• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggerombolan dan Posisi Relatif Kecamatan Di Kabupaten Purwakarta Terhadap Beberapa Indikator Pendidikan dan KesehatanPenggerombolan dan Posisi Relatif Kecamatan Di Kabupaten Purwakarta Terhadap Beberapa Indikator Pendidikan dan Kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggerombolan dan Posisi Relatif Kecamatan Di Kabupaten Purwakarta Terhadap Beberapa Indikator Pendidikan dan KesehatanPenggerombolan dan Posisi Relatif Kecamatan Di Kabupaten Purwakarta Terhadap Beberapa Indikator Pendidikan dan Kesehatan"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGEROMBOLAN DAN POSISI RELATIF KECAMATAN DI

KABUPATEN PURWAKARTA TERHADAP BEBERAPA INDIKATOR

PENDIDIKAN DAN KESEHATAN

ADITYA SUBUR PURWANA

G14103037

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

ADITYA SUBUR PURWANA. Penggerombolan dan Posisi Relatif Kecamatan di Kabupaten Purwakarta terhadap beberapa Indikator Pendidikan dan Kesehatan. Dibawah bimbingan Bapak Farit Mochamad Afendi, S.Si, M.Si dan Bapak Dr.Ir.R. Waluyo Sakarsono, CES, DEA.

Keberhasilan pembangunan dalam suatu daerah salah satunya ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Pendidikan dan kesehatan memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan antara lain bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Agar melalui upaya tersebut diharapkan bisa mencapai derajat pendidikan dan kesehatan masyarakat yang lebih baik.

Di Kabupaten Purwakarta memerlukan penambahan guru SD dan SMP agar tercapai rasio yang efektif (1:23). Pada rasio sekolah yang besar memerlukan pembatasan jumlah siswa ataupun penambahan ruang kelas. AMH seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Purwakarta berada di atas standar yang ada (80%) dan hanya Kecamatan Purwakarta saja yang RLS-nya berada di atas 9 tahun. Perlu adanya sekolah (SD, SMP dan SMA) pada setiap Kecamatan di Kabupaten Purwakarta yang seimbang dengan jumlah siswa dan diimbangi dengan jumlah guru agar bisa meningkatkan APM, AMH dan RLS yang ada di Kabupaten Purwakarta sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas SDM yang ada di Kabupaten Purwakarta. Serta perlu adanya fasilitas, SDM kesehatan dan program pemerintah di setiap Kecamatan di Kabupaten Purwakarta sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan SDM yang ada di Kabupaten Purwakarta.

Dari gerombol yang dihasilkan terungkap bahwa masih ada perbedaan dalam tingkat keberhasilan pembangunan khususnya dalam bidang pendidikan dan kesehatan di Kabupaten Purwakarta. Dari gerombol yang terbentuk berdasarkan beberapa indikator pendidikan dihasilkan tiga kecamatan yang tergolong baik, 13 kecamatan cukup baik dan satu kecamatan tergolong kurang baik. Sedangkan gerombol yang terbentuk berdasarkan beberapa indikator kesehatan dihasilkan satu kecamatan tergolong baik, satu kecamatan tergolong cukup baik dan 15 kecamatan tergolong kurang baik.

(3)

PENGGEROMBOLAN DAN POSISI RELATIF KECAMATAN DI

KABUPATEN PURWAKARTA TERHADAP BEBERAPA INDIKATOR

PENDIDIKAN DAN KESEHATAN

Oleh :

Aditya Subur Purwana

G14103037

Skripsi

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains

pada Departemen Statistika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul

: PE NGGEROM BOL AN DAN POSISI REL ATIF

KECAMATAN DI KABUPATEN PURWAKARTA

T E R H A D A P B E B E R A P A I N D I K A T O R

PENDIDIKAN DAN KESEHATAN

Nama

: Aditya Subur Purwana

NRP

: G14103037

Menyetujui :

Pembimbing I,

Farit Mochamad Afendi, S.Si, M.Si

NIP. 132314007

Pembimbing II,

Dr.Ir.R. Waluyo Sakarsono, CES, DEA

NIP. 110047150

Mengetahui :

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS

NIP. 131473999

(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purwakarta pada tanggal 23 Desember 1984 sebagai anak ke empat dari empat bersaudara pasangan Bapak OMIN, B.A (Alm) dan R. Eni Nuraeni.

Pada tahun 1997 Penulis menyelesaikan Pendidikan Dasar di SDN Tegal Munjul III Purwakarta. Kemudian dilanjutkan di SMPN 1 Purwakarta hingga tahun 2000. Pada tahun 2003 Penulis menyelesaikan Pendidikan Menengah Atas di SMAN 2 Purwakarta dan pada tahun yang sama diterima di Departeman Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB ( USMI ).

(7)

PRAKATA

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.

Terima kasih Penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini, terutama kepada :

• Bapak Farit Mochamad Afendi, S.Si, M.Si dan Bapak Dr.Ir.R. Waluyo Sakarsono, CES, DEA terima kasih atas segala bimbingan, saran dan kritik sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan.

• Bapak (Alm), Mamah, Aa, teteh dan keponakan yang aku sayangi atas do’a, materi, semangat dan kasih sayang yang tak pernah berhenti mengalir buat Penulis.

• Segenap staf pengajar Departemen Statistika FMIPA IPB terima kasih atas pengajaran yang diberikan sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi dan karya ilmiah ini.

• Seluruh staf pegawai Departemen Statistika FMIPA IPB : Bu Sulis, Bu Marqonah, Bu Dedeh, Pa’ Ian, Bang Sudin, Mang Dur, Mang Herman dan Bu Aat yang selalu setia mendampingi dan membantu segala keperluan yang menyangkut penyelesaian karya ilmiah ini.

• Kang Deni, Misbah, Edo, Arief dan Rara terima kasih bantuannya.

• Anggoro, Rani, Vina, Adiest, Yuni, Mami, Mey, ArieD, ArieL, Yudi, Rio, Ipunk, Daus, Bayu, Agus “kokom”, Rosit dan rekan-rekan sahabat Statistika 40 yang tidak bisa Penulis sebutkan satu per satu dan Tim pembahas seminar-Ku.

• Adik-adik Statistika angkatan 41 Zul, Ratih Nurmasari, Renita dan yang tidak bisa Penulis sebutkan satu per satu serta adik-adik Statistika angkatan 42 semangat ya.

• Teman-teman kostan Batosai, Kang Deni, Agus, Christ “Jono”, Bos “Andre”, Bos “Iwan”, Greg dan Kang Misbah.

• Bapak Ir. H. Gatot Sriyono, drh. Yosi Irianto dan Drs. Endang Koswara, M.Si terima kasih atas bimbingannya.

• Semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada Penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, masih banyak kekurangan dalam karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, September 2007

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 1

TINJAUAN PUSTAKA Indikator ... 1

Pendidikan ... 2

Kesehatan ... 2

Indikator Pendidikan ... 2

Indikator Kesehatan ... 2

Analisis Gerombol ... 2

Analisis Biplot ... 3

BAHAN DAN METODE Bahan ... 4

Metode ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Pendidikan Di Kabupaten Purwakarta ... 6

Penggerombolan Kecamatan Di Kabupaten Purwakarta Berdasarkan Beberapa Indikator Pendidikan ... 7

Hasil Analisis Biplot Berdasarkan Beberapa Indikator Pendidikan ... 9

Deskripsi Kesehatan Di Kabupaten Purwakarta ... 10

Penggerombolan Kecamatan Di Kabupaten Purwakarta Berdasarkan Beberapa Indikator Kesehatan ... 10

Hasil Analisis Biplot Berdasarkan Beberapa Indikator Kesehatan ... 12

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 13

Saran ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 13

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Daftar Objek Pengamatan ... 5

2. Daftar Indikator Pendidikan dan Kodenya ... 5

3. Daftar Indikator Kesehatan dan Kodenya ... 5

4. Daftar anggota masing-masing gerombol berdasarkan beberapa indikator

pendidikan ... 8

5. Daftar anggota masing-masing gerombol berdasarkan beberapa indikator

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Indikator Pendidikan di Kabupaten Purwakarta ... 15

2. Boxplot Indikator Pendidikan di Kabupaten Purwakarta ... 16

3. Nilai Korelasi antar peubah Indikator Pendidikan ... 17

4. Dendogram hasil penggerombolan kecamatan di Kabupaten Purwakarta berdasarkan beberapa indikator Pendidikan ... 18

5. Nilai rata-rata peubah dan kategori di setiap gerombol ... 18

6. Kriteria untuk setiap kategori ... 19

7. Peta Kabupaten Purwakarta Hasil Penggerombolan berdasarkan beberapa Indikator Pendidikan ... 19

8. Hasil Analisis Biplot berdasarkan beberapa Indikator Pendidikan ... 20

9. Indikator Kesehatan di Kabupaten Purwakarta ... 21

10. Boxplot Indikator Kesehatan di Kabupaten Purwakarta ... 22

11. Boxplot dan Tabel Jumlah Penduduk di Kabupaten Purwakarta ... 23

12. Nilai Korelasi antar peubah Indikator Kesehatan ... 23

13. Dendogram hasil penggerombolan kecamatan di Kabupaten Purwakarta berdasarkan beberapa indikator Kesehatan ... 24

14. Nilai rata-rata peubah dan kategori di setiap gerombol ... 24

15. Kriteria untuk setiap kategori ... 25

16. Peta Kabupaten Purwakarta Hasil Penggerombolan berdasarkan beberapa Indikator Kesehatan ... 25

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kabupaten Purwakarta memiliki posisi yang strategis karena terletak diantara perlintasan yang sangat strategis yaitu jalur Bandung-Purwakarta, Jakarta-Purwakarta dan Cirebon-Purwakarta. Selain itu didukung juga dengan adanya jalan tol Bandung-Cikampek dan Jakarta-Cikampek yang berujung di wilayah Kabupaten Purwakarta. Sehingga posisi ini menjadikan Kabupaten Purwakarta potensial dalam berbegai sektor pembangunan, yang tentu saja hal ini harus didukung dengan adanya SDM yang ada di Kabupaten Purwakarta (Purwakarta, 2007).

Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Purwakarta periode sekarang (2003-2008) memiliki visi dan misi pembangunan dengan landasan pembangunan (Basic Core) yang terdiri dari tiga parameter, yaitu Pendidikan, Kesehatan dan Agama.

Keberhasilan pembangunan, sekarang ini lebih ditekankan kepada keberhasilan pembangunan manusia yang diimplementasikan ke dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) (Menkokesra, 2007). IPM ini terdiri dari tiga parameter, yaitu Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi.

Penelitian ini ingin mengetahui pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemda Kabupaten Purwakarta berdasarkan parameter Basic Core dan IPM (Pendidikan dan Kesehatan) selama masa periode 2003-2005.

Dewasa ini pendidikan dan kesehatan masyarakat merupakan syarat dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dimana pendidikan dan kesehatan merupakan bagian dari parameter yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan manusia. Tingkat partisipasi sekolah yang menunjukan minat dan kemampuan masyarakat dalam proses belajar, serta tingkat/derajat kesehatan masyarakat tentu harus diimbangi dengan penyediaan sarana dan prasarana yang ada (BPS 2006).

Pendidikan dan kesehatan merupakan variabel yang sangat penting dalam pembangunan dan keberlangsungan generasi penerus suatu daerah, namun dengan kompleksnya permasalahan pendidikan dan kesehatan maka diperlukan langkah-langkah yang lebih terarah dalam menyusun rencana penetapan pola pendidikan dan kesehatan berdasarkan daerah dan pola kehidupan masyarakat di daerah tersebut.

Pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan antara lain bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Agar melalui upaya tersebut diharapkan bisa mencapai derajat pendidikan dan kesehatan masyarakat yang lebih baik.

Perbedaan kemampuan masyarakat di setiap daerah menjadikan pemerintah agar dapat mengidentifikasi permasalahan pendidikan dan kesehatan dengan tepat dan dapat memberikan solusi yang sesuai dengan kebutuhan daerahnya. Metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan dan karakteristik daerah adalah analisis gerombol dan analisis biplot.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menggambarkan kondisi pendidikan dan kesehatan di Kabupaten Purwakarta. 2. Penggerombolan Kecamatan di Kabupaten

Purwakarta berdasarkan beberapa indikator pendidikan dan kesehatan. 3. Melihat posisi relatif

Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Purwakarta terhadap indikator pendidikan dan kesehatan.

4. Mengevaluasi Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta berdasarkan basic core pembangunan dari tahun 2003-2005. 5. Memberikan saran kepada Pemda

Kabupaten Purwakarta terkait hasil analisis yang digunakan.

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi Pemerintah Daerah, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan Dewan Pendidikan Kabupaten Purwakarta untuk meningkatkan kualitas Pendidikan dan Kesehatan yang ada di Kabupaten Purwakarta.

TINJAUAN PUSTAKA

Indikator

(12)

Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (wikipedia, 2007).

Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (wikipedia, 2007).

Indikator Pendidikan

Indikator pendidikan yang digunakan untuk mengindikasikan kualitas pendidikan yaitu :

1. Rasio siswa-guru menunjukan jumlah siswa yang berada di bawah pengawasan seorang guru. Jika rasio siswa-guru kecil berarti harus ada pendistribusian guru dan jika besar berarti harus ada penambahan jumlah guru agar rasio siswa-guru menjadi seimbang.

2. Rasio siswa-sekolah menunjukan jumlah siswa dalam satu sekolah. Jika rasio ini besar maka harus ada penambahan jumlah ruang kelas atau pembatasan jumlah siswa. 3. Angka partisipasi murni adalah persentase penduduk usia sekolah yang bersekolah dalam suatu jenjang pendidikan terhadap penduduk usia normal pada jenjang tersebut.

4. Angka melek huruf adalah persentase penduduk usia 10 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis huruf latin.

5. Rata-rata lama sekolah yaitu rata-rata tingkat pendidikan yang dicapai oleh penduduk usia 10 tahun keatas (dalam hitungan tahun).

Indikator Kesehatan

Indikator kesehatan yang digunakan untuk mengindikasikan kualitas kesehatan yaitu : 1. Rasio RSU yaitu banyaknya rumah sakit

umum yang ada di Kecamatan baik swasta maupun milik Pemerintah setelah dirasiokan terhadap jumlah penduduk. 2. Rasio Rumah Bersalin yaitu banyaknya

rumah bersalin yang ada di Kecamatan

setelah dirasiokan terhadap jumlah penduduk.

3. Rasio Puskesmas yaitu banyaknya sub bagian dari pelayanan kesehatan yang melayani keluhan kesehatan di daerah pedesaan, tempat kontrol dari sistem kesehatan masyarakat dilingkungannya setelah dirasiokan terhadap jumlah penduduk.

4. Rasio Apotek yaitu banyaknya tempat yang menjual obat-obatan untuk keperluan masyarakat disekitarnya setelah dirasiokan terhadap jumlah penduduk.

5. Rasio Dokter yaitu banyaknya tenaga medis ahli yang menangani berbagai keluhan kesehatan masyarakat setelah dirasiokan terhadap jumlah penduduk. 6. Rasio Perawat yaitu banyaknya tenaga

bantu dalam melayani kesehatan di RSU, Puskesmas dan lainnya setelah dirasiokan terhadap jumlah penduduk.

7. Rasio Bidan yaitu banyaknya tenaga ahli penolong persalinan dan keluhan kesehatan lainnya setelah dirasiokan terhadap jumlah penduduk.

8. Rasio Kematian bayi yaitu banyaknya kematian bayi yang ada di Kecamatan setelah dirasiokan terhadap jumlah penduduk.

9. Rasio Balita gizi buruk yaitu banyaknya balita gizi buruk yang ada di Kecamatan setelah dirasiokan terhadap jumlah penduduk.

Analisis Gerombol

Analisis gerombol merupakan suatu metode peubah ganda untuk mengelompokan n objek pengamatan ke dalam m gerombol (m≤n) berdasarkan karakteristik-karakteristiknya (Johnson & Winchern, 2002).

Tujuan dari penggerombolan ini untuk menemukan gerombol alamiah dari sekumpulan unit pengamatan, dengan harapan keragaman antar unit pengamatan dalam gerombol lebih homogen (mirip) dibandingkan keragaman antar unit pengamatan yang berbeda gerombol (Jolliffe, 2002).

Prinsip analisis gerombol didasarkan pada ukuran kemiripan atau ketakmiripan dari setiap individu (objek), yang dinyatakan dalam fungsi jarak (Johnson & Winchern, 2002).

Salah satu ukuran jarak yang paling sering digunakan adalah ukuran jarak euclid yang didefinisikan sebagai berikut:

...(1)

(

)

12

1 2       − =

= p k jk ik

ij X X

(13)

dengan :

dij = jarak antara objek ke-i dan objek ke-j

Xik = nilai objek ke-i pada peubah ke-k

Xjk = nilai objek ke-j pada peubah ke-k

p = banyaknya peubah yang diamati. Kemiripan antara dua unit pengamatan semakin dekat jika dij semakin kecil.

Jika satuan pengukuran data tidak sama, maka perlu dilakukan transformasi data awal ke bentuk baku (Z) sebelum jarak antar objek dihitung (Jolliffe, 2002). Pembakuan tersebut berguna untuk mengurangi keragaman akibat perbedaan satuan pengukuran.

Jika terjadi korelasi antar peubah yang diamati, maka dapat dilakukan transformasi terhadap data awal dengan melakukan Analisis Komponen Utama (AKU) (Jolliffe, 2002). Akan tetapi, menurut Jolliffe (2002) jarak euclid antara dua pengamatan dengan atau tanpa transformasi komponen utama akan sama bila seluruh komponen utama digunakan. Selain itu, penelitian ini tidak bertujuan untuk mereduksi peubah dan komponen utama ada kalanya sulit diinterpretasikan (Sartono, 2003) sehingga AKU tidak digunakan dalam penelitian ini.

Cara lain yang dapat ditempuh jika terdapat korelasi antar peubah adalah menggunakan ukuran jarak mahalanobis sebagai ukuran kedekatan, yaitu:

( )

x y

(

xi yi

) (

S xi yi

)

d , = − ' −1 − ...(2)

di mana S adalah matriks ragam peragam contoh. Namun tanpa pengetahuan awal dari gerombol yang ada maka nilai S tidak dapat ditentukan (Johnson & Wichern, 2002). Karena itulah maka penggunaan jarak euclid lebih disukai dalam analisis gerombol (Johnson & Wichern, 2002).

Menurut Johnson & Winchern (2002) ada dua metode penggerombolan, yaitu:

1. Metode gerombol berhirarki

Metode gerombol berhirarki digunakan bila banyaknya gerombol yang akan dibentuk tidak diketahui sebelumnya dan banyaknya amatan tidak besar.

2. Metode gerombol tak-berhirarki.

Metode gerombol tak-berhirarki umumnya digunakan bila banyaknya gerombol yang akan dibentuk telah ditentukan jumlahnya dan banyaknya amatan relatif besar.

Dalam metode gerombol berhirarki terdapat beberapa metode perbaikan jarak yang dapat digunakan, antara lain metode pautan tunggal, metode pautan lengkap dan metode pautan rataan (Johnson & Winchern, 2002).

Metode pautan rataan bertujuan meminimumkan rataan jarak semua pasangan pengamatan dari dua gerombol yang digabungkan, cenderung membuat gerombol dengan ragam yang kecil (Saidah, 2002).

Hasil dari metode gerombol dapat digambarkan dalam bentuk diagram pohon yang disebut dendogram (Johnson & Winchern, 2002). Jumlah gerombol yang dihasilkan didapat dari pemotongan dendogram pada saat terjadi lompatan terjauh antar jarak pengabungan atau jarak yang dianggap menghasilkan gerombol yang lebih bermakna.

Analisis Biplot

Biplot merupakan grafik yang merepresentasikan informasi dari data matriks berukuran nxp, dimana n menunjukan jumlah contoh (pengamatan) dan p menunjukan jumlah peubah (Johnson & Winchern, 2002). Metode ini tergolong dalam analisis eksplorasi peubah ganda yang ditunjukan untuk menyajikan data peubah ganda dalam peta dua dimensi, sehingga perilaku data mudah dilihat dan diinterpretasikan.

Biplot adalah teknik statistika deskriptif yang dapat menyajikan secara simultan n obyek pengamatan terhadap p peubah dalam ruang dua dimensi, sehingga ciri-ciri peubah dan obyek pengamatan serta posisi relatif antar obyek pengamatan dengan peubah dapat dianalisis (Jolliffe, 2002).

Informasi dan interpretasi yang diperoleh dari biplot (Sartono, 2003):

1. Hubungan (korelasi) antar peubah

Biplot akan menggambarkan peubah sebagai garis berarah. Dua peubah yang memiliki korelasi positif tinggi akan digambarkan sebagai dua buah garis dengan arah yang sama atau membentuk sudut sempit (< 900), sedangkan dua peubah yang memiliki korelasi negatif tinggi akan digambarkan dalam bentuk dua garis dengan arah yang berlawanan atau membentuk sudut tumpul (> 900). Hal ini berkaitan dengan nilai kosinus dari sudut yang dibentuk oleh kedua peubah (Sumertajaya, Bambang S dan Heriyanto, 1997).

2. Keragaman peubah

Peubah dengan keragaman kecil digambarkan sebagai vektor yang pendek sedangkan peubah yang ragamnya besar digambarkan sebagai vektor yang panjang. 3. Kedekatan antar obyek

(14)

4. Nilai peubah pada suatu obyek.

Karakteristik suatu obyek bisa disimpulkan dari posisi relatifnya yang paling dekat dengan suatu peubah.

Analisis Biplot terhadap segugus data diperoleh dari penguraian nilai singular (PNS) (Jolliffe, 2002). Misalkan suatu matriks data X berukuran n pengamatan dan p peubah yang dikoreksi terhadap nilai rata-ratanya dan berpangkat r, dapat dituliskan menjadi:

X = U L A’ ...(3)

Dengan matriks U dan A masing-masing berukuran (nxr) dan (pxr) sehingga U’U=A’A=Ir (matriks identitas berdimensi r). Sedangkan L adalah matriks diagonal berukuran (rxr) dengan unsur-unsur diagonalnya adalah akar kuadrat dari akar ciri X’X dengan 1 λ ≥ 2 λ ≥ ... ≥ r

λ . Unsur-unsur diagonal matriks L ini disebut nilai singular dari matriks X. Kolom-kolom matriks A adalah vektor ciri dari X’X yang berpadanan dengan akar ciri λ.

Dengan penjabaran persamaan (3) menjadi:

X = U Lα L1-α A’ …….…(4)

untuk 0 ≤ α ≤ 1. Misalkan G=U Lα serta H’=L1-α A’. Hal ini berarti unsur ke-(i,j) matriks X dapat dituliskan sebagai berikut:

X ij = gi’hj ………(5) i = 1,2,3,...,n

j = 1,2,3,...,p

dengan gi’ dan hj’ masing-masing merupakan baris-baris matriks G dan H (Sumertajaya, Bambang S dan Heriyanto, 1997).

Nilai α yang digunakan dapat merupakan nilai sembarang (0 ≤α≤ 1), tetapi pengambilan nilai-nilai ekstrem α=0 dan α=1 akan berguna dalam interpretasi biplot (Jolliffe, 2002). Jika

α=0, maka G=U dan H’=LA’ atau H=AL, sehingga diperoleh:

X’X = (GH’)’(GH’) = HG’ GH’ = HU’ UH’

= HH’ ...(6) (Jolliffe, 2002).

Jarak euclid antara objek pengamatan ke-h dan ke-i dalam biplot akan sebanding dengan jarak mahalanobis antara pengamatan ke-h dan ke-i. Karena X’X=HH’ maka hk’hk menggambarkan keragaman peubah ke-k

(Sumertajaya, Bambang S dan Heriyanto, 1997). Karena itu korelasi antara peubah ke-j dan ke-k ditunjukan oleh nilai kosinus antara vektor hj dan hk (Sumertajaya, Bambang S dan Heriyanto, 1997). Pada α=0 menerangkan pereduksian dimensi yang mempertahankan keragaman.

Jika α=1, maka G=UL dan H’=A’ atau H=A sehingga diperoleh:

XX’ = (GH’)(GH’)’ = GH’ HG’ = GA’ AG’

= GG’ ...(7) (Sumertajaya, Bambang S dan Heriyanto, 1997).

Pada α=1 menerangkan jarak antar objek pengamatan.

Biplot merupakan upaya membuat gambar di ruang berdimensi banyak menjadi gambar di ruang berdimensi dua. Pereduksian dimensi ini mempunyai konsekuensi berkurangnya informasi yang terkandung dalam biplot. Biplot yang mampu memberikan informasi sebesar 70% dari seluruh informasi dianggap cukup mewakili dari karakteristik populasi yang ada (Sartono, 2003).

Besarnya keragaman yang diterangkan oleh biplot didefinisikan sebagai:

ρ2 = (λ

1+λ2)/Σpi=1λi ………..(8)

keterangan:

λ1 = Akar ciri terbesar pertama λ2 = Akar ciri terbesar kedua λi = Akar ciri terbesar ke-i dari X’X i = 1, 2, …, p.

Jika ρ2 semakin mendekati nilai satu berarti biplot yang diperoleh akan memberikan penyajian yang semakin baik mengenai informasi-informasi yang terdapat pada data yang sebenarnya (Sumertajaya, Bambang S dan Heriyanto).

BAHAN DAN METODE

Bahan

(15)

Tabel 1 Daftar Objek Pengamatan

No. Kecamatan

1 Jatiluhur 2 Sukasari 3 Maniis 4 Tegalwaru 5 Plered 6 Sukatani 7 Darangdan 8 Bojong 9 Wanayasa 10 Kiarapedes 11 Pasawahan 12 Pondoksalam 13 Purwakarta 14 Babakancikao 15 Campaka 16 Cibatu 17 Bungursari

Indikator pendidikan yang digunakan sebagai dasar pengelompokan beserta kodenya dapat dilihat pada Tabel 2.

Pemilihan indikator pendidikan ini berdasarkan kemudahan mendapat data, indikator yang telah ditetapkan Depdiknas dan indikator yang telah ditetapkan BPS ( indikator input X1-X6, proses X7-X9 dan output X10-X11 ). Tabel 2 Daftar Indikator Pendidikan dan

Kodenya

Kode Indikator Pendidikan

X1 Rasio Guru SD X2 Rasio SD

X3 Rasio Guru SMP X4 Rasio SMP

X5 Rasio Guru SMA X6 Rasio SMA

X7 Angka Partisipasi Murni SD

X8 Angka Partisipasi Murni SMP X9 Angka Partisipasi Murni SMA X10 Angka Melek Huruf

X11 Rata-rata Lama Sekolah

Indikator yang digunakan dalam bidang kesehatan adalah data yang dirasiokan terhadap jumlah penduduk masing-masing Kecamatan, sehingga dapat melihat kelayakan fasilitas dan SDM kesehatan terhadap jumlah penduduk. Indikator kesehatan yang digunakan sebagai

dasar pengelompokan beserta kodenya dapat dilihat pada Tabel 3.

Pemilihan indikator kesehatan ini berdasarkan kemudahan mendapat data dan indikator yang telah ditetapkan BPS ( indikator input X1 - X7 dan output X8 - X9 ).

Tabel 3 Daftar Indikator Kesehatan dan Kodenya

Kode Indikator Kesehatan X1 Rasio RSU

X2 Rasio Rumah Bersalin X3 Rasio Puskesmas X4 Rasio Apotek X5 Rasio Dokter X6 Rasio Perawat X7 Rasio Bidan

X8 Rasio Kematian Bayi X9 Rasio Balita Gizi Buruk

Indikator kesehatan tersebut dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok fasilitas (X1 -X4), SDM kesehatan (X5-X7) dan kelompok kasus (X8-X9).

Metode

Tahapan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pada tahap awal dilakukan pendeskripsian indikator-indikator pendidikan dan kesehatan yang digunakan untuk melihat gambaran umum kondisi pendidikan dan kesehatan yang dihadapi oleh Kabupaten Purwakarta. Selanjutnya dilakukan analisis gerombol, metode yang digunakan adalah metode analisis gerombol berhirarki karena jumlah amatan atau objek yang digunakan relatif kecil (Johnson & Winchern, 2002). Jarak yang digunakan menggunakan jarak euclid (Jolliffe, 2002) dan metode memperbaiki matriks jaraknya adalah metode pautan rataan karena cenderung membuat gerombol dengan ragam yang kecil (Saidah, 2002). Tahap selanjutnya adalah melakukan analisis biplot untuk mengetahui posisi relatif Kecamatan terhadap peubah yang digunakan.

Untuk mengetahui kategori dari tiap gerombol yang terbentuk dilihat berdasarkan nilai rata-rata tiap peubah pada masing-masing gerombol. Pengkategoriannya adalah sebagai berikut:

• Kategori tinggi (T) jika nilai rata-rata peubah ke-j pada gerombol berada diatas

(16)

• Kategori sedang (S) jika nilai rata-rata peubah ke-j pada gerombol berada diantara

nilai (

x

j

s

j) dan (

x

j

s

j).

• Kategori rendah (R) jika nilai rata-rata peubah ke-j pada gerombol berada

dibawah nilai (

x

j

s

j).

dimana

x

j

s

j adalah masing-masing

rataan dan simpangan baku dari peubah ke-j. Tahapan pembentukan biplot adalah sebagai berikut:

1) persiapan gugus data yang digunakan (data berukuran nxp).

2) pembentukan matriks data X (gugus data yang dikoreksi terhadap rataan masing-masing peubah).

3) perhitungan akar ciri dan vektor ciri dari matriks X’X

4) penjabaran matriks X menjadi X = U L A’ 5) perhitungan matriks U, L dan A

6) penjabaran matriks X pada langkah 4 menjadi:

X = U Lα L1-α A’

7) pemisalan G=U Lα dan H’=L1-α A’ 8) perhitungan matriks G dan H’, dengan

menggunakan α=0 dan α=1.

9) ambil 2 kolom pertama dari matriks G sebagai koordinat objek pengamatan dan 2 baris pertama matriks H’ sebagai koordinat peubah pada hasil perhitungan dengan menggunakan α=0, karena biplot lebih menekankan pada posisi relatif objek atau pengamatan terhadap peubah dan dapat mempertahankan keragaman data. 10) menghitung keragaman yang dapat

diterangkan oleh biplot.

Semua tahapan metode yang digunakan dalam penelitian ini dianalisis menggunakan software Microsoft Excell 2003, MINITAB 14 dan SAS 9.1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Pendidikan Di Kabupaten Purwakarta

Pada tahap awal dilakukan analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran umum dari pendidikan di Kabupaten Purwakarta, dengan cara membuat tabel dan diagram kotak garis untuk tiap indikator pendidikan yang digunakan sehingga memudahkan dalam interpretasinya.

Gambaran umum kondisi pendidikan di Kabupaten Purwakarta yaitu pencapaian angka melek huruf penduduk di Kecamatan

Tegalwaru paling kecil yaitu sebesar 91.54%, jauh tertinggal dibandingkan penduduk di Kecamatan Purwakarta yang mencapai 99.49%. Simpangan baku angka melek huruf cukup kecil yaitu sebesar 2.05 hal ini menunjukan angka melek huruf tiap Kecamatan tidak berbeda jauh. Berdasarkan standar AMH (80%) (nakertrans, 2007), Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Purwakarta sudah berada diatas nilai standar yang ada. Pada peubah rata-rata lama sekolah (RLS), Kecamatan Maniis menempati urutan paling rendah yaitu sebesar 5.89 tahun jauh tertinggal dibandingkan Kecamatan Purwakarta yang mempunyai RLS paling tinggi yaitu 10.56 tahun. Simpangan baku RLS cukup kecil yaitu sebesar 1.16 hal ini berarti RLS antar Kecamatan tidak terlalu jauh bebeda, tetapi secara umum bahwa RLS antar Kecamatan di Kabupaten Purwakarta masih rendah, hanya Kecamatan Purwakarta saja yang RLS-nya diatas 9 tahun (lampiran 1).

Secara rata-rata, deskriptif dari masing-masing tingkatan sekolah adalah sebagai berikut: rasio guru SD adalah sebesar 35 dan rasio SD sebesar 217. Rasio guru SMP adalah sebesar 25 dan rasio SMP sebesar 575. Rasio guru SMA dan rasio SMA secara berturut-turut adalah sebesar 12 dan 327. Angka partisipasi murni SD, SMP dan SMA secara berturut-turut adalah sebesar 96.72%, 46.45% dan 24.53%. AMH dan RLS adalah 95.77% dan 7.33 tahun (lampiran 1).

(17)

diasuhnya. Proses penambahan guru pada tiap Kecamatan dapat dilakukan dari hasil pendistribusian guru ataupun merekrut guru baru. Rasio guru SMA dan rasio SMA masih kecil, hal ini mungkin diakibatkan sedikitnya penduduk usia sekolah SMA yang bersekolah. Hal ini juga dapat dilihat dari APM SMA yang kecil yaitu 24.53% yang menunjukan penduduk usia sekolah SMA masih banyak yang tidak bersekolah. APM SMP juga kecil yaitu sebesar 46.45%. Hal ini menunjukan bahwa penduduk usia sekolah SMP di Kabupaten Purwakarta masih banyak yang tidak bersekolah. Ini menunjukan bahwa penduduk Kabupaten Purwakarta sebagian besar bersekolah sampai tingkat SD, hal ini dapat dilihat juga dari RLS Kabupaten Purwakarta sebesar 7.33 tahun yang menunjukan penduduk Kabupaten Purwakarta bersekolah hanya sampai kelas 2 SMP (pendidikan terakhir SD) (lampiran 1).

Berdasarkan simpangan baku masing-masing indikator, terlihat bahwa simpangan baku pada angka partisipasi murni menunjukan semakin tinggi jenjang pendidikan maka simpangan bakunya semakin besar, hal ini berarti semakin tinggi jenjang pendidikan keragaman angka partisipasi murni antar Kecamatan semakin besar. Pada rasio sekolah, simpangan baku semakin besar dengan semakin tingginya jenjang pendidikan, hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, keragaman ketersediaan sekolah antar Kecamatan di Kabupaten Purwakarta semakin besar (lampiran 1).

Pada diagram kotak garis (lampiran 2) memperlihatkan adanya pencilan pada beberapa peubah. Pencilan yang ada seluruhnya merupakan pencilan atas. Pada peubah rasio guru SD mempunyai pencilan besar di Kecamatan Bojong, hal ini menunjukan bahwa seorang guru mengasuh banyak sekali siswa sehingga hal ini menjadi tidak efektif dan harus dilakukan penambahan guru SD agar proses belajar menjadi efektif (1:23), sehingga kualitas pendidikan siswa semakin baik. Peubah APM SMA mempunyai pencilan besar di Kecamatan Babakancikao, hal ini berarti penduduk usia sekolah SMA di Kecamatan Babakancikao banyak yang bersekolah dan peubah RLS memiliki pencilan besar di Kecamatan Purwakarta yang menunjukan penduduk di Kecamatan Purwakarta memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan lainnya.

Perlu adanya sekolah (SD, SMP dan SMA) pada setiap Kecamatan di Kabupaten Purwakarta yang seimbang dengan jumlah

siswa dan diimbangi dengan jumlah guru. Sehingga dapat meningkatkan derajat pendidikan yang pada akhirnya akan meningkatkan SDM yang ada di Kabupaten Purwakarta.

Diharapkan agar pembangunan di Kabupaten Purwakarta khususnya dalam bidang pendidikan lebih merata sehingga semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan pendidikan secara mudah, murah, dan merata. Agar melalui upaya tersebut diharapkan bisa mencapai derajat pendidikan masyarakat yang lebih baik.

Penggerombolan Kecamatan Di Kabupaten Purwakarta Berdasarkan

Beberapa Indikator Pendidikan

Penggerombolan Kecamatan di Kabupaten Purwakarta berdasarkan beberapa indikator pendidikan menggunakan metode penggerombolan berhirarki dengan menggunakan ukuran jarak euclid dan metode memperbaiki matriks jaraknya adalah metode pautan rataan.

Lampiran 3 menunjukan nilai korelasi antar peubah yang digunakan. Matriks korelasi tersebut menunjukan adanya korelasi diantara beberapa peubah, yaitu:

• Peubah rasio guru SD (X1) berkorelasi dengan APM SD (X7) (0.548).

• Peubah rasio SMP (X4) berkorelasi dengan angka partisipasi murni SMP (X8) (0.628), AMH (X10) (0.533) dan RLS (X11) (0.609). • Peubah rasio guru SMA (X5) berkorelasi dengan rasio SMA (X6) (0.881) dan APM SMA (X9) (0.610).

• Peubah rasio SMA (X6) berkorelasi dengan APM SMP (X8) (0.555) dan APM SMA (X9) (0.769).

• Peubah APM SD (X7) berkorelasi negatif dengan RLS (X11) (0.673).

• Peubah APM SMP (X8) berkorelasi dengan AMH (X10) (0.556) dan RLS (X11) (0.596).

• Peubah AMH (X10) berkorelasi dengan RLS (X11) (0.828).

(18)

(Jolliffe, 2002). Selain itu, penelitian ini tidak bertujuan untuk mereduksi peubah dan komponen utama ada kalanya sulit diinterpretasikan (Sartono, 2003).

Berdasarkan analisis gerombol yang dilakukan, Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Purwakarta dapat dibagi ke dalam tiga gerombol. Pemotongan dendogram dilakukan secara subjektif berdasarkan kepentingan penelitian (lampiran 4).

Tabel 4 Daftar anggota masing-masing gerombol

Gerombol No. Kecamatan 1 Jatiluhur 2 Sukasari 3 Maniis 4 Tegalwaru 5 Plered 1 6 Sukatani

7 Darangdan 9 Wanayasa 10 Kiarapedes 12 Pondoksalam 15 Campaka 16 Cibatu 17 Bungursari

2 8 Bojong

11 Pasawahan 3 13 Purwakarta

14 Babakancikao

Interpretasi masing-masing gerombol Interpretasi dari tiga gerombol yang terbentuk adalah sebagai berikut:

Gerombol satu

Gerombol satu terdiri dari 13 Kecamatan yaitu Kecamatan Jatiluhur, Sukasari, Maniis, Tegalwaru, Plered, Sukatani, Darangdan, Wanayasa, Kiarapedes, Pondoksalam, Campaka, Cibatu dan Kecamatan Bungursari.

Gerombol satu mempunyai karakteristik yaitu semua peubah yang digunakan berada dalam kategori sedang dan jika dibandingkan dengan gerombol lain maka gerombol satu mempunyai nilai yang tidak jauh berbeda dengan rataan Kabupaten (lampiran 5).

Ciri dari gerombol satu ini adalah mempunyai nilai rasio SMP, APM SMP dan AMH yang terkecil dibandingkan gerombol lainnya (lampiran 5). Kecilnya APM SMP dapat diakibatkan kurangnya sarana dan guru SMP (nakertrans, 2007) sehingga pada gerombol ini harus dilakukan penambahan

sarana dan guru SMP. Sedangkan AMH yang kecil menunjukan bahwa masih banyak penduduk yang buta huruf dibandingkan dengan gerombol lainnya.

Gerombol satu mempunyai tingkat keberhasilan pembangunan khususnya di bidang pendidikan cukup baik dibandingkan Kecamatan-Kecamatan lainnya yang terletak di Kabupaten Purwakarta.

Gerombol dua

Gerombol dua terdiri dari satu Kecamatan yaitu Kecamatan Bojong.

Karakteristik dari gerombol ini yaitu untuk peubah rasio guru SD tergolong kategori tinggi dan nilainya sangat jauh dari rataan Kabupaten sehingga memerlukan penambahan guru SD agar proses belajar menjadi efektif. Peubah APM SD tergolong kategori tinggi berarti jumlah penduduk usia sekolah SD yang bersekolah lebih besar dari nilai gerombol lainnya dan rataan Kabupaten. Rasio guru SMA dan rasio SMA berada dikategori rendah. APM SMA berada dalam kategori sedang dan nilainya yang sangat kecil sekali dibandingkan dengan gerombol lainnya dan terhadap rataan Kabupaten, hal ini mungkin diakibatkan tidak adanya SMA di gerombol ini sehingga masyarakat enggan bersekolah ke luar Kecamatan karena jauhnya jarak dan peubah RLS berada dalam kategori sedang yang nilainya terkecil dibandingkan dengan gerombol lainnya. Sehingga pada gerombol ini memerlukan SMA (lampiran 5).

Ciri gerombol ini yaitu mempunyai nilai rasio guru SD dan APM SD terbesar dibandingkan dengan gerombol lainnya, tidak adanya SMA, APM SMA dan RLS terendah (lampiran 5). Pada gerombol ini memerlukan penambahan guru SD sehingga rasio guru SD menjadi efektif. APM SMA yang kecil dapat diakibatkan kurangnya sarana dan guru SMA (nakertrans, 2007) sehingga pada gerombol ini harus dilakukan penambahan/pengadaan sarana dan guru SMA. Sedangkan RLS yang kecil menunjukan tingkat pendidikannya masih rendah.

(19)

Gerombol tiga

Gerombol tiga terdiri dari tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Pasawahan, Purwakarta dan Kecamatan Babakancikao.

Nilai-nilai indikator pendidikan pada gerombol tiga yaitu sebagian besar berada dalam kategori sedang. Ada beberapa peubah yang berada dalam kategori tinggi yaitu peubah rasio SMA, APM SMP, APM SMA dan RLS yang menunjukan bahwa derajat pendidikannya lebih bagus dibandingkan dengan gerombol lainnya dan satu peubah dalam kategori rendah yaitu APM SD (lampiran 5). Rendahnya APM SD dapat diakibatkan kurangnya sarana dan guru SD (nakertrans, 2007) sehingga pada gerombol ini harus dilakukan penambahan sarana dan guru SD.

Ciri dari gerombol tiga adalah rasio SMA yang sangat besar sehingga diperlukan pembatasan jumlah siswa ataupun penambahan ruang kelas SMA sehingga rasio SMA menjadi seimbang, APM SMP, APM SMA, AMH dan RLS terbesar dibandingkan dengan gerombol lainnya (lampiran 5).

Gerombol tiga mempunyai tingkat keberhasilan pembangunan khususnya di bidang pendidikan yang baik dibandingkan Kecamatan-Kecamatan lainnya yang terletak di Kabupaten Purwakarta. Hal ini mungkin diakibatkan oleh letaknya yang dekat dengan pusat kota dan pemerintahan.

Hasil Analisis Biplot Berdasarkan Beberapa Indikator Pendidikan

Hasil analisis Biplot berdasarkan beberapa indikator pendidikan disajikan pada lampian 8. Keragaman data yang mampu diterangkan oleh biplot pendidikan di Kabupaten Purwakarta ini sebesar 97.8%. Keragaman dimensi 1 sebesar 64.3% dan keragaman dimensi 2 sebesar 33.5%. Hal ini menunjukan bahwa interpretasi biplot pendidikan di Kabupaten Purwakarta yang dihasilkan dinilai cukup baik (>70%) dan sudah cukup mewakili dari karakteristik populasi yang ada (Sartono, 2003).

Tampilan biplot pada lampiran 8 memperlihatkan kedekatan antar Kecamatan dan posisi relatif Kecamatan dengan beberapa peubah, diantaranya:

1. Kecamatan Jatiluhur, Campaka, Plered, Bungursari, Purwakarta dan Pasawahan memiliki karakteristik yang sama yaitu mempunyai nilai peubah rasio SMP (X4) yang besar karena posisinya berdekatan dan searah dengan peubah rasio SMP (X4). Sehingga memerlukan pembatasan jumlah siswa SMP atau penambahan jumlah ruang

kelas SMP. Sedangkan Kecamatan Sukasari dan Cibatu memiliki karakteristik yang sama pada nilai peubah rasio SMP (X4) yang kecil karena posisinya berlawanan arah dengan peubah rasio SMP (X4).

2. Kecamatan Babakancikao, Wanayasa dan Pasawahan memiliki karakteristik yang sama pada nilai peubah rasio SMA (X6) yang besar karena posisinya berdekatan dan searah dengan peubah rasio SMA (X6). Sehingga memerlukan pembatasan jumlah siswa SMA ataupun penambahan jumlah ruang kelas SMA. Sedangkan Kecamatan Bojong dan Kiarapedes memiliki karakteristik yang sama pada nilai peubah rasio SMA (X6) yang kecil karena posisinya berlawanan arah dengan peubah rasio SMA (X6).

3. Kecamatan Purwakarta dan Pasawahan memiliki karakteristik yang sama pada nilai peubah APM SMP (X8) yang besar karena posisinya searah dengan peubah APM SMP (X8). Hal ini menunjukan penduduk usia sekolah SMP pada Kecamatan Purwakarta dan Pasawahan banyak yang bersekolah.

4. Kecamatan Babakancikao memiliki nilai peubah APM SMA (X9) yang besar karena posisinya searah dengan peubah APM SMA (X9). Hal ini menunjukan penduduk usia sekolah SMA pada Kecamatan Babakancikao banyak yang bersekolah. 5. Kecamatan Bojong memiliki nilai peubah

rasio guru SD (X1) yang besar karena posisinya searah dengan peubah rasio guru SD (X1). Sehingga memerlukan penambahan guru SD agar proses belajar menjadi efektif.

Sedangkan Kecamatan-Kecamatan yang lain tidak mempunyai karakteristik tertentu, karena posisi peubah-peubah yang lain berkumpul pada titik pusat. Sudut dari masing-masing peubah menunjukan besarnya korelasi. Beberapa peubah yang berkorelasi tinggi diantaranya:

• Peubah rasio SMP (X4) berkorelasi dengan angka partisipasi murni SMP (X8). • Peubah rasio SMA (X6) berkorelasi

(20)

kecil. Ini terlihat dari posisi peubah-peubah tersebut yang mengumpul mendekati titik pusat. Peubah rasio SMA (X6) dan peubah rasio SMP (X4) mengindikasikan sangat bervariasinya peubah-peubah tersebut di setiap Kecamatan di Kabupaten Purwakarta.

Deskripsi Kesehatan Di Kabupaten Purwakarta

Pada tahap awal dilakukan analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran umum dari bidang kesehatan di Kabupaten Purwakarta, dengan cara membuat tabel dan diagram kotak garis untuk tiap indikator pendidikan yang digunakan, sehingga memudahkan dalam interpretasinya.

Data yang digunakan dalam bidang kesehatan adalah jumlah fasilitas, SDM kesehatan dan kasus yang telah dirasiokan terhadap jumlah penduduk masing-masing Kecamatan di Kabupaten Purwakarta sehingga dapat dilihat kelayakan fasilitas dan SDM kesehatan terhadap jumlah penduduk.

Sebaran dari jumlah penduduk di Kabupaten Purwakarta dapat dilihat pada lampiran 11. Jumlah penduduk mempunyai nilai terbesar pada Kecamatan Purwakarta, yaitu sebesar 143.760 orang dan terkecil ada pada Kecamatan sukasari sebesar 14.262 orang. Simpangan baku jumlah penduduk cukup besar yaitu sebesar 28949.44, hal ini mengidentifikasikan jumlah penduduk antar Kecamatan berbeda jauh.

Gambaran umum kondisi kesehatan di Kabupaten Purwakarta secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran 9. Terlihat bahwa rata-rata rasio fasilitas dan SDM kesehatan di Kabupaten Purwakarta masih sangat kecil sehingga memerlukan penambahan fasilitas dan SDMkesehatan. Di Kabupaten Purwakarta masih terdapat kasus kematian bayi dan kasus balita gizi buruk walaupun nilai rasionya kecil hal ini mungkin disebabkan kurangnya fasilitas dan SDM kesehatan ataupun program pemerintah, sehingga di Kabupaten Purwakarta diperlukan pengadaan/penambahan fasilitas, SDM kesehatan ataupun program pemerintah yang efektif agar rasio kematian bayi dan balita gizi buruk tidak ada, yang pada akhirnya dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan SDM.

Pada diagram kotak garis (lampiran 10) memperlihatkan adanya pencilan pada beberapa peubah. Pencilan yang ada seluruhnya merupakan pencilan atas. Pencilan yang ada adalah pencilan pada peubah rasio apotek, rasio dokter dan rasio perawat yaitu

pada Kecamatan Purwakarta hal ini menunjukan Kecamatan Purwakarta menyediakan fasilitas dan SDM kesehatan yang lebih bagus dibandingkan Kecamatan lainnya berdasarkan data yang ada pada peubah yang diukur. Selain itu pada peubah rasio kematian bayi terdapat pencilan besar pada Kecamatan Kiarapedes dan Babakancikao hal ini menunjukan bahwa di Kecamatan tersebut derajat kesehatannya masih kurang. Ini mungkin diakibatkan kurangnya fasilitas dan SDM kesehatan ataupun program pemerintah, sehingga di Kecamatan tersebut diperlukan pengadaan/penambahan fasilitas, SDM kesehatan ataupun program pemerintah yang efektif agar rasio kematian bayi dan balita gizi buruk tidak ada.

Perlu adanya fasilitas, SDM kesehatan dan program pemerintah di setiap Kecamatan di Kabupaten Purwakarta. Sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan yang pada akhirnya akan meningkatkan SDM yang ada di Kabupaten Purwakarta.

Diharapkan agar pembangunan di Kabupaten Purwakarta khususnya dalam bidang kesehatan lebih merata sehingga semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah, dan merata. Agar melalui upaya tersebut diharapkan bisa mencapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik.

Penggerombolan Kecamatan Di Kabupaten Purwakarta Berdasarkan

Beberapa Indikator Kesehatan

Penggerombolan Kecamatan di Kabupaten Purwakarta berdasarkan indikator kesehatan menggunakan metode penggerombolan berhirarki dengan menggunakan ukuran jarak euclid dan metode memperbaiki matriks jaraknya adalah metode pautan rataan.

Lampiran 12 menunjukan nilai korelasi antar peubah yang digunakan. Matriks korelasi tersebut menunjukan adanya korelasi diantara beberapa peubah, yaitu:

• peubah rasio rumah bersalin (X2) berkorelasi dengan rasio apotek (X4) (0.634), rasio perawat (X6) (0.576) dan rasio bidan (X7) (-0.591).

• peubah rsio puskesmas (X3) berkorelasi dengan rasio apotek (X4) (-0.606).

• peubah rasio apotek (X4) berkorelasi dengan rasio dokter (X5) (0.755) dan rasio perawat (X6) (0.877).

(21)

Seperti pada penggerombolan berdasarkan beberapa indikator pendidikan, transformasi AKU tidak digunakan, hal ini dikarenakan jarak euclid antar pengamatan dengan atau tanpa transformasi komponen utama akan sama bila semua komponen utama digunakan (Jolliffe, 2002). Selain itu, penelitian ini tidak bertujuan untuk mereduksi peubah dan komponen utama ada kalanya sulit diinterpretasikan (Sartono, 2003).

Berdasarkan analisis gerombol yang dilakukan, Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Purwakarta dapat dibagi ke dalam tiga gerombol. Pemotongan dendogram dilakukan secara subjektif berdasarkan kepentingan penelitian (lampiran 13).

Tabel 5 Daftar anggota masing-masing gerombol

Gerombol No. Kecamatan 1 Jatiluhur 2 Sukasari

3 Maniis

4 Tegalwaru

5 Plered

6 Sukatani

1 7 Darangdan

8 Bojong

9 Wanayasa

10 Kiarapedes 11 Pasawahan 12 Pondoksalam 14 Babakancikao 15 Campaka 16 Cibatu 2 13 Purwakarta 3 17 Bungursari

Interpretasi masing-masing gerombol Interpretasi dari tiga gerombol yang terbentuk adalah sebagai berikut:

Gerombol satu

Gerombol satu terdiri dari 15 Kecamatan yaitu Kecamatan Jatiluhur, Sukasari, Maniis, Tegalwaru, Plered, Sukatani, Darangdan, Bojong, Wanayasa, Kiarapedes, Pasawahan, Pondoksalam, Babakancikao, Campaka dan Cibatu.

Gerombol satu mempunyai karakteristik yaitu seluruh peubah rasio fasilitas kesehatan berada dalam kategori sedang, peubah rasio SDM kesehatan berada dalam kategori sedang kecuali rasio bidan berada dalam kategori tinggi. Sedangkan peubah rasio kematian bayi

dan rasio gizi buruk berada dalam kategori sedang dan tinggi (lampiran 14).

Ciri dari gerombol satu ini adalah tidak adanya RSU, nilai terkecil pada peubah rasio rumah bersalin, rasio apotek serta rasio perawat dibandingkan dengan gerombol lainnya dan nilai pada peubah rasio kematian bayi dan balita gizi buruk berada diatas rataan Kabupaten (lampiran 14). Ini mungkin diakibatkan kurangnya fasilitas dan SDM kesehatan ataupun program pemerintah.

Gerombol satu mempunyai tingkat keberhasilan pembangunan khususnya di bidang kesehatan kurang baik dibandingkan Kecamatan-Kecamatan lainnya yang terletak di Kabupaten Purwakarta.

Gerombol dua

Gerombol dua terdiri dari satu Kecamatan yaitu Kecamatan Purwakarta.

Karakteristik dari gerombol ini yaitu peubah rasio fasilitas kesehatan berada dalam kategori sedang, peubah rasio SDM manusia berada dalam kategori sedang kecuali rasio perawat berada dalam kategori tinggi. Sedangkan rasio kematian bayi dan balita gizi buruk berada dalam kategori sedang dan tinggi (lampiran 14).

Ciri gerombol dua ini adalah nilai pada peubah rasio rumah bersalin, rasio apotek, rasio dokter dan rasio perawat terbesar dibandingkan gerombol lainnya. Sedangkan rasio kematian bayi lebih kecil dari rataan Kabupaten dan rasio balita gizi buruk terkecil dibandingkan gerombol lainnya (lampiran 14).

Gerombol dua mempunyai tingkat keberhasilan pembangunan khususnya di bidang kesehatan yang baik dibandingkan Kecamatan-Kecamatan lainnya yang terletak di Kabupaten Purwakarta. Hal ini mungkin diakibatkan oleh posisi Kecamatan Purwakarta sebagai pusat kota dan pemerintahan.

Gerombol tiga

Gerombol tiga terdiri dari satu Kecamatan yaitu Kecamatan Bungursari.

Nilai-nilai indikator fasilitas kesehatan pada gerombol tiga berada dalam kategori sedang, peubah rasio SDM kesehatan berada dalam kategori tinggi kecuali rasio dokter berada dalam kategori sedang. Sedangkan rasio kematian bayi dan balita gizi buruk berada dalam kategori sedang dan tinggi (lampiran 14).

(22)

dibandingkan dengan gerombol lainnya dan rasio balita gizi buruk lebih besar dari rataan Kabupaten. Ini mungkin diakibatkan kurangnya fasilitas dan SDM kesehatan ataupun program pemerintah.

Gerombol tiga mempunyai tingkat keberhasilan pembangunan khususnya di bidang kesehatan yang cukup baik dibandingkan Kecamatan-Kecamatan lainnya yang terletak di Kabupaten Purwakarta (lampiran 14).

Hasil Analisis Biplot Berdasarkan Beberapa Indikator Kesehatan

Hasil analisis Biplot berdasarkan beberapa indikator kesehatan disajikan pada lampian 17. Keragaman data yang mampu diterangkan oleh biplot kesehatan di Kabupaten Purwakarta ini sebesar 85.8%. Keragaman dimensi 1 sebesar 58.4% dan keragaman dimensi 2 sebesar 27.4%. Hal ini menunjukan bahwa interpretasi biplot kesehatan di Kabupaten Purwakarta yang dihasilkan dinilai cukup baik (>70%) dan sudah cukup mewakili dari karakteristik populasi yang ada (Sartono, 2003).

Tampilan biplot pada lampiran 17 memperlihatkan kedekatan antar Kecamatan dan posisi relatif Kecamatan terhadap peubah yang digunakan, diantaranya:

1. Kecamatan Purwakarta memiliki nilai besar pada peubah rasio apotek (X4) karena posisinya searah dengan peubah rasio apotek (X4).

2. Kecamatan Purwakarta memiliki nilai besar pada peubah rasio dokter (X5) karena posisinya searah dengan peubah rasio dokter (X5).

3. Kecamatan Purwakarta memiliki nilai besar pada peubah rasio perawat (X6) karena posisinya searah dan berdekatan dengan peubah rasio perawat (X6), sedangkan Kecamatan Jatiluhur mempunyai nilai terkecil karena posisinya berlawanan arah dengan peubah rasio perawat (X6), sehingga memerlukan penambahan perawat.

4. Kecamatan Jatiluhur, Babakancikao, Pasawahan dan Campaka memiliki karakteristik yang sama pada nilai peubah rasio bidan (X7) dan rasio kematian bayi (X8) yang besar karena posisinya searah dengan peubah rasio bidan (X7) dan rasio kematian bayi (X8). Ini mungkin diakibatkan kurangnya fasilitas dan SDM kesehatan ataupun program pemerintah., sehingga memerlukan penambahan fasilitas dan SDM kesehatan ataupun

program pemerintah yang efektif agar kasus kematian bayi menjadi lebih kecil atau bahkan tidak ada.

5. Kecamatan Plered, Tegalwaru, Maniis, Wanayasa dan Kiarapedes memiliki karakteristik yang sama pada nilai peubah rasio balita gizi buruk (X9) yang besar karena posisinya searah dengan peubah rasio balita gizi buruk (X9), hal ini mungkin diakibatkan kurangnya fasilitas dan SDM kesehatan ataupun program pemerintah., sehingga memerlukan penambahan fasilitas dan SDM kesehatan ataupun program pemerintah yang efektif agar kasus kematian bayi menjadi lebih kecil atau bahkan tidak ada, sedangkan Kecamatan Jatiluhur, Babakancikao, Pasawahan dan Campaka memiliki karakteristik yang sama pada nilai peubah rasio balita gizi buruk (X9) yang kecil karena posisinya berlawanan arah dengan peubah rasio balita gizi buruk (X9). Sedangkan Kecamatan-Kecamatan yang lain tidak mempunyai karekteristik tertentu karena posisinya berdekatan dengan titik pusat. Sudut dari masing-masing peubah menunjukan besarnya korelasi. Peubah yang berkorelasi tinggi diantaranya :

• Peubah rasio apotek (X4) berkorelasi dengan peubah rasio dokter (X5) dan rasio perawat (X6).

• Peubah rasioh dokter (X5) berkorelasi dengan peubah rasio perawat (X6). • Peubah rasio bidan (X7) berkorelasi

dengan peubah rasio kematian bayi (X8). Pada analisis biplot, peubah dengan keragaman kecil digambarkan sebagai vektor pendek sedangkan peubah yang ragamnya besar digambarkan sebagai vektor yang panjang, berarti peubah rasio balita gizi buruk (X9) mempunyai keragaman paling besar kemudian diikuti oleh peubah rasio perawat (X6).

Sementara peubah lainnya mempunyai keragaman yang kecil. Ini terlihat dari posisi peubah-peubah tersebut yang mengumpul mendekati titik pusat. Peubah-peubah dengan ragam besar mengindikasikan sangat bervariasinya peubah-peubah tersebut di setiap Kecamatan di Kabupaten Purwakarta.

(23)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Di Kabupaten Purwakarta memerlukan penambahan guru SD dan SMP agar tercapai rasio yang efektif (1:23). Pada rasio sekolah yang besar memerlukan pembatasan jumlah siswa ataupun penambahan ruang kelas. AMH seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Purwakarta berada di atas standar yang ada (80%) dan hanya Kecamatan Purwakarta saja yang RLS-nya berada di atas 9 tahun.

Dari gerombol yang dihasilkan terungkap bahwa masih ada perbedaan dalam tingkat keberhasilan pembangunan khususnya dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Hasil penggerombolan berdasarkan beberapa indikator pendidikan dihasilkan tiga Kecamatan yang tergolong baik, 13 Kecamatan cukup baik dan satu Kecamatan tergolong kurang baik. Sedangkan berdasarkan beberapa indikator kesehatan dihasilkan satu Kecamatan tergolong baik, satu Kecamatan tergolong cukup baik dan 15 Kecamatan tergolong kurang baik.

Hasil analisis biplot berdasarkan beberapa indikator pendidikan dan kesehatan menunjukan ada beberapa Kecamatan yang mempunyai karakteristik yang sama dan mempunyai nilai besar maupun kecil pada peubah tertentu.

Saran

Pada penelitian ini tidak dibahas kelayakan yang lainnya pada fasilitas pendidikan, fasilitas dan SDM kesehatan serta peubah yang paling berpengaruh terhadap pendidikan dan kesehatan, sehingga diharapkan pada penelitian selanjutnya agar dapat menentukan kelayakan yang lainnya dan peubah yang paling berpengaruh terhadap pendidikan dan kesehatan di Kabupaten Purwakarta. Dan dapat ditambahkan indikator-indikator yang sudah ditetapkan Depdiknas maupun BPS.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2006. Purwakarta Dalam Angka 2006. Purwakarta : BPS.

[depdiknas]. 2007. dikmen.

http://www.depdiknas.go.id/statistik/thn99 -00/dikmen/SLTP/SLTP tab-ip01.htm. [14 Agustus 2007].

[duniaesai]. 2007. Pendidikan.

http://www.duniaesai.com/pendidikan/pen d13.htm. [14 Agustus 2007].

Johnson, R. A. & D. W. Wichern. 2002. Applied Multivariate Statistical Analysis. Fifth Edition. Prentice Hall, New Jersey.

Jolliffe, I. T. 2002. Principal Component Analysis. Second Edition. Springer-Verlag, New York.

[menkokesra]. 2007. keberhasilan pembangunan.

http://menkokesra.go.id/content/view/342/ 39/ [14 Agustus 2007].

[nakertrans]. 2007. Pendidikan SD.

http://www.nakertrans.go.id/statistik_trans /DATA%20UPT/Pendidikan.SD.php. [14 Agustus 2007].

[purwakarta]. 2007. Purwakarta.

http://www.purwakarta.go.id. [14 Agustus 2007].

Saidah, Farah. 2002. Penerapan Analisis

Gerombol dan Biplot dalam

menggambarkan kinerja program studi di Universitas Ibn Khaldun Bogor [Skripsi]. Bogor : Departemen Statistika, Institut Pertanian Bogor.

Sartono, Bagus, dkk. 2003. Modul Teori

Analisis Peubah Ganda. Bogor :

Departemen Statistika, Institut Pertanian Bogor.

Sumertajaya, I. M, Sumantri, B & Heriyanto. 1997. Aplikasi Analisis Biplot &

Procrustes untuk Mengidentifikasi

Karakteristik Daya Hasil beberapa Galur Padi [Forum Statistika dan Komputasi Vol. 2 No. 2 Oktober 1997]. Bogor : Jurusan Statistika, Institut Pertanian Bogor.

[wikipedia]. 2007. kesehatan. http://id.wikipedia.org/wiki/kesehatan [ 1 April 2007].

(24)
(25)

Lampiran 1. Indikator Pendidikan di Kabupaten Purwakarta

No. Kecamatan X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11

1 Jatiluhur 28.36 204.20 29.00 928.00 11.52 334.00 91.81 46.94 8.90 98.05 8.68 2 Sukasari 22.51 190.27 38.20 191.00 0.00 0.00 105.82 7.92 2.10 94.11 5.99 3 Maniis 21.85 236.53 34.65 294.50 0.00 0.00 100.84 34.95 1.94 92.25 5.89 4 Tegalwaru 25.45 241.75 20.05 421.00 15.64 438.00 103.40 43.88 13.00 91.54 5.97 5 Plered 31.08 284.87 26.42 792.50 17.34 185.00 96.23 45.62 6.68 94.61 7.11 6 Sukatani 38.55 261.91 20.66 482.00 20.54 486.00 90.45 22.35 73.98 93.58 6.51 7 Darangdan 24.51 211.03 18.61 356.67 19.77 613.00 94.72 50.24 10.73 96.02 6.88 8 Bojong 203.46 203.46 20.41 704.00 0.00 0.00 114.66 55.53 2.50 96.67 6.76 9 Wanayasa 20.70 194.73 18.59 725.00 21.97 725.00 105.71 60.03 23.22 97.50 7.31 10 Kiarapedes 17.21 162.00 20.07 542.00 0.00 0.00 100.53 32.63 2.78 96.10 6.87 11 Pasawahan 18.57 191.60 43.73 962.00 23.43 714.50 88.15 86.91 45.04 97.15 7.93 12 Pondoksalam 21.54 200.56 18.19 336.50 0.00 0.00 97.06 24.99 1.90 95.17 6.76 13 Purwakarta 22.32 245.47 28.98 731.08 14.58 424.42 83.60 79.13 57.21 99.49 10.56 14 Babakancikao 24.41 223.58 20.41 469.33 23.15 1024.50 90.87 60.79 134.04 96.49 7.97 15 Campaka 23.82 198.11 30.83 832.50 4.17 75.00 84.68 30.32 0.78 95.89 8.23 16 Cibatu 24.67 199.00 14.97 292.00 20.52 277.00 97.15 32.57 19.57 97.23 7.47 17 Bungursari 28.80 248.00 21.16 719.50 8.35 259.00 98.54 74.92 12.68 96.25 7.68 Rataan 35.16 217.47 24.99 575.27 11.82 326.79 96.72 46.45 24.53 95.77 7.33 Minimun 17.21 162.00 14.97 191.00 0.00 0.00 83.60 7.92 0.78 91.54 5.89 Maximum 203.46 284.87 43.73 962.00 23.43 1024.50 114.66 86.91 134.04 99.49 10.56 Simpangan baku 43.66 31.27 8.06 240.80 9.36 311.19 8.13 21.38 35.38 2.05 1.16

Keterangan Peubah :

kode Indikator Pendidikan kode Indikator Pendidikan kode Indikator Pendidikan

X1 = Rasio Guru SD X5 = Rasio Guru SMA X9 = Angka Partisipasi Murni SMA (APM SMA)

X2 = Rasio SD X6 = Rasio SMA X10 = Angka Melek Huruf (AMH)

(26)

Lampiran 2. Boxplot Indikator Pendidikan di Kabupaten Purwakarta

2.a. Boxplot rasio guru SD

Bojong

2.b. Boxplot rasio SD

2.c. Boxplot rasio guru SMP

2.d. Boxplot rasio SMP

2.e. Boxplot rasio guru SMA

2.f. Boxplot rasio SMA

2.g. Boxplot APM SD

(27)

2.i. Boxplot APM SMA

Babakancikao

2.j. Boxplot AMH

2.k. Boxplot RLS

Purwakarta !"

Lampiran 3. Nilai Korelasi antar peubah Indikator Pendidikan

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10

X2 -0.032

X3 -0.173 -0.062

X4 0.143 0.063 0.286

X5 -0.291 0.303 -0.153 0.217

X6 -0.259 0.134 -0.104 0.193 0.881 **

X7 0.548 * -0.200 -0.269 -0.343 -0.398 -0.359

X8 0.088 0.159 0.115 0.628 ** 0.459 0.555 * -0.240

X9 -0.135 0.246 -0.073 0.028 0.610 ** 0.769 ** -0.446 0.336 X10 0.083 -0.325 -0.041 0.533 * 0.246 0.281 -0.327 0.556 * 0.203

X11 -0.134 0.039 0.129 0.609* 0.290 0.310 -0.673 ** 0.596 * 0.341 0.828 **

** berbeda nyata pada taraf 0.01 * berbeda nyata pada taraf 0.05

(28)

Lampiran 4. Dendogram hasil penggerombolan kecamatan di Kabupaten Purwakarta berdasarkan beberapa indikator Pendidikan

# $ %&' ( )

)

'

&

Dendogram has il pengelompok an berdas ark an beberapa indik ator Pendidik an

Lampiran 5. Nilai rata-rata peubah dan kategori di setiap gerombol

Peubah Rataan Rataan Gerombol

Pendidikan Kabupaten 1 2 3

X1 = Rasio Guru SD 35.20 25.31 S 203.46 T 21.77 S

X2 = Rasio SD 217.47 217.92 S 203.46 S 220.22 S

X3 = Rasio Guru SMP 25.00 23.95 S 20.41 S 31.04 S

X4 = Rasio SMP 575.30 531.78 S 704.00 S 720.80 S

X5 = Rasio Guru SMA 11.82 10.76 S 0.00 R 20.39 S

X6 = Rasio SMA 326.80 260.92 S 0.00 R 721.14 T

X7 = APM SD 96.72 97.46 S 114.66 T 87.54 R

X8 = APM SMP 46.45 39.03 S 55.53 S 75.61 T

X9 = APM SMA 24.53 13.71 S 2.50 S 78.76 T

X10 = AMH 95.77 95.25 S 96.67 S 97.71 S

X11 = RLS 7.33 7.03 S 6.76 S 8.82 T

(29)

Lampiran 6. Kriteria untuk setiap kategori

Peubah Kategori

Pendidikan Rendah Sedang Tinggi

X1 = Rasio Guru SD < -8.46 -8.46 - 78.86 > 78.86

X2 = Rasio SD < 186.20 186.20 - 248.74 > 248.74 X3 = Rasio Guru SMP < 16.94 16.94 - 33.06 > 33.06 X4 = Rasio SMP < 334.50 334.50 - 816.10 > 816.10

X5 = Rasio Guru SMA < 2.46 2.46 - 21.18 > 21.18 X6 = Rasio SMA < 15.61 15.61 - 637.99 > 637.99

X7 = APM SD < 88.59 88.59 - 104.85 > 104.85 X8 = APM SMP < 25.07 25.07 - 67.83 > 67.83

X9 = APM SMA < -10.85 -10.85 - 59.91 > 59.91 X10 = AMH < 93.72 93.72 - 97.82 > 97.82 X11 = RLS < 6.17 6.17 - 8.49 > 8.49

Lampiran 7. Peta Kabupaten Purwakarta Hasil Penggerombolan berdasarkan beberapa Indikator Pendidikan.

Keterangan

(30)
(31)

Lampiran 9. Indikator Kesehatan di Kabupaten Purwakarta

No. Kecamatan X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9

1 Jatiluhur 0.000000 0.000018 0.000088 0.000000 0.000053 0.000123 0.000246 0.000299 0.000070 2 Sukasari 0.000000 0.000000 0.000210 0.000000 0.000140 0.000491 0.000421 0.000210 0.000421 3 Maniis 0.000000 0.000000 0.000139 0.000000 0.000070 0.000278 0.000278 0.000139 0.000974 4 Tegalwaru 0.000000 0.000023 0.000159 0.000000 0.000046 0.000205 0.000205 0.000046 0.001116 5 Plered 0.000000 0.000015 0.000088 0.000000 0.000059 0.000147 0.000192 0.000029 0.001179 6 Sukatani 0.000000 0.000016 0.000115 0.000016 0.000082 0.000164 0.000329 0.000033 0.000707 7 Darangdan 0.000000 0.000000 0.000123 0.000000 0.000035 0.000175 0.000298 0.000018 0.000788 8 Bojong 0.000000 0.000000 0.000138 0.000023 0.000069 0.000138 0.000344 0.000069 0.000940 9 Wanayasa 0.000000 0.000000 0.000080 0.000027 0.000053 0.000187 0.000400 0.000213 0.001093 10 Kiarapedes 0.000000 0.000000 0.000201 0.000000 0.000121 0.000322 0.000442 0.000563 0.001086 11 Pasawahan 0.000000 0.000000 0.000105 0.000026 0.000105 0.000157 0.000471 0.000131 0.000314 12 Pondoksalam 0.000000 0.000000 0.000113 0.000000 0.000076 0.000340 0.000529 0.000113 0.000680 13 Purwakarta 0.000007 0.000049 0.000028 0.000181 0.000271 0.001398 0.000237 0.000083 0.000271 14 Babakancikao 0.000000 0.000000 0.000155 0.000026 0.000155 0.000285 0.000441 0.000518 0.000130 15 Campaka 0.000000 0.000029 0.000145 0.000000 0.000145 0.000261 0.000349 0.000116 0.000174 16 Cibatu 0.000000 0.000000 0.000116 0.000000 0.000116 0.000388 0.000582 0.000078 0.000543 17 Bungursari 0.000025 0.000025 0.000126 0.000025 0.000076 0.000278 0.000328 0.000051 0.000581 Rataan 0.000002 0.000010 0.000125 0.000019 0.000098 0.000314 0.000358 0.000159 0.000651 Minimum 0.000000 0.000000 0.000028 0.000000 0.000035 0.000123 0.000192 0.000018 0.000070 Maximmum 0.000025 0.000049 0.000210 0.000181 0.000271 0.001398 0.000582 0.000563 0.001179 Simpangan baku 0.0000063 0.0000145 0.0000439 0.0000433 0.0000578 0.000296735 0.000112388 0.0001621 0.000375259

Keterangan Peubah :

kode Indikator Kesehatan kode Indikator Kesehatan kode Indikator Kesehatan

X1 = Rasio RSU X4 = Rasio Apotek X7 = Rasio Bidan

X2 = Rasio Rumah Bersalin X5 = Rasio Dokter X8 = Rasio Kematian Bayi

(32)

Lampiran 10. Boxplot Indikator Kesehatan di Kabupaten Purwakarta

10.a. Boxplot rasio RSU

! ! *

10.b. Boxplot rasio Rumah Sakit Bersalin

Boxplot Rasio Rumah sakit bersalin

10.c. Boxplot rasio Puskesmas

! %& (

10.d. Boxplot rasio Apotek

Purwakarta Boxplot Rasio Apotek

10.e. Boxplot rasio Dokter

Purwakarta Boxplot Rasio Dokter

10.f. Boxplot rasio Perawat

Purwakarta ! &

10.g. Boxplot rasio Bidan

Boxplot Rasio Bidan

10.h. Boxplot rasio Kematian Bayi

(33)

10.i. Boxplot rasio Balita Gizi Buruk

Boxplot rasio balita gizi buruk

Lampiran 11.a. Boxplot Jumlah Penduduk

+

(

,

&

)

-%

Purwakarta

+ ( , &)- - %

Lampiran 11. b. Tabel Jumlah Penduduk

Kecamatan Jumlah Penduduk

Jatiluhur 56855

Sukasari 14262

Maniis 28748

Tegalwaru 43923

Plered 67837

Sukatani 60796

Darangdan 57132

Bojong 43606

Wanayasa 37523

Kiarapedes 24870

Pasawahan 38219

Pondoksalam 26478

Purwakarta 143760

Babakancikao 38590

Campaka 34418

Cibatu 25769

Bungursari 39576

Simpangan baku 28949.44

Minimum 14262

Maximum 143760

Lampiran 12. Nilai Korelasi antar peubah Indikator Kesehatan

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8

X2 0.442

X3 -0.152 -0.469

X4 0.298 0.634** -0.606**

X5 0.114 0.475 -0.148 0.755**

X6 0.228 0.576* -0.361 0.877** 0.860**

X7 -0.144 -0.591* 0.276 -0.222 0.136 -0.072 X8 -0.202 -0.312 0.418 -0.094 0.233 -0.028 0.313

X9 -0.119 -0.287 0.144 -0.282 -0.538* -0.300 -0.209 -0.192

(34)

Lampiran 13. Dendogram hasil penggerombolan kecamatan di Kabupaten Purwakarta berdasarkan beberapa indikator Kesehatan.

# %&' ( )

)

'

&

Dendogram Hasil Penggerombolan berdasarkan beberapa indikator kesehatan

Lampiran 14. Nilai rata-rata peubah dan kategori di setiap gerombol

Rataan Gerombol Peubah

Kesehatan

Rataan

Kabupaten 1 2 3

X1 = Rasio RSU 0.000115 0.000000 S 0.000007 S 0.000025 S

X2 = Rasio Rumah Bersalin 0.000115 0.000007 S 0.000049 S 0.000025 S

X3 = Rasio Puskesmas 0.000115 0.000132 S 0.000028 S 0.000126 S

X4 = Rasio Apotek 0.000113 0.000008 S 0.000181 S 0.000025 S

X5 = Rasio Dokter 0.000116 0.000088 S 0.000271 S 0.000076 S

X6 = Rasio Perawat 0.000109 0.000244 S 0.001398 T 0.000278 T

X7 = Rasio Bidan 0.000110 0.000368 T 0.000237 S 0.000328 T

X8 = Rasio Kematian Bayi 0.000110 0.000172 S 0.000083 S 0.000051 S

X9 = Rasio Gizi Buruk 0.000115 0.000681 T 0.000271 T 0.000581 T

(35)

Lampiran 15. Kriteria untuk setiap kategori

Kategori Peubah

Kesehatan Rendah Sedang Tinggi

X1 = Rasio RSU < -0.0000089 -0.0000089 - 0.0002396 > 0.0002396 X2 = Rasio Rumah Bersalin < -0.0000041 -0.0000041 - 0.0002348 > 0.0002348 X3 = Rasio Puskesmas < -0.0000217 -0.0000217 - 0.0002514 > 0.0002514 X4 = R

Gambar

Tabel 1 Daftar Objek Pengamatan
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 1 Daftar Objek Pengamatan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam survei pekerja anak tahun 2009 yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) dengan International Labour Organization (ILO), jumlah pekerja anak di Indonesia mencapai

[r]

• Menggunakan model linier akan diuji apakah terjadi perubahan struktural akibat perubahan kebijakan industrialisasi di Indonesia.. Contoh

Buku ini adalah hasil dari penelitian penulis yang didanai oleh Dana Dipa LPPM Unihaz dengan judul Peran Pusat Studi Kajian Hukum dan Pemikiran Prof.Dr.Hazairin.SH Dalam

Karateristik informan dalam penelitian ini adalah: Anggota KPUD Kabupaten Tolikara berjumlah 5 orang, dengan latar belakang pendidikan lulusan S1, dari bidang Ilmu

Pembiayaan tersebut diperoleh dari lembaga keuangan yang kegiatan usahanya memberikan jaminan, bahwa manfaat pemberian jaminan sebagai salah satu cara memperoleh pinjaman

Berdasarkan perkembangan teknologi Sistem Informasi khususnya bidang komputer, penulis mencoba untuk memperkenalkan komputer kepada anak-anak sedini mungkin dengan cara membuat

Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang