• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Biomassa Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L) Terhadap Performa Dan Status Nutrisi Domba Ekor Tipis.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Biomassa Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L) Terhadap Performa Dan Status Nutrisi Domba Ekor Tipis."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN BIOMASSA UBI JALAR (

Ipomoea

batatas L

) TERHADAP PERFORMA DAN STATUS NUTRISI

DOMBA EKOR TIPIS

DHONY PRATAMA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Pemberian Biomassa Ubi Jalar (Ipomoea batatas L) terhadap Performa dan Status Nutrisi Domba Ekor Tipis adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

DHONY PRATAMA. Pengaruh Pemberian Biomassa Ubi Jalar (Ipomoea batatas L) terhadap Performa dan Status Nutrisi Domba Ekor Tipis. Dibimbing oleh ASEP SUDARMAN dan SRI SUHARTI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur performa dan status nutrisi ternak domba Ekor Tipis (Javanesse Thin-Tailed) yang diberi pakan biomassa ubi jalar (Ipomoea batatas). Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (4 x 3) dengan 12 ekor domba umur 9-12 bulan dan rata-rata bobot awal 14.34 ± 1.32 kg yang ditempatkan pada kandang metabolis. Perlakuan penelitian yaitu P0 (100% rumput gajah), P1 (70% rumput gajah + 30% konsentrat), P2 (50% rumput gajah + 50% daun ubi), dan P3 (70% daun ubi + 30% umbi ubi jalar). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan P3 tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi bahan kering, konsumsi bahan organik, IOFC, kadar trigliserida dan kadar albumin, namun meningkatkan kecernaan bahan kering dan organik, pertambahan bobot badan, effisiensi pakan dan kadar glukosa. Perlakuan P1 memiliki PBBH dan effisiensi pakan yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan P2. Pemberian 100% rumput gajah (P0) belum dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ternak domba sehingga pertumbuhan domba sangat rendah. Penggunaan biomassa ubi jalar putih dapat dijadikan solusi pakan alternatif pada peternakan rakyat saat ini.

Kata kunci: domba, efisiensi pakan, pakan ubi jalar, performa

ABSTRACT

DHONY PRATAMA. Feeding Biomass Sweet Potato (Ipomoea babatas L) on Performance and Nutritional Status of Thin Tailed Sheep. Supervised by ASEP SUDARMAN dan SRI SUHARTI.

This experiment was done to measure the performance and nutritional status of Javanesse thin tailed sheep fed biomass white sweet potato. Randomized block design (4 x 3) was used as experimental design using 12 sheep of 9-12 months old with average body weight of 14.34 ± 1.32 kg. They were placed in metabolic cage. The treatments were P0 (100% of napier grass), P1 (70% napier grass + 30% concentrate), P2 (50% napier grass + 50% sweet potato leaves), and P3 (70% sweet potato leaves + 30% sweet potato tubers). The results showed that the P3 treatment did not significantly affect consumption of dry and organic matter, income overfeed cost, blood triglycerides and albumin. The P3 treatment had higher feed digestibility, body weight gain, feed efficiency, and blood glucose. Feeding sheep with 100% napier grass (P0) did not fulfill their nutrient requirement for proper growth. The P1 treatment has daily gain and feed effciency higher than P2 treatment. Biomass sweet potato has a good potential to be used as local feed source.

(6)
(7)

PENGARUH PEMBERIAN BIOMASSA UBI JALAR (

Ipomoea

batatas L

) TERHADAP PERFORMA DAN STATUS NUTRISI

DOMBA EKOR TIPIS

DHONY PRATAMA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi: Pengaruh Pemberian Biomassa Ubi Jalar (Ipomoea batatas L)

terhadap Perfonna dan Status Nutrisi Domba Ekor Tipis Nama

NRP

: Dhony Pratama

: D24110074

Dr Ir Sudarman, MRurSc

Pembimbing I

Tanggal Lulus: ( 2

�=11 2075

Disetujui oleh

Dr Sri Suharti, SPt MSi Pembimbing II

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan judul Pengaruh Pemberian Biomassa Ubi Jalar (Ipomoea batatas L) terhadap Performa dan Status Nutrisi Domba Ekor Tipis. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya dan umatnya yang beriman hingga akhir zaman.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca secara umumnya.

Bogor, September 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

METODE PENELITIAN 2

Lokasi dan Waktu 2

Materi 2

Ternak 2

Kandang dan Peralatan 2

Pakan 2

Prosedur Penelitian 3

Persiapan dan Pemeliharaan Domba 3

Koleksi Feses 4

Analisis Trigliserida 4

Analisis Glukosa 4

Analisis Albumin 5

Peubah yang diamati 5

Rancangan Percobaan dan Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Konsumsi Bahan Kering 7

Konsumsi Nutrien Ransum 9

Kecernaan Bahan Kering dan Organik 10

Pertambahan Bobot Badan Harian 11

Status Nutrisi Domba 13

Income Over Feed Cost (IOFC) 14

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16

(14)

DAFTAR TABEL

1 Komponen Pakan dan Kandungan Nutriennya (% BK) 3 2 Komposisi Nutrien Ransum Tiap Perlakuan (% BK) 3 3 Rataan konsumsi nutrien pakan perhari selama 84 hari 8 4 Rataan Kecernaan Bahan Kering dan Organik 10 5 Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian Domba 11

6 Rataan Status Nutrisi Darah Domba 13

7 Rataan Perhitungan Income Over Feed Cost Berdasarkan Harga

Pakan Saat Penelitian 14

8 Rataan Perhitungan Income Over Feed Cost Berdasarkan Harga

Pakan yang Diasumsikan pada Peternakan Rakyat 15

DAFTAR GAMBAR

1 Kurva pertumbuhan domba selama 12 minggu 11 2 Efisiensi penggunaan pakan domba selama penelitian 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis ragam konsumsi bahan kering 18

2 Uji Duncan konsumsi bahan kering 18

3 Hasil analisis ragam konsumsi protein kasar 18

4 Uji Duncan konsumsi protein kasar 18

5 Hasil analisis ragam serat kasar 18

6 Uji Duncan konsumsi serat kasar 19

7 Hasil analisis ragam konsumsi lemak kasar 19

8 Uji Duncan konsumsi lemak kasar 19

9 Hasil analisis ragam konsumsi BETN 19

10 Uji Duncan konsumsi BETN 19

11 Hasil analisis ragam konsumsi bahan oraganik 20

12 Uji Duncan konsumsi bahan organik 20

13 Hasil analisis ragam konsumsi TDN 20

14 Uji Duncan konsumsi TDN 20

15 Hasil analisis ragam kecernaan bahan kering 20

16 Uji Duncan kecernaan bahan kering 21

17 Hasil analisis ragam kecernaan bahan organik 21

18 Uji Duncan kecernaan bahan organik 21

19 Hasil analisis ragam pertambahan bobot badan harian 21 20 Uji Duncan pertambahan bobot badan harian 21

21 Hasil analisis ragam IOFC tabel 7 22

22 Uji Duncan IOFC tabel 7 22

23 Hasil analisis ragam IOFC tabel 8 22

24 Uji Duncan IOFC tabel 8 22

25 Hasil analisis ragam effisiensi pakan 23

(15)

1

PENDAHULUAN

Potensi peternakan domba di Indonesia saat ini sangat menjanjikan untuk terus dikembangkan, hal ini berkaitan dengan peningkatan konsumsi daging domba sebesar 128 ribu ton pada tahun 2009 dan meningkat sebesar 7.84% pada tahun 2011 (BPS 2011). Prospek tersebut harus dapat dimanfaatkan oleh para peternak domba untuk meningkatkan pendapatannya, karena permintaan domba juga tiap tahunnya terus meningkat dengan harga jual yang tinggi pada hari raya Idul Adha dan aqiqah. Kendala pengelolaan usaha domba saat ini di Indonesia yaitu masih berupa peternakan rakyat dengan skala pemeliharaan ternak relatif kecil yakni sekitar 3 - 8 ekor setiap kepala keluarga (Handewi et al. 1996). Kendala yang dihadapi sebagian besar peternak di Indonesia saat ini adalah kurangnya pengetahuan pemeliharaan domba, rendahnya kualitas pakan dan ketersediaan hijauan pakan yang fluktuatif. Harga pakan komersial (konsentrat) yang mahal menyebabkan biaya produksi ternak domba menjadi tinggi. Hal ini menyebabkan produktivitas ternak menjadi rendah dan tidak ekonomis. Oleh karena itu, harus dicari solusi dari permasalahan yang ada dengan mencari pakan alternatif yang murah, mudah didapat namun memiliki kualitas yang baik.

Bagi peternak di Bogor salah satu solusi pakan alternatif yang dapat digunakan adalah biomassa ubi jalar putih. Tanaman ini disenangi petani untuk ditanam karena mudah pengelolaannya relatif tahan terhadap kekeringan, disamping itu dapat tumbuh pada berbagai macam jenis tanah. Tahun 2014 di Indonesia produksi ubi jalar sebesar 2.382.025 ton tahun-1 dan Jawa Barat 471.737 ton tahun-1 dan di Bogor pada tahun 2013 produksi ubi jalar sebesar 82.935 ton tahun-1 (BPS 2014).

Daun dan batang ubi jalar dapat digunakan sebagai sumber protein karena mengandung protein kasar sebesar 19.29% BK (Sutardi 1979) dan umbinya digunakan sebagai sumber energi karena mengandung TDN sebesar 83.9% BK sehingga dapat digunakan sebagai pakan ternak. Menurut Kearl (1982) kebutuhan protein minimal untuk domba dengan bobot 10–20 kg dengan pertambahan bobot badan 0 – 100 g hari-1 berkisar 26-72 g atau 4.62-7.61 g kg-1 BB0.75.

Onwueme (1978) menyatakan, bahwa umbi ubi jalar mengandung antitripsin, suatu zat antinutrisi yang dapat menghambat kecernaan protein. Namun masalah ini dapat diatasi dengan pengeringan sinar matahari, tekanan uap panas tinggi (80°C) dan pemanasan. Yeh (1982) menambahkan, bahwa kandungan asam amino metionin dan sistin dalam umbi ubi jalar relatif rendah.

(16)

2

penggemukan terhadap performa domba agar tercapai efisiensi produksi. Daya guna pakan untuk mendukung domba dengan performa baik, dapat tercermin dari status nutrisi didalam darah domba tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur performa dan status nutrisi domba ekor tipis (Javanesse Thin-Tailed) yang diberi pakan biomassa ubi jalar (Ipomoea batatas) yang meliputi daun dan umbi ubi jalar sebagai pengganti konsentrat.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu dari bulan November 2014 sampai dengan bulan Februari 2015. Pemeliharaan domba dilaksanakan di Laboratorium lapang (Kandang A), Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB. Analisis sampel dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, IPB dan dan Laboratorim Klinik “YASA”.

Materi

Ternak

Penelitian ini menggunakan 12 domba jantan Ekor Tipis dengan umur berkisar 8-9 bulan dengan bobot awal rata-rata 14.34 ± 1.32 kg.

Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 kandang individu yang dilengkapi dengan tempat pakan. Peralatan yang digunakan dalam penelitian antara lain ember air minum yang terbuat dari bahan plastik, timbangan digital kapasitas 50 kg untuk menimbang bobot badan domba, timbangan digital untuk pakan dan sisa pakan. Peralatan yang digunakan untuk analisis sampel pakan antara lain oven 60oC.

Pakan

(17)

3

Tabel 1 Komponen nutrien bahan pakan (% BK)

Bahan

Hasil analisa laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat IPB 2015

1Hasil perhitungan TDN menurut Hartadi et al. (1997)

*TDN (%) = -26.865 + 1.334 (SK) + 6.598 (LK) + 1.423 (BeTN) + 0.967 (PK) 0.002 (SK)2– 0.67 (LK)2 – 0.024 (SK) (BeTN) 0.055 (LK) (BeTN) 0.146 (LK) (PK) + 0.039 (LK)2 (PK)

**TDN (%) = 22.822 - 1.44 (SK) - 2.875 (LK) + 0.655 (BeTN) + 0.863 (PK) + 0.02 (SK)2 - 0.078 (LK)2 + 0.018 (SK) (LK) + 0.045 (LK) (BeTN) - 0.085 (LK) (PK) + 0.02 (LK)2 (PK)

Hasil analisis proksimat pada konsentrat yang digunakan memiliki kadar protein kasar yang rendah yaitu sebesar 11.14% dan tidak sesuai dengan hasil formulasi yang diharapkan yaitu sebesar 21%. Hal ini diduga karena terjadi penurunan kualitas bahan baku pakan yang dibeli.

Tabel 2 Komposisi nutrien ransum tiap perlakuan (% BK)

Nutrien Perlakuan

Keterangan : BK = bahan kering; PK = protein kasar; LK = lemak kasar; SK = serat kasar; BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen; TDN = total digestible nutrient; P0 = 100% rumput gajah; P1 = 70% rumput gajah + 30% konsentrat; P2 = 50% rumput gajah + 50% daun ubi; P3 = 70% daun ubi + 30% umbi

2Hasil perhitungan TDN menurut Lofgreen (1951)

(18)

4

Prosedur Penelitian

Persiapan dan Pemeliharaan Domba

Domba yang baru datang sebanyak 12 ekor ditimbang bobot badan awalnya untuk mengetahui jumlah pakan yang diberikan dan dilakukan pengelompokkan. Setelah itu domba di tempatkan pada kandang metabolik dan diberikan obat cacing. Setiap kelompok terdiri dari tiga ekor domba. Metode pengacakan dilakukan dengan pengundian terhadap domba pada tiap-tiap kelompok. Hasil pengacakan dimasukan ke dalam empat macam perlakuan. Kemudian domba dimasukan kedalam kandang perlakuan sesuai hasil pengundian untuk masa adaptasi selama 14 hari.

Ransum diberikan sebanyak 3.5% bahan kering dari bobot badan. Setelah itu, penimbangan pemberian dan sisa pakan dihitung setiap hari, kemudian satu minggu sekali dilakukan penimbangan bobot badan domba. Penambahan jumlah pemberian pakan setiap hari ditentukan dari estimasi pertambahan bobot badan harian yang didapatkan dari hasil rataan pertambahan bobot badan harian domba pada penimbangan minggu sebelumnya. Pemberian pakan dilakukan pada pagi hari pada pukul 06.30 WIB dan sore hari pada pukul 16.00 WIB, serta air minum diberikan secara ad libitum.

Koleksi Feses

Koleksi feses dilakukan untuk mengetahui jumlah feses, kandungan bahan kering, dan bahan organik dari tiap perlakuan. Koleksi feses dilakukan pada minggu ke-11 masa pemeliharan selama 7 hari berturut-turut. Penampungan feses dilakukan dengan memasang kain kasa dibagian bawah kandang. Feses yang telah terkumpul kemudian ditimbang dan diambil sampel sebanyak 10% dari total feses tiap ekor setiap hari. Sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Sampel yang telah dijemur matahari lalu dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 60oC selama 48

jam. Sampel dikompositkan sesuai perlakuaan dan digiling untuk dianalisa bahan kering dan bahan organik.

Pengambilan Darah

Pengambilan darah dilakukan menggunakan syringe sebanyak 3-5 ml melalui vena jugularis. Bagian yang diambil darahnya dicukur sedikit dan dibersihkan dengan kapas beralkohol. Darah yang telah diambil kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang telah berisi antikoagulan EDTA dan tabung yang tidak berisi antikoagulan, ditutup rapat dan diberi kode perlakuan. Serum dan sampel darah dimasukkan ke dalam kotak pedingin dan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Sampel darah yang telah diperoleh disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm untuk diambil plasma. Plasma yang telah diperoleh dianalisis kadar trigliserida, glukosa dan albumin dengan menggunakan alat microlab 300 berdasarkan reaksi enzimatik dengan metoda KIT (merk. DyaSis).

Analisis Trigliserida

(19)

5

Disiapkan tabung blanko berisi 10 μl aquades dan 1000 μl reagen kit. Tabung standar berisi 10 μl standar trigliserida dan 1 ml (1000 μl) reagen kit dan tabung sampel berisi 10 μl plasma dan 1000 μl reagen kit. Campuran kemudian dihomogenkan dengan vortex, diinkubasi pada suhu 20-25°C selama 10 menit. Absorbansi dibaca pada panjang gelombang 500 nm dalam waktu satu jam dengan sperktrofotometer.

Analisis Glukosa

Analisis kadar glukosa dilakukan dengan menggunakan KIT nomor katalog 112192 dan diukur dengan spektrofotometer. Sebanyak 10 μl serum darah dimasukan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 1 ml (1000 μl) reagen dan dihomogenkan dengan menggunakan Vortex. Campuran ini dibiarkan selama 10 menit dalam suhu kamar (20-25ºC), kemudian absorbansinya dibaca dengan menggunakan spektrofotometer. Untuk pengukuran ini, disiapkan juga larutan standar. Pembacaan absorbansi sampel dan standar dilakukan pada panjang gelombang 500 nm.

Analisis Albumin

Analisis kadar albumin diukur dengan menggunakan alat spektrofotometer. Sebanyak 10 μl serum darah dimasukan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 1ml (1000 μl) reagen dan dihomogenkan dengan menggunakan Vortex. Campuran ini dibiarkan selama 10 menit dalam suhu kamar (20-25ºC), kemudian absorbansinya dibaca dengan menggunakan spektrofotometer. Untuk ini, disiapkan juga larutan standar. Pembacaan absorbansi sampel dan standar dilakukan pada panjang gelombang 546 nm.

Peubah yang Diamati

Konsumsi Bahan Kering (g hari-1)

Konsumsi Bahan Kering diperoleh dari perkalian antara konsumsi pakan segar domba perhari dikali dengan persentase bahan kering (BK) ransum.

Konsumsi bahan kering (g hari-1) = Konsumsi ransum segar (g) x BK ransum (%)

Konsumsi Nutrien (BO, PK, LK, SK, BETN dan TDN)

Perhitungan konsumsi nutrien ransum (%) yaitu dengan cara perkalian antara konsumsi bahan kering dengan persentase nutrien dalam ransum.

Konsumsi nutrien (g hari-1) = konsumsi bahan kering (g) x nutrien ransum (%)

Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)

Pertambahan Bobot Badan Harian diperoleh dari hasil penimbangan bobot hidup domba yaitu bobot akhir dikurangi bobot awal dibagi lamanya pemeliharaan.

(20)

6

Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan didapatkan dari perbandingan antara pertambahan bobot badan harian dengan konsumsi bahan kering.

Efisiensi Pakan = PBBH (g ekor-1hari-1)

Konsumsi BK (g ekor-1 hari-1)

Kecernaan Bahan Kering(KBK) dan Bahan Organik (KBO)

Koefisien dihitung dari selisih antara zat makanan yang dikonsumsi dengan zat makanan yang dibuang bersama feses.

KBK (%) = (Konsumsi BK - BK Feses) x 100%

Konsumsi BK

KBO (%) = (Konsumsi BO - BO Feses) x 100%

Konsumsi BO

Trigliserida Darah

Kadar trigliserida darah diperoleh dengan cara meghitung nilai absorbansi yang terbaca dispektrofotometri dengan panjang gelombang 500nm. Kemudian, dihitung dengan menggunakan rumus :

Kadar trigliserida (mg dL-1) = Absorbansi Sampel x konsentrasi standar trgliserida Absorbansi Standar

Glukosa Darah

Kadar glukosa darah diperoleh dengan cara menghitung nilai absorbansi yang terbaca dispektofotometri dengan panjang gelombang 500nm. Kemudian, dihitung dengan menggunakan rumus :

Kadar glukosa (mg dL-1) = Absorbansi Sampel x konsentrasi standar glukosa Absorbansi Standar

Albumin Darah

Kadar albumin darah diperoleh dengan cara menghitung nilai absorbansi yang terbaca dispektofotometri dengan panjang gelombang 500nm. Kemudian, dihitung dengan menggunakan rumus :

Kadar Albumin (g dL-1) = Absorbansi sampel x konsentrasi standar albumin Absorbansi standar

Analisis Income Over Feed Cost (IOFC)

Analisis Income Over Feed Cost dihitung dari pendapataan yang diperoleh setelah dikurangi biaya pakan selama pemeliharan.

(21)

7

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat perlakuan dan tiga kolompok. Rancangan acak kelompok digunakan karena bobot badan domba memiliki nilai koefisien variasi sebesar 10.27 (diatas 10) dan pengelompokan ditentukan berdasarkan bobot badan domba. Perlakuan ransum yang diberikan antara lain :

P0 = 100% rumput gajah

P1 = 70% rumput gajah + 30% konsentrat P2 = 50% rumput gajah + 50% daun ubi P3 = 70% daun ubi + 30% umbi

Model matematika rancangan acak kelompok (RAK) menurut (Steel dan Torrie 1993) sebagai berikut :

Yij =  + τi + βj + εij Keterangan :

Yij : Nilai pengamatan pada perlakuan padi ke-i dan kelompok ke-j

 : Nilai rataan umum perlakuan

τi : Pengaruh perlakuan ke-i

βj : Pengaruh kelompok ke-j

εij : Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.

Data yang diperolah diuji dengan Analysis of Variance (ANOVA), apabila diperoleh hasil berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Lanjut Duncan. Instrumen tabulasi dan pengolahan data pada penelitian ini menggunakan Microsoft Excel dan SPSS versi 16.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Bahan Kering

Anilisis statistik tidak dilakukan pada perlakuan P0, karena terdapat satu domba yang mati didalam kelompok tersebut sehingga jumlah ulangan tinggal dua. Konsumsi bahan kering pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 yang berkisar 498.99 – 633.22 g ekor-1 hari-1 telah memenuhi kebutuhan BK domba berdasarkan NRC (1985) yaitu dengan bobot badan domba antara 10-20 kg memerlukan BK sebanyak 500-1000 g ekor-1 hari-1.

(22)

8

Tabel 3 Rataan konsumsi nutrien pakan perhari selama 84 hari

Variabel Perlakuan nitrogen; TDN = total digestible nutrient; Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05).

Konsumsi bahan kering P0 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sedangkan perlakuan P1 dan P2 tidak berbeda nyata, diduga karena faktor bentuk fisik yang sama dan kandungan kadar air yang tinggi didalam pakan. Perlakuan P1 dengan penambahan 30% konsentrat memiliki rataan konsumsi BK tertinggi dari perlakuan P2. Hal ini karena konsentrat memiliki tekstur yang halus. Tekstur pakan yang halus dapat menyebabkan laju aliran digesta rumen menjadi lebih cepat sehingga domba dapat mengkonsumsi pakan lebih banyak. Menurut Nasution (2009), komposisi dan bentuk ransum mempengaruhi laju pergerakan digesta sehingga dapat menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi.

Konsumsi Nutrien Ransum

(23)

9

rataan konsumsi protein kasar terendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Menurut Purbowati et al. (2007) faktor yang mempengaruhi konsumsi PK adalah konsumsi BK dan kandungan PK pakan. Pada penelitian ini, konsumsi protein kasar domba berkisar 2.71-4.25 g kg-1 BB hari-1 menunjukkan kebutuhan protein domba tercukupi berdasarkan Kearl (1982) yaitu kebutuhan protein minimal untuk domba dengan bobot 10 sampai 20 kg dengan pertamabahan bobot badan 0 sampai 100 g hari-1 berkisar 4.62 sampai 7.61 g kg-1 BB0.75 atau setara 26 sampai 72 g ekor-1 hari-1.

Kandungan serat kasar dalam pakan akan mempengaruhi kecernaan pakan di dalam saluran pencernaan. Farida dan Ridwan (2011) mengatakan bahwa pakan dengan serat kasar tinggi membutuhkan waktu lama untuk retensi dalam rumen dibandingkan dengan pakan serat kasar rendah. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya pengaruh yang nyata menurunkan (P<0.05) dari perlakuan yang diberikan (P3) terhadap rataan konsumsi serat kasar (Tabel 3). Perlakuan 100% rumput gajah (P0) memiliki nilai konsumsi serat kasar tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya yaitu sebesar 9.16 g kg-1 BB hari-1 dan perlakuan 70% rumput gajah + 30% konsentrat (P1) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P2. Rumput gajah memiliki kandungan serat kasar yang tinggi (26.9%), sehingga semakin banyak rumput gajah dalam ransum menyebabkan semakin tinggi kandungan serat kasarnya. Perlakuan menggunakan hijauan 70% daun ubi jalar memiliki nilai konsumsi serat kasar yang paling rendah. Hal ini dikarenakan hasil analisis proksimat menunjukkan kandungan serat kasar pada daun ubi sebesar 15.66% dan pada umbi sebesar 2.93%.

Kandungan lemak dalam pakan merupakan nutrien yang mudah dicerna, akan tetapi menurut Anggorodi (1990) membutuhkan banyak sekali waktu bagi getah pencernaan untuk merombaknya. Hasil analisis statistik menunjukan perbedaan yang nyata menurunkan (P<0.05) dari perlakuan ransum yang diberikan terhadap nilai konsumsi lemak kasar (Tabel 3). Konsumsi lemak kasar P1 lebih tinggi dibandingkan P0, P2 dan P3. Konsumsi lemak kasar terendah yaitu pada perlakuan dengan menggunakan pakan 100% rumput gajah (P0).

Nilai konsumsi bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil analisis statistik menunjukkan perbedaan yang nyata meningkatkan (P<0.05) dari perlakuan ransum yang diberikan terhadap nilai konsumsi BETN. Konsumsi BETN perlakuan P1 lebih tinggi dibandingkan perlakuan P0, P2, dan P3. Akan tetapi konsumsi BETN P1 dan P3 tidak berbeda nyata, hal ini dikarenakan perlakuan P1 dan P3 menggunakan pakan sumber energi tinggi yaitu konsentrat dan umbi ubi jalar putih. BETN merupakan karbohidrat yang mudah dicerna tidak termasuk serat kasar yang terdiri dari beberapa komponen seperti zat pati, fruktosa, resin, dan asam organik yang digunakan sebagai sumber energi (Farida dan Ridwan 2011).

Kecernaan Bahan Kering (KBK) dan Bahan Organik (KBO)

(24)

10 rumput gajah + 50% daun ubi; P3 = 70% daun ubi + 30% umbi; KBK = kecernaan bahan kering; KBO = kecernaan bahan organik; BKt = bahan kering tercerna; BOt = bahan organik tercerna; Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05).

Nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik pada perlakuan 70% daun ubi dan 30% umbi ubi jalar (P3) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini dikarenakan kandungan serat kasar yang rendah pada perlakuan P3 dibandingkan perlakuan lainnya. Dinding sel pada tanaman hijauan mengandung silika yang bersamaan dengan lignin akan menghambat kerja mikroba rumen dalam mendegradasi serat kasar. Kecernaan yang tinggi pada ransum 60% rumput gajah dan 40% konsentrat pernah dilaporkan oleh Aprianto (2013) pada penelitiannya nilai kecernaan bahan kering 80.51% dan bahan organik 81.94%. Perlakuan P1 tidak berbeda nyata terhadap P0 dan P2, akan tetapi P1 memiliki nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan P0 dan P2. Hal ini dikarenakan konsentrat merupakan pakan yang banyak mengandung nutrien mudah dicerna sehingga kecernaannya tinggi. Menurut Rianto et al. (2006) nilai kecernaan BK dan BO pada domba ekor tipis jantan yang berkisar antara 58.02-68.28% dan 60.81-71.13% yang dipengaruhi oleh kandungan SK pakan dan konsumsi pakan. Nilai kecernaan tidaklah tetap untuk setiap makanan atau setiap ekor ternak, tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu komposisi kimiawi bahan pakan, pengolahan pakan, jumlah pakan yang diberikan dan jenis hewan (McDonald et al. 2002). Kecernaan bahan kering yang tinggi dapat meningkatkan penyerapan bahan organik karena sebagian besar komponen bahan kering adalah bahan organik, sehingga semakin banyak zat-zat makanan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak untuk hidup pokok dan berproduksi (Arora 1986).

Pertambahan Bobot Badan Harian dan Efisiensi Pakan

(25)

11

Secara umum pakan yang memiliki nutrisi tinggi dan tingkat kecernaan serta palatabilitas yang baik dapat dengan cepat meningkatkan pertambahan bobot badan ternak selama penggemukan

Tabel 5 Pertambahan bobot badan harian domba

Perlakuan Rataan BB Awal Rataan BB Akhir Rataan PBBH (kg) (kg) (g ekor-1 hari-1)

P0 14.17 ± 1.57 15.155 17.02

P1 15.76 ± 1.76 21.56 ± 0.88 69.14 ± 6.19b P2 14.11 ± 1.67 17.49 ± 1.4 40.25 ± 16.71a P3 13.33 ± 1.23 19.26 ± 0.54 70.57 ± 17.08b

Keterangan : P0 = 100% rumput gajah; P1 = 70% rumput gajah + 30% konsentrat; P2 = 50% rumput gajah + 50% daun ubi; P3 = 70% daun ubi + 30% umbi; Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05).

Gambar 1 Kurva pertumbuhan domba selama penelitian (kg)

(26)

12

dimanfaatkan oleh tubuh ternak yang digunakan untuk produksi baik kebutuhan hidup pokok maupun kenaikan bobot badan. Nilai kecernaan pakan yang semakin tinggi berarti pakan perlakuan yang dapat dimanfaatkan ternak semakin tinggi (Ekawawati et al. 2014). Nilai TDN pada setiap ransum yang diberikan yang dihitung berdasarkan rumus Lofgreen (1951) menunjukkan kesesuaian pertumbuhan bobot badan domba selama penelitian, pada perlakuan P3 dengan TDN tertinggi sebesar 77.35% memiliki PBBH yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Gambar 2 Efisiensi penggunaan pakan domba selama penelitian

Hasil analisis statistik menunjukan peningkatan yang nyata (P<0.05) dari perlakuan ransum P3 terhadap effisiensi pakan. Efisiensi pakan didapatkan dari perbandingan antara pertambahan bobot badan harian dengan konsumsi bahan kering. Semakin tinggi nilai efisiensi pakan maka penggunaan pakan semakin baik dalam meningkatkan pertumbuhan ternak. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini, diketahui bahwa efisiensi pakan berturut-turut adalah P3 0.141, P1 0.11, P2 0.07, dan P0 0.03. Perlakuan P3 memiliki konsumsi bahan kering yang rendah dan PBBH tertinggi, dikarenakan kecernaan bahan kering dan organik yang tinggi sehingga nutrien banyak terserap dan pakan yang digunakan effisien terhadap pertumbuhan. Sedangkan perlakuan P0 memiliki effisiensi pakan yang rendah dikarenakan PBBH yang rendah dan konsumsi BK tinggi sehingga pakan menjadi tidak effisien. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Koch et al. (1963) bahwa efisiensi pakan berkaitan dengan konsumsi pakan dan PBBH. Perlakuan P3 memili kandungan nutrien yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P0, selain itu bentuk fisik pada perlakuan P3 lebih lunak dibandingkan pada perlakuan P0 yang berupa rumput gajah dan terdapat batang yang keras sehingga sisa pakan menjadi lebih banyak. Sedangkan perlakuan P1 yang berupa konsentrat memiliki tekstur yang halus. Tekstur pakan yang halus dapat menyebabkan laju aliran digesta rumen menjadi lebih cepat sehingga domba dapat mengkonsumsi pakan lebih banyak. Anggorodi (1990) menyatakan bahwa efisiensi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu bentuk fisik bahan makanan, komposisi nutrisi pakan, dan laju perjalanan pakan dalam saluran pencernaan. Pond et al. (1995) menyatakan bahwa semakin efisien pakan yang digunakan, maka kualitas pakan yang dikonsumsi semakin baik, yang akan diikuti oleh PBBH dan konversi pakan yang semakin rendah.

Status Nutrisi Domba

Hasil analisa statistik menunjukkan perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap kadar glukosa, trigliserida dan albumin.

(27)

13

Rataan kadar glukosa, trigleserida dan albumin pada penelitian ini disajikan pada Tabel 6. Rataan dari kadar glukosa yang diperoleh dari penelitian ini berkisar 66-72.33 mg dl-1, kadar glukosa terendah yaitu pada perlakuan 50% rumput gajah + 50% daun ubi (P0) yaitu sebesar 66 ± 5 mg dl -1 dan tertinggi pada perlakuan 70% daun ubi + 30% umbi (P3) yaitu sebesar 72.33 ± 8.73 mg dl -1.

Tabel 6 Gambaran metabolit darah domba

Perlakuan Glukosa Trigliserida Albumin (mg dl-1) (mg dl-1) (g dl-1)

Hasil ini lebih tinggi dibandingkan kadar glukosa darah domba yang diberi pakan 100% hijauan rumput saja yaitu 45.1-51.8 mg dl-1 (Astuti 2005). Kadar glukosa pada penelitian ini juga lebih tinggi dari kisaran kadar glukosa yang normal pada darah domba yang sehat yaitu sebesar 35-60 mg dl-1 (Riis 1983).

Kadar glukosa pada penelitian ini menunjukkan terpenuhinya keseimbangan gizi pada domba yang menyebabkan PBB domba meningkat. Lebih tingginya kadar glukosa darah pada penelitian ini disebabkan pakan yang diberikan memiliki kandungan zat makanan yang cukup sebagai sumber energi bagi ternak yaitu konsumsi protein kasar, lemak kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Hasil penelitian Mayulu et al. (2012) didapatkan kadar glukosa darah domba jantan umur 9 bulan yaitu berkisar 73.7-81.18 mg dl-1, penambahan bahan pakan yang menyebabkan meningkatnya kadar nutrien dalam ransum seperti protein kasar, serat kasar, dan BETN akan meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Salah satu faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah adalah jumlah nutrien ransum yang dikonsumsi. Hasil penelitian Antunovic (2009), menjelaskan bahwa pada domba yang diberikan pakan dengan jumlah yang lebih sedikit dari kebutuhan domba, maka metabolit darahnya akan rendah. Selanjutnya dijelaskan bahwa status kecukupan nutrisi pada ternak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kadar metabolit darah.

Kadar trigliserida pada penelitian ini berkisar 37.33-44 mg dl-1. Adapun kadar tertinggi yaitu pada perlakuan yang diberikan 70% rumput gajah + 30% konsentrat. Perbedaan kadar trigliserida pada setiap perlakuan dapat dipengaruhi oleh konsumsi nutrien ransum setiap ternak, salah satu faktor yang mempengaruhi paling besar terhadap kadar trigliserida yaitu adalah konsumsi lemak ransum. Konsentrasi trigliserida dalam plasma darah domba yaitu 29 mg dl-1 (Riis 1983) ini menunjukkan hasil konsentrasi trigliserida pada penelitian ini cukup tinggi.

Kadar albumin darah domba penelitian ini berkisar 3.63-3.85 g dl-1. Kadar

(28)

14

albumin domba pada penelitian Pal K et al. (2015) yaitu berkisar 3.33-3.47 g dl-1.

Ini artinya pada peneltian ini domba yang diberi berbagai perlakuan menghasilkan kadar albumin yang normal dan kecukupan nutrien khususnya protein.

Status nutrisi atau metabolit darah sangat dipengaruhi oleh jumlah zat makanan yang dimakan oleh ternak, faktor lain yang mempengaruhi metabolit darah adalah umur, siklus stress dan kesehatan ataupun faktor eksternal berupa perubahan suhu lingkungan, infeksi kuman penyakit, fraktura dan lain sebagainya (Guyton dan Hall 1997).

Income Over Feed Cost (IOFC)

Salah satu cara untuk menghitung pendapatan secara sederhana adalah dengan perhitungan Income Over Feed Cost (IOFC). Rataan perhitungan IOFC dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8, Tabel 7 menyajikan rataan IOFC berdsarkan biaya sesungguhnya pada penelitian sedangkan Tabel 8 menyajikan rataan IOFC berdasarkan asumsi biaya yang dikeluarkan pada peternakan rakyat.

Tabel 7 Rataan perhitungan IOFC berdasarkan harga pakan saat penelitian

Perlakuan

Peubah

Harga Jual Harga

Bakalan Biaya Pakan Pendapatan ---Rp ekor-1--- 70.000,00; harga rumput gajah = Rp 250,00; harga konsentrat = Rp 3.000,00; harga daun ubi = Rp 1.000,00; harga umbi = Rp 3.000,00; Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05)

(29)

15

Bakalan Biaya Pakan Pendapatan ---Rp ekor-1--- 70.000,00; harga rumput gajah = Rp 250,00; harga konsentrat = Rp 3.000,00; harga daun ubi = Rp 400,00; harga umbi = Rp 1.300,00; Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05)

Hasil analisis statistik pada Tabel 8 menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05) dari perlakuan ransum yang diberikan terhadap nilai IOFC. Pendapatan terendah yaitu pada perlakuan 100% rumput gajah (P0) dan tertinggi perlakuan 70% rumput gajah dan 30% konsentrat. Akan tetapi rataan IOFC perlakuan P1 dan P3 tidak berbeda nyata sehingga dapat disimpulkan perlakuan P3 dapat bersaing dengan perlakuan P1. Artinya penggunaan daun ubi dan umbinya adalah salah satu solusi pakan alternatif yang dapat dijadikan pakan ternak pada peternakan rakyat saat ini, karena produksi ubi jalar putih pada daerah peternakan rakyat pada sebagian daerah cukup tinggi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian 70% daun ubi dan 30% umbi (P3) mampu mendukung performa dan kecukupan nutrisi domba dengan baik, serta dapat digunakan sebagai pakan alternatif pengganti konsentrat. Pemberian 100% rumput gajah (P0) tidak mampu mendukung performa domba dengan baik.

Saran

(30)

16

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi R. 1990. Ilmu Makanan Temak Umum. Jakarta (ID): Gramedia.

Antunovic Z, Speranda M, Liker B, Seric V, Sencic D, Domacinovic M, Sperandat T. (2005). Influence of feeding the probiotic Pioneerto growing lambs on performances and blood composition. Acta Veterinaria. 55: 287-300.

Aprianto T. 2013. Karakteristik fermentasi rumen dan performa domba teradaptasi yang diberi pakan silase daun singkong (Manihot esculenta sp.) dengan taraf berbeda. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Arora SP. 1986. Pencernaan Mikroba Rumen. Yogyakarta (ID): UGM press. Astuti DA, Suprayogi A. 2005. Produktivitas domba lokal yang dipelihara di

lingkungan hutan tropis gunung walat, Sukabumi Jawa Barat. Mini workshop Daad, Seag April 2005, Cisarua, Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Indonesia 2011. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik [diunduh 7 September 2014]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/.

Ekawati E, Muktiani A, Sunarso. 2014. Effisiensi dan Kecernaan Ransum Domba yang Diberi Silase Ransum Komplit Eceng Gondok Ditambahkan Starter Lactobacillus plantarum. Jurnal Agribisnis Peternakan : Vol (14) 2 :107-114.

Ensminger ME, Oldfield JE, Heinemann WW. 1990. Feed and Nutrition. California (USA): The Ensminger Publishing Company.

Farida WR, Ridwan R. 2011. Giving of formulated pellet on Javan Porcupine (Hystrix javanica F. Cuvier, 1823): Effects on feed intake, feed conversion, and digestibility in pre-domestication condition. Jurnal Biologi Indonesia 7 (1): 157-170.

Guyton MD, Hall JE. 1997. Fisiologi Kedokteran. Setiawan I, editor. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Handewi PS, Rachman, Sudaryanto. 1996. Karakteristik usaha ternak domba di Daerah Lahan Kering (kasus dua Desa di Kabupaten Semarang dan Boyolali Jawa Tengah). Prosiding Temu Ilmiah. Hasil-Hasil Penelitian Peternakan. Ciawi, Bogor, 9-11 Januari 1996. Balai Penelitian Ternak. Puslitbang Peternakan. Badan Litbang Pertanian.

Hartadi HS, Reksohadiprodjo, Tillman AD. 1997. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Yogyakarta (ID). Gadjah Mada University Pr.

Kearl LC. 1982. Nutrition Requirements of Ruminants in Developing Countries. International Feedstuff Utah Agriculture Experiment Station. 1st ed. Logan (US): Utah State University.

Koch RM, Swiger LA, Chambers D, Gregory KE. 1963. Efficiency of feed use in beef cattle. Journal of Animal Science. 22: 486-494.

Lofgreen GP. 1951. The Estimation of Total Digestible Nutrients From Digestible Organic Matter. Calfornia (US): University of California.

Mayulu H, Sunarso, Sutrisno CI, Sumarsono. 2012. Profil Darah Domba Setelah Pemberian CF Amofer. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis Vol. 2 No.1.

(31)

17

[NRC] Nasional Research Council. 1985. Nutrient Requirements of Sheep. 6th

Revised Edition. Washington (US): National Academy of Sciences.

[NRC] National Research Council. 2006. Nutrient Requirement of Goat. Washington (US): National Academy Press.

[NRC] National Research Council. 2007. Nutrient Requirements of Small Ruminants. Washington (US): National Academies Pr.

Nasution A. 2009. Pengaruh penggantian rumput gajah (Pennisetum purpureum) dengan rumput kupai (Hymenachne amplixicaulis) terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organic dan konsumsi air minum domba lokal jantan. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan XII (2): 78-82.

Onwuene IC. 1978. The Tropical Tuber Crops, Yams, Cassava, Sweet Potato and Cooyams. New York: Johm Wiley dan Son. Chicester.

Pal K, Patra AK, Sahoo A, Soren NM. 2015. Effects of Nitrate and Fumurate in Tree Leaves-Based diets on Nutrient Utlization, Rumen Fermentation, Microbial Protein Supply and Blood Profiles in Sheep. Livestock Science 172 : 5-15

Pond WG, Church DC, Pond KR. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. 4th Edition. New York (US): John Wiley and Sons.

Purbowati ECI, Sutrisno E, Baliarti SPS, Budhi, Lestariana W. 2007. Pengaruh pakan komplit dengan kadar protein dan energi yang berbeda pada penggemukan domba lokal jantan secara feedlot terhadap konversi pakan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor.

Rianto E, Haryono E, Lestari CMS. 2006. Produktivitas domba ekor tipis jantan yang diberi pollard dengan aras berbeda. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 431-439.

Riis PM. 1983. Dynamic Biochemistry of Animal Production. New York (US): Elsevier.

Sasser LB, Bell MC, Cross FH. 1985. Hematologic response of sheep and cattle to whole-body gamma irradiation and gastrointestinal and skin beta irradiation. American Journal of Veterinary Research. 41:1679-1685.

Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Peng-gunaan Hewan Percobaan Di Daerah Tropis. Jakarta (ID): University Press.

Sutardi T. 1979. Ketahanan protein bahan makanan terhadap degradasi oleh mikroba rumen dan manfaatnya bagi peningkatan produktivitas ternak. Proceeding Seminar dan Penunjang Peternakan. Bogor (ID): Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Sutardi T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Bogor (ID): IPB Press. Yeh TP. 1982. Utilization of sweet potato for animal feed and industrial uses,

(32)

18

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil analisis ragam konsumsi bahan kering

SK Db JK KT F hitung Sig

Perlakuan 2 29411.334 14705.667 17.028 0.011 Kelompok 2 7711.217 3855.608 4.464 0.096 Galat 4 3454.528 863.632

Total 8 40577.080

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, sig : signifikansi.

Lampiran 2 uji Duncan konsumsi bahan kering

Perlakuan N Subset

1 2

P3 3 498.98

P2 3 531.59

P1 3 633.22

Sig. 0.246 1.00

Lampiran 3 Hasil analisis ragam konsumsi protein kasar

SK db JK KT F hitung Sig

Perlakuan 2 270.86 135.43 8.76 0.035 Kelompok 2 111.40 55.70 3.6

Galat 4 61.83 14.45

Total 8 444.10

Lampiran 4 uji Duncan konsumsi protein kasar

Perlakuan N Subset

1 2

P3 3 55.56

P2 3 68.02

P1 3 68.38

Sig. 1.00 0.916

Lampiran 5 Hasil analisis ragam serat kasar

SK db JK KT F hitung Sig

Perlakuan 2 9810.09 4905.04 109.19 0.00

Kelompok 2 331.36 165.68 3.68 0.12

Galat 4 179.67 44.91

Total 8 10321.13

Lampiran 6 uji Duncan konsumsi serat kasar

Perlakuan N Subset

1 2 3

P3 3 58.97

P2 3 115.03

P1 3 137.48

(33)

19

Lampiran 7 Hasil analisis ragam konsumsi lemak kasar

SK db JK KT F hitung Sig

Perlakuan 2 122.97 61.48 17.39 0.01

Kelompok 2 28.91 13.45 4.09 0.10

Galat 4 14.13 3.53

Total 8 166.03

Lampiran 8 uji Duncan konsumsi lemak kasar

Perlakuan N Subset

1 2

P3 3 27.73

P2 3 33.30

P1 3 36.70

Sig. 1.00 0.092

Lampiran 9 Hasil analisis ragam konsumsi BETN

SK db JK KT F hitung Sig

Perlakuan 2 7930.22 3965.11 22.87 0.00 Kelompok 2 1811.67 905.83 5.22 0.77

Galat 4 693.27 173.31

Total 8 10435.17

Lampiran 10 uji Duncan konsumsi BETN

Perlakuan N Subset

1 2

P2 3 247.28

P3 3 292.63

P1 3 319.18

Sig. 1.000 0.069

Lampiran 11 Hasil analisis ragam konsumsi bahan oraganik

SK db JK KT F hitung Sig

Perlakuan 2 18179.40 9089.70 13.89 0.01 Kelompok 2 5882.54 2941.27 4.49 0.09

Galat 4 2617.69 654.42

Total 8 26679.63

Lampiran 12 uji Duncan konsumsi bahan organik

Perlakuan N Subset

1 2

P3 3 447.36

P2 3 464.00

P1 3 549.93

(34)

20

Lampiran 13 Hasil analisis ragam konsumsi TDN

SK db JK KT F hitung Sig

Perlakuan 2 3417.38 1708.69 5.35 0.07 Kelompok 2 2970.34 1485.17 4.65 0.09 Galat 4 1277.53 319.38

Total 8 7665.26

Lampiran 14 uji Duncan konsumsi TDN

Perlakuan N Subset

1 2

P2 3 328.65

P1 3 369.78

P3 3 370.19

Sig. 1.00 0.97

Lampiran 15 Hasil analisis ragam kecernaan bahan kering

SK db JK KT F hitung Sig

Perlakuan 2 182.37 91.18 13.34 0.01

Kelompok 2 6.56 3.28 0.48 0.65

Galat 4 27.35 6.83

Total 8 216.28

Lampiran 16 uji Duncan kecernaan bahan kering

Perlakuan N Subset

1 2

P2 3 69.28

P1 3 72.04

P3 3 79.91

Sig. 0.26 1.00

Lampiran 17 Hasil analisis ragam kecernaan bahan organik

SK db JK KT F hitung Sig

Perlakuan 2 223.49 111.74 15.39 0.01

Kelompok 2 7.15 3.57 0.49 0.64

Galat 4 29.04 7.26

Total 8 259.69

Lampiran 18 uji Duncan kecernaan bahan organik

Perlakuan N Subset

1 2

P2 3 68.57

P1 3 70.76

P3 3 80.07

(35)

21

Lampiran 19 Hasil analisis ragam pertambahan bobot badan harian

SK db JK KT F hitung Sig

Perlakuan 2 1755.40 877.70 14.35 0.01

Kelompok 2 976.26 488.13 7.98 0.04

Galat 4 244.54 61.13

Total 8 2976.19

Lampiran 20 uji Duncan pertambahan bobot badan harian

Perlakuan N Subset

1 2

P2 3 40.25

P1 3 69.14

P3 3 70.57

Sig. 1.00 0.83

Lampiran 21 Hasil analisis ragam IOFC berdasarkan harga penelitian

SK db JK KT F hitung Sig

Perlakuan 2 1.21 6.08 34.09 0.00

Kelompok 2 2.50 1.25 7.01 0.04

Galat 4 7.13 1.78

Total 8 1.53

Lampiran 22 uji Duncan IOFC berdasarkan harga penelitian

Perlakuan N Subset

1 2

P2 3 65.98

P3 3 75.84

P1 3 317.43

Sig. 0.78 1.00

Lampiran 23 Hasil analisis ragam IOFC berdasarkan pada peternakan rakyat

SK db JK KT F hitung Sig

Perlakuan 2 4.39 2.19 10.89 0.02

Kelompok 2 2.86 1.43 7.10 0.04

Galat 4 8.06 2.01

Total 8 8.06

Lampiran 24 uji Duncan IOFC berdasarkan pada peternakan rakyat

Perlakuan N Subset

1 2

P2 3 152.56

P3 3 274.75

P1 3 317.43

(36)

22

Lampiran 25 Hasil analisis ragam bahan kering tercerna

SK db JK KT F hitung Sig

Perlakuan 2 11790.64 5895.32 11.62 0.02 Kelompok 2 2318.13 1159.06 2.28 0.21 Galat 4 2029.24 507.31

Total 8 16138.02

Lampiran 26 uji Duncan bahan kering tercerna

Perlakuan N Subset

1 2

P2 3 368.33

P3 3 398.74

P1 3 456.17

Sig. 0.170 1.000

Lampiran 27 Hasil analisis ragam bahan organik tercerna

SK db JK KT F hitung Sig

Perlakuan 2 7512.89 3756.44 9.46 0.03 Kelompok 2 1672.51 836.25 2.10 0.23 Galat 4 1588.16 397.04

Total 8 10773.57

Lampiran 28 uji Duncan bahan organik tercerna

Perlakuan N Subset

1 2

P2 3 317.97

P3 3 358.25 358.25

P1 3 389.13

Sig. 0.069 0.137

Lampiran 29 Hasil analisis ragam kadar glukosa

SK db JK KT F hitung Sig

Perlakuan 2 66.88 33.44 1.03 0.43

Kelompok 2 80.88 40.44 1.24 0.37

Galat 4 129.77 32.44

Total 8 277.56

Lampiran 30 Hasil analisis ragam kadar trigliserida

SK db JK KT F hitung Sig

Perlakuan 2 67.55 33.77 1.25 0.37

Kelompok 2 81.55 40.77 1.51 0.32

Galat 4 107.77 26.94

(37)

24

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Pontianak, Kalimantan Barat pada tanggal 3 Oktober 1993 dari pasangan Bapak Dimyati dan Ibu Nurlini, yang merupakan putra kedua dari tiga bersaudara. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Muhammadiyah 1 Pontianak pada tahun 1999-2005. Pendidikan dilanjutkan di SMP Negeri 3 Pontianak pada tahun 2005-2008 kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Pontianak pada tahun 2008-2011. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2011 melalui jalur Ujian Talenta Masuk IPB (UTMI) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum dari mata kuliah Metodologi Penelitian dan Rancangan Percobaan pada tahun 2015. Penulis juga pernah aktif sebagai staf Departemen Eksternal HIMASITER pada tahun 2012-2013, staf Departemen Eksternal dan Kemitraan HIMASITER pada tahun 2013-2014 dan kepanitian OMI pada tahun 2015 sebagai anggota divisi pertandingan futsal. Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan kepanitian di HIMASITER. Bulan Juli-Agustus 2014 penulis melakukan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Purwakarta.

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelsaikan penelitian dan skripsi sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana dari program studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Shalawat dan Salam senantiasa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Asep Sudarman, MRur Sc selaku pembimbing akademik serta pembimbing skripsi dan Dr Sri Suharti, SPt MSi selaku pembimbing skripsi atas bimbingan, dukungan, pelajaran serta motivasi yang telah diberikan. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada Bapak (Dimyati), Ibu (Nurlini), serta Abang Shendi dan Adik Berli, atas segala doa, semangat, nasehat, dukungan dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis.

(38)

23

Lampiran 31 Hasil analisis ragam kadar albumin

SK db JK KT F hitung Sig

Perlakuan 2 0.04 0.02 0.61 0.58

Kelompok 2 0.33 0.16 4.8 0.08

Galat 4 0.13 0.03

Total 8 0.51

Lampiran 32 Hasil analisis ragam effisiensi pakan

SK db JK KT F hitung Sig

Perlakuan 2 0.007 0.003 13.32 0.017

Kelompok 2 0.002 0.001 3.98 0.112

Galat 4 0.001 0.000

Total 8 0.01

Lampiran 33 uji Duncan effisiensi pakan

Perlakuan N Subset

1 2

P2 3 0.074

P1 3 0.109 0.109

P3 3 0.141

Gambar

Tabel 2 Komposisi nutrien ransum tiap perlakuan (% BK)
Tabel 3 Rataan konsumsi nutrien pakan perhari selama 84 hari
Tabel 4 Kecernaan bahan kering dan bahan organik serta bahan kering tercerna dan bahan organik tercerna
Tabel 5 Pertambahan bobot badan harian domba
+5

Referensi

Dokumen terkait

TerraSAR-X and Radarsat-2 images of five test areas along the German North Sea coast acquired between 2008 and 2013 form the basis for the present investigation and

Agar tubuh tetap bersih, sehat setiap hari kita harus .... Kamu menendang bola

Di sekolah asal peserta: belajar mandiri modul ke 8 dan 9, menyelesaikan semua penugasan sebagai peserta keahlian ganda, menyempurnakan perangkat pembelajaransebagai persiapan

Progam Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Terlaksananya kelancaran progam administrasi

[r]

The Parties shall endeavor to strengthen bilateral relations to develop further cooperation and to facilitate exchange of visits as well as to conduct

EFEKTlVlTAS PENGGUNAAN TES URAIAN DAN TES PlLlHAN GANDA DALAM MENGUKUR KEMAMPUAN KOGNlTlF

(pengargaan dan hukuman), Pemberian nasehat, dan Melalui kegiatan ekstrakulikuler. Adapun faktor pendukung dan penghambatdalam proses pembinaan mental keagamaan santri Pondok