• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penyemprotan kalsium klorida terhadap kondisi getah kuning buah manggis (Garcinia mangostana L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penyemprotan kalsium klorida terhadap kondisi getah kuning buah manggis (Garcinia mangostana L.)"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENYEMPROTAN KALSIUM KLORIDA

TERHADAP KONDISI GETAH KUNING BUAH MANGGIS

(Garcinia mangostana L.)

Oleh:

FEBRIYANTI BARASA

A34304005

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH PENYEMPROTAN KALSIUM KLORIDA

TERHADAP KONDISI GETAH KUNING BUAH MANGGIS

(Garcinia mangostana L.)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

RINGKASAN

FEBRIYANTI BARASA. Pengaruh Penyemprotan CaCl2 terhadap Kondisi

Getah Kuning Buah Manggis (Garcinia mangostana L.), dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari penyemprotan kalsium klorida dengan berbagai konsentrasi pada buah manggis sebelum dipanen terhadap kondisi getah kuning dan perubahan yang dialaminya. Perubahan tersebut berupa perubahan fisik buah, cita rasa dan kandungan kalsium pada kulit buah.

Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) satu faktor, yaitu dosis CaCl2, yang terdiri dari 5 taraf percobaan dengan 3

ulangan. Kelima taraf tersebut ialah kontrol (0 g), 5 g, 15 g, 22.5 g dan 30 g

kalsium klorida. Setiap perlakuan terdiri dari 3 pohon sebagai ulangan, sehingga satu ulangan terdiri dari satu pohon. Jumlah pohon manggis yang dipakai dalam penelitian ini ada sebanyak 15 pohon. Setiap pohon diambil sampel sebanyak 20 butir buah manggis. Penyemprotan kalsium di lakukan di kebun (lapang) pada saat bunga mekar (5-10 hari setelah pentil bunga muncul) sampai buah siap panen (105-114 hari setelah anthesis). Penyemprotan dilakukan secara teratur 2 minggu sekali pada bunga yang telah diberi label yaitu pada tanggal 15 Oktober 2007, 29 Oktober 2007, 12 November 2007, 26 November 2007, 10 Desember 2007, 24 Desember 2007 dan 7 Januari 2008. Ukuran banyaknya penyemprotan kalsium yang diberikan ke buah adalah sampai seluruh buah menjadi basah. Pengamatan dan analisis dilakukan di Laboratorium Pusat Kajian Buah Tropika dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, IPB. Pengamatan tersebut adalah pengamatan skor getah kuning, bobot, diameter buah, kekerasan kulit, persentase kandungan kalsium, padatan total terlarut (PTT) dan total asam tertitrasi (TAT).

Perlakuan penyemprotan kalsium klorida sebanyak 22.5 g menghasilkan kandungan kalsium pada kulit buah yang berbeda nyata dengan kontrol, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan kalsium yang lain. Persentase kalsium yang terkandung pada kulit buah manggis dengan penambahan 22.5 g CaCl2 lebih

tinggi daripada kontrol.

Perlakuan penyemprotan kalsium dengan berbagai taraf konsentrasi menghasilkan skor getah kuning berbeda nyata dengan kontrol. Pemberian kalsium tersebut nyata menurunkan getah kuning baik pada kulit maupun aril buah tetapi tidak berbeda diantara taraf konsentrasi penyemprotan. Sehingga dengan penambahan 5 g kalsium klorida sudah cukup untuk mengurangi skor getah kuning pada manggis.

Bobot dan diameter buah manggis dengan penambahan 15 g CaCl2

(4)

Kandungan total gula pada manggis dengan penambahan 5 g CaCl2 (19.82 o

Brix) berbeda nyata dengan kontrol (18.57 oBrix) tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi kalsium lainnya. Persentase total asam buah manggis yang disemprot dengan 15 g CaCl2 (0.69%) berbeda nyata dengan

manggis yang disemprot 30 g CaCl2 (0.63%), 22.5 g (0.55%) dan kontrol (0.61%).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa penambahan 22.5 g CaCl2 pada

buah manggis mempunyai nisbah PTT/TAT (34.66) lebih tinggi dibanding dengan dengan kontrol dan perlakuan konsentrasi kalsium lainnya.

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PENGARUH PENYEMPROTAN KALSIUM KLORIDA

TERHADAP KONDISI GETAH KUNING MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

Nama : Febriyanti Barasa

Nrp : A34304005

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc NIP. 131 284 818

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di kota Kisaran, kabupaten Asahan, Sumatera Utara pada

tanggal 15 Februari 1986 sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari

pasangan Wasinten Barasa dan Siti Albu Simanjuntak.

Penulis memulai pendidikan dari Taman Kanak-Kanak Sanggar Bambini

Air Batu pada tahun 1990-1992, kemudian melanjutkan pendidikan di SD Negeri

010047 Air Batu pada Tahun 1992-1998. Pada tahun 1998-2001 penulis

bersekolah di SLTP Negeri I Air Batu dan melanjut ke SMU Negeri I Kisaran

pada tahun 2001-2004.

Tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada program

studi Hortikultura, Fakultas Pertanian melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI). Semasa kuliah penulis mengikuti berbagai jenis organisasi yaitu

Persatuan Mahasiswa Kristen (PMK), Komisi Pelayanan dan Permuridan (KPP),

Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan (Himpunan Mahasiswa

Agronomi (HiMaGron). Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten dosen

untuk mata kuliah Dasar-Dasar Agronomi dan melakukan magang kerja di Kebun

Raya Bogor (KRB) bagian kultur jaringan tanaman anggrek.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura, penulis membuat tugas akhir dengan

judul “Pengaruh Penyemprotan Kalsium Klorida Terhadap Kondisi Getah Kuning Manggis (Garcinia mangostana L.), dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc. Penulis dinyatakan lulus ujian skripsi pada tanggal 15

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

dengan berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penyemprotan CaCl2 Terhadap Kondisi Getah Kuning Buah

Manggis (Garcinia mangostana L.)”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari penyemprotan CaCl2

dengan berbagai konsentrasi melalui penyemprotan pada buah manggis sebelum

dipanen terhadap kondisi getah kuning dan perubahan yang dialaminya.

Selanjutnya pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan

terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak yang terlibat dalam

membina penulis selama kuliah dan dalam penulisan skripsi ini.

Terimakasih itu penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc, selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah banyak memberikan bantuan selama proses bimbingan

penulisan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Sobir MSi dan Dr. Dewi Sukma. SP. Msi selaku dosen penguji .

3. Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc, selaku dosen pembimbing

akademik yang telah memberikan pengarahan kepada penulis selama

kurang lebih empat tahun.

4. Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) dan teman-teman satu bimbingan,

Wulan, Mput dan Abdi.

5. Yayasan Indonesia Belajar Mandiri (IJARI) atas beasiswa yang diberikan

selama tiga tahun berturut-turut.

6. Bapak dan mama selaku orang tua yang sangat penulis kasihi, sayangi dan

cintai. Beribu-ribu ucapan terimakasih tidak akan cukup untuk

mengimbangi pengorbanan yang telah Bapak dan mama lakukan. Penulis

hanya bisa katakan “I Love You Very Much mom/dad”.

7. Opung Parlilitan, Opung Sei Silau Bapa Tua/ Mak Tua, Bapa Uda/Inang

Uda, Amang Boru/ Namboru, Tulang dan Nantulang yang memberikan

(8)

8. Tulang Pardamean Simanjuntak/ Nantulang Br Sitorus, Tante Shinta

Natalia br Simanjuntak/uda Tarigan, Tulang Robert Simanjutak dan

Nantulang Br. Silalahi yang sudah banyak sekali membantu, menasehati

dan mendukung penulis dalam berbagai hal.

9. Secara Khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada Tulang Dion,

Tulang Yuna dan Tante Sion yang sudah menjaga, memberi kasih sayang,

merawat penulis dan memberi dukungan mulai saat penulis masih bayi

sampai penulisan skripsi ini selesai.

10. Adik-adik penulis Ivan, Vina, dan Daniel, kakak berjanji akan menjadi

teladan kalian. Jangan pernah berhenti meraih cita-cita.

11. Temen-temen horti 41 selama perkualiahan yang telah banyak membantu

khususnya Lena, Rima, Yayu, Anita.

12. Terimakasih yang dalam penulis ucapkan kepada Derby Purba, David

Hutabarat, Simanjuntak family (Op Gustaf, Op Gunawan, T‟ Marthin, T‟ Rumiris), KPP Family, Kelompok Kecilku (K‟NatNat dan May), GMKI

cab Bogor, Oriflame Family (Erika, Eci dan Budhe), P‟19 Family (Vero,

Ari, Wastin, Elyne, Ayusta), khususnya Bu Santi dan Pak Benny.

Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat hendaknya, setidaknya bagi penulis,

dan siapa saja yang berkenan membacanya.

Bogor, Januari 2009

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PENDAHULUAN

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah, Penyebaran dan Botani Tanaman Manggis ... 3

Khasiat buah Manggis ... 5

Getah Kuning ... 5

Peranan Pupuk Kalsium Terhadap Struktur Dinding Sel ... 6

Pengaruh Aplikasi Kalsium ... 7

Faktor yang Mempengaruhi Aplikasi Kasium ... 7

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat ... 9

Bahan dan Alat ... 9

Metode Penelitian... 9

Pelaksanaan Penelitian ... 11

Pengamatan ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 25

Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap Kandungan Kalsium pada

Kulit Buah ... 15

2. Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap Getah Kuning Kulit dan

Getah Kuning Aril ... 16

3. Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap Ukuran dan Kekerasan

Buah ... 21

4. Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap Cita Rasa Buah ... 22

5. Korelasi Setiap Peubah yang Diamati ... 24

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomer Halaman

1. Persentase Skor Getah Kuning Aril yang Layak Ekspor dan Tidak Layak Ekspor pada Masing-masing Perlakuan. ... 17

2. Persentase Skor Getah Kuning Kulit yang Layak Ekspor dan Tidak Layak Ekspor pada Masing-masing Perlakuan. ... 18

3. Buah manggis yang Terkena Getah Kuning dan Buah Manggis

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap

Persentase Kandungan Kalsium Pada Kulit Buah ... 31

2. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap

Getah Kuning Kulit ... 31

3. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap

Getah Kuning Aril ... 31

4. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap

Bobot Buah ... 32

5. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap

Diameter Buah ... 32

6. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap

Kekerasan Buah ... 32

7. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap

Padatan Total Terlarut ... 33

8. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap

Total Asam Tertitrasi ... 33

9. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap

Nisbah PTT/TAT ... 33

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manggis merupakan tanaman asli dari Indonesia yang banyak di temukan

di daerah Sumatera. Manggis berasal dari famili Guttiferae (Clusiaceae) dengan

tidak kurang dari 400 genus yang tersebar secara luas di kawasan tropis Asia,

Afrika, Kaledonia Baru dan Polinesia (Chay, 2006). Species yang paling umum

dikenal dan paling disukai karena rasanya yang enak adalah manggis (Verheij,

1992)

Manggis memiliki prospek cerah sebagai komoditas ekspor karena

memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan pesaing yang relatif sedikit seperti

Malaysia, Thailand dan Amerika Latin (Kastaman, 2007). Total ekspor dan

produksi manggis relatif meningkat dari tahun ketahun. Produksi manggis pada

tahun 2006 sangat rendah yaitu hanya 0.5% dari total produksi nasional, tetapi

memiliki kontribusi ekspor yang tinggi yaitu sebesar 37.4% dari total ekspor

buah-buahan nasional (Deptan, 2007).

Getah kuning atau biasa disebut gamboge merupakan salah satu masalah

utama yang terdapat pada buah manggis (Verheij, 1992). Getah kuning terdapat di

semua bagian dari tanaman mulai dari akar, batang, daun dan buah (Asano et al.,

1995). Diduga getah kuning yang menyerang buah manggis terjadi akibat

lemahnya dinding sel dari kulit buah tersebut sehingga kanal bercabang (saluran

latex yang mengandung eksudat resin) pecah dan cairannya menyebar ke bagian

daging buah maupun ke bagian kulit buah (Dickison, 2000).

Getah kuning yang pecah ini dapat mengotori buah dan masuk ke dalam

segmen daging buah yang menyebabkan daging buah terasa pahit (Juaidi, 2003).

Getah kuning juga seringkali menempel pada kulit buah dan membentuk

bintik-bintik berwarna kuning (Ashari et al., 2006) sehingga mempengaruhi penampilan,

rasa dan kualitas buah manggis itu sendiri (Syah et al., 2007)

Defisiensi kalsium cenderung menyebabkan pecahnya sel pada tanaman

lechi (Huang et al., 2005). Pemberian kalsium klorida (CaCl2) dapat

meningkatkan kekuatan kulit dan umur simpan buah persik (Prussia et al., 2007).

(14)

menekan laju respirasi dan produksi etilen juga menambah tingkat kekuatan kulit

buahnya (Sari et al., 2004). Penelitian dengan perlakuan dan hasil yang sama juga

ditemukan pada apel (Moor et al., 2005; Neilsen et al., 1985; Safner et al., 1998;

Sams et al., 1993). Pada Lechi, penyemprotan yang paling efektif dilakukan pada

tahap awal (2 minggu setelah anthesis) lalu diikuti dengan pemberian kalsium

sebelum perkembangan aril (Huang et al., 2005).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari penyemprotan kalsium

klorida yang diberikan pada buah manggis sebelum dipanen terhadap kondisi

getah kuning dan perubahan yang dialaminya.

Hipotesis

Pemberian kalsium klorida melalui penyemprotan diduga dapat

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah, penyebaran dan Botani Tanaman Manggis

Manggis (Garcinia mangostana L.) pada umumnya dikenal sebagai

tanaman budidaya dan merupakan hasil silangan alotetraploid dari species liar

Garcinia hombroniana Pierre dengan Garcinia malaccensis T. Anderson

(Verheij, 1992).

Manggis merupakan tanaman asli Indonesia yang banyak sekali ditemukan

di daerah Sumatera dan mempunyai lebih dari 400 genus yang tersebar di wilayah

tropika Asia, Afrika, Kaledonia Baru dan Polinesia (Chay, 2005). Tanaman

manggis menyebar ke Timur sampai ke Papua Nugini dan Kepulauan Mindanau

(Filipina), ke Utara melalui semenanjung Malaysia menyebar terus kebagian

Selatan, Myanmar, Vietnam dan Kamboja. Tanaman ini telah dikenal oleh para

peneliti dari Barat sejak awal tahun 1631 (Kastaman, 2007).

Menurut Verheij (1992) penamaan ilmiah Garcinia mangostana L.

diberikan sesuai dengan nama penjelajah dari Perancis yang bernama Laurent

Garcin (1683-1751). Pada awalnya dikenal dengan nama Mangostana garcinia

gaertner, termasuk ke dalam famili Guttiferae yang memiliki 35 genera dan lebih

dari 800 species yang berasal dari daerah tropik. Di antaranya sembilan genera

dengan species yang merupakan pohon buah-buahan. Lima genera dengan sekitar

50 species dari famili yang berasal dari Asia Tenggara. Genus Garcinia

merupakan genus yang terbesar (lebih dari 400 species), 40 species dapat dimakan

dan banyak ditemukan di Pulau Kalimantan.

Pertumbuhan manggis tergolong sangat lama tetapi mempunyai umur yang

panjang. Perbanyakan melalui biji mengalami berbagai kendala, tanaman manggis

yang berasal dari biji baru dapat dipanen buahnya pertama kali setelah berumur

15-17 tahun. Sistem perakaran pada manggis mudah patah, lambat tumbuh, dan

mudah terganggu karena tidak dijumpai akar rambut pada akar utama maupun

akar lateral (Nakasone and Paull, 2004).

Manggis tergolong tanaman pohon yang mempunyai ketinggian 6-25 m

dan diameter batang 60 cm dengan percabangan ke segala arah (Ashari, 2006)

(16)

betina yang dapat dijumpai, sedangkan bunga jantan tidak berkembang sempurna

(rudimenter), yaitu tumbuh kecil kemudian mengering dan tidak dapat berfungsi

(Mulyani, 2000). Oleh karena itu buah manggis dihasilkan secara partenogenesis

(tanpa penyerbukan). Dengan demikian bijinya tidak terjadi melalui perkawinan,

tetapi terjadi karena pengaruh hormon kelamin betina (endengan). Biji seperti ini

disebut apomiksis yang sifatnya adalah vegetatif sehingga biji manggis sifatnya

polinuselus yang berarti dari satu biji dapat tumbuh lebih dari satu semai (Verheij,

1992; Chay, 2005).

Buah partenokarpi biasanya berbentuk bundar, berdaging lunak, saat

dimasak, pipih pada bagian dasarnya dimana bagian bawahnya terdapat petal yang

tebal dan rongga-rongga stigma, sisa rongga stigma ini tetap tinggal pada ujung

buahnya. Buah berbentuk bulat atau agak pipih dan relatif kecil dengan diameter

3,5-8 cm (Verheij, 1992; Nakasone and Paull, 2004).

Ketebalan kulit buah manggis bervariasi, di Indonesia tebalnya 5.5-9 mm

(Deptan, 2007) sedangkan di Australia tebalnya 5-7 mm (Chay, 2006). Buah

matang berwarna merah dan keungu-unguan yang biasanya mengandung cairan

kekuning-kuningan yang rasanya pahit, cairan ini disebut sebagai getah kuning

yang juga terdapat pada semua jaringan utama tanaman yang mengandung tanin

dan senyawa berbentuk kristal yang disebut xanton (Asano et al., 1995).

Arillus buah mempunyai bobot 30% dari berat total, berwarna putih sedikit

transparan, dan terdiri dari 4-8 segmen ( Chay, 2005). Segmen-segmen umumnya

berukuran tidak sama dan satu atau dua dari segmen ini biasanya berisi biji

(Verheij, 1992). Biji manggis merupakan biji apomiktis yang terbentuk dari

sel-sel nusel-selus (Mulyani, 2000). Biji berwarna cokelat dengan panjang 2-2.5 cm,

lebar 1.5-2 cm dan tebal antara 0.7-1.2 cm. Berat biji bervariasi antara 0.1-2.2

gram. Biji diselimuti oleh aril yang berwarna putih, empuk, transparan dan

mengandung sari buah. Penampakan embrio tidak jelas mengenai lokasi plumula

dan radikel dari pemeriksaan menunjukkan kemungkinan adanya perluasan titik

(17)

Khasiat Buah Manggis

Asano et al. (1995) menyatakan bahwa getah kuning yang terdapat pada

Garcinia Hanbiryi mengandung beberapa 11 jenis xanthone. Senyawa xanthone

yang bersifat sitotoksik tersebut adalah ganbogin, morellin, dimethyl acetal,

isomoreollin B, moreollic acid, gambogenic acid, gambogenin, isogambogenin,

desoxygambogenin, gambogenin dimethyl acetal, gambogellic acid dan hanburin

(Asano et al.,1995).

Senyawa xanthone yang terdapat pada perikarp manggis telah banyak

diteliti dan digunakan sebagai obat. Ji et al. (2007) menemukan enam jenis

xanthon (3-isomangostin, 8-desoxygartanin, gartanin, α-mangostin,

9-hyroxycalabaxanthone dan -mangostin) pada Garcinia mangostana L. yang dapat digunakan sebagai obat kanker. Menurut Matsumoto et al. (2004) α

-mangostin dapat mengobati dan mencegah kanker darah (leukimia), Nakatani et

al. (2002) menyatakan bahawa -mangostin dapat menghambat produksi

cyclooxygenase (COX) dan prostaglandin E2 yang berbahaya bagi tubuh manusia

sedangkan Moongkarndi et al. (2003) Crude Methanolic Extract (CME) berperan

dalam penyembuhan kanker payudara

Getah Kuning

Daging buah manggis yang terkena penyakit getah kuning menempel ke

kulit buah dan menimbulkan rasa yang pahit. Selain di daging buah, getah kuning

ini juga muncul di kulit buah, yang akan mengeras seiring dengan bertambahnya

umur simpan buah manggis yang telah dipanen. Hal ini dapat menurunkan

kualitas buah baik secara fisik maupun rasa, buah akan terlihat buruk dan kurang

menarik (Yaacob dan Tyndall, 1995). Getah kuning dapat terjadi pada buah muda

maupun yang sudah masak dan hanya diketahui jika buah sudah dibuka (Juaidi,

2003).

Getah kuning merupakan eksudat resin (cairan getah) berwarna kuning

yang tumpah akibat pecahnya saluran resin (Asano et al., 1996). Getah kuning

disebut dengan nama gamboge. Selain berbentuk cairan, getah kuning juga dapat

berupa bintik-bintik kuning yang juga terdapat pada daging dan kulit buah

(18)

Kanal bercabang merupakan rangkaian sel-sel yang mengandung cairan

getah disebut lateks (Fahn, 1990). Lateks yang merupakan suatu suspensi atau

dalam keadaan tertentu berupa emulsi dari partikel-partikel kecil dalam suatu

cairan dengan indeks bias yang bervariasi, umumnya dijumpai dalam

angiospermae (Dickison, 2000).

Dinding sel pada kanal bercabang terdiri dari dinding tebal dan dinding

tipis. Dinding tebal mengandung selulosa, substansi pektat dan hemiselulosa.

Dinding-dinding tersebut sangat mudah terdegradasi dan elastis (Fahn, 1990).

Diduga pecahnya dinding sel pada latisifer dikarenakan kurangnya kalsium pada

sel tersebut.

Bunsiri etal. (2003) melaporkan pecahnya dinding sel pada perikarp buah

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, kandungan lignin, asam fenolik dan

aktifitas peroksidase. Semakin sedikit kandungan lignin pada buah manggis maka

kulit buah akan semakin lunak. Selain lignin kulit juga mengandung senyawa

fenol (Mulyani, 2000).

Selain itu musim hujan juga berpengaruh pada kerusakan perikarp buah

manggis (Syah et al., 2007). Kandungan air yang banyak akan mendorong sel,

sehingga menjadi membesar dan pada akhirnya pecah, sehingga cairan latex

tumpah dan jatuh pada bagian arilus yaitu bagian buah yang dapat dimakan

(Yacoob dan Tyndall, 1995).

Peranan Pupuk Kalsium Terhadap Struktur Dinding Sel

Kalsium dibutuhkan oleh semua tanaman tingkat tinggi dan diambil dalam

bentuk Ca2+ (Mengel, 1973). Kalsium banyak dijumpai di dalam daun dan dalam

beberapa tanaman dijumpai dalam bentuk Ca-oksalat di dalam sel-sel tanaman

tersebut. Kalsium juga dapat dijumpai dalam bentuk ion di dalam cairan sel

(Marschner, 1995). Kalsium digolongkan sebagai unsur yang immobil dalam

tanaman (Leiwakabessy, Wahjudin dan Suwarno, 2003).

Kalsium berperan dalam pembentukan dan peningkatan kadar protein

dalam mitokondria, sehingga kalsium juga berperan dalam absorbsi nitrat dan

(19)

kalsium berperan dalam absorbsi nitrat dan aktivitas beberapa enzim yang aktif

dalam sintesa dan degradasi pati, fosforilasi, pembentukan polimer serta respirasi.

kalsium bersama dengan pektat berperan dalam menjaga turgiditas sel yaitu

membuat dinding sel semakin tegar, kuat dan kokoh (Fennema, 1996; Winarno

dan Aman, 1981; Marschner, 1995). Kalsium juga berperan sebagai perekat antara

dinding sel yang satu dengan dinding sel yang lain (Marschner, 1995).

Pengaruh Aplikasi Kalsium

Defisiensi kalsium cenderung menyebabkan pecahnya sel pada tanaman

lechi (Huang et al., 2005). Pemberian kalsium klorida (CaCl2) dapat

meningkatkan kekuatan kulit dan umur simpan buah persik (Prussia et al., 2007).

Pemberian CaCl2 selain dapat meningkatkan umur simpan buah mangga dengan

menekan laju respirasi dan produksi etilen juga menambah kekuatan kulit

buahnya (Sari et al., 2004; Taddei et al., 2005). Penelitian dengan perlakuan dan

hasil yang sama juga ditemukan pada apel (Moor et al., 2005). Menurut Huang et

al. (2005), penyemprotan yang paling efektif dilakukan pada tahap awal (2

minggu setelah anthesis) lalu diikuti dengan pemberian kalsium sebelum

perkembangan aril.

Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Kasium

Menurut Fennema (1996), kalsium klorida adalah suatu senyawa organik

yang tidak larut dalam air sehingga akan mudah sekali mengering dan membentuk

endapan jika didiamkan. Pro stiker adalah jenis surfaktan nonionik (tidak

Bermuatan) yang berfungsi sebagai zat pembasah yaitu dengan membungkus ion

kalsium dan membuatnya tolak menolak dengan air sehingga posisinya

mengambang dan dapat bertahan untuk tetap basah beberapa saat lebih lama

sebelum menyusup ke dalam perikarp buah (Huang et al., 1995). Chelating

agents/ sequetrants/ agen pengkelat adalah suatu senyawa yang berperan dalam

menyerap atau mengikat logam dan senyawa organik yang tidak larut dalam air

dan mengubahnya menjadi suatu senyawa yang larut dalam air (Fennema, 1996).

Penyerapan kalsium oleh perikarp buah juga dipengaruhi oleh jumlah

(20)

al., 2005. Menurut Huang et al. (2005) semakin sedikit jumlah stomata pada

perikarp buah lechi maka semakin sedikit ion kalsium yang menempel pada

permukaan buah yang dapat diserap. Kondisi iklim seperti kelembaban dan

temperatur juga mempengaruhi tingkah laku stomata sehingga memberikan efek

nyata terhadap penyerapan kalsium yang diberikan (Mulyani, 2000)

Kalsium yang memasuki perikarp akan ditranslokasikan pada dinding sel.

Kalsium merupakan elemen yang kurang mobil, mekanisme translokasi kalsium

masih belum jelas akan tetapi pemberian kalsium dapat diendapkan dengan asam

(21)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2007 hingga April 2008 di

desa Karacak, Leuwiliang, Bogor. Analisis dan pengukuran getah kuning kulit,

getah kuning aril, bobot, diameter, PTT dan TAT dilakukan di laboratorium Pusat

Kajian Buah Tropika (PKBT), Baranangsiang, sedangkan untuk analisis

kandungan kalsium pada kulit buah dilakukan di Laboratorium Kimia dan

Kesuburan Tanah, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buah manggis,

CaCl2, Citrid Acid (CA) sebagai pengkelat (chelating agent) garam kalsium

(pengikat kalsium sehingga mudah untuk diserap), Pro Stiker sebagai

perekat/pelindung garam kalsium di buah agar tidak cepat tercuci oleh hujan,

larutan NaOH 0,1 N, indikator penalphtalein (PP) dan akuades. Alat-alat yang

digunakan terdiri dari timbangan analitik untuk mengukur bobot kalsium dan

Citrid Acid, timbangan digital untuk mengukur bobot buah, refraktometer untuk

mengukur tingkat kemanisan, buret untuk titrasi asam, jangka sorong untuk

mengukur diameter buah dan atomic absorbtion spectrophotometer (AAS) untuk

mengukur persentase kandungan kalsium pada kulit buah.

Metode Penelitian

Penelitian dimulai dengan aplikasi penyemprotan kalsium yang dilakukan

di kebun (lapang) pada saat bunga mekar (5-12 hari setelah pentil bunga muncul)

sampai buah siap panen (105-114 hari setelah anthesis). Penelitian selanjutnya

dilakukan di Laboratorium Pusat Kajian Buah Tropika dan Laboratorium Kimia

(22)

Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT)

satu faktor, yaitu dosis CaCl2, yang terdiri dari 5 taraf percobaan dengan 3

ulangan. Kelima taraf tersebut antara lain:

A = Perlakuan 1 (kontrol/tidak diberi CaCl2)

B = Perlakuan 2 (5 g/L CaCl2 )

penelitian ini ada sebanyak 15 pohon. Setiap pohon diambil sampel sebanyak 20

butir buah manggis. Pengambilan contoh dilakukan secara acak (random).

Kemudian data dianalisis menggunakan ANOVA.

Model matematika yang digunakan sebagai analisis statistik dalam penelitian ini

adalah:

Yij = µ + αi + j + εij

Keterangan:

Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan aplikasi

dolomit ke-i terhadap ulangan ke-j

µ = Nilai rataan umum

αi = Pengaruh perlakuan aplikasi dolomit ke-i

j =Pengaruh kelompok ke-j

εij = Pengaruh galat pada perlakuan aplikasi

dolomit ke-i terhadap kelompok ke-j

i = 1, 2, 3 ; j = 1, 2, 3

Data dianalisis menggunakan uji F jika hasilnya berbeda nyata akan

(23)

Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan pohon

Pohon manggis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pohon yang

memenuhi syarat jumlah bunga (20-40) yang mekar secara bersamaan. Jumlah

bunga sengaja diperbanyak untuk mengantisipasi terjadinya gugur bunga

(rontok). Jumlah pohon yang di pakai dalam penelitian ini adalah sebanyak 15

pohon.

2. Pelabelan

Pelabelan dilakukan terhadap bunga yang telah ditetapkan menjadi unit

percobaan dengan maksud agar tidak terjadi kekeliruan baik dalam aplikasi

penyemprotan kalsium maupun dalam pemanenan. Pelabelan dilaksanakan

pada tanggal 26 September, 2009-14 Oktober, 2009. Setiap perlakuan diberi

label dengan lima warna yang berbeda.

3. Pembuatan Larutan pupuk

Masing-masing dosis pupuk kalsium yang menjadi perlakuan ditimbang

kemudian dikemas di dalam plastik kecil yang bersih. Masing-masing dosis

kalsium dan kontrol ditambahkan 5 g asam sitrat (CA) dan 1 ml surfaktan pro

stiker kemudian dilarutkan dengan air dalam botol sprayer 1 liter. Pembuatan

larutan dilakukan sebanyak penyemprotan yaitu tujuh kali dengan tujuan untuk

menghindari kontaminasi dan pengendapan kalsium, sehingga larutan pupuk

yang tersisa selalu dibuang.

4. Penyemprotan

Penyemprotan dilakukan secara teratur 2 minggu sekali pada bunga yang

telah diberi label yaitu pada tanggal 15 Oktober, 29 Oktober, 12 November, 26

November, 10 Desember, 24 Desember dan 7 Januari. Ukuran banyaknya

pupuk kalsium yang diberikan ke buah adalah sampai seluruh bagian basah

yaitu ± 10 ml/L.

5. Panen

Buah mulai dipanen pada akhir Januari yaitu ketika telah memenuhi syarat

umur pemanenan. Buah yang dipanen umumnya berumur 105-114 hari setelah

(24)

Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan ukuran, citarasa,

kandungan kalsium pada kulit dan skor getah kuning baik pada kulit maupun pada

aril buah. Pengamatan ukuran dan citarasa buah adalah:

1. Bobot buah (gram)

Bobot keseluruhan buah dihitung dengan menggunakan timbangan digital.

2. Diameter buah (cm)

Diameter transversal diukur dengan menggunakan jangka sorong secara

melintang melingkari buah pada bagian tengah.

3. Kekerasan kulit buah (mm)

Tingkat kekerasan atau tekstur kulit buah diukur bagian pangkal, ujung

dan tengahnya dengan menggunakan jangka sorong.

4. Padatan total terlarut (PTT )

Daging buah yang sudah dihancurkan diambil cairan buahnya dengan cara

menyaringnya dengan kain filter. Cairan buah tersebut diukur padatan total

terlarutnya (oBrix) dengan menggunakan refraktometer.

5. Total asam terlarut (TAT)

Kandungan total asam terlarut diukur dengan metode titrasi NaOH.

TAT = ml NaOH x N x fp x BE x 100%

mg contoh

BE= berat molekul asam sitrat (64)

N = normalitas NaOH (0.1 N)

fp = faktor pengenceran (100/25)

6. Nisbah PTT/TAT

Nisbah PTT/TAT diperoleh dari perbandingan antara padatan total terlarut

dengan total asam tertitrasi.

Pengukuran kandungan kalsium pada kulit buah dilakukan di laboratorium

Kimia dan Kesuburan Tanah, IPB dengan metode pengabuan yang menggunakan

alat atomic absorbtion spectrophotometer (AAS) sedangkan pengamatan dan

pengukuran skor pencemaran getah kuning yang muncul dilakukan dengan

menggunakan skoring (Kartika, 2004). Skor tersebut terbagi menjadi dua, yaitu

(25)

 Getah kuning pada kulit buah

Skor 1: baik sekali, kulit mulus tanpa tetesan getah kuning.

Skor 2: baik, kulit mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang mengering tanpa

mempengaruhi warna buah.

Skor 3: cukup baik, kulit mulus dengan 6-10 tetes getah kuning yang

mengering tanpa mempengaruhi warna buah.

Skor 4: buruk, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran yang

menguning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan

buah.

Skor 5: buruk sekali, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan membentuk

jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah, warna buah menjadi

kusam.

 Getah kuning pada daging buah

Skor 1: baik sekali, daging buah putih bersih, tidak terdapat getah kuning baik

diantara aril dengan kulit maupun di pembuluh buah.

Skor 2: baik, daging buah putih dengan sedikit noda (hanya bercak kecil)

karena getah kuning yang masih segar hanya pada satu ujung.

Skor 3: cukup baik, terdapat sedikit noda (bercak) getah kuning di salah satu

juring atau diantara juring yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit.

Skor 4: buruk, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik di juring, diantara

juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi

pahit.

Skor 5: buruk sekali, terdapat noda (gumpalan) baik di juring, diantara juring

atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit,

(26)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hortikultura (2007) menyatakan penanaman manggis dengan tanah yang kaya

humus dan gembur menggunakan jarak tanam 10 x 10 m2 dengan ukuran lubang

tanam 60 x 60 x 60 cm3. Selama penelitian berlangsung, data iklim yang tercatat

oleh Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor, 2008, menunjukkan bahwa suhu

rata-rata bulanan di sekitar tempat penelitian adalah 25.3 0C dan kelembaban udara

rata-rata 86.4%. Curah hujan rata-rata tahunan di lokasi penelitian adalah 2 037

mm/tahun, dengan hari hujan mencapai 144 hari/tahun. Adapun curah hujan

rata-rata bulanan adalah 207mm/bulan, dengan hari hujan 14.4 hari/bulan. Jenis tanah

kebun percobaan penelitian ini didominasi liat.

Kandungan Kalsium pada Kulit Buah

Perlakuan penyemprotan kalsium klorida sebanyak 22.5 g menghasilkan

kandungan kalsium pada kulit buah yang berbeda nyata dengan kontrol, tetapi

tidak berbeda nyata dengan perlakuan kalsium yang lain. Persentase kalsium yang

terkandung pada kulit buah manggis dengan penambahan 22.5 g CaCl2 lebih

tinggi daripada kontrol. Persentase kalsium yang dapat diserap perikarp (kulit)

buah antara lain dipengaruhi oleh lapisan kutikula dan jumlah stomata (Huang et

al., 2005). Dorly (2008) menyatakan jumlah stomata pada manggis yang berumur

dua minggu setelah anthesis tidak berubah hingga menjadi buah dewasa. Ion

kalsium yang berhasil diserap oleh buah manggis melalui stomata

ditranslokasikan pada dinding sel kemudian berikatan dengan pektat dan

membentuk kalsium pektat yang berperan dalam menjaga turgiditas sel (Huang et

al., 2005; Winarno dan Aman, 1981) sehingga diduga cairan resin yang terdapat

(27)

Tabel 1. Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap Kandungan Kalsium pada Kulit tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %.

Skor Getah Kuning

Getah kuning merupakan eksudat resin berwarna kuning yang tumpah

akibat pecahnya saluran resin (Asano et al., 1995; Dickison, 2000; Fahn, 1990).

Saluran resin ini dikenal dengan nama kanal bercabang (Fahn, 1990; Dickison,

2000). Dinding sel pada kanal bercabang terdiri dari dinding tebal dan dinding

tipis. Dinding tebal mengandung selulosa, substansi pektat dan hemiselulosa.

Dinding-dinding tersebut sangat mudah terdegradasi dan elastis (Fahn, 1990).

Sebagian besar ion kalsium dalam tanaman berlokasi pada dinding sel. Menurut

Marscher (1986) ada dua tempat pada dinding sel dengan konsentrasi Ca2+ tinggi,

yaitu pada lamela tengah dan permukaan luar membran plasma. Pada dua lokasi

tersebut Ca2+ mempunyai peran struktural penting, khususnya dalam pengendalian

permebilitas membran dan penguatan dinding sel.

Kandungan getah pada kulit dan daging buah dinyatakan dalam bentuk

skor, makin besar nilai skornya maka makin banyak kandungan getah yang

terdapat pada daging buah. Perlakuan penyemprotan kalsium dengan berbagai

taraf konsentrasi menghasilkan skor getah kuning berbeda nyata dengan kontrol.

Pemberian kalsium tersebut nyata menurunkan getah kuning baik pada kulit

maupun aril buah tetapi tidak berbeda diantara taraf konsentrasi penyemprotan.

Sehingga dengan penambahan 5 g kalsium klorida sudah cukup untuk mengurangi

skor getah kuning pada manggis.

(28)

Tabel 2. Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap Skor Getah Kuning

Perlakuan Parameter

CaCl2 (g/L) Getah Kuning pada Kulit Getah Kuning pada Aril

0 4.25a 2.52a

5 3.07b 1.60b

15 2.97b 1.27b

22.5 2.79b 1.19b

30 2.34b 1.35b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %.

Skor 1 berarti buah manggis mempunyai aril yang baik sekali, daging

putih bersih, tidak terdapat getah kuning, baik diantara aril dengan kulit maupun

di pembuluh buah. Skor 2 hanya terdapat sedikit noda (bercak kecil) pada satu

ujung, sehingga menjadikan manggis yang mempunyai skor ini termasuk jenis

yang layak ekspor. Berdasarkan Gambar 1, penambahan 22.5 g CaCl2 memiliki

100% aril buah yang layak ekspor sedangkan kontrol mempunyai 45.8% buah

yang tidak layak ekspor. Noda atau gumpalan getah kuning terdapat pada buah

yang memiliki skor 3, 4 dan 5 sehingga menyebabkan rasa buah menjadi pahit dan

membuat warna aril menjadi bening.

Penambahan 5 gram kalsium klorida berbeda nyata dalam menurunkan

getah kuning pada aril manggis, tetapi pada perlakuan ini masih dihasilkan 13.9%

buah yang tidak layak ekspor. Biaya yang dikeluarkan pada penambahan 5 gram

lebih rendah dibanding perlakuan kalsium yang lain, tetapi jika aplikasi

penambahan 5 gram kalsium klorida ini diterapkan pada skala produksi yang lebih

(29)

0

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa pada kontrol diperoleh 85.67%

buah yang tidak layak ekspor sedangkan pada penambahan 15 g CaCl2

menghasilkan 83.34% buah yang layak ekspor. Kondisi kulit buah pada skor 1, 2

dan 3 adalah mulus dengan 1-10 tetes getah kuning yang mengering tanpa

mempengaruhi warna kulit buah, sehingga tetes-tetes getah kuning yang

mengering tersebut dapat dibersihkan tanpa harus melukai jaringan kulit buah.

Buah yang dihasilkan pada skor 4 dan 5 dikatakan tidak layak ekspor karena

memiliki kulit yang buruk sekali dan kotor akibat tetesan getah kuning yang

membentuk jalur-jalur berwarna kuning dipermukaan buah sehingga membuat

warna kulit buah menjadi kusam. Persyaratan mutu buah untuk tujuan ekspor

kelas super menurut Dirjen Hortikultura (2007) adalah kulit buah mulus tidak

bercacat, baik cacat mikrobiologis maupun cacat mekanis seperti burik dan getah

(30)

0

Gambar 2. Persentase skor getah kuning kulit yang layak ekspor dan tidak layak ekspor pada masing-masing perlakuan. kontrol (b) Kulit buah manggis yang diberi penyemprotan 30 gram CaCl2 (c) Aril

(31)

Kastaman (2007) melaporkan bahwa Indonesia mempunyai

peluang yang sangat besar dalam pengembangan manggis karena bersama

Thailand, Philipina dan Malaysia, Indonesia termasuk pemasok terbesar

komoditas buah manggis segar ke pasar manggis dunia. Kualitas buah manggis

sangat diperhatikan agar dapat bersaing di pasar dunia. Getah kuning dapat berupa

cairan maupun bintik-bintik berwarna kuning (Verheij, 1997; Ashari, 2006).

Manggis yang memiliki getah kuning pada aril buahnya kurang disukai

konsumen meskipun dalam jumlah kecil karena akan menyebabkan rasa pahit

pada buah (Syah et al, 2007). Seleksi getah kuning pada bagian aril manggis

adalah tahap yang paling sulit, karena harus membuka buah terlebih dahulu

(Kastaman, 2007). Buah yang dihasilkan pada 22.5 g CaCl2 mempunyai 26% kulit

buruk tetapi aril buah yang dihasilkan 100% baik dan layak untuk diekspor

sedangkan pada 15 g CaCl2 masih menghasilkan 8.1% aril buah yang buruk dan

tidak layak untuk diekspor.

Luas lahan 1 ha dapat ditanami 100 pohon manggis dan 152 tanaman

pelindung seperti pisang dan pepaya ( Deptan, 2007). Jumlah buah pada penelitian

ini mencapai 20-40 buah/pohon. Penelitian ini ditujukan untuk para petani di

Indonesia sehingga bahan kimia yang dipakai (kalsium klorida, asam sitrat dan

surfaktan) diperoleh dari toko kimia biasa dengan harga yang dapat dijangkau.

Harga bahan kimia tersebut adalah Rp 10.000/kg CaCl2, Rp 37.500/kg CA, Rp

5500/btl surfaktan pro stiker (300 ml). Biaya penyemprotan 5 g CaCl2 yang

diperlukan untuk satu kali masa panen adalah Rp 35.500-Rp 71.000/ha sedangkan

(32)

Ukuran dan Tingkat Kekerasan Buah

Bobot dan diameter buah manggis dengan penambahan 15 gram CaCl2

berbeda nyata pada bobot dan diameter buah manggis dengan penambahan 5 gram

dan 30 gram kalsium klorida tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol.

Pertambahan bobot buah terjadi sebagai akibat pertambahan luas (kulit buah) dan

volume (daging buah). Kalsium berperan dalam pembentukan dan peningkatan

kadar protein dalam mitokondria (Leiwakabessy, 2003). Selain itu kalsium juga

berperan dalam absorbsi nitrat dan aktivitas beberapa enzim yang aktif dalam

sintesa dan degradasi pati, fosforilasi, pembentukan polimer serta respirasi

(Winarno dan Aman, 1981).

Kekerasan kulit buah manggis dengan penambahan 15 gram dan 22.5

gram kalsium klorida berbeda nyata dengan kontrol tetapi tidak berbeda nyata

dengan manggis yang diberi perlakuan 5 gram dan 30 gram kalsium klorida.

Kekerasan pada kulit buah berkaitan dengan pembentukan senyawa sekunder

yang dihasilkan di kulit. Kulit memiliki lapisan gabus, lignin, senyawa flavanoid

dan fenol sehingga terjadi penebalan dilapisan kulit (Bunsiri et al., 2003). Hal

inilah yang mempengaruhi tingkat kekerasan kulit disamping kulit juga

mengandung lapisan lilin.

Kekerasan kulit buah dipengaruhi oleh adanya enzim poligalakturonase

(PG) yang berperan dalam pemutusan ikatan polimer beberapa senyawa molekul

di dinding sel, misalnya selulosa, hemiselulosa, selobiosa dan liginin serta enzim

selulase yang berfungsi untuk merusak dinding sel. Enzim poligalakturonase

disintesis dalam sitosol sel tidak berfungsi saat buah masih muda. Aktivitas kerja

enzim ini baru terlihat dan semakin meningkat selama pemasakan buah. Selama

proses pemasakan enzim ini berperan dalam pembelahan dan pemecahan selulosa

dan hemiselulosa yang merupakan komponen penyusun dinding sel (Tucker,

1993).

(33)

Tabel 3. Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap Bobot, Diameter dan Kekerasan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %.

Cita Rasa Buah

Salah satu kriteria buah manggis yang disukai konsumen adalah manggis

yang mempunyai rasa yang manis dan tidak asam. Kandungan total gula pada

manggis dengan penambahan 5 g CaCl2 berbeda nyata dengan kontrol.

Kandungan total gula merupakan jumlah keseluruhan gula invert berupa glukosa

dan fruktosa yang berasal dari hidrolisis sukrosa. Kadar gula total yang dianalisis

adalah sukrosa dan gula-gula sederhana lain yang terkandung dalam arilus buah

manggis. Kalsium berperan dalam pembentukan enzim α-amylase dan asam

phosphat pada sel aleuron di tanaman barley (Jones dan Carbonell, 1984).

Kalsium dan kalmodulin berperan dalam biosintesis dan sekresi enzim α-Amylase

selama stadium awal germinasi pada sel skutelum biji gandum (Mitsui et al.,

1984).

Persentase total asam buah manggis yang disemprot dengan 15 g CaCl2

berbeda nyata dengan manggis yang disemprot 22.5 g, 30 g CaCl2 dan kontrol.

Manggis yang sudah matang mengandung komponen asam seperti asam askorbat,

asam sitrat dan asam-asam lain dengan porsi yang kecil. Total asam yang

dianalisis pada penelitian ini adalah total asam maksimum. Menurut Lodh dan

Pantastico (1989) buah manggis akan mencapai total asam maksimumnya pada

(34)

penyimpanan. Kalsium berpengaruh dalam pembentukan asam phophat (Jones

dan Carbonell, 1984).

Nisbah PTT/TAT merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam

mengukur dan menilai mutu buah manggis. Pada umumnya semakin tinggi nilai

nisbah PTT/TAT maka mutu buah akan semakin baik untuk dikonsumsi (Lodh

dan Pantastico, 1986). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa

penambahan 22.5 gram CaCl2 pada buah manggis mempunyai nisbah PTT/TAT

berbeda nyata dengan kontrol dan perlakuan lainnya. Hal ini terjadi karena nisbah

PTT/TAT dipengaruhi oleh komposisi gula dan asam pada buah. Total asam pada

perlakuan ini adalah merupakan total asam terendah dari semua perlakuan.

Tabel 4. Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap Citarasa Buah

Perlakuan Parameter

CaCl2 (g/L) PTT (oBrix) TAT (%) PTT/TAT

0 18.57b 0.61b 30.60b

5 19.82a 0.65ab 30.35b

15 19.41ab 0.69a 28.34b

22.5 19.06ab 0.55c 34.66a

30 19.38ab 0.63b 30.78b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %.

(35)

Korelasi

Nilai korelasi menunjukkan ada atau tidak adanya hubungan antara dua

parameter yang diuji yang bernilai positif atau negatif. Sebagian besar parameter

yang diuji tidak berkorelasi, kecuali diameter dengan bobot (0.99), kekerasan

dengan getah kuning aril (0.97), getah kuning kulit dengan getah kuning aril

(0.92) dan asam tertitrasi dengan rasa buah (rasio PTT/TAT) sebesar -0.96.

Korelasi antara bobot dan diameter menunjukkan bahwa semakin besar

bobot buah makan ukuran akan semakin besar akibat pertambahan luas (kulit

buah) dan volume (daging buah) sehingga lingkar buah juga akan semakin

meningkat. Korelasi antara total asam dengan nisbah PTT/TAT menunjukkan

bahwa semakin asam rasa buah maka rasa buah menjadi kurang disukai. Hal ini

berarti mutu buah menjadi kurang baik karena kurang disukai untuk dikonsumsi.

Korelasi antara kekerasan dan getah kuning aril menunjukkan adanya hubungan

antara skor getah kuning dengan tingkat kekerasannya, semakin tinggi skor getah

kuning maka kulit akan semakin keras, karena sel-sel saluran getah kuning yang

pecah akan mengerut dan berikatan erat antara sel yang satu dengan sel yang

lainnya sebagai akibat keluarnya cairan dalam sel yang berwarna kuning.

Hasil penelitian menunjukkan getah kuning pada kulit berkorelasi positif

dengan getah kuning pada aril. Hal ini menunjukkan bahwa munculnya getah

kuning baik pada kulit maupun aril dipengaruhi oleh faktor yang sama yaitu,

faktor dinding sel kanal bercabang yang lemah. Dinding sel yang lemah terkait

erat dengan keberadaan ion kalsium. Kalsium berperan penting dalam menjaga

turgor dinding sel dan pembukaan stomata (Huang et al., 2005). Syah et al. (2007)

menyatakan perubahan tekanan turgor akibat terjadinya perubahan air tanah yang

fluktuatif dan ekstrim menyebabkan dinding sel saluran getah kuning pecah dan

mengeluarkan cairan getah berwarna kuning. Menurut Prussia et al. (2007),

pemberian kalsium klorida dapat meningkatkan umur simpan dan memperkokoh

dinding sel buah persik Berdasarkan hasil penelitian Dorly (2007), struktur getah

kuning pada tangkai buah menyatu dengan saluran getah kuning yang ada pada

buah. Ukuran diameter saluran getah kuning di tangkai buah berkisar

(36)

Tabel 5. Korelasi Setiap Peubah yang Diamati

GK kulit Diameter PTT/TAT PTT K Bobot

K 0.83tn

Bobot 0.68 tn 0.99**

PTT -0.65 tn -0.52 tn -0.31 tn

TAT -0.09 tn -0.01 tn -0.96** 0.56 tn

Ca Kulit -0.68 tn -0.73 tn 0.64 tn -0.65 tn -0.39 tn

GK Aril 0.92* 0.36 tn -0.15 tn -0.63 tn 0.97** 0.36 tn

Keterangan: tn : tidak berbeda nyata

* : berbeda nyata pada taraf 5 % ** : berbeda nyata pada taraf 1% PTT : padatan total terlarut

TAT : total asam tertitrasi K : kekerasan kulit buah

Ca Kulit : persentase kandungan kalsium pada kulit buah GK Kulit: skor getah kuning kulit

(37)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Persentase kandungan kalsium kulit buah manggis pada penyemrotan 22.5

gram CaCl2 lebih tinggi daripada kontrol tetapi tidak berbeda nyata dengan

perlakuan pemberian kalsium yang lain.

2. Penyemprotan kalsium klorida nyata menurunkan getah kuning baik pada kulit

maupun aril buah manggis tetapi tidak berbeda nyata diantara taraf konsentrasi

CaCl2.

3. Buah yang dihasilkan pada penambahan 22.5 gram CaCl2 memiliki kualitas

buah yang layak ekspor karena memiliki kulit buah yang mulus tidak bercacat

dengan daging buah yang putih bersih dan getah kuning tidak lebih dari 5%.

Saran

Penyemprotan 22.5 gram kalsium klorida pada buah manggis yang

dilakukan pada saat bunga mekar (5-10 hari setelah pentil bunga muncul) adalah

dosis optimum untuk menghasilkan buah dengan kualitas yang baik, yaitu kulit

bersih dan mulus dengan daging buah yang putih bersih. Buah yang dihasilkan

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 635 hal.

Asano, J, K. Chiba, M. Tada and T. Yoshii. 1995. Cytotoxic xanthones from

Garcinia hanburyi. Phytochemistry. 41(3):815-820.

Ketsa S, Atantee S. 1998. Phenolics, lignin, peroxidase activity and increased firmness of damaged pericarp of mangosteen fruit after impact.

Postharvbio.14(1):117-124.

Chay, P. 2006. Mangosteen: General Crop Management in Australia. Departement of Primary Industries and Fisheries. 1st ed. Academic Press. Australia.

Deptan. 2007. Ekspor hortikultura Indonesia: Nilai dan Volume Ekspor Buah-buahan. http//www.deptan.go.id. [21 April, 2007].

Dickison W.C. 2000. Integrative Plant Anatomy. 1st ed. Academic Press. Tokyo.

Dirjen Hortikultura. 2007. Vademekum manggis. Direktorat Budidaya Tanaman

Buah. Bogor.

Dorly. 2008. Studi struktur sekretori dan fotokimia getah kuning serta pengaruh aplikasi kalsium pada buah manggis. Makalah Seminar. Sekolah Pasca Sarjana, IPB. 11 hal. [tidak dipublikasikan]

Fahn A. 1990. Plant Anatomy. 4th ed. Butterworth-Heinemann Ltd. London.

Fergusson, I. B and B. K. Drobak. 1998. Calcium and regulation of plant growth and senescence. Hort. Sci. 23(2): 262-266

Huang, X, H.C. Wang, J. Li, W. Yuan, J. Lu and H. B. Huang. 2005. An overview

of calcium‟s role in lychee fruit cracking. Acta. Hort. 66(5): 231-240.

Ji, X, B. Avula and L. A. Khan. 2007. Quantitative and qualitative determination of six xanthones in Garcinia mangostana L. by LC-PDA and LC-ESI-MS.

J. Jpba. 43(4):1270-1276.

Jones, R. L and J. Carbonell. 1984. Regulation of the sythesis of barley aleurone

α-amylase by gibberellic acid and calcium ions. Plant. Physiol. 76: 213-218.

(39)

Juaidi. 2003. Gejala Penyakit Getah Kuning. http://ditlin.hortikultura.deptan.go.id /opt/manggis/getah_kuning.htm. [3 Desember 2008].

Kartika, J. G. 2004. Studi Pertumbuhan Buah, Gejala Getah Kuning dan Burik pada Buah Manggis (Garcinia mangostana). Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Kastaman, R. 2007. Analisis sistem dan strategi pengembangan futuristik pasar komoditas manggis Indonesia. UNPAD Press. Bandung. 115 hal.

Leiwakabessy, F. M, U.M. Wahjudin dan Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. IPB Press:Bogor

Lodh, S. B dan Er. B. Pantastico. 1986. Perubahan-Perubahan Selama Pertumbuhan Organ-organ Penimbun. Hal. 64-87. Dalam Er. B. Pantastico (ed.) Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada Univ. Press., Yogyakarta.

Manganaris, G.A, M. Vasilakakis, G. Diamantidis dan I. Mignani. 2007. The effect of postharvest calcium application on tissue calcium concentration, quality attributes, incidence of flesh browning and cell wall physicochemical aspects of peach fruits. FoodChem. 11(36):1385-1392.

Matsumoto, K, Y. Akao, H. Yi, K. Ohguchi, T. Ito, T. Tanaka, E. Kobayashi, M. Linuma and Y. Nozawa. 2004. Preferential target is mitochondria in α -mangostin-induced apoptosis in human leukemia HL 60 cells. Bioorg. Med. Chem. 12(22): 5799-5806.

Marschner, H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants. 2nd ed. New York: Academic Press.

Mengel, K. 1973. Cation Competition in Higher Plants. Bull. Rech. Agron. De Gembloux: 168-179.

Mitsui, T, J.T. Christeller, I.H. Nishimura and T. Akazawa. 1983. Possible Roles of calcium and calmodulin in the Biosythesis and Secretion of α-Amylase in Rice Seed Scutellar Epithellium. Plant. Physiol. 75: 21-25.

Moongkarndi, P, N. Kosem, S. Kaslungka, O. Luanratana, N. Pongpan and N. Neunghon. 2003. Antiproliferation, antioxidation, and induction of apoptosis by Garcinia mangostana L. (mangosteen) on SKBR 3 human breast cancer cell line. Ethno. Pharm. 90(1): 161-166.

(40)

Mulyani, S. 2000. Anatomi Tumbuhan. Kanisius. Jakarta. 328 hal.

Nakasone, H.Y and R.E. Paull. 1998. Tropical Fruits, 472p. USA: Oxford University Press.

Nakatani, K, N. Nakahata, T. Arakawa, H. Yasuda and Y. Ohizumi. Inhibition of cyclooxygenase ang prostaglandin E2 synthesis by -mangostin, a

xanthone derivative in magosteen, in rat glioma cells. Bio. Pharm. 63(1): 73-79.

Neilsen, G. H., M. Meheriuk, and A. L. Moyls. 1985. Calcium concentration of

„Golden Delicious‟ apples as influenced by foliar sprays and trunk

injection. Hort. Sci. 20(2): 232-233

Prussia, S. E. Aggarwal. Lysiak and Florkowski. 2007. Postharvest calcium chloride dips for increasing peach firmness. Hort. Sci. 682(5): 122-127

Reza M, Wijaya, Tuherkih E. 1995. Pembibitan dan Pembudidayaan Manggis. Penebar Swadaya. Jakarta.

Safner, R. A., W. S. Conway and C. E. Sams. 1998. Effect of postharvest calcium chloride treatments on tissue water relations, cell wall calcium levels and

postharvest life of „Golden Delicious‟ apples. J. Amer. 123(5): 893-897

Salisbury, F.B., dan C.W.Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan I. Sel: air, larutan dan permukaan. Edisi Keempat. Terjemahan: Diah R. Lukman dan Sumaryono. Penerbit ITB, Bandung.

Sams, C. E., W. S. Con Way, J. A. Abbott, R. J. lewis and N. Ben. Shalom. 1993. Firmness and decay of apples following postharvest pressure infiltration of calcium and heat treatment. J. Amer. 118(5): 623-627

Santoso, B. B. dan B. S. Poerwoko. 1995. Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen Tanaman Hortikultura. Indonesia-Australia Eastern Univ. Project. Indonesia. 187 hal.

Sari, F. E. Sri, T. Suyadi, M. 2004. Pengaruh kadar CaCl2 dan lama perendaman

terhadap umur simpan dan pematangan buah mangga arummanis. Ilmu Pertanian. 11(1): 42-50.

Siddiqui, S and F. Bangerth. 1995. Differential effect of calcium and strontium on flesh firmness and properties of cell walls in apples. HortSci. 70(6): 949-953.

(41)

Taddei, E.B, J.M. Ruiz, J.G. Robles, G.G. Aguilar, R. Troncoso, R.B. Sanudo, D.P. Jimenez. 2004. Effect of calcium and edible wax treatments on

overall quality of „Kent‟ mangoes during cold storage. International Post Harvest Symposium 682(5).

Tucker, G.A. 1993. Introduction, p 1-51. In: G. B. Seymour, J. E. Taylor, and G. A. Tucker (eds.). Biochemistry of Fruit Ripening. Chapman and Hall. London.

Verheij EWM. 1992. Garcinia mangostana L. In: Verheij EWM, Coronel RE (eds.) PROSEA, Edible Fruits and Nuts. Wageningen: Pudoc. Pp. 177-181.

Winarno, F. G. dan M. Aman. 1981. Fisiologi Lepas Panen. PT. Sastra Hudaya. Jakarta. 97 hal.

(42)
(43)

Tabel Lampiran 1. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap

Persentase Kandungan Kalsium pada Kulit Buah

Sumber db JK KT F Pr>f kk

Tabel Lampiran 2. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap Getah

Kuning Kulit

Tabel Lampiran 3. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap Getah

(44)

Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap Bobot

Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap Diameter

Sumber db JK KT F Pr>f kk

Tabel Lampiran 6. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap

(45)

Tabel Lampiran 7. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap Padatan

Tabel Lampiran 8. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap Total

Asam Tertitrasi (TAT)

Tabel Lampiran 9. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap Nisbah

(46)

DATA IKLIM DARMAGA 2007-2008

GARIS LINTANG : 06.γγ‟1β,9” LS GARIS BUJUR : 106.44‟59,4” BT

ELEVASI : 190 M

Tabel Lampiran 11. Data Iklim Darmaga 2007-2008

BULAN

RATA 25.46153846 83.07692308 156.69 11.077

Keterangan:

Curah hujan ditakar di Leuwiliang Bogor CH = curah hujan

Gambar

Tabel 2. Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap Skor Getah Kuning
Gambar 1. Persentase skor getah kuning aril yang layak ekspor dan tidak layak  ekspor pada masing-masing perlakuan
Gambar 2. Persentase skor getah kuning kulit yang layak ekspor dan tidak layak  ekspor pada masing-masing perlakuan
Tabel 5. Korelasi Setiap Peubah yang Diamati

Referensi

Dokumen terkait

Adapun pengaruh kemudahan website Dan Kemanfaatan website terhadap Kinerja karyawan berpengaruh sebesar 17,6% sedangkan sisanya 82,4% dipengaruhi oleh variabel lain

In this study, Indonesian oil palm EFB was pyrolysed under different condition in a midle-scale of slow pyrolysis to produce bio-oil and the products obtained were

[r]

Perkembangan kondisi kinerja keuangan perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang dapat dijadikan bahan penguji sebagai alat dalam

Gambar 2.12 Bentuk sambungan jaringan RT/RW-net (Sumber: http://opensource.telkomspeedy.com/wiki).. Teknik akses Internet menggunakan Wajanbolic e-goen banyak digunakan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan vitamin C tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian anemia pada anak sekolah dasar di Kabupaten

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari 72 lansia yang memiliki tingkat spiritualitas baik, 29 lansia diantaranya tidak siap dalam menghadapi kematian.. Hal

Peran aktif pemerintah dalam mengatasi hal ini sangatlah diharapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia mengingat bahwa gejolak moneter yang terjadi sangatlah berpengaruh besar