• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kadar Air, Dosis, Dan Lama Pengendapan Koagulan Serbuk Biji Kelor Sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kadar Air, Dosis, Dan Lama Pengendapan Koagulan Serbuk Biji Kelor Sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KADAR AIR, DOSIS, DAN LAMA

PENGENDAPAN KOAGULAN SERBUK BIJI KELOR

SEBAGAI ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH

CAIR INDUSTRI TAHU

SKRIPSI

Oleh

SITI AMINAH

080405018

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH KADAR AIR, DOSIS, DAN LAMA

PENGENDAPAN KOAGULAN SERBUK BIJI KELOR

SEBAGAI ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH

CAIR INDUSTRI TAHU

SKRIPSI

Oleh

SITI AMINAH

080405018

SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN

PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :

PENGARUH KADAR AIR, DOSIS, DAN LAMA

PENGENDAPAN KOAGULAN SERBUK BIJI KELOR

SEBAGAI ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

INDUSTRI TAHU

dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada Derpatemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini adalah hasil karya saya kecuali kutipan-kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya.

Demikian pernyataan ini diperbuat, apabila dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya saya atau merupakan hasil jiplakan maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku..

Medan, Februari 2014

(4)
(5)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, ridho dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tulisan ini

merupakan skripsi dengan judul “Pengaruh Kadar Air, Dosis, dan Lama Pengendapan Koagulan Serbuk Biji Kelor Sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu,” berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada dunia industri tahu tentang pemanfaatan serbuk biji kelor (moringa oleifera) sebagai koagulan alami yang dapat menjadi pengganti bahan kimia dalam upaya pengolahan limbah cair industri tahu sebelum dibuang ke aliran sungai (lingkungan).

Sebagian dari data hasil penelitian ini telah terbit pada Jurnal Teknik Kimia USU,

dengan judul „‟Pengaruh Kadar Air, Dosis Dan Lama Pengendapan Koagulan

Serbuk Biji Kelor Sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu‟‟

Selama melakukan penelitian sampai penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Ir. M. Yusuf Ritonga, MT selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak mengarahkan dam membimbing penulis dari pemillihan judul, selama penelitian, serta penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Februari 2014

(6)

DEDIKASI

Rasa kagum dan hormat serta terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada orang tua tercinta, Bapak S. Karsati dan Ibu Ngatinem yang selalu ada bagi penulis, mendukung penulis selama melaksanakan studi juga dalam proses pengerjaan skripsi hingga selesainya skripsi ini.

Penulis mendedikasikan skripsi ini kepada :

1. Kedua orang tua penulis Bapak S. Karsati dan Ibu Ngatinem 2. Keluarga besar penulis, Abang, kakak, dan adik penulis

3. Ayu Ridaniati Bangun dan Rudi Anas Hutahaean sebagai partner penulis 4. Sahabat-sahabat terbaik di Teknik Kimia khususnya, Novita indriani,

Afiifah Radhiyatullah, Irma Suraya, Hari Tiarasti, Lina Rahmasari Ginting, Ranggita Dwi Nindya Affandi, Febri Lia Gultom, serta semua stambuk 2008 yang memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. 5. Seluruh teman-teman, abang/kakak dan adik-adik yang turut memberikan

bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Ir. Fatimah, MT selaku dosen penguji I yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

7. Ibu. Ir. Netti Herlina, MT selaku dosen penguji II yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

(7)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Siti Aminah NIM : 080405018

Tempat/tgl lahir : Barak Seng, 08 Juni 1990 Nama orang tua : Samin Karsati

Alamat orang tua :

Kampong Lima Puluh, Desa Tanjung Pasir, Kec. Kualuh Selatan, Kab. Labuhan Batu Utara Asal Sekolah

 SD Negeri N0. 115521 Bandar Gula Timur Tahun 1996-2002

 SMP Negeri 1 Bilah Barat Tahun 2002-2005

 SMA Swasta Pelita Aek Kanopan 2005-2008 Beasiswa yang pernah diperoleh:

Beasiswa Bantuan Mahasiswa (BBM) dari USU tahun 2009-2010

Pengalaman Organisasi :

1. Sebagai Ketua Keputrian Covalen Study Grup Teknik Kimia periode 2010/2011

2. Sebagai anggota Hubungan Masyarakat Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK) periode 2011/2012

3. Sebagai Bendahara Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Teknik periode 2011/2012

Artikel yang telah dipublikasikan dalam jurnal :

Ayu Ridaniati Bangun, Siti Aminah, Rudi Anas Hutahaean dan M. Yusuf

(8)

ABSTRAK

Limbah cair industri tahu mengandung bahan-bahan organik yang sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam limbah cair tersebut berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Berdasarkan hasil studi Balai Perindustrian Medan terhadap karakteristik air buangan industri tahu di Medan, diketahui bahwa limbah cair industri tahu rata-rata mengandung BOD (4583 mg/l), COD (7050 mg/l), TSS (4743 mg/l) dan minyak atau lemak (26 mg/l) dengan pH 6,1. Oleh sebab itu, limbah cair tersebut harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan untuk mengurangi kandungan pencemar yang menyertai limbah tersebut. Salah satu koagulan alternatif yang dapat digunakan adalah serbuk biji kelor. Penelitian ini menggunakan serbuk biji kelor dengan kadar air 5 %, 7 %, 9 % . Variasi dosis koagulan yang digunakan 2000, 3000, 4000, 5000, 6000 dan 7000 mg/200 ml limbah cair tahu, lama pengendapan 50, 60, 70 dan 80 menit serta ukuran koagulan 70 mesh dengan pH awal adalah 4. Kondisi optimum proses koagulasi flokulasi diperoleh pada waktu pengendapan 60 menit dengan penurunan turbiditas 82,29 %, TSS 96,77 % dan COD 62,8 % pada dosis koagulan 4000 mg/200 ml dan ukuran partikel koagulan 70 mesh. karena persentase penurunan turbiditas, TSS dan COD yang diperoleh diatas 50%, maka dapat disimpulkan bahwa serbuk biji kelor dapat digunakan sebagai koagulan yang efektif pada alternatif pengolahan limbah cair industri tahu

(9)

ABSTRACT

Liquid waste industrial of soyabean contain very high organic materials. Organic compounds in the effluent are proteins, carbohydrates, fats and oils. Based on the results of field studies on Industry Hall of liquid waste industrial characteristics of soyabean in Medan, it is known that liquid waste industrial of soyabean contain average BOD (4583 mg/l), COD (7050 mg/l), TSS (4743 mg/l ) and oil or fat (26 mg/l ) at pH 6.1. Therefore, the soyabean waste water must be treated before it is discharged into the environment to reduce the contaminants that accompany the waste. One alternative that can be used as a coagulant is moringa seed powder. This study used of moringa seed powder with a water content of 5 %, 7 %, 9 %. Variations of coagulant dosage which are used 2000, 3000, 4000, 5000, 6000, and 7000 mg/200 ml liquid waste industrial of soyabean, settling time are 50, 60, 70 and 80 minutes, and coagulant particle size is 70 mesh with the initial pH about 4. Optimum condition for coagulation and floculation process are at settling time 60 minutes, that the decrease of turbidity 82,29 %, TSS 96,77 %, and COD 62,80 %, at dose 5000 mg/200 ml wastewater and coagulant particle size 70 mesh,, Because the decrease of turbidity, TSS and COD more than 50 % so it conclude that moringa oleifera seeds powder can be used as an effective coagulant as an soyabean wastewater treatment alternative.

(10)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

PENGESAHAN ... ii

PRAKATA ... iii

DEDIKASI ... v

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Industri Tahu ... 4

2.1.1 Proses Pembuatan Tahu ... 4

2.1.2 Limbah Cair Industri Tahu ... 6

2.1.3 Karaketristik Limbah Cair Industri Tahu ... 7

2.2 Kekeruhan (Turbidity) ... 9

2.3 Padatan Total (TSS) ... 9

2.4 Chemical Oxygen Demand (COD) ... 10

2.5 Kadar Air ... 11

2.6 Proses Koagulasi/Flokulasi ... 12

2.6.1 Koagulasi ... 12

(11)

2.6.3 Jar Test... 15

2.7 Karakteristik Biji Kelor Sebagai Koagulan ... 16

2.8 Potensi Ekonomi Koagulan Serbuk Biji Kelor ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 23

3.1 Lokasi Penelitian ... 23

3.2 Bahan dan Peralatan ... 23

3.2.1 Bahan-bahan ... 23

3.2.1.1 Bahan Baku ... 23

3.2.1.2 Bahan Koagulan ... 23

3.2.1.3 Bahan Kimia ... 24

3.2.2 Alat ... 24

3.3 Prosedur Penelitian ... 24

3.3.1 Prosedur Perlakuan Pengambilan Sampel ... 24

3.3.2 Prosedur Perlakuan Biji Kelor ... 25

3.3.3 Prosedur Perlakuan Biji Kelor untuk Menentukan Kadar Air ... 25

3.3.4 Prosedur Pengaruh Kadar Air, Dosis, dan Lama Pengendapan Koagulan Serbuk Biji Kelor terhadap Persentase Penurunan Turbiditas, TSS, dan COD ... 25

3.3.5 Prosedur Pengukuran Turbiditas ... 26

3.3.6 Prosedur Pengukuran TotalSolid Suspended (TSS) ... 26

3.3.7 Prosedur Pengukuran Chemical Oxygen Demand (COD) ... 27

3.4 Flowchart Penelitian ... 28

3.4.1 Perlakuan Pengambilan Sampel ... 28

3.4.2 Perlakuan Biji Kelor ... 29

3.4.3 Perlakuan Biji Kelor untuk Menentukan Kadar Air ... 30

3.4.4 Pengaruh Kadar Air, Dosis, dan Lama Pengendapan Koagulan Serbuk Biji Kelor terhadap Persentase Penurunan Turbiditas, TSS, dan COD ... 31

3.4.5 Pengukuran TotalSolid Suspended (TSS) ... 32

(12)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 5 % dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan Turbiditas Limbah Cair Industri Tahu ... …44

4.2 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 7 % dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan Turbiditas Limbah Cair Industri Tahu ... …45

4.3 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 9 % dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan Turbiditas Limbah Cair Industri Tahu ... …….…47

4.4 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 5 % dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Persentase Penurunan TSS Limbah Cair Industri Tahu ... …….…48

4.5 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 7 % dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Persentase Penurunan TSS Limbah Cair Industri Tahu ... ………49

4.6 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 9 % dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Persentase Penurunan TSS Limbah Cair Industri Tahu ... ………51

4.7 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 5 % dengan Ukuran 70 mesh terhadap Persentase Penurunan COD Limbah Cair Industri Tahu ... ………52

4.8 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 7 % dengan Ukuran 70 mesh terhadap Persentase Penurunan COD Limbah Cair Industri Tahu ... ………54

4.9 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 9 % dengan Ukuran 70 mesh terhadap Persentase Penurunan COD Limbah Cair Industri Tahu ... ………55

KESIMPULAN DAN SARAN ... ....57

5.1 Kesimpulan ... 57

(13)

DAFTAR PUSTAKA ... ....58 LAMPIRAN ... ....63

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Proses Pembuatan Tahu ... 5

Gambar 2.2 Diagram Neraca Massa Proses Pembuatan Tahu ... 6

Gambar 2.3 Skema Pembagian Zat Padat ... 10

Gambar 2.4 Peralatan Jar Test ... 15

Gambar 2.5 Tanaman Kelor (Moringa Oleifera) ... 16

Gambar 2.6 Struktur Zat Aktif 4-alfa-4-rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate .... 17

Gambar 2.7 Struktur Asam Amino Glutamat ... 19

Gambar 3.1 Biji Kelor sesudah Dikupas Kulitnya ... 24

Gambar 3.2 Flowchart Perlakuan Pengambilan Sampel ... 28

Gambar 3.3 Flowchart Perlakuan Biji Kelor ... 29

Gambar 3.4 Flowchart Perlakuan Biji Kelor untuk Kadar Air 9 % dan Dosis 2000 mg ... 30

Gambar 3.5 Flowchart Pengaruh Kadar Air, Dosis, dan Lama Pengendapan Koagulan Serbuk Biji Kelor terhadap Persentase Penurunan Turbiditas, TSS, dan COD sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu ... 31

Gambar 3.6 Flowchart Pengukuran TSS ... 32

Gambar 3.7 Flowchart Pengukuran COD ... 33

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 5 % dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan Turbiditas Limbah Cair Industri Tahu... 44

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 7 % dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan Turbiditas Limbah Cair Industri Tahu... 45

Gambar 4.3 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 9 % dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan Turbiditas Limbah Cair Industri Tahu... 47 Gambar 4.4 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk

(15)

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 7 % dengan Ukuran 70 Mesh terhadap

Penurunan TSS Limbah Cair Industri Tahu ... 49

Gambar 4.6 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 9 % dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan TSS Limbah Cair Industri Tahu ... 51

Gambar 4.7 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 5 % dengan Ukuran 70 mesh terhadap Persentase Penurunan COD Limbah Cair Industri Tahu ... 52

Gambar 4.8 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 7 % dengan Ukuran 70 mesh terhadap Persentase Penurunan COD Limbah Cair Industri Tahu ... 54

Gambar 4.9 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 9 % dengan Ukuran 70 mesh terhadap Persentase Penurunan COD Limbah Cair Industri Tahu ... 55

Gambar L.3.1 Biji Kelor Sebelum Dikupas Kuiltnya ... 66

Gambar L.3.2 Biji Kelor Setelah Dikupas Kuiltnya ... 66

Gambar L.3.3 Biji Kelor Setelah Diblender ... 67

Gambar L.3.4 Biji Kelor Setelah Dikeringkan ... 67

Gambar L.3.5 Biji Kelor Ketika Diayak ... 67

Gambar L.3.6 Limbah Cair Industri Tahu ... 68

Gambar L.3.7 Limbah Cair Industri Tahu dengan Pengadukan Cepat ... 68

Gambar L.3.8 Limbah Cair Industri Tahu dengan Pengadukan Lambat ... 69

Gambar L.3.9 Limbah Cair Industri Tahu Ketika Diendapkan ... 69

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perkiraan Kebutuhan Air pada Pengolahan Tahu per 3 kg Kedelai ... 7

Tabel 2.2 Daftar Komposisi Tahu per 100 Gram Tahu ... 8

Tabel 2.3 Komposisi Kimia Limba Cair Tahu ... 8

Tabel 2.4 Baku Mutu Air Limbah Industri Tahu ... 11

Tabel 2.5 Unsur – Unsur Yang Terkandung Per 100 Gra Biji Kelor Kering ... 17

Tabel 2.6 Kandungan Biji Kelor ... 18

Tabel 2.7 Data – Data Produksi, Impor, Ekspor dan Kebutuhan Kedelai di Indonesia ... 20

Tabel 2.8 Biaya Operasional Penelitian ... 22

Tabel 4.1 Data Awal Limbah Cair Industri Tahu ... 35

Tabel 4.2 Data Pengukuran Penurunan Turbiditas Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 5 % ... 35

Tabel 4.3 Data Pengukuran Penurunan Turbiditas Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 7 % ... 36

Tabel 4.4 Data Pengukuran Penurunan Turbiditas Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 9 % ... 37

Tabel 4.5 Data Pengukuran Penurunan TSS Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 5 % ... 38

Tabel 4.6 Data Pengukuran Penurunan TSS Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 7 % ... 39

Tabel 4.7 Data Pengukuran Penurunan TSS Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 9 % ... 40

Tabel 4.8 Data Pengukuran Penurunan COD Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 5 % ... 41

Tabel 4.9 Data Pengukuran Penurunan COD Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 7 % ... 42

(17)

Tabel L.1.2 Data Penentuan Kadar Air Awal Serbuk Biji Kelor ... 61 Tabel L.1.3 Data Penentuan Penentuan Penurunan Kadar Air Serbuk Biji Kelor .... 62 Tabel L.2.1 Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Tentang

(18)

DAFTAR SINGKATAN

COD Chemical Oxygen Demand

(19)

LAMPIRAN 1

DATA PENELITIAN

Tabel L.1.1 Data Awal Limbah Cair Industri Tahu

No Parameter Jumlah Satuan

1 Turbiditas 350 FAU

2 TSS 3100 mg/l

3 COD 6785 mg/l

4 pH 4 -

Tabel L.1.2 Data Penentuan Kadar Air Awal Serbuk Biji Kelor Waktu Pengeringan (menit) Massa Biji Kelor (gram)

0 2500,00

10 2489,12

20 2479,03

30 2470,94

40 2461,85

50 2451,76

60 2441,67

70 2431,58

80 2420,49

90 2409,40

100 2391,31

110 2372,22

120 2353,13

130 2341,04

140 2328,95

150 2316,88

160 2288,80

(20)

180 2244,62

190 2222,53

200 2193,86

210 2173,11

220 2155,07

230 2132,99

240 2120,78

250 2112,25

260 2112,25

270 2112,25

Kadar air awal = x 100 %

Kadar air awal =

x 100 %

= 15,51 % Keterangan :

m1 = massa bahan mula-mula /sebelum dikeringkan (gram) m2 = massa bahan sesudah dikeringkan pada saat konstan (gram)

Tabel L.1.3 Penentuan Penurunan Kadar Air Serbuk Biji Kelor

Dosis (mg) Massa Serbuk Biji Kelor Awal (mg)

5 % 7 % 9 %

(21)

Prosedur Penentuan Penurunan Kadar Air Biji Kelor: 1. Diambil alumunium foil dan ditimbang.

2. Kemudian diambil 2197,8 mg serbuk biji kelor yang sudah ditentukan kadar awalnya (15,51 %) dan dimasukkan ke dalam aluminium foil. 3. Serbuk biji kelor beserta alumunium foil dikeringkan di dalam oven pada

suhu > 110 oC sampai massa biji kelor menjadi 2000 mg dan konstan sebanyak 3 kali.

(22)

LAMPIRAN 2

SURAT KEPUTUSAN

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

Lampiran 2 : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-51/MENLH/10/1995

Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Tanggal : 23 Oktober 1995

Tabel L.2.1 Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri

No. Parameter Satuan Golongan Baku Mutu

Limbah Cair FISIKA

1. Temperatur Derajat C 38 40 2. Zat padat terlarut mg/L 2000 4000 3. Zat padat tersuspensi 200 400

KIMIA

1. pH --- 6,0 sampai 0,9

2. Besi terlarut (Fe) mg/L 5 10 3. Mangan terlarut (Mn) mg/L 2 5

4. Barium (Ba) mg/L 2 3

5. Tembaga (Cu) mg/L 2 3

6. Seng (Zn) mg/L 5 10

(23)

12. Stanum mg/L 2 3

13. Arsen mg/L 0,1 0,5

14. Selenium mg/L 0,05 0,5 15. Nikel (Ni) mg/L 0,2 0,5 16. Kobalt (Co) mg/L 0,4 0,6 17. Sianida (CN) mg/L 0,05 0,5 18. Sulfida (H2S) mg/L 0,05 0,1

19. Fluorida (F) mg/L 2 3 20. Klorin bebas (Cl2) mg/L 1 2

21. Amonia bebas (NH3-N) mg/L 1 5

22. Nitrat (NO3-N) mg/L 20 30

No. Parameter Satuan Golongan Baku Mutu

Limbah Cair

23. Nitrit (NO2-N) mg/L 1 3

24. BOD5 mg/L 50 150

25. COD mg/L 100 300

26. Senyawa aktif biru metilen mg/L 5 10

27. Fenol mg/L 0,5 1

28. Minyak Nabati mg/L 5 10 29. Minyak Mineral mg/L 10 50 30. Radio aktivitas**) --- --- ---

Catatan :

*) Untuk memenuhi baku mutu limbah cair tersebut kadar parameter limbah tidak diperbolehkan dicapai dengan cara pengenceran dengan air secara langsung diambil dari sumber air. Kadar parameter limbah tersebut adalah limbah maksimum yang diperbolehkan.

(24)

LAMPIRAN 3

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar L.3.1 Biji Kelor Sebelum Dikupas Kulitnya

(25)

Gambar L.3.3 Biji Kelor Setelah Diblender

Gambar L.3.4 Biji Kelor Setelah Dikeringkan

(26)

Gambar L.3.6 Limbah Cair Industri Tahu Awal

(27)

Gambar L.3.8 Limbah Cair Industri Tahu dengan Pengadukan Lambat

Gambar L.3.9 Limbah Cair Industri Tahu ketika Diendapkan

(28)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Adieska, 2010. Penelitian Koagulan Biji Kelor Pada Limbah Cair Industri http://adieska.net/search/penelitian+koagulan+biji+kelor+pada+limbah+cair+indu str. Diakses14 Oktober2011.

[2]Aimyaya, 2008. Tahapan Pengolahan Limbah Cair. http://aimyaya.blogspot. com/2009/12/tahapan-pengolahan-limbahcair.html. Diakses 10 Desember 2011.

[3] Agung Tuhu dan Sutan Hanry, 2011. Pengolahan Air Limbah Industri Tahu dengan Menggunakan Teknologi Plasma. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”Jawa Timur. Diakses 14 Oktober 2013

[4] Alerts, G dan Sri, S. S. 1978. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional Surabaya.

[5] Armedi, Jhon. 2010. Penyisihan Bod5, Cod dan TSS Limbah Cair Tahu

Dengan Kombinasi Koagulasi-Flokulasi dan Ultrafiltrasi. Fakultas Teknik. Universtias Riau. Pekanbaru.

[6] Bappeda Medan. 1993. Penelitian Pencemaran Air Limbah Di Sentra industri Kecil Tahu/ Tempe di Kec. Mean Tuntungan Kotamadya Dati II Medan. Laporan Penelitian. Bapedda TK II Medan. Medan.

[7] Bapedal. 1994. Environmental Management Development in Indonesia. BAPEDAL. Jakarta.

[8] BPPT, 1997, Teknologi Pengolahan Limbah Tahu-Tempe Dengan Proses Biofilter Anaerob dan Aerob, http://www.enviro.bppt.go.id/Kel-1/. Diakses 14 Oktober2011.

[9] Chondro, A. 2010. Studi Komparasi Efektivitas Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Dengan Media Pasir Antara Down Flow Dan Up Flow Untuk Mengurangi Kadar Bod. Universitas Jenderal Sudirman. Purwokerto.

[10] Darwis, dkk. 2011. Pemanfaatan Biji Kelor sebagai Koagulan pada Proses Koagulasi Limbah Cair Industri Tahu. Departemen Teknik Kimia USU. Medan.

[11] Davis, M.L. and D.A. Cornwell. 1991. Introduction to Enviromental Engineering. 2nd ed. McGraw-Hill, Inc. New York.

(29)

[13] Husin, A. 2003. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Menggunakan Biji Kelor (Moringa oleifera Seeds) Sebagai Koagulan. laporan Penelitian Dosen Muda,.Fakultas Teknik USU.

[14] . 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dengan Biofiltrasi Anaerob dalam Reaktor Fixed-Bed. Departemen Teknik Kimia. Universitas Sumatera Utara. Medan.

[15] Jenie, Betty Sri Laksmi dan Rahayu, Winalti Pudji. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 14 Oktober 2013

[16] Khasanah, Uswatun, 2008. Efektifitas Biji Kelor (Moringa Oleifera, LAMK) sebagai Koagulan Fosfat dalam Limbah Cair Rumah Sakit (Studi. Kasus di RSU Dr.Saiful Anwar Malang. UIN. Malang.

[17] Lowell, Fuglie. 2010. Moringa Oleifera: Natural Nutrition for the Tropic.

www.moringatree.co.za/analysis.html/3 April 2012.

[18] Mentri Negara Riset dan Teknologi, 2005. Tahu. http//:www//iptek.ac.id. 14 Oktober2011.

[19] Nuraida, 1985. Analisis Kebutuhan Air Pada Industri Pembuatan Tahu dan Kedelai, dalam Lisnasari, S.F., 1995, Pemanfaatan Gulma Air (Aquatics Weeds) Sebagai Upaya Pengolahan Limbah Cair Industri Pembuatan Tahu, Thesis Master, Program Pasca Sarjana USU, Medan.

[20] Nurhasan, dan Pramudyanto, B.B., 1991, Penanganan Air Limbah Tahu, Yayasan Bina Karya Lestari, Jakarta, http://www.menlh.go.id/usaha-kecil.14 Oktober 2011.

[21] Nurhidayat, 2010. Biji Kelor Moringa oleifera. http: //nurhidayat.lecture.ub.ac.id/ 2010/01/biji-kelor-moringa-oleifera/. 14 Oktober 2011.

[22] Nurika, Irnia. 2007. Pemanfaatan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica) sebagai Koagulan pada Proses Koagulasi Limbah Cair Tahu. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

[23] Nurwenda, dkk. 2011. Studi Efektivitas Campuran Serbuk Biji Kelor dan Tawas sebagai Koagulan terhadap Kation Logam Berat dalam Air Tanah. Bandung.

[24] Pandia, Setiaty. 2005. Pengaruh Massa dan Ukuran Biji Kelor pada Proses Penjernihan Air. Universitas Sumatera Utara: Medan.

(30)

[26] Ritwan. 2004. Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa Oleifera Lamk) dalam Pengolahan Limbah dan Air Baku Baik Sekala Kecil, Sedang, dan Besar. http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/ 14 April 2012.

[27] Risdiyanto, Dian. 2007. Optimasi Proses Koagulasi Flokulasi untuk Pengolahan Air Limbah Industri Jamu. Universitas Dipenogoro. Semarang.

[28] Rossi, M. E. dan Ward, N. I. 1993. The Influence of Chemical Treatment of Metal Composition of Raw Water. Proc. Int. Conf. on Heavy Metals in the Environ. 2: 471-475.

[29] Sugiharto, 1994, Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

[30] Suyoto. 2011. Efektifitas Konsentrasi Larutan Biji Kelor (Moringa Oleifera) 1% terhadap Penurunan BOD pada Limbah Cair Tahu. Universitas Muhammadiyah. Semarang.

[31] Syarif dan Halid. 1993. Kadar Air Basis Basah dan Basis Kering. http://

blog.ub.ac.id/nawaby.14 April 2012.

[32] Tay, Joo-Hwa, 1990, Biological Treatment of Soya Bean Waste, J. Water Science & Technology, Vol. 22. No. 9 : 141 – 147.

[33] Wiley, J. & Sons. 1955. Principles of Industrial Waste Treatment. John Wiley & Sons, Inc. New York.

(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Fisika, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.2 Bahan dan Peralatan 3.2.1 Bahan-Bahan

3.2.1.1 Bahan Baku

Bahan baku dalam percobaan ini adalah limbah cair industri tahu yang dihasilkan dari proses penggumpalan pada proses pembuatan tahu. Limbah cair diambil adalah limbah cair tahu yang mewakili dari salah satu industri tahu yang ada di Medan yaitu daerah sari rejo dan termasuk salah satu limbah cair yang berat untuk industri tahu dan dibawa ke laboratorium.

3.2.1.2 Bahan Koagulan

Bahan koagulan yang digunakan dalam percobaan ini adalah serbuk biji kelor. Untuk membuat koagulan serbuk biji kelor, digunakan buah kelor yang sudah matang atau tua dan kering secara alami di pohonnya lalu diambil bijinya dan dipisahkan dari daging buahnya.

[image:31.595.245.382.601.707.2]

Biji kelor tersebut dibersihkan lalu di blender hingga menjadi serbuk dan diayak 70 mesh lalu dikeringkan dalam oven panas pada suhu di atas 105 oC untuk menghomogenkan kadar airnya hingga konstan yaitu penurunan 5 %, 7 %, 9 % dari kadar air awal serbuk biji kelor. Serbuk biji kelor selanjutnya sudah siap digunakan sebagai koagulan.

(32)

3.2.1.3 Bahan Kimia

Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam percobaan ini adalah bahan-bahan yang digunakan dalam penentuan harga COD yaitu : K2CrO7, H2SO4,

Ag2SO4, FeSO4.7H2O dan phenanthicline monohydrate.

3.2.2 Alat

Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Mixer

2. Magnetic stirrer

3. pH indikator 4. Spektrofotometer 5. Neraca analitik 6. Turbidimeter 7. Stop watch

8. Oven

9. Beaker glass 500 ml dan 1000 ml 10.Gelas ukur 10, 50, dan 100 ml 11.Erlenmeyer 250 ml

12.Kertas saring Whatman 13.Blender

14.Ayakan mesh 70 15.Corong gelas

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Prosedur Perlakuan Pengambilan Sampel

1. Diambil limbah cair tahu sebanyak 55 liter 2. Limbah cair dimasukkan ke dalam wadah 3. Limbah cair disimpan di dalam lemari es

3.3.2 Prosedur Perlakuan Biji Kelor

1. Diambil biji kelor yang sudah tua secukupnya 2. Kemudian dikupas kulitnya

(33)

4. Serbuk biji kelor diayak dengan ayakan 70 mesh

5. Kemudian serbuk biji kelor ukuran 70 mesh disimpan di dalam wadah pada suhu ruangan (28 – 30 oC).

3.3.3 Prosedur Perlakuan Biji Kelor untuk Menentukan Kadar Air

1. Serbuk biji kelor ukuran 70 mesh ditimbang dan dicatat massa mula-mulanya.

2. Kemudian serbuk biji kelor dikeringkan dalam oven pada suhu >105 oC dengan interval waktu 10 menit sampai konstan dan dicatat massanya pada masing-masing interval.

3. Kemudian dihitung kadar awal biji kelor dengan rumus

Kadar air = 100%

1 2

1 

m m m

Keterangan :

m1 = massa bahan mula-mula (sebelum dikeringkan)

m2 = massa bahan sesudah dikeringkan pada saat konstan

4. Kemudian dikeringkan kembali didalam oven hingga kadar air berkurang sebanyak 5 %, 7 %, 9 % dari kadar air awal serbuk biji kelor.

3.3.4 Prosedur Pengaruh Dosis, Lama Pengendaan dan Ukuran Partikel Koagulan Serbuk Biji Kelor terhadap Persentase Penurunan Turbiditas, TSS dan COD

1. Beaker gelas masing-masing diisi dengan sampel limbah cair industri tahu sebanyak 200 ml

2. Diukur pH, turbiditas, TSS, dan COD awal limbah cair industri tahu 3. Kemudian koagulan serbuk biji kelor dengan penurunan kadar air 5%, 7%,

9% dan ukuran partikel 70 mesh ditambahkan ke dalam beaker masing-masing sebanyak 2000, 3000, 4000, 5000, 6000 dan 7000 mg/ 200 ml limbah cair industri tahu

4. Sampel kemudian diaduk cepat selama 3 menit (300 rpm) dan diikuti dengan pengadukan lambat selama 12 menit (80 rpm)

(34)

6. Setelah pengendapan, hasil diambil dan dilakukan pengukuran pH, Turbiditas, TSS dan COD dari masing-masing sampel

3.3.5 Prosedur Pengukuran Turbiditas

1. Sampel dimasukkan ke dalam botol turbidimeter dan diusahakan tidak ada gelembung udara

2. Kemudian botol tersebut ditempatkan pada tempat pengukuran 3. Dibaca nilai kekeruhan yang muncul pada alat

Penyisihan turbiditas dapat dihitung dengan persamaan berikut :

% 100 ) ( x A B A Turbiditas Penyisihan  

Keterangan :

A = Turbiditas awal (FAU) B = Turbiditas akhir (FAU)

3.3.6 Prosedur Pengukuran Total Solid Suspended (TSS)

1. Disiapkan kertas saring

2. Kertas saring dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105 °C selama 1 jam 3. Kertas saring dimasukkan ke dalam desikator selama 15 hingga 30 menit 4. Kertas saring ditimbang menggunakan neraca analitik dan dicatat hasilnya 5. Diletakkan kertas saring pada corong di atas erlenmeyer

6. Diambil 100 ml sampel limbah cair tahu kemudian disaring 7. Kertas saring dibilas menggunakan 5 ml aquadest

8. Kertas saring dan residu dimasukkann ke dalam oven pada suhu 105 oC selama 1 jam

9. Kertas saring dan residu ditimbang dan dicatat hasilnya 10.Diukur kadar TSS nya

Kadar zat padat tersuspensi dapat dihitung dengan persamaan berikut :

C x B A L mg

TSS( / )(  ) 1000

Keterangan :

(35)

C = Volume sampel (ml)

3.3.7 Prosedur Pengukuran Chemical Oxygen Demand (COD)

1. Pembuatan Larutan Pereaksi

a. Pembuatan Standar Primer K2CrO7 0,1 N

Larutkan 4,903 gram K2CrO7 AR dalam labu ukur hingga volumenya 1

L dengan aquadest. b. Asam Sulfat, AR. c. Larutan Ag2SO4 1,25%

Dengan hati-hati larutkan 12,5 gr Ag2SO4 menjadi 1 liter dengan H2SO4

50 % pada saat campuran asam sulfat tersebut masih hangat. d. Ferro-1 : 10 phenanthicline indikator

Larutkan 0,695 gram FeSO4.7H2O di dalam 100 ml aquadest,

tambahkan 1,485 gr 1:10 phenanthicline mono hydrate, kocok dan biarkan 2 hari agar melarut semua.

e. Ferro sulfat 0,1 N

Larutkan 27,8 g FeSO4.7H2O di dalam ± 500 ml aquadest, tambahkan

25 ml H2SO4 pekat, kocok, dinginkan dan tepatkan 1 liter dengan

aquadest. Larutan ini harus disimpan dalam botol berwarna dan ditempat gelap. Jika larutan ini disimpan terlalu lama, ada kecenderungan untuk teroksidasi menjadi ferri sulfat. Oleh karena itu setiap melakukan penetapan COD, larutan ini harus distandarisasi dengan K2CrO7.

2. Prosedur Analisa COD

a. Pipet 25 ml K2CrO7 0,1 N ke dalam labu destilasi 500 ml

b. Perlahan-lahan (melalui buret) ditambahkan 30 ml H2SO4 pekat sambil

digoyang-goyang

(36)

d. Tambahkan sejumlah asam sulfat pekat yang setara dengan volume contoh dikali 1,2

e. Kemudian tambahkan 10 ml Ag2SO4 1,25 % dan beberapa butir batu

reflux dilakukan selama 2 jam (minimum)

f. Dinginkan ± ½ jam dan bilasi kondensor dengan aquadest. Campurkan pembilas ke dalam labu destilasi, dinginkan dengan air mengalir g. Sebelum titrasi, tambahkan aquadest hingga volumenya menjadi

kira-kira 4 kali volume semula. Tambahkan 5-6 tetes indikator phenanthrolin

h. Titrasi dengan ferro sulfat 0,1 N hingga warna menjadi cokelat kemerahan (titik akhir). Titik ekuivalen ini cukup tajam, kerjakan titrasi blanko.

3. Perhitungan :

L mg contoh volume

x C b a L mg

COD( / ) (  ) 8000  /

Keterangan :

a = ml FeSO4 0,1 N untuk titrasi blanko

b = ml FeSO4 0,1 N untuk titrasi contoh

c = normalitas FeSO4 (0,1 N)

3.4 Flowchart Penelitian

3.4.1 Perlakuan Pengambilan Sampel

Mulai

Diambil limbah cair tahu sebanyak 55 liter

Limbah cair dimasukkan ke dalam wadah

Limbah cair disimpan di dalam lemari es

[image:36.595.201.416.515.736.2]
(37)
[image:37.595.168.471.121.491.2]

3.4.2 Perlakuan Biji Kelor

Gambar 3.3 Flowchart Perlakuan Biji Kelor Mulai

Diambil biji kelor yang sudah tua secukupnya

Biji kelor dikupas kulitnya

Biji kelor dihaluskan dengan blender

Selesai

Serbuk biji kelor diayak dengan ayakan 70 mesh

(38)
[image:38.595.155.516.100.503.2]

3.4.3 Perlakuan Biji Kelor untuk Menentukan Kadar Air

Gambar 3.4 Flowchart Perlakuan Perlakuan Biji Kelor untuk Menentukan Kadar Air

Ya

Tidak Mulai

Serbuk biji kelor ukuran 70 mesh ditimbang dan dicatat massa mula-mulanya

Serbuk biji kelor dikeringkan dalam oven pada suhu >105

o

C dengan interval waktu 10 menit sampai konstan dan dicatat massanya pada masing-masing interval

Dikeringkan kembali di dalam oven hingga kadar air berkurang 5 %, 7 %, 9 % dari kadar awalnya

Selesai Apakah masih ada variasi lain?

(39)
[image:39.595.133.528.115.651.2]

3.4.4 Pengaruh Kadar Air, Dosis, dan Lama Pengendaan Koagulan Serbuk Biji Kelor terhadap Persentase Penurunan Turbiditas, TSS dan COD

Gambar 3.5 Flowchart Pengaruh Kadar air, Dosis, dan Lama Pengendapan Koagulan Serbuk Biji Kelor terhadap Persentase Penurunan Turbiditas, TSS dan

COD Selesai Apakah masih ada variasi lain?

Tidak

Ya Mulai

Diukur pH, Turbiditas, TSS, dan COD awal limbah cair industri tahu Beaker gelas masing-masing diisi dengan sampel limbah cair industri

tahu sebanyak 200 ml

Setelah pengadukan, diendapkan selama 50, 60, 70 dan 80 menit

Setelah pengendapan, hasil diambil dan dilakukan pengukuran pH, Turbiditas, TSS dan COD dari masing-masing sampel Sampel kemudian diaduk cepat selama 3 menit (300 rpm) dan diikuti

dengan pengadukan lambat selama 12 menit (80 rpm) Koagulan (serbuk biji kelor) dengan ukuran partikel 70

mesh ditambahkan ke dalam beaker sebanyak masing-masing 2000, 3000, 4000, 5000 dan 6000 mg/ 200 ml

(40)
[image:40.595.161.477.84.687.2]

3.4.5 Pengukuran Total Solid Suspended (TSS)

Gambar 3.6 Flowchart Pengukuran TSS Mulai

Kertas saring dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105 °C selama 1 jam

Kertas saring dimasukkan ke dalam desikator selama 15 hingga 30 menit

Kertas saring ditimbang menggunakan neraca analitik dan dicatat hasilnya

Selesai

Diletakkan kertas saring pada corong di atas erlenmeyer

Diambil 100 ml sampel limbah cair tahu kemudian disaring

Kertas saring dibilas menggunakan 5 ml aquadest

Kertas saring dan residu dimasukkann ke dalam oven pada suhu 105 oC selama 1 jam

Kertas saring dan residu ditimbang dan dicatat hasilnya

(41)

3.4.6 Pengukuran Chemical Oxygen Demand (COD)

Mulai

Pipet 25 ml K2CrO7 0,1 N ke dalam labu destilasi 500 ml

Campurkan pembilas ke dalam labu destilasi dan dinginkan dengan air mengalir.

Dinginkan selama ± ½ jam dan bilas kondensor dengan aquadest

Ditambahkan aquadest hingga volumenya menjadi 4 kali volume semula

Perlahan-lahan ditambahkan 30 ml H2SO4 pekat sambil digoyang

Pada saat campuran masih agak panas, perlahan-lahan tambahkan sejumlah tertentu limbah cair tahu sambil terus digoyang

Apakah terjadi perubahan warna?

Ditambahkan sejumlah asam sulfat pekat yang setara dengan volume contoh dikali 1,2

Ditambahkan 10 ml Ag2SO4 1,25% dan beberapa

butir batu reflux selama 2 jam Ya

Tidak

(42)
[image:42.595.164.518.71.423.2]

Gambar 3.7 Flowchart Pengukuran COD Selesai

A

Ditambahkan 5-6 tetes indikator phenanthrolin

Dtitrasi dengan ferro sulfat 0,1 N

Apakah terjadi perubahan warna?

Ya

Tidak

(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

4.1.1 Data Awal Limbah Cair Industri Tahu

Tabel 4.1 Data Awal Limbah Cair Industri Tahu No Parameter Jumlah Satuan

1 Turbiditas 350 FAU

2 TSS 3100 mg/l

3 COD 6785 mg/l

4 pH 4 -

4.1.2 Data Pengukuran Penurunan Turbiditas Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 5 %

Tabel 4.2 Data Pengukuran Penurunan Turbiditas Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 5 % Lama Pengendapan (menit) Dosis Koagulan (mg/200 ml) Turbiditas Akhir (FAU) Penurunan Turbiditas (%) 50

2000 148 57,71 3000 148 57,71 4000 139 60,29 5000 121 65,43 6000 121 65,43 7000 121 65,43

60

2000 236 32,57 3000 103 70,57

4000 62 82,29

5000 88 74,86

6000 88 74,86

7000 88 74,86

70

2000 85 75,71

3000 67 80,86

4000 53 84,86

5000 61 82,57

6000 61 82,57

7000 61 82,57

80

2000 105 70,00

3000 87 75,14

4000 75 78,57

5000 83 76,29

6000 83 76,29

(44)

 Data Kekeruhan Limbah Awal = 350 FAU  Ukuran Partikel Serbuk Biji Kelor = 70 mesh  pH Akhir = 4

4.1.3 Data Pengukuran Penurunan Turbiditas Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 7 %

Tabel 4.3 Data Pengukuran Penurunan Turbiditas Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 7 % Lama Pengendapan (menit) Dosis Koagulan (mg/200 ml) Turbiditas Akhir (FAU) Penurunan Turbiditas (%) 50

2000 97 72,29

3000 77 78,00

4000 83 76,29

5000 62 82,29

6000 62 82,29

7000 62 82,29

60

2000 104 70,29

3000 87 75,14

4000 83 76,29

5000 79 77,43

6000 79 77,43

7000 79 77,43

70

2000 113 67,71

3000 100 71,43

4000 104 70,29

5000 68 80,57

6000 68 80,57

7000 68 80,57

80

2000 135 61,43

3000 103 70,57

4000 120 65,71

5000 73 79,14

6000 73 79,14

7000 73 79,14

(45)
[image:45.595.111.511.150.574.2]

4.1.4 Data Pengukuran Penurunan Turbiditas Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 9 %

Tabel 4.4 Data Pengukuran Penurunan Turbiditas Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 9 % Lama Pengendapan

(menit)

Dosis Koagulan (mg/200 ml)

Turbiditas Akhir (FAU)

Penurunan Turbiditas (%)

50

2000 71 79,71

3000 97 72,29

4000 70 80,00

5000 61 82,57

6000 61 82,57

7000 61 82,57

60

2000 113 67,71

3000 85 75,71

4000 56 84,00

5000 64 81,71

6000 64 81,71

7000 64 81,71

70

2000 188 46,29

3000 222 36,57

4000 117 66,57

5000 90 74,29

6000 90 74,29

7000 90 74,29

80

2000 195 44,29

3000 229 34,57

4000 100 71,43

5000 98 72,00

6000 98 72,00

7000 98 72,00

(46)
[image:46.595.115.510.144.576.2]

4.1.5 Data Pengukuran Penurunan TSS Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 5 %

Tabel 4.5 Data Pengukuran Penurunan TSS Limbah Industri Tahu

Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 5 % Lama Pengendapan

(menit)

Dosis Koagulan (mg/200 ml)

TSS akhir (mg/l)

Penurunan TSS (%)

50

2000 1000 67,74 3000 600 80,65 4000 600 80,65 5000 400 87,10 6000 400 87,10 7000 400 87,10

60

2000 1100 64,52 3000 800 74,19 4000 100 96,77 5000 400 87,10 6000 400 87,10 7000 400 87,10

70

2000 600 80,65 3000 400 87,10 4000 200 93,55 5000 300 90,32 6000 300 90,32 7000 300 90,32

80

2000 600 80,65 3000 500 83,87 4000 200 93,55 5000 400 87,10 6000 400 87,10 7000 400 87,10  Data TSS Limbah Awal = 3100 mg/l

(47)
[image:47.595.108.514.147.574.2]

4.1.6 Data Pengukuran Penurunan TSS Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 7 %

Tabel 4.6 Data Pengukuran Penurunan TSS Limbah Industri Tahu

Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 7 % Lama Pengendapan

(menit)

Dosis Koagulan (mg/200 ml)

TSS akhir (mg/l)

Penurunan TSS (%)

50

2000 600 80,65

3000 600 80,65

4000 200 93,55

5000 400 87,10

6000 400 87,10

7000 400 87,10

60

2000 600 80,65

3000 400 87,10

4000 500 83,87

5000 300 90,32

6000 300 90,32

7000 300 90,32

70

2000 700 77,42

3000 600 80,65

4000 500 83,87

5000 400 87,10

6000 400 87,10

7000 400 87,10

80

2000 800 74,19

3000 600 80,65

4000 600 80,65

5000 500 83,87

6000 500 83,87

7000 500 83,87

(48)
[image:48.595.112.504.147.573.2]

4.1.7 Data Pengukuran Penurunan TSS Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 9 %

Tabel 4.7 Data Pengukuran Penurunan TSS Limbah Industri Tahu

Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 9 % Lama Pengendapan

(menit)

Dosis Koagulan (mg/200 ml)

TSS akhir (mg/l)

Penurunan TSS (%)

50

2000 1000 67,74 3000 1200 61,29 4000 600 80,65 5000 500 83,87 6000 500 83,87 7000 500 83,87

60

2000 900 70,97 3000 800 74,19 4000 600 80,65 5000 700 77,42 6000 700 77,42 7000 700 77,42

70

2000 600 80,65 3000 700 77,42 4000 500 83,87 5000 400 87,10 6000 400 87,10 7000 400 87,10

80

2000 700 77,42 3000 700 77,42 4000 600 80,65 5000 500 83,87 6000 500 83,87 7000 500 83,87  Data TSS Limbah Awal = 3100 mg/l

(49)
[image:49.595.113.504.145.573.2]

4.1.8 Data Pengukuran Penurunan COD Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 5 %

Tabel 4.8 Data Pengukuran Penurunan COD Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 5 % Lama Pengendapan

(menit)

Dosis Koagulan (mg/200 ml)

COD akhir (mg/l)

Penurunan COD (%)

50

2000 4086 39,78 3000 3266 51,86 4000 3266 51,86 5000 1548 77,18 6000 1548 77,18 7000 1548 77,18

60

2000 4258 37,24 3000 4116 39,34 4000 2524 62,80 5000 2744 59,56 6000 2744 59,56 7000 2744 59,56

70

2000 4107 39,47 3000 3814 43,79 4000 2652 60,91 5000 2914 57,05 6000 2914 57,05 7000 2914 57,05

80

2000 4321 36,32 3000 3850 43,26 4000 2786 58,94 5000 2998 55,81 6000 2998 55,81 7000 2998 55,81  Data COD Limbah Awal = 6785 mg/l

(50)
[image:50.595.109.508.147.574.2]

4.1.9 Data Pengukuran Penurunan COD Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 7 %

Tabel 4.9 Data Pengukuran Penurunan COD Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 7 % Lama Pengendapan

(menit)

Dosis Koagulan (mg/200 ml)

COD akhir (mg/l)

Penurunan COD (%)

50

2000 4303 36,58 3000 3452 49,12 4000 4090 39,72 5000 2831 58,28 6000 2831 58,28 7000 2831 58,28

60

2000 4216 37,86 3000 3627 46,54 4000 3016 55,55 5000 2493 63,26 6000 2493 63,26 7000 2493 63,26

70

2000 4349 35,90 3000 2956 56,43 4000 3145 53,65 5000 2814 58,53 6000 2814 58,53 7000 2814 58,53

80

2000 4348 35,92 3000 2989 55,95 4000 3434 49,39 5000 2840 58,14 6000 2840 58,14 7000 2840 58,14  Data COD Limbah Awal = 6785 mg/l

(51)
[image:51.595.109.514.147.574.2]

4.1.10 Data Pengukuran Penurunan COD Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 9 %

Tabel 4.10 Data Pengukuran Penurunan COD Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 9 % Lama Pengendapan

(menit)

Dosis Koagulan (mg/200 ml)

COD akhir (mg/l)

Penurunan COD (%)

50

2000 3556 47,59 3000 4008 40,93 4000 2831 58,28 5000 2573 62,08 6000 2573 62,08 7000 2573 62,08

60

2000 4362 35,71 3000 2970 56,23 4000 2436 64,10 5000 2436 64,10 6000 2436 64,10 7000 2602 61,65

70

2000 2566 62,18 3000 2817 58,48 4000 2370 65,07 5000 2276 66,46 6000 2276 66,46 7000 2276 66,46

80

2000 2978 56,11 3000 2980 56,08 4000 2421 64,32 5000 2368 65,10 6000 2368 65,10 7000 2368 65,10  Data COD Limbah Awal = 6785 mg/l

(52)

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 5 % dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan Turbiditas Limbah Cair Industri Tahu

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 5 % dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan

Turbiditas Limbah Cair Industri Tahu

Gambar 4.1 menunjukkan trend hubungan dosis koagulan untuk penurunan kadar air 5 % dari kadar awal serbuk biji kelor terhadap penurunan turbiditas pada berbagai waktu pengendapan. Dari Gambar 4.1 terlihat bahwa grafik cenderung mengalami peningkatan pada dosis koagulan 2000 mg sampai 5000 mg dan konstan pada dosis koagulan 6000 mg dan 7000 mg.

Penurunan turbiditas tertinggi diperoleh pada dosis koagulan serbuk biji kelor 4000 mg/200 ml limbah cair industri tahu pada waktu pengendapan 70 menit sebesar 82,57 %, dengan ukuran partikel 70 mesh dan pH limbah cair industri tahu adalah 4.

Pada penelitian terdahulu oleh [24], menggunakan partikel biji kelor untuk menjernihkan air dapat menurunkan turbiditas sebesar 71,8 %, TDS sebesar 78,28 % dan TSS sebsar 72,13 % dengan ukuran partikel 300 mesh, waktu pengendapan 4-5 jam dan penurunan pH 7,63 % dengan dosis koagulan partikel biji kelor 4000 dan 5000 mg/L.

Dari hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh [24] terlihat bahwa serbuk biji kelor lebih efektif dalam proses penjernihan limbah cair tahu daripada penjernihan air dengan dosis

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

2000 3000 4000 5000 6000 7000

P en u ru n an T u rb id itas (% )

Dosis Koagulan (mg/200 ml)

(53)

koagulan yang sama tetapi ukuran partikel dan waktu pengendapan berbeda. Dari perbandingan ini terlihat bahwa ukuran partikel koagulan dan lama pengendapan sangat mempengaruhi proses koagulasi untuk menurunkan turbiditas limbah cair.

Berdasarkan teori, dosis koagulan sangat berpengaruh terhadap penyisihan turbiditas limbah cair industri tahu karena dengan memberikan dosis yang tepat maka penyisihan turbiditas sampel akan semakin signifikan. Menurut [33] suatu koagulan dikatakan efektif, apabila mampu mengurangi nilai turbiditas sebesar 50 % sehingga koagulan serbuk biji kelor ini merupakan koagulan yang efektif untuk menurunkan turbiditas limbah cair industri tahu.

4.2.2 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 7 % dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan Turbiditas Limbah Cair Industri Tahu

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 7 % dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan

Turbiditas Limbah Cair Industri Tahu

Gambar 4.2 menunjukkan trend hubungan dosis koagulan untuk penurunan kadar air 7 % dari kadar awal serbuk biji kelor terhadap penurunan turbiditas pada berbagai waktu pengendapan. Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa grafik cenderung mengalami peningkatan pada dosis koagulan 2000 mg sampai 5000 mg dan konstan pada dosis koagulan 6000 mg dan 7000 mg.

Penurunan turbiditas tertinggi diperoleh pada dosis koagulan serbuk biji kelor 5000 mg/200 ml limbah cair industri tahu pada waktu pengendapan 50

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

2000 3000 4000 5000 6000 7000

P en u ru n an T u rb id itas (% )

Dosis Koagulan (mg/200 ml)

(54)

menit sebesar 82,29 %, dengan ukuran partikel 70 mesh dan pH limbah cair industri tahu adalah 4.

Pada penelitian terdahulu oleh [24], menggunakan partikel biji kelor untuk menjernihkan air dapat menurunkan turbiditas sebesar 71,8 %, TDS sebesar 78,28 % dan TSS sebsar 72,13 % dengan ukuran partikel 300 mesh, waktu pengendapan 4-5 jam dan penurunan pH 7,63 % dengan dosis koagulan partikel biji kelor 4000 dan 5000 mg/L.

Dari hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh [24] terlihat bahwa serbuk biji kelor lebih efektif dalam proses penjernihan limbah cair tahu daripada penjernihan air dengan dosis koagulan yang sama tetapi ukuran partikel dan waktu pengendapan berbeda. Dari perbandingan ini terlihat bahwa ukuran partikel koagulan dan lama pengendapan sangat mempengaruhi proses koagulasi untuk menurunkan turbiditas limbah cair.

(55)

4.2.3 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 9 % dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan Turbiditas Limbah Cair Industri Tahu

Gambar 4.3 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 9 % dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan

Turbiditas Limbah Cair Industri Tahu

Gambar 4.3 menunjukkan trend hubungan dosis koagulan untuk penurunan kadar air 9 % dari kadar awal serbuk biji kelor terhadap penurunan turbiditas pada berbagai waktu pengendapan. Dari Gambar 4.3 terlihat bahwa grafik cenderung mengalami peningkatan pada dosis koagulan 2000 mg sampai 5000 mg dan konstan pada dosis koagulan 6000 mg dan 7000 mg.

Penurunan turbiditas tertinggi diperoleh pada dosis koagulan serbuk biji kelor 4000 mg/200 ml limbah cair industri tahu pada waktu pengendapan 60 menit sebesar 84 %, dengan ukuran partikel 70 mesh dan pH limbah cair industri tahu adalah 4.

Pada penelitian terdahulu oleh [24], menggunakan partikel biji kelor untuk menjernihkan air dapat menurunkan turbiditas sebesar 71,8 %, TDS sebesar 78,28 % dan TSS sebsar 72,13 % dengan ukuran partikel 300 mesh, waktu pengendapan 4-5 jam dan penurunan pH 7,63 % dengan dosis koagulan partikel biji kelor 4000 dan 5000 mg/L.

Dari hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh [24] terlihat bahwa serbuk biji kelor lebih efektif dalam proses penjernihan limbah cair tahu daripada penjernihan air dengan dosis koagulan yang sama tetapi ukuran partikel dan waktu pengendapan berbeda. Dari

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

2000 3000 4000 5000 6000 7000

P en u ru n an T u rb id itas (% )

Dosis Koagulan (mg/200 ml)

(56)

perbandingan ini terlihat bahwa ukuran partikel koagulan dan lama pengendapan sangat mempengaruhi proses koagulasi untuk menurunkan turbiditas limbah cair.

Berdasarkan teori, dosis koagulan sangat berpengaruh terhadap penyisihan turbiditas limbah cair industri tahu karena dengan memberikan dosis yang tepat maka penyisihan turbiditas sampel akan semakin signifikan. Menurut [33] suatu koagulan dikatakan efektif, apabila mampu mengurangi nilai turbiditas sebesar 50 % sehingga koagulan serbuk biji kelor ini merupakan koagulan yang efektif untuk menurunkan turbiditas limbah cair industri tahu.

4.2.4 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 5 % dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Persentase Penurunan TSS Limbah Cair Industri Tahu

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 5 % dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan

TSS Limbah Cair Industri Tahu

Gambar 4.4 menunjukkan trend hubungan dosis koagulan untuk penurunan kadar air 5 % dari kadar awal serbuk biji kelor terhadap penurunan TSS pada berbagai waktu pengendapan. Dari Gambar 4.4 terlihat bahwa grafik cenderung mengalami peningkatan pada dosis koagulan 2000 mg sampai 5000 mg dan konstan pada dosis koagulan 6000 mg dan 7000 mg.

Penurunan TSS tertinggi diperoleh pada dosis koagulan serbuk biji kelor 4000 mg/200 ml limbah cair industri tahu dengan waktu pengendapan 60 menit dengan penurunan sebesar 96,77 % dengan ukuran 70 mesh.

Berdasarkan teori yang ada, semakin besar konsentrasi koagulan yang digunakan maka semakin besar juga jumlah partikel bahan tersuspensi (TSS) yang

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

2000 3000 4000 5000 6000 7000

P en u ru n an T S S (% )

Dosis Koagulan (mg/200 ml)

(57)

tersisihkan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh [28] bahwa penghilangan flok berupa turbiditas dan TSS dari media cair bergantung pada jenis dan jumlah suspensi koloid, pH, komposisi kimia cairan dan jenis koagulan.

Pada penelitian terdahulu oleh [24], menggunakan partikel biji kelor untuk menjernihkan air dapat menurunkan turbiditas sebesar 71,8 %, TDS sebesar 78,28 % dan TSS sebsar 72,13 % dengan ukuran partikel 300 mesh, waktu pengendapan 4-5 jam dan penurunan pH 7,63 % dengan dosis koagulan partikel biji kelor 4000 dan 5000 mg/L.

Dari hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh [24] terlihat bahwa serbuk biji kelor lebih efektif dalam proses penjernihan limbah cair tahu daripada penjernihan air dengan dosis koagulan yang sama tetapi ukuran partikel dan waktu pengendapan berbeda. Dari perbandingan ini terlihat bahwa ukuran partikel koagulan dan lama pengendapan sangat mempengaruhi proses koagulasi untuk menurunkan TSS limbah cair.

[image:57.595.147.476.444.610.2]

4.2.5 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 7 % dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Persentase Penurunan TSS Limbah Cair Industri Tahu

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 7 % dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan

TSS Limbah Cair Industri Tahu

Gambar 4.5 menunjukkan trend hubungan dosis koagulan untuk penurunan kadar air 7 % dari kadar awal serbuk biji kelor terhadap penurunan TSS pada berbagai waktu pengendapan. Dari Gambar 4.5 terlihat bahwa grafik

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

2000 3000 4000 5000 6000 7000

P en u ru n an T S S (% )

Dosis Koagulan (mg/200 ml)

(58)

cenderung mengalami peningkatan pada dosis koagulan 2000 mg sampai 5000 mg dan konstan pada dosis koagulan 6000 mg dan 7000 mg.

Penurunan TSS tertinggi diperoleh pada dosis koagulan serbuk biji kelor 4000 mg/200 ml limbah cair industri tahu dengan waktu pengendapan 50 menit dengan penurunan sebesar 93,55 % dengan ukuran 70 mesh.

Berdasarkan teori yang ada, semakin besar konsentrasi koagulan yang digunakan maka semakin besar juga jumlah partikel bahan tersuspensi (TSS) yang tersisihkan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh [28] bahwa penghilangan flok berupa turbiditas dan TSS dari media cair bergantung pada jenis dan jumlah suspensi koloid, pH, komposisi kimia cairan dan jenis koagulan.

Pada penelitian terdahulu oleh [24] menggunakan partikel biji kelor untuk menjernihkan air dapat menurunkan turbiditas sebesar 71,8 %, TDS sebesar 78,28 % dan TSS sebsar 72,13 % dengan ukuran partikel 300 mesh, waktu pengendapan 4-5 jam dan penurunan pH 7,63 % dengan dosis koagulan partikel biji kelor 4000 dan 5000 mg/L.

(59)

4.2.6 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 9 % dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Persentase Penurunan TSS Limbah Cair Industri Tahu

Gambar 4.6 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 9 % dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan

TSS Limbah Cair Industri Tahu

Gambar 4.6 menunjukkan trend hubungan dosis koagulan untuk penurunan kadar air 9 % dari kadar awal serbuk biji kelor terhadap penurunan TSS pada berbagai waktu pengendapan. Dari Gambar 4.6 terlihat bahwa grafik cenderung mengalami peningkatan pada dosis koagulan 2000 mg sampai 5000 mg dan konstan pada dosis koagulan 6000 mg dan 7000 mg.

Penurunan TSS tertinggi diperoleh pada dosis koagulan serbuk biji kelor 5000 mg/200 ml limbah cair industri tahu dengan waktu pengendapan 70 menit dengan penurunan sebesar 87,1 % dengan ukuran 70 mesh.

Berdasarkan teori yang ada, semakin besar konsentrasi koagulan yang digunakan maka semakin besar juga jumlah partikel bahan tersuspensi (TSS) yang tersisihkan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh [28] bahwa penghilangan flok berupa turbiditas dan TSS dari media cair bergantung pada jenis dan jumlah suspensi koloid, pH, komposisi kimia cairan dan jenis koagulan.

Pada penelitian terdahulu oleh [24], menggunakan partikel biji kelor untuk menjernihkan air dapat menurunkan turbiditas sebesar 71,8 %, TDS sebesar 78,28 % dan TSS sebsar 72,13 % dengan ukuran partikel 300 mesh, waktu pengendapan 4-5 jam dan penurunan pH 7,63 % dengan dosis koagulan partikel biji kelor 4000 dan 5000 mg/L.

Dari hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh [24] terlihat bahwa serbuk biji kelor lebih efektif dalam

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

2000 3000 4000 5000 6000 7000

P en u ru n an T S S (% )

Dosis Koagulan (mg/200 ml)

(60)

proses penjernihan limbah cair tahu daripada penjernihan air dengan dosis koagulan yang sama tetapi ukuran partikel dan waktu pengendapan berbeda. Dari perbandingan ini terlihat bahwa ukuran partikel koagulan dan lama pengendapan sangat mempengaruhi proses koagulasi untuk menurunkan TSS limbah cair.

4.2.7 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 5 % dengan Ukuran 70 mesh terhadap Persentase Penurunan COD Limbah Cair Industri Tahu

Gambar 4.7 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 5 % dengan Ukuran 70 mesh terhadap Persentase

Penurunan COD Limbah Cair Industri Tahu

Gambar 4.7 menunjukkan trend hubungan dosis koagulan untuk penurunan kadar air 5 % dari kadar awal serbuk biji kelor terhadap penurunan COD pada berbagai waktu pengendapan. Dari Gambar 4.7 terlihat bahwa grafik cenderung mengalami peningkatan pada dosis koagulan 2000 mg sampai 5000 mg dan konstan pada dosis koagulan 6000 mg dan 7000 mg.

Penurunan COD tertinggi diperoleh pada dosis 5000 mg/200 ml dengan waktu pengendapan 50 menit dan ukuran partikel 70 mesh sebesar 77,18 %. Hasil yang diperoleh jauh diatas baku mutu limbah cair yang ditetapkan kep-51/MENLH/10/1995, dimana baku mutu COD limbah cair yang dapat dibuang ke lingkungan adalah sebesar 100 mg/L.

Pada penelitian terdahulu oleh [10] menggunakan partikel biji kelor untuk menjernihkan limbah cair tahu dapat menurunkan COD 69,58 % pada dosis koagulan 3000 mg/L, pH limbah cair industri tahu adalah 4 dan ukuran partikel koagulan 50 mesh dengan waktu pengendapan 50 menit.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

2000 3000 4000 5000 6000 7000

P en u ru n an COD ( % )

Dosis Koagulan (mg/200 ml)

(61)

Dari hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh [10] terlihat bahwa serbuk biji kelor lebih efektif dalam proses penjernihan limbah cair tahu dengan dosis 5000 mg dan waktu pengendapan 50 menit daripada dosis 3000 mg dan waktu pengendapan 50 menit dengan ukuran partikel biji kelor yang sama. Dari perbandingan ini terlihat bahwa ukuran partikel koagulan dan lama pengendapan sangat mempengaruhi proses koagulasi untuk menurunkan COD limbah cair.

(62)

4.2.8 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 7 % dengan Ukuran 70 mesh terhadap Persentase Penurunan COD Limbah Cair Industri Tahu

Gambar 4.8 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 7 % dengan Ukuran 70 mesh terhadap Persentase

Penurunan COD Limbah Cair Industri Tahu

Gambar 4.8 menunjukkan trend hubungan dosis koagulan untuk penurunan kadar air 7 % dari kadar awal serbuk biji kelor terhadap penurunan COD pada berbagai waktu pengendapan. Dari Gambar 4.8 terlihat bahwa grafik cenderung mengalami peningkatan pada dosis koagulan 2000 mg sampai 5000 mg dan konstan pada dosis koagulan 6000 mg dan 7000 mg.

Penurunan COD tertinggi diperoleh pada dosis 5000 mg/200 ml dengan waktu pengendapan 60 menit dan ukuran partikel 70 mesh sebesar 63,26 %. Hasil yang diperoleh jauh diatas baku mutu limbah cair yang ditetapkan kep-51/MENLH/10/1995, dimana baku mutu COD limbah cair yang dapat dibuang ke lingkungan adalah sebesar 100 mg/L.

Pada penelitian terdahulu oleh [10], menggunakan partikel biji kelor untuk menjernihkan limbah cair tahu dapat menurunkan COD 69,58 % pada dosis koagulan 3000 mg/L, pH limbah cair industri tahu adalah 4 dan ukuran partikel koagulan 50 mesh dengan waktu pengendapan 50 menit.

Dari hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh [10] terlihat bahwa serbuk biji kelor lebih efektif dalam proses penjernihan limbah cair tahu dengan dosis 3000 mg dan waktu pengendapan 50 menit daripada dosis 5000 mg dan waktu pengendapan 60 menit dengan ukuran partikel biji kelor yang sama. Dari perbandingan ini terlihat bahwa

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

2000 3000 4000 5000 6000 7000

P en u ru n an COD ( % )

Dosis Koagulan (mg/200 ml)

(63)

ukuran partikel koagulan dan lama pengendapan sangat mempengaruhi proses koagulasi untuk menurunkan COD limbah cair.

COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi secara kimia bahan organik di dalam air. COD yang diperoleh dari proses koagulasi tidak dapat memenuhi baku mutu dikarenakan banyaknya kandungan zat-zat organik dan anorganik yang terkandung di dalam limbah cair industri tahu tersebut. Untuk dapat menyisihkan kadar COD yang tinggi pada limbah cair, diperlukan pengolahan lebih lanjut. Di dalam proses pengolahan limbah cair, koagulasi merupakan bagian dari Primary Treatment (pengolahan tahap pertama) yang memiliki tujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi didalam air limbah. Sedangkan tahapan selanjuntya yaitu Secondary Treatment (pengolahan tahap kedua) bertujuan menghilangkan material organik pada air limbah [2]. Tahap ini dapat memberikan angka penurunan COD yang lebih besar, dengan hasil yang dicapai dapat disesuaikan dengan baku mutu COD ditetapkan kep-51/MENLH/10/1995 sehingga aman bagi lingkungan sekitar.

[image:63.595.161.496.463.612.2]

4.2.9 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 9 % dengan Ukuran 70 mesh terhadap Persentase Penurunan COD Limbah Cair Industri Tahu

Gambar 4.9 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 9 % dengan Ukuran 70 mesh terhadap Persentase

Penurunan COD Limbah Cair Industri Tahu

Gambar 4.9 menunjukkan trend hubungan dosis koagulan untuk penurunan kadar air 9 % dari kadar awal serbuk biji kelor terhadap penurunan COD pada berbagai waktu pengendapan. Dari Gambar 4.9 terlihat bahwa grafik

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

2000 3000 4000 5000 6000 7000

P en u ru n an COD ( % )

Dosis Koagulan (mg/200 ml)

(64)

cenderung mengalami peningkatan pada dosis koagulan 2000 mg sampai 5000 mg dan konstan pada dosis koagulan 6000 mg dan 7000 mg.

Penurunan COD tertinggi diperoleh pada dosis 5000 mg/200 ml dengan waktu pengendapan 70 menit dan ukuran partikel 70 mesh sebesar 66,46 %. Hasil yang diperoleh jauh diatas baku mutu limbah cair yang ditetapkan kep-51/MENLH/10/1995, dimana baku mutu COD limbah cair yang dapat dibuang ke lingkungan adalah sebesar 100 mg/L. Pada penelitian terdahulu oleh [10], menggunakan partikel biji kelor untuk menjernihkan limbah cair tahu dapat menurunkan COD 69,58 % pada dosis koagulan 3000 mg/L, pH limbah cair industri tahu adalah 4 dan ukuran partikel koagulan 50 mesh dengan waktu pengendapan 50 menit.

Dari hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh [10] terlihat bahwa serbuk biji kelor lebih efektif dalam proses penjernihan limbah cair tahu dengan dosis 3000 mg dan waktu pengendapan 50 menit daripada dosis 5000 mg dan waktu pengendapan 70 menit dengan ukuran partikel biji kelor yang sama. Dari perbandingan ini terliha

Gambar

Gambar 3.1 Biji Kelor sesudah Dikupas Kulitnya
Gambar 3.2 Flowchart Perlakuan Pengambilan Sampel
Gambar 3.3 Flowchart Perlakuan Biji Kelor
Gambar 3.4 Flowchart Perlakuan Perlakuan Biji Kelor untuk Menentukan Kadar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mata kuliah pengantar ilmu ekonomi merupakan pengetahuan dasar yang perlu dipahami oleh mahasiswa Ilmu hubungan internasional sebelum mempelajari mata kuliah wajib dan pilihan

Strategi dapat dikembangkan dalam suatu jaringan sosial, pola kerja sama yang. dapat diterapkan

Agar penelitian ini lebih sempurna lagi, penulis menyarankan untuk dikembangkan lagi dengan menggunakan sensor yang lebih canggih, yang dapat mendeteksi sampah yang

Pentahapan kegiatan pengkajian dalam kaitannya dengan pengadaan teknologi tidak sepenuhnya berjalan dalam suatu grafik yang meningkat, atau teknologi yang di-SUP-kan

established equivalent , reduction , borrowing , amplification , variation, dan discursive creation ; (2) hasil dari penilaian keakuratan menjelaskan, 155 data termasuk Akurat,

Adapun hasil dari penelitian pengembangan ini adalah sebuah produk multimedia interaktif IPA untuk SMP kelas VII semester II dimana proses rancang bangun yang

Data kualitatif hasil pertumbuhan Spora Rumput Laut Sargasum sp pada perlakuan substrat pasir berlumpr dapat dilihat di Tabel 4, sedangkan data kuantitatif

Alat analisis yang digunakan yaitu analisis SWOT, dengan menganalisis faktor internal dan eksternal dari industri „Citarasaku”, berdasarkan hasil analisis SWOT bahwa posisi