• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penapisan Awal Komponen Bioaktif dari Kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea.) sebagai Senyawa Antioksidan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penapisan Awal Komponen Bioaktif dari Kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea.) sebagai Senyawa Antioksidan."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PENAPISAN AWAL KOMPONEN BIOAKTIF

DARI KIJING TAIWAN (Anodonta woodiana Lea.)

SEBAGAI SENYAWA ANTIOKSIDAN

Oleh:

Eka Ayuningrat C34104040

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Penapisan Awal Komponen Bioaktif dari Kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea.) sebagai Senyawa Antioksidan adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, Januari 2009 Eka Ayuningrat

(3)

RINGKASAN

EKA AYUNINGRAT. C34104040. Penapisan Awal Komponen Bioaktif dari Kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea.) sebagai Senyawa Antioksidan. Dibawah bimbingan ELLA SALAMAH dan SRI PURWANINGSIH.

Kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea) merupakan kerang-kerangan yang hidup di danau atau sungai. Tingkat reproduksinya yang tinggi menjadikan kijing Taiwan sangat potensial jika dibudidayakan. Kijing Taiwan sebenarnya telah lama dimanfaatkan oleh bangsa Cina sebagai obat untuk berbagai macam penyakit, membersihkan racun dalam tubuh, memperlancar sirkulasi darah, menambah energi, dan memperkuat daya tahan tubuh. Berbagai khasiat yang terdapat pada kijing Taiwan mendorong penelitian tentang kandungan bioaktif sebagai antioksidan yang terdapat di dalamnya.

Penelitian dibagi menjadi dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan utama. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan jenis pelarut yang efektif untuk dapat mengekstrak senyawa antioksidan dari kijing Taiwan. Metode ekstraksi yang dilakukan adalah ekstraksi bertingkat untuk memisahkan ekstrak berdasarkan sifat kepolarannya. Pengujian antioksidan dilakukan dengan metode 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH). Penelitian utama dilakukan untuk menentukan waktu maserasi paling optimal untuk mendapatkan ekstrak dengan sifat antioksidan paling tinggi. Pengujian ini dilanjutkan dengan penghitungan bilangan peroksida emulsi minyak dan uji fitokimia.

Jenis pelarut terbaik berdasarkan penelitian pendahuluan adalah metanol karena mempunyai nilai IC50 sebesar 201,52 ppm. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pada konsentrasi sebesar 201,52 ppm, ekstrak kijing Taiwan mampu mereduksi radikal bebas (DPPH) sebanyak 50%, artinya ekstrak tersebut bersifat antioksidan. Hasil uji ekstrak dari maserasi dengan pelarut n-heksan dan etil asetat menunjukkan tidak bersifat sebagai antioksidan. Tahap penelitian utama dilakukan maserasi dengan pelarut metanol selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam. Hasil uji efek antioksidan paling tinggi diperoleh dari maserasi selama 72 jam dengan nilai IC50 sebesar 166,64 ppm. Pengujian penghitungan bilangan peroksida dilakukan menggunakan ekstrak dari hasil terbaik, yaitu maserasi kijing Taiwan dengan metanol selama 72 jam.

Bilangan peroksida dihitung dari emulsi minyak dengan tambahan ekstrak yang telah disimpan di inkubator suhu 36,9oC selama tujuh hari. Ekstrak yang ditambahkan pada emulsi minyak adalah sebesar 0 ppm, 2000 ppm, 3000 ppm, dan 4000 ppm. Hasil terbaik yang diperoleh adalah dari penambahan ekstrak

sebanyak 4000 ppm. Bilangan peroksida yang dihasilkan adalah sebesar 2,38 Meq/kg bahan. Bilangan peroksida yang terbentuk masih di bawah ambang

(4)

PENAPISAN AWAL KOMPONEN BIOAKTIF

DARI KIJING TAIWAN (Anodonta woodiana Lea.)

SEBAGAI SENYAWA ANTIOKSIDAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

Eka Ayuningrat C34104040

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(5)

Judul Skripsi : PENAPISAN AWAL KOMPONEN BIOAKTIF DARI KIJING TAIWAN (Anodonta woodiana Lea.) SEBAGAI SENYAWA ANTIOKSIDAN

Nama : Eka Ayuningrat NRP : C34104040

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Ella Salamah, M.Si Dr. Ir. Sri Purwaningsih, M.Si

NIP. 131 788 597 NIP. 131 878 935

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 131 578 799

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penelitian dengan judul Penapisan Awal Komponen Bioaktif dari Kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea) sebagai Senyawa Antioksidan ini dapat diselesaikan oleh penulis. Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai syarat kelulusan pada program sarjana Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari banyak kekurangsempurnaan dalam penulisan, karena itu

segala bentuk kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna

tercapainya hasil yang lebih baik. Semoga bermanfaat.

Bogor, Januari 2009

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan pendidikan di Institut

Pertanian Bogor ini dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada

seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, diantaranya kepada:

1. Ibu Dra. Ella Salamah, M.Si dan Ibu Dr. Ir. Sri Purwaningsih, M.Si sebagai

komisi pembimbing atas segala masukan, kritik, arahan, motivasi, dan

bimbingan yang telah diberikan.

2. Bapak Dr. Ir. Bustami Ibrahim, M.Sc dan Ibu Ir. Anna C. Erungan, MS

sebagai penguji atas semua kritik, saran, dan masukan yang telah diberikan.

3. Bapak Ir. Djoko Poernomo, B.Sc selaku pembimbing akademik atas semua

bantuan dan dorongan semangat.

4. Ibu dan Bapak yang telah memberikan semuanya, semoga selalu berada

dalam lindungan Allah SWT dan selalu sehat wal’afiat.

5. Adik-adikku (Ichwan, Husein, dan Ghofur), juga kepada Shifa dan Afi atas

segala keceriaan dalam hidup.

6. Mbah Putri, Mbah Kakung, Mbak Anik, Mas Ipul, Bulik Puk, dan semua

anggota keluarga besar di Blitar, Bogor, Pondok Gede, dan Surabaya atas

doa dan dukungannya.

7. Ika, Nia, Dilla, Sereli. Jaga persahabatan kita karena persahabatan itu abadi.

8. Sahabat-sahabatku di THP 41: Anang, An’im, Amelia, Estrid, Yanti, Tyas,

Enif, Ulfah, Nuzul, Windhyka, Glory, Gilang, Yudha, Rijan, Masikah,

Wisnu, Erlangga, Yugha, Dede, Santi, Luh Putu Ari, Vika, Vera, Ima, Indah,

Andi, Andika, Alim, Yudha, Rijal, dan teman-teman lain yang tidak bisa

disebutkan satu persatu. Juga kepada rekan-rekan THP 39, 40, 42, dan 43

yang pernah mengisi hari-hari yang telah lewat.

9. Teman-teman di Blitar (Lailatul, Rahma, Irma, Tika, Lia, Diah, Sofwan,

Bayu, Radith, Iqbal, dan semuanya) yang mengajari tentang arti hidup yang

lebih baik dan cara mendewasakan diri.

10. Para penghuni Kawah Kelud dan Pondok An-Nur, untuk semua kenangan

(8)

11. Bu Ema, Mbak Icha, Om Zacky, Mas Ipul, Umi atas semua bantuan dan

suntikan semangat selama berjuang di THP.

12. Pak Nurwanto di PAU, Mbak Ina, Mbak Nunuk, Mbak Titis, Endi di

Biofarmaka atas bantuan dan saran yang sangat membantu selesainya skripsi

ini.

13. Basuki Sulistyana atas dukungan, perhatian, dan semua hal yang pernah

terkorbankan.

14. Semua pihak yang telah membantu penulis dari awal sampai sekarang yang

tidak bisa disebutkan satu per satu.

Kesempurnaan skripsi ini tidak terlepas dari segala kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Blitar, 13 Juni 1986 dari ayah

M. Ghufron dan ibu Sri Eko Martiningsih. Penulis merupakan

anak pertama dari empat bersaudara. Tahun 2004 penulis

menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri I Blitar dan pada

tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB pada Program Studi Teknologi

Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi

HIMASILKAN sebagai staff Hubungan Luar dan Komunikasi (Hublukom) pada

tahun 2005/2006, staff Pengabdian Mahasiswa dan Masyarakat (PMM) pada

tahun 2006/2007, dan bendahara pada tahun 2007/2008. Penulis juga menjadi

koordinator asisten mata kuliah Teknologi Pengolahan Tradisional Hasil

Perikanan tahun ajaran 2007/2008 dan mata kuliah Biotoksikologi Hasil Perairan

tahun ajaran 2008/2009. Pada tahun 2008 penulis menjuarai Kompetisi Pemikiran

Kritis Mahasiswa (KPKM) tingkat nasional bidang perekonomian sebagai juara II,

dengan judul karya tulis Tantangan dalam Meningkatkan Standar Kualitas Udang

Ekspor Indonesia melalui Traceability System.

Penulis menyelesaikan studi di Institut Pertanian Bogor dengan

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea) ... 3

2.2. Penapisan Komponen Bioaktif ... 5

2.3. Radikal Bebas ... 9

2.4. Antioksidan ... 10

3. METODOLOGI ... 14

3.1. Waktu dan Tempat ... 14

3.2. Alat dan Bahan ... 14

3.3. Tahapan Penelitian ... 14

3.3.1. Penelitian Pendahuluan ... 15

3.3.1.1. Ekstraksi Senyawa Bioaktif ... 15

3.3.1.2. Uji Antioksidan (DPPH) ... 17

3.3.2. Penelitian Utama ... 17

3.3.2.1. Uji Antioksidan (DPPH) ... 17

3.3.2.2. Evaluasi Aktivitas Antioksidan (Penentuan Bilangan Peroksida) ... 18

3.3.3. Fitokimia ... 19

3.3.3.1. Uji Alkaloid ... 19

3.3.3.2. Uji Triterpenoid/steroid ... 19

3.3.3.3. Uji Flavonoid ... 20

3.3.4. Rancangan Percobaan dan Analisis Data ... 20

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1. Penelitian Pendahuluan ... 22

4.1.1. Ekstraksi Senyawa Bioaktif ... 22

4.1.2. Penentuan Jenis Pelarut dengan Uji Antioksidan Metode DPPH ... 22

(11)

PENAPISAN AWAL KOMPONEN BIOAKTIF

DARI KIJING TAIWAN (Anodonta woodiana Lea.)

SEBAGAI SENYAWA ANTIOKSIDAN

Oleh:

Eka Ayuningrat C34104040

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(12)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Penapisan Awal Komponen Bioaktif dari Kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea.) sebagai Senyawa Antioksidan adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, Januari 2009 Eka Ayuningrat

(13)

RINGKASAN

EKA AYUNINGRAT. C34104040. Penapisan Awal Komponen Bioaktif dari Kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea.) sebagai Senyawa Antioksidan. Dibawah bimbingan ELLA SALAMAH dan SRI PURWANINGSIH.

Kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea) merupakan kerang-kerangan yang hidup di danau atau sungai. Tingkat reproduksinya yang tinggi menjadikan kijing Taiwan sangat potensial jika dibudidayakan. Kijing Taiwan sebenarnya telah lama dimanfaatkan oleh bangsa Cina sebagai obat untuk berbagai macam penyakit, membersihkan racun dalam tubuh, memperlancar sirkulasi darah, menambah energi, dan memperkuat daya tahan tubuh. Berbagai khasiat yang terdapat pada kijing Taiwan mendorong penelitian tentang kandungan bioaktif sebagai antioksidan yang terdapat di dalamnya.

Penelitian dibagi menjadi dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan utama. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan jenis pelarut yang efektif untuk dapat mengekstrak senyawa antioksidan dari kijing Taiwan. Metode ekstraksi yang dilakukan adalah ekstraksi bertingkat untuk memisahkan ekstrak berdasarkan sifat kepolarannya. Pengujian antioksidan dilakukan dengan metode 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH). Penelitian utama dilakukan untuk menentukan waktu maserasi paling optimal untuk mendapatkan ekstrak dengan sifat antioksidan paling tinggi. Pengujian ini dilanjutkan dengan penghitungan bilangan peroksida emulsi minyak dan uji fitokimia.

Jenis pelarut terbaik berdasarkan penelitian pendahuluan adalah metanol karena mempunyai nilai IC50 sebesar 201,52 ppm. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pada konsentrasi sebesar 201,52 ppm, ekstrak kijing Taiwan mampu mereduksi radikal bebas (DPPH) sebanyak 50%, artinya ekstrak tersebut bersifat antioksidan. Hasil uji ekstrak dari maserasi dengan pelarut n-heksan dan etil asetat menunjukkan tidak bersifat sebagai antioksidan. Tahap penelitian utama dilakukan maserasi dengan pelarut metanol selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam. Hasil uji efek antioksidan paling tinggi diperoleh dari maserasi selama 72 jam dengan nilai IC50 sebesar 166,64 ppm. Pengujian penghitungan bilangan peroksida dilakukan menggunakan ekstrak dari hasil terbaik, yaitu maserasi kijing Taiwan dengan metanol selama 72 jam.

Bilangan peroksida dihitung dari emulsi minyak dengan tambahan ekstrak yang telah disimpan di inkubator suhu 36,9oC selama tujuh hari. Ekstrak yang ditambahkan pada emulsi minyak adalah sebesar 0 ppm, 2000 ppm, 3000 ppm, dan 4000 ppm. Hasil terbaik yang diperoleh adalah dari penambahan ekstrak

sebanyak 4000 ppm. Bilangan peroksida yang dihasilkan adalah sebesar 2,38 Meq/kg bahan. Bilangan peroksida yang terbentuk masih di bawah ambang

(14)

PENAPISAN AWAL KOMPONEN BIOAKTIF

DARI KIJING TAIWAN (Anodonta woodiana Lea.)

SEBAGAI SENYAWA ANTIOKSIDAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

Eka Ayuningrat C34104040

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(15)

Judul Skripsi : PENAPISAN AWAL KOMPONEN BIOAKTIF DARI KIJING TAIWAN (Anodonta woodiana Lea.) SEBAGAI SENYAWA ANTIOKSIDAN

Nama : Eka Ayuningrat NRP : C34104040

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Ella Salamah, M.Si Dr. Ir. Sri Purwaningsih, M.Si

NIP. 131 788 597 NIP. 131 878 935

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 131 578 799

(16)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penelitian dengan judul Penapisan Awal Komponen Bioaktif dari Kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea) sebagai Senyawa Antioksidan ini dapat diselesaikan oleh penulis. Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai syarat kelulusan pada program sarjana Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari banyak kekurangsempurnaan dalam penulisan, karena itu

segala bentuk kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna

tercapainya hasil yang lebih baik. Semoga bermanfaat.

Bogor, Januari 2009

(17)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan pendidikan di Institut

Pertanian Bogor ini dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada

seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, diantaranya kepada:

1. Ibu Dra. Ella Salamah, M.Si dan Ibu Dr. Ir. Sri Purwaningsih, M.Si sebagai

komisi pembimbing atas segala masukan, kritik, arahan, motivasi, dan

bimbingan yang telah diberikan.

2. Bapak Dr. Ir. Bustami Ibrahim, M.Sc dan Ibu Ir. Anna C. Erungan, MS

sebagai penguji atas semua kritik, saran, dan masukan yang telah diberikan.

3. Bapak Ir. Djoko Poernomo, B.Sc selaku pembimbing akademik atas semua

bantuan dan dorongan semangat.

4. Ibu dan Bapak yang telah memberikan semuanya, semoga selalu berada

dalam lindungan Allah SWT dan selalu sehat wal’afiat.

5. Adik-adikku (Ichwan, Husein, dan Ghofur), juga kepada Shifa dan Afi atas

segala keceriaan dalam hidup.

6. Mbah Putri, Mbah Kakung, Mbak Anik, Mas Ipul, Bulik Puk, dan semua

anggota keluarga besar di Blitar, Bogor, Pondok Gede, dan Surabaya atas

doa dan dukungannya.

7. Ika, Nia, Dilla, Sereli. Jaga persahabatan kita karena persahabatan itu abadi.

8. Sahabat-sahabatku di THP 41: Anang, An’im, Amelia, Estrid, Yanti, Tyas,

Enif, Ulfah, Nuzul, Windhyka, Glory, Gilang, Yudha, Rijan, Masikah,

Wisnu, Erlangga, Yugha, Dede, Santi, Luh Putu Ari, Vika, Vera, Ima, Indah,

Andi, Andika, Alim, Yudha, Rijal, dan teman-teman lain yang tidak bisa

disebutkan satu persatu. Juga kepada rekan-rekan THP 39, 40, 42, dan 43

yang pernah mengisi hari-hari yang telah lewat.

9. Teman-teman di Blitar (Lailatul, Rahma, Irma, Tika, Lia, Diah, Sofwan,

Bayu, Radith, Iqbal, dan semuanya) yang mengajari tentang arti hidup yang

lebih baik dan cara mendewasakan diri.

10. Para penghuni Kawah Kelud dan Pondok An-Nur, untuk semua kenangan

(18)

11. Bu Ema, Mbak Icha, Om Zacky, Mas Ipul, Umi atas semua bantuan dan

suntikan semangat selama berjuang di THP.

12. Pak Nurwanto di PAU, Mbak Ina, Mbak Nunuk, Mbak Titis, Endi di

Biofarmaka atas bantuan dan saran yang sangat membantu selesainya skripsi

ini.

13. Basuki Sulistyana atas dukungan, perhatian, dan semua hal yang pernah

terkorbankan.

14. Semua pihak yang telah membantu penulis dari awal sampai sekarang yang

tidak bisa disebutkan satu per satu.

Kesempurnaan skripsi ini tidak terlepas dari segala kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Blitar, 13 Juni 1986 dari ayah

M. Ghufron dan ibu Sri Eko Martiningsih. Penulis merupakan

anak pertama dari empat bersaudara. Tahun 2004 penulis

menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri I Blitar dan pada

tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB pada Program Studi Teknologi

Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi

HIMASILKAN sebagai staff Hubungan Luar dan Komunikasi (Hublukom) pada

tahun 2005/2006, staff Pengabdian Mahasiswa dan Masyarakat (PMM) pada

tahun 2006/2007, dan bendahara pada tahun 2007/2008. Penulis juga menjadi

koordinator asisten mata kuliah Teknologi Pengolahan Tradisional Hasil

Perikanan tahun ajaran 2007/2008 dan mata kuliah Biotoksikologi Hasil Perairan

tahun ajaran 2008/2009. Pada tahun 2008 penulis menjuarai Kompetisi Pemikiran

Kritis Mahasiswa (KPKM) tingkat nasional bidang perekonomian sebagai juara II,

dengan judul karya tulis Tantangan dalam Meningkatkan Standar Kualitas Udang

Ekspor Indonesia melalui Traceability System.

Penulis menyelesaikan studi di Institut Pertanian Bogor dengan

(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea) ... 3

2.2. Penapisan Komponen Bioaktif ... 5

2.3. Radikal Bebas ... 9

2.4. Antioksidan ... 10

3. METODOLOGI ... 14

3.1. Waktu dan Tempat ... 14

3.2. Alat dan Bahan ... 14

3.3. Tahapan Penelitian ... 14

3.3.1. Penelitian Pendahuluan ... 15

3.3.1.1. Ekstraksi Senyawa Bioaktif ... 15

3.3.1.2. Uji Antioksidan (DPPH) ... 17

3.3.2. Penelitian Utama ... 17

3.3.2.1. Uji Antioksidan (DPPH) ... 17

3.3.2.2. Evaluasi Aktivitas Antioksidan (Penentuan Bilangan Peroksida) ... 18

3.3.3. Fitokimia ... 19

3.3.3.1. Uji Alkaloid ... 19

3.3.3.2. Uji Triterpenoid/steroid ... 19

3.3.3.3. Uji Flavonoid ... 20

3.3.4. Rancangan Percobaan dan Analisis Data ... 20

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1. Penelitian Pendahuluan ... 22

4.1.1. Ekstraksi Senyawa Bioaktif ... 22

4.1.2. Penentuan Jenis Pelarut dengan Uji Antioksidan Metode DPPH ... 22

(21)

4.2. Penelitian Utama ... 25

4.2.1. Penentuan Waktu Maserasi dengan Uji Antioksidan Metode DPPH ... 25

4.2.2. Evaluasi Aktivitas Antioksidan dengan Pengukuran Bilangan Peroksida ... 28

4.3. Hasil Uji Fitokimia ... 30

5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

5.1. Kesimpulan ... 33

5.2. Saran ... ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

(22)

DAFTAR TABEL

No. Teks

Halaman

1 Kandungan gizi kijing Taiwan per 100 g bahan ... 4

2 Beberapa pelarut organik dan sifat fisiknya ... 6

3 Pembagian panjang gelombang sinar tampak ... 13

4 Data rendemen ekstrak kijing Taiwan pada berbagai pelarut ... 23

5 Data rendemen ekstrak kijing Taiwan pada berbagai

waktu maserasi ... 26

6 Hasil uji fitokimia ekstrak kijing Taiwan dengan maserasi

metanol selama 72 jam ... 31

(23)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1 Anatomi bivalvia secara umum ... 3

2 Reaksi penghambatan antioksidan primer terhadap radikal lipid ... 11

3 Struktur awal DPPH dan DPPH tereduksi ... 12

4 Struktur umum kelompok senyawa yang mempunyai

aktivitas antioksidan ... 13

5 Tahapan proses ekstraksi ... 16

6 Kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea.) yang digunakan

dalam penelitian ... 22

7 Grafik hasil uji antioksidan dengan metode DPPH terhadap ekstrak kijing Taiwan berdasarkan jenis pelarut ... 24

8 Grafik hasil uji antioksidan dengan metode DPPH terhadap ekstrak kijing Taiwan berdasarkan waktu maserasi ... 27

9 Bilangan peroksida pada emulsi minyak dengan penambahan

ekstrak kijing Taiwan ... 29

10 Hasil uji fitokimia (alkaloid, flavonoid, dan steroid)

terhadap ekstrak kijing Taiwan dari maserasi dengan metanol

selama 72 jam ... 31

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Halaman 1 Urutan proses ekstraksi kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea.) ... 38

2 Contoh perhitungan nilai rendemen ekstrak kijing Taiwan ... 39

3 Analisis sidik ragam rendemen ekstrak kijing Taiwan

berdasarkan jenis pelarut ... 40

4 Hasil uji Duncan terhadap rendemen ekstrak kijing Taiwan

berdasarkan jenis pelarut ... 40

5 Uji aktivitas antioksidan dengan DPPH terhadap perlakuan

jenis pelarut ... 41

6 Kurva aktivitas antioksidan ekstrak kijing Taiwan

dengan pelarut n-heksan ... 43

7 Kurva aktivitas antioksidan ekstrak kijing Taiwan

dengan pelarut etil asetat ... 44

8 Kurva aktivitas antioksidan ekstrak kijing Taiwan

dengan pelarut metanol ... 45

9 Contoh perhitungan nilai IC50 ... 46

10 Analisis sidik ragam perlakuan jenis pelarut

(transformasi logaritma) ... 47

11 Hasil uji Duncan terhadap perlakuan jenis pelarut

(transformasi logaritma) ... 47

12 Analisis sidik ragam rendemen ekstrak kijing Taiwan

berdasarkan waktu maserasi ... 48

13 Uji aktivitas antioksidan dengan DPPH terhadap perlakuan

waktu maserasi ... 49

14 Kurva aktivitas antioksidan ekstrak kijing Taiwan

dengan waktu maserasi 24 jam ... 51

15 Kurva aktivitas antioksidan ekstrak kijing Taiwan

dengan waktu maserasi 48 jam ... 52

16 Kurva aktivitas antioksidan ekstrak kijing Taiwan

dengan waktu maserasi 72 jam ... 53

17 Analisis sidik ragam perlakuan waktu maserasi ... 54

18 Hasil uji Duncan terhadap perlakuan waktu maserasi ... 54

19 Contoh perhitungan bilangan peroksida emulsi minyak

(25)

20 Analisis sidik ragam terhadap bilangan peroksida sampel minyak dengan penambahan ekstrak kijing Taiwan ... 56

21 Hasil uji Duncan terhadap bilangan peroksida sampel minyak

dengan penambahan ekstrak kijing Taiwan ... 56

(26)

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman

sumberdaya perairan yang sangat melimpah. Wilayah perairan yang sangat luas

mampu menyediakan berbagai jenis ikan, karang, rumput laut, kerang-kerangan,

dan sumberdaya lain yang masih sangat potensial. Salah satu sumberdaya yang

belum dimanfaatkan secara optimal adalah kerang-kerangan.

Kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea) merupakan kerang-kerangan

yang hidup di danau atau sungai. Kerang jenis ini mempunyai keistimewaan,

yaitu dapat mengatur tingkat metabolisme O2 dengan baik sehingga masih bisa

hidup pada keadaan perairan yang berkadar O2 rendah (Soeseno 1984). Kijing

Taiwan juga mampu berkembang biak dengan cepat. Sekali memijah kijing

Taiwan mampu menghasilkan telur sebanyak 369.227 – 458.000 butir telur.

Kenyataan ini menunjukkan bahwa kijing Taiwan sangat potensial untuk

dibudidayakan (Suwignyo et al 1981).

Kerang ini sebenarnya bukan kerang asli dari Indonesia, diduga bahwa

kijing Taiwan masuk ke Indonesia melalui ikan nila atau ikan mola yang dibawa

dari Taiwan sekitar tahun 1960 sampai 1970. Nama kijing Taiwan akhirnya

diambil dari daerah asal tersebut (Hasim 2008).

Kijing Taiwan mempunyai berbagai manfaat. Kerang ini bersifat filter

feeder karena hidupnya yang berada di dasar perairan tergenang atau mengalir.

Makanannya berupa detritus membuatnya menjadi biofilter perairan yang efektif

sehingga dapat membantu dalam usaha penjernihan air (Suwignyo et al. 1981).

Menurut Liu et al (2008), Kijing Taiwan sebenarnya telah lama dimanfaatkan

oleh bangsa Cina sebagai obat untuk berbagai macam penyakit, seperti lever dan

diabetes. Bahkan dalam Kamus Obat-obatan Tradisional Cina (Zhong Yao Da Ci

Dian), kerang Anodonta woodiana mempunyai khasiat untuk membersihkan

racun dalam tubuh, memperlancar sirkulasi darah, menambah energi, dan

memperkuat daya tahan tubuh.

Penyebaran kijing Taiwan di Indonesia sudah cukup luas. Usaha

(27)

terdapat di Bogor, Cianjur, Yogyakarta, dan Jawa Tengah. Konsumsi kijing

Taiwan di daerah-daerah tersebut terus meningkat walaupun pemanfaatannya

masih terbatas untuk konsumsi (Suwignyo et al 1981).

Berbagai penelitian mengenai manfaat kijing Taiwan membuka wawasan

yang lebih luas tentang kandungan komponen bioaktif yang terdapat di dalamnya.

Kenyataan bahwa kijing Taiwan mampu memberikan efek menyehatkan bila

dikonsumsi memberikan dugaan bahwa terdapat suatu komponen yang bersifat

antioksidan. Antioksidan sendiri merupakan suatu zat yang dapat menangkal

pengaruh radikal bebas yang bila masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan

kerusakan. Pengaruh negatif yang diakibatkan oleh radikal bebas diantaranya

penuaan dini, jantung koroner, kanker (Muchtadi 2000). Senyawa-senyawa aktif

dari kijing Taiwan yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

dimanfaatkan dalam bidang farmasi, pangan, industri, dan lain-lain.

1.2. Tujuan

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya

komponen antioksidan pada kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea) melalui

ekstraksi bertingkat dengan pelarut polar, semi polar, dan nonpolar, sedangkan

tujuan khusus yang ingin dicapai antara lain:

1) Menentukan jenis pelarut yang dapat menghasilkan ekstrak dengan aktivitas

antioksidan terbaik.

2) Menentukan waktu maserasi yang paling optimal yang dapat menghasilkan

ekstrak dengan aktivitas antioksidan terbaik.

3) Mengaplikasikan ekstrak terbaik pada emulsi minyak dan menentukan jumlah

optimal ekstrak yang dapat menghambat pembentukan peroksida.

4) Mengetahui jenis dan sifat komponen bioaktif yang terdapat pada kijing

(28)

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea)

Kerang jenis Anodonta woodiana ini berasal dari Taiwan, oleh karena

itulah ia dikenal juga dengan sebutan kerang atau kijing taiwan. Kerang ini

masuk ke Indonesia tanpa sengaja karena ikut terbawa saat Indonesia mengimpor

ikan mola (Hypophthalmichtys molitrix) dari Taiwan sekitar akhir 1960-an hingga

awal 1970-an (Hasim 2008).

Kijing Taiwan dapat hidup di beberapa ekosistem perairan tawar karena

memiliki kemampuan menyedot air dan menyaring partikel dalam air 40 L per

hari per ekor. Pertumbuhan kijing Taiwan cepat pada habitat air yang

menggenang. Bahkan pada beberapa perairan, kijing Taiwan terjaga

kontinuitasnya walaupun tidak dibudidayakan dengan sengaja (BPPT 2008).

Anatomi kijing Taiwan disajikan dalam gambar bivalvia secara umum seperti

yang disajikan pada Gambar 1.

(29)

Berikut ini merupakan klasifikasi kijing Taiwan menurut Parker dan

Haswell (1960) diacu dalam Suwignyo et al. (1981):

Kingdom : Animalia

Phylum : Mollusca

Kelas : Lamellibranchiata

Ordo : Eulamellibranchiata

Famili : Unionidae

Genus : Anodonta

Spesies : Anodonta woodiana Lea.

Kandungan gizi kijing Taiwan cukup tinggi. Pemanfaatannya sebagai

bahan makanan dapat dijadikan sebagai alternatif sumber protein dan zat besi

karena jumlahnya yang tinggi. Kandungan asam aminonya cukup lengkap, yang

tertinggi adalah asam glutamat yang mencapai 1020 mg/100 g bahan. Kijing

Taiwan juga mempunyai asam amino pembatas yaitu valine dengan nilai sebesar

287 mg/100 g bahan (Suwignyo et al 1981). Kandungan gizi kijing taiwan secara

lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan gizi kijing Taiwan per 100 g bahan

Komposisi kimia Kadar

Kijing Taiwan mempunyai cangkang yang simetri bilateral dan terdiri dari

dua buah keping pada bagian kanan dan kiri. Kedua keping cangkang kerang ini

cembung berwarna hijau kebiru-biruan dan kecoklat-coklatan. Cangkang terdiri

(30)

berupa kristal kalsium karbonat dan lapisan dalam sebagai lapisan mutiara yang

mengandung kalsium karbonat dan dapat memantulkan cahaya. Pada bagian

dorsal cangkang terdapat hinge-ligament yang merupakan tempat pertautan dari

kedua cangkang dan pada bagian anterior ligament terdapat penonjolan yang

disebut umbo. Sekeliling umbo terdapat garis pertumbuhan tahunan yang

kelihatan nyata (BPPT 2008).

Hewan ini tergolong filter feeder yaitu jenis hewan yang mendapatkan

makanan dengan jalan menyaring air yang masuk ke dalam tubuhnya. Volume air

yang dapat disaring oleh kijing Taiwan adalah 2,5 liter per individu dewasa per

jam. Makanan yang masuk bersama air tadi digerakkan, diperas, lalu dicerna

dengan bantuan cilia (rambut getar) pada tubuhnya. Cilia mampu bergerak 2-20

kali per detik. Makanan yang masuk dapat berupa zooplankton, fitoplankton,

bakteri, flagellata, protozoa, detritus, alga, dan berbagai zat yang tersuspensi

dalam perairan tempat tinggalnya. Alat pencernaannya berturut-turut terdiri dari

mulut yang tidak berahang atau bergigi, sepasang labial palps yang bercilia,

esofagus, lambung, usus, rektum, dan anus. Dalam tubuh kerang terdapat pula hati

yang menyelubungi dinding lambung, ginjal, pembuluh darah, dan pembuluh urat

saraf (Hasim 2008).

Lingkungan yang cocok untuk habitat kijing Taiwan adalah dasar perairan

yang berupa lumpur dengan pasir atau sedimen yang membentuk lapisan tanah

yang tidak padat. Suhu perairan yang optimal harus berkisar antara 11-29°C

dengan derajat keasaman (pH) antara 4,8 sampai 9,8. Umumnya kijing dapat

mengatur tingkat metabolisme oksigen dengan baik sehingga masih dapat hidup

pada keadaan di mana kadar oksigen dalam air sangat sedikit (BPPT 2008).

2.2. Penapisan Komponen Bioaktif

Penapisan merupakan pemisahan suatu bahan dari zat-zat pencemar atau

endapan. Penapisan juga dapat diartikan sebagai proses pemisahan bahan

berdasarkan perbedaan ukuran atau sifat (KBBI 1990). Proses penapisan

dilakukan untuk mendapatkan ekstrak dari hewan atau tumbuhan yang selanjutnya

dapat dianalisis kandungannya. Penapisan mempunyai pengertian yang sedikit

berbeda dengan ekstraksi. Ekstraksi merupakan suatu proses yang secara selektif

(31)

dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh ekstrak murni atau ekstrak yang

hanya terdiri dari satu komponen tunggal, sedangkan proses penapisan dilakukan

untuk mendapatkan ekstrak yang lebih kasar. Secara umum proses penapisan

lebih sederhana daripada ekstraksi. Namun dalam banyak sumber, semua

prosedur untuk menarik kaomponen aktif dari suatu bahan sampai diperoleh

ekstrak disebut dengan ekstraksi (Achmadi 1992).

Teknik ekstraksi didasarkan pada kenyataan bahwa jika suatu zat dapat

larut dalam dua fase yang tidak tercampur, maka zat itu dapat dialihkan dari fase

yang satu ke fase yang lain dengan mengocoknya bersamaan. Pemilihan pelarut

yang digunakan tergantung pada sifat zat yang dilarutkan, karena setiap zat

memiliki kelarutan yang berbeda dalam pelarut yang berlainan (Achmadi 1992).

Sifat-sifat pelarut yang dapat dijadikan acuan pemilihan pelarut dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Beberapa pelarut organik dan sifat fisiknya

Pelarut Titik didih (0C) Titik beku (0C) Konstanta Sumber : Nur dan Adijuwana (1989)

Gaya yang bekerja dalam proses ekstraksi adalah akibat adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan cairan ekstraksi yang berada di luar

(32)

protoplasma membengkak dan bahan kandungan sel akan terlarut sesuai

kelarutannya (Voight 1994).

Metode ekstraksi berdasarkan jenis pelarutnya dapat dilakukan dengan dua

cara yaitu aqueous phase dan organic phase. Cara aqueous phase dilakukan

dengan menggunakan air, sedangkan cara organic phase dilakukan dengan pelarut

organik. Prinsip ekstraksi menggunakan pelarut organik adalah bahan yang akan

diekstrak kontak langsung dengan pelarut pada waktu tertentu, kemudian diikuti

dengan pemisahan bahan yang diekstrak. Hal-hal yang harus dipertimbangkan

saat memilih pelarut antara lain (Achmadi 1992) :

1) Pelarut polar akan melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar akan

melarutkan senyawa non polar.

2) Pelarut organik cenderung melarutkan senyawa organik.

3) Air cenderung melarutkan senyawa organik dan garam dari asam maupun

basa organik.

4) Asam-asam organik yang larut dalam pelarut organik dapat diekstraksi

dengan menggunakan basa (NaOH, Na2CO3, dan NaHCO3).

Metode ekstraksi juga dikelompokkan berdasarkan tingkat kesulitannya,

yaitu ekstraksi sederhana dan ekstraksi khusus (Harborne 1987). Ekstraksi

sederhana terdiri atas:

1) Maserasi, yaitu metode ekstraksi dengan cara merendam sampel dalam

pelarut dengan atau tanpa pengadukan.

2) Perkolasi, yaitu metode ekstraksi secara berkesinambungan.

3) Reperkolasi, yaitu perkolasi dimana hasil perkolasi digunakan untuk

melarutkan sampel di dalam perkolator sampai senyawa kimianya terlarutkan.

4) Diakolasi, yaitu perkolasi dengan penambahan tekanan udara.

Ekstraksi khusus terdiri atas:

1) Soxhletasi, yaitu metode ekstraksi secara berkesinambungan untuk

melarutkan sampel kering dengan menggunakan pelarut bervariasi.

2) Arus balik, yaitu metode ekstraksi secara berkesinambungan dimana sampel

dan pelarut saling bertemu melalui gerakan aliran yang berlawanan.

3) Ultrasonik, yaitu metode ekstraksi dengan alat yang menghasilkan frekuensi

(33)

Sifat penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut adalah

kepolaran senyawa yang dilihat dari gugus polarnya (seperti gugus OH, COOH,

dan lain-lain). Derajat polaritas tergantung pada tetapan dielektrik, makin besar

tetapan dielektrik semakin polar pelarut tersebut. Bahan-bahan jenis tertentu

memerlukan metode ekstraksi bertingkat. Ekstraksi bertingkat dilakukan secara

berturut-turut dimulai dengan pelarut nonpolar (heksan) lalu dengan pelarut yang

kepolarannya menengah (etilasetat atau dietileter), kemudian dengan pelarut polar

(metanol atau etanol). Dengan demikian akan diperoleh ekstrak awal (crude

extract) yang berturut-turut mengandung senyawa nonpolar, kepolaran menengah,

dan polar (Nur dan Adijuwana 1989).

Pelarut nonpolar merupakan salah satu pelarut yang dikenal efektif

terhadap alkaloid dalam bentuk basa dan terpenoid dari bahan. Pelarut nonpolar

juga dapat mengekstrak senyawa kimia seperti lilin, lemak, dan minyak yang

mudah menguap. Pelarut semi polar mampu mengekstrak senyawa fenol,

terpenoid, alkaloid, aglikon, dan glikosida. Pelarut yang bersifat polar, mampu

mengekstrak senyawa alkaloid kuartener, komponen fenolik, karotenoid, tanin,

gula, asam amino, dan glikosida (Harborne 1987). Metanol, sebagai senyawa

polar, dapat disebut sebagai pelarut universal karena selain mampu mengekstrak

komponen polar, dapat juga mengekstrak komponen nonpolar seperti lilin dan

lemak (Houghton dan Raman 1998).

Proses ekstraksi terdiri dari beberapa tahap yaitu penghancuran bahan,

penimbangan, perendaman dengan pelarut, penyaringan, dan pemisahan.

Penghancuran bertujuan untuk mempermudah pengadukan dan kontak bahan

dengan pelarutnya pada saat proses pelarutnya. Bahan ditimbang untuk

mengetahui berat awal bahan sehingga dapat ditentukan rendemen yang

dihasilkan. Bahan yang telah ditimbang kemudian direndam dalam pelarut yang

sesuai. Proses perendaman yang dilakukan disebut maserasi. Tahap selanjutnya

adalah tahap pemisahan yang terdiri dari penyaringan dan evaporasi. Penyaringan

dilakukan untuk memisahkan residu bahan dan pelarut yang telah mengandung

senyawa bioaktif. Pemisahkan pelarut dengan senyawa bioaktif yang terikat

dilakukan evaporasi sehingga pelarut akan menguap dan diperoleh senyawa hasil

(34)

antara lain kondisi alamiah senyawa tersebut, metode ekstraksi yang digunakan,

ukuran partikel sample, kondisi dan waktu penyimpanan, lama waktu ekstraksi,

dan perbandingan jumlah pelarut terhadap jumlah sampel (Darusman et al 1995).

2.3. Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan struktur kimia yang mempunyai satu elektron

yang tidak berpasangan pada orbit luarnya. Energi yang dihasilkan oleh

konfigurasi yang tidak stabil dan sangat reaktif tersebut dilepaskan melalui reaksi

dengan molekul didekatnya sehingga terjadi perpindahan elektron dari molekul

donor ke molekul radikal untuk menjadikan radikal tersebut stabil. Radikal bebas

kemudian memulai reaksi autotokatalitik dimana molekul yang bereaksi dengan

radikal bebas dengan sendirinya berubah menjadi radikal bebas untuk menambah

rantai kerusakan. Radikal bebas sangat berbahaya bagi makhluk hidup karena

apabila reaksi ini terjadi di dalam tubuh, maka akan menimbulkan berbagai

kerusakan yang menjadi penyebab penyakit (BlueFame Forums 2008).

Senyawa radikal yang terdapat dalam tubuh (prooksidan) dapat berasal

dari luar tubuh (eksogen) atau terbentuk di dalam tubuh (endogen) dari hasil

metabolisme zat gizi secara normal (Muchtadi 2000). Secara eksogen, senyawa

radikal antara lain berasal dari polutan, makanan atau minuman, radiasi, ozon, dan

pestisida (Supari 1996). Penjelasan mengenai sumber radikal bebas endogen

sangat bervariasi. Sumber radikal endogen dapat melewati autoksidasi, oksidasi

enzimatik, fagositosis dalam respirasi, transpor elektron di mitokondria, oksidasi

ion-ion logam transisi, atau melalui ischemic. Autoksidasi adalah senyawa yang

mengandung ikatan rangkap, hidrogen alilik, benzilik atau tersier yang rentan

terhadap oksidasi oleh udara. Oksidasi enzimatik menghasilkan oksidan asam

hipoklorit, di mana sekitar 70-90 % konsumsi O2 oleh sel fagosit diubah menjadi

superoksida. Sumber eksogenus radikal bebas, berasal dari luar sistem tubuh,

diantaranya sinar UV. Sinar UV B merangsang melanosit memproduksi melanin

berlebihan dalam kulit, yang tidak hanya membuat kulit lebih gelap, melainkan

juga berbintik hitam. Pemaparan berlebihan dari sinar ultra violet ini bahkan

dapat menyebabkan kulit terbakar sampai kanker kulit. Sinar UVA dapat merusak

kulit dengan menembus lapisan basal yang menimbulkan kerutan sehingga kulit

(35)

Radikal bebas juga dapat menyebabkan oksidasi DNA sehingga DNA

termutasi dan menimbulkan kanker. Oksigen reaktif dapat meningkatkan kadar

LDL (Low Density Lipoprotein) yang kemudian menjadi penyebab penimbunan

kolesterol pada dinding pembuluh darah. Akibatnya timbullah aterosklerosis atau

lebih dikenal dengan penyakit jantung koroner. Penurunan suplai darah atau

ischemic karena penyumbatan pembuluh darah menurut patologi juga dikarenakan

radikal bebas. Senyawa radikal juga memicu terjadinya penuaan dini akibat

rusaknya sel-sel jaringan tubuh serta dapat menimbulkan penyakit autoimun.

Lipid yang seharusnya menjaga kulit agar tetap segar berubah menjadi lipid

peroksida karena bereaksi dengan radikal bebas sehingga mempercepat penuaan

(Muchtadi 2000).

2.4. Antioksidan

Antioksidan adalah zat yang dapat melawan pengaruh bahaya dari radikal

bebas atau Reactive Oxygen Species (ROS) yang terbentuk sebagai hasil dari

metabolisme oksidatif yaitu hasil dari reaksi-reaksi kimia dan proses metabolik

yang terjadi di dalam tubuh (Sauriasari 2006). Senyawa antioksidan dapat

berfungsi sebagai penangkap radikal bebas, pembentuk kompleks dengan

logam-logam prooksidan dan berfungsi sebagai senyawa pereduksi. Antioksidan dapat

menangkap radikal bebas sehingga menghambat mekanisme oksidatif yang

merupakan penyebab penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit jantung,

kanker, katarak, disfungsi otak, dan artritis (Sofia 2008).

Berbagai sumber nutrisi yang mengandung antioksidan diantaranya adalah

semua biji-bijian, buah-buahan dan sayuran, hati, tiram, unggas, kerang, ikan,

susu dan daging. Vitamin E alami dapat ditemukan pada wheat germ (gandum),

minyak sayur, sayuran berdaun hijau, kuning telur dan kacang-kacangan. Vitamin

C alami dapat ditemukan pada buah sitrus, tomat, melon, kubis, jambu biji,

strawberry, dan sebagainya. Beta karoten (pro-vitamin A) yang merupakan

antioksidan penting dari karotenoid banyak dijumpai pada buah apricot, wortel,

blewah, bit, daun singkong, daun bayam dan ubi merah. Sumber antioksidan

terbaik, tentunya berasal dari makanan alami. Namun tidak ada salahnya untuk

(36)

perawatan kesehatan, karena makanan yang dimakan belum tentu mengandung

komponen yang dibutuhkan secara lengkap (Sofia 2008).

Antioksidan dapat digolongkan menjadi antioksidan primer (

chain-breaking antioxidant) dan antioksidan sekunder (preventive antioxidant).

Antioksidan primer dapat bereaksi dengan radikal lipid dan mengubahnya menjadi

bentuk yang lebih stabil. Sebuah senyawa dapat disebut sebagai antioksidan

primer bila senyawa tersebut dapat mendonorkan atom hidrogennya dengan cepat

ke radikal lipid dan radikal antioksidan yang dihasilkan lebih stabil dari radikal

lipid atau dapat diubah menjadi produk lain yang lebih stabil. Senyawa yang

termasuk dalam kelompok antioksidan primer adalah vitamin E (tokoferol),

vitamin C (asam askorbat), β-karoten, glutation, dan sistein (Sauriasari 2006).

Contoh yang disajikan pada Gambar 2 di bawah ini merupakan mekanisme

pengikatan radikal bebas oleh antioksidan pada oksidasi lemak.

Inisiasi : R* + AH RH + A*

Radikal lipid

Propagasi : ROO* + AH ROOH + A*

Radikal peroksida

Gambar 2. Reaksi penghambatan antioksidan primer terhadap radikal lipid Sumber: Gordon (1990)

Penambahan antioksidan (AH) primer dalam konsentrasi rendah pada lipid

dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi. Proses autooksidasi lipid

pada tahap inisiasi akan menghasilkan radikal lipid (R*) bila lipid kontak dengan

panas, cahaya, ion metal, dan oksigen. Radikal antioksidan yang terbentuk (A*)

relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat bereaksi dengan

molekul lipid lain membentuk radikal lipid baru. Tahap propagasi terjadi ketika

radikal lipid dari tahap inisiasi kontak dengan oksigen membentuk radikal

peroksida (ROO*). Tahap terakhir yaitu terminasi, dimana hidroperoksida

(ROOH) yang sangat tidak stabil terpecah menjadi senyawa organik berantai

pendek seperti keton, aldehid, alkohol, dan asam (Gordon 1990).

Antioksidan sekunder berfungsi sebagai antioksidan pencegah, yaitu

menurunkan kecepatan inisiasi dengan berbagai mekanisme, seperti melalui

(37)

menjadi produk-produk nonradikal. Contoh antioksidan sekunder antara lain

turunan-turunan asam fosfat, senyawa karoten, sterol, fosfolipid, dan

produk-produk reaksi maillard. Tujuan dasar dari antioksidan sekunder adalah mencegah

terjadinya radikal yang paling berbahaya yaitu radikal hidroksil (BlueFame

Forums 2008).

Beberapa metode pengukuran aktivitas antioksidan yang dapat digunakan

antara lain metode DPPH dan metode uji aktivitas kemampuan mereduksi.

Pengujian dengan DPPH merupakan salah satu metode yang sederhana dengan

menggunakan 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH) sebagai senyawa pendeteksi.

DPPH merupakan senyawa radikal bebas yang bersifat stabil sehingga dapat

bereaksi dengan atom hidrogen yang berasal dari suatu antioksidan. Hasil reaksi

tersebut berupa DPPH tereduksi (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazin) yang tidak

reaktif lagi karena telah mendapat donor hidrogen (Molyneux 2004). Struktur

DPPH dan DPPH tereduksi hasil reaksi dengan antioksidan dapat dilihat pada

Gambar 3.

Diphenylpicrylhydrazil Diphenylpicrylhydrazin

Gambar 3. Struktur awal DPPH dan DPPH tereduksi

Pengukuran kapasitas antioksidan dengan metode DPPH menggunakan

spektrofotometer dengan panjang gelombang 517 nm. Larutan DPPH berwarna

ungu gelap, ketika ditambahkan senyawa antioksidan maka warna larutan akan

berubah menjadi kuning cerah. Penurunan absorbansi, yang ditunjukkan dengan

berkurangnya warna ungu, menunjukkan adanya aktivitas scavenging (aktivitas

antioksidan). Metode aktivitas kemampuan mereduksi digunakan untuk

menentukan antioksidan total pada sampel. Aktivitas antioksidan diukur sebagai

kemampuan mereduksi kalium ferri sianida. Absorbansi yang tinggi

(38)

bawah ini menampilkan pembagian warna dalam spektrum cahaya tampak

berdasarkan panjang gelombangnya.

Tabel 3. Pembagian panjang gelombang sinar tampak

Panjang gelombang

(nm) Warna Warna komplementer

400 – 435

Keterangan : warna komplementer merupakan warna larutan yang terlihat (warna yang diteruskan atau dipantulkan)

Sumber : Sudarmadji et al (2007)

Beberapa senyawa yang telah diketahui efektivitasnya sebagai antioksidan

antara lain alkaloid, flavonoid, saponin, dan steroid. Struktur dari kelompok

senyawa tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.

Alkaloid Flavonoid

Steroid Saponin

(39)

3. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian tentang penapisan awal komponen bioaktif dari kijing Taiwan

(Anodonta woodiana Lea) sebagai senyawa antioksidan ini dilaksanakan pada

bulan Agustus sampai November 2008 di Laboratorium Pananganan Bahan Baku

Hasil Perairan, Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Departemen Teknologi

Hasil Perairan, Laboratorium Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut

Pertanian Bogor, serta Laboratorium Basah Pusat Studi Biofarmaka, Institut

Pertanian Bogor.

3.2. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan antara lain cool box, pisau, talenan, timbangan,

kertas label, aluminium foil, corong kaca, labu erlenmeyer, gelas piala, tabung

reaksi, buret, rak tabung reaksi, plastik tahan panas, pinggan porselin, oven,

penjepit, desikator, kompor listrik, pipet tetes, sudip, bulp, kain blacu, saringan

whatman, freezer, vakum evaporator, magnetic stirrer, hot plate,

spektrofotometer, botol steril, botol uji fitokimia dan lempeng tetes.

Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah kijing Taiwan

(Anodonta woodiana Lea). Bahan tambahan lain yang digunakan antara lain es

curai, pelarut (n-heksan, etil asetat dan metanol), radikal bebas DPPH

(1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil), H2SO4 2 M, HCl 1,57%, KI, pereaksi Mayer,

pereaksi Dragendorff, pereaksi Wagner, eter, anhidrida asetat, H2SO4 pekat,

serbuk magnesium, NaOH 1 N, FeCl3 1%, aquades, minyak kelapa, asam asetat

glasial, kloroform, dan natrium tiosulfat (Na2S2O3).

3.3. Tahapan Penelitian

Rangkaian kegiatan penelitian ini dibagi menjadi dua tahap. Tahap

pertama merupakan penelitian pendahuluan yang meliputi ekstraksi senyawa

bioaktif dan penentuan ekstrak terbaik berdasarkan jenis pelarut dengan uji

antioksidan dengan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil). Tahap kedua

merupakan penelitian utama berupa penentuan ekstrak terbaik berdasarkan waktu

(40)

dan sistem emulsinya, evaluasi aktivitas antioksidan kijing Taiwan dalam

mencegah proses ketengikan pada emulsi minyak kelapa dengan mengukur

bilangan peroksida serta analisis fitokimia sampel terpilih.

3.3.1. Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan meliputi ekstraksi senyawa bioaktif dan penentuan

ekstrak terbaik berdasarkan jenis pelarut dengan uji antioksidan dengan DPPH.

Tujuan yang ingin dicapai adalah menentukan jenis pelarut terbaik yang

menghasilkan ekstrak dengan sifat antioksidan yang paling tinggi.

3.3.1.1. Ekstraksi Senyawa Bioaktif (Darusman et al 1995.)

Proses ekstraksi kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea) meliputi

penghancuran sampel, maserasi, penyaringan dan evaporasi. Kerang dipisahkan

dengan cangkangnya, dicuci dan dicacah dengan pisau. Sampel kemudian

ditimbang, dimasukkan dalam erlenmeyer dan dimaserasi dengan pelarut dengan

perbandingan sampel : pelarut 1:2 (b/v). Pelarut yang digunakan secara

berturut-turut yaitu n-heksan, etil asetat dan metanol.

Waktu perendaman yang digunakan dalam penelitian pendahuluan ini

adalah masing-masing selama 24 jam untuk tiap pelarut. Tahap pertama, sampel

dimaserasi dengan n-heksan selama 24 jam pada suhu ruang. Sampel lalu disaring

dengan kain blacu sebagai saringan kasar, dilanjutkan dengan kertas saring

whatman untuk pemisahkan filtrat dengan ampasnya. Filtrat yang diperoleh

disebut filtrat n-heksan. Ampas selanjutnya dimaserasi dengan pelarut etil asetat

selama 24 jam kemudian disaring sehingga diperoleh filtrat etil asetat. Ampas

yang diperoleh dimaserasi kembali dengan pelarut metanol selama 24 jam lalu

disaring sehingga diperoleh ekstrak metanol.

Filtrat n-heksan, etil asetat dan metanol yang diperoleh selanjutnya

dievaporasi dengan vacum evaporator pada suhu antara 30oC – 40oC sehingga

diperoleh ekstrak kasar n-heksan, etil asetat dan metanol. Penggunaan suhu

tersebut dimaksudkan untuk menjaga kestabilan aktivitas antioksidan pada

ekstrak, karena dikhawatirkan akan rusak pada suhu tinggi. Tahapan proses

(41)

Gambar 5. Tahapan proses ekstraksi

(Quinn 1988 diacu dalam Darusman et al 1995) Keterangan: Produk

Proses Pemisahan daging dari cangkang

Penimbangan Pencacahan Pencucian

Maserasi dengan n-heksan

Penyaringan

Evaporasi

Evaporasi

Penyaringan

Evaporasi Maserasi dengan etil asetat

Maserasi dengan metanol Penyaringan

Kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea.)

Filtrat n-heksan

Ekstrak kasar n-heksan

Ampas

Filtrat etil asetat

Ekstrak kasar etil asetat

Ampas

Filtrat metanol Ampas

(42)

3.3.1.2. Uji Antioksidan (DPPH) (Molyneux 2004).

Ekstrak kijing Taiwan yang berasal dari proses maserasi dengan n-heksan,

etil asetat, dan metanol dilarutkan dengan metanol pro analisis dengan

konsentrasi 50, 100, 250, 500, dan 1000 ppm. Larutan pereaksi DPPH yang

digunakan dibuat dengan melarutkan DPPH dalam metanol pro analisis dengan

konsentrasi 400 ppm, yang dibuat segar dan dijaga pada suhu rendah serta

terlindung dari cahaya. Sebanyak 4 ml larutan uji atau pembanding direaksikan

dengan 1 ml larutan DPPH, lalu diukur absorbansinya pada panjang gelombang

516 nm. Larutan standar dibuat dengan mencampur 4 ml metanol pro analisis

dengan 1 ml DPPH. Persen peredaman dihitung dengan persamaan regresi

terhadap konsentrasi larutan uji, mengikuti persamaan Y = aLn(x) + b, dengan Y

menyatakan nilai IC (inhibitor concentration) yang dicari, yaitu sebesar 50 dan X

menyatakan nilai dari IC50. Nilai IC50 menyatakan konsentrasi larutan sampel

yang dibutuhkan untuk mereduksi DPPH sebesar 50% (Molyneux 2004).

3.3.2. Penelitian Utama

Penelitian utama bertujuan untuk menetukan waktu maserasi terbaik yang

dapat menghasilkan ekstrak dengan sifat antioksidan paling tinggi. Selain itu,

juga untuk menentukan konsentrasi ekstrak terpilih yang paling optimal untuk

penghambatan pembentukan peroksida pada emulsi minyak, serta untuk

mengetahui komponen bioaktif dengan uji fitokimia.

3.3.2.1. Uji Antioksidan (DPPH) (Molyneux 2004).

Uji antioksidan dengan DPPH pada penelitian pendahuluan akan

menghasilkan satu ekstrak terbaik berdasarkan jenis pelarut. Ekstrak terbaik

tersebut selanjutnya dimodifikasi tu diberi perlakuan pada waktu maserasinya,

yaitu selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam. Ekstrak yang didapatkan dari berbagai

waktu maserasi tersebut diuji DPPH kembali untuk menentukan waktu maserasi

yang terbaik. Metode pengujian dengan DPPH sama dengan pengujian pada

tahap penelitian pendahuluan berdasarkan (Molyneux 2004). Ekstrak yang

mempunyai sifat antioksidan terbaik selanjutnya digunakan pada tahap aplikasi

(43)

3.3.2.2. Evaluasi aktivitas antioksidan (penentuan bilangan peroksida)

Penentuan aktivitas antioksidan dari ekstrak kijing Taiwan diterapkan pada

emulsi minyak. Antioksidan berfungsi untuk menghambat pembentukan

peroksida pada minyak. Pengujian ini dilakukan melalui pembuatan minyak

kelapa dan sistem emulsinya yang dilanjutkan dengan evaluasi aktivitas

antioksidan dengan penentuan bilangan peroksida.

a) Pembuatan minyak kelapa dan sistem emulsinya (Santoso et al 2004)

Minyak yang digunakan dalam penelitian dibuat dari parutan kelapa yang

diperas untuk diambil santan kentalnya. Santan kental tersebut dipanaskan

dengan cara direbus untuk memisahkan komponen minyak yang terkandung di

dalamnya, kemudian dilakukan penyaringan untuk memisahkan minyak dan

ampas parutan kelapa. Filtrat yang dihasilkan kemudian disaring lagi dengan

kertas whatman agar diperoleh minyak kelapa yang bening. Sistem emulsi

minyak dibuat dengan mengacu pada metode Santoso et al (2004) yang

dimodifikasi, yaitu dengan menghomogenkan 3% minyak kelapa dan 97% air

yang mengandung 0,3% Tween 20.

b) Penentuan bilangan peroksida

Peroksida merupakan hasil reaksi antara lemak tidak jenuh dengan

oksigen. Bilangan peroksida ditentukan berdasarkan jumlah iodin yang

dibebaskan setelah lemak atau minyak ditambahkan alkali iodida. Peroksida yang

terbentuk dalam minyak atau lemak berikatan dengan alkali sehingga iod

terbebaskan. Iod ini ditangkap dengan natrium thuosulfat yang selanjutnya

ditentukan jumlahnya dengan titrasi (Winarno 1996). Bilangan peroksida adalah

nilai terpenting untuk menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak

(Ketaren 1986).

Sistem emulsi lemak ditambahkan ekstrak kijing Taiwan terbaik dari tahap

sebelumnya sebanyak 0 ppm (tanpa penambahan ekstrak), 2000 ppm, 3000 ppm,

dan 4000 ppm yang selanjutnya disebut sampel minyak. Sampel minyak

selanjutnya disimpan selama tujuh hari dalam inkubator bersuhu 36,9oC untuk

mempercepat oksidasi. Sampel minyak kemudian ditimbang sebanyak 5 gram di

dalam labu erlenmeyer, kemudian ditambahkan 30 ml pelarut yang terdiri dari

(44)

ditambahkan 0,5 ml larutan KI jenuh dan didiamkan 15 menit dalam ruang gelap

sambil dikocok. Iod yang terbentuk dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,01 N

dengan indikator pati 1%. Titrasi dihentikan saat larutan sampel menjadi tidak

berwarna. Hasil pengurangan volume akhir terhadap volume awal larutan

Na2S2O3 0,01 N yang ditunjukan oleh skala pada burret, merupakan volume total

larutan Na2S2O3 0,01 N yang digunakan untuk titrasi sampel. Cara yang sama

dibuat juga untuk penerapan blanko. Nilai bilangan peroksida dinyatakan dengan

miliequivalen per 1 kg minyak atau lemak (Ketaren 1986), yaitu dengan rumus :

miliequivalen / kg bahan = (a - b) x N x 1000 G

Keterangan :

a = jumlah ml larutan Na2S2O3 untuk titrasi sampel b = jumlah ml larutan Na2S2O3 untuk titrasi blanko N = normalitas larutan Na2S2O3

G = berat sampel (g)

3.3.3. Fitokimia (Harborne 1987)

Penentuan kelompok bioaktif yang terdapat dalam ekstrak kijing Taiwan

terpilih dilakukan terhadap tiga jenis senyawa, yaitu alkaloid, triterpenoid/steroid,

dan flavonoid. Menurut Darusman et al (1995), komponen bioaktif yang secara

umum dan dominan terdapat pada jenis kerang-kerangan adalah alkaloid,

triterpenoid/steroid, dan flavonoid.

3.3.3.1. Uji alkaloid (Harborne 1987)

Satu gram sampel dilarutkan dalam 1,52% HCl dan larutan dibagi

dalam tiga tabung reaksi. Tabung 1 ditambah 0,5 larutan asam encer

sebagai pembanding, tabung 2 ditambah pereaksi Dragendorff, dan tabung

3 ditambah pereaksi Mayer. Terbentuknya endapan jingga pada tabung 2

dan endapan kekuningan pada tabung 3 menunjukkan adanya alkaloid.

3.3.3.2. Uji triterpenoid/steroid (Harborne 1987)

Ekstrak dilarutkan dalam 0,5 ml kloroform dan ditambahkan 0,5 ml

asam asetat anhidrat. Larutan selanjutnya ditetesi dengan 12 ml H2SO4

(45)

perbatasan dua pelarut menunjukkan adanya triterpen, sedangkan warna

hijau kebiruan menunjukkan adanya sterol.

3.3.3.3. Uji flavonoid (Harborne 1987)

Sebanyak sampel ditambah serbuk magnesium 0,1 mg dan 0,4 ml

amil alkohol (campuran asam klorida 37% dan etanol 95% dengan volume

sama) dan 4 ml alkohol kemudian campuaran dikocok. Terbentuknya

warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan

adanya flavonoid.

3.3.4. Rancangan Percobaan dan Analisis Data (Steel dan Torrie 1980)

Analisis data dilakukan terhadap hasil pada tahap penelitian pendahuluan

dan penelitian utama. Tahapan penelitian pendahuluan bertujuan untuk

menentukan ekstrak terbaik dari kijing Taiwan berdasarkan jenis pelarut. Faktor

yang digunakan adalah jenis pelarut dengan tiga taraf yaitu n-heksan (pelarut

polar), etil asetat (pelarut semi polar), dan metanol (pelarut nonpolar). Analisis

data dilakukan terhadap hasil dari nilai IC50 yang menunjukkan kemampuan

komponen antioksidan dalam menangkap radikal bebas (dalam pengujian ini

radikal bebas yang digunakan adalah 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH)).

Nilai IC50 menyatakan konsentrasi ekstrak yang dibutuhkan untuk mereduksi

DPPH sebesar 50% (Molyneux 2004).

Penelitian utama dilakukan untuk menentukan ekstrak terbaik dari kijing

Taiwan berdasarkan waktu maserasi. Faktor yang digunakan dalam penelitian ini

adalah waktu maserasi dengan tiga taraf yaitu 24 jam, 48 jam, dan 72 jam.

Analisis data juga dilakukan terhadap hasil dari nilai IC50 yang menunjukkan

kemampuan komponen antioksidan dalam menangkap radikal bebas. Tahapan

aplikasi terhadap emulsi minyak bertujuan untuk menentukan seberapa besar

konsentrasi ekstrak terpilih yang mampu menghambat pembentukan peroksida

dalam sistem emulsi minyak. Faktor yang digunakan adalah konsentrasi ekstrak

dengan empat taraf yaitu 0 ppm, 2000 ppm, 3000 ppm, dan 4000 ppm.

Semua perlakuan pada penelitian ini dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.

Rancangan yang digunakan untuk semua analisis data adalah Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan model:

(46)

Keterangan :

Yij = Respon pengaruh konsentrasi pada taraf i ulangan ke-j = Pengaruh rata-rata umum

αi = Pengaruh konsentrasi pada taraf i

εij = Pengaruh acak (galat percobaan) pada konsentrasi taraf i ulangan ke-j i = n-heksan, etil asetat, metanol (penelitian pendahuluan)

= 24 jam, 48 jam, 72 jam (penentuan waktu maserasi)

= 0 ppm, 2000 ppm, 3000 ppm, dan 4000 ppm (penentuan konsentrasi ekstrak terpilih)

Hipotesis

• Penelitian pendahuluan (penentuan jenis pelarut )

Ho = Jenis pelarut tidak mempengaruhi aktivitas antioksidan ekstrak kijing Taiwan

H1 = Jenis pelarut memengparuhi aktivitas antioksidan ekstrak kijing Taiwan

• Penelitian utama Penentuan waktu maserasi:

Ho = Waktu maserasi tidak mempengaruhi aktivitas antioksidan ekstrak kijing Taiwan

H1 = Waktu maserasi mempengaruhi aktivitas antioksidan ekstrak kijing Taiwan

Penentuan konsentrasi ekstrak terpilih:

Ho = Konsentrasi ekstrak tidak mempengaruhi aktivitas antioksidan ekstrak kijing Taiwan

H1 = Konsentrasi ekstrak mempengaruhi aktivitas antioksidan ekstrak kijing Taiwan

Jika hasil dari pengujian menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda

nyata pada selang 95% (α=0,05) maka dilakukan uji lanjut Duncan. Rumus uji

Rр = nilai kritikal untuk perlakuan yang dibandingkan p = perlakuan

dbs = derajat bebas

kts = jumlah kuadrat tengah

(47)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan ini meliputi ekstraksi senyawa bioaktif dan

penentuan ekstrak terbaik berdasarkan jenis pelarut dengan uji DPPH yang

selanjutnya akan digunakan pada penelitian utama. Hasil ekstraksi dari kijing

Taiwan (Anodonta woodiana Lea.) dinyatakan dalam persentase rendemen.

4.1.1. Ekstraksi Senyawa Bioaktif

Proses ekstraksi kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea.) meliputi

penghancuran sampel, maserasi, penyaringan dan evaporasi. Sampel kijing

Taiwan dibuka cangkangnya dengan bantuan pisau, kemudian diambil daging dan

seluruh organnya. Tahapan maserasi merupakan perendaman daging kijing

Taiwan dalam pelarut tanpa pengadukan. Metode ekstraksi yang digunakan

adalah ekstraksi bertingkat yang dilakukan secara berturut-turut dimulai dengan

pelarut nonpolar (n-heksan), pelarut yang kepolarannya menengah (etil asetat),

dan pelarut polar (metanol). Hasil ekstraksi kijing Taiwan yang dinyatakan dalam

persen rendemen dapat dilihat pada Tabel 3.

Kijing Taiwan yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari Situ

Gede, Bogor. Sampel diambil pada awal bulan September 2008. Ukuran kijing

Taiwan yang diperoleh bervariasi, antara 7 cm – 12 cm. Kondisi sampel pada saat

akan dipreparasi adalah masih hidup, sehingga ekstraksi yang dilakukan adalah

terhadap sampel segar. Kijing Taiwan yang diperoleh disajikan dalam Gambar 6.

Gambar

Gambar 1. Anatomi bivalvia secara umum  Sumber: Bunje (2001)
Tabel 1. Kandungan gizi kijing Taiwan per 100 g bahan
Tabel 2. Beberapa pelarut organik dan sifat fisiknya
Gambar 2.  Reaksi penghambatan antioksidan primer terhadap radikal lipid Sumber: Gordon (1990)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Fermentasi terhadap Kandungan Senyawa Bioaktif dan Aktivitas Antioksidan Buah Bakau Merah ( Rhizophora

Tujuan penelitian ini adalah mengekstrak komponen aktif pada kerang darah dengan tiga jenis pelarut yaitu heksana, etil asetat dan metanol, menguji ekstrak sebagai