• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Pembesaran dan Pertumbuhan Anakan Jalak Bali (Leucopsar rotschildi Stresemann 1912) di Mega Bird and Orchid Farm Bogor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Teknik Pembesaran dan Pertumbuhan Anakan Jalak Bali (Leucopsar rotschildi Stresemann 1912) di Mega Bird and Orchid Farm Bogor."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PEMBESARAN DAN PERTUMBUHAN ANAKAN JALAK

BALI (

Leucopsar rotschildi Stresemann 1912) DI

MEGA BIRD AND

ORCHID FARM

BOGOR

NOVARIA NINGTIAS SETIAWAN PUTRI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Teknik Pembesaran dan Pertumbuhan Anakan Jalak Bali (Leucopsar rotschildi Stresemann 1912) di Mega Bird and Orchid Farm Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

Novaria Ningtias Setiawan Putri

(4)

ABSTRAK

NOVARIA NINGTIAS SETIAWAN PUTRI. Teknik Pembesaran dan Pertumbuhan Anakan Jalak Bali (Leucopsar rotschildi Stresemann 1912) di Mega Bird and Orchid Farm Bogor. Dibimbing oleh BURHANUDDIN MASY’UD dan JARWADI BUDI HERNOWO.

Keberhasilan sebuah penangkaran dapat dilihat dari tingkat reproduksinya hingga menghasilkan anak yang mencapai dewasa. Maka, perlu dilakukan penelitian mengenai teknik pembesaran anakan jalak bali yang baik dan juga gambaran tentang pertumbuhan anakan jalak bali. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi teknik pembesaran anakan jalak bali di MBOF dan mengetahui pertumbuhan morfometrik anakan jalak bali di penangkaran. Penelitian dilaksanakan di MBOF Bogor pada bulan Juni-September 2014. Metode yang digunakan adalah pengamatan langsung, pengukuran morfometrik, dan wawancara. Teknik pembesaran memiliki dua tahap yaitu tahap penyapihan dan tahap pemeliharaan. Penyapihan dilakukan saat berumur 5-7 hari, kemudian pemeliharaan dilakukan di kandang inkubator sampai anakan jalak bali mulai mandiri, yaitu dengan pengelolaan pakan, kandang, kesehatan dan kebersihannya. Pertumbuhan morfometrik (berat badan, panjang tubuh total, panjang kepala, panjang sayap, panjang ekor, dan panjang kaki, serta pertumbuhan bulu) anakan jalak bali sejak pengukuran dari minggu pertama hingga minggu keempat rata-rata terjadi pertambahan setiap minggunya.

Kata kunci : anakan jalak bali, MBOF, morfometrik, pembesaran. ABSTRACT

NOVARIA NINGTIAS SETIAWAN PUTRI. Rearing Technic and Bali Starling (Leucopsar rothschildi Stresemann 1912) Juvenile Growing in Mega Bird and Orchid Farm Bogor. Supervised by BURHANUDDIN MASY’UD and JARWADI BUDI HERNOWO.

The success of captive could be seen from reproduction rate until delivered juvenile to adult. So it is necessary to do a research about bali starling juvenile good rearing technic and also knowing image about bali starling juvenile growth. This research purposes are to identify the bali starling juvenile growing technic and find out the morphometric growth in MBOF. Research conducted during June-September 2014 in MBOF Bogor. Methods was used direct observation, morphometric measurement, and interview. The result showed the rearing technic divide into two steps which is weaning step and caring step. Weaning step was done during the first 5 to 7 days after birth and then followed by the caring step (feeding, nest, health, hygiene management) in incubator nest until the juvenile be autonomous. The juvenile morphometric growth (weight, total body length, head length, wings length, tail length, foot length, and feather growth) is started from the first week until forth week, averagely gained a growth weekly.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

TEKNIK PEMBESARAN DAN PERTUMBUHAN ANAKAN JALAK

BALI (

Leucopsar rotschildi Stresemann 1912) DI

MEGA BIRD AND

ORCHID FARM

BOGOR

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah Subhanahu wata’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni-September 2014 ini ialah penangkaran, dengan judul Teknik Pembesaran dan Pertumbuhan Anakan Jalak Bali (Leucopsar rotschildi Stresemann 1912) di Mega Bird and Orchid Farm Bogor.

Karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik karena tidak luput dari dukungan berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung. Penghargaan dan terima kasih diberikan kepada Bapak Dr Ir Burhanuddin Masy’ud, MS dan Bapak Dr Ir Jarwadi Budi Hernowo, MScF sebagai dosen pembimbing yang dengan sepenuh hati mendukung dan senantiasa memberikan kritik dan saran.

Diucapkan juga terima kasih kepada orang tua Ayah Wawan Setiawan dan Mama Wiwin Widiarti yang selalu mendoakan penulis selama menempuh pendidikan dan mencari ilmu pengetahuan. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh staf pengelola penangkaran Mega Bird and Orchid Farm Bogor yang telah membantu selama pengumpulan data karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman Nepenthes rafflesiana 47, Funtastic 4, Gengges, dan pihak-pihak lain yang telah membantu dalam mensukseskan karya ilmiah ini secara tidak langsung yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, Februari 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

METODE 2

Lokasi dan Waktu 2

Alat dan Objek 2

Jenis Data yang Dikumpulkan 2

Metode Pengumpulan Data 3

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Teknik Pembesaran Anakan Jalak Bali 6

Pertumbuhan Morfometrik Anakan Jalak Bali 12

SIMPULAN DAN SARAN 20

Simpulan 20

Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 21

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jenis data yang dikumpulkan tahap pemeliharaan anakan jalak bali 2

2 Data dan cara mendapatkan data teknik pembesaran 3

3 Pengukuran morfometrik 4

4 Rataan ± SD pertumbuhan anak jalak bali selama 4 minggu 12

5 Rataan pertambahan ukuran morfometrik tiap minggu selama 4 minggu 13

DAFTAR GAMBAR

1 Pengukuran morfometrik 5

2 (a) dan (b) Penyapihan anakan oleh penangkar 7

3 Anakan jalak bali saat disapih 7

4 Proses pembuatan voer kering menjadi bubur voer 8

5 Pelolohan anakan jalak bali oleh penangkar 9

6 Jumlah pakan yang dikonsumsi anakan jalak bali tiap minggu 9

7 Rataan jumlah pakan yang dikonsumsi anakan jalak bali tiap minggu 9

8 (a) Kandang inkubator, (b) Perlengkapan kandang inkubator 11

9 Rataan pertumbuhan morfometrik anakan jalak bali selama 4 minggu 13

10 Pertambahan berat badan anakan jalak bali tiap minggu 14

11 Rataan pertambahan berat badan anakan jalak bali tiap minggu 14

12 Pertumbuhan panjang tubuh anakan jalak bali tiap minggu 15

13 Pertumbuhan panjang sayap anakan jalak bali tiap minggu 16

14 Pertumbuhan panjang kepala anakan jalak bali tiap minggu 16

15 Pertumbuhan panjang paruh anakan jalak bali tiap minggu 17

16 Pertumbuhan panjang ekor anakan jalak bali tiap minggu 18

17 Pertumbuhan panjang kaki anakan jalak bali tiap minggu 18

18 Pertumbuhan bulu dan perubahan warna anakan jalak bali tiap minggu 19

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pertumbuhan morfometrik dan perubahan kenaikannya tiap minggu 23

2 Uji ANOVA 25

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penangkaran adalah upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan dan pembesaran tumbuhan dan satwa liar dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya (BKSDA Yogyakarta 2012). Salah satu jenis satwa yang paling banyak dilakukan penangkarannya adalah jalak bali (Leucopsar rotschildi), karena jalak bali memiliki harga penjualan yang tinggi, memiliki nilai estetika, dan kemudahan dalam pemeliharaan, juga dapat meningkatkan rasa bangga bagi pemilik. Jalak bali termasuk kategori Critical Endangered (CR) dalam International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN 2014) dan Appendix I Convention on International Trade in Endangered Species of wild flora and fauna (CITES) yaitu kelompok yang terancam punah dan tidak boleh diperdagangkan antar negara kecuali dengan persetujuan presiden.

Salah satu penangkaran yang menangkarkan jalak bali adalah Mega Bird and Orchid Farm (MBOF). MBOF termasuk penangkaran yang berhasil menangkarkan jalak bali, karena jalak bali di MBOF dapat menghasilkan anak hingga menjadi dewasa. Hal ini dapat menunjukan bahwa kegiatan pembesaran yang dilakukan sudah baik, terutama mulai tahap awal pasca penetasan telur hingga jalak bali dapat hidup mandiri yaitu berumur ± satu bulan (TNBB 2011). Pembesaran terhadap anakan jalak bali penting dilakukan karena anakan merupakan masa yang paling kritis untuk keberhasilan hidup selanjutnya. Menurut Jumilawaty (2004), kelestarian suatu spesies sangat ditentukan oleh keberhasilan hidup anaknya.

Perawatan anakan jalak bali oleh induk hanya dilakukan pada satu minggu pertama, pada usia lebih dari itu maka perawatan dilakukan oleh penangkar (Herawati 2014). Menurut Purwastuti (2007), masa bertelur, mengeram, menetas, dan mengasuh anakan merupakan saat-saat yang paling diperhatikan oleh penangkar. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan penelitian mengenai teknik pembesaran anakan jalak bali untuk mengetahui teknik pembesaran yang baik dan juga untuk mengetahui gambaran tentang pertumbuhan anakan jalak bali.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi teknik pembesaran anakan jalak bali di MBOF dan mengidentifikasi pertumbuhan morfometrik anakan jalak bali.

Manfaat

(12)

2

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di penangkaran Mega Bird and Orchid Farm (MBOF), dengan luas total sebesar 23.500 m2, berlokasi di Desa Cijujung Tengah, RT 05/ RW 04, Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengamatan dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni-September 2014, dan pengukuran morfometrik dilakukan setiap seminggu sekali sebanyak empat kali (sampai anakan jalak bali dipindahkan ke sangkar).

Alat dan Objek

Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain alat tulis, penggaris plastik 30 cm, jangka sorong plastik, kamera digital, timbangan digital

electronic kitchen scale tipe SCA-301 dengan kapasitas 1000 g, termometer digital, dan pita ukur 150 cm. Objek yang digunakan adalah sepuluh anakan jalak bali berumur 5-7 hari hasil penangkaran MBOF.

Jenis Data yang Dikumpulkan Teknik pembesaran

1. Tahap penyapihan berupa kapan waktu penyapihan, alat-alat yang digunakan, dan bagaimana cara penyapihan.

2. Tahap pemeliharaan berupa aspek pakan, kandang, kesehatan dan kebersihan. Jenis data yang dikumpulkan untuk tahap pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan pada tahap pemeliharaan anakan jalak bali

Aspek Data yang diambil

Pakan jenis, jumlah (g), sumber, waktu pemberian, cara pemberian, frekuensi pemberian

Kandang inkubator ukuran panjang (cm)

lebar (cm) tinggi (cm)

konstruksi kandang kayu

triplek kawat peralatan dan perlengkapan

kandang

lampu/ bohlam (watt) wadah sarang

perawatan dan sanitasi kandang pembersihan

suhu dan kelembaban inkubator derajat Celcius dan persen

Kesehatan dan kebersihan

jenis penyakit telah terjadi, sedang terjadi, sering terjadi

pengobatan dalam, luar

(13)

3 Pertumbuhan morfometrik

Pertumbuhan morfometrik meliputi berat badan, panjang tubuh total, panjang kepala, panjang sayap, panjang ekor, panjang kaki dan panjang paruh, serta pertumbuhan bulu anakan tiap minggu. Morfometrik merupakan sifat kuantitatif yang dapat diukur (Badriah 2011).

Metode Pengumpulan Data Teknik pembesaran

Data teknik pembesaran yang dikumpulkan meliputi tahap penyapihan dan tahap pemeliharaan (pakan, kandang, kesehatan dan kebersihan) dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap semua kegiatan dan/ atau perlakuan penangkar terhadap anakan, pengukuran suhu dan kelembaban inkubator, wawancara terhadap pengelola, dan penelusuran literatur. Cara mendapatkan data teknik pembesaran dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Data dan cara mendapatkan data teknik pembesaran Data yang

dikumpulkan

Cara mendapatkan data Tahap Penyapihan

Mengambil anakan cara pemindahan anakan jalak bali

Pakan pakan apa saja yang

diberikan, cara

Kandang pengukuran suhu dan kelembaban

inkubator

dilakukan dengan cara

(14)

4

Tabel 2 Data dan cara mendapatkan data teknik pembesaran (lanjutan)

Data yang

sakit, obat yang diberikan dan cara pemberiannya, serta

Metode yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan anakan jalak bali dilakukan dengan cara pengamatan langsung, pengukuran terhadap berat badan, panjang tubuh, panjang kepala, panjang sayap, panjang ekor, panjang kaki dan panjang paruh, dan penelusuran literatur. Cara pengukuran morfometrik anakan jalak bali dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 1.

Tabel 3 Pengukuran morfometrik

Bagian yang diukur Cara pengukuran dan alat yang digunakan

Berat badan (cm) menaruh anakan jalak bali di atas timbangan digital Panjang tubuh (cm) diukur dari belakang kepala sampai ujung ekor

dengan menggunakan pita ukur

Panjang kepala (cm) diukur dari bagian tengkuk hingga pangkal paruh dengan menggunakan jangka sorong

Panjang sayap (cm) diukur dengan merentangkan sayap dari pangkal sayap hingga ujung sayap dengan menggunakan pita ukur

Panjang ekor (cm) diukur dari pangkal ekor sampai ujung ekor dengan menggunakan pita ukur

(15)

5

Gambar 1 Pengukuran morfometrik Analisis Data

Teknik pembesaran

Data mengenai teknik pembesaran dianalisis secara deskriptif kualitatif meliputi pakan, kesehatan, dan kebersihan anakan beserta kandang inkubator atau sarang menyimpan anakan yang dilengkapi dengan ilustrasi seperti tabel dan gambar yang relevan dengan data yang dihasilkan. Data pakan dianalisis kuantitatif dengan cara penghitungan konversi pakan. Wisuku (2012) mengatakan bahwa konversi pakan dapat dikatakan sebagai berapa kilogram pakan habis diperlukan untuk membentuk satu kilogram berat badan, yang dihitung komulatif pada saat umur tertentu. Nilai konversi pakan ini merupakan nilai penting sebagai tinjauan ekonomis biaya pakan (Pramyrtha dan Ririen 2009).

Data pakan selain penghitungan konversi pakan, pakan juga dianalisis secara kuantitatif menggunakan uji ANOVA (Analisis of Variance), yang merupakan salah satu teknik analisis yang berfungsi untuk membedakan rataan lebih dari dua kelompok data dengan cara membandingkan variansinya. Untuk melakukan uji ANOVA, harus dipenuhi beberapa asumsi, yaitu sample berasal dari kelompok yang independen, varian antar kelompok harus homogen, dan data masing-masing kelompok berdistribusi normal (Hendry 2011).

Pertumbuhan morfometrik

Data mengenai morfometrik anakan jalak bali yang dihasilkan dianalisis secara deskriptif kualitatif, dilengkapi dengan ilustrasi seperti tabel dan gambar yang relevan dengan data yang dihasilkan. Pertumbuhan morfometrik (berat badan, panjang tubuh, panjang kepala, panjang sayap, panjang ekor, dan panjang kaki) dilakukan perhitungan nilai rataan dan standar deviasi (SD) untuk melihat pertumbuhan morfometrik anakan jalak bali setiap minggunya. Uji ANOVA juga dilakukan terhadap pertumbuhan morfometrik yaitu berat badan, panjang tubuh, panjang kepala, panjang sayap, panjang ekor, dan panjang kaki anakan jalak bali untuk melihat perbedaan pertumbuhan setiap minggu, kemudian dilakukan juga uji lanjut Duncan terhadap faktor-faktor morfometrik tersebut.

Uji Duncan merupakan uji untuk melihat perbedaan tiap kelompok dari nilai rataan yang dihasilkan tiap kelompok berada dalam kolom subset yang sama atau berbeda. Kriteria uji menggunakan taraf nyata α= 0.05 dengan ketentuan

p-Panjang sayap (cm)

Panjang kepala (cm) Panjang tubuh (cm)

Panjang kaki (cm) Panjang paruh (cm)

(16)

6

value (Sig.)<0.05 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan di antara minggu, namun jika p-value (Sig.)>0.05 artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara minggu. Untuk melihat hubungan antara umur dan pertumbuhan morfometrik dilakukan analisis regresi linear. Regresi adalah pengukuran hubungan dua variabel atau lebih yang dinyatakan dengan bentuk hubungan atau fungsi. Untuk menentukan bentuk hubungan (regresi) diperlukan pemisahan yang tegas antara variabel bebas yang sering diberi simbol X dan variabel tak bebas dengan simbol Y (Kohdrata 2012).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknik Pembesaran Anakan Jalak Bali

Pembesaran satwa adalah kegiatan penangkaran yang dilakukan dengan pemeliharaan dan pembesaran anakan atau penetasan telur satwa dari alam dengan tetap mempertahankan kemurnian jenis (BKSDA Yogyakarta 2012). Pembesaran anakan jalak bali yang dilakukan di MBOF merupakan hand rearing yaitu pemeliharaan anakan jalak bali yang dilakukan oleh penangkar. Pembesaran oleh penangkar ini terbagi dalam tahap penyapihan dan tahap pemeliharaan anakan jalak bali.

Tahap penyapihan anakan jalak bali

Penyapihan adalah proses pengambilan dan pemisahan anakan jalak bali dari induknya oleh penangkar ke kandang inkubator. Tujuan utama penyapihan anakan jalak bali adalah untuk membiarkan induk jalak bali dapat kembali bertelur sehingga meningkatkan produktivitas MBOF, sama seperti pernyataan Purwastuti (2007) yang mengatakan bahwa pemisahan anak dilakukan untuk meningkatkan produktivitas burung dalam menghasilkan anak, karena dengan penyapihan maka siklus reproduksinya dapat diperpendek (Luckey 2003 diacu dalam Purwastuti 2007). Penyapihan juga bertujuan untuk menghindari kematian anakan saat dalam pengasuhan induk, karena menurut Azis (2013), banyak kasus kematian anakan di penangkaran akibat dari induk jalak bali yang tidak mau meloloh anaknya dan anaknya dibuang dari sangkar. Kegiatan penyapihan ini harus dilakukan dengan hati-hati sehingga harus memperhatikan tingkat stres pada induk dan juga anak jalak bali (Masyud 2010).

(17)

7 pemeliharaan, hingga dipindahkan lagi ke sangkar saat berumur 26-28 hari atau ketika anakan jalak bali sudah dapat mencengkram dan melompat.

Proses pengambilan anakan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang. Pengambilan harus dilakukan oleh penangkar yang memang memiliki pengalaman cukup lama, karena pada masa ini kondisi anakan masih rentan. Saat pengambilan anakan, penangkar tidak memakai alat apapun (tangan kosong), hanya membawa baskom dan sarang untuk menaruh anakan jalak bali dan tangga untuk menggapai nest box yang berada di atas di kandang reproduksi seperti pada Gambar 2.

(a) (b)

Gambar 2 (a)dan (b) Penyapihan anakan oleh penangkar

Pengambilan anakan jalak bali harus dilakukan sekaligus, baik dari induk yang sama ataupun bukan. Patokannya adalah anakan yang berumur 5-7 hari, yakni yang didasari pada waktu menetasnya telur pertama. Seperti diketahui, jalak bali termasuk tipe asynchronous yaitu telur menetas tidak serempak (Imanuddin dan Mardiastuti 2003). Saat pengambilan anakan jalak bali, penangkar sudah membawa baskom dan sarang untuk menempatkan anakan jalak bali. Hal ini dimaksudkan agar kondisi anakan jalak bali tidak terlalu berbeda dengan kondisi sarang di nest box (Gambar 3). Anakan jalak bali yang disapih bersamaan akan disimpan dalam satu kotak kandang inkubator yang sama, kemudian dibesarkan secara bersama pula dan akan dipindahkan ke dalam sangkar yang sama dalam proses pemeliharaannya. Hal ini untuk memudahkan dalam pemeliharaan anakan jalak bali.

(18)

8

Tahap pemeliharaan anakan jalak bali

Setelah dilakukan penyapihan, anakan jalak bali masuk ke dalam tahap pemeliharaan. Tahap pemeliharaan ini dilakukan penangkar secara intensif (hand rearing) yakni pemeliharaan anakan yang dilakukan oleh penangkar terkait dengan pemberian pakan, pengelolaan kandang, dan pemeliharaan kesehatan serta kebersihannya. Jadi secara teknis ada tiga aspek pemeliharaan yang dibahas yaitu pakan, kandang, dan kesehatan kebersihan.

Aspek pakan

Anakan jalak bali yang ada di penangkaran MBOF hanya diberi pakan voer. Merek voer yang digunakan adalah fancy bird food 12 telur. Voer ini kemudian dijadikan bubur voer. Bubur voer anakan jalak bali dibuat dengan cara mencampur sebanyak ± 60 gram voer (untuk 2-3 anakan) yang ditambah dengan air panas secukupnya, yang penting dapat menghaluskan voer dan menjadi agak kental (jangan sampai terlalu cair) agar anakan jalak bali tidak diare. Pembuatan bubur voer di pagi hari ditambah dengan minyak ikan, sedangkan untuk siang hari voer hanya dicampur dengan air panas. Proses pembuatan bubur voer dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Proses pembuatan voer kering menjadi bubur voer

Pemberian pakan anakan jalak bali dilakukan dengan cara diloloh oleh penangkar mulai dari pukul 06.00-22.00 setiap satu sampai tiga jam sekali, atau ketika anakan jalak bali lapar (Gambar 5). Menurut Iswantoro (2008), pemberian makanan tidak boleh terlambat karena bila terlambat perut anakan bisa kembung dan masuk angin hingga menyebabkan kematian. Pemberian pakan pada anakan jalak bali membutuhkan waktu yang lumayan lama karena anakan memerlukan waktu untuk menelan makanannya. Pakan yang diberikan pada anakan dengan bantuan penangkar disajikan dalam bentuk yang halus dan dilakukan dengan sabar dan hati-hati (Lariman 2011).

(19)

9

Gambar 5 Pelolohan anakan jalak bali oleh penangkar

Pakan merupakan sumber nutrisi bagi kehidupan dan pertumbuhan (Marthani 2011). Kandungan gizi yang terdapat dalam 100 gram voer adalah 9% karbohidrat, 6% serat kasar, 18% protein, 3.5% lemak, dan 12% air. Kandungan protein yang lebih besar ini berguna untuk pertumbuhan sel-sel baru dan juga untuk menghasilkan pertumbuhan bulu yang lebih lebat dan bagus karena menurut Atmomarsono et al. (1999), semakin banyak memberikan protein maka pertumbuhan bulu semakin meningkat. Bulu yang lebat dan indah ini juga dapat meningkatkan harga jual jalak bali.

Persediaan pakan anakan jalak bali di MBOF selalu tersedia. Menurut Setio dan Takandjandji (2007), karena peran pakan yang penting, maka pakan harus selalu tersedia secara terus menerus dalam kuantitas dan kualitas yang cukup. Selain itu untuk kegiatan penangkaran juga perlu mempertimbangkan kualitas, harga, dan ketersediaannya.

Jumlah konsumsi pakan dan rataan pakan yang dikonsumsi sepuluh anakan jalak bali selama diloloh di kandang inkubator hingga dipindahkan ke kandang penyapihan (sangkar) dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7.

Gambar 6 Jumlah pakan yang dikonsumsi anakan jalak bali tiap minggu

Gambar 7 Rataan jumlah pakan yang dikonsumsi anakan jalak bali tiap minggu

(20)

10

Gambar 6 menunjukan bahwa jumlah pakan yang dikonsumsi setiap anakan jalak bali berbeda satu sama lain. Jumlah pakan yang dikonsumsi dipengaruhi oleh perbedaan berat badan saat disapih, kondisi kesehatan anakan, dan jumlah anak atau telur per sarang. Anakan tunggal cenderung menunjukan jumlah konsumsi pakannya lebih banyak dibandingkan dengan dua anak per sarang. Hal tersebut diduga terjadi karena induk fokus memelihara satu anaknya.

Pengukuran jumlah pakan yang dilakukan terhadap sepuluh anakan jalak bali didapatkan rata-rata pengukuran setiap minggunya seperti Gambar 7. Terjadi kenaikan konsumsi pakan oleh anakan jalak bali dari minggu pertama ke minggu kedua. Hal ini dapat terjadi karena minggu-minggu awal merupakan tahap yang penting bagi anakan jalak bali untuk pertumbuhan sehingga jumlah pakan yang dikonsumsi banyak, namun kemudian dari minggu kedua ke minggu ketiga terjadi penurunan tingkat konsumsi. Berkurangnya konsumsi pakan ini bertujuan agar berat badan anakan jalak bali menjadi lebih ringan dan ideal ukurannya sehingga memudahkan untuk bergerak seperti melompat-lompat dan belajar mengepakkan sayapnya. Jumilawaty (2004) mengatakan bahwa kelincahan anak tergantung dari berat badannya.

Walaupun Gambar 6 dan Gambar 7 menunjukan bahwa terjadi perbedaan jumlah konsumsi pakan anakan jalak bali tiap minggunya, namun uji ANOVA yang dilakukan menghasilkan bahwa tidak terjadi perbedaan signifikan terhadap jumlah pakan yang dikonsumsi setiap minggu (Lampiran 2). Maka sebenarnya jumlah konsumsi pakan setiap minggu dapat dianggap sama, yaitu 378.08 g/ minggu/ individu atau 54.01 g/ individu/ hari, dan dapat dikatakan besar bahkan dapat mencapai dua kali lipat berat badannya. Hal tersebut karena burung merupakan satwa yangmemiliki tingkat metabolisme tinggi sehingga memnutuhkan pakan yang cukup banyak sebagai sumber energy untuk melakukan aktivitasnya (Giil 2007).

Aspek kandang

Kandang juga merupakan aspek penting selain pakan dalam usaha penangkaran, karena kandang berfungsi untuk melindungi satwa dari panas, dingin, dan predator. Pada proses pembesaran anakan jalak bali di penangkaran, kandang inkubator merupakan hal terpenting, karena kandang inkubator menjadi tempat untuk anakan mendapatkan kehangatan. Kandang inkubator anakan jalak bali di MBOF berukuran panjang 132 cm, lebar 47 cm, dan tinggi 49 cm, dengan tinggi kaki penyangga 60 cm, yang terbuat dari triplek sebanyak 7 buah, kayu 12 buah, dan kawat ram 4 buah.

(21)

11

(a) (b)

Gambar 8 (a) Kandang inkubator, (b) Perlengkapan kandang inkubator Pembersihan inkubator anakan jalak bali dilakukan setiap selesai memberikan pakan atau lolohan dengan menggunakan lap basah, sedangkan perawatan kandang dilakukan ketika terjadi kerusakan pada kandang seperi kawat ram yang patah dan engsel pintu inkubator yang lepas dengan menggunakan obeng dan palu. Suhu inkubator anakan jalak bali berkisar antara C- C dengan kelembaban 71% - 90%. Menurut Nugroho et al. (1996) diacu dalam Marthani (2011), anakan pada fase starter belum memiliki bulu untuk menjaga suhu tubuhnya sehingga anakan membutuhkan suhu lebih tinggi yaitu C - 34º C dan kelembaban 70%. Oleh karena itu, anakan sangat membutuhkan inkubator dalam proses pertumbuhannya dan menjadi aspek penting dalam kegiatan pembesaran. Suhu inkubator di MBOF sudah cukup sesuai untuk pembesaran anakan.

Aspek kesehatan dan kebersihan

Anakan jalak bali yang sehat akan tumbuh menjadi lebih kuat dan memiliki kualitas reproduksi yang baik ketika dewasa, sehingga aspek kesehatan juga hal yang harus diperhatikan oleh penangkar. Menjaga kesehatan anakan jalak bali di MBOF dilakukan ketika anakan sakit. Penyakit yang sering dialami anakan jalak bali adalah diare. Diare memiliki gejala yaitu kotoran yang berair. Pengobatan yang dilakukan adalah dengan memberikan obat anti diare, dan dilakukan saat anak jalak bali mulai diare sampai sembuh selama 2 hari.

Obat yang digunakan di MBOF yaitu Tonic’s Treasure yang dihaluskan dengan air kemudian diberikan pada anakan jalak bali menggunakan pipet. Obat ini juga diberikan pada anakan jalak bali yang terlihat pucat (warna tubuhnya tidak berwarna merah muda) dan kurang nafsu makan. Saat penyapihan, anakan jalak bali terkadang memiliki keadaan jari yang tidak normal (salah arah), yang diduga akibat tertindih anakan yang lebih besar saat belum disapih. Untuk kondisi seperti itu, perawatan yang dilakukan oleh penangkar adalah dengan cara membenarkan posisi jari yang salah menggunakan plester yang dipasangkan pada jari yang tidak normal dan diusahakan agar jari kembali normal ke arah dan bentuk yang seharusnya. Plester ini dipakai dari mulai anakan disapih sampai posisi sudah benar sekitar 7-10 hari kemudian.

(22)

12

membersihkan kotoran yang menempel pada tubuh anakan jalak bali maupun sarang yang digunakan anakan jalak bali, serta kandang inkubator secara keseluruhan. Bagian tubuh anakan yang sering dibersihkan adalah mulut karena sisa lolohan, sayap dan perut karena kotorannya.

Pembersihan kandang inkubator dilakukan setiap selesai memberi makan atau meloloh anakan jalak bali. Kegiatan pembersihan ini dilakukan menggunakan lap basah dan capit sumpit untuk mengambil kotoran. Pembersihan sarang dan wadah yang telah dipakai juga dilakukan dengan merendam sarang dalam air, mencuci wadah dengan air, kemudian keduanya dijemur dibawah sinar matahari hingga kering. Kegiatan fumigasi menggunakan alkohol dilakukan saat anakan telah dipindahkan ke sangkar sehingga inkubator siap dipakai lagi bila ada anakan baru. Menjaga kebersihan juga salah satu upaya agar kesehatan anakan tetap terjaga (Setio dan Takandjandji 2007).

Pertumbuhan Morfometrik Anakan Jalak Bali

Pertumbuhan adalah proses pertambahan berat badan, panjang tubuh, panjang kepala, panjang sayap, panjang paruh, panjang ekor, dan panjang kaki, serta pertumbuhan bulu. Marthani (2011) mengatakan bahwa pertumbuhan pada burung terbagi menjadi 3 fase periode pertumbuhan, yaitu fase starter (0-3 minggu), fase grower (3-6 minggu), dan fase layer (lebih dari 6 minggu). Pada penelitian ini, pengamatan terhadap anakan jalak bali dimulai dari fase starter (1 minggu) hingga fase grower (4 minggu). Pertumbuhan anakan merupakan indikator yang terlihat dari kegiatan pembesaran anakan jalak bali. Setelah pengamatan dan pengukuran, didapatkan rataan pertumbuhan morfometrik untuk anakan jalak bali tiap minggu seperti pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4 Rataan± SD pertumbuhan anak jalak bali selama 4 minggu

Morfometrik Minggu ke-

1 2 3 4

Berat badan (g) 31.4 ± 7.24 70.6 ± 9.2 83.5 ± 4.62 84.3 ± 4.94 Panjang tubuh (cm) 6.07 ± 1.01 9.03 ± 1.55 11.98 ± 0.84 14.9 ± 0.87 Panjang sayap (cm) 3.93 ± 0.64 9.34 ± 1.76 14.2 ± 0.82 15.92 ± 0.55 Panjang kepala (cm) 2.88 ± 0.30 4.12 ± 0.22 4.67 ± 0.18 5.21 ± 0.23 Panjang paruh (cm) 1.01 ± 0.21 1.65 ± 0.13 1.81 ± 0.10 2.05 ± 0.25 Panjang ekor (cm) 0 1.1 ± 0.50 2.95 ± 0.62 5.38 ± 0.69 Panjang kaki (cm) 6.35 ± 0.78 10.85 ± 1.07 12.08 ± 0.41 12.33 ± 0.47

(23)

13 penelitian ini belum dapat menentukan jenis kelamin antara anakan jantan dan betina.

Pertumbuhan morfometrik terjadi setiap pengukuran selama 4 minggu. Rataan pertambahan ukuran morfometrik tiap minggu selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Gambar 9 menunjukan rataan pertumbuhan morfometrik setiap minggunya, yakni terlihat ada kenaikan dari minggu ke minggunya. Peubah morfometrik yang menunjukan paling tinggi pertumbuhannya adalah panjang sayap, karena sayap menjadi penumpu jalak bali untuk menyeimbangkan tubuhnya dan kaitannya dengan aktivitas terbang. Lambey et al. (2013) mengatakan bahwa panjang sayap juga berkaitan dengan aktivitasnya dalam mencari makan dan mempertahankan teritorialnya sehingga sayap burung jantan lebih panjang dibandingkan burung betina.

Gambar 9 Rataan pertumbuhan morfometrik anakan jalak bali selama 4 minggu Tabel 5 Rataan pertambahan ukuran morfometrik tiap minggu selama 4 minggu

Morfometrik N Rataan morfometrik ± SD

Berat badan (g) 10 13.23 ± 17.69

Pertumbuhan berat badan yang didapat setelah melakukan pengukuran terhadap sepuluh anakan jalak bali dapat dilihat variasinya seperti pada Gambar 10. Gambar 10 menunjukan bahwa pertumbuhan berat badan hampir menunjukan garis yang sama, selalu naik tiap minggunya. Gambar 11 menunjukan pertumbuhan rata-rata berat badan dari sepuluh anakan jalak bali yang naik tiap minggunya, dan yang paling tinggi kenaikannya adalah dari minggu pertama ke minggu kedua dan yang paling sedikit adalah dari minggu ketiga ke minggu keempat. Hal ini karena memang jumlah pakan yang dikonsumsi anakan jalak bali saat minggu pertama ke minggu kedua juga paling besar untuk tumbuh lebih besar. Rataan dan standar deviasi pertumbuhan berat badan anakan jalak bali tiap minggu dapat dilihat pada Tabel 4.

0,0 5,0 10,0 15,0 20,0

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

(24)

14

Gambar 10 Pertambahan berat badan anakan jalak bali tiap minggu

Gambar 11 Rataan pertambahan berat badan anakan jalak bali tiap minggu Perbedaan jelas (Gambar 10) ketika pengukuran pertama dilakukan, karena saat masih diasuh oleh indukannya, cara pengasuhan antar indukan jalak bali yang satu berbeda dengan indukan jalak bali yang lainnya, yaitu ada indukan jalak bali yang rajin memberikan makanan dan yang tidak sehingga ukuran anakan jalak bali berbeda-beda. Pengasuhan yang berbeda terlihat pada anakan 1 yang berasal dari indukan jalak bali yang berada di kandang umbar. Indukan jalak bali di kandang umbar memang lebih rajin dalam melakukan pengasuhan pada anaknya, karena keadaan kandang umbar seperti keadaan alami sehingga perilaku indukan jalak bali dalam mengasuh anak juga cukup baik. Akibatnya dapat terlihat anakan 1 memiliki berat badan yang paling besar yaitu 44 gram saat pertama kali diukur.

Ukuran juga berbeda pada anakan jalak bali yang bersaudara seperti anakan 4, 5, dan 6. Anakan 4 paling besar dibandingkan anakan 5 dan 6 yaitu 33 gram dan juga anakan 6 paling kecil ukurannya yaitu 20 gram. Hal ini karena anakan jalak bali yang menetas terlebih dahulu sudah memakan makanan yang diberikan oleh induknya lebih banyak, dan umur saat pengambilan juga sudah tepat yaitu 6-7 hari sedangkan yang lainnya berumur 4 dan 5 hari (biasanya beda satu hari penetasannya). Menurut Soenanto (2002), anak yang menetas lebih dulu jelas akan tumbuh lebih cepat dan lebih besar, dan ini menyebabkan jatah anak yang lebih besar menjadi lebih banyak sehingga untuk anak yang paling muda menjadi kalah bersaing dengan yang tua.

(25)

15 Konversi pakan yang merupakan perbandingan jumlah konsumsi pakan dengan berat badan terakhir (pengukuran keempat) terhadap kesepuluh anakan jalak bali sebagian besar menunjukan bahwa semakin banyak pakan yang dikonsumsi, maka berat badan yang didapatkan juga lebih besar, sama seperti yang dikatakan Lambey et al. (2013) bahwa semakin banyak jumlah pakan, maka bobot tubuh juga semakin meningkat. Nilai konversi pakan anakan jalak bali adalah 12.6.

Pertumbuhan panjang tubuh

Hasil pengukuran terhadap pertumbuhan panjang tubuh anakan jalak bali menunjukan kurva yang hampir segaris (Gambar 12). Pengukuran pada panjang tubuh minggu pertama hampir tidak jauh berbeda, namun yang jelas terlihat ukuran panjang tubuh yang terpanjang pada minggu pertama adalah anakan 2 yaitu 8.5 cm namun untuk pengukuran panjang tubuh berikutnya pertumbuhan panjang tubuh tidak terlalu besar. Pertumbuhan panjang tubuh tertinggi setelah pegukuran minggu pertama terjadi pada anakan 1 di minggu kedua yaitu dari 6.2 cm menjadi 13 cm dan itu bertahan sampai minggu ketiga dan naik kembali pada minggu keempat menjadi 15 cm. Anakan 1 memang merupakan anakan yang berat badannya paling besar, maka panjang tubuhnya pun menjadi yang paling panjang.

Gambar 12 Pertumbuhan panjang tubuh anakan jalak bali tiap minggu Rata-rata pertumbuhan panjang tubuh menunjukan bahwa kenaikan panjang tubuh anakan jalak bali sangat signifikan (Gambar 9). Rataan dan standar deviasi panjang tubuh untuk minggu 1 yaitu (6.07±1.01 cm), minggu 2 yaitu (9.03±1.55 cm), minggu 3 yaitu (11.98±0.84 cm), dan minggu 4 yaitu (14.9±0.87 cm) seperti terlihat pada Tabel 4. Ini juga dibuktikan dengan hasil uji ANOVA yang menunjukan pertumbuhan panjang tubuh memang signifikan setiap minggunya. Setelah dilakukan uji lanjut Duncan juga didapatkan bahwa pertumbuhan panjang tubuh memang meningkat signifikan dari minggu satu sampai minggu keempat (Lampiran 3). Hasil analisis regresi linear hubungan antara umur dengan panjang tubuh menghasilkan hubungan signifikan sebesar 100% dengan persamaan y= 3.14 + 2.94 x.

Pertumbuhan panjang sayap

Aves memilki organ pembeda dari jenis lainnya yaitu sayap. Sayap merupakan alat bagi burung untuk terbang. Variasi hasil pengukuran sayap dari sepuluh anakan jalak bali menunjukan bahwa dari minggu ke minggu pertumbuhan panjang sayap bertambah (Gambar 13). Pertumbuhan panjang sayap

(26)

16

sangat signifikan dari minggu 1 hingga minggu 3 namun dari minggu 3 ke minggu 4 tidak begitu signifikan (Gambar 9). Panjang sayap untuk minggu 1 (3.93±0.64 cm), minggu 2 (9.34±1.76 cm), minggu 3 (14.2±0.82 cm), dan minggu 4 (15.92±0.55 cm) (Tabel 4).

Gambar 13 Pertumbuhan panjang sayap anakan jalak bali tiap minggu Hasil uji ANOVA menunjukan pertumbuhan panjang sayap dari minggu pertama hingga minggu keempat meningkat signifikan. Hasil uji lanjut Duncan juga memperlihatkan pertumbuhan dari minggu satu sampai minggu empat yang berbeda signifikan (Lampiran 3). Hasil analisis regresi linear menunjukan ada hubungan signifikan (95.7%) antara umur dengan panjang sayap dengan persamaan y= 0.64 + 4.08 x.

Pertumbuhan panjang kepala

Pertumbuhan panjang kepala kesepuluh anakan jalak bali terlihat meningkat juga setiap minggunya dari pengukuran pertama sampai pengukuran keempat (Gambar 14). Pertambahan panjang kepala anakan jalak bali terbesar terjadi saat minggu pertama ke minggu kedua untuk semua anakan jalak bali. Rata-rata pertumbuhan panjang kepala anakan jalak bali yang tertinggi terjadi saat minggu pertama ke minggu kedua (Gambar 9). Berdasarkan sample maka didapatkan panjang kepala anakan jalak bali untuk minggu 1 yaitu (2.88±0.30 cm), minggu 2 (4.12±0.22 cm), minggu 3 (4.67±0.18 cm), dan minggu 4 (5.21±0.23 cm) (Tabel 4).

Gambar 14 Pertumbuhan panjang kepala anakan jalak bali tiap minggu Uji ANOVA menghasilkan kenaikan pertumbuhan panjang kepala anakan jalak bali yang signifikan, sama seperti garis kurva yang dihasilkan. Hasil uji Duncan juga menunjukan pertumbuhan dari minggu satu sampai minggu empat

(27)

17 meningkat signifikan. Hasil uji regresi linear antara umur dengan panjang kepala menunjukan ada hubungan signifikan (95.1%) dengan persamaan y= 2.33 + 0.75 x. Pertumbuhan panjang paruh

Paruh berfungsi sebagai tempat masuknya makanan. Paruh anakan jalak bali saat pertama kali diambil berwarna merah muda dan lembut dengan bagian agak memipih diatas. Warna merah muda ini terus hingga minggu keempat, namun dari minggu ketiga, bagian atas paruh mulai terdapat warna keabu-abuan. Variasi pertumbuhan panjang paruh sepuluh anakan jalak bali dapat dilihat pada Gambar 15 menunjukan kenaikan setiap minggunya, namun yang paling jelas terlihat adalah kenaikan panjang paruh anakan jalak bali minggu ketiga ke minggu keempat dari anakan 7. Anakan 7 ini memang pertumbuhan panjang paruhnya yang paling besar untuk setiap minggunya. Berdasarkan sepuluh anakan jalak bali, maka didapatkan rataan pertumbuhan panjang paruh untuk minggu 1 adalah (1.01±0.21 cm), minggu 2 (1.65±0.13 cm), minggu 3 (1.81±0.10 cm), dan minggu 4 (2.05±0.25 cm) (Tabel 4).

Gambar 15 Pertumbuhan panjang paruh anakan jalak bali tiap minggu Rata-rata pertumbuhan panjang paruh anakan jalak bali tiap minggu terbesar terjadi dari minggu pertama ke minggu kedua, sedangkan pertumbuhan panjang paruh minggu berikutnya tidak terlalu besar (Gambar 9). Hasil uji ANOVA menunjukan kenaikan yang signifikan untuk setiap minggunya, dan pada uji lanjut Duncan juga menunjukan kenaikan pertumbuhan panjang paruh yang signifikan pada minggu pertama ke minggu kedua, namun pada minggu kedua ke minggu ketiga tidak terlalu signifikan kemudian kembali meningkat pada minggu ketiga ke minggu keempat (Lampiran 3). Hasil analisis regresi linear didapatkan ada hubungan signifikan (90.8%) antara umur dengan panjang paruh dengan persamaan y= 0.81 + 0.33 x.

Pertumbuhan panjang ekor

(28)

18

Gambar 16 Pertumbuhan panjang ekor anakan jalak bali tiap minggu Hasil uji ANOVA menunjukan ada perbedaan signifikan pertumbuhan panjang ekor anakan jalak bali setiap minggu. Uji lanjut Duncan menunjukan perbedaan kenaikan pertumbuhan panjang ekor signifikan dari pengukuran pertama hingga pengukuran keempat, terutama pertumbuhan minggu keempat yang paling besar. Uji regresi linear menunjukan ada hubungan signifikan (97.3%) antara umur dengan panjang ekor dengan persamaan y= -2.14 +1.8 x. Pertumbuhan panjang kaki

Kaki sebagai alat penopang tubuh juga setiap minggunya bertambah panjang dengan pertambahan terpanjang dari minggu pertama ke minggu kedua, sedangkan pertumbuhan pada minggu ketiga ke minggu keempat tidak begitu besar kenaikannya (Gambar 9). Jalak bali memiliki empat jari dengan tiga jari mengarah ke depan, dan satu jari mengarah ke belakang (anisodactylie). Gambar 17 merupakan variasi pertumbuhan panjang kaki anakan jalak bali yang memperlihatkan bahwa kesepuluh anakan jalak bali tidak terlalu berbeda pertumbuhan panjang kakinya dan hampir menghasilkan garis kurva yang serupa.

(29)

19 Pertumbuhan bulu dan perubahan warna

Bulu anakan jalak bali tumbuh dan terjadi perubahan setiap minggunya (Gambar 18). Saat pengukuran minggu pertama, anakan jalak bali belum memiliki bulu di sayap maupun tubuhnya. Jalak bali merupakan aves yang termasuk ke dalam tipe psilopaedik, yang berarti anakan menetas belum memiliki bulu atau dengan bulu down natal yang sedikit dan jarang (Gill 2007 diacu dalam Sari et al. 2013). Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis sehingga terbentuklah bulu penutup tubuh (plumae) (Sari et al. 2013).

Tubuh anakan jalak bali belum memiliki bulu saat pengukuran pertama. Bulu mulai tumbuh saat minggu kedua, yaitu bagian pterylae (tempat tumbuhnya bulu di tubuh) di leher, bahu, dan punggung. Untuk pterylae perut belum tumbuh saat minggu kedua. Tubuh mulai tertutup bulu kontur (bulu yang menutupi lapisan tubuh paling luar) seluruhnya saat pengukuran minggu ketiga dan tertutup sempurna saat pengukuran minggu keempat. Bulu kontur yang menutupi tubuh jalak bali berwarna putih.

Minggu 1 Minggu 2

Belum ada bulu Bulu di sayap, punggung dan kepala

Minggu 4 Minggu 3

Bulu sudah menutupi tubuh Bulu belum menutupi tubuh seluruhnya Gambar 18 Pertumbuhan bulu dan warna anakan jalak bali tiap minggu

(30)

20

minggu-minggu berikutnya tumbuh bulu remiges dan juga bulu kontur. Bulu sayap primer merupakan bagian penting saat burung terbang karena berfungsi seperti baling-baling ketika burung terbang, dan bila diurutkan akan berbentuk tumpul yang berfungsi untuk memperkecil gesekan dengan udara seperti halnya panjang pesawat terbang yang memberikan dorongan (Diana 2006). Menurut Sari et al. (2013) bulu remiges adalah bulu yang tumbuh pada sayap, berbentuk dan berfungsi untuk terbang. Bulu anakan jalak bali berwarna putih namun berwarna hitam di ujungnya saat minggu ketiga.

Kepala anakan jalak bali juga ditumbuhi bulu yang berguna untuk melindungi dari kelembaban dan dingin (Sari et al. 2013). Bulu ini tumbuh saat pengukuran minggu kedua namun belum begitu lebat dan masih kasar. Bulu kontur di kepala anakan jalak bali mulai halus dan lebat pada minggu ketiga dan tumbuh terus pada minggu berikutnya, dan berwarna putih. Bulu yang tumbuh di ekor ukurannya sama seperti bulu yang tumbuh di sayap, yaitu lebih besar dibandingkan dengan bulu di bagian pterylae lainnya.

Bulu di ekor adalah bulu retrices, yang bentuknya asimetris yang berfungsi untuk terbang (Sari et al. 2013). Soeseno (2003) diacu dalam Diana (2006) mengatakan bahwa bulu ekor berfungsi untuk pengatur arah dan bagian dari sarana untuk mengeram. Bulu yang tumbuh di ekor juga sama seperti sayap yaitu berwarna putih dengan ujung berwarna hitam. Bagian kaki yang ditumbuhi bulu adalah paha, dan mulai tumbuh saat pengukuran minggu kedua. Bagian kaki tarsometatarsus berwarna merah muda saat diambil hingga minggu kedua pengukuran, kemudian ketiga pengukuran minggu ketiga mulai berwarna merah muda keabuan, dan pada pengukuran minggu keempat sudah berwarna abu kehitaman.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa teknik pembesaran anakan jalak bali di MBOF dilakukan dengan cara hand rearing yaitu pembesaran anakan dilakukan oleh penangkar. Teknik pembesaran ini terbagi menjadi dua tahap yaitu penyapihan dan pemeliharaan anakan jalak bali. Penyapihan adalah tahap pengambilan anakan jalak bali dari indukan jalak bali di kandang reproduksi, kemudian dipindahkan ke kandang inkubator untuk dilakukan pemeliharaan yang intensif oleh penangkar pada saat anakan berumur 5-7 hari. Tahap pemeliharaan anakan jalak bali memiliki aspek pakan dengan jumlah konsumsi 378.08 g/ individu/ minggu, kandang inkubator dengan suhu C- C, kesehatan, dan kebersihan.

(31)

21 dua, dengan pertambahan pertumbuhan terbesar pada sayap yaitu sebesar 3± 2.46 cm per minggu.

Saran

Saran yang dapat diberikan sebagai upaya perbaikan dan pengembangan bagi pembesaran yaitu untuk menjaga suhu inkubator agar stabil dan pembersihan inkubator lebih sering dilakukan agar kandang selalu bersih dan tidak menimbulkan bau menyengat dan penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

[BKSDAY] Balai Konsevasi Sumber Daya Alam Yogyakarta. 2012. Penangkaran tumbuhan dan satwa liar [internet]. (diunduh pada 2014 September 15). Tersedia pada: http//www.bksdadiy.dephut.go.id

[IUCN] International Union for Conservation of Nature. 2014. The IUCN Red List of Threatened Species [internet]. (diunduh pada 2014 September 15). Tersedia pada: http://www.iucnredlist.org.

[TNBB] Taman Nasional Bali Barat. 2011. Pengelolaan penangkaran jalak bali (Leucopsar rotschildi) di Taman Nasional Bali Barat [internet]. (diunduh pada 2014 September 15). Tersedia pada: http//www.tnbalibarat.com Atmomarsono U, Sugiarsih R, Wuri H. 1999. Pengaruh level protein terhadap

pertambahan bulu sayap Itik Manila. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. 0410-6302.

Azis AS. 2013. Teknik penangkaran dan aktivitas harian jalak bali (Leucopsar rotschildii Stresemann 1912) di Penangkaran UD Anugrah, Kediri Jawa Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Badriah S. 2011. Studi morfometrik tubuh burung dara laut (Laridae) melalui analisis komponen utama dan jarak minimum D2-Mahalanobis [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Cahyono DS. 2012. Struktur kandang penangkaran terbuka dan inkubator digital ala Sinar Mulia BF [internet]. (diunduh pada 2014 September 15). Tersedia pada: http//www.omkicau.com

Diana M. 2006. Studi mekanisme pergantian bulu sayap primer pada burung merpati lokal (Columba livia) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Gill FB. 2007. Ornithology Third Edition. New York (US): Freeman and Company.

Hendry. 2011. One way ANOVA (Analysis of Variance) [internet]. (diunduh pada 2014 September 30). Tersedia pada: http//www.teori-online.com

(32)

22

Imanuddin, Mardiastuti A. 2003. Kesuksesan perkembangbiakan dan pertumbuhan anakan bangau bluwok (Mycteria cinerea) di Suaka Margasatwa Pulau Rambut. Jurnal Hayati. 2: 76-80.

Iswantoro. 2008. Konservasi dan peluang bisnis dalam penangkaran burung cucakrawa. Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama. 9 (1): 57-70.

Jumilawaty E. 2004. Karakteristik perkembangan dan kurva pertumbuhan anakan pecuk hitam (Phalacrocorax sulcirostis) dan pecuk kecil (Phalacrocorax niger) di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Teluk Jakarta. Jurnal Komunikasi Penelitian. 16 (5).

Kohdrata N. 2012. Analisis regresi linear sederhana [internet].(diunduh pada 2014 September 30). Tersedia pada: http//www.pdffactory.com

Lambey LJ, Ronny RN, Wasmen M, Dedy D. 2013. Karakteristik morfologi, perbedaan jenis kelamin, dan pendugaan umur burung weris (Gallirallus philippensis) di Minahasa, Sulawesi Utara. Jurnal Veteriner. 2: 228-238. Lariman. 2011. Konservasi exsitu burung langka melalui penangkaran di kampus

FMIPA UNMUL. J Bioprospek. 8 (2): 1829-7226.

Marthani IA. 2011. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup anakan burung walet sarang putih (Aerodromus fucuphagus) berdasarkan perbedaan frekuensi pemberian telur semut rang-rang (Oecophylas maragdina) pada fase starter [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.

Mas’yud B 0 0 Teknik Menangkarkan Burung Jalak di Rumah. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Press.

Pramyrtha E, Ririen NW. 2009.Pengaruh umur panen terhadap nilai konversi pakan pada ayam pedaging yang dipanen pada umur 35 sampai 46 hari. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.

Purwastuti IK. 2007. Pertumbuhan anak ke-1, 2 dan 3 burung lovebird setelah lepas sapih sampai umur 60 hari [skripsi]. Malang (ID): Universitas Brawijaya.

Sari W, Samsul K, Rizal U. 2013.Perbandingan tipe dan perkembangan bulu pada tiga jenis unggas. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. Setio P, Takandjandji M. 2007. Konservasi exsitu burung endemik langka melalui

penangkaran. Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor.

Soenanto H. 2002. Teknik Menangkar Lovebird. Semarang (ID): Effhar.

(33)

23

Lampiran 1 Tabel Pertumbuhan Morfometrik dan Perubahan Kenaikannya Tiap Minggu

Minggu N BB PBB TT PTT SYP PSYP KPL PKPL PRH PPRH EKR PEKR KKI PKKI

1

1

44 0 6.2 0 5.2 0 3.33 0 1.35 0 0 0 6.3 0

2 81 37 13 6.8 10 4.8 4.47 1.14 1.76 0.41 2 2 12.5 6.2

3 79 -2 13 0 14 4 4.81 0.34 1.8 0.04 3.8 1.8 12.5 0

4 90 11 15 2 16 2 5.14 0.33 1.83 0.03 7 3.2 12.5 0

1

2

34 0 8.5 0 3.6 0 3.12 0 1.22 0 0 0 5.8 0

2 83 49 9 0.5 8.5 4.9 4.21 1.09 1.81 0.59 1.5 1.5 11 5.2

3 85 2 12.8 3.8 15 6.5 4.81 0.6 1.84 0.03 3 1.5 12.5 1.5

4 85 0 14 1.2 16 1 5.17 0.36 2.31 0.47 5.5 2.5 12.5 0

1

3

28 0 6.8 0 3 0 2.92 0 1.15 0 0 0 5.5 0

2 70 42 7.5 0.7 6.8 3.8 3.82 0.9 1.62 0.47 1 1 9.5 4

3 83 13 11 3.5 14 7.2 4.41 0.59 1.71 0.09 2.5 1.5 12 2.5

4 75 -8 15 4 15.5 1.5 4.92 0.51 1.85 0.14 5. 5 3 12 0

1

4

33 0 6 0 4.2 0 2.73 0 0.83 0 0 0 7.5 0

2 77 44 9.5 3.5 12.3 8.1 4.3 1.57 1.72 0.89 1.5 1.5 11.5 4

3 77 0 12 2.5 15.5 3.2 4.86 0.56 2 0.28 3.5 2 12.5 1

4 84 7 16 4 16.5 1 5.1 0.24 2 0 5.5 2 13 0.5

1

5

30 0 5.5 0 4.2 0 2.52 0 0.72 0 0 0 6.5 0

2 77 47 9 3.5 11 6.8 4.32 1.8 1.81 1.09 1.3 1.3 12 5.5

3 78 1 13 4 15 4 4.84 0.52 1.84 0.03 3.5 2.2 12 0

4 81 3 15 2 17 2 5.15 0.31 2.22 0.38 5.3 1.8 12 0

1

6

20 0 5 0 3.3 0 2.32 0 0.71 0 0 0 5.5 0

2 64 44 7.5 2.5 7 3.7 3.9 1.58 1.58 0.87 0.5 0.5 9.5 4

3 85 21 11 3.5 13 6 4.4 0.5 1.74 0.16 2.2 1.7 11.2 1.7

(34)

24

Lampiran 1 Tabel Pertumbuhan Morfometrik dan Perubahan Kenaikannya Tiap Minggu (lanjutan)

Minggu N BB PBB TT PTT SYP PSYP KPL PKPL PRH PPRH EKR PEKR KKI PKKI

1

7

36 0 5.9 0 4.5 0 3.15 0 1.1 0 0 0 7.3 0

2 74 38 9.2 3.3 10.5 6 4.1 0.95 1.6 0.5 1 1 11.2 3.9

3 92 18 12.5 3.3 14 3.5 4.7 0.6 1.87 0.27 3 2 12.3 1.1

4 86 -6 14 1.5 16 2 5.7 1 2.6 0.73 5.5 2.5 12.3 0

1

8

21 0 5 0 3.5 0 2.8 0 0.93 0 0 0 5.4 0

2 59 38 8.3 3.3 8.2 4.7 3.88 1.08 1.42 0.49 0.5 0.5 10.5 5.1

3 88 29 11 2.7 13 4.8 4.5 0.62 1.72 0.3 2 1.5 12 1.5

4 83 -5 14 3 15.7 2.7 5.4 0.9 1.92 0.2 4.5 2.5 12 0

1

9

37 0 6 0 4 0 3.05 0 1.12 0 0 0 7.1 0

2 64 27 9 3 10.1 6.1 4.22 1.17 1.7 0.58 1.2 1.2 11.3 4.2

3 83 19 12.2 3.2 14.5 4.4 4.8 0.58 1.91 0.21 3.5 2.3 12.1 0.8

4 80 -3 16 3.8 15 0.5 5.2 0.4 2 0.09 5.5 2 13 0.9

1

10

31 0 5.8 0 3.8 0 2.85 0 1 0 0 0 6.6 0

2 57 26 8.3 2.5 9 5.2 4 1.15 1.5 0.5 0.5 0.5 9.5 2.9

3 85 28 11.3 3 14 5 4.55 0.55 1.66 0.16 2.5 2 11.7 2.2

4 92 7 16 4.7 16 2 5.4 0.85 2 0.34 5 2.5 12.5 0.8

∑ 2698 529 419.8 88.3 433.9 119.9 168.81 23.33 65.29 10.42 88.8 53.8 416.1 59.8 µ 67.45 13.23 10.50 2.21 10.85 3.00 4.22 0.58 1.63 0.26 2.22 1.35 10.40 1.50 Keterangan :

N : Jumlah anakan SYP : Sayap EKR : Ekor

BB : Berat badan PSYP : Perubahan sayap PEKR : Perubahan ekor

PBB : Perubahan berat badan KPL : Kepala KKI : Kaki

TT : Tubuh total PRH : Paruh PKKI : Perubahan kaki

(35)

25

Between Groups 18510.500 3 6170.167 134.834 0.000 Within Groups 1647.400 36 45.761 Within Groups 219396.411 27 8125.793

(36)

26

Lampiran 3 Uji Duncan

Uji Duncan konsumsi pakan anakan jalak bali

N

Subset for alpha = 0.05 1

10 369.9100

10 374.0700

10 390.2700

Sig. .639

Uji Duncan berat badan anakan jalak bali

Minggu N

Subset for alpha = 0.05 Duncan group

1 2 3

1 10 31.4000 c

2 10 70.6000 b

3 10 83.5000 a

4 10 84.3000 a

Sig. 1.000 1.000 .793

Uji Duncan panjang tubuh anakan jalak bali

Minggu N

Subset for alpha = 0.05 Duncan Group

1 2 3 4

1 10 6.0700 d

2 10 9.0300 c

3 10 11.9800 b

4 10 14.9000 a

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

Uji Duncan panjang sayap anakan jalak bali

Minggu N

Subset for alpha = 0.05 Duncan Group

1 2 3 4

1 10 3.9300 d

2 10 9.3400 c

3 10 14.2000 b

4 10 15.9200 a

(37)

27 Lampiran 3 Uji Duncan (lanjutan)

Uji Duncan panjang kepala anakan jalak bali

Minggu N

Subset for alpha = 0.05 Duncan Group

1 2 3 4

1 10 2.8790 d

2 10 4.1220 c

3 10 4.6680 b

4 10 5.2120 a

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

Uji Duncan panjang paruh anakan jalak bali

Minggu N

Subset for alpha = 0.05 Duncan Group

1 2 3

1 10 1.0130 c

2 10 1.6520 b

3 10 1.8090 b

4 10 2.0550 a

Sig. 1.000 .065 1.000

Uji Duncan panjang ekor anakan jalak bali

Minggu N

Subset for alpha = 0.05 Duncan Group

1 2 3 4

1 10 0.0000 d

2 10 1.1000 c

3 10 2.9500 b

4 10 5.3800 a

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

Uji Duncan panjang kaki anakan jalak bali

Minggu N

Subset for alpha = 0.05 Duncan Group

1 2 3

1 10 6.3500 c

2 10 10.8500 b

3 10 12.0800 a

4 10 12.3300 a

(38)

28

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada 5 November 1991. Penulis merupakan putri pertama dari Bapak Wawan Setiawan dan Ibu Wiwin Widiarti. Pendidikan formal penulis yang telah ditempuh yaitu pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Cibuluh I Bogor pada periode tahun 1998–2004, kemudian penulis melanjutkan ke pendidikan SMP Negeri 1 Bogor periode tahun 2004–2007, dan melanjutkan ke pendidikan SMA Negeri 2 Bogor periode tahun 2007–2010. Tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan masuk dalam mayor departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Selama kuliah di Fakultas Kehutanan IPB, penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) dan menjadi anggota Kelompok Pemerhati Kupu-kupu (KPK). Selama aktif di HIMAKOVA, penulis mengikuti kegiatan Eksplorasi Flora dan Fauna (RAFFLESIA) di Taman Wisata Alam Sukawayana, Sukabumi, Jawa Barat dan mengikuti kegiatan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Jambi.

Tahun 2012, penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Gunung Syawal dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran. Tahun 2013, penulis mengikuti Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dan melakukan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Wisata Alam Panelokan, Kintamani, Bali tahun 2014.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Teknik Pembesaran dan Pertumbuhan Anakan Jalak Bali (Leucopsar rotschildi Stresemann 1912) di Mega Bird and Orchid Farm

Gambar

Tabel 1  Jenis data yang dikumpulkan pada tahap pemeliharaan anakan jalak bali
Tabel 2  Data dan cara mendapatkan data teknik pembesaran
Tabel 3  Pengukuran morfometrik
Gambar 1  Pengukuran morfometrik
+7

Referensi

Dokumen terkait