• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA MTS MADINATUSSALAM SEI ROTAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA MTS MADINATUSSALAM SEI ROTAN."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

P E N G E M B A N G A N P E R A N G K A T P E M B E L A J A R A N BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA MTs MADINATUSSALAM SEI ROTAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

pada Program Studi Pendidikan Matematika

OLEH:

SALIMAH ANGREINY

NIM. 8136171047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

SALIMAH ANGREINY. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa MTs Madinatussalam Sei Rotan. Tesis. Medan

Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) validitas perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan 2) efektivitas perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan; 3) peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa MTs Madinatussalam dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan; 4) peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa MTs Madinatussalam dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan; 5) proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yakni tahap pertama pengembangan perangkat pembelajaran berbasis masalah menggunakan model pengembangan

Four-D, dan tahap kedua mengujicobakan perangkat pembelajaran berbasis

masalah yang dikembangkan di kelas VII-3 dan kelas VII-2 MTs Madinatussalam untuk melihat efektivitasnya. Dari hasil uji coba I dan uji coba II diperoleh: 1) perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan valid dengan rata-rata total validitas RPP = 4,46, buku siswa = 4,43, LAS = 4,40. Uji validitas tes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik juga valid dengan reliabilitas tes kemampuan pemecahan masalah = 0,604 (tinggi) dan komunikasi matematik = 0,786 (tinggi); 2) perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan efektif, ditinjau dari a) ketuntasan belajar siswa secara klasikal; b) aktivitas aktif siswa dalam batas toleransi waktu ideal yang ditetapkan; dan c) respon siswa terhadap komponen-komponen perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran positif; 3) peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan; 4) peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan; 5) proses jawaban siswa pada uji coba II lebih baik dari uji coba I. Selanjutnya, disarankan agar guru dapat menggunakan perangkat pembelajaran berbasis masalah yang telah dikembangkan sebagai salah satu alternatif pembelajaran sehingga siswa lebih mudah dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik.

Kata kunci: pengembangan perangkat pembelajaran, model 4-D, pembelajaran

(7)

ii

ABSTRACT

SALIMAH ANGREINY. The Development of Problem Based Learning Devices to Increase Problem Solving and Mathematics Communication Skills of Students at Islamic Junior High School Madinatussalam Sei Rotan. Thesis.

Medan. Mathematics Education Study Program Postgraduate State University of Medan. 2015.

This research study aimed to describe: 1) validity learning devices of problem based learning developed; 2) effective learning devices of problem based learning developed; 3) increase problem solving skill of students at Islamic Junior High School Madinatussalam by using learning devices of problem based learning developed; 4) increase mathematics communication skill of students at Islamic Junior High School Madinatussalam by using learning devices of problem based learning developed; 5) the settlement process of the student’s answers of problem solving and mathematics communication skills of students. This research was conducted in two stages, the first stage is the development of problem based learning devices with the reference four-D model, and the second stage is to try-out of problem based learning devices developed in VII-3 and VII-2 Students At Islamic Junior High School Madinatussalam to see its effectiveness. From the results of field trials I and field trials II obtained: 1) problem based learning devices developed is valid with an average validity total of RPP = 4,46, student books = 4,43, worksheet = 4,40. Trials validity of test problem solving and mathematics communication skills is valid with reliability of test problem solving skill = 0,604 (high) and mathematics communication skill = 0,786 (high); 2) problem based learning devices developed is effective, it can be seen from a) students mastery learning in the classically; b) student activities within the specified tolerance limits; and c) Student’s responses to components of learning devices and learning activities were positive; 3) increase problem solving skill of students by using learning devices of problem based learning developed; 4) increase mathematics communication skill of students by using learning devices of problem based learning developed; 5) the settlement process of the student’s answers of field trials II is better than field trials I. Furthermore, it is suggested that teachers can use the learning devices of problem based learning developed as an alternative model of learning, so that student more easily to solve the problems related to problem solving and mathematics communication skills.

Keywords: development of learning devices, 4-D development model, problem

based learning model, problem solving, mathematics communication.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis,

sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa MTs Madinatussalam Sei Rotan”. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah umat.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus

dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dengan keikhlasan dan ketulusan, baik langsung maupun tidak

langsung sampai selesainya tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan

yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya

peneliti sampaikan kepada:

1. Teristimewa kepada kedua orang tua saya Ayahanda Salahuddin Nst, SH dan

Ibunda Yusmaini Lubis, S.Pd serta nenek dan adik-adikku tersayang yang

senantiasa memberikan perhatian, kasih sayang, nasihat, motivasi, do’a dan

dukungan baik moril maupun materi yang tak terhingga.

2. Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd., M.A., M.Sc., Ph.D selaku dosen

pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd selaku dosen

pemimbing II yang telah meluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk

memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran yang sangat berarti bagi

penulisan tesis ini sampai dengan selesai.

3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd., Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian,

M.Pd serta Bapak Dr. Abil Mansyur, M.Si selaku dewan penguji yang telah

banyak memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

4. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd

selaku ketua dan sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika

Pascasarjana UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf

Program Studi Pendidikan Matematika yang setiap saat memberikan

(9)

iv

5. Direktur, Asisten Direktur I, dan II beserta Staf Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan yang telah memberikan bantuan dan kesempatan

kepada penulis menyelesaikan tesis ini.

6. Kepala MTs Madinatussalam yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melakukan penelitian lapangan.

7. Sahabat D’Kahaani, Suci Dahlya Narpila, Sri Wahyuni, Hetty Elfina serta Siti

Aminah Nababan yang selalu bersama dalam suka duka, panas terik serta

hujan dan badai. Semoga persahabatan ini tidak akan pernah putus.

8. Rekan-rekan tercinta khususnya Kakanda Yanti Rambe, Mustika Fitri L

Sibuea serta Irma Sari Daulay yang menjadi tempat bertanya di sela-sela

penyusunan tesis ini. Serta keluarga besar Dikmat A-3 stambuk 2013 yang

selalu mendukung dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan studinya.

9. Teman-teman satu pembimbing Elfira, Kakanda Kiki Yuliani, Zia, Novia

Susanti, Amalia Ramli, Rani, Indah, Ade dan Boynes, yang selalu

memberikan motivasi agar tetap semangat dalam menyelesaikan tesis ini.

10.Semua pihak dari rekan-rekan angkatan XXII Program Studi Pendidikan

Matematika Program Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan

bantuan, motivasi serta dorongan dalam penyusunan tesis ini.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga

tesis ini dapat memberikan masukan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga

dapat memperkaya khasanan penelitian-penelitian sebelumnya, dan dapat

memberi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.

(10)

v

2.4 Model PembelajaranBerbasisMasalah ... 36

2.5 TeoriBelajarPendukung Model PembelajaranBerbasisMasalah ... 43

2.6 PengembanganPerangkatPembelajaran ... 48

2.7 KualitasPerangkatPembelajaran ... 59

2.8 Model PengembanganPerangkatPembelajaran ... 64

2.9 HasilPenelitian yang Relevan... 70

2.10 KerangkaKonseptual ... 73

2.11 PertanyaanPenelitian ... 80

BAB III METODE PENELITIAN ... 82

3.1 JenisPenelitian ... 82

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 82

3.3 Subjek danObjekPenelitian ... 82

3.4 Definisi Operasional ... 83

3.5 ProsedurPengembangan Perangkat Pembelajaran ... 84

3.6 Instrumendan Teknik Pengumpulan Data ... 96

3.7 TeknikAnalisis Data ... 101

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 112

4.1 HasilPenelitian ... 112

4.1.1 DeskripsiTahapPengembanganPerangkatPembelajaran ... 113

4.1.1.1 DeskripsiTahapPendefinisian (Define) ... 113

4.1.1.2 DeskripsiTahapPerancangan (Design) ... 120

4.1.1.3 DeskripsiTahapPengembangan (Develop) ... 128

(11)

vi

4.1.2 DeskripsiEfektivitasPerangkatPembelajaranBerbasis

Masalah yang dikembangkan ... 146

4.1.2.1 AnalisisEfektifitasPerangkatPembelajaranBerbasis MasalahUjiCoba I ... 146

4.1.2.2 AnalisisEfektifitasPerangkatPembelajaranBerbasis MasalahUjiCoba II ... 157

4.1.3 DeskripsiPeningkatanKemampuanPemecahanMasalahSiswa MenggunakanPerangkatPembelajaranBerbasisMasalah ... 167

4.1.4 DeskripsiPeningkatanKemampuanKomunikasiMatematikSiswa MenggunakanPerangkatPembelajaranBerbasisMasalah ... 165

4.1.5 DeskripsiProses JawabanSiswa ... 169

4.2 PembahasanHasilPenelitian ... 206

4.2.1 ValiditasPerangkatPembelajaranBerbasisMasalah ... 206

4.2.2 EfektivitasPerangkatPembelajaranBerbasisMasalah ... 208

4.2.3 PeningkatanKemampuanPemecahanMasalah ... 212

4.2.4 PeningkatanKemampuanKomunikasiMatematik ... 214

4.2.5 ProsesJawabanSiswa ... 216

4.3 KeterbatasanPenelitian ... 217

BAB VSIMPULAN DAN SARAN ... 219

5.1 Simpulan... 219

5.2 Saran ... 220

(12)

vii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 41

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 100

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 101

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kevalidan ... 103

Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Validitas Butir Soal dan Reliabelitas ... 105

Tabel 3.5 Persentase Waktu Efektif dan Batas Toleransi Aktivitas Siswa ... 107

Tabel 3.6 Kriteria Proses Jawaban Kemampuan Pemecahan Masalah ... 109

Tabel 3.7 Kriteria Proses Jawaban Kemampuan Komunikasi Matematik ... 110

Tabel 4.1 Media dan Alat Bantu Pembelajaran Segi Empat ... 121

Tabel 4.2 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 129

Tabel 4.3 Hasil Validasi Buku Siswa (BS) ... 132

Tabel 4.4 Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 135

Tabel 4.5 Hasil Validasi Instrumen Penelitian ... 138

Tabel 4.6 Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 139

Tabel 4.7 Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 140

Tabel 4.8 Revisi Buku Siswa (BS) ... 143

Tabel 4.9 Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Uji Coba I ... 147

Tabel 4.10 Tingkat Penguasaan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Hasil Posttest Uji Coba I ... 147

Tabel 4.11 Tingkat Penguasaan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Hasil Posttest Uji Coba I ... 148

Tabel 4.12 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Uji Coba I ... 150

Tabel 4.13 Rata-rata Persentase Waktu Ideal Aktivitas Siswa Uji Coba I ... 152

Tabel 4.14 Hasil Analisis Respon Siswa Uji Coba I ... 155

Tabel 4.15 Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Uji Coba II ... 157

Tabel 4.16 Tingkat Penguasaan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Hasil Posttest Uji Coba II ... 158

Tabel 4.17 Tingkat Penguasaan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Hasil Posttest Uji Coba II ... 159

Tabel 4.18 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Uji Coba II ... 160

Tabel 4.19 Rata-rata Persentase Waktu Ideal Aktivitas Siswa Uji Coba II ... 162

Tabel 4.20 Hasil Analisis Angket Respon Siswa Uji Coba II ... 165

Tabel 4.21 Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 167

Tabel 4.22 Rata-rata Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa untuk Setiap Indikator ... 168

Tabel 4.23 Deskripsi Hasil Kemampuan Komunikasi Matematik... 170

(13)

viii

(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1.1 Jawaban Siswa TKPM ... 6

Gambar 1.2 Jawaban Siswa TKKM ... 9

Gambar 1.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Guru ... 13

Gambar 1.4 Buku Ajar Siswa ... 14

Gambar 2.1 Tahap Pendefinisian dalam Model 4-D ... 66

Gambar 2.2 Tahap Perancangan dalam Model 4-D ... 68

Gambar 2.3 Tahap Pengembangan dalam Model 4-D ... 69

Gambar 2.4 Tahap Penyebaran dalam Model 4-D ... 70

Gambar 3.1 Skema Operasional Pengembangan Perangkat Pembelajaran dari Model 4-D ... 85

Gambar 3.2 Peta Konsep Segi Empat ... 88

Gambar 3.3 Prosedur Penelitian Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah ... 95

Gambar 4.6 Sebelum dan Setelah Validasi RPP Validator III ... 131

Gambar 4.7 Sebelum dan Setelah Validasi RPP Validator IV... 131

Gambar 4.8 Sebelum dan Setelah Validasi Buku Siswa Validator I ... 133

Gambar 4.9 Masukan Validator II Terhadap Buku Siswa ... 134

Gambar 4.10 Sebelum dan Setelah Validasi Buku Siswa Validator II ... 134

Gambar 4.11 Sebelum dan Setelah Validasi Buku Siswa Validator III ... 135

Gambar 4.12 Sebelum dan Setelah Validasi LAS Validator I ... 136

Gambar 4.13 Sebelum dan Setelah Validasi LAS Validator IV ... 137

Gambar 4.14 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Hasil Posttest Uji Coba I ... 148

Gambar 4.15 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik Hasil Posttest Uji Coba I ... 149

Gambar 4.16 Persentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Uji Coba I ... 150

Gambar 4.17 Diagram Persentase Waktu Aktivitas Siswa Uji Coba I ... 153

Gambar 4.18 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Hasil Posttest Uji Coba II... 159

Gambar 4.19 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik Hasil Posttest Uji Coba II... 160

Gambar 4.20 Persentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Uji Coba II ... 161

Gambar 4.21 Diagram Persentase Waktu Aktivitas Siswa Uji Coba II ... 163

Gambar 4.22 Rata-rata Kemampuan Pemecahan Masalah untuk Setiap Indikator ... 169

(15)

x

Gambar 4.24 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek Memahami

Masalah Kategori Baik Uji Coba I ... 172 Gambar 4.25 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek Memahami

Masalah Kategori Baik Uji Coba II ... 172 Gambar 4.26 Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek Memahami

Masalah Kategori Cukup Uji Coba I ... 173 Gambar 4.27 Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek Memahami

Masalah Kategori Cukup Uji Coba II ... 173 Gambar 4.28 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek Merencanakan Penyelesaian Kategori Baik Uji Coba I ... 174 Gambar 4.29 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek Merencanakan Penyelesaian Kategori Baik Uji Coba II ... 174 Gambar 4.30 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek Merencanakan Penyelesaian Kategori Cukup Uji Coba I ... 175 Gambar 4.31 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek Merencanakan Penyelesaian Kategori Cukup Uji Coba II ... 175 Gambar 4.32 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek Menyelesaikan Masalah Kategori Baik Uji Coba I ... 176 Gambar 4.33 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek Menyelesaikan Masalah Kategori Baik Uji Coba II ... 176 Gambar 4.34 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek Menyelesaikan Masalah Kategori Cukup Uji Coba I ... 177 Gambar 4.35 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek Menyelesaikan Masalah Kategori Cukup Uji Coba II ... 177 Gambar 4.36 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek Memahami

Masalah Kategori Baik Uji Coba I ... 179 Gambar 4.37 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek Memahami

Masalah Kategori Baik Uji Coba II ... 179 Gambar 4.38 Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek Memahami

Masalah Kategori Cukup Uji Coba I ... 180 Gambar 4.39 Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek Memahami

Masalah Kategori Cukup Uji Coba II ... 180 Gambar 4.40 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek

Merencanakan Perhitungan Kategori Baik Uji Coba I ... 181 Gambar 4.41 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek

Merencanakan Perhitungan Kategori Baik Uji Coba II ... 181 Gambar 4.42 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek Merencanakan Perhitungan Kategori Cukup Uji Coba I ... 182 Gambar 4.43 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek

Merencanakan Perhitungan Kategori Cukup Uji Coba II ... 182 Gambar 4.44 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek

Menyelesaikan Masalah Kategori Baik Uji Coba I... 183 Gambar 4.45 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek

Menyelesaikan Masalah Kategori Baik Uji Coba II ... 183 Gambar 4.46 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek

Menyelesaikan Masalah Kategori Cukup Uji Coba I ... 184 Gambar 4.47 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek

(16)

xi Gambar 4.54 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1b Aspek

Ekspresi Matematik Kategori Baik Uji Coba I ... 191 Gambar 4.60 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek

Menggambar Matematik Kategori Baik Uji Coba I ... 195 Gambar 4.66 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 3a Aspek

Menulis Matematik Kategori Baik Uji Coba I ... 198 Gambar 4.72 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 3b Aspek

(17)

xii

Gambar 4.73 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 3b Aspek

Ekspresi Matematik Kategori Baik Uji Coba II ... 202 Gambar 4.74 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 3b Aspek

Ekspresi Matematik Kategori Cukup Uji Coba I ... 203 Gambar 4.75 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 3b Aspek

Ekspresi Matematik Kategori Cukup Uji Coba II ... 203 Gambar 4.76 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 3b Aspek

Ekspresi Matematik Kategori Kurang Uji Coba I ... 204 Gambar 4.77 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 3b Aspek

(18)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran I LembarValidasiPerangkatPembelajaran ... 225

Lampiran II RencanaPelaksanaanPembelajaran (RPP) ... 238

LampiranIII BukuSiswa (BS) ... 273

Lampiran IV LembarAktivitasSiswa (LAS) ... 318

Lampiran V TesKemampuanPemecahanMasalah (TKPM) ... 343

Lampiran VI TesKemampuanKomunikasiMatematik (TKKM) ... 352

Lampiran VII HasilValidasiPerangkatdanInstrumenPenelitian ... 361

Lampiran VIII HasilPosttestKemampuanPemecahanMasalahSiswa ... 389

LampiranIX HasilPosttestKemampuanKomunikasiMatematikSiswa ... 396

Lampiran X PerhitunganAktivitasSiswa ... 401

Lampiran XI HasilAnalisisAngketResponSiswa ... 409

Lampiran XII DokumentasiPenelitian ... 412

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari

kehidupan. Pentingnya pendidikan, sehingga menjadi tolak ukur kemajuan suatu

bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki sumber daya manusia

yang berkualitas, baik dari segi spritual, intelegensi maupun skill. Sehingga

dengan sumber daya manusia yang berkualitas suatu bangsa akan mampu dan

proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Untuk

menumbuhkembangkan sumber daya manusia yang berkualitas maka diperlukan

mutu pendidikan yang berkualitas pula. Salah satu cara yang dapat dilakukan

untuk mencapai tujuan tersebut adalah pembaruan secara berkelanjutan dalam

bidang pendidikan khususnya pelajaran matematika.

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar mempunyai peran yang penting

dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Materi

pelajaran matematika yang diajarkan di sekolah berperan dalam melatih siswa

berpikir logis, kritis dan praktis, bernalar efektif, bersikap ilmiah, disiplin,

bertanggungjawab, percaya diri yang disertai dengan iman dan taqwa. Karena

pentingnya peranan matematika dalam kehidupan, maka dalam kurikulum KTSP,

matematika ditempatkan pada kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan alam

dan teknologi, serta menerangkan bahwa matematika merupakan salah satu

kompetensi yang harus dimiliki peserta didik disetiap jenjang pendidikan mulai

dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).

(20)

2

Sejalan dengan pernyataan di atas, kompetensi pembelajaran matematika

yang tercantum dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), adalah agar

siswa mampu:

1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan; (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, instuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta coba-coba; (3) mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan; (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan (Balitbang Depdiknas dalam Siregar, 2013:2).

Berdasarkan standar kompetensi yang termuat dalam kurikulum tingkat

satuan pendidikan (KTSP), aspek pemecahan masalah merupakan salah satu

kompetensi yang harus dikembangkan dikalangan peserta didik. Pemecahan

masalah matematika merupakan hal yang sangat penting karena dengan berusaha

mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman

yang konkrit sehingga dengan pengalaman tersebut dapat digunakan dalam

memecahkan masalah-masalah serupa.

Masalah dalam matematika adalah sesuatu persoalan yang ia sendiri

mampu menyelesaikannya tanpa menggunakan cara atau algoritma yang rutin

(Ruseffendi,1991:335). Apabila kita berniat menggunakan pengetahuan

matematika, keterampilan atau pengalaman untuk memecahkan suatu persoalan

atau situasi yang baru dan membingungkan, maka kita sedang melakukan

pemecahan masalah. Suatu masalah atau persoalan akan berbeda untuk setiap

siswa, bisa saja suatu persoalan merupakan pemecahan masalah bagi siswa yang

satu namun tidak bagi siswa yang lain, maka menjadi tugas guru untuk

(21)

3

Kemampuan pemecahan masalah sangat penting dalam kehidupan

sehari-hari, Sebab kita tidak akan pernah lepas dari masalah. Pentingnya kemampuan

pemecahan masalah ini sejalan dengan pendapat Holmes (Wardhani,dkk, 2010:7)

yang menyatakan bahwa alasan seseorang perlu belajar memecahkan masalah

adalah adanya fakta bahwa orang yang mampu memecahkan masalah akan hidup

dengan produktif dalam abad dua puluh satu ini, akan mampu berpacu dengan

kebutuhan hidupnya serta mampu memahami isu-isu kompleks yang berkaitan

dengan masyarakat global.

Senada dengan Holmes, Cooney (Hudojo, 2005:130) mengemukakan

bahwa, mengajar siswa menyelesaikan masalah-masalah akan memungkinkan

siswa menjadi lebih analitik dalam mengambil keputusan dalam kehidupan.

Artinya, siswa yang dilatih dalam menyelesaikan masalah maka siswa itu akan

mampu mengambil keputusan, sebab ia mempunyai keterampilan tentang

bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi, dan

menyadari betapa perlu meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya.

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah juga dikemukakan oleh

Hudojo (2005:133)

Pemecahan masalah merupakan suatu hal yang esensial dalam pembelajaran matematika di sekolah, disebabkan antara lain: (1) siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisanya dan kemudian meneliti hasilnya; (2) kepuasan intelektual akan timbul dari dalam, yang merupakan masalah intrinsik; (3) potensi intelektual siswa meningkat; (4) siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.

Dari pendapat-pendapat di atas, sudah sewajarnya kemampuan pemecahan

(22)

4

dalam mengembangkan potensi intelektual siswa, khususnya pada pembelajaran

matematika.

Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa, siswa belum dapat

menyelesaikan masalah dengan baik yang menyebabkan hasil pembelajaran

matematika belum memenuhi harapan. Matematika masih dianggap sulit oleh

sebagian besar siswa. Ini terlihat dari hasil penelitian Trends International

Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2003 menempatkan siswa

Indonesia pada peringkat 34 dari 45 negara. Prestasi itu bahkan relatif lebih buruk

pada Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2003

menempatkan Indonesia pada peringkat 2 terendah dari 40 negara sampel, yaitu

hanya satu peringkat lebih tinggi dari Tunisia. Indonesia mengikuti TIMSS pada

tahun 1999, 2003 dan 2007 dan PISA tahun 2000, 2003, 2006, 2009 dengan hasil

tidak menunjukkan banyak perubahan pada setiap keikutsertaan. Pada PISA tahun

2009 Indonesia hanya menduduki rangking 61 dari 65 peserta dengan rata-rata

skor 371, sementara rata-rata skor internasional adalah 496. Pada TIMSS 2007

Rangking Indonesia menjadi rangking 36 dari 49 negara. Dari hasil ini, dapat

disimpulkan bahwa soal yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan

soal-soal yang distandarkan di tingkat internasional, sehingga siswa tidak terbiasa

dengan soal-soal yang berstandar TIMSS dan PISA (Wardhani dan Rumiati,

2011:1).

Selain hasil penelitian internasioal di atas, penelitian terdahulu mengenai

rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa Marzuki (2012)

mengungkapkan bahwa kemampuan awal pemecahan masalah pada materi segi

(23)

5

90,90% memperoleh nilai sangat kurang dan hanya 6 orang atau sebear 9,09%,

yang memiliki nilai kategori cukup. Ini menunjukkan bahwa kemampuan

pemecahan masalah siswa masih sangat rendah. Sumarmo (Marzuki, 2012:2)

menyatakan bahwa rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa karena

kesulitan yang dialami siswa paling banyak terjadi pada tahap melaksanakan

perhitungan dan memeriksa kembali perhitungan.

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah juga terlihat dari hasil

observasi awal dan wawancara dengan guru matematika di MTs Madinatussalam

Sei Rotan bahwa siswa mengalamai kesulitan dalam pemecahan masalah dan juga

komunikasi matematik, guru mengungkapkan bahwa siswa belum terbiasa

menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal, bahkan kebanyakan

siswa tidak memahami soal dan tidak mengetahui bagaimana cara

menyelesaikannya. Hasil observasi juga menunjukkan siswa masih pasif dalam

pembelajaran dan kurang memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran

yang saat itu sedang berlangung. Salah satu bahasan yang dirasa sulit oleh siswa

adalah segi empat yang mencakup bidang geometri. Pernyataan di atas diperkuat

dengan hasil jawaban siswa pada saat pemberian tes diagnostik di kelas VII soal

yang diberikan yaitu :

Indah memiliki kebun bunga. Berbagai jenis bunga ditanam di dalamnya.

Kebun itu terbagi kedalam beberapa petak. Petak I berbentuk daerah persegi,

ditanami bunga putih seluas 625 m2. Petak II berbentuk daerah persegi panjang

ditanami bunga merah, panjang petak II 50 m dan luasnya

5 1

dari luas petak I,

berapakah panjang kebun petak I, berapa lebar dan luas kebun petak II, dan

(24)

6

Soal tersebut diberikan kepada 10 orang siswa sebagai sampel. Hanya 1

siswa atau (10%) yang menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal

tetapi itu belum lengkap dan masih salah dalam perencanaan dan penyelesaian

masalah. Sisanya 9 siswa (90%) tidak menuliskan hal-hal yang diketahui dan

ditanyakan serta kecukupan dari data yang diberikan, hanya 2 orang siswa (20%)

yang menjawab permasalahan dengan benar namun tidak mengikuti

langkah-langkah pemecahan masalah, kebanyakan siswa kurang memahami soal sehingga

salah dan tidak mampu menyelesaiakan soal dengan baik dan benar. Masih

rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa dapat dilihat dari salah satu

jawaban siswa berikut

Dari jawaban siswa di atas, terlihat bahwa siswa tidak mengetahui cara

menyelesaikan masalah yang terdapat pada bagian (a). Siswa juga tidak

menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari masalah, sehingga

siswa tidak mampu merubah kedalam model matematika. Siswa juga tidak paham

(25)

7

diketahui dalam soal. Dari permasalahan di atas, siswa akhirnya tidak mampu

menyelesaikan masalah tersebut dengan benar.

Keadaan yang demikian harus diatasi dengan membiasakan dan melatih

siswa menjawab soal-soal pemecahan masalah di kelas, aktivitas-aktivitas yang

mencakup penyelesaian soal pemecahan masalah menurut Ruseffendi (1991:341)

yaitu : 1) merumuskan permasalahan dengan jelas; 2) menyatakan kembali

persoalan dalam bentuk yang dapat diselesaikan; 3) menyusun hipotesis dan

strategi penyelesaiannya; 4) melaksanakan prosedur penyelesaian; 5)

melaksanakan evaluasi terhadap penyelesaian. Sejalan dengan Ruseffendi, Polya

(Marzuki, 2012:6) menyebutkan empat langkah dalam menyelesaikan masalah

yaitu : 1) memahami masalah; 2) merencanakan pemecahan; 3) melakukan

perhitungan; 4) memeriksa kembali. Langkah-langkah kemampuan pemecahan

masalah di atas seharusnya dimiliki setiap siswa dengan harapan melalui

kemampuan ini siswa memiliki bekal dalam memecahkan masalah matematika

maupun masalah yang ia temukan dalam kehidupannya sehari-hari.

Selain kemampuan pemecahan masalah, kompetensi lain yang harus

dimiliki siswa dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah

kemampuan komunikasi matematik. Komunikasi matematik merupakan suatu

kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematik,

komunikasi matematik juga merupakan wadah bagi siswa dalam bekomunikasi

dengan temannya untuk memeperoleh informasi, bertukar pikiran dan penemuan

serta menilai dan mempertajam ide. Komunikasi matematik sangat penting karena

(26)

definisi-8

definisi yang jelas dan simbol-simbol khusus serta digunakan setiap manusia

dalam kehidupannya.

Baroody (Ansari 2009:4) menyebutkan sedikitnya ada dua alasan penting,

mengapa komunikasi dalam matematika perlu ditumbuhkembangkan di kalangan

siswa. Pertama, mathematics as language, artinya matematika tidak hanya sekedar

alat bantu berfikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola,

menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga

sebagai suatu alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara

jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning as social activity, artinya

sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika juga sebagai

wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa.

Paparan di atas menunjukkan bahwa banyak persoalan ataupun informasi

disampaikan dengan bahasa matematika, misalnya menyajikan persoalan atau

masalah ke dalam model matematika yang dapat berupa diagram, persamaan

matematika, grafik, ataupun tabel. Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa

matematika justru lebih praktis, sistematis, dan efisien. Begitu pentingnya

matematika sebagai bahasa sehingga bahasa matematika merupakan bagian dari

bahasa yang digunakan dalam masyarakat.

Namun kenyataannya kemampuan komunikasi matematik siswa juga

masih belum memuaskan. Hal tersebut terlihat dari hasil penelitian Marzuki

(2012) yang mengungkapkan bahwa pada kemampuan awal komunikasi

matematik pada kelas model pembelajaran berbasis masalah diperoleh dari 66

siswa, sebanyak 42 orang atau sebesar 63,63% mendapat nilai dengan kategori

(27)

9

kurang dan sisanya sebanyak 6 orang atau sebesar 9,09% memperoleh kategori

cukup.

Rendahnya kemampuan komunikasi matematik ini juga dialami oleh siswa

MTs Madinatussalam Sei Rotan, dari soal yang diberikan yaitu keliling tanah pak

Sulaiman yang berbentuk persegi panjang adalah 36 m dan lebarnya 6 m kurang

dari panjangnya. Berapakah luas tanah pak Sulaiman?.

Melalui situasi yang ada dalam masalah di atas, diharapkan siswa dapat

mengiterpretasikan serta mengevaluasi ide-ide dan informasi matematika,

kemudian menyatakan situasi yang ada dalam permasalahan ke dalam model

matematika, dan selanjutnya menyusun prosedur penyelesaian luas tanah pak

Sulaiman dan melaksanakan pemecahannya. Tetapi, siswa jarang memulai

penyelesaian masalah dengan membuat model matematika dari informasi yang

diberikan, mereka hanya menuliskan angka-angka yang terdapat dalam soal tanpa

memahami maksud dari persoalan tersebut. Sehingga yang terjadi adalah masalah

tidak dapat diselesaikan atau hasil jawaban dari masalah yang diberikan tidak

tepat. Salah satu jawaban siswa yang menunjukkan ketidakmampuan siswa dalam

membuat model matematika dari situasi masalah yang diberikan tentang luas

tanah pak Sulaiman terlihat pada gambar 1.2

(28)

10

Dari kasus-kasus dan temuan-temuan di lapangan, rendahnya kemampuan

pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa disebabkan oleh beberapa

faktor antara lain : pertama, rencana pembelajaran yang dimiliki guru tidak sesuai

dengan kriteria pengembangan perangkat pembelajaran yang baik. Rencana

pembelajaran yang ada hanya sebagai pelengkap administrasi, guru tidak

mengembangkan rencana pembelajarannya sendiri, proses pembelajaran terkesan

situasional dan tidak terarah. Hal ini menyebabkan siswa pasif dan kurang

termotivasi dalam pembelajaran. Kedua, siswa tidak memiliki lembar aktivitas

siswa atau yang sering disebut LKS sehingga proses pengembangan kemampuan

pemecahan masalah dan komunikasi matematik tidak berkembang dengan baik.

Ketiga, masalah-masalah yang disajikan pada buku pendukung pembelajaran yang

digunakan belum mampu mengukur kemampuan pemecahan masalah dan

komunikasi matematik sesuai dengan indikator yang diharapkan. Keempat, tes

kemampuan belajar yang diberikan guru masih kurang dalam hal pengembangan

kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik. Dari beberapa faktor

di atas, perangkat pembelajaran menjadi faktor dominan rendahnya kemampuan

pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa.

Untuk dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah dan

komunikasi matematik, diperlukan suatu perangkat pembelajaran yang

mendukung. Bertolak dari hal tersebut, adalah suatu tantangan bagi para guru

untuk dapat mengembangkan perangkat pembelajarannya sendiri. Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang berkaitan dengan standar nasional

pendidikan mengisyaratkan bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan

(29)

11

Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses. Untuk memenuhi standar proses

tersebut, maka pembelajaran harus direncanakan, dinilai, dan diawasi.

Perencanaan program pembelajaran menurut Hamzah dan Muhlisrarini (2013:64)

adalah sebagai acuan kepada peserta didik dalam posisi membantu terlaksananya

dengan efektif suatu pembelajaran. Salah satu perencanaan pembelajaran adalah

menyusun perangkat pembelajaran. Ibrahim (Trianto, 2011:96) mengemukakan

bahwa perangkat pembelajaran adalah perangkat yang diperlukan dan

dipergunakan dalam mengelola proses belajar mengajar. Perangkat pembelajaran

tersebut dapat berupa Buku Siswa (BS), silabus, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), Lembar Aktivitas Siswa (LAS), intrumen evaluasi atau tes

hasil belajar, serta media pembelajaran. Pentingnya perangkat pembelajaran

dalam kegiatan berlajar sehingga pengembangannya merupakan hal yang sangat

dituntut kepada setiap guru maupun calon guru.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menurut Permendiknas nomor

41 tahun 2007 adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara lebih rinci

mengacu pada silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam

upaya pencapaian kompetensi dasar. RPP memuat langkah-langkah yang akan

dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. RPP menurut Trianto

(2011:214) adalah panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru

dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. RPP ini

berfungsi sebagai pedoman bagi guru selama proses pembelajaran. RPP akan

membantu guru dalam mengorganisasikan materi standar, serta mengantisipasi

siswa dan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pembelajaran. Baik guru

(30)

12

mencapainya. Dengan demikian, guru dapat mempertahankan situasi agar siswa

dapat memusatkan perhatian dalam pembelajaran yang telah dirancangnya.

RPP yang dikembangkan oleh guru harus memiliki validitas yang tinggi,

kriteria validitas RPP yang tinggi menurut pedoman penilaian RPP (Akbar,

2013:144) yaitu :

(1) ada rumusan tujuan pembelajaran yang jelas, lengkap, disusun secara logis, mendorong siswa untuk berpikir tingkat tinggi; (2) deskripsi materi jelas, sesuai dengan tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, dan perkembangan keilmuan; (3) pengorganisasian materi pembelajaran jelas cakupan materinya, kedalaman dan keluasannya, sistematik, runtut, dan sesuai dengan alokasi waktu: (4) sumber belajar sesuai dengan perkembangan siswa, materi ajar, lingkungan konsteksual dengan siswa dan bervariasi; (5) ada skenario pembelajarannya (awal, inti, akhir) secara rinci, lengkap dan langkah pembelajarannya mencerminkan model pembelajaran yang dipergunakan; (6) langkah pembelajaran sesuai dengan tujuan; (7) teknik pembelajaran tersurat dalam langkah pembelajaran, sesuai tujuan pembelajaran, mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif, memotivasi, dan berpikir aktif; (8) tercantum kelengkapan RPP berupa prosedur dan jenis penilaian sesuai tujuan pembelajaran, ada instrumen penilaian yang bervariasi (tes dan non tes), rubrik penilaian.

Kriteria-kriteria pengembangan RPP di atas belum ditemukan pada MTs

Madinatussalam, dari hasil pengamatan dan analisis terhadap Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang ada, masih terdapat beberapa kekurangan:

Pertama, RPP yang digunakan guru masih merupakan hasil copy dari guru lain

yang masih bersifat umum dan kurang sesuai dengan karakteristik siswa di MTs

Madinatussalam. Kedua, langkah-langkah pembelajaran tidak mengacu pada

model pembelajaran yang tercantum dalam RPP namun masih bersifat teacher

centered. Langkah-langkah pembelajaran tidak memuat alokasi waktu yang jelas

pada setiap prosesnya. Ketiga, masalah-masalah untuk menilai hasil belajar masih

minim dan tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran serta kurang mendukung

(31)

13

siswa. Keempat, tidak adanya rubrik penskoran pada penilaian hasil belajar siswa.

Berikut bentuk visual RPP guru MTs Madinatussalam terlihat pada gambar 1.3.

Buku merupakan perangkat yang mendukung pembelajaran. Akbar

(2013:33) mendefinisikan buku ajar merupakan buku teks yang digunakan

sebagai rujukan standar pada mata pelajaran tertentu. Ciri-ciri buku ajar adalah:

(1) sumber materi ajar; (2) menjadi referensi baku untuk mata pelajaran tertentu;

(3) disusun sistematis dan sederhana; (4) disertai petunjuk pembelajaran. Buku

siswa merupakan buku panduan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang

memuat materi pelajaran, kegiatan penyelidikan berdasarkan konsep, kegiatan

sains, informasi dan contoh-contoh penerapan sains dalam kehidupan sehari-hari

(Trianto, 2011:227). Pengembangan buku ajar yang baik harus memenuhi kriteria

valid dan efektif. Menurut Akbar (2013:34) buku ajar yang baik adalah: (1)

akurat (akurasi); (2) sesuai (relevansi); (3) komunikatif; (4) lengkap dan

sistematis; (5) berorientasi pada student centered; (6) berpihak pada ideologi

(32)

14

bangsa dan negara; (7) kaidah bahasa benar, buku ajar yang ditulis menggunakan

ejaan, istilah dan struktur kalimat yang tepat; (8) terbaca, buku ajar yang

keterbacaannya tinggi mengandung panjang kalimat dan struktur kalimat sesuai

pemahaman pembaca.

Buku ajar yang digunakan di MTs Madinatussalam masih memiliki

beberapa kelemahan antara lain: pertama, materi yang disajikan pada buku ajar

siswa tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kedua,

langsung memberikan rumus yang selanjutnya digunakan dalam penyelesaian

masalah, buku ajar tidak mengandung langkah-langkah dalam menemukan rumus

sehingga siswa hanya menghafal yang menyebabkan mudah lupa dalam

penggunaannya. Ketiga, contoh soal yang ada tidak menunjukkan

langkah-langkah yang dapat mengukur kemampuan pemecahan masalah matematik.

(33)

15

LAS atau lembar aktivitas siswa merupakan salah satu yang mendukung

buku ajar siswa, LAS merupakan lembaran-lembaran berisi tugas yang harus

dikerjakan oleh siswa. Lembar aktivitas ini berisi petunjuk dan langkah-langkah

untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan oleh guru kepada siswanya.

Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa tugas teori atau tugas

praktik (Widyantini, 2013:3). Guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar aktivitas siswa harus

memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai atau tidaknya

sebuah kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Guru dapat

memanfaatkan LAS sebagai latihan untuk mengembangkan

kemampuan-kemampuan matematika siswa, seperti kemampuan-kemampuan pemecahan masalah dan

komunikasi matematik. Sebab, salah satu manfaat adanya lembar aktivitas siswa

adalah memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran serta bagi siswa

sendiri akan melatih untuk belajar secara mandiri dan belajar memahami suatu

tugas secara tertulis.

Pentingnya peran LAS sebagai salah satu perangkat pembelajaran yang

mendukung buku ajar siswa belum dimanfaatkan dalam pembelajaran di MTs

Madinatussalam. Sebab, siswa belum memiliki LAS sebagai pendamping buku

ajar siswa, ini menjadi salah satu faktor siswa kurang terlatih dalam mengasah

kemampuan-kemampuan matematikanya. Untuk itu guru diharapkan dapat

mengembangkan LAS yang mendukung buku ajar serta kemampuan matematika

siswa. LAS yang dikembangkan harus memiliki kriteria yang valid dan efektif

(34)

16

Pengembangan perangkat pembelajaran antara lain rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), buku siswa (BS), lembar aktivitas siswa (LAS) harus

mengacu pada suatu model pembelajaran agar perangkat yang dikembangkan

menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi dan terfokus pada tujuan yang

ingin dicapai. Model pembelajaran menurut Istarani (Simamora, 2014:13) adalah

seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum,

sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang

terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar

mengajar. Ada banyak model pembelajaran yang bisa digunakan dalam upaya

menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi

matematika siswa, salah satu model pembelajaran yang diduga akan sejalan

dengan karakteristik matematika dan harapan kurikulum tingkat satuan

pendidikan adalah model pembelajaran berbasis masalah.

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan

pembelajaran di mana peserta didik mengerjakan masalah yang autentik (nyata)

sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuannya sendiri, mengembangkan

keterampilan yang tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta didik, dan

meningkatkan kepercayaan dirinya Trianto (2011:92). Menurut Saragih (2007)

keterampilan soft skill siswa seperti kemampuan bekerjasama, berkomunikasi,

semangat dalam melakukan tugas, mengelola waktu, mengembangkan berpikir

logis, dan menanamkan nilai moral, budi pekerti dan akhlak mulia, dapat

diajarkan dan dilatih dengan model pembelajaran berbasis masalah. Woods (Amir,

2010:13) pembelajaran berbasis masalah lebih dari sekedar lingkungan yang

(35)

17

membangun kecakapan sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah,

kerjasama tim dan berkomunikasi.

Pembelajaran berbasis masalah melibatkan presentasi situasi-situasi yang

autentik dan bermakna yang berfungsi sebagai landasan bagi investigasi dan

penyelidikan siswa (Arends, 2008b:41). Pembelajaran berbasis masalah dicirikan

oleh siswa bekerja sama satu sama lain. Mereka bekerja sama memberikan

motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas yang kompleks dan

memperbanyak peluang untuk berbagi inquiry dan dialog untuk mengembangkan

keterampilan sosial dan keterampilan berpikir (Hosnan, 2014:297).

Penerapan model pembelajaran ini diupayakan dapat mengembangkan

kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematika siswa mulai bekerja

dari permasalahan yang diberikan, mengaitkan masalah yang akan diselidiki

dengan meninjau masalah itu dari banyak segi, melakukan penyelidikan autentik

untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata, membuat produk

berupa laporan untuk didemonstrasikan kepada teman-teman lain, bekerja sama

satu sama lain untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan

berpikir.

Paparan model pembelajaran serta kelemahan-kelemahan perangkat

pembelajaran di MTs Madinatussalam menunjukkan bahwa kualitas perangkat

pembelajaran yang tersedia belum tergolong baik. Untuk itu, perlu dilakukan

pengembangan perangkat pembelajaran yang berkualitas, sesuai dengan kondisi

dan karakteristik siswa MTs Madinatussalam. Kualitas perangkat yang

dikembangkan dirancang agar memenuhi kriteria valid dan efektif serta sesuai

(36)

18

dikembangkan disusun mengacu pada model pembelajaran berbasis masalah,

diantaranya: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa (BS),

Lembar Aktivitas Siswa (LAS) serta Tes Kemampuan Belajar (TKB). Hal inilah

yang mendorong dilakukannya penelitian yang memfokuskan diri pada

pengembangan perangkat pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa MTs

Madinatussalam.

.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat

diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Penguasaan siswa terhadap matematika masih belum memuaskan.

2. Prestasi belajar matematika masih rendah.

3. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa.

4. Rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa.

5. Aktivitas siswa dalam belajar matematika masih pasif.

6. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika masih bersifat negatif.

7. Strategi pembelajaran matematika kurang sejalan dengan tujuan pembelajaran

8. Siswa tidak menggunakan LAS sebagai pendukung pembelajaran.

9. Buku pegangan siswa belum efektif dalam mendukung pengembangan

kemampuan-kemampuan matematika siswa.

(37)

19

11. Dalam penilaian hasil belajar, guru kurang maksimal memberikan soal-soal

matematika kontekstual yang dapat mengembangkan kemampuan pemecahan

masalah dan komunikasi matematik siswa.

12. Pembelajaran matematika disekolah-sekolah saat ini masih cenderung

menerapkan pembelajaran langsung.

13. Bentuk proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah kurang

sistematis.

1.3 Batasan Masalah

Berbagai masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang

cukup luas dan kompleks, agar penelitian ini lebih fokus dan mencapai tujuan,

maka peneliti membatasi masalah penelitian ini pada :

1. Perangkat pembelajaran yang digunakan saat ini belum memenuhi kriteria

perangkat pembelajaran yang baik. Maka dalam penelitian ini akan

dikengembangan perangkat pembelajaran berbasis masalah meliputi Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa (BS), Lembar Aktivitas Siswa

(LAS) serta Tes Kemampuan Belajar (TKB)

2. Aktivitas siswa dalam belajar matematika masih pasif.

3. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika masih bersifat negatif.

4. Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa masih rendah.

5. Kemampuan komunikasi matematik siswa masih rendah.

(38)

20

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah,

serta pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan pada

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana validitas perangkat pembelajaran berbasis masalah yang

dikembangkan?

2. Bagaimana efektivitas perangkat pembelajaran berbasis masalah yang

dikembangkan?

3. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa melalui

perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan?

4. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa melalui

perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan?

5. Bagaimana proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan

masalah dan komunikasi matematik melalui perangkat pembelajaran berbasis

masalah yang dikembangkan?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah mengembangkan perangkat

pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah dan komunikasi matematik siswa. Adapun tujuan khusus penelitian ini

adalah:

1. Menghasilkan perangkat pembelajaran berbasis masalah yang valid.

2. Mendeskripsikan efektivitas perangkat pembelajaran berbasis masalah yang

(39)

21

3. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa melalui

perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan

4. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa

melalui perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan

5. Mendeskripsikan proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan

masalah dan komunikasi matematik melalui perangkat pembelajaran berbasis

masalah yang dikembangkan.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menghasilkan temuan-temuan yang merupakan

masukan berarti bagi pembaruan kegiatan pembelajaran, khususnya dalam

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik.

Manfaat yang diperoleh sebagai berikut:

1. Bagi siswa, dengan pengembangan perangkat pembelajaran berbasis masalah

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan matematika siswa.

2. Bagi guru, dapat memberikan informasi dalam pengembangan perangkat

pembelajaran berbasis masalah.

3. Bagi kepala sekolah, dapat menjadi bahan pertimbangan kepada tenaga

pendidik untuk menerapkan perangkat pembelajaran berbasis masalah dalam

kegiatan pembelajaran disekolah, untuk meningkatkan hasil belajar siswa

khususnya pembelajaran matematika.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan acuan dalam pengembangan perangkat

(40)

22

5. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan

perbandingan bagi pembaca maupun penulis lain yang berkeinginan

(41)

219

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini,

dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan terdiri dari: (1)

Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP); (2) Buku Siswa (BS); (3) Lembar

Aktivitas Siswa (LAS); (4) Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM);

serta (5) Tes Kemampuan Komunikasi Matematik (TKKM) masing-masing

termasuk dalam kategori valid.

2. Perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan terdiri dari: (1)

Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP); (2) Buku Siswa (BS); (3) Lembar

Aktivitas Siswa (LAS); (4) Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM);

serta (5) Tes Kemampuan Komunikasi Matematik (TKKM) termasuk dalam

kategori efektif, baik ditinjau dari ketuntasan belajar siswa secara klasikal,

aktivitas siswa, serta respon siswa.

3. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa menggunakan perangkat

pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan ditinjau dari rata-rata

pencapaian kemampuan pemecahan masalah siswa maupun rata-rata setiap

indikator kemampuan pemecahan masalah siswa meningkat dari uji coba I ke

uji coba II.

4. Peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa menggunakan

perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan ditinjau dari

rata pencapaian kemampuan komunikasi matematik siswa maupun

(42)

220

rata setiap indikator kemampuan komunikasi matematik siswa meningkat dari

uji coba I ke uji coba II.

5. Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah dan

komunikasi matematik pada uji coba II lebih baik dari proses jawaban siswa

pada uji coba I.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat

disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan ini sudah

memenuhi aspek kevalidan dan keefektifan, maka disarankan kepada guru

untuk dapat menggunakan perangkat pembelajatran ini dalam

menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi

matematik para siswanya khususnya siswa kelas VII.

2. Perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dihasilkan dapat

disebarluaskan mengingat tahap penyebaran (disseminate) pada penelitian ini

masih terbatas di sekolah penelitian. Sehingga terbuka peluang bagi peneliti

lain untuk mengkaji lebih jauh tentang keefektifan perangkat pembelajaran

yang dikembangkan.

3. Perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan ini dapat

dijadikan rujukan untuk membuat suatu perangkat pembelajaran dengan

materi lain guna menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah

dan komunikasi matematik siswa baik tingkat satuan pendidikan yang sama

(43)

221

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Akker, J,V,D. 1999. Principle and Methods of Development Research. First Edition. Illionis: F.E Peacock Publishers, Inc.

Amir, M.T. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning,

Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ansari, B.I. 2009. Komunikasi Matematik. Banda Aceh: Yayasan Pena.

. 2012. Komunikasi Matematik dan Politik Suatu Perbandingan:

Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh: Yayasan Pena.

Arends, R.I. 2008b. Learning to Teach, Belajar untuk Mengajar. Edisi Ketujuh.

Jidil Dua. (diterjemahkan oleh Soedjipto, Helly, P. dan Soedjipto, Sri, M.)

Yogyakarta: Pusataka Pelajar.

Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Asmin & Abil, M. 2014. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan

Analisis Klasik dan Modern. Medan: LARISPA.

Badger, M.S. dkk. 2011. Teaching Problem Solving in under graduate

Mathematics. The Nasional HE STEM. Coventry University.

Creswell, J.W. 2014. Educational Research Planning, Conducting and Evaluating

Quantitative and Qualitative Research. Boston : Pearson.

Dahar. R.W. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga.

Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya

Daulay, L.N. 2011. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi

Matematika Siswa SMP dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED.

Eggen, P & Kauchak, D. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan

Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta : Indeks.

Frinsnoiry, S. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran untuk Membelajarkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMPN 7 Binjai. Tesis tidak

(44)

222

Hamzah, A & Muhlisraini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran

Matematika. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Herman. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Pengajaran Langsung untuk Mengajarkan Materi Kesetimbangan Benda Tegar. Jurnal

Sains dan Pendidikan Fisika. 8 (1): 1-11.

Himpunan Peraturan Perundang-undangan Guru dan Dosen, Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005. Bandung; Fokus Media.

Hosnan, 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad

21. Jakarta: Galian Indonesia.

Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Penerbit Universitas Malang.

Iriantara, Y. 2014. Komunikasi Pembelajaran Interaksi Komunikatif dan Edukatif

di Dalam Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Krismanto, Al. & Wibawa, A,D. 2010. Pembelajaran Kemampuan Pemecahan

Masalah Bangun Datar di SMP. Yogyakarta: PPPPTK

Marzuki. 2012. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika Antara Siswa yang diberi Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Langsung. Tesis tidak

diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED.

Ministry of Education. 2011. Problem and Problem Solving. Jamaica: Kingston.

Mulyana, S. dkk. 2013. Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V dengan Model Cooperatif Learning Bermuatan Pendidikan Karakter. Journal of Primary

Education. 2(1):134-140

NCTM. 2010. Why is Teaching with Problem Solving Important to Students Learning?. Problem Solving Reasearch Brief.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005. Standar Nasional Pendiidikan. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 41 Tahun 2007. Standar

Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:

Permendiknas.

Polya, G. 1973. How To Solve (2ndEd. Princeton University Press.

Rahman & Amri. 2013. Strategi dan Desain Pengembangan Sistem

(45)

223

Rochmad. 2012. Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Jurnal

Kreano. 3 (1): 59-72

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru Edisi Dua. Jakarta : Rajawali Press.

Russefendi, ET. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA.

Bandung: Tarsito.

Sanjaya, W. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi

Matematika Siswa SMP melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi

tidak diterbitkan. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI Bandung.

Setiawan, T. dkk. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Higher Order Thinking. Unnes Journal of Research Mathematics Education. 1 (1): 72-80.

Setyosary, P. 2010. Metode Penelitian dan Pengembangan. Jakarta : Kencana Pranada Media Group.

Simamora, R. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Penilaian

Otentik Melalui Penerapan Model PBM untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis pada Pokok Bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel di Kelas VII SMP Negeri I Siantar.

Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED.

Sinaga, B. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan

Masalah Berbasis Budaya Batak (PBMB3). Disertasi Tidak diterbikan.

Surabaya: Program Pascasarjana UNESA.

Siregar, N. 2013. Pengembangan Modul untuk Membelajarkan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi Pecahan Melalui Strategi TTW pada Siswa SMP. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program

Pascasarjana UNIMED.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif,

dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Sumanto. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian, Psikologi, Pendidikan,

Ekonomi Bisnis, dan Sosial. Jakarta: Buku Seru.

(46)

224

Suprapto. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Pendidikan dan Ilmu-ilmu

Pengetahuan Sosial. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing

Service.

Suprijono, A. 2010. Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Thiagarajan, S. Semmel, D.S & Semmel, M.I. 1974. Instructional Development

for Training Teachers of Exceptional Children: A sourcebook. Indiana:

Indiana University.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada KTSP. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

. 2011. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan

Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, B.H. 2009. Model Pembelajaran Menciptakan Proses belajar Mengajar

yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara.

Wardhani, S & Rumiati. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika

SMP:Beajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: PPPPTK.

Widyantini, T. 2013. Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Sebagai Bahan

Gambar

Tabel 4.25  Kriteria Penyelesaian Jawaban Siswa Tes Kemampuan Pemecahan                    Masalah Uji Coba I dan II .................................................................
Gambar 4.73   Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 3b Aspek                              Ekspresi Matematik Kategori Baik Uji Coba II ...........................
Gambar 1.1 Jawaban Siswa TKPM
Gambar 1.2 Jawaban Siswa TKKM
+3

Referensi

Dokumen terkait

Seperti terlihat pada gambar 2.6, refleksi specular terjadi dari satu arah datang cahaya dan dipantulkan juga satu arah dengan besar sudut pantul terhadap normal bidang yang

Jenis elastisitas yang lain Elastisitas penawaran Memperhatikan Membuat catatan Bertanya Laptop White Board Spidol LCD Projector Buku Wajib Sadono Sukirno, Bab 5: hal

4.1 Menurut saya SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) telah bekerja dengan baik untuk melindungi pekerja yang ada di Yayasan Pendidikan Al-Azhar di Medan. Variabel Y

 Model conditional demand : 10 persen kenaikan harga menurunkan 4,7 persen bungkus rokok yang dikonsumsi. CHEPS FKMUI, 15

Surat Setoran Pajak Daerah, yang dapat disingkat SSPD, adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas Umu m

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 45 Tahun 2001 tentang Pengujian Kendaraan Bermotor (Lembaran Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2001

Dari kedua data tersebut dapat disimpulkan pemberian reinforcement positif dan negatif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan gerak peserta

Penerapan Model Inkuiri menggunkan Media Compact Disk (CD) Game Multimedia Interaktif pada Mata Diklat Mikrokontroller