• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis persepsi pemangku kepentingan dan strategi pengembangan terminal dan pasar laladon di Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis persepsi pemangku kepentingan dan strategi pengembangan terminal dan pasar laladon di Kabupaten Bogor"

Copied!
351
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERSEPSI P E W G K U KEPENTINGAN

DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

TERMINAL DAN PASAR LALADON

DI KABUPATEN BOGOR

NITA SARI TARIGAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul:

ANALISIS PERSEPSI P E W G K U KEPENTINGAN DAN

STRATEGS PENGEMBANGAN TERMINAL DAN PASAR LALADON

DI KABUPATEN BOGOR

adalah benar merupakan hasil karya penulis dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telab dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Mei 2007

(3)

ABSTRAK

NITA SARI TARIGAN, Analisis Persepsi Pemangku Kepentingan dan Strategi Pengembangan Terminal dan Pasar Laladon di Kabupaten Bogor (Isang G o ~ ~ a r s y a h sebagai Ketua dan D. S. Priyarsono sebagai Anggota Komisi Pembimbing).

Sejak berdirinya pada tahun 2002 hingga kini operasional terminal dan pasar Laladon belumlah optimal. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa persepsi peinangku kepentingan ~nengenai pendirian terminal dan pasar Laladon: alternatif pemanfaatan dan strategi pengembangannpa. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, proses hierarki analitis (PHA), dan SWOT. Hasil analisis persepsi menunjukkan bahwa pemangku kepentingan secara umum setuju dengan pendirian terminal dan pasar Laladon. Tetapi mayoritas masyarakat tidak memahami isi dari konsep kebijakan penataan trayek angkutan melalui terminal dan pasar Laladon. Altematif pemanfaatan yang disepakati adalah pengoptimalan fungsi terminal dan pasar Laladon, dengan strategi utama penegakan peraturan penataan trayek angkutan dengan meningkatkan koordinasi antara Pemerintah Kabuapaten Bogor dan Pemerintah Kota Bogor.

(4)

O Hak cipta milik IPB, tahun 2007 Hak cipta dilindungi

(5)

ANAJLISIS PERSEPSI PEMANGKU KEPENTINGAN

DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

TERMINAL DAN PASAR LALADON

DI KABUPATEN BOGOR

NITA

SAW

TARIGAN

Tesis

Sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu - I!mu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Penelitian : Analisis Persepsi Pemangku Kepentingan dan Strategi Pengembangan Terminal dan Pasar Laladon di Kabupaten Bogor

Nama Mahasiswa : Nita Sari Tarigan

Nomor Pokok : A155040021

Program Studi : Ilmu - Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan

Perdesaan (PWD)

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Ir. Isang Gonarsvah, Ph. D

Ketua

Dr. I;. I). S. Priyarsono

Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu - - Ilmu Dekan Sekolah Pascasarjana

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

(7)

PRAKATA

Puji syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas rahmat dan k m i a -

Nya sehingga penulisan tesis berjudul "Aiialisis Persepsi Pemangku Kepentingan

darz Strntegi Pertgembaitgun Terminal dan Pasar Laladoit di kabupaten Bogor"

dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini saya menyrunpaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar - besanlya kepada Prof. Ir. Isang Gonarsyah, Ph.D dan Dr.

Ir. D. S. Priyarsono telah bersedia menjadi komisi pemhimbing yang mencurahkan

waktu, pemikiran serta sabar memheri pengarahan dan masukkan bagi kelengkapan

penulisan. Dan juga terima kasih kepada Dr.

Ir.

Setia Hadi, MS sebagai penguji l u x

komisi yang memberi masukan bagi kelengkapan penulisan ini.

Terimakasih kepada Pemerintah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan

Yayasan Almuslim Peusangan Kabupaten Bireuen yang telah memberi izin,

rekomendasi dan biaya selarna Penulis mengikuti pendidikan di Institut Pertanian

Bogor (IPB). Terimakasih kepada Pemerintah Kabupaten Bogor, DPRD Kabupaten

Bogor, Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor, DLLAJ Kota Bogor, Bappeda

Kabupaten Bogor dan pihak lain yang telah beke jasama dalam penelitian ini.

Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Ayahanda H. Mohd. Azis Tarigan,

SH dan bunda Hj. Dahliana Marzuki dan semua keluarga (Tety M. Tarigan, S.H,

M.Kn, Noer Budi S Tarigan, SKM, Bd. Dina A Tarigan, T. SST, Indra M Tarigan,

Suralman Saragih T, S.Pd, Wina SE dan Fahmi Saragih T) atas dukungan moril dan

doanya yang tak terhatas. Semoga Allah senantiasa memberi kelimpahan ridho dan

keberkahan setiap langkah kira. Kepada saudaraku PWD 2004 ( m pipit, k rita, te2h

ied, m dona, eniRawan, ayah qosdus, p rizal, p ichan, aziz, paman basri, irl, aan, toni,

hatta) terimakasih atas semua kehersamaan dan goresan perjalanan episode hidup

yang pemah kita laiui, setiap kenangan canda tawa dan pernak pemik perkuliahan

akan selalu teringat dalam ingatan. Serta m elva, bang askar, bu utari, p yunus, b fadli,

Rina, albert, Penghuni Alyesha Cs, terimakasih atas dukungan dan kebersamaannya

dan rekan - rekan PWD laimya. Sukses buat kita semua. I will miss u all..

..

Penulis menyadari keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis sehingga dalam

penelitian ini mungkin masih hanyak kekurangan. Semoga hasil penelitian ini dapat

bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Bogor, Mei 2007

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahir pada tanggal 18 Desember 1981 di Medan, propinsi Sumatera

Utara. Penulis adalah putri ke empat dari lima bersaudara dari keluarga Bapak I-I.

Mohd. Aziz Tarigan, SH dan Ibu Hj. Dahliana Marzuki. Penulis nlenyelesaikan

pendidikan Sekolah Dasar Negeri 064037 Medan pada tahun 1993, Sekolah

Menengah Pertama Negeri 25 Medan pada 1996, Sekolah Menegah Umum Negeri 3

Medan pada tahun 1999, dan menamatkan pendidikan s l di Universitas Syiah Kuala

Banda Aceh pada tahun 2003. Pada tahun 2004 penulis diterima sebagai Dosen Tetap

Yayasan Almuslim Peusangan pada Fakultas Pertanian Universitas Almuslim

Kabupaten Bireuen. Pada tahun 2004 juga penulis melanjutkan pendidikan di Progran

Studi Ilmu - Ilmu Perencanaan Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Pascasarjana Institut

(9)

DAFTAR

IS1

Halaman

DAFTAR IS1

...

. ..

...

...

...

. ...

..

.

...

. ..

...

...

i

DAFTAR TABEL

...

. .. .

...

...

...

...

...

...

iii

DAFTAR GAMBAR

. .. ... . ..

.

... ... ... ... ..

...

...

.. ....

...

vii

DAFTAR ISTILAH

...

ix

DAFTAR LAMPIRAN

...

x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang..

. .

.

. . .

.

. . . .

....

.

. . . .. . . .. . .

1

1.2. Pemmusan Masalah

. .

...

.

. .

..

...

.

. . .. .

..

. . . .. . ..

...

.

.. ... ...

3

1.3. Tujuan Penelltl an...

. .

. .. .. . ... . . .... .

...

. .. .. . .... . .. .

... . 6

7 1.4. Manfaat Penellt~an

... . .. .. . ... ... . . . .

...

.

...

.

...

BAB I1 TINJAUAN PUSTAKA

...

8

BAB I11 METODOLOGI PENELITIAN

. .

3.1 Kerangka Pemlhran

. . . ..

3.2 Metode Analisis

... ... .. . . .. .

..

..

. ...

...

.

...

.

.. . ... ...

3.2.1 Lokasi dan Waktu Peneliti an...

. . . .. .. ... ... ...

3.2.2 Sumber dan Jenis Data

... ...

...

3.2.3 Metode Pengambilan Sarnpel

... .. . . .. .. . ... . . .. ...

3.2.4 Model Analisis

3.2.4.1 Analisis Deskriptif

...

3.2.4.2 Proses Hierarki Analitis

... ... ... ... ...

3.2.4.3 Analisis SWOT.

.. ..

...

...

.. . .. .... .. .. ... ....

3.2.5 Defenisi Operasional Variabel

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Ganbaran Umum Wilayah..

. . . . ...

.

. . ... ... ... . . . ... .. . .. ... ..

....

4.1.1 Kondisi Fisik

. . . .

. . .

.

.

. . .

.

. . .

. . .

. . .

. .

.

.

. . .

4.1.2 Kondisi Ekonomi

.

..

. . .

. .

.

.

. . .

4.2 Kondisi dan Moda Transportasi..

.

.

. . . .. . .

...

4.2.1 Pola Pergerakan Penurnpang..

. . .

4.2.2 Trip Rate Penduduk dan Komposisi Penggunaan Moda Kabupaten Bogor

. .. . . .

.

. .

.

. . .

. . .

. . . .. . . ..

4.2.3 Karateristik Pe jalanan

4.2.4 Permasalahan Transportasi di Kabupaten Bogor..

. . . . ..

4.2.4.1 Pennasalahan Jaringan Jalan

. .

. . . .

. . .

4.2.4.2 Permasalahan Jaringan Pelayanan

.

. .

.

. . . .. . .

4.2.4.3 Permasalahan Pelayanan Operasional

Angkutan

. . .

.

. . . .

.:

. . .

.

. . .

. . . .

. . .

.

..
(10)

BAB V 5.1 5.2 BAB VI 6.1 6.2

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perencanaan Penentuan Lokasi Terminal Penumpang

...

Perencanaan Penentuan Terminal Penumpang

...

5.2.1 Dasar Hukum Penetapan Lokasi dan Kelas Terminal..

5.2.2 Konsep Perencanaan Lokasi Terminal Penumpang

....

5.2.3 Perencanaan Lokasi Temlinal Berdasarkan RTRW

...

Kabupaten Bogor

5.2.4 Perencanaan Lokasi Terminal Berdasarkan Kondisi

. .

Eksist~ng

...

5.2.5 Perencanaan Lokasi dan Kelas Terminal

...

Persepsi Masyarakat Terhadap keberadaan Temiinal dan Pasar Laldon di Kabupaten Bogor

...

5.3.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Serdirinya Terminal

dan Pasar Laldon di Kabupaten Bogor

...

5.3.2 Persepsi Masyarakat Terhadap Konsep Penataan Trayek Tenninal dan Pasar Laladon di Kabupaten Bogor

...

Hirarki "Manfaat" dan "Biaya" Pemanfaatan Terminal Dan Pasar Laladon Di Kabupaten Bogor

...

5.4.1 Dampak Positif "Manfaat" Berdirinya Terminal Dan Pasar Laladon Di Kabupaten Bogor ... 5.4.2 Dampak Negatif "Biaya" Berdirinya Terminal Dan

...

Pasar Laladon Di Kabupaten Bogor

5.4.3 Altematif Pemanfaatan Terminal Dan Pasar Laladon Berdasarkan Rasio Manfaat "Dampak Positif' d m Biaya "Dampak Negatir' Berdirinya Terminal Dan

...

Pasar Laladon Di Kabupaten Bogor

Strategi dan Aralian Pemanfaatan Terminal dm Pasar

...

Laladon di Kabupaten Bogor

SIMPULAN DAN SARAN

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabei 9

Tabel 11

Tabel 14

Tabel 15

Tabel 16

Route trayek angkutan dari Kabupaten Bogor ke Kota Bogor

...

Konsep penataan jumlah trayek antara terminal Laladon dan terminal Bubulak

...

Sebaran jumlah responden

...

Matriks perbandingan/komparasi berpasangan

...

Matriks perbandingan berpasangan

...

Formula matriks pendapatan individu

...

Diagram matrik SWOT

...

Matriks pendekatan studi

...

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor

...

Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor

berdasarkan lapangan usaha

...

Persentase PAD terhadap PDRB Kabupaten Bogor

Trip rate wilayah Kabupaten Bogor tahun 2002

..

Komuter ailtar wilayah DKI - Bodetabek tahun 2000

Halaman

3

Regulasi pemerintah mengenai penetapan lokasi dan klas terminal

...

Karakteristik kecamatan di wilayah Kabupaten Bogor

Rencana lokasi dan klas terminal menurut RTRW

Kabupaten Bogor sampai tahun 2009

...

Rencana lokasi dan klas terminal di Kabupaten Bogor

Hasil persepsi masyarakat terhadap persetujuan berdirinya terminal dan pasar Laladon di Kabupaten Rogor

...

Ilasil persepsi masyarakat terhadap manfaat

berdirinya terminal dan pasar adaiah untuk

[image:11.523.70.449.90.731.2]
(12)

Tabel 24

Hasil persepsi masyarakat terhadap manfaat

berdirinya terminal dan pasar adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Kabupaten Bogor

...

Hasil persepsi masparakat terhadap manfaat

berdirinya terminal dan pasar adalah untuk

pengembangan wilayah Kabupaten

Bogor

...

Hasil persepsi masparakat terhadap manfaat

berdirinya terminal dan pasar adalah untuk

pertumbuhan ekonomi dan jasa di Kabupaten Bogor

...

Hasil persepsi masyarakat terhadap manfaat

berdirinya terminal dan pasar adalah tersedianya

fasilitas terminal dan pasar di Kabupaten

Bogor

...

Hasil persepsi masyarakat terhadap manfaat

berdirinya terminal dan pasar adaleh untuk

mengurangi kemacetan di Kabupaten

Bogor

...

Hasil persepsi nlasyarzkat terhadap penyebab belum optimalnya terminal dan pasar Laladon adalah belum

tegaknya peraturan penataan trayek

angkutan

...

:

...

Hasil persepsi masyarakat terhadap penyebab belum optimalnya terminal dan pasar Laladon adalah lokasi yang tidak strategis

...

Hasil persepsi masyarakat terhadap penyebab belum optimalnya terminal dan pasar Laladon adalah kurang partisipasinya masyarakat

...

Hasil persepsi masyarakat terhadap penyebab belum optimalnya terminal dan pasar Laladon adalah susahnya mendapat angkutan yang menuju terminal dan pasar Laladon

...

Hasil persepsi masyarakat terhadap pengenalan angkutan yang akan memasuki terminal dan pasar Laladon

...

Hasil persepsi masyarakat terhadap penyebab belum optimalnya terminal dan pasar Laladon adalah belum lengkapnya produk di pasar Laladon

...

(13)

Tabel 45

Pengetahuan kebijakan penataan trayek di terminai

...

Laladon

Hasil persepsi masyarakat terhadap diberlakukannya

kebijakan konsep penataan trayek

angkutan

...

Hasil persepsi masyarakat terhadap kinerja aparat pemerintah

...

Sun~ber infonnasi yang diperoleh masyarakat untuk mengetahui adanya kebijakan penataan trayek

...

angkutan di terminal Laladon

Cara pengecalan masyarakat terhadap angkutan yang

akan memasuki terminal

Laladon

...

Waktu masyarakat menggunakan terminal

Laladon

...

Rekapitulasi Hasil analisis pendapat gabungan perumus kebijakan dalam penentuan faktor yang berpengaruh terhadap "manfaat" berdirinya terminal dan pasar Laladon

...

Hasil analisis pendapat gabungan perumus kebijakan terhadap pemilihan kriteria yang paling berpengaruh dari faktor "manfaat" berdirinya terminal dan pasar Laladon

...

Hasil analisis pendapat gabungan perumus kebijakan terhadap stakeholder yang bertanggungjawab pada faktor "manfaat" berdirinya terminal dan pasar Laladon

...

Hasil analisis pendapat gabungan perumus kebijakan terhadap kriteria stakeholder 9emei.i~tah yang bertanggungjawab pada faktor "manfaat" berdirinya terminal dan pasar Laladon

...

Hasil analisis pendapat gabungan perumus kebijakan

terhadap kriteria stakeholder swasta yang

bertanggungjawab pada faktor "manfaat" berdirinya terminal dan pasar Laladon

...

Hasil analisis pendapat gabungan perumus kebijakan terhadap kriteria stakeholder masyarakat yang bertanggungjawab pada faktor "manfaat" berdirinya

...

terminal dan pasar Laladon

(14)

Rekapitulasi hasil analisis pendapat gabungan perumus kebijakan dalam penentuan faktor yang berpengaruh terhadap "biaya" berdirinya terminal dan pasar Laladon

...

Hasil analisis pendapat gabungan perumus kebijakzn terhadap pemilihan kriteria yang paling berpengaruh dari faktor "biaya" berdirinya terminal dan pasar Laladon

...

Hasil analisis pendapat gabungan perumus kebijakan terhadap stakeholder yang bertanggungjawab pada faktor " biaya" berdirinya terminal dan pasar Laladon Hasil analisis pendapat gabungan perumus kebijakan terhadap kriteria stakeholder pemerintah yang bertanggungjawab pada faktor "biaya" berdirinya termina! dan pasar Laladon

...

Hasil analisis pendapat gabungan perumus kebijakan

terhadap kriterie stakeholder swasta yang

bertanggungjawab pada faktor "biaya" berdirinya terminal dan pasar Laladon

...

Hasil analisis pendapat gabungan perumus kebijakan terhadap kriteria stakeholder masyarakat yang bertanggungjawab pada faktor "biaya" berdirinya terminal dan pasar 1;aladon

...

Hasil analisis pendapat gabungan perumus kebijakan terhadap alternatif pemanfaatan menurut stakeholder

...

dari "biaya" berdirinya terminal dan pasar Laladon alternatif pemanfaatan terminal dan pasar Laladon di

Kabupaten Bogor berdasarkan rasio manfaat

"dampak positif' dan biaya "dampak

negati f'...

...

EFAS dan IFAS pemanfaatan terminal dan pasar Laladon di Kabupaten Bogor

...

Formulasi strategi pemanfaatan terminal dan pasar Laladon di Kabupaten Bogor

...

Alternatif strategi dalam SWOT pemanfaatan

(15)

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3

Gambar 4

Gambar 5

Gambar 6.

Gambar 7

Gambar 8

Gambar 9

Gambar 10

Gambar 11 Gambar 12. Gambar 13

Gambar 14

Gambar 15

Gambar 16

Gambar 17

Peta lokasi industri, sekolahan di sekitar jalan dramaga 5

raya

...

Kerangka pemikiran secara urnum dalam analisis persepsi dalam pengembangan pemanfaatan terminal dan pasar Laladon di Kabupaten Bogor

...

Pendekatan operasional analisis persepsi masyarakat terhadap terminal dan pasar Laladon di Kabupaten Bogor

...

Letak lokasi penelitian, terminal dan pasar Laladon Kabupaten Bogor

...

Komposisi penggunaan moda di Kabupaten Bogor iahun 2002

...

Rekayasa lalulintas yang diharapkan dari berdirinya terminal dan pasar Laladon di Kabupaten Bogor ...

Alur penyediaan sarana dan prasarana terminal

penumpang

...

Koneksitas antar kecamatan di Kabupaten

Bogor

...

Konsep perencanaan route dan lokasi penumpang di Kabupaten Bogor

...

Rer~cana lokzsi terminal mencrut RTRW Kabupten Bogor

sampai tahun 2009

...

Lokasi terminal eksisting di Kabupaten Bogor

...

Penetapan terminal kelas di Kabupaten Bogor

...

Grafik persentase persepsi masyarakat terhadap persetujuan

...

berdirinya terminal dan pasar Laladon

Grzfik persentase persepsi masyarakat terhadap tujuan berdirinya terminal dan pasar Laladon adalah untuk meningkatkan pad Kabupaten Bogor

...

Grafik persentase persepsi masyarakat terhadap tujuan berdirinya terminal dan pasar Laladon adalah untuk

....

meningkatkan pendapatan masyarakat Kabupaten Bogor Grafik persentase persepsi masyarakat terhadap tujuan berdirinya terminal dan pasar Laladon adalah untuk

pengembangan wilayah Kabupaten Bogor

...

Grafik persentase persepsi masyarakat terhadap tujuan berdirinya terminal dan pasar Laladon adalah untuk

(16)

Gambar 18

Gambar 19

Gambar 20

Gambar 21.

Ganlbar 22

Gambar 23

Gambar 24

Gambar 25.

Gainbar 27

Gambar 28

Gambar 29

Gambar 30

Gambar 31

Gambar 33

Grafik persentase persepsi masyarakat terhadap tujuan berdirinya terminal dan pasar Laladon adalab tersedianya fasilitas terminal dan pasar Laladon di Kabupaten Bogor

...

Grafii persentase persepsi masyarakat terhadap tujuan berdirinya terminal dan pasar Laladon adalah untuk menghindari kemacetan di Kabupaten Bogor

...

Grafik persenrase persepsi masyarakat terhadap penyebab belum optimalnya terminal dan pasar Laladon adalah belum tegaknya peraturan angkutan

...

Grafik persentase persepsi masyarakat terhadap penyebab belum optimalnya terminal dan pasar Lzladon adalah lokasi

...

yang tidak strategis

Grafik persentase persepsi masyarakat terhadap penyebab belum optimalnya terminal dan pasar Laladon adalah

...

kurangnya partisipasi masyarakat

Grafik persentase persepsi masyarakat terhadap penyebab belum optimalnya terminal dan pasar Laladon adalah susahnya mendapat angkutan yang menuju terminal Laladon

...

Grafik persentase persepsi masyarakat terhadap mengenal

...

angkutan yang akan memasuki terminal Laladon

Grafik persentase persepsi masyarakat terhadap penyebab belum optimalnya terminal dan pasar Laladon adalah belum

...

lengkapnya produk di pasar Laladon

Grafik persentase persepsi masyarakat terhadap perlu tidaknya mernpertahankan keberadaan terminal dan pasar Laladon

...

Grafik persenrase peisepsi masyarakat terhadap aiternatif

...

solusi keberadaan terminal dan pasar Laladon

Grafik persentase persepsi masyarakat terhadap

pengetabuan kebijakan penataan trayek di terminal Laladon

...

Grafik persentase persepsi masyarakat terhadap kebijakan konsep penataan trayek angkutan

...

Grafik persentase persepsi masyarakat terhadap kinerja aparat pemerintah

...

Grafik persentase persepsi masyarakat terhadap sumber informasi tentang kebijakan penataan trayek angkutan terminal Laladon

...

Grafik persentase persepsi masyarakat terhadap cara pengenalan angkutan yang akan memasuki terminal Laladon

(17)

DAFTAR ISTILAH

TPL

STL

SL

PTL

PL

PBL

PDL

M a y

Terminal dan Pasar Laladon

Sopir tidak terminal Laladon

Sopir Laladon

Penumpang tidak terminal Laladon

Penumpang Laladon

Pembeli pasar Laladon

Pedagang Laladon

(18)

DAFTAR LAMPiRAN

Lampiran 1.

Lampiran 2.

Lampiran 3.

Lampiran 4.

Lampiran 5.

Lampiran 6.

Lampiran 7.

Lampiran 8.

Lampiran 9.

Lampiran 10.

Garnbar Hierarki Altematif Pemanfaatan Terminal dan Pasar Laladon Berdasarkan Dampak Positif "Manfaatt' Berdirinya Terminal dan Pasar Laladon di Kabupaten Bogor

Garnbar Hierarki Pemanfaatan Terminal dan Pasar Laladon

Berdasarkan Kerugian "Dampak NegaW Berdirinya

Terminal dan Pasar Lalzdon di Kabupaten Bogor ...

Lembaran Kuisioner Persepsi Masyamkat Terhadap

Berdiinya Terminal dan Pasar Laladon di Kabupaten

Bogor.. ...

Lzmbaran Kuisioner Persepsi Masyarakat terhadap Konsep Penataan Trayek di Terminal dan Pasar Laladon di Kabupaten Bogor

...

Lembaran Kuisioner PHA Persepsi Stakeholders Dalam

Pemanfaatan Terminal dan Pasar Laladon berdasarkan Dampak Positif "Manfaat" Berdirinya Terminal dan Pasar Laladon di Kabupaten Bogor

...

Lembaran Kuisioner PHA Persepsi Stahholders Dalam

Pemanfaatan Terminal dan Pasar Laladon berdasarkan

Dampak Negatif "Biaya" dari belum optimalnya Terminal dan Pasar Laladon di Kabupaten Bogor

...

--

...

Nilai Bobot PHA Aspek Yang Berpengaruh Dari Dampak Positif "Manfaat" Berdiinya Terminal & Pasar Laladon di Kabupaten Bogor ...

Nilai Bobot PHA Kriteria Aspek Ekonomi Dari Positif Dampak Positif "Manfaat" Berdiinya Terminal & Pasar di Kabupaten Bogor

...

Nilai Bobot PHA Kriteria Asp& Ligkungan Dari Positif Dampak Positif "Manfaat" Berdirinya Terminal & E'asar Laladon di Kabupaten Bogor

...

Nilai Bobot PHA Kriteria Aspek Sosial dari Dampak Positif "Manfaat" B e r d i i y a Terminal & Pasar Laladon di Kabupaten Bogor

...

(19)

Lampiran 11. Nilai Bobot PHA Stakeholder yang Bertanggungjawab Pada Aspek Ekonomi Berdasarkan Dampak Positif "Manfaat" dari

Berdiiya Terminal & Pasar

di

Kabupaten Bogor.

...

Lampiran 12. Nilai Bobot PHA Stakeholder yang Bertanggungjawab Pada Aspek Lingkungan Berdasarkan Dampak Positif "Manfaat" dari Berdirinya Terminal&Pasar Laladon di Kabupaten Bogor

...

.;.

...

Lampiran 13. Nilai Bobot PHA Stakeholder yang Bertanggungjawab Pada Aspek Sosial Berdasarkan Dampak Positif "Manfaat" ddari Berdirinya Terminal & Pasar Laladon di Kabupaten Bogor.

..

Lampiran 14. Nilai Bobot PHA Stakeholder Pemerintah yang

Bertanggungjawab Terhadap Dampak Positif "Manfaat" dari Berdirinya Terminal & Pasar Laladon di Kabupaten Bogor..

.

Lampiran 15. Nilai Bobot PHA Stakeholder Eksekutif yang

Bertanggungjawab Pada Dampak Positif "Manfaat" dari

...

Berdirinya Terminal & Pasar Laladon di Kabupaten Bogor

Lampiran16. Nilai Bobot PHA Stakeholder Swasta Yang

Bertanggungjawab Terhadap Dampak Positif "Manfaat" dari Berdiiya Terminal & Pasar Laladon di Kabupaten Bogor..

.

Lampiran 17. Nilai Bobot PHA Stakeholder Masyarakat Yang

Bertanggungjawab Terhadap Dampak Positif "Manfaat" dari

.

Berdirinya Terminal & Pasar Laladon di Kabupaten Bogor..

Lampiran 18. Nilai Bobot PHA Altematif Pemanfaatan Terminal & Pasar Laladon Berdasarkan Kepentingan Pemerintah Dari Dampak Positif "Manfaat" Berdirinya Terminal & Pasar Laladon di

...

Kabupaten Bogor

Lampiran 19. Nilai Bobot PHA Altematif Pemanfaatan Terminal & Pasar

Berdasarkan Kepentingan Swasta Dari Dampak Positif "Manfaat" Berdiiya Terminal & Pasar Laladon di

...

Kabupaten Bogor..
(20)

Lampiran 21.

Lampiran 22.

Lampiran 23.

Lampiran 24.

Lampiran 25.

Lampiran 26.

Lampiran 28.

Lampiran 29.

Lampiran 30.

Lampiran 3 1.

Nilai Bobot PHA Aspek Yang Berpengaruh Berdasarkan

Kerugian Dari Belum Beroperasinya Terminal & Pasar

Laladon di Kabupaten Bogor

...

Nilai Bobot PHA ;;riteria Aspek Ekonorni Berdasarkan Dampak Negatif "Biaya" Dari Belum Beroperasinya Terminal & Pasar Laladon di Kabupaten Bogor

...

Nilai Bobot PHA Kriteria Aspek Lingkungan Berdasarkan Dampak Negatif "Biaya" Dari Belum Beroperaskya Terminal & Pasar Laladon di Kabupaten Bogor.. ...

Nilai Bobot PHA Kriteria Aspek Sosial Berdasarkan

Dampak Negatif "Biaya" Dari Belum Beroperasinya

...

Terminal & Pasar Laladon di Kabupaten Bogor..

Nilai Bobot PHA Stakeholder yang Bertanggungjawab Pada Aspek Ekonomi Berdasarkan Dampak Negatif "Biaya" Dari

Belum Beroperasinya Terminal & Fasar Laladon di

...

Kabupaten Bogor

Nilai Bobot PHA Stakeholder yang Bertanggungjawab Pada Aspek Lingkungan Berdasarkan Dampak Negatif "Biaya" Dari Belum Beroperasinya Terminal & Pasar Laladon di Kabupaten Bogor..

...

Nilai Bobot PHA Stakeholder yang Bertanggungiawab Pada Aspek Sosial Berdasarkan Dampak Negatif "Biaya" Dari

Bzlum Eeropsrasbya Terminai & Fasar La!adon di

Kabupaten Bogor.. ...

Nilai Bobot PHA Terhadap Stakeholder Pernerintah yang

Bertanggungiawab Dari Belun Beroperasinya Terminal &

Pasar Laladon di Kabupaten Bogor

...

Nilai Bobot PHA Stakeholder Eksekutif yang

Bertanggungjawab Dari Belum Beroperasinya Terminal &

Pasar Laladon di Kabupaten Bogor..

...

Nilai Bobot PHA Stakeholder Swasta yang

Bertanggungjawab Dari Bel-an Beroperasinya Tenninal &

...

Pasar Laladon di Kabupaten Bogor..

Nilai Bobot PHA Stakeholder Masyarakat yang

Bertanggungjawab Dari Belum Beroperasinya Tenninal &

...

(21)

Lampiran 32. Nilai Bobot PHA Altematif Pemanfaatan Terminal & Pasar 159 Laladon Berdmkan Kepentingan Pemerintah Dari Belum

Beroperasinya Terminal & Pasar Laladon di Kabupaten Bogor..

...

Lampiran 33. Nilai Bobot PHA Alternatif Pemanfaatan Terminal & Pasar 160

Laladon Berdasarkan Kepentingan Swasta Dari Belum

Beroperasinya T e d & Pasar Laladon di Kabupaten

Bogor..

...

Larnpizan 34. Nilai Bobot PHA Altematif Pernanfaatan Terminal & Pasv 101

Laladon Berdasarkan Kepentingan Masyarakat Dari Belum

Beroperasinya T e d & Pas= Laladon

di

Kabupaten

Bogor

...

Lampiran 35. Nilai Ratio PHA Altematif Pemanfaatan Terminal dan Pasar 162

Laladon Berdasarkan Dampak Positif "Manfaat" Dengan PI-FA Altematif Pemanfaatan Terminal dan Pasar Laladon Berclasarkau Dampak Negatif "Biaya" Berdirinya Terminal

...

(22)

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terminal sebagai salah satu titik simpul sistem jaringan transportasi sangat

berperan penting dalam pembangunan wilayah dan befingsi sebagai fasilitas

pelayanan mum, untuk tempat naik turunnya penumpang, pengendali lalu lintas

dan angkutan mum serta tempat perpindahan intra clan antara moda transportasi.

Kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah untuk pengembangan terminal

berlandaskan pada temjudnya sistem pengangkutan mum secara terpadu

dengan mengutamakan aspek pelayananan kepada masyarakat dan memberikan

kesempatan peran serta swasta. Sesusi dengan PP nomor 22 tahun 1990 bahwa

kewenangan penyelengaraan terminal sesuai fungsinya dilaksanaican olei:

Pemerintah Daerah

Tk

II

ditegaskan pula sesuai SK Menteri Perhubungan nomor

31 tahun 1995 tentany terminal transportasi jalan dalam pasal 16 ayat 1

disebutkan bahwa pembangunan terminal penumpang dilaksanakan oleh

Bupati/Walikotarr.adya KDH Tk

II

kecuali untuk DKI Jakarta dan Kotamayda

administratif Batam dilaksanakan oleh Gubemur KDH Tk I.

Ekstemalitas dari pengoperasian terminal yang tidak sesuai dengan

peraturannya adalah kemacetan. Hal ini juga terjadi di Kota Bogor. Melihat

keadaan ini, pada tahun 2002 Pemerintah Kota Bogor mengeluarkan kebijakan

yang bertujuan mengurangi kemacetan di Kota Bogor yaitu memindahkan lokasi

terminal Merdeka yang berada di tengah Kota Bogor ke lokasi baru daerah

Kecamatan Bubulak yang berada di perbatasan dengan Kabupaten Bogor sehingga

berdiri terminal Bubulak.

Hasil kebijakan ini mampu mengurangi kemacetan di Kota Bogor, namun

menimbulkan kemacetan baru di daerah sekitar terminal Bubulak. Melihat kondisi

kemacetan tersebut berada diperbatasan antara Kota Bogor dengan Kabupaten

Bogor, maka pada tahun 2004 Pemerintah Kabupaten Bogor meresmikan terminal

dan pasar Laladon yang bertujuan untuk memberi dukungan terhadap langkah -

(23)

kepada masyarakat Kabupaten Bogor wilayah Barat, mengumngi kemacetan,

sumber PAD, serta menjadi basis pengembangan wilayah dan sektor ekonomi

di Kabupaten Bogor wilayah Baiat. Keberadaan terminal dan pasar Laladon

diharapkan mendukung tumbuhnya pusat

-

pusat kegiatan sehingga terjadi

pergeseran ekonomi yang lebih cepat, mendorong pertumbuhan ekonomi dan

memperluas cakupan, efisiensi, efektifitas dan pelayanan umum Kota Bogor

maupun Kabupaten Bogor (Anonym, 2003).

Peresmian tem~inal dan pasar Laladon telah bejalan selama tiga tahun,

namun pengoperasiannya belum optimal dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

Berdasarkzn pengamatan awal di lokasi penelitian didapati permasalahan -

pem~asalahan, seperti menurunnya pendapatan yang diterima para sopir dan

pedagang, meningkatnya kemacetan di Simpang Tiga Perumahan IPB I1 Sindang

Barang, polusi udara dll. Hal ini mengakibatkan besarnya kerugian ekonomi dan

sosial yang ditanggung oleh masyarakat.

Seiring dengan permasalahan di atas, didapati pula keinginan masyarakat

untuk menggantungkan mata pencaharian di terminal dan pasar Laladon serta

semakin meningkatnya kegiatan perjalanan yang terjadi di Kabupaten Bogor

wilayah Barat, sehingga menimbulkan keinginan untuk secepatnya beroperasinya

terminal dan pasar Laladon ini. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa

keinginan tersebut dibarengi dengan adanya konflik pemanfaatan pada rnasing -

masing pihak berkepentingan karena mempunyai nlaksud, target dan rencana yang

berbeda untuk menggunakan terminal dan pasar Laladon ini.

Menyikapi konflik pemanfaatan terminal dan pasar Laladon, diperlukan

upaya evaluasi kebijakan sehingga didapat keputusan altematif kebijakan

pemanfaatan dan penentuan strategi yang terbaik untuk pengoperasian terminal

(24)

1.2 Perumusan Permasatahan

Peresmian terminal dan pasar Laladon oleh Bupati Kabupaten Bogor pada

awalnya dimaksudkan untuk mengambil manfaat secara optimal dan

berkelanjutan dan meningkat kesejahterarn masyarakat tanpa menimbulkan

terjadinya kerusakan lingkungan serta konflik pemanfaatan dan kewenangan.

Kenyataan menunjukkan bahwa lokasi terminal dan pasar Laladon milik

Kabupalen Bogor yang kurang 1 kilometer dari terminal Bubulak milik

pemerintah Kota Bogor telah menimbulkan permasalahan dalam penyaturan route

trayek angkutan yang akan memasuki kedua terminal sedangkan jumlah dan route

trayeknya sama. Adapun route trayek angkutan dari Kabupaten Bogor wilayah

Barat ke Kota Bogor begitu juga sebaliknya dapat dilihat pada Tabel 1 :

Tabel 1 Route trayek angkutan dari Kabupaten Bogor ke Kota Bogor

N Kode Route Travek Jumlah

o Trayek Kendaraan

T r a y e k Kabupaten Bogor

1. 05 Ciamoea - Dramaga

-

- Terminal Bubulak 415 2. 05 B Leuwiliang - Dramaga - Terminal Bubulak 440 3. 05 C Jasinga - Leuwiliang -Terminal Bubulak 520 4. 13 Gunung Malang - Situ Daun - Terminal Laladon 60 5. 15 Petir - Cibeureum - Dramapa

-

- Terminal 174

Laladon

6. 16 Nambo Kuripan - Ciherang -Terminal Laladon 150 7. 17 Cangkrang - Cangkorawok - Kampus IPB - 120

Dramaga - Terminal Laladon

8. 32 Cibinong - Terminal Laladon

-

Pagelaran 200

9. 50 Tenjolaya - Terminal Laladon 34

T r a y e k Kota Bogor

7. 02 Sukasari -terminal Bubulak 585

8. 03 Baranangsiang

-

Terminal Bubulak 382

9. i 5 ~ e r d e k ~ - ~ e r m i n a l Bubulak 101 Sumber : Dishub Kabupaten Bogor, 2006

Melihat permasalahan tersebut, maka Dinas Perhubungan Kabupaten

Bogor dan Kota Bogor melakukan nota kesepahaman kerjasama nomor

55 1.22/1447/DlSHUB - nomor 55 1.221709lDLLAJ tentang penataan trayek angkutan umum dari dan ke terminal Laladon Kahupaten Bogor dan terminal

Bubulak Kota Bogor sebagai solusi mengoptimalkan keberadaan terminal dan

(25)

meningkatkan kualitas pelayanan serta xnemberi manfaat kepada masyarakat

melalui pengaturan kembali trayek yang ada tanpa ada penambahan jumlah

alokasi kendaraan yang telah ditetapkan dan menghiidari pertemuan antara trayek

Kabupaten Bogor dengan trayek Kota Bogor di persimpangan perumahan IPB 11.

Adapun konsep kebijakan penataan trayek angkutan dapat di lihat pada Tabel 2

berikut ini:

Tabel 2 Konsep penataari jumlah trayek antara terminal Laladon dan

terminal Bubulak

No. Kode Terminal Terminal Jumlah

Trayek Laladon Bubulak

(Kendaraan) (Kendaraan)

Trayek Kabupaten Bogor

1. 05 50 365 415

2. 05 B 5 0 390 440

3. 05 C 50 470 520

4. 13 54 6 60

5. 15 157 17 174

6. 16 135 16 1 50

7. 17 108 12 120

8. 32 100 100 200

9. 50 3 0 4 34

Trayek Kota Bogor

1. 02 117 468 585

2. 03 76 306 382

"

J . 15 Melintas melalui terminal Laladon Kabuuaten

Bogor dan terminal Bubulak Kota ~ o g o r .

Jumlah 927 2.153 3080

Sumber: Dishub Kabupaten Bogor, 2006

Konsep ini telah disepakati pada tahun 2006, namun sampai sekarang

masyarakat belum merasakan kegunaan peraturan tersebut dalam

pengoperasian terminal dan pasar Laladon. Mengingat pengambilan

keputusan dilakukan secara terpusat sehingga dalam memberikan

pertimbangan banyak faktor - faktor terabaikan dan pada akhirnya

menimbulkan permasalahan baru. Berdasarkan hasil identifikasi di lapangan

(26)

1. Menurunnya disiplin pengguna transportasi dalam mematuhi

peraturan lalulintas.

2. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam melaksanakan kebijakan

yang dikeluarkan oleh pemerintah.

3 . Menurunnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

4. Menurunnya pendapatan sopir dan pedagang di terminal dan pasar

Laladon.

5. Kemacetan di Simpang Tiga Perumahan IPB I1 Sindang Barang

hingga sepanjang jalan Raya Dramaga.

6 . Meningkatnya polusi baik yang disebabkan oleh polutan padat

maupun udara.

Kemacetan ini juga disebabkan jumlah angkutan tidak seimbang

dengan pertambahan luas badan jalan, mental pengguna jalan dan petugas

pemerintah yang mengatur arus transportasi yang tidak disiplin serta adanya

kegiatan industri, sekolahan dan pertokoan dipinggir jalan. Adapun skema

kegiatan tersebut di jalan Dramaga Raya adalah sebagai berikut:

SOY Hriuluiik#alysOl a 0 3

I,,' < 2 ~ S C , , ~ , . ~ * r C

-

_/-- --\.

..

[image:26.523.69.499.293.695.2]

.--- ~ --7.=.--.--=zL>.~zlyzI--Lr-;~---L~~~z----.---~-- ?---

(27)

Masalah yang timbul dari pemanfaatan terminal dan pasar Laladon

selama ini menunjukkan bahwa belum tercapainya tujuan pengelolaan seperti

yang diharapkan, diduga akibat adanya kepentingan pemanfaatan masing-

masing stakeholders yang terkait serta kurang terkoordinasinya pelaksanaan

kebijakan nota kesepahaman pada pihak terkait yang berwenang untuk

melaksanakannya. Hal ini menunjukkan bahwa keterpaduan dan koordinasi

dalam pengclolaan terminal dan pasar Laladon belum sepenuhnya terlaksana.

Melihat pengoperasian terminal dan pasar Laladon yang belum

maksimal dalam mencapai tujuan awal pembangunan fasilitas ini, maka salah

satu langkah awal untuk mengevaluasi kebijakan berdirinya terminal dan

pasar Laladon dapat dilakukan dengan mengetahui persepsi masyarakat dan

perumus kebijakan yang terkait, sehingga dalam pengambilan keputusan

kebijakan pemanfaatan apa yang terbaik serta strategi yang tepat untuk

terminal dan pasar Laladon pada masa yang akan datang berdasarkan

pengetahuan dan informasi yang terjadi dan dirasakan dilapangan, maka

masalah yang dapat diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi masyarakat tentang berdirinya terminal dan pasar

Laladon?

2. Alternatif pemanfaatan apa yang terbaik terhadap kebijakan

pemanfaatan terminal dan pasar Laladon pada masa yang akan

datang?

3 . Bagaimana fornlulasi strategi pemanfaatar, yang paling sesuai terhadap terminal dan pasar Laladon pada masa yang akan datang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalab:

1. Mengetahui persepsi masyarakat pengguna terminal dan pasar Laladon

tentang berdirinya terminal dan pasar Laladon.

2. Mengetahui alternatif pemanfatan yang terbaik terhadap kebijakan

pemanfaatan terminal dan pasar Laladon pada masa yang akan datang.

(28)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memperoleh persepsi masyarakat

tentang pentingnya pemanfaatan terminal dan pasar Laladon dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pengemhangan wilayah

Kabupaten Bogor wilayah Barat dan juga menjadi bahan masukan kepada

pihak terkait dalam merumuskan strategi pengembangan pemanfaatan

(29)

I1 TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan kegiatan perekonomian serta meningkatnya kegiatan

perjalanan masyarakzt membutuhkan adanya jasa layanan terminal angkutan

yang lebih baik. Dinata (2006) dalam penelitiannya mengenai kajian rencana

pengembangan terminal AKAP Mayang Terurai di Kota Pekan Baru Propinsi

Riau menemukan bahwa kebutuhan akan tersedianya sarana dan prasarana

transportasi dirasakan sangat penting untuk mendukung pengembangan

sektor perdagangan dan industri. Untuk mengantisipasi keadaan tersebut

pemerintah Kota Pekan Baru berupaya menggalakkan layanan yang maksimal

di sektor perhubungan terutama jasa terminal angkutan penumpang antar kota

antar propinsi (AKAP) yang dimiliki yaitu terminal Mayang Terurai.

Terminal Mayang Terurai merupakan terminal AKAP satu - satunya di Kota

Pekanbaru yang sangat potensial dalam memacu pembangunan daerah karena

di lokasi ini terdapat pula pasar tradisional, pertokoan dan supermarket.

Sehingga berdirinya terminal ini diharapkan memberikan konstribusi yang

cukup penting bagi perekonomian dengan memperlancar mobilitas orang dan

barang ke dalam dan ke luar daerah.

Selain sebagai sarana penataan lalu lintas dan angkutan, keberadaan

terminal menjadi potecsi penerimaan PAC bagi pemerintah daerah setempat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Heryanti (2003) tentang retribusi

terminal di Kota Magelang, menyatakan bahwa retribusi terminal dapat

ditingkatkan melalui pemungutan retribusi sesuai dengan jumlah kendaraan

yang beroperasi dan masuk melalui terminal. Kontribusi retribusi daerah

terhadap PAD merupakan komponen yang penting untuk mendanai

pelaksanaan pembangunan di Kota Magelang.

Pennasalahan dalarn sistem pengoperasian terminal juga sering tejadi.

Penelitian Hapsono (2005) mengemukakan bahwa permasalahan yang timbul di

bidang angkutan umum pada dasarnya merupakan penataan trayek angkutan kota

dan keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Dampak yang timbul adalah

(30)

rute trayek, berbedanya trayek yang dijalani dengan izin yang telah diberikan

berdasarkan SK Bupati Cilacap No. 9 tahun 1996, yaitu adanya trayek yang

tumpang - tindih dan tidak beroperasinya beberapa angkutan yang telah

ditetapkan rute dan jumlah armadanya, sehingga layanan jasa angkutan tidak

menyebar merata dan banyak angkutan umum tidak beroperasi secara optimal.

Penelitian Rahmani (2000) menemukan bahwa permasalahan

transportasi di Kota Bogor pada dasarnya adalah tidak seimbangnya ruas

jalan yang ada dibanding dengan jumlah kendaraan yang beroperasi, selain

tidak seimbangnya kendaraan umum kota dengan jumlah penduduk yang

dilayani. Di sisi lain arus kendaraan yang memasuki Kota Bogor melebihi

beban sarana transportasi dan juga mental pengguna sarana transportasi yang

lemah sehingga kemacetan menjadi fenomena sehari - hari Kota Bogor.

Kenlacetan lalulintas biasa terjadi di tempat - tempat kerumunan

orang, seperti pasar, pertokoan/mall, sekolah dan persimpangan jalan. Faktor

- faktor yang dianggap menjadi sumber terjadinya kemacetan di wilayah

Bogor adalah masalah disiplin pegemudi, jumlah kendaraan, dan penegakan

aturan. Sugiarto (2001), dalam evaluasinya terhadap layanan jasa angkutan

umum perkotaan di Kota Bogor, dengan studi kasus angkot nomor 02, 03, 07

dan 10, dengan menghitung volume, menemukan bahwa jumlah penumpang

yang diangkut tidak seirnbang dengan jumlah angkutan, sehingga frckuensi

kendaraan per jam pada jam sibuk menjadi tinggi, sehingga terjadi kemacetan

sedangkan pada jam-jam sepi terjadi kelebihan angkutan.

Penelitian Dinata (2006), menemukan bahwa hampir separuh dari

jumlah perusahaan - perusahan yang bergerak dalam bidang jasa angkutan

baik AKAP maupun AKDP, tidak memanfaatkan terminal secara maksimal

sebagai tempat pemberangkatan dan kedatangan kendaraan, karena fasilitas

utama dan fasilitas penunjang terminal Mayang Terurai tidak lagi mendukung

operasional terminal. Perusahaan - perusahaan angkutan tersebut mendirikan

pool - pool bis tersendiri yang tersebar di sepanjang jalan dari dan menuju

terminal. Keberadaan pool - pool bis yang berada di luar terminal sangat

(31)

terminal. Berkurangnya pemasukan dari jasa retribusi karena bus - bus yang

berangkat maupun yang datang tidak lagi memasuki terminal tetapi langsung

memarkirkan kendaraan di pool - pool angkutan masing-masing.

Maryanta (2005), mengemukakan bahwa operator atau penyedia moda

bus angkutan umum menainpilkan kinerja yang buruk, ha1 ini dapat dilihat

melalui banyaknya bus yang tidak mau masuk terminal karena kemacetan dan

ketidakmampuan untuk inengoperasikan kendaraan dalam jumlah yang

dibutuhkan. Kemacetan lalulintas merupakan indikator utama

ketidakmampuan operator untuk memberikan tingkat pelayanan yang

diinginkan oleh pengguna mods angkutan umum. Selain kemacetan salah satu

penyebab rendahnya kualitas pelayanan yang diberikan oleh operator adalah

pengaturan pengoperasian bus yang dilakukan oleh pemerintah sedangkan

penyediaan sarana pelayanan diserahkan sepenuhnya kepada sektor swasta,

operator diwajibkan untuk melayani status trayek tertentu. Dipihak lain

operator harus menanggung rugi, tetapi tarif ditentukan oleh pemerintah.

Akibatnya operator merasa diberikan beban secara tidak adil sehingga tidak

dapat memberikan pelayanan yang disyaratkan.

Budiyatno (2002) menyatakan bahwa, partisipasi dalam pembuatan

keputusan adalah partisipasi dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat

untuk mengemukakan pendapat dan aspirasinya dalam menilai suatu rencana yang

diambil. Tujuan dasar dari partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah

untuk menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna dari warga negara dan

masyarakat yang berkepentingan (public interest) dalam rangka meningkatkan

kualitas pengambilan keputusan. Dengan melibatkan masyatakat yang

berpotensial terkena dampak kegiatan, para pengambil keputusan dapat

menangkap pandangan, kebutuhan dan pengharapan dari masyarakat dan

kelompok tersebut dan menuangkannya kedalam konsep. Pandangan dan reaksi

masyarakat itu sebaliknya menolong pengambil keputusan untuk menentukan

(32)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat diambil

kesimpuian bahwa permasalahan yang sering timbul dalam bidang jasa angkutan

ulnurn dapat diatasi melalui adanya partisipasi pengguna jasa layanan angkutan

tersebut dengan melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan kebijakan,

sehingga tercipta kelancaran dalam menggunakan jasa layanan angkutan yang

(33)

111 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Pembangunan perekonomian sering dijadikan barometer

pembangunan secara keseluruhan. Salah satu sektor pendukung

pembangunan bidang ekonomi adalah sektor transportasi yang diharapkan

memberi kontribusi terhadap kelancaran perekonomian suatu kawasan.

Permintaan (demand) transportasi merupakan permintaan turunan dari

keperluan aktivitas sosial dan ekonomi. Tersedianya jasa transportasi secara

memadai dapat meningkatkan nilai tambah pada sumber daya fisik, sumber

daya manusia dan waktu. Jasa transportasi juga memberikan nilai tambah

dalam bentuk nilai tempat (glace utility) dan nilai tambah waktu (time

utility). Maka sebagai penunjang aktivitas perekonomian, diperlnkan rencana

kebijakan transportasi yang baik untuk mendukung perekonomian dan

pengembangan wilayah.

Pengembangan wilayah sebagai salah satu sumber pertumbuhan harus

terstruktur dengan baik sehingga tercipta efisiensi yang dapat mendukung

pertumbuhan bagi suatu wilayah (Kanafani, 1983). Dalam kenyataan yang

sering ditemui adalah tnjuan ekonomi selalu menjadi pertimbangan dominan

dalam pelaksanaan pembangunan sehingga mengabaikan aspek sosial dan

kelestarian lingkungan hidup yang dapat menimbulkan kendala dalam

pelaksanaan pembangunan. Secara umum faktor penyebab persoalan pada

faktor alam dan manusia sebaiknya diperhatikan dengan seksama di dalam

setiap kebijakan. Oleh karena itu, faktor alam dan manusia sebaiknya

diperhatikan dengan seksama dalam kebijakan pemanfaatan terminal dan

pasar Laladon agar dampak yang merugikan bagi lingkungan maupun

makhluk hidup yang ada didalamnya dapat diminimalkan.

Dengan penerapan UU no. 22 tahun 1999 yang kemudian direvisi

menjadi UU no. 32 tahun 2004 di Indonesia tentang pemerintahan daerah,

menjadi peluang pada tiap daerah di Indonesia untuk memanfaatkan potensi

(34)

Kabupaten Bogor mendirikan terminal dan pasar Laladon bertujuan untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sumber PAD, memberikan pelayanan

internal kepada masyarakat Kabupaten Bogor wilayah Barat, mengurangi

kemacetan serta menjadi basis pengembangan wilayah di Kabupaten Bogor

wilayah Barat. Hal ini memberikan kesempatan yang lebih luas bagi

masyarakat Kabupaten Bogor untuk memanfaatkan terminal dan pasar

Laladon sesuai tujuan yang ditargetkan ole11 pemerintah.

Kebijakan berdirinya terminal dan pasar Laladon di Kabupaten Bogor

ini pada hakekatnya telah dirancang untuk mencapai tujuannya, namun

tindakan kebijakan yang telah dilakukan belum mampu untuk mewujudkzn

semua tujuan yang diinginkan. Letak lokasi terminal dan pasar Laladon

milik Pemerintah Kabupaten Bogor yang berdekatan dengan terminal

Bubulak milik pemerintah Kota Bogor diduga disebabkan lemahnya

keterpaduan sektoral antara kedua pemerintahan ini daiam mengkoordiiasikan

program rencana pengembangan sarana dan prasarana transportasi. Sehingga

meskipun tujuan yang telah ditargetkan pemerintah dari rencana telah dilakukan

namun realisasi tujuan masih belum optimal dalam mencapai tujuan yang

direncanakan.

Melihat kondisi real di lapangan seperti itu, Pemerintah Kabupaten

Bogor dihadapkan kepada bagaimana cara pengelolaan pemanfaatan terminal

dan pasar Laladon yang tepat pada masa yang akan datang. Sampai saat ini,

fasilitas dan sarana yang telah dibangun belum berfungsi secara optimal,

hanya berfungsi sebagai tempat lewat angkutan saja namun aktifitas

pertukaran penumpang jarang sekali terjadi. Begitu juga pada kios yang ada

pada pasar Laladon. Hampir 90% kios yang ada telah terjual, namun sampai

sekarang masih sedikit kios - kios yang membuka dagangan. Ini disebabkan

sedikitnya pembeli yang datang serta lemahnya ketegasan dari pengelola

pssar dalam menegur pemilik kios untuk membuka dagangannya. Dengan

kondisi seperti ini pendapatan yang diterima oleh supir dan pedagang yang

menggantungkan mata pencahariaannya di terminal dan pasar Laladon

(35)

Laladon menyebabkan semakin memperparah kemacetan yang terjadi di

Simpang Tiga Perumahan IPB I1 Sindang Barang. Hal ini disebabkan karena

para supir dan penumpang melakukan pertukaran angkutan tidak di terminal

Laladon dan juga di terminal Bubulak sehingga menimbulkan terminal

bayangan pada lokasi tersebut. Implikasinya adalah meningkatnya polusi,

kemacetan yang akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi masyarakat

pada umumnya dan menghambat kelancaran aktifitas perjalanan pengguna

jalan pada khususnya.

Kondisi diatas diduga disebabkan karena belum tegasnya pelaksanaan

peraturan tentang penataan trayek yang akan memasuki terminal Laladon

dan terminal Bubulak. Sehingga masyarakat khususnya penumpang

mengalami kesulitan ketika ingin memanfaatkan jasa angkutan yang

memasuki terminal dan pasar Laladon. Jika fenomena ini tetap berlangsung

tanpa adanya upaya perbaikan ke arah yang lebih baik, maka tidak mustahil

Kabupaten Bogor akan kehilangan salah satu aset daerah yang penting di

masa yang akan datang.

Berkaitan dengan pengembangan pemanfaatan terminal dan pasar

Laladon di Kabupaten Bogor, pemerintah seharusnya memperhatikan

kepentingan masyarakat di atas kepentingan golongan dalam badan

pemerintahan. Pemerintah harus lebih merangsang partisipasi masyarakat

dalam pemanfaatan terminal dan pasar Laladon. Hal ini perlu mendapat

perhatian serius dari perumus kebijakan yang terkait terhadap pengelolaan

pemanfaatan terminal dan pasar Laladon untuk masa yang akan datang.

Untuk itu perlu dilakukan kajian evaluasi tentang pemanfaatan

terminal dan pasar Laladon di Kabupaten Bogor selama ini sesuai dengan

potensi sumberdaya yang dimiliki, kemauan dan kepentingan semua

stakeholders, agar pembangunan terminal dan pasar Laladon ini dapat

berkelanjutan. Dibantu oleh kuatnya sistem koordinasi antar lembaga dan

instansi yang terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan maupun

(36)

Adapun kerangka pemi!&n secara

umum

analisis persepsi pemangku

kepentingan dan strategi pengembangan terminal dan pasar Laladon di

Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut:

Modus Evaluatif

0

Pertumbuhan ekonomi Peningkatan sumber PAD

Menjadi pasar Laladon saja

Ditutup terminal dan pasar

Pcmanfaatan terminal dan pasar yang belurn optimal

Degradasi lingkungan:

[image:36.523.68.481.70.743.2]

- Kemacetan

Gambar 2 Kerangka pemikiran secara urnum analisis persepsi pemangku

kepentingan dan strategi pengembangan terminal dan pasar

(37)

Kebijakan berdirinya terminal dan pasar Laladon menimbulkan

perubahan struktur pendapatan masyarakat yang selanjutnya menyebabkan

perubahan pola mata pencaharian. Masalah perubahan pola pencaharian ini

ternyata menjadi salah satu sumber ketegangan sosial di kawasan terminal

dan pasar Laladon. Rendahnya kualitas SDM dan masalah kerniskinan

memberikan dampak yang nyata bagi masyarakat setempat, terutama

terhadap kegiatan sosial ekonomi masyarakat setempat.

Oleh karena itu pendekatan kerangka pikir penelitian yang akan

dilakukan diarahkan pada analisis persepsi masyarakat pengguna langsung

jasa angkutan tentang berdirinya terminal dan pasar Laladon dan juga

pengetahuan mereka tentang kebijakan yang telah dilakukan pemerintah

selama ini untuk mengoptimalkan terminal dan pasar Laladon. Diharapkan

dapat diketahui sejauh mana tingkat pengetahuan, keinginan serta partisipasi

yang telah dimiliki mereka selama ini. Persepsi tersebut kemudian

dievaluasi, apakah dampak yang timbul dalam aspek tersebut masih dalam

batas-batas daya dukungnya. Hasil analisis ini akan mengidentifikasikan

apakah kebijakan yang telah dilaksanakan tersebut telah memenuhi kriteria

yang berarti kerugian lebih kecil dibanding keuntungan serta adanya

kewajaran dan keadilan ($irness/equily) terhadap distribusi antara kawasan

maupun kelompok masyarakat.

Pada dasarnya tujuan utama dalam pembanguan suatu kawasan adalah

untuk mencapai suatu pembanguanan kawasan yang berkelanjutan bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Secara sosial ekonomi dan budaya

konsep pembangunan berkelanjutan mensyaratkan, bahwa manfaat yang

diperoleh dari kegiatan pembangunan suatu wilayah serta sumberdaya harus

diprioritaskan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar

kegiatan tersebut, terutama mereka yang termasuk ekonomi lemah, guna

(38)

Kepentingan masyarakat setempat terhadap terminal dan pasar

Laladon pada umumnya adalah memenuhi kebutuhan yang menyangkut

kelancaran kebutuhan dan sarana serta kenpamanan. Kondisi sosial ekonomi

ini selanjutnya diduga akan mempengaruhi persepsi dan respon masyarakat

setempat mengenai dampak dari kebijakan berdirinya terminal dan Pasar

Laladon di daerah tersebut. Dimana hasil persepsi masyarakat dapat

dijadikan salah satu indikator apakah kebijakan ini layak diterapkan

(enforceability) dan memberikan dorongan (incetive) bagi indvidu maupun

kelompok masyarakat untuk selalu berupaya melakukan hal-ha1 yang

inovatif baik pembangunan maupun bagi lingkungan.

Pencarian indikator sebagai ukuran-ukuran yang jelas pada dasarnya

sangat diperlukan bagi perumusan kebijakan yang konsisten dengan skenario

pembangunan yang berkelanjutan. Salah satu cara yang dapat digunakan

adalah dengan menilai manfaat "dampak positif' aan biaya "dampak

negatir dari berbagai aspek yang sering disebut ekternalitas dalam ekonomi

konvensional, kedalam skenario pemhangunan berkelanjutan. Namun ha1 ini

sulit dilakukan terhadap hal-ha1 yang tidak terukur secara kuantitatif

terutama hal-ha1 yang menyangkut pada persepsi stakeholder, maka melalui

pendekatan PHA diharapkan dapat teratasi. Berdasarkan kerangka pemikiran

di atas maka dapat disusun pendekatan operasional dalam penelitian ini

dapat dilihat pada Gambar 3.

Untuk alternatif kebijakan pemanfaatan terminal dan pasar Laladon di

analisis berdasarkan manfat "dampak positif' dan biaya "dampak negatif'

dari berdirinya terminal dan pasar Laladon. Alternatif kebijakan yang akan

diambil adalah kebijakan yang akan memberikan manfaat lebih besar dari

pada kerugiannya. Dengan metode penelitian ini diharapkan dapat

memahami kondisi potensi yang ada sehiugga keluaran hasil penelitian ini

adalah memperoleh altzrnatif pemanfaatan yang tepat untuk masa yang akan

(39)

Kondisi & Potensi Sumberdaya Alam & SDM

4

Kebijakan

Persepsi Stakeholders Persepsi Masyarakat

Manfaat dan Kerugian Persepsi Terhadap Berdirinya Berdirinya Tenninal dan Terminal dan Pasar Lalaclon.

Pasar Laladon Persepsi & Pemahaman

Masyarakat Terhadap Konsep Penataan Trayek

Analisis Kualitatif / PHA

Alternatif pemanfaatan Terminal & Pasa Laldon

Formulasi Strategi Pengoptimalan Terminal & Pasar Laladon

Pemanfaatan Terminal & Pasar Laladon Yang Berkelanjutan

(40)

Setelah diketahui alternatif pemanfaatan terminal dan pasar Laladon

berdasarkan manfaat "dampak positif' dan biaya "dampak negatif'

berdirinya terminal dan pasar Laladon bagi kawasan setempat, selanjutnya

merumuskan pendekatan menyusunan strategi kebijakan. Dengan kata lain

berdasarkan basil analisis diupayakan mencari pendekatan baru untuk

memperbaiki maupun mengantisipasi permasalahan dalam rangka

mengembangkan kegiatan terminal dan pasar Laladon dan pengembangan

wilayah Kabupaten Bogor pada umumnya.

Formulasi strategi yang sesuai terhadap terminal dan pasar Laladon

pada masa yang akan datang, bersumber dari aspirasi dan persepsi responden

yang terkait dalam pengambilan keputusan kebijakan pemanfaatan terminal

dan pasar Laladon dengan menggunakan analisis SWOT. Keluaran yang

diharapkan dari analisis ini diharapkan mampu dipahaminya kondisi real yang

terjadi dan bagaimana pendekatan kebijakan selanjutnya dapat digunakan untuk

meminimalkan masalah dalam mencapai tujuan - tujuan yang diinginkan.

3.2 Metode Analisis

3.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini direncanakan di sekitar terminal dan pasar

Laladon Desa Laladon Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Provinsi Jawa

Barat. Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2006

- Januari 2007.

(41)

3.2.2 Sumber dan Jenis Data

Data yang dikumpulkan disusun sedemikian rupa dan disesuaikan

dengan kebutuhan analisis. Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan terdiri

dari data primer dan data sekunder.:

1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui pengamatan dengan cara observasi dan

wawancara dengan menggunakan kuesioner, mencakup tentang persepsi

responden terh2dap berdirinya terminal dan pasar Laladon serta persepsi

responden terhadap konsep penataan trayek sebagai solusi pengoptimalan

terminal dan pasar Laladon. Sumber responden dibatasi hanya dari

masyarakat pengguna terminal dan pasar Laladon yaitu penumpang, sopir.

pedagang, pembeli dan masyarakat sekitarnya. Untuk mengetahui persepsi

alternatif pemanfaatan terminal dan pasar Laladon dari perumus kebijakan

dari instansi pemerintah atau lembaga terkait yang mengetahui permasalahan

secara detail mengenai terminal dan pasar Laladon, yaitu: (1) Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bogor, (2) Bupati Kabupaten

Bogor (3) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten

Bogor, (4) Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor, (5) Dinas Perindustrian

Kabupaten Bogor, ( 6 ) Dinas Tata Ruang Kota Kabupaten Bogor, (7) Dinas

Bina Marga dan Perairan Kabupaten Bogor, (8) Dinas Cipta Karya

Kabupaten Bogor, (9) DLLAJ Kota Bogor, (10) Organda Kabupaten Bogor

(11) Organda Kota Bogor, (12) Developer, (13) Tokoh Masyarakat, (14)

Perguruan Tinggi.

2. Data Sekunder

Data sekunder yang terkait dalam penelitian ini diambil dari dokumen-

dokumen atau studi literatur yang diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti,

Bappeda Kabuaten Bogor, Dinas Perhubungan Kota dan Kabupaten Bogor,

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, pengelola pasar Laladon, Organda Kota

(42)

3.2.3 Metode Pengambilau Sampel.

Pengambilan sampel dengan cara Disproportional StratiJied Sampling

yaitu penentuan sampel dengan membagi populasi dalam beberapa kelompok dan

penentuan sampel pada tiap-tiap kelompok responden ditentukan dengan sengaja

@urposive sampling). Tujuan Disproportional Stratijied Sampling adalah untuk

memastikan bahwa semua strata dalam batasan responden penelitian terwakili.

Adapun penataan jumlah sampel responden adalah sebagai berikut:

Tabel 3 Sebaran jumlah responden

No Jenis Responden Jumlah (Orang

1. Penumpang Yang menggunakan terminal & pasar Laladon 30

Tidak menggunakan terminal & pasar Laladon 30

2. Sopir Yang menggunakan terminai & pasar Laladon 30

Tidak menggunakan terminal & pasar Laladon 30

3. Pedagang pasar Laladon 30

4. Pembeli pasar Laladon 30

5. Masyarakat sekitar terminal & pasar Laladon 30

6. Pemerintah Bupati Kabupaten Bogor 1

Bapeda Kabupaten Bogor 1

DLL.4J Ko?a Bogor 1

Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor 1

Dinas Bina Marga & Perairan Kabupaten Bogor 1

Dinas Cipta Karya Kabupaten Bogor 1

Dinas Tata Ruang Kabupaten Bogor 1

Dinas Perdagangan Kabupaten Bogor 1

8. DPRD Kabupaten Bogor 1

9. Organda Kota Bogor 1

10 Organda Kabupaten Bogor 1

11 Pengembang 1

12 Tokoh Masyarakat 1

13 Perguruan Tinggi 1

[image:42.523.71.512.261.742.2]
(43)

3.2.4 Model Analisis

3.2.4.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis yang akan mendeskripsikan data- data hasil eksplorasi kasus. Hasil analisis memberikan gambaran secara umum

mengenai lokasi penelitian, persepsi reponden (penumpang, pembeli, pedagang,

sopir, masyarakat sekitar) terhadap berdiiinya terminal dan pasar Laladon dan

persepsi reponden (penumpang, pembeli, pedagang, sopir, masyarakat sekitar)

terhadap konscp penataan trayek sebagai solusi pengoptimalan terminal dan pasar

Laladon selama ini.

3.2.4.2 Proses Hierarki Analitis ( PHA )

Pendekatan proses hierarki analitis (PHA) digunakan dalam kerangka

manfaat "dampak positif' dan biaya "dampak negatif' dari berdirinya terminal

dan pasar Laladon. Proses hierarki analitis (PHA) bertujuan untuk mendapatkan

alternatif pemdaatan yang terbaik pada terminal dm pasar Laladon pada masa

yang akan datang. Adapun altematif yang dirancang adalah apakah lebih baik dijadiian terminal Laladon sajg apakah lebih baik dijadikan pasar Laladon saja,

apakah pengoptimalan terminal dan pasar Laladon dengan pelaksanaan kebijakan

konsep penataan trayek, apakah bersatunya lokasi terminal dan pasar Laladon

dengan terminal Bubulak atau apakah lebih baik terminal dan pasar Laladon

ditutup saja. Langkah - langkah yang digunakan dalam proses hierarki analitis

(PHA) adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi sistem.

Langkah ini dilakukan dengan cara mempelajari beberapa rujukan untuk

memperkaya ide dalam upaya mendapatkan semua konsep yang relevan dengan

permasalahan.

2. Penyusunan Hierarki.

Dalam penyusunan hierarki atau struktur keputusan dilakukan dengan

menggambarkan elemen sistem atau altematif keputusan dalam abstraksi sistem

(44)

3. Komparasi Berpasangan.

Dilakukan untuk penentuan tingkat kepentingan pada setiap tingkat hierarki

atau penelitian pendapat. Teknik ini dilakukan dengan wawancara langsung

dengan responden. Responden bisa seorang ahli atau bukan, tetapi terlibat dan

mengenal baik permasalahn yang diajukan. Untuk mengkuatitatifkan data

kualitatif pada materi wawancara digunakan nilai skala komparasi 1 - 9. dalam

penyusunan skala kepentingan digunakan patokan berdasarkan Saaty (1994),

seperti pada tabel 4 berikut:

Tabel 4 Matriks perbandmgan/kornparasi berpasangan

Tingkat

Kepentingan Definisi Penjetasan

Dua elemen mempunyai

1 Kedua elemen sama pentingnya pengaruh yang sama besar

terhadap tujuan.

Pengalaman dan penilaian

3 Elemen yang satu sediit lebii sangat h a t rnendukung sztu

penting daripada elemen lainnya elernen dibanding elemen yang lainnya.

Pengalaman dan penilaian

5 Elemen yang satu lebii penting sangat h a t mendukung satu

daripada elemen yang lainnya elemen dibanding elemen

lainnva.

Satu elemen dengan kuat

7 Satu elemen jelas lebih penting didukung dan dominasi

daripada ~lemen lainnya

terlihat dalam praktek

Bukti yang mendukung

elemen yang satu terhadap

9 Satu elemen rnutlak lebih elemen yang lain memiliki

penting daripada eiernen lainnya

tingkat penegasan tertinggi yang mungkin rnenguatkan.

Nilai-nilai antara dua nilai Nilai diberikan bila ada dua 2'4y678 pertimbangan yang berdekatan kompromi diantara dua

gilihan.

4. Melakukan Perbandingan Berpasangan

Jika vektor pembobotan elemen

-

elemen kegiatan A,, AZ, A3 dinyatakan

sebagai vektor W, dengan W = (Wl, W2, W3), maka intensitas kepentingan elemen

[image:44.523.70.477.273.639.2]
(45)

elemen A, kegiatan A2 terhadap A2, yaitu W I N Z = ,412 Matriks perbandingan

berpasangan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut: (Saaty, 1994).

Tabel 5 Matriks perbandigan berpasangan

AI A2 Aj An

Nilai W / F , dengan i, j = 1, 2, 3

,

...

n didapat dari partisipasi yaitu para pengambil keputusan yang berkompeten dalam permasalahan yang dianalisis.

Bila matriks ini dikalikan dengan vektor kolom W @'I, W2, W3

...

W,J maka

diperoleh hubungan : A W = n W

Bila matriks A diketahui dan ingin diperoleh nilai W, maka dapat diselesaikan

melalui persamaan berikut : ( A - E I ) W = O

Dimana : I = matriks identitas

5. Matriks Pendapat Individu, Menghitung Akar Ciri, Vektor Ciri dan Menguji Konsisten

5.1. Matriks Pendapat Individu

Formula matriks pendapat individu dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai

berikut:

Tabel 6 Formula matriks pendapat individu

...

C

Gambar

Tabel 1 Route trayek angkutan dari Kabupaten Bogor ke Kota
Gambar 1 Peta lokasi industri, sekolahan di sekitar Jalan Dramaga Raya
Gambar 2 Kerangka pemikiran secara urnum analisis persepsi pemangku
Tabel 3 Sebaran jumlah responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Premis 2 : Jika harga bahan pokok naik, maka semua orang tidak senang Kesimpulan dari dua pernyataan di atas adalah …. Harga BBM

Adapun judulskripsi yang penulis angkat ialahEFEKTIVITAS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI KOTA

diketahui bahwa terdapat hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan tentang penyakit chikungunya terhadap kebiasaan wargamemelihara lingkungan rumah di Desa Trangsan

Berdasarkan hal tersebut maka dapat diketahui bahwa rata-rata nilai KPS siswa kelas eksperimen yang diterapkan strategi scaffolding dalam pembelajaran SiMaYang

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan terhadap penerimaan pajak penghasilan melalui kepatuhan wajib pajak

³ Pemberian Dosis Mol Buah Maja ( Aegle marmelos) yang Berbeda Terhadap Laju Pertumbuhan Rumput Laut ( Kappaphycus alvarezii) ´.. Penelitian ini bertujuan untuk

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sebelas Maret Surakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif (

Dengan ini m engundang perusahaan Saudara unt uk hadir dalam pelaksanaan pem bukt ian kualifikasi paket Pekerjaan Pembuatan Jalan Desa Pesisir Kegiatan Penyediaan