• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK PENYAJIAN MUSIK DAN FUNGSI GONDANG SARAMA BABIAT DI HUTA PIDOLI DOLOK PANYABUNGANKAB. MANDAILING NATAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BENTUK PENYAJIAN MUSIK DAN FUNGSI GONDANG SARAMA BABIAT DI HUTA PIDOLI DOLOK PANYABUNGANKAB. MANDAILING NATAL."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK PENYAJIAN MUSIK DAN FUNGSI GONDANG

SARAMA BABIAT DI HUTA PIDOLI DOLOK

PANYABUNGAN KAB. MANDAILING NATAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

SUCI RAHMADHANI HASIBUAN NIM. 2101142026

JURUSAN SENDRATASIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Suci Rahmadhani Hasibuan. NIM 2101142026. Bentuk Penyajian Musik dan Fungsi Gondang Sarama Babiat di Huta Pidoli Dolok Panyabungan Kab. Mandailing Natal. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bentuk Penyajian Musik, Fungsi dan Makna Gondang Sarama Babiat di Huta Pidoli Dolok Panyabungan Kab. Mandailing Natal. Penelitian ini berdasarkan pada landasan teoritis yang menjelaskan pengertian bentuk penyajian musik Gondang Sarama Babiat, pengertian fungsi Gondang Sarama Babiat, pengertian makna Gondang Sarama Babiat.

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Huta Pidoli Dolok Kab. Mandailing Natal, karena populasi berjumlah besar, peneliti memperkecil dengan sampel pemain musik Gordang Sambilan, Penari, Tokoh Adat di Huta Pidoli Dolok Panyabungan Kab. Mandailing Natal yang berjumlah 12 orang.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi atau pengamatan, wawancara, audiovisual dan studi kepustakaan. Penelitian ini mengambil lokasi di Huta Pidoli Dolok Panyabungan Kab. Mandailing Natal dan penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2014 sampai dengan Februari 2015.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gondang Sarama Babiat adalah Gondang yang khusus mengiringi upacara adat kematian seekor harimau yang mengganggu ketentraman masyarakat. Bentuk penyajian Gondang Sarama Babiat memiliki

struktur penyajian yaitu mempersiapkan beberapa pulungan, membakar

kemenyan,membaca mantra,dan sibaso menari kemudian Artikulasi dalam upacara adat setiap tahapan upacara adat ada instrumen yang mendapat kejelasan suara diantaranya saleot, gong dan Gordang Sambilan. Fungsi Gondang Sarama Babiat ini sendiri adalah untuk mengiringi upacara adat kematian seekor harimau, sebagai hiburan untuk masyarakat huta pidoli dolok , pengintergrasian masyarakat huta pidoli dolok dengan masyarakat desa lainnya dan kesinambungan budaya agar generasi penerus di pidoli dolok tetap melestarikan budaya nya. Makna gondang sarama babiat adalah sebuah bentuk persembahan masyarakat Mandailing kepada roh leluhur mereka.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas

Negeri Medan. Skripsi ini berjudul “Bentuk Penyajian Musik dan Fungsi

Gondang Sarama Babiat di Hita Pidoli Dolok Panyabungan Kab. Mandailing Natal”.

Dalam penyelesaian Skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik moral maupun materil. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis menuturkan ucapan terimakasih yang tiada terhingga kepada :

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan,

3. Uyuni Widiastuti, M.Pd selaku Ketua Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan.

4. Dra. Pita HD Silitonga, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Medan.

5. Panji Suroso, M.Si. selaku Ketua Prodi Pendidikan Musik dan juga selaku Pembimbing Skripsi II

6. Dra. Tuti Rahayu,M.Si Selaku Pembimbing Skripsi I

7. Theodora Sinaga, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik.

8. Seluruh Dosen di Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Medan, 9. Fahruddin Lubis, selaku Tokoh Adat di Huta Pidoli Dolok.

10.Teristimewa kepada kedua Orangtua tercinta, Syafaruddin Hasibuan dan Ammayan Nasution yang selalu mendidik, memberikan kasih sayang yang tak terhingga mendukung baik secara moril maupun materil, memberikan motivasi, semangat dan doa yang tulus yang tiada hentinya demi kesuksesan penulis.

11.Adik penulis Fitri Nanda Sari Hasibuan, Rahmad Alwi Azri Hasibuan, dan Aisyah Dea Putri Hasibuan, yang selalu memberikan semangat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan Skripsi ini.

12.Ridwan Fatoni Harahap, SH yang selalu memberikan semangat, motivasi untuk menyelesaikan Skripsi ini.

13.Teman-teman Oldah Wittyani Sitanggang, Elisdiah Julfikha, Asrul Adam, M. Tarmizi Taher,Angki Chamaro Siahaan, Agus Prawijaya, yang telah memberikan doa, motivasi untuk menyelesaikan Skripsi ini.

(9)

Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan, baik dari segi kalimat, isi dan juga teknik penguraiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan Skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam usaha peningkatan mutu pendidikan, khususnya di bidang pendidikan musik.

Medan, 2015 Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

B. Sistem Kekerabatan Masyarakat Mandailing ... 30

C. Bentuk Penyajian Musik Gondang Sarama Babiat ... 32

D. Fungsi Musik Gondang Sarama Babiat ... 38

E. Makna Gondang Sarama Babiat ... 42

(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 51

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Konseptual ... ... 20

Gambar 4.1 Peta Kab. Mandailing Natal ... 28

Gambar 4.2 Sesajen Gondang Sarama Babiat ... ... 34

Gambar 4.3 Alat Musik Gordang Sambilan ... ... 47

Gambar 4.4 Alat Musik Gong ... 47

Gambar 4.5 Alat Musik Tali Sasayat ... ... 48

Gambar 4.6 Alat Musik Momongan... ... 48

Gambar 4.7 Alat Musik Gondang Dua ... 49

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang mempunyai keragaman budaya yang

bersejarah dan bernilai tinggi, walau memiliki latar belakang budaya yang

berbeda namun bangsa Indonesia tetap satu, sesuai dengan kaidah bangsa

Bhineka Tunggal Ika. Maka dengan falsafah itu kita selaku anak bangsa

sudah sepatutnya bersyukur dan wajib menjaga serta melestarikan budaya

Indonesia yaitu melestarikan musiknya.

Musik dapat mencerminkan nilai nilai dan prinsip prinsip umum yang

mendasari suatu kebudayaan dan menghidupkan kebudayaan tersebut secara

menyeluruh. Seperti halnya pada konkrit kebudayaan terlihat pada

masyarakat Mandailing yang sering kita dengar dengan istilah dalihan na

tolu yang jauh berbeda jika dibandingkan dengan etnik etnik

lainnya.Konsep adat dalihan na toluadalah seperti segitiga sama sisi dimana

setiap titik sudutnya adalah batu sebagaimana dalihan ( tungku). Tiap batu

masing masing terdiri dari mora, kahanggi dan anak boru. Mora adalah

pihak yang memberi anak gadis dalam sebuah perkawinan. Kahanggi adalah

kerabat satu marga dan Anak boru adalah penerima anak gadis dalam

perkawinan.

Selain memiliki konsep adat dalihan natolu masyarakat Mandailing

juga memilikialat kesenian yang turun temurun hingga saat ini yaitu

Gordang Sambilan.bagi masyarakat Mandailing terutama di masa lalu

(14)

2

Gordang sambilan merupakan musik adat sakral. Dipandang sakral karena

dipercayai mempunyai kekuatan gaib memanggil roh nenek monyang.Pada

Gordang Sambilan terdapat sembilan irama yaitu:

1. Gondang tua.

2. Gondang roba na mosok, yaitu irama yang menirukan suara hutan

yang terbakar.

3. Gondang hadadingin, yaitu irama pengiring ketepian sungai.

4. Gondang sampuara batu magulang, yaitu irama yang menirukan

suara batu yang menggelinding dari atas gunung.

5. Gondang pangalo-alo, yaitu irama untuk menyambut tamu.

6. Gondang sibaso atau sarama babiat, yaitu irama yang bernuansa

magis.

7. Gondang moncak, yaitu irama yang digunakana untuk mengiringi

pertunjukan beladiri moncak.

8. Gondang tot-tor, yaitu irama yang digunakan untuk mengiringi

tarian tor-tor.

9. Gondang siluluton, yaitu irama yang digunakan saat berduka cita

atau terkena musibah.

Dari kedelapan irama diatas, irama yang dipilih penulis adalah

(15)

3

Gondang Sarama Babiat ini berfungsi untuk mengiringi upacara adat

kematian seekor harimau yang mengganggu ketenteraman penduduk dan bukan

hanya mengganggu ketenteraman penduduk tetapi memakan hewan ternak

peliharaan penduduk seperti kambing dan lembu. Para penduduk berusaha

mengusir Babiat ini agar kembali ke habitatnya dengan membunyikan Gondang

Dua (Gondang Topap). Namun ada juga Babiat yang yang tidak mau kembali ke

habitatnya.

Para penduduk terpaksa membunuh Babiat ini beramai ramai. Setelah

Babiat ini mati, lalu dibawa ke tanah lapang untuk melaksanakan upacara adat

karena Babiat dipandang memiliki adat.Babiat adalah sebutan harimau dalam

bahasa batak mandailing. Masyarakat mandailing mengganggapbabiatsebagai

yang sakti dan yang ditakuti. Bagi masyarakat mandailing pantang jika menyebut

babiat. Mereka menyebut babiat itu dengan sebutan ompungi atau rajai.

Mengapa demikian, karena masyarakat mandailing menyakini bahwa babiat

adalah leluhur mereka.

Selain itu Gondang Sarama Babiat juga menyampaikan makna makna

hidup dan kehidupan dalam sebuah bentuk gerakan tari yang meskipun

kelihatannya begitu sederhana. Dalam upacara adat ini, Gordang Sambilan dan

Gondang Dua (Gondang Topap) dimainkan ditengah lapangan dan tampak

seorang laki-laki yaitu si Baso menari nari dengan gerakan gerakan yang mirip

dengan gerakan seekor harimau yang sedang mengamuk karena kesakitan. Tarian

yang diperagakan oleh si Baso ini disebut tarian manyaramayang diiringi gondang

(16)

4

Dalam Gondang Sarama Babiat alat musik yang dipakai antara lain

Gordang Sambilan, Ogung Jantan, Ogung Betina, Doal, Mong-mongan, Saleot,

Tali Sasayat, serta Gondang Topap Dua. Jumlah pemain dalam Gondang Sarama

Babiat ini kurang lebih berjumlah 12orang. Ini adalah salah satu kesenian dari

Huta Pidoli Dolok Panyabungan dan saya selaku penulis tertarik untuk meneliti

Bentuk Penyajian Musik dan Fungsi Gondang Sarama Babiat di Huta Pidoli Dolok Panyabungan Kab.Madailing Natal “.

B. Identifikasi Masalah

Menurut Hadeli (2006:23) mengatkan bahwa “identifikasi masalah

adalah suatu situasi yang merupakan akibat dari interaksi dua atau lebih faktor

(seperti kebiasaan kebiasaan, keadaan keadaan, dan lain sebagainya) yang menimbulkan beberapa pertanyaan pertanyaan”. Berdasarkan uraian diatas

penulis membuat identtifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran umum masyarakat Mandailing Natal?

2. Bagaimana Bentuk Penyajian Musik Gondang Sarama Babiat di Pidoli

Dolok Panyabungan Kab.Mandailing Natal?

3. Apa fungsi musik Gondang Sarama Babiat di Huta Pidoli Dolok Kab.

Mandailing Natal?

4. Apa makna musik Gondang Sarama Babiat di Huta Pidoli Dolok Kab.

Mandailing Natal?

5. Alat musik apa saja yang digunakan dalam Bentuk Penyajian Musik

(17)

5

6. Berapa jumlah pemain musik Gondang Sarama Babiat di Huta Pidoli

Dolok Kab. Mandailing Natal?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah yang diidentifikasi serta keterbatasan

waktu, dana, dan kemampuan teoritis, maka peneliti merasa perlu mengadakan

pembatasan masalah untuk memudahkan masalah yang dihadapi dalam penelitian.

Batasan masalah merupakan upaya untuk menetapkan batas batas mana saja yang

termasuk dalam ruang lingkup permasalahan dan faktor mana saja yang tidak bisa.

Hal ini sependapat dengan Sugiono (2010 : 207) bahwa pembatasan

masalah fokus dengan yang didasarkan pada tingkat kepentingan dan fasebilitas

masalah yang akan dipecahkan. Dari keterangan diatas maka penulis mambatasi

maslaah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Bentuk Penyajian Musik Gondang Sarama Babiat di Huta

Pidoli Dolok Panyabungan Kab.Mandailing Natal?

2. Apa fungsi musik Gondang Sarama Babiat di Huta Pidoli Dolok

Panyabungan Kab. Mandailing Natal?

3. Apa makna musik Gondang Sarama Babiat di Huta Pidoli Dolok

Panyabungan Kab. Mandailing Natal?

D. Perumusan Masalah

Dalam menentukan rumusan masalah, penulis berpedoman pada

pendapat Maryaeni (2003: 14) yang menyatakan :

(18)

6

karena penelitian merupakan upaya untuk menentukan jawaban dari pertanyaan sebagaimana terpapar pada rumusan masalahnya. Rumusan masalah juga bisa disikapi sebagai jabaran fokus penelitian karena dalam praktiknya proses penelitian akan senantiasa berfokus pada butir butir masalah sebagaimana telah dirumuskan”.

Berdasarkan pendapat tersebut, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “ Bagaimana Bentuk Penyajian Musik dan

Fungsi Gondang Sarama Babiat di Huta Pidoli Dolok Panyabungan Kab. Mandailing Natal “.

E. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan senantiasa berorientasi pada tujuan, tanpa adanya tujuan

yang jelas maka arah kegiatan tidak terarah, karena tidak tahu apa yang ingin

dicapai dari kegiatan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Azril (2008 : 18)

mengatakan bahwa tujuan penelitian merupakan pernyataan yang mengungkapkan hal yang diperoleh pada ahli penelitian sehingga dapat dikatakan bahwa “ Tujuan

adalah sesuatu yang diharapkan peneliti”. Maka penulis membuat tujuan

penulisan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui Bentuk Penyajian Musik Gordang Sarama Babiat

di Huta Pidoli Dolok Panyabungan Kab. Mandailing Natal.

2. Untuk mengetahui Fungsi Musik Gondang Sarama Babiat di Huta

Pidoli Dolok Panyabungan Kab. Mandailing Natal.

3. Untuk mengetahui Makna Musik Gondang Sarama Babiat di Huta

(19)

7

F. Manfaat Penelitian

Setiap penulisan pastilah memiliki manfaat secara langsung maupun tidak,

karena penelitian dilakukan untuk menambah pengetahuan dan menjawab

berbagai pertanyaan yang telah dirumuskan oleh penulis. Setelah penulisan ini

selesai dilakukan, akan didapat hasil penulisan yang memberi manfaat sebagai

berikut :

1. Untuk memahami dan mengetahui Bentuk Penyajian Musik, Fungsi dan

Makna Gordang Sarama Babiat di huta Pidoli Dolok Panyabungan Kab.

Mandailing Natal.

2. .Sebagai penambah wawasan kepada seluruh masayarakat luas yang

membaca tulisan ini.

3. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang

memiliki keterkaitan dengan topik ini.

(20)

50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Bentuk penyajian Musik Gondang Sarama Babiat memiliki

struktur penyajian yaitu mempersiapkan beberapa pulungan,

membakar kemenyan,membaca mantra,dan sibaso menari

kemudian memiliki Artikulasi dalam setiap tahapan upacara adat

dimana ada instrumen yang mendapat kejelasan suara diantaranya

saleot, gong dan Gordang Sambilan.

2. Fungsi Gondang Sarama Babiat ini berfungsi untuk mengiringi

upacara adat kematian seekor harimau, sebagai hiburan bagi

massyrakat Huta Pidoli Dolok, pengintegrasian masyarakat Huta

Pidoli Dolok dengan masyarakat desa lainnya dan kesinambungan

budaya agar generasi penerus yang ada di Huta Pidoli Dolok tetap

melestarikan budaya ini.

3. Makna dari Gondang Sarama Babiat ini terlihat pada penggunaan

tanda membakar kemenyan dan memberi sibaso minum air nira

dengan penyampaian datu yang menaburi bunga dan mengelilingi

sibaso serta membaca mantra yang memiliki isi pesan sebagai

sebuah bentuk yang menggambarkan bagaimana persembahan

kepada roh-roh leluhur.

(21)

51

B. Saran

Dari beberapa kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran

antara lain :

1. Memberikan contoh kepada generasi muda supaya

mempertahankan hasil peninggalan budaya nenek moyang Batak

Mandailing karena itu merupakan sejarah budaya dan nilai suatu

budaya dan kebiasaan kebiasaan daerah tersebut.

2. Hendaknya Gondang Sarama Babiat tetap dilestarikan oleh semua

pihak, baik orangtua, dewasa dan anak anak. Karena hasil budaya

harus tetap dikembangkan dan dipertahankan supaya ada menjadi

bukti sejarah budaya.

3. Penulis berharap Gondang Sarama yang merupakan peninggalan

nenek moyang di Mandailing hendaknya dipertahankan dari masa

ke masa karena masyarakat Mandailing akan mengingatnya

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Aslokani. 2011. Mari Mengenal Lebih Dekat Mandailing Natal. Panyabungan: Mata Pribumi Media.

Azril (2008:18) “ metode penelitian “. Jakarta : Bumi Pustaka.

Bungin , Burhan. 2004. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara.

Djelantik.1999.Estetika:SejarahPengantar,Bandung:Masyarakat Seni

Pertunjukan Indonesia

Fikri, Ali. 2011. Mari Mengenal Lebih Dekat Mandailing Natal. Panyabungan: Mata Pribumi Media.

Hadeli.2006.Metode Penelitian Kependidikan.Padang :Quantum Teaching. Hidayat,Robby M.Sn.2005. Wawasan Seni Tari. Fakultas Sastra Universitas

Negeri Malang.

Kartono, dkk. 2004. Berkreasi Seni. Jakarta : Ganeca Exact.

Lubis, Drs. Pangaduan. 2004. Bahasa Mandailing. www.mandailing.org.

Maryaeni. 2003. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta : Bumi Aksara

Maleong, J Lexy. 2009. Metodoligi Penelitian Kualkitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Pane, Mahyar Sopyan.2013. Skripsi. Analisis Fungsi dan Struktur Musikal Gordang Sambilan Dalam Upacara Adat Perkawinan di Kota Medan. Medan.

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta : PT. Rinaka Cipta.

Pulungan, Muhammad Rahmad.2006. Skripsi. Musik Tradisional

Mandailing Pada Upacara Adat Horja Godang di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung. Medan.

Putra, Nusa. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Indonesia. Jakarta : Balai Grafindo Persada.

Soeharto , M. 1992. Kamus Musik . Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.

(23)

Supranto. 2004. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Surya, Brata Addy. 2012. Jenis jenis alat musik. Jakarta : Bumi Pustaka.

... 2010. Sekilas Sejarah Mandailing-Tapanuli Selatan .www.GriyaWisata.com

... 2009. Peta Mandailing Natal.www.madina.go.id

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan dalam satu waktu tertentu. Penelitian ini hanya digunakan dalam waktu yang tertentu, dan tidak akan..

Resolusi yang telah ditempuh warga untuk penyelesaian konflik dan mendapatkan kembali tanah mereka adalah dengan pembentukan Forum Peduli Kebenaran dan Keadilan Sambirejo,

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL. GURU DAN

[r]

Berdasarkan empat variabel input dan dua variabel output yang dipilih, nilai efisiensi rata-rata kon- traktor sampel selama periode penelitian 2007-2012 adalah 87,07%

Mutiara Agam Tanjung Mutiara district at agam 2017 experienced the largest job burnout of tired category on medium fatigue category in the age grup ≥ 34 years old, level

Menurut hasil penelitian Demiralp et al (2009), menunjukkan bahwa pelatihan relaksasi otot progresif akan meningkatkan kualitas tidur dan kelelahan pada pasien dengan