• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan nilai parameter pemantauan ventilasi mekanik dan analisa gas darah setelah tindakan fisioterapi dada dan suction dibanding hanya suction pada anak yang di rawat di Unit Rawat Intensif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan nilai parameter pemantauan ventilasi mekanik dan analisa gas darah setelah tindakan fisioterapi dada dan suction dibanding hanya suction pada anak yang di rawat di Unit Rawat Intensif"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PERBEDAAN NILAI PARAMETER VENTILASI MEKANIK DAN ANALISA GAS DARAH SETELAH TINDAKAN FISIOTERAPI DADA DAN SUCTION DIBANDING

HANYA SUCTION PADA ANAK YANG DIRAWAT DI UNIT RAWAT INTENSIF

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik (Anak)

Dalam Program Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi Kesehatan Anak

Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

MONALISA ELIZABETH

097103025 / IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : Perbedaan nilai parameter pemantauan ventilasi mekanik dan analisa gas darah setelah tindakan fisioterapi dada dan suction dibanding hanya suction pada anak yang di rawat di Unit Rawat Intensif Nama Mahasiswa : Monalisa Elizabeth

Nomor Induk Mahasiswa : 097103025/IKA

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. H. Chairul Yoel, SpA(K) Ketua

Dr. Muhammad Ali, SpA(K) Anggota

Ketua Program Magister Dekan

Prof.Dr.Chairuddin P. Lubis, DTM&H,SpA(K) Prof.Dr. Gontar A.Siregar, SPPD-KGEH

NIP : 19540220 198011 1 001

(4)

PERNYATAAN

PERBEDAAN NILAI PARAMETER VENTILASI MEKANIK DAN ANALISA GAS DARAH SETELAH TINDAKAN FISIOTERAPI DADA DAN SUCTION

DIBANDING HANYA SUCTION PADA ANAK YANG DIRAWAT DI UNIT RAWAT INTENSIF

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, 6 Februari 2014

(5)

Telah diuji pada

Tanggal: 6 Februari 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA : Prof.Dr.H. Chairul Yoel, Sp.A(K) ………….

Anggota : Dr. Muhammad Ali, Sp.A(K) ………….

Prof.Dr.H.M.Sjabaroeddin Loebis, Sp.A(K) …………. Dr. Hasanul Arifin, SpAn, KAP, KIC ………….

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir

pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di FK-USU

/ RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala

kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di

masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama Prof. Dr. H. Chairul Yoel, SpA(K) dan Dr. Muhammad Ali,

SpA(K), yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang

sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

2. Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan

Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan yang telah

(7)

3. Prof. Dr. H. M. Sjabaroeddin Loebis, SpA(K), Dr. Hasanul Arifin, SpAn. KAP,

KIC, Dr. Pertin Sianturi, SpA(K), Prof. Dr. H. Iskandar Zakaria Lubis SpA(K)

(Alm), yang telah membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

4. Dr. Mahrani N., SpRM dan tim unit rehabilitasi medik Rumah Sakit Haji Adam

Malik Medan yang telah memberikan izin kerjasama kepada saya dan

membantu untuk melakukan penelitian di ruang rawat intensif.

5. Dr. Yunnie Trisnawati, Mked(Ped), SpA, Dr. Gema Nazri Yanni, Mked(Ped),

SpA, Dr. Rina Amalia C. Saragih, Mked(Ped), SpA, Dr. Aridamuriany D.

Lubis, Mked(Ped), SpA serta Dr. Putri Amelia, Mked(Ped), SpA yang telah

membimbing dan membantu saya dalam menyelesaikan penelitian serta

tesis ini.

6. Dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K) selaku Ketua Program Studi Departemen Ilmu

Kesehatan Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU yang telah

memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

7. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP

H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam

pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

8. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. DR. Dr. H. Syahril Pasaribu,

DTM&H, Msc (CTM), SpA(K) dan Prof. Dr. H. Chairuddin P. Lubis, DTM&H,

SpA(K) sebagai rektor Universitas Sumatera Utara periode 2000 sampai

2012 selanjutnya kepada dekan FK-USU yang telah memberikan

(8)

9. Teman-teman yang tidak mungkin bisa saya lupakan yang telah membantu

saya dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian tesis ini, dr. Dewi

Shandy Laila, dr. Trina Devina, dr. Ira Silvia dan teman-teman PPDS Ilmu

Kesehatan Anak yang lain. Terimakasih untuk kebersamaan kita dalam

menjalani pendidikan selama ini.

10. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis

ini.

Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orangtua saya H. Chaidir M.

dan Almh. Hj. Mastari br. Nainggolan serta mertua saya H. Ramidjo dan Hj. Umi

Kalsum Siagian atas do’a serta dukungan moril kepada saya. Terima kasih yang

sangat besar juga saya sampaikan kepada suamiku tercinta Dr. Supriatmo, SpA(K)

yang dengan segala pengertian dan bantuannya baik moril maupun materil

membuat saya mampu menyelesaikan tesis ini. Akhir kata ,penulis mengharapkan

semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, 6 Februari 2014

(9)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Pembimbing ii

Lembar Pernyataan iii Lembar Pengesahan iv Ucapan Terima Kasih v Daftar Isi viii 2.1. Fisiologi Pernafasan 4 2.2. Patofisiologi Paru 7

2.8. Hubungan Fisioterapi dengan Perubahan Parameter Pemantauan Ventilasi Mekanik 17

3.4. Perkiraan Besar Sampel 23

3.5. Metode Pengambilan Sampel 24

(10)

3.6.1. Kriteria Inklusi 25

3.6.2. Kriteria Eksklusi 25

3.7. Persetujuan / Informed Consent 25

3.8. Etika Penelitian 25

3.9. Cara Kerja 26

3.10. Alur Penelitian 27

3.11. Identifikasi Variabel 28

3.12. Definisi Operasional 28

3.13. Pengolahan dan Analisis Data 30

BAB 4. Hasil Penelitian 31

BAB 5. Pembahasan 36

BAB 6. Kesimpulan dan Saran 41

Daftar Pustaka 42

Ringkasan 45

Summary 47

Lampiran

1. Personil Penelitian 2. Rencana Anggaran 3. Jadwal Penelitian

4. Naskah Penjelasan dan Persetujuan pada Orangtua 5. Persetujuan setelah penjelasan (PSP)

6. Formulir Penelitian 7. Tabel Angka Random 8. Persetujuan Komite Etik 9. Riwayat Hidup

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Karakteristik responden penelitian 32

Tabel 4.2. NIlai parameter pemantauan ventilasi mekanik dan analisis gas darah sebelum dilakukan tindakan fisioterapi dada dan

suction dan hanya yang mendapat suction 33

Tabel 4.3. Perbedaan rerata nilai parameter pemantauan ventilasi mekanik pada kelompok yang diberi tindakan fisioterapi dada dan suction dan kelompok yang hanya mendapat suction 34 Tabel 4.4. Perbedaan rerata nilai parameter analisa gas darah pada

kelompok yang diberi tindakan fisioterapi dada dan suction

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Mekanisme pembersihan mukus 6

Gambar 1.2. Penyakit saluran nafas dan Karakteristik mukus 8

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual 22

Gambar 2.2. Alur penelitian 27

(13)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

AGDA : Analisa gas darah

APV : Airway Pressure Volume

APRV : Airway Pressure Release Ventilation

ARDS : Acute Respiratory Distress Syndrome

ASB : Assist Spontan Breathing

ASV : Airway Support Ventilation

BE : Base excess

BIPAP : Bilevel Positive Airway Pressure

CMV : Control Minute Volume

CPAP : Continuous Positive Airway Pressure

Duo PAP : Duo Peak Airway Pressure

ILV : Independent Lung Ventilation

IPPV : Intermitten Positive Pressure Volume

MIFR : Mean Inpiratory Flow Rate

MMV : Mandatory Minute Volume

MV : Minute Volume

PC : Pressure Control

(14)

PEF : Peak Expiratory Flow

PEFR : Peak Expiratory Flow Rate

PICU : Pediatric Intensive Care Unit

PIF : Peak Inspiratory Flow

PIFR : Peak Inspiratory Flow Rate

PIP : Peak Inflation Pressure

PS : Pressure Support

P Supp : Pressure Support

SCMV : Synchronized Control Minute Volume

SIMV : Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation

SPON : Spontan

TV : Tidal Volume

VAP : Vantilator –Associated Pneumonia

VT : Volume Tidal

VC : Volume Control

dkk : dan kawan-kawan

IK : interval kepercayaan

P : tingkat kemaknaan

SD : Standard deviasi

(15)

X1-X2 : Perbedaan klinis yang diinginkan (clinical

judgement)

n1 : jumlah subyek yang masuk dalam kelompok

kontrol

n2 : jumlah subyek yang masuk dalam kelompok

eksperimental

n : jumlah subyek

Zα : deviat baku normal untuk α

Zβ : deviat baku normal untuk β

α : kesalahan tipe I

β : kesalahan tipe II

s : simpang baku kedua kelompok

min : minimal

(16)

Perbedaan nilai parameter pemantauan ventilasi mekanik dan analisa gas darah setelah tindakan fisioterapi dada dan suction dibanding suction Monalisa Elizabeth, Chairul Yoel, Muhammad Ali, Munar Lubis, Rina A. Saragih,

Gema N. Yanni, Yunnie Trisnawati, Aridamuriany D. Lubis, Putri Amelia Departemen Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara,

Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan, Indonesia Abstrak

Latar belakang Fisioterapi dada dan suction merupakan metode pembersihan jalan

nafas pada anak yang memakai ventilator. Tehnik ini masih kontroversial terhadap nilai parameter pemantauan ventilator seperti volume tidal (VT), peak inflation pressure (PIP), peak inspiratory flow, and peak expiratory flow dan pemantauan nilai analisis gas darah pada anak di unit rawat intensif (PICU).

Tujuan Untuk mengetahui perbedaan nilai parameter pemantauan ventilasi mekanik dan analisis gas darah setelah tindakan fisioterapi dada.

Metode Uji klinis tersamar tunggal, periode Nopember 2012 sampai Juni 2013 di PICU RSUP Haji Adam Malik Medan. Sebanyak 40 orang anak usia 1 – 204 bulan, terbagi dalam kelompok I fisioterapi dada dan suction 24 orang, kelompok II suction 16 orang. Data dianalisis dengan uji t-independent dan uji Mann-Whitney.

Hasil Didapati jenis kelamin laki-laki 23 kasus dan perempuan 17 kasus, dengan rentang usia 1 – 204 bulan. Pemantauan parameter ventilator menunjukkan TV (60.0 vs 56.5, P=0.838), PEF (10.4 vs 10.8, P=0.838), PIF (7.4 vs 8.2, P=0.469) dan PIP (17.3 vs 15.6, P=0.23). Dan pH (7.4 vs 7.3, P=0.838), pCO2 (38.4 vs 36.2, P=1.000), pO2 (136.6 vs 139.2, P=0.834), HCO3 (20.4 vs 22.7, P=0.594), TCO2 (22.0 vs 23.7, P=0.672), BE (-4.3 vs -3.1, P=0.629) dan Saturasi O2 (98.5 vs 98.3, P=0.967).

Kesimpulan Fisioterapi dada dan suction tidak menunjukkan perbedaan bermakna terhadap perbaikan nilai parameter pemantauan ventilator dan hasil analisis gas darah pada anak yang di rawat di unit rawat intensif.

(17)

The difference ventilator monitoring parameter values after chest physiotherapy and suction and only suction in ventilated in the intensive care

unit

Monalisa Elizabeth, Chairul Yoel, Muhammad Ali, Munar Lubis, Rina A. Saragih, Gema N. Yanni, Yunnie Trisnawati, Aridamuriany D. Lubis, Putri Amelia Department of Child Health, Medical School, University of Sumatera Utara,

Haji Adam Malik Hospital, Medan, Indonesia

Abstract

Background Chest physiotherapy and suction are the most routine traditional way to airway clearance in children with ventilator. This technique remain controversial to affect ventilator monitoring parameters such as tidal volume (TV), peak inflation pressure (PIP), peak inspiratory flow (PIF), and peak expiratory flow (PEF), ventilator monitoring system and blood gas analysis (BGA) value through in pediatric intensive care unit (PICU) patients.

Objective To determine the efficacy of chest physiotherapy to improve the parameter monitoring mechanical ventilation and BGA after chest physiotherapy. Methods This randomized single blind clinical trial was conducted during November 2012 to June 2013 in PICU Haji Adam Malik Hospital Medan. Total of 40 patients with ventilator were enrolled and divided into group chest physiotherapy and suction 24 cases and group suction alone in 16 cases. Data were analyzed with independent t-test and Mann-Whitney test.

Results There were 23 boys and 17 girls, with age range among 1 – 204 months. Parameter ventilator monitoring showed TV (60.0vs56.5, p=0.838), PEF (10.4vs10.8, p=0.838), PIF (7.4vs8.2, p=0.469) dan PIP (17.3vs15.6, p=0.23) and BGA showed pH (7.4vs7.3, p=0.838), pCO2 (38.4vs36.2, p=1.000), pO2 (136.6 vs 139.2, p=0.834), HCO3 (20.4vs22.7, p=0.594), TCO2 (22.0vs23.7, p=0.672), BE (-4.3vs-3.1, p=0.629) and O2 saturation (98.5vs98.3, p=0.967).

Conclusion Chest physiotherapy and suction had no significant difference to improve the parameter monitoring mechanical ventilation and blood gas analysis value in ventilated children in pediatric intensive care unit.

(18)

Perbedaan nilai parameter pemantauan ventilasi mekanik dan analisa gas darah setelah tindakan fisioterapi dada dan suction dibanding suction Monalisa Elizabeth, Chairul Yoel, Muhammad Ali, Munar Lubis, Rina A. Saragih,

Gema N. Yanni, Yunnie Trisnawati, Aridamuriany D. Lubis, Putri Amelia Departemen Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara,

Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan, Indonesia Abstrak

Latar belakang Fisioterapi dada dan suction merupakan metode pembersihan jalan

nafas pada anak yang memakai ventilator. Tehnik ini masih kontroversial terhadap nilai parameter pemantauan ventilator seperti volume tidal (VT), peak inflation pressure (PIP), peak inspiratory flow, and peak expiratory flow dan pemantauan nilai analisis gas darah pada anak di unit rawat intensif (PICU).

Tujuan Untuk mengetahui perbedaan nilai parameter pemantauan ventilasi mekanik dan analisis gas darah setelah tindakan fisioterapi dada.

Metode Uji klinis tersamar tunggal, periode Nopember 2012 sampai Juni 2013 di PICU RSUP Haji Adam Malik Medan. Sebanyak 40 orang anak usia 1 – 204 bulan, terbagi dalam kelompok I fisioterapi dada dan suction 24 orang, kelompok II suction 16 orang. Data dianalisis dengan uji t-independent dan uji Mann-Whitney.

Hasil Didapati jenis kelamin laki-laki 23 kasus dan perempuan 17 kasus, dengan rentang usia 1 – 204 bulan. Pemantauan parameter ventilator menunjukkan TV (60.0 vs 56.5, P=0.838), PEF (10.4 vs 10.8, P=0.838), PIF (7.4 vs 8.2, P=0.469) dan PIP (17.3 vs 15.6, P=0.23). Dan pH (7.4 vs 7.3, P=0.838), pCO2 (38.4 vs 36.2, P=1.000), pO2 (136.6 vs 139.2, P=0.834), HCO3 (20.4 vs 22.7, P=0.594), TCO2 (22.0 vs 23.7, P=0.672), BE (-4.3 vs -3.1, P=0.629) dan Saturasi O2 (98.5 vs 98.3, P=0.967).

Kesimpulan Fisioterapi dada dan suction tidak menunjukkan perbedaan bermakna terhadap perbaikan nilai parameter pemantauan ventilator dan hasil analisis gas darah pada anak yang di rawat di unit rawat intensif.

(19)

The difference ventilator monitoring parameter values after chest physiotherapy and suction and only suction in ventilated in the intensive care

unit

Monalisa Elizabeth, Chairul Yoel, Muhammad Ali, Munar Lubis, Rina A. Saragih, Gema N. Yanni, Yunnie Trisnawati, Aridamuriany D. Lubis, Putri Amelia Department of Child Health, Medical School, University of Sumatera Utara,

Haji Adam Malik Hospital, Medan, Indonesia

Abstract

Background Chest physiotherapy and suction are the most routine traditional way to airway clearance in children with ventilator. This technique remain controversial to affect ventilator monitoring parameters such as tidal volume (TV), peak inflation pressure (PIP), peak inspiratory flow (PIF), and peak expiratory flow (PEF), ventilator monitoring system and blood gas analysis (BGA) value through in pediatric intensive care unit (PICU) patients.

Objective To determine the efficacy of chest physiotherapy to improve the parameter monitoring mechanical ventilation and BGA after chest physiotherapy. Methods This randomized single blind clinical trial was conducted during November 2012 to June 2013 in PICU Haji Adam Malik Hospital Medan. Total of 40 patients with ventilator were enrolled and divided into group chest physiotherapy and suction 24 cases and group suction alone in 16 cases. Data were analyzed with independent t-test and Mann-Whitney test.

Results There were 23 boys and 17 girls, with age range among 1 – 204 months. Parameter ventilator monitoring showed TV (60.0vs56.5, p=0.838), PEF (10.4vs10.8, p=0.838), PIF (7.4vs8.2, p=0.469) dan PIP (17.3vs15.6, p=0.23) and BGA showed pH (7.4vs7.3, p=0.838), pCO2 (38.4vs36.2, p=1.000), pO2 (136.6 vs 139.2, p=0.834), HCO3 (20.4vs22.7, p=0.594), TCO2 (22.0vs23.7, p=0.672), BE (-4.3vs-3.1, p=0.629) and O2 saturation (98.5vs98.3, p=0.967).

Conclusion Chest physiotherapy and suction had no significant difference to improve the parameter monitoring mechanical ventilation and blood gas analysis value in ventilated children in pediatric intensive care unit.

(20)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fisioterapi dada atau teknik pembersihan jalan nafas, atau postural drainage

dan perkusi merupakan metode pembersihan jalan nafas yang digunakan

oleh para fisioterapis.1 Pada beberapa rumah sakit, fisioterapi rutin dilakukan

pada pasien rawatan intensif yang terintubasi dan menggunakan ventilator,

untuk mengurangi terjadinya komplikasi paru, seperti nosocomial pulmonary,

bronchopulmonary infection, atelektasis.2

Ventilasi mekanik adalah salah satu teknik yang digunakan pada anak

yang sakit kritis.3 Intubasi endotrakeal dengan ventilasi mekanik merupakan

komponen yang penting pada kegawatdaruratan dan hal ini berhubungan

dengan terganggunya pembersihan jalan nafas.4

Beberapa penelitian telah mengamati efek jangka pendek dari

modalitas fisioterapi pernafasan (seperti positioning, perkusi, getar,

hiperinflasi manual dan suction) terhadap fungsi paru pada pasien terintubasi

yang mendapat ventilasi mekanik. Pasien yang gagal nafas setelah trauma

tidak dijumpai perubahan analisa gas darah secara signifikan, tetapi aliran

intraparu menurun secara signifikan 20% setelah fisioterapi.2 Indikasi

fisioterapi dada pada anak yang dirawat inap dengan pneumonia akut masih

(21)

Fisioterapi dada dianggap sebagai prosedur perawatan pada pasien

dengan ventilasi mekanik. Sebaiknya tidak dilakukan pada anak dengan

kelainan jantung paru yang disertai peningkatan kebutuhan oksigen dan pada

anak dengan peningkatan tekanan intrakranial.6

Fisioterapi manual dapat meningkatkan inflasi paru, expiratory flow

rate, komplien paru, meningkatkan jumlah sekresi saat dilakukan suction,

mengurangi kejadian ventilator-associated pneumonia.7 Fisioterapi getar juga

secara langsung menimbulkan stimulasi sensoris terhadap mekanisme

pernafasan sehingga dapat meningkatkan volume tidal dan ventilasi.8

Perubahan fisiologi ini dapat diidentifikasi secara langsung dari

perubahan nilai sejumlah parameter pemantauan seperti volume tidal (VT),

peak inflation pressure (PIP), peak inspiratory flow, dan peak expiratory flow,

melalui sistem pemantauan ventilator.4

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

masalah, yaitu: Apakah ada perbedaan nilai volume tidal, peak inflation

pressure, peak inspiratory flow, peak expiratory flow dan pemeriksaan analisa

gas darah setelah dilakukan fisioterapi dada dan yang tidak dilakukan

(22)

1.3. Hipotesis

Ada perbedaan nilai volume tidal, peak inflation pressure, peak inspiratory

flow, peak expiratory flow dan pemeriksaan analisa gas darah setelah

tindakan fisioterapi dan suction dibanding hanya suction

1.4. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai parameter pemantauan

ventilasi mekanik dan analisa gas darah setelah tindakan fisioterapi dan

suction dibanding hanya suction

1.5. Manfaat Penelitian

1. Di bidang akademik/ilmiah: meningkatkan pengetahuan peneliti

mengenai efek tindakan fisioterapi terhadap pasien yang menggunakan

ventilasi mekanik

2. Di bidang pelayanan masyarakat: memberikan pemahaman tentang

manfaat pada anak yang menggunakan ventilasi mekanik di unit

perawatan intensif 

3. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan kontribusi ilmiah

mengenai pengaruh fisioterapi dada terhadap anak yang menggunakan

ventilasi mekanik 

(23)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fisiologi Pernafasan

Pernafasan adalah suatu proses yang melibatkan pertukaran oksigen dan

karbon dioksida antara organisme hidup dan lingkungannya.9 Ventilasi atau

bernafas adalah proses pemasukan ke dan pengeluaran udara dari paru

secara bergantian sehingga udara alveolus lama yang telah ikut serta dalam

pertukaran O2 dan CO2 dengan darah kapiler paru dapt ditukar dengan udara

atmosfer segar. Fungsi utama pernafasan adalah memperoleh O2 untuk

digunakan oleh sel tubuh dan untuk mengeluarkan CO2 yang diproduksi oleh

sel.10

Respirasi mencakup dua proses yang terpisah tetapi berkaitan:

respirasi internal dan respirasi eksternal. Respirasi internal merujuk kepada

proses-proses metabolik intrasel yang dilakukan di dalam mitokondria, yang

menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama proses mengambil energi

dari molekul nutrien. Respirasi eksternal merujuk kepada seluruh rangkaian

kejadian pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh.10

Sistem respirasi mencakup saluran nafas yang menuju paru, paru itu

sendiri, dan struktur-struktur dada yang berperan menyebabkan aliran udara

masuk dan keluar paru melalui saluran nafas.Udara cenderung mengalir dari

area dengan tekanan tinggi ke area dengan tekanan rendah, yaitu menuruni

(24)

bernafas karena berpindah mengikuti gradien tekanan antara alveolus dan

atmosfer yang berbalik arah secara bergantian dan ditimbulkan oleh aktivitas

siklus otot pernafasan.10

Terdapat tiga tekanan yang berperan penting dalam ventilasi10 :

1. Tekanan atmosfer (barometrik) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh

berat udara di atmosfer pada benda di permukaan bumi. Tekanan

atmosfer berkurang seiring dengan penambahan ketinggian di atas

permukaan laut karena lapisan-lapisan udara di atas permukaan bumi

juga semakin menipis.

2. Tekanan intra-alveolus (tekanan intraparu) adalah tekanan di dalam

alveolus.

3. Tekanan intrapleura (tekanan intratoraks) adalah tekanan di dalam

kantung pleura atau tekanan yang ditimbulkan di luar paru di dalam

rongga toraks.

Hukum Boyle menyatakan bahwa pada suhu konstan, tekanan yang

ditimbulkan oleh suatu gas berbanding terbalik dengan volume gas: yaitu,

sewaktu volume gas meningkat, tekanan yang ditimbulkan oleh gas

berkurang secara proporsional. Sebaliknya, tekanan meningkat secara

proporsional sewaktu volume berkurang. Perubahan volume paru, dan

karenanya tekanan intra-alveolus, ditimbulkan secara tak langsung oleh

(25)
(26)

musin tambahan yang diproduksi oleh permukaan sel-sel sekretori dan

kelenjar.11

Mukus yang naik ke trakea, didorong melalui pita suara oleh epitel

silier dalam komisura posterior laring. Kemudian memasuki faring dan ditelan,

± 30 ml mukus saluran nafas dieliminasi setiap hari melalui saluran

pencernaan. Pita suara tidak berpartisipasi dalam pembersihan jalan nafas

karena tertutup oleh epitel skuamosa, tekanan ekspirasi menutup dan

terbuka secara tiba-tiba sehingga menyebabkan batuk.11

Gel mukus didorong kearah proksimal oleh epitel silier,

membersihkan partikel yang terhirup, patogen, dan bahan kimia terlarut yang

dapat merusak paru-paru. Batuk merupakan mekanisme kedua dalam

pembersihan mukus dari saluran nafas.11

2.2. Patofisiologi Paru

Manusia memiliki sebuah sistem pernafasan yang kompleks dan efisien. Jika

terjadi kerusakan pada sistem pernafasan, maka fungsi pernafasan akan

terganggu. Trauma atau disfungsi saluran nafas dapat menyebabkan

kelainan obstruktif paru, termasuk bronkitis dan asma, menimbulkan

kerusakan parenkim paru yang dapat menghasilkan penyakit paru restriktif

atau penyakit pembuluh paru.10

Pernafasan adalah suatu proses pertukaran oksigen dan karbon

(27)
(28)

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), terhadi peningkatan musin

karena terjadi metaplasia dan beberapa terjadi hiperplasia pada permukaan

mukosa serta meningkatkan volume dan jumlah kelenjar di submukosa. Pada

semua penyakit saluran nafas terjadi peningkatan sel radang pada dinding

dan saluran nafas.11

Penyakit infeksi saluran nafas dapat menyebabkan terjadinya disfungsi

mukus. Selain itu, pada pasien yang terintubasi dan penderita yang

mengalami kelainan paru – paru akibat dari kelumpuhan, imobilisasi,

pembedahan dan pneumonia merupakan komplikasi umum pada pasien

terintubasi dapat menyebabkan peningkatan mukus.11 Mukus cenderung

tertahan di di ujung tabung endotrakeal dan kemampuan untuk batuk tidak

berkurang oleh karena pemakaian relaksan otot dan sedasi yang digunakan

selama pemakaian ventilasi mekanik.4

2.3. Ventilasi Mekanik

Ventilasi mekanik merupakan suatu alat yang dibuat untuk menggantikan

pernafasan spontan. Digunakan untuk kesembuhan pasien dari krisis

pernafasan akut dan/atau terapi jangka panjang untuk pasien dengan

hipoventilasi kronik. Akses ke sistim pernafasan untuk jangka pendek

digunakan pipa endotrakeal sedangkan untuk jangka panjang digunakan

trakeostomi. Trakeostomi dapat berguna tanpa ventilasi mekanik untuk

(29)

mengurangi risiko terjadinya aspirasi dan pembersihkan sekret dari jalan

nafas.12

2.4. Indikasi Penggunaan Ventilasi Mekanik

Indikasi pemakaian ventilasi mekanik terutama pada penderita hipoksemia

berat, hiperkapni berat, atau kerja nafas yang berlebihan.13

Tabel 1. Indikasi pemakaian ventilasi mekanik14

Kelainan ventilasi Kelainan oksigenasi

Disfungsi otot pernafasan Refractory hypoxemia

- Otot nafas yang lemah Memerlukan PEEP, pada edema

- Kelainan dinding dada paru atau perdarahan pada paru

- Penyakit neuromuscular Kerja nafas yang berlebihan

Penurunan kerja ventilasi

Peningkatan resistensi dan/atau obstruksi

jalan nafas

Kebanyakan ventilasi mekanik tersedia di perawatan intensif, dan

umumnya digunakan dalam jangka pendek (beberapa hari) sampai penyebab

krisis pernafasannya dapat teratasi atau terjadikematian.12

(30)

Parameter dari ventilasi mekanik bervariasi tergantung dari pembuatannya.

Parameter dasar yang sering dijumpai adalah persen oksigen, tidal volume

dan/atau ventilasi menit, tekanan puncak/waktu inspirasi atau tekanan aliran

rata-rata, dan aturan batas alarm. Pemilihan modus berdasarkan kebiasaan

pengalaman klinisi dan pilihan institusional.15

Pengaturan ventilator meliputi 2 hal yaitu pemilihan modus dan

pemilihan setting. Modus ventilator terbagi menjadi 3 target utama:16

1. Target volume

Besarnya volume udara yang masuk ke dalam paru-paru pasien

tergantung pada jumlah tidal volume (TV) dan atau minute volume (MV)

yang ditentukan di mesin ventilator.

2. Target tekanan (pressure)

Besarnya volume udara yang masuk ke paru-paru pasien tergantung

pada besarnya tekanan udara inspirasi atau IPL (Inspiratory Pressure

Level) pada mesin ventilator.

3. Gabungan volume dan tekanan

Besarnya volume dan tekanan udara di dalam paru-paru tergantung pada

TV atau MV dan IPL yang ditentukan pada mesin.

Dari aspek ketergantungan, ventilator dapat pula terbagi menjadi 2

(31)

1. Modus bantuan penuh terdiri dari modus VC, PC, IPPV, CMV, PCV+,

(S)CMV, P-CMV

2. Modus bantuan sebagian terdiri dari modus SIMV, P support, SIMV+PS,

BIPAP, APRV, ILV, FDAP, P-SIMV, APV simv, ASV, Duo PAP (Peak

Airway Pressure), APRV, SPON.

2.6. Pemilihan Modus Ventilasi

Pemilihan modus ventilator tidak mutlak harus menggunakan modus volume

atau modus tekanan. Namun pemilihan ditentukan oleh kondisi pasien.16

2.7. Fisioterapi

Pada rumah sakit di negara berkembang, fisioterapi merupakan bagian yang

erat hubungannya dengan pengelolaan pasien perawatan intensif. Peran

fisioterapi di perawatan intensif bervariasi, tergantung pada faktor-fakor

seperti negara di mana perawatan intensif berada, kebiasaan lokal,

ketenagaan, pelatihan dan keahlian.2

Pada umumnya teknik yang digunakan para fisioterapis pada

perawatan intensif yaitu positioning, mobilisasi, hiperinflasi manual, perkusi,

getar, suction, batuk, dan variasi latihan pernafasan.1,2,17 Teknik terapi, terdiri

dari:2

(32)

Memposisikan tubuh pasien pada perawatan intensif digunakan dengan

tujuan mengoptimalkan transportasi oksigen secara fisiologis dengan

meningkatkan efek ventilasi/perfusi, meningkatkan volume paru,

mengurangi kerja pernafasan, meminimalkan kerja jantung dan

meningkatkan pembersihan mukosiliar.

Contoh spesifik yang dapat digunakan adalah memposisikan pasien

pada posisi tegak dalam proses penyapihan dari ventilasi mekanik, dapat

meningkatkan volume paru dan mengurangi kerja pernafasan,

meningkatkan ventilasi/perfusi, redistribusi edema dan meningkatkan

kapasitas residu fungsional pada pasien ARDS (Acute Respiratory

Distress Syndrome).

Fisioterapi dengan tindakan posisi tegak lebih dari 40o secara teratur

dapat menurunkan insiden terjadinya Ventilator-Associated Pneumonia

(VAP).18

2. Mobilisasi

Mobilisasi akan mengoptimalkan transport oksigen, sehingga

meningkatkan ventilasi alveolar dan penyesuaian ventilasi/perfusi. Secara

jangka panjang, mobilisasi bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas

kerja dan kemandirian fungsional dan untuk meningkatkan fungsi

(33)

3. Hiperinflasi manual

Tindakan ini diyakini dapat meningkatkan inflasi pasif dari paru dan aliran

ekspirasi.7 Hiperinflasi manual dilakukan dengan melepaskan pasien dari

ventilator dan mengisi paru dengan TV yang besar secara manual melalui

resuscitator bag. Tujuan teknik ini untuk mencegah terjadinya kolaps paru

atau atelektasis,19 reexpanding kolaps alveoli, meningkatkan oksigenasi

dan pergerakan sekresi paru menuju saluran nafas sentral,2 memperbaiki

komplien statik dan dinamik, meningkatkan jumlah sekresi saat disuction

dan menurunkan penyebab terjadinya VAP.7,19,20 Parameter yang dilihat

yaitu PIP, volume delivered, Mean Inspiratory Flow Rate (MIFR) dan Peak

Expiratory Flow Rate (PEFR).19

4. Perkusi dan getar (vibration)

Adanya hantaran gelombang energi melalui dinding dada, perkusi dan

getar dipercaya dapat meningkatkan pembersihan sekresi jalan nafas.2

Perkusi dada merupakan energi mekanik pada dada yang diteruskan ke

saluran nafas,21 dapat dilakukan dengan telapak tangan, jari dan jempol

menepuk (mengetuk) daerah dada,2 dengan kecepatan ketukan masih

kontroversi.21

Perkusi harus dilakukan hati-hati pada keadaan patah tulang rusuk,

(34)

bakar, infeksi kulit, emboli paru dan pneumotoraks tension yang tidak

diobati.21

Getar merupakan tindakan fisioterapi tradisional yang digunakan pada

pasien yang mengalami gangguan pernafasan.22 Getar dilakukan untuk

menggerakkan sekret ke saluran pernafasan.21 Getar dilakukan hanya

pada waktu penderita mengeluarkan nafas. Getar diterapkan secara

manual dengan alat getar, shaking, atau kompresi dada selama

ekspirasi.2 Fisioterapi getar meningkatkan aliran ekspirasi dan

meningkatkan jumlah sekret serta dapat mengurangi kejadian VAP sekitar

27% jika dikombinasi dengan positioning.18

Penderita disuruh bernafas dalam dan kompresi dada dan vibrasi

dilakukan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir ekspirasi.

Bila penderita tidak dapat bernafas dalam dapat dibantu dengan ambubag

dan hati-hati pada penderita patah tulang dan hemoptisis.21

Tindakan kompresi dan osilasi selama fisioterapi getar berfungsi untuk

pembersihan sekresi yang mempengaruhi beberapa mekanisme fisiologi,

seperti:22

1) peningkatan PEFR

2) meningkatkan aliran udara ekspirasi serta meningkatkan aliran mukus

kembali ke orofaring, dapat terjadi jika PEFR 10% lebih besar dari

(35)

3) meningkatkan aliran mukus dengan menurunkan kekentalan mukus

dan meningkatkan aliran ekspirasi dengan kekuatan getaran 3 sampai

17 Hz, dan

4) terjadinya batuk yang spontan melalui stimulasi mekanik jalan nafas.

Fisioterapi getar menyebabkan aliran ekspirasi rata-rata lebih besar

dan rasio PEFR/PIFR lebih tinggi dibandingkan dengan intervensi

fisioterapi lainnya. Sebuah studi memperkirakan bahwa fisioterapi getar

efektif terhadap pengeluaran sekret, meningkatkan proses pertukaran

udara dan TV.8

5. Latihan anggota gerak

Latihan anggota gerak dapat dilakukan pada pasien perawatan intensif

dengan tujuan mempertahankan atau meningkatkan rentang gerak sendi,

jaringan lunak, fungsi dan kekuatan otot, dan penurunan risiko

tromboemboli.2

6. Continuous Rotational Therapy

Dengan menggunakan tempat tidur khusus, pasien diputar terus menerus

dan perlahan sepanjang sumbu longitudinal hingga sudut 600 ke setiap

sisi dengan tingkat kecepatan dan perputaran sudah diatur. Terapi ini

(36)

kompliens, atelektasis, penyatuan dan stagnasi sekresi paru, dan infeksi

dari imobilisasi berkepanjangan.2

2.8. Hubungan Fisioterapi dengan Perubahan Nilai Parameter PemantauanVentilasi Mekanik

Teknik fisioterapi yang sering digunakan pada anak yang menggunakan

ventilator yaitu postural drainage, hiperinflasi manual, perkusi dinding dada

dan getar, saline instillation dan suction.17

Walaupun masih terbatas faktanya, namun endotracheal suctioning

dan fisioterapi dada merupakan tindakan yang sering dilakukan pada anak

yang terintubasi di ruang intensif.23

Sebuah studi uji klinis acak cross-over membandingkan efek fisioterapi

dada (FD) dengan endotracheal suctioning pada pasien yang dilumpuhkan

memakai sedasi dan ventilator didapatkan, 15 menit setelah FD terjadi

penurunan bermakna nilai base excess (BE), bikarbonat, saturasi oksigen

dan resistensi pernafasan. Tiga puluh menit setelah FD terjadi peningkatan

ruang rugi fisiologis (physiological deadspace). Bila hanya dilakukan

endotracheal suctioning, setelah 15 menit tidak terjadi perubahan volume

tidal ekspirasi (expired tidal volume), komplien paru, nilai analisa gas darah

ataupun ruang rugi fisiologis.23

Bila kelompok FD dibandingkan dengan kelompok endotracheal

(37)

kelompok FD, setelah 30 menit dijumpai volume tidal ekspirasi (expired tidal

volume), komplien paru, dan ruang rugi fisiologik yang lebih tinggi pada

kelompok FD. Nilai pCO2, pO2 dan pH antara kedua kelompok tidak berbeda

secara bermakna.23

Fisioterapi dilakukan dengan aman dan efektif untuk meningkatkan

volume pernafasan tanpa mengganggu kerja jantung.19 Pada pasien rawatan

intensif yang terintubasi banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

perburukan pembersihan jalan nafas, termasuk adanya kotoran di jalan

nafas, humidifikasi yang tidak adekuat, obat-obatan, penyakit paru yang

mendasarinya, dan kerusakan mukosa akibat tindakan suction. Ini

merupakan alasan mengapa fisioterapi rutin perlu dilakukan. Beberapa

penelitian menunjukkan efikasi tindakan fisioterapi pada pasien yang kritis

dan yang dirawat di unit perawatan intensif,24 didapati peningkatan TV, PIFR,

PEFR dan rasio inspirasi-ekspirasi.19

Sebuah studi systematic review menilai fisioterapi dada lebih efektif

dalam pembersihan sekret dibandingkan tanpa fisioterapi atau hanya

mengharapkan usaha batuk spontan pada penderita kistik fibrosis.25

Pembedahan dan bius umum memberikan efek langsung terhadap

sistem pernafasan. Pembedahan perut bagian atas mempengaruhi fungsi

paru setelah operasi, antara lain penurunan kapasitas total paru, kapasitas

(38)

perut bagian atas efektif memperbaiki saturasi hemoglobin oksigen tanpa

meningkatkan nyeri perut.26

Pada sebuah penelitian, fisioterapi kompresi-getar secara signifikan

meningkatkan peak expiratory flow dan membuat aliran udara lebih baik (ratio

PEF:PIF >1.1) dan peningkatan volume tidal dan tekanan jalan nafas setelah

fisioterapi dada manual.4

Sebuah studi menilai usaha pernafasan secara simultan pada pasien

yang menggunakan ventilator. Didapati peningkatan PEF, PIP dan volume

inspirasi selama dilakukan fisioterapi dada manual dengan atau tanpa

fisioterapi dada getar dibandingkan pemantauan ventilator awal.27

Pada beberapa rumah sakit, fisioterapi rutin dilakukan pada pasien

rawatan intensif yang terintubasi dan menggunakan ventilator, untuk

mengurangi terjadinya komplikasi paru, seperti nosocomial pulmonary,

bronchopulmonary infection, atelektasis.2

Fisioterapi dianggap dapat mengeluarkan radang eksudat dan sekret

trakeobronkial, mencegah sumbatan jalan nafas, mengurangi resistensi jalan

nafas, meningkatkan pertukaran udara dan mengurangi kerja nafas. Sebuah

studi uji klinis acak menyimpulkan fisioterapi dada sebagai tambahan

pengobatan standar tidak mempercepat perbaikan anak yang dirawat dengan

pneumonia akut dan memperpanjang durasi dari batuk dan adanya ronki, dan

(39)

Sebuah penelitian menilai komplien paru sebelum dan 2 jam setelah

fisioterapi dada (postural drainage, perkusi, getar dan suction) menunjukkan

peningkatan komplien paru setelah 2 jam dilakukan fisioterapi sehingga

pemeriksaan radiologi dada perlu dilakukan untuk mengetahui daerah dada

mana yang perlu dilakukan fisioterapi agar menghasilkan perubahan

komplien paru.28

Fisioterapi dada dianggap sebagai prosedur perawatan yang paling

mempengaruhi pada pasien yang memakai ventilasi mekanik dan tidak boleh

diberikan kepada anak dengan kelainan jantung paru yang membutuhkan

asupan oksigen tinggi dan anak dengan peningkatan intrakranial. Fisioterapi

dada sebaiknya diberikan pada pasien yang mengalami gangguan

pernafasan dan dimonitor juga hemodinamiknya.6

Suatu penelitian yang menilai efek getar terhadap sistem pernafasan

menyatakan tidak ada perbedaan puncak inspirasi, akhir ekpirasi dan volume

paru setelah dilakukan fisioterapi getar maupun manual.29 Tindakan fisioterapi

dada pada pasien dengan ventilasi mekanik harus dievaluasi dalam hal

proses penyapihan dari ventilasi, kejadian atelektasis dan lamanya rawatan.

Variasi respon terhadap fisioterapi dada pada kelompok usia yang berbeda

(40)
(41)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan uji klinis tersamar tunggal untuk mengetahui efek

fisioterapi dada terhadap perubahan nilai parameter pemantauan ventilasi

mekanik dibandingkan tanpa fisioterapi dada.

3.2. Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Pediatric Intensive Care Unit RSUP Haji Adam Malik Medan

selama bulan Oktober 2012 sampai Juni 2013.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi target adalah semua pasien anak rawat yang menggunakan ventilasi

mekanik. Populasi terjangkau adalah populasi target yang dirawat inap di Pediatric

Intensive Care Unit RSUP Haji Adam Malik Medan selama Oktober 2012 sampai

Juni 2013. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi.

3.4. Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus sampel untuk uji hipotesis

terhadap rerata dua populasi independen,yaitu:30

(42)

n1= n2 = 2 (Z + Z) s 2

(x1 – x2)

n1 = jumlah subyek yang masuk dalam kelompok kontrol

n2 = jumlah subyek yang masuk dalam kelompok eksperimental

α = kesalahan tipe I = 0,05 (tingkat kepercayaan 95%)  Zα = 1,96

β = kesalahan tipe II = 0,2 (kekuatan penelitian) 80%  Zβ = 0,842

x1 – x2 = perbedaan klinis yang diinginkan (clinical judgement)

s = simpang baku kedua kelompok

Dengan menggunakan rumus di atas maka didapat besar sampel minimal

masing-masing kelompok adalah 20 orang.

3.5. Metode pengambilan sampel

Pengambilan sampel secara consecutive sampling. Semua pasien anak rawat yang

menggunakan ventilasi mekanik yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam

penelitian. Kemudian dilakukan randomisasi secara sederhana menggunakan tabel

random untuk dimasukkan ke dalam salah satu dari kelompok penelitian (kelompok

suction untuk angka 0 sampai 4, kelompok fisioterapi dada dan suction untuk angka

5 sampai 9). Menentukan subyek awal pada tabel randomisasi dengan cara

(43)

merupakan subyek pertama, subyek berikutnya mengikuti urutan nomor-nomor dari

kiri ke kanan pada baris yang sama dilanjutkan kolom ke bawahnya.

3.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.6.1. Kriteria Inklusi

1. Anak yang memakai ventilasi mekanik dengan semua modus

setting ventilator

2. Adanya perubahan gambaran radiologi jaringan paru seperti konsolidasi

dan atelektasis/effusi

3.6.2. Kriteria Eksklusi

a. Anak yang mengalami trauma dada

b. Anak yang mengalami atau berisiko terjadinya gangguan fungsi

pembekuan

3.7. Persetujuan / Informed Consent

Semua sampel penelitian diminta persetujuan dari orang tua setelah dilakukan

penjelasan terlebih dahulu untuk tindakan fisioterapi.

3.8. Etika Penelitian

Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas

(44)

3.9. Cara Kerja

1. Peneliti memberikan penjelasan kepada orang tua mengenai penelitian,

jenis tindakan dan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan

2. Orang tua yang setuju diminta menandatangani informed consent

3. Sampel (kelompok A dan B) secara randomisasi (dengan menggunakan tabel

random) yang memakai ventilasi mekanik dengan merek ventilator Hamilton

Medical modus SIMV, PCV, PSIMV, dicatat pemantauan nilai volume tidal

(VT), peak inflation pressure (PIP), peak inspiratory flow, dan peak

expiratory flow yang tertera di layar monitor ventilator dan dilakukan

pemeriksaan analisa gas darah sebelum perlakuan fisioterapi

4. Kelompok pertama A diberi perlakuan fisioterapi dada selama 30 menit,

setelahnya dicatat perubahan nilai parameter pemantauan volume tidal

(VT), peak inflation pressure, peak inspiratory flow, dan peak expiratory flow

yang tertera di layar monitor ventilator

Kelompok kedua B dilakukan suction tanpa perlakuan fisioterapi dada, catat

nilai parameter pemantauan VT, peak inflation pressure, peak inspiratory

flow, dan peak expiratory flow yang tertera di layar monitor ventilator

5. Dilakukan pengambilan sampel darah setelah 1 jam baik yang mendapat

tindakan fisioterapi maupun yang tidak mendapat tindakan fisioterapi untuk

pemeriksaan analisa gas darah dengan merek pemeriksaan analisa gas

(45)

3.10. Alur Penelitian

Populasi terjangkau 

Pemantauan  setting  ventilasi 

mekanik  volume  tidal,    peak 

inflation pressure, peak inspiratory  flow, peak expiratory flow  

d ik li d h

Perubahan nilai parameter pemantauan 

ventilasi mekanik volume tidal, peak inflation  pressure, peak inspiratory flow, peak 

expiratory flow  

Randomisasi 

Fisioterapi dada +  Suction 

Eksklusi  Inklusi 

B  A 

Suction saja 

30 menit

1 Jam

Pengambilan sampel 

(46)

3.11. Identifikasi Variabel

Variabel bebas Skala

Fisioterapi dada Nominal dikotom

Variabel tergantung Skala

Tidal Volume Numerik

Peak expiratory flow Numerik

Peak inspiratory flow Numerik

Peak inflation pressure Numerik

Analisa gas darah Numerik

3.12. Definisi Operasional

1. Fisioterapi yaitu berupa perkusi dada ataupun getar yaitu energi mekanik yang

dihasilkan dengan tepukan (ketukan) pada dada yang dapat dilakukan dengan

telapak tangan, jari dan jempol yang diteruskan pada saluran nafas atau

gerakan osilasi halus dikombinasikan dengan kompresi tulang rusuk selama

gerakan ekspirasi dinding dada dapat dilakukan dengan manual ataupun

mekanis.8,21

2. Ventilasi mekanik adalah penggunaan perangkat mekanik otomatis untuk

menggantikan fungsi paru dalam hal pertukaran udara.16

3. Peak expiratory flow adalah aliran maksimum selama ekspirasi dengan tekanan

(47)

4. Peak inflation pressure (tekanan puncak inspirasi) adalah tekanan tertinggi di paru

ketika ventilator memberikan volume atau tekanan ke dalam ruang paru.14

5. Volume tidal (VT) adalah jumlah udara yang masuk paru-paru dalam 1 kali

inspirasi.16

6. Peak inspiratory flow adalah aliran maksimum selama inspirasi dengan tekanan

maksimal yang dimulai dari tingkat inflasi paru maksimal.

7. Analisa gas darah adalah standar emas untuk memberikan informasi mengenai

oksigenasi, ventilasi dan keadaan asam basa tubuh.32

8. Trauma dada  adalah luka atau cedera yang mengenai rongga dada yang dapat

menyebabkan kerusakan pada dinding dada ataupun isi dari kavum dada yang

disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan

kegagalan organ.33

9. Gangguan pembekuan darah dengan manifestasi perdarahan akibat

terganggunya faktor-faktor proses pembekuan yaitu reaksi lokal pembuluh

darah (fase vaskular), aktivitas dari trombosit (fase trombosit) dan interaksi

beberapa faktor koagulasi spesifik yang beredar didalam darah (fase plasma).34

10. Tekanan intrakranial merupakan jumlah tekanan dari struktur-struktur di dalam

rongga tengkorak yang terdiri atas otak, darah dan pembuluh darahnya serta

(48)

3.13. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang terkumpul diolah, dianalisis, dan disajikan dengan menggunakan program

komputer. Uji statistik yang dipakai adalah uji t tidak berpasangan (uji

t-independent) untuk data yang berdistribusi normal, uji Mann-Whitney untuk data

yang tidak berdistribusi normal dalam menilai perbedaan nilai parameter

pemantauan ventilator dan analisis gas darah pada kelompok yang diberi tindakan

fisioterapi dada dan suction dan kelompok yang hanya mendapat suction dengan

(49)

BAB 4. HASIL

4.1 Data Demografik dan Karateristik Sampel

Penelitian dilaksanakan di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSUP Haji

Adam Malik Medan. Dari 126 pasien yang dirawat di PICU RSUP Haji Adam

Malik Medan selama Oktober 2012 sampai Juni 2013, didapati sebanyak 58

pasien yang memakai ventilator. Diperoleh 40 pasien yang memenuhi

keriteria inklusi dan eksklusi. Dilakukan randomisasi sederhana sehingga

didapat 24 pasien yang masuk dalam kelompok tindakan fisioterapi dan

suction, 16 pasien yang masuk dalam kelompok tindakan suction saja.

Dilakukan penilaian pemantauan setting ventilasi mekanik volume tidal,

peak inflation pressure, peak inspiratory flow, peak expiratory flow dan

pemeriksaan analisis gas darah sebelum fisioterapi dan suction ataupun

(50)

Umur, median(min-maks), bulan 10.5 (1-204) 14.5 (1-180)

Jenis kelamin, n (%)

Laki-laki 12 (50) 11 (68.8)

Perempuan 12 (50) 5 (31.2)

Berat Badan, median(min-maks), kg 7.9 (2.4-65) 9.5 (3.3-40)

Tinggi Badan, median(min-maks), cm 76 (45-175) 75 (47-170)

Pasien yang memenuhi kriteria

(N = 40) Pemantauan setting ventilasi mekanik volume tidal, peak inflation pressure, peak inspiratory flow, peak expiratory flow

dan pemeriksaan analisa gas darah sebelum fisioterapi dan suction ataupun suction saja

30 menit sesudah tindakan Perubahan nilai parameter pemantauan ventilasi

mekanik volume tidal, peak inflation pressure, peak inspiratory flow, peak expiratory flow

(51)

Pada tabel 4.1 ditampilkan karakteristik responden yang mengikuti

penelitian. Dari karakteristik dasar antara kelompok fisioterapi dan suction

dan suction dinilai rerata umur, jenis kelamin, rerata berat badan dan rerata

tinggi badan. Rerata umur kedua kelompok masing-masing 3 tahun dan 4

tahun. Jenis kelamin pada kelompok tindakan fisioterapi dan suction tidak

berbeda jumlah laki-laki dan perempuan dan kelompok tindakan suction saja

sebagian besar berjenis kelamin laki-laki.

Tabel 4.2. Nilai parameter pemantauan ventilasi mekanik dan analisis gas

darah sebelum dilakukan tindakan fisioterapi dada dan suction dan

yang hanya mendapat suction

Parameter Fisioterapi dan Suction (n = 24) Suction (n = 16)

TV, Median(min-maks), ml 62.0 (15-380) 55 (20-326)

PEF, Mean (SD), I/s 11.2 (8.79) 11.7 (8.08)

PIF, Mean (SD). I/s PIP, Mean (SD), cmH2O 

10.0 (8.38)

17.2 (4.75) 12.1 (9.46)15.7 (3.79)

pH, Mean (SD) 7.3 (0.17) 7.3 (0.19)

pCO2, Mean (SD), mmHg 43.4 (16.89) 52.7 (32.36)

pO2, Mean (SD), mmHg 134.5 (39.74) 126.6 (47.69)

HCO3, Mean (SD), mmol/L 21.7 (6.93) 22.3 (5.55)

TCO2, Mean (SD), mmol/L 23.0 (7.21) 23.8 (6.13)

BE, Mean (SD), mmol/L -4.0 (7.46) -3.1 (5.45)

Saturasi O2, Mean (SD), % 97.2 (3.92) 96.2 (4.40)

Pada tabel 4.2. ditampilkan nilai parameter pemantauan ventilasi

(52)

suction dan yang hanya mendapat suction. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov

tidak dijumpai perbedaan antara dua kelompok sebelum dilakukan tindakan

fisioterapi dada dan suction dan yang hanya mendapat suction.

Tabel 4.3. Perbedaan rerata nilai parameter pemantauan ventilasi mekanik

pada kelompok yang sudah diberi tindakan fisioterapi dada dan

suction dan kelompok yang hanya mendapat suction

Parameter Ventilasi

Mekanik Fisioterapi dan Suction (n = 24)

Suction

(n = 16) IK 95% P

TV, Median (min-maks), ml 60.0 (16-382) 56.5 (22-370) 0.838a

PEF, Median (min-maks), I/s 10.4 (3-19.6) 10.8 (3-28.6) 0.838a

PIF, Median (min-maks), I/s 7.4 (3.1-31.6) 8.2 (3-29) 0.469a

PIP, Mean (SD), cmH2O 17.3 (4.80) 17.3 (4.80) -1.17 - 4.71 0.23b

a Mann Whitney, b Uji t (t-test independent)

Dari hasil analisis menggunakan uji Mann Whitney dan uji t

independen, tidak ditemukan perbedaan rerata yang bermakna untuk seluruh

parameter ventilasi mekanik antara kelompok yang diberi tindakan fisioterapi

(53)

Tabel 4.4. Perbedaan rerata nilai parameter analisa gas darah pada

kelompok yang diberi tindakan fisioterapi dada dan suction dan

kelompok yang hanya mendapat suction

Parameter Analisa Gas Darah Fisioterapi dan (n = 24) Suction Suction (n = 16) IK 95% P

pH, Median (min-maks) 7.4 (7.0-7.7) 7.3 (1.4-7.5) 0.838a

pCO2, Median (min-maks), mmHg 38.4 (19.7-102.9) 36.2 (25-98) 1.000a

pO2, Mean (SD), mmHg 136.6 (35.21) 139.21 (41.76) -27.36 - 22.21 0.834b

HCO3, Median (min-maks), mmol/L 20.4 (10.7-41.5) 22.7 (11.7-40.9) 0.594a

TCO2, Median(min-maks), mmol/L 22.0 (11.3-43.5) 23.7 (12.5-43.6) 0.672a

BE, Mean (SD), mmol/L -4.3 (7.60) -3.1 (7.08) -5.99 - 3.67 0.629b

Saturasi O2, Median(min-maks), % 98.5 (89.3-99.7) 98.3 (91.8-100) 0.967a

a Mann Whitney, b Uji t (t-test independent)

Dari hasil analisis menggunakan uji Mann Whitney dan uji t

independen, tidak ditemukan perbedaan rerata yang bermakna untuk seluruh

parameter analisa gas darah antara kelompok responden yang diberi

tindakan fisioterapi dan suction dan kelompok responden yang hanya

(54)

BAB 5. PEMBAHASAN

Penelitian ini didapatkan rerata median usia kelompok fisioterapi dan suction

dan suction (10.5 vs 14.5), jenis kelamin laki-laki (12 vs 11) dan perempuan

(12 vs 5). Pada beberapa peneliti lain meneliti pada kelompok usia 1 bulan-

12 tahun (median 44 bulan)5 dan pada kelompok usia 1 minggu – 15.9 tahun

(median 1.3 tahun).4

Di rumah sakit negara berkembang, fisioterapi merupakan bagian yang

erat hubungannya dengan pengelolaan pasien perawatan intensif. Peran

fisioterapi di perawatan intensif bervariasi, tergantung pada faktor-faktor

seperti negara tempat perawatan intensif berada, kebiasaan lokal,

ketenagaan, pelatihan dan keahlian.2

Di beberapa rumah sakit, fisioterapi rutin dilakukan pada pasien

rawatan intensif yang terintubasi dan menggunakan ventilator, untuk

mengurangi terjadinya komplikasi paru, seperti nosocomial pulmonary,

bronchopulmonary infection, atelektasis.2

Pada beberapa rumah sakit di Indonesia fisioterapi dada lazim

dilakukan tetapi tidak ada laporan angka resmi yang tercatat. Dalam

penelitian ini dilakukan fisioterapi dada dan suction pada pasien rawatan

PICU tetapi tidak diperoleh perbedaan bermakna pada pemantauan

(55)

Sebuah studi di Amerika Serikat melaporkan bahwa fisioterapi dada

lebih efektif dalam pembersihan sekret dibandingkan tanpa fisioterapi atau

hanya mengharapkan usaha batuk spontan pada penderita kistik fibrosis.25

Fisioterapi dianggap dapat mengeluarkan radang eksudat dan sekret

trakeobronkial, mencegah sumbatan jalan nafas, mengurangi resistensi jalan

nafas, meningkatkan pertukaran udara dan mengurangi kerja nafas. Sebuah

studi menyimpulkan fisioterapi dada standar tidak mempercepat

penyembuhan anak dengan pneumonia akut.5 Pada penelitian ini selain

pneumonia, sebahagian pasien juga menderita effusi pleura, TB paru, edema

paru, atelektasis paru, aspirasi dan penyakit penyerta lain.

Sebuah penelitian menilai komplien paru sebelum dan setelah

fisioterapi dada menunjukkan peningkatan komplien paru setelah dilakukan

fisioterapi.28

Pada penelitian ini dilakukan pemantauan parameter ventilator

sebelum dilakukan fisioterapi dan pemantauan selanjutnya dilakukan 30

menit setelah fisioterapi.

Suatu penelitian yang menilai efek getar terhadap sistem pernafasan

menyatakan tidak ada perbedaan puncak inspirasi, akhir ekpirasi dan volume

paru setelah dilakukan fisioterapi getar maupun manual.29 Kapasitas dari

komplien paru berbeda sesuai usia sehingga memberikan respon yang

bervariasi terhadap fisioterapi dada. Tindakan fisioterapi dada pada pasien

(56)

ventilasi, kejadian atelektasis dan lamanya rawatan.6 Dalam penelitian ini

tidak dinilai hubungan lama rawatan dan pemakaian ventilasi mekanik

dengan fisioterapi dada.

Sebuah studi memperkirakan bahwa fisioterapi getar efektif terhadap

pengeluaran sekret, meningkatkan proses pertukaran udara dan TV.

Fisioterapi getar dilakukan pada akhir fisioterapi dada.8 Pada sebuah

penelitian, fisioterapi kompresi-getar secara signifikan meningkatkan peak

expiratory flow dan membuat aliran udara lebih baik (rasio PEF:PIF >1.1) dan

peningkatan volume tidal dan tekanan jalan nafas setelah fisioterapi dada

manual.4 Pada penelitian ini tidak dilakukan fisioterapi getar setelah fisioterapi

dada.

Sebuah studi uji klinis acak cross-over membandingkan efek fisioterapi

dada (FD) dengan endotracheal suctioning pada pasien yang dilumpuhkan

memakai sedasi dan ventilator. Didapatkan 15 menit setelah FD terjadi

penurunan bermakna nilai base excess (BE), bikarbonat, saturasi oksigen

dan resistensi pernafasan. Tiga puluh menit setelah FD terjadi peningkatan

ruang rugi fisiologis (physiological dead space). Bila hanya dilakukan

endotracheal suctioning, setelah 15 menit tidak terjadi perubahan volume

tidal ekspirasi (expired tidal volume), komplien paru, nilai analisis gas darah

ataupun ruang rugi fisiologis.23

Pada penelitian ini, penilaian dilakukan setelah 30 menit fisioterapi

(57)

ventilator dan analisis gas darah. Dari hasil analisis menggunakan uji Mann

Whitney dan uji t independen, tidak ditemukan perbedaan rerata yang

bermakna untuk seluruh parameter ventilasi mekanik antara kelompok yang

diberi tindakan fisioterapi dan suction dengan kelompok yang hanya diberi

suction (P > 0.05).

Studi di Australia melaporkan peningkatan TV, PIFR, PEFR dan rasio

inspirasi-ekspirasi setelah dilakukan fisioterapi. Semua pasien diberikan nilai

PIP yang sama.19 Pada penelitian ini fisioterapi dilakukan oleh fisioterapis

yang berbeda-beda dan nilai PIP pada pasien tidak sama.

Sebuah studi menilai usaha pernafasan secara simultan pada pasien

yang menggunakan ventilator. Didapati peningkatan PEF, PIP dan volume

inspirasi selama dilakukan fisioterapi dada manual dengan atau tanpa

fisioterapi dada getar dibandingkan pemantauan ventilator awal.27 Penelitian

ini menyimpulkan bahwa fisioterapi dada dan suction tidak menunjukkan

perbedaan bermakna terhadap perbaikan nilai parameter pemantauan

ventilator dan hasil analisis gas darah pada anak yang di rawat di unit rawat

intensif.

Penelitian terdahulu pada penderita fibrosis kistik yang mendapat

bantuan ventilasi mekanik tekanan ekspirasi positif dan dilakukan fisioterapi

dada dengan teknik tepukan manual dada dijumpai peningkatan saturasi

(58)

Namun tidak dijumpai perbedaan bermakna pada hasil pemeriksaan

spirometri.37

Penelitian lain di India melaporkan bahwa fisioterapi dada memegang

peranan penting pada pasien yang terintubasi. Penelitian tersebut melakukan

uji klinis acak dan membagi subjek ke dalam dua kelompok yaitu yang

dilakukan manual hiperinflasi dan suction (86 pasien) sebagai kontrol dan

yang dilakukan fisioterapi dada (87 pasien) sebanyak dua kali sehari.

Didapati perbaikan parameter pemantauan ventilasi mekanik yang bermakna

terhadap pasien yang dilakukan fisioterapi dada dibandingkan kelompok

kontrol. Dilaporkan juga kejadian komplikasi lebih tinggi pada kelompok

kontrol, lama rawatan lebih lama serta keberhasilan penyapihan meningkat

pada kelompok yang mendapat fisioterapi dibandingkan kelompok kontrol.38

Dalam suatu penelitian pada kelompok neonatus yang

membandingkan efek fisioterapi dada dan suction terhadap hasil analisa gas

darah yang bertujuan untuk mengeluarkan sekret pada neonatus yang

terhubung dengan ventilasi mekanik ternyata tidak memperbaiki tekanan

oksigen tetapi menyebabkan penurunan PaCo2 dan PaO2.39 Kelemahan

penelitian ini, penyakit yang mendasari tidak sama dan fisioterapi dilakukan

(59)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan nilai parameter

pemantauan ventilasi mekanik dan analisis gas darah setelah dilakukan

tindakan fisioterapi dada pada anak yang di rawat di unit rawat intensif RSUP

Haji Adam Malik Medan.

6.2. SARAN

1. Manfaat tindakan fisioterapi pada pasien-pasien yang memakai ventilasi

mekanik di PICU perlu diteliti lebih lanjut yang menggunakan ventilasi

mekanik yang mempunyai perekam data yang lebih baik dan akurat.

2. Perlu penelitian tentang tindakan fisioterapi lainnya selain tindakan

fisioterapi dada, yang bermanfaat untuk pasien yang menggunakan

ventilasi mekanik.

(60)

DAFTAR PUSTAKA

1. Mcllwaine M. Physiotherapy and airway clearance techniques and devices. Paediatr Respir Rev. 2006; 7S:S220-22.

2. Stiller K. Physiotherapy in intensive care towards an evidence-based practice. Chest. 2008; 118(6):1801-13.

3. Ramirez JB, Cid JL. Prevalencia de la ventilacion mecanica en las unidades de cuidados intensivos pediatricos en Espana. An Pediatr (Barc). 2004; 61(6):533-41. [Abstract]

4. Gregson RK, Shannon H, Stocks J, Cole TJ, Peters MJ, Main E. The unique contribution of manual chest compression-vibrations to airflow during physiotherapy in sedated, fully ventilated children. Pediatr Crit Care Med. 2012; 13(6):1-6.

5. Paludo C, Zhang L, Lincho CS, Lemos DV, Real GG, Bergamin JA. Chest physical therapy for children hospitalized with acute pneumonia: a randomized controlled trial. Thorax. 2008; 63:791-4.

6. Krause MF, Hoehn T. Chest physiotherapy in menchanical ventilated children: a review. Crit Care Med. 2000: 28(5);1648-51.

7. Savian C, Chan P, Paratz J. The effect of positive end-expiratory pressure level on peak expiratory flow during manual hyperinflation. Anesth Analg. 2005; 100:1112-6.

8. McCarren B, Alison J, Lansbury. The use of vibration in public hospitals in Australia. Physiotherapy Theory and Practice. 2003; 19:87-93.

9. Levy MM. Pathophysiology of oxygen delivery in respiratory failure. Chest, 2005; 128(5):547S-53S.

10. Sherwood L. Sistem Pernapasan. Dalam : Sherwood L, penulis. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6, 2007.h.497-551.

11. Fahy JV, Dickey BF. Airway mucus function and dysfunction. N Engl J Med. 2010; 363:2233-47.

12. Braverman JM. Airway clearance requirements among patients with mechanical ventilation and artificial airways: an overview. Adv Respir. 2000-2001.

13. Clare M, Hopper K. Mechanical ventilation: indications, goals, and prognosis. Compendium. 2005:195-208.

14. Mejia R. Mechanical ventilation. Dalam: Pediatric fundamental critical care support. Society of Critical Care Medicine The Intensive Care Professionals. USA:Society of Critical Care Medicine. 2008.h.1-29.

15. Grossbach I, Chlan L, Tracy MF. Preview of mechanical ventilator support and management of patient and ventilator-related responses. Crit Care Nurse. 2011; 31:30-44.

Gambar

Gambar 22. Penyakit saluran naafas dan karrakteristik mmukus11
GambarG 1. Keerangka
Tabel 4.1. Karakteristik responden penelitian
Tabel 4.2. Nilai parameter pemantauan ventilasi mekanik dan analisis gas
+3

Referensi

Dokumen terkait

Rakyat Daerah Provinsi Kepulauan Riau sesuai ketentuan Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

[r]

Penelitian ini untuk mengetahui perbandingan produksi seroma antara pasien yang dilakukan modified radical mastectomy (MRM) dengan fiksasi flap kulit dan tanpa

Pengetahuan tentang Faktor Resiko,Prilaku dan Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada wanita di Kecamatan Bogor tengah,Kota Bogor

Berdasarkan penelitian di SMP N 2 Turi Sleman Yogyakarta, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara teman bermain dengan sikap terhadap

koheren, (3) membedakan antara kesimpulan yang secara logis sah dengan kesimpulan yang cacat, (4) menunda kesimpulan terhadap bukti yang cukup untuk mendukung sebuah keputusan,

Aplikasi ini menggunakan elemen-elemen multimedia yaitu gambar, teks, suara, dan animasi kedalam suatu bentuk aplikasi yang diharapkan mudah digunakan oleh siapa saja dan

Penulisan ilmiah ini dimaksudkan untuk membuat Aplikasi Pengenalan Gempa Menggunakan Macromedia Flash 8, dan PHP yang merupakan script untuk pemrograman berbasis server serta