• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES PEMEKARAN WILAYAH (Studi di Kabupaten Kubu Raya Sebagai Daerah Pemekaran Dari Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROSES PEMEKARAN WILAYAH (Studi di Kabupaten Kubu Raya Sebagai Daerah Pemekaran Dari Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat)"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES PEMEKARAN WILAYAH (Studi di Kabupaten Kubu Raya

Sebagai Daerah Pemekaran Dari Kabupaten Pontianak Kalimantan

Barat)

Oleh: EVI RACHMAYANTI ( 04230023 ) Goverment Science

Dibuat: 2009-01-27 , dengan 3 file(s).

Keywords: Pemekaran, Pemerintah Daerah, dan Pelayanan

Berkembangnya wacana pemekaran daerah tidak terlepas dari pemberlakuan

prinsip-prinsip otonomi daerah. Pada prinsipnya otonomi daerah adalah media atau jalan untuk menjawab persoalan mendasar dalam tata pemerintahan dan pelayanan terhadap publik. Otonomi daerah haruslah merupakan jalan atau upaya untuk mendekatkan pemerintah kepada rakyat. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 membawa angin segar kepada Daerah Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakan pemerintahannya atas asas desentralisasi, dengan memberikan

kewenangan menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri (otonomi) secara luas, nyata dan bertanggung jawab. Faktor yang paling menguatkan proses pemekaran Kabupaten Kubu Raya adalah luas atau jarak kabupaten, jumlah penduduk, jangkauan pelayanan pemerintah kabupaten dimana masyarakat kesulitan dalam memperoleh akses pelayanan karena tidak meratanya pembangunan suatu wilayah. Semisal dalam satu kabupaten, hanya beberapa kecamatan saja yang mengalami kemudahan dalam ekonomi maupun birokrasi, sementara beberapa kecamatan lainnya dikarenakan jaraknya yang jauh dari pusat kabupaten akhirnya menjadi tertinggal dan merasa diabaikan oleh induknya. Oleh karena itu, dengan melihat kondisi wilayah dan letaknya yang jauh dari ibukota kabupaten, maka 9 kecamatan di Kabupaten

Pontianak yaitu Kecamatan Batu Ampar, Terentang, Kubu, Teluk Pakedai, Sungai Kakap, Rasau Jaya, Sungai Raya, Sungai Ambawang, dan Kuala Mandor B berinisiatif untuk memekarkan

daerahnya dengan nama “Kabupaten Kubu Raya”.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, jenis penelitiannya adalah deskriptif. Sedangkan lokasi penelitiannya adalah di Kabupaten Pontianak, dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Pontianak merupakan Kabupaten induk dan tempat tinggal dari peneliti, sehingga mempermudah penelitian. Adapun subyek yang diteliti adalah Pejabat Bupati Kabupaten Kubu Raya, Bupati Kabupaten Pontianak (Kabupaten Induk), Kepala Bagian

Pemerintahan dan Kesejahteraan Sosial, Kepala Bagian Kepegawaian Daerah, Kepala Bagian Organisasi dan Keuangan, Kepala Bagian Umum dan Perlengkapan, Kepala Dinas

Kependudukan dan Pendidikan, Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan, masyarakat dan lembaga forum desa di Kabupaten Kubu Raya serta tokoh masyarakat di Kabupaten Pontianak. Adapun hasil dari penelitian Proses Pemekaran Wilayah Kabupaten Kubu Raya ini adalah bahwa proses pemekaran Kabupaten Kubu Raya ini berjalan dengan baik sebagaimana yang di alami oleh daerah- daerah pemekaran yang lain. Proses pemekaran ini berlangsung selama kurun waktu 2 tahun yaitu dimulai dengan adanya keinginan dari masyarakat untuk memekarkan daerahnya menjadi Kabupaten Baru yaitu Kabupaten Kubu Raya, yang diwakili oleh para kepala desa dari 9 kecamatan, tokoh masyarakat Kabupaten Pontianak yaitu Bapak Muda Mahendrawan dan

lembaga forum desa Kabupaten Kubu Raya. Keinginan masyarakat

(2)

Oleh karena itu, dibentuklah tim Pembentukan Kabupaten Kubu Raya yang dinamakan Tim 9 sebagai wadah untuk mengakomodir dan mempermudah akses dalam pembentukan Kabupaten Kubu Raya. Kemudian dimulailah perjuangan untuk merealisasikan aspirasi rakyat untuk membentuk Kabupaten Kubu Raya yang diawali dengan mengusulkan aspirasi ke DPRD Kabupaten Pontianak, Bupati Kabupaten Pontianak, Pemerintahan Daerah Provinsi Kalimantan Barat, Gubernur Kalimantan Barat, serta pada Menteri Dalam Negeri. Dukungan pun mengalir dari Kabupaten Pontianak

(Kabupaten Induk) termasuk dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat yaitu untuk pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Kubu Raya. Akhirnya, pada tanggal 10 Agustus 2007 komisi II DPR RI mengesahkan Undang-undang Nomor 35

Tahun 2007 Nomor 101 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4751 tentang pembentukan Kabupaten Kubu Raya dan berakhirlah proses pemekaran Kabupaten Kubu Raya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemekaran kabupaten Kubu Raya ini merupakan aspirasi dari masyarakat di Kecamatan Batu Ampar, Terentang, Kubu, Teluk Pakedai, Sungai Kakap, Rasau Jaya, Sungai Raya, Sungai Ambawang, dan Kuala Mandor

B yang benar-benar ingin memajukan daerahnya ke arah yang lebih baik, khususnya pelayanan kepada masyarakat, baik dibidang pendidikan, kesehatan dan lain-lain, karena daerah ini terletak cukup jauh dari ibukota kabupaten, sehingga akses pemerintahan khususnya pelayanan

pemerintah kepada masyarakat menjadi kurang efisien.Berdasarkan kesimpulan di atas dapat dilihat bahwa pemekaran daerah otonomi Kabupaten Kubu Raya dipandang perlu untuk

mempersiapkan berbagai sarana pendukung seperti fasilitas infrastruktur pemerintahan, ekonomi, sosial, sumber daya manusia, dan finansial serta sarana pendukung lain yang dibutuhkan oleh suatu daerah otonom dan meningkatkan fasilitas dan infrastruktur di wilayah darat agar dapat menjangkau wilayah-wilayah yang selama ini belum mampu diakses yang akan memudahkan pemberian pelayanan kepada masyarakat dan dapat memfokuskan pelayanannya pada kecamatan dan desa yang ada di sekitarnya. Jadi pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat jauh akan lebih cepat dilakukan karena rentang kendali menjadi pendek dan masyarakat pun akan merasa lebih puas menerima pelayanan dari pemerintah.

The development of regional development area didn’t go far from the regional

autonomy principle application. In its basic principles, regional autonomy was media or way to answer basic problems of governmental arrangement and service to public. Regional autonomy should be way or effort to take the government closer to the people. Rule No.32 / 2004 brought freshness to the residence / City to do their own government

on the decentralization basic (autonomy) in wide, real and responsible way. Strengthen factors of Kubu Raya Residence developmental process were the wide or residence line, the amount of citizens, the service area of residence government where the people were difficult to access the service because of the imbalance regional development. If in a residence, there only a few sub-districts had easy way in economic or bureaucracy, while the other sub-sub-districts, since they were far from the central residence, they were left and ignored the host. That’s why by look at the regional condition and the location which was

(3)

In this research, the writer used qualitative method, the research was descriptive. While the location was Pontianak residence, by cinsideration that Pontianak residence was host residence and the place where the writer lived which would make the research easier. The subject

researched were The chief of Kubu Raya residence, The chief of Pontianak Residence (host residence), the chief of government and social wellnes department, the chief of regional employee, the chief of organization and financial, the chief of general department, the chief of citizenship and education, the chief of farm and forestry residence, people and village forum institution Kubu Raya residence and the elders of Pontianak Residence.

The result showed that Kubu Raya residence area development process had run well. As showed by the other development regions. The process happened in 2 years, started by the will of the society to develop their region into new residence, Kubu Raya residence which represented by chief of villages from 9 sub-districts, the elders of Pontianak residence who was Bapak Muda Mahendrawan and Village Forum Institution

of Kubu Raya Residence. The people will to develop their region was based on will for a better services in health, education, and so on, since the other area was far from the residence.

That’s why there held a Team of Kubu Raya Residence development which called team 9 as

container to accomodate and make access easier in forming Kubu Raya Residence. Then begin a struggle to prove people aspiration to form Kubu Raya Residence which started by aspiration to Pontianak Residence Representative, Chief of Pontianak Residence, Government of West Kalimantan Province, Chief of Pontianak Residence, Regional Government of West-Kalimantan Province, Governor of West- Kalimantan Province, and Ministry of Internal Affairs. Supports flew from Pontianak Residence (Host Residence), including from the government of West-Kalimantan Province, the Province gave 5 billion rupiahs and Pontianak Residence (Host

Residence) gave 10 billion fund. So for operational fund, there was 15 billion rupiahs. While the Chief of Kubu Raya Residence located in Graha Pramuka building which was province asset and the host residence also apply for the representative office borrowing to the Kubu Raya

Residence.

At last, in August 10th 2007, Commission II Legislative legalized Rule No.35 /

2007 No 101 and the additional paper No.4751 about the form of Kubu Raya residence and the process Kubu Raya residence development ended.

So that there could be concluded that the Kubu Raya residence development was aspiration from society of Batu Ampar sub-district, Terentang, Kubu, Teluk Pakedai, Sungai Kakap, Rasau Jaya, Sungai Raya, Sungai Ambawang, and Kuala Mandor B which wanted to develop their region into a better way, especially people service, whether in education, health, etc, since the region located far from residence center, since the access was not efficient.

According to the residence could be seen that regional autonomy development of Kubu Raya

residence needed to prepare various supporter’s toolslike government infrastructure facility,

economic, social, human resource and financial, also the other supporting facilities needed by an autonomy region and increasing facility and

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat penerimaan konsumen terhadap produk makanan jajanan (biskuit dan snack) dengan penambahan konsentrat protein

LCB Bandung Kopi - Ready To Drink White Coffe Kopi Susu 1 Liter - Gula Aren/ Vanilla/ Hazelnut/ Caramel/ Rhum 0 Legit Layercake Cemilan Nusantara - Kue & Oleh2 Nusantara (contoh

Berdasarkan penelitian Ceky Primayuta (2009) menunjukkan bahwa rasio profitabilitas berpengaruh positif tidak signifikan Rasio profitabilitas memiliki pengaruh positif

Metode di atas merupakan salah satu cara yang bisa kita pakai untuk meningkatkan keamanan perangkat lunak yang kita bangun yaitu dengan menggunakan tools

Dengan merek "i#Chro primary crown, keluaran ion $ M &'S( adalah metal crown Dengan merek "i#Chro primary crown, keluaran ion $ M &'S( adalah metal crown

Otonomi daerah itu tidak hanya membuka peluang bagi dinamika hubungan yang baru antara pemerintahan pusat (Jakarta) dan pemerintahan daerah, tetapi juga dinamika