• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produktivitas Makroalga Eucheuma Cottonii Dalam Memproduksi Biogas Dengan Metode Batch

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produktivitas Makroalga Eucheuma Cottonii Dalam Memproduksi Biogas Dengan Metode Batch"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKTIVITAS MAKROALGA

Eucheuma cottonii

DALAM

MEMPRODUKSI BIOGAS DENGAN METODE BATCH

RHOJIM WAHYUDI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Produktivitas Makroalga Eucheuma cottonii dalam Memproduksi Biogas dengan Metode Batch adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

(4)

RINGKASAN

Rhojim Wahyudi. Produktivitas Makroalga Eucheuma cottonii dalam Memproduksi Biogas dengan Metode Batch. Dibimbing oleh MUJIZAT KAWAROE dan SALUNDIK.

Eucheuma cottonii merupakan jenis makroalga yang banyak dibudidayakan di perairan Indonesia untuk diekspor. Namun, tidak semua hasil panen Eucheuma cottonii dapat diekspor, karena ada bagian yang tidak masuk kedalam kriteria kelayakan sebagai bahan baku untuk diekspor (rejected) sehingga tidak termanfaatkan lagi. Sisa hasil panen (rejected) dapat digunakan sebagai substrat untuk memproduksi biogas. Tujuan dari penelitian untuk menganalisis karakteristik kimia dari E. Cottonii (rejected) dan menganalisis proses aklimatisasi inokulum dan substrat serta menganalisis produksi biogas dari E. cottonii pada digester 30 L dan 1500 L menggunakan metode batch.

Penelitian ini dilaksanakan dari September 2014 sampai April 2015 di Dusun Puntondo, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Penelitian ini diawali dengan karakteristik kimia, kemudian pembuatan starter yakni dari kotoran sapi, dilanjutkan dengan aklimatisasi dan proses biodegradasi anaerobik dengan metode batch.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik kimia dari E.cottonii yang rendah lignin (2.77%±0.08), tingginya karbohidrat (63.17%±1.16) dan nilai C/N rasio (23.13) yang optimum sehingga berpotensi dijadikan bahan baku pembuatan biogas. Hasil proses aklimatisasi pada digester 30 L, biogas yang dihasilkan dari 12 L biomassa E. cottonii pada salinitas 0ppt sebesar 6.6 L dengan rentang pH 6.1-7.2 sedangkan pada salinitas 29ppt sebesar 2.2 L dengan rentang pH 6.2-7.2. Pada konversi digester 1500 L salinitas 0ppt dihasilkan sebanyak 375.8 L dari 500 L biomassa E. cottonii dengan rentang pH 6.2-7.2. Proses biodegradasi anaerobik dengan metode batch didapatkan bahwa dari 4 kg E. cottonii pada digester 30 L salinitas 0ppt dapat menghasilkan 94.6 L biogas dengan kandungan metana 84.3 L atau 21.1 L CH4/kg dan salinitas 29ppt sebanyak 90.4 L biogas dengan kandungan metana 72.5 L atau 18.1 L CH4/kg sedangkan pada konversi digester 1500 L salinitas 0ppt dari 200 kg E.cottonii dapat menghasilkan 4485 L biogas dengan kandungan metana 3875.1 L atau 19.4 L CH4/kg.

(5)

SUMMARY

Rhojim Wahyudi. Productivity of Macrolagae Eucheuma cottonii in Biogas Production Using Batch Method. Supervised by MUJIZAT KAWAROE and SALUNDIK.

Eucheuma cottonii are macroalgae species that are widely cultivated in Indonesian waters mainly for exported purpose. However, not all parts can be exported, since it doesn’t meet criteria or be rejected. This (rejected) material can be used as a substrate for biogas. This study analyzed chemical characteristics of E. cottonii, analyzed acclimatization process inoculum and substrate of E. cottonii and biogas production by E. cottonii of digester 30 L and 1500 L with batch method.

The research was conducted from September 2014 to April 2015 at the Puntondo Village, Takalar, Sulawesi Selatan. The study begins with an analyzed chemical characteristics, and then followed with starter enrichment from cow manure, acclimatization and anaerobic biodegradation using the batch method.

The results showed that chemical characteristics of E.cottonii were lignin (2.77%±0.083), carbohydrate (63.17%±1.16) and C/N ratio (23.13). This indicated that E. cottonii potential to be used as a raw material for biogas production. The result of acclimatization process in 12 L biomass were 6.6 L with pH range of 6.1-7.2 at salinity of 0ppt while salinity 29ppt as much as 2.2 L biogas yield with pH range 6.2-7.2 and digester scale 1500 L at salinity of 0 ppt, 500 L biomass were 378.5 L biogas yield with pH range 6.2-7.2. Anaerobic biodegradation with batch method was found that from 4 kg of E.cottonii of salinity 0ppt can produce 94.6 L biogas with methane content 84.3 L or 21.1 L CH4/kg while salinity 29ppt can produce 90.4 L biogas with methane content 72.5 L or 18.1 L CH4/kg. Digester conversion scale 1500 L, from 200 kg E.cottonii can produce 4485 L biogas with methane content 3875.1 L or 19.4 L CH4/kg. Keywords: Eucheuma cottonii, salinity, digester scale, batch method, methan,

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

PRODUKTIVITAS MAKROALGA

Eucheuma cottonii

DALAM

MEMPRODUKSI BIOGAS DENGAN METODE BATCH

RHOJIM WAHYUDI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Kelautan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Tesis : Produktivitas Makroalga Eucheuma cottonii dalam Memproduksi Biogas Menggunakan Metode Batch

Nama : Rhojim Wahyudi

NIM : C551130041

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Mujizat Kawaroe, MSi Dr Ir Salundik, MSi Ketua Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Kelautan

Dr Ir Neviaty P Zamani, MSc Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Produktivitas Makroalga Eucheuma cottonii dalam Memproduksi Biogas dengan Metode Batch”. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Kelautan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengikuti pendidikan di Sekolah Pascasarjana IPB ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Penulis menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Dr Ir Mujizat Kawaroe MSi dan Dr Ir Salundik MSi. selaku pembimbing yang telah memberikan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan selama penelitian dan penyusunan tesis ini. Dr Neviaty P Zamani, MSc selaku ketua Program Studi Ilmu Kelautan yang telah memberikan masukan dan ajaran yang sangat berharga dan juga selaku Gugus Kendali Mutu (GKM) yang telah memberikan masukan dalam perbaikan tesis ini. Bapak dan Ibu dosen pengajar Program Studi Ilmu Kelautan, dan staf administrasi Program Studi Ilmu Kelautan. Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi, mba dina, beserta staf Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi LPPM IPB yang telah membantu selama kegiatan penelitian. Bapak dan Ibu serta staf Laboratorium Oseanografi Kimia Laut dan Laboratorium Hasil Pakan Ternak UNHAS yang telah membantu selama kegiatan penelitian. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) atas Beasiswa BPPDN yang telah diberikan sehingga penulis dapat melanjutkan studi S2 di IPB Bogor. Prof Dr Ir Andi Niartiningsih, MP, Dr Ir Farid Samawi, MSi, dan Dr Ir Amir Hamzah Muhiddin, MSi (Dosen Ilmu Kelautan Unhas) yang telah memberikan rekomendasi untuk melanjutkan studi S2 di IPB Bogor. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Jamaluddin dan Ibunda Halwa, atas semua yang telah diberikan. Ananda hanya bisa membalasnya dengan doa serta kasih sayang yang tulus dan tanpa henti. Adikku atas doa dan semangat yang diberikan. Semoga Kakakmu ini bisa menjadi manusia yang berguna di tengah-tengah keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Teman penelitian, dan teman-teman pasca sarjana Ilmu Kelautan 2013 atas kerjasama yang baik selama menempuh studi serta segala motivasi, persahabatan, dan diskusi selama penulis menempuh studi. Alumni Ilmu Kelautan Unhas 07 di bogor : Haerul, Hendra, Syamsidar, Ilham, Alda, Nurma, Adam dan Hendra. Kawan-kawan di Pondok Tana Doang (PTD) yang telah banyak berbagi dalam suka dan duka selama penulis menempuh studi. Serta semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini membawa manfaat terutama bagi masyarakat, bangsa dan negara

Bogor, Januari 2016

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 3

Manfaat Penelitian 3

2 METODE 4

Waktu dan Tempat 4

Alat dan Bahan 4

Prosedur Penelitian 5

Uji Karakteristik Kimia E. cottonii 5

Pembuatan Substrat E. cottonii 6

Pembuatan Inokulum dan Proses Aklimatisasi 6

Biodegradasi Anaerobik Metode Batch 7

Produksi Volume Biogas dan Derajat Keasaman (pH) 7 Konsentrasi Metan (CH4) dan COD (Chemical Oxygen Demand) 8

Total Solid dan Volatile Solid (VS) 8

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Karakterisitik E. cottonii 9

Proses Alkimatisasi Inokulum dan Substrat 10

Biodegradasi Anaerobik Metode Batch 12

COD dan Potensi Metana (CH4) 14

Total Solid dan Volatil Solid 16

4 SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 18

(12)

DAFTAR TABEL

1 Karakteristik kimia E. cottonii 9

2 Penggunaan biogas pada digester skala 1500 L 15

DAFTAR GAMBAR

1 Skema biodegradasi anaerobik digester 30 L E. cottonii. 4 2 Skema biodegradasi anaerobik digester 1500 L E. cottonii. 5 3 Proses pengujian karakteristik kimia E. cottonii 5 4 Proses pembuatan inokulum dan proses aklimatisasi 6

5 Pengoperasian metode batch 7

6 Volume biogas dan pH E. cottonii digester 30 L (a) 0ppt, (b) 29ppt

dan digester 1500 L (c) 0ppt. 12

7 Volume biogas dan pH pada metode batch E. cottonii digester 30 L (a), 0ppt (b) 29ppt dan digester 1500 L (c) 0ppt. 13 8 COD dan volume gas kumulatif metana E. cottonii digester 30 L (a)

0ppt, (b) 29ppt dan digester 1500 L (c) 0ppt. 15

9 Total solid dan volatil solid dari E. cottonii digester 30 L salinitas (0ppt dan 29ppt) dan digester 1500 L (0ppt), (a) Total solid, (b) Volatil Solid 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 pH dan volume biogas E. cottonii digester 30 L salinitas 0ppt 22 2 pH dan volume biogas E. cottonii digester 30 L salinitas 29ppt 24 3 pH dan volume biogas E. cottonii digester 1500 L salinitas 0ppt 27

4 Kadar proksimat E. cottonii 30

5 COD, TS dan VS slurryE. cottonii digester 30 L salinitas 0ppt 31 6 COD, TS dan VS slurryE. cottonii digester 30 L salinitas 29ppt 32 7 COD, TS dan VS slurryE. cottonii digester 1500 L Salinitas 0ppt 33

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ketersediaan bahan bakar fosil yang semakin berkurang dan harganya yang semakin meningkat di Indonesia menyebabkan keterbatasan energi bagi masyarakat terutama di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. Ketergantungan masyarakat pesisir akan bahan bakar yang tinggi menjadi suatu keharusan untuk mencari sumber energi lain berbasis lokal yang dapat memenuhi kebutuhan dasar tersebut (Sitompul et al. 2012). Makroalga salah satu komoditi yang banyak dibudidaya dikawasan pesisir dan lautan. Sehingga menjadi solusi menciptakan sumber energi yang berasal dari makroalga menjadi biogas (Kawaroe et al. 2015). Teknologi biogas menggunakan makroalga mendapat perhatian sebagai sumber energi terbarukan untuk menghasilkan bahan bakar dan relatif lebih sederhana dibandingkan teknologi yang digunakan untuk konversi energi dari sumber energi baru terbarukan (EBT) seperti angin, surya, pasang surut, arus laut dan energi samudra (OTEC) (Kawaroe et al. 2013, Sitompul et al. 2013, Kawaroe et al. 2015).

Eucheuma cottonii merupakan jenis makroalga yang banyak dijumpai di perairan Indonesia. Sejauh ini, E.cottonii banyak dibudidaya untuk diekspor. Tidak semua hasil panen E.cottonii dapat diekspor, karena ada bagian yang tidak masuk dalam kriteria kelayakan sebagai bahan baku untuk diekspor (rejected) sehingga tidak termanfaatkan lagi. Sisa hasil panen (rejected) dapat digunakan sebagai substrat untuk memproduksi biogas.

Biogas dari E. cottonii dapat dihasilkan melalui proses biodegradasi secara anaerobik. Proses biodegradasi anaerobik yaitu proses biologis (fermentasi) dalam menghasilkan biogas dari limbah yang dapat terbiodegradasi oleh bakteri methan (Methanobacterium) (Weiland 2010, Madsen et al. 2011, Song et al. 2014) atau kelompok bakteri dari gram negatif berbentuk basil (Fatoni & Agustriani 2014) dan juga bakteri gram positif (Ariesyady et al. 2007). Proses biodegradasi anaerobik berjalan dengan empat tahap yaitu hidrolisis, asidogenesis, asetogenesis dan methanogenesis (Madsen et al. 2011). Biogas yang dihasilkan sebagian besar terdiri dari 50-70% metana (CH4), 30-40% karbondioksida (CO2), dan gas lainnya

dalam jumlah kecil (Sitompul et al. 2013).

Lignin merupakan salah satu faktor yang berpengaruh besar dalam proses biodegradasi. Lignin adalah polimer yang strukturnya heterogen dan kompleks serta menyelimuti karbohidrat dan selulosa pada tumbuhan sehingga enzim pengurai dari bakteri sulit untuk mendegradasi (Briand & Morand 1997). Lignin pada makroalga relatif rendah (1-5%) dibandingkan tumbuhan darat dengan kadar lignin sebesar 15-20% (Kalia et al. 2000, Chynoweth 2002, Yaich et al. 2011). Biomassa E. cottonii juga memiliki kandungan komponen karbohidrat yang cukup tinggi di Indonesia yaitu sekitar 35.6-78.3% (Meinita et al. 2012). Oleh karena itu E. cottonii memiliki potensi yang baik sebagai substrat dalam proses biodegradasi anaerob untuk menghasilkan biogas.

(14)

2

adalah dalam hal pemasukan substrat. Pemasukan substrat pada metode kontinu dilakukan secara terus menerus dan produksi biogas juga terus menerus. Semi-kontinu sejumlah substrat dimasukkan setiap hari atau priode tertentu sehingga diketahui sebarapa banyak substrat yang perlu dimasukkan dapat menghasilkan biogas yang optimal. Dua metode tersebut tidak dapat mengetahui berapa lama biogas yang dihasilkan dalam sekali pemasukan substrat. Metode batch pemasukan substrat dilakukan satu kali sehingga dapat diketahui berapa banyak dan berapa lama biogas yang dihasilkan dari satu kali pemasukan substrat tersebut. Terkait dengan hal tersebut, untuk mengetahui produktivitas makroalga E. cottonii (rejected) dalam menghasilkan biogas maka dilakukan penelitian menggunakan metode batch sebagai energi alternatif dan sumber energi baru terbarukan (EBT).

Rumusan Masalah

Berdasarkan pigmennya, makroalga terdiri atas tiga kelas yaitu Chlorophyceae (alga hijau), Rhodophyceae (alga merah) dan Phaeophyceae (alga coklat). E. cottonii dari kelas alga merah dan merupakan komoditi yang banyak dibudidaya untuk di ekspor di kawasan pesisir Indonesia. Tidak semua hasil panen E.cottonii dapat diekspor, karena ada bagian yang tidak masuk dalam kriteria kelayakan sebagai bahan baku untuk diekspor (rejected) sehingga tidak termanfaatkan lagi. Sisa hasil panen (rejected) dapat digunakan sebagai substrat untuk memproduksi biogas.

Daerah pesisir akses air tawar masih minim dan penelitian potensi biogas menggunakan E. cottonii (rejected) dengan campuran air laut masih sangat jarang dilakukan. Potensi biogas dari E. cottonii (rejected) menggunakan perbandingan salinitas dapat dikembangkan atau dijadikan sebagai sumber energi alternatif lokal pengganti bahan bakar fosil. Kotoran sapi yang dijadikan sebagai starter mengandung mikroorganisme anaerobik pengurai bahan-bahan organik. Oleh karena itu, proses aklimatisasi perlu dilakukan agar mikroorganisme yang terkandung dalam kotoran sapi dapat beradaptasi untuk mengurai bahan organik yang berasal dari makroalga dan terhadap air laut. Proses biodegrasi makroalga untuk menghasilkan biogas harus berjalan dalam proses anaerob. Oleh karena itu produksi biogas yang dihasilkan oleh makroalga memerlukan suatu metode sistem tertutup.

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis karakteristik kimia substart E. cottonii.

2. Menganalisis proses inokulum dan aklimatisasi pada tingkat salinitas yang berbeda masing-masing (0ppt, 29ppt) pada digester 30 L dan digester 1500 L dengan salinitas 0ppt.

(15)

Hipotesis Adapun hipotesis pada penelitian ini :

1. E. cottonii memiliki karakteristik kimia yang sesuai untuk dijadikan sebagai substrat dalam memproduksi biogas.

2. Proses aklimatisasi inokulum, antara inokulum dengan substrat E. cottonii pada perbedaan salinitas dan digester dapat menghasilkan biogas.

3. E. cottonii pada perbedaan salinitas air masing-masing (0ppt dan 29ppt) digester 30 L dan digester 1500 L salinitas 0ppt sesuai digunakan dalam proses biodegradasi anaerobik menggunakan metode batch untuk memproduksi biogas.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi tentang potensi E. cottonii sebagai energi baru terbarukan (EBT) dalam bentuk produk biogas yang dapat diterapkan di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

(16)

4

2

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September 2014 sampai April 2015 di Dusun Puntondo, Desa Laikang, Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Oseanografi Kimia Fakultas Ilmu Kelautan UNHAS, Laboratorium Kimia Makan Ternak Fakultas Peternakan UNHAS dan Laboratorium Forensik Bareskrim Polri Cabang Makassar.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan meliputi digester terbuat dari fiber dengan kapasitas 30 L dan 1500 L yang dilengkapi dengan dua bak sebagai input dan output substrat. Digester kapasitas 30 L dilakukan penambahan modifikasi alat pengukur volume produksi biogas dan pengambilan sampel biogas (Gambar 1). Pemasukan kotoran sapi sebagai strater dan E. cottonii sebagai substrat ke dalam digester, kemudian dilakukan pengadukan agar starter yang mengandung bakteri pendegradasi homogen dengan substrat. Substrat yang bercampur dengan starter disebut slurry. Pengukuran pH, salinitas dan COD dikeluarkan slurry dari reaktor gas dari pipa pengeluran. Biogas yang dihasilkan akan mengalir ke penampung gas yang berisi air, sehingga air akan mengalir ke wadah penampungan air akibat tekanan yang disebakan oleh biogas. Volume biogas yang dihasilkan berdasarkan volume air yang tertampung pada wadah penampung air. Biogas pada penampung biogas dialirkan ke kantong gas dengan cara mengisi kembali air sesuai volume air yang keluarkan. Biogas yang berada pada kantong gas diambil untuk dianalisis komposisi gas metana yang dihasilkan.

(17)

Dibersihkan dan dihaluskan E. cottonii

Analisis karakteristik kimia

Kadar air, Kadar abu, Karbohidrat, Lemak, Protein,

Lignin, Nitrogen, Total Organik Karbon (TOK)

Digester dengan kapasitas 1500 L dengan pipa aliran gas dilengkapi keran atau katup untuk mengalirkan biogas dari digester ke flowmeter dengan spesifikasi Itron ACD G.16 (Qmax = 3 m3/h; Qmax = 0.16 m3/h) berfungsi untuk mengukur

produksi volume biogas. Setelah aliran gas melewati flowmeter biogas dapat digunakan untuk menyalakan lampu dan kompor biogas.

Gambar 2 Skema biodegradasi anaerobik digester 1500 L E. cottonii. (1) digester 1500 liter, (2) bak pemasukan, (3) bak pengeluaran, (4) Pengaduk, (5) kran pengeluaran biogas, (6) pipa aliran biogas, (7) Pengukur volume produksi biogas (flowmeter), (8) Kompor biogas, (9) Lampu biogas, (10) Skala biogas.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kotoran sapi sebagai starter yang diperoleh dari kandang sapi Fakultas Peternakan UNHAS dan Dinas Peternakan Takalar. Biomassa E. cottonii sebagai substrat serta air sebagai kontrol diperoleh dari perairan laut Takalar.

Prosedur Penelitian Uji Karakteristik Kimia E. cottonii

Biomassa E. cottonii dibersihkan dari kotoran, kemudian ditiriskan dan dihaluskan sehingga berbentuk jus. Setelah dihaluskan biomassa dapat digunakan untuk analisis komposisi kimia meliputi kadar air, kadar abu, karbohidrat, lemak, protein, nitrogen berdasarkan (AOAC 2005), lignin (Van Soest 1963) dan total organik karbon (Walkley & Black 1934).

(18)

6

Pemasukan Strater ke dalam digester 30 L dan 1500 L

Dibiarkan selama beberapa hari sampai pH netral dan stabil

serta menghasilkan biogas

(Aklimatisasi) Penambahan substrat dan pengeluaran slurry sampai

pH netral dan stabil Kotoran sapi : air (1:2)

Disaring Pembuatan Substrat E. cottonii

Pembuatan substrat E. cottonii digester 1500 liter dengan perlakuan air tawar dan 30 liter dengan dua perlakuan air tawar (0ppt) dan air laut (29ppt). Biomassa E. cottonii dibersihkan dari kotoran, kemudian ditiriskan dan dicampurkan air dengan perbandingan 1:2 hingga berbentuk substrat. Pencucian dan pengenceran bahan baku dengan air dapat mengurangi inhibitor dalam proses bidegradasi anaerobik (Chen et al. 2008, Bruhn et al. 2011).

Pembuatan Inokulum dan Proses Aklimatisasi

Pembuatan inokulum berasal dari campuran kotoran sapi dan air (1:2) dengan kadar salinitas yang berbeda masing-masing (0ppt, 29ppt), diaklimatisasi dengan penambahan substrat makroalga yang telah ditiriskan (makroalga ditambah air 0ppt dan 29ppt dengan perbandingannya (1:2) yang bertujuan agar bakteri pendegradasi dapat beradaptasi dengan substrat yang baru.

Gambar 4 Proses pembuatan inokulum dan proses aklimatisasi

(19)

COD subtrat makrolaga yang digunakan. Selama proses pembuatan inokulum dan aklimatisasi, pengadukan, pengukuran pH, suhu, salinitas dan volume biogas dilakukan setiap hari dan komposisi gas yang dihasilkan dianalisis setiap minggu. Biodegradasi Anaerobik Metode Batch

Proses biodegradasi anaerobik metode batch dengan cara mengeluarkan slurry dari digester sebanyak setengah dari volume kerja atau 12 liter untuk digester 30 liter dilakukan dengan dua perlakuan. Pertama menggunakan air tawar salinitas 0ppt dengan menambahkan substart E. cottonii (4 kg E. cottonii + 8 L air tawar 0ppt) sama dengan jumlah slurry yang dikeluarkan. Sedangkan perlakuan kedua menggunakan air laut (29ppt) atau sebanyak 12 liter (4 kg E. cottonii + 8 L air laut 29ppt). Digester 1500 liter hanya dengan satu perlakuan yaitu menambahkan 500 liter substrat E. cottonii (200 kg E. cottonii + 300 L air tawar 0ppt). Pemasukan substrat ke dalam digester hanya satu kali selama penelitian.

Selama proses berlangsung parameter yang diukur yaitu pH, suhu, salinitas, dan volume gas yang dihasilkan setiap hari, kemudian komposisi gas, COD, TS dan VS dari slurry diukur satu kali setiap minggu. Analisis komposisi gas menggunakan kromatografi gas sedangkan analisis COD menggunakan metode APHA (1998).

Produksi Volume Biogas dan Derajat Keasaman (pH)

Pengukuran volume biogas digester 1500 L diukur berdasarkan biogas yang dialirkan melalui flowmeter minggu sekali dan untuk digester 30 L berdasarkan ukuran volume air yang dikeluarkan pada galon penampung biogas ke wadah penampung air dan dilakukan setiap hari. Volume air yang dihasilkan dari digester diasumsikan sebagai volume biogas. Galon penampung diisi air sampai penuh kemudian katup atau keran gas pada digester dibuka agar biogas yang dihasilkan pada digester mengalir ke galon penampung sehingga memberikan tekanan pada air untuk mengalir keluar dan tertampung pada tempat penampungan air dan diukur volumenya. Pengukuran salinitas dan pH dilakukan dengan cara mengeluarkan slurry dari digester 1500 L dan 30 L ditampung pada wadah dan diukur salinitas menggunakan handrefrakto sedangkan pH menggunakan pH meter digital ketelitian 0.1. Pengukuran salinitas dan pH dilakukan setiap hari. Gambar 5 Pengoperasian metode batch

(20)

8

Konsentrasi Metan (CH4) dan COD (Chemical Oxygen Demand)

Sampel biogas diambil kemudian di masukan pada plastik sample gas dan dilakukan pengukuran komposisi biogas setiap sekali seminggu menggunakan gas kromatografi (GC). Slurry dari dalam digester diambil sebanyak 10 ml untuk melakukan analisis kadar COD. Pengukuran COD dilakukan setiap satu kali dalam seminggu. Analisis COD berdasarkan APHA (1998).

Total Solid dan Volatile Solid (VS)

Cawan porselen dikeringkan dalam oven dengan suhu 105OC selama 1 jam. Setelah itu cawan tersebut dimasukkan ke dalam desikator selama 10 menit kemudian ditimbang. Pengambilan slurry dari digester sebanyak yang dibutuhkan kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselen kemudian dipanaskan dengan suhu 105OC selama 2-3 jam. Cawan dimasukkan ke dalam desikator selama 10 menit kemudian ditimbang berat akhirnya untuk mengetahui kadar total solid.

(21)

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakterisitik Eucheuma cottonii

Analisis karakteristik dilakukan untuk mengetahui kualitas makroalga sebagai substrat dalam memproduksi biogas. Hasil analisis proksimat E. cottonii

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Karakteristik kimia E. cottonii

Karakteristik Kimia E. cottonii

Kadar Air (%) 16.39±0.24

Kadar Abu (%) 14.09±1.35

Kadar Lemak (%) 1.03±0.01

Kadar Karbohidrat (%)* 63.17±1.60

Kadar Protein (%) 5.33±0.01

Lignin (%) 2.77±0.08

TOC (Total Organik Karbon) (%) 26.14±0.10 Nitrogen (%) memiliki kandungan air tinggi akan membantu aktivitas pertumbuhan dari mikroorganisme pendegradasi (Sitompul et al. 2013). Kadar abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran bahan organik. Kadar abu pada E. cottonii

sebesar 14.09%±1.35. Menurut (Matanjun et al. 2008) E. cottonii memiliki kadar abu yang cukup tinggi (46.19%) dimana terdiri dari beberapa mineral utama seperti natrium, kalium, kalsium dan magnesium. Mineral utama sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba seperti kalsium dan magnesium memiliki dampak positif untuk proses granulasi dan natrium berperan dalam pembentukan ATP dan NADH (Chojnacka et al. 2015). Soto et al. (1993) dan Chen et al. (2008) melaporkan bahwa dimana konsentrasi sedang dapat mendorong pertumbuhan mikroba pada digester anaerobik, konsentrasi yang berlebihan dapat memperlambat pertumbuhan, dan konsetrasi yang lebih tinggi dapat menyebabkan penghambatan parah atau toksisitas.

(22)

10

(Meinita et al. 2012). E. cottonii merupakan makroalga merah memiliki kandungan polisakarida berupa floridean starch dan xylan juga starch pada makroalga hijau yang mudah terurai oleh bakteri (Montingelli et al. 2015). Sedangkan polisakarida pada makroalga coklat hijau sulit untuk difermentasi. Karbohidrat yang cukup tinggi dan dapat terurai ini berpotensi dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas melalui proses biodegradasi anaerobik (Costa et al. 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa E. cottonii memiliki kadar lignin yang rendah (2.77%±0.08). Lignin yang rendah (1-7%) pada makroalga menyebabkan proses biodegradasi dapat berjalan dengan mudah dan baik digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi biogas karena hasil metana tinggi (Bruhn et al. 2011, Zhong et al. 2011, Song et al. 2012) dan membuat polisakarida, selulosa serta hemiselulosa lebih mudah didegradasi oleh bakteri (Teghammar et al. 2010, Ferreira et al. 2013, Song et al. 2014). Kadar lignin sebesar 15% sudah dapat menghambat proses biodegradasi (Pfeffer & Khan 1976, Yaich et al. 2011).

C/N rasio pada E. cottonii sebesar 23.13, dimana kisaran C/N rasio yang yang seimbang untuk biodegradasi anaerobik antara 20-30 (Verma 2002, Dioha et al. 2013, Wang et al. 2014). Menurut Wu et al. (2010) dan Wang et al. (2012), C/N rasio yang seimbang berkisar antara 20-30 dapat meningkatkan 11-16 kali lipat produksi metana dan kinerja digester berjalan baik dengan pH stabil, rendah konsentrasi Total Ammonium Nitrogen (TAN) dan Free Ammonia. Substrat yang memiliki rasio C/N rendah relatif mengandung konsentrasi amonia tinggi karena nitrogen akan dibebaskan dan berakumulasi dalam bentuk amonia melebihi konsentrasi yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroba dan dapat menghambat degradasi anaerobik. C/N rasio terlalu tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan populasi methanogen karena kebutuhan protein tercukupi sehingga tidak ada lagi reaksi dengan kandungan karbon yang tersisa dari substrat mengakibatkan rendahnya produksi gas (Wang et al. 2014).

Proses Alkimatisasi Inokulum dan Substrat

Waktu yang diperlukan dalam proses aklimatisasi inokulum hingga nilai pH netral atau stabil kedua digester kapasitas 30 L salinitas 0ppt selama 20 hari rentang pH 5.9-6.9 dengan produksi kumulatif biogas mulai dihasilkan dihari ke 7 sebesar 2.76 L. Sedangkan digester 30 L salinitas 30ppt selama 27 hari rentang pH 6.0-6.9 dengan produksi kumulatif biogas mulai dihasilkan dihari ke 8 sebesar 0.71 L. Digester kapasitas 1500 L selama 25 hari rentang pH 6.2-6.9 dengan produksi kumulatif biogas mulai dihasilkan dihari ke 7 sebesar 335 L. Waktu yang dibutuhkan proses aklimatisasi inokulum berbeda antara salinitas 0 ppt dan 29ppt hingga pH netral atau stabil. Demirbas (2010) dan Bruhn et al. (2011) menyatakan bahwa konsentrasi salinitas dapat memperlambat proses biodegradasi anaerobik. Penurunan pH ketiga digester diawal proses inokulum menunjukan adanya proses asidifikasi atau akumulasi asam untuk pertumbuhan mikroorganisme dalam digester yang menyebabkan asam organik banyak terproduksi (Taherzadeh & Karimi 2008).

(23)

0

Volume Biogas Kumulatif Volume Gas Metana Kumulatif pH

anaerobik dapat berjalan dengan baik pada rentang pH 6-8. Nilai pH mengalami peningkatan dan stabil pada digester kapasitas 30 L (0ppt dan 29ppt) dihari ke 20 dan 27, dan pada digester kapasitas 1500 L salinitas 0ppt dihari ke 15. Proses aklimatisasi dengan penambahan substrat E. cottonii bertujuan agar bakteri beradaptasi dengan substrat yang baru. Penambahan substrat sebesar 1.2 L untuk kedua digester 30 L salintas (0 ppt, 29 ppt) dan 50 L untuk digester kapasitas 1500 L (0ppt) dilakukan selama 10 hari ditiga digester. Produksi gas metana kumulatif yang dihasilkan dari 12 L substrat E. cottonii selama proses aklimatisasi pada kedua digester 30 L salinitas 0ppt adalah 6.638 L dengan rentang pH 6.1 sampai 7.2 sedangkan produksi kumulatif gas metana untuk salinitas 29ppt adalah 2.188 L dengan rentang pH 6.2 sampai 7.2. Produksi kumulatif metana pada proses inokulum dan aklimatisasi digester salinitas 29ppt sangat rendah dikarenakan adanya proses adaptasi mikroorganisme dengan kadar salinitas. Salinitas yang tinggi dapat menghambat aktifitas bakteri anaerobik sehingga produksi gas metana relatif kecil (Oren et al. 1992). Menurut Chen et al. (2008) untuk mempertahankan kelangsungan hidup mikroorganisme atau bakteri pendegradasi terhadap inhibitor seperti kadar garam (salinitas) dalam digester maka dilakukan adaptasi terhadap inokulum dan substrat dapat meningkatkan produksi metana.

Digester kapasitas 1500 L dengan substrat 500 L dan salinitas 0ppt, memproduksi gas metana kumulatif selama proses aklimatisasi sebesar 375.8 L dengan rentang pH 6.2 sampai 7.2. Peningkatan produksi biogas dan nilai pH mencapai 7.2 menunjukkan terjadinya dekomposisi dari fasa asidogenesis menjadi metanogenesis sehingga terjadi peningkatan produksi kumulatif metana pada proses aklimatisasi. Peningkatan nilai pH dan produksi kumulatif biogas menunjukkan proses aklimatisasi telah berlangsung dengan baik. Menurut Malina & Pohland (1992) pH optimum yang dibutuhkan bakteri asidogenik adalah 5 sampai 6.5 sedangkan pH optimum untuk bakteri metanogenesis yaitu di atas 6.5-8.0.

(24)

12

(c)

Gambar 6 Volume biogas dan pH E. cottonii digester 30 L (a) 0ppt, (b) 29ppt dan digester 1500 L (c) 0ppt.

Biodegradasi Anaerobik Metode Batch

Proses inokulum dan aklimatisasi yang telah dilakukan menunjukan bahwa substrat dari E. cottonii dapat terdegradasi dengan baik dan beradaptasi dengan tingkat salinitas yang berbeda (0 dan 29ppt) pada digester 30 L dan 1500 L salinitas 0ppt sehingga menghasilkan biogas. Tahap selanjutnya adalah biodegradasi anaerobik secara batch bertujuan untuk melihat potensi biogas yang dihasilkan dari E. cottonii. Berdasarkan (Gambar 7), terlihat bahwa ketiga digester terus mengalami kenaikan produksi volume biogas dari E. cottonii sampai hari ke 57 dan volume biogas mulai berkurang dan cenderung konstan sampai hari ke 71. Begitu juga dengan grafik volume gas metan dimana gas metan yang dihasilkan kedua digester terus mengalami kenaikan sampai hari ke 57 dan cenderung konstan sampai hari ke 71. Hal ini karena substrat yang terdegradasi oleh bakteri semakin lama akan semakin berkurang dan habis sehingga produksi biogas juga akan semakin menurun (Gerardi 2003, Oliveira et al. 2014).

Volume biogas kumulatif dan volume gas metana kumulatif yang dihasilkan E. cottonii pada digester kapasitas 30 L untuk salinitas 0ppt (94.6 L dan 84.3 L) lebih tinggi dibandingkan untuk salinitas 29ppt (90.4 L dan 72.5 L) (Gambar 7). Perbedaan ini terjadi karena pengaruh perbedaan konsentrasi salinitas air pada pembuatan substrat dimana salinitas yang tinggi dapat menghambat aktifitas bakteri anaerobik sehingga produksi gas metana relatif kecil (Oren et al. 1992). Sementara itu range produksi volume biogas kumulatif dan volume gas metana kumulatif juga tidakterlalu berbeda antara salinitas 0ppt dan 29ppt. Hal ini disebabkan mikroorganisme atau bakteri pendegradasi telah diadaptasikan dengan kadar garam atau salinitas 29ppt pada proses inokulum dan aklimatisasi sebelum dilakukan metode batch. Menurut Chen et al. (2008) mikroorganisme atau bakteri pendegradasi dapat mempertahankan kelangsungan hidup

0

(25)

0 Volume Gas Metana Kumulatif pH

dikonsentrasi jauh melebihi konsentrasi inhibitor atau faktor penghambat awal setelah diadaptasikan dan juga meningkatkan produksi metana. Seperti halnya hasil analisis polymerase chain reaction - denaturing gradient gel electrophoresis (PCR-DGGE) yang dilakukan Zhang et al. (2012) dan Patil et al. (2010) menunjukkan bahwa terjadi perubahan interaksi komunitas bakteri dan archea terhadap salinitas yang tinggi dan interaksi antara ke dua mikroba dapat memperkuat degradasi anaerobik dengan kondisi salinitas yang tinggi.

(a) (b)

(c)

Gambar 7 Volume biogas dan pH pada metode batch E. cottonii digester 30 L (a), 0ppt (b) 29ppt dan digester 1500 L (c) 0ppt.

(26)

14

Volume Gas Metana Kumulatif

dipengaruhi oleh kadar lignin makroalga yang sangat rendah dan kadar karbohidrat yang cukup tinggi (Tabel 1). Kadar lignin yang rendah dapat mempermudah bakteri untuk mendegradasi bahan organik sehingga dapat memproduksi biogas berupa metana yang tinggi (Bruhn et al. 2011, Zhong et al. 2011, Song et al. 2014). Kandungan karbohidrat utama pada spesies makroalga ini juga mempengaruhi biogas yang dihasilkan. E. cottonii merupakan makroalga merah memiliki kandungan selulosa dan polisakarida berupa floridean starch dan xylan (Matanjun et al. 2009) yang mudah terurai oleh bakteri (Norziah & Ching 2000, Montingelli et al. 2015).

Grafik pH cenderung naik dan turun dari hari ke 1 sampai hari 50 dan selanjutnya konstan sampai hari ke 71 (Gambar 7). pH yang naik dan turun menunjukkan proses biodegradasi bahan organik berjalan dengan baik sedangkan pH mulai konstan karena substrat yang semakin berkurang dan habis sehingga proses biodegradasi berjalan semakin lambat. Rentang pH pada digester 30 L salinitas 0ppt dan 29ppt adalah (6.9-7.7 dan 7.0-8.0). Digester skala 1500 L salinitas 0ppt rentang pH adalah (6.9-7.7). Ketiga digester termasuk dalam rentang pH yang baik dalam proses biodegradasi anaerobik. Biodegradasi anaerobik dapat berjalan dengan baik pada pH 6-8 (Igoni et al. 2008).

COD dan Potensi Metana (CH4)

Nilai Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan parameter untuk menunjukkan jumlah kebutuhan oksigen dalam mengoksidasi bahan organik yang terkandung dalam substrat. Perubahan nilai COD juga menunjukkan terjadinya biodegradasi anaerobik pada substrat. Sehingga nilai perubahan COD juga bisa menentukan volume gas metana yang dihasilkan dari biodegradsi anaerobik. Pada grafik terlihat bahwa nilai COD mengalami penurunan dari hari ke 1 sampai hari ke 71 di tiga digester (Gambar 9). dimana COD pada digester 30 L salinitas 0ppt dari 61.7 g/L menjadi 40.6 g/L atau COD removalnya sebesar 21.1 g/L dan 29ppt dari 51.7 g/L menjadi 30.5 g/L atau COD removalnya sebesar 22.1 g/L. Nilai COD digester kapasitas 1500 L dari 80.2 g/L menjadi 60.2 g/L atau COD removalnya sebesar 20 g/L.

(27)

(c)

Gambar 8 COD dan volume gas kumulatif metana E. cottonii digester 30 L (a) 0ppt, (b) 29ppt dan digester 1500 L (c) 0ppt.

Berbeda dengan COD, volume gas kumulatif CH4 mengalami peningkatan dari hari ke 1 sampai ke 71 dimana dari 4 kg E. cottonii pada skala 30 L salinitas (0ppt, 29ppt) dan skala 1500 L salinitas 0ppt masing-masing menghasilkan (84.3 L, 72.5 L dan 3875.1 L). Berdasarkan uji analisis korelasi didapatkan bahwa ada hubungan korelasi negative dimana E. cottonii pada digester 30 L dengan salinitas 0ppt (-0.976) dan 29ppt (-0.992) juga pada konversi digester 1500 L salinitas 0ppt (-0.961) yang berarti semakin turun nilai COD maka volume gas kumulatif CH4 akan semakin meningkat. Penurunan nilai COD berkaitan dengan aktivitas bakteri dalam mengurai bahan-bahan organik yang berasal dari substrat untuk menghasilkan produk akhir berupa gas CH4.

Berdasarkan perhitungan secara teoritis dari nilai penurunan COD, menunjukkan bahwa potensi 1 kg E. cottonii digester 30 L pada salinitas berbeda dapat menghasilkan 22 L CH4 dan digester skala 1500 L salinitas 0ppt menghasilkan 21 L CH4. Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa 1 kg E. cottonii digester 30 L salinitas 0ppt dapat menghasilkan 21 L CH4 sedangkan pada

salinitas 29ppt 18.1 L CH4. Berdasarkan hasil ini produksi gas metana dari Salinitas 0ppt dan 29ppt mencapai 95.1% dan 81.5% dari angka teoritis.

Hasil percobaan produksi gas metana untuk digester 1500 L salinitas 0ppt diketahui bahwa 1 kg E. cottonii dapat menghasilkan 19.4 L CH4 mencapai 94.4% dari angka teoritis. Hasil produksi gas metana sebesar 3875.1 L dari digester skala 1500 L diujicobakan atau dikonversi menjadi energi lain yaitu untuk menghidupakan lampu dan kompor biogas (Tabel 2).

Tabel 2 Penggunaan biogas pada digester skala 1500 L

Alat uji coba Waktu (Menit ) Volume (L)/Menit

lampu (±40 Watt) 1 1.8

(28)

16

Total solid dapat mengetahui bahan-bahan organik dan anorganik yang terakumulasi di dalam digester yang merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme. Pada grafik (Gambar 9), dapat terlihat bahwa hari ke 1 sampai hari ke 71 terjadi penurunan total solid pada digester 30 L salinitas (0ppt dan 29 ppt) dan digester 1500 L salinitas (0ppt). Hal ini dikarenakan bahan organik dan anorganik yang terakumulasi di dalam digester telah didegradasi oleh mikroorganisme. Total solid untuk digester 30 L salinitas 0ppt menurun dari 94.5 g/L menjadi 39.7 g/L sedangkan untuk salinitas 29ppt menurun dari 94.7 g/L menjadi 49.9 g/L. Total solid untuk digester 1500 L salinitas 0ppt menurun dari 122.9 g/L menjadi 44.7g/L.

(29)

4

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, karakteristik kimia dari Eucheuma cottonii berupa karbohidrat yang tinggi, lignin yang rendah dan C/N ratio yang optimal sangat potensial untuk dijadikan substrat dalam menghasilkan biogas. Proses inokulum, aklimatisasi dan metode batch pada salinitas 0ppt lebih baik digunakan dengan waktu yang lebih cepat pada proses inokulum dan produksi metana tinggi di banding salinitas 29ppt.

Proses biodegradasi anaerobik menggunakan metode batch pada digester 30 L salinitas 0ppt dimana dari 4 kg E. cottonii dapat menghasilkan biogas sebesar 94.6 L dengan kadungan metana sebesar 84.3 L atau 21.1 L CH4/kg. Salinitas 29ppt dapat menghasilkan biogas sebesar 90.4 L dengan kandungan metana sebesar 72.5 L atau 18.1 L CH4/kg. Digester 1500 L dari 200 kg E. cottonii dapat menghasilkan biogas sebesar 4485 L dengan kandungan metana sebesar 3875 L atau 19.3 L CH4/kg. Ujicoba konversi ke energi lain dibutuhkan volume biogas untuk menyalakan lampu biogas sebesar 1.8 L/menit dan kompor biogas sebesar 5 L/menit. Dengan demikian E. cottonii pada salinitas yang berbeda sangat potensial sebagai penghasil biogas dan dapat diterapkan dikawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

Saran

(30)

18

DAFTAR PUSTAKA

AOAC. 2005. Official Methods of Analysis 18th ed. Maryland (USA): Association of Official Analytical Chemists Inc.

APHA. 1998. Standar Methods for the Examination of Water and Wastewater 20TH Edition Baltimore (USA): Victor Graphics Inc.

Ariesyady HD, Ito T, Okabe S. 2007. Functional bacterial and archaeal community structures of major trophic groups in a full-scale anaerobic sludge digester. Water Research. 41(7):1554-1568

Braun R, Brachtl E, Grasmug M. 2003. Codigestion of proteinaceous industrial waste. Appl Biochem Biotechnol. 109(1-3):139-153

Briand X, Morand P. 1997. Anaerobic digestion of Ulva sp. 1. Relationship between Ulva composition and methanisation. J Appl Phycol. 9(6):511-524

Bruhn A, Dahl J, Nielsen HB, Nikolaisen L, Rasmussen MB, Markager S, Olesen B, Arias C, Jensen PD. 2011. Bioenergy potential of Ulva lactuca: Biomass yield, methane production and combustion. Bioresour Technol. 102(3):2595-2604

Chen Y, Cheng JJ, Creamer KS. 2008. Inhibition of anaerobic digestion process: a review. Bioresour Technol. 99(10):4044-4064

Chojnacka A, Szczęsny P, Błaszczyk MK, Zielenkiewicz U, Detman A, Salamon A, Sikora A. 2015. Noteworthy facts about a methane-producing microbial community processing acidic effluent from sugar beet molasses fermentation. PLoS ONE. 10(5):1-23

Chynoweth DP. 2002. Review of biomethane from marine biomass. University of Florida: Florida.

Cirne D, Paloumet X, Björnsson L, Alves M, Mattiasson B. 2007. Anaerobic digestion of lipid-rich waste—effects of lipid concentration. Renew Energ. 32(6):965-975

Costa J, Sousa D, Pereira M, Stams A, Alves M (2013). Biomethanation potential of biological and other wastes. Biofuel Technologies, Springer: 369-396. Demirbas A. 2010. Use of algae as biofuel sources. Energ Convers Manage.

51(12):2738-2749

Dioha I, Ikeme C, Nafi’u T, Soba N, Yusuf M. 2013. Effect of carbon to nitrogen ratio on biogas production. Int Res J Natur Sci. 1:1-10

Fatoni MI, Agustriani F. 2014. Karakterisasi bakteri penghasil gas metana pada rumput laut jenis Eucheuma cottonii. Maspari J. 4(1):103-109

Ferreira L, Donoso-Bravo A, Nilsen P, Fdz-Polanco F, Pérez-Elvira S. 2013. Influence of thermal pretreatment on the biochemical methane potential of wheat straw. Bioresour Technol. 143:251-257

Gerardi MH. 2003. The microbiology of anaerobic digesters. Canada: John Wiley & Sons Inc.

Igoni AH, Ayotamuno M, Eze C, Ogaji S, Probert S. 2008. Designs of anaerobic digesters for producing biogas from municipal solid-waste. Appl Energ. 85(6):430-438

(31)

Kawaroe M, Augustine D, Sunuddin A, Sofyan F. 2015. Anaerobic biodegradation using macroalgae Eucheuma cottonii to produce bio-methane. Int J Appl Eng Res. 10(15):35559-35565

Kawaroe M, Prartono T, Kusuma AH. 2013. Effect of Acid Concentration on Hydrolysis Efficiency on Caulerpa racemosa, Sargassum crassifolium and Gracilaria salicornia. Int J Environ Bioenerg. 8(3):127-134

Kovács E, Wirth R, Maróti G, Bagi Z, Rákhely G, Kovács KL. 2013. Biogas production from protein-rich biomass: fed-batch anaerobic fermentation of casein and of pig blood and associated changes in microbial community composition. PloS ONE. 8(10):e77265

Madsen M, Holm-Nielsen JB, Esbensen KH. 2011. Monitoring of anaerobic digestion processes: A review perspective. Renew Sust Energ Rev. 15(6):3141-3155

Malina JF, Pohland F. 1992. Anaerobic sludge digestion. Design of anaerobic processes for the treatment of industrial and municipal wastes. 7:214 Matanjun P, Mohamed S, Mustapha NM, Muhammad K. 2009. Nutrient content

of tropical edible seaweeds, Eucheuma cottonii, Caulerpa lentillifera and Sargassum polycystum. J Appl Phycol. 21(1):75-80

McDermid KJ, Stuercke B. 2003. Nutritional composition of edible Hawaiian seaweeds. J Appl Phycol. 15(6):513-524

Meinita MDN, Kang J-Y, Jeong G-T, Koo HM, Park SM, Hong Y-K. 2012. Bioethanol production from the acid hydrolysate of the carrageenophyte Kappaphycus alvarezii (cottonii). J Appl Phycol. 24(4):857-862

Montingelli M, Tedesco S, Olabi A. 2015. Biogas production from algal biomass: A review. Renew Sust Energ Rev. 43:961-972

Norziah MH, Ching CY. 2000. Nutritional composition of edible seaweed Gracilaria changgi. Food Chem. 68(1):69-76

Oliveira J, Alves M, Costa J. 2014. Design of experiments to assess pre-treatment and co-digestion strategies that optimize biogas production from macroalgae Gracilaria vermiculophylla. Bioresour Technol. 162:323-330 Oren A, Gurevich P, Azachi M, Henis Y. 1992. Microbial degradation of

pollutants at high salt concentrations. Biodegradation. 3(2-3):387-398 Patil SS, Kumar MS, Ball AS. 2010. Microbial community dynamics in anaerobic

bioreactors and algal tanks treating piggery wastewater. Appl Microbiol Biotechnol. 87(1):353-363

Pfeffer JT, Khan KA. 1976. Microbial production of methane from municipal refuse. Biotechnol Bioeng. 18(9):1179-1191

Sitompul J, Bayu A, Soerawidjaja T, Lee H. 2013. Biodegradasi anaerobik biomassa tanaman laut dan produksi biogas dalam digester skala mini-pilot. J Tek Kim Indones. 11(4):173-179

Sitompul JP, Bayu A, Soerawidjaja TH, Lee HW. 2012. Studies of biogas productian from green seaweeds. J Environ Bioenerg. 3(3):132-144

Song Z, Liu X, Yan Z, Yuan Y, Liao Y. 2014. Comparison of seven chemical pretreatments of corn straw for improving methane yield by anaerobic digestion. PloS ONE. 9(4):e93801

(32)

20

Soto M, Méndez R, Lema J. 1993. Methanogenic and non-methanogenic activity tests. Theoretical basis and experimental set up. Water Research. 27(8):1361-1376

Taherzadeh MJ, Karimi K. 2008. Pretreatment of lignocellulosic wastes to improve ethanol and biogas production: a review. Int J molecul sci. 9(9):1621-1651

Teghammar A, Yngvesson J, Lundin M, Taherzadeh MJ, Horváth IS. 2010. Pretreatment of paper tube residuals for improved biogas production. Bioresour Technol. 101(4):1206-1212

Van Soest PJ. 1963. Use of detergents in the analysis of fibrous feeds. II. A rapid method for the determination of fiber and lignin. J Assoc Off Anal Chem. 46:829-835

Verma S. 2002. Anaerobic digestion of biodegradable organics in municipal solid wastes [tesis]. Columbia University.

Walkley A, Black IA. 1934. An examination of the Degtjareff method for determining soil organic matter, and a proposed modification of the chromic acid titration method. Soil Sci. 37(1):29-38

Wang X, Lu X, Li F, Yang G. 2014. Effects of Temperature and Carbon-Nitrogen (C/N) Ratio on the Performance of Anaerobic Co-Digestion of Dairy Manure, Chicken Manure and Rice Straw: Focusing on Ammonia Inhibition. PloS ONE. 9(5):e97265

Wang X, Yang G, Feng Y, Ren G, Han X. 2012. Optimizing feeding composition and carbon–nitrogen ratios for improved methane yield during anaerobic co-digestion of dairy, chicken manure and wheat straw. Bioresour Technol. 120:78-83

Weiland P. 2010. Biogas production: current state and perspectives. Appl Microbiol Biotechnol. 85(4):849-860

Wu X, Yao W, Zhu J, Miller C. 2010. Biogas and CH 4 productivity by co-digesting swine manure with three crop residues as an external carbon source. Bioresour Technol. 101(11):4042-4047

Yaich H, Garna H, Besbes S, Paquot M, Blecker C, Attia H. 2011. Chemical composition and functional properties of Ulva lactuca seaweed collected in Tunisia. Food Chem. 128(4):895-901

Yi J, Dong B, Jin J, Dai X. 2014. Effect of increasing total solids contents on anaerobic digestion of food waste under mesophilic conditions: performance and microbial characteristics analysis. PLoS ONE. 9(7) Zhang J, Zhang Y, Quan X. 2012. Electricity assisted anaerobic treatment of

salinity wastewater and its effects on microbial communities. Water Research. 46(11):3535-3543

(33)
(34)

22

Lampiran 1 pH dan volume biogas E. cottonii digester 30 L salinitas 0ppt

Hari pH

7 6,1 39,281 4 0,004 0,004 0,002 Menghasilkan

Gas

8 6,1 39,281 150 0,15 0,154 0,062

9 6 39,281 150 0,15 0,304 0,121 Inokulum

10 6 39,281 100 0,1 0,404 0,160 Inokulum

11 6 39,281 80 0,08 0,484 0,192 Inokulum

12 5,9 39,281 100 0,1 0,584 0,231 Inokulum

13 6 39,281 240 0,24 0,824 0,325 Inokulum

14 6 39,281 250 0,25 1,074 0,423 Inokulum

15 6,2 39,281 260 0,26 1,334 0,526 Inokulum

16 6,2 39,281 200 0,2 1,534 0,604 Inokulum

17 6,4 39,281 210 0,21 1,744 0,687 Inokulum

18 6,4 39,281 400 0,4 2,144 0,844 Inokulum

19 6,7 39,281 260 0,26 2,404 0,946 Inokulum

20 6,7 39,281 360 0,36 2,764 1,087 Inokulum

1 6,9 51,067 420 0,42 0,42 0,214 Aklimatisasi

2 6,1 51,067 660 0,66 1,08 0,766 Aklimatisasi

3 6,2 51,067 880 0,88 1,96 1,215 Aklimatisasi

4 6,2 51,067 1820 1,82 3,78 2,145 Aklimatisasi

5 6,4 51,067 1360 1,36 5,14 2,839 Aklimatisasi

6 6,7 51,067 1440 1,44 6,58 3,575 Aklimatisasi

7 6,7 51,067 1280 1,28 7,86 4,228 Aklimatisasi

8 6,7 51,067 1620 1,62 9,48 5,056 Aklimatisasi

9 6,9 51,067 1580 1,58 11,06 5,862 Aklimatisasi

10 7,2 51,067 1540 1,54 12,6 6,649 Aklimatisasi

1 7,3 72,241 1680 1,68 1,680 1,214 BATCH

2 7,4 72,241 1580 1,58 3,260 3,569 BATCH

3 7,2 72,241 1620 1,62 4,880 4,739 BATCH

4 7 72,241 1300 1,3 6,180 5,678 BATCH

5 7,1 72,241 1880 1,88 8,060 7,036 BATCH

6 7,2 72,241 1900 1,9 9,960 8,409 BATCH

7 7,3 72,241 1600 1,6 11,560 9,565 BATCH

(35)

Hari pH

9 7,5 73,871 1840 1,84 15,140 12,209 BATCH

10 7,3 73,871 2000 2 17,140 13,687 BATCH

11 7,2 73,871 1880 1,88 19,020 15,075 BATCH

12 7,3 73,871 1740 1,74 20,760 16,361 BATCH

13 7,3 73,871 1820 1,82 22,580 17,705 BATCH

14 7,5 73,871 2100 2,1 24,680 19,257 BATCH

15 7,5 97,416 1920 1,92 26,600 21,127 BATCH

16 7,5 97,416 2145 2,145 28,745 23,217 BATCH

17 7,5 97,416 1940 1,94 30,685 25,106 BATCH

18 7,6 97,416 1780 1,78 32,465 26,840 BATCH

19 7,5 97,416 2000 2 34,465 28,789 BATCH

20 7,7 97,416 1860 1,86 36,325 30,601 BATCH

21 7,5 97,416 1920 1,92 38,245 32,471 BATCH

22 7,6 99,996 1720 1,72 39,965 34,191 BATCH

23 7,6 99,996 1620 1,62 41,585 35,811 BATCH

24 7,6 99,996 2020 2,02 43,605 37,831 BATCH

25 7,6 99,996 2540 2,54 46,145 40,371 BATCH

26 7,6 99,996 2200 2,2 48,345 42,571 BATCH

27 7,6 99,996 2000 2 50,345 44,571 BATCH

28 7,6 99,996 1980 1,98 52,325 46,551 BATCH

29 7,6 99,683 1960 1,96 54,285 48,504 BATCH

30 7,6 99,683 1760 1,76 56,045 50,259 BATCH

31 7,4 99,683 1640 1,64 57,685 51,894 BATCH

32 7,6 99,683 1420 1,42 59,105 53,309 BATCH

33 7,5 99,683 1320 1,32 60,425 54,625 BATCH

34 7,5 99,683 1020 1,02 61,445 55,642 BATCH

35 7,5 99,683 1000 1 62,445 56,638 BATCH

36 7,6 99,414 1040 1,04 63,485 57,672 BATCH

37 7,6 99,414 1200 1,2 64,685 58,865 BATCH

38 7,6 99,414 1200 1,2 65,885 60,058 BATCH

39 7,6 99,414 1140 1,14 67,025 61,192 BATCH

40 7,7 99,414 1200 1,2 68,225 62,385 BATCH

41 7,6 99,414 1200 1,2 69,425 63,578 BATCH

42 7,7 99,414 1240 1,24 70,665 64,810 BATCH

43 7,7 99,977 1160 1,16 71,825 65,970 BATCH

44 7,7 99,977 1100 1,1 72,925 67,070 BATCH

45 7,7 99,977 1260 1,26 74,185 68,329 BATCH

46 7,7 99,977 1240 1,24 75,425 69,569 BATCH

(36)

24

48 7,7 99,977 1100 1,1 77,725 71,869 BATCH

49 7,8 99,977 1240 1,24 78,965 73,108 BATCH

50 7,8 80,726 1060 1,06 80,025 73,964 BATCH

51 7,8 80,726 1100 1,1 81,125 74,852 BATCH

52 7,8 80,726 1360 1,36 82,485 75,950 BATCH

53 7,8 80,726 1140 1,14 83,625 76,870 BATCH

54 7,8 80,726 1180 1,18 84,805 77,823 BATCH

55 7,8 80,726 1240 1,24 86,045 78,824 BATCH

56 7,8 80,726 1200 1,2 87,245 79,792 BATCH

57 7,7 64,123 1160 1,16 88,405 80,536 BATCH

58 7,7 64,123 1100 1,1 89,505 81,242 BATCH

59 7,7 64,123 960 0,96 90,465 81,857 BATCH

60 7,7 64,123 740 0,74 91,205 82,332 BATCH

61 7,7 64,123 580 0,58 91,785 82,704 BATCH

62 7,7 64,123 540 0,54 92,325 83,050 BATCH

63 7,7 64,123 500 0,5 92,825 83,371 BATCH

64 7,7 55,393 500 0,5 93,325 83,647 BATCH

65 7,7 55,393 340 0,34 93,665 83,836 BATCH

66 7,7 55,393 130 0,13 93,795 83,908 BATCH

67 7,8 55,393 400 0,4 94,195 84,129 BATCH

68 7,8 55,393 100 0,1 94,295 84,185 BATCH

69 7,8 55,393 90 0,09 94,385 84,235 BATCH

70 7,7 55,393 100 0,1 94,485 84,290 BATCH

71 7,7 39,391 70 0,07 94,555 84,318 BATCH

Lampiran 2 pH dan volume biogas E. cottonii digester 30 L salinitas 29ppt

Hari pH

8 6,3 36,627 5 0,005 0,005 0,002 Menghasilkan

gas

(37)

Hari pH

10 6,5 36,627 30 0,03 0,095 0,037 inokulum

11 6,5 36,627 2 0,002 0,097 0,037 inokulum

12 6,4 36,627 1 0,001 0,098 0,038 inokulum

13 6,4 36,627 120 0,12 0,218 0,082 inokulum

14 6,4 36,627 5 0,005 0,223 0,084 inokulum

15 6,4 36,627 1 0,001 0,224 0,084 inokulum

16 6,5 36,627 10 0,01 0,234 0,088 inokulum

17 6,4 36,627 15 0,015 0,249 0,093 inokulum

18 6,4 36,627 100 0,1 0,349 0,130 inokulum

19 6,4 36,627 10 0,01 0,359 0,133 inokulum

20 6,5 36,627 4 0,004 0,363 0,135 inokulum

21 6,5 36,627 0 0 0,363 0,135 inokulum

22 6,7 36,627 5 0,005 0,368 0,137 inokulum

23 6,7 36,627 24 0,024 0,392 0,145 inokulum

24 6,7 36,627 40 0,04 0,432 0,160 inokulum

25 6,7 36,627 90 0,09 0,522 0,193 inokulum

26 6,9 36,627 120 0,12 0,642 0,237 inokulum

27 6,9 36,627 70 0,07 0,712 0,263 inokulum

28 6,9 44,836 200 0,2 0,200 0,090 Aklimatisasi

29 6,2 44,836 520 0,52 0,520 0,323 Aklimatisasi

30 6,2 44,836 50 0,05 0,570 0,345 Aklimatisasi

31 6,3 44,836 150 0,15 0,720 0,412 Aklimatisasi

32 6,2 44,836 650 0,65 1,370 0,704 Aklimatisasi

33 6,1 44,836 120 0,12 1,490 0,758 Aklimatisasi

34 6,4 44,836 600 0,6 2,090 1,027 Aklimatisasi

35 6,4 44,836 750 0,75 2,840 1,363 Aklimatisasi

36 7,2 44,836 1340 1,34 4,180 1,964 Aklimatisasi

37 7,3 44,836 500 0,5 4,680 2,188 Aklimatisasi

1 7,1 44,179 1340 1,34 1,340 0,592 BATCH

2 7,1 44,179 1540 1,54 2,880 1,864 BATCH

3 7 44,179 1580 1,58 4,460 2,562 BATCH

4 7,1 44,179 1820 1,82 6,280 3,366 BATCH

5 7,1 44,179 1720 1,72 8,000 4,126 BATCH

6 7,1 44,179 2000 2 10,000 5,010 BATCH

7 7,1 44,179 1840 1,84 11,840 5,823 BATCH

8 7,2 65,512 1960 1,96 13,800 7,107 BATCH

9 7,1 65,512 1840 1,84 15,640 8,312 BATCH

10 7,2 65,512 2045 2,045 17,685 9,652 BATCH

11 7,1 65,512 1600 1,6 19,285 10,700 BATCH

12 7,2 65,512 1980 1,98 21,265 11,997 BATCH

(38)

26

14 7,1 65,512 1540 1,54 24,105 13,858 BATCH

15 7,1 99,991 1000 1 25,105 14,858 BATCH

16 7,1 99,991 980 0,98 26,085 15,838 BATCH

17 7,1 99,991 1020 1,02 27,105 16,858 BATCH

18 7,2 99,991 1750 1,75 28,855 18,607 BATCH

19 7,1 99,991 1500 1,5 30,355 20,107 BATCH

20 7,1 99,991 1700 1,7 32,055 21,807 BATCH

21 7,1 99,991 1720 1,72 33,775 23,527 BATCH

22 7,2 98,929 1860 1,86 35,635 25,367 BATCH

23 7,2 98,929 1880 1,88 37,515 27,227 BATCH

24 7,3 98,929 1960 1,96 39,475 29,166 BATCH

25 7,3 98,929 1860 1,86 41,335 31,006 BATCH

26 7,4 98,929 1960 1,96 43,295 32,945 BATCH

27 7,5 98,929 1860 1,86 45,155 34,785 BATCH

28 7,5 98,929 1900 1,9 47,055 36,665 BATCH

29 7,6 99,989 1920 1,92 48,975 38,585 BATCH

30 7,7 99,989 1960 1,96 50,935 40,544 BATCH

31 7,7 99,989 1880 1,88 52,815 42,424 BATCH

32 7,8 99,989 1840 1,84 54,655 44,264 BATCH

33 7,8 99,989 1920 1,92 56,575 46,184 BATCH

34 7,8 99,989 1840 1,84 58,415 48,023 BATCH

35 7,9 99,989 1860 1,86 60,275 49,883 BATCH

36 7,9 99,975 1600 1,6 61,875 51,483 BATCH

37 7,9 99,975 1600 1,6 63,475 53,082 BATCH

38 7,9 99,975 1600 1,6 65,075 54,682 BATCH

39 7,9 99,975 1420 1,42 66,495 56,102 BATCH

40 7,9 99,975 1420 1,42 67,915 57,521 BATCH

41 7,9 99,975 1420 1,42 69,335 58,941 BATCH

42 7,9 99,975 1500 1,5 70,835 60,441 BATCH

43 7,9 61,428 1520 1,52 72,355 61,374 BATCH

44 8 61,428 1520 1,52 73,875 62,308 BATCH

45 8 61,428 1500 1,5 75,375 63,229 BATCH

46 8 61,428 1260 1,26 76,635 64,003 BATCH

47 8 61,428 1240 1,24 77,875 64,765 BATCH

48 8 61,428 1260 1,26 79,135 65,539 BATCH

49 8 61,428 920 0,92 80,055 66,104 BATCH

50 8 80,234 720 0,72 80,775 66,682 BATCH

51 8 80,234 740 0,74 81,515 67,276 BATCH

52 8 80,234 320 0,32 81,835 67,532 BATCH

53 8 80,234 460 0,46 82,295 67,902 BATCH

(39)

Hari pH

55 8 80,234 420 0,42 83,055 68,511 BATCH

56 8 80,234 760 0,76 83,815 69,121 BATCH

57 8 52,022 780 0,78 84,595 69,527 BATCH

58 8 52,022 780 0,78 85,375 69,933 BATCH

59 8 52,022 400 0,4 85,775 70,141 BATCH

60 8 52,022 960 0,96 86,735 70,640 BATCH

61 8 52,022 400 0,4 87,135 70,848 BATCH

62 8 52,022 360 0,36 87,495 71,036 BATCH

63 8 52,022 860 0,86 88,355 71,483 BATCH

64 8 48,454 640 0,64 88,995 71,793 BATCH

65 8 48,454 400 0,4 89,395 71,987 BATCH

66 8 48,454 280 0,28 89,675 72,122 BATCH

67 8 48,454 160 0,16 89,835 72,200 BATCH

68 8 48,454 100 0,1 89,935 72,248 BATCH

69 8 48,454 200 0,2 90,135 72,345 BATCH

70 8 48,454 140 0,14 90,275 72,413 BATCH

71 8 45,669 100 0,1 90,375 72,459 BATCH

Lampiran 3 pH dan volume biogas E. cottonii digester 1500 L salinitas 0ppt

Hari pH

7 6,4 36,259 20 20 7,3 Menghasilkan

8 6,4 36,259 35 55 19,9 gas

9 6,2 36,259 25 80 29,0 Inokulum

10 6,2 36,259 20 100 36,3 Inokulum

11 6,2 36,259 25 125 45,3 Inokulum

12 6,4 36,259 50 175 63,5 Inokulum

13 6,4 36,259 58 233 84,5 Inokulum

14 6,4 36,259 60 293 106,2 Inokulum

(40)

28

16 6,9 42,126 60 60 25,3 Aklimatisasi

17 6,2 42,126 70 130 54,8 Aklimatisasi

18 6,2 42,126 80 210 88,5 Aklimatisasi

19 6,4 42,126 75 285 120,1 Aklimatisasi

20 6,4 42,126 85 370 155,9 Aklimatisasi

21 6,4 42,126 90 460 193,8 Aklimatisasi

22 6,2 42,126 100 560 235,9 Aklimatisasi

23 7,2 42,126 110 670 282,2 Aklimatisasi

24 7,4 42,126 102 772 325,2 Aklimatisasi

25 7,2 42,126 120 892 375,8 Aklimatisasi

1 6,9 46,007 84 84 38,6 BATCH

2 7 46,007 79 163 113,6 BATCH

3 6,9 46,007 81 244 150,9 BATCH

4 7 46,007 65 309 180,8 BATCH

5 7,1 46,007 94 403 224,1 BATCH

6 7,2 46,007 95 498 267,8 BATCH

7 7,2 46,007 80 578 304,6 BATCH

8 7,1 67,510 87 665 363,3 BATCH

9 7,1 67,510 92 757 425,4 BATCH

10 7,4 67,510 100 857 492,9 BATCH

11 7,1 67,510 94 951 556,4 BATCH

12 7,2 67,510 87 1038 615,1 BATCH

13 7,2 67,510 91 1129 676,5 BATCH

14 7,4 67,510 105 1234 747,4 BATCH

15 7,2 99,613 96 1330 843,1 BATCH

16 7,3 99,613 107 1437 949,6 BATCH

17 7,3 99,613 97 1534 1046,3 BATCH

18 7,4 99,613 89 1623 1134,9 BATCH

19 7,3 99,613 100 1723 1234,5 BATCH

20 7,4 99,613 93 1816 1327,2 BATCH

21 7,3 99,613 96 1912 1422,8 BATCH

22 7,4 99,854 86 1998 1508,7 BATCH

23 7,4 99,854 81 2079 1589,6 BATCH

24 7,4 99,854 101 2180 1690,4 BATCH

25 7,4 99,854 127 2307 1817,2 BATCH

26 7,4 99,854 110 2417 1927,1 BATCH

27 7,4 99,854 100 2517 2026,9 BATCH

28 7,4 99,854 99 2616 2125,8 BATCH

(41)

Hari pH

30 7,4 99,761 88 2802 2311,3 BATCH

31 7,2 99,761 82 2884 2393,1 BATCH

32 7,4 99,761 71 2955 2464,0 BATCH

33 7,3 99,761 66 3021 2529,8 BATCH

34 7,3 99,761 51 3072 2580,7 BATCH

35 7,3 99,761 50 3122 2630,6 BATCH

36 7,4 99,111 52 3174 2682,1 BATCH

37 7,4 99,111 60 3234 2741,6 BATCH

38 7,4 99,111 60 3294 2801,0 BATCH

39 7,4 99,111 57 3351 2857,5 BATCH

40 7,6 99,111 60 3411 2917,0 BATCH

41 7,4 99,111 60 3471 2976,5 BATCH

42 7,5 99,111 62 3533 3037,9 BATCH

43 7,2 99,440 58 3591 3095,6 BATCH

44 7,2 99,440 55 3646 3150,3 BATCH

45 7,2 99,440 63 3709 3212,9 BATCH

46 7,2 99,440 62 3771 3274,6 BATCH

47 7,2 99,440 60 3831 3334,2 BATCH

48 7,2 99,440 55 3886 3388,9 BATCH

49 7,3 99,440 46 3932 3434,7 BATCH

50 7,4 99,995 36 3968 3470,7 BATCH

51 7,4 99,995 30 3998 3500,7 BATCH

52 7,4 99,995 16 4014 3516,7 BATCH

53 7,4 99,995 23 4037 3539,7 BATCH

54 7,4 99,995 17 4054 3556,7 BATCH

55 7,4 99,995 21 4075 3577,7 BATCH

56 7,4 99,995 38 4113 3615,7 BATCH

57 7,5 80,619 39 4152 3647,1 BATCH

58 7,5 80,619 39 4191 3678,6 BATCH

59 7,5 80,619 20 4211 3694,7 BATCH

60 7,5 80,619 48 4259 3733,4 BATCH

61 7,5 80,619 20 4279 3749,5 BATCH

62 7,5 80,619 18 4297 3764,0 BATCH

63 7,5 80,619 43 4340 3798,7 BATCH

64 7,7 50,984 32 4372 3815,0 BATCH

65 7,7 50,984 20 4392 3825,2 BATCH

66 7,7 50,984 17 4409 3833,9 BATCH

67 7,7 50,984 14 4423 3841,0 BATCH

(42)

30

Hari pH

Komposisi Biogas CH4 (%)

Vol. Biogas

(L)

Vol. Biogas Kumulatif

(L)

Vol. Gas Kumulatif

CH4 (L)

Ket.

69 7,7 50,984 14 4454 3856,8 BATCH

70 7,7 50,984 14 4468 3863,9 BATCH

71 7,7 65,607 17 4485 3875,1 BATCH

Lampiran 4 Kadar proksimat E. cottonii Parameter

Komposisi Hasil (%)

Rerata Std

Deviasi α = 0.05 E. cottonii

(1)

E. cottonii (2)

Kadar Air 16,56 16,22 16,39 0,17 0,24

Kadar Abu 15,06 13,11 14,09 0,97 1,35

Karbohidrat 62,01 64,33 63,17 1,16 1,60

Protein 5,341 5,325 5,33 0,01 0,01

Lemak 1,03 1,02 1,03 0,01 0,01

TOC ( C-Organik) 26,21 26,07 26,14 0,07 0,10

Nitrogen 1,14 1,12 1,13 0,01 0,01

Lignin 2,83 2,71 2,77 0,06 0,08

(43)

Lampiran 5 COD, TS dan VS slurryE. cottonii digester 30 L salinitas 0ppt

(44)

32

Lampiran 6 COD, TS dan VS slurryE. cottonii digester 30 L salinitas 29ppt

(45)

Lampiran 7 COD, TS dan VS slurryE. cottonii digester 1500 L Salinitas 0ppt

(46)

34

Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian

Euchema cottonii Substrat Eucheuma cottonii

Starter (Kotoran Sapi) Pengukuran pH

Digester 30 L Digester 1500 L

(47)

Pengukuran Komposisi Biogas Pengujian nyala api

(48)
(49)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Pinrang, Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 9 April 1988, anak pertama dari tiga bersaudara dari ayah Jamaluddin dan ibu Halwa.

Gambar

Gambar 1  Skema biodegradasi anaerobik digester 30 L E. cottonii. (1) digester 30 liter, (2) bak pemasukan, (3) bak pengeluaran, (4) pengaduk,  (5) pipa pengeluran slurry, (6) kran pengeluaran gas, (7) selang aliran gas, (8) kran pengaliran masuk dan kelua
Gambar 2  Skema biodegradasi anaerobik digester 1500 L E. cottonii. (1) digester 1500 liter, (2) bak pemasukan, (3) bak pengeluaran, (4) Pengaduk,  (5) kran pengeluaran biogas, (6) pipa aliran biogas, (7) Pengukur volume produksi biogas (flowmeter), (8) Ko
Gambar 4  Proses pembuatan inokulum dan proses aklimatisasi
Gambar 5  Pengoperasian metode batch
+7

Referensi

Dokumen terkait

ksJfeil yang, trtyr tT* ltuugktn pada peringkat lnl gsra responden.. @g{-m,'

“Dengan adanya arisan barang seperti Arisan Mapan bisa mengurangi ketergantungan kredit untuk membeli barang kebutuhan rumah tangga”.!. Solusi untuk mencicil barang

10 4 April 2018 Saya membuat fungsi menampilkan data dari database pada konten Website Direktori Sistem Informasi Pemerintah Kota Yogyakarta.. 11 5 April 2018 Saya

- Bahwa Pelawan kebenaran terhadap Penetapan Eksekusi Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No.26/Eks/2009/RL/245/1994-1995/PN-LP dan pelaksanaan penetapan Pengadilan Negeri

Salah satu variable diatas yang terpenting bagi kelangsungan hidup perusahaan adalah bagaimana cara perusahaan dalam menetapkan harga yang sesuai agar dapat diterima oleh

Kode etik Tenaga ahli pengadaan barang dan jasa adalah pedoman profesional individu ahli pengadaan barang dan jasa yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas

Pada bab ini peneliti menguraikan kesimpulan penelitian tentang hubungan antara terpaan tagline dengan tingkat kesadaran merek Teh Botol Sosro yang merupakan salah satu cara