PERSEPSI TENTANG BENTUK TUBUH DAN STATUS GIZI
SERTA HUBUNGANNYA DENGAN KELUHAN PENYAKIT
SITI SURYANI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Persepsi tentang bentuk tubuh dan Status Gizi serta hubungannya dengan Keluhan Penyakit”
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Siti Suryani
ABSTRAK
SITI SURYANI. Persepsi tentang bentuk tubuh dan Status Gizi serta hubungannya dengan Keluhan Penyakit. Dibimbing oleh HARDINSYAH.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan persepsi bentuk tubuh, status gizi (IMT) hubungannya dengan skor keluhan penyakit. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study. Subjek pada penelitian ini berjumlah 90 orang yang terdiri dari pria dan wanita dewasa berusia 30-50 tahun yang bekerja sebagai staf administrasi IPB. Skor keluhan penyakit dikembangkan berdasarkan tingkat keparahan dan dampak dari keluhan penyakit. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi bentuk tubuh dan status gizi (IMT) dan skor keluhan penyakit (p<0.05)
Kata kunci: bentuk tubuh, status gizi, keluhan penyakit.
ABSTRACT
SITI SURYANI. Perception of Body Shape, Nutritional Status and Its Correlation with Disease Complaints. Supervised by HARDINSYAH.
This study aimed to analyze the correlation between the perception of body shape and nutritional status and its association with disease complaints score. This study used a crossectional study design. Subjects in this study were 90 adult males and females aged 30-50 years of IPB administration staff. The disease complaints score were developed based on severity and impact of disease complaints. The results of the statistic test showed a significant correlation between the perception of body shape and nutritional status (BMI) and disease complaints score (p<0.05)
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi Departemen Gizi Masyarakat
PERSEPSI TENTANG BENTUK TUBUH DAN STATUS GIZI
SERTA HUBUNGANNYA DENGAN KELUHAN PENYAKIT
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Persepsi tentang Bentuk Tubuh dan Status Gizi serta hubungannya dengan Keluhan Penyakit
Nama : Siti Suryani NIM : I14090123
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Rimbawan Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulisan skripsi berjudul “Persepsi tentang Bentuk Tubuh dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Keluhan Penyakit” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana (S1) Gizi di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu dan pikirannya dalam memberikan arahan, saran, dan selalu memberikan motivasi kepada penulis selama masa studi sampai dengan proses penyusunan skripsi serta Ibu Dr. Katrin Roosita, SP, M.Si selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah banyak memberikan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih juga kepada kepala bagian SDM Rektorat yang telah memberikan izin penelitian, serta staf pegawai Rektorat yang turut berpartisipasi dan bersedia menjadi contoh dalam penelitian ini.
Terima kasih yang tulus ikhlas terutama kepada Bapak dan Ibu atas segala doa, kasih sayang, dukungan dan semangat yang selalu diberikan. Terima kasih pula kepada teman-teman Gizi Masyarakat angkatan 46 yang telah memberikan semangat dan motivasi yang luar biasa selama studi di Institut Pertanian Bogor. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala doa, dukungan yang telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun kepada penulis. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk saya dan pembaca pada umumnya.
Bogor, Maret 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
KERANGKA PEMIKIRAN 2
METODE 3
Desain, Waktu, Tempat dan Contoh 3
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 4
Pengolahan dan Analisis Data 5
Definisi Operasional 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Karakteristik Sosial Ekonomi 9
Persepsi BB dan TB 9
Status Gizi 10
Persepsi Bentuk Tubuh 12
Ketidakpuasan Bentuk Tubuh 13
Keluhan Penyakit dan Kesehatan 14
Riwayat Penyakit Keluarga 16
Keadaan Psikososial 16
Jenis Pangan yang disukai 18
Analisis hubungan Persepsi Bentuk Tubuh, Status Gizi dengan Keluhan
Penyakit dan Kesehatan 18
SIMPULAN DAN SARAN 20
Simpulan 20
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 21
DAFTAR TABEL
1 Jenis dan cara pengumpulan data 5
2 Jenis variabel dan pengkategorian data penelitian 6
3 Skor keluhan penyakit dan kesehatan 7
4 Sebaran contoh menurut karakteristik sosial ekonomi dan usia 9
5 Sebaran contoh menurut persepsi BB dan TB 10
6 Sebaran contoh menurut status gizi (IMT) dan usia 11 7 Sebaran contoh menurut persepsi bentuk tubuh 12 8 Persentase persepsi bentuk tubuh berdasarkan status gizi (IMT) 13 9 Sebaran contoh yang tidak puas dengan bentuk tubuh 14 10 Persentase keluhan penyakit, keluhan kesehatan dan bentuk tubuh
berdasarkan total contoh 15
11 Persentase keadaan psikososial berdasarkan total contoh dari
masing-masing bentuk tubuh 17
12 Uji hubungan persepsi bentuk tubuh, status gizi dengan keluhan
penyakit dan kesehatan 19
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran hubungan persepsi bentuk tubuh, status gizi dan
keluhan penyakit dan kesehatan 3
2 Cara penarikan contoh 4
3 Klasifikasi bentuk tubuh 7
DAFTAR LAMPIRAN
1 Uji validitas contoh 24
2 Persentase keluhan penyakit serta keluhan kesehatan berdasarkan kelompok usia dan total contoh bentuk Ektomorf 24 3 Persentase keluhan penyakit serta keluhan kesehatan berdasarkan
kelompok usia dan total contoh bentuk Mesomorf 25 4 Persentase keluhan penyakit serta keluhan kesehatan berdasarkan
kelompok usia dan total contoh bentuk Endomorf 25 5 Persentase keadaan psikososial berdasarkan kelompok usia dan total
contoh bentuk Ektomorf 26
6 Persentase keadaan psikososial berdasarkan kelompok usia dan total
contoh bentuk Mesomorf 27
7 Persentase keadaan psikososial berdasarkan kelompok usia dan total
contoh bentuk Endomorf 27
8 Persentase jenis pangan yang disukai berdasarkan kelompok usia
dan total contoh bentuk Ektomorf 28
9 Persentase jenis pangan yang disukai berdasarkan kelompok usia
10 Persentase jenis pangan yang disukai berdasarkan kelompok usia
dan total contoh bentuk Endomorf 30
1
PENDAHULUAN
Berdasarkan data Riskesdas (2013) prevalensi laki-laki gemuk (IMT>25 kg/m2) umur >18 tahun sebesar 19.7% dan prevalensi perempuan 32.9%. Jumlah ini mengalami peningkatan dari enam tahun sebelumnya yaitu 13.9% pada laki-laki dan 14.8% pada perempuan. Sementara obesitas sentral pada usia dewasa sebesar 26.6% yang sebelumnya enam tahun yang lalu sebesar 18.8%. Kejadian ini diakibatkan karena kurangnya pengetahuan dan berbagai masalah kompleks lainnya yang berkaitan dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi dan budaya. Kondisi ini perlu mendapat perhatian karena berhubungan dengan kesehatan dan produktivitas kerja. Menurut Hardinsyah (2007), individu dewasa yang mengalami kegemukan dari segi sosial akan berdampak terhadap perasaan rendah diri kelambanan bergerak, kurang fashionable, dan malu bergaul, sedangkan dari segi ekonomi, kegemukan berisiko mengurangi produktivitas kerja, hari produktif, usia produktif, dan meningkatkan pengeluaran kesehatan.
Bentuk tubuh erat kaitannya dengan status gizi. Status gizi individu dewasa merupakan salah satu indikator kondisi kesehatan individu. Pengkategorian status gizi di Indonesia umumnya dinyatakan dengan indeks massa tubuh (IMT). Secara umum, nilai indeks massa tubuh (IMT) dapat mencerminkan bentuk tubuh individu normal. Penelitian Maddan et al. (2008) menyatakan individu dengan indeks massa tubuh kurang dari 19 kg/m2 cenderung memiliki bentuk tubuh ektomorf (pisang), individu dengan indeks massa tubuh antara 19 sampai 25 kg/m2 cenderung memiliki bentuk tubuh mesomorf (pir), dan individu dengan indeks massa tubuh lebih dari 25 kg/m2 cenderung memiliki bentuk tubuh endomorf (apel)
Bentuk tubuh merupakan salah satu sumber informasi untuk mengetahui kesehatan dan risiko penyakit (Wells et al. 2007). Risiko penyakit dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dan keluhan kesehatan. Keluhan kesehatan terkait risiko penyakit umumnya lebih dominan dialami oleh mereka yang memiliki status gizi lebih dengan bentuk tubuh endomorf (Despres 2006). Status gizi kurang atau lebih bisa menimbulkan keluhan kesehatan dan gangguan penyakit baik infeksi maupun kronik.
Pengkajian bentuk tubuh terkait dengan keluhan kesehatan dan risiko penyakit masih belum banyak dilakukan, khususnya di Indonesia. Penelitian umumnya berfokus pada body image. Padahal, bentuk tubuh merupakan salah satu indikator yang merefleksikan kondisi kesehatan sehingga dapat memprediksi risiko penyakit. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait persepsi tentang bentuk tubuh dan status gizi serta hubungannya dengan keluhan penyakit.
2
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai persepsi tentang bentuk tubuh dan status gizi serta hubungannya dengan keluhan penyakit Selain itu, Informasi ini juga diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan di bidang gizi. Bagi perguruan tinggi diharapkan juga sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi pendidikan, pengembangan penelitian, dan pengabdian masyarakat.
KERANGKA PEMIKIRAN
Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan utilisasi (utilization) zat gizi makanan (Riyadi 2006). Pengukuran status gizi ditentukan dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu yang diukur dengan cara berat badan dalam satuan kilogram (kg) dibagi dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat (m2). Menurut American National Heart Lung and Blood Institute (NHLBI) salah satu cara untuk memprediksi resiko penyakit adalah menentukan Berat Badan (BB) dengan melakukan pengukuran terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT), semakin besar nilai IMT seseorang maka risiko kesehatan yang ditimbulkan juga semakin tinggi. Faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah status kesehatan, umur, jenis kelamin, dan keadaan fisiologis (hamil). Namun dalam penelitian ini keadaan fisiologis merupakan variabel yang tidak diteliti.
Bentuk tubuh erat kaitannya dengan status gizi. Status gizi individu dewasa merupakan salah satu indikator kondisi kesehatan individu. persepsi bentuk tubuh merupakan gambaran atau penilaian seseorang tentang bentuk fisik tubuh terkait struktur tulang, distribusi otot dan lemak. Pengukuran persepsi bentuk tubuh ini menggunakan teori somatotype yang dikembangkan oleh Sheldon (1940) yang mengklasifikasikan bentuk tubuh laki-laki dan perempuan dewasa menjadi tiga kelompok yaitu, ektomorf (pisang), mesomorf (pir) dan endomorf (apel). Menurut Wells et al. (2007), bentuk tubuh merupakan salah satu sumber informasi untuk mengetahui kesehatan dan risiko penyakit.
3
Keterangan:
: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang dianalisis
: Hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Hubungan persepsi bentuk tubuh, status gizi dan keluhan penyakit dan kesehatan
METODE
Disain, Tempat, Waktu dan Contoh
Penelitian ini menggunakan disain crossectional study yang dilakukan di Rektorat IPB Dramaga. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan pertimbangan adanya kemudahan akses dan perizinan dalam pengambilan data. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan selama bulan Nopember-Desember 2013 sedangkan pengolahan data dilakukan pada bulan Januari 2014.
Pengambilan contoh dilakukan secara purposive dengan kriteria inklusi laki-laki dan perempuan umur 30-50 tahun yang bekerja di Rektorat IPB yang bersedia menjadi contoh dan mengisi kuesioner. Contoh yang termasuk kriteria ekslusi yaitu keadaan fisiologis (hamil). Jumlah contoh minimal dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus slovin (Sevilla et al. 2007) sebagai berikut:
n = N 1+N(d2) Keterangan:
n = Jumlah contoh
N = Jumlah populasi (321 orang)
d = Tingkat kesalahan yang dapat ditolerir (10%) Keluhan kesehatan Keluhan penyakit
(infeksi dan non infeksi)
Persepsi bentuk tubuh - Endomorf
- Mesomorf - Ektomorf Kondisi fisiologis Status gizi (BB/TB)
Karakteristik contoh: - Umur
4
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas, diperoleh jumlah contoh minimal adalah sebanyak 76 orang. Jumlah contoh yang diambil saat penelitian lebih banyak dari jumlah contoh minimal yaitu sebanyak 90 orang. Berikut cara penarikan contoh yang dilakukan (Gambar 2)
BUD Data &
Secara keseluruhan jumlah staf yang bekerja di Rektorat IPB sebesar 321 orang (Database Rektorat IPB 2013). Jumlah contoh yang diperkirakan dapat berpartisipasi dalam penelitian ini dan memenuhi kriteria adalah sebesar 140 orang. Jumlah total contoh merupakan gabungan staf dari beberapa bagian (ruangan) di Rektorat. Jumlah staf yang dijadikan contoh berkurang lagi pada tahapan-tahapan penelitian, diantaranya karena ada beberapa contoh yang tidak mengembalikan kuesioner. selain itu terdapat beberapa data kuesioner yang tidak diisi lengkap oleh contoh sehingga beberapa data missing dan tidak dapat dimasukkan sebagai contoh penelitian. Sehingga jumlah contoh yang didapat yaitu sebesar 90 orang.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer terdiri dari data karakteristik sosial ekonomi contoh yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pendapatan. Data status gizi diperoleh dari hasil Indeks Massa Tubuh (IMT) contoh. Data Indeks Massa Tubuh (IMT) diambil dengan cara mengetahui Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) contoh. Data bentuk tubuh yang diperoleh melalui gambar (siluet) bentuk tubuh laki-laki dan perempuan dewasa yang diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu ektomorf (pisang),
Rektorat IPB
Memenuhi kriteria dan bersedia mengikuti
5 mesomorf (pir) dan endomorf (apel) yang di sertai dengan penjelasan komponen karakteristik fisik dari masing-masing bentuk tubuh. Data keluhan kesehatan dan penyakit, keadaan psikososial dan konsumsi jenis pangan yang disukai dikumpulkan menggunakan kuesioner. Berikut adalah rangkuman jenis dan cara pengumpulan data.
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
No Variabel Cara pengumpulan data
1. Karakteristik contoh
2. Status gizi Pengisian kuesioner
BB
5. Keluhan kesehatan Pengisian kuesioner 4. Keluhan penyakit
6
Tabel 2 Jenis variabel dan pengkategorian data penelitian
No Variabel Kategori
1. Jenis kelamin 1. Laki-laki
2. Perempuan
2. Usia 1. 30-40 tahun
2. 41-50 tahun
3. Pendidikan 1. SLTA
2. S0/D3 3. S1 4. S2/S3
4. Pendapatan 1. <2.000.000
2. 2.000.000-5.000.000 3. >5.000.000
5. Status gizi 1. Sangat kurus
2. Kurus 3. Normal 4. Gemuk
6. Persepsi BB 1. Kurus sekali
2. Kurus 3. Normal 4. Gemuk 5. Gemuk sekali
7. Persepsi TB 1. Pendek
2. Normal 3. Tinggi
4. Tinggi jangkung 8. Persepsi bentuk tubuh 1. Ektomorf
2. Mesomorf 3. Endomorf 9. Riwayat penyakit keluarga 1. Ya
7
Gambar 3 Klasifikasi bentuk tubuh
Ektomorf Mesomorf Endomorf
1. Struktur tulang badan
1.Pada pria struktur tulang bahu dan dada lebar
2.Pada wanita menyerupai bentuk tubuh gitar atau pir (bahu kecil, pinggang dan pinggul lebar) 3.Mudah menaikkan dan
menurunkan berat badan
4.Bila gemuk pada wanita timbunan lemak terdapat pada bokong, pinggul dan paha. Pada pria yaitu dada, pinggul dan paha.
Skor keluhan penyakit berdasarkan tingkat keparahan atau dampak dari keluhan penyakit yang diderita contoh, semakin tinggi skor menunjukkan bahwa tingkat keparahan atau dampak yang ditimbulkan semakin parah dan kompleks. Sedangkan pemberian skor keluhan kesehatan disesuaikan dengan keluhan penyakit contoh. Berikut disajikan tabel pemberian skor terhadap berbagai jenis keluhan penyakit dan keluhan kesehatan contoh.
Tabel 3 Skor keluhan penyakit dan kesehatan
8
Definisi Operasional
Persepsi bentuk tubuh adalah anggapan atau penilaian contoh terhadap bentuk tubuh.
Bentuk tubuh adalah bentuk fisik contoh berdasarkan struktur tulang dan distribusi lemak
Contoh adalah seluruh staf yang bersedia mengikuti setiap tahap penelitian. Karakteristik sosek contoh adalah keadaan contoh yang meliputi usia dan jenis
kelamin, pendapatan dan pendidikan
Keadaan psikososial adalah keadaan yang terkait karakter atau sifat dasar yang dimiliki contoh
Usia adalah lama hidup contoh yang dihitung berdasarkan waktu lahir dan waktu penelitian.
Pendidikan adalah lama pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh contoh. Pendapatan adalah besarnya rata-rata pendapatan keluarga contoh
perkapita/bulan dalam rupiah.
Status gizi adalah BB dan TB contoh yang hasilnya dinyatakan dalam bentuk Indeks Massa Tubuh.
Keluhan kesehatan sesuatu yang dirasakan dan dapat menggangu fungsi normal tubuh.
Keluhan penyakit sesuatu yang dirasakan dan dapat dinilai oleh orang lain melalui pemeriksaan.
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Sosial Ekonomi
Karakteristik sosial ekonomi contoh meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 4. Sebagian besar contoh adalah laki-laki yaitu 56.7% dan 43.3% adalah perempuan. Umumnya contoh lebih didominasi oleh kelompok yang berada pada rentang usia 41-50 tahun (63.3%) dan 36.7% pada rentang usia 30-40 tahun. Sebagian besar contoh menyelesaikan pendidikan SLTA (46.7%). Tingkat pendapatan menunjukkan pendapatan keluarga per kapita contoh berada pada golongan 2.000.000-5.000.000 rupiah per bulan.
Tabel 4 Sebaran contoh menurut karakteristik sosial ekonomi dan usia
Karakteristik 30-40 tahun 41-50 tahun Total
Persepsi Berat Badan dan Tinggi Badan
Contoh pada penelitian ini masing-masing memberikan persepsi mengenai berat badan dan tinggi badannya. Berdasarkan Tabel 5 Sebagian besar contoh laki-laki memberikan persepsi terhadap berat badan termasuk kategori gemuk (45.1%) yang didominasi oleh contoh dengan usia 41-50 tahun (46.2%). Sedangkan untuk tinggi badan sebagian besar contoh memberikan persepsi tinggi badan termasuk kategori normal (78.4%), persentase usia contoh 41-50 tahun lebih banyak (76.9%) dibandingkan pada usia 30-40 tahun. Sebagian besar contoh perempuan yang berada pada kelompok usia 30-40 tahun sebesar 52.4% memberikan persepsi berat badan termasuk kategori gemuk dan tinggi badan termasuk kategori normal 81.0%.
10
Tabel 5 Sebaran contoh menurut persepsi berat badan (BB) dan tinggi badan (TB)
Persepsi BB dan TB 30-40 tahun 41-50 tahun Total
11 keadaan kelebihan atau kekurangan ini berlangsung lama akan berakibat pada terjadinya gangguan pada fungsi tubuh dan timbulnya penyakit.
Pengelompokan status gizi contoh pada penelitian ini didasarkan pada Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut berat badan dan tinggi badan (BB/TB). Pengelompokan status gizi berdasarkan BB/TB dimaksudkan untuk mengetahui keadaan status gizi contoh. Dapat dilihat pada Tabel 3 Berdasarkan indikator status gizi BB/TB. Rata-rata berat badan dan tinggi badan contoh laki-laki 67.7±14.5 kg dan 166.1±5.8 cm. Rata-rata berat badan dan tinggi badan contoh perempuan 58.3±9.6 kg dan 155.8±5.7 cm.
Rata-rata IMT contoh laki-laki (24.5±4.7 kg/cm2) lebih besar dibandingkan IMT perempuan (24.1±3.9 kg/m2). Hal ini sesuai dengan penelitian Janssen et al. (2004) yang menyatakan bahwa rata-rata IMT laki-laki dewasa lebih besar dibandingkan perempuan, sementara penelitian yang dilakukan oleh Tschoukalova et al. (2008) menunjukkan bahwa lemak abdominal meningkat secara signifikan seiring dengan peningkatan nilai IMT. Pada penelitian ini sebagian besar contoh berstatus gizi gemuk (55.6%). Persentase gemuk pada contoh usia 41-50 tahun (63.2%) lebih banyak dibandingkan pada usia 30-40 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Wells et al. (2007) yang menyatakan kelebihan berat badan atau obesitas meningkat secara signifikan seiring dengan peningkatan usia.
Tabel 6 Sebaran contoh menurut status gizi (IMT) dan usia
Status gizi 30-40 tahun 41-50 tahun Total
12
Persepsi bentuk tubuh
Persepsi bentuk tubuh pada penelitian ini merupakan persepsi mengenai bentuk fisik tubuh seseorang terkait struktur tulang, dan distribusi lemak tubuh. Secara umum klasifikasi bentuk dasar tubuh manusia dewasa menurut Sheldon (1940) dikenal dengan teori somatotype (bentuk tubuh). Berdasarkan Tabel 7 Sebagian besar bentuk tubuh yang dipilih contoh laki-laki dan perempuan adalah bentuk endomorf sebesar 46.7%, bentuk mesomorf sebesar 42.2%, dan ektomorf sebesar 11.1%. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi contoh terhadap bentuk tubuhnya cenderung ke arah persepsi bentuk tubuh endomorf (bentuk apel).
Tabel 7 Sebaran contoh menurut persepsi bentuk tubuh
Persepsi bentuk tubuh 30-40 tahun 41-50 tahun Total
n % n % n %
Laki-laki
Ektomorf (pisang) 3 25.0 3 7.7 6 11.8
Mesomorf (pir) 5 41.7 15 38.5 20 39.2
Endomorf (apel) 4 33.3 21 53.8 25 49.2
Total 12 100 39 100 51 100
Perempuan
Ektomorf (pisang) 2 9.5 2 11.1 4 10.3
Mesomorf (pir) 10 47.6 8 44.4 18 46.2
Endomorf (apel) 9 42.9 8 44.4 17 43.6
Total 21 100 18 100 39 100
Laki-laki & Perempuan
Ektomorf (pisang) 5 15.2 5 8.8 10 11.1
Mesomorf (pir) 15 45.5 23 40.4 38 42.2
Endomorf (apel) 13 39.4 29 50.9 42 46.7
Total 33 100 57 100 90 100
13 Tabel 8 Persentase persepsi bentuk tubuh berdasarkan status gizi (IMT) contoh
Persepsi
Tabel 8 menunjukkan seluruh contoh laki-laki dan perempuan yang berstatus gizi kurus memiliki persepsi bentuk tubuh ektomorf, sedangkan pada contoh dengan status gizi normal sebagian besar memiliki persepsi bentuk tubuh mesomorf (73.0%), dan sebesar 78.0% contoh dengan status gizi gemuk memiliki persepsi bentuk tubuh endomorf. Persentase contoh bentuk endomorf yang memiliki status gizi gemuk cenderung lebih tinggi pada contoh laki-laki (79.3%) dibandingkan perempuan (76.2%), selain itu terdapat beberapa contoh yang berstatus gizi normal memiliki persepsi bentuk tubuh endomorf (8.1%). Hal ini menunjukkan bahwa setiap individu dengan status gizi normal tidak selalu memiliki bentuk tubuh ideal. Penelitian yang dilakukan Du et al. (2013) menyatakan bahwa prevalensi obesitas sentral pada individu dewasa (umur ≥18 tahun) dengan IMT <25 kg/m2 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu 11.9% pada tahun 1993 dan meningkat 21.1% pada tahun 2009.
Ketidakpuasan bentuk tubuh
Sebagian besar contoh bentuk endomorf merasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya saat ini (63.6%) (Tabel 9). Ketidakpuasan bentuk tubuh ini cenderung lebih besar pada contoh laki-laki (70.6%) dibandingkan contoh perempuan (56.2%). Ketidakpuasaan bentuk tubuh berhubungan dengan perasaan rendah diri, mengalami depresi (Koch et al. 2008). Selain itu individu yang tidak puas dengan bentuk tubuh cenderung memiliki sikap abnormal atau menahan diri terhadap makanan serta berupaya untuk mengendalikan berat badan (Johnson & Wardle 2005). Upaya pengendalian berat badan yang dilakukan oleh sebagian besar contoh endomorf dalam penelitian ini diantaranya yaitu mengatur kegiatan fisik seperti olahraga (95%) serta pola diet yang sesuai dengan kondisi tubuh saat ini (100%)
14
salah satu diantaranya yaitu tingginya asupan energi pada saat individu mengonsumsi makanan tertentu dalam sekali waktu makan. Menurut Austin et al. (2011) terjadi peningkatan asupan energi pada individu baik pada laki-laki maupun perempuan dengan status gizi gemuk.
Sementara penelitian yang dilakukan oleh Kazlauskaite et al. (2012) menunjukkan bahwa asupan energi berhubungan signifikan dengan akumulasi lemak intra-abdominal (viseral), setiap asupan energi sebesar 500 kalori berhubungan dengan peningkatan akumulasi lemak viseral sebesar 6%. Menurut Despres (2006) meningkatnya prevalensi obesitas abdominal (bentuk endomorf) disebabkan karena rendahnya aktifitas fisik dan diet tinggi energi.
Tabel 9 Sebaran contoh yang tidak puas dengan bentuk tubuh
Bentuk tubuh 30-40 tahun 41-50 tahun Total
Keluhan penyakit dalam penelitian ini merupakan berbagai keluhan terkait penyakit baik infeksi maupun non infeksi yang diderita contoh selama setahun terakhir. Penyakit infeksi adalah penyakit-penyakit yang disebabkan oleh mikro-organisme seperti bakteri atau virus didalam tubuh, seperti demam, flu/pilek dan batuk. Sedangkan penyakit non infeksi adalah penyakit-penyakit yang dapat berkembang selama kurun waktu yang lama, seperti penyakit jantung, stroke, asam urat, hipertensi, dll (Sarafino 1990 diacu dalam Smet 1994).
15 (4.4%), badan sering panas (4.4%), urin kuning coklat (4.4%) dan sulit berkeringat (3.3%).
Tabel 10 Persentase keluhan penyakit, keluhan kesehatan dan bentuk tubuh berdasarkan total contoh
Keluhan penyakit dan kesehatan
Ektomorf Mesomorf Endomorf
n(%) n(%) n(%)
Skor total keluhan penyakit
Rata-rata ± SD 7.4±6.2 9.3±5.5 12.3±5.4 (7.8%) dibandingkan contoh endomorf dan contoh ektomorf. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hausman et al. (2011) menyatakan bahwa individu yang memiliki status gizi underweight atau kurus lebih banyak mengalami anemia dibandingkan individu yang memiliki status gizi overweight
16
penyakit terutama penyakit non infeksi dan keluhan kesehatan lebih banyak ditemukan pada individu yang cenderung memiliki bentuk tubuh endomorf (bentuk apel). Dapat dilihat pada Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai rata-rata standar deviasi skor total keluhan penyakit (12.3±5.4) dan kesehatan (14.2±9.5) cenderung lebih tinggi pada bentuk endomorf dibandingkan dengan bentuk ektomorf dan mesomorf.
Secara keseluruhan jenis penyakit non infeksi yang memiliki persentase terbesar dari ketiga bentuk tubuh adalah hipertensi (17.8%) pada contoh bentuk endomorf. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa penyakit hipertensi membuka peluang 12 kali lebih besar untuk menderita stroke dan 6 kali lebih besar untuk terkena serangan jantung, serta 5 kali lebih besar kemungkinan meninggal karena gagal jantung (Widyaningsih dan Latifah 2008). Menurut Ernitasari et al. (2009) kelebihan berat badan dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi karena beberapa faktor, yaitu massa tubuh yang makin besar, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dari makanan ke jaringan tubuh, dan volume yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada tekanan arteri. Hipertensi dapat mengakibatkan gagal ginjal kongesif, gagal ginjal, miokardium infark dan stroke jika tidak ditangani (Nelms et al. 2011)
Penelitian yang dilakukan Kalichman et al. (2004), menunjukkan bahwa indikator berat badan memiliki hubungan signifikan dengan bentuk tubuh, peningkatan tekanan darah memiliki hubungan yang signifikan dengan peningkatan berat badan, individu dengan bentuk tubuh ektomorf menunjukkan nilai rata-rata peningkatan tekanan darah yang lebih rendah. Sedangkan bentuk endomorf memiliki nilai rata-rata peningkatan tekanan darah yang lebih tinggi, peningkatan yang signifikan pada tekanan darah ini memiliki kecenderungan karena riwayat kesehatan keluarga individu, semakin besar kenaikan tekanan darah diduga berhubungan dengan riwayat kesehatan keluarga yang juga memiliki riwayat hipertensi.
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga (orang tua) mempunyai peran yang sangat penting dan merupakan sumber informasi yang relatif akurat untuk mengetahui atau menilai status kesehatan seseorang, pada penelitian ini sebagian besar keluhan penyakit yang diderita contoh dari ketiga bentuk tubuh tidak terlepas dari riwayat penyakit keluarga yang diturunkan secara genetik. Sebanyak 52.6% contoh mesomorf, 52.4% contoh endomorf dan 50.0% contoh ektomorf memiliki riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan keluhan penyakit contoh.
Keadaan psikososial
17 (30.0%). Berdasarkan penelitian Hausman et al. (2011) menyatakan bahwa individu dengan bentuk tubuh kurus (underweight) cenderung memiliki tingkat depresi/stress yang lebih tinggi dibandingkan overweight.
Keadaan psikososial pada contoh bentuk ektomorf memiliki kelenjar
gonadal, medulla, pineal, limfa dan mata yang dominan. Keadaan psikososial yang paling dominan dimiliki contoh dengan bentuk tubuh mesomorf, yaitu bertanggung jawab (73.3%), teliti/cermat (39.5%), kreatif (28.9%), perfeksionis (18.4%), berprestasi (13.2%) dan protektif (7.9%). Keadaan psikososial pada contoh bentuk mesomorf memiliki kelenjar otak, pituitary, thalamus, thymus, thyroid, hipotalamus, hati, ginjal, dan paru-paru yang dominan.
Tabel 11 Persentase keadaan psikososial berdasarkan total contoh dari masing-masing bentuk tubuh
18
Jenis pangan yang disukai
Jenis pangan yang paling disukai oleh contoh yang dibedakan berdasarkan bentuk tubuh (Lampiran 8-10) jenis pangan tersebut dikelompokkan menjadi beberapa golongan yang terdiri dari karbohidrat, protein (hewani dan nabati), lemak, sayur, buah dan minuman. Jenis pangan yang disukai oleh contoh dari ketiga bentuk tubuh tidak jauh berbeda. Golongan pangan karbohidrat yang disukai oleh contoh bentuk ektomorf, mesomorf dan endomorf yaitu nasi dengan persentase berturut-turut sebesar 90.0%, 81.6% dan 88.1%. Sedangkan untuk golongan protein hewani contoh yang bentuk ektomorf lebih banyak menyukai daging dengan persentase sebesar 50.0%. sementara contoh bentuk mesomorf dan endomorf menyukai konsumsi ikan dengan persentase berturut-turut sebesar 55.3% dan 50.0%
Golongan protein nabati yang disukai oleh contoh bentuk ektomorf, mesomorf dan endomorf adalah tempe dengan persentase berturut-turut sebesar 50.0%, 44.7% dan 54.8%. Sedangkan untuk golongan lemak yang paling banyak disukai contoh ektomorf, mesomorf dan endomorf yaitu minyak goreng dengan persentase berturut-turut sebesar 100%, 94.7% dan 83.3%. hal ini dikarenakan sebagian besar contoh menggunakan minyak goreng untuk mengolah bahan makanan yang akan dikonsumsinya. Sayur yang paling banyak disukai oleh contoh ektomorf, mesomorf dan endomorf adalah bayam dengan persentase berturut-turut sebesar 80.0%, 60.5% dan 66.7%. Sedangkan untuk buah, contoh ektomorf paling banyak menyukai pepaya dengan persentase sebesar 60.0%, sementara contoh mesomorf dan endomorf menyukai konsumsi pisang dengan persentase berturut-turut sebesar 50.0% dan 52.4%.
Jenis minuman yang paling banyak disukai oleh contoh ektomorf adalah susu dengan persentase sebesar 70.0%, sementara contoh mesomorf lebih banyak menyukai teh manis (71.1%) dan endomorf lebih menyukai kopi (61.9%). Menurut Khumaidi (1989) sikap seseorang terhadap makanan dapat bersifat suka (positif) dan tidak suka (negatif) bersumber pada nilai-nilai affective yang berasal dari lingkungan dimana manusia itu tumbuh.
Hubungan persepsi bentuk tubuh, status gizi dengan skor total keluhan penyakit dan kesehatan
19 Tabel 12 Uji korelasi spearman persepsi bentuk tubuh, status gizi dengan keluhan penyakit dan kesehatan
Keterangan: tanda * hubungan signifikan (p<0.05)
Penelitian yang dilakukan oleh Maddan et al. (2008), menunjukkan bahwa individu dengan indeks massa tubuh kurang dari 19 kg/m2 memiliki bentuk tubuh ektomorf (pisang), individu dengan indeks massa tubuh antara 19 sampai 25 kg/m2 memiliki bentuk tubuh mesomorf (pir). Sedangkan individu dengan indeks massa tubuh lebih dari 25 kg/m2 memiliki bentuk tubuh endomorf (apel).
Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara variabel persepsi bentuk tubuh dengan skor total keluhan penyakit (p<0.05), artinya bahwa seseorang dengan persepsi bentuk tubuh ke arah endomorf cenderung memiliki skor total keluhan penyakit yang lebih tinggi dibandingkan bentuk ektomorf dan mesomorf.
Penelitian yang dilakukan oleh Williams et al. (2000) individu yang mempunyai bentuk tubuh dominan mesomorf (pir) memiliki risiko besar untuk mengalami penyakit jantung koroner atau penyakit kardiovaskular, bentuk tubuh mesomorf memiliki kecenderungan besar untuk menjadi overweight atau obesitas apabila tidak banyak melakukan aktivitas fisik, dan mengonsumsi makanan tinggi lemak atau tinggi kalori. Penelitian Koleva et al. (2002) menyatakan somatotype
(bentuk tubuh) dengan dominan mesomorf dan endomorf merupakan faktor risiko yang memiliki kecenderungan terhadap penyakit degeneratif sehingga memerlukan kontrol berat badan.
Kontrol berat badan terutama perlu dilakukan pada individu yang memiliki bentuk tubuh endomorf, karena individu yang termasuk dalam kategori ini mengalami kesulitan dalam menurunkan berat badan hal ini terjadi akibat metabolisme tubuh yang berlangsung lambat sehingga tubuh mudah menyimpan lemak terutama pada bagian tengah tubuh yaitu perut atau pinggang. Sebuah riset yang dilakukan di Universitas Birmingham Inggris, menunjukkan bahwa sel lemak di sekitar pinggang atau perut bukan bongkahan lemak yang pasif melainkan sel-sel aktif berlebih yang dapat mengacaukan stabilitas insulin serta berpeluang menyebabkan resistensi insulin. Resistensi insulin dianggap fitur yang mendasari terjadinya sindrom metabolik (Ford et al. 2002). Sindrom metabolik yang merupakan sekumpulan dari gangguan metabolik yang dapat menyebabkan resiko penyakit kardiovaskular, aterosklerosis, hipertensi dan hiperglikemia (Eckel et al. 2005)
20
artinya bahwa semakin tinggi status gizi (gemuk) contoh, maka dampak (skor) dari keluhan penyakit yang diderita semakin meningkat. Menurut Schuter et al. (2011) menyatakan indeks massa tubuh (status gizi) mempunyai hubungan yang signifikan dengan lemak tubuh. Status gizi yang tinggi cenderung memiliki lemak tubuh yang tinggi yang kemudian dapat meningkatkan risiko kesehatan yaitu risiko mengalami tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes dan stroke (Hiza et al. 2000). Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara skor total keluhan kesehatan dan skor total keluhan penyakit, namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel status gizi, persepsi bentuk tubuh dengan skor total keluhan kesehatan (p>0.05)
Hasil uji chi-square (Lampiran 11) menunjukkan bahwa pada bentuk ektomorf memiliki hubungan negatif dengan penyakit sembelit (r= –0.223). Pada bentuk endomorf memiliki hubungan signifikan dengan penyakit anemia (r=0.217). Selain itu juga terdapat hubungan yang signifikan antara tekanan darah tinggi dengan bentuk tubuh mesomorf (r=0.240) dan endomorf (r=0.357). Hal ini sejalan dengan penelitian Herrera et al. (2004) yang menunjukkan bahwa bentuk tubuh secara signifikan berkorelasi dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik, pada bentuk tubuh ektomorf dapat menurunkan tekanan darah tinggi baik tekanan darah sistolik maupun diastolik tidak terkecuali pada kelompok lansia. Sedangkan pada bentuk endomorf dan mesomorf menunjukkan hubungan yang signifikan dengan tekanan darah individu baik tekanan darah sistolik maupun diastolik. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa individu-individu yang memiliki profil risiko kardiovaskular cenderung memiliki bentuk tubuh endomorf dan mesomorf dibandingkan tubuh ektomorf memiliki profil risiko kardiovaskular yang rendah. Menurut JNC VII (2004) tekanan darah diastolik merupakan indikator risiko penyakit kardiovaskular paling kuat dibandingkan dengan tekanan sistolik sebelum memasuki usia 50 tahun.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
21 Saran
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keluhan penyakit terkait penyakit non infeksi (degeneratif) tidak hanya diderita oleh contoh dengan bentuk tubuh endomorf dan mesomorf pada beberapa contoh dengan bentuk tubuh ektomorf juga memiliki keluhan penyakit non infeksi salah satunya kolesterol tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa pola makan yang diterapkan oleh contoh ektomorf belum cukup baik, sehingga disarankan kepada contoh ektomorf agar lebih banyak mengonsumsi makanan rendah lemak jenuh dan tinggi serat.
Mengingat penelitian ini hanya dilakukan dengan metode survey sehingga masih perlu dikonfirmasi dan diperjelas mekanismenya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut apakah terdapat hubungan kausal (sebab-akibat) antara penyakit sembelit dengan bentuk ektomorf, hipertensi dengan bentuk mesomorf, hipertensi dan anemia dengan bentuk endomorf.
DAFTAR PUSTAKA
Austin GL, Ogden LG, Hill JO. 2011. Trends in carbohydrate, fat, and protein intakes and association with energy intake in normal-weight, overweight, and obese individuals:1971–2006. Am J Clin Nutr. 93: 836-834
Briawan D, Heryudarini H, Drajat M. 2008. Hubungan Konsumsi Pangan dan Status Gizi dengan Body Image Pada Remaja di Bogor. Jurnal Gizi Indonesia. 31(1):49-59.
Cartier A, Cote M, Lemieux I, Perusse L, Tremblay A, Bouchard C, Despre’s J. 2009. Sex differences in inflammatory markers: what is the contribution of visceral adiposity. Am J Clin Nutr. 89:1307–1314.
Chang VW, Christakis NA. 2003. Self-Perception of weight appropriateness in the United States. Am J of Preventive Medicine. 24(4):332–339
Demerath EW, Sun SS, Rogers N, Lee M, Reed D,Choh AC, Couch W, Czerwinski SA,Chumlea WC, Siervogel RM, Towne B. 2007. Anatomical Patterning of Visceral Adipose Tissue: Race, Sex, and Age Variation.
Journal of Obesity. 15(12):2984-2993
[Depkes] Departemen Kesehatan. 2003. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Praktis Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Jakarta. [Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Riset Kesehatan Dasar
[Riskesdas] 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI.
Despres JP. 2006. Abdominal obesity: the most prevalent cause of the metabolic syndrome and related cardiometabolic risk. European Heart Journal Supplements. Pages B4-B12
Du T, Sun X, Yin P, Huo R, Ni C, & Yu X. 2013. Increasing trends in central obesity among chinese adult with normal body mass index 1993–2009,
Journal Biomedical Central, 137–327
22
Ernitasari PD, Djarwoto B, Siswati T. 2009. Pola makan, rasio lingkar pinggang pinggul (RLPP) dan tekanan darah di puskesmas Mergangsan Yogyakarta.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 6(2):71-77.
Ford ES, Giles WH, Dietz WH. 2002. Prevalence of the Metabolic syndrome Among US Adults: Findings from the Third National Health and Nutrition Examination Survey. Journal American Medical Association 287 (3): 356-359
Gallagher D, Heymsfield SB, Heo M, Jebb SA, Murgatroyd PR, Sakamoto Y. 2000. Healthy percentage body fat ranges: an approach for developing guidelines based on body mass index. Am J Clin Nutr. 72: 694-701
Gibson RS. 2005. Principles of nutritional assessment. New York (US): Oxford University Press.
Hardinsyah. 2007. Inovasi gizi dan pengembangan sosial [Orasi Ilmiah]. Bogor: Ilmu Gizi, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Hausman DB, Johnson MA, Davey A, Poon LW. 2011. Body Mass Index Is Associated with Dietary Patterns and Health Conditions in Georgia Centenarians. Journal of Aging Research. Pages 1-10
Herrera H, Rebato E, Hernandez R, Hernandez VY, Alfonso-Sanchez MA. 2004. Relationship between Somatotype and Blood Pressure in a Group of Institutionalized Venezuelan Elders. Am J Hum Biol. 50(4):223-229 Hiza HA, Pratt C, Mardis AL, Anand R. 2000. Body Mass Index and Health. A
Publication of the USDA Center for Nutrition Policy and Promotion. An organization of the U.S. Department of Agriculture.
Janssen I, Katzmarzyk PT, Ross R. 2004. Waist circumference and not body mass index explains obesity related health risk. Am J Clin Nutr. 79:379–84 [JNC VII] Join National Committee VII. 2004. Prevention, Detection, Evaluation,
of treatment of high blood pressure. Rockville (US): National Institute of Health.
Johnson F, Wardle J. 2005. Dietary restraint, body dissatisfaction, and psychological distress: a prospective analysis. Journal of Abnormal Psychology 114(1):119-25
Kalichman L, Livshits G, Kobyliansky E. 2004. Association between somatotypes and blood pressure in an adult Chuvasha population. Am J Hum Biol. 31(4): 466-476
Kazlauskaite R, Karavolos K, Janssen I, Carlson K, Shipp KJ, Dugan SA, Powell LH. 2012. The Association between Self-Reported Energy Intake and Intra-Abdominal Adipose Tissue in Perimenopausal Women. Journal of Obesity. Pages 1-8
Khumaidi M. 1989. Gizi Masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB, Bogor.
Koch FS, Ludvigsson J, Sepa A. 2008. Body dissatisfaction measured with a figure preference task and self-esteem in 8 year old children-a study within the abis-project. Journal Clinical Medicine 2:13–26
23 Maddan S, Walker JT, Miller, JM. 2008. Does size really matter? Are examination of Sheldon somatotypes and criminal behavior. The Social Sciences Journal. 45 : 330–344.
Mein, Carolyn L. 2002. Different Bodies, Different Diets. New York: Harpercollins Publisher Inc.
Nelms M, Sucher KP, Lacey K, Roth SL. 2011. Nutrition Theraphy and Pathophysiologi 2th ed. Belmont (US): Cengage Learning, Inc.
Patriasih. 2009. Laporan Penelitian, Studi Aspek Sosial Ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Berpengaruh Terhadap Kesehatan dan Status Gizi Anak Jalanan. Bandung: Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia.
[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2013. Laporan Riskesdas 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riyadi H. 2006. Penilaian Gizi secara Antropometri. Bogor: Departemen Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Schuter AD, Lavie CJ, Gonzalez J, Milani RV. 2011. Body Composition in Coronary Heart Disease: How Does Body Mass Index Correlate with Body fatness. Ochsner Journal. 11(3):220-225
Sevilla CG et al. 2007. Research Method. Quezon City: Rex Printing Company. Smet B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo.
Tschoukalova YD, Koutsari C, Karpyak MV, Votruba SB, Wendl E, Jensen MD. 2008. Subcutaneous adipocyte size and body fat distribution. Am J of Clin Nutr. 87:56-63
Wells Jonathan CK, Philip Treleaven, dan Tim J Cole. 2007. BMI Compared With3-Dimensional Body Shape: The UK National Sizing Survey. Am J Clin Nutr. 85:419-25
Widyaningsih NN, Latifah M. 2008. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi, Gaya Hidup, Status Gizi, dan Tingkat Stres Terhadap Tekanan Darah. Jurnal Gizi dan Pangan 3(1):1-6
Williams SR, Goodfellow J, Davies B, Bell W, Mc Dowell I, Jones, E. 2000. Somatotype and angiographically determined atherosclerotic coronary artery disease in men. Am J Hum Biol. 12:128-138.
24
Lampiran 1 Uji validitas contoh
Bentuk Tubuh Menurut peneliti Menurut subjek/contoh
Lampiran 2 Persentase keluhan penyakit serta keluhan kesehatan berdasarkan kelompok usia dan total contoh bentuk Ektomorf
25 Lampiran 3 Persentase keluhan penyakit serta keluhan kesehatan berdasarkan
kelompok usia dan total contoh bentuk Mesomorf
Keluhan penyakit dan
Lampiran 4 Persentase keluhan penyakit serta keluhan kesehatan berdasarkan kelompok usia dan total contoh bentuk Endomorf
26
27 Lampiran 6 Persentase keadaan psikososial berdasarkan kelompok usia dan total
contoh bentuk Mesomorf
28
Lampiran 8 Persentase jenis pangan yang disukai berdasarkan kelompok usia dan total contoh bentuk Ektomorf
29
30
Lampiran 10 Persentase jenis pangan yang disukai berdasarkan kelompok usia dan total contoh bentuk Endomorf
31
Jenis pangan 30-40 tahun
n = 13
41-50 tahun n = 29
Total n = 42
n % n % n %
Kucai 1 7.7 - - 1 2.4
Wortel 4 30.8 4 13.8 8 19.0
Tauge - - 1 3.4 1 2.4
Jamur - - 1 3.4 1 2.4
Buncis 1 7.7 - - 1 2.4
Labu siam - - 1 3.4 1 2.4
Sawi - - - -
Buah
Apel 3 23.1 9 31.0 12 28.6
Pepaya 8 61.5 11 37.9 19 45.2
Mangga 6 46.2 3 10.3 9 21.4
Salak - - - -
Pisang 5 38.5 17 58.6 22 52.4
Alpukat 1 7.7 - - 1 2.4
Anggur 2 15.4 6 20.7 8 19.0
Jambu - - 1 3.4 1 2.4
Sirsak - - 1 3.4 1 2.4
Durian - - 1 3.4 1 2.4
Lengkeng - - 1 3.4 1 2.4
Semangka - - - -
Jeruk - - 1 3.4 1 2.4
Tomat - - - -
Rambutan - - - -
Melon - - 1 3.4 1 2.4
Minuman
Susu 3 23.1 13 44.8 16 38.1
Teh manis 9 69.2 14 48.3 23 54.8
Kopi 8 61.5 18 62.1 26 61.9
32
Lampiran 11 Hasil uji korelasi keluhan penyakit dan bentuk tubuh
Variabel Ektomorf Mesomorf Endomorf
Gula darah tinggi 0.066
0.533
Asam urat tinggi 0.152
33
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tuada, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara pada tanggal 23 Oktober 1991. Penulis merupakan anak kedua dari 2 bersaudara dari pasangan Ramla Rasid dan Amran Bayau. Pada tahun 2008, penulis menyelesaikan studi di SMA Negeri 3 Ternate. Penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Beasiswa Utusan Daerah IPB pada tahun 2009 di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA).
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) bersama mahasiswa Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB di Desa Mekarjaya, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Penulis juga melaksanakan