• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Bayi Baru Lahir Dengan Hiperbilirubinemia Di RSUP H. Adam Malik Pada Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Bayi Baru Lahir Dengan Hiperbilirubinemia Di RSUP H. Adam Malik Pada Tahun 2011"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN BAYI BARU LAHIR DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA DI RSUP H.ADAM MALIK

PADA TAHUN 2011

Oleh :

PRIYA DARISHINI GUNASEGARAN 090100399

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN BAYI BARU LAHIR DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA DI RSUP H.ADAM MALIK

PADA TAHUN 2011

Karya Tulis Ilmiah ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Kedokteran”

Oleh:

PRIYA DARISHINI GUNASEGARAN NIM: 090100399

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Gambaran Bayi Baru Lahir dengan Hiperbilirubinemia di RSUP H. Adam Malik pada Tahun 2011

Nama : Priya Darishini Gunasegaran Nim : 090100399

Pembimbing, Penguji I,

... ... (dr. Tina Christina L Tobing Sp(K)) (dr.Vita Camelia Sp. KJ ) NIP:196109101987122001 NIP: 197804042005012002 Penguji II,

... (dr. Rodiah Rahmawati Sp. M) NIP: 197604172005012002 Medan, 15 Januari 2013

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

...

(4)

ABSTRAK

Latar belakang: Hiperbilirubinemia merupakan salah satu masalah tersering pada neonatus. Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi. Ikterus neonatorum bisa diakibatkan oleh pemecahan eritrosit yang berlebihan, gangguan clearance metabolisme, gangguan konjugasi, atau gangguan ekskresi bersama air. Di RSUP H.Adam Malik pada tahun 2011, dari sejumlah 401 bayi yang lahir, 43 orang bayi menderita hiperbilirubinemia.

Tujuan: Adalah untuk mengetahui gambaran bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan dari Januari 2011 sehingga Desember 2011 dan mengetahui distribusi jenis kelamin, berat badan lahir, usia gestasi dan cara partus pada bayi yang menderita hiperbilirubinemia. Lokasi penelitian di RSUP H.Adam Malik. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Data penelitian diambil secara retrospektif (sekunder) dari rekam medis pada tahun 2011. Populasi penelitian adalah semua bayi baru lahir di RSUP H.Adam Malik pada tahun 2011.

Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat 43 orang bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia. Dari jumlah ini, karakteristik demografi tertinggi: laki-laki 51,2%, berat badan lahir rendah 48,8%, usia gestasi prematur 69,8% dan cara partus pada ibu spontan 62,8%.

Diskusi: Penelitian diharapkan dapat membantu pihak rumah sakit dalam pelayanannya khususnya pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia.

Kata kunci: hiperbilirubinemia, neonatus, karakteristik demografi

(5)

ABSTRACT

Background: Hyperbilirubinemia is one of the most common problem in newborn. Neonatal icterus is a clinical condition of the neonates which is represented by the colouring of the skin and sclera due to accumulation of unconjugated bilirubin.Neonatal icterus can be caused by excessive breakdown of erythrocyte,abnormal clearance metabolism,abnormal conjugation,or abnormal excretion through with water.Out of the total 401 newborn babies in RSUP H.Adam Malik,43 babies suffered from hyperbilirubinemia.

Objective: This study was conducted to observe the overview of newborn babies born in RSUP H.Adam Malik from January 2011- December 2011 that suffered from hyperbilirubinemia and also the distribution of gender,birth weight,gestational age and delivery method of the neonates with hyperbilirubinemia.This research was located in RSUP H.Adam Malik. The research method used is descriptive. This study was done retrospectively by analyzing medical records on the year 2011. The population was all babies born in 2011 in RSUP H.Adam Malik.

Result: Result shows that there are 43 new born babies which suffered hyperbilirubinemia.From this total the highest propotion of patient based on demographic characteristics are: male 51%,low birth weight 48,8%,gestational age premature 69,8% and delivery method normal 62,8%.

Discussion: This research is hoped to be an aid to the hospital in its service especially to babies with hyperbilirubinemia.

(6)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya yang telah memelihara dan memampukan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul Gambaran Bayi Baru Lahir dengan Hiperbilirubinemia di RSUP H.Adam Malik pada Tahun 2011.

Banyak sekali hambatan dan tantangan yang dialami penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan dorongan, bimbingan, dan arahan dari beberapa pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Ucapan jutaan terima kasih ini penulis tujukan kepada kedua orang tua penulis yaitu Bapak Gunasegaran dan Ibu Mala yang telah memberikan dorongan dan doa restu, baik moral maupun material selama penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. dr. Tina Christina L Tobing, SpA(K) selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. Seluruh Staf Pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Direktur RSUP. H. Adam Malik, Medan atas izin penelitian yang diberikan untuk melakukan penelitian di RSUP. H. Adam Malik.

5. Staf-Staf Bagian Rekam Medis RSUP. H. Adam Malik yang telah membantu penulis dalam mendapatkan infromasi rekam medis yang dibutuhkan.

(7)

7. Semua pihak yang telah banyak membantu secara langsung maupun tidak langsung, namun tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut di atas. Skripsi ini tentu saja masih jauh dari sempurna, sehingga penulis dengan senang hati menerima kritik demi perbaikan. Kepada peneliti lain mungkin masih bisa mengembangkan hasil penelitian ini pada ruang lingkup yang lebih luas dan analisis yang lebih tajam. Akhirnya semoga skripsi ini ada manfaatnya. Demikian dan terima kasih.

Medan, 6 Desember 2012 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT……….…...iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... .. vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... .x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1. Tujuan Umum ... 2

1.3.2. Tujuan khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1. Untuk Rumah Sakit ... 3

1.4.2. Untuk Peneliti Lain ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Definisi Hiperbilirubinemia ... 4

2.2. Klasifikasi Hiperbilirubinemia ... 5

2.2.1. Ikterus Fisiologis ... 5

2.2.2. IKterus Patologis ... 5

2.3. Etiologi ... 6

(9)

2.5. Manifestasi Klinis ... 8

2.6. Diagnosis …….………...9

2.6.1. Anamnesis……….………. ... 9

2.6.2. PemeriksaanFisik………..………9

2.6.3. Pemeriksaan laboratorium………...10

2.7. Penatalaksanaan ... 12

2.8. Komplikasi ... 13

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 15

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 15

3.2. Definisi Operasional ... 15

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 18

4.1. Rancangan Penelitan ... 18

4.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 18

4.3. Populasi dan Sampel ... 18

4.3.1. Populasi ... 18

4.3.2. Sampel ... 18

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 19

4.5. Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 20

5.1. Hasil penelitian ... 20

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 20

5.1.2. Deskripsi Karekteristik Responden ... 21

5.1.2.1. Jenis kelamin ... 21

5.1.2.2. Usia gestasi ... 21

5.1.2.3. Berat Badan Lahir ... 22

5.1.2.4. Cara partus ... 23

(10)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

6.1. Kesimpulan ... 27

6.2. Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 29

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Derajat Ikterus pada Neonatus menurut Kramer 11

2.3 Penegakan diagnosis ikterus neonatarum berdasarkan waktu kejadiannya

12

3.1 Tabel Variabel 17

5.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin pada Tahun 2011

21 5.2 Distribusi Responden Menurut Berat Badan Lahir pada

Tahun 2011

22

5.3 Distribusi Responden Menurut Berat badan Lahir pada Tahun 2011

22

5.4 Distribusi Responden Menurut Cara Partus Ibu pada Tahun 2011

23

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kadar serum bilirubin terhadap usia neonatus >95% menurut Normogram Bhutani

4

3.1 Kerangka konsep bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Persetujuan Komisi Etik Lampiran 4 Data Induk

Lampiran 5 Output SPSS

(14)

ABSTRAK

Latar belakang: Hiperbilirubinemia merupakan salah satu masalah tersering pada neonatus. Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi. Ikterus neonatorum bisa diakibatkan oleh pemecahan eritrosit yang berlebihan, gangguan clearance metabolisme, gangguan konjugasi, atau gangguan ekskresi bersama air. Di RSUP H.Adam Malik pada tahun 2011, dari sejumlah 401 bayi yang lahir, 43 orang bayi menderita hiperbilirubinemia.

Tujuan: Adalah untuk mengetahui gambaran bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan dari Januari 2011 sehingga Desember 2011 dan mengetahui distribusi jenis kelamin, berat badan lahir, usia gestasi dan cara partus pada bayi yang menderita hiperbilirubinemia. Lokasi penelitian di RSUP H.Adam Malik. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Data penelitian diambil secara retrospektif (sekunder) dari rekam medis pada tahun 2011. Populasi penelitian adalah semua bayi baru lahir di RSUP H.Adam Malik pada tahun 2011.

Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat 43 orang bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia. Dari jumlah ini, karakteristik demografi tertinggi: laki-laki 51,2%, berat badan lahir rendah 48,8%, usia gestasi prematur 69,8% dan cara partus pada ibu spontan 62,8%.

Diskusi: Penelitian diharapkan dapat membantu pihak rumah sakit dalam pelayanannya khususnya pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia.

Kata kunci: hiperbilirubinemia, neonatus, karakteristik demografi

(15)

ABSTRACT

Background: Hyperbilirubinemia is one of the most common problem in newborn. Neonatal icterus is a clinical condition of the neonates which is represented by the colouring of the skin and sclera due to accumulation of unconjugated bilirubin.Neonatal icterus can be caused by excessive breakdown of erythrocyte,abnormal clearance metabolism,abnormal conjugation,or abnormal excretion through with water.Out of the total 401 newborn babies in RSUP H.Adam Malik,43 babies suffered from hyperbilirubinemia.

Objective: This study was conducted to observe the overview of newborn babies born in RSUP H.Adam Malik from January 2011- December 2011 that suffered from hyperbilirubinemia and also the distribution of gender,birth weight,gestational age and delivery method of the neonates with hyperbilirubinemia.This research was located in RSUP H.Adam Malik. The research method used is descriptive. This study was done retrospectively by analyzing medical records on the year 2011. The population was all babies born in 2011 in RSUP H.Adam Malik.

Result: Result shows that there are 43 new born babies which suffered hyperbilirubinemia.From this total the highest propotion of patient based on demographic characteristics are: male 51%,low birth weight 48,8%,gestational age premature 69,8% and delivery method normal 62,8%.

Discussion: This research is hoped to be an aid to the hospital in its service especially to babies with hyperbilirubinemia.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bilirubin merupakan produk utama pemecahan sel darah merah oleh sistem retikuloendotelial. Peningkatan kadar bilirubin merupakan salah satu masalah tersering pada bayi baru lahir dan pada umumnya merupakan suatu keadaan transisi normal atau fisiologis yang lazim terjadi pada 60-70% bayi aterm dan pada hampir semua bayi preterm. Pada kebanyakan kasus, kadar bilirubin yang menyebabkan ikterus tidak berbahaya dan tidak memerlukan pengobatan, namun demikian pada beberapa kasus hiperbilirubinemia tersebut dapat berhubungan dengan beberapa penyakit, seperti : penyakit hemolitik, kelainan metabolik dan endokrin, kelainan hati, infeksi(Satrio Wibowo, 2010).

Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan sklera dan kulit akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih(Sukadi, 2008). Bilirubin dianggap patologis bila kadarnya dalam darah ≥ 12 mg% pada bayi aterm dan ≥ 10 mg% pada bayi prematur, atau peningkatan kadar 0,2mg/jam atau 4mg/hari(Sarwono et al,1994). Ikterus dapat ditemukan selama minggu pertama kehidupan pada sekitar 60% bayi aterm dan 80% bayi prematur(Nelson, 2007). Angka kejadian ikterus ternyata berbeda-beda untuk beberapa negara, klinik, dan waktu yang tertentu. Hal ini kemungkinan besar disebabkan perbedaan dalam pengelolaan BBL yang pada akhir-akhir ini mengalami banyak kemajuan(Sarwono, 2005. hlm.752).

(17)

menemukan sekitar 75% bayi baru lahir mengalami ikteruspada minggu pertama. Di Indonesia, diperoleh data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan. Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003, menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58% untuk kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 29,3% dengan kadar bilirubin di atas 12 mg/dL pada minggu pertama kehidupan(Admin, 2007).

Ikterus pada bayi dapat dibedakan dua macam, fisiologis dan patologis. Ikterus yang jadi pada saat lahir atau 24 jam pertama kehidupan, mungkin sebagai akibat eritroblastosis foetalis, sepsis, penyakit inklusi sitomegalik, rubella atau toxoplasmosis kongenital(Nelson, 2007).

Hal ini bisa diakibatkan oleh pemecahan eritrosit yang berlebihan, gangguan clearance metabolism, gangguan konjugasi atau gangguan eksresi bersama air(Sarwono et al, 1994). Ikterus yang baru timbul pada hari ke-2 atau ke-3, biasanya bersifat fisiologis, tetapi dapat pula merupakan manifestasi ikterus yang lebih parah yaitu hyperbilirubinemia neonates.(Nelson, 2007)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan ataupun masalah yang dapat

dirumuskan adalah bagaimanakah gambaran bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan pada Januari 2011 sehingga Desember 2011.

1.3Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

(18)

hiperbilirubinemia di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan dari Januari 2011 sehingga Desember 2011.

1.3.2 Tujuan khusus

1)Mengetahui jumlah bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia

2)Mengetahui distribusi jenis kelamin pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia.

3)Mengetahui usia gestasi bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia.

4)Mengetahui berat badan lahir pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia.

5)Mengetahui cara partus pada ibu yang melahirkan bayi yang menderita hiperbilirubinemia.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1.4.1. Untuk Rumah Sakit

Dapat dipakai sebagai informasi atau masukan dalam meningkatkan pelayanannya khususnya pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia.

1.4.2. Untuk Peneliti Lain

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hiperbilirubinemia

Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalikan(Mansjoer,2008). Hiperbilirubinemia fisiologis yang memerlukan terapi sinar, tetap tergolong non patologis sehingga disebut ‘Excess Physiological Jaundice’. Digolongkan sebagai hiperbilirubinemia patologis (Non Physiological Jaundice) apabila kadar serum bilirubin terhadap usia neonatus >95% menurut Normogram Bhutani(Etika et al,2006).

Gambar 2.1 Kadar serum bilirubin terhadap usia neonatus >95% menurut Normogram Bhutani

(20)

Ikterus pada bayi atau yang dikenal dengan istilah ikterus neonatarum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih(Sukadi,2008). Pada orang dewasa, ikterus akan tampak apabila serum bilirubin >2 mg/dl(>17µmol/L) sedangkan pada neonatus baru tampak apabila serum bilirubin >5mg/dl(86µmol/L)(Etika et al,2006). Ikterus lebih mengacu pada gambaran klinis berupa pewaranaan kuning pada kulit, sedangkan hiperbilirubinemia lebih mengacu pada gambaran kadar bilirubin serum total.

2.2 Klasifikasi

Terdapat 2 jenis ikterus yaitu yang fisiologis dan patologis.

2.2.1 Ikterus fisiologi

Ikterus fisiologi adalahikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga serta tidak mempunyai dasar patologi atau tidak mempunyai potensi menjadi karena ikterus. Adapun tanda-tanda sebagai berikut :

1. Timbul pada hari kedua dan ketiga

2. Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan. 3. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5% per hari.

4. Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%. 5. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.

6. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis.

2.2.2 Ikterus Patologi

Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Adapun tanda-tandanya sebagai berikut :

(21)

2. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi 12,5% pada neonatus kurang bulan.

3. Pengangkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari. 4. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama. 5. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.

6. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik. (Arief ZR, 2009. hlm. 29)

2.3 Etiologi

Penyebabikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar, ikterus neonatarum dapat dibagi:

a) Produksi yang berlebihan

Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas Rh, ABO, golongan darah lain, defisiensi G6PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.

b) Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar

Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukorinil transferase(Sindrom Criggler-Najjar). Penyebab lain adalah defisiensi protein Y dalam hepar yang berperanan penting dalam uptake bilirubin ke sel hepar.

c) Gangguan transportasi

(22)

d) Gangguan dalam eksresi

Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar. Kelainan di luar hepar biasanya diakibatkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.

(Hassan et al.2005)

2.4 Patofisiologi

Bilirubin adalah produk penguraian heme. Sebagian besar(85-90%) terjadi dari penguraian hemoglobin dan sebagian kecil(10-15%) dari senyawa lain seperti mioglobin. Sel retikuloendotel menyerap kompleks haptoglobin dengan hemoglobin yang telah dibebaskan dari sel darah merah. Sel-sel ini kemudian mengeluarkan besi dari heme sebagai cadangan untuk sintesis berikutnya dan memutuskan cincin heme untuk menghasilkan tertapirol bilirubin, yang disekresikan dalam bentuk yang tidak larut dalam air(bilirubin tak terkonjugasi, indirek). Karena ketidaklarutan ini, bilirubin dalam plasma terikat ke albumin untuk diangkut dalam medium air. Sewaktu zat ini beredar dalam tubuh dan melewati lobulus hati ,hepatosit melepas bilirubin dari albumin dan menyebabkan larutnya air dengan mengikat bilirubin ke asam glukoronat(bilirubin terkonjugasi, direk)(Sacher,2004).

(23)

Pada dewasa normal level serum bilirubin <1mg/dl. Ikterus akan muncul pada dewasa bila serum bilirubin >2mg/dl dan pada bayi yang baru lahir akan muncul ikterus bila kadarnya >7mg/dl(Cloherty et al, 2008).

Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan bilirubin yang melebihi kemampuan hati normal untuk ekskresikannya atau disebabkan oleh kegagalan hati(karena rusak) untuk mengekskresikan bilirubin yang dihasilkan dalam jumlah normal. Tanpa adanya kerusakan hati, obstruksi saluran ekskresi hati juga akan menyebabkan hiperbilirubinemia. Pada semua keadaan ini, bilirubin tertimbun di dalam darah dan jika konsentrasinya mencapai nilai tertentu(sekitar 2-2,5mg/dl), senyawa ini akan berdifusi ke dalam jaringan yang kemudian menjadi kuning. Keadaan ini disebutikterus atau jaundice(Murray et al,2009).

2.5 Manifestasi klinis

Bayi baru lahir(neonatus) tampak kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6mg/dl(Mansjoer at al, 2007). Ikterus sebagai akibat penimbunan bilirubin indirek pada kulit mempunyai kecenderungan menimbulkan warna kuning muda atau jingga. Sedangkan ikterus obstruksi(bilirubin direk) memperlihatkan warna kuning-kehijauan atau kuning kotor. Perbedaan ini hanya dapat ditemukan padaikterus yang berat(Nelson, 2007).

Gambaran klinis ikterus fisiologis: a) Tampak pada hari 3,4

b) Bayi tampak sehat(normal) c) Kadar bilirubin total <12mg%

d) Menghilang paling lambat 10-14 hari e) Tak ada faktor resiko

f)Sebab: proses fisiologis(berlangsung dalam kondisi fisiologis)(Sarwono et al, 1994) Gambaran klinik ikteruspatologis:

(24)

b) Cepat berkembang c) Bisa disertai anemia

d) Menghilang lebih dari 2 minggu e) Ada faktor resiko

f) Dasar: proses patologis (Sarwono et al, 1994)

2.6 Diagnosis

2.6.1 Anamnesis

a)Riwayat kehamilan dengan komplikasi(obat-obatan, ibu DM, gawat janin, malnutrisi intrauterine, infeksi intranatal)

b)Riwayat persalinan dengan tindakan/komplikasi

c)Riwayat ikterus/terapi sinar/transfusi tukar pada bayi sebelumnya d)Riwayat inkompatibilitas darah

e)Riwayat keluarga yang menderita anemia, pembesaran hepar dan limpa(Etika et al, 2006).

2.6.2 Pemeriksaan fisik

Secara klinis, ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir atau setelah beberapa hari. Amati ikterus pada siang hari dengan lampu sinar yang cukup. Ikterus akan terlihat lebih jelas dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan yang kurang, terutama pada neonatus yang berkulit gelap. Penilaian ikterus akan lebih sulit lagi apabila penderita sedang mendapatkan terapi sinar(Etika et al, 2006).

(25)

kuning. Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya(Mansjoer et al, 2007).

Derajat Ikterus pada Neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serumbilirubin indirek

1 Kepala dan leher 100 2 Pusat-leher 150 3 Pusat-paha 200 4 Lengan+Tungkai 250 5 Tangan+Kaki >250 Tabel 2.1 Derajat ikteruspada neonatus menurut Kramer

Sumber:Arif Mansjoer.Kapita Selekta Kedokteran jilid 2,edisi ш Media Aesculapius

FK UI.2007:504

Waktu timbulnya ikterus mempunyai arti penting pula dalam diagnosis dan penatalaksanaan penderita karena saat timbulnya ikterus mempunyai kaitan erat dengan kemungkinan penyebabikterus tersebut(Etika et al, 2006).

2.6.3 Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan serum bilirubin(direk dan indirek) harus dilakukan pada neonatus yang mengalami ikterus. Terutama pada bayi yang tampak sakit atau bayi-bayi yang tergolong resiko tingggi terserang hiperbilirubinemia berat.

(26)

Penegakan diagnosis ikterus neonatarum berdasarkan waktu kejadiannya:

Waktu Diagnosis banding Anjuran Pemeriksaan

Hari ke-1 *Penyakit hemolitik

Inkompatibilitas darah(Rh,ABO) Sferositosis. Anemia hemolitik nonsferositosis(defisiensi G6PD)

Kadar bilirubin serum berkala Hb, Ht, retikulosit,sediaan hapus darah golongan darah ibu/bayi, uji Coomb

Hari ke-2 s.d ke-5

Kuning pada bayi prematur Kuning fisiologik, Sepsis

Darah ekstravaskular, Polisitemia Sferositosis kongenital

Hitung jenis darah lengkap Urin mikroskopik dan biakan urin, Pemeriksaan terhadap infeksi bakteri, golongan darah ibu/bayi, uji Coomb

Hari ke-5 s.d ke-10

Sepsis, Kuning karena ASI Def G6PD, Hipotiroidisme Galaktosemia, Obat-obatan

Uji fingsi tiroid, Uji tapis enzim G6PD, Gula dalam urin

Pemeriksaan terhadap sepsis

Hari ke-10 atau lebih

Atresia biliaris, Hepatitis neonatal Kista koledokusm, Sepsis(terutama infeksi saluran kemih), Stenosis pilorik

Urin mikroskopik dan biakan

Uji serologi TORCH, Alfa fetoprotein, alfa1antitripsin, Kolesistografi, Uji Rose-Bengal Sumber:Levine Ml,Tudehope D.Thearle J.Essentials of Neonatal Medicine

Brookes:Waterloo 1990:165

(27)

2.7 Penatalaksanaan

Pada dasarnya, pengendalianbilirubinadalah seperti berikut:

a) Stimulasi proses konjugasi bilirubinmenggunakan fenobarbital. Obat ini kerjanya lambat, sehingga hanya bermanfaat apabila kadar bilirubinnya rendah dan ikterus yang terjadi bukan disebabkan oleh proses hemolitik. Obat ini sudah jarang dipakai lagi.

b) Menambahkan bahan yang kurang pada proses metabolisme bilirubin(misalnya menambahkan glukosa pada hipoglikemi) atau (menambahkan albumin untuk memperbaiki transportasi bilirubin). Penambahan albumin bisa dilakukan tanpa hipoalbuminemia. Penambahan albumin juga dapat mempermudah proses ekstraksi bilirubin jaringan ke dalam plasma. Hal ini menyebabkan kadar bilirubin plasma meningkat, tetapi tidak berbahaya karena bilirubin tersebut ada dalam ikatan dengan albumin. Albumin diberikan dengan dosis tidak melebihi 1g/kgBB, sebelum maupun sesudah terapi tukar.

c) Mengurangi peredaran enterohepatik dengan pemberian makanan oral dini

d) Memberi terapi sinar hingga bilirubin diubah menjadi isomer foto yang tidak toksik dan mudah dikeluarkan dari tubuh karena mudah larut dalam air.

e)Mengeluarkan bilirubin secara mekanik melalui transfusi tukar(Mansjoer et al, 2007).

Pada umunya, transfusi tukar dilakukan dengan indikasi sebagai berikut: 1) Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek ≤20mg%

2) Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat yaitu 0,3-1mg%/jam 3) Anemia yang berat pada neonatus dengan gejala gagal jantung

(28)

f) Menghambat produksi bilirubin. Metalloprotoporfirin merupakan kompetitor inhibitif terhadap heme oksigenase. Ini masih dalam penelitian dan belum digunakan secara rutin.

g) Menghambat hemolisis. Immunoglobulin dosis tinggi secara intravena(500-1000mg/Kg IV>2) sampai 2 hingga 4 jam telah digunakan untuk mengurangi level bilirubin pada janin dengan penyakit hemolitik isoimun. Mekanismenya belum diketahui tetapi secara teori immunoglobulin menempati sel Fc reseptor pada sel retikuloendotel dengan demikian dapat mencegah lisisnya sel darah merah yang dilapisi oleh antibody(Cloherty et al, 2008).

Terapi sinar pada ikterusbayi baru lahir yang di rawat di rumah sakit.

Dalam perawatan bayi dengan terapi sinar,yang perlu diperhatikan sebagai berikut : 1) Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas mungkin dengan membuka pakaian bayi.

2) Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya agar tidak membahayakan retina mata dan sel reproduksi bayi.

3) Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal.

4) Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh bayi yang terkena cahaya dapat menyeluruh.

5) Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4-6 jam.

6) Kadar bilirubinbayi diukur sekurang-kurangnya tiap 24 jam.

7) Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada bayi dengan hemolisis.

2.8 Komplikasi

(29)
(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

[image:30.612.133.544.267.417.2]

Berdasarkan teoritas yang telah dikemukan di atas, maka dapat disusun kerangka konsep penelitian seperti gambar dibawah ini :

Gambar 3.1 Kerangka konsep bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia

3.2 Definisi Operasional

3.2.1 Jenis kelamin yaitu laki-laki atau perempuan.

3.2.2 Umur dihitung dalam minggu. Yaitu minggu kelahiran bayi dan dibagi mengikut:

a)Prematur – lahir pada 37 minggu gestasi atau kurang

b)Term - lahir antara awal minggu ke-38 sehingga akhir minggu ke-41 3.2.3 Berat badan lahir dihitung dalam kilogram(kg). Ia dibagi mengikut: a) Berat badan lahir sangat rendah- Berat kurang dari 1.500 gram

Jumlah bayi yang lahir

-jenis kelamin

-usia gestasi

-berat badan bayi

-cara partus

(31)

b) Berat badan lahir rendah- Berat 1.500 sampai 2.500 c) Berat badan normal- Sama dengan atau di atas 2.500 gram 3.2.4 Cara partus. Dibagi 2 kategori:

a) Lahir spontan- Proses kelahiran alamiah

(32)
[image:32.612.111.584.145.652.2]

Tabel 3.1 Tabel Variabel No

.

Variabel Definisi Operasional

Cara ukur Alat ukur Kategori Skala ukur 1. Jenis

kelamin

Jenis kelamin bayi dengan

hiperbilirubinemia

Observasi Rekam medis

-Laki-laki -Perempuan

Nominal

2. Usia gestasi

Usia gestasi bayi dengan

hiperbilirubinemia

Observasi Rekam medis

-Prematur -Term

Ordinal

3. Berat badan lahir

Berat badan lahir bayi dengan hiperbilirubinemia

Observasi Rekam medis

-Berat badan lahir sangat rendah

-Berat badan lahir rendah -Berat badan normal

Ordinal

4. Cara partus

Cara partus pada ibu yang

melahirkan bayi dengan

hiperbilirubinemia

Observasi Rekam medis

- Spontan -Seksio seaserea

(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan karena rumah sakit ini mempunyai angka bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia lebih banyak berbanding rumah sakit lain. Selain itu, lokasi ini juga telah dipilih karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum yang biasanya menjadi rujukan para peneliti di kota Medan ini.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah dari bulan September hingga November 2012.

4.3. Populasi dan Sampel

(34)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data akan dilakukan setelah mendapat rekomendasi izin pelaksanaan penelitian dari Institusi Pendidikan dan Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Setelah itu data pasien diambil dari rekam medis dimana data yang digunakan adalah bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia dari Januari 2011 sehingga Desember 2011 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

(35)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah. Rumah sakit ini dikelola oleh Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah Prov. Sumatera Utara. Rumah Sakit ini terletak di lahan yang luas di pinggiran kota Medan Indonesia. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan Rumah Sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes no. 547/Menkes/SK/VII/1998 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991.

RSUP H. Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat darurat, bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medis, kardiovaskular, mikrobiologi), pelayanan penunjang non-medis (instalasi gizi, farmasi, Central Sterilization Supply Depart (CSSD), bioelektrik medik, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), dan pelayanan non-medis (instalasi tata usaha pasien, teknik sipil pemulasaraan jenazah).

(36)

5.1.2. Deskripsi Karekteristik Responden

Responden pada penelitian ini sebanyak 43 orang bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2011. Karakteristik responden pada penelitian in dapat dijabarkan sebagai berikut:

5.1.2.1. Jenis kelamin bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia

Dari tabel 5.1, didapati jumlah responden laki-laki lebih banyak daripada responden perempuan dengan perbedaan yang sangat tipis, dimana terdapat 22 orang (51,2%) responden bayi laki-laki dan 21 orang (48,8%) responden bayi perempuan yang menderita hiperbilirubinemia.

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentasi (%)

1. Laki-laki 22 51,2

2. Perempuan 21 48,8

[image:36.612.109.476.397.518.2]

Jumlah 43 100

Tabel 5.1. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin pada Tahun 2011

5.1.2.2. Usia gestasi bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia

(37)

No. Usia gestasi Jumlah Persentasi (%)

1. Prematur 30 69,8

2. Term 13 30,2

[image:37.612.109.470.112.232.2]

Jumlah 43 100

Tabel 5.2. Distribusi Responden Menurut Usia Gestasi pada Tahun 2011

5.1.2.3. Berat badan lahir bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia Dari tabel 5.3, responden yang paling banyak menderita hiperbilirubinemia adalah dari kelompok ‘berat badan lahir rendah’ sebanyak 21 orang(48,8%).

Tabel 5.3. Distribusi Responden Menurut Berat badan Lahir pada Tahun 2011

No. Berat Badan Lahir Jumlah Persentasi (%)

1. Sangat rendah 8 18,6

2. Rendah 21 48,8

3. Normal 14 32,6

[image:37.612.111.472.380.533.2]
(38)

5.1.2.4. Cara partus pada ibu yang melahirkan bayi yang menderita hiperbilirubinemia

Dari tabel 5.4, didapati lebih banyak responden yang melahirkan secara spontan bila dibandingkan dengan responden yang melahirkan secara seksio sesarea. Jumlah responden yang melahirkan spontan adalah 27 orang (62,8%).

No. Cara partus Jumlah Persentasi (%)

1. Spontan 27 62,8

2. Seksio sesarea 16 37,2

[image:38.612.108.471.237.357.2]

Jumlah 43 100

(39)

5.2. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan data sekunder rekam medis di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2011, diperoleh data mengenai karakteristik atau gambaran yang dimiliki oleh bayi yang menderita hiperbilirubinemia yang menjadi responden dalam penelitian ini. Data-data tersebutlah yang akan digunakan sebagai dasar dari pembahasan hasil akhir penelitian ini, yang dapat dijabarkan sebagai berikut.

Secara keseluruhannya, sejumlah 43 orang bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia dari jumlah 401 bayi yang lahir dari Januari 2011- Desember 2011. Penelitian ini menunjukkan responden bayi laki-laki lebih banyak berbanding bayi perempuan dengan perbedaan yang sangat tipis. Sebanyak 22 orang bayi adalah laki-laki(51,2%) dan 21 orang bayi adalah perempuan(48,85%). Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit DR Sardjito Yogyakarta pada tahun 2006 yang menyatakan bahwa bayi perempuan(59,4%) lebih banyak menderita hiperbilirubinemia dibanding bayi laki-laki(40,6%).

(40)

Apabila dilihat dari segi usia gestasi, kelompok neonatus yang lebih banyak menderita hiperbilirubinemia adalah bayi prematur sebanyak 30 orang(69,8%). Bayi matur yang menderita hiperbilirubinemia adalah sebanyak 13 orang(30,2%). Hasil ini sesuai dengan penelitian dari RS Dr.Sarditjo menunjukkan pada bayi yang cukup bulan, kejadian ikterus dan hiperbilirubinemia adalah sebanyak 82% dan 16,6%. Padahal pada bayi prematur, kejadian ikterus dan hiperbilirubinemia adalah sebanyak 95% dan 56%. Penelitian Maisels dkk mendapatkan bahawa hiperbilirubinemia terjadi terbanyak pada bayi prematur, rata-rata 37-38 minggu. Penelitian yang dilakukan oleh Sarici dkk menemukan bahawa neonatus dengan usia gestasi 36-37 minggu memiliki faktor risiko 5,7 kali terjadinya hiperbilirubinemia dibanding dengan neonatus dengan usia gestasi 39-40 minggu.

Berdasarkan semua data ini, hiperbilirubinemia lebih cenderung terjadi pada neonatus dari kelompok prematur. Risiko hiperbilirubinemia meningkat sesuai dengan kelahiran yang lebih dini. Ini adalah karena pada bayi prematur, peningkatan kadar bilirubin serum hampir sama atau lebih kurang dari bayi matur, tetapi bilirubin menetap untuk waktu yang lebih lama. Ini yang menyebabkan kadar bilirubin lebih tinggi pada bayi prematur dibanding matur(Nelson, 2007).

Jika dilihat dari segi berat badan lahir, kelompok ‘berat badan sangat rendah’ adalah sebanyak 8 orang(18,6%), kelompok ‘berat badan rendah’ adalah 21 orang(48,8%) dan kelompok ‘berat badan normal’ adalah sebanyak 14 orang(32,6%). Kelompok yang paling banyak menderita hipebilirubinemia adalah neonatus dari kelompok ‘berat badan lahir rendah’ yaitu dari 1500- 2500 gram. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit DR Sardjito Yogyakarta pada tahun 2006 yang menyatakan bahawa neonatus dengan berat badan lahir rendah mempunyai kadar bilirubin yang lebih tinggi.

(41)

bilirubin keluar dari tubuh jika dibandingkan dengan bayi yang mempunyai berat badan lahir normal. Selain itu, uptake bilirubin oleh hati juga akan terganggu yang menyebabkan kadar bilirubin meningkat(Gotoff, 1999).

Dari segi cara partus, neonatus dari ibu yang melahirkan secara spontan lebih tinggi dari yang melahirkan secara seksio sesarea. Neonatus lahir spontan adalah sebanyak 27 orang neonatus(62,8%) dan seksio sesarea sebanyak 16 orang neonatus(37,2%). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di RS. Dr. Kariadi Semarang pada 2007 yang menyatakan bahwa bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia dengan cara lahir spontan adalah 54 orang(60%) dan dengan cara lahir dengan tindakan adalah 36 orang(40%).

(42)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia di RSUP. H.Adam Malik Medan tahun 2011 dengan jumlah responden sebanyak 43 orang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Jumlah kelahiran bayi di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2011 adalah sebanyak 401 orang bayi. Dari jumlah itu, yang menderita hiperbilirubinemia adalah sejumlah 43 orang bayi.

2. Distribusi jenis kelamin pada bayi yang menderita hiperbilirubinemia paling banyak adalah pada laki-laki sebanyak 22 orang (51,2%).

3. Distribusi berat badan lahir pada bayi yang menderita hiperbilirubinemia paling banyak adalah kelompok berat badan rendah yaitu 21 orang (48,8%).

4. Distribusi usia gestasi pada bayi yang menderita hiperbilirubinemia yang paling banyak adalah kelompok prematur yaitu sebanyak 30 penderita (69,8%).

5. Distribusi cara partus ibu yang melahirkan bayi yang menderita hiperbilirubinemia yang paling banyak adalah kelahiran spontan yaitu sebanyak 27 orang (62,8%).

6.2. Saran

Adapun saran yang diberikan peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

(43)

data sehingga karakteristik penderita hiperbilirubinemia dapat dikenali dengan lebih baik.

2. Pihak RSUP H.Adam Malik Medan sebaiknya meningkatkan kualitas dan melengkapi data rekam medik pasien, sehingga penelitian yang dilakukan selanjutnya dapat memberikan hasil yang lebih tepat.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman, S., 2008. Hiperbilirubinemia, in Kosim M. Sholeh et al. Buku Ajar Neonatologi. Edisi pertama. Jakarta: Badan Penebit IDAI. pp 147

American Academy of Pediatrics, 2004. Subcommittee on Hyperbilirubinemia. Management of hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation. pp 114; 294.

Arif, M., et al. 2007. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2 edisi III Jakarta. Medis Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp 503-05

Cloherty, J. P., Eichenwald, E. C., Stark A. R., 2008. Neonatal Hyperbilirubinemia in

Manual of Neonatal Care. Philadelphia: Lippincort Williams and Wilkins, pp

181; 194; 202; 204; 210.

Dennery P. A., Seidman D. S., Stevenson D. K., Neonatal hyperbilirubinemia. Engl J Med 2001;344:581-90. Available from:

http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJM200102223440807 [Accesed 23 March, 2012]

Depkes RI, 2001. Klasifikasi Ikterus Fisiologis dan Ikterus Patologis. Dalam : Buku Bagan MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda Sakit). Metode Tepat Guna

(45)

Gomella, T. L., Cunningham M. D., Eyal F. G., 2004 Hiperbilirubinemia.

Dalam:Neonatology; Management. Procedures, On-Call Problems, Diseases and Drugs. New York. Lange Medical Book/McGraw-Hill Co.; pp 247-50.

Gotoff, S. P., 1999 Ikterus dan Hiperbilirubinemia pada Bayi Baru Lahir. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak , Nelson, Editor Edisi Bhs Indonesia. ECG; 610-7

Halamek, L. P., Stevenson D. K., 1997. Neonatal jaundice and Liver Disease. Dalam: Neonatal-Perinatal Medicine; Diseases of the Fetus and Infant, 6th Ed. New York Mosby-Year Book Inc.; pp 1345-62.

Hassan, R., Staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI. 2005. Inkompatibilitas ABO dan Ikterus pada Bayi Baru Lahir in Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. Percetakan Infomedika. pp 1079; 1105-06; 1109

Jezova, M., et al. 2008. Available from:

http://atlases.muni.cz/atlases/novo/atl_en/main+novorozenec+klasnov.html. [Accesed 2 April, 2012]

Juliwati, Muchayat, S., 2006. Profil Kadar Bilirubin pada Bayi Baru Lahir Sehat Dengan Ikterus di RS.DR.Sardjito Yogyakarta. Available from:

(46)

Kliegman et al. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th edition Vol 1. Philadelphia: WB Saunders pp 756-58; 768; 772

Kosim, M. S., 2007 Hubungan Hiperbilirubinemia dan Kematian Pasien yang Dirawat di NICU RSUP Dr Kariadi Semarang. Available from:

www.idai.or.id/saripediatri/fulltext.asp?q

[Accesed 20 November, 2012]

Maisel, M. J., Newman T. B., 1995. Kernicterus in Otherwise Healthy, Breastfed Term Newborns. Pediatrics 96: 730-3

Meadow, R., et al. 2005. Lecture notes Pediatrika Edisi ketujuh. Jakarta. Erlangga Medical Series. pp 75

Murray, R.K., et al. 2009. Edisi Bahasa Indonesia Biokimia Harper. 27th edition. Alih bahasa Pendit, Brahm U. Jakarta : EGC pp 299

Oski, F. A., 1991. Physiologic Jaundice. Dalam: Schaffer and Avery’s Disease of the Newborn. WB Saunders Company. Philadelphia. pp 753-57

Ramasethu, J., 2002 (Division of Neonatology Georgetown University MC.

(47)

Risa, E., et al. 2006. Hiperbilirubinemia pada Neonatus . Divisi Neonatologi bagian Ilmu Kesehatan Anak. FK Unair / RSU Dr.Soetomo Surabaya. Available from: http://www.pediatrik.com/pkb/20060220-js9khg-pkb.pdf

[Accesed 28 Maret,2012]

Sacher, Ronald, A., Richard A., McPherson. 2004. Tinjaun Klinis Hasil Pemeriksaan Laborotorium.11th ed. Editor bahasa Indonesia: Hartonto, Huriawati. Jakarta: EGC pp 271- 72; 275-76; 363-64

Sarici S. U., et al. 2004. Incidence , Course and Prediction of Hyperbilirubinemia in Near Term and Term Newborn. Pediatrics 113: 775-80

Sarwono, Erwin, et al. 1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/ UPF Ilmu Kesehatan Anak. Ikterus Neonatorum(Hyperbilirubinemia Neonatorum).

Surabaya: RSUD Dr.Soetomo. pp 169; 173

Surnayanto, A., 2009. Ikterus Neonatorum. Available from:

http://andikunud.files.wordpress.com/2010/08/ikterus-neonatorum.docx. [Accesed 16 April, 2012]

Sylviati M. D., Fatimah I., Agus H., Risa. E., 2004. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF. Ilmu Kes. Anak FK UNAIR-RSU Dr. Soetomo Surabaya.

(48)

Thomson, J., Jaundice Bhutanis nomogram. Available from:

http://www.juliathomson.co.uk/guidelines/other-guidelines/neonatal- [Accesed 15 March, 2012]

Wibowo, S., 2007 Perbandingan Kadar Bilirubin Neonatus Dengan dan Tanpa Defisiensi Glucose-6-Phosphate Dehidrogenase, Infeksi Dan Tidak Infeksi. Available

from:http://eprints.undip.ac.id/18714/1/Satrio_Wibowo2.pdf

(49)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Priya Darishini Gunasegaran

Tempat / Tanggal Lahir : Selangor, Malaysia / 4 Maret 1988

Agama : Hindu

Alamat : Jl Dr Mansyur Gg Sipirok 17

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1994, Tadika Twinkle

2. Tahun 1995 – 2000, Sekolah Kebangsaan Simpang Lima, Klang

3. Tahun 2001 – 2005, Sekolah Menengah Kebangsaan Convent, Klang

4. Tahun 2007 – 2008, Aimst University

5. Tahun 2006 – sekarang, Fakultas Kedokteran USU

(50)

Riwayat Organisasi : 2. Ahli Persatuan Kebangsaan Pelajar-Pelajar Malaysia Indonesia – Cawangan Medan CM)

(51)

Nama Jen kel BBL Usia gest Cara partus

Samilah laki-laki rendah prematur normal

Dedek laki-laki rendah prematur seksio sesarea

Efina perempuan rendah prematur normal

Novi laki-laki normal term normal

Naiyla perempuan normal term normal

Ginah laki-laki rendah prematur normal

Haris laki-laki rendah prematur seksio sesarea

Evita perempuan rendah prematur normal

Ros N laki-laki sangat rendah prematur normal

Emilda laki-laki rendah term normal

Romauli laki-laki rendah prematur normal

Rina Asr perempuan sangat rendah prematur seksio sesarea

Apsah perempuan rendah prematur seksio sesarea

Evi perempuan rendah prematur normal

Martha perempuan rendah prematur seksio sesarea

Rosdiana perempuan normal term normal

Syarifah perempuan normal term normal

Tasha perempuan rendah prematur normal

Wagini perempuan rendah term normal

Hasriss laki-laki sangat rendah prematur seksio sesarea

Nurmala laki-laki sangat rendah prematur normal

Haslina perempuan normal prematur normal

Dina perempuan normal term normal

Yassinta laki-laki normal term seksio sesarea

Mariken laki-laki rendah prematur seksio sesarea

Nurmayan perempuan normal term normal

Susan perempuan sangat rendah prematur normal

Lita perempuan rendah prematur seksio sesarea

Yusnina laki-laki normal prematur normal

Riska laki-laki sangat rendah prematur seksio sesarea

Sunartik laki-laki normal term seksio sesarea

Enni laki-laki sangat rendah prematur normal

Siti laki-laki normal prematur normal

Susanti perempuan normal term normal

Legiani perempuan sangat rendah prematur normal

Roni laki-laki rendah prematur seksio sesarea

(52)

Gita perempuan rendah prematur normal

Putri laki-laki normal prematur normal

Ismawati perempuan rendah term seksio sesarea

Helen perempuan rendah prematur normal

Rahmad laki-laki rendah prematur seksio sesarea

Gambar

Gambar 2.1 Kadar serum bilirubin terhadap usia neonatus >95% menurut  Normogram Bhutani
Tabel 2.1 Derajat ikterus pada neonatus menurut Kramer
Tabel 2.2 Penegakan diagnosis ikterus neonatarum berdasarkan waktu kejadiannya
Gambar 3.1 Kerangka konsep bayi baru lahir dengan  hiperbilirubinemia
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pengolahan tumpahan minyak bumi ke lahan yang dilakukan teknik bioremediasi secara kombinasi insitu lagooning dan composting dapat menurunkan konsentrasi Total Petroleum

Skripsi yang berjudul &#34;PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG LALU LINTAS (STUDI KASUS DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI DEMAK)&#34; ini secara

Dan, boleh jadi, dapat menjadi peluang usaha Ibu rumah tangga pencinta keterampilan (home industry) dan tentu dapat menambah penghasilan keluarga”. Tujuan yang ingin

Dalam penelitian ini jumlah populasi tidak dapat diketahui secara pasti sehingga untuk menentukan ukuran sampel, peneliti berpedoman pada pendapat yang dikemukakan

Seluruh dokumen di ilmuti.org dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit), dengan syarat tidak menghapus

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diusulkan sebuah penelitian dengan judul “ Sistem Pakar Untuk Mengidentifikasi Penyakit Udang Galah Dengan

Petani Desa Tambakrejo yang memiliki lahan yang relatif besar dalam 1 tahun mengusahakan lahan sawah menjadi 3 musim tanam maka pendapatan yang diperoleh akan semakin besar. Dalam

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa varietas tanaman kacang hijau di media gambut memberikan pengaruh sangat berbeda nyata terhadap tinggi tanaman umur 1 bulan