ditemukan 8 kategori pengalaman mahasiswa tingkat III tentang premenstrual syndrome yaitu meliputi pemahaman tentang premenstrual
syndrome, gejala klinis premenstrual syndrome, sumber informasi, riwayat keluarga,
waktu mengalami, dampak premenstrual syndrome, penatalaksanaan, upaya preventif.
Saran : Dari hasil penelitian ini, peneliti menganjurkan agar tenaga kesehatan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat mengenai kesehatan reproduksi, khususnya
premenstrual syndrome.
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapakan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah – Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat
pada waktunya.
Karya Tulis Ilmiah yang diberi judul Pengalaman Mahasiswa Tingkat III Tentang
Premenstrual Syndrome di AKBID Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014 ini disusun untuk
melengkapi dan memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di D IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperwatan Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengalami kesulitan. Namun,
berkat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, akhirnya laporan ini dapat
diselesaikan, walaupun masih banyak kekurangannya. Karena itu, sepantasnya jika peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep. Ns. M.Kep, selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
4. Seluruh Dosen dan staff administrasi Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Jitasari Tarigan Sibero, SST, SPd., M.Kes, selaku Direktris Akademi Kebidanan
6. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materil
sehingga peneliti dapat mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di D IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperwatan Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh teman-teman Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah memberi peneliti semangat dan
motivasi.
Peneliti menyadari begitu banyak kekurangan dalam Karya Tulis Ilmiah ini baik
dari segi isi dan bahasa. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun peneliti
harapkan demi penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang.
Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan,
semoga mendapat limpahan anugerah dari Allah SWT.
Peneliti
Medan, Juni 2014
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Pertanyaan Penelitian ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman ... 5
B. Premenstrual Syndrome ... 5
1. Pengertian Premenstrual Syndrome ... 5
2. Penyebab Premenstrual Syndrome ... 6
3. Gejala Klinis ... 8
4. Tipe Premenstrual Syndrome ... 9
5. Faktor Risiko Premenstrual Syndrome ... 12
6. Penatalaksanaan Premenstrual Syndrome ... 13
7. Upaya Prefentif ... 17
C. Penelitian Kualitatif Fenomenologi ... 20
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 22
B. Populasi dan Sampel ... 22
C. Tempat Penelitian ... 23
D. Waktu Penelitian ... 23
E. Etika Penelitian ... 24
F. Alat Pengumpulan Data ... 25
G. Prosedur Pengumpulan Data ... 26
H. Analisis Data ... 27
J. Kerangka Pikir Penelitian ... 30
B. Pengalaman Mahasiswa Tentang Premenstrual Syndrome ... 32
1. Pemahaman Tentang Premenstrual Syndrom... 32
2. Gejala Klinis Premenstrual Syndrome ... 33
3. Sumber Informasi ... 34
4. Riwayat Keluarga ... 35
5. Waktu Mengalami ... 36
6. Dampak Premenstrual Syndrome ... 37
7. Penatalaksanaan ... 39
8. Upaya Preventif ... 40
C. Pembahasan ... 42
1. Interpretasi dan Hasil Diskusi ... 42
2. Keterbatasan Penelitian ... 53
3. Implikasi Untuk Asuhan Kebidanan/Pendidikan Bidan ... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54
B. Saran ... 54
1. Tenaga Kesehatan ... 54
2. Pendidikan ... 54
3. Peneliti Lanjutan ... 54
DAFTARPUSTAKA ... 56
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2 : Lembar persetujuan menjadi partisipan penelitian
Lampiran 3 : Kuesioner data demografi
Lampiran 4 : Panduan wawancara
Lampiran 5 : Surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan USU
Lampiran 6 : Surat balasan izin penelitian dari AKBID Kholissatu Rahmi Binjai
Pengalaman Mahasiswa Tingkat III Tentang Premenstrual Syndrome Di AKBID Kholisatur Rahmi Binjai
Tahun 2014
ABSTRAK
Trisning Arum Kustini
Latar Belakang : Premenstrual syndrome merupakan suatu kondisi medis umum yang terkait dengan siklus menstruasi. Gejala yang ditimbulkan bisa bermacam – macam, mulai dari gejala fisik, psikis, hingga psikologis. Namun gejala tersebut akan hilang saat menstruasi datang. Kondisi ini bila dibiarkan dampaknya akan mengganggu aktivitas sehari - hari, mengganggu hubungan orang terdekat, bahkan sampai ada yang ingin bunuh diri.
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengalaman mahasiswa tingkat III tentang premenstrual syndrome.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain kualitatif fenomenologi diskriptif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah partisipan dalam penelitian ini sebanyak enam orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara. Waktu penelitian mulai bulan Oktober 2013 – Juni 2014.
Hasil : Variabel penelitian ini ditemukan 8 kategori pengalaman mahasiswa tingkat III tentang premenstrual syndrome yaitu meliputi pemahaman tentang premenstrual
syndrome, gejala klinis premenstrual syndrome, sumber informasi, riwayat keluarga,
waktu mengalami, dampak premenstrual syndrome, penatalaksanaan, upaya preventif.
Saran : Dari hasil penelitian ini, peneliti menganjurkan agar tenaga kesehatan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat mengenai kesehatan reproduksi, khususnya
premenstrual syndrome.
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Premenstrual syndrome merupakan suatu kondisi medis umum yang terkait dengan
siklus menstruasi. Gejala yang ditimbulkan bisa bermacam – macam, mulai dari gejala
fisik, psikis, hingga psikologis. Namun gejala tersebut akan hilang saat menstruasi datang.
Sekitar 90 % perempuan mengalami satu atau lebih gejala premenstrual syndrome. Gejala
premenstrual syndrome sendiri sudah dikenal lama, bahkan sejak zaman Hippocrates pada
370 SM. (Laila, 2011)
Sakit perut, cepat tersinggung, dan mudah marah tanpa alasan adalah hal yang
sering dirasakan oleh beberapa perempuan pada hari – hari menjelang menstruasi. Hal ini
sering dianggap biasa oleh masyarakat. Namun jika kondisi ini dibiarkan dampaknya akan
mengganggu aktivitas sehari - hari, mengganggu hubungan orang terdekat, bahkan sampai
ada yang ingin bunuh diri. Menurut Elvira (2010) bila kondisi tersebut berlangsung selama
tiga kali siklus haid berturut – turut, bisa jadi itu merupakan gejala premenstrual syndrome.
Jika premenstrual syndrome maka akan menimbulkan gangguan yang lebih parah, yang
akan disebut dengan Pre Menstrual Dysphoric Disorder (PMDD). Gejala dari PPMD
antara lain merasa hidup tiada harapan, merendahkan diri sendiri, sulit makan, ingin tidur
terus, cemas terus – menerus, dan sering marah tanpa alasan yang jelas selama beberapa
hari. Jika perempuan mengalami lima gejala menjelang haid selama 12 bulan berturut –
turut, maka perempuan itu dikatakan mengalami PPMD. Baik premenstrual syndrome
maupun PPMD, keduanya merupakan kondisi yang tidak normal, sehingga harus segera
Menurut Borenstein (2004) dalam Suparman (2012) melaporkan penurunan
produktivitas 436 penderita premenstrual syndrome yang sangat bermakna dibandingkan
kontrol, yang dikaitkan dengan keluhan sukar berkonsentrasi, menurunnya antusiasme,
menjadi pelupa, mudah tersinggung, dan labilitas emosi, serta menurunnya kemampuan
koordinasi. Data yang diperoleh menunjukkan lebih tinggi nya angka tidak masuk kerja
selama lebih dari 5 hari kerja perbulan, berkurangnya produktivitas kerja selam 50 %, serta
lebih tigginya kejadian terganggunya hubungan interpersonal dan aktivitas sosial,
pekerjaan atau sekolah pada kelompok penderita premenstrual syndrome yang diteliti.
Di Asia Pasifik, 63% penderita premenstrual syndrome tidak pernah memeriksakan
diri ke dokter karena menganggap bahwa premenstrual syndrome dan PMDD adalah
sesuatu yang wajar dan harus dijalani. Padahal jika menyempatkan diri untuk berkonsultasi
ke tenaga kesehatan, maka dapat mengetahui tingkat keparahan penyakit premenstrual
syndrome, dan memperoleh perawatan yang paling sesuai dengan kondisi tersebut
(Proverawati & Misaroh, 2009). Dari penelitian di Asia Pasifik pula, diketahui bahwa di
Jepang, premenstrual syndrome dialami oleh 34 % populasi perempuan dewasa, sedangkan
PPMD dialami oleh 0,7 % populasi perempuan dewasa. Di Hong Kong, premenstrual
syndrome dialami oleh 17 % populasi perempuan dewasa, sedankan PPMD dialami oleh
1,0 % populasi perempuan dewasa. Di Pakistan premenstrual syndrome dialami oleh 13 %
populasi perempuan dewasa, sedangkan PPMD dialami oleh 5 % populasi perempuan
dewasa. Di Australia premenstrual syndrome dialami oleh 43 % populasi perempuan
dewasa, sedangkan PPMD dialami oleh 9 % populasi perempuan dewasa. Di Indonesia
belum dilakukan penelitian tentang hal ini (Elvira, 2010).
Penyebab terjadinya sindrom sebelum haid ini belum diketahui secara pasti. Namun
penyebab yang paling sering ditemukan berhubungan dengan faktor – faktor sosial,
pada perempuan usia subur dengan jumlah 70 – 90 %. Kondisi ini lebih sering ditemukan
pada perempuan yang berusia 20 – 40 tahun (Anurogo & Wulandari. 2011).
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk dapat meneliti bagaimana pengalaman
mahasiswa tingkat III tentang premenstrual syndrome di AKBID Kholisatur Rahmi Binjai .
B.Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam KTI ini adalah bagaimana pengalaman mahasiswa tingkat III
tentang premenstrual syndrome?
C.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengalaman mahasiswa
tingkat III tentang premenstrual syndrome.
D.Manfaat Penelitian
1. Bagi Partisipan
Sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi partisipan agar lebih mengenal
tanda dan gejala premenstrual syndrome.
2. Bagi Penelitian Kebidanan
Sebagai acuan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut mengenai premenstrual
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung dan
sebagainya) (KBBI, 2005). Pengalaman dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh
pengetahuan. Hai ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dilakukan di masa lalu ( Notoadmodjo,
2010).
Ada tiga aspek mendasar pengalaman manusia yang harus diperhatikan yaitu :
1)apa yang mereka lakukan, 2)apa yang mereka ketehui, 3)benda – benda apa saja yang
mereka buat dan gunakan dalam kehidupan mereka. Data pengalaman individu ialah bahan
keterangan mengenai apa yang dialami individu tertentu sebagai warga dari suatu
masyarakat yang sedang menjadi objek penelitian (Bungin, 2012).
B. Premenstrual Syndrome
1. Pengertian Premenstrual Syndrome
Premenstrual syndrome merupakan gangguan siklus yang umum terjadi pada
wanita muda dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten,
terjadi selama fase luteal pada siklus menstruasi (Suryono & Sejati).
Premenstrual syndrome adalah berbagai gejala fisik, psikologis, dan emosional
yang terkait dengan perubahan hormonal karena siklus menstruasi (Proverawati &
2. Penyebab Premenstrual Syndrome
Penyebab terjadinya premenstrual syndrome belum diketahui secara pasti. Namun
penyebab yang paling sering ditemukan berhubungan dengan faktor – faktor sosial,
budaya, biologis dan masalah psikis emosional. Selain itu, premenstrual syndrome sering
berhubungan dengan naik turunnya kadar estrogen dan progesteron yang terjadi selama
siklus haid (Anurogo & Wulandari, 2011).
Penyebab dari premenstrual syndrome antara lain:
a. Penyebab Hormonal
Hormon – hormon steroid seks (estrogen dan progesteron) bukan sebagai penyebab
munculnya premenstrual syndrome, namun fluktuasi kadar sepanjang siklus
haidlah sebagai pemicu (Suparman, 2012).
Selain itu menurut Saryono dan Sejati (2009) terjadi ketidakseimbangan antara
hormon estrogen dan progesteron yakni kadar hormon estrogen sangat berlebih
dan melampaui batas normal sedangkan kadar progesteron menurun. Hal ini
menyebabkan adanya perbedaan genetik pada sensivitas reseptor dan sistem
pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel. Selain
faktor hormonal, premenstrual syndrome berhubungan dengan gangguan perasaan
faktor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita.
b. Faktor Genetik
Premenstrual syndrome lebih rentan diderita oleh wanita dengan riwayat
premenstrual syndrome seperti pada anggota keluarga lainnya seperti ibu kandung
atau saudara kandung (Suparman, 2010). Selain itu pada kembaran satu telur
(monozigot) insidensi premenstrual syndrome dua kali lebih tinggi daripada
c. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang berkontribusi terhadap premenstrual syndrome antara lain
kepribadian dan dukungan orang – orang terdekat. Individu akan rentan beradaptasi
dengan premenstrual syndrome dan tidak mudah menerima saran dan terapi
(Elvira, 2010). Menurut penelitian Siregar (2012) terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat stres dengan premenstrual syndrome. Faktor stres sangat
besar pegaruhnya terhadap premenstrual syndrome. Gejala – gejala premenstrual
syndrome akan semakin menghebat jika seorang wanita terus – menerus mengalami
tekanan (Saryono dan Sejati, 2009).
d. Faktor Gaya Hidup
Faktor gaya hidup dalam diri wanita terhadap pengaturan pola makan juga
memegang peranan penting. Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit, sangat
berperan terhadap gejala – gejala premenstrual syndrome. Makanan terlalu banyak
garam akan menyebabkan retensi cairan, dan membut tubuh bengkak. Terlalu
banyak mengkonsumsi minuman beralkohol dan minuman–minuman berkafein
dapat mengganggu suasana hati dan melemahkan tenaga. Rendahnya kadar vitamin
dan mineral dapat menyebabkan gejala – gejala dari premenstrual syndrome
semakin memburuk (Saryono & Sejati, 2009)
Hasil penelitian premenstrual syndrome pada dua dekade terakhir menyimpulkan
bahwa etiologi premenstrual syndrome sebenarnya tidak tunggal, melainkan merupakan
3. Gejala Klinis
Gejala – gejala yang muncul satu atau dua minggu sebelum periode haid dan
mereda dalam waktu satu minggu sejak kemunculannya. Gejala ini cukup berat sehingga
dapat mengganggu kehidupan keseharian (Datta, 2011).
Berbagai kepustaaan telah mendokumentasi lebih dari 150 gejala fisik, psikis, dan
perilaku yang dapat dirangkum dalam premenstrual syndrome,namun keluhan – keluhan
yang paling sering dan sangat dikeluhkan sebagian besar penderitanya menurut Suparman
(2012) diantaranya :
a. Keluhan dan / atau gejala fisik: nyeri kepala, nyeri dan pembengkakan payudara,
nyeri punggung, nyeri sendi dan otot, mual, perut kembung, peningkatan berat
badan, maupun berbagai derajat edema ekstremitas
b. Keluhan psikis: depresi, kecemasan, kelelahan atau merasa kehilangan tenaga,
kebingungan, menjadi pelupa, perasaan mudah tersinggung, kemarahan yang
muncul tanpa provokasi yang adekuat, sering menangis, kehilangan daya
konsentrasi, dan merasa kehilangan harga diri
c. Gangguan perilaku: perasaan lelah, insomnia, berkurangnya hasrat seksual,
keinginan berlebihan makan / minum sesuatu, serta penarikan diri secara sosial.
Menurut Elvira (2010) tanda - tanda premenstrual syndrome amatlah banyak lebih
kurang terdapat 200 gejala namun yang paling menonjol terdiri atas 3 (tiga) gejala, yaitu
mudah tersinggung (irritable), tegang dan merasa tidak nyaman atau tidak bahagia
(dysphoria). Adapun gejala – gejala premenstrual syndrome mencakup :
a. Gejala fisik terdiri atas : 1)payudara membengkak dan terasa nyeri, 2)perut
membengkak dan menggembung, serta mengalami sembelit atau diare, 3)nyeri
badan, 6)otot menjadi kaku dan nyeri, 7) sendi – sendi kaku dan nyeri, 8)mual dan
muntah
b. Gejala emosi dan perilaku : 1)depresi, 2)cemas dan serangan panik, 3)sulit tidur, 4)
perubahan minat dan gairah seksual, 5)mudah tersinggung, 6)bermusuhan dan
marah yang meledak – ledak, 7)meningkatnya selera makan terhadap makanan –
makanan tertentu (terutama garam dan gula), 8)meningkat dan menurunnya mood.
9)sulit konsentrasi, 10)merasa lemah dan lelah.
4. Tipe premenstrual syndrome
Dalam Saryono & Sejati (2009) terdapat beberapa macam tipe dan gejala
premenstrual syndrome. Dr. Guy E. Abraham , ahli kandungan dan kebidanan dari
Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi premenstrual syndrome menurut gejalanya
yakni premenstrual syndrome tipe A, H, C, dan D. Delapan puluh persen gangguan
premenstrual syndrome termasuk tipe A. Penderita tipe H sekitar 60 %, premenstrual
syndrome tipe C sebanyak 40 %, dan premenstrual syndrome tipe D sebanyak 20 %.
Kadang – kadang seorang wanita mengalami kombinasi gejala, misalnya tipe A dan D
secara bersamaan, dan setiap tipe memiliki gejalanya sendiri – sendiri. Tipe – tipe
premenstrual syndrome antara lain:
a. Premenstrual Syndrome Tipe A
Premenstrual syndrome tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas,
sensitif, rasa tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi
ringan sampai sedang saat belum mendapat menstruasi. Gejala ini timbul akibat
ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron. Hormon estrogen terlalu
tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron
kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan
magnesium. Penderita premenstrual syndrome A sebaiknya banyak mengkonsumsi
makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.
b. Premenstrual Syndrome Tipe H
Premenstrual syndrome tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema
(pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan
dan kaki, peningkatan berat badan sebelum menstruasi. Gejala tipe ini dapat juga
dirasakan bersamaan dengan tipe premenstrual syndrome lain. Pembengkakan itu
terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena
tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika
untuk mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita
dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membantu
minum sehari – hari.
c. Premenstrual Syndrome Tipe C
Premenstrual syndrome tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin
mengkonsumsi makanan yang manis – manis (biasanya coklat) dan karbohidrat
sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap
gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung
berdebar, pusing kepala yang terkadang pingsan. Hipoglikemia timbul karena
pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap
makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan,
tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6) atau kurangnya magnesium.
d. Premenstrual Syndrome Tipe D
Premenstrual syndrom tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa depresi,
ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan
atau mencoba bunuh diri. Biasanya premenstrual syndrome tipe D berlangsung
bersamaan dengan premenstrual syndrome tipe A, hanya sekitar 3 % dari seluruh
tipe premenstrual syndrome benar – benar murni tipe D. Premenstrual syndrome
tipe D disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen,
dimana hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan hormon progesteronnya.
Kombinasi premenstrual syndrome tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino, tyrosine, penyerapan dan
penyimpanan timbal di tubuh, atau kekuranagan magnesium dan vitamin B
(terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6
dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan premenstrual syndrome tipe
D yang bersamaan dengan tipe A.
5. Faktor Risiko Premenstrual Syndrome
Wanita – wanita yang berisiko tinggi terkena atau mengalami premenstrual
syndrome antara lain :
a. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga sangat mempengaruhi seorang wanita terkena premenstrual
syndrome. Beberapa penelitian menemukan bahwa kejadian premenstrual
syndrome adalah dua kali lebih tinggi antar kembar identik dibandingkan dengan
kembar dua telur (Saryono & Sejati, 2009). Premenstrual syndrome lebih rentan
diderita oleh wanita dengan riwayat premenstrual syndrome pada anggota keluarga
lainnya (Suparman, 2010).
b. Stres
Premenstrual syndrome lebih rentan dialami oleh populasi wanita yang mengalami
stres (Suparman, 2010). Faktor stres akan memperberat gangguan premenstrual
masalah (Saryono & Sejati, 2009). Menurut penelitian Siregar (2012) terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat stres terhadap premenstrual syndrome.
c. Diet
Faktor kebiasaan makanan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman
bersoda, produk susu, makanan olahan, memperberat gejala premenstrual
syndrome. Kekurangn zat – zat gizi seperti vitamin B (terutama B6), vitamin E,
vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, serta asam lemak linoleat (Saryono
& Sejati, 2009).
d. Olahraga
Menurut penelitian Nashruna, Maryatun dan Wulandari (2012) terdapat hubungan
antara aktivitas fisik seperti olahraga terhadap kejadian premenstrual syndrome
yang menunjukkan wanita yang rutin melakukan olahraga jumlah yang mengalami
premenstrual syndrome lebih sedikit dibandingkan dengan wanita yang tidak rutin
melakukan olahraga. Kurangnya olahraga dan aktivitas fisik menyebabkan semakin
beratnya premenstrual syndrome. Hal ini menunjukan bahwa olahraga memiliki
hubungan dengan premenstrual syndrome.
e. Obesitas
Menurut Puspitoran et, al (2007) dalam hasil penelitian milik Nasruha menyatakan
bahwa kadar serotonin di otak yang berperan dalam timbulnya premenstrual
syndrome akan menurun bila indeks massa tubuh semakin tinggi sehingga muncul
gejala premenstrual syndrome. Hasil penelitian Nasruha, Maryam dan Wulandari
(2012) menyebutkan bahwa wanita dengan obesitas lebih banyak mengalami
6. Penatalaksaaan Premenstrual Syndrome
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menangani premenstrual syndrome
antara lain :
a. Terapi obat
1) Menggunakan Analgesik
Pengobatan premenstrual syndrome dapat menggunakan analgesik (obat
penghilang rasa sakit) dan bersifat simptomatis, hanya membantu mengatasi
nyeri, dan gejala sedang lainnya serta bersifat sementara (Elvira, 2010).
Analgesik yang digunakan biasanya asam mefenamat dengan dosis 500 mg
diberikan 3 kali sehari (Saryono dan Sejati, 2009).
2) Menggunakan Anti Depresi
Obat anti depresi seperti selective seretonin reuptake inhibitor (SSRIs) dapat
digunakan sertiap hari selama 14 hari sebelum menstruasi. SSRIs membantu
mengurangi dampak perubahan hormon pada zat kimiawi otak
(neurotransmiter), misalnya serotonin. Selain itu anti depresi non SSRI juga
dapat digunakan untuk pengobatan premenstrual syndrome (Elvira, 2010). Efek
samping dari SSRIs yaitu sulit tidur, mengantuk, lelah, sakit kepala, gemetar,
gugup dan disfungsi seksual. Anti depresi yang digunakan dengan dosis yang
paling rendah karena dapat memperkecil efek samping , seperti fluoxetine
dengan dosis 20 – 60 mg per hari (Saryono dan Sejati, 2009).
3) Vitamin B6
Vitamin B6 berperan sebagai kofaktor dalam proses akhir pembetukan
neurotransmiter, yang akan mempengaruhi sistem endokrin otak agar menjadi
lebih baik (Elvira, 2010). Dosis yang diberikan sebanyak 50 – 100 mg per hari
4) Menggunakan Kontrasepsi Oral
Pil KB kombinasi estrogen dan progesteron bisa membantu mengurangi naik
turun kadar estrogen dan progesteron (Saryono dan Sejati, 2009). Menurut
Graham dan Sherwin (1992) dalam Suparman (2012) menyatakan bahwa pil
KB kombinasi yang mengandung etinil estradiol 35 µg dan nerotrindon 0,5 mg
dan 1 mg mampu mengurangi nyeri dan pembengkakan payudara.
5) Diuretik
Obat ini bisa meningkatkan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan sodium dan
air dalam urine, sehingga jumlah cairan dalam tubuh berkurang. Obat diuretika
semacam spironolakton digunakan untuk mengurangi penahanan cairan dan
perut kembung (Saryono dan Sejati, 2009). Menurut Vellacott (1987) dan Wang
(1995) dalam Suparman (2012) untuk mengurangi keluhan retensi cairan
diberikan spironolakton dosis 100 mg per hari.
b. Psikoterapi
Psikoterapi merupakan suatu pengobatan yan diberikan dengan cara – cara
psikologik. Untuk premenstrual syndrome dapat diberikan berupa terapi relaksasi,
terapi kognitif perilaku dan psikoterapi dinamik (Elvira, 2010)
Terapi relaksasi dapat mengurangi tekanan dan gejala – gejala pada wanita yang
mengalami premenstrual syndrome (Saryono dan Sejati, 2009). Prinsipnya adalah
melatih pernapasan (menarik napas dalam dan lambat, lalu mengeluarkannya
dengan lambat pula), mengendurkan seluruh otot tubuh dan mensugestikan pikiran
ke arah konstruktif atau yang diinginkan akan dicapai (Elvira, 2010)
Terapi kognitif dilakukan dengan mengajarkan penderita premenstrual syndrome
untuk menganalisis pola pemikiran yang negatif dan cara memandang berbagai
dinamik, individu diajak untuk lebih memahami diri dan kepribadiannya, bukan
hanya sekedar menghilangkan gejalanya semata. Pada psikoterapi ini, biasanya
individu lebih banyak berbicara, sedangkan dokter lebih bamyak mendengar,
kecuali pada individu yang benar – benar pendiam, maka dokter yang akan lebih
aktif. Terapi ini memerlukan waktu panjang, dapat berbulan-bulan atau bahkan
bertahun- tahun. Hal ini memerlukan kerjasama yang baik antara individu dengan
dokternya, serta kesabaran kedua belah pihak (Elvira, 2010).
c. Perubahan Gaya Hidup
1) Olahraga
Upayakan olahraga aerobik selama 30 menit selama 4-6 kali seminggu. Hal ini
akan meningkatkan kesehatan seorang perempuan secara umum, kesehatan
jantung dan pembuluh darahnya, otot-otot, serta membantu meredakan
ketegangan saraf dan kecemasanya. Selain itu olahraga dapat mengurangi
penimbunan cairan dan berat badan serta dapat meningkatkan rasa percaya diri
(Elvira, 2010). Olahraga yang dapat dilakukan antara lain jalan sehat, berlari,
bersepeda, atau berenang (Saryono dan Sejati, 2009).
2) Modifikasi Diet
Lakukan juga modifikasi pada pola makan dengan langkah- langkah sebagai
berikut : a) kurangi kafein untuk membantu mengurangi rasa tertekan, mudah
tersinggung dan gelisah. Untuk hal ini upayakan mengkonsumsi makanan alami
yang sehat, b) kurangi konsumsi garam untuk mengurangi kembung (bukan
hanya garam yang ada dalam makanan sehari – hari, namun juga pada
makananan kemasan), c) konsumsi lebih banyak karbohidrat kompleks dan
serat yang terdapat dalam makanan seperti roti gandum, pasta, sereal, buah dan
makanan yang kaya vitamin dan mineral atau konsumsi suplemen vitamin dan
mineral, f) kurangi konsumsi gula dan lemak dalam diet untuk membantu
meningkatkan energi dan menstabilkan mood, g) kuranagi atau hentikan
konsumsi alkohol (Elvira, 2010).
7. Upaya Preventif
Menurut Saryono dan Sejati (2009) usaha preventif dari premenstrual syndrome
antara lain :
a. Modifikasi Gaya Hidup
Gaya hidup sehari – hari perlu diatur untuk meminimalkan gejala yang timbul
akibat perubahan hormonal. Pola hidup sehat seperti mengurangi kafein dan dan
berhenti merokok merupakan alternatif yang baik untuk dilakukan. Memperbanyak
waktu istirahat untuk menghindari kelelahan dan mengurangi stres berperan juga
dalam terapi premenstrual syndrome.
Wanita dengan gejala ini sebaiknya mendiskusikan masalahnya dengan orang
terdekat ,baik pasangan, teman, maupun keluarga. Terkadang konfrontasi atau
pertengkaran dapat dihindari, apabila pasangan atau teman dapat mengerti dan
mengenali penyebab dari kondisi ketidakstabilan wanita tersebut, sehingga memilih
waktu lain untuk mendiskusikan masalah yang kontrofersial tersebut. Grup
konseling dengan psikiater juga dapat diterapkan.
b. Pola Diet
Jenis makanan yang direkomendasikan bagi penderita premenstrual syndrome
bervariasi pada setiap wanita., dan karena wanita yang mengalami premenstrual
darah tinggi, pengaturan dan penilaian khusus perlu diprioritaskan untuk membuat
suatu rekomendasi makanan.
Penurunan asupan gula, garam, dan karbohidrat (nasi, kentang, roti) dapat
mencegah edema (bengkak) pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi kafein
(kopi), teh, alkohol, dan soda juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan, dan
insomnia (sulit tidur). Sodium sudah direkomendasikan untuk mengurangi
bengkak, cairan otak , dan perut kembung. Pembatasan kafein direkomendasikan
oleh karena asosiasi antara kafein dan sifat lekas marah dan kesulitan untuk tidur.
Pola makan disarankan lebih sering namun dalam porsi kecil karena berdasarkan
bukti bahwa selama periode premenstruasi terdapat gangguan pengambilan glukosa
untuk energi. Ada suatu teori yaitu gejala umum premenstrual syndrome seperti
peningkatan untuk mengkonsumsi karbohidrat disebabkan karena kadar serotonin
yang rendah. Teori ini adalah saat kadar serotonin rendah, otak mengirim sinyal ke
seluruh tubuh untuk makan karbohidrat, dimana untuk merangsang produksi
serotonin dari yang alami dengan asam amino building block. Pada kasus ini wanita
ingin mengetahui mengapa nafsu makan mereka menjadi tidak sangat terkontrol
dan semangat hilang selama premenstrual syndrome, semua faktor sekuat kekuatan
senyawa kimia otak dan produksi hormon mempengaruhi tingkah laku dan nafsu
makan secara psikis. Pola makan yang teratur dan mengurangi komposisi lemak
dapat menjaga berat badan . Karena berat badan yang berlebih dapat meningkatkan
risiko menderita premenstrual syndrome.
Vitamin B6 dengan dosis tidak lebih 100 mg per hari dapat memperbaiki gejala –
gejala premenstrual syndrome secara menyeluruh. Suplemen vitamin E adalah
suatu perawatan yang dikenal untuk mastalgia. Vitamin E untuk perawatan
sangat menguntungkan. Kalsium Karbonat disuatu dosis dari 1200 mg per hari
selama tiga siklus menstruasi menimbulkan perbaikan gejala pada wanita – wanita
dengan premenstrual syndrome dalam mengurangi pembengkakan. Magnesium
dengan dosis tidak lebih dari 400 mg per hari sangat membantu dalam mengurangi
cairan dan bengkak.
Untuk mengurangi terjadinya penumpukan cairan, sebisa mungkin mengurangi
konsumsi garam dalam makanan. Garam bisa menyerap air dan hal ini dapat
meningkatkan pembengkakan.
c. Olahraga
Membiasakan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur. Olahraga seperti berenang
dan berjalan kaki. Tarikan nafas dalam dan relaksasi juga bisa meringankan rasa
tidak nyaman. Berolahraga dapat menurunkan stres dengan cara memiliki waktu
untuk keluar dari rumah dan pelampiasan untuk rasa marah atau kecemasan yang
terjadi. Beberapa wanita mengatakan bahwa berolahraga ketika mereka mengalami
premenstrual syndrome dapat membantu relaksasi dan tidur di malam hari.
Agar aktivitas tetap berjalan meskipun dalam kondisi premenstrual syndrome
maka hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan keluhan adalah : a) Hindari kafein
yang terdapat pada berbagai minuman ringan dan hindari alkohol yang berlebihan.
b)Lakukan pola diet yang sehat (rendah garam, lemak, tinggi protein, dan vitamin serta
mineral). Perbanyak karbohidrat kompleks, sayur – sayuran dan buah – buahan. c) Terapi
farmakologi untuk mengatasi rasa nyeri yang luar biasa. d) Lakukan senam aerobik secara
C.Penelitian Kualitatif Fenomenologi
Bogdan dan Taylor dalam Basrowi (2008) menyatakan bahwa kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan
perilaku orang – orang yang dapat di amati. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat
mengenali subjek, merasakan apa yng mereka alami dalam kehidupan sehari – hari.
Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik
(utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organsasi ke dalam
variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan
(Moleong, 2010)
Pada dasarnya landasan teoritis dari penelitian kualitatif bertumpu secara mendasar
pada fenomenologi. Fenomenologi merupakan cabang disiplin ilmu filosofi dan psikologi
yang berfokus pada pengalaman manusia (Polit & Hungler, 1999). Fenomenologi
merupakan pandangan berfikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman –
pengalaman subjektif manusia dan interpretasi – interpretasi dunia. Fenomenologi
diartikan sebagai : 1) pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal: 2) suatu
studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang (Husserl). Sebagai bidang
filsfat modern, fenomenologi menyelidiki pengalaman kesadaran yang berkaitan dengan
pertanyaan seperti bagaimana pembagian antara subjek (ego) dengan objek (dunia)
muncul, dan bagaimana sesuatu didunia ini diklasifikasikan. Istilah “fenomenologi“ sering
digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari
berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui (Moleong, 2010)
Penelitian yang berlandaskan fenomenologi melihat objek penelitian dalam satu
konteks naturalnya (Idrus, 2009). Berdasarkan Peneliti dalam pandangan fenomenologis
berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan – kaitannya terhadap orang – orang yang
hidup tersedia pelbagai cara untuk menginterpretasikan pengalaman melalui interaksi
dengan orang lain dan bahwa pengertian pengalamanlah yang membentuk kenyataan
(Moleong, 2010).
Data yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah berupa kata – kata, gambar,
dan bukan angka – angka. Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif
karena proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan – kenyataan jamak sebagai yang
terdapat dalam data, analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti – responden
menjadi eksplisit, dapat dikenal, dan akuntabel. Analisis demikian lebih dapat
menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan – keputusan tentang dapat
tidaknya pengalihan pada suatu altar lainnya. Analisis induktif lebih dapat menemukan
pengaruh bersama yang mempertajam hubungan – hubungan. Dan analisis demikian dapat
memperhitungkan nilai – nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif fenomenologi
diskriptif yang menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek
yang ditemui. Fenomenologi merupakan pandangan berfikir yang menekankan pada fokus
kepada pengalaman – pengalaman subjektif manusia dan interpretasi – interpretasi dunia
(Moleong, 2010). Desain ini sesuai dengan tujuan peneliti untuk mengetahui bagaimana
pengalaman mahasiswa tingkat III tentang premenstrual syndrome.
B.Populasi dan Sampel
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh
Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial (Sugiyono, 2010). Untuk
penelitian kualitatif, jumlah subjek yang menjadi informan/partisipan biasanya lebih
sedikit dibandingkan dengan penelitian kuantitatif. Bahkan Menurut Polit dan Hungler
(1999) penelitian kualitatif fenomenologi menggunakan sampel sebanyak 10 orang atau
bisa kurang dari jumlah tersebut. Sampel dalam penelitian disebut dengan narasumber,
partisipan, atau informan (Sugiyono, 2010). Jumlah partisipan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebanyak 6 orang.
Menurut Nasution (1988) dalam Sugiyono (2010) menjelaskan bahwa penentuan
partisipan dianggap telah memadai apabila telah sampai ke taraf “ redudency “ atau jenuh.
Artinya bila ditanyai oleh partisipan yang lain, kapan dan dimana pun maka jawaban akan
tetap sama (Idrus , 2009). Untuk menentukan informan ini peneliti harus memiliki kriteria
tertentu yang dapat memperkuat alasan pemilihan seseorang menjadi subjek penelitiannya.
untuk menentukan subjek penelitiannya (Idrus, 2009). Purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono). Adapun
kriteria partisipan yag diambil adalah sebagai berikut :
1. Yang berumur lebih dari 20 tahun
2. Yang mengalami premenstrual syndrome.
C.Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di asrama putri Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi
Binjai. Pemilihan tempat ini dikarenakan belum ada yang pernah melakukan penelitian ini
sebelumnya.Untuk itu peneliti ingin mengetahui bagaimana pengalaman mahasiswa
tingkat III AKBID Kholisatur Rahmi Binjai.
D.Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai minggu ketiga bulan Oktober 2013 sampai bulan
Juni 2014. Diawali dengan pengajuan judul hingga sidang proposal yang berlangsung dari
bulan Oktober 2013 hingga Januari 2014. Setelah proposal dinyatakan lulus uji kelayakan
oleh pihak dosen penguji , peneliti mengurus surat izin penelitian dan melakukan pilot
study terhadap partisipan yang sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya.
Kemudian disusun transkip wawncara dari hasil pilot study tersebut dan dikonsulkan
kepada dosen pembimbing untuk mengetahui apakah sudah layak melakukan wawancara.
Waktu pengumpulan data dilakukan mulai bulan Februari sampai bulan April
2014. Transkip hasil pengumpulan data kemudian dianalisis oleh dosen pembimbing
E.Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti berpegang teguh pada etika penelitian, yaitu
dengan langsung ke lapangan dan berinteraksi kepada mahasiswa. Sebelumnya, peneliti
mengajukan surat permohonan persetujuan penelitian kepada Ketua Program Studi D-IV
Bidan Pendidik. Kemudian peneliti mengajukan surat permohonan kepada pihak
pendidikan. Setelah mendapatkan persetujuan , peneliti mengajukan surat permohonan izin
meneliti kepada Pendidikan Akademi Kebidanan Kholissatur Rahmi Binjai. Kemudian
peneliti menjelaskan tentang maksud dan tujuan penelitian kepada pihak Pendidikan
Akademi Kholissatur Rahmi Binjai. Setelah itu peneliti menemui partisipan, dan
membagikan surat permohonan persetujuan sebagai partisipan dan mejelaskan tentang
maksud dan tujuan peneliti yaitu untuk memperoleh informasi tentang bagaimana
pengalaman mahasiswa tingkat III tentang premenstrual syndrome. Setelah partisipan
berkenan, maka peneliti memberikn surat persetujuan sebagai partisipan (informed
concent), dan partisipan diminta untuk menandatanganinya. Jika partisian tidak bersedia,
maka peneliti tidak akan memaksa partisipan dan akan menghormati hak nya tersebut.
Selain itu, peneliti menjelaskan bahwa tidak akan ada dampak yang akan
mengganggu partissipan, peneliti tetap menjaga kerahasiaan identitas partisipan, dengan
cara tidak mencantumkan nama partisispan pada lembar pengumpulan data (kuesioner dan
demografi). Peneliti hanya meggunakan nomor kode sehingga kerahasiaan akan tetap
terjamin dan informasi yang didapat hanya digunakan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan sepenuhnya. Peneliti juga akan menghargai setiap jawaban – jawaban yang
diberikan partisipan dan tidak akan menyalahkan jawaban yang tidak sesuai.
Setelah selesai dilakukan sidang proposal, peneliti melakukan pengajuan untuk
mempublikasikan hasil proposal, peneliti mengajukan surat permohonan kepada ketua
F. Alat Pengumpulan Data
Untuk dapat membuat suatu simpulan, diperlukan serangkaian data yang
mendukung yang membutuhkan proses pengumpulan data dari subjek yang tepat. Langkah
awal dalam proses pengumpulan data ini adalah menyiapkan alat yang tepat (Idrus, 2009).
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendirilah yang menjadi instrumen utamanya, karena
peneliti mampu menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat
mengumpulkan data sekaligus. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat
difahami dengan pengetahuan semata, tetapi kita perlu merasakan, menyelami berdasarkan
pengetahuan (Sugiyono, 2010). Selain itu alat yang digunakan antara lain buku catatan dan
tape recorder.
Dalam pendekatan fenomenologi, cara utama untuk mendapatkan data adalah
dengan wawancara secara mendalam (indepth interview atau indepth conversation) (Polit
& Hungler, 1999). Wawancara yang dilakukan akan selalu terjalin kontak pribadi,
sehingga pewawancara harus memahami situasi dan kondisi dalam memilih waktu dan
tempat dalam melakukan wawancara. Bila tidak, maka akan menghasilkan data yang tidak
valid dan tidak akurat. Bila responden telah ditentukan, maka sebelum wawancara
sebaiknya pewawancara minta waktu terlebih dahulu untuk kesediaan waktu dan tempat
untuk melakukan wawancara ini. Dengan demikian suasana wawancara akan terjalin lebih
baik, sehingga data yang diperoleh akan lebih lengkap dan valid (Sugiyono,2010).
Untuk mendapatkan data demografi partisipan, peneliti menggunakan kuisioner
data demografi untuk mengetahui identitas secara umum yang berisi umur, agama dan
suku. Selain itu peneliti juga membuat panduan wawancara yang berisi
G.Prosedur Pengumpulan Data
Pada awalnya peneliti melakukan survei awal untuk mengetahui mahasiswa dan
jumlah mahasiswa. Diawali dengan membuat surat pengajuan melakukan survei awal di
pendidikan Akademi Kebidan Kholissatur Rahmi Binjai. Setelah mendapatkan izin, peserta
melakukan survei awal di pendidikan tersebut.
Setelah melakukan pengumpulan data dari survei awal dan mendapat izin dari
Dekan Fakultas Keperawatan USU, maka peneliti mulai melakukan pendekatan kepada
partisipan.
Pada penelitian ini peneliti mengadakan pilot study yaitu dengan mewawancarai
satu orang partisipan dan memperlihatkannya kepada pembimbing guna mengetahui proses
wawancara, panduan wawancara, probing atau pertanyaan pendalaman yaitu mengajukan
pertanyaan yang lebih mendalam dalam wawancara dan melakukan penelitian.
Peneliti melakukan pendekatan kepada partisipan. Peneliti merasa tidak ada jarak
antara peneliti dengan orang yang diteliti sehingga memperoleh informasi yang banyak.Ini
dikarenakan partisipan telah memiliki kepercayaan kepada peneliti. Untuk setiap partisipan
peneliti melakukan pendekatan dengan melakukan kunjungan di kamar asrama partisipan
dan melakukan wawancara. Dicapailah suatu kesepakatan tentang waktu dan tepat unuk
melakukan wawancara.
Setelah cukup dekat, peneliti melanjutkan wawancara. Peneliti merekam hasil
wawancara dengan menggunakan alat perekam suara (tape recorder / telepon genggam).
Setelah selesai mewawancarai peneliti langsung membuat transkrip hasil wawancara,
setelah selesai melakukan wawancara tanpa harus menunggu wawancara berikutnya
kemudian melakukan analisis data. Peneliti mengidentifikasi hasil wawancara yang telah
H.Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan – bahan lain sehinga dapat
dipahami. Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data
yang diperoleh selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Bila data tersebut terkumpul
secara berulang – ulang maka hipotesis diterima dan berkembang menjadi teori.
(Sugiyono, 2010).
Tahap pertama diawali dengan melakukan pengumpulan data, kemudian
dilanjutkan dengan reduksi data yaitu bagian kegiatan analisis sehingga pilihan – pilihan
data yang dikode, dibuang, pola- pola yang meringkas data tersebut dan cerita yang
berkembang (Idrus, 2009). Proses berikutnya adalah display data, yaitu penyajian data
yang dimaknai oleh Miles dan Huberman (1992) dalam Idrus (2009) sebagai sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Tahap terakhir adalah tahap verifikasi dan penarikan kesimpulan
yaitu penarikan arti data yang telah ditampilkan. Penarikan kesimpulan dapat saja
berlangsung saat proses pengumpulan data berlangsung.
I. Tingkat Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif uji keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah credibility, depenability, dan confirmability .
1. Credibility
Tingkat kepercayaan credibility pada hasil penelitian dilakukan dengan melakukan
prolonged engagement. Hal ini dilakukan dengan melakukan pendekatan kepada
melakukan pendekatan ini sebanyak 2 – 3 kali (lama tiap kunjungan berkisar 20–30
menit) di asrama putri AKBID Kholisatur Rahmi Binjai.
Setelah mendapatkan data yang diinginkan, peneliti melakukan membercheck, yaitu
proses pemeriksaan data yang diperoleh peneliti kepada partisipan. Tujuannya
adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan yang di
berikan partisipan (Sugiyono, 2010). Menurut Moleong (1994) dalam Idrus (2009)
untuk pembuktian validitas data ditentukan oleh kredibilitas temuan dan
interpretasinya dengan mengupayakan temuan dan penafsiran yang dilakukan
sesuai dengan kondisi yang senyatanya dan disetujui oleh partisipan.
Pelaksanaannya dapat dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai,
kemudian peneliti datang ke partisipan dan menyampaikan temuan penelitian
kepada partisipan. Setelah data disepakati, peneliti meminta partisipan
menandatangani supaya lebih otentik, dan juga sebagai bukti bahwa membercheck
sudah dilakukan.
2. Transferbility
Transferbility merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas
ekskternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian
ke populasi dimana sampel tersebut diambil (Sugiono, 2010).
Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif
sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka
peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas,
sistematis, dan dapat dipercaya (Sugiono, 2010). Karena keterbatasan waktu
3. Dependability
Uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses
penelitian. Cara auditor adalah dengan mengetahui bagaimana peneliti melakukan
penelitian, menentukan masalah, memasuki lapangan, menentukan sumber data,
melakukan analisis data, melakukan keabsahan data, sampai membuat kasimpulan.
Sehingga peneliti membuat catatan yang berisi kegiatan peneliti selam proses
penelitian . Dimulai dari awal penelitian, proses pengumpulan data, turun ke
lapangan, wawancara, analisis data, pengujian keabsahan data, sampai membuat
kesimpulan.
Menurut Faisal (1990) dalam Sugiyono (2010), jika peneliti tidak mempunyai dan
dapat menunjukkan “ jejak aktivitas lapangannya “ maka dependabilitas penelitian
patut diragukan.
4. Confirmability
Disebut juga dengan uji obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila
disepakati banyak orang. Artinya bila peneliti menyesuaikan hasil penelitianya
dengan data yang dikumpulkan, lalu dicantumkan dalam dalam laporan lapangan.
Kemudian hasil penelitian diperiksa oleh ahli.
Dalam uji kualitatif, menguji confirmability berarti menguji hasil penelitian,
dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi
dari proses penelitian yang dilakukan maka penelitian tersebut telah memenuhi
J. Kerangka Pikir Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti membuat kerangka pikiran penelitian seagai
berikut:
Mahasiswa
Premenstrual syndrome
Dampak premenstrual syndrome : a. Berkurangnya produktivitas kerja b. Terganggunya hubungan
interpersonal dan aktivitas sosial c. Terganggunya kegiatan sekolah
Penyebab:
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yaitu
mengenai karakteristik pasrtisipan dan pengalaman mahasiswa tingkat III tentang
premenstrual syndrome. Penelitian ini melibatkan 6 partisipan yang mengalami
premenstrual syndrome di AKBID Kholisatur Rahmi Binjai. Penelitian dilakukan dengan
proses wawancara dengan menggunakan alat perekam suara.
A.Karakteristik Partisipan
Keenam partisipan dalam penelitian ini adalah partisipan yang sudah memenuhi
kriteria, bersedia di wawancarai dan serta menandatangani surat persetujuan menjadi
partisipan sebelum wawancara dimulai. Dari hasil wawancara, diperoleh bahwa partisipan
1 berusia 20 tahun, beragama Islam, dan suku Jawa. Partisipan 2 berusia 20 tahun,
beragama Islam dan suku Melayu, Partisipan 3 berusia 22 tahun, beragama Islam, dan suku
Jawa. Partisipan 4 berusia 20 tahun, beragama Islam, dan suku Batak. Partisipan 5 berusia
20 tahun, beragama Islam, suku Batak Dan terakhir partisipan 6 berusia 20 tahun,
beragama Islam, dan suku Jawa. Keenam partisipan adalah mahasiswa tingkat III AKBID
Data demografi partisipan dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1
Data Demografi Partisipan Premenstrual Syndrome Di AKBID Kholissaturrahmi Binjai
Tahun 2014
Karakteristik Jumlah
Umur
B.Pegalaman Mahasiswa Tentang Premenstrual Syndrome
Hasil penelitian menemukan pemahaman tentang premenstrual syndrome, gejala
klinis premenstrual syndrome, sumber informasi, riwayat keluarga, waktu mengalami
premenstrual syndrome, dampak premenstrual syndrome, penatalaksanaan, upaya
preventif.
1. Pemahaman tentang premenstrual syndrome
Dari hasil penelitian yang diperoleh, mahasiswa yang memiliki pemahaman yang
hampir sama. Mahasiswa memiliki pemahaman tentang premenstrual syndrome sebagai
gejala-gejala sebelum haid. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai
berikut:
“ Premenstrual syndrome itu adalah eee... sebelum kita haid contohnya seperti payudara sakit, perut sakit, pinggang sakit, eee... emosi kurang stabil.
(Partisipan 1)
“ Tanda-tanda sebelum haid. Tanda-tandanya seperti tegangnya payudara, sakit
pinggang, malas, kadang – kadang sakit kepeala juga.
“ Premenstrual syndrome itu adalah gejala haid yang bisa menyebabkan sakit pada pada bagian payudara, pinggul. “
(Partisipan 3)
“ Premenstrual syndrome itu gejala datang bulan. Kayak sakit payudara pinggangnya sakit, terus perutnya sakit, emosinya nggak stabil, kayak gitu.”
(Partisipan 4)
“ Gejala-gejala mau haid ya misalnya, ya... kayakmana ya? Hemmp, kayak sakit perut gitu ya kak? Sakit perut, terus payudara menegang, terus kadang-kadang ada bawaannya emosi.”
(Partisipan 5)
“ Rasa sakit waktu haid. Eh,,,sebelum haid.”
(Partisipan 6)
2. Gejala klinis premenstrual syndrome
Dari hasil penelitian yang diperoleh mahasiswa yang mengalami premenstrual
syndrome memiliki gejala klinis yang berbeda-beda. Adapun gejala yang dialami
partisipan yaitu rasa sakit/tegang/nyeri di payudara, pinggang nyeri dan pegal, perut sakit,
mual muntah, lemas, pucat, sakit kepala, sakit bagian simpisis, jerawatan, badan meriang,
malas, dan marah-marah. Berikut pernyataan dari tiap-tiap partisipan :
“ Tandanya itu payudara sakit, pinggangnya nyeri, pegal kali pinggangnya tu, trus perutnya juga sakit sampai kadang itu sampek tu mau mual dan muntah, lemas, pucat. Payudaranya sakitnya itu kayak tegang gitu, nyeri, kalau dipegang tu rasanya sakit. Kalau perutnya itu seperti ditusuk-tusuk jarum, kayak masuk angin gitu dalam perut itu. Sakitnya diatas simpisis.”
(Partisipan 1)
“ Yang adik alami seperti tegangnya payudara, sakitnya pinggang,hemmm..., naik betis. Payudaranya itu keras, kalo disenggol tu sakit kali. Pinggangnya itu nyerilah kak. Hemmm..., pokoknya serba salah. Mau miring ke kiri salah, kanan salah. Serba salah lah pokoknya. Naik betisnya sakitnya, kayak mana mau dibilang ya? Sakitlah pokoknya.”
(Partisipan 2)
“ Sakit kepala yang hebat, dan sakit pada bagian payudara. Payudaranya, dianya agak sedikit nyeri. Dia kayak ngilu. Sakit kepalanya itu seperti ditusuk-tusuk gitu kak..”
“ Kalu adik, biasanya kan nyeri payudara, sakit bagian atas simpisis itu kak, sakit kali kak. Pinggang juga. Pokoknya badannya kayak meriang gitu kak. Kalo payudaranya itu kak kayak tegang, keras. Kalo perut itu sakit kak, nyeri gitu. Terus kalo emosinya tu kan maunya marah aja. Terus kalo pinggangnya tu kan kayak mau patah gitulah kak. Sangking sakitnya.”
(Partisipan 4)
“ Kalo adik sih sakit perut, sakit pinggang, terus seminggu seminggu mau haid rasanya giman ya? Rasanya mau marah-marah aja gitu. Rasanya ngilu-ngilu gitu. Nggak sakit-sakit kali sih. Hemmmppp.. gimana ya? Cuma sakit-sakit biasa aja. ”
(Partisipan 5)
“ Mammae tegang, hmmmpp,, kadang-kadang emosi juga ya kan kak? Emosi, suka-suka meledak. Apa lagi ya? Ooo..., jerawatan kak. Jerawatannya banyak kak. Pokoknya kalu mau datang bulan, banyak jerawatnya kak. Kayak sekarang ini kak, adik gi datang bulan. Payudaranya kalo bersentuhan itu dengan tangan itu kak sakit. Atau tidur terbalik. Sakitnya....,sebenarnya kalau diam begini nggak terlalu sakit kak. Pokoknya kalau tersentuhlah sakitnya. Kalau tersentuh itu sakitnya seperti apa ya? Kayak gini loh kak, kayak kita baru tumbuh..., tumbuh batu mammaenya ya kak? Kalau tersentuh tu kan sakit kali ya kan kak? Seperti orang yang baru tumbuh dewasa.”
(Partisipan 6)
3. Sumber informasi
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa enam partisipan mendapatkan informasi dari
berbagai sumber yang berbeda. Sumber-sumber informasi tersebut antara lain buku, orang
tua, televisi, internet, dosen, dan teman. Berikut adalah pernyataan partisipan.
“ Informasi tentang itu...eeee....selain baca kita juga dapat dari dosen, dari yayasan juga kasi tau bahwasanya premenstrual syndrome itu gejala-gejala mau menstruasi.
(Partisipan 1)
“ Dari baca buku. Ya dulu awalnya kalu belum tau.Orang tua bilang kalau itu mau menstruasi, datang haid katanya, menuju kedewasaan.”
(Partisipan 2)
“Dari temen kak. Dari televisi.”
(Partisipan 3)
“ Ini sih kak. Kadang adik searching gitu kan kak, buka google gitu kan, kayak gitulah. Dari situ, terus baca, dari dosen juga kalo lagi belajar gitu kan kak.”
“ Heeemmppp...Kayak...temen-temen juga kayak gitu. Jadi dapatnya dari temen ke temen.”
(Partisipan 5)
“ Dari..., dari kampus pun ada. Dari kawan-kawan.”
(Partisispan 6)
4. Riwayat keluarga
Dari hasil penelitian diperoleh informasi tentang riwayat keluarga atau anggota
keluarga yang juga mengalami premenstrual syndrome, yaitu ibu dan kakak.
a. Ibu
Dari hasil penelitian diperoleh dua dari enam partisipan mengatakan bahwa ibu
dari partisipan mengalami premenstrual syndrome. Berikut pernyataan
partisipan:
“ Anggota keluarga yang mengalami hal seperti itu, ee..., gak ada kak. Baru adik lah yang istilahnya yang parah lah premenstrual syndromenya. Yang lainnya Cuma sekedar mau marah, nyeri di pinggang, nyeri diperut. Mamak yang alami kayak gitu kak.”
(Partisipan1)
“ Mamak. Adik sama mamak aja. Kalo kakak nggak.Kalo mamak ini kak, eee... apa namanya, kayak sakit perutnya. Mammaenya tegang juga sih. Eee..., terus bawaannya tu mau marah aja gitu juga. Sama aja.”
(Partisipan 4)
b. Kakak
Dari hasil penelitian, diperoleh dua dari enam partisipan menyatakan bahwa
anggota keluarga yang juga mengalami premenstrual syndrome adalah kakak
dari partisipan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai berikut:
“ Hemmmpppp...,kakaknya adiklah palingan. Sakit perut dia.
Heemmmppp...suka marah-marah dia. Sakit perutnya kadang sampek nangis-nangis gitu dia kak. Marah-marahnya tu nggak ada sebabnya. Kadang kesel aja ma orang. ”
“ Kakak.Tapi kalau yang jelasnya nggak taulah kak. Saat itu masih kecil, jadi waktu menjelang menstruasi gitu dia ngalami sakit yang berlebihan. Sampek nangis. Sakitnya dimana ya? Di daerah pinggul lah, daerah atas simfisis, di lingkaran pinggul.”
(Partisipan 6)
c. Tidak ada
Dari hasil penelitian, dua dari enam partisipan mengatakan bahwa tidak ada
anggota keluarga yang mengalami premenstrual syndrome. Berikut pernyataan
dari partisipan.
“ Kalo mamak nggak tau lah ya kan. Tapi setau adik, cuma adik aja yang ngalami kayak gitu.”
(Partisipan 2)
“ Nggak ada.”
(Partisipan 3)
5. Waktu Mengalami
Dari hasil penelitian waktu mengalami gejala premenstrual syndrome yang dialami
partisipan berbeda-beda. Waktu mengalaminya antara lain satu hari sebelum menstruasi,
dua sampai tiga hari sebelum menstruasi, dan satu minggu sebelum menstruasi.
a. Satu hari sebelum menstruasi
Dari hasil penelitian, satu dari enam partisipan mengatakan bahwa mengalami
premenstrual syndrome pada satu hari sebelum menstruasi.
“ Biasanya satu hari sebelum menstruasi kak.”
(Partisipan 6)
b. Dua sampai tiga hari sebelum menstruasi
Satu dari enam partisipan mengalami premenstrual syndrome pada hari kedua
sampai tiga hari sebelum menstruasi. Berikut adalah pernyataan dari partisipan.
“ Eee..., dua hari sampai tiga hari sebelum haid.”.
c. Satu minggu sebelum menstruasi
Dari penelitian, diperoleh informasi bahwa empat dari enam partisipan
mengalami premenstrual syndrome pada satu minggu sebelum menstruasi. Hal
ini dapat diketahui dari pernyataan partisipan.
“ Agak-agak seminggu, kurang seminggulah kak.”
(Partisipan 2)
“ Satu mingguan lah kak.”
(Partisipan 3)
“ Ini kak, e...., kalo....biasanya adik lama kak. Satu minggu sebelum datang bulan adik ngerasa mammaenya sakit kak. Pokoknya sebelum datang bulanlah.”
(Partisipan 4)
“ Seminggu sebelum haid kak.”
(Partisipan 5)
6. Dampak premenstrual syndrome
Dari hasil penelitian diperoleh dampak yang dirasakan oleh partisipan akibat
premenstrual syndrome seperti aktifitas sehari-hari terganggu, tidak ada dampaknya,
aktifitas tidak berjalan seperti biasa, aktifitasnya berkurang dan tidak nyaman.
a. Aktifitas sehari-hari terganggu
Dua dari enam partisipan mengatakan bahwa premenstrual syndrome
berdampak terhadap terganggunya aktifitas sehari-hari. Berikut adalah
pernyataan dari partisipan :
“ Ada kak, eee....dampaknya itu tadi mau aktifitas pun susah, bawaannya pun mau tidur aja, lemas, pokoknya malaslah kak. Mau aktifitas sehari-hari itu terganggu jadinya. Contohnya tu salah satunya mandi, shalat, udah gitu kalau ada tugas atau apa tu malas. Maunya di bed aja, terus makan, gitu aja.”
“Semuanya terganggu kak. Mau ke kampus, sakitnya itu kan berebihan. Mau duduk salah, berdiri salah, jadi ntah mau ngapain kak.”
(Partisipan 6)
b. Tidak ada dampaknya
Satu dari enam partisipan mengaku tidak ada dampak yang diakibatkan
premenstrual syndrome yang dialaminya. Berikut adalah pengakuannya:
“Dampaknya? Dampaknya kayaknya nggak adalah kak.”
(Partisipan 2)
c. Aktifitas tidak berjalan seperti biasa
Satu dari enam partisipan menuturkan bahwa premenstrual syndrome
berdampak terhadap aktifitasnya sehingga tidak berjalan seperti biasa. Berikut
adalah penuturan dari partisipan :
“ Kadang mengganggulah kak. Kadang kan pusing, jadi aktifitasnya tu nggak berjalan kayak biasanya.”
(Partisipan 3)
d. Aktifitas berkurang
Satu dari enam partisipan mengatakan premenstrual syndrome mengakibatkan
berkurangnya aktifitas sehingga kegiatan dan rutinitas sehari-hari berhenti.
Berikut ini adalah pernyataan partisipan :
“ Iyalah kak. Jadi kayak mana ya kak? Dampaknya tu bawaannya malas, nggak mau....nggak maulah. Aktifitas itu berkurang jadinya. Namanya sakit kali. Semua aktifitas tu kayaknya berhenti total.”
(Partisipan 4)
e. Tidak nyaman
Dari hasil penelitian, diperoleh satu dari enam partisipan menyatakan
premenstrual syndrome mengakibatkan partisispan tidak nyaman. Berikut
“ Ya nggak nyamanlah gitu kak. Lagi ngapai aja gitu kan, mau halangan terasa sakit-sakit jadi nggak enak.Mau...,ya mau duduk pun salah. Terus mau tidur. Sakitlah pokoknya.”
(Partisipan 5)
7. Penatalaksanaan
Dari hasil penelitian, diperoleh penatalaksanaan yang dilakukan partisipan terhadap
premenstrual syndrome yang dialami partisipan adalah dengan terapi obat analgesik, yaitu
asam mefenamat, minum air putih, minum air hangat dan ditahan saja atau tidak
melakukan apa- apa.
a. Terapi obat analgesik
Dari hasil penelitian, tiga dari enam partisipan mengatakan untuk mengatasi
gejala-gejala premenstrual syndrome, partisipan menggunakan terapi obat
analgesik,yaitu asam mefenamat saja. Berikut pernyataan dari partisipan:
“ Jadi kalo udah dapat ya minum asam mefenamat, kalau udah reda ya udah.“
(Partisipan 1)
“ Yaa...paling ini kak. Kalo sakit itu kan kak, kalo orang bilang it kan ini, ee...., namanya kan datang bulan gitu kan kak, ya udah itu memang kayak gitu. Ya kan emang sakit. Kadang adik biarin. Kadang kalo dah terlalu sakit, ya udah minum asam mefenamat. Ya gitu aja. “
(Partisipan 4)
“ Palingan minum obat. Asmet satu tablet aja sih.”
(Partisipan 5)
b. Minum Air Putih
Dari hasil penelitian menyebutkan bahwa satu dari enam partisipan
menyatakan untuk mengatasi gejala premenstrual syndrome yang dialaminya,
Partisipan tidak hanya mengkonsumsi asam mefenemat saja. Tapi juga minum
“ Ada kak. minum obat. Asam mefenamat. Satu tablet. Satu kali kak. Kalo nggak hilang nyerinya Cuma banyak minum aja. Minum air putih. ”
(Partisipan 3)
c. Minum Air Hangat
Satu dari partisispan menyatakan untuk mengatasi premenstrual syndrome,
partisipan meminum air hangat. Hal itu dapat dilihat dari pernyataan partisipan
sebagai berikut :
“ Sakitnya kayak sakit pinggang gitu ya kak? Nggak ada kak, paling kalo tidur gitu di ganjali ma bantal, trus kalo perutnya terasa meruas-ruas gitu, minum air hangat. Udah gitu aja.”
(Partisipan 2)
d. Ditahan saja
Satu dari enam partisipan dalam mengatasi premenstrual syndrome
mengatakan tidak ada yang dilakukan. Partisipan hanya menahannya saja.
Berikut penuturan dari partisipan :
“ Kalau adik sih kak, karena setau adik bisa diatasi dengan ditahan, ya ditahan dulu kak. Nggak pake obat-obatan.”
(Partisipan 6)
8. Upaya Preventif
Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti memperoleh hasil bahwa dari enam
partisipan terdapat tiga orang yang tidak melakukan usaha pencegahan atau usaha
preventif untuk premenstrual syndrome. Sisanya melakukan pencegahan dengan meminum
jamu, menjaga pola makan, dan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.
a. Tidak ada
Tiga dari enam partisispan mnyatakan tidak ada usaha pencegahan atau
preventif yang dilakukan untuk premenstrual syndrome. Berikut pernyataan