• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kadar Trigliserida Darah & Berat Badan Tikus Sprague-dawley yang Diberi Pakan Asam Lemak Trans

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kadar Trigliserida Darah & Berat Badan Tikus Sprague-dawley yang Diberi Pakan Asam Lemak Trans"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN KITOSAN TERHADAP

KADAR TRIGLISERIDA DARAH & BERAT BADAN

TIKUS

Sprague-dawley

YANG DIBERI PAKAN

ASAM LEMAK

TRANS

ABDURRAHMAN ALI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kadar Trigliserida Darah dan Berat Badan Tikus Sprague-dawley yang Diberi Pakan Asam Lemak Trans adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Abdurrahman Ali

(3)

ABSTRAK

ABDURRAHMAN ALI. Pengaruh Pemberian Kitosan Terhadap Kadar Trigliserida Darah & Berat Badan Tikus Sprague-dawley Yang Diberi Pakan Asam Lemak Trans. Dibimbing oleh LEILY AMALIA FURKON dan PIPIH SUPTIJAH.

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pemberian kitosan terhadap kadar trigliserida plasma dan berat badan tikus Sprague-dawley yang diberi pakan asam lemak trans. Penelitian merupakan Experimental study dengan desain Post Test Only Control Group. Sampel penelitian adalah tikus Sprague-dawley jantan berusia 2 bulan. Sampel dikelompokkan menjadi satu kelompok kontrol (K) dan tiga kelompok perlakuan yang diberikan penambahan kitosan 0.035 g (P1), 0.045 g (P2), dan 0.055 g (P3). Pakan yang diberi adalah diet tinggi lemak berupa margarin yang dipanaskan sebagai sumber asam lemak trans sebanyak 1.7 g per hari selama 4 minggu. Pengukuran kadar trigliserida dilakukan pada minggu ke-2 dan ke-4 masa perlakuan serta berat badan ditimbang setiap tiga hari. Efek pemberian margarin 1.7 g per hari dalam meningkatkan berat badan tertinggi terjadi pada kelompok K sebesar 32.1% (63.8 g) selama dua minggu dan 54% (107.2 g) selama empat minggu masa intervensi. Kadar trigliserida rata-rata kelompok K (254.3±49.0 mg/dL) dan P1 (241.7±58.5 mg/dL) pada minggu kedua, menjadi (175.3±67.7 mg/dL) pada kelompok K dan (181.3±40.1 mg/dL) pada kelompok P1 yang tergolong hipertrigliseridemia. Pemberian kitosan menghambat kenaikan berat badan pada kelompok P2 sebesar 53.4 g (23.3%) setelah dua minggu dan 63.6 g (27.8%) setelah empat minggu intervensi. Pemberian kitosan sebanyak 0.045 g (kelompok P2) menjadikan kadar trigliserida lebih rendah (128.3±14.3 mg/dL) secara signifikan (p=0.009) dibandingkan kelompok kontrol (K) pada minggu kedua. Hal ini menegaskan bahwa terdapat dosis optimal kitosan yang mampu mempengaruhi berat badan dan kadar trigliserida.

Kata kunci: berat badan, kitosan, asam lemak trans dan trigliserida

ABSTRACT

ABDURRAHMAN ALI. Chitosan Effects to Triglyceride Levels and Body Weight in Rats Sprague-dawley Fed with Trans Fatty Acid. Supervised by LEILY AMALIA FURKON and PIPIH SUPTIJAH.

(4)

weight most high in K0 amount 32.1% or 63.8 g during 2 weeks and 54% or 107.2 g during 4 weeks intervention. The average of triglyceride levels K (254.3±49.0 mg/dL) and P1 (241.7±58.5 mg/dL) at second week. The average of triglyceride levels K (175.3±67.7 mg/dL) and P1 (181.3±40.1 mg/dL) at fourth week. Both of second and fourth week the average of triglyceride levels K and P1 were cathegorize in hypertriglyceridemia. Chitosan intake on fed inhibited increasing body weight on P2 (0.045 g) amount 53.4 g or 23.3% during 2 weeks and 63.6 g or 27.8% during 4 weeks. Chitosan intake 0.045 g on P2 decreased triglyceride levels (128.3±14.3 mg/dL) significantly than K (p=0.009) at second week. Thus, there were an opotimum dose of chitosan influence body weight and trigliceride levels.

(5)

PENGARUH PEMBERIAN KITOSAN TERHADAP

KADAR TRIGLISERIDA DARAH & BERAT BADAN

TIKUS

Sprague-dawley

YANG DIBERI PAKAN

ASAM LEMAK

TRANS

ABDURRAHMAN ALI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kadar Trigliserida Darah & Berat Badan Tikus Sprague-dawley yang Diberi Pakan Asam Lemak Trans

Nama : Abdurrahman Ali NIM : I14100031

Disetujui oleh

Leily Amalia Furkon,S TP,M Si Pembimbing I

Dr Pipih Suptijah, MBA Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret hingga Juni 2014, mengangkat tema tentang efektivitas kitosan dalam menurunkan kadar trigliserida dan berat badan serta pengaruh konsumsi asam lemak trans terhadap kadar trigliserida dan berat badan. Tema tersebut terangkum dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kadar Trigliserida Darah & Berat Badan Tikus

Sprague-dawley yang Diberi Pakan Asam Lemak Trans.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Leily Amalia Furkon, S TP,M Si dan Ibu Dr Pipih Suptijah,MBA selaku pembimbing serta Ibu Prof Dr Evy Damayanthi, MS sebagai penguji atas saran, ilmu dan masukannya yang sangat membangun serta kontribusinya selama proses penelitian dan penulisan karya ilmiah ini dilakukan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda Luthfi Fuad, Ibunda Lailatur Rahma, Silvi Rahmania dan Ali Maghfuri. Selain itu, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh laboran di Laboratorium Biokimia dan Percobaan Hewan Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB atas bantuan dan arahannya selama melaksanakan analisis dalam penelitian ini. Serta semua sahabat yang selama ini telah menemani (I Kadek Agus Hendra Dinata, Agustina, Ayu Helmi dan Fitriana Sundari) serta teman-teman seperjuangan Gizi Masyarakat 47 IPB yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya kepada penulis selama melakukan penelitian.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

METODE 2

Desain, Tempat dan Waktu 2

Bahan dan Alat 3

Jumlah dan Teknik Penarikan Sampel 3

Tahapan Penelitian 4

Teknik Pengumpulan Data 4

Analisis Kadar Asam Lemak Trans 5

Penimbangan Berat Badan Tikus 6

Teknik Pemberian Pakan 6

Teknik Pengambilan Darah 7

Pengukuran Kadar Trigliserida 7

Pengolahan dan Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Asam Lemak Trans dalam Margarin 8

Pakan yang Dikonsumsi 10

Berat Badan 11

Kadar Trigliserida Plasma 13

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 19

(9)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah tikus penelitian tiap minggu 3

2 Komposisi pakan standar BRAVO 512 6

3 Jumlah pakan yang diberikan 7

4 Kandungan asam lemak trans margarin 9

5 Jumlah pakan yang dikonsumsi per minggu 10

6 Rata-rata kenaikan dan persentase kenaikan berat badan 13

7 Kadar trigliserida per titik analisis darah 14

8 Rata-rata konsumsi pakan tikus per minggu 19

9 Rata-rata konsumsi kitosan 19

10 Rata-rata kadar berat badan tikus per tiga hari penimbangan 20 11 Rata-rata kenaikan berat badan tikus per dua minggu 20 12 Pengamatan hasil analisis kadar trigliserida plasma 21 13 Kandungan asam lemak trans margarin intervensi 22 14 Analisis ANOVA kadar trigliserida minggu kedua 23 15 Uji Duncan kadar trigliserida minggu kedua 23 16 Analisis ANOVA kadar trigliserida minggu keempat 24 17 Analisis T test kadar trigliserida antar waktu 25

18 Analisis T test kitosan dikonsumsi P1 26

19 Analisis T test kitosan dikonsumsi P2 26

20 Analisis T test kitosan dikonsumsi P3 26

DAFTAR GAMBAR

1 Tahapan penelitian 4

2 Rata-rata konsumsi kitosan per tiga hari 11

3 Rata-rata berat badan tikus per tiga hari penimbangan 12 4 Analisis asam lemak trans margarin intervensi 27

5 Kondisi masa perlakuan tikus penelitian 27

6 Proses pengambilan dan analisis darah tikus 27

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rata-rata konsumsi pakan tikus per minggu 19

2 Rata-rata konsumsi kitosan 19

3 Rata-rata berat badan tikus per tiga hari penimbangan 20 4 Rata-rata kenaikan dan persentase kenaikan berat badan tikus 20

5 Kadar trigliserida plasma tikus 21

6 Analisis kandungan asam lemak margarin intervensi 22 7 Hasil analisis ANOVA dan Uji Duncan kadar trigliserida 23

8 Hasil analisis T test kadar trigliserida 25

9 Hasil analisis T test kitosan dikonsumsi 26

10 Dokumentasi kegiatan penelitian 27

(10)
(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Konsumsi makanan dengan kandungan asam lemak trans yang tinggi diduga dapat memicu kejadian penyakit kardiovaskuler. Kandungan asam lemak

trans dalam margarin dapat menyebabkan peningkatan kadar trigliserida dan berat badan hingga terjadi obesitas. Penelitian Trisviana (2012) menunjukkan bahwa pemberian margarin 3.6 g/hari meningkatkan berat badan 64.46% dan trigliserida 31.37% selama 8 minggu. Penelitian Kavanagh et al. (2007) dan Thomson et al.

(2011) pada monyet hijau Afrika menunjukkan bahwa pemberian asam lemak

trans 8% dari total energi setiap dua kali sehari meningkatkan rata-rata berat badan 60-125 g per tahun yang dilakukan selama enam tahun. Overweight dan obesitas dapat memicu terjadinya hipertrigliseridemia yang merupakan salah satu faktor penyebab penyakit jantung (Trisviana 2012). Asam lemak trans ditemukan pada produk margarin yang dipanaskan, umumnya dijumpai pada makanan cepat saji, kue, roti, dan makanan dengan pengolahan digoreng.

Berdasarkan penelitian, hipertrigliseridemia diduga dapat diatasi dengan konsumsi serat (buah dan sayur), penggunaan obat-obatan tradisional maupun modern serta konsumsi kitosan (Artanti 2008;Ruma 2006;Dasuki & Risanty 2009). Kitosan merupakan salah satu bahan yang diduga mampu menurunkan kadar kolesterol maupun trigliserida. Kitosan merupakan hasil proses deasetilasi kitin dalam bentuk amina polisakarida, biasa ditemukan di eksoskeleton arthropoda, seperti cangkang kepiting dan udang (Furda 1983). Zat ini memiliki sifat yang serupa dengan serat pangan yaitu tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan mamalia serta menguntungkan dalam metabolisme lemak (Liu et al.

2007). Keberadaan lemak yang tinggi membuat kitosan mampu menghambat absorpsi lemak tubuh (Silvani et al. 2006). Kitosan bertindak sebagai resin penukar anion lemah yang berarti dapat menengahi efek hipokolesterolemik. Fungsi tersebut mirip dengan zat cholestyramine yang mampu mengurangi penyerapan kolesterol (McNamara et al. 1980) dan meningkatkan ekskresi asam empedu (Gallaher & Franz 1990, Stanley et al. 1973).

Beberapa penelitian dengan menggunakan kitosan sebagai bahan tambahan terbukti dapat menurunkan kolesterol maupun trigliserida. Kitosan mampu mereduksi total kolesterol serum secara aman dan signifikan, terutama pada wanita lanjut usia (Bokura & Kobayashi 2003). Pakan kitosan yang diberikan pada tikus hiperkolesterolemia sebanyak 2.5% atau 5% dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta menaikkan kolesterol HDL serum (Martati & Lestari 2008). Pemberian kitosan dengan dosis 3500 mg selama empat minggu dapat menurunkan kadar trigliserida plasma pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberi diet tinggi kolesterol dengan lemak kambing (Dasuki & Risanty 2009).

(12)

2

kitosan dalam mengurangi penyerapan kolesterol hingga menurunkan kadar trigliserida pada makanan yang mengandung asam lemak trans yang umum dikonsumsi masyarakat.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang didapatkan dari pemaparan latar belakang sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Apakah berat badan tikus Sprague-dawley yang diberi pakan asam lemak

trans mengalami penurunan ketika diberi kitosan?

2. Bagaimana efek pemberian kitosan dengan dosis yang berbeda terhadap kadar plasma trigliserida tikus Sprague-dawley yang diberi pakan asam lemak trans dibandingkan kelompok kontrol?

3. Bagaimana efek lamanya waktu pemberian kitosan terhadap kadar plasma trigliserida dan berat badan tikus Sprague-dawley yang diberi pakan asam lemak trans?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian kitosan terhadap kadar trigliserida plasma dan berat badan tikus (Sprague-dawley) yang diberi pakan asam lemak trans. Tujuan Khusus

1. Menganalisis kandungan asam lemak trans dalam margarin yang dipanaskan. 2. Menganalisis pakan yang dikonsumsi tikus selama pengamatan.

3. Menganalisis pengaruh pemberian kitosan terhadap berat badan tikus

Sprague-dawley yang diberi pakan asam lemak trans.

4. Menganalisis pengaruh pemberian kitosan terhadap kadar trigliserida plasma tikus Sprague-dawley yang diberi pakan asam lemak trans.

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu

Penelitian ini merupakan studi eksperimental, dengan desain Post Test Only Control Group. Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga Mei selama lima minggu, terdiri dari satu minggu masa adaptasi dan empat minggu masa intervensi. Penelitian dilakukan di Laboratorium Percobaan Hewan, Laboratorium Percobaan Makanan lantai 2 dan Laboratorium Biokimia Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Pengujian kandungan asam lemak

(13)

3 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan selama penelitian terdiri atas tikus jantan putih (Sprague-dawley) lepas sapih berusia 2 bulan sebanyak 28 ekor, pakan standar tikus BRAVO 512, obat cacing Drontal, serbuk kitosan, asam asetat 1% dan aquades sebagai pelarut, serta margarin yang dipanaskan. Tikus diperoleh dari Unit Pengembangan Hewan Percobaan Fakultas Kedokteran Hewan, IPB. Pengambilan darah tikus menggunakan bahan berupa larutan kloroform, kapas dan serbuk EDTA, sedangkan untuk mengukur kadar trigliserida darah tikus digunakan reagen Cat no. 116392. Untuk analisis asam lemak trans margarin digunakan larutan standar lemak, larutan NaOH 0.5 N dalam metanol, larutan BF3

16%, larutan NaCl jenuh, heksana, dan Na2SO4 anhidrat.

Alat yang digunakan selama intervensi terdiri dari kandang tikus, dot botol minum tikus, timbangan analitik, blender, dan spuit 3ml. Adapun alat yang digunakan untuk pengambilan darah tikus adalah spuit 5ml, tabung vacutiner,dan tabung ependrof. Untuk analisis kadar trigliserida plasma digunakan peralatan berupa sentrifuse, spektrofotometer jenis MD-150A Biochemical Analyzer dan tabung vacutiner. Pengukuran kadar asam lemak trans margarin intervensi digunakan Gas Chromatografi.

Jumlah dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel tikus dibagi ke dalam empat kelompok, yaitu 1) kelompok kontrol (K), 2) kelompok perlakuan dengan pemberian kitosan 0.035 g (P1), 3) kelompok perlakuan dengan pemberian kitosan 0.045 g (P2), dan 4) kelompok perlakuan dengan pemberian kitosan 0.055 g (P3). Kriteria inklusi sesuai ciri fisik tikus normal dan sehat yaitu umur 2-3 bulan dengan berat 150-250 g, lincah, berbulu lembut, bersih, lebat, mengkilat tidak rontok dan mulus, mata terbuka, kulit putih kemerahan (Luthfiyah & Widjajanto 2011). Besar sampel pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Federer dalam Maryanto (2013) :

(n – 1) x (t –1) ≥ 15 Keterangan :

n = Jumlah sampel tiap kelompok t = Jumlah kelompok

Dengan jumlah rancangan 4 kelompok (1 kontrol dan 3 perlakuan), maka sampel minimal tiap kelompok adalah enam ekor. Dalam penelitian ini digunakan tujuh ekor tikus per kelompok sehingga secara keseluruhan jumlah tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah 28 ekor tikus.

Tabel 1 Jumlah tikus penelitian tiap minggu menurut kelompok perlakuan

Minggu ke- K P1 P2 P3

1 7 7 7 7

2 7 7 7 7

3 4 4 4 4

(14)

4

Setelah masa adaptasi, tikus putih (Sprague-dawley) dibagi dalam 4 kelompok: kontrol negatif (K) dan kelompok perlakua P1, P2 dan P3.

Tahapan Penelitian

Penelitian ini didahului dengan masa adaptasi selama seminggu. Selama masa adaptasi, tikus diberikan pakan BRAVO 512. Setelah masa adaptasi, tikus ditimbang dan dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan bobot badan. Berat badan antar tikus pada satu kelompok kurang lebih 10 g. Tikus dengan rata-rata berat badan paling kecil dijadikan sebagai kontrol dan sisanya adalah kelompok perlakuan. Selama masa perlakuan 28 hari, tikus diberi pakan yang terdiri dari pakan standar, margarin yang dipanaskan dan kitosan. Setelah masa intervensi 14 dan 28 hari, tikus dimatikan dan diambil darah dari jantung untuk pengukuran dikonsumsi, dan kadar trigliserida plasma. Data kandungan asam lemak trans

pada sampel margarin dipanaskan didapatkan dari hasil analisis di Laboratorium Terpadu IPB. Data berat badan diambil dengan menimbang berat tikus setiap tiga

Tikus jantan Sprague-dawley lepas sapih, berusia sekitar 2 bulan, berat 150-250 gram

Adaptasi selama 7 hari dengan diberikan pakan standar (bentuk pelet)

Kelompok kontrol

Euthanasi tikus, darah diambil dari jantung setelah minggu kedua/keempat intervensi. Berat badan awal tikus ditimbang untuk menentukan pengelompokan

Penimbangan berat badan tikus setiap 3 hari selama 14 dan 28 hari perlakuan Penimbangan pakan yang diberikan dan pakan sisa setiap hari

Pemberian pakan sesuai kelompok selama 14 atau 28 hari pada masing-masing kelompok

(15)

5 hari. Data pakan yang dikonsumsi didapatkan dengan mengurangkan data pakan yang diberikan dengan pakan sisa dan ditimbang setiap hari. Data kadar trigliserida plasma tikus Sprague-dawley diukur dengan mengambil darah tikus dari jantung setelah dua minggu dan empat minggu masa perlakuan.

Analisis Kadar Asam Lemak Trans

Kadar asam lemak trans pada sampel margarin diketahui dengan menganalisis total kandungan asam lemak di Laboratorium Terpadu IPB menggunakan metode Gas Chromatography (GC-FID). Sampel yang diujikan adalah sampel margarin yang diintervensikan, yang kemudian dipanaskan berulang selama 3x pada suhu >180°C, selama 10 menit dan waktu pendinginan 5 menit setiap ulangan. Sampel didinginkan dan dimasukkan dalam botol plastik dengan tutup dibungkus plastik parafilm untuk mencegah oksidasi.

Tahapan metode Gas Chromatography, mula-mula lemak/minyak dihidrolisis menjadi asam lemak. Sampel minyak/lemak ditimbang 20-30 mg dalam tabung bertutup teflon. Larutan NaOH 0.5 N 1 mL ditambahkan dalam metanol dan dipanaskan dalam penangas selama 20 menit. Larutan BF3 16% dan 5

mg/mL standar internal ditambahkan lalu dipanaskan selama 20 menit. Setelah itu didinginkan dan ditambahkan 2 mL NaCl jenuh serta 1 mL heksana lalu dikocok. Lapisan heksana dipipet dan dipindahkan dalam tabung berisi 0.1 g Na2SO4

anhidrat dan dibiarkan selama 15 menit. Fase cair dipisahkan dan diinjeksikan dalam kromatografi gas. Tahap selanjutnya transformasi menjadi bentuk ester yang bersifat lebih mudah menguap. Transformasi dilakukan dengan cara metilasi sehingga diperoleh metil ester asam lemak (FAME) yang kemudian dianalisis menggunakan alat kromatografi gas (Sartika 2009). Pengukuran masing-masing komponen dalam sampel untuk metode internal standar dihitung dengan cara berikut:

Cx = Ax . R . Cs

As

Jumlah kandungan komponen dalam sampel untuk metode eksternal standar dilakukan dengan preparasi yang sama, hanya contoh dan standar dilakukan secara terpisah dan tidak ada penambahan larutan standar dalam contoh. Pengukuran dihitung dengan cara berikut:

Cs : Konsentrasi standar internal Ax : Luas puncak komponen X

As : Luas puncak standar internal

(16)

6

Penimbangan Berat Badan Tikus

Salah satu efek dari konsumsi asam lemak trans yang berlebih adalah meningkatnya cadangan lemak di dalam tubuh sehingga dapat mempengaruhi berat badan. Selama masa penelitian berat badan tikus ditimbang setiap tiga hari, dan dicatat perubahannya. Hal ini ditujukan untuk melihat pengaruh dari konsumsi asam lemak trans yang diberikan terhadap peningkatan berat badan tikus penelitian. Hasil pencatatan berat badan tikus dirata-ratakan per kelompok sejak akhir masa adaptasi sampai pada akhir masa intervensi.

Teknik Pemberian Pakan

Pada masa adaptasi selama satu minggu tikus diberikan pakan standar BRAVO 512 dan minum air secara ad libitum. Pada masa perlakuan 14 dan 28 hari, tikus kontrol diberikan pakan standar BRAVO 512 dan margarin cair yang dipanaskan. Pada kelompok perlakuan diberikan pakan yang sama dengan kontrol dan ditambahkan kitosan sebanyak 0.035 g (kelompok P1), 0.045 g (P2) dan 0.055 g (P3). Pakan diberikan setiap sore hari secara ad libitum. Berat pakan yang diberikan dan sisa pakan yang tidak dimakan ditimbang setiap hari. Pemilihan pakan standar BRAVO 512 sebagai pakan tikus karena alasan kemudahan untuk didapatkan. Komposisi pakan standar BRAVO 512 disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Komposisi pakan standar BRAVO 512

Nutrisi Pakan Komposisi1 Komposisi2

Kemasan Comfeed pakan tikus PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 2

Laboratorium Nutrisi Non Ruminansia Fak. Peternakan Unand (Luthfiyah & Widjajanto 2011)

Pembuatan pakan dilakukan setiap hari dengan cara diblender agar semua bahan, terutama kitosan dapat tercampur secara merata. Pakan dibuat secara terpisah untuk masing-masing kelompok. Jumlah pakan yang diberikan pada tikus selama penelitian terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah pakan yang diberikan menurut kelompok perlakuan

Jenis Pakan K P1 P2 P3

Pakan BRAVO 512 20 g 20 g 20 g 20 g

Margarin Cair 1.7 g 1.7 g 1.7 g 1.7 g

Kitosan 0 0.035 g 0.045 g 0.055 g

(17)

7 Kebutuhan pakan tikus per ekor sebesar 20 g/hari (Hernowati et al. 2009). Dalam penelitian ini diet yang diberikan adalah diet tinggi lemak (>30% kebutuhan energi). Berdasarkan kandungan nutrisi pakan BRAVO 512 maka jumlah energi yang terkandung dalam 20 g pakan yang diberikan adalah 62.5 kkal. Sementara itu, dari Tabel 2 diketahui bahwa komposisi lemak pakan standar BRAVO 512 adalah 7.6%, sehingga komposisi lemak dari 20 g pakan yang diberikan adalah 1.52 g atau setara dengan 13.68 kkal. Jumlah tersebut berarti memenuhi 21.9% kebutuhan total energi sehari tikus 62.5 kkal.

Dengan demikian, untuk memenuhi syarat pakan tinggi lemak, diperlukan tambahan lemak minimal sebanyak 8.1% yang didapatkan dari margarin. Dalam penelitian ini margarin yang ditambahkan sebanyak 1.7 g. Dari label kemasan margarin diketahui bahwa dalam 25 g margarin terdapat 20 g lemak, sehingga dalam 1.7 g margarin terdapat kandungan lemak 1.36 g atau setara 12.42 kkal. Jumlah tersebut berarti memenuhi 19.9% total kebutuhan energi sehari tikus. Dengan demikian, lemak yang terdapat pada pakan tikus adalah 26.1 kkal atau setara dengan 41.8% kebutuhan energi sehari tikus.

Kitosan yang ditambahkan pada pakan kelompok perlakuan (P1, P2, dan P3) sesuai penelitian Dasuki dan Risanty (2009) dengan dosis masing-masing sebanyak 0.035 g, 0.045 g, dan 0.055 g. Kitosan sebanyak 1 g akan tepat jenuh dalam 20 ml asam asetat 1%, lalu diencerkan menggunakan aquades sampai 100 ml. Maka untuk melarutkan kitosan 0.035 g, 0.045 g, dan 0.055 g sampai tepat jenuh diperlukan asam asetat 0.7ml, 0.9 ml, dan 1.1 ml.

Teknik Pengambilan Darah

Pengambilan darah dilakukan pada minggu ke-2 dan minggu ke-4 masa perlakuan. Setiap pengambilan darah digunakan tiga ekor tikus dan satu ekor sisanya digunakan sebagai cadangan. Tikus dieuthanasi dengan cairan kloroform yang ada pada kapas dalam chamber tertutup. Pengambilan darah tikus dilakukan melalui jantung tikus sebanyak 3cc dalam spuit 5cc. Darah disimpan dalam tabung vacutiner kemudian disetrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10-15 menit. Plasma darah diambil setelah diendapkan selama beberapa menit.

Pengukuran Kadar Trigliserida Plasma

Proses analisis kadar trigliserida plasma dimulai dengan menyiapkan tiga tabung reaksi. Tabung pertama diisi dengan reagen kit trigliserida dari PT. Rajawali Nusindo (cat-noμ 1163λ2) sebanyak 500 l. Tabung kedua diisi dengan reagen trigliserida sebanyak 500 l ditambah 5 l larutan standar trigliserida. Tabung ketiga diisi dengan sampel plasma darah sebanyak 5 l. Tiap tabung dilakukan proses inkubasi selama 10 menit agar larutan homogen. Pembacaan ketiga tabung diukur menggunakan spektrofotometer Viccos MD-150A Biochemical Analyzerdengan =546 nm.

(18)

8

trifosfat (ATP) membentuk gliserol-3-fosfat (G-3-P) dan adenosine-5-difosfat (ADP) dalam reaksi dikatalisis oleh kinase gliserol (GK). G-3-P kemudian dioksidasi oleh oksidase gliserol fosfat (GPO) menjadi dihidroksiaseton fosfat (DAP) dan hidrogen peroksida (H2O2). Hidrogen peroksida mengkatalisis reaksi

4-aminoantipyrine (4-AAP) dengan natrium N-etil-N-(3-sulfopropyl)-m-anisidine (ESPA) membentuk pewarna quinoneimine. Warna merah muda berubah menjadi warna ungu menunjukkan adanya trigliserida dalam sampel dianalisis.

Lipase

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis menggunakan Microsoft Excel

dan Statistical Program for Social Science (SPSS) 16 for Windows. Tahap pengolahan data dimulai dari proses editing, coding, entry, cleaning, dan selanjutnya dianalisis. Analisis statistik yang digunakan adalah ANOVA dan uji beda T-test.

Acuan kadar trigliserida yang digunakan sesuai nilai fisiologis pada tikus jantan. Hipertrigliseridemia merupakan kondisi kadar trigliserida melebihi batas trigliserida normal, yaitu 26-145 mg/dL (Malole & Pramono 1989).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Asam Lemak Trans dalam Margarin

Margarin atau oleo margarine merupakan pengganti mentega dengan rupa, bau, konsistensi, rasa, dan nilai gizi yang hampir sama. Margarin juga merupakan emulsi air dalam minyak, dengan persyaratan kandungan lemak tidak kurang dari 80% (Winarno 2008). Margarin mengandung 11-49% asam lemak trans, sementara beberapa cooking fats terkadang memiliki persentase lebih tinggi. Margarin lunak dalam kemasan plastik atau kertas memiliki asam lemak trans

lebih rendah dari margarin padat atau batangan (Doyle 1997). Produk daging dan susu ruminansia juga ditemukan asam lemak trans, namun dalam jumlah sedikit dan bersifat alami (Fenney 2008; Juan 2009).

(19)

9 melalui beragam temperatur, tekanan, katalis, lama proses serta jenis minyak yang menghasilkan lemak dengan karakteristik yang berbeda-beda (Doyle 1997).

Asam lemak tidak jenuh biasanya terdapat dalam bentuk cis. Molekul akan bengkok pada ikatan rangkap, walaupun ada juga asam lemak tidak jenuh dalam bentuk trans. Adanya ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh menimbulkan kemungkinan terjadinya isomer pada posisi ikatan rangkap. Umumnya isomer

trans dapat terbentuk dalam keadaan panas saat hidrogenasi atau karena katalis lain (Winarno 2008). Proses penghilangan bau dari minyak nabati dengan menggunakan temperatur tinggi juga memicu perubahan konfigurasi dari cis menjadi trans. Perubahan isomer asam lemak menjadi konfigurasi trans terjadi setelah pemaparan hingga 280°C. Pada temperatur di bawah kondisi tersebut, asam lemak trans akan terbentuk sebanyak 3-6% (Doyle 1997).

Dalam penelitian ini, margarin yang diintervensikan merupakan margarin cair yang telah dipanaskan pada suhu >180°C selama 10 menit dengan 3x ulangan dan waktu pendinginan 5 menit antar ulangan. Hal ini dilakukan untuk menstimulasi pembentukan ikatan trans pada kandungan asam lemak yang menggantikan ikatan cis pada suhu 180°C dan jumlahnya meningkat seiring kenaikan suhu (Wardlaw dan Kessel 2002). Menurut Sartika (2009), jumlah asam lemak trans elaidat meningkat sejalan dengan pengulangan pemanasan ke-2 dan ke-3 serta menurun pada pengulangan ke-4. Hasil pengukuran kadar asam lemak

trans pada margarin intervensi disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Kandungan asam lemak trans margarin yang diberikan

Asam lemak trans Komposisi1 Komposisi2 Komposisi3

Asam elaidat (w/w) 0% 1.41% < 1.0%

Asam linolelaidat (w/w) 0% 0.17% < 1.5%

1

Kandungan margarin menurut label pangan kemasan 2

Hasil analisis Laboratorium Terpadu IPB 3Ambang batas menurut O’Brien

(2003) dan EFSA (2012)

Hasil pengukuran asam lemak trans menunjukkan kandungan asam elaidat (1.41% w/w) dan asam linolelaidat (0.17% w/w). Total kandungan asam lemak

trans dalam margarin yang digunakan intervensi adalah 1.58% w/w atau 0.0215 g yang berarti sama dengan 0.193 kkal. Dengan demikian asam lemak trans

berkontribusi pada total energi lemak pakan sebesar 0.74%. Nilai tersebut tergolong rendah berdasarkan Silalahi (2002) yang menyatakan bahwa konsumsi asam lemak trans tergolong tinggi jika dikonsumsi lebih dari 6%, sedang jika merupakan 4.5%, dan rendah jika 2% dibandingkan terhadap total energi lemak.

(20)

10

Pakan yang dikonsumsi

Jumlah konsumsi pakan per minggu terdapat pada Tabel 5. Pakan yang dikonsumsi tikus didapatkan dari jumlah pakan yang diberikan dikurangi dengan sisa pakan. Pengamatan pada dua minggu pertama menunjukkan kelompok P3 memiliki rata-rata konsumsi pakan paling rendah pada minggu pertama, yaitu 53.7 g/hari atau hanya 96.6% pakan yang diberikan. Persentase konsumsi pakan paling tinggi terlihat pada kelompok P2 sebesar 98% pakan yang diberikan atau 54.3 g/hari. Adapun pada minggu kedua, kelompok P2 memiliki rata-rata konsumsi pakan paling rendah yaitu 49.8 g/hari atau hanya 94.7% pakan yang diberikan. Rata-rata sisa pakan hasil penimbangan tiap kelompok menunjukkan pada rentang 1.1-2.8 g/hari selama dua minggu. Kelompok P3 memiliki rata-rata sisa pakan paling banyak yaitu 1.9 g/hari pada minggu pertama sedangkan kelompok P2 dan P3 memiliki rata-rata sisa pakan paling banyak 2.8 g/hari pada minggu kedua. Tabel 5 Jumlah pakan yang dikonsumsi tikus per minggu

(21)

11 pakan paling banyak. Rata-rata sisa pakan hasil penimbangan tiap kelompok pada rentangan 0.6-8.9 g/hari selama empat minggu. Keadaan ini dikhawatirkan mempengaruhi jumlah kitosan yang dicampurkan dalam pakan tidak dikonsumsi secara optimal dikarenakan masih meninggalkan sisa pakan. Rata-rata jumlah kitosan yang dikonsumsi per tiga hari terdapat pada Gambar 2.

Gambar 2 Rata-rata kitosan yang dikonsumsi tikus per 3 hari pengamatan Kitosan yang diberikan dicampurkan dalam pakan serta digunakan untuk mempengaruhi berat badan dan kadar trigliserida plasma tikus. Jumlah kitosan yang dikonsumsi didapatkan dari pengurangan kitosan yang diberikan terhadap kitosan sisa. Penentuan jumlah kitosan sisa dihitung dari kitosan yang diberikan dikalikan sisa pakan dibagi dengan pakan yang diberikan. Hasil perhitungan didapatkan jumlah kitosan dikonsumsi per tiga hari. Konsumsi kitosan kelompok P1 paling banyak pada hari ke-27 yaitu 0.0350 g dan konsumsi paling sedikit pada hari ke-24 sebanyak 0.0327 g. Konsumsi kitosan paling banyak kelompok P2 terdapat pada hari ke-6 sebanyak 0.0444 g dan konsumsi paling sedikit pada hari ke-24 sebanyak 0.0372 g. Konsumsi kitosan kelompok P3 paling banyak pada hari ke-21 sebanyak 0.0549 g dan konsumsi paling sedikit pada hari ke-15 sebanyak 0.0517 g.

Berat Badan

Salah satu efek dari konsumsi asam lemak trans yang berlebih adalah meningkatnya cadangan lemak di dalam tubuh sehingga dapat mempengaruhi berat badan. Rata-rata berat badan tikus setiap minggu terdapat pada Gambar 3.

(22)

12

Gambar 3 Rata-rata berat badan tikus per 3 hari penimbangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat badan tikus mengalami pertambahan setiap kali penimbangan. Hal ini dapat diketahui dari slope yang bergerak positif pada Gambar 3. Pertambahan berat badan pada tikus diduga berkaitan dengan pemberian asam lemak trans dari produk margarin yang dicampurkan dalam pakan. Hal ini sejalan dengan Trisviana (2012), bahwa kandungan asam lemak trans dalam margarin yang dicairkan dan dicampurkan dalam pakan akan mempengaruhi peningkatan berat badan dan menjadikan tikus obesitas. Penelitian Dorfman et al. (2009) juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian asupan lemak trans dengan peningkatan berat badan hewan coba.

Urutan selisih pertambahan berat badan tikus selama masa penelitian dari yang terbesar hingga terkecil adalah kelompok K, P1, P2, dan P3. Kelompok K memiliki selisih pertambahan berat badan lebih besar dari kelompok lainnya. Beberapa penimbangan di minggu keempat menunjukkan penurunan berat badan pada semua kelompok (K, P1, P2, dan P3). Hal ini dikarenakan tiga hari terakhir pada minggu keempat tikus penelitian pada tiap kelompok banyak meninggalkan sisa pakan sehingga berat badan berkurang saat ditimbang. Rata-rata kenaikan berat badan tikus selama dua minggu dan empat minggu terdapat pada Tabel 6. Tabel 6 Rata-rata kenaikan dan persentase kenaikan berat badan tikus setelah

2 minggu dan 4 minggu intervensi

Kelompok Minggu ke-2 Minggu ke-4

kenaikan (g) persentase (%) kenaikan (g) persentase (%)

(23)

13 Kenaikan berat badan dihitung dari rata-rata berat akhir penimbangan sebelum tikus dimatikan (minggu ke-2 dan minggu ke-4) dikurangi dengan rata-rata berat awal tikus setelah masa adaptasi. Pada kelompok perlakuan P1, P2, dan P3 yang diberikan kitosan diharapan kenaikan berat badan tidak melebihi kelompok K yang digunakan sebagai kontrol. Rata-rata kenaikan selama dua minggu menunjukan tikus kelompok K memiliki kenaikan berat badan paling besar yaitu 32.1% atau 63.8 g. Kenaikan berat badan paling kecil pada kelompok P3 yaitu 22.5% atau 53.6 g. Hasil pengamatan selama dua minggu menunjukkan kenaikan berat badan kelompok perlakuan P1, P2, dan P3 lebih kecil dari kelompok kontrol (K).

Rata-rata kenaikan berat badan paling tinggi selama empat minggu pada kelompok K yaitu 54.0% atau 107.2 g. Kelompok P2 memiliki kenaikan paling kecil yaitu 27.8% atau 63.6 g. Adapun kelompok P1 dan P3 memiliki kenaikan berat badan masing-masing 48.7% (101.5 g) dan 38.9% (92.4 g) per tiga hari atau setara dengan 1.8% (3.8 g) dan 1.4% (3.4 g) per hari. Hasil pengamatan selama empat minggu menunjukkan berat badan kelompok perlakuan (P1, P2, dan P3) lebih kecil dari kelompok kontrol (K). Hal ini diduga pemberian kitosan mempengaruhi pengikatan asam lemak trans dalam metabolisme lemak tikus dan menghambat laju kenaikan berat badan selama empat minggu. Akan tetapi persentase kenaikan berat badan semua kelompok >20% dan tergolong dalam kondisi obesitas yang beresiko mengalami terjadinya resistensi terhadap insulin (Trisviana 2012).

Kadar Trigliserida Plasma

(24)

14

Trigliserida di dalam tubuh berasal dari asupan harian maupun dihasilkan oleh organ hepar, sehingga asupan lemak yang tinggi dapat meningkatkan kadar trigliserida dalam darah. Jika seseorang makan secara teratur dengan kandungan energi melebihi kalori dan memiliki aktivitas yang kurang maka kelebihan kalori tersebut akan disimpan dalam sel lemak. Kondisi ini menyebabkan peningkatan kadar trigliserida secara signifikan (hipertrigliseridemia) dan berat badan meningkat setelah empat belas hari diberi pakan tinggi lemak (Baidu 2011).

Hasil pengukuran kadar trigliserida plasma pada minggu ke-2 menunjukkan kondisi hipertrigliseridemia (>145 mg/dL) untuk kelompok K dan P1 serta tergolong normal (<145 mg/dL) untuk kelompok P2 dan P3. Kelompok K memiliki rata-rata kadar trigliserida paling tinggi dibandingkan kelompok P1, P2, dan P3. Kadar trigliserida paling rendah terjadi pada kelompok P2 (128.3±14.3). Rata-rata kadar trigliserida kelompok P1, P2, dan P3 memiliki perbedaan bermakna dibandingkan dengan kelompok K dengan nilai signifikansi (p=0.009). Uji lanjut Duncan menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok K dengan kelompok P1 dan kelompok P2 dengan P3 (p>0.05). Adapun kelompok K dengan P2 dan P3 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p<0.05).

Pengukuran kadar trigliserida plasma pada minggu ke-4 menunjukkan kondisi hipertrigliseridemia (>145 mg/dL) untuk kelompok K dan P1 serta tergolong normal (<145 mg/dL) untuk kelompok P2 dan P3. Kelompok P1 memiliki rata-rata kadar trigliserida paling tinggi dibandingkan kelompok P2, P3, dan K. Kadar trigliserida paling rendah terjadi pada kelompok P3 (93.0±33.0), namun tidak memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kelompok K (P>0.05).

Faktor paling berpengaruh dalam peningkatan kadar trigliserida adalah

overweight/obesitas dan aktivitas fisik yang kurang (NCEP 2002). Pemberian diet tinggi lemak juga mempengaruhi penurunan aktivitas hormon Leptin yang menyebabkan rasa lapar dan nafsu makan meningkat (Tsalissavrina et al. 2006). Hal ini sesuai dengan kondisi selama masa pengamatan aktivitas fisik hewan coba yang terbatas dalam kandang menyebabkan peningkatan berat badan kelompok K yaitu 32.1% atau 63.8 g selama dua minggu dan 54% atau 107.2 g selama empat minggu. Kadar trigliserida kelompok K dan P1 menunjukkan kondisi hipertrigliseridemia (>145 mg/dL) dalam dua minggu dan empat minggu pengamatan.

Perubahan kadar trigliserida dipengaruhi berat badan tikus sehingga hasil pengukuran keduanya saling sejalan dan berkaitan. Metabolisme trigliserida dalam tubuh akan terganggu akibat konsumsi asam lemak trans berlebih yang menyebabkan serum trigliserida meningkat. Proses akan berlanjut pada mobilisasi asam lemak dalam jaringan adiposa akan meningkat dan menyebabkan terjadi ketidakseimbangan proses lipolisis dan sintesis trigliserida yang terakumulasi dalam hati dan jaringan tubuh (Trisviana 2012).

(25)

15 Perbandingan kadar trigliserida tiap kelompok antar waktu menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna (p<0.05) dengan nilai signifikansi terkecil terdapat pada kelompok P2 (p=0.004). Hal ini menunjukkan adanya dosis optimal kitosan yang cukup mempengaruhi kadar trigliserida dan berat badan pada tikus.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian intervensi pakan diet tinggi lemak (>30% kebutuhan energi) memberikan pengaruh pada peningkatan berat badan paling tinggi pada kelompok K 63.8 g (32.1%) selama dua minggu dan 107.2 g (54%) selama empat minggu. Berat badan tikus tiap kelompok tergolong obesitas karena memiliki kenaikan >20%. Margarin yang dicairkan memiliki total kandungan asam lemak trans

1.58% w/w dan berkontribusi pada total energi lemak pakan sebesar 0.74%. Rata-rata kadar trigliserida kelompok K dan P1 pada minggu kedua dan minggu keempat pengamatan mencapai kondisi hipertrigliseridemia (>145 mg/dL). Kadar trigliserida rata-rata Kelompok K (254.3±49.0 mg/dL) dan P1 (241.7±58.5 mg/dL) pada minggu kedua. Kadar trigliserida rata-rata kelompok K (175.3±67.7 mg/dL) danP1(181.3±40.1 mg/dL)pada minggu keempat.

Pemberian kitosan dalam pakan diduga menghambat kenaikan berat badan pada kelompok P2 (0.045 g) sebesar 53.4 g (23.3%) selama dua minggu dan 63.6 g (27.8%) selama empat minggu. Pemberian kitosan kelompok P2 (0.045 g) menjadikan kadar trigliserida lebih rendah (128.3±14.3 mg/dL) secara signifikan (p=0.009) terhadap kelompok kontrol (K) pada minggu kedua. Kadar trigliserida kelompok P3 (0.055 g) lebih rendah terhadap kelompok kontrol (K) pada minggu keempat (93.0±33.0 mg/dL), namun tidak signifikan (p>0.05). penurunan kadar trigliserida tiap kelompok terhadap lamanya waktu juga menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0.05). Kondisi ini menegaskan bahwa adanya dosis optimal yang diberikan pada kelompok tikus (P) sehingga mampu mempengaruhi berat badan dan kadar trigliserida.

Saran

(26)

16

DAFTAR PUSTAKA

NCEP. National Cholesterol Education Program. 2002. Final Report Circulation: Adult Treatment Panel III. 106: 3143–3421.

Artanti D. 2008. Pengaruh Pemberian Jus Buah Pare (Momordica charantia)

Terhadap Kadar Trigliserida Serum Wistar Jantan Yang Diberi Diet Tinggi Lemak [skripsi]. Fakultas Kedokteran. Program Studi Ilmu Gizi. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Baidu I. 2011. Pengaruh Pemberian Yoghurt Kedelai Hitam (Black Soyghurt) Terhadap Kadar Trigliserida Serum Pada Tikus Hipertrigliseridemia [skripsi]. Fakultas Kedokteran. Program Studi Ilmu Gizi. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Bokura H, Kobayashi S. 2003. Chitosan decreases total cholesterol in women: a randomized, double blind, placebo-controlled trial. Eur J. Clin Nutr. 57: 721–725.

Dasuki MS, Risanty N. 2009. Pengaruh Kitosan Olahan Kulit Udang Putih Terhadap Penurunan Kadar Trigliserida Plasma Tikus Putih (Rattus norvegicus). Biomedika. 1: 2.

Dorfman SE, Laurent D, Gounarides JS, Li X, Mullarkey TL, Rocheford EC, et al. 2009. Metabolic implications of dietary trans fatty acids. J. Obesity. 17(6): 1200–7.

Doyle E. 1997. Trans fatty acid. J. Chemical Education. 74: 1030.

European Food Safety Association. 2012. Update on the state of play of animal health and welfare and environmental impact of animals derived from SCNT cloning and their offspring and food safety of products obtained from those animals. J. EFSA. Vol.10.

Fenney MJ. 2008. Defining differences in trans fatty acids. Dairy Council of California. 2(5): 1601–13.

Furda I. 1983. Aminopolysaccharides their potential as dietary fiber. in: unconventional sources of dietary fiber. ACS Symposium Series. 214: 105– 122.

Gallaher DD, Franz PM. 1990. Effect of diet on bile acid metabolism in the rat: corn oil and brans of wheat. J. Nutr. 120: 1320–1330.

Hernowati ET, Therik JW, Hendra. 2009. Efek Nutritional Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) Varietas NTT terhadap Status Gizi Tikus Wistar KEP

[Tesis]. Malang(ID): Universitas Brawijaya.

(27)

17 Kavanagh K, Jones KL, Sawyer J, Kelley K, Carr JJ, Wagner JD, Rudel LL. 2007.

Trans fat diet induces abdominal obesity changes in insulin sensitivity in monkey. J. Obesity. 15(7): 1675–84.

Linder, Maria C. 2006. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian secara Klinis. Aminuddin P, Penerjemah. 64–65. Jakarta (ID): UI Press. Liu B, Liu WS, Han BQ, Sun Y. 2007. Antidiabetic effects of

chitooligosaccharides on pancreatic islet cells in streptozotocin-induced diabetic rats. World J. of Gastroenterology. 13(5): 725–731.

Luthfiyah F, Widjajanto E. 2011. Serbuk daun kelor memulihkan kondisi fisik gizi buruk pada tikus model kurang energi protein. J. Kedokteran Brawijaya. 26 (3): 131–135.

Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Martati E, Lestari LA. 2008. The Effect of chitosan on lipid profile of sprague dawley rat blood serum. J. Teknologi Pertanian. 9(3): 157–164.

Maryanto S. 2013. The effects of red guava (Psidium guajava L) fruits on lipid peroxidation in hypercholesterolemic rats. Basic Res. J. Med. Clin. Sci. Vol. 2(11): 116–121.

Mayes, Peter A. 2001a. Biokimia: Lipid yang Memiliki Makna Fisiologis. Andy H, Penerjemah. Edisi 25. Jakarta (ID): Penerbit EGC.

McNamara DJ, Davidson NO, Samuel P, Ahrens EH Jr. 1980. Cholesterol absorption in man: effect of administration of clofibrate and/or cholestyramine. J. Lipid Res. 21: 1058–1064.

O'Brien R. 2003. Fats and Oils 2nd Ed. New York. Washington DC (US): CRC Press.

Ruma OL. 2006. Pemanfaatan obat tradisional dengan pertimbangan manfaat dan keamanannya. J. Farmasi. 3(1): 1–7.

Sartika RAD. 2009. Pengaruh suhu dan lama proses menggoreng (deep frying)

terhadap pembentukan asam lemak trans. MAKARA SAINS. 13(1): 23–28. Silalahi J. 2000. Fats, oil and fat subtitutes in human nutrition. J. Indon Food and

Nut Progress. 7(2): 56-66.

Silalahi J, Tampubolon SDR. 2002. Asam lemak trans dalam makanan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. J. Teknologi dan Industri Pangan. 13(2): 184–188.

(28)

18

Silvani MD, Prayitno I, Sulistyawan A. 2006. Potensi Kitosan sebagai Produk Olahan Limbah Industri Udang di Bidang Kesehatan. Karya Tulis. Surakarta (ID): UMS.

Stanley MM, Paul D, Gacke D, Murphy J. 1973. Effects of cholestyramine, metamucil, and cellulose on fecal bile salt excretion in man. J. Gastroenterology. 65: 889–894.

Thomson AK, Minihane A, Williams CM. 2011. Trans fatty acid and weight gain.

Int. J. of Obesity. 35: 315–324.

Trisviana O. 2012. Pengaruh Pemberian Margarin Terhadap Berat Badan dan Kadar Trigliserida Serum Tikus Sprague Dawley [skripsi]. Fakultas Kedokteran. Program Studi Ilmu Gizi. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Tsalissavrina I, Wahono D, Handayani D. 2006. The influence of high-carbohydrate diet administration in comparison with high-fat diet toward triglyceride and HDL level in blood on rattus novergicus strain wistar. J. Kedokteran Brawijaya. 22(2): 80–89.

Wadlaw GM, Kessel MW. 2002. Perspective in Nutrition 5th Ed. p 226–227. Sydney (AU): Mc Graw Hill.

Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Edisi terbaru, Cetakan 1. Bogor (ID): M-Brio Press.

(29)

19

LAMPIRAN

Lampiran 1 Konsumsi Pakan Tikus Per Minggu Tabel 8 Rata-rata konsumsi pakan tikus per minggu

Minggu ke- Kelompok

K P1 P2 P3

Rata-rata 49.0 54.2 50.9 53.4

Minggu 1 (n=6)

Konsumsi (g/hari) 49.8 54.8 54.3 53.7

Minggu 2 (n=6)

Konsumsi (g/hari) 49.2 52.8 49.8 51.4

Minggu 3 (n=3)

Konsumsi (g/hari) 48.8 51.6 49.1 53.5

Minggu 4 (n=3)

Konsumsi (g/hari) 48.1 57.7 50.5 55.0

Lampiran 2 Konsumsi Kitosan Tabel 9 Rata-rata konsumsi kitosan

Kategori P1 P2 P3

Pemberian (g) 0.0350a 0.0450a 0.0550a

Konsumsi (g) 0.0342b 0.0418a 0.0531b

Persentase konsumsi

Konsumsi (%) 97.8 93.0 96.5

(30)

20

Lampiran 3 Penimbangan Berat Badan Tikus Tabel 10 Penimbangan berat badan tikus

Hari ke- Kelompok

K (g) P1 (g) P2 (g) P3 (g)

0 198,6 208,5 229,1 237,8

3 219,8 227,4 243,4 252,4

6 235,6 243,1 257,9 265,6

9 250,5 254,8 268,2 277,6

12 262,3 270,9 282,5 291,4

15 283,5 290,0 294,5 291,0

18 294,5 296,8 300,1 300,6

21 302,9 309,7 303,0 307,9

24 313,0 320,5 308,3 316,5

27 304,7 318,0 301,2 313,6

Lampiran 4 Kenaikan dan Persentase Kenaikan Berat Badan Tikus Tabel 11 Pengamatan kenaikan berat badan tikus

Kelompok Minggu ke-2 Minggu ke-4

kenaikan (g) persentase (%) kenaikan (g) persentase (%)

K 63.8 32.1 107.2 54.0

P1 62.5 30.0 101.5 48.7

P2 53.4 23.3 63.6 27.8

(31)

21 Lampiran 5 Kadar Trigliserida Plasma Tikus

Tabel 12 Pengamatan hasil analisis serum kadar trigliserida Tikus

Kadar TG Minggu ke-2

(mg/dL)

4 (mg/dL) Kel. K

5 303

9 205

15 255

4 199

19 99

21 228

Kel. P1

3 254

22 293

10 189

17 217

20 138

27 178

Kel. P2

23 144

12 116

16 94

18 78

8 112

26 125

Kel. P3

13 164

14 146

6 114

1 93

24 126

(32)

22

Lampiran 6 Analisis Kandungan Asam Lemak Margarin Intervensi Tabel 13 Kandungan asam lemak trans margarin intervensi

Parameter Fatty Acid Result Unit

Caprilic Acid. C8:0 0.39 %w/w

Capric Acid. C10:10 0.27 %w/w

Undecanoic Acid. C11:0 0.03 %w/w

Lauric Acid. C12:0 1.87 %w/w

Myristic Acid. C14:0 1.61 %w/w

Pentadecanoic Acid. C15:0 0.06 %w/w

Palmitic Acid. C16:0 41.22 %w/w

Palmitoleic Acid. C16:1 0.13 %w/w

Heptadecanoic. C17:0 0.11 %w/w

Stearic Acid. C18:0 3.92 %w/w

Elaidic Acid. C18:1n9t 1.41 %w/w

Oleic Acid. C18:1n9c 27.41 %w/w

Linolelaidic Acid. C18:2n9t 0.17 %w/w

Linoleic Acid. C18:2n6c 3.22 %w/w

Arachidic Acid. C20:0 0.33 %w/w

Cis-11-Elcosenoic Acid.C20:1 0.07 %w/w

Behenic Acid. C22:0 0.06 %w/w

Lignoceric Acid. C24:0 0.06 %w/w

Fatty Acid Total 82.34 %w/w

(33)

23 Lampiran 7 Hasil Analisis ANOVA dan Uji Duncan Kadar Trigliserida

Tabel 14 Analisis ANOVA kadar trigliserida minggu ke-2 Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Trigliserida .149 8 .200* .919 8 .419

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Descriptives

Within Groups 13334.667 8 1666.833

Total 52248.917 11

Tabel 15 Uji Duncan kadar TG minggu ke-2

Duncana M2

(34)

24

Tabel 16 Analisis ANOVA kadar TG minggu ke-4 Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Trigliserida .149 8 .200* .919 8 .419

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Descriptives

95% Confidence Interval for Mean

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

Lower Bound

Lower

Bound Minimum Maximum

K 3 1.7533E2 67.67816 39.07400 7.2115 343.4552 99.00 228.00

P1 3 1.8133E2 40.05413 23.12526 81.8334 280.8333 138.00 217.00

P2 3 94.6667 17.00980 9.82061 52.4120 136.9214 78.00 112.00

P3 3 93.0000 33.00000 19.05256 11.0235 174.9765 60.00 126.00

Total 12 1.3608E2 57.68639 16.65263 99.4311 172.7355 60.00 228.00

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 21478.917 3 7159.639 3.787 .059

Within Groups 15126.000 8 1890.750

(35)

25 Lampiran 8 Hasil Analisis T test Kadar Trigliserida Antar Waktu

(36)

26

Lampiran 9 Hasil Analisis T test Kitosan Dikonsumsi Tabel 18 Analisis T test kitosan dikonsumsi P1

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Konsumsi kitosan1 4 .034225 .0002872 .0001436

One-Sample Test

Tabel 19 Analisis T test kitosan dikonsumsi P2 One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Konsumsi kitosan2 4 .041850 .0024853 .0012426

One-Sample Test

Tabel 20 Analisis T test kitosan dikonsumsi P3 One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Konsumsi kitosan3 4 .053075 .0007762 .0003881

(37)

27 Lampiran 10 Dokumentasi kegiatan penelitian

Gambar 4 Analisis asam lemak trans margarin intervensi

Gambar 5 Kondisi masa perlakuan tikus penelitian

Gambar 6 Proses pengambilan dan analisis darah tikus

Pembiusan

Palpasi jantung

Penusukan dengan

spuit

Pengambilan darah

(38)

28

(39)

29

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan putra kedua dari pasangan Luthfi Fuad dan Lailatur Rahma, yang lahir pada 27 Maret 1992 di Gresik, Jawa Timur. Penulis memulai pendidikan di SD Muhammadiyah 2 Gresik, pada tahun 1998. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Gresik, pada tahun 2004. Dilanjutkan SMA Muhammadiyah 1 Gresik, pada tahun 2007. Selepas menempuh pendidikan SMA, penulis berhasil diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2010 dan memilih Program Studi Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia.

Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam beberapa organisasi. Pada tahun 2010 – 2011, penulis menjadi anggota divisi Pengembangan Sumber Daya Anggota (PSDA) dan pada tahun 2011 – 2012 sebagai kepala divisi Pengembangan Sumber Daya Anggota (PSDA) Bina Desa KM IPB. Pada tahun 2011 – 2012, penulis bergabung bersama Eco Agrifarma FEMA sebagai kepala divisi Informasi dan Komunikasi (Infokom) dan pada tahun 2012 – 2013 sebagai kepala divisi Produksi. Pada tahun 2013 – sekarang penulis bergabung bersama SabangMerauke sebagai Kakak Asuh dan HiLo Green CommunityBogor sebagai tim edukasi.

Selain berorganisasi, penulis juga aktif dalam kepanitiaan acara. Penulis pernah menjadi Juri dalam pemilihan Putra-Putri Jatim 2011 dan 2013. Penulis pernah menjadi ketua divisi acara dalam kegiatan Nutrition Fair 2013. Penulis menjalani masa Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Pulau Nusakambangan, Kab. Cilacap Jawa Tengah pada tahun 2013 dan Internship Dietetics (ID) di Instalasi Gizi, Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta pada tahun 2014.

Penulis juga aktif dalam mengikuti kompetisi selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor. Penulis pernah meraih Juara 1 dalam acara De’ Sate 2011, lomba kreasi memasak sate oleh Fakultas Peternakan, IPB. Penulis pernah meraih gelar favorit dalam pemilihan Duta FEMA 2012. Penulis juga pernah meraih juara 3 pada tahun 2011 dan juara 2 pada tahun 2012 dalam acara

Gambar

Tabel 1  Jumlah tikus penelitian tiap minggu menurut kelompok perlakuan
Gambar 1  Tahapan penelitian
Tabel 3  Jumlah pakan yang diberikan menurut kelompok perlakuan
Tabel 4  Kandungan asam lemak trans margarin yang diberikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

RUN DOWN BERITA APA KABAR JOGJA RBTV. Tanggal : 29

Penerapan Model Pembelajaran Savi (Somatis Auditori Visual Intelektual) Untuk.. Meningkatkan Pemahaman Matematis Pada Pokok Bahasan Penjumlahan Dan Pengurangan

Tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar curah hujan yang terjadi pada lokasi studi dan berapa besar kapasitas saluran drainase

Kemampuan beberapa jenis teripang yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri patogen menunjukkan bahwa teripang memiliki potensi untuk dikembangkan

EFEKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN KEAMANAN JARINGAN KOMPETENSI MEMAHAMI LANGKAH-LANGKAH PENGUATAN HOST MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN JARAK JAUH PADA SAAT PRAKTEK KERJA

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pembiayaan mudharabah dan musyarakah terhadap tingkat profitabilitas pada Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank

Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh laporan keuangan yang telah diterbitkan oleh bank syariah mandiri indonesai.Penelitian ini dilakukan dengan

[r]