• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Alokasi Infak Rumah Tangga Di Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Alokasi Infak Rumah Tangga Di Kota Bogor"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALOKASI INFAK RUMAH TANGGA DI KOTA BOGOR

VITA NAYUNDA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Alokasi Infak Rumah Tangga di Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

VITA NAYUNDA. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Alokasi Infak Rumah Tangga di Kota Bogor. Dibimbing oleh SAHARA dan IRFAN SYAUQI BEIK.

Kemiskinan merupakan masalah yang sangat besar bagi bangsa Indonesia sehingga untuk menanggulangi masalah yang sangat serius ini diperlukan langkah-langkah yang tepat. Zakat Infak Sedekah (ZIS) memiliki potensi yang besar di Indonesia mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama Islam. Infak dapat dijadikan alternatif sebagai sarana untuk memeratakan pendapatan masyarakat sehingga dapat mengentaskan kemiskinan. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi alokasi infak rumah tangga di Kota Bogor dengan menggunakan metode regresi logistik ordinal dan analisis faktor serta perilaku pengalokasian infak pada rumah tangga dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil analisis menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi alokasi infak rumah tangga adalah keimanan, pendapatan dan umur. Ketiga faktor tersebut memiliki pengaruh yang positif terhadap besarnya persentase infak per pendapatan sedangkan untuk perilaku pengalokasian infak pada rumah tangga disimpulkan sudah cukup baik walaupun infak belum menjadi prioritas yang utama.

Kata Kunci : Analisis Faktor, Infak, Kemiskinan, Metode Regresi Logistik

ABSTRACT

VITA NAYUNDA. Analysis of Factors that Affect the Allocation of

Household’s Charity in Bogor City. Supervised by SAHARA dan IRFAN SYAUQI BEIK.

Poverty is a severe problem in Indonesian. Right step is needed to alleviate poverty. Infak Zakat Shadaqah (ZIS) have a great potential because Indonesia has a big number of muslim. Infak can be used as an alternative to alleviate poverty. This research aims to analyzes the factors affecting the allocation of household's infak in the city of Bogor by using ordinal logistic regression method, analysis of factors and behavior assignment infak on households using descriptive analysis. The results of the analysis indicate the factors which affect the allocation of household are faith, income and age. These factors have a positive influence to percentage of infak divided by income. Therefore, infak assignment behavior on households already summed up pretty well even though infak is not yet a major priority.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALOKASI INFAK RUMAH TANGGA DI KOTA BOGOR

VITA NAYUNDA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Alokasi Infak Rumah Tangga di Kota

Bogor”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.

Penulis ingin mengucapkan termakasih kepada orang tua dan keluarga penulis, yaitu Ayah Dwi Sudharto dan Ibu Rika Hikmawati serta kakak dari penulis yaitu Galih Andhika dan adik dari penulis yaitu Wira Nastainul Hakim atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Dr. Sahara, S.P., M.Si. dan nDr. Irfan Syauqi Beik, S.P., M.Sc.Ec. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, saran, waktu, dan motivasi dengan sabar sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Muhammad Findi Alexandi, M.E. selaku dosen penguji utama dan Bapak Deni Lubis, S. Ag., M.A. selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan saran yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini.

3. Ibu Laily Dwi Arsyianti, S.E, M.Sc., para dosen lainnya, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan untuk penulis.

4. Sahabat-sahabat penulis yaitu Muhammad Zikhri, Mahasuka Sudharmo, Vyatra Pratiwi, Sarah Nabilah, Salma Siti Salamah, Ghina Khalida, Zara Fathia, Dhia Adiati, Siti Karimah, Dessy Nur Hasanah, Diniyah Ginung Pratina, Aulia Novita, Rosy Noviza, Neva Sunba Dena dan Widya Paramawidhita yang telah banyak memberikan bantuan, kritik, saran, dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi Syariah 48 atas kebersamaannya dan telah saling mengingatkan, mendukung, dan mendoakan dalam semua kegiatan.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Pengertian Kemiskinan Dalam Sudut Pandang Islam 5

Solusi Islam Untuk Pengentasan Kemiskinan 7

Pengertian Infak 8

Dampak Ekonomi Dari Berinfak 9

Penelitian Terdahulu 10

Hipotesis 11

Kerangka Pemikiran 11

METODE PENELITIAN 13

Jenis dan Sumber Data 13

Lokasi dan Waktu Penelitian 13

Metode Pengumpulan Data 13

Metode Pengolahan dan Analisis Data 14

Definisi Operasional Variabel 16

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 17

Gambaran Umum Kota Bogor 17

Kondisi Geografi Kota Bogor 18

Kondisi Demografi Kota Bogor 18

HASIL DAN PEMBAHASAN 19

Karakteristik Responden dan Kepala Keluarga 19

(12)

Perilaku Pengalokasian Infak Rumah Tangga 24

SIMPULAN DAN SARAN 26

Simpulan 26

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 26

LAMPIRAN 29

(13)

DAFTAR TABEL

1 Perbandingan Data Jumlah Penduduk Miskin dengan PDRB di Kota Bogor

Tahun 2009-2013 2

2 Penerimaan Zakat Maal dan Infak/Shodaqoh Tahun 2009-2013 (rupiah) 3

3 Penerimaan Masjid per Kecamatan di Kota Bogor pada September 2012-

Agustus 2013 (rupiah) 3

4 Penyebaran Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Bogor 18

5 Jumlah Pemeluk Agama di Kota Bogor Tahun 2013 19

6 Demografi Kepala Keluarga di Kota Bogor 20

7 Factor loading dan alpha cronchbach variabel 22

8 Faktor-faktor yang memengaruhi alokasi infak rumah tangga di Kota

Bogor 23

9 Sasaran Infak Responden Penelitian di Kota Bogor 24

10 Prioritas Pengeluaran Rumah Tangga Responden di Kota Bogor 25

DAFTAR GAMBAR

1 Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia 1

2 Kerangka Pemikiran 12

3 Peta Pembagian Wilayah Kelurahan Kota Bogor 17

4 Jenis Kelamin Responden Penelitian di Kota Bogor 20 5 Kepemilikan Rekening Responden Penelitian di Kota Bogor 21

6 Periode Berinfak Rumah Tangga di Kota Bogor 25

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner Penelitian 29

2 Factor Loading dan Alpha Cronchbach Variabel 34

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masalah ekonomi merupakan salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh berbagai negara dan dapat memberikan dampak negatif terhadap kehidupan masyarakatnya seperti kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Pada umumnya di negara berkembang seperti Indonesia permasalahan pendapatan yang rendah dengan masalah kemiskinan merupakan permasalahan yang utama. Kemiskinan merupakan masalah besar bagi bangsa Indonesia. Kemiskinan di Indonesia kian bertambah sejak krisis ekonomi yang berkepanjangan pada tahun 1997 dan telah melipatgandakan jumlah penduduk miskin yang ada di Indonesia. Indonesia tidak dapat terhindar dari masalah tersebut padahal Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk yang besar serta sumber daya alam yang melimpah. Hal ini dibuktikan dengan jumlah penduduk miskin yang cukup besar yang mayoritas tinggal di daerah pedesaan yang cukup sulit untuk diakses.

Sumber: Badan Pusat Statistik (2014)

Gambar 1 Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia

Jumlah penduduk miskin di Indonesia relatif masih sangat besar. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada bulan Maret 2014 jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28.28 juta orang yaitu sekitar 11.36 % dari total populasi masyarakat di Indonesia. Itu artinya, jumlah penduduk miskin di Indonesia bertambah sebesar 0.11 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada tahun 2013 yang sebesar 28.17 juta orang (11.25 %). Bertambahnya penduduk miskin itu juga seiring dengan naiknya garis kemiskinan pada periode Maret 2013 hingga Maret 2014 sebesar 11.45 %, dari Rp 271 626 per kapita per bulan menjadi Rp 302 735 per kapita per bulan.

Kepala BPS Suryamin mengatakan indeks kedalaman kemiskinan naik dari 1.75 % pada bulan Maret 2013 menjadi 1.89 % dan indeks keparahan kemiskinan naik dari 0.43 % menjadi 0.48 %. Artinya, tingkat kemiskinan yang ada di Indonesia semakin parah. Kemiskinan merupakan masalah yang sangat besar bagi bangsa Indonesia sehingga untuk menanggulangi masalah yang sangat serius ini diperlukan langkah-langkah yang tepat. Dari sisi pemerintah pun masih terlihat belum siap dalam upaya mengentaskan kemiskinan walaupun berbagai upaya telah ditempuh.

(16)

2

Di satu sisi, pemerintah belum siap melepaskan diri dari utang luar negeri berbasis bunga sehingga utang menjadi salah satu sumber utama pembiayaan APBN dan hanya mengandalkan APBN saja tidak akan pernah bisa mengentaskan kemiskinan yang ada, untuk itu perlu ada suatu upaya dalam bentuk penggalangan dana yang bersumber dari dalam negeri melalui bentuk-bentuk instrumen seperti zakat, infak dan sedekah.

Zakat, infak dan sedekah merupakan suatu ketetapan Allah yang menyangkut harta karena Allah menjadikan harta benda sebagai sarana kehidupan untuk umat manusia sehingga ketiganya harus diarahkan untuk kepentingan bersama. Infak adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang dengan kebebasan pemiliknya untuk menentukan jenis harta dan berapa jumlah yang ingin diserahkan. Infak berbeda dengan zakat karena infak tidak mengenal nisab atau jumlah harta yang ditentukan secara hukum. Infak tidak harus diberikan kepada delapan golongan mustahik yang sudah ditentukan dalam penyaluran zakat, melainkan kepada siapapun yang membutuhkan misalnya orang tua, kerabat, anak yatim, atau orang miskin. Islam memerintahkan manusia untuk menginfakkan sebagian harta karena harta yang ada di tangan manusia merupakan sarana untuk mendapatkan ridha Allah dan bukan merupakan tujuan hidup seorang manusia. Seperti yang dianjurkan dalam (QS 2:267): "Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usaha kalian yang baik-baik dan sebagian dari apa yang keluarkan dari bumi untuk kalian, dan janganlah kalian memilih yang buruk-buruk lalu kalian nafkahkan daripadanya, padahal kalian sendiri tidak mau mengambilnya kecuali dengan memicingkan mata terhadapnya. Ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya, Maha terpuji."

Perumusan Masalah

Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar yaitu sebesar 42.332.370 jiwa, tetapi juga menduduki peringkat ketiga dengan jumlah penduduk miskin terbanyak di Indonesia yaitu sebesar 4.327.065 orang (9,44%) pada bulan Maret 2014 menurut BPS. Letak yang strategis menjadi keuntungan bagi perkembangan perekonomian di Jawa Barat, akan tetapi masalah kemiskinan menjadi masalah yang tak kunjung habis dalam kehidupan masyarakat karena sebagian besar penduduk miskin berada di Pulau Jawa dan salah satu kota di Jawa Barat yang jumlah penduduk miskinnya tergolong cukup banyak adalah Kota Bogor.

Tabel 1 Perbandingan Data Jumlah Penduduk Miskin dengan PDRB di Kota Bogor Tahun 2009-2013

(17)

3 Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Kota Bogor terus menurun dari tahun ke tahun tetapi jumlah penurunannya tidak signifikan sedangkan untuk PDRB perkapita Kota Bogor terus meningkat dengan cukup pesat dan peningkatan PDRB perkapita ini dapat menggambarkan secara riil tingkat kesejahteraan masyarakat. Jumlah penduduk miskin di Kota Bogor terus mengalami penurunan tetapi angka tersebut masih dikatakan cukup tinggi mengingat Kota Bogor memiliki wilayah yang tergolong tidak terlalu luas sehingga dengan luas sebesar 118.50 km2 saja, angka kemiskinan di Kota Bogor dapat

dikatakan cukup tinggi.

Tabel 2 Penerimaan Zakat Maal dan Infak/Shodaqoh Tahun 2009-2013 (Rupiah)

Tahun Zakat Maal Infak/

Sumber : BAZNAS Kota Bogor (2013)

Tabel 2 memperlihatkan bahwa penerimaan BAZNAS di Kota Bogor baik dari zakat maal maupun infak terus mengalami peningkatan yang cukup baik. Walaupun demikian dengan jumlah penduduk di Kota Bogor pada tahun 2013 yang beragama Islam sebesar 932 002 dari 1 013 019 orang se Kota Bogor, potensi infak di Kota Bogor masih sangat jauh dengan pengumpulan yang sudah diterima oleh BAZNAS. Jika diasumsikan, apabila penduduk Kota Bogor berinfak 1 000 rupiah selama satu bulan dan selama satu tahun mengeluarkan infak Rp12 000 untuk satu orang maka pengumpulan infak yang di dapat adalah sebesar Rp11 184 024 000 per tahun.

Tabel 3 Penerimaan Masjid per Kecamatan di Kota Bogor pada September 2012- Agustus 2013 (rupiah)

Kecamatan Zakat Fitrah Zakat Maal Infak

Bogor Selatan 102 502 000 114 195 000 157 756 000 Sumber : BAZNAS Kota Bogor (2013)

(18)

4

digabungkan, jumlah yang di dapat hanya sebesar Rp 7 244 905 151. Jumlah yang didapat masih jauh dari jumlah yang diperkirakan sebelumnya yaitu sebesar Rp 11 184 024 000. Jumlah tersebut hanya 64 % dari total potensi yang dapat diperoleh dari hasil infak yang ada di Kota Bogor padahal perekonomian Kota Bogor berada dalam kondisi yang terus menunjukan peningkatan positif.

BPS mencatat PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku pada Tahun 2012 telah mencapai Rp 17 323 335 990 000 atau meningkat 11.86 % dibanding Tahun 2011 dan terus meningkat hingga tahun 2013 sebesar Rp 19 283 951 000 000 atau terjadi perubahan positif sebesar 9.92 % dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan PDRB ini dapat menggambarkan secara riil tingkat kesejahteraan masyarakat sehingga dengan adanya peningkatan pada PDRB maka kemauan masyarakat untuk berinfak juga seharusnya cukup tinggi mengingat 92 % masyarakat Kota Bogor adalah beragama Islam. Tingkat kemiskinan di Bogor memang tergolong cukup tinggi namun penanggulangan kemiskinan ini bukan hanya tugas pemerintah saja tetapi juga perlu bantuan dan dukungan dari masyarakat. Salah satunya adalah dengan cara mengeluarkan sebagian hartanya untuk diberikan kepada yang lebih membutuhkan yang dapat dikeluarkan melalui zakat, infak, ataupun sedekah. Berdasarkan uraian diatas maka pertanyaan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi alokasi infak rumah tangga masyarakat di Kota Bogor?

2. Bagaimana perilaku berinfak pada rumah tangga di Kota Bogor? Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dipaparkan, maka tujuan dari penelitian ini:

1. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi alokasi infak rumah tangga masyarakat di Kota Bogor.

2. Menganalisis perilaku berinfak pada rumah tangga di Kota Bogor. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi penulis, dapat menjadi sarana pembelajaran untuk memperoleh wawasan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi alokasi infak rumah tangga di Kota Bogor.

2. Bagi pembaca, dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi masyarakat, dapat menambah informasi mengenai faktor-faktor

yang memengaruhi alokasi infak rumah tangga sehingga dapat meningkatkan alokasi infak masyarakat.

Ruang Lingkup Penelitian

(19)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kemiskinan Dalam Sudut Pandang Islam

Tujuan utama pembangunan ekonomi adalah pengentasan kemiskinan dan meminimalisir kesenjangan antara kelompok kaya dengan kelompok miskin. Kemiskinan adalah sebuah konsep yang sulit untuk didefinisikan dalam definisi yang bersifat tunggal. Dalam perspektif syariah, terjadinya perbedaan pendapatan yang menjadi penyebab kemiskinan sesungguhnya merupakan sunnatullah fil hayah. Karena itu, Islam tidak pernah berbicara mengenai bagaimana upaya untuk

“menghilangkan” kemiskinan, akan tetapi berbicara bagaimana mereduksi dan meminimalisir kemiskinan ini agar kehidupan yang lebih sejahtera dapat diraih. Salah satunya adalah dengan mengembangkan sikap saling menolong, saling membantu, saling bersilaturahim, saling mengisi dan saling bersinergi. Islam menjadikan orang fakir yang memiliki akhlak yang baik sebagai salah satu pilar penting dalam pembangunan suatu masyarakat seperti pendapat yang dikemukakan

oleh Ali bin Abi Thalib: “Tegaknya urusan dunia dan masyarakat karena lima faktor: ilmu para ulama, adilnya pemerintah, kepemurahan orang kaya, doanya prang fakir, dan jujurnya para pegawai.”

Terkait dengan definisi fakir miskin, ada perbedaan antara mazhab Syafii dan Hambali dengan mazhab Hanafi dan Maliki. Menurut mazhab Syafii dan Hambali, orang miskin adalah orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya meskipun ia memiliki pekerjaan dan penghasilan. Hal ini didasarkan pada QS 18:79 sementara orang fakir didefinisikan sebagai orang yang

tidak memiliki penghasilan sama sekali karena ada sebab khusus yang syar’i seperti

usia tua dan sakit-sakitan, serta sibuk dalam dakwah sehingga tidak sempat mencari nafkah (QS 2:273). Adapun definisi fakir menurut mazhab Hanafi dan Maliki adalah kebalikan dari definisi mazhab Syafii dan Hambali. Meskipun demikian, pebedaannya tidak signifikan karena kedua-duanya adalah kelompok yang harus dibantu, baik melalui dana zakat, infak, shadaqah.

Dalam islam, definisi kebutuhan pokok bukan hanya terkait dengan aspek kebutuhan material saja tetapi juga dengan kebutuhan spiritual dan beribadah kepada Allah sehingga dalam QS 20:118-119 dan QS 106:3-4 dijelaskan bahwa kebutuhan pokok itu antara lain: (1) dapat melaksanakan ibadah, (2) terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan dan papan, dan (3) hilangnya rasa takut. Dengan demikian, dimensi kebutuhan pokok ini bersifat multidimensi, tidak hanya material namun juga spiritual dan tidak hanya bersifat duniawi, namun juga ukhrawi. Kemiskinan material didasarkan pada ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan material sepenuhnya seperti sandang, pangan, papan sedangkan kemiskinan spiritual didasarkan pada ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan spiritual minimal melalui pelaksanaan ibadah yang diwajibkan maupun dianjurkan dalam Islam.

(20)

6

nafsu maupun pengaruh aliran pemahaman yang tidak tepat. Dari definisi diatas, maka dibentuk suatu kuadran yang disebut dengan kuadran CIBEST (Center of Islamic Business and Economic Studies-IPB). Kuadran CIBEST terdiri dari empat kuadran sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.

Sumber: Beik dan Arsyianti (2015)

Gambar 2 Kuadran CIBEST

Pada gambar diatas, pembagian kuadran didasarkan pada kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan material dan spiritual. Kuadran CIBEST membagi kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan material dan spiritual ke dalam dua tanda, yaitu tanda positif (+) dan negatif (-). Tanda (+) artinya rumah tangga tersebut mampu memenuhi kebutuhannya dengan baik sementara tanda (-) berarti rumah tangga tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan rumah tangganya dengan baik. Empat pembagian kuadran CIBEST adalah rumah tangga sejahtera, rumah tangga yang mengalami kemiskinan material, rumah tangga yang mengalami kemiskinan spiritual, dan rumah tangga yang mengalami kemiskinan absolut.

(21)

7 keduanya adalah (-). Inilah kelompok yang berada pada kategori kemiskinan absolut yaitu miskin secara materi dan ruhani. Program yang harus dilakukan adalah memperbaiki sisi ruhiyah dan mentalnya terlebih dahulu, lalu kemudian memperbaiki kondisi kehidupan ekonominya.

Solusi Islam Untuk Pengentasan Kemiskinan

Allah SWT. telah menciptakan makhluk hidup sekaligus menyediakan sarana untuk memenuhi kebutuhannya. Allah SWT. tidak mungkin menciptakan berbagai makhluk dan membiarkannya tanpa menyediakan rezeki bagi mereka seperti dalam firman Allah SWT. dalam (QS 30: 40):“Allah lah yang menciptakan kamu, kemudian memberikan rezeki”. Walaupun selalu ada rezeki untuk setiap makhluk ciptaan Allah, tetapi kemiskinan masih saja terjadi hingga sekarang. Seolah-olah kekayaan alam yang telah disediakan oleh Allah SWT. tidak mampu mencukupi kebutuhan manusia yang populasinya terus bertambah dari tahun ke tahun padahal jumlah kekayaan alam yang disediakan oleh Allah SWT. untuk makhluk-Nya pasti mencukupi. Namun, jika kekayaan alam yang sudah disediakan ini tidak dikelola dengan benar, tentu akan terjadi ketimpangan dalam distribusinya. Islam telah memberikan izin kepada individu untuk mengelola harta yang menjadi miliknya dan menentukan bagaimana cara mengelolanya dan Islam mewajibkan kepada manusia bahwa di dalam harta orang-orang kaya terdapat hak bagi para fakir miskin. Sirkulasi kekayaan harus terjadi pada semua anggota masyarakat dan tidak ada sirkulasi kekayaan hanya pada segelintir orang saja seperti pada (QS 59:7):

Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kalian”. Jika masyarakat mengalami kesenjangan yang lebar antarindividu dalam memenuhi kebutuhan pokok, maka negara harus menyelesaikannya dengan cara mewujudkan keseimbangan dalam masyarakat dengan cara memberikan harta negara yang menjadi hak miliknya kepada orang-orang yang memiliki keterbatasan dalam memenuhi kewajibannya.

Yusuf Qardhawi dalam bukunya Musykilatul Fakri Wa Kaifa ‘Aalajahal Islam menyebutkan enam kiat Islam dalam mengatasi kemiskinan, yang pertama adalah bekerja yang merupakan keharusan mutlak yang harus dilakukan oleh seorang muslim guna memperoleh rizki yang telah disediakan Allah SWT seperti dalam firman-Nya “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagimu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya” (QS 67:15). Selain itu adalah dengan mencukupi keluarga yang lemah karena begitu banyak orang yang tidak bisa bekerja, bukan karena mereka malas bekerja dan berusaha, tapi karena mereka adalah orang-orang yang kebutuhannya harus dipenuhi oleh anggota keluarganya yang lain dan masyarakat muslim seperti janda yang ditinggal mati suaminya tanpa ditinggalkan harta yang cukup, anak-anak kecil yang yatim sehingga mereka belum bisa mandiri, orang-orang yang sudah lanjut usia, orang yang berpenyakit, orang yang cacat sebagaimana firman Allah yang artinya: “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya...“ (QS 94:27).

(22)

8

keduanya, diantara ayat tersebut adalah firman Allah yang artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku”(QS 2:43). Yusuf Qardhawi juga menjelaskan bahwa mengatasi kemiskinan dengan dana bantuan Islam yang berasal dari berbagai sumber yang diperoleh baitul maal. Kekayaan-kekayaan umum pada suatu negara harus diarahkan untuk mengatasi kemiskinan dan karenanya dia tidak boleh dikuasai oleh satu atau sekelompok orang untuk kepentingan mereka. Disamping zakat, masih ada pengeluaran seorang muslim yang harus dilakukan dalam upaya mengatasi kemiskinan misalnya hubungan bertetangga yang apabila mereka miskin maka kita wajib membantunya seperti sabda Rasulullah “Tidak patut dinamakan beriman, orang yang tidur malam dalam keadaan kenyang sedang tetangga yang berada di sampingnya dalam keadaan lapar, padahal ia mengetahuinya (HR. Thabrani dan Baihaqi). Disamping kewajiban-kewajiban dalam kaitan harta yang harus ditunaikan oleh seorang muslim, untuk mengatasi kemiskinan, Islam juga menyeru manusia untuk memiliki akhlak yang agung yang dalam hal ini adalah dermawan dan murah hati dalam mengeluarkan hartanya lebih dari yang diwajibkan kepadanya dalam konteks shadaqah yang sifatnya suka rela sebagai kebajikan dirinya di jalan Allah Swt.

Pengertian Infak

Infak adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang ketika memperoleh penghasilan atau rezeki. Berinfak adalah ciri orang yang bertaqwa seperti pada (QS 2: 1-3) “Alif laam miim. Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka”. Infak berbeda dengan zakat karena infak tidak mengenal nisab atau jumlah harta yang ditentukan secara hukum dan tidak harus diberikan kepada mustahik tertentu, melainkan kepada siapapun yang membutuhkan misalnya orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, atau orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Namun zakat disebut dengan infak pada QS

9: 34): “Wahai orang yang beriman! Sesungguhnya banyak dari orang-orang alim dan rahib-rahib mereka benar-benar memakan harta orang-orang dengan jalan yang bathil, dan (mereka) menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih”.

(23)

9 jawabnya, baik terhadap dirinya sendiri, keluarganya, dan memperhatikan kesejahteraan sosial. Perintah dalam berinfak juga tercantum dalam (QS 2:273):

“(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui”

Dampak Ekonomi Dari Berinfak

Infak sangat memberi pengaruh dan keberuntungan dalam kehidupan manusia di dunia dan akhirat, oleh karena itu Islam melatih umat manusia agar rajin berinfak. Dengan berinfak, pahala dapat bertambah dan keimanan pun terasa semakin kuat. Bahkan di dalam hadis banyak disebutkan bahwa jika seseorang mempunyai harapan untuk mencapai tujuan tertentu, kita diperintahkan memulainya dengan sedekah seperti “Barangsiapa ingin doanya terkabul dan dibebaskan dari kesulitannya hendaklah dia mengatasi (menyelesaikan) kesulitan orang lain.” (HR. Ahmad). Infak sangat bermanfaat bagi yang menerima maupun yang memberi seperti yang tercantum dalam (QS 2:261): “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir; pada setiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki..”. Sehingga seseorang yang memberikan hartanya di jalan Allah atau berinfak akan mendapatkan imbalan 700 kali dari apa yang dia berikan kepada orang lain. Hal ini membuktikan bahwa berinfak tidak hanya memberikan keuntungan bagi yang menerima, namun juga dapat memberi keuntungan kepada pemberi infak. Selain itu dalam (QS 57:7) juga dijelaskan “Siapakah yang mau memberikan pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik? Allah akan melipatkan gandakan pahala baginya yang mulia.”

(24)

10

Penelitian Terdahulu

Penelitian Myrella (2014) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi alokasi infak rumah tangga yang terletak di Desa Pasir Eurih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Infak dapat dijadikan alternatif yang tepat sebagai sarana untuk memeratakan pendapatan sehingga dapat mengentaskan kemiskinan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi linier berganda dan analisis deskriptif. Hasil analisis menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi alokasi infak rumah tangga adalah kepekaan sosial (altruisme), pendapatan serta lamanya mendapatkan pendidikan formal. Ketiga faktor tersebut memiliki pengaruh positif terhadap besarnya alokasi infak rumah tangga.

Penelitian Siti (2011) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pembayaran zakat di Kota Palembang. Zakat dapat menciptakan lapangan kerja sehingga dapat membantu mengentaskan masalah ketenagakerjaan dan pengangguran. Hasil yang didapat dari penelitian ini diperoleh ada empat faktor yang melatarbelakangi seseorang dalam berzakat, yaitu keimanan, sosial, pemahaman agama, dan penghargaan. Faktor utamanya adalah faktor keimanan. Hasil analisis regresi logistik terhadap faktor-faktor yang memengaruhi pilihan organisasi zakat, diperoleh empat variabel yang berpengaruh nyata.

Riani (2012) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi perilaku muzakki dalam membayar zakat dengan studi kasus pada BAZNAS Kota Yogyakarta. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel pengetahuan, regulasi, kredibilitas dan akuntabilitas lembaga. Hasil pengujian model (Uji f) menunjukkan model signifikan, artinya faktor pengetahuan, regulasi, kredibilitas dan akuntabilitas secara simultan berpengaruh terhadap perilaku muzaki dalam membayar zakat. Sedangkan hasil uji parsial (Uji t) menunjukkan bahwa variabel pengetahuan dan regulasi memberikan pengaruh tidak signifikan sedangkan variabel kredibilitas dan akuntabilitas lembaga memberikan pengaruh yang signifikan.

Penelitian Mukhlis (2011) tentang analisis faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kepatuhan membayar zakat dengan studi kasus di Kabupaten Bogor. Dari hasil penelitian ini, diketahui sejumlah faktor yang membuat seseorang mau untuk membayar zakat yaitu faktor keagamaan seperti iman, pemahaman agama, dan balasan, dan ada juga faktor-faktor lainnya seperti kepedulian sosial, kepuasan diri, dan organisasi. Jika faktor-faktor tersebut diurutkan dengan menggunakan composite index, maka hasilnya adalah sebagai berikut: (1) faktor keimanan, (2) faktor sosial, (3) faktor balasan, (4) faktor kepuasan diri, (5) faktor pemahaman agama, (6) faktor organisasi zakat, dan (7) faktor pujian. Dari hal ini didapatkan bahwa composite index terkecil ada pada faktor pujian, hal ini menunjukkan bahwa faktor pujian tidak memengaruhi individu secara dominan untuk membayar zakat.

(25)

11 faktor kepuasan, faktor pendidikan, frekuensi infak. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor yang memengaruhi pemilihan tempat membayar zakat pada taraf nyata 10 persen adalah faktor pendidikan dan keberadaan Organisasi Pengelola Zakat (OPZ).

Hipotesis

Berdasarkan beberapa teori dan penelitian terdahulu maka dapat dirumuskan beberapa hipotesis dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Keimanan berpengaruh positif terhadap alokasi infak rumah tangga. Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang maka semakin besar peluang alokasi infak rumah tangga.

2. Penghargaan berpengaruh positif terhadap alokasi infak rumah tangga. Semakin tinggi tingkat penghargaan seseorang maka semakin besar peluang alokasi infak rumah tangga.

3. Altruisme berpengaruh positif terhadap alokasi infak rumah tangga. Semakin tinggi tingkat altruisme seseorang maka semakin besar peluang alokasi infak rumah tangga.

4. Kepuasan diri berpengaruh positif terhadap alokasi infak rumah tangga. Semakin tinggi tingkat kepuasan diri seseorang maka semakin besar peluang alokasi infak rumah tangga.

5. Lama mendapatkan pendidikan berpengaruh positif terhadap alokasi infak rumah tangga. Semakin lama seseorang mendapatkan pendidikan maka semakin besar peluang alokasi infak rumah tangga.

6. Total pendapatan rumah tangga berpengaruh positif terhadap alokasi infak rumah tangga. Semakin tinggi total pendapatan rumah tangga seseorang maka semakin besar peluang alokasi infak rumah tangga.

7. Besar keluarga berpengaruh terhadap alokasi infak rumah tangga. Semakin tinggi besar keluarga seseorang maka semakin kecil peluang alokasi infak rumah tangga.

8. Jenis pekerjaan utama berpengaruh terhadap alokasi infak rumah tangga. Seseorang dengan pekerjaan tertentu akan membayar infak lebih besar dibandingkan dengan seseorang yang bekerja sebagai pensiunan.

9. Umur berpengaruh positif terhadap alokasi infak rumah tangga. Semakin tua umur seseorang maka semakin besar peluang alokasi infak rumah tangga.

Kerangka Pemikiran

(26)

12

(Sri Adi Bramasetia) mengatakan meski jumlah ZIS yang terhimpun di Indonesia naik tiap tahun namun tidak pernah mencapai potensi yang sesungguhnya. Potensi ZIS di Indonesia dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia bisa mencapai Rp 300 triliun per tahun dan jika ZIS di Indonesia bisa dikelola dengan baik akan menjadi potensi besar bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat. Namun dari potensi yang besar itu, baru tercapai sekitar Rp 1.8 triliun per tahun sehingga masalah kemiskinan di Indonesia belum dapat teratasi dengan baik maka perlu diketahui apa saja faktor-faktor yang memengaruhi alokasi infak pada rumah tangga dan bagaimana perilaku berinfak di Kota Bogor sehingga penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi alokasi infak rumah tangga dan mengetahui bagaimana perilaku berinfak di Kota Bogor.

Gambar 3 Kerangka Pemikiran

Tingginya angka kemiskinan di Indonesia

Sebagian besar masyarakat Indonesia beragama Islam

Infak merupakan salah satu solusi yang ditawarkan oleh Islam untuk mengurangi angka kemiskinan di Indonesia

Faktor-faktor yang memengaruhi alokasi infak rumah tangga :

1. Pekerjaan 2. Pendidikan 3. Pendapatan 4. Besar Keluarga 5. Keimanan 6. Penghargaan 7. Altruisme 8. Kepuasan diri 9. Umur

(27)

13

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan data utama yang dipakai dalam penelitian ini, diambil dengan menggunakan metode wawancara dan kuesioner yang ditujukan kepada masyarakat Kota Bogor. Data sekunder diperlukan untuk melengkapi dan mendukung data primer. Data sekunder didapat melalui pemerintahan kota, literatur atau dokumen-dokumen baik yang dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di seluruh kecamatan di Kota Bogor yaitu Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Tengah dan Kecamatan Tanah Sareal. Penentuan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan tertentu yaitu mengingat jumlah penduduk muslim di Kota Bogor yang berjumlah 932 002 dari 1 013 019 orang sehingga memiliki potensi yang baik dalam peningkatan jumlah infak di Kota Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode studi kasus melalui wawancara kepada masyarakat yang ada di Kota Bogor melalui kuesioner. Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat yang berada di Kota Bogor dengan jumlah responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 180 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap stratified random sampling dan system random sampling. Tahapan dalam pengambilan sampel dapat dijelaskan pada Gambar 4.

Gambar 4 Tahapan Pengambilan Sampel Kota Bogor

Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan

Kelurahan Kelurahan Kelurahan Kelurahan Kelurahan Kelurahan

3 RW 3 RW 3 RW 3 RW 3 RW 3 RW

(28)

14

Tahap yang pertama menggunakan stratified random sampling saat memilih 6 dari 68 kelurahan yang ada di Kota Bogor. Dari tiap kecamatan di Kota Bogor diambil satu kelurahan berdasarkan kelurahan yang memiliki tingkat pendapatan yang paling tinggi dibandingkan dengan kelurahan lainnya dalam satu kecamatan. Setelah diperoleh enam kelurahan, tahap selanjutnya adalah mengambil tiga RW dari tiap kelurahan yang sudah dipilih dengan menentukan proporsi jumlah penduduk terbanyak dalam satu RW sehingga didapatkan 18 RW yang terpilih. Dari setiap RW, diambil 10 responden dengan menggunakan system random sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa harus memperhatikan strata yang ada pada populasi tersebut.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu analisis deskriptif dan regresi logistik ordinal.

Metode Deskriptif

Menurut Sugiyono (2009), analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Dalam penelitian ini analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan bagaimana perilaku berinfak rumah tangga di Kota Bogor. Analisis deskriptif juga digunakan untuk menjelaskan hasil kuesioner. Data dari kuesioner yang telah disebar kepada responden akan disajikan dalam bentuk tabel-tabel sederhana yang akan dikelompokkan.

Analisis Regresi Logistik Ordinal

Model logit dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi alokasi infak rumah tangga di Kota Bogor. Regresi logistik merupakan model regresi untuk menganalisis pengaruh variabel penjelas baik kualitatif maupun kuantitatif terhadap variabel respon yang bersifat kualitatif. Peubah respon dapat berupa data biner dan dapat juga berupa data multinom (lebih dari dua kemungkinan pilihan). Pada data yang multinom, skala pengukuranya dapat berskala nominal (tidak memiliki peringkat, hanya penggolongan saja) atau berskala ordinal (memiliki peringkat tertentu). Jika kategori dari peubah respon berskala ordinal, maka analisis regresi yang digunakan adalah analisis regresi logistik ordinal (Hosmer & Lemeshow, 1989). Dalam regresi logistik ordinal, variabel responnya berskala ordinal dan setiap kategori dapat diperingkat. Tujuan dari model logit adalah menentukan peluang bahwa individu dengan karakteristik-karakteristik tertentu akan memilih suatu pilihan tertentu dari alternatif yang tersedia.

Jika diasumsikan terdapat peubah respon Y berskala ordinal dengan J kategori dan peubah penjelas sebanyak p maka peluang dari peubah respon kategori ke-j pada peubah penjelas X tertentu dinyatakan dengan P[(Y=j|x)]= πj(x) dan

peluang kumulatifnya adalah P[(Y≤j|x)]= π1(x)+....+ πj(x). Model logit kumulatif

didefinisikan sebagai (Agresti 2002):

� � = ��� � [ ≤ � |�]

−� [ ≤ � |�]

� � = + + + + + + + +

(29)

15

Dengan nilai j:

1= persentase infak per pendapatan 0-5% 2= persentase infak per pendapatan >5% Keterangan :

� = Alokasi infak rumah tangga untuk Y≤ j dengan j = 1, 2.

α = Treshold model

β = Koefisien regresi

X1 = Keimanan adalah variabel laten yang terdiri atas sembilan manifes

variabel yaitu (1) menjalankan shalat wajib setiap hari, (2) menjalankan shalat pada awal waktu, (3) menjalankan shalat fardhu berjamaah, (4) melaksanakan shalat sunnah, (5) kewajiban dan pentingnya berzakat, (6) melaksanakan puasa Ramadhan, (7) kebiasaan membaca Al-Qur’an, (8) menyukuri kondisi yang dialami, (9) ketakutan dalam melakukan pelanggaran agama dengan menggunakan skala likert 1-5 (1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak setuju; 3 = ragu-ragu; 4 = setuju; 5 = sangat setuju). X2 = Penghargaan adalah variabel laten yang terdiri atas tiga manifes variabel

yaitu (1) mendapatkan kemudahan rezeki, (2) merasa bangga setelah berinfak, (3) merasa mengurangi kesulitan orang yang di infakkan dengan menggunakan skala likert 1-5 (1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak setuju; 3 = ragu-ragu; 4 = setuju; 5 = sangat setuju).

X3 = Altruisme (skor) adalah variabel laten yang terdiri atas lima manifes

variabel yaitu (1) sering tolong menolong, (2) upaya bersyukur kepada Allah melalui infak, (3) merasa iba ketika melihat fakir/miskin, (4) senang membantu fakir/miskin, (5) merasa salah ketika tidak berinfak dengan menggunakan skala likert 1-5 (1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak setuju; 3 = ragu-ragu; 4 = setuju; 5 = sangat setuju).

X4 = Kepuasan diri (skor) adalah variabel laten yang terdiri atas empat manifes

variabel yaitu (1) merasa senang meningkatkan kondisi ekonomi fakir/miskin, (2) menyadari bahwa ada hak orang lain dalam hartanya, (3) merasa harta menjadi bersih setelah berinfak, (4) menjadi panutan masyarakat setelah berinfak dengan menggunakan skala likert 1-5 (1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak setuju; 3 = ragu-ragu; 4 = setuju; 5 = sangat setuju).

X5 = Lama mendapatkan pendidikan (tahun)

X6 = Total pendapatan rumah tangga (nominal rupiah per bulan)

X7 = Besar keluarga (orang)

X8 = Umur (tahun)

D1 = Dummy jenis pekerjaan 1 dengan nilai 1 untuk PNS dan 0 untuk lainnya.

D2 = Dummy jenis pekerjaan 2 dengan nilai 1 untuk Swasta dan 0 untuk lainnya.

Skala Likert

(30)

16

Uji Validitas dan Reabilitas

Validitas sebagai alat pengumpul data menurut Sugiyono (2008). Validitas konstruk merupakan metode yang digunakan untuk memberikan penilaian terhadap kuesioner, yaitu melalui korelasi produk momen, antara skor setiap butir pertanyaan dengan skor total. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

r = �∑ − ∑ ∑

√[�∑ 2− ∑ 2].�∑ 2− ∑ 2

Dengan:

N = banyaknya responden dalam validitas instrumen Xi = skor instrumen ke-i (i=1,2,...,N)

Yi = skor total instrumen responden ke-i (1,2,...,N)

Reabilitas dapat diukur dengan menggunakan teknik dari Spearman Brown dengan rumus (Sugiyono, 2008) sebagai berikut:

r = ��

+��

Dengan:

r = reabilitas internal seluruh instrumen

rb= korelasi momen produk antara belahan pertama dengan kedua

Analisis Faktor

Penelitian ini menggunakan analisis faktor untuk memperoleh data yang berasal dari variabel bebas atau variabel laten yang artinya variabel yang tidak bisa diukur langsung. Variabel laten dapat diukur dengan manifes variabel. Manifes variabel adalah variabel yang digunakan untuk mengoperasionalkan variabel laten dan terukur.

Menurut Munir (2012), analisis faktor merupakan salah satu dari analisis ketergantungan antar variabel. Prinsip dasar analisis faktor adalah mengekstraksi sejumlah faktor bersama dari gugusan variabel asal X1,X2,....,Xp, sehingga:

a. Banyaknya faktor lebih sedikit dibandingkan dengan banyaknya variabel asal X.

b. Sebagian besar informasi (ragam) variabel asal X tersimpan dalam sejumlah faktor.

Menurut Nunnaly dalam Sahara (2012), nilai dari setiap manifes variabel

yang ada harus mencapai ≥ 0.5. Selain melihat nilai manifes variabel, nilai dari alpha cronchbach juga dilihat dan dikatakan bagus jika mencapai ≥ 0.7.

Definisi Operasional Variabel

Definisi dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Keimanan merupakan unsur pokok yang dimiliki oleh setiap penganut yang harus diwujudkan dengan amal perbuatan yang baik dan sesuai dengan ajaran agama yang dianut.

(31)

17 3. Altruisme adalah rata-rata dari indikator iba ketika melihat fakir/miskin, berinfak berarti ungkapan rasa syukur, merasa harta menjadi bersih setelah berinfak, senang membantu fakir/miskin, dan merasa bersalah saat tidak mengeluarkan infak.

4. Kepuasan diri terdiri atas senang dapat meningkatkan kondisi ekonomi fakir/miskin, menyadari ada hak orang lain dan percaya dapat menjadi contoh yang baik bagi orang lain saat berinfak.

5. Lama mendapatkan pendidikan merupakan perhitungan pendidikan responden yang dimulai dari saat Sekolah Dasar dan dihitung menggunakan tahun.

6. Total pendapatan rumah tangga adalah jumlah uang (dalam rupiah) yang didapatkan rumah tangga selama satu bulan.

7. Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang biaya hidupnya ditanggung oleh kepala rumah tangga namun termasuk kepala keluarga. 8. Jenis pekerjaan utama adalah pekerjaan utama yang dikerjakan untuk

mendapatkan penghasilan setiap bulannya.

9. Umur adalah lamanya waktu hidup seseorang yang terhitung sejak lahir hingga saat ini.

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Gambaran Umum Kota Bogor

(32)

18

Kondisi Geografi Kota Bogor

Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106’ 48’ BT dan 6’ 26’ LS, kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara merupakan potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, dan pariwisata. Kondisi iklim di Kota Bogor suhu rata-rata tiap bulan 26’ C dengan suhu terendah 21,8’ C

dengan suhu tertinggi 30,4’ C. Luas wilayah Kota Bogor sebesar 11.850 Ha terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Kota Bogor terdiri dari 6 wilayah kecamatan, 31 kelurahan dan 37 desa, 210 dusun, 623 RW, 2.712 RT dan dikelilingi oleh Wilayah Kabupaten Bogor yaitu sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Kemang, Bojong Gede, dan Kec. Sukaraja Kabupaten Bogor.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Sukaraja dan Kec. Ciawi, Kabupaten Bogor.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Darmaga dan Kec. Ciomas, Kabupaten Bogor.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Cijeruk dan Kec. Caringin, Kabupaten Bogor.

Kondisi Demografi Kota Bogor

Jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2013 adalah sebanyak 1 013 019 orang yang terdiri atas 514 797 orang laki-laki dan 498 222 perempuan dan tiap tahunnya selalu mengalami peningkatan seperti terlihat pada Tabel 4, pertumbuhan penduduk terbesar terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 6 % atau bertambah 54 738 jiwa sedangkan untuk jumlah Kepala Keluarga (KK) yang tercatat sebanyak 180 296 keluarga. Kepadatan penduduk di Kota Bogor pada tahun 2013 mencapai 8 549 orang per km2 dengan luas wilayah 118.50 km2. Kecamatan yang paling luas di Kota Bogor adalah Kecamatan Bogor Barat dengan luas 32.85 km2 sedangkan

kecamatan yang paling kecil adalah Kecamatan Bogor Tengah dengan luas 8.13 km2.

Tabel 4 Penyebaran Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Bogor Tahun Jumlah Pria

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat

(33)

19 sebanyak 43 856 orang adalah pengangguran yang sedang mencari pekerjaan. Pada umumnya penduduk yang bekerja di Kota Bogor terserap pada lapangan pekerjaan perdagangan dan jasa dengan rincian sebanyak 134 076 orang bekerja pada lapangan pekerjaan perdagangan sedangkan yang bekerja pada lapangan pekerjaan jasa-jasa terdapat sebanyak 100 559 orang. Penduduk yang bekerja di Kota Bogor menurut pendidikan terdapat sebanyak 58 534 orang berpendidikan Sekolah Dasar, 77 465 berpendidikan SLTP,152 882 orang berpendidikan SLTA dan 77 933 orang berpendidikan akademi dan universitas.

Tabel 5 Jumlah Pemeluk Agama di Kota Bogor Tahun 2013

Kecamatan Islam Katolik Protestan Hindu Budha Total Bogor Selatan 178 708 4 363 6 689 477 1 231 191 468 Bogor Timur 83 984 6 964 8 008 483 1 078 100 517 Bogor Utara 168 708 3 896 6 315 1549 2 147 182 615 Bogor Tengah 85 201 5 074 8 445 752 4 247 182 615 Bogor Barat 216 769 2 028 4 073 1 079 1 014 103 719 Tanah Sareal 198 632 2 351 7 027 934 793 209 733 Total 932 002 24 676 40 557 5 274 10 510 1 103 019 Sumber : Kota Bogor dalam Angka 2013

Tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Kota Bogor memeluk agama Islam yaitu sebesar 932 002 dari 1 103 019 atau 92 % masyarakat yang ada di Kota Bogor sedangkan sisanya memeluk agama Protestan, Katolik, Hindu dan Buddha. Banyaknya jumlah muslim di Kota Bogor menunjukkan bahwa potensi infak di Kota Bogor sangat tinggi. Jika dilihat dari sisi jumlah orang yang sudah berhaji, jumlah orang yang dapat menunaikan ibadah haji ke tanah Mekah pada tahun 2013 tercatat sebanyak 672 orang dengan komposisi jumlah jemaah terbanyak berasal dari Kecamatan Bogor Barat sebanyak 193 orang, Kecamatan Tanah Sareal sebanyak 163 orang dan yang terendah jemaah haji dari Kecamatan Bogor Tengah yang hanya 48 orang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden dan Kepala Keluarga

(34)

20

Sumber: Data primer 2015 (diolah)

Gambar 6 Jenis Kelamin Responden Penelitian di Kota Bogor

Terdapat pula karakteristik kepala keluarga seperti usia, lama mendapatkan pendidikan, jenis pekerjaan utama, jumlah tanggungan serta pendapatan perbulan seperti dapat dilihat pada kondisi demografi sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 6. Tabel 6 memperlihatkan bahwa mayoritas kepala keluarga responden berusia 30 hingga 39 tahun yaitu sekitar 41 % atau sebanyak 75 jiwa dan usia 40 hingga 49 tahun yaitu sekitar 24 % atau 43 jiwa. Dari sisi pendidikan, terdapat sekitar 62 % atau 113 jiwa kepala keluarga yang pendidikan akhirnya adalah S1. Urutan selanjutnya adalah kepala keluarga dengan pendidikan akhir S2 yaitu sebesar 16% atau 28 jiwa. Hal ini mencerminkan bahwa masyarakat Kota Bogor sudah menyadari pentingnya pendidikan. Jika dilihat dari sisi jenis pekerjaan utama, mayoritas kepala keluarga yang diwawancarai bekerja sebagai PNS yaitu sebanyak 101 jiwa atau 57%, dan swasta sebanyak 65 jiwa atau 36%. Selain memiliki jenis pekerjaan utama, mayoritas masyarakat Kota Bogor juga memiliki pekerjaan sampingan seperti membuka berbagai jenis usaha untuk menambah penghasilan dari pekerjaan utama sehingga dapat terlihat bahwa masyarakat menganggap pekerjaan sebagai salah satu hal yang penting untuk mencukupi kehidupan hidupnya.

Tabel 6 Demografi Kepala Keluarga di Kota Bogor

(35)

21

Sumber : Data Primer 2015 (diolah)

Jika ditinjau dari aspek besar keluarga, responden paling banyak didominasi oleh keluarga dengan besar keluarga sebanyak 2 jiwa yaitu mayoritas responden yang diwawancarai belum memiliki anak sebesar 54 jiwa atau 30%. Selain itu, besar keluarga sebanyak 3 jiwa hampir mendominasi yaitu sekitar 52 jiwa atau 28%. Selanjutnya jika dilihat dari sisi pendapatan per bulan, mayoritas responden didominasi oleh keluarga dengan total pendapatan diantara Rp 5 juta hingga Rp 7.5 juta yaitu sekitar 47% atau 85 jiwa kemudian diikuti oleh keluarga dengan pendapatan per bulan lebih dari Rp 7.5 juta yaitu sekitar 30% atau 54 jiwa. Dari 180 responden yang diwawancarai, total pendapatan rumah tangga paling besar adalah sebesar Rp18 000 000 sedangkan total pendapatan yang diperoleh rumah tangga di Kota Bogor paling banyak berjumlah Rp5 000 000. Rata-rata pendapatan masyarakat dalam satu bulan yaitu sebesar Rp5 180 000 dan dengan rata-rata pendapatan tersebut, dapat diketahui bahwa pendapatan masyarakat di Kota Bogor sudah mencapai nishab zakat pendapatan dan tergolong cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Nishab zakat pendapatan setara dengan 522 kg beras, apabila dikonversi dengan harga beras pada Bulan Mei 2015 yaitu sebesar Rp9 000 maka akan didapatkan bahwa batas wajib zakat pendapatan adalah sebesar Rp4 698 000 dan hampir mayoritas responden yang diwawancarai sudah tergolong wajib zakat.

Sumber : Data Primer 2015 (diolah)

Gambar 7 Kepemilikan Rekening Responden Penelitian di Kota Bogor

60% 5%

35%

Kepemilikan Rekening

(36)

22

Gambar 5 memperlihatkan bahwa semua responden memiliki rekening di bank yaitu terdapat 106 jiwa atau 58% memiliki rekening di bank konvensional saja dan hanya 5% atau 10 jiwa memiliki rekening di bank syariah saja sedangkan sebanyak 64 jiwa atau 35% responden memiliki rekening pada bank konvensional dan bank syariah. Walaupun responden yang memiliki rekening di bank syariah tergolong sedikit, tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi keinginan responden untuk berinfak karena responden yang hanya memiliki rekening di bank konvensional pun memiliki keinginan untuk berinfak.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Alokasi Infak Rumah Tangga

Penelitian ini menggunakan beberapa variabel laten yang artinya variabel tersebut tidak dapat diukur secara langsung tetapi dapat diukur menggunakan manifes variabel. Variabel laten dalam penelitian ini adalah variabel laten keimanan, penghargaan, kepekaan dan kepuasan yang diukur dengan menggunakan manifes variabel. Manifes variabel adalah variabel yang digunakan untuk mengoperasionalkan variabel laten dan terukur yang dapat dilihat melalui factor loading dan alpha croncbach. Factor loading dan alpha croncbach digunakan untuk mereduksi manifes agar manifes variabel dapat digunakan untuk mewakili variabel laten. Menurut Nunnaly dalam Sahara (2012), nilai factor loading dari tiap manifes variabel yang dapat digunakan harus diatas 0.5 dan nilai alpha croncbach harus di atas 0.7 agar dapat mewakili variabel laten. Software yang digunakan untuk mengetahui untuk mengetahui nilai factor loading dan alpha croncbach adalah software Stata 13.0.

Tabel 7 Factor loading dan alpha croncbach variabel

Variabel Factor

Loading

Alpha Croncbach Keimanan

Selalu menjalankan shalat lima waktu setiap hari 0.613 Menjalankan shalat di awal waktu

Selalu melaksanakan puasa Ramadhan 0.699 Terbiasa dalam membaca Al-Qur’an 0.699 Selalu mensyukuri kondisi yang dialami 0.553

Takut akan dosa jika melakukan pelanggaran agama 0.573 0.805 Penghargaan

Mendapatkan kemudahan rezeki setelah berinfak

Merasa bangga setelah berinfak 0.719

Merasa sudah dapat sedikit mengurangi kesulitan orang yang diberi infak

0.719 0.753 Altruism (Kepekaan)

Sering tolong menolong dengan warga sekitar 0.677 Berupaya untuk bersyukur kepada Allah lewat

berinfak

(37)

23

Merasa bersalah saat tidak berinfak ketika ada yang membutuhkan

0.743 0.859 Kepuasan Diri

Senang dapat meningkatkan kondisi ekonomi fakir/miskin

0.664 Menyadari bahwa ada hak orang lain dalam hartanya 0.646 Menyadari harta yang dimiliki menjadi bersih setelah

berinfak

0.636

Merasa menjadi panutan setelah berinfak 0.722

Sumber : Data Primer 2015 (diolah)

Tabel 7 menunjukkan bahwa ada beberapa manifes variabel yang memiliki alpha croncbach dibawah 0.5 dan factor loading dibawah 0.7 yaitu dua manifes variabel dari variabel laten keimanan, satu manifes variabel dari variabel laten penghargaan, dan satu manifes variabel dari variabel laten kepuasan diri. Manifes variabel yang tidak memenuhi syarat harus dihapus karena tidak dapat mewakili variabel laten dan kemudian dihitung untuk mendapatkan nilai alpha croncbach dengan sisa manifes variabel yang telah memenuhi syarat. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Stata 13.0 melalui model regresi Ordinal (Logit) dan didapatkan hasil seperti pada Tabel 8 bahwa dari 10 variabel terdapat tiga yang signifikan. Tabel 8 menunjukkan bahwa variabel pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya persentase infak per pendapatan pada taraf nyata 1% dengan nilai 0.000. Nilai Odds Ratio pada variabel pendapatan adalah 1.046 yang artinya kenaikan pendapatan satu satuan, peluang seseorang tersebut membayar infak lebih dari 5% lebih besar 1.046 kalinya dibandingkan seseorang yang membayar infak kurang dari 5%. Hal ini sesuai dengan penelitian Amanta (2014) yang menyatakan bahwa variabel pendapatan memiliki pengaruh yang positif terhadap besarnya alokasi infak rumah tangga di Desa Pasir Eurih Kabupaten Bogor.

Tabel 8 Faktor-faktor yang memengaruhi alokasi infak rumah tangga di Kota Bogor

Variabel Bebas Koefisien Std. Err.

Keterangan: Berdasarkan model Logit ***Signifikansi pada taraf nyata 1%; *Signifikansi pada taraf nyata 10%

(38)

24

Selain variabel pendapatan, variabel keimanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya persentase infak per pendapatan pada taraf nyata 1% dengan nilai 0.001. Nilai Odds Ratio pada variabel keimanan adalah 2.889 artinya semakin tinggi keimanan seseorang maka peluang seseorang yang membayar infak lebih dari 5% adalah 2.889 kalinya dibandingan dengan keimanan yang rendah, seperti halnya dalam penelitian Sariningrum (2011) yang menyatakan bahwa keimanan merupakan faktor utama yang menjadi alasan seseorang untuk berzakat. Variabel umur berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya persentase infak per pendapatan pada taraf nyata 10% dengan nilai 0.068. Nilai Odds Ratio pada variabel umur adalah 1.038 artinya semakin tua umur seseorang maka peluang seseorang yang membayar infak lebih dari 5% adalah 1.038 kalinya dibandingan dengan umur yang lebih muda.

Perilaku Pengalokasian Infak Rumah Tangga

Pemerataan pendapatan dapat dilakukan untuk mengurangi kemiskinan yang terus melanda di Indonesia khususnya di Kota Bogor sehingga tidak terjadi adanya ketimpangan ekonomi. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah melalui infak mengingat mayoritas penduduk yang berada di Kota Bogor adalah beragama Islam dan infak dapat diberikan kepada siapa pun namun dalam berbentuk materi. Berikut ini terdapat data responden yang menyalurkan infak kepada kategori-kategori penerima infak:

Tabel 9 Sasaran Infak Responden Penelitian di Kota Bogor

Penerima infak Jumlah responden Persentase responden (%)

(39)

25 Hasil penelitian pada Gambar 6 menunjukkan mayoritas rumah tangga mengeluarkan infaknya pada periode bulanan yaitu sebesar 46% atau 84 jiwa lalu pada periode mingguan yaitu sebesar 19% atau 34 jiwa sedangkan 5% atau 9 jiwa mengeluarkan infaknya dalam periode harian. Dapat dikatakan perilaku pengalokasian infak pada rumah tangga di Kota Bogor sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari rutinnya masyarakat dalam berinfak yaitu dari 180 responden terdapat 127 responden yang rutin dalam berinfak baik itu harian, mingguan atau bulanan.

Sumber : Data Primer 2015 (diolah)

Gambar 8 Periode Berinfak Rumah Tangga di Kota Bogor

Manajemen perencanaan keuangan Islami memiliki ciri khas dengan meletakkan charity (zakat, infak, sedekah) sebagai prioritas yang paling utama dan untuk prioritas yang kedua adalah membayar utang karena utang adalah kewajiban yang wajib dipenuhi bagi yang memilikinya seperti sabda Rasulullah: “Menunda membayar hutang bagi orang mampu untuk membayar adalah kezhaliman” sedangkan pengeluaran rutin menjadi prioritas yang terakhir karena konsumsi dapat menjadi godaan atau ujian. Namun ternyata berdasarkan hasil lapang yang didapatkan dari 180 responden, prioritas yang didahulukan oleh masyarakat adalah pengeluaran rutin, donasi (zakat, infak, sedekah), investasi, baru kemudian diikuti oleh membayar utang. Membayar utang dijadikan prioritas yang paling terakhir oleh masyarakat.

Tabel 10 Prioritas Pengeluaran Rumah Tangga Responden di Kota Bogor

Prioritas Dana Prioritas Responden

1 2 3 4

Pengeluaran Rutin 117 36 0 27

Membayar Utang 43 46 13 78

Donasi (Zakat, Infak) 18 87 26 49

Investasi 2 11 141 26

Sumber : Data Primer 2015 (diolah)

Masyarakat masih banyak yang meletakkan pengeluaran rutin sebagai prioritas utamanya padahal seharusnya pengeluaran rutin berada pada urutan terakhir seperti dalam surat Al-Qasas ayat 77 yang artinya “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadamu kebahagiaan akhirat, dan

5%

19%

46% 30%

Periode Berinfak

(40)

26

janganlah kamu melupakan bahagiamu dari kenikmatan dunia dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.” Ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah memerintahkan untuk mengejar kebahagiaan akhirat tanpa melupakan kebahagiaan dunia. Membayar hutang adalah suatu kewajiban, tetapi pada kenyataannya kewajiban tersebut diletakkan pada prioritas yang paling akhir oleh masyarakat padahal hutang tidak akan hilang begitu saja walaupun yang berhutang telah meninggal dunia.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan pemaparan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang memengaruhi alokasi infak rumah tangga di Kota Bogor adalah pendapatan, keimanan dan umur. Ketiga variabel tersebut memiliki pengaruh positif terhadap besarnya alokasi infak rumah tangga.

2. Perilaku pengalokasian infak pada rumah tangga di Kota Bogor sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari rutinnya masyarakat dalam berinfak, dari 180 responden terdapat 127 responden atau 70% yang rutin dalam berinfak baik itu harian, mingguan atau bulanan. Namun, donasi (zakat dan infak) belum menjadi prioritas utama bagi masyarakat karena yang diprioritaskan oleh masyarakat adalah pengeluaran rutin dan donasi menjadi prioritas kedua bagi masyarakat.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini adalah:

1. LAZ atau BAZNAS dapat memberikan program yang dapat meningkatkan jumlah yang berpartisipasi dalam membayar infak yang dapat dilakukan dengan cara meningkatkan keimanan masyarakat melalui acara ceramah di masjid-masjid terutama kepada masyarakat yang berumur dan pendapatan tinggi.

2. Selain kepada saudara atau kerabat terdekat, pengalokasian infak rumah tangga juga dapat diarahkan kepada yatim piatu yang dapat dilakukan melalui program-program yang diadakan oleh BAZNAS atau LAZ.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Utsaimin S. 2008. Ensiklopedia Zakat. Jakarta (ID): Pustaka As-Sunnah. Alhasanah. 2011. Analisis Diskriminan Faktor-Faktor yang Memengaruhi

Partisipasi Berzakat Berinfak dan Pemilihan Tempat Membayar Zakat (Studi Kasus: Kabupaten Brebes) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Amanta MV. 2014. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Alokasi Infak

Rumah Tangga: Studi Kasus Desa Pasir Eurih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(41)

27 Badan Amil Zakat Nasional Kota Bogor. 2013. Data Muzakki Kota Bogor.

. 2003. Penerimaan Masjid per Kecamatan di Kota Bogor pada September 2012- Agustus 2013.

. 2013. Penerimaan Zakat Maal dan

[BPS] Badan Pusat Statistik. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia. [internet]. [Diakses 2015 Januari 3]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id. [BPS] Badan Pusat Statistik. Konsumsi dan Pengeluaran. [internet]. [Diakses 2015

Januari 7]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id.

[DD] Dompet Dhuafa. Penghimpunan Dana Masyarakat Tahun 2015. [internet]. [diunduh: 2015 Mei 3]. Tersedia pada: http://www.dompetdhuafa.org/donasi. [DINKES] Dinas Kesehatan. 2013. Penerimaan ZIS di Kota Bogor Tahun ini

Meningkat 5.88%. [internet]. [diunduh 2015 Februari 7]. Tersedia pada: http://dinkes.new.kotabogor.go.id/index.php/show_post/detail/64/penerimaan-zis-di-kota-bogor-tahun-ini-meningkat-5-88-persen#.VZtm2ka4Ezs.

Enas, A. Rusyana, dan Riduwan. 2011. Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi Statistik Penelitian. Alfabeta, Bandung.

Gujarati D. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta (ID): Erlangga.

Hafidhuddin D. 1998. Panduan Praktis tentang Zakat, Infak, Sedekah. Jakarta (ID): Gema Insani.

[KEMENPERIN] Kementrian Perindustrian. 2015. Basis Industri Indonesia Lemah. [internet]. [diunduh pada 2015 Juli 27]. Tersedia pada: http://www.kemenperin.go.id/artikel/7036/Basis-Industri-Indonesia-Lemah. [KEMENPERIN] Kementrian Perindustrian. 2015. Pembangunan Ekonomi Jawa

Barat Perlu Dipercepat. [internet]. [diunduh pada 2015 Juli 27]. Tersedia pada:

http://www.kemenperin.go.id/artikel/6425/Pembangunan-Ekonomi-Jawa-Barat-Perlu-Dipercepat.

(42)

28

http://nasional.kompas.com/read/2015/04/23/12104951/SBY.Kemiskinan.Teta p.Masalah.Utama.di.Asia.Afrika.Termasuk.Indonesia.

Mukhlis A. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Kepatuhan Membayar Zakat : Studi Kasus Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mukhlis A. Dan Beik IS. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Kepatuhan Membayar Zakat : Studi Kasus Kabupaten Bogor. [jurnal]. Bogor (ID): Al-Muzaraah Jilid 1 Vol 1.

Multifiah. 2009. Pengaruh Zakat, Infak, Sedekah (ZIS) Terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Miskin. [jurnal]. Malang (ID): Jurnal Ilmu-ilmu Sosial Volume 21 No. 1.

[P3EI] Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam. 2012. Ekonomi Islam. Jakarta (ID) : RajaGrafindo Persada.

Qardhawi Y. 2011. Hukum Zakat. Jakarta (ID): Mitra Kerjaya Indonesia.

Rimanews. 2014. BAZ Kota Bogor Berhasil Himpun Rp 12 Miliar Dana ZIS Selama Ramadhan. [internet]. [diunduh 2015 Maret 5]. Tersedia pada: http://m.ekonomi.rimanews.com/keuangan/read/20140729/164382/BAZ-Kota-Bogor-Berhasil-Himpun-Rp16-12-Miliar-Dana-ZIS-Selama-Ramadhan.

Saesahet A. 2009. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Zakat Masyarakat Provinsi Pattani Thailand Selatan (Studi Kasus di daerah Prigi) [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Sahara. 2012. The Transformation of Modern Food Retailers in Indonesia: Opportunities and Challenges for Smallholder Farmers [disertasi]. Australia (AU): The University of Adelaide.

Sariningrum SZ. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pembayaran Zakat di Kota Palembang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung (ID): Alfabeta.

Zakat. 2012. Hukum Memberikan Zakat Kepada Kerabat. [internet]. [diunduh: 2015 April 3]. Tersedia pada: http//www.zakat.or.id.

(43)

29 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

No. : ... (diisi oleh peneliti) Tanggal : ... (diisi oleh peneliti)

Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh

Perkenalkan, saya Vita Nayunda mahasiswi Institut Pertanian Bogor keahlian Ekonomi Syariah. Saya sekarang sedang menyelesaikan tugas akhir sebagai syarat kelulusan program S1. Untuk itu, mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner penelitian ini sebagai data pendukung penelitian Saya tentang Analisis Faktor-faktor yang memengaruhi Alokasi Infak Rumah Tangga di Kota Bogor. Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara. Semoga kebaikan ini dinilai pahala oleh Allah SWT. Data akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti.

“Kecil (sedikit) bagi kita namun sangat berarti bagi orang lain”

Petunjuk Umum :

1. Pengisian kuesioner ini dilakukan secara tertulis oleh responden

2. Responden diharapkan melakukan pengisian kuesioner pada satu waktu untuk menghindari inkonsistensi antar jawaban

3. Jawaban merupakan pendapat pribadi responden I. Identitas Responden

Mohon Bapak/Ibu/Saudara mengisi secara lengkap pada kolom yang sudah disediakan, dan memberi tanda (√) pada angka pilihan 7. Pekerjaan Sampingan *) Jika ada, sebutkan ...

8. Status :

1. Menikah 2. Janda/duda 9. Alamat

(44)

30

10. No. Telepon : ...

11. Jumlah tanggungan (termasuk kepala keluarga) : ... orang 12. Pendapatan rumah tangga per bulan :

1. 0 - ≤ Rp 2.500.000

2. > Rp 2.500.000 - ≤ Rp 5.000.000 3. > Rp 5.000.000 - ≤ Rp 7.500.000 4. > Rp 7.500.000

13.Pengeluaran rumah tangga :

Jenis Pengeluaran Per bulan (Rp)

Konsumsi :

15.Apakah Bapak/Ibu memiliki rekening di Bank?

1. Ya 2. Tidak (langsung ke pertanyaan no. 17) 16.Rekening tersebut di bank?

1. Konvensional 2. Syariah 3. Keduanya

17.Apakah Bapak/Ibu menyisihkan sebagian pendapatan untuk ditabung? 1. Ya 2. Tidak (langsung ke pertanyaan no. 19) Jika Ya, berapa rata-rata jumlah pendapatan yang ditabung per bulan?

1. 0 – Rp 500.000

20.Apakah Bapak/Ibu rutin dalam berinfak?

1. Ya 2. Tidak (langsung ke pertanyaan no. 22) 21.Periode Bapak/Ibu berinfak per?

1. Hari 2. Minggu 3. Bulan 4. Lainnya : ... 22.Berapa persenkah pendapatan yang disisihkan untuk berinfak? (sebelum

dikurangi pengeluaran)

1. 0-5% 3. 10%-15%

2. 5%-10% 4. ≥ 15%

23.Bagaimana Bapak/Ibu berinfak? (boleh lebih dari satu) 1. Memberi kepada pengemis atau pengamen

Gambar

Gambar 1 Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia
Tabel 1 Perbandingan Data Jumlah Penduduk Miskin dengan PDRB di Kota Bogor Tahun 2009-2013
Tabel 2 Penerimaan Zakat Maal dan Infak/Shodaqoh Tahun 2009-2013 (Rupiah)
Gambar 2 Kuadran CIBEST
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, kesimpulan hasil penelitian ini adalah (1) secara keseluruhan terdapat perbedaan keterampilan servis atas bola voli antara siswa

Penelitian ini bertujuan untuk mela- kukan analisis permintaan masyarakat terhadap upaya kesehatan Puskesmas, khususnya dalam rangka menentukan besarnya koefisien

Penelitian ini berguna untuk sinkronisasi kompetensi yang harus dimiliki oleh mahasiswa dengan kurikulum yang berlaku di Jurusan Ilmu Agama Islam.. Penelitian ini

Maka berdasarkan hasil pembahasan peneliti dan pengamat diketahui penyebab keaktifan siswa kelas III dalam belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siklus

Hospital/health post (Tools: secondary data review, transect walk) Infrastructure types Types of Health Centre Numbe rs of Health Center s Numb er of Health worke rs

Sebagai contoh, radiasi gamma dengan dosis 2 Sv (200 rem) yang diberikan pada seluruh tubuh dalam waktu 30 menit akan menyebabkan pusing dan muntah-muntah pada beberapa persen

dapat diketahui bahwa tingkat daya saing daerah kota di Jawa Tengah berdasarkan variabel sumber daya manusia tahun 2009 dari tingkat tertinggi hingga tingkat paling rendah

The used media in the implementation of learning trajectory of ordering decimal numbers in this study was picture of number line, LCD projector, body scales, cards of