• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan persepsi tubuh dengan gangguan makan pada mahasiswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan persepsi tubuh dengan gangguan makan pada mahasiswa"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI TUBUH

DENGAN GANGGUAN

MAKAN PADA MAHASISWA

MOHAMAD YULIANTO KURNIAWAN

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Persepsi Tubuh dengan Gangguan Makan pada Mahasiswa adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

MOHAMAD YULIANTO KURNIAWAN. Hubungan Persepsi Tubuh dengan Gangguan Makan pada Mahasiswa. Dibimbing oleh DODIK BRIAWAN.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan persepsi tubuh dengan gangguan makan pada mahasiswa. Desain penelitian ini cross sesctional study pada mahasiswa baru Program Studi Ilmu Gizi di Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan jumlah 120 remaja. Hasil studi menunjukkan proporsi subjek dengan status gizi normal 83.3%, 10.0% overweight, 4.2% obesitas dan 2.5% kurus. Penilaian MBSRQ-AS diperoleh subjek memiliki persepsi negatif terhadap evaluasi penampilan sebesar 80%, orientasi penampilan 99.2%, dan kepuasan terhadap bagian tubuh 80.8%; sedangkan 57.5% subjek cemas menjadi gemuk dan 71.7% subjek perempuan memiliki persepsi negatif terhadap kategori ukuran tubuh. Tidak terdapat gangguan makan pada subjek laki-laki sedangkan 7.8% subjek perempuan mengalami gangguan makan dengan risiko lebih karena merasa memiliki keinginan untuk makan terus-menerus dan tidak dapat berhenti makan (2-3x sebulan). Terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi tubuh (MBSRQ-AS) pada subskala kecemasan menjadi gemuk dengan gangguan makan (p<0.05). Namun tidak terdapat hubungan yang signifikan pada subskala yang lain dan antara persepsi tubuh (FRS) dan (BIQ) dengan gangguan makan (p>0.05).

Kata kunci: gangguan makan, , mahasiswa , persepsi tubuh

ABSTRACT

MOHAMAD YULIANTO KURNIAWAN. Relationship of body image perception and eating disorders in undergraduated students. Supervised by DODIK BRIAWAN

The objective of this study was to determine the relationship of body image perception and eating disorders in undergraduated students. The design of this study is cross sectional with new students that major in nutritional program in Bogor Agricultural University (IPB) with the number was 120 students. The result showed that the proportion of subjects with normal nutritional status is 83.3%, 10.0% overweight, 4.2% obesity and 2.5% thin. MBSRQ-AS’ assessment obtained that subjects have negative perception of appearance evaluation is 80%, appearance orientation 99.2% and body areas satisfaction 80.8%; whereas 57.5% subjects is anxious of being fat and 71.7% female subject has negative perception of self-classified weight. There wasn’t eating disorders in male, whereas 7.8% female subject have eating disorders with more risk (have attitute the desire to eat continously and can’t stop eating 2-3 times a month). There was significant correlation between body image perception (MBSRQ-AS) in overweight preoccupation subscale with eating disorders (p<0.05). However there were no significant correlations for other subscales and between body image perception of FRS and BIQ and eating disorders (p>0.05).

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

HUBUNGAN PERSEPSI TUBUH DENGAN GANGGUAN

MAKAN PADA MAHASISWA

MOHAMAD YULIANTO KURNIAWAN

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Hubungan Persepsi Tubuh dengan Gangguan Makan pada Mahasiswa

Nama : Mohamad Yulianto Kurniawan NIM : I14100040

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulisan penelitian ini dapat diselesaikan. Penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat dari penyusunan tugas akhir Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan persepsi tubuh dengan gangguan makan pada mahasiswa.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku pembimbing. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam penyusunan usulan penelitian ini. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan.

2. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan koreksi demi perbaikan skripsi.

3. Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS selaku dosen yang telah memberikan koreksi demi perbaikan skripsi.

4. dr. Karina Rahmadia Ekawidyani, M.Sc selaku dosen yang melatih anthropometri.

5. Keluarga tercinta : ayah tercinta (Bapak Sugeng Rahayu), ibunda tersayang (Ibu Nurma A.N) dan kakak (Mohamad Sofiandi Setiawan) serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan moril dan kasih sayangnya. 6. Teman–teman penelitian payung : Wilda Yunieswati, Rekyan Hanung

Dewi, Ridhati Utria, Hafiddudin, Nida Nadia Rifsyina dan Fajar Safitri yang banyak membantu dalam memberikan semangat dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

7. Teman–teman dekat : Defika Annisa Cita, M.Q. Aliyyan Wijaya, Andika Mohammad dan Rayfan Ambrian atas semangat dan kerjasamanya.

8. Teman–teman Gizi Masyarakat 47 dan kakak kelas 46 dan teman–teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala perhatian, dukungan, semangat dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan penelitian ini, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE 5

Desain, Tempat dan Waktu 5

Jumlah dan Cara Penarikan Subjek 6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 6

Definisi Operasional 13

HASIL DAN PEMBAHASAN 14

Karakteristik Individu dan Keluarga 14

Persepsi Tubuh 15

Gangguan Makan 23

Hubungan antara Persepsi Tubuh dengan Gangguan Makan 24

SIMPULAN DAN SARAN 25

Simpulan 25

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 26

(14)

DAFTAR TABEL

1 Variabel, jenis, dan cara pengumpulan data 6

2 Pertanyaan tingkah laku 6 bulan terakhir metode EAT-40 7

3 Kategori akhir gangguan makan metode EAT-40 8

4 Skala gambaran tubuh MBSRQ-AS 10

5 Standar subskala MBSRQ-AS 10

6 BIQ Psychometrics 11

7 Kriteria variabel data untuk penelitian 12

8 Sebaran subjek berdasarkan status gizi 15

9 Sebaran persepsi bentuk tubuh aktual terhadap status gizi 17 10 Sebaran subjek berdasarkan klasifikasi persepsi tubuh 18

11 Sebaran subjek berdasarkan subskala MBSRQ-AS 19

12 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kepuasan terhadap bagian tubuh 20 13 Sebaran subjek berdasarkan persepsi tubuh (BIQ) 23 14 Sebaran subjek berdasarkan tingkat risiko gangguan makan 24

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran 5

2 Skala persepsi tubuh metode FRS 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Eating Attitude Test 31

2 Figure Rating Scale 34

3 MBSRQ-AS 35

4 BIQ 38

5 Uji Statistik 42

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Persepsi tubuh dipandang sebagai sikap diri yang multidimensi terhadap tubuh seseorang terutama berfokus pada penampilan (Cash & Pruzinsky 1990). Konstruk dari persepsi tubuh setidaknya terdiri dari dua komponen yaitu persepsi (perkiraan ukuran) dan sikap (terkait dengan tubuh dan mempengaruhi kognisi) (Cash dalam Brown 1989). Persepsi tubuh adalah gambaran, evaluasi mental serta persepsi diri seseorang terhadap penampilan fisik termasuk tubuh, yang dipengaruhi faktor seperti pentingnya tingkat penampilan fisik, serta efeknya terhadap tingkah laku dan keseluruhan rasa pada diri. Persepsi tubuh dapat juga didefinisikan sebagai derajat kepuasan individu terhadap dirinya secara fisik yang mencakup ukuran, bentuk dan penampilan umum (Cash 1990).

Penerimaan sosial atau pengakuan dari orang tua dan teman sebaya akan mempengaruhi persepsi tubuh seorang remaja, sehingga peran orang tua dan teman sebaya akan menimbulkan evaluasi terhadap penampilan, terutama pada remaja. Remaja putri lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki lebih banyak persepsi tubuh yang negatif dibandingkan dengan remaja putra (Khan et al. 2011) dan juga selama masa pubertas. Sejalan dengan berlangsungnya perubahan pubertas, remaja putri seringkali menjadi lebih tidak puas dengan keadaan tubuhnya, mungkin karena lemak tubuhnya bertambah, sedangkan remaja putra menjadi lebih puas dengan memasuki masa pubertas, mungkin karena masa otot mereka meningkat. Penampilan fisik merupakan suatu kontributor yang sangat berpengaruh pada rasa percaya diri remaja (Santrock 2003). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Marasabessy (2006) yang menyatakan bahwa sebagian besar remaja tidak puas dengan bentuk tubuhnya. Sebanyak 87.5% remaja putri merasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya saat ini. Hasil penelitian Marasabessy juga menyatakan bahwa hanya terdapat 12.5% remaja putra yang memiliki persepsi tubuh negatif. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Siswanti (2007) dan Isnani (2011), yang menyatakan bahwa sebagian besar remaja putri memiliki persepsi tubuh negatif atau memiliki persepsi bahwa tubuhnya belum ideal masing-masing sebesar 60%.

(16)

2

gangguan makan yang sudah umum terjadi di suatu negara maju. Berbagai penelitian mengenai perilaku gangguan makan sudah banyak dilakukan dan hasil penelitian menunjukan prevalensi rata-rata untuk anoreksia nervosa dan bulimia nervosa yaitu masing-masing 0.3% dan 1% pada perempuan muda di barat (Van Hoeken et al. 2003), tetapi lebih tinggi hingga 5.7 persen dari wanita muda termasuk sindrom parsial. Insiden anorexia nervosa telah terjadi sebanyak 8 kasus per 100 000 populasi per tahun, sementara jumlah insiden tahunan untuk bulimia nervosa dilaporkan sekitar 12 per 100 000 (Van Hoeken et al. 2003).

Masih tetap menjadi perdebatan tentang apakah insiden tingkat gangguan makan telah meningkat selama Abad ke-20. Meskipun ada bukti terbaru dari Belanda tentang peningkatan dalam insiden anorexia nervosa pada perempuan muda, berusia 15-19 tahun (Van Son et al. 2006), bukti-bukti itu menunjukan bahwa secara keseluruhan insiden dari anorexia nervosa telah meningkat sedikit pada abad lalu (Keel & Klump 2003). Ada beberapa bukti yang menunjukan bahwa insiden bulimia nervosa telah meningkat secara fluktuasi sejak tahun 1988. Anorexia nervosa dan bulimia nervosa terdistribusikan secara tidak proporsional antara jenis kelamin, dengan rasio 10:1 untuk wanita:laki-laki (Hoek & Van Hoeken 2003). Awalnya gangguan makan biasanya terjadi pada masa remaja dan dewasa muda. Laju peningkatan terjadi dari usia 10 tahun (Lewinsohn et al. 2000). Dengan laju tertinggi dilaporakan insiden anorexia nervosa pada wanita terjadi antara 15 dan 19 tahun, Dan tertinggi dilaporakan insiden tingkat bulimia nervosa pada wanita yang terjadi antara 20 dan 24 tahun (Van Hoeken et al. 2003).

Berdasarkan pemaparan di atas menunjukkan bahwa perhatian terhadap persepsi tubuh sangat kuat terjadi pada masa remaja. Para remaja melakukan berbagai usaha agar mendapatkan tubuh yang ideal sehingga terlihat menarik. Salah satu usaha tersebut adalah dengan melakukan diet. Pembatasan konsumsi jenis makanan tertentu atau mempunyai kebiasaan diet tidak terkontrol dengan tujuan untuk mendapatkan tubuh yang ideal (langsing) sering terjadi pada remaja. Diet yang berlebihan dengan membatasi konsumsi makanannya akan menyebabkan adanya gangguan makan sehingga juga akan memengaruhi status gizi pada remaja. Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah bahwa peneliti ingin melihat hubungan persepsi tubuh dengan gangguan makan pada mahasiswa.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi tubuh dengan gangguan makan pada mahasiswa.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini antara lain:

(17)

3

2. Mengetahui perbedaan persepsi tubuh pada subjek laki-laki dan perempuan

3. Mengetahui perbedaan perilaku gangguan makan pada subjek laki-laki dan perempuan

4. Menganalisis hubungan persepsi tubuh dengan gangguan makan pada subjek.

Hipotesis Penelitian

1. Adanya hubungan negatif persepsi tubuh dengan gangguan makan pada subjek.

2. Ada perbedaan persepsi tubuh subjek laki-laki dibandingkan perempuan. 3. Ada perbedaan perilaku gangguan makan subjek laki-laki dibandingkan

perempuan.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif untuk masyarakat dan memberikan informasi mengenai berbagai hal yang terkait persepsi tubuh dengan gangguan makan. Diharapkan adanya persepsi yang sama antara remaja, keluarga dan teman-teman mengenai persepsi tubuh ideal, sehingga persepsi negatif terhadap tubuh ideal dapat dihindari dan tidak melakukan hal yang menyimpang apabila mereka ingin memiliki ukuran tubuh yang mereka idamkan dan dapat mengetahui cara menjaga tubuh. Selain itu, diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi universitas, terutama remaja yang merupakan sumber daya manusia tumpuan harapan negara.

KERANGKA PEMIKIRAN

Tubuh merupakan instrumen bagi seseorang sehingga keberadaannya menjadi sangat penting untuk kelanjutan profesi yang mengharuskan orang tersebut mempunyai tubuh yang ideal seperti model, penari balet dll. Tuntutan agar penampilan tubuhnya selalu menarik dan ideal membuat orang dengan profesi tersebut merasa memiliki dorongan untuk terus menjaga tubuhnya agar selalu kurus. Tuntutan untuk menjadi kurus menyebabkan orang tersebut menjadi tidak puas akan tubuhnya yang dapat menyebabkan munculnya body dissatisfaction. Ketika orang tersebut telah mengembangkan body dissatisfaction, mereka akan memiliki self-esteem yang rendah akan dirinya sendiri. Untuk membuat dirinya merasa tubuhnya akan lebih baik, orang tersebut umumnya akan terus menjaga perilaku dalam kontrol makannya, yang apabila dilakukan secara ekstrem dapat menyebabkan gangguan makan. Oleh karena itu tubuh menjadi media atau instrumen bagi orang dengan tuntutan tersebut, dihubungkan dengan dua variabel yakni variabel bebas yaitu self-esteem dan body dissatisfaction yang diharapkan akan menghasilkan satu variabel terikat yaitu gangguan makan.

(18)

4

negatif tentang bentuk tubuh (body image) dan pengaturan berat badan yang kurang tepat (Ando et al. 2007). Body image sendiri didefinisikan sebagai derajat kepuasan individu terhadap dirinya secara fisik yang mencakup ukuran, bentuk, dan penampilan umum (Cash 2002). Konsep body image yang buruk (negatif) dapat memengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang untuk mencapai tujuan dan berdampak negatif pada kehidupan dan juga dapat meningkatkan kasus gangguan makan (eating disorders) yang termasuk pengendalian makan (dietary restraint), binge-eating dan efek negatif lainnya (Stice 2002). Jumlah remaja yang mengalami eating disorders atau ketidaknormalan perilaku makan meningkat di negara-negara non-Western (Makino et al. 2004).

Pada remaja, terutama remaja putri kerap kali melakukan perilaku diet untuk menurunkan berat badannya, hal ini dikarenakan remaja putri lebih memperhatikan bentuk tubuhnya sehingga takut akan kenaikan berat badan. Diet ketat selama remaja biasanya disebabkan perilaku makan yang tidak sehat seperti makan berlebihan, memuntahkan makanan, menggunakan obat pencahar dan sebagainya. Diet ketat yang dilakukan tanpa pengawasan dokter atau pengetahuan yang tidak cukup akan membahayakan kesehatan remaja. Saat-saat ini telah dilaporkan adanya banyak studi yang menyatakan bahwa remaja terutama dewasa muda menunjukan afinitas atau persamaan untuk menentukan bentuk tubuh (body shape) berdasarkan karakteristik masyarakat modern, yang mana menyebabkan kekhawatiran yang berlebih tentang tubuh dan meningkatkan perkembangan dari berbagai resiko perilaku, contohnya eating disorders (Ochoa 2007).

Berdasarkan Stice (2002), faktor lainnya yang memengaruhi gangguan makan pada remaja putra ataupun putri adalah adanya tekanan untuk menjadi kurus. Tekanan untuk menjadi lebih kurus lagi dalam pikiran akan menyebabkan adanya ketidakpuasaan terhadap tubuh (body dissatisfaction). Seperti yang digambarkan dalam meta-analisis oleh Groesz et al. (2002) adanya paparan (outcome) tentang gambaran tubuh yang kurus dan ideal (thin-ideal images) akan meningkatkan ketidakpuasan terhadap tubuh (body dissatisfaction).

(19)

5

Gambar 1 Kerangka pemikiran Keterangan:

= Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang tidak diteliti

METODE

Desain, Tempat dan Waktu

Penelitian ini merupakan penelitian yang berjudul “hubungan antara persepsi tubuh dengan gangguan makan pada mahasiswa”. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yang berarti seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung dan pengumpulan data dan informasi dilakukan pada suatu waktu tanpa adanya perlakuan atau intervensi kepada subjek. Penelitian dilakukan pada mahasiswa Gizi Masyarakat angkatan tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Februari hingga 31 Februari 2014.

Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi Gizi Masyarakat 50. Populasi tersebut merupakan mahasiswa Gizi Masyarakat angkatan tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 120 orang. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menetapkan kriteria: (a) remaja putra dan putri, (b) Berusia 18 – 21 tahun, alasan mengapa menggunakan rentang usia tersebut karena usia remaja merupakan masa dimana sangat besar kemungkinannya dalam mengalami ketidakpuasan akan bentuk tubuh karena dalam masa pengungkapan identitas diri

Karakteristik Subjek

 Identitas mahasiswa

 umur

 jenis kelamin

 etnis/suku

GANGGUAN MAKAN PERSEPSI TUBUH Faktor-faktor:

Rasa percaya diri

Media massa

Kebiasaan makan

(20)

6

sehingga sedang fokus memperhatikan penampilan diri, lebih selektif mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani diri dan mampu berpikir abstrak (Santrock 2003) (c) tidak dalam keadan sakit, (d) bersedia untuk dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer. Data primer diperoleh melalui kuesioner dan pengukuran langsung dengan subjek. Data primer terdiri atas karakteristik individu dan keluarga (nama, jenis kelamin, usia, suku, besar keluarga, tingkat pendidikan orang tua, persepsi tubuh, gangguan makan dan status gizi yang terdiri atas berat badan dan tinggi badan). Adapun variabel, jenis data, dan cara pengumpulannya disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Variabel, jenis, dan cara pengumpulan data Variabel Jenis

3. Gangguan makan Primer Eating Attitude Test (EAT-40)

4. Persepsi tubuh Primer Garfinkel (1979), terdiri dari 40 butir pertanyaan multidimensi yang dirancang untuk menilai sikap, perilaku, dan sifat-sifat yang saat ini mengalami gangguan makan khususnya anorexia nervosa dan bulimia nervosa. Rata-rata waktu untuk menyelesaikan pertanyaan adalah 10 menit. Uji coba EAT-40 menghasilkan koefisien alpha 0.94 untuk menunjukkan konsistensi internal.

(21)

7

pernyataan dengan menggunakan skala rating dengan pilihan jawaban 1 sampai 6 pilihan jawaban untuk menunjukan tingkat sikap, perilaku dan sifat mereka. Enam pilihan jawaban dimulai dari angka 1 yang menunjukan ‘selalu’, 2 menandakan ‘biasanya’, angka 3 memiliki arti ‘sering’, 4 menandakan ‘kadang-kadang’, kemudian 5 menandakan ‘jarang’, sampai dengan 6 yang menunjukan ‘tidak pernah’. Pertanyaan nomor 1,18,19,23,27 dan 39 memiliki nilai dengan skala 6=3 poin; 5=2 poin; 4=1 poin; 3, 2, atau 1=0 poin. Pertanyaan lainnya bernilai dengan skala 1 = 2 poin; 2=2 poin; 3=1 poin, dan 4, 5 atau 6=0 poin (Lampiran 1). Skor untuk setiap butir pertanyaan berbeda satu sama lain. Total skor adalah jumlah dari setiap butir pertanyaan. Skor lebih besar dari 30 dianggap memiliki indikator gangguan anorexia.

Selain kriteria utama, dalam metode ini terdapat kriteria pendukung, yaitu kriteria kedua (kriteria status gizi) dan kriteria ketiga (kriteria tingkah laku 6 bulan terakhir). Kriteria kedua adalah kriteria status gizi. Apabila status gizi termasuk kategori “underweight (kurus)” maka ada kemungkinan memiliki faktor risiko gangguan makan yang serius. Dan apabila ditunjang dengan skor EAT-40 melebihi 30 maka meningkatkan kemungkinan gangguan makan.

Kriteria ketiga adalah pertanyaan tingkah laku yang terhitung 6 bulan terakhir. Apabila terdapat kolom (v) yang telah ditentukan maka akan mendapatkan skor, berikut Tabel pertanyaan tingkah laku:

Tabel 2 Pertanyaan tingkah laku 6 bulan terakhir metode EAT-40 SKOR

1 2 3 4 5 6

1. Merasa bahwa terdapat keinginan untuk makan

terus menerus dan tidak dapat berhenti makan? □ □ V V V V

2. Pernah dengan sengaja membuat diri sendiri muntah

untuk mengendalikan berat badan /bentuk tubuh □ V V V V V

3. Pernah mengonsumsi obat pencahar, pil diet, atau diuretic untuk mengendalikan berat badan/bentuk tubuh?

□ V V V V V

4. Melakukan olahraga selama 60 menit atau lebih untuk mengurangi atau mengontrol berat badan /bentuk tubuh?

□ □ V

5. Turun berat badan hingga 10kg dalam kurun waktu

6 bulan terakhir? YA(V) TIDAK

6. Pernah melakukan pengobatan/perawatan karena

mengalami gangguan makan? YA(V) TIDAK

1= Tidak Pernah, 2= ≤1x sebulan, 3= 2-3x sebulan, 4= 1x semingggu, 5=2-6x seminggu, 6= setiap hari ≥1x

Berdasarkan tabel diatas, apabila salah satu tingkah laku terpenuhi atau menceklis pada kolom (V) maka termasuk berisiko mengalami gangguan makan dan harus segera mencari evaluasi dari seorang profesional kesehatan mental yang ahli di bidang gangguan makan untuk menerima perawatan.

(22)

8

gangguan makan (anorexia nervosa) apabila kriteria utama terpenuhi (skor EAT-40 ≥30), dan kriteria pendukung hanya menambah risiko terjadinya gangguan makan. Gangguan makan digolongkan sebagai anorexia nervosa berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) adalah ketidakmampuan untuk menjaga kesehatan tubuh dan berat badan yang normal; rasa takut yang luar biasa terhadap kenaikan berat badan atau menjadi gemuk, walaupun dalam kondisi kurus; adanya upaya/obsesi untuk menurunkan berat badan dan tetap tidak puas dengan ukuran tubuh mereka (penyangkalan tentang bentuk tubuhnya yang kurus); terlibat dalam berbagai perilaku tidak sehat untuk mempertahankan penurunan berat badan; menjadikan bentuk dan berat badan menjadi hal yang sangat penting sebagai penanda diri dan harga diri. Berikut merupakan kategori akhir gangguan makan.

Tabel 3 Kategori akhir gangguan makan metode EAT-40 Kategori

Figure Rating Scale (FRS) merupakan metode penilaian persepsi tubuh yang dikembangkan oleh (Stunkard et al. 1983) dengan menggunakan skema gambar (siluet) yang memiliki interval dari sangat kurus dengan skor 1 sampai sangat gemuk dengan skor 9. Persepsi tubuh ideal dianalisis dengan beberapa pertanyaan (memilih sesuai dengan gambar) misalnya meliputi: pengertian tubuh aktual, tubuh ideal, tubuh kurus, tubuh gemuk, tubuh paling menarik bagi diri sendiri, tubuh sehat, tubuh tidak sehat, tubuh sehat, tubuh kurang sehat, tubuh yang diharapkan keluarga, tubuh yang diharapkan teman, tubuh yang diharapkan diri sendiri, dan tubuh paling menarik bagi lawan jenis.

(23)

9

dengan hasil persepsi subjek terhadap tubuh ideal. Di bawah ini merupakan gambar dari persepsi tubuh yang disajikan dalam kuesioner.

Gambar 2 Skala persepsi tubuh metode FRS

Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire-Appearance Scale (MBSRQ-AS)

Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire-Appearance Scale (MBSRQ-AS) merupakan self-report inventory yang terdiri dari 34 butir pertanyaan multidimensi yang digunakan untuk menilai aspek perilaku body image (Cash & Pruzinsky 1990). Instrumen ini digunakan pada orang dewasa dan remaja diatas 15 tahun untuk mengukur komponen evaluatif, kognitif, perilaku body image yang berhubungan dengan 3 area tubuh (somatic domains) yaitu penampilan (appearance), kebugaran (fitness), dan tingkat kesehatan/sakit (health/illness) (Seawell & Danorf-Burg 2005). Berdasarkan ketiga area tersebut terbagi menjadi 5 subskala yaitu appearance evaluation, appearance orientation, body areas satisfaction scale (BASS), overweight preoccupation scale dan self-classified weight scale.

Skala gambaran tubuh disusun berdasarkan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengungkap dimensi appearance evaluation (evaluasi penampilan), appearance orientation (orientasi penampilan), overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk), body area satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh) dan self-classified weight (pengkategorian ukuran tubuh). Skala Likert terdiri dari dua kategori butir pertanyaan, yaitu favorable butir (mendukung konstruk yang hendak diukur) dan unfavorable butir (tidak mendukung konstruk yang hendak diukur), dan menyediakan lima alternatif jawaban yang terdiri dari Sangat Tidak Sesuai (1), Tidak Sesuai (2), Netral (3), Sesuai (4), dan Sangat Sesuai (5). Nilai pada setiap pilihan berada pada rentang 1-5. Bobot penilaian untuk setiap respon subjek pada pernyataan favorable yaitu Sangat Tidak Sesuai=1, Tidak Sesuai=2, Netral=3, Sesuai=4, Sangat Sesuai=5. Bobot penilaian untuk setiap respon sampel pada pernyataan unfavorable yaitu Sangat Tidak Sesuai =5, Tidak Sesuai=4, Netral=3, Sesuai=2, Sangat Sesuai=1 (Lampiran 3).

(24)

10

Tabel 4 Skala gambaran tubuh MBSRQ-AS No Aspek/Dimensi Gambaran

(evaluasi penampilan) 3, 5, 9, 12, 15 18,19

7

Dari setiap karakteristik akan diturunkan sejumlah butir dimana dari setiap butir akan diperoleh skor total. Kemudian skor total tersebut dikategorisasikan menjadi 3, yaitu negatif (Mean-SD), normal dan positif (Mean+SD). Berikut data standar untuk subskala MBSRQ-AS pada Tabel 5 merupakan data rentang skor MBSRQ-AS.

Tabel 5 Standar subskala MBSRQ-AS

No Aspek/Dimensi Gambaran Tubuh Laki-laki Perempuan Rata-rata SD Rata-rata SD

1. Appearance evaluation 3.49 0.83 3.36 0.87

(evaluasi penampilan) 18.62–30.24 17.43–29.61

2. Appearance orientation 3.60 0.68 3.91 0.60

(orientasi penampilan) 35.04–51.36 39.72–54.12

3. Body areas satisfaction 3.50 0.63 3.23 0.74

(kepuasan terhadap bagian tubuh) 25.83–37.17 22.41–35.73

4. Overweight preoccupation 2.47 0.92 3.03 0.96

(kecemasan menjadi gemuk) 6.20–13.56 8.28–15.96

5. Self-classified weight 2.96 0.62 3.57 0.73

(pengkategorian ukuran tubuh) 4.68–7.16 5.68–8.60

(25)

11

Body Image Ideals Questionnaire (BIQ)

The Body Image Ideals Questionnaire (BIQ) merupakan suatu metode yang terdiri dari 22 butir pertanyaan dan dikembangkan untuk menyediakan suatu penilaian evaluatif persepsi tubuh. BIQ berasal dari kerangka teori perbedaan diri (self-discrepancy). Berdasarkan penelitian yang masih ada, instrumen BIQ terdiri dari 10 karakteristik fisik : tinggi badan (height), warna kulit (skin complexion), tekstur dan ketebalan rambut (hair texture and thickness), ciri wajah (facial features), tonus otot dan definisi (muscle tone and definition), proporsi tubuh (body proportions), berat badan (weight), ukuran dada (chest or breast), kekuatan fisik (physical strength), dan koordinasi fisik (physical coordination) (Cash & Szmanski 1995).

Dalam metode BIQ, untuk setiap atribut diminta untuk memikirkan tentang bagaimana sebenarnya keadaan mereka dan kemudian apa yang diharapkan. Pertama pada Bagian A digunakan untuk menilai sejauh mana mereka menyerupai atau cocok terhadap ideal fisik pribadi (personal physical ideal) dengan skala respon 0 = ”tepat seperti saya (exactly as I am), ” 1 = “hampir seperti saya (almost as I am), “ 2 = cukup seperti saya (fairly unlike me),” 3 = sangat tidak seperti saya (very unlike me)”. Kemudian pada Bagian B digunakan untuk menunjukkan betapa pentingnya untuk mewujudkan ideal fisik masing-masing, dengan skala respon 0 = ”tidak penting (not important), ” 1 = “agak penting (somewhat important), “ 2 = cukup penting (moderately important),” 3 = sangat penting (very important)” (Lampiran 4).

Sebelum melakukan pengolahan, data pada discrepancy rating (Part A) di kode ulang (recode) dari 0 menjadi -1. Total skor diperoleh dari pengolahan 22 butir pernyataan dengan cara mengalikan rata-rata (mean) dari setiap butir discrepancy rating (Part A) X important ratings (Part B), kemudian skor total tersebut dikategorisasikan menjadi 3, yaitu negatif (Mean-SD), normal dan positif (Mean+SD). Berikut data standar pada Tabel 6 merupakan data rentang skor untuk BIQ Psychometrics.

Tabel 6 Standar BIQ Psychometrics

BIQ Psychometrics Laki-laki Perempuan

Rata-rata SD Rata-rata SD

Standar 1.31 1.35 1.75 1.38

-0.44–29.26 4.07–34.43

(26)

12

Tabel 7 Kriteria variabel data untuk penelitian

Variabel/ Metode Keterangan Kriteria

Gangguan Makan/

Pertanyaan nomor 1,18,19, 23 dan 39 6=3 poin; 5=2 poin; 4=1 poin; 3. Dibandingkan dengan kriteria

tingkah laku selama 6 bulan 1-9, dibandingkan perhitungan IMT/U dengan hasil persepsi subjek, apabila sama maka persepsi positif dan apabila tidak

Butir favorable (F) dan unfavorable (UF) Pilihan jawaban UF

1=Sangat Tidak Sesuai, 2=Tidak Sesuai, 3=Netral, 4=Sesuai, 5=Sangat Sesuai dan sebaliknya untuk butir favorable (F)

1= Skor rendah

-1=tepat seperti saya, 1=hampir seperti saya, 2=cukup seperti saya, 3=sangat tidak seperti saya

Bagian B

0=tidak penting, 1=agak penting, 2=cukup penting, 3=sangat penting.

BIQ Skor didapatkan dengan merata-ratakan hasil BIQAXB1 hingga BIQAXB11

(27)

13

analisis data yang digunakan untuk pengujian hipotesis 1 adalah dengan menggunakan uji korelasi Spearman test dan Chi-square karena peneliti ingin melihat hubungan antara persepsi tubuh dan gangguan makan (Kirkword 1988).

Hipotesis 2 dan 3 tentang adanya perbedaan persepsi tubuh dan perilaku gangguan makan pada mahasiswa laki-laki dan perempuan digunakan Mann Whitney (Kirkword 1988).

DEFINISI OPERASIONAL

Usia adalah individu yang berusia 18-21 tahun yaitu mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Gizi Masyarakat 50.

Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga inti yang tinggal satu rumah dan hidup dari pengelolaan sumberdaya yang sama.

Pendidikan orangtua adalah jenjang pendidikan formal terakhir orang tua subjek, dikelompokkan menjadi tidak sekolah, SD, SMP, SMA, dan Universitas (D3/S1/S2/S3).

Persepsi tubuh normal artinya subjek mempercayai bahwa karakteristik fisik yang mereka miliki sudah sesuai dengan fisik ideal yang mereka inginkan sehingga menerima apa adanya keadaan/kondisi tubuh.

Persepsi tubuh FRS adalah pendapat subjek mengenai persepsi tubuhnya. Persepsi dibagi dua yaitu persepsi positif jika persepsi tubuh aktual subjek sama dengan status gizi atau persepsi negatif jika berbeda.

Persepsi tubuh MBSRQ–AS

a. Appearance Evaluation (evaluasi penampilan). Skor tinggi (persepsi positif) menunjukan perasaan puas terhadap penampilannya menarik dan memuaskan, sedangkan skor rendah (persepsi negatif) menunjukan ketidakbahagiaan terhadap penampilan fisiknya.

b. Appearance Orientation (orientasi penampilan). Skor yang tinggi (persepsi positif) menempatkan lebih penting pada bagaimana mereka terlihat, memperhatikan penampilan mereka dan terlibat dalam perilaku perawatan ekstensif. Skor rendah (persepsi negatif) menunjukan persepsi negatif artinya sifat yang apatis terhadap penampilan mereka, penampilan tidak terutama penting, mereka tidak menghabiskan banyak usaha agar mereka terlihat menarik.

c. Body Area Satisfication Scale (kepuasan terhadap bagian tubuh). Skor tinggi (persepsi positif) menunjukan kepuasan dengan sebagian besar bagian tubuh mereka. Skor rendah (persepsi negatif) mengindikasikan ketidaksukaan terhadap ukuran atau penampilan dari beberapa bagian tubuh mereka.

d. Overweight Preoccupation Scale (kecemasan menjadi gemuk). Skor tinggi (persepsi positif) mengindikasikan kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadaan individu terhadap berat badan, kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat badan dan membatasi pola makan dan sebaliknya skor rendah (persepsi negatif).

(28)

14

menunjukan individu mempersepsi dan menilai berat badannya semakin kurus.

Persepsi tubuh BIQ adalah skor tinggi (persepsi positif) menunjukan adanya perbedaan yang kecil antara bentuk tubuh aktual dan ideal dan sebaliknya skor rendah (persepsi negatif) menunjukan adanya perbedaan yang besar antara bentuk tubuh aktual dan ideal.

Subjek adalah mahasiswa baru Sarjana Mayor Ilmu Gizi IPB tahun 2013.

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan penggunaan (utilization) zat gizi makanan.

Tingkat ketidakpuasan persepsi tubuh adalah skor ketidakpuasan subjek yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara melalui kuesioner menggunakan metode MBSRQ-AS yang dikategorikan menjadi sangat tidak sesuai (1), tidak sesuai (2), netral (3), sesuai (4) dan sangat sesuai (5) dan sebaliknya untuk reverse butir; metode BIQ yang dikategorikan menjadi tidak penting (0), agak tidak penting (1), cukup penting (2) dan sangat penting (3); dan metode Figure Rating Scale melalui siluet bentuk tubuh.

Tingkat gangguan makan adalah skor subjek yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara melalui kuesioner menggunakan metode Eating Attitude Test (EAT-40) yang dikategorikan menjadi selalu (1), biasanya (2), sering (3), kadang-kadang (4), jarang (5), dan tidak pernah (6).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Individu dan Keluarga

(29)

15

Status Gizi

Status gizi adalah suatu kondisi tubuh akibat asupan, penyerapan dan penggunaan zat gizi dari makanan dalam jangka waktu yang lama (Supariasa et al. 2001). Penilaian status gizi dapat ditentukan dengan berbagai cara, diantaranya secara antropometri, biologi, klinis, konsumsi pangan, dan faktor ekologi (Gibson 2005). Klasifikasi status gizi dalam penelitian berdasarkan gabungan IMT menurut kriteria WHO (2000) dan IMT/U menurut kriteria Kemenkes (2010) yaitu Kurus (IMT <18.5 atau Z < -2 SD), Normal (IMT 18.5-22.9 atau -2 SD ≤ Z <+1 SD), Overweight (IMT 23.0-24.9 atau +1 SD ≤ Z < +2 SD), Obesitas (IMT ≥25.0 atau Z ≥+2 SD). Berikut sebaran subjek berdasarkan klasifikasi status gizi.

Tabel 8 Sebaran subjek berdasarkan status gizi Status Gizi* Laki-laki Perempuan Total

n % n % N %

Kurus 1 5.9 5 4.9 6 5.0

Normal 13 76.5 85 82.5 98 81.7

Overweight 1 5.9 12 11.6 13 10.8

Obesitas 2 11.7 1 1.0 3 2.5

Total 17 100 104 100 120 100

* Uji beda Mann Whitney= p= 0.789

Tabel 8 menunjukkan secara keseluruhan status gizi baik subjek laki-laki atau perempuan termasuk dalam kategori normal. Secara umum dapat disimpulkan bahwa subjek perempuan (82.5%) lebih banyak memiliki status gizi normal dibandingkan subjek laki-laki (76.5%). Secara keseluruhan 81.7% subjek memiliki status gizi normal. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Santika (2004) yang membuktikan bahwa status gizi subjek pada umumnya adalah normal. Hasil uji beda menggunakan Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara status gizi subjek laki-laki dan perempuan (p=0.789).

Persepsi Tubuh

(30)

16

remaja, mereka beranggapan bahwa tubuh yang kurus dan langsing adalah yang ideal bagi wanita (Germove & Williams 2004).

Persepsi tubuh subjek dalam penelitian ini dinilai melalui beberapa metode, yaitu:

Figure Rating Scale (FRS) Test

Figure Rating Scale (FRS) merupakan metode penilaian persepsi tubuh yang dikembangkan oleh (Stunkard et al. 1983) dengan menggunakan skema gambar (siluet) yang memiliki interval dari sangat kurus dengan skor 1 sampai sangat gemuk dengan skor 9. Persepsi tubuh yang dinilai adalah persepsi tubuh saat ini, persepsi tubuh ideal, persepsi tubuh positif dan negatif. Persepsi tubuh adalah suatu perasaan atau pemikiran seseorang mengenai tubuhnya serta pandangan orang lain (Khor et al. 2009 dalam Dewi 2010). Persepsi tubuh terdiri dari tiga bagian, yaitu perasaan dan pikiran subjektif tentang tubuh, serta perasaan cemas terhadap tubuh dan perilaku atas ketidaknyamanan terhadap tubuh (Abramson 2007).

Persepsi bentuk tubuh saat ini/aktual, subjek laki-laki secara keseluruhan memilih gambar nomor 2, 3, 4, 6, 7 dan 8 sedangkan subjek perempuan memilih gambar nomor 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Gambar yang banyak dipilih sebagai persepsi tubuh aktual adalah gambar nomor 4. Subjek laki-laki memilih gambar nomor 4 lebih banyak dibandingkan perempuan atau sebesar 35.3%. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Septiadewi dan Briawan (2010) bahwa sebesar 31.2% gambar yang banyak dipilih oleh subjek perempuan sebagai persepsi tubuh aktual/saat ini adalah gambar nomor 4. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada sebagian yang menggangap dirinya sangat kurus dan ada pula yang menganggap dirinya sangat gemuk.

Berbeda pada persepsi tubuh ideal mereka, seluruh subjek laki-laki memilih gambar nomor 3, 4, dan 5 serta subjek perempuan memilih gambar nomor 2, 3, 4, dan 5. Gambar yang banyak dipilih subjek laki-laki adalah gambar nomor 4 dan 5 sebesar 47.1% sebagai persepsi tubuh idealnya, sedangkan subjek perempuan memilih gambar nomor 3 (50.5%) sebagai persepsi tubuh idealnya. Secara keseluruhan rata-rata gambar yang paling banyak dipilih subjek perempuan sebagai persepsi tubuh ideal adalah gambar nomor 3. Hal ini sesuai dengan penelitian Septiadewi dan Briawan (2010) bahwa sebesar 50.6% gambar yang paling banyak dipilih sebagai persepsi tubuh ideal atau persepsi tubuh diinginkan adalah gambar nomor 3. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Siswanti (2007) yang menyatakan bahwa sebagian besar subjek perempuan memilih gambar nomor 3 (56.3%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa wanita cenderung menginginkan tubuh yang kurus dan langsing (Germove & Williams 2004).

(31)

17

Tabel 9 Sebaran persepsi bentuk tubuh aktual subjek terhadap status gizi

Jenis Kelamin

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa subjek laki-laki yang mempersepsikan bentuk tubuh aktualnya normal tetapi berstatus gizi kurus lebih banyak dibandingkan subjek perempuan atau sebesar 75%. Subjek perempuan lebih banyak mempersepsikan tubuh aktualnya kurus tetapi berstatus gizi normal dibandingkan subjek laki-laki (23.8%). Selain itu subjek perempuan juga lebih banyak mempersepsikan tubuh aktualnya normal tetapi berstatus gizi gemuk (48.1%). Selebihnya subjek mempersepsikan bentuk tubuhnya sesuai dengan status gizinya. Secara keseluruhan baik subjek laki-laki ataupun perempuan mempersepsikan tubuh aktualnya sesuai dengan status gizi.

Persepsi tubuh dinyatakan dengan dua kategori yaitu persepsi negatif dan persepsi positif. Persepsi tubuh positif merupakan persepsi dimana penilaian terhadap tubuh aktualnya sesuai dengan status gizinya, sedangkan persepsi tubuh negatif merupakan persepsi dimana penilaian terhadap tubuh aktualnya tidak sesuai dengan status gizinya.

Berdasarkan Tabel 9 subjek perempuan yang mempersepsikan bentuk tubuh aktualnya kurus tetapi status gizinya normal, maka subjek dikatakan memiliki persepsi tubuh negatif. Sementara itu subjek yang mempersepsikan bentuk tubuh aktualnya kurus dan status gizinya kurus dapat dikatakan memiliki persepsi tubuh positif. Subjek yang mempersepsikan bentuk tubuh aktualnya kurus tetapi berstatus normal dapat dikatakan bahwa subjek tersebut merasa kurang percaya diri terhadap bentuk tubunya. Hal tersebut dapat memengaruhi hubungan sosial dengan teman sebayanya, karena subjek akan merasa bentuk tubuhnya tidak indah dan tidak ideal sehingga dapat memengaruhi pola makannya, kemudian subjek akan membatasi asupan makannya sehingga status gizi awal yang ideal akan berubah menjadi status gizi kurang. Berikut tabel klasifikasi persepsi tubuh subjek.

(32)

18

perempuan atau sebesar 70.6%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Marasabessy (2006) yang menyatakan bahwa 87.5% merasa remaja putri tidak puas dengan bentuk tubuhnya. Hasil penelitian Marasabessy juga menyatakan bahwa hanya terdapat 12.5% remaja putra yang memiliki persepsi tubuh negatif. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Siswanti (2007) dan Isnani (2011), yang menyatakan bahwa sebagian besar remaja putri memiliki persepsi tubuh negatif atau memiliki persepsi bahwa tubuhnya belum ideal masing-masing sebesar 60%.

Tabel 10 Sebaran subjek berdasarkan klasifikasi persepsi tubuh Persepsi* Laki-laki Perempuan Total

n % n % N %

Positif 12 70.6 46 44.7 59 49.2

Negatif 5 29.4 57 55.3 61 50.8

Total 17 100 103 100 120 100

* Uji beda Mann Whitney= p= 0.103

Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire-Appearance Scale (MBSRQ-AS)

Germove & Williams (2004) menyatakan persepsi tubuh adalah gambaran seseorang mengenai bentuk dan ukuran tubuhnya sendiri, gambaran ini dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran tubuh aktualnya, perasaannya tentang bentuk tubuhnya serta harapan terhadap bentuk dan ukuran tubuh yang diinginkannya. Apabila harapan tersebut tidak sesuai dengan kondisi tubuh aktualnya, maka hal ini dianggap sebagai persepsi tubuh yang negatif. Sedangkan berdasarkan Cash Pruzinsky (2002) dan Cash (1994), gambaran tubuh merupakan perasaan, pengalaman, sikap dan evaluasi yang dimiliki seseorang mengenai tubuhnya yang meliputi bentuk tubuh, ukuran tubuh, dan berat tubuh yang mengarah kepada penampilan fisik yang dapat bersifat positif atau negatif. Persepsi tubuh pada umumnya dialami oleh mereka yang menganggap bahwa penampilan adalah faktor yang paling penting dalam kehidupan. Hal ini terutama terjadi pada usia remaja. Mereka beranggapan bahwa tubuh yang kurus dan langsing adalah yang ideal bagi wanita (Germove & Williams 2004).

(33)

19

menjadi gemuk) dan self-classified weight scale (pengkategorian ukuran tubuh). Berikut sebaran subjek berdasarkan MBSRQ-AS Subscales.

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa subjek laki-laki lebih banyak memiliki persepsi negatif terhadap evaluasi penampilannya dibandingkan subjek perempuan yaitu sebesar 35.3%, artinya subjek merasa penampilan dan keseluruhan tubuhnya tidak menarik dan memuaskan, akan tetapi sebagian besar subjek memiliki persepsi normal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Cash et al. (2004) yang menunjukkan adanya peningkatan evaluasi penampilan dari periode tahun ke-3 hingga tahun ke-5 (1993-2001), artinya dari tahun ke tahun terjadi peningkatan kepuasan terhadap penampilan.

Tabel 11 Sebaran subjek berdasarkan Subskala MBSRQ-AS Subkala

Total 17 100 103 100 120 100 a Uji beda Mann Whitney= p= 0.000

(34)

20

dengan hasil penelitian Papalia (2008) yang menyatakan bahwa pada usia remaja banyak dari mereka yang berusaha mengubah penampilannya. Kepedulian terhadap penampilan dan gambaran tubuh yang ideal dapat mengarah kepada upaya obsesif seperti mengontrol berat badan. Menurut Dacey & Kenny (2001), pada umumnya beberapa usaha yang dilakukan oleh remaja yaitu dengan melakukan diet, berolahraga, melakukan perawatan tubuh, megonsumsi obat pelangsing dan lain-lain. untuk mendapatkan tubuh ideal sehingga terlihat menarik. Hasil uji menggunakan Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara jenis persepsi tubuh pada subskala appearance orientation subjek laki-laki dan perempuan.

Subskala ketiga yaitu body area satisfaction scale. Subjek perempuan atau sebesar 18.4% lebih banyak memiliki persepsi yang negatif terhadap kepuasan bagian tubuh dibandingkan subjek laki-laki, artinya subjek merasa tidak puas terhadap bagian tubuhnya secara spesifik, akan tetapi sebagian besar subjek memiliki persepsi normal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Cafri & Thompson (2004) yang menunjukkan bahwa perempuan merasa tidak puas terhadap bagian tubuhnya secara spesifik dibandingkan laki-laki. Hal ini juga sesuai dengan Berscheid et al. (1973), Cash, Winstead & Janada (1986), Garner (1997) yang menyatakan pada skala BASS, tingkat kepuasan terhadap bagian tubuh secara spesifik terus meningkat selama periode 25 tahun terakhir. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, didapatkan 2.91% perempuan memiliki persepsi positif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Chase (2001) yang menyatakan bahwa memiliki persepsi positif akan menyebabkan kepuasan yang lebih akan bagian tubuh atau sebaliknya. Hasil uji menggunakan Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara jenis persepsi tubuh pada subskala body area satisfaction scale subjek laki-laki dan perempuan.

Tabel 12 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kepuasan terhadap bagian tubuh Bagian Tubuh Tingkat Laki-laki Perempuan

(35)

21

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa 41.2% subjek laki-laki lebih puas terhadap tampilan ototnya dibandingkan dengan subjek perempuan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Santrock (2003) bahwa pada saat mulai memasuki masa remaja, seorang perempuan akan mengalami peningkatan lemak tubuh yang membuat tubuhnya semakin jauh dari bentuk tubuh yang ideal, sedangkan remaja laki-laki menjadi lebih puas karena massa otot yang meningkat. Sehingga remaja melakukan pengaturan pola makan, berolahraga, melakukan perawatan tubuh, mengkonsumsi obat pelangsing dan lain-lain untuk mendapatkan berat badan yang ideal (Dacey & Kenny 2001). Hal ini sesuai dengan konsep tubuh yang ideal pada perempuan adalah tubuh langsing (Sanggarwaty 2003), sedangkan pada laki-laki adalah tubuh berisi, berotot, berdada bidang, serta biseps yang menonjol (McCabe 2004). Hasil uji menggunakan Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara tampilan otot subjek laki-laki dan perempuan (p=0.046). Selebihnya sebanyak 47.6% subjek perempuan lebih merasa tidak puas terhadap bagian tubuhnya dibandingkan dengan subjek laki-laki, walaupun mayoritas subjek laki-laki merasa biasa saja akan keseluruhan penampilannya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Pope et al (2000) yang menunjukan bahwa perempuan lebih memperhatikan penampilan fisik dibandingkan laki-laki. Penjelasan ini bukan berarti penampilan fisik yang menarik hanya pada perempuan saja tetapi laki-laki pun terkadang memperhatikan penampilan mereka. Ketidakpuasan terhadap gambaran tubuh pada remaja perempuan umumnya mencerminkan keinginan untuk menjadi langsing, sedangkan pada remaja laki-laki ketidakpuasan terhadap tubuhnya juga timbul karena keinginan untuk menjadi lebih besar, lebih tinggi dan berorot (Evans 2008).

Secara keseluruhan dapat disimpulkan subjek menilai bagian tubuh mereka biasa saja seperti wajah, rambut, tubuh bagian bawah (pantat, paha, pinggul, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), tubuh bagian atas (dada, bahu, lengan) artinya subjek menerima apa adanya keadaan atau kondisi tubuh, sehingga merasa biasa atau tidak terlalu memperhatikan penampilan atau keseluruhan tubuh menarik, memuaskan atau tidak memuaskan. Sehingga tidak terdapat usaha untuk memperbaiki atau meningkatkan penampilan diri. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Andea (2010) yang menyatakan bahwa subjek merasa penampilan dan keseluruhan tubuhnya menarik serta memuaskan, subjek memperhatikan penampilan diri dan berusaha untuk memperbaiki serta meningkatkan penampilan dirinya, subjek merasa puas terhadap bagian tubuhnya secara spesifik, seperti wajah, rambut, tubuh bagian bawah (pantat, paha, pinggul, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), tubuh bagian atas (dada, bahu, lengan) dan peampilan secara keseluruhan.

(36)

22

dengan hasil penelitian Cash et al. (2004) yang menunjukkan adanya penurunan kecemasan untuk menjadi gemuk dari periode tahun ke-3 hingga tahun ke-5 (1993-2001), artinya dari tahun ke tahun terjadi penurunan kecemasan terhadap kegemukan. Hasil uji menggunakan Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara jenis persepsi tubuh pada subskala overweight preoccupation scale subjek laki-laki dan perempuan.

Subskala kelima yaitu self-classified weight scale. Subjek laki-laki atau sebesar 40% lebih banyak memiliki persepsi yang positif terhadap kategorisasi ukuran tubuh dibandingkan dengan subjek perempuan, artinya sebagian besar subjek laki-laki mempersepsikan berat badannya semakin gemuk, sedangkan perempuan semakin kurus. Sehingga kebanyakan subjek perempuan memiliki persepsi gambaran tubuh yang negatif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Borteyrou (2009) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi status gizi seseorang maka semakin tinggi pula mereka mempersepsikan berat badan mereka semakin kurus dan semakin gemuk. Hasil uji menggunakan Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara jenis persepsi tubuh pada subskala self-classified weight scale subjek laki-laki dan perempuan.

Body Image Ideals Questionnaire (BIQ)

The Body Image Ideals Questionnaire (BIQ) merupakan suatu metode yang terdiri dari 22 butir pertanyaan dan dikembangkan untuk menyediakan suatu penilaian evaluatif body image. BIQ berasal dari kerangka teori perbedaan diri (self-discrepancy). Berdasarkan penelitian yang masih ada, instrumen BIQ terdiri dari 10 karakteristik fisik : tinggi badan (height), warna kulit (skin complexion), tekstur dan ketebalan rambut (hair texture and thickness), ciri wajah (facial features), tonus otot dan definisi (muscle tone and definition), proporsi tubuh (body proportions), berat badan (weight), ukuran dada (chest or breast), kekuatan fisik (physical strength), dan koordinasi fisik (physical coordination) (Cash & Szmanski 1995).

(37)

23

Tabel 13 Sebaran subjek berdasarkan persepsi tubuh (BIQ) Persepsi Tubuh* Laki-laki Perempuan Total

n % n % N %

Negatif 0 0.0 6 5.8 6 5.0

Normal 9 52.9 51 49.5 60 50.0

Positif 8 47.1 46 44.7 54 45.0

Total 17 100 103 100 120 100

a Uji beda Mann Whitney= p= 0.683

Gangguan Makan

Elizabeth (2004) menyatakan gangguan makan adalah suatu gangguan mental yang dapat membinasakan dan memengaruhi lebih dari tujuh juta wanita setiap tahunnya, terutama di negara-negara barat seperti di Amerika Serikat dan Eropa. Walaupun gangguan makan berhubungan dengan makanan, pola makan, dan berat badan, gangguan tersebut bukanlah mengenai makanan, tetapi mengenai perasaan dan ekspresi diri, sedangkan menurut American Psychiatric Association (APA) (2005) Gangguan makan digambarkan sebagai gangguan berat dalam perilaku makan dan perhatian yang berlebihan tentang berat dan bentuk badan, biasanya terjadi pada usia remaja.

Persepsi gangguan makan subjek dalam penelitian ini dinilai metode The Eating Attitude Test (EAT-40) yang dikembangkan oleh Garner dan Garfinkel 1979, terdiri dari 40 butir pertanyaan multidimensi dan 3 subskala (dieting behaviour, oral control dan food preoccupation) yang dirancang untuk menilai sikap, perilaku, dan sifat-sifat yang saat ini mengalami gangguan makan khususnya anorexia nervosa. Metode ini mempunyai kriteria utama gangguan makan yaitu menjumlahkan skor aktual tes eating attitute test yang terdiri dari 40 butir pernyataan. Diikuti perhitungan skor IMT (Index Massa Tubuh) dan pengukuran tingkah laku selama 6 bulan terakhir sebagai kriteria penunjang (supporting criteria) untuk menentukan tingkat risiko/keparahan gangguan makan. Berikut tabel sebaran subjek berdasarkan kriteria utama EAT-40 dan tingkat risiko gangguan makan.

(38)

24

orang lain. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Reyes (2010) terhadap 2163 mahasiswa di Universitas Freshman menemukan bahwa 36.44% mahasiswa mengalami gangguan makan. Hal tersebut menunjukkan bahwa gejala gangguan makan telah sering terjadi pada mahasiswa di Puerto Rican, sedangkan sebesar 7.8% subjek perempuan mengalami risiko lebih gangguan makan, sehingga sesuai dengan hasil penelitian Austin & Brian (2008) yang menunjukkan bahwa hampir 15% anak perempuan dan 4% dari anak laki-laki yang menunjukkan kemungkinan terjadinya gangguan makan. Hal ini didukung hasil penelitian Garner & Garfinkel (1979) yang menunjukkan terdapat 5% perempuan yang mengalami anorexia nervosa.

Tabel 14 Sebaran subjek berdasarkan tingkat risiko gangguan makan

Gangguan makan* Laki-laki Perempuan Total

n % n % N %

Tidak berisiko 17 100.0 95 92.2 112 93.3

Risiko 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Risiko Lebih 0 0.0 8 7.8 8 6.7

Total 17 100 103 100 120 100

a Uji beda Mann Whitney= p= 0.236

Hubungan antara Persepsi Tubuh dengan Gangguan Makan

Hubungan persepsi tubuh (FRS) dengan gangguan makan (EAT-40)

Persepsi tubuh dalam penelitian ini terdiri dari persepsi terhadap tubuh aktual, ideal dan persepsi tubuh (positif dan negatif). Berikut hasil uji hubungan persepsi tubuh dengan gangguan makan.

Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis persepsi tubuh dengan gangguan makan pada subjek (p>0.05). Hal ini berarti semakin negatif atau positif persepsi tubuh subjek maka subjek belum tentu mengalami gangguan makan (eating disorders). Hubungan persepsi tubuh (MBSRQ-AS) dengan gangguan makan (EAT-40)

(39)

25

tubuh pada subskala overweight preoccupation scale (kecemasan menjadi gemuk) dengan gangguan makan terdapat hubungan yang signifikan. Artinya setiap kecemasan subjek menjadi gemuk semakin meningkat, akan menurunkan persepsi tubuh atau persepsi menjadi negatif sehingga akan meningkatkan gangguan makan.

Hubungan persepsi tubuh (BIQ) dengan gangguan makan (EAT-40)

Hasil analisis spearman juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi tubuh (BIQ) dengan gangguan makan pada subjek (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa semakin positif persepsi tubuh subjek maka belum tentu memiliki gangguan makan atau sebaliknya. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Furnham et al. (2002) bahwa semakin besar perbedaan antara bentuk tubuh aktual dan ideal, maka akan menggambarkan ketidakpuasan bobot yang lebih besar. Sehingga akan menyebabkan gangguan makan dan perilaku gangguan makan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Proporsi subjek dengan status gizi normal 81.7%, 10.0% overweight, 3.3% obesitas dan 5.0% kurus. Penilaian MBSRQ-AS diperoleh subjek memiliki persepsi negatif terhadap evaluasi penampilan sebesar 80%, orientasi penampilan 99.2%, dan kepuasan terhadap bagian tubuh 80.8%; sedangkan 57.5% subjek cemas menjadi gemuk dan 71.7% subjek perempuan memiliki persepsi negatif terhadap kategori ukuran tubuh. Tidak terdapat gangguan makan pada subjek laki-laki sedangkan 7.8% subjek perempuan mengalami gangguan makan dengan risiko lebih karena merasa memiliki keinginan untuk makan terus-menerus dan tidak dapat berhenti makan (2-3x sebulan). Subjek mempercayai bahwa karakteristik fisik yang mereka miliki sudah sesuai dengan fisik ideal yang mereka inginkan sehingga subjek menerima apa adanya keadaan/kondisi tubuh, dan merasa biasa atau tidak terlalu memperhatikan penampilan atau keseluruhan tubuh mereka menarik, memuaskan atau tidak memuaskan, sehingga tidak terdapat usaha untuk memperbaiki atau meningkatkan penampilan diri. Hal ini yang menyebabkan rendahnya kepentingan/upaya subjek untuk memiliki fisik yang ideal. Sebagian besar subjek merasa biasa terhadap kecemasan untuk menjadi gemuk atau tidak khawatir terhadap peningkatan/penurunan berat badan. Hal ini menyebabkan tidak terdapat kecenderungan melakukan pengaturan pola makan. Sehingga tidak terdapatnya subjek yang berisiko mengalami gangguan makan (eating disorders).

(40)

26

(pengkategorian ukuran tubuh) dengan gangguan makan. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara, persepsi tubuh (FRS) dengan gangguan makan, persepsi tubuh (BIQ) dengan gangguan makan

Saran

Penggunaan metode BIQ harus lebih diperhatikan karena dapat memperlihatkan perbedaan dan kepentingan karakteristik fisik ideal dan aktual seseorang. Penelitian selanjutnya disarankan untuk membandingkan metode-metode yang paling sensitif atau dapat digunakan di Indonesia untuk menilai persepsi tubuh dan gangguan makan yang dimiliki oleh remaja serta faktor-faktor lain yang memengaruhinya, menilai perilaku diet untuk mengetahui kecenderungan subjek melakukan diet-diet ketat yang menyebabkan defisiensi energi dan zat-zat gizi.

DAFTAR PUSTAKA

Abramson E. 2007. Body Intelligence: Menurunkan dan Menjaga Berat Badan Tanpa Diet. Dwi Prabantini, penerjemah. Yogyakarta (ID): Andi Publisher.

[APA] American Psychiatric Association. 2005. Let’s talk facts about eating disorders. Available from: http://www.healthyminds.org/letstalkfacts.cfm. Tanggal akses: 2 May 2014

Andea R. 2010. Hubungan antara body image dan perilaku diet pada remaja [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara

Ando T, Ichimaru Y, Konjiki F, Shoji M & Komaki G. 2007. Variations in the preproghrelin gene correlate with higher body mass index, fat mass, and body dissatisfaction in young japanese women. Am J Clin Nutr. 86: 25–32. Austin & Brian S. 2008. Screening High School Students for Eating Disorders:

Results of a National Initiative. Prev Chronic Dis. 5(4): A114

[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2009. Gerakan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jakarta.

Brown TA, Cash TF & Lewis RJ. 1989. Body-image disturbances in adolescent female binge-purgers: A brief report of the results of a national survey in the U.S.A. Journal of Child Psychology and Psychiatry. 30: 605-613. Berscheid E, Walster E & Bohrnsedt G. 1973. The happy American body: a

survey report. Psychology today. 119-131

Borteyrou X. 2009. Psychometric properties of the french adaptation of the multidimentional body self relations questionnaire-appearance scales. Psyhological reposrts. 105: 461-471

Cafri G, Thompson JK. 2004. Measuring male body image: a review of the current methodology. Psychology of men & masculinity. 5(1):18-29

(41)

27

Cash TF. 1994. Body image attitude: evaluation, investment, and affect. Perceptual and motor skill. 78: 1168-1170

Cash T & Pruzinsky T. 2002. Body images: a handbook of theory, Research, and clinical practice. London (GB): The Guilford Press

Cash TF & Szymanski M. 1995. The development and validation of the Body-Image Ideals Questionnaire. Journal of Personality Assessment. 64: 466-477.

Cash TF, Morrow JA, Hrabosky JI & Perry AA. 2004. How has body image changed? A cross-sectional investigation of college women and men from 1983 to 2001. Journal of counseling and clinical psychology 72(6): 1081-1089

Cash TF, Winstead B & Janada L. 1986. The great American shape-up. Psychology today. 20(4): 30-37

Chase ME. 2001. Identity development and action in college females [thesis]. Menomonie (US): University Of Wisconsin.

Dacey J and Kenny M. 2001. Adolescent development (2th ed). USA (US): Brown & Benchmark Publishers.

Dewi SD. 2010. Perbandingan penggunaan metode body shape questionnaire (BSQ) dan figure rating scale (FRS) untuk pengukuran persepsi tubuh pada siswi SMA [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Elizabeth S. 2004. Penyimpangan Pola Makan. Majalah Komunikasi Maranatha [Internet]; 12(10): Tersedia pada www.majour.maranatha.edu/index.php/ Jurnal/779. Tanggal pada tanggal 14 Juni 2014

Evans, Retta R, Jane Roy, Brian G, Karen We, & Donna B. 2008. Ecological strategies to promote healthy body image among children. The journal of school health. 78(7): 359-367

Furnham A, Badmin N, Sneade I. 2002. Body image dissatisfaction: gender differences in eating attitudes, self-esteem, and reason for exercise. The Journal of Physchology. 136(6): 581-596

Garner DM. 1997. The 1997 body image survey results. Psychology today. 30: 75-84

Garner DM & Garfinkel PE. 1979. The eating attitudes test: an index of the symptoms of anorexia nervosa. Psychological Medicine. 9: 273-279

Germove J, William L. 2004. A Sociology of food & Nutrition: The Social Appetite. New York (US): Oxford University Press.

Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assesment Second Editioni. Oxford [GB]: University Press

(42)

28

Isnani F. 2011. Praktik hidup sehat dan persepsi tubuh ideal remaja putri SMA Negeri 1 Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Reyes ML. 2010. Eating Disorder Symptomatology: Prevalence among Latino

College Freshmen Students. J Clin Psychol. 66 (6): 666–679.

Keel PK and Klump PL. 2003. Are eating disorders culture bound syndrome? Implications for conceptualizing their etiology. Physichological Bulletin 129: 747-769

[Kemenkes RI] Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Republik Indonesia. 2010. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.

Khan AN, Khalid S, Khan HI and Mehnaz J. 2011. Impact of today’s media on university student’s body image in Pakistan: a conservative, developing country’s perspective. Pub Health 11(3): 79-87

Kirkwood BR. 1988. Essentials of medical statistics. Cambridge (US): Blackwell Scientific Publication, Inc.

Lewinsohn P. M, Striegel-Moore, R. H, & Seeley, J. R. 2000. Epidemiology and natural coursee of eating disorders in young women from adolescence to young adulthood. Journal of the American Academy of Child and Adolescent Phychiatry. 39: 1284-1292

Makino M, Tsuboi K, Dennerstein L. 2004. Prevalence of eating disorders: a comparison of western and non-western countries. Health Psychol 7(6):75-84.

Marasabessy N. 2006. Hubungan ukuran tubuh aktual dan ekspos media massa terhadap body image mahasiswa putra dan putri IPB [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

McCabe MP. 2004. A longitudinal study of pubertal timing and extreme body change behaviors among adolescent boys and girls. [on-line]. Available FTP:http;//findarticles.com/p/articles/mi_m2248/is_153_39/ai_n6140287/ print. Tanggal akses: 23 November 2013.

Monks FJ. 1999. Psikologi perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ochoa Hoyos AM. 2007. Body image: Differences and similarities between Colombian and Dutch teenagers. Perspectivas en Nutricion Humana 9(2):109-122.

Papalia DE, Olds SW, dan Feldman RD. 2008. Human development (Psikologi perkembangan edisi kesembilan). Jakarta (ID): Kencana

Pope HG, Phillips KA, & Olivardia R. 2000. The Adonis complex: The secret crisis of male body obsession. Sydney (AU): The Free Press.

(43)

29

Santika O. 2004. Hubungan faktor sosial ekonomi, status gizi dan penyakit dengan keluhan kesehatan pada mahasiswa putra Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB tahun 2002/2003 [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Santrock JW. 2003. Adolescents: Perkembangan remaja (edisi keenam). Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.

Seawell AHH & Danorf-Burg S. 2005. Body image and sexuality in women with and without systemic lupus erythematosus. Sex Roles [Internet]. [diunduh 2014 Jan 28]; 5(11/12): 865-876. Available FTP: http://findarticles.com/ p/articles/mi_m2294/is_11-12_53/ai_n16083985.

Septiadewi D dan Briawan D. 2010. Penggunaan metode body shape questionnaire (BSQ) dan figure rating scale (FRS) untuk pengukuran persepsi tubuh remaja perempuan. Gizi Indon. 33(1): 29-36.

Siswanti. 2007. Hubungan body image dan perilaku makan, perilaku sehat, status gizi dan kesehatan mahasiswa [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Stice E. 2002. Risk and maintenance factors for eating pathology: A meta-analytic review. Psychol Bulletin 128(8): 25-48.

Stunkard AJ, Sørensen T, Schulsinger F. 1983. Use of the Danish adoption register for the study of obesity and thinness. Res Publ Assic Res Nerv Ment Dis 60(1): 15-20.

Supariasa IDN, Bakri B dan Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta [ID]: Buku Kedokteran EGC.

Van Hoeken D, Seidell J, and Hoek H. 2003. Epidemiology. In J. Treasure U. Schmidt & E. Van Furth, editor. Handbook of eating disorders (2nd edn). (p. 1134). Chichester (GB): Wiley.

Van Son G, Van Hoeken D, Bartelds AIM, Van Furth E, and Hoek H. 2006. Time trends in the incidence of eating disorders: a primary care study in the Netherland. Int J Eat Disord. 39: 565-569.

Winzeler A. 2005. A healthy body image. UNH departement of family studies [Internet]. Available FTP: www.adolescence.unh.edu/healthybodyfinal.pdf. Tanggal akses: 14 Juni 2014.

(44)

30

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pati pada tanggal 21 Juli 1992. Penulis merupakan putra bungsu dari dua bersaudara pasangan Sugeng Rahayu dan Nurma AN. Pendidikan penulis diawali pada tahun 1998-2004 di Sekolah Dasar Negeri 01 Pati dan melanjutkan masa pendidikannya di SMP Negeri 03 Pati tahun 2004-2007 serta SMA Negeri 02 Pati tahun 2004-2007-2010. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Setelah satu tahun mengikuti program Tingkat Persiapan Bersama (TPB), penulis melanjutkan studi di mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA).

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran
Tabel 1 Variabel, jenis, dan cara pengumpulan data
Tabel 2 Pertanyaan tingkah laku 6 bulan terakhir metode EAT-40
Tabel 3 Kategori akhir gangguan makan metode EAT-40
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan uji chi square , di dapatkan hasil p=0,000 dengan nilai p&lt;0.05 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan

Hasil penelitian pada subskala ketiga yaitu kepuasan terhadap bagian tubuh ( body area satisfaction scale ) sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa

Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dengan korelasi yang kuat dan arah korelasi positif antara indeks massa tubuh dengan kejadian

Hasil analisis bivariat menggunakan uji fisher dan chi-square dengan taraf kepercayaan 95 %, menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi pasien tentang

Hasil uji statistik Chi Square , menunjukan nilai p 0.189, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang gizi seimbang dengan Indeks

-Lampiran Chi-square test Pola makan dan Indeks Massa Tubuh?.

Sebagian besar subjek memiliki persepsi tubuh positif (48.5%), yang terdiri dari 44.7% subjek tidak berisiko gangguan makan dan 3.9% subjek memiliki risiko lebih gangguan

Berdasarkan hasil korelasi tersebut, dinyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi terhadap kesehatan dengan kesadaran mindfulness menyetor sampah anggota