• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Buah Jeruk Pamelo (Citrus Grandis (L) Osbeck) ‘Muria Merah’ Berbiji Dan Tanpa Biji Dan Upaya Memperbaiki Daya Simpannya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Buah Jeruk Pamelo (Citrus Grandis (L) Osbeck) ‘Muria Merah’ Berbiji Dan Tanpa Biji Dan Upaya Memperbaiki Daya Simpannya"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK BUAH JERUK PAMELO

(

Citrus grandis

(L.) Osbeck)

‘MURIA MERAH’

BERBIJI DAN TANPA BIJI

DAN UPAYA MEMPERBAIKI DAYA SIMPANNYA

TITISTYAS GUSTI AJI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Karakteristik Buah Jeruk Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck) ‘Muria Merah’ Berbiji dan Tanpa Biji dan Upaya Memperbaiki Daya Simpannya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Titistyas Gusti Aji

(4)

RINGKASAN

TITISTYAS GUSTI AJI. Karakteristik Buah Jeruk Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck) ‘Muria Merah’ Berbiji dan Tanpa Biji dan Upaya Memperbaiki Daya Simpannya. Dibimbing oleh SLAMET SUSANTO, DEWI SUKMA, dan SINTHO WAHYUNING ARDIE.

Indonesia memiliki banyak kultivar pamelo yang berpotensi untuk dikembangkan, di antaranya ada kultivar berbiji, potensial tidak berbiji, dan tanpa biji. Penanganan pascapanen yang tepat dibutuhkan agar buah berkualitas tinggi dapat tersedia lebih lama di pasar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) mengevaluasi perubahan fisik dan kimia buah pamelo Muria Merah berbiji dan tanpa biji dengan aplikasi pelapisan dan pengemasan selama penyimpanan, dan 2) mengidentifikasi pengaruh pelapisan dan pengemasan serta interaksinya terhadap umur simpan buah pamelo Muria Merah berbiji dan tanpa biji. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB, dari bulan April sampai Agustus 2014. Penelitian terdiri atas 2 percobaan terpisah, dimana pada setiap percobaan dilakukan pelapisan dan

wrapping pada buah pamelo. Pada percobaan pertama dan kedua, pelapisan dan pengemasan plastik diaplikasikan berturut-turut pada pamelo Muria Merah 2 (berbiji) dan Muria Merah 1 (tanpa biji). Rancangan percobaan yang digunakan dalam masing-masing percobaan adalah rancangan kelompok lengkap teracak faktorial dengan dua faktor, pelapisan dan pengemasan. Faktor pertama adalah pelapisan terdiri atas tanpa pelapisan, lilin lebah 10%, lilin lebah 5%, dan kitosan. Faktor kedua adalah wrapping terdiri atas tanpa wrapping, wrapping dengan plastik wrap kuning bening, dan wrapping dengan plastik wrap putih bening.

Buah pamelo menunjukkan peningkatan susut bobot, PTT, dan rasio PTT:ATT dan penurunan kekerasan buah, ATT, dan vitamin C selama penyimpanan pada suhu kamar. Buah pamelo Muria Merah berbiji memiliki penurunan bobot, kelunakan kulit buah, tingkat warna kuning pada kulit, tingkat kekerutan kulit, ATT, dan rasio PTT:ATT yang lebih tinggi sedangkan PTT dan vitamin C lebih rendah dibandingkan dengan pamelo Muria Merah tanpa biji sepanjang periode penyimpanan. Perlakuan pelapisan dengan lilin lebah baik 5% dan 10% dikombinasikan wrapping dengan plastik wrap secara signifikan menekan susut bobot buah dan mempertahankan kekerasan buah dibandingkan dengan perlakuan kontrol (tanpa pelapisan dan wrapping). Namun, pelapisan dan

wrapping tidak secara signifikan mempengaruhi kualitas internal buah pamelo Muria Merah berbiji dan tanpa biji. Berdasarkan susut bobot, kekerasan buah, dan preferensi panelis, lilin lebah 5% dan 10% dapat digunakan untuk perlakuan pelapisan. Plastik wrap kuning bening dan putih bening juga dapat digunakan untuk mempertahankan kualitas buah selama penyimpanan. Pelapisan dengan lilin lebah 5% atau 10% yang dikombinasikan dengan wrapping dengan plastik wrap

kuning bening atau putih bening dapat memperpanjang masa simpan buah pamelo Muria Merah berbiji hingga 4 minggu dan Muria Merah tanpa biji hingga 2 minggu, serta mempertahankan kualitas buah pamelo selama penyimpanan

(5)

SUMMARY

TITISTYAS GUSTI AJI. Characterictics of Seeded and Seedless ‘Muria Merah’ Pummelo (Citrus grandis (L.) Osbeck) Fruit and Efforts to Improve Its Shelf Life. Supervised by SLAMET SUSANTO, DEWI SUKMA, dan SINTHO WAHYUNING ARDIE.

Indonesia has many pummelo cultivars that are potential to be developed, among them there are seeded, potential seedless, and seedless cultivars. Proper postharvest handling is needed so that high quality fruits can be available longer in the market. The aims of this study were: 1) to evaluate the physical and chemical change of seeded and seedless Muria Merah pummelo fruit with waxing and wrapping application during storage, and 2) to identify the effect of waxing and wrapping as well as its interaction on shelf life of seeded and seedless Muria Merah pummelo fruit. This research was conducted at Postharvest Laboratory, Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB, Bogor, from April until August 2014. This study consisted of 2 experiments, and in each experiment, coating and plastic packaging were applied on pummelo fruit. In the first and second experiment, coating and plastic packaging were applied to Muria Merah 2 (seeded) and Muria Merah 1 (seedless), respectively. The research design used in each group is complete randomized factorial design with two factors, waxing and packaging. This research was arranged in a randomized complete block design with two factors and three replications. The first factor was waxing treatment consisted of without waxing, 10% bees wax, 5% bees wax, and chitosan. The second factor was wrapping treatment consisted of without wrapping, wrapping using transparent yellow plastic wrap, and wrapping using transparent white plastic wrap.

Pummelo showed an increase in weight loss, TSS, and TSS:TA ratio and a decrease in fruit firmness, TA, and vitamin C storage in room temperature. Seeded Muria Merah showed higher weight loss, yellow peel, wrinkled peel, ATT content, and PTT:ATT ratio than seedless Muria Merah during storage. Seeded Muria Merah has lower fruit firmness, PTT content, and vitamin C content than seedless Muria Merah. Waxing treatment using 5% and 10% bees wax or wrapping treatment using plastic wraps significantly suppressed weight loss and maintained the firmness of pummelo fruit compared to the control treatment (without waxing and wrapping). However, waxing and wrapping treatments did not significantly affect the internal quality of Muria Merah pummelo fruit. Based on the fruit’s weight loss, fruit firmness, and panelist preferences, 5% and 10% bees wax can be used as coating treatment. Both transparent yellow and white plastic wrap can also be used to maintain fruit weight, firmness, and appearance during storage. Coating using 10% or 5% bess wax which combined with wrapping using transparent yellow or transparent white plastic wrap can extend the shelf life of seeded Muria Merah fruit until 4 weeks and seedless Muria Merah fruit until 2 weeks and maintain its quality during storage.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

TITISTYAS GUSTI AJI

KARAKTERISTIK BUAH JERUK PAMELO

(

Citrus grandis

(L.) Osbeck)

‘MURIA MERAH’

BERBIJI DAN TANPA BIJI

(8)
(9)

Judul Tesis : Karakteristik Buah Jeruk Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck) ‘Muria Merah’ Berbiji dan Tanpa Biji dan Upaya Memperbaiki Daya Simpannya.

Nama : Titistyas Gusti Aji NIM : A252120311

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Slamet Susanto, MSc Ketua

Dr Dewi Sukma, SP MSi Dr Sintho Wahyuning Ardie, SP MSi

Anggota Anggota

Diketahui oleh Ketua Program Studi

Agronomi dan Hortikultura

Dr Ir Maya Melati, MS, MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April sampai Agustus 2014 ini adalah pascapanen, dengan judul Karakteristik Buah Jeruk Pamelo (Citrus grandis

(L.) Osbeck) ‘Muria Merah’ Berbiji dan Tanpa Biji dan Upaya Memperbaiki Daya Simpannya.

Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Prof Dr Ir Slamet Susanto, MSc selaku ketua komisi pembimbing, dan Dr Dewi Sukma, SP MSi serta Dr Sintho Wahyuning Ardie, SP MSi selaku anggota komisi pembimbing atas bimbingan, saran, dan motivasi kepada penulis.

2. Dr Ir Maya Melati, MS, MSc selaku Ketua Program Studi Agronomi dan Hortikultura atas bimbingan dan arahan kepada penulis.

3. Dr Ir Ketty Suketi, MSi selaku penguji luar komisi atas saran dan arahan kepada penulis.

4. Penulis juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dana penelitian yang dibiayai oleh DIKTI melalui Hibah Penelitian Kompetensi Nasional Tahun 2014 yang diketuai oleh Prof Dr Ir Slamet Susanto, MSc.

5. Mama Endang Siswati, Papa Sumarsono, Adik Ciptaning Weargo Jati, Adik Linuwih Aluh Prastiti, serta keluarga atas doa, dukungan, bantuan, dan kasih sayang untuk penulis.

6. Bapak Agus dan Ibu Ismi selaku staf Laboratorium Pascapanen Departemen AGH IPB yang telah banyak membantu selama penelitian. 7. Bapak Sukimin beserta keluarga di Magetan, Bapak Sujadi beserta

keluarga di Kudus atas bantuan dan dukungan untuk penulis.

8. Wahyu Fikrinda, Atika Romalasari, Ummu Kalsum, Hafith Furqoni, dan teman-teman Pascasarjana AGH 2012 atas dukungan, bantuan, dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

9. Mas Satrio Harjono atas doa dan motivasi untuk penulis.

Naskah tesis ini sebagian telah dimasukkan ke jurnal AGRIVITA. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, September 2016

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR v

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Hipotesis 3

Manfaat Penelitian 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 3

Pamelo 3

Pelapisan 4

Kemasan Plastik 6

3 METODE 8

Waktu dan Tempat 8

Bahan dan Alat 8

Metode 9

Pelaksanaan Percobaan 9

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 12

Karakter Fisik 12

Karakter Kimia 21

Karakter Sensori 25

5 SIMPULAN DAN SARAN 28

Simpulan 28

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 29

(13)

DAFTAR TABEL

1. Kemasan berbahan polietilen 7

2. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap susut bobot (%) buah pamelo Muria Merah berbiji sepanjang periode

penyimpanan 13

3. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap susut bobot (%) buah pamelo Muria Merah tanpa biji sepanjang periode

penyimpanan 13

4. Interaksi pelapisan dan wrapping terhadap susut bobot (%) buah pamelo Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji

pada 2-8 MSP 14

5. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kelunakan (mm (50 g)-1 (5 detik)-1) buah pamelo Muria Merah berbiji pada

0-12 MSP 15

6. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kelunakan (mm (50 g)-1 (5 detik)-1) buah pamelo Muria Merah tanpa biji pada

0-10 MSP 15

7. Interaksi pelapisan dan wrapping terhadap kelunakan (mm (50 g)-1 (5 detik)-1) buah pamelo Muria Merah berbiji dan Muria

Merah tanpa biji pada 2-8 MSP 16

8. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kekerutan kulit (%) buah pamelo Muria Merah berbiji selama periode

penyimpanan 17

9. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kekerutan kulit (%) buah pamelo Muria Merah tanpa biji selama periode

penyimpanan 17

10.Interaksi pelapisan dan wrapping terhadap kekerutan kulit (%) buah pamelo Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji

pada 2-8 MSP 19

11.Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap warna kulit buah

pamelo Muria Merah berbiji selama periode penyimpanan 20 12.Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap warna kulit buah

pamelo Muria Merah tanpa biji selama periode penyimpanan 20 13.Interaksi pelapisan dan wrapping terhadap warna kulit (%

kuning) buah pamelo Muria Merah berbiji dan Muria Merah

tanpa biji pada 2-8 MSP 21

14.Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kemanisan dan kemasaman buah pamelo Muria Merah berbiji selama periode

penyimpanan 26

15.Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kemanisan dan kemasaman buah pamelo Muria Merah tanpa biji selama

periode penyimpanan 26

16.Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap warna kulit dan kekerutan buah pamelo Muria Merah berbiji selama periode

(14)

17.Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap warna kulit dan kekerutan buah pamelo Muria Merah tanpa biji selama periode

penyimpanan 27

DAFTAR GAMBAR

1. Buah pamelo Muria Merah berbiji dengan berbagai kombinasi

perlakuan pada 8 MSP 18

2. Buah pamelo Muria Merah tanpa biji dengan berbagai

kombinasi perlakuan pada 8 MSP 18

3. Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kandungan PTT dan ATT buah pamelo kultivar Muria Merah berbiji (a dan b)

dan Muria Merah tanpa biji (c dan d).  PTT  ATT 22 4. Pengaruh pelapisan (kiri) dan wrapping (kanan) terhadap rasio

PTT:ATT buah pamelo kultivar Muria Merah berbiji (a dan b) dan Muria Merah tanpa biji (c dan d) selama periode

penyimpanan 24

5. Pengaruh pelapisan (kiri) dan wrapping (kanan) terhadap kandungan vitamin C buah pamelo kultivar Muria Merah berbiji (a dan b) dan Muria Merah tanpa biji (c dan d) selama

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck) merupakan salah satu dari 60 jenis tanaman buah yang menjadi komoditas binaan Direktorat Jenderal Pertanian berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No: 511/Kpts/PD.310/9/2006. Pamelo berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia karena karakteristiknya yang khas, yaitu berukuran besar, memiliki rasa segar, dan masa simpan yang lama (Susanto 2004). Selain keunggulan tersebut, pamelo juga mengandung zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh. Tsai et al. (2007) menyatakan bahwa jus pamelo adalah sumber antioksidan, termasuk di dalamnya vitamin C, fenolik, dan karotenoid, dan menunjukkan kemampuan pengikatan yang baik terhadap berbagai bentuk radikal bebas. Penelitian Oyedepo (2012) menyebutkan bahwa buah pamelo memiliki sifat hipoglikemik dan hipolipidemik, sehingga berguna untuk menurunkan kadar gula darah dan menurunkan kadar lipid dalam darah.

Di Indonesia terdapat banyak kultivar pamelo, antara lain Giri Matang, Merah Asam, Putih Asam, Cikoneng ST, Muria Merah, Muria Putih, Bageng Taji, Nambangan, Magetan, Sri Nyonya, Adas Duku, Bali Merah, Bali Putih, Jawa, Gulung, Maria Sigola-gola, Pangkep Merah, dan Pangkep Putih (Susanto et al.

2013). Selain itu dikenal pula pamelo Raja, Ratu dan Pangkep (Direktorat Tanaman Buah 2003), dan berbagai aksesi yang belum dilepas sebagai varietas. Diantara beragam kultivar pamelo yang terdapat di Indonesia, terdapat beberapa yang potensial menghasilkan buah tanpa biji. Aksesi pamelo berbiji antara lain adalah Cikoneng, Jawa 2, Magetan, Sri Nyonya, Adas Duku, Bali Putih, dan Muria Merah 2. Aksesi potensial tidak berbiji antara lain adalah Nambangan dan Bali Merah 1, sedangkan aksesi pamelo tidak berbiji adalah Jawa 1, Bali Merah 2, Bageng Taji, dan Muria Merah 1 (Rahayu 2012). Muria Merah merupakan kultivar pamelo yang banyak dibudidayakan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Menurut Susanto et al. (2013) terdapat beberapa kultivar Muria Merah, yaitu Muria Merah 1, Muria Merah 2, dan Muria Merah 3. Muria Merah 1 merupakan kultivar yang paling banyak dibudidayakan di Kudus dan merupakan kultivar yang menghasilkan buah tanpa biji. Kultivar Muria Merah 2 dan Muria Merah 3 merupakan jenis kultivar berbiji dan relatif jarang dibudidayakan di Kudus. Buah pamelo Muria Merah 1 memiliki daging buah yang lembut berwarna merah muda, dengan rasa manis dan mengandung banyak air. Buah ini memiliki proporsi dapat dimakan sebesar 52.2%. Buah pamelo Muria Merah 2 memiliki daging buah berwarna merah muda putih dengan rasa asam dan proporsi dapat dimakan sebesar 42.9%. Buah pamelo Muria Merah 1 dan Muria Merah 2 memiliki potensi untuk dikembangkan di Indonesia sebagai salah satu pangan fungsional. Menurut Tsai et al. (2007), pamelo berdaging buah merah merupakan sumber antioksidan yang baik dan menunjukkan kemampuan yang tinggi dalam menangkap berbagai jenis radikal bebas.

(16)

2

pembungkus berbagai makanan yang bertujuan untuk memperpanjang umur simpan produk, yang dapat dikonsumsi bersama-sama dengan makanan baik dengan maupun tanpa pembuangan lapisan tersebut. Pelapisan lilin mampu mempertahankan kualitas fisik dan kimia buah pamelo kultivar Nambangan (Siahaan 1998) dan buah jeruk manis kultivar Blood Red (Shahid dan Abbasi 2011). Penggunaan kitosan sebagai pelapis juga mampu meningkatkan ketahanan buah terhadap cendawan. Pelapisan dengan kitosan mampu mempertahankan kualitas buah jeruk tangor (Chien et al. 2007) dan grapefruit (Abdel-Kader et al.

2011) selama penyimpanan.

Metode pengemasan plastik juga dapat diaplikasikan untuk menjaga kualitas buah selama penyimpanan. Pengemasan buah dengan film polimer yang memiliki permeabilitas terhadap gas tertentu menciptakan kondisi atmosfer termodifikasi di sekitar produk. Hal ini memungkinkan kontrol gas dan selanjutnya dapat mempengaruhi proses fisiologis buah (Lange 2000). Rusmono (1999) melaporkan bahwa plastik white stretch dan stretch memiliki permeabilitas yang berbeda terhadap gas oksigen dan karbondioksida yang kemudian mempengaruhi masa simpan buah-buahan. Wrapping yang diaplikasikan pada

tangelo mampu memberikan efek menguntungkan tidak hanya menjaga kualitas namun juga meningkatkan sifat organoleptik buah (D’Aquino et al. 1998). Sonkar dan Ladaniya (1999) melaporkan bahwa wrapping baik menggunakan heat-shrinkable (LDPE) maupun stretch-cling (LLDPE) pada jeruk mandarin mampu menekan laju kehilangan air, respirasi, pelunakan buah, dan asam tertitrasi total buah. Pengemasan juga berpengaruh terhadap keputusan konsumen untuk membeli suatu produk. Menurut Silayoi dan Speece (2007), penilaian konsumen terhadap kualitas produk sebagian besar dipengaruhi oleh karakteristik produk yang tercermin dari kemasan. Terdapat segmentasi yang kuat pada konsumen terhadap unsur-unsur kemasan. Sebagian besar konsumen berorientasi pada estetika visual, sementara segmen kecil berfokus pada detil produk pada label. Chandran et al. (2009) menyatakan bahwa opasitas (keburaman) kemasan mempengaruhi kesediaan konsumen untuk membeli dan mempengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas. Penggunaan plastik transparan memungkinkan konsumen untuk melihat kualitas visual dan menilai karakteristik suatu produk.

Sampai saat ini kajian penanganan pascapanen jeruk pamelo di Indonesia masih terbatas. Pengetahuan mengenai karakteristik pascapanen dan metode penanganan buah diperlukan untuk mempertahankan kualitas buah dan memperpanjang umur simpan buah pamelo. Berbagai teknologi untuk memperlambat kemunduran pascapanen dapat dikembangkan dengan memahami karakteristik alami buah dan kemunduran mutu pascapanen yang terjadi.

Perumusan Masalah

(17)

3 untuk menghambat kemunduran mutu pascapanen. Salah satu metode untuk mempertahankan kualitas buah setelah dipanen adalah pelapisan dan pengemasan plastik. Informasi mengenai pelapisan dan pengemasan plastik dalam meningkatkan daya simpan buah pamelo masih terbatas. Potensi keragaman pamelo Indonesia dan metode penanganan pascapanen yang tepat merupakan informasi yang berarti bagi berbagai pihak terkait untuk meningkatkan daya simpan buah dan mempertahankan kualitas buah selama penyimpanan.

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengevaluasi perubahan karakteristik fisik dan kimia buah pamelo Muria Merah berbiji dan tanpa biji yang diberi pelapisan dan dikemas plastik selama penyimpanan.

2. Mengidentifikasi pengaruh pelapisan dan pengemasan plastik serta interaksinya terhadap daya simpan buah pamelo Muria Merah berbiji dan tanpa biji.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:

1. Terdapat perbedaan karakteristik fisik dan kimia buah pamelo Muria Merah berbiji dan tanpa biji yang diberi pelapisan dan dikemas plastik selama penyimpanan.

2. Terdapat setidaknya satu jenis pelapis dan pengemasan plastik yang memberikan pengaruh terbaik terhadap peningkatan daya simpan buah pamelo Muria Merah berbiji dan tanpa biji.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan menghasilkan informasi mengenai perubahan karakteristik fisik dan kimia buah pamelo Muria Merah berbiji dan tanpa biji selama penyimpanan. Informasi mengenai metode pascapanen, terutama pelapisan dan pengemasan plastik, serta pengaruhnya terhadap peningkatan daya simpan buah pamelo Muria Merah berbiji dan tanpa biji juga dapat diperoleh melalui penelitian ini.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Pamelo

(18)

4

Kabupaten Sumedang, Pati, Kudus, Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) dan Bireun (Aceh) (Rahayu 2012).

Buah pamelo berukuran besar, dengan diameter rata-rata 15-22 cm, bahkan ada yang lebih dari 30 cm, dengan warna kulit kuning. Daging buah berwarna putih, kekuningan atau merah muda. Bobot buah rata-rata sekitar 1-2 kg, kadang-kadang dapat mencapai 9 kg (Christman 2008). Biji pamelo tidak banyak, berukuran besar dengan permukaan keriput, warnanya kekuningan, dan memiliki embrio tunggal (Niyomdham 1992). Buah pamelo berbiji umumnya berbentuk

spheroid (seperti bola), dan ellipsoid, sedangkan yang tidak berbiji berbentuk

pyriform (seperti buah pir). Kondisi ini membuat buah pamelo tidak berbiji tidak selalu memiliki bagian dapat dimakan yang lebih besar dibanding buah berbiji, karena pada bentuk pyriform bagian atas buah hanya berisi mesokarp dan epikarp (Rahayu 2012).

Di Indonesia terdapat banyak kultivar pamelo, antara lain Giri Matang, Merah Asam, Putih Asam, Cikoneng ST, Muria Merah, Muria Putih, Bageng Taji, Nambangan, Magetan, Sri Nyonya, Adas Duku, Bali Merah, Bali Putih, Jawa, Gulung, Maria Sigola-gola, Pangkep Merah, dan Pangkep Putih (Susanto et al.

2013). Selain itu dikenal pula pamelo Raja, Ratu dan Pangkep (Direktorat Tanaman Buah 2003), dan berbagai aksesi yang belum dilepas sebagai varietas. Diantara beragam aksesi pamelo yang ada di Indonesia, terdapat aksesi berbiji, potensial tidak berbiji, dan tidak berbiji. Aksesi pamelo berbiji antara lain adalah Cikoneng, Jawa 2, Magetan, Sri Nyonya, Adas Duku, Bali Putih, dan Muria Merah 2. Aksesi potensial tidak berbiji antara lain adalah Nambangan dan Bali Merah 1, sedangkan aksesi pamelo tidak berbiji adalah Jawa 1, Bali Merah 2, Bageng Taji, dan Muria Merah 1 (Rahayu 2012).

Muria Merah 1 merupakan kultivar yang paling banyak dibudidayakan di Kudus, Jawa Tengah. Kultivar pamelo ini berbentuk pyriform dan memiliki bobot per buah antara 1.2-2.4 kg. Kulit buah bagian luar berwarna hijau kekuningan dengan ketebalan albedo 15.8-27.8 mm. Daging buahnya lembut berwarna merah muda dengan jumlah biji 0-10 per buah. Buah ini mengandung vitamin C sebesar 50.27 mg (100 g daging buah)-1, ATT 0.50%, dan PTT 9.8°Brix. Muria Merah 2 berbentuk pyriform dan memiliki bobot per buah antara 1.2-2.2 kg. Kulit buah bagian luar berwarna hijau kekuningan dan ketebalan albedo 11.0-16.5 mm. Daging buah berwarna merah muda putih dan jumlah biji 78-194 per buah. Muria Merah 2 memiliki kandungan vitamin C sebesar 31.5 mg (100 g daging buah)-1, ATT 0.52%, dan PTT 8.7°Brix (Susanto et al. 2013).

Suatu tanaman dianggap menghasilkan buah tidak berbiji jika mampu menghasilkan buah tanpa biji sama sekali, biji mengalami aborsi, atau memiliki sejumlah biji yang tereduksi. Jeruk disebut tidak berbiji jika jumlah biji per buah kurang dari lima (Varoquaux et al. 2000) dan disebut berbiji sedikit bila jumlah biji kurang dari 10 (Altaf dan Khan 2007). Pada pamelo yang berukuran besar dengan jumlah juring relatif banyak (9-19 juring per buah), masih dianggap tidak berbiji jika jumlah biji per buah kurang dari 10 (Rahayu 2012).

Pelapisan

(19)

5 dapat dibuat dari polisakarida, protein, dan lemak. Menurut Pavlath dan Orts (2009), pelapis edible merupakan semua jenis bahan yang digunakan sebagai pelapis atau pembungkus berbagai makanan yang bertujuan untuk memperpanjang umur simpan produk, yang dapat dikonsumsi bersama-sama dengan makanan baik dengan maupun tanpa pembuangan lapisan tersebut. Edible film mampu mencegah kehilangan air dan secara selektif memungkinkan pertukaran gas-gas yang penting, seperti oksigen dan karbon dioksida, yang terlibat dalam proses respirasi.

Bahan pelapis terdiri atas polisakarida, lemak, protein, atau resin. Pelapis polisakarida bersifat hidrofilik dan intermediet di antara bahan pelapis dalam hal pertukaran gas dan merupakan penghalang yang kurang baik terhadap kehilangan air. Di antara pelapis berbahan polisakarida adalah turunan selulosa, turunan gums

(getah), pati, kitosan, pektin, dan karagenan. Pelapis berbahan lemak cenderung bersifat lebih permeabel terhadap gas namun mampu menyediakan penghalang yang lebih baik terhadap uap air. Pelapis berbahan lemak terdiri atas lilin dan minyak, di mana pelapis lilin termasuk lilin lebah, carnauba, candelilla, parafin, dan shellac, sedangkan pelapis minyak termasuk minyak sayuran (jagung, kedelai, dan palem-paleman), asam oleat, dan asam asetogliserat. Pelapis berbahan protein memiliki sifat hidrofilik dan terdiri atas protein hewani dan protein nabati. Pelapis protein hewani di antaranya adalah gelatin, telur, whey (air dadih), dan kasein, sedangkan pelapis protein nabati termasuk zein jagung, gluten gandum, kacang tanah, dan kedelai (Olivas dan Barbosa-Canovas 2009; Baldwin dan Hagenmaier 2012). Pelapis berbahan resin merupakan pelapis yang paling tidak permeabel terhadap gas dan intermediet dalam hal resistensi terhadap uap air. Pelapis berbahan resin di antaranya adalah wood rosin dan coumarone indene resin

(Baldwin dan Hagenmaier 2012).

Lilin lebah merupakan hasil sekresi lebah madu saat membangun sarang lebah. Lilin ini diambil dengan cara mensentrifugasi madu yang berasal dari lilin sarang lebah kemudian melelehkannya dengan menggunakan air panas, penguapan, atau penjemuran. Lilin ini kemudian disempurnakan dengan tanah diatom dan karbon aktif, dan akhirnya diputihkan dengan permanganat atau bikromat. Lilin lebah bersifat sangat plastis pada suhu ruang namun menjadi rapuh pada suhu dingin. Lilin ini merupakan pelapis yang paling mudah larut di antara pelapis berbahan lemak lainnya (Hall 2012).

Lilin yang secara komersial digunakan sebagai pelapis edible merupakan asam lemak berantai panjang yang berasal dari lilin lebah, parafin, dan carnauba. Lilin umumnya digunakan untuk melapisi buah dan sayuran untuk menekan kehilangan air selama penyimpanan dan untuk memperpanjang umur simpan. Buah dan sayuran pada umumnya memiliki lapisan lilin alami yang membantu menahan air, karena produk hortikultura mengandung 80% – 90% air. Lilin diaplikasikan pada produk untuk menggantikan lapisan lilin alami yang hilang selama pencucian. Pelapisan lilin juga dapat membantu menghambat pertumbuhan jamur, melindungi dari luka memar, dan meningkatkan penampilan (McHugh dan Avena-Bustillos 2012).

(20)

6

kualitas visual buah pamelo kultivar Nambangan. Penelitian Shahid dan Abbasi (2011) menunjukkan bahwa pelapisan dengan menggunakan lilin lebah 5% mampu mempertahankan bobot, kekerasan, pH jus, padatan terlarut total (PTT), asam tertitrasi total (ATT), dan asam askorbat dari buah jeruk manis kultivar Blood Red.

Kitosan juga dapat digunakan sebagai bahan pelapis buah. Kitosan diproduksi secara komersial melalui deasetilasi kitin yang merupakan elemen struktural dalam eksoskeleton krustasea (kepiting, udang, dll) dan dinding sel jamur (Ujang et al. 2011). Kitosan tidak larut dalam air sehingga harus digunakan larutan pelapis yang terdiri atas asam organik lemah (asam asetat). Kitosan telah terbukti dapat menjadi pengawet makanan alami, meskipun mekanisme antimikroba yang terlibat belum dapat dijelaskan dengan baik. Diyakini bahwa molekul bermuatan positif dari kitosan berinteraksi dengan molekul bermuatan negatif dari membran sel mikroba yang selanjutnya menyebabkan perubahan permeabilitas sel mikroba yang dapat menyebabkan kebocoran konstituen sel. Pelapisan dengan kitosan mampu meningkatkan umur simpan dan menjaga kualitas buah dan sayuran dengan mengurangi tingkat respirasi, menghambat perkembangan mikroba, dan menunda pematangan. Kitosan dianggap sebagai pelapis ideal untuk buah dan sayuran, terutama karena dapat membentuk lapisan yang baik di permukaan produk dan dapat mengontrol pertumbuhan mikroba (No

et al. 2007).

Penggunaan kitosan sebagai pelapis dilaporkan mampu meningkatkan ketahanan buah terhadap fungi. Pelapisan jeruk tangor dengan kitosan mampu mempertahankan kekerasan buah, kandungan asam askorbat, dan kadar air. Selain itu, buah yang dilapisi dengan kitosan menunjukkan resistensi terhadap serangan fungi dan kualitas buah dapat dipertahankan lebih lama (Chien et al. 2007). Penelitian Abdel-Kader et al. (2011) menunjukkan bahwa pelapisan dengan menggunakan kitosan atau lilin carnauba pada buah grapefruit dapat digunakan untuk menghambat pembusukan dan memberikan perlindungan yang lama terhadap buah selama penyimpanan dan proses penanganan.

Kemasan Plastik

(21)

7 kemasan harus dapat menahan cahaya atau melewatkan cahaya, tergantung kebutuhan, (h) kemasan dapat membantu dalam penyajian eceran, (i) kemasan didesain sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pembuangan, penggunaan ulang, atau pendaurulangan, serta (j) biaya kemasan harus serendah mungkin.

Kemasan dapat tersusun dari berbagai jenis bahan, antara lain kayu, kain, kertas, dan plastik. Plastik banyak digunakan sebagai bahan kemasan produk hortikultura karena memiliki beberapa kelebihan, yaitu relatif murah, merupakan penghalang yang baik terhadap air dan gas, dapat disegel untuk mencegah kebocoran, cocok untuk pengisian dengan kecepatan tinggi, kuat, memudahkan penanganan, ringan, dan melekat erat dengan produk sehingga tidak membutuhkan ruang yang banyak selama penyimpanan dan distribusi (Fellows 2000). Smith et al. (2005) membagi bahan kemasan plastik menjadi selulosa, polietilen, polyester, poliamida, polipropilen, polistiren, polivinil klorida, poliviniliden klorida, etilen vinil asetat, etilen vinil alkohol, dan ionomer. Polietilen merupakan polimer yang paling umum digunakan pada kemasan makanan. Polietilen diproduksi melalui polimerisasi etilen. Terdapat 3 jenis utama plastik polietilen, yaitu high-density polyethylene (HDPE), low-density

polyethylene (LDPE), dan linear low-density polyethylene (LLDPE). Penggunaan

polietilen sebagai bahan kemasan dirangkum pada Tabel 1. Tabel 1 Kemasan berbahan polietilen

Jenis Plastik Penggunaan

ULDPE (Ultra Low-Density Polyethylene)

Karung berkekuatan tinggi, karung goni, plastik mulsa, kemasan untuk keju, daging, dan kopi

LLDPE (Linear Low-Density Polyethylene)

Kemasan makanan, karung berkekuatan rendah-medium, kemasan tekstil

LDPE (Low-Density

Polyethylene) Kemasan untuk produk pertanian, wrap, bubble wrap

MDPE (Medium-Density

Polyethylene)

Tas khusus untuk barang dagangan, amplop plastik, kemasan untuk produk terolah minimal

HDPE (High-Density

Menurut Smith et al. (2005) low-density polyethylene (polietilen densitas rendah; LDPE) dapat disegel menggunakan panas, bebas bau, dan menyusut bila dipanaskan. Film LDPE merupakan penghalang air yang baik namun memiliki permeabilitas gas yang relatif tinggi. Plastik LDPE relatif lebih murah daripada film plastik lainnya dan digunakan secara luas untuk berbagai pengemasan. High-density polyethylene (polietilen densitas tinggi; HDPE) memiliki rantai cabang yang lebih sedikit daripada LDPE. Hal ini berakibat pada sifat yang lebih kuat, lebih tebal, fleksibilitas dan transparansi yang lebih rendah, serta permeabilitas terhadap gas dan air yang lebih buruk daripada LDPE. Linear low-density polyethylene (polietilen densitas linear rendah; LLDPE) memiliki susunan molekul yang lebih tinggi secara linear dan merupakan kombinasi transparansi LDPE dan kekuatan HDPE. Menurut Fellows (2000), stretch-wrapping dapat dilakukan dengan menggunakan film LDPE yang lebih tipis daripada

(22)

8

dengan ketebalan 17-24 µm. LLDPE memiliki kekuatan dan daya tahan yang lebih baik daripada LDPE. Sifat menempel pada LDPE maupun LLDPE hanya terdapat pada satu sisi untuk memaksimalkan pelekatan antara film dengan produk dan meminimalkan pelekatan antar kemasan yang berdekatan.

Berbagai penelitian telah dilakukan terkait penggunaan kemasan plastik untuk memperpanjang daya simpan dan meningkatkan kualitas buah selama distribusi dan pemasaran. Sonkar dan Ladaniya (1999) menyatakan bahwa

wrapping baik menggunakan heat-shrinkable (LDPE) maupun stretch-cling

(LLDPE) pada jeruk mandarin mampu menekan laju kehilangan air, respirasi, pelunakan buah, dan asam tertitrasi total buah. Namun, penerimaan konsumen secara umum dan rasa buah paling tinggi tercatat pada perlakuan stretch-cling

daripada heat-shrinkable. Rodov et al. (2000) menyatakan bahwa susut bobot terendah dan kekerasan buah tertinggi tercatat pada perlakuan wrapping pada grapefruit. Penggunaan plastik polietilen juga secara umum lebih baik untuk mengontrol susut bobot daripada pelapisan menggunakan lilin. Tabatabaekoloor (2012) melaporkan bahwa wrapping dengan menggunakan polietilen mampu mempertahankan bobot buah jeruk Thompson selama penyimpanan. Wrapping

juga mampu mempertahankan kekerasan buah serta penampilan buah.

3

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga Agustus 2014. Percobaan pada Muria Merah 1 (tanpa biji) dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2014, sedangkan percobaan pada Muria Merah 2 (berbiji) dilakukan pada bulan April-Juli 2014. Pemanenan buah dilakukan di Kudus, sedangkan pengujian kualitas buah dilakukan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB, Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah 2 kultivar pamelo, yang terdiri atas pamelo berbiji dan tanpa biji. Kultivar pamelo berbiji yang digunakan adalah kultivar Muria Merah 2 sedangkan kultivar pamelo tanpa biji yang digunakan adalah Muria Merah 1. Bahan pelapis yang digunakan adalah lilin lebah dan kitosan sedangkan bahan pengemas yang digunakan adalah plastik wrap. Analisis kualitas buah dilakukan dengan menggunakan larutan iodium 0.01 N, larutan NaOH 0.1 N, aquades, phenolphthalein, dan larutan amilum 1%.

(23)

9 Metode

Penelitian ini terdiri atas 2 percobaan terpisah, dimana pada setiap percobaan dilakukan pelapisan dan pengemasan plastik pada buah pamelo. Pada percobaan pertama dan kedua, pelapisan dan pengemasan plastik diaplikasikan berturut-turut pada pamelo Muria Merah 2 (berbiji) dan Muria Merah 1 (tanpa biji). Rancangan penelitian yang digunakan dalam masing-masing penelitian adalah rancangan kelompok lengkap teracak faktorial dengan dua faktor, pelapisan dan pengemasan. Terdapat 4 taraf pelapisan; tanpa pelapis (W0), pelapisan menggunakan 10% lilin lebah (W1), pelapisan menggunakan 5% lilin lebah (W2), dan pelapisan menggunakan 1.5% kitosan (W3); dan 3 taraf pengemasan; tanpa kemasan (P0), dikemas menggunakan plastik wrap kuning transparan (P1), dan dikemas menggunakan plastik wrap putih transparan (P2). Percobaan dilakukan dalam 3 ulangan sehingga terdapat 36 unit percobaan. Terdapat 11 buah dalam setiap unit percobaan, dimana 3 buah digunakan untuk analisis non-destruktif dan 8 buah digunakan untuk analisis destruktif. Total buah yang dianalisis pada tiap kultivar adalah 396 buah. Model umum dari rancangan percobaan tersebut adalah :

αi = pengaruh perlakuan pelilinan ke-i

βj = pengaruh perlakuan pengemasan ke-j

(αβ)ij = pengaruh interaksi antara perlakuan pelilinan ke-i dan pengemasan ke-j

εijk = pengaruh galat percobaan pada perlakuan pelilinan ke-i, perlakuan

pengemasan ke-j, dan ulangan ke-k i = 1, 2, 3, 4

j = 1, 2, 3 k = 1, 2, 3

Data parametrik yang diperoleh diuji menggunakan uji F pada taraf nyata (α) = 0.05. Jika hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh secara signifikan, dilakukan uji lanjut Duncan multiple range test (DMRT). Data non-parametrik yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif.

Pelaksanaan Percobaan

(24)

10

pelapisan pada buah dengan merendam buah di dalam larutan pelapis selama 60 detik, kemudian buah dikeringanginkan selama ± 24 jam dan dikemas. Buah pamelo disimpan dalam ruangan dengan kisaran suhu 24 sampai 27 °C dengan kelembaban 70 sampai 80%.

Pengamatan dilakukan terhadap karakter fisik, kimia, dan sensori. Karakter fisik terdiri atas susut bobot, kelunakan, dan pengamatan visual buah. Karakter kimia terdiri atas padatan terlarut total (PTT), asam tertitrasi total (ATT), rasio PTT:ATT, dan kandungan vitamin C. Karakter sensori dilakukan untuk mengetahui kesukaan panelis terhadap rasa dan penampilan buah. Pengamatan karakter eksternal dan internal dilakukan setiap 2 minggu, mulai dari 0 minggu setelah perlakuan (MSP) hingga 12 MSP. Uji organoleptik dilakukan pada 4, 8, dan 12 MSP.

1. Karakter Fisik Susut Bobot

Buah pamelo yang telah dikemas diamati perubahan bobotnya dengan cara mengukur dengan menggunakan timbangan analitik. Penghitungan susut bobot dilakukan berdasarkan persentase penurunan bobot buah sejak awal penyimpanan hingga akhir penyimpanan. Persamaan yang digunakan untuk menghitung susut bobot adalah sebagai berikut:

Susut bobot (%) = Wo-WtWo x 100% Dimana:

Wo = bobot buah pada 0 MSP (g) Wt = bobot buah pada t MSP (g) Kelunakan Buah

Pengukuran kelunakan buah dilakukan dengan alat penetrometer elektrik, berdasarkan daya penetrasi jarum terhadap kulit pamelo. Nilai kelunakan diperoleh dari rata-rata 3 kali pengukuran, masing-masing pada ujung, tengah, dan pangkal buah. Tusukan dilakukan selama 5 detik, dengan beban yang digunakan adalah 50 g. Angka yang terbaca setelah penusukan selama 5 detik dinyatakan sebagai tingkat kelunakan buah dan dinyatakan dalam mm (50 g)-1 (5 detik)-1.

Semakin besar angka yang diperoleh, semakin tinggi tingkat kelunakan buah. Pengamatan Visual

Pengamatan dilakukan dengan membagi buah menjadi 8 bagian kemudian diamati tingkat kekerutan kulit buah dan warna kulit buah. Persentase kekerutan dan warna kuning digunakan untuk menilai tingkat kekerutan buah. dan warna kulit buah

2. Karakter Kimia

Padatan Terlarut Total (PTT)

(25)

11

Asam Tertitrasi Total (ATT)

Daging buah pamelo dihaluskan kemudian disaring dengan menggunakan kain saring untuk mendapatkan sarinya. Kemudian diambil 10 g sari buah pamelo dan dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml kemudian dilarutkan dengan aquades sampai tanda tera lalu dikocok. Selanjutnya diambil 25 ml filtrat dan diberi 3 tetes indikator phenolphthalein kemudian dititrasi dengan menggunakan NaOH 0.1 N sampai berubah warna menjadi merah muda (pink) (AOAC 1995). Penghitungan asam tertitrasi total dilakukan dengan menggunakan rumus:

ATT (%) = V x N x fp x BE W x 100% Dimana:

ATT = Asam Tertitrasi Total (%) V = volume NaOH 0.1 N (ml) N = normalitas larutan NaOH

fp = faktor pengencer (volume labu takar/ml filtrat yang diambil) BE = bobot ekuivalen

W = bobot contoh (g) Rasio PTT:ATT

Pengukuran dilakukan dengan membandingkan antara kandungan PTT dan ATT setiap perlakuan.

Kandungan Vitamin C

Pengukuran kandungan vitamin C (asam askorbat) dilakukan berdasarkan metode titrasi iodium. Sari buah jeruk diambil sebanyak 25 ml dan ditera ke dalam 250 ml dengan menambahkan aquades. Selanjutnya diambil 25 ml filtrat dengan pipet dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer berukuran 100 ml. Setelah itu ditambahkan 2 ml larutan amilum 1% sebagai indikator. Kemudian dititrasi dengan 0.01 N larutan iodium standar sampai terbentuk warna biru ungu yang konstan (AOAC 1995). Kadar vitamin C dapat dihitung dengan rumus:

Vit. C (mg/100g bahan) = ml I2 0.01 N x 0.88 x fp x 100bobot contoh (g)

3. Karakter Sensori

(26)

12

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses metabolisme yang terjadi selama penyimpanan menyebabkan berbagai perubahan kualitas buah. Terjadi peningkatan susut bobot dan peningkatan kelunakan kulit buah pamelo kultivar terpilih sepanjang periode penyimpanan. Perubahan visual juga terjadi pada kulit buah, yaitu perubahan warna kulit dari kehijauan pada awal penyimpanan menjadi kekuningan pada akhir penyimpanan. Terjadi peningkatan kekerutan kulit buah pamelo dari mulus menjadi keriput. Perubahan kimiawi juga terjadi selama periode penyimpanan, yaitu peningkatan kadar PTT dan rasio PTT:ATT serta penurunan kadar ATT dan kandungan vitamin C. Tingkat kesukaan panelis terhadap kualitas rasa dan kualitas visual buah juga mengalami penurunan seiring bertambahnya periode penyimpanan.

Buah tanpa pelapis dan buah yang dilapisi dengan kitosan hanya dapat disimpan hingga 8 MSP pada kultivar Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji. Perlakuan pelapisan lilin lebah dan wrapping mampu memperpanjang masa simpan buah pamelo pamelo Muria Merah berbiji hingga 12 MSP dan buah pamelo Muria Merah tanpa biji hingga 10 MSP. Menurut Pascall dan Lin (2013) kitosan merupakan pelapis dengan bahan dasar polisakarida yang memiliki sifat menahan oksigen yang baik tetapi merupakan penghalang air yang buruk, sedangkan lilin lebah merupakan pelapis dengan bahan dasar lipid dan mampu menahan kelembaban dengan baik. Kemampuan menahan air yang kurang baik pada pelapis kitosan menyebabkan kehilangan air yang besar yang selanjutnya menurunkan daya simpan buah.

Karakter Fisik

Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa susut bobot buah pamelo semua kultivar meningkat sepanjang periode penyimpanan. Perlakuan pelapisan dan

wrapping secara umum mampu mempertahankan bobot buah selama periode

penyimpanan. Perlakuan pelapisan dengan menggunakan lilin lebah memiliki buah dengan susut bobot 18.37%, dan 18.09% berturut-turut pada kultivar Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji pada akhir periode penyimpanan. Perlakuan wrapping juga mampu mempertahankan bobot buah. Buah pamelo kultivar Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji berturut-turut memiliki susut bobot 17.10%, dan 18.09% (Tabel 2 dan Tabel 3).

Hasil yang serupa dijumpai pada grapefruit (Rodov et al. 2000), jeruk manis (Shahid dan Abbasi 2011), dan tangerine (Boonyakiat et al. 2012; Hassan

et al. 2014). Buah yang diberi perlakuan pelapisan memiliki persentase susut bobot lebih rendah daripada buah yang tidak dilapis. Perlakuan pengemasan plastik pada lemon (Cohen et al. 1990; Piga et al. 1997), mandarin (Tariq et al.

2004), dan jeruk manis (D’Aquino et al. 2001; Rab et al. 2010; Tabatabaekoloor 2012) juga dilaporkan menunjukkan pengaruh yang serupa terhadap penghambatan laju susut bobot buah.

(27)

13 Ladaniya (2008), buah jeruk mengandung 80-85% air dan kulit buah jeruk kehilangan air lebih cepat daripada daging buah selama penyimpanan. Pelapisan dan pengemasan mampu menekan laju transpirasi buah sehingga laju kehilangan air dapat ditekan dan mempertahankan kualitas visual buah. Pelapisan dan pengemasan berfungsi sebagai penghalang antara buah dengan lingkungan luar. Adanya penghalang ini menghambat kehilangan air dari dalam buah dan selanjutnya menekan susut bobot buah.

Tabel 2 Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap susut bobot (%) buah pamelo Muria Merah berbiji sepanjang periode penyimpanan

Perlakuan Umur Simpan (Minggu Setelah Perlakuan) 2 4 6 8 10 12

Tabel 3 Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap susut bobot (%) buah pamelo Muria Merah tanpa biji sepanjang periode penyimpanan

Perlakuan Umur Simpan (Minggu Setelah Perlakuan) 2 4 6 8 10

(28)

14

plastik wrap kuning maupun plastik wrap putih menghasilkan buah dengan susut bobot terendah pada pamelo Muria Merah berbiji dan tanpa biji (Tabel 4). Perlakuan pelapisan dan wrapping secara umum mampu menekan susut bobot buah pamelo dibandingkan buah tanpa pelapis dan tanpa wrapping.

Tabel 4 Interaksi pelapisan dan wrapping terhadap susut bobot (%) buah pamelo Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji pada 2-8 MSP

Kultivar Perlakuan Tanpa Wrap Wrap Tanpa Wrap Wrap

Wrapping Kuning Putih Wrapping Kuning Putih

Muria Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada tiap umur simpan menunjukkan berbeda nyata menurut Uji DMRT pada taraf 0.05. MSP: Minggu Setelah Perlakuan.

Buah pamelo mengalami peningkatan kelunakan buah sepanjang periode penyimpanan (Tabel 5 dan Tabel 6). Perlakuan pelapisan dan pengemasan mampu mempertahankan kekerasan buah pamelo Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji pada penyimpanan minggu ke 2, 4, 6, dan 8 dibandingkan dengan buah yang tidak dilapis dan dikemas. Pada 8 MSP, perlakuan pelapisan dengan menggunakan lilin lebah memiliki buah dengan kelunakan 16.96 mm (50 g)-1 (5 detik)-1 dan 17.79 mm (50 g)-1 (5 detik)-1 berturut-turut pada kultivar Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji. Perlakuan wrapping juga mampu mempertahankan susut bobot buah hingga akhir periode penyimpanan. Buah pamelo kultivar Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji dengan perlakuan wrapping berturut-turut memiliki kelunakan sebesar 17.22 mm (50 g)-1

(5 detik)-1 dan 17.79 mm (50 g)-1 (5 detik)-1.

(29)

15 dikemas plastik memiliki kekerasan buah yang lebih tinggi dibandingkan dengan buah yang tidak dikemas.

Integritas dinding sel mengalami penurunan dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Kelunakan kulit pada buah terjadi akibat adanya perubahan protopektin yang tidak larut air berubah menjadi pektin yang larut air yang menyebabkan kekerasan kulit buah menjadi menurun dan buah menjadi lunak (Seymour et al. 1993). Pektin dan hemiselulosa mengalami depolimerisasi yang diduga berpengaruh terhadap pelunakan dan disintegrasi dinding sel (Vicente et al.

2007). Perlakuan pelapisan dan pengemasan menjaga kekerasan buah dengan mekanisme yang serupa dengan pengemasan atmosfer terkendali (controlled atmosphere packaging), yaitu dengan menekan laju respirasi dan transpirasi, menekan senesen, dan menekan laju degradasi dinding sel. Pelapisan dan

wrapping membantu mengurangi kehilangan air yang selanjutnya

mempertahankan turgor buah.

Tabel 5 Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kelunakan (mm (50 g)-1 (5

detik)-1) buah pamelo Muria Merah berbiji pada 0-12 MSP Perlakuan Umur Simpan (Minggu Setelah Perlakuan)

0 2 4 6 8 10 12 Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada tiap umur simpan

menunjukkan berbeda nyata menurut Uji DMRT pada taraf 0.05. MSP: Minggu Setelah Perlakuan.

Tabel 6 Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kelunakan (mm (50 g)-1 (5 detik)-1) buah pamelo Muria Merah tanpa biji pada 0-10 MSP

Perlakuan Umur Simpan (Minggu Setelah Perlakuan) 0 2 4 6 8 10 Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada tiap umur simpan

(30)

16

Interaksi perlakuan pelapisan dan wrapping terhadap kelunakan buah pamelo muncul pada 2- 8 MSP pada kultivar Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji (Tabel 7). Buah pamelo Muria Merah berbiji yang tidak dilapis dan dikemas mengalami peningkatan pelunakan terbesar pada 8 MSP, sedangkan pamelo Muria Merah tanpa biji mengalami peningkatan pelunakan terbesar pada 2 MSP. Peningkatan kelunakan pada Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji masing-masing sebesar 12.89 dan 10.59. Peningkatan kelunakan pada pamelo Muria Merah berbiji relatif lebih tinggi daripada pamelo Muria Merah tanpa biji selama periode penyimpanan.Perlakuan pelapisan lilin lebah baik 5% maupun 10%, yang dikombinasikan dengan wrapping baik dengan plastik wrap kuning maupun plastik wrap putih menghasilkan buah dengan kelunakan terendah pada pamelo Muria Merah berbiji. Perlakuan pelapisan lilin lebah 10% yang dikombinasikan dengan wrapping baik menggunakan plastik wrap kuning maupun putih menghasilkan buah dengan tingkat kelunakan terendah pada akhir periode penyimpanan pamelo Muria Merah tanpa biji (Tabel 7). Perlakuan pelapisan dan wrapping secara umum mampu mempertahanakan kekerasan buah pamelo dibandingkan buah tanpa pelapis dan tanpa wrapping.

Tabel 7 Interaksi pelapisan dan wrapping terhadap kelunakan (mm (50 g)-1 (5

detik)-1) buah pamelo Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji pada 2-8 MSP

Kultivar Perlakuan Tanpa Wrap Wrap Tanpa Wrap Wrap

Wrapping Kuning Putih Wrapping Kuning Putih

Muria Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada tiap umur simpan

menunjukkan berbeda nyata menurut Uji DMRT pada taraf 0.05. MSP: Minggu Setelah Perlakuan.

(31)

17 memiliki buah dengan tingkat kekerutan 59.72% dan 60.42% berturut-turut pada kultivar Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji. Perlakuan wrapping

juga mampu mempertahankan kemulusan buah hingga akhir periode penyimpanan. Buah pamelo kultivar Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji dengan perlakuan wrapping berturut-turut memiliki tingkat kekerutan 61.46% dan 65.63% (Gambar 1 dan Gambar 2).

Kehilangan bobot buah dan kadar air dari kulit terutama disebabkan oleh transpirasi buah, di mana air bergerak keluar dan mengakibatkan kulit menjadi layu dan keriput (Wills et al. 2007). Pada jeruk manis dan mandarin, kehilangan air sebesar 5-6% dapat menyebabkan perubahan dalam penampilan buah dan kekerasan kulit buah yang selanjutnya berakibat pada kerugian ekonomi (Ladaniya 2008). Kehilangan air merupakan penyebab utama menurunnya kualitas buah pascapanen. Penurunan turgiditas sel akibat kehilangan air menyebabkan pengerutan dan menurunkan kualitas visual buah. Pelapisan dan pengemasan digunakan untuk menekan kehilangan air dari buah, mencegah pengerutan, dan memperlambat pematangan yang kemudian mempertahankan kualitas buah (Tabatabaekoloor 2012; Hassan et al. 2014).

Tabel 8 Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kekerutan kulit (%) buah pamelo Muria Merah berbiji selama periode penyimpanan

Perlakuan Umur Simpan (Minggu Setelah Perlakuan) 2 4 6 8 10 12 Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada tiap umur simpan

menunjukkan berbeda nyata menurut Uji DMRT pada taraf 0.05. MSP: Minggu Setelah Perlakuan.

Tabel 9 Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kekerutan kulit (%) buah pamelo Muria Merah tanpa biji selama periode penyimpanan

Perlakuan Umur Simpan (Minggu Setelah Perlakuan) 2 4 6 8 10 Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada tiap umur simpan

(32)

18

Perlakuan Tanpa Pelapisan Lilin Lebah

10% Lilin Lebah 5% Kitosan

Tanpa

Wrapping

Wrap Kuning

Wrap Putih

Gambar 1 Buah pamelo Muria Merah berbiji dengan berbagai kombinasi perlakuan pada 8 MSP

Perlakuan Tanpa Pelapisan Lilin Lebah

10% Lilin Lebah 5% Kitosan

Tanpa

Wrapping

Wrap Kuning

Wrap Putih

Gambar 2 Buah pamelo Muria Merah tanpa biji dengan berbagai kombinasi perlakuan pada 8 MSP

(33)

19 Merah tanpa biji yang tidak dilapis dan dikemas mengalami peningkatan kekerutan terbesar pada 6 MSP, masing-masing sebesar 16.67% dan 20.84%. Peningkatan kekerutan pada pamelo Muria Merah berbiji relatif lebih cepat daripada pamelo Muria Merah tanpa biji selama periode penyimpanan. Perlakuan pelapisan dengan lilin lebah, baik 10% maupun 5% yang dikombinasikan dengan

wrapping baik menggunakan plastik wrap putih maupun kuning secara umum menghasilkan tingkat kemulusan buah paling tinggi pada pamelo Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji pada 8 MSP.

Tabel 10 Interaksi pelapisan dan wrapping terhadap kekerutan kulit (%) buah pamelo Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji pada 2-8 MSP Kultivar Perlakuan Tanpa Wrap Wrap Tanpa Wrap Wrap

Wrapping Kuning Putih Wrapping Kuning Putih

Muria Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada tiap umur simpan

menunjukkan berbeda nyata menurut Uji DMRT pada taraf 0.05. MSP: Minggu Setelah Perlakuan.

Perubahan lain yang terjadi selama penyimpanan adalah perubahan warna. Pada awal penyimpanan, buah pamelo berwarna hijau dan berubah menjadi kuning pada akhir penyimpanan (Gambar 1 dan Gambar 2). Perlakuan pelapisan dan pengemasan mampu mempertahankan warna hijau pada kulit buah pamelo Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji pada penyimpanan minggu ke 2, 4, 6, dan 8 dibandingkan dengan buah yang tidak dilapis dan dikemas. Pada 8 MSP, perlakuan pelapisan dengan menggunakan lilin lebah memiliki buah dengan persentase warna kuning sebesar 50.69% dan 48.61% berturut-turut pada kultivar Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji (Tabel 11). Perlakuan wrapping

(34)

20

Tabel 11 Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap warna kulit buah pamelo Muria Merah berbiji selama periode penyimpanan

Perlakuan Umur Simpan (Minggu Setelah Perlakuan)

0 2 4 6 8 10 12 Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada tiap umur simpan

menunjukkan berbeda nyata menurut Uji DMRT pada taraf 0.05. MSP: Minggu Setelah Perlakuan.

Tabel 12 Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap warna kulit buah pamelo Muria Merah tanpa biji selama periode penyimpanan

Perlakuan Umur Simpan (Minggu Setelah Perlakuan) 0 2 4 6 8 10 Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada tiap umur simpan

menunjukkan berbeda nyata menurut Uji DMRT pada taraf 0.05. MSP: Minggu Setelah Perlakuan.

Hilangnya warna hijau terjadi karena degradasi klorofil dan peningkatan karotenoid selama periode penyimpanan (Boonyakiat et al. 2012; Machado et al.

2012). Perlakuan pelapisan dengan lilin lebah dan wrapping mampu memperlambat proses metabolisme dan degradasi klorofil yang selanjutnya mempertahankan warna kulit buah tetap kehijauan hingga akhir periode penyimpanan.

Interaksi perlakuan pelapisan dan wrapping terhadap warna kulit buah pamelo muncul pada 2- 8 MSP pada kultivar Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji (Tabel 13). Warna kulit buah pamelo Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji yang tidak diberi pelapisan dan pengemasan pada 8 MSP berturut-turut adalah 83.33% dan 70.83% berwarna kuning. Peningkatan warna kuning pada kulit buah pamelo Muria Merah berbiji relatif lebih cepat daripada pamelo Muria Merah tanpa biji selama periode penyimpanan. Perlakuan pelapisan dengan lilin lebah, baik 10% maupun 5% yang dikombinasikan dengan wrapping

(35)

21 tingkat warna kuning terendah pada buah pamelo Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji pada 8 MSP.

Tabel 13 Interaksi pelapisan dan wrapping terhadap warna kulit (% kuning) buah pamelo Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji pada 2-8 MSP Kultivar Perlakuan Tanpa Wrap Wrap Tanpa Wrap Wrap

Wrapping Kuning Putih Wrapping Kuning Putih

Muria Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada tiap umur simpan menunjukkan berbeda nyata menurut Uji DMRT pada taraf 0.05. MSP: Minggu Setelah Perlakuan.

Karakter Kimia

Terjadi peningkatan kandungan PTT dan rasio PTT:ATT dan penurunan kandungan ATT selama periode penyimpanan. Perlakuan pelapisan, pengemasan, dan interaksinya tidak berpengaruh terhadap kandungan PTT dan ATT buah sepanjang periode penyimpanan. Hasil yang serupa dilaporkan oleh Piga et al.

(1997) yang meneliti pengemasan dan pelapisan pada lemon, Rodov et al. (2000) yang meneliti pengemasan dan pelapisan pada grapefruit, dan Tariq et al. (2004) yang mempelajari pengemasan pada jeruk.

Buah pamelo Muria Merah berbiji tanpa perlakuan pelapisan dan pengemasan memiliki kandungan PTT sebesar 7.70oBrix pada awal penyimpanan

dan meningkat menjadi 9.07oBrix pada penyimpanan minggu ke-8. Kandungan PTT buah pamelo Muria Merah tanpa biji adalah 9.07oBrix pada 0 MSP dan 10.47oBrix pada 8 MSP (Gambar 3). Kandungan PTT buah pamelo Muria Merah

(36)

22

Tanpa Pelapisan Lilin Lebah 10% Lilin Lebah 5% Kitosan

Tanpa Pelapisan Lilin Lebah 10% Lilin Lebah 5% Kitosan

0,25

Tanpa Pelapisan Lilin Lebah 10% Lilin Lebah 5% Kitosan

Tanpa Pelapisan Lilin Lebah 10% Lilin Lebah 5% Kitosan

0,25

Gambar 3 Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kandungan PTT dan ATT buah pamelo kultivar Muria Merah berbiji (a dan b) dan Muria Merah tanpa biji (c dan d).  PTT  ATT.

(37)

23 memiliki kandungan ATT buah pada 0 MSP sebesar 0.58% dan menurun menjadi 0.45% pada 8 MSP (Gambar 3). Kandungan ATT buah pamelo Muria Merah berbiji lebih tinggi daripada pamelo Muria Merah tanpa biji sepanjang periode penyimpanan. Perubahan kandungan ATT buah pamelo Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji yang tidak dilapis dan dikemas pada 0-8 MSP berturut-turut adalah 0.17 dan 0.13. Susanto et al. (2011) melaporkan bahwa kultivar berbiji memiliki pH jus buah yang lebih rendah (3.7-4.7) sehingga memiliki rasa yang lebih masam dibandingkan pamelo tanpa biji yang memiliki pH jus buah lebih tinggi (6.2-6.3) kecuali pada Bali Merah berbiji yang memiliki pH 6.0. Pola yang serupa juga diamati pada kandungan ATT buah, dimana kultivar berbiji cenderung memiliki kandungan ATT yang lebih tinggi dibandingkan kultivar tanpa biji dan potensial tanpa biji.

Kandungan ATT buah pamelo mengalami penurunan selama penyimpanan dan sebaliknya, PTT mengalami peningkatan (Susanto et al. 2010). Perubahan kandungan ATT dan PTT buah sepanjang periode penyimpanan disebabkan oleh pemecahan polisakarida dan asam organik menjadi gula melalui proses respirasi. Buah pamelo termasuk golongan buah non klimakterik yang tidak mengalami lonjakan laju respirasi selama proses pematangan sehingga kandungan gula dan asam pada semua perlakuan cenderung sama sepanjang periode penyimpanan.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa rasio PTT:ATT meningkat sepanjang periode penyimpanan (Gambar 4). Hal ini berhubungan dengan semakin meningkatnya kandungan PTT dan menurunnya kandungan ATT buah pamelo selama penyimpanan. Perlakuan pelapisan dan pengemasan serta interaksinya tidak memberikan pengaruh terhadap rasio PTT:ATT buah pamelo semua kultivar sepanjang periode penyimpanan.

Rasio PTT:ATT sangat sensitif terhadap perubahan asam dan gula dalam buah, dan sering digunakan sebagai indeks kematangan buah jeruk untuk konsumsi segar. Di Maroko, rasio PTT:ATT harus minimal 7:1 untuk buah jeruk, sedangkan mandarin yang diproduksi untuk ekspor ke pasar luar negeri seperti Eropa dan Amerika Utara harus memiliki nilai PTT berturut-turut 9.5 dan 9.0. Rasio standar di California minimal 8: 1 untuk jeruk navel, sedangkan di Florida, jeruk keprok hanya dapat dipanen ketika kandungan PTT buah di atas 9% dan rasio PTT:ATT lebih besar dari 7.5 (El-Otmani dan Ait-Oubahou 2011).

(38)

24 Muria Merah tanpa biji (c dan d) selama periode penyimpanan

Selama periode penyimpanan, terjadi penurunan kandungan vitamin C (Gambar 5). Kandungan vitamin C umumnya terus menurun dengan bertambahnya periode penyimpanan karena vitamin C merupakan senyawa yang tidak stabil dan mudah mengalami degradasi akibat suhu tinggi dan oksigen. Kandungan vitamin C pada jus jeruk menurun dengan meningkatnya suhu dan bertambahnya periode penyimpanan (Burdurlu et al. 2006). Perlakuan pelapisan, pengemasan, dan interaksinya tidak memberikan pengaruh terhadap kandungan vitamin C buah pamelo semua kultivar.

Buah pamelo Muria Merah berbiji yang tidak dilapis dan dikemas memiliki kandungan vitamin C sebesar 38.54 mg 100g-1 daging buah dan menurun menjadi 19.26 mg 100g-1 daging buah pada 8 MSP. Kandungan vitamin C buah pamelo Muria Merah berbiji lebih rendah dibandingkan dengan buah pamelo Muria Merah tanpa biji sepanjang periode penyimpanan. Buah pamelo Muria Merah tanpa biji yang tidak dilapis dan dikemas memiliki kandungan vitamin C sebesar 50.64 mg 100g-1 daging buah dan menurun menjadi 40.54 mg

100g-1 daging buah pada penyimpanan minggu ke-8. Perubahan kandungan vitamin C buah pamelo Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji tanpa perlakuan pelapisan dan pengemasan pada 0-8 MSP berturut-turut adalah 19.28 dan 10.10. Susanto et al. (2011) menyatakan bahwa kandungan vitamin C tidak dapat membedakan antara buah pamelo berbiji dan tanpa biji. Berbeda dengan

mandarin kinnow (Altaf et al. 2014) dimana kandungan vitamin C pada kultivar

(39)

25

tingkat kematangan, cara penanganan buah segar, pengemasan, dan kondisi penyimpanan (Nagy et al. 1977).

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 5 Pengaruh pelapisan (kiri) dan wrapping (kanan) terhadap kandungan vitamin C buah pamelo kultivar Muria Merah berbiji (a dan b) dan Muria Merah tanpa biji (c dan d) selama periode penyimpanan

Karakter Sensori

Evaluasi terhadap karakter sensori buah pamelo menunjukkan bahwa secara umum, kesukaan panelis terhadap kemanisan, kemasaman, warna kulit dan kekerutan kulit buah pamelo menurun seiring dengan bertambahnya masa simpan, kecuali pada peubah kemanisan buah pamelo Muria Merah berbiji. Pada buah pamelo Muria Merah berbiji berumur 8 MSP, perlakuan pelapisan lilin lebah 10% dengan wrapping menggunakan plastik wrap putih memperoleh nilai kesukaan terhadap kemanisan tertinggi sedangkan perlakuan pelapisan lilin lebah 10% dengan wrapping menggunakan plastik wrap kuning memperoleh nilai kesukaan terhadap kemasaman tertinggi. Buah pamelo Muria Merah tanpa biji berumur 8 MSP dengan perlakuan pelapisan lilin lebah lebah 10% dengan wrapping

menggunakan plastik wrap kuning memperoleh nilai kesukaan terhadap kemanisan tertinggi sedangkan perlakuan pelapisan lilin lebah 10% dengan

(40)

26

Tabel 14 Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kemanisan dan kemasaman buah pamelo Muria Merah berbiji selama periode penyimpanan

Perlakuan Kemanisan Kemasaman

Tabel 15 Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap kemanisan dan kemasaman buah pamelo Muria Merah tanpa biji selama periode penyimpanan

Perlakuan Kemanisan Kemasaman 4 MSP 8 MSP 4 MSP 8 MSP

(41)

27 Tabel 16 Pengaruh pelapisan dan wrapping terhadap warna kulit dan kekerutan

buah pamelo Muria Merah berbiji selama periode penyimpanan Perlakuan Warna Kulit Kekerutan

4 MSP 8 MSP 12 MSP 4 MSP 8 MSP 12 MSP buah pamelo Muria Merah tanpa biji selama periode penyimpanan

Perlakuan Warna Kulit Kekerutan 4 MSP 8 MSP 4 MSP 8 MSP

(42)

28

Pada 8 MSP, perlakuan pelapisan lilin lebah 10% dengan wrapping

menggunakan plastik wrap putih menghasilkan buah pamelo Muria Merah berbiji dengan nilai kesukaan tertinggi pada peubah warna kulit dan kekerutan kulit buah (Tabel 16). Pada pamelo Muria Merah tanpa biji berumur 8 MSP, perlakuan pelapisan lilin lebah 10% dengan wrapping menggunakan plastik wrap putih menghasilkan buah dengan nilai kesukaan tertinggi pada peubah warna kulit. Perlakuan pelapisan lilin lebah 10% dengan wrapping menggunakan plastik wrap

putih dan perlakuan pelapisan lilin lebah 5% dengan wrapping menggunakan plastik wrap kuning menghasilkan buah dengan kekerutan kulit buah yang paling disukai (Tabel 17). Secara umum, perlakuan pelapisan lilin lebah 10% dan pengemasan menggunakan plastik wrap putih menghasilkan buah dengan tingkat kesukaan terhadap warna dan kekerutan yang tinggi pada pamelo Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji.

5

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Selama penyimpanan, terjadi penurunan bobot buah, pelunakan kulit buah, peningkatan kandungan PTT dan rasio PTT:ATT, sementara kandungan ATT dan vitamin C menurun. Selain itu, terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning dan adanya penurunan kemulusan kulit. Tingkat kesukaan panelis terhadap rasa dan penampilan juga menurun seiring bertambahnya waktu penyimpanan.

2. Buah pamelo Muria Merah berbiji memiliki penurunan bobot, kelunakan kulit buah, tingkat warna kuning, tingkat kekerutan, kandungan ATT, dan rasio PTT:ATT yang lebih tinggi dibandingkan dengan pamelo Muria Merah tanpa biji sepanjang periode penyimpanan. Pamelo Muria Merah berbiji memiliki kandungan PTT dan vitamin C yang lebih rendah dibandingkan dengan pamelo Muria Merah tanpa biji sepanjang periode penyimpanan.

3. Perlakuan pelapisan dan pengemasan plastik menekan susut bobot pamelo dan kelunakan buah selama periode penyimpanan. Perlakuan pelapisan dan pengemasan tidak memberikan pengaruh terhadap kualitas internal buah pamelo. Interaksi antara perlakuan pelapisan dan wrapping terjadi pada peubah susut bobot dan kelunakan buah.

4. Pelapis yang dapat digunakan untuk mempertahankan kualitas dan memperpanjang masa simpan buah pamelo adalah lilin lebah 5% dan 10% sedangkan pengemas yang dapat digunakan adalah plastik wrap kuning transparan dan putih transparan.

5. Pelapisan dengan lilin lebah 5% atau 10% yang dikombinasikan dengan

Gambar

Tabel 4 Interaksi pelapisan dan wrapping terhadap susut bobot (%) buah pamelo
Tabel 7 Interaksi pelapisan dan wrapping terhadap kelunakan (mm (50 g)-1 (5
Gambar 1 Buah pamelo Muria Merah berbiji dengan berbagai kombinasi
Tabel 10 Interaksi pelapisan dan wrapping terhadap kekerutan kulit (%) buah pamelo Muria Merah berbiji dan Muria Merah tanpa biji pada 2-8 MSP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan pada lansia yang bekerja sebagai pedagang asongan adalah adanya semangat, sabar dan ikhlas dalam menghadapi

Pokok pikiran dari penelitian ini berorientasi pada peningkatan kekuatan beton, baik kuat tekan, kuat tarik maupun kuat lentur yang dihasilkan dari beton dengan

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diperoleh dari evaluasi ahli (satu ahli prototype dan dua ahli kepelatihan), uji coba kelompok kecil (12 atlet),

Hadirnya cerpen sudah menjadi syarat mutlak bagi hampir setiap penerbitan surat kabar, hal ini dengan tujuan sebagai alternatif bagi pembaca dalam menghadirkan pesan kritik

4.3 Pemodelan Kontroler dengan Jaringan Syaraf Tiruan Hampir sama seperti pada proses pemodelan plant, pemodelan kontroller dengan JST memiliki langkah- langkah yang

Rikesnas Wilayah V PTM Kanker Serviks dan Payudara Paket Meeting Rikesnas Wilayah V PTM Rakornis Kalbar JB: Barang/jasa JP: Jasa Lainnya 1 Paket Rp.. Rikesnas Wilayah V PTM

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi

Mempertegas tujuan Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, Cholisin (Samsuri, 2011) berpandangan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan politik yang yang