TEMU KEMBALI CITRA DENGAN
WEIGHTED STANDARD DEVIATION
(WSD)
DESCRIPTOR
YUYUN SARIMA ULFA HARAHAP
DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
TEMU KEMBALI CITRA DENGAN
WEIGHTED STANDARD DEVIATION
(WSD)
DESCRIPTOR
YUYUN SARIMA ULFA HARAHAP
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komputer pada
Departemen Ilmu Komputer
DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
YUYUN SARIMA ULFA HARAHAP. Temu Kembali Citra dengan Weighted Standard Deviation
(WSD) Descriptor. Dibimbing oleh JULIO ADISANTOSO dan FIRMAN ARDIANSYAH.
Berbagai metode dikembangkan untuk menghasilkan suatu sistem temu kembali citra yang efektif dan efisien. Salah satu metode yang populer adalah dengan menggunakan wavelet untuk mengekstrak
citra. Dalam penelitian ini, Haar wavelet digunakan untuk mengekstrak citra menjadi suatu feature
vector. Sebelum diekstrak, citra dengan ruang warna RGB terlebih dahulu dikonversi ke dalam
bentuk ruang warna YCrCb. Hasil dari pengekstraksian berupa vektor berdimensi 33.
Evaluasi hasil temu kembali menggunakan rataan precision untuk tiap tingkat recall. Digunakan
sepuluh buah input kueri citra untuk pengujian sistem. Pada perhitungan nilai recall-precision, nilai
ambang batas yang diambil adalah 75, 150, dan 225. Pada nilai ambang 75, citra relevan yang terambil berkisar 50% dari seluruh citra relevan dalam basis data. Pada nilai ambang 150, citra relevan yang terambil berkisar 68% dari seluruh citra relevan dalam basis data. Di lain pihak, citra relevan yang terambil berkisar 85% pada nilai ambang batas 225.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kuala Simpang pada tanggal 30 Oktober 1982 dari ayah M. Rahim Harahap dan ibu Ratna Dewi Siregar. Penulis merupakan putri ke tiga dari empat bersaudara. Tahun 2000 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Padang Sidempuan dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru IPB. Penulis memilih Program Studi Ilmu Komputer, Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
PRAKATA
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji syukurpenulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala
atas segala curahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi dengan judul Temu Kembali Citra
dengan Weighted Standard Deviation (WSD) Descriptor dapat diselesaikan. Shalawat serta salam
juga penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallalahu ‘alaihi wasallam beserta
seluruh sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Julio Adisantoso, M.Kom. dan Bapak Firman Ardiansyah, S.Kom., M.Si. selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak memberi saran, masukan dan ide-ide kepada penulis serta kebersamaannya yang tidak bisa terlupakan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Sri Nurdiati, M.Sc. selaku penguji yang telah memberi saran dan masukan. Selanjutnya, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1 Emak dengan kesabaran, keikhlasan dan pengorbanannya
2 Mas Widhy yang senantiasa mendorong untuk menyelesaikan skripsi dengan menemani penulis
hingga larut malam.
3 Abang, kakak, serta adik tercinta yang selalu memberikan semangat dan kasih sayang kepada
penulis.
4 Dini, TB, Yudi, Restu, Adit sebagai teman seperjuangan yang terus menyemangati dan
memberikan dorongan hingga skripsi ini selesai.
5 Mushtofa, Gofo, Arief, TB yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis
mengerjakan skripsi ini.
6 Ilkomerz 37 atas persahabatan yang indah dan tidak pernah putus.
7 Aling dan Pak Agus yang telah menyediakan tempat menginap untuk penulis selama penulis
mengerjakan skripsi.
8 Penghuni kosan C-22 yang ramah dan baik.
9 Departemen Ilmu Komputer, dosen dan staf yang telah banyak membantu penulis pada masa
perkuliahan dan penelitian.
10 Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa mendatang. Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi acuan bagi penelitian berikutnya.
Bogor, Agustus 2007
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN... vi
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Ruang Lingkup dan Batasan... 1
Tujuan Penelitian... 1
TINJAUAN PUSTAKA ... 1
Representasi Citra Digital ... 1
Ruang Warna ... 2
Weigthed Standard Deviation (WSD) Descriptor... Wavelet... 2
Haar Wavelet... 3
Tranformasi Wavelet... 3
Transformasi Satu-Dimensi Haar Wavelet... 3
Transformasi Dua-Dimensi Haar Wavelet... 4
Jarak Euclidean ... 4
Efektifitas Temu Kembali ... 4
METODE PENELITIAN ... 4
Proses Temu Kembali Citra... 4
Pengolahan Citra Digital ... 5
Pencocokan Citra (Image Matching) ... 6
Spesifikasi Perangkat Keras dan Lunak ... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN... 7
Ekstraksi Feature Vector... 7
Temu Kembali Citra ... 7
Recall-Precision... 8
KESIMPULAN DAN SARAN... 10
Kesimpulan... 10
Saran... 10
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Contoh hasil ekstraksi pada kelompok citra pertama ... 7
2 Nilai recall-precision pada nilai ambang batas 75, 150, dan 225 ... 10
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Representasi citra berukuran mxn. ... 1
2 Wave dan Wavelet... 2
3 Haarscalingfunction dan Haarwavelet dekomposisi dari V1... 3
4 Wavelet tree dua dimensi pada dua tingkat pemfilteran... 3
5 Dekomposisi standar wavelet suatu citra... 4
6 Dekomposisi nonstandar wavelet suatu citra... 4
7 Alur sistem temu kembali citra.. ... 4
8 Tahapan perubahan citra dari ruang warna RGB menjadi YcrCb pada citra 72.BMP. ... 6
9 Contoh hasil temu kembali terhadap citra kueri 1.BMP ... 8
10 Contoh hasil temu kembali terhadap citra kueri 41.BMP ... 8
11 Grafik recall-precision pada nilai ambang batas 75... 9
12 Grafik recall-precision pada nilai ambang batas 150... 9
13 Grafik recall-precision pada nilai ambang batas 225... 9
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Citra yang digunakan dalam basis data ... 12
2 Citra yang menjadi kueri ... 14
3 Jarak antara feature vector kueri citra dengan feature vector citra dalam basis data ... 15
4 Hasil temu kembali pada nilai ambang batas 75 ... 17
5 Hasil temu kembali pada nilai ambang batas150 ... 18
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini pencitraan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari manusia. Berbagai bidang ilmu membutuhkan citra sebagai referensi ataupun data untuk menganalisa. Misalnya, dalam dunia kedokteran informasi citra hasil X-ray dibutuhkan untuk analisa penyakit, atau
dalam dunia meteorologi para pakarnya
menggunakan informasi citra satelit untuk menganalisa cuaca. Tentu saja, citra-citra yang diperoleh saat ini lebih banyak disimpan dalam suatu basis data dengan format digital untuk digunakan lagi di waktu mendatang. Pencarian citra dalam basis data inilah yang kemudian menjadi isu bagi para peneliti di lingkungan informasi teknologi, bagaimana agar informasi yang dicari dalam basis data dapat dicari dengan cepat dan hasil yang akurat.
Dulu, sistem yang banyak digunakan untuk pencarian citra adalah dengan berbasis teks. Pada pencarian citra berbasis teks ini, input citra dan penggambaran citra dalam basis data berbentuk teks. Sehingga proses pendataan citra dalam basis data akan memakan waktu yang lama. Selain itu untuk penggambaran kandungan suatu citra oleh setiap individu berbeda. Hal ini mengakibatkan sulit untuk mengidentifikasi suatu citra dalam basis data. Kendala-kendala ini mendorong untuk ditemukannya suatu metode baru yang lebih efektif dan efisien dalam pencarian citra.
Kemudian, sistem temu kembali citra
berbasis kandungan (Content Based Image
Retrieval) mulai menarik perhatian. Dengan
sistem temu kembali citra berbasis kandungan,
properti citra seperti warna (color), tekstur
(texture), dan bentuk (shape) digunakan untuk
pencarian citra dalam basis data. Untuk mempermudah pencarian, properti-properti citra ini diekstrak ke dalam fitur pada level rendah
(low-level feature).
Untuk mengekstraksi citra, berbagai metode dikembangkan agar sistem temu kembali yang dibuat efektif dan efisien. Pada penelitian ini
digunakan Haar wavelet untuk mengekstrak
tekstur dan warna citra sehingga didapatkan
feature vector-nya. Feature vector ini kemudian
akan disimpan dalam basis data untuk digunakan
dalam proses pencarian. Penggunaan wavelet
dalam penelitian ini karena wavelet mampu
menangkap properti-properti citra sekaligus,
sehingga diharapkan waktu yang dihabiskan dalam satu kali proses pencarian relatif tidak memakan waktu yang lama. Di lain pihak,
wavelet yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Haar wavelet karena wavelet ini paling
sederhana dan mudah diimplementasikan.
Ruang Lingkup dan Batasan
Wavelet yang digunakan pada penelitian ini
adalah Haar wavelet, dengan menggunakan
dekomposisi standar sampai pada level tiga.
Weighted Standard Deviation (WSD)
Descriptor mengolah kandungan citra hanya
pada tekstur dan warna.
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini untuk
mengukur kinerja algoritma Weighted Standard
Deviation (WSD) Descriptor dari segi
keakuratan yang dihasilkan dalam proses pencarian citra dalam basis data. Algoritma
WSD Descriptor menggunakan Haar wavelet
untuk mendapatkan feature vector.
TINJAUAN PUSTAKA
Representasi Citra Digital
Citra digital adalah sebuah fungsi intensitas cahaya f(x, y) dengan x dan y menunjukkan koordinat spasial dan nilai f pada setiap titik (x,y) menunjukkan kecerahan citra pada titik tersebut (Gonzales & Woods 2002).
Citra digital dapat ditampilkan dalam bentuk matriks berukuran mxn dengan m menunjukkan banyaknya sel dalam baris dan n menunjukkan banyaknya sel dalam kolom (Gambar 1). Tiap sel
matrik atau disebut picture element (disingkat
pixel) menyimpan nilai intensitas warna dari
koordinat spasial tersebut. Jadi citra digital dapat dinyatakan dalam matrik MxN sel.
Gambar 1 Representasi citra berukuran mxn.
Representasi citra digital ada dua jenis yaitu
citra skala-keabuan (grayscale) dengan format
8-bit dan citra berwarna dengan format 24-bit.
Untuk citra dengan modus skala 8-bit, setiap titik
direpresentasikan dengan fungsi f(x,y) yang
mempunyai 256 intensitas kecerahan (28 = 256).
Nilai ini berkisar antar 0 hingga 255 dengan nilai 0 menunjukkan intensitas paling gelap (hitam)
f(x1,y1) ... f(xm,y1)
. . .
. . .
. . .
f(x1,yn) ... f(xm,yn) x
} , 2 1 , 2 1 , 2 1 , 2 1 ,..., 2 1 , 2 1 , 2 1 , , , { 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 a A L HH L L HL L L LH L L HH HL LH HH HL LH µ σ σ σ σ σ σ σ σ σ σ − − − −
dan nilai 255 menyatakan intensitas paling terang (putih).
Ruang Warna
Ruang warna, atau disebut juga model warna, berguna memberikan spesifikasi warna dalam bentuk standar yang dapat diterima secara umum. Ruang warna merupakan spesifikasi dari koordinat 3-D yang satu bagian di dalamnya memiliki satu nilai tunggal untuk mewakili tiap warna (Gonzales & Woods 2002). Ruang warna yang banyak digunakan antara lain RGB dan YcrCb.
Ruang warna RGB (red, green, blue)
menggunakan sistem koordinat kartesian yang membentuk suatu kubus. Untuk membuat suatu warna digunakan kontribusi dari tiga sumbu utama tersebut. Diagonal utama dalam kubus menunjukkan tingkat keabuan.
Ruang warna YCrCb pada umumnya digunakan untuk video digital. Pada format ruang warna ini, tingkat keabu-abuan disimpan dalam Y. Cr merujuk kepada perbedaan antara komponen warna merah dengan suatu nilai referensi. Di lain pihak Cb merujuk kepada perbedaan antara komponen warna biru dengan suatu nilai referensi.
Weigthed Standard Deviation (WSD)
Descriptor
WSD adalah suatu teknik untuk
mengesktrak citra menjadi suatu deskriptor. Dengan WSD, dua buah informasi basis citra, yaitu tekstur dan warna, dapat ditransformasi sekaligus.
Tujuan dari proses ekstraksi adalah untuk
menemukan korelasi antar piksel, atau
memadatkan sebanyak mungkin informasi ke dalam sejumlah kecil koefisien hasil ekstraksi.
Dengan WSD Descriptor memungkinkan
sebagian besar informasi citra termuat dalam
sedikit koefisien, sehingga proses-proses
selanjutnya yang berkenaan dengan citra dapat lebih cepat.
Proses ekstraksi citra dengan WSD
Descriptor menggunakan transformasi wavelet.
Transformasi wavelet sebagai alat untuk
menganalisis sinyal mempunyai keuntungan dalam hal ortogonalitas dan kemampuan yang
tajam untuk mendekomposisi sinyal-sinyal
multiresolusi, seperti citra.
Jika f adalah suatu suatu vektor, maka WSD
Descriptor didefinisikan sebagai berikut.
f =
Dengan σi
MM
adalah standar deviasi pada citra detil MM (yaitu HL, LH, dan HH) pada
dekomposisi level ke-i. σAadalah standar deviasi
pada citra aproksimasi, dan µA
adalah rataan
pada citra aproksimasi.
Standar deviasi pada setiap citra detil memberikan suatu perkiraan detil jumlah dalam setiap detil citra. Rataan pada citra aproksimasi memberikan intensitas informasi tentang citra. Untuk suatu dekomposisi level-L, panjang vektor adalah 3L+2.
Wavelet
Wavelet adalah suatu teknik matematika
yang bermanfaat untuk analisis numerik dan manipulasi dari 1 atau 2 dimensi sinyal.
Transformasinya beroperasi seperti suatu
mikroskop untuk menguji detail partisi sinyal ke dalam komponen frekuensi yang berbeda, lalu memetakan ke koefisien yang memiliki energi
yang berbeda (Jones et al. 1999).
Jadi inti dari analisis wavalet adalah
bagaimana mendekomposisi signal f ke dalam
basis fungsi ψi di mana i merupakan tingkat
dekomposisi. Hal ini dapat dirumuskan dalam bentuk yang sederhana :
∑
= i i i af ψ (1)
Dengan kata lain, wavelet merupakan suatu
cara bagaimana mendapatkan representasi yang
efisien dari signal f dalam bentuk koefisien ai,
sehingga perlu menentukan fungsi ψi yang cocok
dengan data yang ingin direpresentasikan (Roose 1999).
Gambar 2 Wave dan Wavelet.
Wavelet berbeda dengan wave, wave
merupakan fungsi osilasi dari ruang atau waktu
contohnya wave sinus. Wave mempunyai
amplitudo tetap dengan interval -∞≤t≤∞. Di
lain pihak wavelet disebut juga “wave kecil”
yang memiliki energi berhingga dan terlokalisasi di sekitar sebuah titik, di mana fungsinya
mempunyai nilai rata-rata sama dengan 0.
∫ψ(t)dt=0 (Burrus et al. 1998). Contoh seperti
terlihat pada Gambar 2.
3
Haar Wavelet
Misalkan setiap satu dimensi citra dengan 2j
merupakan satu elemen atau vektor dalam Vj.
Maka, karena vektor merupakan satu unit
interval, maka setiap vektor dalam Vj merupakan
bagian dari Vj+1. Dengan demikian Vj dapat
didefinisikan sebagai berikut.
.... 2 1 0 ⊂ ⊂
⊂V V
V
Maka, untuk setiap ruang vektor Vj, fungsi
basis atau scalingfunction didefinisikan sebagai
berikut.
( )
x (2jx i), ji =ϕ −
ϕ i = 0,…,2j
-1 dimana selainnya 1 0 0 1 )
( < <
   = x x ϕ
Sedangkan pada Haar wavelet function
didefinisikan sebagai berikut.
), 2 ( )
(x jx i
j
i =ψ −
ψ i = 0,…,2j
-1 dimana      < < < < − = selainnya 1 x 0,5 0,5 x 0 0 1 1 ) (x ψ
Dengan demikian, waveform dapat dibentuk dari
Haar wavelet pada skala j, di mana Vj
direntangkan seperti pada Gambar 3.
Gambar 3 Haar scaling function dan Haar
wavelet dekomposisi dari V1.
Transformasi Wavelet
Tranformasi wavelet adalah suatu proses
dekomposisi dalam pemfilteran. Pada
pengolahan sinyal digital, pemfilteran dari
sejumlah bilangan (input sinyal) dapat dicapai
dengan menggulung barisan bilangan tersebut dengan himpunan bilangan lain, yang disebut
koefisien filter (Burrus et al. 1998).
Koefisien filter merupakan nilai dari wavelet
yang digunakan. Proses pemfilteran dibagi dua,
yaitu low-pass dan high-pass. Low-pass
digunakan pada low-frequency berupa koefisien
scaling, sedangkan high-pass pada
high-frequency berupa koefisien wavelet (detail
coefficent).
Tranformasi wavelet melakukan proses
splitting pada low-frequency atau aproksimasi
seperti pada Gambar 4.
Gambar 4 Wavelet tree dua dimensi pada dua
tingkat pemfilteran.
Transformasi wavelet melakukan
dekomposisi dan membentuk tree seperti
Gambar 4 untuk merepresentasi sample S.
Representasi sample S seperti yang dicetak tebal
yaitu sample S = AA2 + LH2 + HL2 + HH2 + LH1
+ HL1+ HH1. Transformasi wavelet dapat
dilakukan pada matriks berdimensi satu dan berdimensi dua.
Transformasi Satu-Dimensi Haar Wavelet
Haar wavelet merupakan basis wavelet yang
paling sederhana, sangat mudah untuk
dimengerti dan diimplementasikan. Untuk
melihat bagaimana cara kerja Haar wavelet,
berikut adalah sebuah contoh sederhana. Misalkan diberikan sebuah satu dimensi citra
dengan resolusi 8 pixel, dengan nilai sebagai
berikut.
[2, 2, 0, 2, 3, 5, 4, 4]
Dimulai dengan merata-ratakan setiap
pixelnya, diperoleh sebuah sekuen yang baru
yaitu [2, 1, 4, 4]. Namun, karena proses perataan, maka ada informasi yang hilang. Untuk
memulihkan nilai yang asli (original), dilakukan
penyimpanan terhadap koefisien detilnya (detail
coefficients), yang menampung informasi yang
hilang.
Koefisien detil yang pertama adalah 0, diperoleh dengan mengurangkan 2 – 2 = 0. Selanjutnya, 0 – 1 = -1, 3 – 4 = -1, dan terakhir, 4 – 4 = 0. Proses ini dilakukan secara rekursif,
sampai resolusi citra tinggal satu pixel. Di bawah
S
(2,0) (2,1) (2,2) (2,3)
(1,0) (1,1) (1,2) (1,3)
( 0,0 )
A1 LH HL1
AA2 LH2 HL2 HH2
HH1
V1 = V0⊕ W0
V1
ϕ(2t-k)
W0
ψ(t - k
)
j = 0
j = 1
ini, tabel proses perataan dan pengurangan terhadap citra satu dimensi di atas.
Reso-lusi Perataan
Koefisien Detil
8 [2, 2, 0, 2,3,5,4,4] ---
4 [2, 1, 4, 4] [0, -1, -1, 0]
2 [1.5, 4] [0.5, 0]
1 [2.75] [-1.25]
Untuk satu dimensi basis Haar,
transformasi wavelet dari 8-pixel citra di atas
adalah [2.75, -1.25, 0.5, 0, 0, -1, -1, 0].
Transformasi Dua-Dimensi Haar Wavelet
Terdapat dua cara dalam menggunakan
wavelets untuk menransformasikan nilai-nilai
pixel dalam sebuah citra. Cara pertama disebut
dekomposisi standar (standard-decomposition).
Untuk menentukan dekomposisi standar dari suatu citra, hal yang pertama dilakukan adalah
menransformasikan seluruh nilai pixel setiap
baris pada satu buah matriks citra. Tentu saja transformasi yang digunakan adalah transformasi
Satu-Dimensi Haar wavelet karena dalam satu
baris matriks diasumsikan adalah matriks satu
dimensi. Kemudian transformasi 1D Haar
wavelet dilakukan terhadap seluruh nilai pixel
setiap kolom matriks citra. Gambar 5
mengilustrasikan dekomposisi standar wavelet.
Gambar 5 Dekomposisi standar wavelet suatu
citra.
Cara yang kedua adalah dekomposisi
nonstandar (nonstandard decomposition). Pada
cara kedua ini, transformasi satu dimensi Haar
wavelet dilakukan secara bergantian dalam setiap
dimensi. Proses ini secara rekursif terus dilakukan sampai pada level terendah dicapai.
Gambar 6 Dekomposisi nonstandar wavelet
suatu citra.
Jarak Euclidean
Misalkan D(I, J) adalah jarak kesamaan
antara kueri citra I dengan citra dalam basis data
J; dan fi(I) adalah jumlah pixel, maka jarak
Euclidian didefinisikan sebagai:
(2)
Efektifitas Temu Kembali
Untuk mengevaluasi kinerja suatu sistem
temu kembali, digunakan ukuran Recall dan
Precision.
Recall menyatakan proporsi citra yang
relevan dalam basis data yang terambil sebagai respon dari suatu kueri.
basisdata dalam relevan citra Jumlah
terambil yang relevan citra Jumlah
Recall= (3)
Precision menyatakan proporsi dari citra
yang terambil yang relevan terhadap kueri.
terambil yang citra seluruh Jumlah
terambil yang relevan citra Jumlah
Precision = (4)
METODE PENELITIAN
Proses Temu Kembali Citra
Gambar 3 menunjukkan bagaimana alur temu kembali citra dibuat. Dalam alur terdapat dua buah masukan, yakni input data dan input kueri. Input data merupakan proses ekstraksi
citra menjadi feature vector dari sejumlah citra
5 } , 2 1 , 2 1 , 2 1 , 2 1 ,..., 2 1 , 2 1 , 2 1 , , , { 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 a A L HH L L HL L L LH L L HH HL LH HH HL LH µ σ σ σ σ σ σ σ σ σ σ − − − −
Di lain pihak, input kueri merupakan suatu proses di mana pengguna memasukkan kueri dengan memberikan sebuah contoh citra yang kemudian akan dibandingkan di dalam sistem
(search by example). Citra yang dimasukkan ke
dalam sistem sebagai kueri dapat dilihat pada Lampiran 2.
Garis putus-putus pada Gambar 3
menunjukkan data yang masuk akan diekstrak
dengan algoritma WSD Descriptor kemudian
disimpan dalam basis data. Sedangkan garis tegas menunjukkan proses yang tidak masuk ke dalam basis data.
Gambar 3 Alur sistem temu kembali citra
Proses image matching merupakan proses
untuk menemukembalikan citra dalam basis data yang diharapkan relevan dengan kueri citra. Pada tahapan ini dilakukan penghitungan jarak
kesamaan antara dua buah feature vector.
Setelah didapatkan jarak antara dua buah feature
vector, dilakukan pe-ranking-an terhadap hasil
penghitungan jarak. Jarak yang terpendek merupakan citra basis data yang paling relevan dengan kueri citra.
Ekstraksi Citra dengan Weighted Standard Deviation (WSD) Descriptor
Langkah-langkah pengekstraksian weighted
standard deviation feature vector dari suatu citra
abu-abu adalah sebagai berikut.
1 Translasi citra abu-abu ke dalam level-L
dekomposisi wavelet diskret. Dalam hal ini
digunakan Haarwavelet.
2 Pada setiap level ke-i (i=1, 2, ..., L) terdapat
tiga buah citra detil (HL, LH, dan HH).
Terdapat sebuah citra aproksimasi
tambahan pada level ke-L. Hitung standar deviasi untuk seluruh citra. Hitung juga rataan citra aproksimasi.
3 Weighted standard deviation feature vector
didefinisikan sebagai berikut.
f =
Dengan σiMM adalah standar deviasi pada
citra detil MM (yaitu HL, LH, dan HH) pada
dekomposisi level ke-i. σA adalah standar
deviasi pada citra aproksimasi, dan µA
adalah rataan pada citra aproksimasi.
Pengolahan Citra Digital
Citra digital yang ada dalam koleksi berjumlah seratus. Citra terdiri dari sepuluh kelompok besar yang setiap kelompok diambil dari adegan film Babel, film Kabul Express, Mr. Bean’s Holiday dan beberapa diambil dari Internet. Koleksi citra digital yang diperoleh seluruhnya disimpan dalam format BMP dengan ukuran antara 128 x 128 piksel sampai dengan 256 x 256 piksel. Citra digital ini akan diubah menjadi bentuk vektor dengan menggunakan
algoritma WSD Descriptor, kemudian disimpan
dalam basis data.
Kelompok citra pertama, kedua, dan ketiga merupakan sekuens dari adegan film Babel. Kelompok pertama adalah kelompok sepuluh buah citra di mana seorang wanita yang sedang berbicara dengan latar belakang sebuah hutan stepa. Warna hijau mendominasi latar.
Kelompok kedua adalah sepuluh buah citra sekuens di mana citra menunjukkan adegan
seorang pria yang disorot close up sedang
berjalan di tengah gurun pasir saat senja. Warna kuning keemasan mendominasi kelompok citra ini.
Kelompok ketiga adalah enam buah citra yang menggambarkan seorang anak sedang menembak. Empat adalah sekuens dari satu adegan, sedangkan dua lainnya sekuens dari adegan yang lain. Pengambilan citra dari dua adegan yang berbeda dalam satu kelompok karena. meski dari adegan yang berbeda
kelompok citra ini menunjukkan warna adegan
Image Matching
Interface
Input Data Input Kueri Visualisasi
Ekstraksi feature vector dengan menggunakan algoritma
Weighted Standard Deviation Descriptor (WSD)
Ranking
Hitung Kesamaaan
Basis data Citra
Citra
yang sama dan penunjukan latar yang sama yaitu suasana gurun pada siang hari.
Kelompok citra yang keempat adalah kelompok bunga Lily Putih yang diambil dari Internet. Dalam kelompok ini citra berjumlah
empat belas. Beberapa citra mengalami
perlakuan rotasi dan penskalaan dengan
menggunakan perangkat lunak Adobe Photoshop CS 2.
Yang kelima merupakan kelompok sepuluh buah bunga Aster yang masing-masing citra
adalah hasil dari perlakuan adjusting color
dengan menggunakan perangkat lunak Adobe
Photoshop CS2. Beberapa channel warna seperti
magenta, yellow, green, dan dark ditambahkan
dan dikurangi pada citra original. Penambahan
dan pengurangan channel warna dilakukan
sampai diperoleh sepuluh citra dengan variasi warna yang berbeda.
Kelompok keenam dan ketujuh merupakan
clipartshape yang diambil dari perangkat lunak.
Kelompok keenam terdiri dari sepuluh citra yang diambil dari kumpulan bentuk pada perangkat
lunak Corel Draw 11. Kelompok ketujuh terdiri
dari sepuluh buah citra shape yang diambil dari
perangkat lunak Corel Draw X3. Hanya ada dua
buah warna yang terdapat dalam kedua kelompok citra ini, yaitu hitam dan putih.
Pengambilan citra clipart ini untuk mengetahui
sejauh mana sistem dapat menangkap tekstur dari suatu citra.
Kelompok kedelapan merupakan sepuluh buah citra yang diambil dari sekuens film Mr.Bean’s Holiday. Adegan yang diambil merupakan adegan pembuka pada film Mr. Bean’s Holiday. Objek yang diambil adalah logo perusahaan yang memproduksi film Mr. Bean’s Holiday. Dari sepuluh citra, terlihat perubahan warna dan bentuk objek citra. Perubahan warna yang terjadi pada objek utama citra dari warna keemasan menjadi warna biru. Perubahan bentuk juga terjadi pada objek utama citra, dari bentuk elips polos menjadi elips dengan garis yang melingkar.
Kelompok citra yang kesembilan adalah sepuluh buah citra helikopter yang diambil dari salah satu adegan film Kabul Express. Adegan ini menggambarkan runtutan adegan helikopter yang mendarat di sebuah gurun pada siang hari.
Dengan demikian, warna biru cerah
mendominasi sepuluh buah citra pada kelompok ini.
Kelompok yang terakhir adalah kelompok sepuluh buah citra dari salah satu adegan Mr.
Bean’s Holiday. Warna kuning yang
mendominasi pada kelompok citra ini merupakan warna dari kebun bunga yang menjadi latar adegan film.
Kesleruhan citra yang digunakan dalam basis data dapat dilihat pada Lampiran 1.
Pencocokan Citra (Image Matching)
Setelah citra diekstraksi, kemudian hasil ekstraksi disimpan dalam basis data. Pada saat input dimasukkan ke dalam sistem, maka
dilakukan penghitungan jarak antara feature
vector citra yang dikuerikan dengan feature
vector citra yang berada dalam basis data.
Penghitungan jarak antara dua buah citra menggunakan jarak euclidean yang dirumuskan seperti pada persamaan (1).
Setelah jarak dua buah citra didapat, maka jarak antara kueri citra dengan citra dalam basis data diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar. Semakin kecil jarak antara dua buah citra, maka semakin besar kerelevansiannya.
Spesifikasi Perangkat Keras dan Lunak
Sistem ini dikembangkan dan
diimplementasikan dengan menggunakan
perangkat keras dan perangkat lunak sebagai berikut :
1 Perangkat Keras :
• Prosesor Intel Pentium 3 GHz
• Memori 512 MB
• Hard disk kapasitas100 GB
2 Perangkat Lunak :
• Ms. Windows XP sebagai sistem
operasi.
• Matlab 6.5.0 untuk pemrograman
• Adobe Photoshop CS 2 untuk
memanipulasi citra
• Cyberlink Power DVD 6 untuk
pengambilan sekuens citra (capturing)
pada film.
Matlab digunakan sebagai lingkungan
pemrograman untuk penelitian ini karena Matlab dilengkapi fungsi-fungsi yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan metode pada penelitian ini. Fungsi-fungsi Matlab yang penting dalam penelitian ini antara lain:
• Fungsi wavedec, digunakan untuk
mendekomposisi citra.
• Fungsi imread, digunakan untuk
membaca file citra input berformat BMP yang akan didekomposisi.
• Fungsi imshow dipakai untuk
menampilkan citra hasil temu kembali.
• Fungsi-fungsi yang berkaitan dengan
7
dekomposisi citra, seperti fopen, fclose,
fwrite, danfread.
• Fungsi sort, digunakan untuk
mengurutkan jarak antara kueri citra dengan citra dalam basis data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi Feature Vector
Feature vector yang dibangkitkan dari setiap
citra akan menjadi informasi inti dalam proses
temu kembali citra, karena feature vector
mengandung informasi warna dan tekstur sebuah citra. Pengisolasian informasi warna dan tekstur ini dengan memetakan citra dari ruang warna RGB ke dalam ruang warna YCrCb. Matriks Y menyimpan komponen skala abu-abu, yang berarti menyimpan informasi tekstur, sedangkan Cr dan Cb menyimpan informasi warna.
Citra original 72.BMP Citra yang telah diformat ke dalam YCrCb
Y Cr
Cb
Gambar 8 Tahapan perubahan citra dari ruang warna RGB menjadi YcrCb pada citra 72.BMP.
Pengekstraksian feature vector dari
masing-masing matriks Y, Cr, dan Cb menggunakan
dekomposisi Haar Wavelet level ke-3. Panjang
tiap feature vector yang dihasilkan adalah
sebelas. Dengan demikian, feature vector untuk
sebuah citra merupakan vektor berdimensi 33
yang terbentuk melalui penggabungan feature
vector dari Y, Cr, dan Cb. Jadi sekarang sebuah
feature vector menyediakan informasi warna dan
tekstur sekaligus dengan sebelas elemen pertama dari vektor adalah informasi tekstur, dan sisanya adalah informasi warna.
Sebagai contoh, pada Tabel 1 terlihat hasil ekstraksi lima buah citra pada kelompok citra pertama. Pada Tabel 1, terlihat kedekatan hasil
ekstraksi feature vector lima buah citra dari
kelompok pertama. Sebelas baris pertama
merupakan hasil ekstraksi wavelet dari Y,
sebelas baris kedua dan sebelas baris ketiga adalah hasil ekstraksi wavelet dari Cr dan Cb.
Tabel 1 Contoh hasil ekstraksi pada kelompok citra pertama
1.BMP 2.BMP 3.BMP 4.BMP 5.BMP
18.802 19.584 18.947 18.775 19.054
12.75 13.138 13.681 12.649 12.932
4.6434 4.0042 4.1355 4.5278 4.5201
30.328 32.433 32.018 31.178 31.422
17.267 19.207 18.013 17.322 17.087
5.7061 5.4413 5.4027 5.5767 5.2621
41.492 42.242 41.281 41.427 41.282
11.505 11.125 10.929 10.36 10.678
3.9211 3.3021 3.3759 3.3589 3.3202
318.34 306.21 300.29 309.9 306.89
1164.1 1178 1188.2 1189.4 1187
1.9803 1.8203 1.8346 1.7808 1.7368
0.798 0.83011 0.85638 0.82793 0.80988
0.21863 0.15665 0.1105 0.13644 0.15428
3.443 3.3913 3.2155 3.2277 3.2633
2.5663 2.5586 2.3567 2.3116 2.2364
1.0396 1.028 0.99035 0.9834 0.99467
25.831 25.512 25.976 25.951 25.938
1.5888 1.4041 1.4286 1.3361 1.3914
0.6029 0.5407 0.54852 0.51332 0.52839
38.569 40.361 39.792 39.774 39.888
915.78 921.08 921.78 919.3 919.33
1.8922 1.798 1.8103 1.8175 1.7073
0.5481 0.56047 0.63064 0.5963 0.56184
0.11214 0.10305 0.065835 0.093753 0.099141
3.0376 2.8248 2.9144 2.9932 2.9799
3.3036 3.0561 3.1229 3.0158 3.1871
1.3268 1.2371 1.2642 1.2137 1.1369
26.829 27.271 26.796 26.722 26.664
2.4988 2.1784 2.2854 2.4571 2.3844
0.88688 0.82757 0.91274 0.73928 0.76598
81.741 79.843 81.746 82.526 82.328
1023.5 1027.9 1025.6 1023.7 1022.4
Temu Kembali Citra
Input kueri diambil secara acak dari dalam basis data untuk menguji sistem temu kembali. Sepuluh buah kueri terpilih untuk pengujian
proses temu kembali. Output temu kembali citra
yang berhasil ditemukembalikan dibatasi oleh nilai ambang batas pada ukuran jarak kesamaan. Nilai ambang batas yang diambil adalah 75, 150, 225. Pengambilan nilai ambang batas di bawah
75 akan terlalu sedikit citra relevan
yang
terambil oleh sistem. Beberapa hanya
menemukembalikan citra kueri itu sendiri. Sedangkan apabila nilai ambang batas di atas 225, akan terlalu banyak citra tidak relevan yang terambil oleh sistem.
Perubahan jumlah citra yang terambil pada
Gambar 9 dan Gambar 10. Pada Gambar 9 merupakan contoh hasil temu kembali terhadap kueri citra 1.BMP pada nilai ambang batas 75, 150, dan 225. Pada Gambar 10 merupakan hasil temu kembali terhadap kueri citra 41.BMP. Dari kedua gambar tersebut dapat dilihat dengan semakin kecilnya nilai ambang batas, maka semakin sedikit jumlah citra yang terambil. Hal ini dikarenakan perhitungan jarak kesamaan, di mana semakin kecil jarak antara citra kueri dengan citra dalam basis data, maka semakin besar nilai relevansinya. Maka, ketika suatu citra dimasukkan ke dalam sistem sebagai kueri, paling tidak sistem akan menemukembalikan citra itu sendiri, karena hasil perhitungan jarak antara citra kueri dan citra dalam basis data adalah nol.
1 .bm p 7 .bm p 8 .bm p 2 .bm p 1 0.b m p
6 .bm p 5 .bm p 4 .bm p 9 .bm p 3 .bm p
(a) Hasil temu kembali terhadap 1.BMP pada nilai ambang batas 75
1 .bm p 7 .bm p 8 .bm p 2 .bm p 1 0.b m p
6 .bm p 5 .bm p 4 .bm p 9 .bm p 3 .bm p
(b) Hasil temu kembali terhadap 1.BMP pada nilai ambang batas 150
1.b m p 7 .bm p 8.bm p 2 .bm p 10 .bm p
6.b m p 5 .bm p 4.bm p 9 .bm p 3.b m p
30 .bm p 2 3.b m p 19 .bm p 2 4.bm p 18 .bm p
21 .bm p 1 4.b m p 15 .bm p 1 7.bm p
(c) Hasil temu kembali terhadap 1.BMP pada nilai ambang batas 225
Gambar 9 Contoh hasil temu kembali terhadap
citra kueri 1.BMP
.
41.bmp 42.bmp
(a) Hasil temu kembali terhadap kueri citra 41.BMP pada nilai ambang batas 75
41.bmp 42.bmp 43.bmp 44.bmp
(b) Hasil temu kembali terhadap kueri citra 41.BMP pada nilai ambang batas 150
41.bmp 42.bmp 43.bmp 44.bmp 45.bmp
46.bmp 47.bmp 48.bmp 49.bmp
© Hasil temu kembali terhadap kueri citra 41.BMP pada nilai ambang batas 225
Gambar 10 Contoh hasil temu kembali terhadap citra kueri 41.BMP.
Pada Gambar 9 hasil temu kembali terhadap citra kueri pada nilai ambang batas 75 dan 150 sama, namun saat nilai ambang batas sama dengan 225, banyak hasil temu kembali yang tidak relevan. Di lain pihak, pada Gambar 10, terlihat hasil temu kembali terhadap citra kueri 41.BMP. Pada nilai ambang batas 75, hanya ada dua buah citra hasil temu kembali. Pada nilai ambang batas 150, ditemukembalikan empat buah citra yang relevan, dan pada nilai ambang batas 225 ditemukembalikan Sembilan buah citra yang relevan.
Untuk lebih lengkapnya, hasil temu kembali untuk masing-masing nilai ambang batas dapat dilihat pada Lampiran 4, Lampiran 5, dan Lampiran 6.
Recall-Precision
Diagram recall-precision memberikan
gambaran umum terhadap keefektifan temu
kembali citra. Nilai recall yang digunakan adalah
10% sampai dengan 100%. Nilai ini
menunjukkan jumlah bagian citra dari seluruh
citra terambil untuk perhitungan nilai precision.
aMisalkan untuk nilai recall 30% berarti jumlah
citra yang digunakan untuk perhitungan nilai
precision adalah 30% dari seluruh citra yang
terambil. Nilai precision untuk nilai 30% adalah
9
Sepuluh buah kueri digunakan untuk
pencarian citra dalam sistem temu kembali. Satu kelompok citra menggunakan satu buah kueri citra yang dipilih secara acak dari kelompoknya. Citra yang relevan ditentukan secara manual dengan memperhatikan kemiripan antar citra yang terdapat dalam koleksi.
Setelah masing-masing nilai recall-precision
untuk masing-masing kueri citra didapatkan,
maka ditarik satu garis rata-rata dari nilai
recall-precision pada masing-masing kueri citra.
Rata-rata nilai recall-precision memenuhi persamaan
sebagai berikut.
∑
= = q N i q i N r P r P 1 ) ( )( (5)
Di mana
P
(
r
)
adalah precision rataan padarecall level ke-r. Nq adalah jumlah kueri yang
digunakan. Sedangkan Pi(r) adalah precision
pada recall level ke-r pada kueri ke-i.
Dari Tabel 2 terlihat nilai recall-precision
pada masing-masing nilai ambang batas 75, 150,
dan 225. Nilai precision meningkat seiring
kenaikan nilai ambang batas. Pada nilai ambang batas 225, citra yang relevan dalam basis data banyak yang ditemukembalikan oleh sistem,
sehingga menaikkan nilai precision.
Tabel 2 Nilai recall-precision pada nilai ambang
batas 75, 150, dan 225 (dalam %).
Precision Recall Ambangbatas =75 Ambangbatas =150 Ambangbatas =225
10 100 100 100
20 90 90 100
30 70 87,78 98,18
40 55,71 83,21 84,17
50 40 67,14 78,33
60 40 66,67 78,18
70 40 56 77,78
80 30 40 77,5
90 30 40 77,14
100 19,091 39,09 65,76
Gambaran kenaikan efektifitas temu kembali secara umum dapat dilihat pada Gambar 12, Gambar 13, dan Gambar 14. Pada Gambar 13,
terlihat penurunan tajam nilai precision di titik
recall sama dengan 30%. Pada titik recall sama
dengan 30%, nilai precsion mencapai 70%.
Terjadi penurunan sekitar 20% dari titik recall
sebelumnya. Sedangkan pada titik lainnya penurunan hanya terjadi sekitar 10%. Pada nilai
ambang batas ini, citra relevan yang berhasil ditemukembalikan hanya sekitar 50% dari keseluruhan citra yang relevan dalam basisdata.
Pada Gambar 12, dimana nilai ambang batas yang diambil adalah 150, penurunan tajam nilai
precision terjadi pada nilai recall sama dengan
50%. Pada nilai ambang batas ini, citra relevan yang dapat ditemukembalikan berkisar 68% dari seluruh citra relevan dalam basis data.
Di lain pihak, pada Gambar 13 di mana nilai ambang batas yang diambil adalah 225, penurunan grafik yang signifikan tidak terjadi. Hal ini dikarenakan pada nilai ambang batas ini, banyak citra relevan yang ditemukembalikan. Citra relevan yang ditemukembalikan berkisar 85% dari seluruh citra relevan dalam basis data.
Gambar 11 Grafik recall-precision pada nilai
ambang batas 75.
Gambar 12 Grafik recall-precision pada nilai
ambang batas 150.
Gambar 13 Grafik recall-precision pada nilai
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pada penelitian ini disajikan sebuah sistem pengindeksan wavelet yang terintegrasi. Dalam
proses ekstraksi, Haarwavelet digunakan untuk
mengekstrak feature vector yang berdimensi 33
dari seluruh koleksi citra dalam basis data. Dengan wavelet, fitur warna dan tekstur dapat diekstraksi sekaligus dengan cara yang lebih sederhana. Hasil pencarian terbaik adalah kueri citranya sendiri karena jaraknya adalah nol.
Pada nilai ambang batas 75, penurunan
tajam nilai recall-precision terjadi pada titik
recall sama dengan 30%. Pada nilai ambang
batas ini, citra relevan yang terambil sekitar 50% dari keseluruhan citra yang relevan dalam basisdata. Pada nilai ambang batas 150, citra relevan yang dapat ditemukembalikan berkisar 68% dari seluruh citra relevan dalam basis data. Di lain pihak, pada nilai ambang batas 225, citra relevan yang ditemukembalikan berkisar 85% dari seluruh citra relevan dalam basis data.
Saran
Pengembangan pada sistem temu kembali berbasis wavelet ini dapat dilakukan dengan
menggunakan relevance feedback. Setelah
melakukan proses pencarian tahap pertama, pengguna mengidentifikasi sebuah citra yang paling relevan sebagai kueri baru. Kemudian sistem secara otomatis mereformula kueri berdasarkan penilaian pengguna.
Selain itu sistem ini perlu diuji kembali dengan data yang lebih besar. Tidak hanya dilakukan terhadap citra dengan format BMP tapi juga dengan format lain seperti JPG. Juga penting untuk menentukan metode penghitungan jarak kesamaan anatara dua buah citra untuk memberikan hasil temu kembali yang terbaik. Pengembangan metode juga dapat dilakukan dengan menambahkan beberapa fitur basis
seperti bentuk (shape).
DAFTAR PUSTAKA
Bhagavathy S, Chhabra K. Wavelet Based Image
Retrieval. http://www. vision. ece. ucsb.
edu/~sitaram/pdf/ece278a.pdf [9 Mei 2006].
Burrus C S, Ramesh A G, Hai T G. 1998. Introduction to Wavelets and Wavelets
Tranforms A Primer. Prentice-Hall, Inc.
Fuhui L. 2001. Fundamentals of Content_based
Image Retrieval.
http://www.research.microsoft.com/asia [10 Januari 2007]
Gonzales R C, Woods R E 2002. Digital Image
Processing. Addison - Wesley Publishing.
Reading, Massachussetts.
Jones C L, Lonergan G T, Mainwairing D E.
1999. Wavelet packet Computation of the
Hurst Exponent. Swinburne University of
Technology, Australia.
Roose D, Butheel A. 1999. Wavelet: Software
and applications. Department of Computer
Lampiran 1 Citra yang digunakan dalam basis data
1.BMP 2.BMP 3.BMP 4.BMP 5.BMP
6.BMP 7.BMP 8.BMP 9.BMP 10.BMP
11.BMP 12.BMP 13.BMP 14.BMP 15.BMP
16.BMP 17.BMP 18.BMP 19.BMP 20.BMP
21.BMP 22.BMP 23.BMP 24.BMP 25.BMP
26.BMP 27.BMP 28.BMP 29.BMP 30.BMP
31.BMP 32.BMP 33.BMP 34.BMP 35.BMP
13
Lampiran 1 Lanjutan
41.BMP 42.BMP 43.BMP 44.BMP 45.BMP
46.BMP 47.BMP 48.BMP 49.BMP 50.BMP
51.BMP 52.BMP 53.BMP 54.BMP 55.BMP
56.BMP 57.BMP 58.BMP 59.BMP 60.BMP
61.BMP 62.BMP 63.BMP 64.BMP 65.BMP
66.BMP 67.BMP 68.BMP 69.BMP 70.BMP
71.BMP 72.BMP 73.BMP 74.BMP 75.BMP
76.BMP 77.BMP 78.BMP 79.BMP 80.BMP
Lampiran 1 Lanjutan
86.BMP 87.BMP 88.BMP 89.BMP 90.BMP
91.BMP 92.BMP 93.BMP 94.BMP 95.BMP
96.BMP 97.BMP 98.BMP 99.BMP 100.BMP
Lampiran 2 Citra yang menjadi kueri
1.BMP 11.BMP 21.BMP 31.BMP 41.BMP
15
Lampiran 3 Jarak antara feature vector kueri citra dengan feature vector citra dalam basis data
CITRA YANG DIKUERIKAN CITRA
dalam
BASIS DATA 1.bmp 11.bmp 21.bmp 31.bmp 41.bmp 51.bmp 61.bmp 71.bmp 81.bmp 91.bmp
1.bmp 0 240.17 219.13 502.18 589.14 678.72 507.64 1034.5 744.85 407.05
2.bmp 20.129 257.26 237.32 517.52 599.47 687.06 519.37 1045.4 759.23 417.49
3.bmp 30.879 268.99 249.18 528.66 604.89 695.74 526.27 1054.4 769.95 425.78
4.bmp 27.016 266.48 244.76 527.74 603.81 697.24 517.85 1057.5 770.18 423.45
5.bmp 26.012 265.33 244.45 526.21 602.26 696.26 520.41 1054.6 768.26 423.42
6.bmp 24.173 247.65 231.45 506.31 591.57 676.35 530.26 1028 746.01 411.9
7.bmp 86.966 241.72 221.13 502.29 589.15 675.49 508.97 1033.8 744.75 408.75
8.bmp 14.494 250.97 231.39 511.76 593.69 683.03 520.1 1039.1 753.33 413.27
9.bmp 29.069 268.03 246.29 528.7 604.74 695.9 518.63 1058 771.08 424.14
10.bmp 23.522 260.78 238.42 521.52 600.44 691.62 510.75 1053.8 764.56 420.5
11.bmp 240.17 0 63.4 282.22 493.83 552.97 463.34 846.42 528.04 327.68
12.bmp 259.09 24.433 80.153 260.26 479.03 548.67 469.11 826.44 506.28 340.24
13.bmp 227.54 28.305 46.648 296.75 497.04 571.31 439.28 870.18 545.47 335.34
14.bmp 219.68 50.934 40.567 311.29 501.06 585.5 419.58 890.95 561.71 340.61
15.bmp 220.31 39.497 42.054 307.15 503.93 575.84 431.83 881.88 556.13 333.6
16.bmp 236.41 74.183 63.659 282.98 490.18 554.23 462.36 847.74 529.43 332.57
17.bmp 223.06 29.598 42.088 305.68 505.89 565.77 443.9 874.98 553.28 322.31
18.bmp 216.72 38.137 45.748 317.62 510.67 563.88 455.91 879.42 563.67 309.91
19.bmp 211.33 39.405 52.328 319.95 518.29 560.87 462.2 877.94 564.56 307.69
20.bmp 231.18 32.913 80.859 296.4 508.02 544.43 491.45 842.53 536.5 312.86
21.bmp 219.13 63.4 0 323.74 513.34 567.24 421.87 900.19 573.59 315.09
22.bmp 256.64 45.881 45.171 281.76 499.49 543.05 437.13 858.39 530.1 316.88
23.bmp 190.83 87.182 39.257 356.32 531.55 594.06 414.49 931.51 606.29 317.6
24.bmp 212.92 68.095 13 330.36 522.01 562.38 426.56 903.4 579.02 308.39
25.bmp 275.74 294.62 240.03 508.1 602.35 736.82 250.6 1119.2 760.55 445.91
26.bmp 270.04 300.1 245.4 517.88 607.53 742.27 258.73 1127.7 770.9 448.44
27.bmp 375.17 156.12 178.35 163.15 448.33 538.28 432.77 777.9 421.95 413
28.bmp 553.11 329.86 355.55 116.88 485.31 522.52 518.93 672.29 285.84 524.74
29.bmp 502.18 282.22 323.74 0 440.25 516.42 565.76 623.39 266.22 509.02
30.bmp 179.94 159.99 138.89 374.95 497.65 642.95 379.11 960.93 629.7 422.96
31.bmp 502.18 282.22 323.74 0 440.25 516.42 565.76 623.39 266.22 509.02
32.bmp 547.7 322.84 343.91 147.66 470.94 550.46 490.5 710.27 333.92 513.67
33.bmp 297.85 252.1 206.96 423.48 540.59 672.68 243.28 1038.6 679.62 441.88
34.bmp 297.85 252.1 206.96 423.48 540.59 672.68 243.28 1038.6 679.62 441.88
35.bmp 547.7 322.84 343.91 147.66 470.94 550.46 490.5 710.27 333.92 513.67
36.bmp 547.7 322.84 343.91 147.66 470.94 550.46 490.5 710.27 333.92 513.67
37.bmp 375.17 156.12 178.35 163.15 448.33 538.28 432.77 777.9 421.95 413
38.bmp 375.17 156.12 178.35 163.15 448.33 538.28 432.77 777.9 421.95 413
Lampiran 3. Lanjutan
40.bmp 547.7 322.84 343.91 147.66 470.94 550.46 490.5 710.27 333.92 513.67
41.bmp 589.14 493.83 513.34 440.25 0 805.66 654.4 845.13 582.26 778.49
42.bmp 570.41 470.25 490.08 420.21 33172 778.14 644.93 832.46 568.02 749.8
43.bmp 526.46 405.77 428.69 352.97 109.16 708.82 617.45 787.63 513.16 678.33
44.bmp 527.48 400.39 424.61 345.02 136.07 687 628.36 771.35 502.84 662.74
45.bmp 510.25 377.67 402.05 328.09 161.92 665.8 617.31 766 493.41 635.65
46.bmp 472.17 337.21 359.02 309.29 185.7 653.6 575.79 784.58 495.48 599.32
47.bmp 454.75 322.88 342.15 312.1 192.8 662.97 552.72 805.19 508.11 589.06
48.bmp 438.46 302.39 322.24 297.52 207.03 659.19 537.38 804.47 500.75 574.35
49.bmp 432.59 298.22 318.17 297.69 207.07 670.38 531.15 809.28 502.73 576.29
50.bmp 407.89 263.58 286.69 278.48 245.92 655.53 527.33 798.99 491 542.35
51.bmp 678.72 552.97 567.24 516.42 805.66 0 845.01 728.97 580.34 498.9
52.bmp 490.49 527.87 517.6 659.77 827.18 439.41 754.03 1047 838.01 493.84
53.bmp 296.7 426.56 408.69 644.24 777.76 576.08 685.1 1093 860.26 415.54
54.bmp 546.61 506.45 503 601.04 856.26 265.81 799.41 923.08 740.14 379.78
55.bmp 411.29 350.46 366.76 439.47 687.28 300.65 721.23 795.7 598.55 354.37
56.bmp 544.38 416.48 445.76 395.77 701.2 208.5 789.19 648.54 486.1 424.08
57.bmp 465.47 513 501.26 661.54 834.45 449.46 750.14 1055.4 844.95 462.71
58.bmp 490.37 453.51 460.79 500.69 667.16 315.78 734.12 849.47 651.9 514.89
59.bmp 614.15 554.24 559.07 594.66 817.89 186.92 849.09 859.18 707.55 489.77
60.bmp 617.52 568.5 568.07 639.01 923.18 254.98 844.98 925.03 756.47 433.9
61.bmp 507.64 463.34 421.87 565.76 654.4 845.01 0 1183.2 790.42 623.62
62.bmp 481.13 531.7 482.74 700.64 739.86 939.25 202.79 1321.3 943.47 669.39
63.bmp 529.23 477.86 436.39 570.99 662.8 850.85 43775 1186.7 792.24 633.89
64.bmp 494.92 504.87 457.43 647.78 706.25 902.82 120.14 1269.7 884.11 650.43
65.bmp 535.03 436.02 404.07 484.32 611.5 789.45 120.65 1090.9 692.85 607.82
66.bmp 446.31 495.01 446.71 665.47 710.45 908.65 191.21 1285.5 910.11 641.03
67.bmp 469.78 440.63 397.34 560.23 644.95 836.21 54136 1181 792.93 605.35
68.bmp 430.64 423.8 379.37 564.3 640.76 834.1 98.95 1186 803.77 592.4
69.bmp 463.35 462.76 416.66 602.24 670.79 865.48 97.97 1224 839.72 619.47
70.bmp 457.08 493.93 445.58 657.05 706.9 903.92 171.97 1278.3 900.11 640.46
71.bmp 1034.5 846.42 900.19 623.39 845.13 728.97 1183.2 0 410.87 956.92
72.bmp 1012.6 819.89 872.73 592.92 820.91 702.46 1151.3 41.214 378.11 929.77
73.bmp 1000.5 805.26 857.64 575.87 808.04 690.28 1133.1 62.698 359.38 915.56
74.bmp 989.14 791.83 843.84 559.49 796.44 681.98 1115.3 81.517 340.17 904.16
75.bmp 981.63 783.05 834.86 548.72 789.02 677.76 1103.5 93.797 327.27 897.18
76.bmp 979.24 780.8 832.81 545.64 787.6 681.22 1100.2 95.552 322.65 897.39
77.bmp 990.84 796.36 849.45 563.96 802.07 703.67 1120 74.157 342.69 916.27
78.bmp 998.95 808.25 861.78 577.78 804.42 716.5 1135.2 60.874 359.79 932.45
79.bmp 1029.2 846.44 900.45 625.33 825.17 738.05 1186.5 49.306 419.78 967.65
17
Lampiran 3. Lanjutan
81.bmp 744.85 528.04 573.59 266.22 582.26 580.34 790.42 410.87 0 696.3
82.bmp 808.85 610.03 661.93 373.6 650.19 605.18 926.39 272 164.69 761.98
83.bmp 645.11 433.64 480.46 181.52 525.26 546.05 719.82 474.68 111.57 623.42
84.bmp 693.13 475.27 519.51 212.39 547.51 564.13 733.59 463.12 59.56 655.08
85.bmp 572.99 360.51 405.27 114.47 485.46 538.62 638.94 555.04 181.54 572.07
86.bmp 825.58 603.65 646.16 337.57 635.78 621.35 838.38 397.82 90336 757.15
87.bmp 751.92 533.59 578.09 269.8 586.01 584.22 789.28 416.33 21907 700.3
88.bmp 692.91 468.64 497.59 225.86 545.86 605.18 621.37 611.55 207.72 647.91
89.bmp 733.81 520.95 568.3 264.03 578.57 573.38 799.15 396.94 37231 690.28
90.bmp 515.15 313.46 326.07 201.84 481.13 610.03 415.92 781.48 379.36 537.49
91.bmp 407.05 327.68 315.09 509.02 778.49 498.9 623.62 956.92 696.3 0
92.bmp 407.53 328.76 315.94 509.59 780.04 495.99 623.35 957.5 696.74 53.961
93.bmp 405.5 327.99 315.65 509.24 781 494.32 624.95 956.1 696.17 10.553
94.bmp 407.65 326.37 316.37 503.38 779.2 486.17 631.32 944.74 687.76 19.603
95.bmp 409.16 314.3 308.29 480.66 762.82 465.38 632.83 917.07 661.88 42.702
96.bmp 409.4 302.54 296.36 462.73 747.62 457.11 618.29 906.26 644.86 54.601
97.bmp 408.32 357.74 336.96 556.45 814.22 542.9 614.51 1018.4 750.88 63.675
98.bmp 409.22 294.15 292.61 446.42 734.7 443.89 627.85 881.81 625.21 76.673
99.bmp 409.11 281.72 279.93 429.14 719.51 445.84 610.22 874.97 610.11 88.406
100.bmp 407.57 327.99 315.23 508.47 779.21 495.74 622.54 956.69 695.62 53.167
Lampiran 4 Hasil temu kembali pada nilai ambang batas 75.
1 .bm p 7 .bm p 8 .bm p 2 .bm p 1 0.b m p
6 .bm p 5 .bm p 4 .bm p 9 .bm p 3 .bm p
(a)
Hasil temu kembali citra kueri 1.BMP11.bmp 16.bmp 12.bmp 13.bmp 17.bmp
20.bmp 18.bmp 19.bmp 15.bmp 22.bmp
14.bmp 21.bmp 24.bmp
(b) Hasil temu kembali citra kueri 11.BMP
21.bmp 24.bmp 23.bmp 14.bmp 15.bmp
17.bmp 22.bmp 18.bmp 13.bmp 19.bmp
11.bmp 16.bmp
(c) Hasil temu kembali citra kueri 21.BMP
29.bmp 31.bmp
71.bmp 72.bmp 79.bmp 78.bmp 73.bmp
80.bmp 77.bmp
Lampiarn 4. Lanjutan
41.bmp 42.bmp
(e)
Hasil temu kembali citra kueri 41.BMP51.BMP
(f) Hasil temu kembali citra kueri 51.BMP
61.bmp 63.bmp 67.bmp
(g) Hasil temu kembali citra kueri 61.BMP
(h) Hasil temu kembali citra kueri 71.BMP
81.bmp 87.bmp 89.bmp 84.bmp
(i) Hasil temu kembali citra kueri 81.BMP
91.bmp 100.bmp 92.bmp 93.bmp 94.bmp
95.bmp 96.bmp 97.bmp
(j) Hasil temu kembali citra kueri 91.BMP
Lampiran 5 Hasil temu kembali pada nilai ambang batas 150.
1 .bm p 7 .bm p 8 .bm p 2 .bm p 1 0.b m p
6 .bm p 5 .bm p 4 .bm p 9 .bm p 3 .bm p
(a) Hasil temu kembali citra kueri 1.BMP
11.bmp 16.bmp 12.bmp 13.bmp 17.bmp
20.bmp 18.bmp 19.bmp 15.bmp 22.bmp
14.bmp 21.bmp 24.bmp 23.bmp
(b) Hasil temu kembali citra kueri 11.BMP
21.bmp 24.bmp 23.bmp 14.bmp 15.bmp
17.bmp 22.bmp 18.bmp 13.bmp 19.bmp
11.bmp 16.bmp 12.bmp 20.bmp 30.bmp
(c) Hasil temu kembali citra kueri 21.BMP
29.bmp 31.bmp 85.bmp 28.bmp 39.bmp
32.bmp 35.bmp 36.bmp 40.bmp
19
Lampiran 5. Lanjutan
41.bmp 42.bmp 43.bmp 44.bmp
(e) Hasil temu kembali citra kueri 41.BMP
51.BMP
(f) Hasil temu kembali citra kueri 51.BMP
61.bmp 63.bmp 67.bmp 69.bmp 68.bmp
64.bmp 65.bmp
(g) Hasil temu kembali citra kueri 61.BMP
76.BMP
80.BMP
(h) Hasil temu kembali citra kueri 71.BMP
81.bmp 87.bmp 89.bmp 84.bmp 86.bmp
83.bmp
(i) Hasil temu kembali citra kueri 81.BMP
94.BMP
99.BMP
(j) Hasil temu kembali citra kueri 91.BMP
Lampiran 6 Hasil temu kembali pada nilai ambang batas 225.
1.b m p 7 .bm p 8.bm p 2 .bm p 10 .bm p
6.b m p 5 .bm p 4.bm p 9 .bm p 3.b m p
30 .bm p 2 3.b m p 19 .bm p 2 4.bm p 18 .bm p
21 .bm p 1 4.b m p 15 .bm p 1 7.bm p
(a) Hasil temu kembali citra kueri 1.BMP
11.bmp 16.bmp 12.bmp 13.bmp 17.bmp
20.bmp 18.bmp 19.bmp 15.bmp 22.bmp
14.bmp 21.bmp 24.bmp 23.bmp 27.bmp
37.bmp 38.bmp 30.bmp
(b) Hasil temu kembali citra kueri 11.BMP
21.bmp 24.bmp 23.bmp 14.bmp 15.bmp
17.bmp 22.bmp 18.bmp 13.bmp 19.bmp
11.bmp 16.bmp 12.bmp 20.bmp 30.bmp
27.bmp 37.bmp 38.bmp 33.bmp 34.bmp
1.bmp 7.bmp
29.bmp 31.bmp 85.bmp 28.bmp 39.bmp
32.bmp 35.bmp 36.bmp 40.bmp 27.bmp
37.bmp 38.bmp 83.bmp 90.bmp 84.bmp
(d) Hasil temu kembali citra kueri 31.BMP
45.BMP
(e) Hasil temu kembali citra kueri 41.BMP
51.bmp 59.bmp 56.bmp
(f) Hasil temu kembali citra kueri 51.BMP
68.BMP
62.BMP
(g) Hasil temu kembali citra kueri 61.BMP
76.BMP
80.BMP
(h) Hasil temu kembali citra kueri 71.BMP
81.bmp 87.bmp 89.bmp 84.bmp 86.bmp
83.bmp 82.bmp 85.bmp 88.bmp
(i) Hasil temu kembali citra kueri 81.BMP
94.BMP
99.BMP
TEMU KEMBALI CITRA DENGAN
WEIGHTED STANDARD DEVIATION
(WSD)
DESCRIPTOR
YUYUN SARIMA ULFA HARAHAP
DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
YUYUN SARIMA ULFA HARAHAP. Temu Kembali Citra dengan Weighted Standard Deviation
(WSD) Descriptor. Dibimbing oleh JULIO ADISANTOSO dan FIRMAN ARDIANSYAH.
Berbagai metode dikembangkan untuk menghasilkan suatu sistem temu kembali citra yang efektif dan efisien. Salah satu metode yang populer adalah dengan menggunakan wavelet untuk mengekstrak
citra. Dalam penelitian ini, Haar wavelet digunakan untuk mengekstrak citra menjadi suatu feature
vector. Sebelum diekstrak, citra dengan ruang warna RGB terlebih dahulu dikonversi ke dalam
bentuk ruang warna YCrCb. Hasil dari pengekstraksian berupa vektor berdimensi 33.
Evaluasi hasil temu kembali menggunakan rataan precision untuk tiap tingkat recall. Digunakan
sepuluh buah input kueri citra untuk pengujian sistem. Pada perhitungan nilai recall-precision, nilai
ambang batas yang diambil adalah 75, 150, dan 225. Pada nilai ambang 75, citra relevan yang terambil berkisar 50% dari seluruh citra relevan dalam basis data. Pada nilai ambang 150, citra relevan yang terambil berkisar 68% dari seluruh citra relevan dalam basis data. Di lain pihak, citra relevan yang terambil berkisar 85% pada nilai ambang batas 225.
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini pencitraan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari manusia. Berbagai bidang ilmu membutuhkan citra sebagai referensi ataupun data untuk menganalisa. Misalnya, dalam dunia kedokteran informasi citra hasil X-ray dibutuhkan untuk analisa penyakit, atau
dalam dunia meteorologi para pakarnya
menggunakan informasi citra satelit untuk menganalisa cuaca. Tentu saja, citra-citra yang diperoleh saat ini lebih banyak disimpan dalam suatu basis data dengan format digital untuk digunakan lagi di waktu mendatang. Pencarian citra dalam basis data inilah yang kemudian menjadi isu bagi para peneliti di lingkungan informasi teknologi, bagaimana agar informasi yang dicari dalam basis data dapat dicari dengan cepat dan hasil yang akurat.
Dulu, sistem yang banyak digunakan untuk pencarian citra adalah dengan berbasis teks. Pada pencarian citra berbasis teks ini, input citra dan penggambaran citra dalam basis data berbentuk teks. Sehingga proses pendataan citra dalam basis data akan memakan waktu yang lama. Selain itu untuk penggambaran kandungan suatu citra oleh setiap individu berbeda. Hal ini mengakibatkan sulit untuk mengidentifikasi suatu citra dalam basis data. Kendala-kendala ini mendorong untuk ditemukannya suatu metode baru yang lebih efektif dan efisien dalam pencarian citra.
Kemudian, sistem temu kembali citra
berbasis kandungan (Content Based Image
Retrieval) mulai menarik perhatian. Dengan
sistem temu kembali citra berbasis kandungan,
properti citra seperti warna (color), tekstur
(texture), dan bentuk (shape) digunakan untuk
pencarian citra dalam basis data. Untuk mempermudah pencarian, properti-properti citra ini diekstrak ke dalam fitur pada level rendah
(low-level feature).
Untuk mengekstraksi citra, berbagai metode dikembangkan agar sistem temu kembali yang dibuat efektif dan efisien. Pada penelitian ini
digunakan Haar wavelet untuk mengekstrak
tekstur dan warna citra sehingga didapatkan
feature vector-nya. Feature vector ini kemudian
akan disimpan dalam basis data untuk digunakan
dalam proses pencarian. Penggunaan wavelet
dalam penelitian ini karena wavelet mampu
menangkap properti-properti citra sekaligus,
sehingga diharapkan waktu yang dihabiskan dalam satu kali proses pencarian relatif tidak memakan waktu yang lama. Di lain pihak,
wavelet yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Haar wavelet karena wavelet ini paling
sederhana dan mudah diimplementasikan.
Ruang Lingkup dan Batasan
Wavelet yang digunakan pada penelitian ini
adalah Haar wavelet, dengan menggunakan
dekomposisi standar sampai pada level tiga.
Weighted Standard Deviation (WSD)
Descriptor mengolah kandungan citra hanya
pada tekstur dan warna.
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini untuk
mengukur kinerja algoritma Weighted Standard
Deviation (WSD) Descriptor dari segi
keakuratan yang dihasilkan dalam proses pencarian citra dalam basis data. Algoritma
WSD Descriptor menggunakan Haar wavelet
untuk mendapatkan feature vector.
TINJAUAN PUSTAKA
Representasi Citra Digital
Citra digital adalah sebuah fungsi intensitas cahaya f(x, y) dengan x dan y menunjukkan koordinat spasial dan nilai f pada setiap titik (x,y) menunjukkan kecerahan citra pada titik tersebut (Gonzales & Woods 2002).
Citra digital dapat ditampilkan dalam bentuk matriks berukuran mxn dengan m menunjukkan banyaknya sel dalam baris dan n menunjukkan banyaknya sel dalam kolom (Gambar 1). Tiap sel
matrik atau disebut picture element (disingkat
pixel) menyimpan nilai intensitas warna dari
[image:30.612.345.462.497.579.2]koordinat spasial tersebut. Jadi citra digital dapat dinyatakan dalam matrik MxN sel.
Gambar 1 Representasi citra berukuran mxn.
Representasi citra digital ada dua jenis yaitu
citra skala-keabuan (grayscale) dengan format
8-bit dan citra berwarna dengan format 24-bit.
Untuk citra dengan modus skala 8-bit, setiap titik
direpresentasikan dengan fungsi f(x,y) yang
mempunyai 256 intensitas kecerahan (28 = 256).
Nilai ini berkisar antar 0 hingga 255 dengan nilai 0 menunjukkan intensitas paling gelap (hitam)
f(x1,y1) ... f(xm,y1)
. . .
. . .
. . .
f(x1,yn) ... f(xm,yn) x
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini pencitraan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari manusia. Berbagai bidang ilmu membutuhkan citra sebagai referensi ataupun data untuk menganalisa. Misalnya, dalam dunia kedokteran informasi citra hasil X-ray dibutuhkan untuk analisa penyakit, atau
dalam dunia meteorologi para pakarnya
menggunakan informasi citra satelit untuk menganalisa cuaca. Tentu saja, citra-citra yang diperoleh saat ini lebih banyak disimpan dalam suatu basis data dengan format digital untuk digunakan lagi di waktu mendatang. Pencarian citra dalam basis data inilah yang kemudian menjadi isu bagi para peneliti di lingkungan informasi teknologi, bagaimana agar informasi yang dicari dalam basis data dapat dicari dengan cepat dan hasil yang akurat.
Dulu, sistem yang banyak digunakan untuk pencarian citra adalah dengan berbasis teks. Pada pencarian citra berbasis teks ini, input citra dan penggambaran citra dalam basis data berbentuk teks. Sehingga proses pendataan citra dalam basis data akan memakan waktu yang lama. Selain itu untuk penggambaran kandungan suatu citra oleh setiap individu berbeda. Hal ini mengakibatkan sulit untuk mengidentifikasi suatu citra dalam basis data. Kendala-kendala ini mendorong untuk ditemukannya suatu metode baru yang lebih efektif dan efisien dalam pencarian citra.
Kemudian, sistem temu kembali citra
berbasis kandungan (Content Based Image
Retrieval) mulai menarik perhatian. Dengan
sistem temu kembali citra berbasis kandungan,
properti citra seperti warna (color), tekstur
(texture), dan bentuk (shape) digunakan untuk
pencarian citra dalam basis data. Untuk mempermudah pencarian, properti-properti citra ini diekstrak ke dalam fitur pada level rendah
(low-level feature).
Untuk mengekstraksi citra, berbagai metode dikembangkan agar sistem temu kembali yang dibuat efektif dan efisien. Pada penelitian ini
digunakan Haar wavelet untuk mengekstrak
tekstur dan warna citra sehingga didapatkan
feature vector-nya. Feature vector ini kemudian
akan disimpan dalam basis data untuk digunakan
dalam proses pencarian. Penggunaan wavelet
dalam penelitian ini karena wavelet mampu
menangkap properti-properti citra sekaligus,
sehingga diharapkan waktu yang dihabiskan dalam satu kali proses pencarian relatif tidak memakan waktu yang lama. Di lain pihak,
wavelet yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Haar wavelet karena wavelet ini paling
sederhana dan mudah diimplementasikan.
Ruang Lingkup dan Batasan
Wavelet yang digunakan pada penelitian ini
adalah Haar wavelet, dengan menggunakan
dekomposisi standar sampai pada level tiga.
Weighted Standard Deviation (WSD)
Descriptor mengolah kandungan citra hanya
pada tekstur dan warna.
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini untuk
mengukur kinerja algoritma Weighted Standard
Deviation (WSD) Descriptor dari segi
keakuratan yang dihasilkan dalam proses pencarian citra dalam basis data. Algoritma
WSD Descriptor menggunakan Haar wavelet
untuk mendapatkan feature vector.
TINJAUAN PUSTAKA
Representasi Citra Digital
Citra digital adalah sebuah fungsi intensitas